Daya terima dan kandungan gizi roti tawar daun katuk untuk ibu menyusui

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daya terima dan kandungan gizi roti tawar daun katuk untuk ibu menyusui"

Transkripsi

1 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 6, No.1, November Daya terima dan kandungan gizi roti tawar daun katuk untuk ibu menyusui Dyah Nurani.S 1, Hanna Lestari.S 2, dan Titin Agustina 3 1,2,3.. Jurusan TJP, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak: Tujuan penelitian untuk mengetahui daya terima dan kandungan zat gizi roti tawar dengan daun katuk. Manfaat penelitian adalah Memberikan alternatif makanan untuk ibu menyusui yang mampu memberikan energi dan zat gizi lain serta dapat membantu memperlancar ASI. Obyek penelitian ini adalah Roti tawar dengan daun katu yang terseleksi.eksperimen pembuatan roti tawar daun katu dilakukan di laboratorium TJP Boga lantai 1 ruang 147 UNNES Sekaran Gunung Pati Semarang. Penilain subyektif ini menggunakan uji kesukaan.dianalisis dengan Diskriptif Prosentase. Penilaian obyektif dilakukan dengan uji laboratorium, meliputi uji Vitamin C dan Uji Kalsium. Hasil uji kesukaan terhadap roti tawar daun katuk dilihat dari aspek warna, aroma dan rasa, sampel yang disukai adalah sampel dengan 100 g daun katuk terhadap 1000 g tepung terigu. Uji laboratorium terhadap kandungan vitamin C, yang terbesar adalah pada sampel dengan 200 g daun katuk yaitu sebesar 36,75mg%., kandungan kalsiumnya sebesar 0,96%. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1)Roti tawar daun katu yang disukai dari aspek warna, aroma maupun rasa adalah roti tawar dengan daun katu 100 g untuk bahan tepung terigu 1000 g. 2)Kadungan gizi vitamin C pada roti tawar daun katu 100 g sebesar 23,56 mg%, daun katu 150 g sebesar 33,41 mg%, dan daun katu 200 g sebesar 36,75 mg%. Kandungan kalsium roti tawar daun katu 100 g sebesar 0,765%, daun katu 150 g sebesar 0,865% dan daun katu 200 g sebesar 0,96%.Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut : 1)Roti tawar dengan 100 g daun katu terhadap 1000 g tepung terigu memiliki warna, aroma dan rasa dapat diterima oleh masyarakat, oleh karena itu produk tersebut dapat diproduksi sebagai makanan pengganti nasi yang sekaligus dapat memberikan manfaat bagi ibu menyusui.2) Melakukan penelitian lanjutan untuk pemanfaatan daun katu sehingga dapat dikonsumsi secara praktis dan menjadi makanan yang sehat dan bermanfaat. Kata kunci : Roti tawar, daun katuk, ibu menyusui 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sehari tanpa nasi( One Day no Rice) merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada konsumsi beras dan menggantikannya dengan bahan pangan lokal yang lain diiringi dengan peningkatan konsumsi sayuran, buah, kacangkacangan dan umbi-umbian. Namun karena ketidak praktisan dalam mengolah bahan pangan non beras maka banyak masyarakat yang enggan untuk mengolah dan mengkonsumsi baham pangan non beras sebagai pengganti nasi. Masyarakat lebih banyak memilih roti sebagai pengganti nasi. Biasanya roti tawar dikonsumsi untuk sarapan pagi atau sebagai bekal ke sekolah/kantor. Roti tawar sangat praktis dan mudah untuk disajikan dibandingkan makanan pokok yang lain. Daun katu adalah daun dari tanaman Sauropus adrogynus(l) Merr, tanaman ini sangat banyak manfaatnya, dan banyak diyakini yaitu daun katu dapat membantu memperlancar air susu ibu (ASI). Tanaman katu dapat meningkatkan produksi ASI diduga berdasarkan efek hormonal dari kandungan kimia sterol yang bersifat estrogenik. Daun katuk mempunyai kandungan steroid dan polifenol yang dapat meningkatkan kadar prolaktin. Dalam 100 g daun katuk terkandung kalsium 204 mg dan vitamin C 200 mg, selain serat dan zat gizi lainnya seperti protein, karoten, vitamin A dan B serta clhoropyll. Beberapa ibu sering mengalami air susu yang kurang lancar sehingga diperlukan

