LAPORAN KULIAH MAGANG MAHASISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KULIAH MAGANG MAHASISWA"

Transkripsi

1 LAPORAN KULIAH MAGANG MAHASISWA ANALISIS PENGARUH KEROSIN TERHADAP SOLAR DENGAN PERBANDINGAN 900:100 DAN 700:300 DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MINYAK DAN GAS BUMI (PUSDIKLAT MIGAS) CEPU BLORA JAWA TENGAH Oleh : GILANG TATAG M JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

2 ii

3 iv

4 KATA PENGANTAR Segala puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, karunia, dan anugerah-nya sehingga penyusunan laporan KMM ini dapat diselesaikan dengan baik. KMM ini merupakan pelaksanaan dari kurikulum pendidikan yang pada kali ini kami laksanakan di Pusdiklat MIGAS Cepu tanggal 2 31 Agustus Pelaksanaan KMM ini bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah kami peroleh saat kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang meliputi lapangan dan kantor. Sehingga dengan KMM ini kami berharap setelah lulus dari kuliah mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dengan baik dan bertanggung jawab. Kuliah Magang Mahasiswa ini merupakan diskriptif keseluruhan kegiatan kami selama sebulan dan sebagai referensi bagi para pembaca agar juga memperoleh tambahan ilmu pengetahuan tentang Pusdiklat MIGAS Cepu. Selama melaksanakan KMM dan penyusunan laporan ini kami telah banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materiil, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih yang diberikan - Nya 2. Yang tercinta kedua orangtuaku yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis secara moril dan materil serta doa yang membuat penulis dapat melaksanakan KMM. 3. Prof. Drs. Sentot Budi R, PhD selaku Ketua Program Studi S1- Kimia FMIPA UNS. 4. Bapak Candra Purnawan, M.si selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan banyak nasehat bagi penulis. 5. Bapak Dr. Rer. Nat. Atmanto Heru W.,M.Si selaku pembimbing KMM yang telah membimbing saya commit dalam to mengurus user proposal KMM. v

5 6. Bapak Yoeswono, Msi selaku Pembimbing Lapangan Pusdiklat Migas Cepu yang telah memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan KMM. 7. Seluruh pegawai dan karyawan Pusdiklat Migas Cepu atas informasi dan keramahan yang sudah diberikan. 8. Teman -Teman Mahasiswa Program Studi S1 Kimia UNS yang tercinta. Teman-teman KMM ITS, POLINEMA, UGM, dan SMK MIGAS yang telah banyak membantu dan melewati hari-hari bersama selama masa KMM di Pusdiklat Migas Cepu. 9. Serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya KMM yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Dengan menyadari atas terbatasnya ilmu yang kami miliki, laporan ini tentu jauh dari sempurna. Untuk itu kami dengan senang hati berterima kasih atas saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan KMM ini bermanfaat bagi kita semua. Surakarta, Desember 2010 Penyusun vi

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Kegiatan Magang Mahasiswa... 3 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profil Umum Perusahaan Sejarah Singkat PUSDIKLAT MIGAS CEPU Penjelasan Umum PUSDIKLAT MIGAS CEPU Struktur Organisasi dan Kepegawaian Uraian Proses vii

7 Laboratorium Pemadam Api dan Keselamatan Kerja Dasar Teori Minyak Bumi Solar Kerosin BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Cara Kerja BAB IV TUGAS KHUSUS 4.1. Hasil Percobaan dan Pembahasan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan S a r a n DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Klasifikasi Minyak Mentah berdasarkan API Gravity Tabel 2. Titik Didih Fraksi Minyak Mentah Hasil Destilasi ix

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perhitungan Blending Solar Dan Kerosen Lampiran 2. Tabel Data Pengukuran Pour Point, Flash Point, Copper Strip Corrosion, Color, Distilasi Lampiran 3. Grafik x

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu yang berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan penerapan ilmu kimia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diaplikasikan dalam dunia industri, diharapkan mampu meningkatkan kualitas perindustrian itu sendiri bahkan kualitas kehidupan masyarakat yang ada. Dengan melihat realita yang ada tersebut, maka setiap mahasiswa harus dapat menggunakan ilmu yang telah diperoleh (baik teori maupun praktek) untuk diterapkan dalam dunia kerja, khususnya dunia industri. Oleh karena itu, untuk mencapai gelar Strata Satu, kurikulum yang ada pada Jurusan Kimia FMIPA UNS mewajibkan setiap mahasiswanya untuk melaksanakan kuliah magang mahasiswa pada sebuah perusahaan industri maupun lembaga yang berkaitan dengan ilmu kimia yang telah diperoleh dalam perkuliahan. Kuliah magang ini juga dilakukan karena mahasiswa tidak dapat hanya mengandalkan teori dan praktek yang diperoleh dalam pendidikan formal, tetapi juga harus mempelajari penerapan ilmu kimia yang ada di lapangan, khususnya dunia industri. Dengan kuliah magang ini, para mahasiswa berkesempatan untuk melakukan pengamatan di lapangan mengenai aplikasi-aplikasi ilmu kimia yang ada dalam industri serta dapat menyaksikan secara langsung prosesproses kimia yang berlangsung dalam industri tersebut. Setelah melaksanakan kuliah magang ini, mahasiswa diharapkan memperoleh banyak pengalaman penting dalam dunia industri yang nantinya dapat dimanfaatkan sehingga akan lebih siap untuk menghadapi tantangan kerja yang ada. Pada kuliah magang ini dipilih Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi (Pusdiklat Migas) Cepu, Blora, Jawa Tengah. Pemilihan ini dilakukan mengingat Pusdiklat commit Migas to user Cepu sebagai salah satu pusat 1

11 pendidikan dan pelatihan dalam bidang industri minyak dan gas bumi (migas) yang merupakan instansi Pemerintah Pusat Indonesia dan bernaung di bawah Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Sumber Daya Mineral yang sangat erat kaitannya dengan ilmu kimia sehingga banyak manfaat serta pengalaman kerja yang dapat diperoleh. Perkembangan negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan tingkat perekonomiannya yang tinggi. Hal ini dapat diwujudkan secara cepat melalui jalur industri. Hampir seluruh industri menggunakan mesin-mesin berat yang menggunakan bahan bakar minyak solar. Minyak solar yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 (terlampir). Spesifikasi ini memberikan batasan maksimum dan minimum suatu produk yang dibuat berdasarkan undang-undang dan pertimbangan kepentingan konsumen atau tipe-tipe mesin yang akan menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Hal ini bertujuan agar mutu minyak solar yang digunakan aman bagi konsumen maupun lingkungan. Laporan ini membahas karakteristik dari minyak solar yang diblending dengan kerosin dengan perbandingan 90% : 10% dan 70% : 30%. Blending yang menghasilkan spesifikasi yang sesuai dengan spesifikasi minyak solar memungkinkan untuk dijadikan sebagai alternatif untuk menghemat bahan bakar solar tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah dan batasan masalah di atas, rumusan masalah pada pengujian ini adalah : 1. Apakah campuran solar dan kerosin yang diuji memiliki spesifikasi yang sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Indonesia No K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 (terlampir)? 2

12 C. Tujuan Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari pengujian ini adalah : 1. Mengetahui apakah campuran solar dan kerosin yang diuji memiliki spesifikasi yang sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Indonesia No K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 (terlampir)? D. Manfaat Kegiatan Magang Mahasiswa Kegiatan Magang Mahasiswa yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain : 1. Bagi Mahasiswa a) Dapat memberikan pengalaman dan wawasan untuk aplikasi ilmu di dunia kerja yang sesungguhnya b) Dapat memberikan informasi tentang spesifikasi dan interprestasi mengenai produk produk minyak bumi, khususnya tentang minyak solar. 2. Bagi Jurusan Kimia FMIPA UNS Menjalin kerjasama dengan jurusan kimia FMIPA UNS dalam program Kegiatan Magang Mahasiswa sebagai salah satu alternatif tempat KMM bagi mahasiswa. 3. Bagi Pusdiklat Migas Cepu Menjalin kerjasama dalam bidang ilmiah dengan saling tukar menukar informasi ilmiah dan juga bisa menjadi mitra dalam penelitian di Pusdiklat Migas Cepu 3

