BAB I PENDAHULUAN A. URAIAN TUJUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) pengalaman kerja dan pengetahuan praktis sehingga bisa lebih bermanfaat untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. URAIAN TUJUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) pengalaman kerja dan pengetahuan praktis sehingga bisa lebih bermanfaat untuk"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. URAIAN TUJUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) 1. Tujuan Umum Kegiatan kerja praktek ini dimaksudkan agar siswa mendapatkan pengalaman kerja dan pengetahuan praktis sehingga bisa lebih bermanfaat untuk dunia kerja secara umum dan industri pertambangan Migas secara khusus beserta komponen pendukungnya baik sarana maupun prasarananya. Dengan kegiatan ini, ilmu pengetahuan yang didapatkan bisa disosialisasikan kepada khalayak akademis di sekolah asal sehingga bisa meningkatkan kualitas dan kerja sama antara Pusdiklat Migas Cepu. Pada sisi lain kegiatan ini ditunjukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. 2. Tujuan Khusus 1. Siswa dapat memahami dunia industri migas pada dunia luas dan dunia instrumentasi dan perangkatnya. 2. Sikap profesionalisme dan etos kerja bisa lebih dipahami dan diterapkan sebagai personal dunia industri. 3. Siswa bisa lebih siap menghadapi persaingan dunia kerja dengan bekal yang sudah didapatkan dari kerja pratek. 4. Wawasan dan pengetahuan tentang intrumentasi pada industri dapat digunakan sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja industri. 5. Memahami prinsip kerja yang diterapkan pada industri. 1

2 B. URAIAN TUJUAN PEMBUATAN LAPORAN PRAKERIN Pembuatan laporan prakerin ini antara lain dimaksudkan untuk : 1. Memenuhi tugas akhir siswa sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. 2. Digunakan untuk mendapatkan sertifikat prakerin. 3. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang industri tempat prakerin. 4. Mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap marteri-materi pada saat prakerin. 5. Melatih tanggung jawab siswa. 2

3 C. KERANGKA LAPORAN PRAKERIN 1. Urutan Halaman Pada Bagian Persiapan a. Halaman judul b. Halaman pengesahan oleh pembimbing dari dunia usaha/ lembaga/ instansi tempat Praktek Kerja Industri c. Halaman pengesahan oleh Tim Evaluasi Sekolah d. Kata Pengantar e. Daftar Isi f. Intisari 2. Pendahuluan a. Uraian Tujuan Praktek Industri (Prakerin) b. Uraian Tujuan Pembuatan Laporan Prakerin c. Kerangka Laporan Prakerin 3. Uraian Umum a. Sejarah Pusdiklat Migas Cepu b. Visi dan Misi c. Struktur Organisasi d. Kepegawaian e. Lokasi Pabrik f. Sarana Penunjang g. Unit Kerja h. Hubungan Kerja Sama 3

4 4. Uraian Khusus 1. Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu a. Distilasi Atmospheric b. Peralatan Utama c. Persiapan Menjalankan Kilang d. Uraian Proses e. Variabel Operasi 2. Laboratorium a. Laboratorium Minyak Bumi b. Laboratorium Instrumentasi 3. Water Treatment a. Proses Pengolahan Water Treatment b. Pipa Proses Pengolahan Air Minum 4. Boiler Plant 5. Penutup a. Kesimpulan b. Saran 4

5 BAB II URAIAN UMUM A. SEJARAH PUSDIKLAT MIGAS CEPU a. Jaman Hindia Belanda ( ) Pada tahun 1886 seorang sarjana pertambangan Mr. Andrian Stoop berhasil mengadakan penyedikan minyak bumi di Jawa yang kemudian mendirikan DPM pada tahun Pengeboran pertama dilakukan di Surabaya kemudian pada tahun 1890 didirikan tempat penyaringan minyak didaerah Wonokromo. Selain di Surabaya Mr. Andrian Stoop juga menemukan minyak di daerah Rembang. Pada januari tahun 1896 Mr. Andrian Stoop mengadakan perjalanan dengan rakit dari Ngawi menelusuri Solo menuju Ngareng, Cepu merupakan kota kecil di Bengawan Solo, diperbatasan Jawa Timur Jawa Tengah. Konsensi minyak didaerah ini bernama Panolan yang diresmikan pada tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB Versteneegh. AB Verssteegh tidak mengusahakan diri sumber minyak tersebut tetapi mengontrakan kepada perusahan yang sudah kuat pada masa itu yaitu perusahaan DPM di Surabaya. Kontrak berlangsung selama 3 tahun dan baru sah menjadi milik DPM pada tahun Penemuan sumur minyak bumi bermula pada sumber minyak Ledok 1 di bor pada bulan juli 1893 yang merupakan sumber pertama di daerah Cepu. Mr. Andrian Stoop menyimpulkan bahwa didaerah Panolan terdapat ladang minyak berkualitas besar. Namun derah tersebut telah dikuasai perusahan lainnya. Luas area dan konsensi Panolan adalah bahu yang meliputi distrik Panolan sampai dengan perbatasan dengan konsensi Tinawun. Yang termasuk lapangan Ledok adalah area Gelur dan 5 Nglebur yang produktif sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km.

6 Pada tahun 1893 oleh Mr. Andrian Stoop, pengeboran pertama dilakukan dengan kedalaman pertama 94 m dengan produksi 4m³ perhari di Gelur pada tahun 1897 dengan kedalaman dengan produksi 20m³ per hari (sebanyak 7 sumur). Minyak mentah yang dihasilkan diolah di kilang Cepu. Sebelum perusahaan di Cepu dan Wonokromo terpusat di Jawa Timur, namun pada perkembangan usaha diperluas meliputi lapangan minyak Kawengan,Wonocolo, Ledok, Nglobo, Semanggi dan Lusi. b. Jaman Jepang ( ) Perang Eropa merangsang pemerintah Jepang memperluas kekuasaan di Asia.Pada tanggal 8 desember 1941 Pearl Harbour yang terletak di Hawai dibom oleh Jepang.Pengeboman ini menyebabkan meluasnya peperangan di Asia.Pemerintah belanda di Indonesia merasa kedudukannya terancm sehingga untuk menghabat laju serangan Jepang mereka menghancurkan instalasi atau Kilang minyak yang menunjang perang,karena pemerintah Jepang sangat memperlukan minyak untuk diangkat ke negerinya. Perusahan minyak yang terakhir dikuasai Belanda yang terdapat di pulau Jawa yaitu Surabaya,Cepu,dan Cirebon.Dimana pada waktu itu produksi di Cepu merupakan yang paling besar dengan total produksi 5,2 juta barel/tahun. Jepang menyadari bahwa pengeboran atas daerah minyak akan merugikan diri sendiri sehingga perebutan daerah minyak jangan sampai menghancurkan fasilitas lapangan dan Kilang Minyak.Meskipun sumber-sumber minyak dan kilang sebagian besar dalam keadaan rusak akibat taktik fdari Belanda,Jepang berusaha agar minyak mengalir kembali secepatnya. Tentara Jepang tidak mempunyai kemampuan di bidang Perminyakan sehingga untuk memperoleh kebutuhan tenaga terampil dan terdidik 6 dalam bidang perminyakan sehingga di dapat bantuan tenaga sipil Jepang yang pernah