2 54 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 6, No.1, November 2014 makanan yang dapat membantu memperlancar ASI. Selain itu Ibu menyusui juga membutuhkan kalori lebih besar dibanding wanita yang tidak sedang menyui.roti tawar dengan daun katu kemungkinan dapat menjadi solusi bagi ibu yang menyusui. Roti tawar merupakan alternatif makanan yang mudah dan praktis untuk disiapkan, tetapi hanya memberikan sumbangan energi, Sementara itu daun katu dipercaya dapat memperlancar ASI karena adanya kandungan steroid dan polifenol yang dapat meningkatkan kadar prolaktin. Nilai gizi daun katu juga cukup tinggi terutama kalsiumnya. Selama ini daun katu hanya dikonsumsi sebagai sayur. Dari uraian di atas masalah yang ingin diteliti adalah Bagaimana daya terima dan kandungan gizi roti tawar dengan daun katu 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui daya terima dan kandungan zat gizi roti tawar dengan daun katuk. Sedangkan tujuan khususnya yaitu : 1. Untuk mengetahui daya terima roti tawar dengan daun katuk. 2. Untuk mengetahui kandungan gizi dari roti tawar daun katuk 3. Memberikan alternatif makanan untuk ibu menyusui yang mampu memberikan energi dan zat gizi lain serta dapat membantu memperlancar ASI Tinjauan Pustaka Roti tawar merupakan produk makanan yang terbuat dari tepung terigu yang difermentasikan dengan ragi roti (saccharomyces cerevisiae), air dan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan dipanggang. (Wahyudi,2003) Komposisi roti tawar umumnya terdiri dari 57% tepung terigu, 36% air, 1,6% gula, 1,6% shortening (mentega atau margarin), 1% tepung susu, 1% garam dapur, 0,8% ragi roti (yeast), 0,8% malt dan 0,2% garam mineral. Daun katu adalah daun dari tanaman Sauropus adrogynus (L) Merr, \daun katuk dikenal sebagai pelancar ASI berkat kandungan protein, senyawa minyak esensial (saponin, flavonoid, tanin, triterpenoid), sejumlah asam amino,seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B, dan C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daun katuk 3 x 300 mg/hari selama 15 hari pada ibu menyusui meningkatkan produksi susu sebanyak 50,7%. (Urip Santoso; 2009). Kuantitas dan variasi komposisi ASI salah satunya dipengaruhi oleh makanan ibu sehari-hari. Ibu menyusui dengan gizi optimal akan menghasilkan ASI yang bermutu dengan jumlah yang cukup untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan bayi. Menurut (Denny; 2009). Dalam 100 gr daun katuk juga terkandung 200 mg vitamin C, sudah jauh lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu menyusui, yaitu 95 mg. tidak perlu khawatir kelebihan vitamin C karena ambang batas toleransinya adalah 2000 mg/haridengan mengkonsumsi sayur daun katuk, tidak perlu lagi minum suplemen vitamin C. 2. Metode Penelitian Obyek penelitian ini adalah Roti tawar dengan daun katu yang terseleksi.daun katu dipilih yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua dan masih segar. Bahan yang digunakan adalah bahan pembuat roti tawar dengan daun katu yang terdiri dari : tepung terigu protein tinggi,instant yeast, air, garam, gula, lemak, susu full cream, bread improver, daun katu dipilih urutan ke empat dari ujung, berwarna hijau dan segar. Dalam penelitian ini akan digunakan daun katu sebanyak 10%, 15% dan 20% daun katu dari total tepung. Alat-alat yang digunakan terdiri dari : mixing dough, timbangan digital, cutting dough, rollpin, loyang, blender,oven.

