Sesurrggu?t+tycc pccctcr cirmikian itn **%en jadi tctnctrr bag< kcczrtn ycctx-y memikirkccrznycc (ATI-A~CZ~Z;~ 1? "

Transkripsi

1 " Dia t~<mhr~hkc<rt rrr~trrkrnrr czen,octrr ai,- itrr tanaman-tccnccnran, zaitrrn, po?ro+r' kr-t-wta, iinggur ili~rr ~ ~ ~ ~ ~ ~ E L C C ~ R - L - ~ ~ C L C C L I S ~ 1 Sesurrggu?t+tycc pccctcr cirmikian itn **%en jadi tctnctrr bag< kcczrtn ycctx-y memikirkccrznycc (ATI-A~CZ~Z;~ 1? " i. L C L ~ ~ U U ~ C L T +. yu \(, (/ i'.,,$$ &* -.-<%3 Kupei-sembnhkan untuk keclzla orang tuaktr H.A+f. -4rncc), l.t.'ctrdi ST clan N. Euis Juariah. ser-tu uctik-ccdikkr.~ yccttg trrcitrta, RusZi TVccn.cli. frsccn Sycc'budin. fwcrn R Nidaynt. Eka S Sonjaycc dun Eva S ~l,futt.~ilsxi

2 PEMGARUH GAAA PEN61EMASbtH BENGAX SlSTEfrrl ATMOSFIR TERMODlFIKASl PADA SUWU PENY IMPANAN RENDAH TERWADWP MUTU BUAH APEL CV. MAAIALAGI CMEalut sylvestris Mill l Oleh ASEP HAEMUN F FAKULTAS TEKPJOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

3 Asep Haemun. F Pengaruh Cara Pengemasan dengan Sistem Atmosfir Termodifikasi pada Suhu Penyimpanan Rendah terhadap Mutu Buah Ape1 cv. Manalagi (k,bi Mill). ( D i bawah bimbingan Dr. Ir. Hadi K Purwadaria dan Dr. Sjaifullah, MSG). RINGKASAH Buah-buahan akan sangat mudah rusak setelah dipanen apabila tidak ditangani secara tepat. Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan komoditi ini adalah dengan cara menggabungkan teknik pengemasan dengan sistem atmosf ir termodif ikasi dan penyimpanan pada suhu rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati cara pengemasan dengan sistem atmosfir termodifikasi pengaruh dengan atau tanpa lempengan pengikat gas etilen pada satu macam suhu (15'~) terhadap mutu buah apel cv. Manalagi selama masa penyimpanan 30, 60 dan 90 hari. Jenis kemasan yang digunakan dalam penelitian ada sebanyak 3 macam, yaitu : 1) kemasan kotak kayu hasil modifikasi peti standar apel, tipe Amerika (Sjaifullah dan Soedibyo, 1976) yang bagian dalamnya dilapisi styrofoam; 2) kemasan kotak karton (double flute); dan 3) kemasan kontrol karton (double flute), yaitu contoh kemasan yang biasa

4 Buah ape1 pada stadia masih hijau dipetik dan dikumpu lkan. Kemudian setelah pembersihan dan grading, diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu yang berjumlah 9-10 biji/kg dan biji/kg. Suhu dalam buah diukur dengan cara memasukkan sensor termometer "digital" dan sebelum pengemasan dilakukan pra-pendinginan dengan merendam buah ke dalam air es bersuhu 4-10 OC selama 10 menit sampai mendekati suhu ruang penyimpanan (15 OC). Dari hasil penelitian diketahui bahwa kondisi atmosfir di dalam kemasan "polyethylene" berlubang jarum dengan atau tanpa pelet pengikat gas etilen dapat menurunkan konsentrasi gas oksigen, terutama pada kemasan "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat gas etilen, dan meningkatkan kandungan konsentrasi gas karbondioksida. Kandungan konsentrasi etilen meningkat dari awal penyimpanan sampai hari ke 30. Puncak kandungan konsentrasi etilen terjadi pada hari ke 30 sampai hari ke 60, baik pada kemasan "polyethylene" berlubang jarum dengan pengikat gas etilen maupun tanea pengikat gas etilen, kemudian diikuti < dengan penurunan sampai akhir penyimpanan karena banyaknya eembentukan gas karbondioksida dan pengaruh lempengan pengikat gas etilen. Pada penyimpanan 30 hari, konsentrasi gas oksigen, gas karbondioksida dan kandungan produksi etilen (C2H4) pada kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah

5 9-10 biji/kg (Wcc) masing-masing berkisar antara %, % dan ppm; kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum dan berisi buah 9-10 biji/kg (Wc) , % dan ppm; kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Wdc) %, % dan ppm; kotak kayu dengan liner kantong."polyethyleneu berlubang jarum dan berisi buah biji/kg (Wd) %, % dan ppm; kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah 9-10 biji/kg (FCC) berkisar antara %, % dan ppm; kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum dan berisi buah 9 - biji/kg (Fa) %, % dan ppm; kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Fdc) %, % dan ppm; kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum dan berisi buah biji/kg (Fd) %, % dan ppm; sedangkan pada kotak kontrol karton (K) konsentrasi gas oksigen berkisar antara %, konsentrasi gas karbondioksida sampai mencapai 0.33% dan kandungan konsentrasi gas etilen sampai mencapai 7.44 ppm.

