Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: AFRIANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: AFRIANTO"

Transkripsi

1 Gugatan Tidak Dapat Diterima Atau Niet Ontvankelijkverklaard (N.O) Dalam Praktiknya Di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: AFRIANTO FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2015 Reg. No. 105/Pdt-02/VI-2015

2 2

3 Gugatan Tidak Dapat Diterima Atau Niet Ontvankelijkverklaard (N.O) Dalam Praktiknya Di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang Afrianto 1, As Suhaiti Arief 1, Syafril 1 1) Progam Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta Afrianto56@gmail.com ABSTRAK Preparation of a lawsuit in a civil case plays an important role in the process of proving, if a lawsuit is prepared or submitted to the court did not fulfill the formal requirements of a lawsuit the consequences that the lawsuit will be declared unacceptable. In this study the formulation of the problem, namely 1). reason law whether that causes an unacceptable claim? 2). how legal consequences of the verdict stating a claim is unacceptable? 3). effort law whether that can be achieved claimant against the judge's decision that states a claim can not be accepted?. The method used is the juridical sociological form of primary data results of interviews with judges and clerks. Based on research legal reasons that cause unacceptable lawsuit is 1). The reason tort plaintiff inconsistent contradictions, between fundamentum petendi with conflicting petition in posita lawsuit. 2). the legal consequences of the verdict which states the lawsuit unacceptable judges no longer consider the material or subject matter. 3). Legal remedies against the decision of the judge who declared an unacceptable plaintiffs claim more frequent or re-filed to the District Court. Keywords: Lawsuit, Court Decisions, Claims unacceptable Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lain, oleh karena itu tentu manusia akan mengadakan hubungan dengan manusia lain. Di dalam kehidupan bermasyarakat, masing-masing manusia mempunyai kepentingan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada kalanya kepentingan itu saling bertentangan, hal ini dapat menimbulkan suatu masalah yang akan dihadapi oleh 3 setiap manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Seseorang yang merasa dirugikan oleh pihak lain, dan menganggap ini masalah untuk memenuhi kebutuhannya, dapat mengajukan tuntutannya ke pengadilan yang berwenang agar dapat memperoleh penyelesaian sebagaimana mestinya, yaitu dengan menyampaikan gugatan terhadap pihak yang dirasa

4 merugikannya ke pengadilan. Hanya kepentingan yang layak serta mempunyai dasar hukum sajalah yang dapat diterima sebagai dasar tuntutan hak. Dalam hal merumuskan surat gugatan pihak penggugat harus mengetahui bagaimana prosedur dan isi perumusan dari suatu surat gugatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai gugatan. Kalau isi perumusan surat gugatan pengugat tidak baik, tidak lengkap dan tidak jelas (obscuurlibel) maka hal ini akan mengakibatkan tidak diterimanya gugatan penggugat oleh hakim. Dalam Hukum Acara Perdata untuk adanya atau tidak adanya suatu perkara tergantung dari inisiatif seseorang atau beberapa orang yang merasa haknya dilanggar oleh orang lain. Tugas hakim dalam Hukum Acara Perdata ialah mempertahankan hukum perdata, menetapkan apa yang ditentukan hukum dalam suatu perkara. Dengan demikian yang menjadi tugas pokoknya adalah menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. 1 Ketua Pengadilan Negeri berkuasa memberi nasehat dan bantuan kepada setiap 1 M. Nur Rasaid, 1995, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, hlm penggugat tentang hal memasukkan gugatan (Pasal 119 HIR, Pasal 143 Rbg). Dengan ketentuan ini hendak dicegahlah pengajuan surat gugatan yang kurang jelas atau kurang lengkap. Tentang memberi nasehat kepada para pihak ini tidak hanya terbatas pada masukan gugatan saja, tetapi juga pada waktu memeriksa perkara. Ketua berhak untuk memberi nasehat kepada kedua belah pihak serta menunjukkan upaya hukum yang dapat digunakan kepada mereka (Pasal 132 HIR, 156 Rbg) 2. dikantor Dari Penelitian yang dilakukan panitera perdata Pengadilan Negeri Klas 1A Padang bulan Januari 2013 sampai Desember tahun 2013 ditemukan adanya 22 putusan hakim yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijkverklaard). 1. Alasan-alasan hukum apakah yang menyebabkan suatu gugatan tidak dapat diterima atau niet ontvankelijverklaard (N.O) di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang? 2. Bagaimanakah akibat hukum dari Putusan hakim yang menyatakan suatu gugatan tidak dapat diterima atau niet ontvankelijverklaard (N.O) di Pengadian Negeri Klas 1A Padang? 2 Sudikno Mertokusumo, 2002, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm 95

