PENERAPAN TASK-BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Sukris Sutiyatno STMIK Bina Patria Magelang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN TASK-BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Sukris Sutiyatno STMIK Bina Patria Magelang"

Transkripsi

1 PENERAPAN TASK-BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Oleh Sukris Sutiyatno STMIK Bina Patria Magelang ABSTRAK Keberhasilan program pembelajaran berkait langsung dengan model pembelajaran yang diterapkan. Suatu model pembelajaran umumnya di samping didesain memiliki tujuan jangka pendek juga memiliki tujuan jangka panjang, yang akan berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Beragamnya model pembelajaran ditentukan oleh beragamnya tujuan (hasil belajar) yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. Artikel ini membahas pentingnya task-based learning dalam pembelajaran bahasa Inggris. PENDAHULUAN Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional dan merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Mengingat fungsi bahasa yang bukan hanya sebagai suatu bidang kajian, tetapi juga sebagai alat untuk merefleksikan pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain, mengungkapkan gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna, bahasa diharapkan dapat membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, membuat suatu keputusan serta menggunakan kemampuan- kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Bahasa asing adalah bahasa kedua atau bahasa yang dipelajari dan digunakan oleh seseorang di negara yang memiliki bahasa pertama atau bahasa resmi. Dalam konteks bahasa Inggris sebagai bahasa asing atau English as a Foreign Language (EFL), Gebhard (1996:1-2) berpendapat bahwa bahasa Inggris menjadi bahasa asing apabila dipelajari oleh masyarakat yang tinggal di negara-negara tertentu di mana bahasa Inggris bukan bahasa pertama mereka. Di sisi lain, bahasa Inggris dapat menjadi bahasa kedua atau English as a Second Language. Hal ini terjadi apabila bahasa Inggris dipelajari oleh kelompok orang yang telah memiliki bahasa pertama, namun mereka tinggal di negara-negara di mana bahasa Inggris menjadi bahasa pertama. Misalnya orang Cina, Arab 1

2 yang menetap di Australia, Kanada atau Amerika. Dalam konteks pendidikan, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dalam rangka mengakses informasi, dan dalam konteks sehari-hari, sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika bahasa dalam budaya Inggris. Dalam konteks apapun, orang menggunakan bahasa untuk melakukan tiga fungsi utama yaitu (1) Fungsi gagasan (ideational function), yakni fungsi bahasa untuk mengemukakan atau mengkonstruksi gagasan atau informasi, (2) Fungsi interpersonal (interpersonal function), yakni fungsi bahasa untuk berinteraksi dengan sesama manusia yang mengungkapkan tindak tutur yang dilakukan, sikap, perasaan, dsb, (3) Fungsi tekstual (textual function), yakni fungsi yang mengatur bagaimana teks atau bahasa yang diciptakan ditata sehingga tercapai kohesi dan koherensinya, sehingga mudah difahami orang yang mendengar dan membacanya. Penelitian mengenai penggunaan rancangan pengajaran task-based learning banyak dilakukan di luar negeri, misalnya di sebuah universitas di Jepang (Richards and Renandya, 2002:97). Penelitian tersebut melibatkan 340 mahasiswa semester II pada kelas ketrampilan berbicara bahasa Inggris. Penelitian yang oleh penelitinnya disebut sebagai student-generated action research berlangsung selama 12 minggu. Dalam penelitian ini, mahaiswa secara ekplisit dilatih beberapa kemampuan spesifik, strategi, dan proses-proses terjadinnya percakapan. Aktivitasaktivitas yang dilakukan meliputi strategi dalam memproduksi kalimat-kalimat dalam percakapan, interupsi, ekpresi setuju atau tidak setuju, pembuatan kesimpulam dari hal-hal yang telah diucapkan dalam percakapan, dan sebagainya. Penelitian ini menunjukkan hasil yang sangat memuaskan baik dari segi proses belajar- mengajar, maupun dari segi produk hasil belajar. Mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan mengenai kebahasan, namun juga mereka dapat memperoleh pengalaman belajar bahasa yang lebih bermakna yang mereka dapat terapkan dalam kehidupan nyata. Oleh karena rancangan task-based learning yang diterapkan tersebut dapat diterima dan disukai oleh para mahasiswa responden penelitian, maka produk hasil belajar yang diperoleh merekapun secara umum sangat memuaskan. Jadi, untuk dapat menyusun atau mengorganisasikan suatu gagasan menjadi bahasa tulis yang teratur, sistematis, dan logis bukan merupakan pekerjaan mudah, melainkan pekerjaan yang memerlukan latihan dan ketekunan yang terus- menerus terlebih lagi bagi seorang mahasiswa. Melalui praktik dan latihan menulis, mahasiswa diharapkan dapat menyusun suatu tulisan, termasuk di dalamnya karangan, dengan baik dan benar, demikian pula melalui tulisan mahasiswa dapat mengembangkan dan membangun ilmu pengetahuannya yang kritis dan konstruktif. Oleh karena itu agar tujuan pengajaran keterampilan menulis dapat tercapai dengan hasil yang baik, mahasiswa sebaiknya selalu mencoba dan meningkatkan motivasinya untuk menulis walaupun dimulai dari hal-hal yang sederhana. Bagi pengajar juga 2

