A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri. Terpenuhinya unsur-unsur dari rumusan Pasal 264 ayat (1) ke-1 KUHP sebagai. dakwaan Primair, yaitu :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri. Terpenuhinya unsur-unsur dari rumusan Pasal 264 ayat (1) ke-1 KUHP sebagai. dakwaan Primair, yaitu :"

Transkripsi

1 ! A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Terpenuhinya unsur-unsur dari rumusan Pasal 264 ayat (1) ke-1 KUHP sebagai dakwaan Primair, yaitu : 1. Unsur Barang Siapa 1 Yang dimaksud dengan barang siapa adalah siapa saja yang menjadi subjek hukum penyandang hak dan kewajiban, palaku tindak pidana yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana. Yang mana subjek hukum ini dapat berupa individu (naturelijk person) atau badan hukum (rechstperson). Yang mana didalam persidangan ini Penuntut Umum telah mengajukan seorang Terdakwa bernama TJONDRO SANTOSO, S.H. bin TIRTO, yang dengan jalan mengamati sikap, keterangan serta tanggapan Terdakwa selama di persidangan, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Terdakwa adalah orang yang cakap hukum dan dapat dimintai pertanggungjawaban pidana. 2. Unsur membuat surat otentik palsu atau memalsukan surat otentik yang dapat menerbitkan sesuatu hak perjanjian (kewajiban), atau sesuatu pembebasan utang atau yang boleh digunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan. 2 Berdasarkan Pasal 1 nomor 7 Undang-Undang No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang di tetapkan dalam Undang-Undang ini. Menimbang bahwa pengertian akta otentik yang dibuat menurut bentu dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh UUJN dapat disebut surat otentik, sehingga menurut Majelis Hakim apa yang dibuat dan dirumuskan oleh

2 Terdakwa yaitu No. 2 dan Akta No. 3 adalah surat otentik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 264 ayat (1) ke-1 KUHP. Menimbang, yang dimaksud dengan membuat surat otentik palsu adalah membuat yang isinya bukan semestinya (tidak benar), atau isinya tidak menggambarkan fakta-fakta yang semestinya 3 Menimbang, bahwa perbuatan Terdakwa selaku Notaris dalam merumuskan dan membuat suatu akta yaitu akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 Tentang Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Indo Venner Utama, telah membuat suatu keterangan yang tidak benar. Sehingga isi Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 tersebut menjadi bukan sebagaimana mestinya atau isinya tidak menggambarkan fakta-fakta yang sebenarnya yaitu mengenai legalitas terhadap Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 tentang penyesuaian dengan Undang-Undang No 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas anggaran Dasar Perseroan Terbatas PT. Indo Venner Utama. Menimbang, bahwa Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 yang dibuat oleh Terdakwa dengan kehendak penghadap saksi Yunita Koeswoyo baru mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwajib yaitu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI tanggal 16 Maret 2006, maka sesuai dengan keterangan Ahli Djoko Sukisno, S.H., CN., Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 telah jadi namun belum berlaku mengikat baik kedalam maupun keluar, karena Akta No.2 tanggal 6 Januari 2006 tersebut belum mendapat persetujuan dari pihak yang berwajib yaitu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Menimbang bahwa kata-kata yang dirumuskan oleh Terdakwa pada halaman 3 Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 yakni anggaran dasarnya telah memperoleh pengesahan dari pihak yang berwajib adalah menunjukan Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 yang dalamnya berisi Penyesuaian Anggaran Dasar padahal senyatanya sama sekali Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 tersebut belum mendapatkan pengesahan (yang terhadap Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 itu seharusnya adalah mendapat persetujuan ). Menimbang bahwa dengan belum disetujuinya Akta No.2 tanggal 6 Januari 2006 oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI pada tanggal 6! "#$$% &"% &"% &' ( % &% )