6 Pada penyimpanan 60 hari, konsentrasi gas oksigen, gas karbondioksida dan kandungan konsentrasi etilen pada kemasan kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah 9-10 biji/kg (Wcc) masing-masing berkisar antara %, % dan ppm, sedangkan yang tanpa pelet pengikat etilen (Wc) %, dan ppm; kotak kayu dengan liner kantong "polyethylen" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Wdc) %, dan ppm, sedangkan tanpa pelet pengikat etilen (Wd) %, dan ppm; kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah 9-10 biji/kg (FCC) %, % dan ppm, sedangkan tanpa pelet pengikat etilen (Fc) %, % dan ppm; kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Fdc) %, % dan ppm, sedangkan yang tanpa pelet pengikat etilen (Fd) , % dan i. ppm; sedangkan pada kemasan kontrol konsentrasi gas oksigen berkisar antara %, konsentrasi gas karbondioksida sampai mencapai 0.32% dan kandungan konsentrasi gas etilen sampai mencapai ppm. 'I

7 Pada penyimpanan 90 hari, konsentrasi gas oksigen, gas karbondioksida dan kandungan konsentrasi gas etilen pada kemasan kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah 9-10 biji/kg (Wcc) masing-masing berkisar antara %, % dan ppm, sedangkan yang tanpa pelet pengikat etilen (Wc) %, % dan ppm; kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Wdc) %, % dan ppm, sedangkan tanpa pelet pengikat'etilen (Wd) %, % dan ppm; kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah 9-10 biji/kg (FCC) %, % dan ppm, sedangkan tanpa pelet pengikat etilen (Fc) %, % dan ppm; kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Fdc) %, dan ppm, sedangkan tanpa pelet pengikat etilen (Fd) , % dan ppm; sedangkan pada kemasan kontrol (K) konsentrasi gas oksigen berkisar antara %, konsentrasi gas karbondioksida sampai mencapai 0.34% dan kandungan konsentrasi gas etilen sampai mencapai 7.33 ppm. Setelah penyimpanan 30 hari, buah ape1 yang dikemas dalam kemasan kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum dan berisi buah 9-10 biji/kg (Wc) mempunyai

8 kerusakan buah terendah yaitu 0.86%, diikuti dengan buah ape1 dalam kemasan kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum dan berisi buah biji/kg (Fd) sebesar 1.20%, kemasan kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Wdc) 1.24%, kemasan kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah 9-10 biji/kg (Wcc) 1.44%, kemasan kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum dan berisi buah 9-10 biji/kg (Fc) 2.21%, kemasan kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum dan berisi buah biji/kg (Wd) 3.07%, kemasan kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah 9-10 biji/kg (FCC) 4.17%, kemasan kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Fdc) 4.30%, dan dalam kemasan kontrol karton sebesar 1.67%, sedangkan setelah penyimpanan 60 dan 90 hari kerusakan terendah dicapai oleh kemasan kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarim plus pelet pengikat etilen dan berisi buah 9-10 biji/kg (FCC) dan yang berisi buah biji/kg (Fdc) masing-masing sebesar 50.39% dan 71.68%. : Jenis kemasan tidak menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap kadar air basis basah, kekerasan buah (posisi buah tegak) setelah pbnyimpanan 30, 60 dan 90 hari, kemudian vi

9 total asam (mg asam malat/l00 g bahan) dan vitamin C (mg asam askorbat/l00 g bahan) setelah penyimpanan 60 dan 90 harj dan total padatan terlarut setelah penyimpanan 30 dan 60 hari. Pada penyimpanan 30 hari, kadar vitamin C tertinggi dan total asam terendah buah apel diantara kemasan kotak kayu dicapai oleh kemasan Wd masing-masing sebesar mg asam askorbat/l00 g bahan dan mg asam malat/100 g bahan, sedangkan diantara kemasan karton masing-masing dicapai oleh kemasan Fc sebesar mg asam askorbat/l00 g bahan dan kemasan Fd sebesar mg asam malat/l00 g bahan. Pada penyimpanan 30, 60 dan 90 hari, kekerasan (mm/97.5 g 10 detik) buah ape1 (posisi buah mendatar/miring) dalam kemasan kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buuh 9-10 biji/kg (Wcc) masing-masing berkisar antara mm, mm dan mm, sedangkan yang tanpa pelet pengikat etilen (Wc) mm, mm dan mm; kotak kayu dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Wdc) mm, mm dan mm, sedangkan tanpa pelet pengikat etilen (Wd) mm, mm dan mm; kotak karton dengan liner kantong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah 9-10 giji/kg (FCC) mm, vii

10 mm dan mm, sedangkan tanpa pelet pengikat etilen (Fc) mm, mm dan mm; kotak karton dengan liner kan tong "polyethylene" berlubang jarum plus pelet pengikat etilen dan berisi buah biji/kg (Fdc) mm, mm dan mm, sedangkan tanpa pelet pengikat etilen (Fd) mm, mm dan mm; sedangkan kekerasan dalam kemasan kontrol karton (K) masing-masing berkisar antara mm, mm dan mm/97.5 g/l0 detik. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kerusakan buah, tidak disarankan menggunakan kemasan "polyethylene" berlubang jarum dengan atau tanpa pelet pengikat gas etilen lebih dari 30 hari. Untuk mengamati jumlah buah yang rusak selama penyimpanan 30 sampai 90 hari disarankan agar melakukan pengamatan dalam selang waktu yang lebih pendek. Pada penyimpanan 30 hari,gas etilen yang dihasilkan oleh apel cv. Manalagi dapat mencapai ppm, sedangkan pada penyimpanan 60 dan 90 hari mencapai ppm dan ppm. Konsentrasi gas etilen tinggi tersebut dapat dimanfaatkan untuk merangsang dan memacu proses pematangan komoditas buah-buahan lainnya, seperti pisang dan mangga, yaitu dengan cara menyimpan buah apel bersama-sama dengan komoditas buah-buahan satu ruang penyimpanan. lainnya dalam