3 dituntut untuk menggunakan rancangan pengajaran keterampilan menulis yang dapat mendorong minat serta memotivasi pembelajar agar keterampilan menulisnya dapat meningkat. Rancangan pengajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis antara lain adalah rancangan task-based learning. Dalam rancangan task-based learning pembelajar dipacu keinginannya dalam belajar melalui pemberian tugastugas misalnya pembuatan suatu karangan. A. Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa 1. Pembelajaran Bahasa Dalam mempelajari sesuatu seseorang harus mempunyai arah dan tujuan mengapa ia mempelajari hal tersebut, termasuk di dalamnya mempelajari bahasa asing dalam hal ini bahasa Inggris. Menurut Johnson (2001:4-5) mengatakan ada lima alasan seseorang belajar asing dewasa ini yaitu : (1) untuk tujuan studi, (2) mengintegrasikan diri dengan kultur bahasa yang sedang dipelajari, (3) guna memperkuat identitas kultural seseorang, (4) untuk keperluan komunikasi yang bersifat internasional, (5) guna memfasilitasi komunikasi internasional. Lebih lanjut Brown (2001:75) mengatakan bahwa dalam konteks pembelajaran bahasa kedua, seseorang harus mempunyai orientasi yang berarti a contex or purpose for learning (konteks atau tujuan yang hendak dicapai dalam belajar bahasa kedua). Dalam hal ini, terdapat dua jenis orientasi yaitu orientasi integratif dan orientasi instrumental. Orientasi integratif terjadi apabila tujuan seseorang belajar bahasa kedua bersifat sosial dan atau kultural.orientasi instrumental terjadi apabila seseorang belajar bahasa kedua untuk tujuan karier atau akademik. Menurut Bower dan Hilgard (1981:11), belajar adalah perubahan sikap seseorang terhadap situasi tertentu. Perubahan tersebut disebabkan oleh latihan atau pengalaman yang dilakukan berulang kali (repeated experiences). Perubahan yang dimaksud bukanlah perubahan yang didasarkan pada sesuatu yang bersifat innate (bawaan lahir), pertambahan usia (maturation) atau keadaan-keadaan yang bersifat temporer. Berdasarkan pendapat ini dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menghasilkan perubahan pada diri seseorang melalui pengalaman yang dilakukan berulangulang. Gardner (1981:11) mendefinisikan belajar sebagai sebuah proses di mana seseorang akan mendapatkan pengetahuan atau mencapai kemajuan dalam hal-hal terkait dengan kompetensi, keterampilan dan sikap. Sementara Brown (2002:2-3) mengatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh keterampilan melalui belajar (study), pengalaman atau pengajaran. Proses belajar akan menghasilkan suatu perubahan sikap atau cara pandang yang relatif permanen pada diri pembelajar. Menurut pendekatan komunikatif belajar bahasa berarti belajar menggunakan bahasa itu untuk berkomunikasi, yaitu saling tukar pesan (message) antara dua orang atau lebih. Satu orang berperan sebagai pengirim pesan dan yang lain berperan sebagai penerima pesan. Pesan tersebut dapat berbentuk pertanyaan, informasi, pujian, perintah, sapaan, dan lain-lainnya. 3