3 Januari 2006, maka apa yang diterangkan oleh Terdakwa pada halaman 3 Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 adalah keterangan yang tidak benar sebagaimana mestinya atau keterangannya yang tidak benar sehingga merupakan bentuk pemalsuan terhadap surat otentik. Menimbang, bahwa menurut ahli Dr. Marcus Priyono Gunarto, S.H., M.Hum. perbuatan Terdakwa dipandang dari sisi hukum pidana yang menitik beratkan pada aspek perbuatannya yaitu,elihat perbuatan Terdakwa pada saat menyatakan bahwa Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 itu sudah mendapatkan persetujua atau belum, kalau faktualnya pada saat itu belum ada persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM RI dan dikatakan telah mendapat persetujuan, maka disitu terdapat pemalsuan Menimbang, bahwa menurut pakar Hukum Pidana terkemuka Prof. Simon, sebagaimana dijelaskan dipersidangan oleh Ahli Marcus Priyo Gunarto, S.H., M.Hum., pemalsuan surat otentik itu ada 2 (dua) macam, yaitu pemalsuan dalam arti materiil dan pemalsuan intelektual, pemalsuan itu bersangkutan mengetahui bahwa itu tidak benar tetapi tetap dilakukan, sedangkan pemalsuan materil merubah surat yang sudah adaitu diubah sedemikian rupa; dengan pendapa tersebut diatas Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Terdakwa telah melakukan pemalsuan intelektual dengan cara memberikan keterangan yang tidak sebagaimana mestinya, meskipun Terdakwa mengetahui bahwa keterangan yang diberikan pada surat otentik yaitu Akta No. 3 tanggal 6 Januari 220 adalah tidak sebagaimana mestinya atau tidak benar. Menimbang, bahwa Terdakwa selaku pembuat Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 sepatutnya mengetahui bahwa Akta No. 2 tersebut belum memperoleh persetujuan dari pihak yang berwajib yaitu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, sehingga pada halaman 3 Akta No 3, Akta No. 2 tudak dapat dikatakan telah mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwenang, karena senyatanya pengesahan yang seharusnya adalah persetujuan terhadp Akta No. 2 tersebut baru diperoleh pada tanggal 18 Maret 2006; Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim, perbuatan Terdakwa pada tanggal 6 Januari 2006 yang menerangkan bahwa Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 telah memperoleh pengesahan dari pihak yang berwajib, keterangan mana terdapat pada halaman 3 Akta No. 3tanggal 6 Januari 2206 dapat

4 dikualifikasikan bahwa Terdakwa telah membuat surat otentik palsu yaitu membuat surat otentik yang isinya bukan semestinya; Menimbang, bahwa perbuatan Terdakwa memasukan keterangan yang tidak sebagaimana mestinya di dalam surat otentik, yaitu Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006, telah menerbitkan suatu hak dan segala sesuatu yang melekat didalamnya bagi Anne Patricia Sutanto untuk menduduki jabatan Direktur I, Indra Gunardi untuk menduduki jabatan Direktur II dan Yenny Sutanto untuk menduduki jabatan Komisaris yang senyatanya pada saat itu perubahan susunan Direksi dan Komisaris tersebut belum mengikat karena Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 belum mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI; Menimbang, bahwa terhadap nota pembelaan (Pleidooi) Penasehat Hukum Terdakwa yang menyatakan Terdakwa tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana karena telah melaksanakan perintah jabatan sebagai Notaris yang menuangkan Pernyataan Keputusan Rapat (PKR) ke dalam Akta otentik, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut : Menimbang, bahwa benar berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat (1) UUJN yang menentukan Notaris; Notaris berwenang membuat Akta Otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta Otentik, manjamin kepastian tanggal tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta-Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Akan tetapi Notaris dalam melaksanakan kewenangannya tersebut mempunyai kewajiban sebagaimana tertera pada Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, maka sudah sepatutnyalah setelah Terdakwa menerima dokumen-dokumen dari penghadap Saksi Anne Patricia Sutanto, Terdakwa mempelajari dan menelitinya dengan seksama, sehingga Terdakwa tidak sampai mengambil kesimpulan bahwa dokumen-dokumen tersebut lengkap dan dapat dituangkan dalam Akta, karena sudah sepatutnya sebagai seorang Notaris, Terdakwa mengetahui berlakunya ketentuan dalam Pasal 66 ayat (2) jo Pasal 67 UU No. 1 tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, yang artinya

5 Terdakwa selaku Notaris telah mengabaikan kewajiban sebagaimana ditentukan Pasal 16 ayat (1) huruf a UU No. 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yaitu Terdakwa tidak bertindak secara seksama meneliti kekurangan dokumen berupa Penetapan Ketua Pengadilan Negeri atas RUPS yang diselenggarakan oleh pemegang saham, dan Terdakwa tidak pula menjaga kepentingan hukum penghadap saksi Anne Patricia Sutanto dengan menerangkan yang seharusnya yaitu hasil RUPS Luar Biasa yang pertama belum bisa dituangkan kedalam Akta karena dokumen-dokumen pendukung risalah rapat belum lengkap dan sepatutnya Terdakwa menolak untuk membuat Akta atas risalah rapat tersebut; Menimbang, bahwa Terdakwa sebagai seorang Notaris seharusnya mengetahui bahwa sesaat membuat dan menandatangani Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006, Terdakwa juga mengetahui berlakunya ketentuan dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 17 UU No. 1 Tahun Yang artinya Terdakwa mengetahui bahwa Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 Penyesuaian Dengan Undang-Undang No 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas PT. Indo Venner Utama, baru mengikat kepada pihak ketiga (mengikat keluar) sejak dilakukan persetujuan oleh pidak yang berwajib dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, walaupun dimintakan oleh penghadap yaitu Saksi Yunita Koeswoyo, namun demikian Terdakwa tetap juga melayani penghadap lain yaitu Saksi Anne Patricia Sutanto untuk membuat dan menandatangani Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006, Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT. Indo Venner Utama yang didlamnya Terdakwa telah mencantumkan kata-kata yaitu : Perseroan Terbatas PT. IVU berkedudukan di Surakarta yang anggaran dasarnya telah memperoleh pengesahan dari pihak yang berwajib yaitu : Antara lain : 1) Terakhir berdasarkan Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006, Penyesuaian Dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas Anggaran Dasar Perseroan Terbatas PT. Indo Venner Utama. 2) Yang dibuat dihadpan saya, Notaris; Dan pada halaman 7 Akta NO.3 tanggal 6 Januari 2006 tersebut juga mencantumkan sebagai berikut :..., maka Rapat tersebut berhak mengambil