7 bekerja di perusahhan minyak Belanda,kemudian menyelenggarakan pendidikan di Indonesia. Kehadiran lembaga perminyakan di Cepu diawali oloh Belanda bernama Midlebare Potreleum School Bendera NV.Bataafsche Potreleum Maatschapiiy (BPM).Setelah Belanda menyerah dan Cepu diduduki oleh Jepang maka Lembaga itu dibuka kembali dengan nama Shokko Gakko. c. Masa Indonesia Merdeka Searah terima kekuasaan dari Jepang dilaksanakan oleh pimpinan setempat kepada bangsa Indonesia.Untuk membenahi daerah minyak di Cepu segera diadakan tugas-tugas operasional dan pertahanan berdasarkan Maklumat Menteri Kemakmuran No.5 perusahaan minyak di Cepu dipersiapakan sebagai perusahaan tambang minyak nasional (PTMD).Adapun daerah kekuasan meliputi lapangan-lapangan minyak di sekitar Cepu, Kilang Cepu dan lapangan-lapngan di daerah Bongas. Pada bulan Desember 1948 Belanda menyerbu Cepu pabrik minyak PTPN Cepu dibumihangusakan.pada akhir tahun 1947 menjelang tahun 1950 setelah adanya penyerahaan kedaulatan maka pabrik minyak Cepu dan Kawengan diserahkan dan diusahakn kembali oleh BPM. d. Periode Tahun (Administrasi Sumber Minyak) Setelah kembalinya pemerintah RI di Yogyakarta,maka tambang minyak LEDOK Nglobo,Semanggi dan Lusi diserahkan kepada Komandan Distrik Militer Blora Tmbang Minyak didaerah tersebut diberi nama Administrasi Sumber Minyak (ASM) dan dibawah pengawasa Kodim MORA. 7

8 e. Periode Tahun (BPM-SHEEL) Perusahaan BPM sebelum PD 2 menguasai Kilang Minyak di Cepu dan Agresi Militer Belanda II berubah nama menjadi SHEEL. Selanjutnya SHEEL melakukan perbaikan perbaikan seperlunya dilapangan minyak Kawengan dan kilang minyak Cepu. Tingkat Produksi kurang menguntungkan sedangkan biaya yang dibutuhkan besar sehingga merugikan perusahaan SHEEL sendiri. f. Periode Tahun (Perusahaan Tambang RI) Pada tahun 1951 pengusahaan Minyak di Lapangan Ledok, Nglobo dan Semanggi oleh ASM diserahkan pada pemerintah sipil untuk kepentingan tersebut di bentuk panitia kerja yaitu Badan Penyelenggara perusahaan Negara di Bulan Januari 1951 yang kemudian melahirkan perusahaan Minyak RI (PTMRI). Produk yang dihasilkan PTMRI berupa Bensin, kerosin, solar dan sisanya residu. Pada tahun 1957 PTMRI diganti Tambang Minyak Nglobo CA (Combie Anexis). g. Periode Tahun (PN. PERMIGAN) Pada tahun 1961 berdasarkan UU No. 19/1960 dan UU No. 44/1960 maka didirikan tiga perusahan yaitu : 1. PN Pertambangan Minyak Indonesia (PN PERTAMIN) sebagai perusahaan modal campuran antara pemerintah RI dengan BPM atas dasar 50 % : 50 %. 2. PN. Pertambangan Minyak Nasional (PN PERMINA) sebagai pernjelmaan dari PT.PERTAMINA yang didirikan pada tahun 1957 dengan PP No. 198 / PN. Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (PN. PERMIGAN). Sebagai penjelmaan dari 8 tambang Minyak Nglobo CA (dahulu PTMRI) dengan PP No. 199 tanggal 45 Juni 1961.

9 Dari ketiga perusahaan tersebut PN. PERMIGAN adalah yang terkecil dimana kapasitas produksinya adalah m 3 / hari. h. Periode Tahun (LEMIGAS PUSDIK MIGAS) Pada tahun 1963 biro minyak berubah menjadi direktorat Minyak dan Gas Bumi (DGMB). Didalam organisasi DGMB terdapat bagian laboratorium untuk persiapan penelitian dalam industri perminyakan di Indonesia.Menteri Perindustrian dan perdagangan menginstruksikan agar DGMB meningkatkan kemampuannya dalam aspek teknis minyak dan gas bumi. Untuk keperluan diatas maka dibentuk kepanitiaan yang terdiri dari unsur unsur pemerintah, Pertamin, Permina dan Permigan. Panitia mengusulkan agar dibentuk badan yang bergerak dalam bidang riset dan pendidikan minyak dan gas bumi. Dengan surat keputusan menteri dilingkungan Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi No. 17/M/MIGAS/1965 ditetapkan Organisasi urusan Minyak dan gas bumi adalah LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi). Berdasarkan peraturan pemerintah No. 27 tanggal 20 Agustus 1968, dalam rangka peningkatan dan melancarkan produksi minyak dan gas bumi terjadi penggabungan antara PN Pertamin dan PN. Permina menjadi satu perusahaan dengan nama Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional ( PN. PERTAMINA ). Upaya PUSDIK MIGAS LEMIGAS untuk meningkatkan fungsi kilang Cepu sebagai sarana operasi pengolahan dan sebagai sarana diklat proses dan aplikasi sudah cukup memadai, namun kilang Cepu yang sebagian eks pembuatan dan pemasangan tahun 1930-an dan pernah mengalami pembumihangusan waktu tentara Jepang masuk Cepu. 9

10 Karena banyaknya kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam kegiatan minyak dan gas bumi, maka tenaga tenaga muda Indonesia banyak dikirim keluar Negeri pada tanggal 7 Februari 1967 di Cepu dihasilkan AKAMIGAS ( Akademi Minyak dan Gas Bumi ) angkatan I. Pada tanggal 4 Januari tahun 1966 sebagai pusat Pendidikan dan latihan lapangan Perindustrian Minyak dan Gas Bumi (PUSDIK MIGAS). i. Periode Tahun (PPTMGB LEMIGAS ) Dengan surat keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 646 tanggal 26 Desember 1977, LEMIGAS diubah menjadi bagian Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi dan namanya diganti menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS (PPTMGB LEMIGAS ). Sejak dikelola PPTMGB LEMIGAS produksi minyak lapangan Cepu ± m 3 /tahun sehingga kilang beroperasi 120 hari per tahun dengan kapasitas kilang m 3 /hari. Produksi BBM seperti kerosin dan solar diserahkan pada depot Cepu. Dalam memasarkan produksi naphta, filter oil dan residu, PPTMGB LEMIGAS mengalami kesulitan sehingga kadang kadang kilang harus berhenti beroperasi karena semua tangki penuh. Pada tahun 1979 spesifikasi yang diterapkan pemerintah lebih tinggi, sehingga pemasaran produksi Cepu lebih sulit. 10

11 j. Periode Tahun (PPT MIGAS) Berdasarkan surat Kepres No. 15 tanggal 6 maret 1984, organisasi pertambangan dan Energi dikembangkan dan PPTMGB LEMIGAS menjadi Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi (PPT MIGAS). k. Periode Tahun 2001 Sekarang (PUSDIKLAT MIGAS) Berdasarkan surat Keputusan Menteri ESDM no.150/2001 tanggal 2 Maret 2001,PPT MIGAS diganti menjadi PUSDIKLAT MIGAS,dan setelah diperbarui dengan Peraturan Menteri ESDM No.18 Tahun 2010 Tanggal 22 November

12 B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor : 18 tahun 2010 tentang organisasi dan tata Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pasal 807 bahwa PUSDIKLAT MIGAS mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang minyak dan gas bumi. Adapun fungsi dari PUSDIKLAT MIGAS, sesuai pasal 808 adalah : a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program dibidang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi. b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang minyak dan gas bumi. c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi, dan d. Pelaksanaan administrasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi. 12

13 C. VISI DAN MISI a. Visi Menjadi pusat pendidikan dan pelatihan minyak dan Gas Bumi yang unggul dengan mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih, baik transparan dan terbuka. b. Misi 1. Meningkatkan kapasitas aparatur Negara dan Pusdiklat Migas Cepu untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. 2. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja sub sector Migas untuk berkompetensimelalui mekanisme pasar. 3. Meningkatkan kemampuan perusahaan minyak dan gas bumi menjadi lebih kompetentif melalui program Sumber Daya Manusia. 13

14 D. STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi di PUSDIKLAT MIGAS Cepu ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.1095 tanggal 5 november 1984 dan diperbaharui dengan surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral( ESDM ) No tanggal 2 Maret 2001, selanjutnya diperbarui kembali dengan peraturan Menteri ESDM No tanggal 20 Juli 2005, selanjutnya diperbaharui kembali dengan peraturan Menteri ESDM No.18th 2010 tanggal 22 November Pusdiklat Migas Cepu dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Diktat Energi dan Sumber Daya Mineral. Kepala Pusdiklat Migas Cepu ini dibantu oleh 3 kepala bidang, 1 kepala bagian, dan kelompok fungsional. 1. Bidang Sarana Kilang Bidang ini terdiri dari : a. Sub Bidang Kilang Sub Bidang Kilang mempunyai tugas melakukan bahan, penyiapan, pelaksanaan, serta evaluasi atas pengelolaan rencana pemanfaatan dan kontrol kualitas, produk kilang pelayanan jasa kilang, penunjang pendidikan dan pelatihan pusat bidang minyak dan gas bumi. b. Sub Bidang Utilities Sub Bidang Utilities mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi atas pengelolaan rencana pemanfaatan dan kontrol kualitas, produk kilang pelayanan jasa, produk utilities penunjang pendidikan dan 14 pelatihan pusat bidang minyak dan gas bumi.