5 3. Upaya Hukum apakah yang dapat ditempuh penggugat terhadap putusan hakim yang menyatakan suatu gugatan tidak dapat diterima atau niet ontvankelijkverklaard (N.O) di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang. Metode Penelitian Penelitian adalah salah satu upaya manusia untuk mencari jawaban masalah yang dialami, sehingga kesulitan yang dihadapi manusia tersebut dapat diatasi.. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penulis menggunakan jenis penelitian Yuridis Sosiologis yaitu penelitian hukum yang dilakukan untuk mendapatkan data primer yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu melalui wawancara dengan informan. Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang penelitian yang hasilnya dapat memberikan gambaran secara menyeluruh dan sistematis tentang Gugatan Tidak Dapat Diterima di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang. 2. Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua (2) sumber data yaitu: a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh melalui penelitian langsung di lapangan, guna mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun informan dalam penelitian ini adalah : 1. Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Padang, Bapak Siswatmono Radiantoro S.H. 2. Panitera Muda Perdata Pengadilan Negeri Klas 1A Padang, Indra S.H. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan perpustakaan hukum terdiri dari : 1) Bahan hukum primer atau ketentuan-ketentuan yang berlaku yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain: a. HIR (Herziene Indonesische Reglement) b. Rv (Relement op de Rechtvordering) 5

6 c. Rbg (Rechtsreglement voor de Buitengewesten) d. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Buku ke IV e. Undang-undang No. 3 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung f. Undang-undang No. 48 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia. g. Yurisprudensi 2) Bahan hukum sekunder Berupa data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan hukum, buku-buku literatur, hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, laporan atau data pada Pengadilan Negeri Klas 1A Padang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Teknik dan alat pengumpulan data Dalam penelitian ini menggunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu: a. Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan dan melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan yaitu hakim dan panitera Pengadilan Negeri Klas 1A Padang dengan menyiapkan daftar pertanyaan dalam bentuk terbuka sebagai alat pengumpulan data. b. Studi dokumen atau studi keperpustkaan Yaitu dengan mempelajari buku-buku keperpustakaan atau literatur-literatur yang ada yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.. 4. Analisis data Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Dari data primer dan sekunder yang diperoleh dengan cara teknik analisis data kualitatif, maksudnya data yang muncul berujud uraian kata-kata bukan 6

7 angka-angka. Data yang diperoleh dikelompokkan dan disesuaikan permasalahan yang diteliti kemudian di ambil suatu kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Alasan-Alasan Hukum Yang Menyebabkan Suatu Gugatan Tidak Dapat Diterima atau Niet Ontvankelijverklaard (N.O) Di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang. Dalam putusan hakim yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima, sangat dipengaruhi atau tergantung dari pembuatan dan penyusunan surat gugatan, yaitu apabila prosedur atau isi perumusan dan penyusunan surat gugatan tidak baik, tidak jelas atau gugatan kabur (obscuurlibel) baik subjek gugatan, objek gugatan, maupun karena posita tidak mendukung petitum atau karena surat gugatan tidak memenuhi syarat formal yang ditentukan oleh undang-undang maka gugatan dinyatakan tidak dapat diterima, Dan dengan putusan gugatan tidak dapat diterima hakim tidak lagi mempertimbangkan pokok perkara. Berdasarkan wawancara secara langsung dengan Bapak Siswatmono Radiantoro salah seorang hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Padang pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2015, Dalam putusan hakim yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima, sangat dipengaruhi atau tergantung dari pembuatan dan penyusunan surat gugatan, yaitu apabila prosedur atau isi perumusan dan penyusunan surat gugatan tidak baik, tidak jelas atau gugatan kabur (obscuurlibel) baik subjek gugatan, objek gugatan, maupun karena posita tidak mendukung petitum atau karena surat gugatan tidak memenuhi syarat formal yang ditentukan oleh undang-undang maka gugatan dinyatakan tidak dapat diterima, Dan dengan putusan gugatan tidak dapat diterima hakim tidak lagi mempertimbangkan pokok perkara. Dalam perkara perdata Nomor 21/Pdt.G/2013/PN.PDG pihak yang berperkara yaitu Eddy Abdullah sebagai Penggugat yang mengkuasakan hukumnya kepada Yudhi Irfan,S.H. dan Nasdion Chalidi,S.H.,M.H. melawan Harlen Junaidi sebagai tergugat direktur CV.Citra Medika yang menguasakan hukumnya kepada Yatun, S.H. Dimana dalam gugatan penggugat telah memasukan dalam suatu gugatan antara gugatan wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum. Hakim menyatakan gugatan pengugat tidak dapat diterima karena gugatan penggugat mengandung kontradiksi tidak konsisten, antara fundamentum petendi dengan petitum yang saling bertentangan dalam posita 7