6 keputusan dalam rapat berdasarkan ketentuan Pasal 75 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1995 jo Pasal 20 ayat (2) jo Pasal 25 ayat (1) Anggaran Dasar Perseroan yaitu : memberikan persetujuan pemberhentian seluruh anggota Direksi dan Komisaris Perseroan dan mengangkat Direksi dan Komisaris Perseroan yang baru menjadi sebagai berikut : 1) Direktur I : Nyonyah Anne Patricia Sutanto; 2) Direktur II : Tuan Indra Gunardi; 3) Direktur III : Nyonyah Yenny Sutanto; Artinya Terdakwa sebagai Notaris telah mengabaikan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf a UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yaitu Terdakwa tidak bertindak secara seksama dan tidak menjaga kepentingan hukum penghadap saksi Anne Patricia Sutanto dan saksi Yunita Koeswoyo; Menimbang, bahwa memang benar apa yang dituangkan oleh Terdakwa dalam Akta No. 3 adalah kehendak dari penghadap Saksi Anne Patricia Sutanto dan Akta No. 3 merupakan Akta Pernyataan Kehendak Rapat (PKR) sehingga Terdakwa tidak dapat dipersalahkan dan dijatuhi pidana atas dasar menuangkan kehendak penghadap, namun demikian Terdakwa dalam menuangkan atau mengatakan kehendak saksi Anne Patricia Sutanto telah menambahkan keterangan yang tidak sebagaimana mestinya atau keterangan yang tidak benar atau keterangan yang tidak sebagaimana mestinya itu adalah keterangan mengenai Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 telah memperoleh pengesahan dari pihak yang berwajib dalam hal ini adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; Menimbang, bahwa dengan demikian Terdakwa mengetahu dan dengan kesadaran penuh membuat serta menandatangani Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006, Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT. Indo Venner Utama, isinya bukan merupakan keadaan yang semestinya, namun Terdakwa tetap membuat dan menandatangani Akta tersebut, Akta mana adalah Akta Notaris atau Akta yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat yang berwenang membuat Akta Otentik; Menimbang bahwa Majelis Hakim sependapat dengan 2 (dua) pendapat Ahli yaitu Djoko Sukisno, S.H., CN. Dan Hendrikus Subekti, S.H., yang menyatakan bahwa penghadap atau para pihak bertanggung jawab atas

7 materi atau substansi Akta, sedangkan Notaris bertanggungjawab terhadap Akta dari segi formal, dan menurut Majelis Hakim keterangan yang tidak sebagaimana mestinya di dalam Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 adalah keterangan yang bersifat formal, yang benar tidaknya hanya Notaris yang tahu, bukan penghadap, terlebih lagi Terdakwa sendirilah yang juga membuat Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 yang dinyatakan telah memperoleh pengesahan dari pihak yang berwajib, oleh karena keterangan yang tidak sebagaimana mestinya tersebut diberikan oleh Terdakwa selaku Notaris dan keterangan tersebut menyangkut segi formal Akta, maka Terdakwa selaku Notaris dapat dipersalahkan dan dipertanggungjwabkan; Menimbang, bahwa Majelis Hakim sebagaimana juga ditegaskan oleh Ahli Dr. Marcus Priyo Gunarto, S.H, M.Hum., keterangan yang tidak sebagaimana mestinya atau keterangan yang tidak benar dalam halaman 3 Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 tersebut menyalahi peraturan hukum pidana, yaitu pasal-pasal mengetahui pamalsuan surat otentik dalam KUHP, maka terhadap perbuatan Terdakwa selaku Notaris tersebut tidak hanya menyalahi Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, namun juga menyalahi aturan hukum pidana, sehingga peraturan dlam hukum pidana dapat diterapkan dalam perbuatan Terdakwa selaku Notaris; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa yang menyatakan bahwa Terdakwa tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana karena menjalankan wewenang jabatan membuat Akta yang dimohonkan oleh penghadap sebagaimana terdapat dalam halaman 84 dan halaman 85 Nota Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa adalah tidak beralasan menurut hukum, sehingga dinyatakan ditolah dan dengan demikian unsur ke-2 membuat surat otentik palsu atau memalsukan surat otentik yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban), atau sesuatu pembebasan utang, atau boleh digunakan sebagai keterangan bagi sesuatui perbuatan telah terpenuhi.