3 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 6, No.1, November Tempat dan Waktu Pelaksanaan Eksperimen, dilakukan di laboratorium TJP Boga lantai 1 ruang 147 UNNES Sekaran Gunung Pati Semarang Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi penimbangan bahan, pencampuran bahan, fermentasi, pengempesesan adonan, potong timbang, pembulatan adonan, fermentasi kedua, pencetakan adonan, fermentasi ketiga, dan pengovenan. 1) Tahap penimbangan Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan roti tawar ditimbang sesuai ketentuan resep yang digunakan serta dilakukan secara teliti dan tepat. 2) Tahap pencampuran bahan (mixing) Semua bahan kering dicampur menjadi satu ( pick up) dengan kekuatan speed 1 selama 1 menit dalam mikser kemudian diaduk hingga adonan tidak menempel dalam mikser dan mangkuk adonan ( clean up) kurang lebih dengan kekuatan speed 2 selama 20 menit. Kemudian masukkan daun katu yang telah diblender dengan air aduk kembali hingga adonan elastis (development) dengan speed 3 selama 10 menit. Aduk lagi hingga licin, kalis, dan permukaan terlihat kering ( final). Kemudian hentikan peroses pengadukan. Secara umum pengadukan menggunakan mixer roti dilakukan selama menit. 3) Fermentasi / peragian Adonan yang sudah jadi didiamkan untuk proses fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 60 menit dengan suhu 35 0 C. 4) Potong timbang (dividing) Membagi adonan sesuai yang dikehendaki, dilakukan secara cepat dengan menggunakan cutting dough. Untuk roti tawar berat yang dibutuhkan berkisar antara gram tergantung dari volume Loyang. Rumus yang digunakan adalah P x L x T : faktor rasio 5) Pembulatan adonan ( Rounding), adonan dibulatkan dengan menggunakan tangan 6) Pengistirahatan ( intermediate Proof ), membiarkan adonan rilex, untuk memudahkan mengempeskan adonan, perataan atau sheeting, waktu intermediate proof 6 10 menit. 7) Pengempesan ( setting) untuk mengeluarkan gas dalam adonan 8) Pembentukan dan meletakan dalam Loyang (moulding dan panning) 9) Fermentasi kedua ( final proofing) mengembangkan adonan untuk mencapai bentuk dan mutu yang baik. Temperature proofing sekitar C. kelembaban relative 80-85%, dengan waktu proofing menit. 10) Pengovenan yaitu oven dipanaskan terlebih dahulu kemudian panggang roti. Volume bertambah dalam waktu 5-6 menit pertama didalam oven. Aktivitas yeast berhenti pada suhu 65 0 C. kemudian terjadio karamelisasi dari gula menjadikan warna kulit terbentuk. Denaturasi protein dan gelatinisasi pati, untuk menghasilkan remah yang kukuh terjadi pada suhu C.roti dibakar hingga matang dan kulit berwarna kuning kecoklatan suhu 200 c selama menit 11) Mengeluarkan dari Loyang ( Depanning ) Dikeluarkan dari cetakan untuk didinginkan.roti dikeluarkan dari cetakan secara langsung dan hati-hati agar tidak terjadi perubahan bentuk. 12) Pendinginan ( Cooling) Roti tawar didinginkan sampai mencapai suhu 35-40ᵒC 13) Pemotongan ( Slicing ) Untuk mencegah kerusakan saat pemotongan dilakukan pada udara (ruang bersih dan tertutup) sekitar 2 jam untuk roti tawar.