15 2. Bidang Pelatihan Bidang ini terdiri dari : a. Sub Bidang Penyiapan Pelatihan Sub bidang penyiaan pelatihan mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi atas pengelolaan rencana dan progam kerja, kerjaasama, standar, pedoman, kriteria, dan prosedur pengelolaan, kepustakaan penyiapan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pusat bidang minyak dan gas bumi. b. Sub Bidang Pelaksanaan dan Pelatihan Sub Bidang Pelaksanaan dan Pelatihan mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi atas pengelolaan investarisasi kebutuhan, penyiapan, penyelenggaraan, pelayanan jasa pendidikan dan pelatihan dalam proses uji kompetensi tenaga khusus dan teknik pusat bidang miyak dan gas bumi. 3. Bidang Sarana Laboratorium dan Bengkel Bidang ini terdiri dari : a. Sub Bidang Laboratorium Sub Bidang Laboratorium mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi, atas pengelolaan rencana, pengembangan dan pemanfaatan dan pelayanan jasa sarana laboratorium penunjang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi. b. Sub Bidang Bengkel Sub Bidang Bengkel mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi atas pengelolaan rencana, pengenbangan dan pemanfaatan dan pelayanan jasa sarana bengkel penunjang pendidikan dan 15 pelatihan minyak dan gas bumi.

16 4. Bidang Tata Usaha Bagian ini terdiri dari : a. Sub Bidang Kepegawaian dan Umun Sub Bidang Kepegawaian dan Umun mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian, organisasi, dan keterlaksanaan serta rumah tangga. b. Sub Bagian Keuangan dan Rumah Tangga Sub bagian keuangan dan rumah tangga mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi keuangan dan rumah tangga pusat. 5. Kelompok Jabatan Fungsional Adalah jabatan non struktural yang terdiri dari : 1. Widyaiswara 2. Asiparis 3. Peneliti Struktur organisasi di PUSDIKLAT MIGAS Cepu berdasarkan Surat Keputusan No. 18 tahun 2010 tanggal 22 November 2010 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 1. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja sub sector migas untuk berkompetisi melalui makanisme pasar. 2. Meningkatkan kemampuan perusahaan minyak dan gas bumi menjadi lebih kompetentif melalui progam Sumber Daya Manusia. 16

17 Gambar Struktur Organisasi PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI BADAN PENDIDIKAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI BAGIAN TATA USAHA Sub bagian kepegawaian dan umum Subbagian Keuangan BIDANG PROGRAM DAN KERJA SAMA BIDANG PENYELENGGARAAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA TEKNIS Subbidang Rencana dan Program Subbidang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Subbidang Kilanng dan Utilitas KELOMPOK JABATAN FUGSIONAL Subbidang Kerja dan Informasi Subbidang Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Subbidang Laboratorium dan Bengkel 17

18 E. PROGRAM DIKLAT NON REGULER : a) Program khusus-khusus Mendidik dan melatih tenaga kerja didalam kelas kerja praktek dan lapangan kerja berupa : 1. Bimbingan untuk kaderisasi dan pra pajabat. 2. Penataran kursus yang bersifat Up Grading kepada karyawan. Pusdiklat Migas juga menyelenggarakan kursus-kursus yang meliputi: a. Kursus Pra Jabatan (Pre Employment training) b. Kursus singkat bidang migas (Crash PROGRAM Training) c. Technical Cooperation Among development country (TCDC) d. Kursus singkat bidang penunjang /umum e. Penjenjang pegawai Negara sipil f. Sertifikasi tenaga pemboran,seismic pesawat angkat, dan aviasi dll lingkup sesuai SKKNI sektor industri migas. Jangka waktu kursus bervariasi dari satu minggu sampai satu tahun. b) Jenis kursus Jenis kursus yang didapat di PUSDIKLAT MIGAS CEPU meliputi bidang: 1. Eksplorasi/produksi/pemboran 2. Proses dan aplikasi 3. Teknik umum 4. Menajemen dan Pemasaran 5. Teknologi linkungan 6. Keselamatan dan kesehatan kerja 18

19 c) Tingkat Kursus 1. Operator 2. Asisten Supervisior 3. Manager Untuk tingkat operator 1. Bimbingan kerja juru teknik (BKJT), PERTAMINA Dit.Pengolahan 2. Production operator : Conoco.AR, Maxsus, Total, Vico, Gulf 3. Petrochemical Operation: Candra Asri,Polpet, Polyprima, Gajah tunggal 4. Refenery Operator: PERTAMINA Dit.Pengolahan. 5. Natural Gas LIQUIFATION: PT.ARUN.PT.BADAK 6. Operator Teknik: PERTAMINA, Dit.PPDN 7. Fire Fighting: Arco, gulf, Lapindo dit.ppdn Untuk tingkat asisten supervisior 1. Bimbingan praktis Ahli Teknik ( BPAD ), PERTAMINA,Dit.Pengolahan. 2. Bimbingan Profesi sarjana Teknik EP ( BPST ) PERTAMINA,Dit. EP 3. Bimbingan Profesi Sarjana Wira Penjualan (BPST-W) PERTAMINA Dit.PPDM 4. Intruducation to Petrol Operation Management (IPOM) 5. Bimbingan Sarjana Wira Penjualan (BPST-WP) pertamina Dit. PPDM 6. Introduction to Petrolium Operation Management (IPOM) Bimbingan Profesi Sarjana Logistik ( BPS) pertamina Dit.Umum 7. Bimbingan Sarjana Teknik Pembekalan dan Pemasaran dalam Negeri(BPS- PPDM),pertamina Dit.PPDN Potrelium orintasion Propgram: Maxsus 9. Eginneering, Unocal, DPKK.

20 d) TCDM Program Sejak tahun 1984 Pusdiklat Migas telah dipercaya untuk melakasanakan kursus-kursus dibidang teknik pengeboran dan produksi dalam rangka kerja sama teknik antara Negara berkembang yang biasa disebut Tenhnical Among Development Countries atau disingkat TCDC. Peserta kursus-kursus tersebut berasal dari 38 negara berkembang antara lainb Afrika,Amerika latin, dan Asia. Program diganti dengan program CLMV,syah tahun Sertifikasi Tenaga Teknik khusus (SSTK) Bidang Migas Sertifikasi oleh pemerintah atas tingkat keahlian dan ketrampilan khusus personil di bidang pertambangan minyak dan gas bumi. 20

21 F. LOKASI PABRIK Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Minyak Dan Gas Bumi berlokasi di: a. Desa : Karangboyo b. Kecamatan : Cepu c. Kabupaten : Blora d. Provinsi : Jawa Tengah Ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis, maka lokasi tersebut cukup stategis karena adanya beberapa faktor yang mendukung antara lain : a. Bahan Baku Sumber bahan baku berasal dari Kawengan, Ledok, Nglobo, dan Semanggi yang dioperasikan oleh Pertamina Operasi Produksi EP Cepu serta Wonocolo yang merupakan pertambangan rakyat. b. Air Sumber air yang berasal dari sungai Bengawan Solo yang berdekatan debgan Kilang sehingga kebutuhan air baik untuk proses pengelolaan maupun untuk air minum lebih mudah terpenuhi. c. Trasportasi Letak kilang tidak jauh dari kereta api maupun jalan-jalan raya yang menghubungkan kota-kota besar sehingga dapat memperlancar distribusi dari hasil produksi. d. Tenaga Kerja Letak Kilang berada tidak jauh dari kota-kota pendidikan sehingga mudah untuk memperoleh atau mendatangkan tenaga-tenaga kerja yang terdidik dan 21 terampil.