8 3. Unsur dengan maksud untuk mengguanakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah asli dan tidak dipalsukan. 4 Menimbang, bahwa unsur ini bersifat alternatif, maka dengan terpenuhi salah satui bagian unsur ini telah cukup untuk terpenuhinya unsur ini; Menimbang, bahwa menyuruh orang lain menggunakan surat otentik yang palsu yaitu Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 dilakukan oleh Terdakwa dengan cara menyerahkan salinan Akta Tersebut kepada saksi Anne Patricia Sutanto pada tanggal 7 Januari 2006; Menimbang, bahwa dari keseluruhan fakta-fakta dipersidangan, terungkap bahwa benar pada tanggal 11 Januari 2006, Akta No. 3 tanggal 6 Januari Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT. IVU tersebut, pernah diajukan oleh saksi Anne Patricia Sutanto kepada Bank Mandiri Cabang Pembantu S. Parman Jakarta umtuk merubah speciment tanda tangan rekining atas nama PT. Indo Venner Utama yaitu : No. Rek (USA) dan No. Rek (Rp) namun ditolak; Menimbang, bahwa dengan diberikannya salinan Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 kepada Anne Patricia Sutanto diguanakan untuk melakukan perubahan speciment tanda-tangan pada Rekening atas nama PT. Indo Venner Utama yaitu : No. Rek (USA) dan No. Rek (Rp) pada Bank Mandiri Cabang Pembantu S. Parman Jakarta, menurut Majelis Hakim adalah suatu bentuk kesengajaan yaitu corak kesengajaan sebagai maksud dalam diri Terdakwa untuk menyuruh orang lain menggunakan surat otentik yang telah diketahui Terdakwa didalamnya memuat keterangan yang tidak sebagaimana mestinya; Menimbang, bahwa seharusnya Terdakwa sepatutnya mengetahui apabila Akta No. 3 yang dibuat pada tanggal 6 Januari 2006 yang di dlamnya memuat keterangan yang tidak sebagaimana mestinya belum dapat digunakan karena dilaprkan dan belum diterimanya pelaporannya oleh yang berwajib yaitu Menteri Hukum dan HAM RI, sehingga penyerahan Akta No. 3 kepada saksi Anne Patricia Sutanto dapat dikualifikasikan sebagai *

9 menyuruh orang lain menggunakan surat otentik yang seolah-olah asli dan tidak dipalsukan; Menimbang, bahwa ketika Terdakwa menyerahkan salinan Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 kepada saksi Anne Patricia Sutanto, seharusnya Terdakwa menerangkan kalau Akta No. 3 tersebut belum dapat digunakan, sehingga saksi Anne Patricia Sutanto tidak menggunakan untuk mengajukan perubahan speciment tanda tangan di Bank Mandiri Cabang Pembantu S. Parman Jakarta, dengan demikian menurut Majelis Hakim, perbuatan Terdakwa ketika menyerahkan Akta No.3 kepada saksi Anne Patricia Sutanto untuk menggunaka surat otentik seolah olah asli dan tidak dipalsukan; Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat unsur dengan maksud untuk menggunakan atau menyuruh orang lain mengguankan surat-surat itu seolah-olah asli dan tidak dipalsukan telah terpenuhi. 4. Unsur penggunaan surat otentik tersbut dapat mendatangkan suatu kerugian 5 Menimbang, bahwa unsure kerugian dalam Pasal 264 ayat (1) ke-1 tidaklah mutlak harus ada atau tidak perlu kerugian itu betul-betul ada, baru kemungkinan akan adanya kerugian saja itu tidak cukupuntuk membuktikan. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kerugian tidak saja hanya meliputi kerugian materiil, akan tetapi juga kerugian dilapang kemasyarakata, kesusilaan, dan kehormatan; Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim, Saksi Agus Sutanto mengalami kerugian dengan adanya surat otentik palsu berupa Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 yang di buat oleh Terdakwa, kerugian itu adalah diberhentikannya Saksi Agus Sutanto secara tidak sah sebagai Komisaris PT. IVU yang berakibat kehilangan gajih sebesar Rp ,- (lima juta rupiah) perbulan, dengan demikian unsur penggunaan surat otentik tersebut dapat mendatangkan suatu kerugian telah terpenuhi. Menimbang, bahwa dengan terpenuhinya unsur ke-2, unsur ke-3 dan unsure ke-4, maka unsure ke-1 barang siapa dengan sendirinya telah terpenuhi. ) *+