4 56 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 6, No.1, November ) Pengemasan ( packaging), Dikemas dengan plastik roti Penilain subyektif menggunakan uji kesukaan, pengujian dilakukan oleh panelis tidak terlatih. Oleh karena itu penilaian dilakukan secara berurutan, tidak disajikan secara bersama-sama (Bambang Kartika 1988). Untuk menganalisis hasi uji daya terima masyarakat menggunakan metode Diskriptif Prosentase. Penilaian obyektif dilakukan dengan uji laboratorium. untuk menilai kandungan, Vitamin C dan Kalsium pada roti tawar daun katu hasil eksperimen. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil Uji kesukaan dilakukan oleh 80 orang panelis tidak terlatih terhadap roti tawar daun dengan jumlah daun katu yang berbeda menunjukkan hasil sebagaimana disajikan berikut ini. Tabel 1. Hasil Uji Kesukaan Roti Tawar Daun Katu Aspek Daun Katu 10% Daun Katu 15% Daun Katu 20% Daun Katu 0% Rerata Kriteria Rerata Kriteria Rerata Kriteria Rerata Kriteria Warna 3,86 Suka 3,34 C Suka 2,70 C Suka 4.16 Suka Aroma 3,13 C Suka 2,69 C Suka 2,45 K Suka 4,09 Suka Rasa 2,88 C Suka 2,20 K Suka 1,60 T Suka 4,26 Suka 3,29 C Suka 2,73 C Suka 2,25 K Suka 4.17 Suka Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap roti tawar daun katu yaitu, roti tawar daun katu 0% termasuk dalam kriteria disukai dengan nilai rerata 4,17, sedangkan roti tawar daun katu 10% dan 15% termasuk dalam kriteria cukup disukai dan roti tawar daun katu 20% termasuk dalam kriteria kurang disukai. Pada aspek warna, roti tawar daun katu 10% termasuk dalam kriteria disukai dengan rerata 3,86. Sedangkan pada tiga sampel roti tawar dengan daun katu 10%, 15% dan 20% g, jika dilihat dari aspek warna, maka roti tawar dengan 10% daun katu termasuk dalam kriteria disukai,hal ini disebabkan karena warna roti tawar dengan 10% daun katu terlihat lebih cerah dibandingkan dengan dua sampel yang lain. Warna daun katu yang hijau sangat berpengaruh terhadap warna dari roti tawarnya, semakin banyak daun katu yang digunakan akan semakin tua warnanya dan roti tawar menjadi kurang menarik. Pada aspek aroma, roti tawar dengan 10% dan 15% daun katu termasuk dalam kriteria cukup disukai sementara sampel dengan 20% daun katu termasuk dalam kriteria kurang disukai. Aroma daun katu memang agak sedikit langu, apalagi penggunaan daun katu segar pada roti tawar akan memberikan aroma langu yang nyata. Semakin banyak penggunaan daun katu pada roti tawar akan menyebabkan aroma langu semakin tajam, hal ini pula yang menjadikan panelis kurang menyukai aroma dari roti tawar daun katu dengan jumlah yang besar (20%). Pada aspek rasa, roti tawar dengan 10% daun katu termasuk dalam kriteria cukup disukai, sementara pada roti tawar dengan 15% daun katu termasuk kriteria kurang disukai dan roti tawar dengan 20% daun katu termasuk dalam kriteria tidak disukai.

5 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 6, No.1, November Pengaruh daun katu pada aspek rasa memang sangat terasa yaitu ada rasa pahit pada roti tawar dengan daun katu. Apalagi pada roti tawar dengan jumlah daun katu semakin banyak, maka rasa pahit akan semakin tajam. Oleh karena itu pada uji kesukaan pada aspek rasa tidak ada sampel yang disukai. Penilaian obyektif melalui uji laboratorium pada roti tawar daun katu terhadap kandungan gizi Vitamin C dilakukan di laboratorium Chem-Mix Pratama, diperoleh hasil sebagaimana pada tabel di bawah ini : Tabel 2 Hasil Analisa Kandungan Vitamin C Produk Roti Tawar Daun Katu Analisis Daun katuk 0% Daun Katuk 10% Daun Katuk 15% Daun Katuk 20% Vitamin C 18,44 mg% 23,56 mg% 33,41 mg% 36,75 mg% Kalsium 0,53% 0,765% 86,5% 96% Tabel di atas menunjukkan hasil analisis kandungan Vitamin C pada roti tawar, dimana ada peningkatan kandungan vitamin C sebesar 27-50% dari roti tawar tanpa daun katu dibandingkan dengan roti tawar dengan daun katu. Dari hasil analisis gizi pada roti tawar daun katu didapatkan hasil kandungan vitamin C sebesar 23,56 mg% pada roti tawar dengan daun katu 10%, sementara itu pada roti tawar dengan daun katu terbanyak yaitu 20%, kandungan vitamin C nya juga paling tinggi yaitu 36,75 g%. Kandungan vitamin C pada daun katu segar sebanyak 200 mg%, berkurangnya kandungan vitamin C pada roti tawar daun katu disebabkan vitamin C mengalami kerusakan karena pemanasan. Selama pengolahan roti tawar, kandungan vitamin C pada daun katu menjadi berkurang. Vitamin C biasanya disebut juga sebagai Ascorbic acid hal ini cukup berguna bagi penyembuhan luka, menjaga kolagen serta juga menambah daya tahan terhadap sebuah infeksi, kesehatan gigi gusi dan juga pembuluh darah khususnya pada ibu yang sedang menyusui untuk bayinya. Hasil analisis kandungan kalsium pada roti tawar dapat dilihat pada tabel di atas, dimana kandungan kalsium daun katu memiliki kandungan kalsium lebih besar dibandingkan dengan roti tawar tanpa daun katu. Ada selisih sebesar 23-43%. Pada analisis kandungan kalsium roti tawar tanpa daun katu adalah 0,53 g sementara itu pada roti dengan 10% daun katu didapatkan hasil sebesai tawar 0,77% atau 0,77 g/100 g. Hasil terbesar adalah pada roti tawar daun katu 20% yaitu sebesar 0,96 g/100 g. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan daun katu akan mampu meningkatkan kandungan kalsium pada roti tawar karena kandungan kalsium pada daun katu segar yang cukup tinggi yaitu sebesar kalsium 204 mg. Ibu menyusui membutuhkan kalsiun lebih banyak yaitu sebanyak mg kalsium per hari.karena selain kebutuhan untuk dirinya sendiri, asupan kalsium juga penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi bagi anak yang disusuinya. Dengan 100 g roti tawar daun katu mampu memberikan sumbangan asupan kalsium sebanyak mg. 4. Penutup 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