4 Dengan demikian, belajar berbahasa berarti belajar bertanya, memberi informasi, memuji, memerintah, menyapa, dan lain-lain dalam bahasa target (Widdowson, 1987). Pandangan tersebut berbeda dengan pandangan yang dikemukakan oleh kaum strukturalis bahwa mempelajari bahasa berarti mempelajari kaidah atau sistem bahasa yang antara lain mencakup struktur kata, struktur kalimat, kosakata, makna kata/kalimat, ejaan, dan lafal (Nunan, 1997). Penguasaan terhadap kaidah bahasa memang penting dalam pembelajaran bahasa, tetapi apabila tidak dibarengi dengan penggunaannya dalam komunikasi nyata, penguasaan kaidah tersebut tidak dapat dengan sendirinya mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan komunikatif. Pandangan senada dikemukakan oleh Willis (1996), yang mengatakan bahwa dalam mempelajari bahasa (terutama bahasa asing) yang terpenting adalah menggunakan bahasa itu. Dia menunjuk orang-orang yang sering bepergian ke luar negeri, orang-orang yang bekerja di luar negeri, atau orangorang yang menjalin kerjasama dengan penutur asli bahasa target sebagai contoh. Mereka memperlihatkan kemampuan komunikatif yang memadai meskipun mereka tidak pernah secara formal mempelajari kaidah bahasa terget tersebut di sekolah dan lembaga pendidikan. Mereka mempunyai kemampuan komunikatif yang cukup baik karena mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa terget, dan mempunyai kesempatan menggunakan bahasa target tersebut. Menurutnya tanpa pengajaran formal pembelajar dapat berlangsung karena pengajaran bukan satu-satunya fungsi pembelajaran. Penggunaan bahasa sebagaimana dimaksud di atas dapat berbentuk menyimak, berbicara, membaca, atau menulis. Keempat ketrampilan berbahasa tersebut berkaitan satu sama lain. Menyimak berkaitan dengan berbicara karena keduannya menggunakan media lisan; sedangkan membaca berkaitan dengan menulis karena keduannya menggunakan media visual. Sementara itu, menyimak berhubungan dengan membaca karena keduannya merupakan keterampilan reseptif; sedangkan berbicara berhubungan dengan menulis karena keduannya merupakan keterampilan produktif (Widdowson, 1983). Dalam prakteknya keempat ketrampilan berbahasa tersebut tidak digunakan satu per satu secara terpisah tetapi digunakan secara simultan dan terpadu. 2. Pengajaran Bahasa Menurut Brown (1994:7), mengajar adalah membimbing dan memfasilitasi pembelajaran, yang memungkinkan siswa dapat belajar. Pendapat senada dikemukakan oleh Bowden dan Ference (1998), yang mengatakan bahwa mengajar bukan berarti mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi membantu siswa mengembangkan pengetahuan mereka. Tugas guru adalah merancang kesempatan belajar yang mampu menghadapkan siswa pada pelbagai persoalan yang menuntut mereka mengidentifikasi dan memanipulasi variabel-variabel kritis untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan. Berkaitan dengan peranan guru atau dosen dalam proses pembelajaran 4

5 (Brunner 1977) mengemukakan konsep discovery learning. Konsep ini menghendaki agar dalam proses belajar berlangsung dengan melibatkan para siswa atau mahasiswa seolah-olah sebagai peneliti yang akan menemukan sesuatu yang baru. Para siswa atau mahasiswa diajak berpikir kreatif untuk mengembangkan kemampuannya. Dengan cara ini, mereka akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman menarik, sehingga kemampuan para siswa atau mahasiswa bisa bertahan lama dibenak mereka sebagai hasil penghayatan dan pengalaman hidup nyata, bukan hanya sekedar hafal-menghafal informasi yang kadang-kadang sifatnya abstrak. Konsep lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran adalah learning by doing yang dikemukakan oleh Jown Dewey. Dari konsep ini, siswa atau mahasiswa dituntut untuk melakukan sesuatu dan bukan hanya sekedar menghafal sesuatu dalam proses belajarnya, untuk itu belajar sebaiknya mencakup dua bidang knowing and doing. Pendapat ahli tentang mengajar di atas mengandung dua inplikasi utama. Pertama, sebagai pengajar guru berperan hanya sebagai orang yang membantu siswa belajar. Pemberian bimbingan dapat dilakukan antara lain dengan menjelaskan tujuan pelajaran, menjelaskan hakikat tugas yang mereka kerjakan, dan menjelaskan strategi pengerjaan tugas tersebut. Penyediaan fasilitas belajar mencakup kegiatan yang luas seperti merancang kesempatan belajar, menciptakan kondisi yang kondusif bagi terjadinya pembelajaran, dan menyediakan sarana belajar (Richards dan Rodgers, 2001). Kedua, yang bertanggung jawab atas terjadinnya pembelajaran adalah siswa. Siswa menjadi subjek pembelajaran yang aktif dan mandiri (autonomous learner). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cotteral dan Crabbe (1992) menunjukkan bahwa pembelajar yang mandiri (1) merencanakan dan mengorganisasikan pengalaman belajarnya sendiri, (2) mengetahui bidang-bidang yang menjadi fokus pembelajaran, (3) memantau sendiri kemajuan belajarnya, (4) mencari kesempatan untuk berlatih, (5) antusias terhadap bahasa dan belajar bahasa, dan (6) memiliki kepercayaan diri untuk menggunakan bahasa dan mencari bantuan apabila diperlukan. Pendek kata, pembelajar yang baik adalah pembelajar yang mandiri dan tidak terlalu tergantung kepada guru. Uraian di atas sekaligus menyanggah pandangan tradisional tentang guru yang mengatakan bahwa guru adalah orang yang menyalurkan pengetahuan kepada siswa. Siswa dianggap tabung kosong yang siap diisi oleh guru. Siswa duduk dengan tenang di bangku yang ditata berjajar sambil mendengarkan keterangan guru, sedangkan guru sibuk di depan kelas menyampaikan materi pelajaran. Guru membantu siswa belajar menggunakan bahasa target agar siswa memiliki kemampuan komunuikatif yang memadai. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan komunikatif siswa. Menurut Hymes (1987) kemampuan komunikatif mengacu pada pengetahuan yang sudah terinternalisasi dan kemampuan menggunakan bahasa. Kedua hal tersebut 5