10 Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa seluruh unsur-unsur dalam Pasal 264 (1) ke-1 KUHP telah terpenuhi, maka Dakwaan Primair dinyatakan terbukti; Manimbang, bahwa dakwaan primair Penuntut Umum telah terbukti, maka dakwaan subsidair dan dakwaan lebih subsidair tidak dipertimbangkan; Menimbang, bahwa meskipun Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana memalsukan akta otentik, namun Terdakwa tidak secara serta merta dapat dipersalahkan dan dijatuhi tindak pidana, karena konsep antara tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa berbeda dengan konsep pertanggungjawaban pidana yang merupakan syarat dapat dipidananya seseorang; Menimbang, bahwa seseorang yang telah memenuhi rumusam unsurunsur tindak pidana yang didakwakan atau telah terbukti melakukan tindak pidana, belum tentu dapat dipidana, karena syarat untuk dapat dipidananya seseorang adalah adanya unsur kesalahan (schuld) dan perbuatannya tersebut mengandung sifat melawan hukum (wederectelijkheid); Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah terdapat unsur kesalahan dalam diri Terdakwa dan terdapat sifat melawan hukum dalam perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa atau dengan kata lain dapatkah dalam perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa dipidana atas perbuatannya; Menimbang, bahwa kesalahan adalah sikap batin dalam diri pembuat (dader) atau pelaku tidak untuk menginsyafi perbuatannya, dalam Majelis Hakim berpendapat bahwa Terdakwa selaku seseorang Notaris yang membuat Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 sudah sepatutnya diduga (pro parte dolus, pro parte culpa) mengetahui bahwa Akta tersebut belum mendapat persetujuan dari Meteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, namun pada halaman 3 Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 Terdakwa selaku Notaris menyatakan bahwa Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 tersebut telah memperoleh pengesahan dari pihak yang berwajib, sehingga menurut Majelis Hakim, umur kesalahan dalam diri Terdakwa tampaklah nyata ketika Terdakwa dengan sadar dan menginsyafi menyatakan bahwa Akta No. 2 telah mendapat pengesahan dari yang berwajib, padahal

11 senyatanya pada saat itu Akta No. 2 belum mendapatkan pengesahan (yang seharusnya menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 adalah persetujuan ) dari pihak yang berwajib yaitu Meteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia; Menimbang, bahwa sifat melawan hukum yang melekat dalam diri Terdakwa tampaklah nyata tatkala Terdakwa memberi keterangan pada halaman 3 Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 bahwa Akta NO. 2 telah memperoleh pengesahan dari yang berwajib, padahal senyatanya Terdakwa mengerti dan memahami bahwa Akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 tersebut belum mendapatkan pengesahan (yang seharusnya menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 adalah persetujuan ) dari yang berwajib yaitu Meteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, sehingga perbuatan Terdakwa membuat Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 yang didalamnya memberikan keterangan suatu perbuatan yang mengandung sifat melawan hukum.

12 " #$ " B. Pertimbangan Hakim Pengadilan Tinggi (Tingkat Banding) Menimbang, bahwa setelah mempelajari dengan seksama berkas perkara yang terjadi dari Berita acara penyidikan, Surat dakwaan, Surat berita acara persidangan, Salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Surakarta tanggal 16 Februari 2010 No. 141/Pid.B/2009/PN.Ska, Surat Memori banding dan Kontra memori banding berkesimpulan bahwa pertimbangan putusankan tersebut perihal mengenai kesalahan Terdakwa sudah tepat dan benar maka diambil alih menjad pertimbangannya sendiri Majelis Banding dalam mengambil putusan, akan tetapi pidana yang dijatuhkan Majelis Hakim Banding memiliki pertimbangan sendiri, sebagai berikut : Bahwa yang menjadi kesalahan Terdakwa dalam perkara ini karena Terdakwa menyatakan dalam Akta No. 3 yang dibuatnya pada tanggal 6 Januari 2006 yang didasar pada Akta No. 2 yang belum mendapat Pengesahan dari pihak yang berwajib (Menteri Hukum dan HAM) pada kenyataannya Akta No. 2 pada tanggal 6 Januari 2006 belum mendapat pengesahan tetapi pada akhirnya pada tanggal 16 Maret 2006, dua bulan setelah Akta No. 3 dibuat baru Akta No. 2 dapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM, jadi pada akhirnya pernyataan Terdakwa pada halaman 3 Akta No. 3 menjadi benar juga maka hal ini menurut ajelis Hakim Banding dapat dipertimbangkan sebagai hal yang meringankan pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa, maka oleh karena itu putusan Pengadilan Negeri tersebut perlu di perbaiki sekedar pidana yang dijatuhkan sehingga menjadi sebagaimana tersebut dalam amar putusan ini

