LAPORAN PENELITIAN SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI KECAMATAN SUNGAI TABUK, MARTAPURA BARAT DAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI KECAMATAN SUNGAI TABUK, MARTAPURA BARAT DAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR TIM PENELITI Drs. Eko Suhartono, M.Si dr. Adenan, M.Kes Neka Erliyani, S.Psi, M.Psi Fauzie Rahman, SKM, MPH dr. Danny Indrawardhana KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Nomor: 16/PPK.PL-2/BAPPEDA/2014 Nomor: 115/UN.8.2/PL/2014 LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN SEPTEMBER, 2014

2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN SURVEY PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI KECAMATAN SUNGAI TABUK, MARTAPURA BARAT DAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR TIM PENELITI Drs. Eko Suhartono, M.Si dr. Adenan, M.Kes Neka Erliyani, S.Psi, M.Psi Fauzie Rahman, SKM, MPH dr. Danny Indrawardhana Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat Ketua Peneliti Dr. Ahmad Alim Bachri, SE, M.Si Drs. Eko Suhartono, M.Si NIP NIP Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banjar Muhammad Rusdi, ST, MT NIP ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI KECAMATAN SUNGAI TABUK, MARTAPURA BARAT DAN ASTAMBUL KABUPATEN BANJAR, tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini disusun berdasarkan Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kabupaten Banjar hasil dari kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banjar dengan Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya dan Kabupaten Banjar pada khususnya, serta demi kemajuan dunia ilmu pengetahuan. Martapura, September 2014 Penulis iii

4 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)... 4 B. Manfaat PHBS... 5 C. Indikator PHBS D. Jamban Sehat... 6 BAB III METODE PELAKSANAAN A. Kerangka Konseptual... 8 B. Instrumen, Sampel dan Responden Survey... 8 C. Indikator PHBS iv

5 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum B. Gambaran Usia Responden Tentang PHBS C. Gambaran Tingkat Pendidikan Responden Tentang PHBS D. Gambaran Pekerjaan Responden Tentang PHBS DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

6 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 4.1. Tabel Distribusi Frekuensi Usia, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Responden di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Usia Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Pekerjaan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat vi

7 DAFTAR LAMPIRAN 1. Foto Lokasi 2. Contoh Form Kuesioner 3. Lembar Pertanggung Jawaban Surveyor 4. Lembar Perjanjian Kerjasama 5. Lembar Penunjukkan Tim Pelaksana vii

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan adalah keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari misalnya pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009) (1). Derajat kesehatan masyarakat dapat diperoleh melalui pendataan terhadap masyarakat tentang Perilaku Hidup yang Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah saat ini terkait dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit berbasis lingkungan yang secara epidemiologis masih tinggi di Indonesia. Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat dijadikan perhatian adalah perilaku buang air besar dengan menggunakan jamban sehat. Saat ini, sebagian masyarakat kabupaten Banjar yang berada di bantaran sungai masih menggunakan jamban yang tidak sehat. Pembuangan tinja langsung ke permukaan air tanpa adanya septic tank dapat mencemari lingkungan, penularan penyakit, dan menimbulkan masalah lainnya. Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, 1

9 2 muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika (2). Perilaku buang air besar adalah kebutuhan biologis manusia. Namun dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan, misalnya tempat buang air besar yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan karena dianggap luas lahan dapat dijadikan sebagai tempat membuang untuk buang air besar. Masyarakat Kabupaten Banjar, khususnya masyarakat Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul, yang berada di bantaran sungai diketahui belum menggunakan jamban sehat. Untuk melakukan intervensi kepada masyarakat yang belum buang air besar di jamban sehat tersebut perlu adanya penelitian terlebih dahulu mengenai perilaku mereka saat ini. Dengan demikian, survey ini bertujuan mengetahui gambaran perilaku masyarakat Kabupaten Banjar yang berada di bantaran sungai dalam perilaku hidup bersih dan sehat untuk buang air besar. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagimana gambaran perilaku responden di Kecamatan Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya study dan survey ini untuk mengetahui: 1. Gambaran umum perilaku responden terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul dilihat dari usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan responden 2. Distribusi dan frekuensi usia responden terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul 3. Distribusi dan frekuensi tingkat pendidikan responden terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Mar Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul

10 3 4. Distribusi dan frekuensi pekerjaan responden terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan pelaksanaan, manfaat yang diharapkan antara lain: 1. Mengetahui hasil gambaran umum perilaku responden terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Ke camatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul dilihat dari usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan responden 2. Mengetahui hasil distribusi dan frekuensi usia responden terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul 3. Mengetahui hasil distribusi dan frekuensi tingkat pendidikan responden terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul 4. Mengetahui hasil distribusi dan frekuensi pekerjaan responden terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Martapura Timur 5. Dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan perilaku sehat terutama dalam perilaku buang air di sungai.

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007). PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes RI, 2007). Upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat kesehatan dilakukan melalui program pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program ini telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun Peningkatan PHBS, mengacu pada paradigma sehat, dengan pendekatan strategi advokasi, bina suasana dan gerakan/pemberdayaan masyarakat. PHBS dilakukan dengan melalui 5 tatanan/kawasan, yakni: tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat umum dan tempat kerja. Pelaksanaan PHBS di tantanan rumah tangga sangat berdampak pada upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Kemenkes RI (2011), keberhasilan pelaksanaan program PHBS ditatanan rumah tangga menjadi barometer keberhasilan pelaksanaan program PHBS ditatanan lain. 4

12 5 B. Manfaat PHBS Manfaat PHBS antara lain (3): 1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga: a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit. b. Anak tumbuh sehat dan cerdas. c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga. 2. Manfaat PHBS bagi masyarakat: a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat. b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan. c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain-lain. C. Indikator dan Definisi Operasional PHBS Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator PHBS yang antara lain: 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Adalah pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). 2. Bayi diberi ASI eksklusif Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.

13 6 3. Penimbangan bayi dan balita Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk. 4. Mencuci tangan dengan air dan sabun a. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit. b. Sabun dapat mengikat lemak, kotoran dan membunuh kuman. Tanpa sabun, kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. 5. Menggunakan air bersih Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak terkenapenyakit atau terhindar dari penyakit. 6. Menggunakan jamban sehat Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa dan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung akhir. 7. Rumah bebas jentik Adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Berdasarkan tujuh indikator dari PHBS ini, penggunaan jamban sehat dapat menjadi perhatian mengingat masih banyaknya masyarakat bantaran sungai yang belum menggunakan jamban sehat. Penggunaan jamban sehat ini terkait dengan kesehatan masyarakat dan penularan penyakit. D. Jamban Sehat Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman sebagai tempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas buang air besar yang dapat mencegah pencemaran badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, mencegah

14 7 hinggapnya lalat atau serangga lain di tinja, mencegah bau tidak sedap, serta konstruksi dudukan (slab) yang baik, aman dan mudah dibersihkan (4). Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sebagai berikut : 1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban. 2. Menghindarkan berkembang biak atau tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. 3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain. 4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan. 5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah. 6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Menurut Depkes RI (2007), jamban yang memenuhi syarat adalah: 1. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan air permukaan 2. Cukup terang 3. Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, lipan, dan kecoa) 4. Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap 5. Cukup lobang angin 6. Tidak menimbulkan kecelakaan

15 BAB III METODE PELAKSANAAN A. Kerangka Konseptual Analisis disusun dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut: Gambar 3.1 Kerangka Konseptual B. Instrumen, Sampel dan Responden Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif untuk memperoleh informasi tentang perilaku hidup sehat khususnya dalam penggunaan jamban yang akan digunakan sebagai bahan kajian, perencanaan, dan evaluasi oleh pemerintah Kabupaten Banjar dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Penentuan fokus penelitian merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang akan diarahkan berdasarkan beberapa aspek mengenai pola perilaku hidup sehat masyarakat Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul, Kabupaten Banjar. Selain itu, digunakan wawancara mendalam, observasi perilaku dan lingkungan. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang telah disusun dan dikembangkan sedemikian rupa. Metode ini digunakan dalam rangka mengumpulkan data-data primer yaitu data yang langsung dicari sendiri oleh peneliti pada saat penelitian di lapangan. Adapun untuk mendapatkan data primer 8