8 gugatan. pengugat meminta agar tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum namun dalam petitum penggugat meminta tergugat melakukan suatu perbuatan. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 67. K/SIP/1975 tanggal 13 Mei 1975 yang menegaskan bahwa karena petitum tidak sesuai dengan dalil-dalil gugatan (posita) permohonan kasasi diterima putusan Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri dibatalkan. Mahkamah Agung Republik Indonesia mengeluarkan putusan Nomor 1875 K/Pdt/1984 tertanggal 24 April Bahwa penggabungan gugatan perbuatan melawan hukum dengan wanpretasi tidak dibenarkan dalam tata tertib beracara dan harus diselesaikan tersendiri. Ditambah lagi dengan Putusan Mahkamah Agung Repubik Indonesia Nomor 879 K/Pdt/1997 tertanggal 29 Januari 2001 dijelaskan bahwa penggabungan gugatan perbuatan melawan hukum dengan wanpretasi dalam satu gugatan melanggar tata tertib beracara karena keduanya harus diselesaikan tersendiri. Begitu pula dalam perkara perdata Nomor 137/Pdt.G/2013/PN.PDG Hakim juga menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet ontvantkelijverklaard) Dalam putusan perkara perdata nomor 137/Pdt.G/2013/PN.PDG Pengadilan Negeri Klas 1A Padang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara antara Burahman,S.S.T.,M.T. lakilaki, pekerjaan PNS, dalam hal ini bertindak selaku kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan/atau pejabat pembuat komitmen (PPK) pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Solok Selatan yang selanjutnya disebut sebagai Penggugat melawan PT. Asuransi Kredit Indonesia cabang Padang yang selanjutnya disebut sebagai Tergugat Dalam gugatan penggugat, penggugat hanya memasukan PT. Asuransi kredit Indonesia Cabang Padang sebagai tergugat tidak memasukan PT.Abdi Karya Jaya Nusa sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam perkara tersebut, sehingga gugatan penggugat kurang pihak. Dalam eksepsi tergugat menyatakan gugatan penggugat kurang pihak dimana surety bond adalah suatu perjanjian tambahan (accesoir) antara Surety (perusahaan asuransi) dan Pincipal (pelaksana proyek) untuk menjamin kepentingan Obligee/pemilik proyek, dimana Principal akan memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian pokok (kontrak) yang dibuat antara pelaksana proyek dengan pemilik proyek. Demikian pula Surety Bond jaminan uang muka No tanggal 6 Juni 2011 merupakan perjanjian accessoir dari surat perjanjian kerja 8

9 konstruksi harga satuan nomor : 620/03.03/SPK/PNK-JLN/DPU/VI-2011 tanggal 6 Juni 2011 antara Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Solok Selatan (selaku pemilik proyek) dengan PT.Abdi Karya Jaya Nusa (selaku pelaksana proyek) sebagai perjanjian pokok. Jaminan uang muka yang tertanggal 6 Juni 2011 ditanda tangani bersama-sama oleh tergugat dan PT. Abdi Karya Jaya Nusa (surety Bond). Dalam gugatan penggugat tidak menempatkan PT. Abdi Karya Jaya Nusa sebagai salah satu tergugat sehingga gugatan penggugat kurang pihak. Karena gugatan penggugat kurang pihak, maka gugatan Penggugat dinyatakan Tidak Dapat Diterima (Niet Ontvankelijkverklaar) dan Hal ini sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 938. K/Sip/1971 tanggal 30 September 1972 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor K/Sip/1975 tanggal 1 Juni 1976 yang menyatakan gugatan haruslah dinyatakan tidak dapat diterima karena pihak yang harusnya digugat tidak ikut digugat. Karena eksepsi tergugat telah dinyatakan diterima/dikabulkan, maka majelis hakim tidak perlu lagi mempertimbangkan pokok perkara. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswantmono Radiantoro salah satu hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Padang dilakukan pada hari Rabu 25 Maret 2015 hakim tidak menimbang pokok perkara dalam putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet ontvankelijkverklaard) pada perkara perdata Nomor 21/Pdt.G/2013/PN.PDG dan juga perkara perdata Nomor 137/Pdt.G/2013/PN.Pdg hakim lebih dahulu memperhatikan pembuatan dan penyusunan surat gugatan, melihat subjek perkara dan tata cara penggugat memasukan gugatannya apakah gugatan penggugat sudah sempurna, jika terdapat kesalahan dalam tata cara mengajukan gugatan atau subjek yang harus digugat tidak ikut digugat maka hakim akan memutuskan perkaranya menjadi gugatan tidak dapat diterima (niet ontvankelijkverklaard) jika tidak baik prosedur atau perumusannya, serta tidak memenuhi syarat formal yang ditentukan oleh undang-undang maka hakim akan menyatakan gugatan tidak dapat diterima atau niet ontvankelijkverklaard dan hakim tidak lagi melihat pokok perkara. Dengan menjatuhkan putusan gugatan tidak dapat diterima dan hakim tidak menimbang pokok perkara maka penggugat memiliki kesempatan untuk memperbaiki gugatannya, dengan melakukan upaya hukum atau menyempurnakan gugatannya dan 9