6 58 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 6, No.1, November ) Roti tawar daun katu yang disukai dari aspek warna, aroma maupun rasa adalah roti tawar dengan daun katu 10% dari total tepung 2) Kadungan gizi vitamin C pada roti tawar daun katu 10% sebesar 23,56 mg%, daun katu 150 g sebesar 33,41 mg%, dan daun katu 20% sebesar 36,75 mg%. Kandungan kalsium roti tawar daun katu 10% sebesar 0,765%, daun katu 15% sebesar 0,865% dan daun katu 20% sebesar 0,96% Saran Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut : 1) Roti tawar dengan 10% daun katu memiliki warna, aroma dan rasa dapat diterima oleh masyarakat, oleh karena itu produk tersebut dapat diproduksi sebagai makanan pengganti nasi yang sekaligus dapat memberikan manfaat bagi ibu menyusui. 2) Melakukan penelitian lanjutan untuk pemanfaatan daun katu sehingga dapat dikonsumsi secara praktis dan menjadi makanan yang sehat dan bermanfaat Mudjajanto, Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti Pembuat Aneka Roti. Penebar Swadaya. Jakarta. Roesli Mengenal Asi Eksklusif. Jakarta: Tubulua Agriwidya Sri Boga Raturaya, Modul Pelatihan Bakery Syarbini, M.Husni A-Z Bakery. Semarang : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Wahyudi Memproduksi Roti. Jakarta : Direktorat Menengah Kejuruan 5. Daftar Pustaka Ali, M.1985.Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Transita Bambang Kartika dkk Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. UGM Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Denny Kandungan Vitamin untuk Ibu menyusui. Jakarta: PT. Macana Jaya Cemerlang Direktorat Gizi Departemen. Kesehatan RI Daftar Komposisi Kadndungan Zat Gizi pada Daun Katuk Segar.Jakarta

Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough

Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 4, No. 2, Mei 2013 125 Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough Dyah Nurani S 1 1. Jurusan TJP, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang http://tjp-unnes@ac.id Abstrak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti tawar merupakan salah satu produk turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan, namun tepung terigu yang

Lebih terperinci

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal FSCEJ 3 (1) (2014) Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce PENGARUH PENGGUNAAN SARI BIT (Beta Vulgaris L) PADA KUALITAS ROTI TAWAR Irma Yunita, Dyah Nurani

Lebih terperinci

1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang.