22 e. Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan cukup memadai meskipun peralata sarananya sudah cukup tua. Misalnya saja kilang, laboratorium, dan bengkel. G. SARANA PENUNJANG 1. Dalam Area Pusdiklat Migas Cepu a. Laboratorium Simulator b. Laboratorium Vibrasi c. Laboratorium Welding d. Laboratorium Mekanik Kimia Minyak e. Laboratorium Fisika f. Laboratorium Instrumentasi g. Laboratorium Eksplorasi h. Laboratorium Produksi i. Laboratorium Fire Safety j. Laboratorium Lindungan Lingkungan k. Mini Plan pengolahan Minyak l. Mekanika Tanah m. Sarana Ibadah dan lain-lain 2. Luar Area Pusdiklat Migas Cepu a. Lapangan Golf b. Lapangan Sepak Bola c. Lapangan Tenis d. Rumah Sakit 22 e. Sarana Ibadah f. Wisma dan lain-lain

23 H. UNIT KERJA PUSDIKLAT MIGAS CEPU 1. Lembaga sertifikasi personil ( ISO 17024:2003 ) 2. Lembaga Pelatihan Migas ISO 9001 : Laboratorium penguji ( Kimia, minyak Bumi, lingkungan dan produksi ) ISO Laboratorum Kalibrasi Tekanan, suhu massa, dan volume ISO Lembaga Ispeksi Migas ISO Lembaga Pengelasan ISO Sistem Manejemen Lingkungan ISO Kilang ISO 9001 ( Dalam Proses ). I. HUBUNGAN KERJASAMA Dalam rangka upaya menyuksesskan berbagai program Diklat, Pusdiklat Migas menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai instalasi pemeritah dari pihak perguruan tinggi seperti, UGM, ITB, univrsitas Trisakti,ITS, ITN Malang,UNDIP,UMS,UPNSurabaya,UPNVeteran Jogja dan sebagainya. Tujuan dari lkerja sama tersebut adalah saling memberikan bantuan dalam hal-hal tertentu yang menguntungkan kedua belah pihak. Kerja sama dengan pihak luar negeri antara lain: a. Kerja sama Diklat dengan ASEAN (Kmboja, Laos, Vietman, Myanmar ). b. Kerja sama dan Pelatihan dan Sertifikasi dengan Iran. c. Kerja sama dengan IIF Germany dalam menyusun Invorment Performance Asesment dan Environment Performance Indikator. d. Kerjasama dengan CCOP untuk Potrelium Policy Management e. Kerjasama dengan GSI / GIWI untuk sertifikasi pengelasan 23 f. Kerja sama sertifikasi Well Control tenaga Pemboran Dengan IADC Wellcap USA.

24 BAB III URAIAN KHUSUS 1. UNIT KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU a. Distilasi Atmospheric b. Peralatan Utama c. Persiapan Menjalankan Kilang d. Uraian Proses e. Variabel Operasi A. DISTILASI ATMOSPHERIC Distilasi atmospheric adalah proses pemisahan minyak bumi secara fisik dengan menggunakan perbedaan titik didih. Karena crude oil adalah campuran dari komponen-komponen yang sangat komplek dan pemisahan berdasarkan fraksifraksinya sehingga distilasi ini pemisahan dengan berdasarkan trayek titik didihnya (jarak didih). Tekanan kerja dari distilasi atmospheric pada tekanan atmosfer yaitu tekanan operasi antara 1 atmosfer samapi dengan 1,5 atmosfer. Dalam proses distilasi atmospheric akan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Gas 2. Pertasol 3. Kerosine 4. Solar 5. Residu 24

25 Pemisahan dilakukan dengan memanaskan minyak mentah pada suhu tertentu sehingga ada yang dalam fase uap dan dan kemudian di embunkan lalu didinginkan. Proses pengolahan distilasi atmosperik dibagi menjadi empat bagian yaitu : a. Pemanasan didalam furnace. b. Penguapan didalam evaporator. c. Pemisahan didalam kolom fraksinasi dan stipper kolom d. Pengembunan dan pendinginan didalam kondensor dan cooler disertai dengan pemisahan didalam separator untuk memperoleh hasil. B. PERALATAN UTAMA a. Tangki Tanki berfungsi untuk : a. Menampung bahan baku atau umpan b. Manampung hasil dari distilasi c. Menampung hasil produksi d. Menampung minyak sirkulasi slop b. Pompa Pompa dari Pusdiklat Migas Cepu pada dasarnya berfungsi sebagai alat transport,yaitu untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Jenis pompa yang digunakan adalah : a) Pompa sentrifugal b) Pompa torak /reciprocating 25

26 Cara kerja a) Pompa sentrifugal Untuk memindahkan zat cair dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi atau sebaliknya. Gaya gravitasi yang timbul mengakibatkan zat cair mengalir untuk menuju ke suatu tempat. b) Pompa torak Bekerja dan bergerak kiri ke kanan sehingga terjadi perbedaan tekanan dan aliran cairannya bergerak. Cairan akan terus menerus ke saluaran buang. Peristiwa ini terjadi terus menerus selama pompa bekerja. Adapun penggunaan pompa menurut fungsi adalah : a) Pompa umpan Pompa ini berfungsi untuk memompa umpan (feed) yang berupa crude oil dari tempat penampungan di kilang. b) Pompa Refluk Pompa ini berfungsi untuk memompa pertasol sebagai refluk ke puncak kolom fraksinasi C-1 dan C-2. c) Pompa Fuel oil Memompa bahan bakar (fuel oil) ke dapur furnace dan juga boiler. d) Pompa Produksi dan Distributor Memompa produk dari satu tangki ke tangki lainnya. c. Heat Exchanger Heat exchanger berfungsi sebagai alat pemindah panas dari fluida satu ke fluida yang satunya, dengan perantara suatu dinding batas yang disebut antara 26 tube dan shell dan sebagai media pemanas awal dari minyak mentah yang akan memasuki dapur.dimana crude oil sebagai fluida operasi mengalir pada bagian tube

27 bawah, sedangkan media pemanasnya(solar dan residu)mengalir pada bagian shell yang dialirkan secara counter currend. d. Dapur/Furnace Merupakan alat yang di gunakan untuk memanaskan minyak sampai temperatur yang diinginkan,dengan cara memberikan panas dari hasil pembakaran bahan bakar fuel oil dan fuel gas. Dimana fuel oil dikabutkan dalam furnace dengan bantuan steam yang diinjeksikan ke dalam furnace. Fuel gas digunakan untuk membantu fuel oil jika ada suatu saat fuel oil tidak keluar karena kebuntuan atau penurunan suhu secara otomatis. Dengan adanya fuel gas,maka api dari furnace tidak seluruhnya mati,ini untuk menghindari adanya flash back yaitu terjadinya perbedaan tekanan yang cukup besar didalam dapur. Dapur furnace pada kilang PUSDIKLAT MIGAS CEPU adalah type horisontal box. Di dalam furnace juga mengalami proses perpindahan panas. Dimana proses perpindahan panas di dalam furnace terbagi menjadi 3 seksi perpindahan yaitu : 1. Seksi Radiasi Yaitu perpindahan panas melaui pancaran ( tanpa media perambat) di dalam furnace seksi ini terjadi dimana panas yang di hasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar di burner ( fuel oil, fuel gas dan bantuan dari steam automizing). Pancaran panas dari bahan bakar yang di bakar samapai memanaskan bagian dari permukaan tube.kemudian di teruskan di dalam tube secara konduksi. 27

28 2. Seksi konduksi Seksi konduksi yaitu perpindahan panas melaui zat perantara tanpa disertai perpindahan molekul- molekulnya. Dimana di furnace seksi konduksi terjadi ketika permukaan tube terkena panas dari perpindahan panas radiasi, panas dari permukaan tube tersebut merambat ke dalam bagian tube dalam, sehingga fluida yang mengalir melalui tube tersebut juga akan ikut panas. 3. Seksi konveksi Perpindahan panas yang disertai molekul- molekulnya. Panas yang diambil oleh minyak di dalm ruang konveksi ini adalah panas yang di bawa oleh flue gas dari ruang radiasi, yang kemudian naik ke atas menabrak tube tube dapur ( alirannya berbentuk zig zag ) untuk di bawa ke atas cerobong. e. Evaporator Evaporator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan fase uap dan fase cair dari bahan baku atau umpan yang mengalami pemanasan didalam dapur. Selain itu juga membantu beban dari kolom fraksinator karena fase cair langsung keluar melalui dasar kolom, sedangkan fase uap melalui puncak kolom menuju kolom fraksinasi. Untuk pemisahan lebih tajam diinjeksikan uap air steam. f. Kolom Fraksinasi Kolom fraksinator yang digunakan dikilang Cepu berfungsi sebagai tempat pemisahan fraksi-fraksi hidrokarbon berdasarkan trayek didih(boiling range). Kolom fraksinasi yang digunakan jenis plate dan buble plate yang digunakan untuk 28 memisahkan fraksi-fraksinya berdasarkan trayek didih.