6 terkait dengan empat parameter, yaitu kegramatikalan (grammaticality), keterlaksanaan (feasibility), kesesuain dengan konteks (appropriacy), dan kemungkinan yang terjadi dalam sistem komunikasi (accepted usage). Parameter Hymes (1987:18-21) tersebut mempunyai cakupan yang luas karena dalam kemampuan komunikatif tidak hanya bahasa yang gramatikal yang harus diperhatikan, tetapi juga bahasa yang sesuai dengan kemampuan psikologis pembicara-pendengar, bahasa yang sesuai dengan konteks pembicaraan, dan bahasa yang benar-benar digunakan dalam masyarakat meskipun kadangkadang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan. Menurut Allwright (1987), apabila kemampuan berkomunikasi dianggap sebagai tujuan akhir pembelajaran bahasa, maka kemampuan tersebut hendaknya tidak hanya dipandang sebagai hasil (product) tetapi juga sebagai proses. Implikasinya adalah bahwa kemampuan berkomunikasi harus diajarkan. Menurutnya dengan diajarkannya kemampuan berkomunikasi maka akan tercakup pula kemampuan linguistik karena kemampuan linguistik merupakan bagian dari kemampuan berkomunikasi; tetapi dengan diajarkannya kemampuan lingustik secara komprehensif maka sebagian besar elemen pembentuk kemampuan berkomunikasi tidak akan tersentuh. Itulah sebabnya, mengajarkan sistem dan kaidah-kaidah bahasa secara intensif tidak dapat menjamin terbentuknya kemampuan berkomunikasi. Rancangan Task-Based Learning Task-based learning adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di laboratorium, di perpustakaan dan di rumah asal tugas tersebut dapat dikerjakan. Sementara itu Skehan via Richards and Renandya (2002:100) menyatakan bahwa a task is an activity in which meaning is primary, there is a communication problem to solve, and the task is closely related to real-word activities. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu yang tersedia kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan guru untuk mengatasinya. Tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas biasanya bisa dilaksankan di rumah, di sekolah, di laboratorium dan di perpustakaan. Pemberian tugas diharapkan dapat merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun kelompok. Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis. Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai; seperti tuga meneliti, tugas menyusun laporan, tugas mengarang, tugas di laboratorium, dan lain-lain. Menurut Nunan (1989:6), task is an activity or action which is carried out 6