13 % % No.1860K/Pid/2010 C. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung (Tingkat Kasasi). Bahwa alasan-alasan keberatan yang disampaikan dapat dibenarkan, karena Judex Facti telah salah menerapkan hukum dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Bahwa sebagaimana tersebut Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004 dalam Pasal 15 ayat (1), maka akta yang dibuat oleh Notaris, adalah berdasarkan kemauan pada penghadap, sehingga dalam pembuatan akta tersebut seorang Notaris sama sekali tidak mempunyai kepentingan apapun terhadap isi dari akta yang di buatnya, oleh karena semua isi dan materi dari akta tersebut adalah menjadi tanggung jawab dari pada penghadap; 2. Bahwa terhadap a quo dimana Terdakwa sebagai Notaris yng telah membuat Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 yang para pihaknya adalah Ny. Anne Patricia Sutanto dan Tuan Andi Sutanto telah membuat Akta tentang Pernyataan Keputusan Rapat umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. IVU, yang dalam ketentuan/ syaratnya ditentukan secara tegas bahwa PT. Indo Venner Utama yang berkedudukan di Surakarta yang Anggaran Dasarnya telah memperoleh pengesahan dari pihak yang berwajib (halaman 2 Akta No. 2 dan isi halaman 3 Akta No. 3). Jadi yang dicantumkan oleh Terdakwa sebagai Notaris yang telah mendapat pengesahan dari yang berwajib adalah Akta Pendirian yang merupakan Anggaran Dasar PT. IVU yang dibuat Notaris secara lengkap termuat dalam akta Notaris yang dibuat oleh Terdakwa, jadi bukan mengenai Akta No. 2 atau No. 3 yang telah mendapatkan pengesahan dari yang berwajib, seperti uraian dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum;

14 3. Bahwa dengan demikian pada kasus a quo tidak terbukti adanya kesalahan dari Terdakwa, sebab yang terjadi adalah salah penafsiran tentang pengesahan dari Akta itu sendiri yang terbit pada tanggal 16 Maret 2006 (Akta No. 2), namun yang dimaksud dalam Akta No. 3 adalah tentang Akta Pendirian yang merupakan Anggaran Dasar PT. Indo Venner Utama, karenanya Terdakwa tidak terdapat unsure kesalahannya, untuk itu harus di bebaskan (Glen Straff Zonder Schuld).

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN AKTA OTENTIK YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN AKTA OTENTIK YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS Budi Utomo. Analisis Putusan Hakim Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Akta Otentik... ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN AKTA OTENTIK YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS Budi Utomo Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga negaranya. Di dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke 17 yaitu didirikannya Oost Ind. Compagnie yang mengangkat. Melchior Kelchen seorang sekertaris College van Schenpenen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ke 17 yaitu didirikannya Oost Ind. Compagnie yang mengangkat. Melchior Kelchen seorang sekertaris College van Schenpenen sebagai BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Masalah Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman permulaan abad ke 17 yaitu didirikannya Oost Ind. Compagnie yang mengangkat Melchior Kelchen seorang sekertaris

Lebih terperinci

P U T U S A N No K / Pid / DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana pada

P U T U S A N No K / Pid / DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana pada 1 P U T U S A N No. 1299 K / Pid / 2004.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana pada tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut : Mahkamah

Lebih terperinci

PUTUSAN No. 962 K/Pid/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

PUTUSAN No. 962 K/Pid/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G PUTUSAN No. 962 K/Pid/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut sebagai perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

Lebih terperinci

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan Pasal 176 Hakim dilarang menjatuhkan pidana kepada terdakwa, kecuali apabila hakim memperoleh keyakinan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M PUTUSAN NOMOR 377 K/PID.SUS/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG memeriksa dan mengadili perkara pidana khusus pada tingkat kasasi memutuskan sebagai

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 16/PID.SUS.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 16/PID.SUS.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 16/PID.SUS.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor 714/PID.SUS/2017/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam pengadilan tingkat Banding,

Lebih terperinci

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa balinewsnetwork.com Mantan Bupati Jembrana, I Gede Winasa membantah tudingan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menyebut dirinya

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara I. PEMOHON Bachtiar Abdul Fatah. KUASA HUKUM Dr. Maqdir Ismail, S.H., LL.M., dkk berdasarkan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam berbagai hubungan bisnis,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, DAN TATA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 762/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 762/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 762/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 430/PID/2014/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tgl.lahir : 41 tahun/18 Agustus 1971

P U T U S A N. Nomor : 430/PID/2014/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tgl.lahir : 41 tahun/18 Agustus 1971 P U T U S A N Nomor : 430/PID/2014/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat Banding,

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 127/Pid.B/2013/PN.Unh. Umur/Tanggal lahir : 18 Tahun / 01 Juni : Desa Lahunggubi Kec. Pondidaha Kab.