10 mendaftarkannya kembali gugatanya dipengadilan negeri. Dari uraian dua perkara di atas jelas bahwa penggugat tidak menyebutkan secara tegas mengenai subjek dan objek gugatannya, hal ini mengakibatkan gugatan penggugat tidak dapat diterima oleh Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Padang, karena surat gugatan penggugat tidak sempurna, tidak jelas atau kabur (obscuur libel) akibatnya akan merugikan penggugat sendiri, jadi sebelum mengajukan gugatan ke pengadilan penggugat harus mengetahui terlebih dahulu mengenai hak dan kewajibannya dengan pasti. 2. Akibat Hukum Terhadap Putusan Hakim Yang Menyatakan Suatu Gugatan Tidak Dapat Diterima di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang. Materi atau pokok perkara sama sekali tidak dipertimbangkan oleh hakim, karena putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima ini sangat dipengaruh atau tergantung dari pembuatan dan penyusunan surat gugatan, jika tidak baik prosedur atau perumusannya, serta tidak memenuhi syarat formal yang ditentukan oleh undang-undang maka hakim akan menyatakan gugatan tidak dapat diterima atau niet ontvankelijkverklaard. a. Penggugat kalah b. Materi atau pokok perkara yang sebenarnya sama sekali tidak dipertimbangkan oleh hakim. 3. Upaya Hukum Terhadap Putusan Hakim Yang Menyatakan Suatu Gugatan Tidak Dapat Diterima Pada Pengadilan Negeri Klas 1A Padang Penggugat yang menganggap gugatannya benar dan merasa tidak puas atas putusan tersebut, penggugat dapat melakukan upaya hukum banding dan kasasi maupun peninjauan kembali menurut ketentuan undang-undang yang berlaku. Dari penelitian dan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Irdawina, selaku Kepala Panitera muda Hukum Pengadilan Negeri Klas 1A Padang yang dilakukan oleh pengugat terhadap putusan hakim yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima atau niet ontvankelijkverklaard di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang, bahwa pada kenyataannya di dalam praktik upaya hukum terhadap putusan hakim yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima ini jarang sekali ditempuh oleh pihak yang kalah (penggugat) karena memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar. Terhadap putusan hakim yang menyatakan suatu gugatan tidak dapat diterima ini penggugat lebih 10

11 sering melakukan atau mengajukan gugatan ulang kepada Pengadilan Negeri Klas 1A Padang karena tindakan ini lebih menguntungkan pihak penggugat karena dapat menghemat biaya dan mempersingkat waktu. Simpulan 1. Alasan-alasan hukum yang menyebabkan suatu gugatan tidak dapat diterima atau niet ontvankelijkverklaard (N.O) di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang disebabkan karena surat gugatan penggugat tidak memenuhi syarat formal yang ditentukan oleh undang-undang atau karena isi atau perumusan surat gugatan tidak jelas, tidak sempurna, atau kabur (obscuurlibel) baik subjek gugatan, objek gugatan maupun karena posita tidak mendukung petitum. 2. Akibat hukum dari putusan hakim yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang, adalah hakim sama sekali tidak mempertimbangkan isi atau materi perkara sebenarnya yang mengakibatkan penggugat kalah. Hakim hanya melihat syarat-syarat formil dari suatu gugatan. 3. Upaya hukum terhadap putusan hakim yang menyatakan suatu gugatan tidak dapat diterima di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang adalah pihak yang merasa tidak puas yaitu penggugat atas putusan hakim yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima, penggugat dapat melakukan upaya hukum banding dan kasasi maupun peninjauan kembali, upaya hukum itu dilakukan apabila penggugat merasa surat gugatanya benar atau tidak ada kesalahan pada gugatannya, dan jika penggugat memang ada kesalahan dalam gugatannya maka penggugat dibolehkan mengajukan gugatan baru dengan memperbaiki gugatan sebelumnya. Saran 1. Hendaknya pihak penggugat yang akan mengajukan gugatan ke pengadilan mengetahui dengan jelas dan terang tentang hak dan kepentingannya dan juga harus mengetahui dengan jelas pihak-pihak yang berkaitan dengan objek yang disengketakan tersebut serta objek yang digugat secara terang dan benar pada saat memasukan gugatan serta gugatan haruslah berdasarkan hukum yang berlaku. 2. Terhadap putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima, sebaiknya pihak penggugat mengajukan gugatan ulang dengan menyempurnakan surat gugatan sebelumnya dan mengajukan kembali ke Pengadilan Negeri yang telah menjatuhakan putusan yang 11

12 menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet onvankelijkverklaard) tersebut sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. 3. Sebelum mempertimbangkan putusan, hakim hendaknya memberikan petunjuk kepada pihak penggugat tentang bagaimana sebaiknya pihak penggugat menyusun surat gugatannya dengan sempurna agar terhindar dari adanya cacat formal. Dan bagi pihak penggugat maupun kuasanya hendaknya menyatakan fakta yang sebenarnya terjadi sehingga terhindar dari gugatan prematur yang menyebabkan jatuhnya putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima atau niet onvantkelijkverklaard. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi. Pihak-pihak yang dengan sabar membimbing dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi. Pihak tersebut adalah: (1) Ibu As Suhaiti Arief, S.H., M.H, selaku Pembimbing I (2) Syafril, S.H., M.H, selaku Pembimbing II. Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum, (3) Bapak Adri, S.H., M.H, dan selaku Penguji III (4) Bapak Yevendri S.H., M.H, selaku Penguji II, (5) Ibu Yofiza Media, S.H., M.H, selaku Penguji I, (6) Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan moril maupun materi. (7) serta teman-teman seperjuangan. Daftar Pustaka A. Buku-buku Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Hotman Pardomuan Sibuea, dan Heryberthus Sukartono, 2009, Metode Penelitian Hukum, Krakatau Book, Jakarta M. Nur Rasaid,1995, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta. M.Yahya Harapan, 2011,Hukum Acara Perdata. Sinar Grafika, Jakarta. R. Soepomo,1994,Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, PT.pradnya, Jakarta R. Wiryono Projodikoro, 1991, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung Soerjono Soekantodan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan 12