7 as the result of processing or understanding language. Tugas adalah aktivitas atau perbuatan yang dilakukan sebagai hasil dari suatu proses atau pengertian bahasa. Tugas biasanya diberikan oleh guru untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan oleh siswa untuk menunjang keberhasilan pengajaran. Penggunaan beragam tugas dalam pengajaran bahasa dimaksudkan agar pengajaran bahasa lebih komunikatif. Lebih lanjut Nunan (1989:10) mengatakan bahwa communicative task as a piece of classroom work which involves learners in comprehending, manipulating, producing or interacting in the target language while their attention is principally focused on meaning rather than form. (Tugas komunikatif sebagai bagian dari kegiatan di kelas yang dilakukan oleh pembelajar dalam memahami, memanipulasi, memproduksi atau berinteraksi dalam bahasa target di mana perhatian mereka terutama lebih terfokus pada makna daripada bentuk). Jadi tugas-tugas tersebut dilakukan dalam pembelajaran bahasa yang lebih mementingkan makna bahwa bahasa adalah alat komunikasi daripada mementingkan bentuk aturanaturan tata bahasa. Menurut Malcy dan Moulding dalam Nunan (1989:11) ada enam komponen tugas dalam communicative task yaitu : 1) Goal (sasaran) : sasaran merupakan tujuan umum yang luas dalam pemberian tugas. Sasaran menetapkan batas hubungan antara tugas dan kurikulum. Sasaran dapat berhubungan dengan jarak hasil umum (komunikatif, afektif, atau kognitif) atau dapat secara langsung mendeskripsikan tindakan pengajar atau pembelajar. 2) Input (masukan), input merujuk pada data yang membentuk titik awal bagi tugas. Pada kenyataannya, input untuk tugas-tugas komunikatif dapat diperoleh dari sumber-sumber yang sangat banyak. Hover (dalam Nunan, 1989:53) menyarankan input antara lain berasal dari surat (formal/informal), cerita bergambar, SIM, formulir, foto, gambar, brosur dll. 3) Activity (aktivitas), aktivitas menetapkan apa yang seharusnya dilakukan pembelajar dengan input yang merupakan titik awal bagi tugas pembelajaran. Nunan (1989:59) menyaranka tiga cara umum dalam melakukan aktivitas belajar yang meliputi latihan agar dapat berkomunikasi dalam kehidupan sebenarnya, penggunaan keterampilanketerampilan berbahasa dan kemahiran/akurasi. 4) Teacher role (peran guru); Richards dan Rodgers (dalam Nunan, 1989:84) mengatakan bahwa peran guru berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut : a) Guru diharapkan dapat berfungsi sebagai pemimpin, penasihat, atau contoh 7

8 b) Tingkat kontrol guru meliputi bagaimana pembelajaran berlangsung c) Guru bertanggungjawab atas isi proses belajar mengajar d) Pola-pola interaksional yang berkembang antara guru dan siswa 5) Learner role (peran pembelajar); peran merujuk pada hal-hal yang diharapkan dilakukan oleh guru dan siswa dalam tugas-tugas pembelajaran baik yang berhubungan dengan hubungan sosial atau antarpersonal antara para peserta. Berikut ini peranan siswa dalam kelas bahasa : a) Pembelajar adalah penerima pasif rangsangan luar b) Pembelajar merupakan interaktor dan negosiator yang mampu memberi dan menerima. c) Pembelajar adalah pendengar dan pemain yang memiliki sedikit kontrol terhadap isi pembelajaran. d) Pembelajar dilibatkan dalam proses perkembangan pribadi. e) Pembelajar dilibatkan dalam aktivitas sosial dan peran-peran sosial dan antarpersonal pembelajar tidak dapat dipisahkan dari proses-proses pembelajaran secara psikologis. f) Pembelajar harus bertanggungjawab terhadap pembelajaran, perkembangan, dan keterampilanketerampilan cara belajar mereka. 6. Setting, setting merujuk pada pengaturan ruang kelas yang spesifik dan akan diterapkan dalam tugas. Dalam setiap proses belajarmengajar di kelas, pemberian tugas tidak dapat terlepas dari kurikulum yang digunakan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nunan (1989:14) yang mengatakan bahwa kurikulum mengacu pada semua aspek pengajaran yang meliputi perencanaan, implementasi, evaluasi dan pengaturan program pengajaran. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa suatu kurikulum sedikitnya meliputi perencanaan, penelitian empiris, dan pembenaran.. 1) Pada perencanaan; a) prinsip-prinsip penyeleksian isi b) prinsip-prinsip pengembangan strategi pengajaran c) prinsip-prinsip pengambilan keputusan tentang pembagian urutan pelajaran d) prinsip-prinsip pendiagnosaan kekuatan dan kelemahan tiap siswa dan membedakan prisnsip-prinsip umum 8