16 9 ini penelitian mengajukan kuesioner kepada responden mengenai berbagai variabel penelitian ini. Responden penelitian adalah masyarakat Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul Kabupaten Banjar yang belum menggunakan jamban sehat. Responden dipilih secara acak. C. Lokasi Penelitian Lokasi pengukuran dilakukan di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul wilayah Kabupaten Banjar yang ditunjuk untuk menjadi sasaran. Dengan demikian, secara umum tahapan penelitian disajikan pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Tahapan Penelitian PHBS No Kegiatan Uraian kegiatan 1. Persiapan dan studi pendahuluan Membentuk Tim penyusun Pengumpulan data dan informasi yang relevan dengan PHBS 2 Pengembangan format kuisioner/alat ukur 3. Survey penelitian dan observasi 4. Rekap hasil penelitian dan obsevasi Menyusun format penelitian Menyusun kuisioner Menguji alat ukur Penelitian dan observasi lapangan (dilakukan oleh tenaga survey yang terlatih) Merekap data hasil penelitian Verifikasi data 5. Analisa hasil penelitian Analisa kualitatif dan kuantitatif

17 BAB IV HASIL SURVEY A. Gambaran Umum Survey dilakukan di 3 kecamatan antara lain, Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul. Responden di pilih secara acak dan masingmasing kecamatan ditentukan jumlah respondennya yaitu Sungai Tabuk (90 responden), Martapura Barat (80 responden) dan Astambul (80 responden). Analisa dengan univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian yaitu Usia, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan. Analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari variabel pada tabel 4.1 Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut notoatmodjo, yaitu (1): 1. Faktor predisposisi ( predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya 2. Faktor pendukung ( enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya 3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Jika menginginkan terjadi perubahan atas perilaku-perilaku masyarakat yang dianggap belum dapat mencapai suatu tujuan tertentu diperlukan strategistrategi khusus. Menurut Kurt Lewin, proses perubahan perilaku yang diinginkan adalah agar individu memilih dan memenangkan driving forces atau kekuatan yang mendorong untuk melakukan tindakan seperti yang dianjurkan. Untuk mencapai hal tersebut dapat ditempuh dengan cara memperkuat driving forces dengan cara menggalakan upaya persuasi dan pemberian informasi tentang program kesehatan yang sedang dilaksanakan, memperkecil hambatan yang ada pada diri individu (fisik, psikologis, ekonomis), serta di masyarakat (tabu, tradisi, 10

18 norma sosial), serta memperkuat unsur pendorong dan sekaligus mengurangi hambatan-hambatan yang ada (5). 11 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Responden di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul No 1 Usia Variabel Sei Tabuk Mtp Barat Astambul Jlh (%) Jlh (%) Jlh (%) a Tahun 49 54, , ,75 b Tahun 33 36, , c. > 55 Tahun 8 8,88 6 7,5 5 6,25 2 Tingkat Pendidikan a. Tidak Sekolah 3 3,33 5 6,25 2 2,5 b. SD ,5 c. SMP 26 28, , d. SMA-Perguruan Tinggi 3 Pekerjaan 7 7, a. IRT (Ibu Rumah Tangga)/Tidak Bekerja , ,5 b. Pelajar/ Mahasiswa 6 6,66 2 2, ,75 c. Petani 24 36, ,75 d. Wiraswasta/Buruh 22 36, , e. PNS 1 1, Sumber: Survey Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kabupaten Banjar tahun 2014