29 Setiap tray didalam kolom dilengkapi dengan: 1. Buble cup: alat kontak antara uap dan cairan 2. Over flow wear: menjaga ketinggian permukaan cairan diatas plate 3. Down comer:tempat mengalirnya caiaran dari plate ke plate dibawahnya. g. Kolom Stripper Kolom stripper berfungsi untuk mempertajam pemisahan atau alat yang digunakan untuk memurnikan produk yang berasal dari kolom fraksinasi. Bentuk dari kolom stripper hampir sama dengan kolom fraksinasi yaitu silinder tegak,hanya ukuranya lebih kecil dari pada kolom fraksinasi.di Kilang Pusdiklat Migas Cepu di lengkapi dengantiga jenis kolomm stripper : 1. Kerosin stripper: Di lengkapi dengan 7 buah plate tray dan 9 buah buble cap tray setiap plate tray. Alat yang digunakan untuk menguapkan kembali fraksi ringan yang msih terdapat diproduk kerosin sehingga menguap dan uap tersebut masuk kembali pada kolom fraksinasi C-1, dan hasil dari bottom kolom stripper adalah sebagai produk kerosene atau sering disebut minyak tanah. 2. Solar stripper Di lengkapi dengan 6 buah plate tray dan 9 buah buble cap tray setiap plate tray. Alat yang digunakan untuk menguapkan kembali fraksi ringan yang masih terkandung dalam produk solar.sehingga menguap dan uap tersebut masuk kembali pada kolom fraksinassi C-1,hasil bawah dari solar stripper adalah sebagai produk solar. 29

30 3. Residu stripper Di lengkapi dengan 6 buah plate tray dan 3 buah buble cap tray setiap plate tray. Alat yang digunakan untuk menguapkan kembali fraksi-fraksi ringan yang masih terkandung pada evaporator, kemudian terpisah dan uap tersebut masuk kolom fraksinasi C-1 dan hasil bawah sebagai residu. h. Separator Separator berfungsi untuk memisahkan cairan produk,air dan gas yang terikut bersama produk sebelum dikirim ke tangki penyimpan. Prinsip kerja dari separator adalah berdasarkan spesifik gravity, sehingga air yang berat jenisnya lebih besar dibandingkan dengan cairan produk,turun ke dasar kolom separator dan di buang melalui saluran pembuang, sedangkan gas dari puncak kolom separator dialirkan kembali ke condensor untuk diembunkan (pendingin) lagi. i. Condensor berfungsi sebagai alat pendingin untuk mengembunkan uap minyak yang keluar dari puncak kolom fraksinator. Media pendingin yaang digunakan adalah air yang dialirkan melalui tube didalamnya,sedangkan uapnya melalui shell yang berfungsi sebagai penyerap panas laten dari fluida panas. j. Cooler Cooler berfungsi sebagai alat pendingin yang dipakai untuk mendinginkan cairan panas dan cairan dingin dimana terjadi perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin tanpa perubahan suhu, dengan menggunakan air sebagai media pendingin 30 dimana air tersebut dialirkan melalui tube yang ada didalamnya.

31 Di kilang Cepu digunakan 2 jenis cooler : 1. Shell and tube cooler Shell and tube cooler, liquid panas melalui pipa, dan air sebagai media pendinginnya adalah air yang mengalir melalui shell,jenis alirannya adalah counter current. 2. Box cooler Box cooler dipakai karena mainancernya mudah,pada box cooler terdapat coil sebagai tempat mengalirnya fluida panas,sedangkan media pendinginya adalah air. Air akan mengisi box cooler sampai penuh,sehingga coil akan tercelup seluruhnya dan air keluar secara over flow. 31

32 C. PERSIAPAN MENJALANKAN KILANG Sebelum unit kilang dijalankan maka perlu dipersiapkan untuk melakukan sirkulasi dingin dan sirkulasi panas. a. Sirkulasi dingin : Sirkulasi dingin bertujuan untuk mengetahui kebocoran yang mungkin terjadi sehingga dapat diperbaiki sebelum operasi berjalan. Pada sikulasi dingin solar dialirkan pada alat-alat utama pada tmperatur kamar dengan langkah-langkah sebagai berikut: Proses sirkulasi dingin : Solar dipompakan dengan pompa feed melalui perpompaan feed menuju heat eexchanger, kemudian ke furnace, evaporator, ke residu stipper, dan kembali ke heat exchanger dan begitu seterusnya solar akan melakukan sirkulasi dingin. b. Sirkulasi panas Sirkulasi panas bertujuan pula untuk memeriksa kebocoran dengan mengunakan suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar,sirkulasi panas bertujuan pula untuk mendekatkan suhu sebelum melaksanakan proses pengolahan minyak pada distilasi atmoferik. Pada sikulasi panas prosesnya sama dengan sirkulasi dingin hanya saja pada sirkulasi panas,suhu pada dapur atau furnace dinaikkan berlahanlahan antara 5-10%/jam C dan memeriksa kebocoran. Disini bahan bakarnya adalah fuel gas, fuel oil, dan dibantu dengan bantuan steam. 32

33 D. URAIAN PROSES Minyak mentah yang diolah di Pusdiklat Migas Cepu berasal dari lapangan Kawengan dan Ledok.Setelah dikurangi kandungan airnya,minyak mentah dikirim ke kilang untuk ditampung didalam tanki. Disini akan dibiarkan selama beberapa hari agar air yang masih terkandung didalamnya dapat terpisahkan secara gravitasi. Minyak mentah merupakan campuran (mixed crude) dari sebagian besar HHPO dan sebagian kecil dan sebagian kecil dari LPPO yang telah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, terutama menghilangkan kotoran-kotoran seperti garam. Heat exchanger adalah peralatan yang digunakan untuk pemanasan awal, sebelum minyak mentah dipanaskan didalam furnace dan juga berfungsi untuk menghemat bahan bakar pada furnace. Sedangkan sedangkan bahan bakar yang digunakan adalah solar untuk HE 01 dan media pemanas residu untuk HE 02 dan HE 03. Dan kemudian barulah pemanasan di lakukan di dalam furnace,dengan bahan bakar fuel gas dan fuel oil dengan bantuan steam atomizing. Crude oil dari pengeboran ditampung dipusat penimbunan minyak (PPM) di Menggung. Dari pusat penimbunan, crude oil dialirkan ke tanki penyimpanan crude oil T-101 (tanki penyimpanan crude oil dari lapangan Kawengan) dan tanki T-102 (dari penyimpanan crude oil dari lapangan Leedok). Crude oil dalam tanki harus dalam keadaan cair terus. Dari tanki tersebut(t-101dant-102) crude oil di tarik dengan pompa umpan, dimasukkan melalui tube alat penukar panas HE-1 dengan media pemanas solar (hasil bawah kolom C-4 yang masuk pada suhu 250 C, suhu masuk crude oil kedalam HE-1 adalah suhu kamar(30 C),dan akan keluar pada suhu 80 C untuk menuju ke HE-2 dan HE-3 hingga keluar HE dengan suhu sekitar C.Media pemanas dari HE-2 dan HE-3 adalah residu yang didapat dari bottom produk stipper C-5 dengan suhu operasi 285 Cdan keluar pada suhu 200 C.