P U T U S A N Nomor : 127/Pid.B/2013/PN.Unh. Umur/Tanggal lahir : 18 Tahun / 01 Juni : Desa Lahunggubi Kec. Pondidaha Kab. P U T U S A N Nomor : 127/Pid.B/2013/PN.Unh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 260/Pdt/2014/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 260/Pdt/2014/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 260/Pdt/2014/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 1981 TENTANG TERDAKWA DARI SEMULA TIDAK DAPAT DIHADAPKAN DIPERSIDANGAN

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 1981 TENTANG TERDAKWA DARI SEMULA TIDAK DAPAT DIHADAPKAN DIPERSIDANGAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 1981 TENTANG TERDAKWA DARI SEMULA TIDAK DAPAT DIHADAPKAN DIPERSIDANGAN No : M/A/Pemb/1182/80 Lampiran : 1 (satu) ex. Kepada Yth. Perihal : Terdakwa dari semula

Lebih terperinci

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Penerbit dan pencetak: PT Refika Aditama (Cetakan kesatu, Juni 2011. Cetakan kedua, April

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 280/PID/2013/PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Nama Lengkap. Kebangsaan/Kewarganegaraan : Indonesia

P U T U S A N NOMOR : 280/PID/2013/PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Nama Lengkap. Kebangsaan/Kewarganegaraan : Indonesia P U T U S A N NOMOR : 280/PID/2013/PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana dalam tingkat banding, telah menjatuhkan putusan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Cakupan pembagunan nasional ini

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM A. Bentuk-bentuk Rapat Umum Pemegang Saham dan Pengaturannya 1. Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Notaris yang hadir dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. KUPAS TUNTAS TENTANG PEMALSUAN DAN MEMASUKKAN DOKUMEN PALSU DALAM AKTA OTENTIK DAN PEMAHAMAN PASAL 263, 264, 266 DAN PASAL 55 KUHP OLEH : PROF. DR. H. DIDIK ENDRO PURWOLEKSONO, S.H., M.H. PENDAHULUAN Dari

Lebih terperinci

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS A. Kedudukan Notaris Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN), menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam pemerintahan,

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia PUTUSAN NOMOR 1426 K/PID/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG memeriksa perkara pidana khusus pada tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2014 HUKUM. Notaris. Jabatan. Jasa Hukum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 339/PID/2011/PT-Mdn.

P U T U S A N Nomor : 339/PID/2011/PT-Mdn. P U T U S A N Nomor : 339/PID/2011/PT-Mdn. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 20/Pid.Sus.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 20/Pid.Sus.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 20/Pid.Sus.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang mengadili perkara pidana Anak dalam Peradilan Tingkat Banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 529/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 529/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 529/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 1515K/Pid/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S A N No. 1515K/Pid/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G P U T U S A N No. 1515K/Pid/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 286 /PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 286 /PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 286 /PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 Keterangan Saksi Yang Diberikan di Bawah Sumpah dan Tidak Hadir Dalam Persidangan Disamakan Nilainya dengan Keterangan Saksi Di Bawah Sumpah Yang Diucapkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 620/PID.SUS/2014/PT- MDN

P U T U S A N NOMOR : 620/PID.SUS/2014/PT- MDN P U T U S A N NOMOR : 620/PID.SUS/2014/PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana dalam tingkat banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N NOMOR : 262/PID/2016/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA -------, yang mengadili perkara Pidana dalam peradilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai berikut

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Kejaksaan a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia,

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa Menurut Tergugat : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa

P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 764/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 764/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 764/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA 1. Penerimaan berkas perkara Kepaniteraan Pidana (Petugas Meja I) Pedoman Pelaksanaan Tugas Buku II 1 hari 1. Menerima perkara yang dilimpahkan oleh Penuntut Umum

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 09/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 09/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 09/B/2013/PT.TUN-MDN ---------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 376/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 376/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 376/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN di Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 136/Pid/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N. Nomor 136/Pid/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor 136/Pid/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 707 K/Pid/2003

P U T U S A N Nomor 707 K/Pid/2003 P U T U S A N Nomor 707 K/Pid/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut Undang Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas ( UUPT ) adalah badan hukum persekutuan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan I. PEMOHON Barisan Advokat Bersatu (BARADATU) yang didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

P U T U S AN No. 700 K/Pid/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S AN No. 700 K/Pid/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G P U T U S AN No. 700 K/Pid/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 210/PID/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 210/PID/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 210/PID/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang mengadili perkara pidana dalam peradilan tingkat Banding, menjatuhkan Putusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan di Indonesia mengakibatkan beberapa perubahan dari sistem perekonomian, kehidupan sosial masyarakat, politik serta hukum tatanan hukum