13 BAB II LANDASAN TEORI A. Profil Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PUSDIKLAT MIGAS Cepu Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi atau lebih dikenal dengan PUDIKLAT MIGAS Cepu telah banyak mengalami perubahan dan pergantian nama. Sejarahnya dapat diuraikan menjadi beberapa periode : a. Jaman Hindia Belanda ( ) Pada tahun 1886 seorang sarjana pertambangan Mr. Andrian Stoop berhasil mengadakan penyelidikan minyak bumi di Jawa yang kemudian mendirikan DPM (De Dordortsche Petroleum Maatschappij) pada tahun Pengeboran pertama dilakukan di Surabaya kemudian pada tahun 1890 didirikan penyaringan minyak di daerah Wonokromo. Selain di Surabaya, Mr. Andrian Stoop juga menemukan minyak di daerah Rembang. Pada bulan Januari 1893 Mr. Andrian Stoop mengadakan perjalanan dengan rakit dari Ngawi menyusuri Solo menuju Ngareng, Cepu yang merupakan kota kecil di tepi Bengawan Solo, diperbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Konsesi minyak di daerah ini bernama Panolan yang diresmikan pada tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB Versteegh.AB Versteegh tidak mengusahakan sendiri sumber minyak tersebut tetapi mengontrakkan kepada perusahaan yang sudah kuat pada masa itu yaitu perusahaan DPM di Surabaya. Kontrak berlangsung selama 3 tahun dan baru sah menjadi milik DPM pada tahun Penemuan sumur minyak bermula dari desa Ledok sekitar 10 km dari Cepu. Sumur Ledok 1 dibor pada bulan Juli 1893 yang merupakan sumur pertama di daerah Cepu. Mr. Andrian Stoop menyimpulkan bahwa di daerah Panolan terdapat ladang minyak berkualitas tinggi dalam jumlah yang besar. Namun daerah commit tersebut to user telah dikuasai perusahaan lain. Luas 4

14 area dan kosesi Panolan adalah bahu yang meliputi distrik Panolan sampai dengan perbatasan dengan konsesi Tinawun. Yang termasuk lapangan Ledok adalah area Gelur dan Nglebur yang produktif sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km. Pada tahun 1893 oleh Mr. Andrian Stoop, pengeboran pertama dilakukan dengan kedalaman pertama 94 m dengan produksi 4 m3 per hari. Pengeboran berikutnya di Gelur pada tahun 1897 dengan kedalaman m dengan produksi 20 m3 per hari, sedangkan pengeboran lainnya dapat menghasilkan m3 per hari (sebanyak 7 sumur). Minyak mentah yang dihasilkan diolah di kilang Cepu. Sebelumnya perusahaan di Cepu dan Wonokromo terpusat di Jawa Timur, namun pada perkembangannya usaha diperluas meliputi lapangan minyak Kawengan, Wonocolo, Ledok. Nglobo, Semanggi, dan Lusi. b. Jaman Jepang ( ) Perang Eropa merangsang pemerintah Jepang memperluas kekuasaan di Asia. Pada tanggal 8 Desember 1941 Pearl Harbour yang terletak di Hawaii di bom Jepang. Pengeboman ini menyebabkan meluasnya peperangan di Asia. Pemerintah Belanda di Indonesia merasa kedudukannya terancam, sehingga untuk menghambat laju serangan Jepang, mereka menghancurkan instalasi atau kilang minyak yang menunjang perang, karena pemerintah Jepang swangat memerlukan minyak untuk untuk diangkut ke negerinya, perusahaan minyak terakhir yang masih dikuasai Belanda yang terdapat di pulau Jawa yaitu Surabaya, Cepu, Cirebon. Dimana pada waktu itu produksi di Cepu merupakan produksi yang paling besar dengan total produksi 5,2 juta barel per tahun. Jepang menyadari bahwa pengeboman atas daerah minyak akan merugikan diri sendiri sehingga perebutan daerah minyak jangan sampai menghancurkan fasilitas lapangan dan kilang minyak. Meskipun sumbersumber minyak dan kilang sebagian besar dalam keadaan rusak akibat taktik bumi hangus Belanda, Jepang berusaha agar minyak mengalir kembali secepatnya. Tentara commit Jepang to user tidak mempunyai kemampuan di 5

15 bidang perminyakan sehingga untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil dan terdidik dalam bidang perminyakan sehingga mendapat bantuan tenaga sipil Jepang ynag pernah bekerja di perusahaan minyak Belanda, kemudian menyelenggarakan pendidikan di Indonesia. Lembaga pendidikan perminyakan di Cepu diawali oleh Belanda bernama Midlbare petroleum School di bawah bendera NV. Bataafsche Petroleum Maatshappij (BPM). Setelah Belanda menyerah dan Cepu diduduki Jepang maka lembaga itu dibuka kembali dengan nama Shokko Gakko. c. Masa Indonesia Merdeka ( ) Serah terima kekuasaan dari Jepang dilaksanakan oleh pimpinan setempat kepada bangsa Indonesia. Untuk membenahi daerah minyak di Cepu segera diadakan penertiban tugas-tugas operasional dan pertahanan.berdasarkan Maklumat Menteri Kemakmuran No. 5, perusahaan minyak di Cepu disiapkan sebagai Perusahaan Tambang Minyak Negara (PTMN). Adapun daerah kekuasaan meliputi lapanganlapangan minyak di daerah sekitar Cepu, kilang Cepu dan lapangan di daerah Bongas (Jawa Barat). Pada bulan Desember 1948 Belanda menyerbu ke Cepu. Pabrik minyak PTPN Cepu di bumi hanguskan. Pada akhir tahun 1949 dan menjelang tahun 1950 setelah adanya penyerahan kedaulatan maka pabrik minyak Cepu dan lapangan minyak Kawengan diserahkan dan diusahakan kembali oleh BPM. d. Periode Tahun (Administrasi Sumber Minyak) Setelah kembalinya pemerintah RI di Yogyakarta, maka tambang minyak Ledok, Nglobo, Semanggi dan Lusi diserahkan kepada Komando Distrik Militer Blora. Tambang minyak di daerah tersebut diberi nama Administrasi Sumber Minyak (ASM) dan di bawah pengawasan kodim Blora. 6

16 e. Periode Tahun (BPM / SHELL) Perusahaan BPM sebelum PD II menguasai kilang minyak di Cepu dan setelah Agresi Militer Belanda II berubah nama menjadi SHELL. Selanjutnya SHELL melakukan perbaikan-perbaikan seperlunya di lapangan minyak Kawengan dan Kilang Cepu. Tingkat produksi kurang menguntungkan sedangkan biaya yang dibutuhkan besar sehingga merugikan perusahaan SHELL sendiri. f. Periode Tahun (Perusahaan Tambang Minyak Rakyat Indonesia) Pada tahun 1951 pengusahaan minyak di lapangan Ledok, Nglobo dan Semanggi oleh ASM diserahkan pada pemerintah Sipil. Untuk kepentingan tersebut dibentuk panitia kerja yaitu Badan Penyelenggara Perusahaan Negara di bulan Januari 1951 yang kemudian melahirkan Perusahaan Tambang Minyak Rakyat Indonesia (PTMRI). Produk yang dihasilkan PTMRI berupa bensin, kerosin, solar dan sisanya residu. Pada tahun 1957 PTMRI diganti menjadi tambang minyak Nglobo CA (Combie Anexis). g. Periode Tahun (PN. PERMIGAN) Pada tahun 1961 berdasarkan UU No. 19 /1960 dan UU No. 44 / 1960 maka didirikan 3 perusahaan minyak yaitu : a) PN Pertambangan Minyak Indonesia (PN Pertamina) sebagai perusahaan muda campuran antara pamerintah RI dengan BPM atas dasar 50% : 50%. b) PN Pertambangan Minyak Nasional (PN Pertamina), sebagai penjelmaan dari PT. PERTAMINA yang didirikan pada tahun 1957 dengan PP No. 1981/1961. c) PN Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (PN. PERMIGAN), sebagai penjelmaan dari tambang minyak Nglobo CA (dahulu PTMRI) dengan PP No. 199 tanggal 5 Juni Dari ketiga perusahaan tersebut PN PERMIGAN adalah yang terkecil, dimana kapasitas produksinya adalah m3 perhari. h. Periode Tahun commit (LEMIGAS to user PUSDIK MIGAS) 7