13 Singkat, cet.13, Rajawali Press, Jakarta Subekti, 1997, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Jakarta, Sudikno Mertokusumo, 2002, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta. B. Peraturan Perundang-undangan. Rv (Relement op de Rechtvordering) Herziene Indonesische Reglement (HIR) Rechstreglement Voor de Buitengewestes (Rbg) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undangundang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 4 Tahun2004 tentang Kekuasaan Kehakiman 13

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup berkelompok (bermasyarakat). Kehidupan bermasyarakat menuntut manusia untuk saling berinteraksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi atau melakukan hubungan-hubungan antara satu sama

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi atau melakukan hubungan-hubungan antara satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup berkelompok (bermasyarakat). Kehidupan bermasyarakat menuntut manusia untuk saling berinteraksi

Lebih terperinci

FORMULASI KUMULASI GUGATAN YANG DIBENARKAN TATA TERTIB ACARA INDONESIA (STUDI PUTUSAN MA NOMOR K/PDT/2012 DAN PUTUSAN MA NOMOR.

FORMULASI KUMULASI GUGATAN YANG DIBENARKAN TATA TERTIB ACARA INDONESIA (STUDI PUTUSAN MA NOMOR K/PDT/2012 DAN PUTUSAN MA NOMOR. FORMULASI KUMULASI GUGATAN YANG DIBENARKAN TATA TERTIB ACARA INDONESIA (STUDI PUTUSAN MA NOMOR. 2157 K/PDT/2012 DAN PUTUSAN MA NOMOR. 571 PK/PDT/2008) Kidung Sadewa dan Heri Hartanto Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA YANG DILAKUKAN DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A BATAM ARTIKEL

PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA YANG DILAKUKAN DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A BATAM ARTIKEL 1 PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA YANG DILAKUKAN DI PENGADILAN NEGERI KLAS I A BATAM ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh : PUTRISA PATNI 1310012111026 Bagian

Lebih terperinci

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti TINJAUAN TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( SENGKETA TANAH ) DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Febrina Indrasari,SH.,MH Politeknik Negeri Madiun Email: febrinaindrasari@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMBAYARAN BIAYA PERKARA PERDATA DALAM PRAKTIKNYA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I.A PADANG. ABSTRACT

PEMBAYARAN BIAYA PERKARA PERDATA DALAM PRAKTIKNYA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I.A PADANG.   ABSTRACT PEMBAYARAN BIAYA PERKARA PERDATA DALAM PRAKTIKNYA DI PENGADILAN NEGERI KLAS I.A PADANG Osvita Yeni, 1 As Suhaiti Arif, S.H, M.H, 1 Syafril, S.H, M.H, 1 1 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA

CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA Oleh: I Wayan Wardiman Dinata I Nyoman Bagiastra Program Kekhususan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF 21 BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Putusan Verstek Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN.

PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN. PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH DAHULU DAN PELAKSANAANNYA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG DALAM PERKARA NO. 74/PDT.G/2005.PN. PDG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN Oleh : I Dewa Ayu Maheswari Adiananda Putu Gede Arya Sumerthayasa Bagian Hukum Peradilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Segala tingkah laku yang diperbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup berkelompok (bermasyarakat). Kehidupan bermasyarakat menuntut manusia untuk saling berinteraksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap

Lebih terperinci

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang ilmu hukum adalah hukum perdata yaitu serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan

Lebih terperinci

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. Judul : KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. 13/Pdt.G/2009/PN. Skh Disusun oleh : Rani Permata Sari NPM : 13101115 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN 1 KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN Oleh : I Putu Agus Supendi Pembimbing Akademik Suatra Putrawan,SH.,MH, Program Kekhususan Peradilan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lain, dengan menitikberatkan

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017 TATA CARA PEMANGGILAN PARA PIHAK YANG BERPERKARA PENGGUGAT/TERGUGAT YANG TERLIBAT DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI (PENERAPAN PASAL 388 jo PASAL 390 HIR) 1 Oleh: Delfin Pomalingo 2 ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Suatu perkara perdata itu diajukan oleh pihak yang bersangkutan kepada Pengadilan untuk mendapatkan pemecahan atau penyelesaian. 1 Untuk mendapatkan pemecahan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik sehari-hari, hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain maupun hubungan antara manusia dengan badan hukum atau badan hukum dengan badan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klas 1.A Padang) JURNAL ILMIAH

PELAKSANAAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klas 1.A Padang) JURNAL ILMIAH PELAKSANAAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klas 1.A Padang) JURNAL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana RANNI TAMARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu proses dimuka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN Oleh: Made Nara Iswara I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derden verzet merupakan salah satu upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan perlawanan pihak ketiga

Lebih terperinci

PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN TERLEBIH DAHULU ATAU PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NKLAS I A PADANG

PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN TERLEBIH DAHULU ATAU PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NKLAS I A PADANG 1 PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN TERLEBIH DAHULU ATAU PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NKLAS I A PADANG ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

PERMOHONAN PUTUSAN SERTA-MERTA ATAS GUGATAN SEWA MENYEWA

PERMOHONAN PUTUSAN SERTA-MERTA ATAS GUGATAN SEWA MENYEWA 1 PERMOHONAN PUTUSAN SERTA-MERTA ATAS GUGATAN SEWA MENYEWA Oleh : Khaista Amalia Putu Purwanti Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Putusan serta merta merupakan putusan yang dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN SELA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SUATU PERKARA PERDATA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN SELA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SUATU PERKARA PERDATA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR) 1 UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN SELA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SUATU PERKARA PERDATA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR) Oleh : Wagner Engelenburg Gunther I Ketut Artadi I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) A. Analisis Terhadap Deskripsi Dissenting Opinion Dalam Putusan Perkara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Adanya perbenturan kepentingan antara pihak-pihak yang melakukan interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat maka diperlukan suatu norma hukum yang tegas dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa hukum antara para pihak yang melakukan perjanjian.