1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang. 1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang. Perhatikan ketelitian (graduation ) timbangan yang hendak dipakai. Jangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan bahan pengembang lainnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan bahan pengembang lainnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Roti Roti adalah produk makanan yang terbentuk dari fermentasi terigu dengan menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Roti

Proses Pembuatan Roti Tekno Pangan 8 Agmindusfri, Volume f Nornor6 Roti adalah makanan yang dibuat dari tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang. Ke dalam adonan boleh ditambahkan garam, gula, susu, lemak

Lebih terperinci

CARA PEMBUATAN ROTI MANIS

CARA PEMBUATAN ROTI MANIS CARA PEMBUATAN ROTI MANIS Tahap persiapan - Semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan di sediakan dalam jumlah dan takaran masing- masing (sehingga tidak memperlama proses pembuatan nanti), timbang terigu

Lebih terperinci

LOGO BAKING TITIS SARI

LOGO BAKING TITIS SARI LOGO BAKING TITIS SARI PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk mengubah karakteristik sensorik sehingga lebih diterima konsumen KHUSUS Pemanasan adonan dalam

Lebih terperinci

: 1. Mengetahui cara pembuatan roti standart dan roti wortel serta untuk. 2. Mengetahui volume adonan roti standart dan adonan roti wortel

: 1. Mengetahui cara pembuatan roti standart dan roti wortel serta untuk. 2. Mengetahui volume adonan roti standart dan adonan roti wortel Acara Sub acara : Praktikum Food Processing & Technology : Praktikum teknologi baking Hari / tanggal : Selasa / 25 Maret 2014 Tempat Prinsip Tujuan : Lab Gizi STIKes Widya Cipta Husada Malang : Prinsip

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG Disusun oleh: Ribka Merlyn Santoso 14.I1.0098 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pola konsumsi masyarakat yang berbasis pada beras menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. Hal tersebut ditunjukkan oleh konsumsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian. I PENDAHULUAN Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan latar belakang tertentu. Dengan maksud dan tujuan yang sudah jelas selanjutnya dikembangkan kerangka pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Singkong (Manihot utillisima) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses BAB III PEMBAHASAN Pembuatan mie kering umumnya hanya menggunakan bahan dasar tepung terigu namun saat ini mie kering dapat difortifikasi dengan tepung lain agar dapat menyeimbangkan kandung gizi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diare, dan lain-lain, bagi orang-orang yang menderita lactose intolerance.

BAB 1 PENDAHULUAN. diare, dan lain-lain, bagi orang-orang yang menderita lactose intolerance. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan roti telah berlangsung sejak 30,000 tahun yang lalu, yang pada awalnya hanya berasal dari air dan tepung gandum yang dicampur sehingga menjadi adonan pasta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Pertenakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Biomedik Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber

Lebih terperinci

BAB V PROSES PENGOLAHAN

BAB V PROSES PENGOLAHAN BAB V PROSES PENGOLAHAN 5.1. Pengertian Proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan suatu produk dari bahan mentah dan bahan asal, serta kegiatan-kegiatan penanganan dan pengawetan produk

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari 19 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian analisis nilai kalori dan uji sensori roti gula sukrosa dengan substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi 53 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berfungsi sebagai pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PEMBUATAN ROTI MANIS DARI TEPUNG UBI JALAR PUTIH

SEMINAR NASIONAL PEMBUATAN ROTI MANIS DARI TEPUNG UBI JALAR PUTIH PEMBUATAN ROTI MANIS DARI TEPUNG UBI JALAR PUTIH Haerani, dan Rusdi Alam Jurusan Pendidikan Keesejahteraan Keluarga, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah nasi dan menjadi makanan populer dikalangan masyarakat. Roti

BAB I PENDAHULUAN. setelah nasi dan menjadi makanan populer dikalangan masyarakat. Roti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roti tawar sekarang ini sudah menjadi makanan pokok kedua setelah nasi dan menjadi makanan populer dikalangan masyarakat. Roti tawar adalah salah satu produk

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM Penyusun: Haikal Atharika Zumar 5404416017 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Triatma, M.Si Meddiati Fajri Putri S.Pd, M.Sc JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi dibagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah

Lebih terperinci

Pastry. Pandu Prabowo Susilo

Pastry. Pandu Prabowo Susilo Pastry Pandu Prabowo Susilo Pengertian Pastry merupakan jenis olahan tepung terigu, lemak dan telur yang melewati proses pemanggangan Pada umumnya pastry bertekstur krispy, adonan tidak kalis. Beberapa