17 Pada tahun 1963 Biro Minyak berubah menjadi Direktorat Minyak dan Gas Bumi (DMGB). Di dalam organisasi DMGB terdapat bagian laboratorium untuk persiapan penelitian dalam industri perminyakan di Indonesia. Menteri Perindustrian dan Perdagangan menginstruksikan agar DMGB meningkatkan kemampuannya dalam aspek teknis Minyak dan Gas Bumi untuk keperluan di atas, maka dibentuk kepanitiaan yang terdiri dari unsurunsur Pemerintah, Pertamina, Pertamin dan Permigan. Panitia mengusulkan agar dibentuk Badan yang bergerak dalam bidang Riset dan Pendidikan Minyak dan Gas Bumi. Dengan Surat Keputusan Meteri di lingkungan Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi No. 17/M/Migas/1965 ditetapkan organisasi urusan Minyak dan Gas Bumi adalah LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tanggal 20 Agustus 1968, dalam rangka peningkatan dan melancarkan produksi Minyak dan Gas Bumi terjadi penggabungan antara PN PERTAMIN dengan PN PERMINA menjadi satu perusahaan negara dengan nama Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN Pertamina). Upaya PUSDIK MIGAS LEMIGAS untuk meningkatkan fungsi kilang Cepu sebagai sarana operasi pengolahan dan sebagai sarana diklat proses dan aplikasi sudah cukup memadai, namun kilang Cepu yang sebagian besar pembuatan dan pemasangan tahun 1930-an dan pernah mengalami pembumi hangusan waktu tentara Jepang masuk ke Cepu. Karena kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam kegiatan Minyak dan Gas Bumi banyak, maka tenaga-tenaga muda Indonesia banyak dikirim ke luar negeri pada tanggal 7 Februari 1967 di Cepu diresmikan AKAMIGAS (Akademi Minyak dan Gas Bumi) angkatan pertama ( I ). Pada tanggal 4 Januari 1966 Industri Minyak Cepu mulai bangun kembali dengan ditetapkan Cepu sebagai Pusat Pendidikan dan Latihan Lapangan Perindustrian Minyak dan Gas Bumi (PUSDIK MIGAS). i. Periode Tahun commit (PPTMGB to user LEMIGAS ) 8

18 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 646 tanggal 26 Desember 1977, LEMIGAS diubah menjadi bagian Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dan namanya diganti menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS (PPTMGB LEMIGAS ). j. Periode Tahun (PPTMIGAS) Berdasarkan Surat KEPPRES No. 15 tanggal 6 Maret 1984, Organisasi Pertambangan dan Energi dikembangkan dan PPTMGB LEMIGAS menjadi Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi (PPTMIGAS). Berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 0177/1987 tanggal 5 Maret 1987, dimana wilayah PPTMIGAS yang dimanfaatkan diklat operasional atau laboratorium lapangan produksi diserahkan ke PERTAMINA UEP III Lapangan Cepu, sehingga kilang Cepu mengoperasikan pengolahan Crude Oil milik PERTAMINA. k. Periode Tahun 2001-sekarang (PUSDIKLAT MIGAS) Berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 150/2001 tanggal 2 Maret 2001, PPTMIGAS diganti menjadi PUSDIKLAT MIGAS dan diperbaharui dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No Tahun 2005 tanggal 20 Juli Penjelasan Umum PUSDIKLAT MIGAS a. Lokasi Pusdiklat Migas Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perminyakan dan Gas Bumi berlokasi di : Desa : Karangboyo Kecamatan : Cepu Kabupaten : Blora Propinsi : Jawa Tengah Tepatnya di Jalan Sorogo nomor 1 Cepu. Ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis, lokasi tersebut cukup strategis karena adanya beberapa faktor yang mendukung, antara lain : 1) Bahan baku 9

19 Sumber bahan baku berasal dari Kawengan, Ledok, Nglobo dan Semanggi yang dioperasikan oleh PT Pertamina EP Region Jawa Area Cepu serta Wonocolo yang merupakan pertambangan rakyat di bawah pengawasan PT Pertamina EP Region JawaAreaCepu. 2) Air Sumber air berasal dari sungai Bengawan Solo yang berdekatan dengan kilang sehingga kebutuhan air baik untuk proses pengolahan maupun untuk air minum lebih mudah terpenuhi. 3) Transportasi Letak kilang tidak jauh dari rel kereta api maupun jalan raya yang menghubungkan kota-kota besar sehingga dapat memperlancar distribusi hasil produksi. 4) Tenaga kerja Letak kilang tidak jauh dari kota-kota pendidikan sehingga mudah untuk memperoleh atau mendatangkan tenaga kerja yang terdidik dan terampil. 5) Fasilitas pendidikan Fasilitas untuk pendidikan cukup memadai meskipun sudah cukup tua seperti kilang, laboratorium, bengkel dan lain-lain. b. Kualifikasi Lapangan Minyak di Daerah Cepu Menurut tingkat pengeksploiasiannya, lapangan Cepu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) Lapangan-lapangan status produksi Lapangan status produksi adalah lapangan-lapangan yang masih memproduksi minyak dan gas yaitu lapangan Kawengan, Ledok, Nglobo, Semanggi, Wonocolo dan lapangan gas Balun. 2) Lapangan-lapangan status semi eksplorasi Yang dikategorikan pada status ini adalah lapangan yang telah dipelajari mempunyai cadangan awal tetapi masih belum diproduksi atau dikembangkan lebih lanjut seperti lapangan Balun, Tobo, 10

20 Ngasem, Dander, Alas Dara dan Kemuning (Mobil Cepu Limited Exxon Mobil) 3) Lapangan-lapangan status ditinggalkan sementara Lapangan dengan status ditinggalkan sementara adalah lapanganlapangan yang ditinggalkan sementara karena ada masalah teknis atau non teknis. Terdaftar sekitar 15 lapangan yang masuk kategori ini antara lain lapangan Metes, Banyuasin, Banyuabang, Ketringan, Tungkul, Kedinding, Ngraho, Tambi, Kadewan, Dandanggilo, Kidangan, Petak, Kluwih dan lapangan Gabus. 3. Struktur Organisasi dan Kepegawaian Bentuk dan susunan organisasi di lingkungan Pusdiklat Migas dipimpin oleh seorang Kepala Pusat yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh tiga orang kepala bidang dan satu orang kepala bagian tata usaha serta kelompok fungsional. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut : a. Bidang pelatihan, terdiri dari dua sub bidang, yaitu : a. Sub bidang penyiapan pelatihan b. Sub bidang pelaksanaan pelatihan b. Bidang sarana laboratorium dan bengkel, terdiri dari dua sub bidang, yaitu: a. Sub bidang laboratorium b. Sub bidang bengkel c. Bidang sarana kilang, terdiri dari dua sub bidang, yaitu : a. Sub bidang kilang b. Sub bidang utilitas d. Bagian tata usaha, terdiri dari dua sub bidang, yaitu : a. Sub bidang kepegawaian dan umum b. Sub bidang keuangan dan rumah tangga Tenaga kerja di PUSDIKLAT MIGAS Cepu sebagian besar adalah pegawai negeri sipil. Bila masa kerjanya selesai maka mereka mendapat pensiun. 11