34 Didalam HE terjadi kontak secara langsung antara crude oil yang mangalir pada tube dan media pemanas yang mengalir pada HE di luar tube dan dan didalam shell dengan arah berlawanan counter current untuk memperluar bidang kontak panas.setelah mengalami pemanasan di HE, crude oil akan menuju ke furnace(f-1, F2, F3 dan F-4) dimana di Pusdiklat Migas Cepu 2 aktif dan 2 sebagai cadangan dengan bahan bakar fuel oil dan fuel gas dan bantuan steam. Crude oil yang keluar dari furnace berupa campuran uap dan cairan dimasukkan ke dalam evaporator. Didalam evaporator terjadi pemisahan antara uap dan cairan,uap yang keluar dari oil puncak evaporator dan langsung masuk frakcinator. Sedangkan cairan fraksi berat keluar dari dasar masuk ke kolom stripper C-5. Pemisahan uap dan cairan didalam evaporator juga dibantu dengan injeksi stripping steam, yang bertujuan untuk memperkecil tekanan uap hidrokarbon (partial) turun, maka penguapan hidrokarbon menjadi bebih besar,sehingga pemberian steam untuk pemisahan hidrokarbon dari liquid menjadi lebih sempurna. Uap yang keluar dari top kolom fraksinasi adalah sekitar suhu 320 C dan dialirkan menuju kolom fraksinasi C-1. Sedangkan yang keluar dari bottom kolom berupa liquid dengan suhu 300 C akan dialirkan menuju ke kolom residu stripper dan C-5 untuk memisahkan fraksi ringan yang masih terkandung didalamnya dengan bantuan injeksi steam. Dari evaporatorterjadi pemisahan antara uap dan cairan,uap akan keluara dari puncak akan langsung masuk fraksinator,sedangkan cairan fraksi berat akan keluar ke dasar kolom stripper residu.di sini terjadi proses pemisahan secara fisika antar fraksi berat dan fraksi ringan. Crude oil masuk pada bagaian tengah kolom pemisah pada suhu 325 C. Didalam kolom tersebut pemisahan dibantu dengan adanya steam 34 stripping (dengan suhu 170 C dan tekanan 1,25 kg/cm²), dan pemanasan,maka senyawa hidrokarbon yang telah pada titik didihnya akan berubah menjadi fase uap

35 dan yang belum teruapkan akan tetap menjadi cairan.fraksi ringan keluar sebagai hasil atas kolom pemisah pada suhu 320 C dan tekanan 0,26 kg/cm² sedangkan fraksi berat akan keluar sebagai hasil bawah pada suhu 295 C. Didalam kolom fraksinator terjadi pemisahan minyak bumi berdasarkan titik didih (boiling range). Sehingga didapatkan produk sebagai berikut: a. Dari fraksinator(c-01) side stream no.tray 4, 6, 8 dan 10 sebagai fraksi solar dan masuk ke solar stipper(c-4).dari kolom fraksinasi C-1 dihasilkan produk berupa solar dengan suhu keluaran adalah 265 C.Panas solar yang tinggi digunakan sebagai penukar panas pada HE-1 sehingga setelah keluar dari HE adalah 110 C dan didinginkan lebih lanjut didalam cooler.solar dipisahkan kandungan airnya dengan menggunakan separator S-6 pada suhu 40 C dan kemudian akan ditampung didalam tangki. b. Dari fraksinasi side stream no.tray 12, 14, 16 dan 18 sebagai fraksi kerosene dan masuk ke kerosene stripper(c-3) dan dengan mengenjeksikan steam diperoleh hasil dari puncak kolom di kembalikan lagi ke menara C-1 sebagai refluk dengan suhu 170 C.Hasil bottom yang berupa kerosene dengan suhu 165 C dan kamudian akan didinginkan dalam cooler (CL).Dan selanjutnya dipisahkan didalam air dengan separator dengan suhu 44 C, dan akan ditampung didalam tangki penampungan. c. Dan dari side stream fraksinasi dihasilkan produk berupa pertasol CC, yang sebelumnya melalui cooler selanjutnya melalui separator (S-9) d. Dan fraksi ringan dari puncak kolom akan menuju ke kolom fraksinator C-2 dan menghasilkan produk pertasol CA dan pertasol CB. Uap kolom fraksinasi yang 35 keluar dari kolom fraksinasi C-1 uap pertasol dengan suhu 125 C.Kemudian uap pertasol dialirkan menuju kolom fraksinasi C-2 dan dengan bantuan steam

36 diinjeksikan akan diperoleh hasil berupa pertasol 2/CA pada puncak kolom fraksinasi C-2. Pertasol CA yang berupa uap tersebut akan diembunkan didalam kondensor (CN-1/2/3/4) dan akan didinginkan kembali dengan menggunakan box cooler (BC-3/6),dan selanjutnya akan dipisahkan dengan menggunakan separator S- 1,dan hasilnya akan ditampung didalam tangki.dari tangki penyimpanan sebagai pertasol 2 /CA digunakan sebagai refluk pada menara kolom fraksinasi C-2 dengan bantuan pompa refluk P-100 7/8.Sedangkan sisa uap yang tidak dikondensor final CN-5-12,lalu didinginkan dalam cooler CL-3/4 dan selanjutnya akan dipisahkan airnya dengan mengunakan separator S-3 dan selanjutnya hasilnya akan ditampung didalam tanki 114/115/116/117. Hasil samping dari kolom fraksinasi C-2 berupa pertasol CB, kemudian didinginkan didalam separator S-4 pada suhu 40 C, dan akan ditampung tanki.hasil dasar dari kolom fraksinasi C-2 yaitu naptha kemudian menuju ke kolom separator C-9 dan akan mengalir ke cooler untuk didinginkan dan akan menuju ke separator untuk dipisahkan kandungan airnya.tetapi ada juga dari sebagian produk dari pertasol CB dan naptha digunakan sebagai refluk pada top menara C-1. Proses ini bertujuan untuk mengubah fase uap dan juga fase cair yang dilanjutkan dengan pendinginan untuk menurunkan temperatur produk.hasil pemisahan kolom fraksinasi yang berupa uap dimasukan kedalam kondensor, sedangkan yang berupa cairanakan dimasukkan kedalam cooler. Kondensor berfungsi unntuk mengembunkan uap hidokarbon sehingga berupa fase manjadi cairan.sedangkan cooler digunakanuntuk mendinginkan produk-produk sebelum masuk kedalam tangki penampungan.keduanya menggunakan air yang berasal dari 36 cooling tower.adapun proses pengembunan dan pendinginan sebagai berikut :

37 a. Residu dari hasil bawah residu stripper Residu setelah melewati HE-2,masuk kedalam box cooler BC-1 pada suhu 125 C.Di box cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26 C yang berasal dari cooling tower.maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebu.di sini residu mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air,sedangkan suhu air akan naik.residu dari box cooler BC-1 pada suhu 75 C,dan air pada suhu 32 C. b. PH Solar dari hasil bawah kolom fraksinasi (C-1) PH Solar masuk kedalam box cooler BC-2 pada suhu 290 C.Di dalam box cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air dengan suhu 26 C.Sehingga terjadi proses perpindahan panas secara konduksi antara kedua bahan.ph Solar keluar dari box cooler dengan suhu 78 C, sedangkan air pada suhu 30 C. c. Solar dari hasil bawah kolom stripper (C-4) Solar setelah melewati HE-1 masuk kedalam cooler CL-6 pada suhu sekitar 110 C.Di dalam cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26 C yang berasal dari cooling tower.solar akan mengalami proses pengurangan panas,karena sebagian panasnya diberikan kepada air,sehingga suhu air menjadi naik.solar keluar pada cooler pada suhu 40 C, sedangkan air pada suhu 32 C. d. Kerosin dari hasil bawah kolom kerosin stripper Kerosin masuk kadalam cooler CL-7,8,12 pada suhu 160 C.Didalam cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26 C yang berasal dari cooling tower.maka akan terjadi perpindahan panas secara konduksi 37 antara kedua bahan tersebut. Di sini kerosin mengalami pengurangan panas karena