Lebih terperinci

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan. MODUL 5 PIZZA IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat pizza ikan yang enak, bertekstur lembut dan rasa yang lezat. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.35% per tahun, sehingga setiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh merupakan salah satu jenis minuman yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang menjadikan minuman teh sebagai minuman yang menyegarkan dan memiliki khasiat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016. 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Nutrisi dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang diolah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang diolah dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Roti Roti merupakan produk pangan berbahan dasar tepung terigu yang di fermentasi dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang diolah dengan cara dipanggang

Lebih terperinci

IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO

IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO A. Sistem Produksi Produk Roti Manis (sweet bread) PT Nippon Indosari Corpindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan, yaitu

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY 1. Kompetensi: Menjelaskan dan mempraktekkan pengembangan danish pastry 2. Sub Kompetensi: a. Menganalisis resep dasar danish pastry b. Mengembangkan resep dasar danish pastry c. Mempraktekkan pengembangan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIKA SINGKONG Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis Kelompok G

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIKA SINGKONG Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis Kelompok G KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIKA SINGKONG Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis Kelompok G Oleh Nama : Akhmad Noor NIM : 11.12.5525 Kelas : SI S1 03 Jurusan : Sistem Informasi SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan bahan pangan bagi manusia bukan hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi bahan makanan yang

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY 1. Kompetensi: Menguasai pengolahan produk pengembangan yeast dough dari sisi resep, bentuk, isi maupun kemasan. 2. Sub Kompetensi: a. Menjelaskan pengembangan yeast dough b. Mempraktekkan pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen di bidang Teknologi Pangan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pembuatan cake rumput laut dan mutu organoleptik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,(3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Berpikir, (6) Hipotesa penelitian dan (7)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI ABSTRACT ABSTRAK

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI ABSTRACT ABSTRAK PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI Effect of Dough Mixing Speed on Bread Physical Characteristic Asih Priyati 1, Sirajuddin Haji Abdullah 1, Guyup Mahardhian Dwi Putra

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI Effect of Dough Mixing Speed on Bread Physical Characteristic Asih Priyati 1,*), Sirajuddin Haji Abdullah 1, Guyup Mahardhian Dwi Putra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak membuat 250.000-500.000 anak buta setiap tahunnya dan separuh diantaranya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar ) LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN ( Food Bar ) Oleh : Nama NRP Kelompok Meja Tanggal Praktikum Asisten : Lutfi Hanif : 143020097 :D : 02 (

Lebih terperinci

KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

KULIAH LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BUTELA BOLU KUKUS TEPUNG KETELA DISUSUN OLEH: DINA NAPITA 10.11.3721 S1 TI-2C SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2010 /2011 A. ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya. Umumnya, dalam

TINJAUAN PUSTAKA. agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya. Umumnya, dalam TINJAUAN PUSTAKA Tepung Terigu Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar gandum yang diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak digunakan dalam industri pangan. Komponen yang

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA Disusun oleh: Sandwi Devi Andri 10.11.3934 S1 teknik informatika 2F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

SISTEM PEMBUATAN ROTI

SISTEM PEMBUATAN ROTI SISTEM PEMBUATAN ROTI Saat ini dikenal ada empat macam teknik atau sistem pembuatan roti yaitu 1. Si st emst rai gh Dough ( Langsung) 2. Si st emsponge Dough ( Bi ang) 3. Si st emno Ti me Dough 4. Si st

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk bertahan hidup. Pangan sebagai sumber gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cake merupakan adonan panggang yang dibuat dari empat bahan dasar yaitu tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake banyak digemari masyarakat terutama bagi anak-anak

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM Disusun Oleh : Nama : AZHARI YOGA SAPUTRA NIM : 11.01.2920 Jurusan : D3-TI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012 ABSTRAKS Karya tulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat masih sedikit memanfaatkan labu kuning sebagai bahan pangan. Hal ini disebabkan masyarakat masih belum mengetahui kandungan gizi yang terdapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mudjajanto dan Yulianti (2004). Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang

I. PENDAHULUAN. Mudjajanto dan Yulianti (2004). Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti merupakan produk pangan hasil fermentasi tepung dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang untuk mematangkannya Mudjajanto dan Yulianti