21 Khusus bagian kilang yang memerlukan kerja rutin 24 jam, jam kerja dibagi menjadi tiga shift : Shift I : WIB Shift II : WIB Shift III : WIB Pergantian shift dilakukan setiap lima hari sekali dan setelah shift III mendapatkan dua hari libur. Jam kerja dalam seminggu adalah 40 jam dan selebihnya dihitung sebagai lembur. 4. Uraian Proses A. Unit Kilang Proses pengolahan minyak mentah (crude oil) di kilang Pusdiklat Migas Cepu menggunakan prinsip distilasi atmosferik yaitu pengolahan minyak pada tekanan atmosfer berdasarkan trayek titik didihnya untuk menghasilkan fraksi-fraksi minyak yang diinginkan. Pada unit kilang ini, berlangsung proses distilasi, treating dan proses blending. 1) Bahan baku dan produk Minyak mentah (crude oil) merupakan campuran yang sangat kompleks dari senyawa-senyawa hidrokarbon dan sedikit unsur belerang, nitrogen, oksigen, logam-logam dan garam-garam mineral yang sebelum diproses di kilang harus dipisahkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu proses dan mengurangi kualitas produk. Ada tiga jenis crude oil : a) Crude oil parafinis b) Crude oil aspaltis c) Crude oil campuran (mixed) 2) Proses di Kilang a. Proses distilasi atmosferik Proses distilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan fraksi-fraksi yang terkandung dalam minyak mentah menjadi produk-produk yang diinginkan. Proses ini meliputi : 1. Pemanasan awal dalam commit heat to exchanger. user 12

22 2. Pemanasan dalam furnace 3. Penguapan dalam evaporator 4. Pemisahan fraksi-fraksi minyak dalam kolom fraksinasi dan stripper berdasarkan perbedaan trayek titik didih. 5. Pengembunan dan pendinginan dalam kondensor dan cooler. 6. Pemisahan air dalam separator. b. Proses treating Proses ini merupakan proses pengurangan atau penghilangan impurities yang terdapat dalam minyak bumi di unit pengolahan Pusdiklat Migas Cepu, proses ini dilakukan dengan NaOH terhadap pertasol untuk mengurangi kadar H 2 S dan RSH. Impurities dalam produk perlu dihilangkan karena dapat mengakibatkan : 1. Turunnya mutu cat 2. Menurunkan stabilitas 3. Timbulnya bau yang tidak enak dari pembakaran 4. Korosif terhadap peralatan Proses reaksi yang terjadi : RSH + NaOH RSNa + H 2 O H 2 S + 2 NaOH Na 2 S + 2 H 2 O c. Proses blending Proses ini merupakan pencampuran antara dua zat yang mempunyai komposisi yang berbeda untuk memperoleh hasil yang telah ditentukan : 1. Meningkatkan mutu/kualitas produk 2. Membuat produk baru d. Variabel Proses Variabel proses pada pengolahan minyak mentah menjadi produk antara lain : 1) Temperatur 2) Tekanan 3) Kecepatan alir 4) Permukaan cairan commit / level to user 13

23 B. Peralatan di Unit Kilang Peralatan-peralatan yang ada di kilang yaitu : a) Unit WaxPlant WaxPlant di PUSDIKLAT MIGAS Cepu adalah peninggalan BPM (Bataafche Petroleum Maatcshappi). Waxplant ini kemudian dibangun kembali pada tahun 1962 oleh PERMIGAN. a. Bahan Baku dan Produk Bahan baku yang digunakan di WaxPlant PUSDIKLAT MIGAS Cepu adalah PH solar (Parafin High solar) dengan titik beku o F dan kadar wax 20-30% yang merupakan hasil samping distilasi atmosferik kilang Cepu. Sedangkan produk yang dihasilkan adalah batik wax yaitu sejenis wax dengan titik leleh o F dan kandungan minyak kurang lebih 2,5% berat. b. Uraian Proses Untuk mengolah PH solar menjadi batik wax yang siap dipasarkan, dilakukan beberapa proses pengolahan sebagai berikut : 1. Proses Dewaxing 2. Proses Sweating 3. Proses Treating 4. Proses Moulding c. Peralatan Utama 1. Tangki AMS (Allan Moore Stove) 2. Pompa Pompa yang terdapat pada waxplant antara lain : a. Pompa reciprocating, adalah pompa yang digerakkan dengan steam untuk memompa feed dan produk. b. Pompa sentrifugal, adalah pompa yang digerakkan oleh motor listrik untuk mengalirkan air pendingin. c. Pompa screw, adalah pompa yang dilengkapi dengan ulir dan digerakkan oleh motor listrik untuk mengalirkan PH solar ke filterpress. 14

24 d. Pompa plunger, adalah pompa yang digerakkan dengan motor listrik untuk mengirim PH solar ke filter press. b) Utilitas Dan Unit Penunjang Utilitas merupakan bagian dari pabrik yang bertujuan menyediakan bahan-bahan pembantu proses sebagai sarana untuk memperlancar proses operasi di kilang, wax plant, dan keperluan lainnya. Utilitas meliputi : 1. Penyediaan air industri atau air minum 2. Penyediaan steam atau uap bertekanan 3. Penyediaan udara bertekanan 4. Penyediaan gas alam 5. Penyediaan bahan bakar 6. Penyediaan tenaga listrik c) Power Plant Merupakan unit yang menangani penyediaan listrik. Power plant di Pusdiklat Migas Cepu menggunakan pembangkit tenaga diesel dengan pertimbangan teknis : 1. Bahan bakar yang dipakai adalah solar yang sudah tersedia di Pusdiklat Migas Cepu, sehingga tidak ada ketergantungan dengan instansi lain. 2. Sistem startingnya lebih mudah dan mesinnya kuat 3. Kebutuhan listrik dipenuhi sendiri oleh power plant sebab : 4. Perlu adanya kontinuitas pelayanan tenaga listrik, sehingga dapat menunjang operasi kilang dan pendidikan. 5. Semakin besarnya kebutuhan tenaga listrik yang digunakan untuk keperluan operasional dalam rangka operasi kilang dan pendidikan. Fungsi PLTD yang ada di Pusdiklat Migas Cepu adalah untuk melayani kebutuhan tenaga listrik di : 1. Pusdiklat Migas a. Kebutuhan dalam pabrik. b. Kebutuhan di luar pabrik 2. PERTAMINA 15

25 d) WaterTreatment Merupakan unit pengolahan air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan untuk menunjang kebutuhan operasi pabrik. Unit Watertreatment mengambil air dari sungai Bengawan Solo untuk diolah menjadi : 1. Air minum 2. Air pendingin 3. Air umpan boiler 4. Air pemadam kebakaran Unit yang ada di dalam unit watertreatment yaitu : e) Unit Raw Water Pump Station Fungsi unit ini adalah menghisap air baku dari Bengawan Solo menggunakan pompa centrifugal menuju kedua tempat yaitu : 1. Bak YAAP (kali Solo II) untuk diolah menjadi air industri 2. Bak Segaran, untuk digunakan sebagai feed pada unit CPI (CorrugatedPlated Interceptor) f) Unit Pengolahan Air Industri Unit ini berfungsi untuk mengolah air baku dari Bengawan Solo yang diambil dengan pompa yang dipasang 12 meter di bawah permukaan air dalam RPKS I dan menghasilkan air industri. Sedangkan proses yang dilakukan adalah : 1. Proses Screening (Penyaringan Awal) 2. Sedimentasi (Pengendapan) Tujuan pengendapan : a. Menghilangkan kekeruhan b. Mengurangi kesadahan c. Menghemat pamakaian bahan kimia 3. Koagulasi dan Flokulasi Merupakan proses pembentukan flok dengan jalan penambahan koagulan pada air, kemudian flok mengendap. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi : 16

26 a. Jenis koagulan dan dosisnya b. Suhu c. Pengadukan d. Waktu penggumpalan e. Derajat keasaman Faktor-faktor yang menentukan flokulasi a. Penambahan bahan kimia b. Pengadukan c. Kontak yang baik Reaksi yang terjadi saat koagulasi : Al2 (SO 4 ) 3.18H 2O+ 3Ca(HCO 3 ) 2 2Al(OH) 3 + 3CuSO 4 + CO H 2O 4. Flotasi Proses flotasi merupakan proses pemisahan partikel-partikel yang lebih ringan dengan cara pengapungan berdasarkan perbedaan berat jenis, partikel ringan naik ke atas dan dibuang melalui overflow. Faktor-faktor yang mempengaruhi flotasi yaitu : a. Waktu b. Perbedaan berat jenis partikel dengan air c. Suhu Macam-macam proses flotasi : a. Flotasi alami Partikel memisah dengan sendirinya b. Flotasi dengan bantuan Partikel memisah dengan bantuan dari luar. 5. Klarifikasi Merupakan proses penjernihan, yang merupakan gabungan dari proses sedimentasi, koagulasi, dan flokulasi. Proses ini dilakukan dengan : a. Memperbesar konsentrasi flok b. Recycle Sludge 17