Lebih terperinci

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris; 59 dengan mencari unsur-unsur kesalahan dan kesengajaan dari Notaris itu sendiri. Hal itu dimaksudkan agar dapat dipertanggungjawabkan baik secara kelembagaan maupun dalam kapasitas Notaris sebagai subyek

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 362/Pid/2014/PT-Mdn. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. 1. Nama lengkap : FRENGKI TARIGAN ;

P U T U S A N Nomor : 362/Pid/2014/PT-Mdn. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. 1. Nama lengkap : FRENGKI TARIGAN ; P U T U S A N Nomor : 362/Pid/2014/PT-Mdn. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N NOMOR : 752/PID/2016/PT. MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada pengadilan tingkat banding

Lebih terperinci

Nomor : 117/Pid/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 117/Pid/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 117/Pid/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang mengadili perkara-perkara pidana dalam tingkat banding telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya.

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 61/PID/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 61/PID/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 61/PID/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada peradilan tingkat banding telah

Lebih terperinci

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 8 TAHUN 1980 TENTANG PASAL 284 (1) 1a KUHP

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 8 TAHUN 1980 TENTANG PASAL 284 (1) 1a KUHP SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 8 TAHUN 1980 TENTANG PASAL 284 (1) 1a KUHP Jakarta, 31 Desember 1980 No : M/A/Pemb/1182/80 Lampiran : 1 (satu) ex. Kepada Yth. Perihal : Pasal 284 (1) 1a KUHP 1. Saudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah mengalami beberapa kali revisi sejak pengajuannya pada tahun 2011, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris sebagai pejabat umum merupakan salah satu organ Negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum kepada masyarakat, teristimewa dalam

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06 P U T U S A N No. 62 K/TUN/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

perkara Terdakwa ;

perkara Terdakwa ; PUTUSAN Nomor 273/Pid.Sus/Pemilu/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 527/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N. Nomor 527/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor 527/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI BANDUNG yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia P U T U S A N Nomor 611 K/PID.SUS/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana khusus pada tingkat kasasi telah memutuskan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 521/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n

P U T U S A N Nomor 521/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n P U T U S A N Nomor 521/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada peradilan tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 368/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 368/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 368/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN di Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 266 /PID/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 266 /PID/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 266 /PID/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang mengadili perkara-perkara pidana dalam tingkat banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT Nomor : Pada hari ini, - - Pukul -Hadir dihadapan saya, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebutkan pada bagian akhir akta ini :- 1. Nama

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 260 /PID/2014/PT-MDN DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 260 /PID/2014/PT-MDN DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 260 /PID/2014/PT-MDN DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN yang memeriksa dan mengadili perkara pidana Pemilu dalam tingkat banding, berdasarkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 207/PID/2013/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 207/PID/2013/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 207/PID/2013/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili Perkara pidana dalam peradilan tingkat banding telah

Lebih terperinci

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN. MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN www.kompasiana.com Mantan Kepala Divisi Konstruksi VII PT Adhi Karya Wilayah Bali, NTB, NTT, dan Maluku, Imam Wijaya Santosa, kembali mendapat pengurangan

Lebih terperinci

Nomor : 525 / PID / 2016 / PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tanggal lahir : 50 Tahun / 11 Mei 1965

Nomor : 525 / PID / 2016 / PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tanggal lahir : 50 Tahun / 11 Mei 1965 P U T U S A N Nomor : 525 / PID / 2016 / PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA I MEDAN, yang mengadili perkara-perkara Pidana pada peradilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 329/PDT/2015/PT.Bdg.

P U T U S A N Nomor 329/PDT/2015/PT.Bdg. P U T U S A N Nomor 329/PDT/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam Tingkat Banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013 LAMPIRAN PASAL-PASAL RUU KUHAP PELUMPUH KPK Pasal 3 Pasal 44 Bagian Kedua Penahanan Pasal 58 (1) Ruang lingkup berlakunya Undang-Undang ini adalah untuk melaksanakan tata cara peradilan dalam lingkungan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: xxx/pdt.g/2013/ms-aceh

P U T U S A N. Nomor: xxx/pdt.g/2013/ms-aceh P U T U S A N Nomor: xxx/pdt.g/2013/ms-aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar'iyah Aceh yang mengadili perkara cerai gugat pada tingkat banding dalam persidangan Majelis Hakim

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 118/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 118/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 118/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 64/PID/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 648 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 648 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 648 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARANYA

TENTANG DUDUK PERKARANYA PUTUSAN Nomor 0180/Pdt.G/2014/PA.Lt BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Lahat yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 273/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 273/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 273/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 237/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N NOMOR : 237/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 1 P U T U S A N NOMOR : 237/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI MEDAN yang mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat banding menjatuhkan

Lebih terperinci