Lebih terperinci

IV. KEADAAN PERUSAHAAN

IV. KEADAAN PERUSAHAAN IV. KEADAAN PERUSAHAAN A. SEJARAH PERUSAHAAN PT Nippon Indosari Corpindo merupakan perusahaan patungan Indonesia-Jepang, yaitu antara PT Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima Baking

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY 1. Kompetensi: JST/TBB/BOG329/50 Menguasai pengolahan produk pengembangan fried dough dari sisi resep, bentuk, isi atau topping maupun kemasan. 2. Sub Kompetensi: a. Menjelaskan pengembangan fried dough

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 08, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 63-70

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 08, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 63-70 63 PENDAHULUAN Donat merupakan salah satu makanan selingan atau kudapan yang cukup populer di Indonesia. Donat (doughnuts atau donut) adalah jenis roti yang proses memasaknya dengan cara digoreng dan memiliki

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia. Sekitar 30 % ubi kayu dihasilkan di Lampung. Produksi tanaman ubi kayu di Lampung terus meningkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tepung Terigu 2.1.1 Pengertian Tepung Terigu Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari penggilingan biji gandum. Gandum merupakan salah satu tanaman biji-bijian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas tentang bidang produksi yang dijalankan dari Pihak Instansi terkait.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas tentang bidang produksi yang dijalankan dari Pihak Instansi terkait. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka mendekatkan kerjasama antara pihak sekolah SMK begitupun dengan para peserta didiknya dengan pihak instansi atau pihak perusahaan (pabrik) maka dari itu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi

Lebih terperinci

SUBSTITUSI UBI JALAR (Impomea Batatas) PADA PRODUKSI DONAT (Kajian Dari Aspek Fisik Organoleptik dan Ekonomi) Oleh : DEKI HERIANSYA

SUBSTITUSI UBI JALAR (Impomea Batatas) PADA PRODUKSI DONAT (Kajian Dari Aspek Fisik Organoleptik dan Ekonomi) Oleh : DEKI HERIANSYA SUBSTITUSI UBI JALAR (Impomea Batatas) PADA PRODUKSI DONAT (Kajian Dari Aspek Fisik Organoleptik dan Ekonomi) SKRIPSI Oleh : DEKI HERIANSYA 0411022003 Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

EKSPERIMEN PEMBUATAN ROTI MANIS MENGGUNAKAN BAHAN DASAR KOMPOSIT PATI SUWEG DENGAN TEPUNG TERIGU. Skripsi

EKSPERIMEN PEMBUATAN ROTI MANIS MENGGUNAKAN BAHAN DASAR KOMPOSIT PATI SUWEG DENGAN TEPUNG TERIGU. Skripsi EKSPERIMEN PEMBUATAN ROTI MANIS MENGGUNAKAN BAHAN DASAR KOMPOSIT PATI SUWEG DENGAN TEPUNG TERIGU Skripsi Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata S1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Disusun

Lebih terperinci

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Disusun Oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci

EKSPERIMEN PEMBUATAN ROTI TAWAR SUBTITUSI TEPUNG AMPAS JAGUNG

EKSPERIMEN PEMBUATAN ROTI TAWAR SUBTITUSI TEPUNG AMPAS JAGUNG EKSPERIMEN PEMBUATAN ROTI TAWAR SUBTITUSI TEPUNG AMPAS JAGUNG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Progaram Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan. Dosen Pengampu: Dra. Y. Flori Setiarini, M.Pd.

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan. Dosen Pengampu: Dra. Y. Flori Setiarini, M.Pd. MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Dosen Pengampu: Dra. Y. Flori Setiarini, M.Pd. Disusun Oleh: 1. Rizma Alifatin (14144600176) 2. Zafira Syajarotun (14144600196) 3. Maria Yuni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Tempat dan Waktu Tempat pembuatan produk mie basah dan pengujian sifat fisik mie

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman dan makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin menyadari akan pentingnya mengkonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke

BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke Tujuan : Melalui topik pembahasan ini anda dapat mempelajari ; 1. Menjelaskan pengertian adonan Bread 2. Jenis Adonan Bread 3. Membuat Produk

Lebih terperinci