27 Untuk memperbesar flok dapat dilakukan dengan memberikan kontak yang baik antar partikel, melalui pengadukan atau sirkulasi. 6. Filtrasi Pada proses klarifikasi, masih ada partikel-partikel yang belum sempat mengendap, sehingga perlu dilakukan penyaringan. Dasar proses penyaringan adalah perbedaan diameter partikel dengan diameter media penyaring. Partikel-partikel yang berukuran lebih besar daripada media penyaring akan tertahan dan bisa dipisahkan. Ada dua dasar metode filtrasi : a. Gravity filter, yaitu filtrasi dengan memanfaatkan gaya gravitasi b. Filtrasi melewati berbagai media berpori c. Pressure filter Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses filtrasi : a. Kualitas filtrat dan kandungan bahan yang diijinkan b. Kualitas cairan yang disaring c. Fasilitas pencucian d. Kualitas bahan yang dipisahkan e. Kondisi instalasi g) Unit Pengolahan Air Minum Sebagian dari air industri juga digunakan untuk air minum dengan menambah proses dari proses yang ada dalam pengolahan air industri, yaitu : 1. Disinfeksi Merupakan proses penghilangan kuman patogen. Ada dua macam disinfeksi : a. Secara fisis : penyinaran, penyaringan, adsorbsi, pasteurisasi, elektrolisis b. Secara kimia :menggunakan gas klor 2. Proses Penimbunan dan Pengumpulan Pengumpulan air dalam jumlah banyak bertujuan : a. Menjaga kelangsungan produksi b. Membantu pengendapan 18

28 c. Sebagai persediaan atau cadangan Air yang ditimbun adalah : a. Air baku b. Air setengah jadi c. Air produk 3. Aerasi Merupakan proses penambahan O 2 ke dalam air 4. Distribusi Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pendistribusian air, yaitu : a. Ketinggian tempat b. Kebutuhan air c. Perkembangan kebutuhan yang akan datang d. Macam keperluan e. Tekanan air Metode distribusi yang dilakukan : a. Distribusi secara gravitasi Merupakan sistem distribusi air berdasarkan perbedaan tinggi tempat. b. Distribusi dengan pompa langsung Merupakan sistem distribusi dengan memompa langsung dari tempat pengolahan ke tempat penggunaan c. Distribusi dengan pompa dan tangki timbun Merupakan sistem distribusi dengan pompa ke tangki timbun yang ditempatkan di tempat yang tinggi kemudian didistribusikan secara gravitasi. h) BoilerPlant Boiler atau ketel uap adalah suatu alat yang digunakan untuk mentransfer panas dari hasil pembakaran bahan bakar ke air sehingga dihasilkan uap air. Boiler plant ini menangani penyediaan steam, udara bertekanan dan air pendingin. 19

29 1. Penyediaan steam (uap bertekanan) Penyediaan steam dilakukan dengan mengumpankan air ke dalam boiler sehingga diperolah uap. Steam digunakan untuk : a. Media penggerak mesin b. Media pemanas : 1. Pemanas tangki, yaitu memanaskan minyak-minyak berat atau minyak yang viskos agar tetap berada dalam fase cair sehingga mudah dipompa. 2. Memanaskan air pada deaerator sampai suhu 80 o C untuk menghilangkan gas-gas terlarut, misal O 2 yang dapat menyebabkan korosi. c. Media pembantu Steam diinjeksikan ke menara fraksinasi untuk menurunkan titik didih dari fraksi-fraksi minyak. Steam juga digunakan sebagai stripping agent di stripper. d. Proses pengolahan di wax plant 2. Penyediaan Udara Bertekanan Udara dilewatkan ke kompresor sehingga tekanannya naik dan didistribusikan ke unit yang membutuhkan. Udara bertekanan digunakan sebagai : a. Media instrumen pneumatik b. Media kerja lainnya : pencuci filter pada wax plant Kompresor yang digunakan bertipe screw dan reciprocating compressor 3. Penyediaan Air Pendingin Proses penyediaan air pendingin dilakukan dengan melewatkan air bekas pendingin dari cooler dan kondenser pada cooling tower sehingga suhu air tersebut turun. i) Unit Pengolahan Limbah 20

30 Setiap proses di industri akan menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Dalam pengoperasian kilang, Pusdiklat Migas Cepu menghasilkan limbah cair yang nantinya dibuang ke sungai Bengawan Solo. Limbah cair ini diolah terlebih dahulu sebelum dibuang agar tidak mengakibatkan pencemaran dan merugikan ekosistem sungai serta mesyarakat sekitarnya. Unit pengolahan limbah di Pusdiklat Migas Cepu bertujuan untuk : 1. Melindungi ekosistem air dari dampak kekurangan oksigen akibat tertutupnya permukaan air oleh minyak. 2. Mengurangi kadar polutan dalam air buangan proses agar tidak menimbulkan pencemaran. 3. Menghindari timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan. 5. Laboratorium Laboratorium di PUSDIKLAT MIGAS Cepu berfungsi untuk menguji karakteristik bahan baku dan kualitas produk untuk memenuhi standard atau spesifikasi yang diinginkan. Labotarorium yang ada terdiri dari: a. Laboratorium Analisis Minyak Laboratorium ini digunakan untuk menganalisis bahan baku dan produk yang dihasilkan dari unit kilang dan wax plant sehingga bila ada ketidak sesuaian dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dapat diatasi secepatnya. Analisis tersebut menggunakan standard ASTM (American Society for Testing Materials) dan IP(Institute of Petroleum). Analisis yang dilakukan antara lain : 1. Specific gravity (ASTM 1298) Merupakan perbandingan densitas antara suatu cairan/zat tertentu terhadap densitas air pada volume yang sama dan temperatur yang sama. 2. Warna (ASTM 1500) 3. Flash point (ASTM D 92, D 93, D 56) Adalah suhu terendah dimana campuran uap minyak dan udara dapat menyala oleh api. 21

31 4. Pour point (ASTM D97) Adalah suhu terendah dimana produk minyak bumi masih dapat mengalir bila didinginkan pada kondisi tertentu. 5. Aniline point (ASTM D 611) Adalah temperatur terendah dimana aniline dan sampel dapat bercampur. 6. Water content (ASTM D 95) 7. Smoke point (ASTM D 1322) Adalah nyala maksimum dalam milimeter dimana campuran produk minyak dan udara terbakar tanpa menimbulkan asap bila campuran dibakar pada alat standard dengan kondisi tertentu. Analisis ini dilakukan untuk produk avtur dan kerosine. b. Laboratorium Analisis air Analisis yang dilakukan di laboratorium analisis air antara lain : 1. Pemeriksaan klor aktif 2. ph meter 3. Pemeriksaan total alkalinity Total alkalinity adalah jumlah ion karbonat, bikarbonat dan hidroksida yang dinyatakan dalam CaCO3. 4. Total hardness (kesadahan) 5. Total solid 6. Pemadam api dan Keselamatan kerja Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab setiap pekerja yang mengandung pengertian usaha mengubah kondisi kerja yang semula tidak aman menjadi aman, sehingga para pekerja dalam melaksanakan tugasnya dapat terhindar dari bahaya-bahaya keselamatan kerja. Peraturan-peraturan yang berkenaan dengan keselamatan kerja yang ada di PUSDIKLAT MIGAS Cepu berdasarkan pada : a. PP No.11 tahun 1979 pasal 36 b. UU No.1 tahun 1970 Bab III pasal 3 dan 4 Adapun tujuan dari keselamatan commit kerja to adalah user sebagai berikut : 22