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN 1. Istilah dan pengertian - Hukum perdata materiil : hukum yang mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak dalam hubungan perdata - Hukum perdata formil : hukum acara

Lebih terperinci

KAPAN PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAARD DAPAT DIAJUKAN ULANG?

KAPAN PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAARD DAPAT DIAJUKAN ULANG? KAPAN PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAARD DAPAT DIAJUKAN ULANG? Oleh: Ahmad Z. Anam (Hakim Pratama Muda Pengadilan Agama Mentok) Pendahuluan Ada dua hak bagi pihak berperkara yang perkaranya dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam kehidupan masyarakat yang serba kompleks setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam kehidupan masyarakat yang serba kompleks setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam kehidupan masyarakat yang serba kompleks setiap individu mempunyai aneka ragam warna kepentingan yang harus dipenuhi dalam rangka memenuhi kebutuhan,

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 91/Pdt.G/2009/PN.Ska) Oleh : Dyah Kristiani (12100038)

Lebih terperinci

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di 79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan

Lebih terperinci

GUGATAN PELAKU USAHA DI PENGADILAN NEGERI KLAS IA PADANG YANG KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) ARTIKEL

GUGATAN PELAKU USAHA DI PENGADILAN NEGERI KLAS IA PADANG YANG KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) ARTIKEL GUGATAN PELAKU USAHA DI PENGADILAN NEGERI KLAS IA PADANG YANG KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) ARTIKEL Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai

Lebih terperinci

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang BAB IV ANALISIS YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KEDIRI NOMOR : 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. OLEH PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR : 375/Pdt. G/2011/PTA. Sby. TENTANG GUGATAN WARIS A. Analisis

Lebih terperinci

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK Oleh I Putu Wahyu Pradiptha Wirjana I Gusti Nyoman Agung Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Decisions that legally

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN Oleh Nyoman Agus Pitmantara Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 31/Pdt.G/2015/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan

Lebih terperinci

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN Oleh Maya Diah Safitri Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The right to obtain legal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelesaian masalah di Pengadilan Agama ada syarat-syarat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelesaian masalah di Pengadilan Agama ada syarat-syarat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penyelesaian masalah di Pengadilan Agama ada syarat-syarat pendaftaran yang harus dipenuhi, salah satunya adalah diajukannya surat gugatan. Surat gugatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015 PENYELESAIAN PERKARA MELALUI CARA MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI 1 Oleh : Elty Aurelia Warankiran 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertuan untuk mengetahui bagaimana prosedur dan pelaksanaan mediasi perkara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kewenangan Pengadilan Tinggi dalam menjatuhkan sebuah putusan akhir ternyata masih ada yang menimbulkan permasalahan. Untuk itu dalam bab tinjauan pustaka ini, penulis hendak menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah negara hukum, demikianlah makna yang tersirat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berarti di negara Indonesia ada tata hukum

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor 101/Pdt.G/2016/PTA.Mks DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar, yang memeriksa dan mengadili perkara Ekonomi Syariah pada

Lebih terperinci

ELIZA FITRIA

ELIZA FITRIA EKSEKUSI RIIL TERHADAP PUTUSAN HAKIM YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI BATUSANGKAR KLAS II (STUDI KASUS PERKARA PERDATA NO. 02/Pdt.G/2007/PN.BS) SKRIPSI DIAJUKAN GUNA MEMENUHI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia berdasarkan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Lebih terperinci

HAK GUGAT ORGANISASI (LEGAL STANDING) PADA PERKARA HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI NDONESIA ABSTRAK

HAK GUGAT ORGANISASI (LEGAL STANDING) PADA PERKARA HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI NDONESIA ABSTRAK HAK GUGAT ORGANISASI (LEGAL STANDING) PADA PERKARA HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI NDONESIA Annisa Dwi Laksana 1, Hamzah 2, Depri Liber Sonata 3. ABSTRAK Hak gugat organisasi (legal standing) merupakan

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 11 hal. Put. No. 105/Pdt.G/2014/PTA Mks.