38 memberikan sebagian panasnya kepada air,sedangkan suhu air naik.kerosin keluar dari cooler pada suhu 44 C,sedangkan air pada suhuu 30 C. e. LAWS 4 dari hasil samping kolom fraksinasi C-1 LAWS 4 masuk kedalam cooler pada suhu 100 C.Di cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26 C yang berasal dari cooling tower.maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebut.di sini LAWS 4 mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air, sedangkan suhu air akan naik.laws 4 keluar dari cooler pada suhu 45 C, sedangkan air pada suhu 32 C. f. Naftha dari hasil bawah kolom fraksinasi (C-2). Naftha 3 masuk ke dalam cooler CL-13,14 pada suhu 122 C.Di cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26 C yang berasal dari cooling tower.maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebut.di sini naftha mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air, sedangkan suhu air akan naik.naftha keluar dari cooler pada suhu 60 C, sedangkan air pada suhu 32 C. g. LAWS 3 dari hasil samping kolom fraksinasi LAWS 3 masuk kedalam cooler CL-5,9 pada suhu 111 C. Di cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26 C yang berasal dari cooling tower.maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebut.di sini LAWS 3 mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air, sedangkan suhu air akan naik.laws 3 keluar dari cooler pada suhu 56 C, sedangkan air pada suhu 30 C. 38

39 h. Pertasol 2 dari hasil atas kolom fraksinasi (C-2) Pertasol 2 masuk ke dalam kondensor CN-1-4 pada suhu 90 C.Didalam kondensor terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26 C yang berasal dari cooling tower.maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebut.di sini Pertasol 2 mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air, sedangkan suhu air akan naik.pertasol dua keluar dalam bentu cairan pada suhu 46 C kemudian akan dialirkan menuju ke dalam box cooler (BC 3-6)dan cooler (CL-15,16) sedangkan air keluar dari kondensor dengan suhu 32 C.Dalam kondensor,uap dari pertasol 2 berubah menjadi cair dan didinginkan dalam cooler (CL-4).Pertasol 2 keluar dari cooler pada suhu 39 C, sedangkan air pada suhu 30 C.Walaupun sudah beberapa kali mengalami kondensasi, masih ada uap dalam jumlah relatif kecil yang tidak dapat berubah menjadi cair dan uap.hal ini akan dibuang sebagai gas flare. 39

40 E. VARIABEL OPERASI Proses pengolahan minyak sangat membutuhkan keadaan yang terkondisi dengan baik. Apabila ada perubahan pada salah satu kondisi maka akan berpengaruh pada kondisi yang lainnya. Perubahan-perubahan itu akan dapat mengakibatkan perubahan pada produk yang dihasilkan baik dari segi jumlah maupun dari segi mutu Untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan yang dikehendaki dengan efesien, maka perlu diadakan pengaturan-pengaturan kondisi fisis yang lebih dikenal dengan varibel proses. Yang merupakan variabel proses dari distilasi atmosferik Cepu adalah: 1. Temperatur 2. Tekanan 3. Permukaan cairan (level) 4. Kecepatan aliran (flow rate) 40

41 1. Temperatur a. Temperatur furnace Pemanasan crude oil didalam furnace dibatasi sampai temperatur maksimum 371 C. Namun pada kondisi normal mempunyai trayek temperatur antara C tergantung dari jenis crude oil yang diolah. Apabila temperatur keluaran minyak dari furnace terlalu tinggi,melebihi temperatur yang dipersyaratkan maka akan terjadi reaksi pemecahan (cracking) pada rantai hidokarbon dan akan membentuk senyawa baru yang tidak di kehendaki. Dan juga akan mudah terbentuk cake (kerak). Terbentuknya cake akan mengakibatkan terhambatnya perpindahan panas sehingga efesien dari furnace akan turun. Parikel-partikel cake yang halus dapat masuk ke kolom fraksinasi yang mengakibatkan pengotoran pada tray sehingga fungsinya sebagai alat kontak terganggu. Dan apabila suhu keluaran minyak dari furnace terlalu rendah akan mengakibatkan proses pemisahan fraksi-fraksi didalam kolom fraksinasi akan menjadi tidak sempurna. Hal ini disebabkan karena penguapan yang kurang sehingga masih banyak fraksi ringan yang terikut dalam produk dasar kolom. Pengendalian temperatur dalam furnace sangat penting,mengingat hal tersebut diatas sangat vital,baik untuk produksi maupun untuk keamanan kilang. 41

42 b. Temperatur puncak kolom Temperatur puncak kolom terlalu tinggi maka produk yang dihasilkan akan banyak mengandung fraksi berat. Akibatnya titik didih akhir produk akan naik. Sedangkan temperatur puncak kolom terlalu rendah maka titik didih akhir akan rendah pula. Pengaturan temperatur puncak kolom dilakukan denga menggunakan refluk,yaitu caiaran dingin yang di kembalikan kedalam kolom,yang berguna untuk mengontrol suhu dari puncak kolom. c. Temperatur dasar kolom fraksinasi Apabila temperatur didasar kolom fraksinasi terlalu rendah,maka akan mengakibatkan penurunan titik didih awal dari produk dasar kolom dan juga akan menambah terikutnya jumlah produk karena terikutnya fraksi ringan yang tidak teruapkan. Dan apabila temperatur dasar kolom terlalu tinggi, fraksi berat yang seharusnya tinggal didasar kolom akan naik. Pengaturan dan pengendalian temperatur dasar kolom ini dilakukan dengan menggunakan reboiler,yaitu dengan memanaskan kembali produk dasar kolom. 42

43 2. Tekanan Tekanan dalam kolom fraksinasi akan mempengaruhi proses penguapan. Kenaikan tekanan akan menghambat kenaikan fraksi minyak pada temperatur operasi yang sama. Bila tekanan kolom fraksinasi naik maka produk puncak kolom akan mempunyai titik didih akhir yang rendah, sedangkan penurunan tekanan dalam kolom akan mengakibatkan naiknya titik didih akhir produk puncak kolom. Kenaikan tekanan dalam kolom fraksinasi dapat disebabkan oleh kecepatan penguapan yang tinggi,kecepatan aliran yang masuk terlalu besar,temperatur juga akan tinggi. 3. Permukaan Cairan (Level) Pengaturan dan pengendalian permukaan cairan dilakukan pada semua kolom fraksinasi. Apa bila permuukaan cairan terlalu rendah maka waktu tinggal (resisdence time) dari cairan akan naik akibat banyaknya fraksi yang terikut. Pada umumnya permukaan cairan pada dasar kolom dijaga sekitar 50-70%. Pengaturan dilakukan dengan jalan mengatur laju aliran yang keluar dari dasar kolom. Apabila level terlalu tinggi maka kontrol valve akan membuka lebih besar. Dan apabila level terlalu rendah maka kontrol valve akan membuka lebih kecil. 43

44 4. Kecepatan Aliran (FLow Rate) Kecepatan aliran dapat mempengaruhi kondisi operasi dari operasi lainya yaitu temperatur,apabila itu terjadi pada aliran umpan atau refluk Terganggunya temperatur akan menyebabkan terganggunya produk akhir baik jumlah maupun mutunya. Dalam pengolahan minyak kecepatan banyak mempengaruhi : a. Kecepatan aliran umpan Kecepatan aliran umpan harus dipertahankan stabil agar temperatur pemanas umpan keluar dari furnace jug stabil. Apabila kecepatan umpan melalui furnace dengan cepat maka penguapan pada kolom fraksinasi akan terganggu. Selain itu permukaan caiaran pada dasar kolom akan naik karena banyak terdapat fraksi ringan. Karena itu,kecepatan aliran umpan harus di setting pada keadaan yang inginkan,apabila kecepatan melebihi setting maka control valve akan menutup dan sebaliknya. b. Kecepatan aliran refluk Apabila aliran refluk puncak kolom naik maka temperatur puncak kolom akan turun. Penurunan puncak kolom akan mengakibatkan penurunan titik didik. Dan apabila kecepatan aliran turun,maka temperatur titik didih akhir dari puncak kolom akan naik. c. Kecepatan aliran reboiler Kecepatan aliran reboiler harus dipertahankan stabil,supaya temperatur keluaran dari furnace juga stabil. Apabila aliran reboiler lewat furnace terlalu cepat, maka temperatur keluaran dari furnace akan rendah. Pengaturan aliran reboiler di lakukan dengan jalan mengatur aliran yang masuk kedalam furnace. Sebelumnya di tentukan settling aliran yang diinginkan, apabila aliran lebih besar 44 dari diinginkan, maka control valve akan menutup aliran yang dilakukan oleh pompareboiler dan sebaliknya,sehingga aliran dapat dikendalikan.