32 1. Menjamin setiap pekerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan tugas untuk kesejahteraan hidunpnya sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. 2. Menjamin keselamatan orang yang berada di lokasi kerja. 3. Menjamin agar sumber produksi dapat terpelihara dengan baik dan dapat digunakan secara efisien. 4. Menjamin agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun. a) Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak kita harapkan yang dapat menimbulkan kerugian, dimana kerugian tersebut dapat menimpa manusia, atau peralatan kerja dan bangunan, sehingga kecelakaan kerja tersebut dapat mengganggu proses produksi. b) Kecelakaan kerja menurut kejadiannya 1. Kecelakaan biasa Merupakan kejadian yang menimpa manusia di lingkungan masyarakat umum, dimana masalah dari segi biaya akibat kecelakaan ditanggung oleh masing-masing individu. 2. Kecelakaan industri a. Kecelakaan kompensasi, yaitu kecelakaan yang terjadi di luar jam kerja, namun kerugian akibat kecelakaan tersebut ditanggung perusahaan. b. Kecelakaan perusahaan, yaitu kecelakaan yang terjadi pada jam kerja dan kerugian karenanya ditanggung perusahaan. c) Hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja 1. Faktor manusia a. Bekerja tanpa adanya rencana yang baik b. Bekerja dengan ceroboh c. Bekerja dalam kecepatan yang salah (missal : putaran mesin tidak sesuai dengan kebutuhannya) d. Bekerja tanpa menggunakan commit alat pelindung to user keselamatan kerja 23

33 e. Bekerja sambil bersendau gurau 2. Faktor tempat pekerjaan a. Ruang kerja yang terlalu sempit dan tidak bisa digunakan untuk bergerak bebas. b. Penerangan yang kurang memadai sehingga penglihatan terganggu. c. Ruangan yang ventilasinya tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan. d. Peralatan tidak memungkinkan lagi untuk digunakan. e. Ruangan kerja yang terlalu ramai sehingga dapat mengganggu konsentrasi pekerja. f. Kebersihan dan ruangan kerja yang terbengkalai. d) Struktur Organisasi 1. Seksi pemadam api dan keselamatan kerja Seksi ini mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menyusun rencana pencegahan, antara lain menyusun peraturan, instruksi, petunjuk, atau prosedur dan peningkatan ketrampilan. b. Mengadakan penyelidikan terhadap keselamatan kerja dan penanggulangannya (lindungan lingkungan) Seksi ini dibagi menjadi beberapa sub seksi yang memiliki tugas berbeda, yaitu : a. Sub sie operasional fire/ pemadam api (DMC.PF.01) Tugas-tugas umum dari sub seksi ini adalah : 1) Menanggulangi segala macam bentuk bahaya-bahaya kebakaran, peledakan, keselamatan kerja, dan masalah pencemaran. 2) Melaksanakan tugas-tugas non rutin, yaitu mengadakan latihan-latihan pemadam api (PA) terhadap kru pemadam api. 3) Melaksanakan tugas darurat yang mendadak, seperti kebakaran, peledakan, kecelakaan kerja dan lainnya. 4) Maintenance, yaitu perawatan, pemeliharaan dan perbaikan terhadap peralatan-peralatan kerja dari pemadam api (PA). 5) Pengelolaan gudang dan mengurusi pengadaan barang yang diperlukan untuk operasi pemadam commit kebakaran. to user 24

34 6) Melakukan pendataan setiap 6 bulan sekali untuk memeriksa APAR (Alat Pemadam Api Ringan) 7) Memeriksa jaringan hidran di seluruh lokasi rawan kebakaran di Pusdiklat Migas Cepu. b. Sub sie pendidikan dan latihan fire and safety (BDM.PF.02) Tugas umum dari sub seksi ini adalah melaksanakan pendidikan dan latihan bagi karyawan di lingkungan Pusdiklat Migas Cepu dan instansi yang sedang melaksanakan pelatihan dan pendidikan di Pusdiklat Migas Cepu. c. Sub sie lindungan lingkungan (BDM.PF.03) Tugas umum dari sub seksi ini adalah : 1) Memantau kondisi lingkungan agar tetap aman. 2) Memantau kondisi limbah sehingga persentase minyak di dalamnya kecil dan layak dibuang ke lingkungan. d. Sub sie keselamatan kerja (BDM.PF.04) Tugas umum sub seksi ini adalah : 1) Menjamin keselamatan kerja di lokasi kerja. 2) Mendata masalah kecelakaan kerja yang terjadi sebagai laporan ke Depnaker dan Dirjen Migas Jakarta. 3) Melaksanakan tugas rutin, yaitu mengawasi pekerja yang ada di lingkungan Pusdiklat Migas Cepu. Adapun pekerjaan yang ditangani adalah masalah listrik, sipil, mekanik, dan sebagainya. 4) Mengadakan pengarahan dan bimbingan kepada para praktikan, mahasiswa AKAMIGAS, maupun perguruan tinggi lainnya. 5) Mengadakan inspeksi kerja di seluruh lokasi Pusdiklat Migas Cepu (listrik, mekanik, sipil, dan lainnya) 6) Mengadakan pengarahan kepada para pekerja yang akan melakukan pekerjaan di daerah-daerah rawan atau berbahaya. Umumnya menggunakan rekomendasi surat panas bila pekerjaan menggunakan panas dan surat dingin bila tidak menggunakan panas dalam melakukan pekerjaan. 25

35 B. Dasar Teori 1. Minyak Bumi Teori yang menyatakan asal usul minyak bumi adalah Organic Source Materials. Teori ini mengatakan binatang dan tumbuh-tumbuhan berakumulasi di dalam suatu tempat selama berjuta-juta tahun yang lalu. Contohnya dalam swaps, delta terkomposisi oleh reaksi bakteri, karbohidrat, dan protein dipecah menjadi gas atau komponen yang larut dalam air dan dalam tanah. Bahan yang larut dalam lemak diubah menjadi minyak bumi melalui suatu reaksi dengan suhu rendah. Cairan minyak bumi ini kemudian berpindah ke pasir alam atau reservoir batu kapur. a). Komposisi dan Klasifikasi Minyak Bumi Senyawa minyak bumi tersusun dari hidrogen dan karbon menjadi hidrokarbon, juga terdapat senyawa lain yang mengandung sejumlah kecil belerang, nitrogen, oksigen, dan logam. Komposisi kimia dan fisis minyak bumi mentah sangat bervariasi, tetapi komposisi elementer pada umumnya terdiri dari (Gruse & Stevens) : a. Karbon (C) : 83-87% b. Hidrogen (H) : 11-15% c. Belerang (S) : 0,4-6% d. Nitrogen (N) : 0,1-2% e. Oksigen (O) : 0,1-2% f. Logam : 0-0,1% Setiap ladang minyak bumi menghasilkan minyak mentah yang berbedabeda sehingga diperlukan suatu cara untuk menentukan jenis minyak yang akan dapat mempermudah gambaran mengenai produk-produk minyak mentah tersebut. Komposisi minyak mentah mempunyai variasi yang tak terhingga sehingga klasifikasinya menjadi sulit. b). Klasifikasi Berdasarkan API Gravity Klasifikasi berdasakan API Gravity merupakan klasifikasi sederhana, ada suatu kecenderungan bahwa API Gravity minyak 26

36 mentah makin tinggi maka minyak mentah tersebut mengandung fraksi ringan dalam jumlah besar (Kontawa, Lemigas). Tabel 1. Klasifikasi Minyak Mentah Berdasarkan API Gravity nis Minyak Bumi PI Gravity esific Gravity ngan ngan-sedang erat-sedang erat ngat berat >39,0 39,0-35,0 35,0-32,1 32,1-24,8 <24,8, , , ,905,905 c). Klasifikasi Berdasarkan Kandungan Berdasarkan kandungannya, minyak mentah dibagi menjadi empat macam, yaitu : Paraffin crude oil, Straight run naptha crude oil, Intermediate (mixed) crude oil, dan Aromatic base crude oil. a. Paraffin crude oil Minyak mentah ini banyak mengandung parafin. Sesuai dengan karakteristik parafin yang memiliki kestabilan tinggi karena merupakan senyawa jenuh, di mana pada suhu kamar tidak bereaksi dengan alkali pekat, asam sulfat, dan asam nitrat, tetapi dapat bereaksi dengan khlor dengan bantuan sinar matahari. Contoh senyawa parafin adalah alkana. Minyak mentah ini apabila telah diolah menjadi produk memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mempunyai viskositas yang tinggi 2. Mengandung sulfur yang rendah 3. Mempunyai bilangan octane yang rendah. b. Straight run naphta crude oil Jenis ini banyak mengandung naphta, yang memiliki formula hampir sama dengan olefin (ethylene), hanya saja olefin merupakan senyawa tak jenuh karena memiliki ikatan rangkap. Setelah diolah, minyak mentah ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mempunyai viskositas yang rendah 27