Hal. 1 dari 11 hal. Put. No. 105/Pdt.G/2014/PTA Mks. P U T U S A N Nomor 105/Pdt.G/2014/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UUD Negara Republik Indonesia 1945 didalam pasal 1 ayat (3) menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena itu Negara tidak boleh melaksanakan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 08/Pdt.G/2016/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 08/Pdt.G/2016/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 08/Pdt.G/2016/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Palembang dalam persidangan Majelis yang mengadili perkara Pembatalan Nikah, pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan

BAB I PENDAHULUAN. esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hakim sebagai aparat kekuasaan kehakiman pasca Undang- Undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, pada prinsipnya tugas Hakim adalah melaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN Oleh : Wajihatut Dzikriyah I Ketut Suardita Bagian Peradilan, Fakultas Hukum Program Ekstensi Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 1359/PDT. G/2013/PA. MLG DENGAN ALASAN GUGATAN OBSCUUR LIBEL DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 1359/PDT. G/2013/PA. MLG DENGAN ALASAN GUGATAN OBSCUUR LIBEL DALAM PERKARA CERAI GUGAT 79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 1359/PDT. G/2013/PA. MLG DENGAN ALASAN GUGATAN OBSCUUR LIBEL DALAM PERKARA CERAI GUGAT A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Atas Putusan No. 1359/Pdt.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN Oleh: Merilatika Cokorde Dalem Dahana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Magetan ) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan notaris sangat penting ditengah-tengah masyarakat. Notaris memberikan jaminan kepastian hukum pada masyarakat menyangkut pembuatan akta otentik. Akta

Lebih terperinci

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene No.1172, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Gugatan Sederhana. Penyelesaian. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat banding, dalam persidangan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT A. Dasar Hukum Hakim dalam Penerapan Pencabutan Cerai Gugat Pengadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling

Lebih terperinci

PEMBATALAN SITA JAMINAN DALAM PERKARA PERDATA (STUDI PUTUSAN NOMOR 2998 K/PDT/2012

PEMBATALAN SITA JAMINAN DALAM PERKARA PERDATA (STUDI PUTUSAN NOMOR 2998 K/PDT/2012 PEMBATALAN SITA JAMINAN DALAM PERKARA PERDATA (STUDI PUTUSAN NOMOR 2998 K/PDT/2012 Mida Asmoarum, Harjono Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim agung dalam membatalkan sita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimenangkan dan pihak yang dikalahkan. Terdapat dua pilihan bagi pihak yang. putusan serta-merta(uitvoerbaar Bij Voorraad).

BAB I PENDAHULUAN. dimenangkan dan pihak yang dikalahkan. Terdapat dua pilihan bagi pihak yang. putusan serta-merta(uitvoerbaar Bij Voorraad). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Putusan dalam persidangan perdata adalah puncak dari suatu proses pencarian kebenaran hukum yang dilakukan hakim berdasarkan prinsip-prinsip dan asas-asas

Lebih terperinci

TUNTUTAN PROVISI DALAM GUGATAN PELANGGARAN MEREK PADA PENGADILAN NIAGA. Oleh: Devi Marlita Martana. Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Unud

TUNTUTAN PROVISI DALAM GUGATAN PELANGGARAN MEREK PADA PENGADILAN NIAGA. Oleh: Devi Marlita Martana. Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Unud TUNTUTAN PROVISI DALAM GUGATAN PELANGGARAN MEREK PADA PENGADILAN NIAGA Oleh: Devi Marlita Martana Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Unud Abstract Act Number 15 Year 2001 regarding Trademark has set the provisional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG DALAM PERKARA WARIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG DALAM PERKARA WARIS BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG DALAM PERKARA WARIS A. Tinjauan Umum Mengenai Pencabutan Gugatan Salah satu permasalahan yang muncul dalam suatu proses beracara di muka pengadilan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penerapan Asas Ratio Decidendi Hakim Tentang Penolakan Eksepsi dalam Perkara Cerai Talak Talak

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penerapan Asas Ratio Decidendi Hakim Tentang Penolakan Eksepsi dalam Perkara Cerai Talak Talak BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA TUBAN TENTANG TENTANG PENOLAKAN EKSEPSI DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NO.1810/Pdt.G/2012/PA.Tbn.) A. Analisis Terhadap Penerapan

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015

Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015 SYARAT MATERIL DAN FORMAL GUGATAN REKONVENSI DALAM PERKARA PERDATA 1 Oleh : I Nyoman Setiadi Sabda 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tata cara mengajukan gugatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kodratnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan haruslah hidup bersama dengan manusia lainnya. Proses tersebut dikenal dengan istilah bermasyarakat, dalam

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PADA PERKARA PERDATA NO.115/PDT.G/2013/PN. DI PENGADILAN NEGERI KLAS IA PADANG ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Lebih terperinci

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA Oleh: Anastasia Maria Prima Nahak I Ketut Keneng Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PELAKSANAAN PENCABUTAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLAS 1.A PADANG.