9 pada poin 1, 2, 3 di atas untuk menemukan kasuskasus pada tiap individu siswa. 2) Pada penelitian empiris a) prinsip-prinsip untuk penelitian dan pengevaluasian perkembangan siswa b) prinsip-prinsip untuk penelitian dan pengevaluasian perkembangan pengajar c) pedoman untuk pelaksanaan kurikulum dalam konteks sekolah, siswa, lingkungan dan situasi peer-group yang berbeda. d) Informasi tentang variasi efek-efek dalam konteks dan siswa yang berbeda dan pemahaman kasuskasus yang bervariasi. 3) Dalam hubungannya dengan pembenaran (justification); suatu formulasi yang bertujuan atau mengarah pada kurikulum yang berakses pada kritik yang mendalam. Dalam proses belajar-mengajar yang menerapkan rancangan task-based learning (pembelajaran berbasis tugas), pengajar memberikan tugas-tugas yang berupa aktivitas-aktivitas belajar berkomunikasi dalam bahasa target yang lebih mementingkan makna daripada bentuk. Tugas-tugas tersebut berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai, yakni tujuan komunikatif. Dengan kata lain, perhatiannya lebih ditujukan pada pengertian dan penyampaian makna agar tugas-tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan sukses ditandai dengan kemampuan pembelajar menggunakan bahasa yang dipelajari untuk berkomunikasi secara wajar seperti dalam kehidupan nyata. Dalam rancangan task-based learning terdapat sedikitnya enam jenis tugas yang dapat diterapkan (Willis, 2004:26-27). Jenis-jenis tugas tersebut yaitu : 1) Listing (Pembuatan Daftar) Secara praktis kegiatan ini berguna untuk melakukan generalisasi terhadap pembahasan yang dilakukan pembelajar dalam usaha mencari jawaban atas ide-ide yang muncul. Proses kegiatan ini meliputi brainstorming dan pencarian fakta. Hasil kegiatan ini berupa draft peta pemikiran (ide). 2) Ordering and Sorting (Pengurutan dan Pemilahan) Tugas ini terdiri dari empat proses utama yakni mengurutkan, membuat peringkat, mengkategorikan, dan mengklasifikasikan tindakan-tindakan atau peristiwa-peristiwa. 3) Comparing (Pembandingan) Pada umumnya jenis tugas ini meliputi pertimbangan atas informasi yang sama tetapi berasal dari sumber-sumber atau versi-versi yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan tujuan atau maksud yang sama atau yang berbeda. Tugas ini meliputi menjodohkan, pengidentifikasian hal-hal 9

10 yang spesifik dan menghubungkannya, serta mencari persamaan dan perbedaan. 4) Problem Solving (Pemecahan Masalah) Tugas-tugas pemecahan masalah menuntut pengetahuan intelektualitas manusia dan kekuatan pikiran. Tugas-tugas tersebut menarik dan menyenangkan untuk dipecahkan. Proses-proses pengerjaan dan waktu yang diperlukan akan bervariasi tergantung pada tipe dan kompleksitas masalah. Masalah-masalah yang dapat diaplikasikan dalam tugas ini berasal dari kehidupan seharihari. Masalah-masalah tersebut berupa hipotesis, pendeskripsian pengalaman, membandingkan alternatif pemecahan masalah, pengevaluasian dan kesepakatan dalam masalah. Kelengkapan tugas sering berdasarkan pada intisari pemecahan masalah atau penyatuan kunci-kunci pemecahan maslah. Pengklasifikasian diakhiri dengan studi kasus yang lebih kompleks, dan memerlukan pengamatan yang mendalam berdasarkan atas berbagai kriteria-kriteria tertentu, dan sering meliputi pencarian fakta tambahan dan investigasi. 5) Sharing Personal Experiences (Saling Berbagi Pengalaman Pribadi) Tugas-tugas ini mendorong pembelajar untuk berbicara lebih bebas mengenal diri mereka dan membagi pengalaman mereka dengan pembelajar lainnya. Hasil interaksi tersebut berhubungan dengan percakapan mengenai kehidupan sosial. Tugas ini berbeda dengan tugas-tugas lainnya yang secara langsung berorientasi pada tujuan sehingga tugas tipe ini sulit dilakukan dalam kelas. 6) Creative Task (Tugas Kreatif) Tugas-tugas ini sering disebut projects dan melibatkan kelompokkelompok pembelajar pada beberapa jenis tugas kreatif yang lebih bebas. Tugas-tugas tersebut juga memiliki lebih banyak tingkat kesulitan dibanding tugas-tugas lainnya dan dapat dilakukan pengkombinasian beberapa jenis tugas; misalnya listing, ordering and sorting, comparing dan problem solving. Kemampuan organisasi dan kerja kelompok penting dilakukan demi terlaksanannya tugas. Hasil belajar yang dilakukan sangat dihargai dan sisukai oleh audience maupun oleh pembelajar yang terlibat secara langsung. 10