37 2. Sedikit mengandung lilin 3. Dapat diproses menjadi produk secara sederhana 4. Mengandung aspal. c. Intermediate (mixed) crude oil Minyak mentah ini setelah diolah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Kaya akan straight run gasoline 2. Banyak mengandung lilin 3. Bilangan oktannya rendah. d. Aromatic base crude oil Jenis ini sering disebut sebagai seri benzene aktif karena dapat diolah menjadi senyawa anorganik dan banyak mengandung hidrogen aromatis. d) Proses Pengolahan Minyak Mentah Karakteristik dari minyak yang digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi adalah range boiling point, seperti keterangan berikut ini. (Grutrie, 1960). Tabel 2. Titik didih fraksi minyak mentah hasil destilasi Fraksi Minysk mentah Titik didih F Gas <80 Light naphtha Heavy naphtha Light gas oil Heavy gas oil Residu >800 Pada umumnya proses pengolahan minyak bumi terdiri atas beberapa proses, yaitu : 1) Proses Destilasi Atmosferik. 28

38 Proses destilasi atmosferik adalah proses pemisahan crude oil menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih pada tekanan 1 atmosfer. Proses pengolahan dimulai dengan melewatkan minyak dari tangki penampung ke HE-1 (Heat Exchanger) dengan menggunakan pompa P-100 pada suhu 32 o C memasuki HE-1, dengan fluida yang panas digunakan pada HE-1 adalah solar yang merupakan bottom produk dari solar stripper C-4 yang beroperasi pada suhu 265 o C, sehingga suhu keluar sebesar 115 o C dan dilanjutkan menuju HE- 2/HE-3 dengan fluida panas adalah residu yang merupakan bottom produk dari stripper C-5 dengan suhu operasi 285 o C. Solar yang keluar dari HE-1 didinginkan dalam cooler CL-1/10/11, dan dipisahkan dari air yang masih dikandung dalam separator S-6, separator tersebut bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis. Dan residu yang keluar dari HE-2/3 didinginkan dalam box cooler BC-1, dan ditampung dalam tangki T-104/122/123, sedangkan untuk solar ditampung dalam tangki T-120/127/111. Solar dan residu yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar. Feed yang keluar dari HE-2/3 dialirkan ke dalam furnace yang berjumlah 4 buah yaitu F-1/2/3/4, dimana 3 aktif dan 1 buah sebagai cadangan yang semuanya disusun secara paralel. Bahan bakar yang dipakai dalam furnace tersebut adalah campuran udara, fuel gas, fuel oil dan steam untuk proses atomizing (pengarbitan) fuel oil, dan gas hasil pembakaran yang berupa O 2, CO, dan CO 2 dialirkan melewati cerobong (stack). Feed yang keluar dari F-1/2/3 pada suhu 340 o C dimasukkan kedalam evaporator agar dapat dipisahkan antara fraksi berat dan fraksi ringannya, evaporator V-1 yang digunakan adalah flash evaporator (flash tank/tangki cetus). Uap yang keluar dari puncak V-1 dengan suhu 320 o C dialirkan menuju kolom fraksinasi C-1A, sedangkan yang keluar dari dasar V- 1 berupa liquid dengan commit suhu to 305 user o C dialirkan menuju residu stripper 29

39 C-5 untuk memisahkan fraksi ringan yang masih terkandung didalamnya dengan bantuan injeksi steam dari dasar kolom. Uap dari puncak C-5 digunakan sebagai umpan kolom C-1A dan cairannya yang berupa residu dengan suhu yang relatif tinggi digunakan sebagai fluida panas pada HE-2/3. Uap yang keluar dari puncak kolom C-1A adalah pertasol dengan suhu 125 o C dan hasil dasar yang berupa PH solar yang keluar dari dasar kolom C-1A pada suhu 260 o C. Sebelum ditampung pada tangki T-108/118/119 terlebih dahulu didinginkan dalam box cooler BC-2 sampai suhunya mencapai 80 o C, serta dipisahkan dari air yang masih terkandung didalamnya dalam separator S-7. Sedangkan umpan untuk kolom kerosin stripper C-3 diambil dari side steam 6 dan 7 kolom fraksinasi C-1A. Dan dengan menginjeksikan steam diperoleh hasil puncak yang diumpannya lagi ke kolom fraksinasi C-1A bagian atas dengan suhu 170 o C, sedangkan hasil dasar yang berupa kerosin dengan suhu 165 o C dan didinginkan dalam cooler C-1-7/8/12, yang selanjutnya dipisahkan dari air dalam separator S-5 pada suhu 44 o C. Hasil kerosin kemudian ditampung dalam tangki T-106/124/125/126. Sedangkan umpan untuk kolom stripper C-4 diambil dari side stream 1, 2, 3, 4 dan 5 kolom fraksinasi C-1A dengan suhu 130 o C. Hasil dasar berupa solar dimanfaatkan panasnya, dengan digunakan sebagai fluida panas pada HE-1 dan didinginkan lebih lanjut dalam cooler C1-6/10/11. Solar dipisahkan dari air yang masih terkandung didalamnya pada separator S-6 pada suhu 40 o C dan kemudian ditampung dalam tangki T-111/120/127. Hasil sampingan dari kolom fraksinasi C-1A berupa pertasol CC diambil dari plate 18 dan didinginkan lebih lanjut dalam cooler C1-1/2 dan dipisahkan dari air dalam separator S-8 pada suhu 40 o C dan ditampung dalam tangki T-112/113. Hasil dari puncak kolom fraksinasi adalah pertasol commit yang to user dialirkan menuju kolom fraksinasi C- 30

40 2 dan dengan menggunakan steam yang diinjeksikan akan diperoleh hasil berupa pertasol CA pada puncak kolom. Pertasol CA yang berupa uap tersebut didinginkan dalam kondensor parsial CN- 1/2/3/4 dan embunan yang terbentuk didinginkan dalam box cooler BC-3/6 dan kemudian ditampung dalam tangki T-114/115/116/227 dari tangki penyimpanan sebagian pertasol CA digunakan sebagai reflux pada kolom fraksinasi C-2 dengan bantuan pompa reflux P /8. Sedangkan sisa uap yang tidak terembunkan di kodensor CN-1/2/3/4 diembunkan lagi dikondensor CN-5-12 lalu didinginkan dalam cooler CL-3/4 dan selanjutnya dipisahkan dengan air yang masih terkandung didalamnya dalam separator S-3 dan hasilnya ditampung dalam tangki T-114/115/116/117. Hasil dari dasar kolom fraksinasi C-2 berupa uap pertasol CB didinginkan dalam cooler CL-13/14 dan dipisahkan dari air yang masih terkandung dalam separator S-2 pada suhu 43 o C dan ditampung dalam tangki T-110. Sebagian pertasol CB digunakan sebagai reflux pada kolom fraksinasi C- 1A dengan bantuan pompa P-100-1/2/5 dan sebagian digunakan sebagai side reflux kolom fraksinasi C-2 dengan bantuan pompa P-100-5/6. Hasil samping dari kolom C-2 didinginkan dalam cooler CL-5/9 dan dilewatkan separator S-4 pada suhu 39 o C. Produk ditampung dalam tangki T- 108 sebagai reflux gas-gas ringan yang dipisahkan dalam separator S-1/2/3/4 dan dari kondensor CN-5-12 selanjutnya digabung untuk dibuang ke udara bebas melalui flare. Dari proses diatas akan didapatkan produk-produk yang berupa : Pertasol CA, CB, CC, Kerosine, Solar, PH solar (bahan baku wax), Residu. 2) Proses Treating Proses ini merupakan proses pengurangan atau penghilangan impurities yang terdapat dalam minyak bumi di unit pengolahan Pusdiklat Migas Cepu, proses ini dilakukan dengan NaOH terhadap 31

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas bumi Cepu merupakan intansi pemerintah yang bergerak dibidang pengembangan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Cepu adalah sentral pengeboran sumur minyak pertama yang ada di Indonesia. Peresmian tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB Vsrsteegh, dia tidak