ARTIKEL PENELITIAN PELAKSANAAN PENCABUTAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLAS 1.A PADANG. ARTIKEL PENELITIAN PELAKSANAAN PENCABUTAN SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLAS 1.A PADANG Oleh: ATH THARIQ RAHMAN SYAFPUTRA NPM: 1110012111115 BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

PEMBAYARAN KLAIM OLEH PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI OLEH TERTANGGUNG PADA PROGRAM MITRA BEASISWA

PEMBAYARAN KLAIM OLEH PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI OLEH TERTANGGUNG PADA PROGRAM MITRA BEASISWA PEMBAYARAN KLAIM OLEH PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI OLEH TERTANGGUNG PADA PROGRAM MITRA BEASISWA Oleh I Made Aditya Mantara Putra I Gusti Nyoman Agung I Made Dedy Priyanto

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DISUSUN OLEH : MOHAMMAD FANDRIAN HADISTIANTO Definisi Hukum Acara Hukum acara adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN HUKUM

III. METODE PENELITIAN HUKUM 37 III. METODE PENELITIAN HUKUM Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,

Lebih terperinci

REKONVENSI YANG DIAJUKAN SECARA LISAN DALAM PERSIDANGAN

REKONVENSI YANG DIAJUKAN SECARA LISAN DALAM PERSIDANGAN REKONVENSI YANG DIAJUKAN SECARA LISAN DALAM PERSIDANGAN MAKALAH PEMBANDING I Disampaikan oleh Pengadilan Agama Bukittinggi dalam kegiatan IKAHI PTA Padang tentang diskusi hukum yang diikuti oleh Kordinator

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 7/Pdt.G/2009/PTA.Plk

P U T U S A N Nomor : 7/Pdt.G/2009/PTA.Plk SALINAN P U T U S A N Nomor : 7/Pdt.G/2009/PTA.Plk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHAESA Pengadilan Tinggi Agama Palangkaraya yang mengadili perkara perdata dalam tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek BAB I PENDAHULUAN Putusan verstek merupakan bagian dari Hukum Acara Perdata di Indonesia. Putusan verstek tidak terlepas hubungannya dengan beracara dan penjatuhan putusan atas perkara yang dipersengketakan,

Lebih terperinci

LEGAL ACTIONS VERZET AGAINTS EXECUTION CONFISCATION IN CIVIL CASE AT DISTRICT COURT SEMARANG (CASE STUDY COURT DECISION NO. 152/Pdt.Plw/2006/PN.

LEGAL ACTIONS VERZET AGAINTS EXECUTION CONFISCATION IN CIVIL CASE AT DISTRICT COURT SEMARANG (CASE STUDY COURT DECISION NO. 152/Pdt.Plw/2006/PN. LEGAL ACTIONS VERZET AGAINTS EXECUTION CONFISCATION IN CIVIL CASE AT DISTRICT COURT SEMARANG (CASE STUDY COURT DECISION NO. 152/Pdt.Plw/2006/PN.SMG) Ahmad Nurhuda, R. Benny Riyanto*), Marjo ABSTRACT Plaintiff

Lebih terperinci

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps ) WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps ) Oleh: Ayu Septiari Ni Gst. Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 36/Pdt.G/2016/PTA. Smd DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA SAMARINDA

P U T U S A N NOMOR 36/Pdt.G/2016/PTA. Smd DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA SAMARINDA P U T U S A N NOMOR 36/Pdt.G/2016/PTA. Smd DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA SAMARINDA Dalam tingkat banding telah memeriksa, mengadili dan menjatuhkan putusan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.

PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 820 K/PDT/2013) Oleh: Lina Liling Fakultas Hukum Universitas Slamet

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM B. RENCANA KEGIATAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RKPP) Mata Kuliah Kode SKS Semester Nama Dosen Perdata SH 1112 3 IV (Empat) Muhammad Fajar Hidayat, S.H., M.H. Deskripsi Mata Kuliah Standar Kompetensi Mata kuliah

Lebih terperinci

Disusun oleh : AZALIA SEPTINA WARDANI C

Disusun oleh : AZALIA SEPTINA WARDANI C ANALISIS MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KONTRAK KERJASAMA DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK (Studi Memorandum of Understanding antara Forisntinct dan Partner) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

MEKANISME BERACARA SECARA PRODEO DALAM PERKARA PERDATA

MEKANISME BERACARA SECARA PRODEO DALAM PERKARA PERDATA MEKANISME BERACARA SECARA PRODEO DALAM PERKARA PERDATA Oleh I Ketut Gede Pasek Purwata I Gede Pasek Eka Wisanjaya Program Kekhususan Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Beperkara secara

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN APABILA TERJADI PEMBATALAN PERJANJIAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN APABILA TERJADI PEMBATALAN PERJANJIAN AKIBAT HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN APABILA TERJADI PEMBATALAN PERJANJIAN Oleh: Yulia Dewitasari Putu Tuni Cakabawa L. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melidungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

BAB I PENDAHULUAN. melidungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang 1945 tujuan pembangunan nasional adalah melidungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali terjadi

Lebih terperinci

PENCABUTAN PERKARA DI PERADILAN AGAMA

PENCABUTAN PERKARA DI PERADILAN AGAMA PENCABUTAN PERKARA DI PERADILAN AGAMA Drs.H.M.TARSI HAWI, S.H. (PTA BANJARMASIN) A. PENDAHULUAN Pencabutan gugatan perkara perdata pada tingkat pertama, tingkat banding, tingkat kasasi, dan bahkan pada

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Key Word : , legal evidence, evidence

ABSTRAK ABSTRACT. Key Word :  , legal evidence, evidence KEKUATAN ALAT BUKTI SURAT ELEKTRNONIK (EMAIL) DALAM PRAKTEK PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR Oleh Stefanus Alfonso Balela I Ketut Tjukup Nyoman A. Martana Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum

Lebih terperinci