45 Gambar Diagram Alir Unit Distilasi Atmosferik Pusdiklat Migas Cepu 45

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas bumi Cepu merupakan intansi pemerintah yang bergerak dibidang pengembangan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Cepu adalah sentral pengeboran sumur minyak pertama yang ada di Indonesia. Peresmian tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB Vsrsteegh, dia tidak

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERALATAN KOLOM FRAKSINASI C-1 DI KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU KERTAS KERJA WAJIB

PENGAMATAN PERALATAN KOLOM FRAKSINASI C-1 DI KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU KERTAS KERJA WAJIB PENGAMATAN PERALATAN KOLOM FRAKSINASI C-1 DI KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU KERTAS KERJA WAJIB Oleh : Nama Mahasiswa : NOVITA ONA KEMON NIM : 311268/A Jurusan : PROSES DAN APLIKASI Program Studi : REFINERY

Lebih terperinci

LAPORAN KULIAH MAGANG MAHASISWA

LAPORAN KULIAH MAGANG MAHASISWA LAPORAN KULIAH MAGANG MAHASISWA ANALISIS PENGARUH KEROSIN TERHADAP SOLAR DENGAN PERBANDINGAN 900:100 DAN 700:300 DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI (PUSDIKLAT MIGAS) CEPU BLORA JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER Alat-alat dipergunakan pada penelitian terdiri dari solvent extraction pilot plant, alat penyangrai dan boiler. ~. SOLVENT

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil F127 Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil Bilal Chabibulloh, Wisnu Kusuma Atmaja, Juwari dan Renanto Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN MAKALAH KIMIA PEMISAHAN Destilasi Bertingkat DISUSUN OLEH : Nama :1. Shinta Lestari ( A1F014011) 2. Liis Panggabean ( A1F014018) 3. Dapot Parulian M ( A1F014021) 4. Wemiy Putri Yuli ( A1F014022) 5. Epo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100. EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN Oleh: RUBEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. Perkembangan itu ditandai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang akhirnya akan mengakibatkan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263 3 3 BAB II DASAR TEORI 2. 1 Bahan Bakar Cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER Oleh : Mohammad Choirul Anam 4213 105 021 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2014 BOILER 1. Dasar Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN XECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS 100.000 TON / TAHUN Oleh: Dewi Riana Sari 21030110151042 Anggun Pangesti P. P. 21030110151114

Lebih terperinci

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID KAPASITAS 70.000 TON/TAHUN Oleh : DANY EKA PARASETIA 21030110151063 RITANINGSIH 21030110151074 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER )

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) Pesawat pengubah panas adalah pesawat pesawat yang bekerja atas dasar perpindahan panas dan satu zatke zat yang lain. A. Dapat digolongkan menurut : 1. Pendinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi yang membutuhkan proses hingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu bahan bakar fosil yaitu minyak.

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1. PLTU Muara Karang. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai Teluk Jakarta, di Muara Karang. Kapasitas terpasang total PLTU Muara Karang sebesar

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA Tahun 1893 Sumur minyak pertama di bor di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda di Telaga Said

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA HORISONTAL

RANCANG BANGUN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA HORISONTAL i LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA HORISONTAL Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) I. Pendahuluan Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 47 BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 30000 TON PER TAHUN Disusun Oleh : Gita Lokapuspita NIM L2C 008 049 Mirza Hayati

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2015 KEMEN ESDM. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Migas. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Furnace : F : Tempat terjadinya reaksi cracking ethylene dichloride menjadi vinyl chloride dan HCl : Two chamber Fire box : 1 buah Kondisi Operasi - Suhu ( o C)

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),

Lebih terperinci

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN oleh Lilis Harmiyanto *) ABSTRAK Di dalam proses distilasi untuk memisahkan gas-gas dengan cairannya perlu pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas.

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas. Pra (Rancangan PabrikjEthanoldan Ethylene danflir ' BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah proses Pada proses pembuatan etanol dari etilen yang merupakan proses hidrasi etilen fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT digilib.uns.ac.id 47 BAB III PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET KAPASITAS 34.000 TON/TAHUN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI O l e h : Agustina Leokristi R

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat proses pabrik isopropil alkohol terdiri dari tangki penyimpanan produk, reaktor, separator, menara distilasi, serta beberapa alat pendukung seperti kompresor, heat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

proses oksidasi Butana fase gas, dibagi dalam tigatahap, yaitu :

proses oksidasi Butana fase gas, dibagi dalam tigatahap, yaitu : (pra (Perancangan (PabnHjhjmia 14 JlnhiridMaleat dari(butana dan Vdara 'Kapasitas 40.000 Ton/Tahun ====:^=^=============^==== BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah Proses Pada proses

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Boiler. Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran tentang boiler secara umum serta fungsi komponen - komponen utama dan fungsi komponen - komponen pendukung bahan boiler.boiler

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP Rusnoto Abstrak Ketel uap adalah suatu pesawat yang fungsinya mengubah air menjadi uap dengan proses pemanasan melalui pembakaran bahan bakar di dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN 1 PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 25000 TON/TAHUN O l e h : Anita Hadi Saputri NIM. L2C 007 009 Ima Winaningsih NIM. L2C 007 050 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

C. Spesifikasi Alat Utilitas 1. Filter 2. Bak Pengendap Awal 3. Bak Penggumpal

C. Spesifikasi Alat Utilitas 1. Filter 2. Bak Pengendap Awal 3. Bak Penggumpal 83 C. Spesifikasi Alat Utilitas 1. Filter Kode : F-01 Fungsi : Menyaring kotoran-kotoran yang berukuran kecil maupun besar Lebar : 15 ft Panjang : 10 ft Diameter : 0,01 m 2. Bak Pengendap Awal Kode : B-01

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR ABSTRAK Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYTEM UNTUK PENURUNAN

Lebih terperinci

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR BAB II INJEKSI UAP PADA EOR Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah istilah dari kumpulan berbagai teknik yang digunakan untuk meningkatkan produksi minyak bumi dan saat ini banyak digunakan pada banyak reservoir

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar... v vi vii DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xii Intisari... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Pendirian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03 BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Metanol Tangki Asam Tangki Metil Sulfat Salisilat Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan asam Menyimpan metil metanol untuk 15 sulfat

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

Instrumentasi dan Pengendalian Proses

Instrumentasi dan Pengendalian Proses 01 PENDAHULUAN Instrumentasi dan Pengendalian Proses - 121171673 salah satu ilmu terapan dalam teknik kimia dengan tujuan utama memberikan dasar pengetahuan tentang: a) dasar-dasar instrumentasi proses

Lebih terperinci

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Nurul Istiqomah (2309 030 075) Rini Rahayu (2309 030 088) Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Danawati Hari Prajitno, M.Pd NIP : 19510729 198603

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

BAB III TUGAS KHUSUS. 3.1 Judul Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong.

BAB III TUGAS KHUSUS. 3.1 Judul Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong. 55 BAB III TUGAS KHUSUS 3.1 Judul Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong. 3.2 Latar Belakang Dalam suatu industri perminyakan, banyak ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. LOKASI PABRIK Pemilihan lokasi pabrik didasarkan atas pertimbangan yang secara praktis lebih menguntungkan, baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis. Adapun faktor-faktor

Lebih terperinci