19 12 B. Gambaran Usia Responden tentang PHBS Berdasarkan hasil distribusi frekuensi usia pada masyarakat di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul didapatkan bahwa cukup seimbangnya pemahaman responden pada kategori sedang dan tinggi terkait perilaku bersih dan sehat (Tabel 4.2) Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Usia Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Usia Perilaku Rendah Sedang Tinggi Total % % % % , , , , , ,2 > ,6 5 2,0 19 7,6 Total , , Sumber: Survey Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul Kabupaten Banjar tahun 2014 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi usia pada masyarakat di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul didapatkan bahwa pemahaman responden terhadap perilaku bersih dan sehat hanya berada pada kategori sedang dan tinggi. Hasil ini ditunjukkan pada tingkatan usia tahun dan tahun. Pada tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis ini menurut pendapat Aristoteles, usia tahun merupakan masa peralihan dari usia anak-anak menjadi dewasa dan bahwa usia muda lebih mudah menerima informasi dan lebih bersifat dinamis dibandingkan usia tua sehingga lebih mudah menerima perubahan perilaku (6). Sedangkan di atas tingkatan usia dewasa muda 21 tahun ke atas apabila dilihat dari perkembangan kognitifnya maka kebiasaan

20 13 berpikir rasional mereka meningkat, juga biasanya mereka cukup aktif dan produktif. Jika dilihat berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa dari 250 responden dengan rentang usia 15 tahun hingga >55 tahun, tingkat pemahaman terhadap PHBS sebanyak 131 responden memiliki kategori sedang dan 119 responden memiliki kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam berperilaku hidup bersih dan sehat terlihat dari perbedaan usia. Kemungkinan usia yang lebih muda dapat melaksanakan pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat yang maksimal dibandingkan dengan usia di atasnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Harwinta (2004) yang menyebutkan bahwa ada pengaruh variabel umur terhadap tingkat PHBS dan ada interaksi signifikan antara variabel tindakan dengan umur. Responden yang umurnya < 40 tahun memiliki probabilitas peningkatan tingkat PHBS tatanan rumah tangga. Hal ini dimungkinkan semakin bertambah usia seseorang dan diikuti dengan pengetahuan dan pengalaman, maka pada diri seseorang akan berperilaku positif karena orang tersebut akan melakukan berbagai hal dan mencukupi hidupnya tanpa merugikan orang lain. C. Gambaran Tingkat Pendidikan Responden tentang PHBS Berdasarkan hasil distribusi frekuensi usia pada masyarakat di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul didapatkan bahwa cukup seimbangnya pemahaman responden pada kategori sedang dan tinggi terkait perilaku hidup bersih dan sehat seperti pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Perilaku Total Rendah Sedang Tinggi % % % % ,2 7 2,8 10 4

21 SD , , ,6 SMP , , SMA-PT , , ,4 Total Sumber: Survey Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul Kabupaten Banjar tahun 2014 Menurut tabel di atas, pemahaman responden terhadap PHBS sudah cukup baik dan tidak terlalu berpengaruh dengan tingkat pendidikan responden itu sendiri. Terdapat 135 (54%) responden pada kategori sedang dan 115 (46%) responden pada kategori tinggi dari total 250 responden di lapangan. Hal ini juga dipengaruhi dengan sudah cukup pesatnya arus informasi yang diterima oleh masyarakat itu sendiri selaku responden. Pendidikan merupakan salah satu usaha pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku sehat keluarga dengan tingkat pendidikan yang kurang mendukung akan menyebabkan rendahnya kesadaran lingkungan, semakin baik tingkat pendidikan formal sehingga akan mematangkan pemahaman tentang pengetahuan kesehatan lingkungan dan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip PHBS. Mubarak (2007) juga menjelaskan bahwa pendi dikan sebagai suatu proses dalam rangkaian mempengaruhi dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan perilaku pada diri nya, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi kesehatan. Sebaliknya jika seseorang yang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan seseorang terhadap penerimaan, informasi kesehatan dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan (7). Pengetahuan yang baik dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Menurut Notoatmodjo ( 2010) mengemukakan bahwa sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Hasil penelitian ini sejalan dengan 14