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERALATAN KOLOM FRAKSINASI C-1 DI KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU KERTAS KERJA WAJIB

PENGAMATAN PERALATAN KOLOM FRAKSINASI C-1 DI KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU KERTAS KERJA WAJIB PENGAMATAN PERALATAN KOLOM FRAKSINASI C-1 DI KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU KERTAS KERJA WAJIB Oleh : Nama Mahasiswa : NOVITA ONA KEMON NIM : 311268/A Jurusan : PROSES DAN APLIKASI Program Studi : REFINERY

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 75 VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM A. Unit Utilitas Seperti halnya dengan pabrik-pabrik kimia lainnya, pada pabrik pembuatan Sodium Styrene Sulfonate dari 2-bromo ethyl benzene dan sulfur triokside

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

C. Spesifikasi Alat Utilitas 1. Filter 2. Bak Pengendap Awal 3. Bak Penggumpal

C. Spesifikasi Alat Utilitas 1. Filter 2. Bak Pengendap Awal 3. Bak Penggumpal 83 C. Spesifikasi Alat Utilitas 1. Filter Kode : F-01 Fungsi : Menyaring kotoran-kotoran yang berukuran kecil maupun besar Lebar : 15 ft Panjang : 10 ft Diameter : 0,01 m 2. Bak Pengendap Awal Kode : B-01

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN MAKALAH KIMIA PEMISAHAN Destilasi Bertingkat DISUSUN OLEH : Nama :1. Shinta Lestari ( A1F014011) 2. Liis Panggabean ( A1F014018) 3. Dapot Parulian M ( A1F014021) 4. Wemiy Putri Yuli ( A1F014022) 5. Epo

Lebih terperinci

AGUSTIN MAROJAHAN BUTAR-BUTAR

AGUSTIN MAROJAHAN BUTAR-BUTAR PRA RANCANGAN PABRIK PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN GLISEROL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN AIR DENGAN KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna BAB II DESKRIPSI PROSES 1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (www.kaltimmethanol.com) Fase (25 o C, 1 atm) : cair Warna : jernih, tidak berwarna Densitas (25 o C)

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

KOMPOSISI MINYAK BUMI

KOMPOSISI MINYAK BUMI KOMPOSISI MINYAK BUMI Komposisi Elementer Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung

Lebih terperinci

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil F127 Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil Bilal Chabibulloh, Wisnu Kusuma Atmaja, Juwari dan Renanto Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh:

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh: PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR Oleh: 1. Abdul Nasir Arifin (0431010120) 2. Agung Budiono (0431010134) JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. SAMATOR GRESIK UNIT AIR SEPARATION PLANT (ASP) Diajukan oleh: Yusak Adi Wijaya NRP: 5203013002 Stephen Utomo NRP: 5203013017 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 11 Tahun 2014 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN ATAU KEGIATAN

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP Rusnoto Abstrak Ketel uap adalah suatu pesawat yang fungsinya mengubah air menjadi uap dengan proses pemanasan melalui pembakaran bahan bakar di dalam

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI Adharatiwi Dida Siswadi dan Gita Permatasari Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi mempertahankan hidupnya. Air yang

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 54 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses atau yang lebih dikenal dengan sebutan utilitas merupakan unit penunjang proses produksi yang merupakan bagian penting untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP; Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

H 2 S + 2NaOH Na 2 S + 2H 2 O

H 2 S + 2NaOH Na 2 S + 2H 2 O Treating untuk produk minyak bumi cara pencucian dengan larutan alkali (caustic, lye), Bau dan warna dapat diperbaiki dengan menghilangkan asam-2 organik (asam naphthenat dan phenol) senyawa senyawa sulfur

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN DALAM PRESPEKTIF AGRO INDUSTRI

KIMIA TERAPAN DALAM PRESPEKTIF AGRO INDUSTRI Deskripsi Perkuliahan KIMIA TERAPAN DALAM PRESPEKTIF AGRO INDUSTRI Mata kuliah ini bertujuan membangun pemahaman dasar tentang berbagai aplikasi kimia dalam agroindustri. Setelah mengikuti perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS 20.000 TON PER TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang memiliki stabilitas ekonomi yang cenderung naik turun. Oleh karena itu, kini Pemerintah Indonesia sedang giat dalam meningkatkan

Lebih terperinci

INDUSTRI MINYAK BUMI

INDUSTRI MINYAK BUMI INDUSTRI PENGILANGAN MINYAK BUMI A. Teori Pengertian Minyak Bumi Minyak bumi adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI BAHAN BAKU LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN TUGAS AKHIR

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI BAHAN BAKU LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI BAHAN BAKU LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 15.000 TON/TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan hal itu kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bidang yang dapat menunjang perkembangan negara Indonesia adalah bidang industri, terutama industri kimia. Namun industri kimia dalam negeri masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT (Activated Carbon Production from Peanut Skin with Activator Sulphate Acid) Diajukan sebagai

Lebih terperinci

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Nurul Istiqomah (2309 030 075) Rini Rahayu (2309 030 088) Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Danawati Hari Prajitno, M.Pd NIP : 19510729 198603

Lebih terperinci

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID KAPASITAS 70.000 TON/TAHUN Oleh : DANY EKA PARASETIA 21030110151063 RITANINGSIH 21030110151074 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, temuan penelitian, dan pembahasannya. Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK. PT. INDO ACIDATAMA Tbk. UNIT ETHYL ACETATE (UNIT 500) KARANGANYAR. dengan TUGAS KHUSUS NERACA MASSA TOTAL DAN KOMPONEN DA-502

LAPORAN KERJA PRAKTEK. PT. INDO ACIDATAMA Tbk. UNIT ETHYL ACETATE (UNIT 500) KARANGANYAR. dengan TUGAS KHUSUS NERACA MASSA TOTAL DAN KOMPONEN DA-502 LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. INDO ACIDATAMA Tbk. UNIT ETHYL ACETATE (UNIT 500) KARANGANYAR dengan TUGAS KHUSUS NERACA MASSA TOTAL DAN KOMPONEN DA-502 Disusun Oleh : Panji Prawidya NIM : 021070002 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada bidang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TENTANG PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK disusun oleh Ganis Erlangga 08.12.3423 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

GAS ALAM. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si.

GAS ALAM. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si. GAS ALAM MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si. Oleh: Kelompok 9 Umi Nadhirotul Laili(140331601873) Uswatun Hasanah (140331606108)

Lebih terperinci

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong MODUL 4 Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler 1 Efisiensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Boiler. Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran tentang boiler secara umum serta fungsi komponen - komponen utama dan fungsi komponen - komponen pendukung bahan boiler.boiler

Lebih terperinci

MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

MINYAK BUMI DAN GAS ALAM 2013 MINYAK BUMI DAN GAS ALAM Di susun Oleh : Nama : RUSMIYATI NPM : 0221 12 326 1i Akuntansi Universitas Pakuan 1.Latar Belakang Penulisan MAKALAH MENGENAI MINYAK BUMI DAN GAS ALAM BAB 1 PENDAHULUAN Sumber

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Air atmosfer Air atmesfer adalah air hujan. Dalam keadaan murni, sangat bersih namun keadaan

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak dulu manusia di seluruh dunia tidak pernah lepas dari penggunaan sesuatu yang berbahan kimia dalam kehidupan sehari-hari Hal ini harus diperhatikan dan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, salah satu caranya dengan pembangunan industri kimia. Salah satu bentuk industri kimia yaitu industri

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS

EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI OVER KAPASITAS DENGAN SIMULASI HYSYS EVALUASI KINERJA KOLOM FRAKSINASI CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU) PADA BEBAGAI OPERASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN XECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS 100.000 TON / TAHUN Oleh: Dewi Riana Sari 21030110151042 Anggun Pangesti P. P. 21030110151114

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

1. Densitas, Berat Jenis. Gravitas API

1. Densitas, Berat Jenis. Gravitas API UJI MINYAK BUMI DAN PRODUKNYA 2 1. Densitas, Berat Jenis dan Gravitas API Densitas minyak adalah massa minyak persatuan volume pada suhu tertentu. Berat spesifik atau rapat relatif (relative density) minyak

Lebih terperinci