11 Kesimpulan Penerapan task-based learning dalam pembelajaran bahasa Inggris yang telah dipaparkan diatas diharapakan dapat memperbaiki porses pembelajaran bahasa Inggris karena dalam setiap proses belajar-mengajar yang menerapkan model tersebut di kelas dengan cara pemberian tugas dapat membentuk kebiasaan dan sikap positif terhadap bahasa Inggris. Materi yang diberikantentu tidak dapat terlepas dari kurikulum yang digunakan. Kurikulum mengacu pada semua aspek pengajaran yang meliputi perencanaan, implementasi, evaluasi dan pengaturan program pengajaran. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa suatu kurikulum sedikitnya meliputi perencanaan, penelitian empiris, dan pembenaran. DAFTAR PUSTAKA Allwright, Richards. (1987). Language Learning through Practice. Oxford:Oxford University Press. Bowden, John and Ference. (1998). The University of Learning : Beyond Quality and Competence. London : Kogan Page. Bram, Barli. (1995). Write Well: Improving Writing Skills. Yogyakarta : Kanisius Brown, Douglas H. (2001). Teaching by Principle : An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York : Addison Wesley London Brown, Douglas H. (2000). Principle of Language Learning and Teaching. New York : Addison wesley London Brown, Douglas H. (2004). Language Assessment : Principle and Classroom Practices. New York : Pearson Education Inc. Celce, Murcia & Olshtai, E. (2000). Discourse and Context in Language Teaching. New York : Cambridge University Press Chaer, A. (2003). Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta : PT Rineka Cipta Chandrasegaran, A. (2002). Intervening to Help in the Writing Process. Singapore : Seameo Regional Language Centre Cotteral, Sara dan David Crabbe. (1992). Fostering Autonomy in the Language Classroom. Singapura : Seameo Regional Language Centre Hymes, D. H. (1987). On Communicative Competence. Oxford : Oxford University Press Gebhard, Jerry G. (1996). Teaching English as a Foreign or Secondary Language. The University of Michigan Press Huda, Nuril. (1990). A Survey of the Teaching of English in Secondary Schools in Eight Provinces. Teflin Journal 11

12 Johson, Keith. (2001). An Introduction to Foreign Language Learning. London : Pearson Education Limited. McCarthy, Michael. (1991). Discourse Analysis for Language Teachers. New york : Cambridge University Press Nunan, David. (1989). Designing Task for the Communicative Classroom. Cambridge : Cambridge University Press. Richards and Renandya. (2002). Methodology in Language Teaching. Cambridge : Cambridge University Press Rosenberg, Vivian M. (1989). Reading, Writing and Thinking Critical Connections. New York : Random House Suyanto. (1998). Ketrampilan Berbahasa : Membaca-Menulis-Berbicara. Jakarta : Depdikbud. Widdowson, H.G. (1987). The Teaching of English as Communication. Oxford : Oxford University Press Willis, Jane. (2004). A Framework for Task-Based Learning. Edinburgh : Longman 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 5, No. 2, Agustus 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PENDAHULUAN Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS 585 KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru sebagai (a) manejerial yaitu mengelola kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK

PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK ABSTRAK Apriliya Dwi Prihatiningtyas Fakultas Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Cina

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar Email: wiryadijoni@ymail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PENELITIAN TINDAKAN KELAS Diajukan Kepada Program Studi Magister

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK PADA SISWA SMA Oleh: Hesti Muliawati, S.S., M.Pd. Abstrak Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PARTISIPASI SOLUSI (PARTISOL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

INOVASI MODEL PARTISIPASI SOLUSI (PARTISOL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA INOVASI MODEL PARTISIPASI SOLUSI (PARTISOL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA Safrihady Wahyuni Oktavia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang Jl. STKIP Kel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelek tingkat tinggi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X Oleh Linda Permasih Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. email: linda.permasih99@gmail.com Abstrac

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOSAKATA 1. Suharso 2. kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian

PEMBELAJARAN KOSAKATA 1. Suharso 2. kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian PEMBELAJARAN KOSAKATA 1 Suharso 2 Pengantar Kosakata memiliki peran penting dalam pembelajaran bahasa. Meskipun kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian pada kosakata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan, dan diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga tingkat

I. PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan, dan diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga tingkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan, dan diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 17 BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Dialog Sederhana Dalam KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG Oleh: Etty Pratiwi (Dosen Universitas PGRI Palembang) Email : miss_etty20@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

FKIP Universitas PGRI Madiun

FKIP Universitas PGRI Madiun PENGARUH AUTHENTIC MATERIAL DALAM KELAS SPEAKING Erlik Widiyani Styati 1, Vita Vendityaningtyas 2 1,2 FKIP Universitas PGRI Madiun Email: 1 wistya@gmail.com 2 venditya@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI Sriwahyu Istana Trahutami utami_undip@yahoo.com Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Reading is a complex process that

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~ MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing ~Dante Darmawangsa ~ I. PENDAHULUAN Pemerolehan bahasa asing biasanya didapatkan melalui

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. komunikasi bahasa Inggris sebelum dan sesudah penerapan WCA dilakukan terhadap