22 15 penelitian Rogers (1974) yang mengemukakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng ( long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat menggambarkan besarnya pengaruh sikap dan perilaku dalam perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasinya dalam mengerjakan aktivitasnya. Pendidikan merupakan salah satu kekuatan sosial yang ikut dibentuk dan membentuk masa depan manusia dengan sendirinya sehingga pendidikan juga ikut berpengaruh dalam kedisiplinan seseorang dalam menggunakan jamban sebagai salah saru sarana kesehatan lingkungan untuk membuang tinja ataupun kotoran manusia (4). D. Gambaran Pekerjaan Responden tentang PHBS Berdasarkan hasil distribusi frekuensi usia pada masyarakat di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul didapatkan bahwa cukup seimbangnya pemahaman responden pada kategori sedang dan tinggi terkait perilaku bersih dan sehat seperti tabel Tabel 4.4 Tabel 4.4 Hubungan Pekerjaan Responden dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul Pekerjaan Perilaku Rendah Sedang Tinggi Total % % % % IRT/Tidak Bekerja , , ,8 Pelajar/ Mahasiswa ,8 7 2,8 19 7,6 Petani , ,8 Buruh/Wiraswasta , , ,8

23 16 Sumber: Survey Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul Kabupaten Banjar tahun 2014 Jika dilihat berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa dari 250 responden berdasarkan pekerjaan, tingkat pemahaman atau pengetahuan terhadap PHBS sebanyak 134 responden yang bekerja memiliki kategori sedang dan 116 responden memiliki kategori tinggi. Khusus untuk responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS sebanyak 5 responden dan semuanya memiliki pemahaman terhadap PHBS dengan kategori tinggi. Hal ini didukung penelitian Zaahara dalam penelitian Robby, dkk menyatakan bahwa status sosial ekonomi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan perilaku hidup sehat, semakin tinggi status sosial ekonomi keluarga, maka makin tinggi pula atau semakin baik pula perilaku hidup sehat keluarga dan sebaliknya semakin rendah status sosial ekonomi keluarga makin buruk pula perilaku hidup sehatnya (9). Berdasarkan pernyataan Depkes RI ( 2001) dan hasil distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden di Kecamatan Sungai Tabuk, Martapura Barat dan Astambul, Kabupaten Banjar menunjukkan hubungan yang kuat antara pekerjaan responden terhadap tingkat perilaku hidup bersih dan sehat responden. Hasil survey tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Kecamatan Martapura Timur dilihat dari aspek usia, tingkat pendidikan dan pekerjaa, keseluruhan menunjukkan bahwa tingkat perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori sedang. Namun dari faktor pendukung melalui tersedianya fasilitas maupun sarana kesehatan masih belum memadai sehingga perilaku masyarakat belum mampu diaplikasikan secara nyata hingga membentuk suatu pola hidup yang sehat. Jika kemampuan memahami perilaku hidup bersih dan sehat ini kemudian didukung dengan menyediakan fasilitas dan sarana, diharapkan mampu menambah dan mengarahkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat jauh lebih baik (10). PNS Total , ,

24 DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi Jakarta: Rineka Cipta. dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu 2. Wahyuni, E. I.(2011). Gambaran karakteristik keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) pada tatanan rumah Tangga di desa karangasem wilayah kerja Puskesmas Tanon II Sragen. Jurnal Gaster, 8(2) Harwinta. (2008). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangg a Dilokasi Proyek Kesehatan Keluarga Dan Gizi (KKG) Kebupaten Tapanuli Selatan Tesis Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatra Utara 4. Chandra, N. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Jamban Di Desa Modelemo Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. 5. Ronny, T.S., Rahmawati, T., dan Sukandar, D. (2013). Hubungan Pendidikan dan Penghasilan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 1 April Bandung: Department of Enviromental Health 6. Kusumawati, Y., Astuti, D., Ambarwati. (2008). Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Kesehatan Lingkungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Ju rnal Kesehatan Masyarakat. Vol.1(1) 7. Mubarak, W. I. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar 8. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 9. Robby Furwanto, Reni Zulfitri, Oswati Hasanah, (2004). Hubungan status sosial ekonomi dengan penerapan perilaku Hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga 10. Yusuf LN. Syamsu ( 2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

25 LAMPIRAN

26 Lampiran 1 A. Kecamatan Martapura Barat

27

28 B. Kecamatan Sungai Tabuk

29

30 C. Kecamatan Astambul

31