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. komunikasi bahasa Inggris sebelum dan sesudah penerapan WCA dilakukan terhadap BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai tata bahasa dan konteks komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan empat keterampilan. Keterampilan merupakan salah satu unsur kompetensi yang harus dimiliki

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING Testiana Deni Wijayatiningsih, Akhmad Fathurrahman, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan merupakan penunjang keberhasilan siswa dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena matematika merupakan dasar dari mata pelajaran lain yang saling berkesinambungan. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA Astuti Wijayanti 1 dan Aris Munandar 2 1), 2) Pendidikan IPA, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PROCESS-BASED PADA PENGAJARAN KOMPOSISI BAHASA MANDARIN 1

PENERAPAN STRATEGI PROCESS-BASED PADA PENGAJARAN KOMPOSISI BAHASA MANDARIN 1 PENERAPAN STRATEGI PROCESS-BASED PADA PENGAJARAN KOMPOSISI BAHASA MANDARIN 1 ABSTRAK Apriliya Dwi Prihatiningtyas Fakultas Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Cina liya_moudiva@ymail.com Penerapan ancangan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN BERBASIS TUGAS (TASK BASED) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS

PENGGUNAAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN BERBASIS TUGAS (TASK BASED) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS PENGGUNAAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN BERBASIS TUGAS (TASK BASED) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS Ina yanti Departemen Linguistik Fakultas Ilmu Budaya UI inayanti1986@gmail.com

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD LINGUISTIKA AKADEMIA, Special Edition, May 2016 ISSN: 2089-3884 accredited by DGHE (DIKTI), Decree No: 51/Dikti/Kep/2010 193 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD Marwati MTsN Galur,

Lebih terperinci

PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ARDIYANSAH SMKN 1 Labang,e-mail:ardiyansahardana1996@gmail.com Abstrak: Tujuan dari pengajaran berbicara

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan. pada peserta didik yang memiliki manfaat sesuai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan. pada peserta didik yang memiliki manfaat sesuai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu alat untuk mengubah tingkah laku dan pola pikir manusia dari keadaan belum tahu menjadi tahu, dari keadaan tidak mampu menjadi mampu

Lebih terperinci

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan produktif meliputi kemampuan berbicara dan menulis, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan produktif meliputi kemampuan berbicara dan menulis, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, dan memperluas wawasan. Kemampuan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS SISWA MENGGUNAKANPENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA PADA MIS ASSALAM MARTAPURA

KEMAMPUAN MENULIS SISWA MENGGUNAKANPENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA PADA MIS ASSALAM MARTAPURA 27 KEMAMPUAN MENULIS SISWA MENGGUNAKANPENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA PADA MIS ASSALAM MARTAPURA Latifah dan Tri Tunggal Dosen Politeknik Kesehatan Banjarmasin Email: latifahhusien@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa. upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa. upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, dunia pendidikan pun mengikuti kemajuan tersebut dengan terus melakukan pembaruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA Firma Pradesta Amanah Firma.pradesta@gmail.com Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen penting yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep

Lebih terperinci

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang Penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagikeberhasilan individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Penguasaan Bahasa Jepang dapat diperoleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA Astuti Wijayanti 1 dan Aris Munandar 2 1), 2) Pendidikan IPA, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat di pengaruhi oleh mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk pembinaan, pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY Oleh: M.G. SRI NINGSIH SIANE HERAWATI Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Penegasan Judul 1. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di arahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak adalah masa paling tepat dan ideal untuk memperoleh bahasa asing karena pada

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI Berlin Sibarani Universitas Negeri Medan Abstract This paper discusses the concepts of competency based language teaching. The focus of the discussion is mainly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS Kompetensi Subkompetensi Indikator Esensial Deskriptor A. Memiliki kompetensi kepribadian sebagai pendidik B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan proses pembelajaran bahasa adalah untuk dapat berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan proses pembelajaran bahasa adalah untuk dapat berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan proses pembelajaran bahasa adalah untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa tersebut. Di negara-negara yang mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu negara ditentukan oleh masyarakatnya karena produk dari pendidikan itu sendiri adalah

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 369 42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION

PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION SURYANTI Guru SMP Negeri 2 Kuantan Mudik suryantiy46@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN TASK BASED LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN TASK BASED LEARNING Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6, No. 1, Juni 017 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN TASK BASED LEARNING Sulaiman Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup dua aspek, yaitu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Menulis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

DESAIN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DESAIN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- DESAIN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Tri Widiatmi Mahasiswa Program Studi S-3 Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci