Desty Yurita Ratnasari 1, Cipto Susilo 2, M. Ali Hamid 3 Program S1Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desty Yurita Ratnasari 1, Cipto Susilo 2, M. Ali Hamid 3 Program S1Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN GAWAT DENGAN PENINGKATAN KESADARAN KUANTITATIF PADA PASIEN CEDERA OTAK SEDANG DI IGD RSUD DR ABDOER RAHEM SITUBONDO Desty Yurita Ratnasari 1, Cipto Susilo 2, M. Ali Hamid 3 Program S1Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember 1. Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember destyyurita@yahoo.com 2. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember cipto.susilo@ymail.com 3. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember holysfans@gmail.com@yahoo.com ABSTRAK Introduksi.Penanganan oksigenasi merupakan penanganan yang dilakukan pada pasien gawat dengan cedera otak sedang. Penanganan oksigenasi yang adekuat dapat mempengaruhi peningkatan pada kesadaran kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di IGD RSUDdr. Abdoer Rahem Situbondo Metode.Desain penelitiannya adalah Cross Sectional. Penelitian dimulai pada 24 Juni Juli 2015 di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Samplingnya adalah Consecutive Sampling dengan jumlah populasi 31 dan sampel sebanyak 27 pasien cedera otak sedang. Penelitian ini menggunakan lembar observasi oksigenasi pada pasien cedera otak sedang. untuk mengukur peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang. Result.Analisis bivariat menggunakan uji spearmanrank test dengan hasil P Value = 0,022 artinya ada hubungan antara penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang. Kekuatan korelasi dapat dilihat melaui nilai r yaitu 0,439 yang berarti kekuatan hubungan antar variabel adalah sedang. Diskusi.Pasien cedera otak sedang di IGD rumah sakit ini sebagian besar diberikan penanganan oksigenasi yang bertekanan 6 liter per menit. Kata kunci: Oksigenasi, Kesadaran Kuantitatif, Cedera Otak Sedang ABSTRAK Introduction.Oxygenation treatment is an intervention for clinical patients of patients with moderate brain injury. Giving an adequate oxygenation treatment can be influence the increasing of quantitative awareness. The purpose of this research is to identify the correlation between oxygenation treatment in clinical patients with the increasing of quantitative awareness in patients with moderate brain injury in Emergency Room of RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.

2 2 Methode.This design of this research is Cross Sectional. The sampling technique is Consecutive Sampling with 31 population and 27 samples of patients moderate brain injury. This research uses observation sheets of patients moderate brain injury to measure quantitative awareness in patients of moderate brain injury. Result.Bivariate analysis uses spearman test with the result P Value 0,022 that means there is a correlation between oxygenation treatment in clinical patients with the increasing of quantitative awareness in patients with moderate brain injury. The power of the correlation can see by R value 0,439 that means the power of the variable correlation is moderate.. Discussion.Patients in emergency room of this hospital majority given oxygenation treatment pressurize 6 liters per minute. Keywords: Oxygenation, Quantitative Awareness, Moderate Brain Injury Bibliography 30 ( ) PENDAHULUAN Cedera otak sering terjadi karena trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat tempoer atau permanen (Nasution, 2014). Cedera kepala sudah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di seluruh negara dan lebih dari dua per tiga dialami oleh negara berkembang (Riyadina dan Suhardi, 2009). Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih memiiki angka kejadian kecelakaan yang tinggi (Krisandi, 2013) Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2007, cedera kepala merupakan penyakit terbanyak ke-5 pada pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan kematian (2,99%). Menurut Data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2010, lebih dari 4900 korban meninggal akibat kasus cedera otak. Cedera otak pada laki-laki lebih sering terjadi daripada cedera kepala pada wanita. Data pasien cedera kepala di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo cedera otak pada tahun 2013 sebanyak 364 dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebanyak 392 (Rekam medik RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo, 2015). Data pasien cedera otak di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo cedera kepala pada bulan maret-mei sebanyak 122 (Rekam medik RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo). Cedera otak merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat perdarahan pada kepala disertai dengan kekurangan suplai oksigen (Irwana, 2009). Penanganan cedera otak yang benar dan tepat akan mempengaruhi keadaan pada pasien. Proteksi otak yakni tindakan utama yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan sel-sel otak yang diakibatkan oleh keadaan iskemia. Metode dasar dalam melakukan proteksi otak tersebut dengan cara membebaskan jalan

3 3 nafas dan pemberian oksigenasi yang adekuat (Safrizal, 2013). Untuk mengetahui tingkat keparahan cedera otak terdapat berbagai cara penilaian prognosis trauma kepala yakni diantaranya adalah dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) (Widiyanto, 2007). GCS merupakan instrumen standar yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien trauma kepala. GCS merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan pengobatan dan dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk klien (Nurfaise, 2012). Selain mudah dilakukan, GCS juga memiliki peranan penting dalam memprediksi risiko kematian di awal trauma. Dari GCS dapat diperoleh infomasi yang efektif mengenai pasien trauma kepala, kemampuan GCS dalam menentukan kondisi klien (Nurfaise, 2012). Pada cedera otak sangat penting yakni pengelolaan ventilasi dan hipovolemia yang berperan dalam menimbulkan kerusakan otak sekunder yang bisa dicegah. Penyebab kecacatan atau kematian yang dapat dicegah antara lain adalah keterlambatan resusitasi atas hipoksia (Satyanegara, 2014). Berdasarkan fenomena yang telah ditemukan maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di igd RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. tanggal 21 Juni - 04 Juli Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua anak retardasi mental yang berjumlah 43 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien cedera otak sedang yang berada di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo yang berjumlah 27 orang. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah consecutive Sampling. Kriteria inklusi penelitian adalah berjenis kelamin laki-laki/perempuan, Pasien cedera otak sedang yang diberikan terapi oksigenasi dalam 5-8 liter per menit selama di UGD. Kriteria eksklusi adalah Penderita cedera otak dengan penyakit penyerta (HIV AIDS, diabetes melitus), Pasien yang menolak untuk dijadikan responden. Pengumpulan data menggunakan Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi check list.. Pengolahan data bivariat penelitian menggunakan uji Spearman Rank dengan tingkat signifikan 5% (0,05). MATERIAL DAN METODE Desain penelitian ini menggunakan Deskriptif Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional yang dilakukan di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada

4 4 HASIL PENELITIAN Analisa Data Umum 1. Jenis Kelamin Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada Bulan Juni-Juli 2015 dengan n=27 Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 27 responden diperoleh data Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-Laki 19 70,4 Perempuan 8 29,6 Total sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 responden (70,4 %). 2. Usia Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada Bulan Juni- Juli 2015 dengan n=27. Usia Jumlah Presentase (%) <10 tahun tahun ,8 11, tahun 9 33, tahun 6 22,2 >50 tahun 5 18,5 Total Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwajumlah terbanyak usia responden pada rentang usia tahun sejumlah 9 responden (33,3 %), 3. Pekerjaan Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada Bulan Juni Juli 2015 dengan n=27. Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Pegawai Negeri 3 11,1 Wiraswasta 16 59,3 Lain-lain 8 29,6 Total Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pekerjaan dengan jumlah terbesar atau tertinggiadalah wiraswastadengan jumlah 16 responden (59,3%). A. Data Khusus Data khusus dalam penelitian ini menjelaskan tentang hubungan penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo yang kemudian dijelaskan dalam bentuk tabel yang berisi tentang frekuensi tiap variable dan uji korelasi spearman. 1. Penanganan Oksigenasi Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penanganan Oksigenasi Pasien Gawat pada Pasien Cedera Otak Sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada Bulan Juni-Juli 2015 dengan n=27. Penanganan Jumlah Persentase Oksigenasi 5 Lpm 3 11,1 6 Lpm 15 55,6 8 Lpm 9 33,3 Total ,0

5 5 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa penanganan oksigenasi pasien gawat pada pasien cedera otak sedang dengan jumlah tertinggi 6 Lpm yakni 15 responden (55,6%). 2. Peningkatan kesadaran kuantitatif Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Peningkatan Kesadaran Kuantitatif pada Pasien Cedera Otak Sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada Bulan Juni-Juli 2015 dengan n=27. Peningkatan Jumlah Persentase Kesadaran Kuantitatif Peningkatan ,9 % Peningkatan1 9 33,3 % Tetap 6 22,2 % Penurunan 1 2 7,4 % Penurunan 5 1 3,7 % Penurunan 6 2 7,4 % Total % Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa peningkatan kesadaran kuantitatif dengan jumlah terbanyak ada pada peningkatan kesadaran kuantitatif 1 sejumlah 9 responden (33,3%). 3. Hubungan Penanganan Oksigenasi Pasien Gawat Dengan Peningkatan Kesadaran Kuantitatif Pada Pasien Cedera Otak Sedang. Tabel 5.6 Hubungan Penanganan Oksigenasi Pasien Gawat Dengan Peningkatan Kesadaran Kuantitatif Pada Pasien Cedera Otak Sedang di IGD RSUD dr. Penanganan Oksigenasi Peningkatan Kesadaran Kuantitatif Abdoer Rahem Situbondo pada Bulan Juni-Juli 2015 dengan n=27. Correlation Coefficient Sig (2- tailed) N Correlation Coefficient Sig (2- tailed) Penanganan Oksigenasi N Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa derajat kemaknaanpvalue< α (0.022 < 0.05). Dengan demikian H1 diterima yang berarti ada hubungan antara penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.Kekuatan korelasi dapat dilihat melalui nilai r yaitu sebesar 0,439. Arah korelasi pada hasil penelitian ini adalah positif (+). PEMBAHASAN A. Interpretasi dan diskusi hasil 1. Penanganan Oksigenasi Pasien Gawat Penelitian yang telah dilakukan di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo diperoleh jumlah responden sebanyak 27. Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan hasil penanganan oksigenasi pasien gawat dengan cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Sitbondo memiliki kriteria penanganan Peningkatan Kesadaran Kuantitatif

6 6 oksigenasi dengan nilai tertinggi pada penanganan oksigenasi 6 Lpm berjumlah 15 responden (55,6%) Penanganan oksigenasi adalah salah satu dari terapi pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat (Andarmoyo 2012). Penanganan oksigenasi adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Dep.Kes. RI, 2005 dalam Suciati 2010). Apabila PaO2 berada dalam kadar yang terlalu rendah, maka hal tesebut akan menimbulkan terjadinya hipoksia yang mana hal tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan diikuti oleh peningkatan laju aliran darah ke otak meningkat sehingga kondisi tersebut akan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (Hendrizal, 2012) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chang dkk, 2009; Narotam dkk, 2009; Spiotta dkk, 2010; dimana mereka berkesimpulan bahwa oksigenasi jaringan otak sangat berhubungan dengan beberapa parameter outcome dan prognosa pasien. Penerapan terapi intervensi untuk tetap menjaga oksigenasi jaringan otak diatas ambang tertentu dapat memperbaiki angka mortalitas dan outcome neurologis pada pasien-pasien cedera otak. Stiefel dkk (2005) melaporkan bahwa angka kematian lebih tinggi pada pasien dengan oksigenasi jaringan otak yang rendah. Beberapa penelitian lain melaporkan bahwa hipoksia jaringan otak dibawah 10 mm Hg berhubungan dengan outcome yang buruk setelah cedera otak (Bardt dkk, 1998; Kiening dkk, 1997). Van den Brink dkk (2000) melaporkan bahwa angka kematian lebih dari 50% pada pasien dengan oksigenasi jaringan otak kurang dari 10 mm Hg selama 30 menit. Peneliti berasumsi bahwa pada pasien cedera otak penting menjaga kadar PaO2 dalam batas normal. Pemberian oksigen disesuaikan dengan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan pasien. Dalam beberapa kepustakaan disebutkan bahwa sebaiknya kita menjaga PaO2 secara adekuat. Metode dasar dalam melakukan proteksi otak adalah dengan cara membebaskan jalan nafas dan oksigenasi yang adekuat. Cedera otak primer terjadi saat benturan dan termasuk cedera seperti kontusio batang otak dan hemisfer, diffuse axonal injury dan laserasi kortikal. Cedara otak sekunder terjadi beberapa saat setelah terjadinya benturan dan biasanya dapat dicegah. Penyebab utama terjadinya cedera otak sekunder adalah hipoksia, peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan perfusi darah ke otak. Pencegahan terjadinya cedera otak sekunder pada kasus cedera otak dapat memperbaiki outcome

7 7 yang berbeda antara hidup atau meninggal. 2. Peningkatan Kesadaran Kuantitatif Pada Pasien Cedera Otak Sedang Berdasarkan hasil analisa peningkatan kesadaran kuantitatif pasien cedera otak sedang didapatkan nilai tertinggi peningkatan kesadaran kuantitatif 1 berjumlah 9 responden (33%) sedangkan nilai terendah yakni penurunan kesadaran kuantitatif 5 berjumlah 1 responden (3,7%). Istilah kesadaran mengandung dua komponen fisiologi yaitu isi kesadaran dan keadaan bangun, berbagai penyakit dimana berbagai penyakit atau gangguan otak dapat mempengaruhi tiap komponen tersebut secara sendiri-sendiri dan saling berbeda (Satyanegara, 2014). Kesadaran kuantitatif dengan menggunakan kesadaran kuantitatif merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan pengobatan, dan dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk kondisi pasien (Irawan, 2010). Penilaian GCS bergantung pada respon serebrum terhadap rangsangan aferen. Variasi dari nilai GCS disebabkan oleh gangguan fungsi serebrum atau gangguan di batang otak yang mempengaruhi jalannya rangsangan ke hemisfer serebrum. Penilaian GCS saat pasien trauma otak masuk rumah sakit dapat memprediksi tingkat disabilitas pasien tersebut saat keluar dari rumah sakit (Irawan, 2010). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia diketahui sebagian besar adalah lakilaki dimana sebagian besar 19 responden (70,4%) dan usia antara tahun berjumlah 9 responden (33,3%). Hal ini berkaitan dengan penelitian (Indhiarty, 2007) yang mengatakan bahwa tampak mayoritas penderita adalah laki-laki hal dengan rata-rata usia 23 tahun keatas hal ini mungkin erat kaitannya dengan tingkat aktifitas yang lebih tinggi. Angka kejadian cedera otak pada laki-laki 58% lebih banyak dibandingkan perempuan. Ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan pertama yang belum benar benar rujukan yang terlambat (Smeltzer & Bare, 2002). Peneliti berpendapat bahwa pada penderita cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo sebagian besar pada rentang usia tahun dimana pada rentang usia tersebut adalah rentang usia produktif hal ini cenderung terjadi dikarenakan aktifitas yang tinggi. Pada penilaian kesadaran kuantitatif pasien cedera otak sedang yang mengalami peningkatan kesadaran kuantitatif 1 dengan jumlah tertinggi 9 responden (33,3%). Hal tersebut bergantung pada respon serebrum terhadap rangsangan aferen.

8 8 Gangguan fungsi serebrum atau gangguan di batang otak yang mempengaruhi jalannya rangsangan ke hemisfer serebrum lebih banyak. 3. Hubungan Penanganan Oksigenasi Pasien Gawat Dengan Peningkatan Pasien Cedera Otak Sedang Berdasarkan uji spearman rho dengan menggunanakan SPSS dapat dilihat bahwa hasil penelitian hubungan penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo menunjukkan hubungan yang positif (+). Hal ini dibuktikan dengan interpretasi nilai r sebesar 0,439 dan nilai r tersebut diinterpretasikan memiliki hubungan yang sedang yang artinya semakin baik penanganan oksigenasi maka semakin tinggi pula peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo tersebut. Hasil ini dapat dibuktikan dengan hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada penanganan oksigenasi nilai tertinggi pada penanganan oksigenasi 6 Lpm 15 responden (55,6%). Sedangkan pada peningkatan pasien cedera kepala sedang didapatkan nilai tertinggi peningkatan kesadaran kuantitatif 1 sebanyak 9 responden (33%) sedangkan nilai terendah yakni penurunan kesadaran kuantitatif 5 sebanyak 1 responden (3,7%). Penanganan oksigen adalah salah satu dari terapi pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat (Andarmoyo 2012). Penanganan oksigenasi adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Dep.Kes. RI, 2005 dalam Suciati 2010). Apabila PaO2 berada dalam kadar yang terlalu rendah, maka akan menimbulkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan diikuti oleh peningkatan laju aliran darah ke otak, dan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (Hendrizal, 2012). Hal yang berperan dalam metabolisme otak agar tetap berjalan normal adalah kecukupan oksigen. Oleh karena itu metabolisme otak tergantung pada aliran darah yang optimal. Dalam keadaan emergensi dan kritis akan terjadi kegagalan sistem autoregulasi pembuluh darah serebral. Karena aliran darah otak (CBF) merupakan hasil pembagian tekanan perfusi ke otak (CPP) dengan tahanan pembuluh darah serebral (CVR), maka pada kegagalan sistem autoregulasi sangat tergantung pada CPP. CPPadalah jumlah aliran darah dari sirkulasi sistemik yang diperlukan untuk memberi oksigen dan glukosa yang

9 9 adekuat. CPP dihasilkan dari tekanan arteri sistemik rata-rata dikurangi tekanan intrakranial, dengan rumus CPP=MAP ICP (Sunardi,2012). Pada keadaan emergensi neurologi seperti infeksi atau trauma kapitis akan terjadi peningkatan tekanan intrakranial (TIK) akibat adanya edema otak. Tekanan intrakranial normal adalah < 10 mmhg atau 15 cmh2o (rasio 3:4 untuk mmhg ke cmh2o). Dianggap meningkat bila >20-25 mmhg. Oleh karena CPP merupakan selisih dari mean arterial pressure (MAP) dengan TIK (Sunardi, 2012). Istilah kesadaran mengandung dua komponen fisiologi yaitu isi kesadaran dan keadaan bangun, berbagai penyakit dimana berbagai penyakit atau gangguan otak dapat mempengaruhi tiap komponen tersebut secara sendiri-sendiri dan saling berbeda (Satyanegara, 2014). Kesadaran kuantitatif dengan menggunakan GCSmerupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan pengobatan dan dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk kondisi pasien (Irawan, 2010). Peneliti berpendapat bahwa responden setelah diberikan penanganan oksigenasi mengalami peningkatan kesadaran kuantitatif dari pada sebelum diberikan penanganan oksigenasi. Pada pasien cedera otak sedang penting menjaga kadar PaO2 dalam batas normal. Pemberian oksigen disesuaikan dengan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan pasien. Otak mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi. Oksigen dperlukan untuk metabolisme otak. Pada saat terjadinya perubahan PaO2 dan PaCO2, maka laju aliran darah ke otak juga akan berubah. Pada PaCO2 yang tinggi dan PaO2 yang rendah akan terjadi vasodilatasi pembuluhpembuluh darah intrakranial, sehingga akan meningkatkan laju aliran darah ke otak, yang akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Bila terjadi PaCO2 yang rendah dan PaO2 yang tinggi akan menyebabkan laju aliran darah ke otak berkurang. Salah satu hal yang penting dalam TIK adalah tekanan perfusi serebral/cerebral perfusion pressure (CPP). Dalam beberapa kepustakaan disebutkan bahwa sebaiknya kita menjaga PaO2 secara adekuat dikarenakan setelah diberikan penanganan oksigenasi pada pasien cedera otak sedang tersebut mempunyai kualitas peningkatan kesadaran kuantitatif yang cenderung meningkat dimana ada perbedaan antara sebelum dilakukan penanganan oksigenasi dan setelah dilakukannya penanganan oksigenasi sehingga dapat meminimalisir resiko ke kondisi keadaan pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo ke keadaan yang lebih buruk.

10 10 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penanganan oksigenasi pada pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo diperoleh hasil penanganan oksigenasi dengan nilai tertinggi 6 Lpm sejumlah 15 responden (55,6%). Peningkatan kesadaran kuantitatif oksigenasi pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo diperoleh hasil nilai tertinggi pada peningkatan kesadaran kuantitatif 1 berjumlah 9 responden (33,3%). Ada hubungan penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. B. Saran Hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan kepada : 1. Institusi Kesehatan Diharapkan skripsi ini bisa menjadi masukan dan sebagai tambahan referensi untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada penderita cedera otak sedang. 2. Institusi Pendidikan Diharapkan pada mahasiswa setelah membaca skripsi ini dapat berfikir lebih kritis dan dapat mengambil manfaat sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan khususnya dalam area keperawatan yang berkaitan dengan hubungan penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedangdi IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo dapat di peroleh manfaat guna peningkatan ilmu kesehatan dan dunia kesehatan. 3. Perawat Diharapkan dapat terus meningkatkan pengalaman dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera otak serta dapat membantu mengevaluasi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan bagi pasien dengan cedera otak. 4. Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan menambah sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya. Disarankan juga untuk melakukan penelitian kesadaran kuantitatif maupun kesadaran kualitatif serta untuk menambah jumlah sampel yang lebih banyak dan melakukan uji normalitas pada instrumen penelitian, selain itu dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan desain penelitian kualitatif. 5. Penulis Agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman serta berusaha memberikan informasi tentang penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. REFERENSI Andarmoyo. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta : Graha Ilmu.

11 11 Arifin, dr Sp.Bs dan Risdianto A. (2009). Cedera Kepala, Jakarta : Sagung Seto. Caton & Michelle. (2010). Assessing The Neurological Status Of Patients With Head Injuries. Glascow Coma Scale (GCS). Dewi, Sofia R dan Sasmiyanto. Panduan Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Tidak Dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Jember Eni dan Achmad. (2013). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta : ECG. Eqita, W. (2005). Cedera Kepala. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Jakarta. Jurnal Kedokteran 1 (2), dex.php/jurnal kedokteran/article/view/798, di akses 04 Mei Handayani, Luh T. (2014). Buku Ajar Statistik Inferensial. Tidak Dipublikasikan Jember. Hendrizal. (2012). Pengaruh Terapi Oksigen Dengan Menggunakan Non Rebreathing Mask Terhadap Tekanan Parsial CO2 Darah Pada Pasien Cedera Otak Sedang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang. Jurnal Kedokteran Nasional. 3 (1), /jka/article/view/23, di akses 14 Mei Hudak & Gallo. (2010). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume 2. Jakarta : Kedokteran ECG. Irwana, O. (2009). Cedera Kepala. Faculty of Medicine University of Riau. Pekan baru Riau 1 (2), Jurnal Dunia Kesehatan, 2 (4), era-kepala.html, di akses 10Juni Iskandar, J (2004). Buku Ajar Cedera Kepala. Jakarta : BIP. Krisandi, Andi E. (2013). Gambaran Status Kognitif Pada Pasien Cedera Kepala Yang Telah Diizinkan Pulang di RSUD Arifin Achmad Pekan baru. Universitas Pekan baru Riau. Jurnal ilmiah kesehatan 5 (4), mbaran-status-kognitif. Muhammad, A. (2008). Peranan Senyawa Oksigen Reaktif Pada Cedera Kepala Berat. Universitas Airlangga. Jurnal Ilmiah Kesehatan 6 (4), lementasi-clinical-governance.html, di akses 18 Mei 2015 Musliha.(2010). Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta : Nuha Medika. Nasution, Syahruk H. (2014). Mild Head Injury. Medula, 2 (4), Nasution, E. (2010). Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu lintas.universitas Sumatra Utara. Medan. Jurnal ilmiah kesehatan. 3 (4), /16495, di akses 20 April Nopriadi, D. (2013) Standart Operasional Prosedur (SOP) OKSIGENASI: GrahaIlmu Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Peneitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis: Jakarta. Salemba Medika. Nurfaise. (2012). Hubungan Derajat Cedera Kepala Dan Gambaran CT Scan Pada Penderita Cedera Kepala di RSU dr. Soedarso. Universitas Tanjung Pura. Pontianak. Jurnal Ilmiah Kesehatan 1 (4)

12 12 /article/view/1778. Oswari. (2005). BedahdanPerawatannya. Edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Saanin S. (2008). Cedera Kepala. rgery. DiaksesPada23 April Satyanegara. (2014). Ilmu Bedah Saraf. Edisi V. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sastroasmoro dan Ismael. (2010). Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Medis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto. Sunardi. (2012). Manajemen Peningkatan Intrakranial, Valsava Manuver dan Peningkatan. Edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Riyadina dan Suhardi. (2009). Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia.Jurnal ilmiah kesehatan 59 (10) arch.html Widiyanto, Puguh. (2007). Penanganan Pasien Cedera Pra Rumah Sakit Oleh Masyarakat Awam. Jurnal Kesehatan. 2 (10) e/view/1878 Yuniarti, (2012). Epidemologi Trauma Secara Global. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. JurnalKesehatan Zafrullah A. (2008). Hubungan Antara Kadar Oxygen Delivery Dengan Length Of Stay Pada Pasien Cedera Kepala sedang. Universitas Padjajaran. Bandung. Artikel Penelitian Pengembangan Biomedis dan Farmasi. 44 (7)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada kasus-kasus kecelakaan lalu lintas. Di Inggris misalnya, setiap tahun sekitar 100.000 kunjungan pasien

Lebih terperinci

e-jurnal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

e-jurnal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017 PENGARUH TERAPI OKSIGENASI NASAL PRONG TERHADAP PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Febriyanti W. Takatelide Lucky T. Kumaat Reginus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis crania serta organ didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL 2 Ana Triwijayanti ABSTRAK Terapi oksigen merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi di bawah 45 tahun, dan merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia. Lebih dari 50% kematian disebabkan

Lebih terperinci

Ahmad Farizal Lutfi 1, Cipto Susilo 2, Nikmatur Rohmah 3 Program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Ahmad Farizal Lutfi 1, Cipto Susilo 2, Nikmatur Rohmah 3 Program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember HUBUNGAN LAMA MASA KERJA TENAGA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN TRIASE HOSPITAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD DR. ABDOER RAHEM SITUBONDO KABUPATEN SITUBONDO Ahmad Farizal Lutfi 1, Cipto Susilo 2, Nikmatur

Lebih terperinci

ABSTRAK KORELASI ANTARA SATURASI OKSIGEN BULBUS JUGULARIS DENGAN FOUR SCORE PADA KASUS CEDERA KEPALA BERAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK KORELASI ANTARA SATURASI OKSIGEN BULBUS JUGULARIS DENGAN FOUR SCORE PADA KASUS CEDERA KEPALA BERAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR ABSTRAK KORELASI ANTARA SATURASI OKSIGEN BULBUS JUGULARIS DENGAN FOUR SCORE PADA KASUS CEDERA KEPALA BERAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR Made Wiryana, Ketut Sinardja, Tjokorda Gde Agung Senopati, Ketut Wibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi sebagai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh: ADE SOFIYAN J500050044 Kepada : FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambaran Penderita Trauma Kepala di Rumah Sakit Umum Haji Medan Periode Januari Desember 2014

Gambaran Penderita Trauma Kepala di Rumah Sakit Umum Haji Medan Periode Januari Desember 2014 Ibnu Nafis, Juni 217, hlm 15-23 Vol. 6, No. 1 ISSN 2252-687 Gambaran Penderita Trauma Kepala di Rumah Sakit Umum Haji Medan Periode Januari Desember 21 Khoirunnisa Siregar,*Tri Makmur *Dosen Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kepala berat merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif (Japardi, 2004). Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif (Japardi, 2004). Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikisaran usia produktif (Japardi,

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KADAR OXYGEN DELIVERY DENGAN LENGTH OF STAY PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG. Dr. M. Z. Arifin, SpBS

KORELASI ANTARA KADAR OXYGEN DELIVERY DENGAN LENGTH OF STAY PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG. Dr. M. Z. Arifin, SpBS KORELASI ANTARA KADAR OXYGEN DELIVERY DENGAN LENGTH OF STAY PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG Dr. M. Z. Arifin, SpBS Program Pendidikan Bedah Dasar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO THE RELATIONSHIP BETWEEN THE WORKLOAD WITH PERFORMANCE OF NURSES IN RSUD SARAS HUSADA PURWOREDJO Naskah Publikasi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

(Submited : 8 Juni 2017, Accepted : 30 Juli 2017) Alit Suwandewi

(Submited : 8 Juni 2017, Accepted : 30 Juli 2017) Alit Suwandewi PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER SEDERHANA DAN POSISI KEPALA 0º TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KESADARAN PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG DI RSUD (The Effect of Giving Oxygenation with Simple Oxygen

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DENGAN MENGGUNAKAN NON-REBREATHING MASK

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DENGAN MENGGUNAKAN NON-REBREATHING MASK PENGARUH PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DENGAN MENGGUNAKAN NON-REBREATHING MASK (NRM) TERHADAP NILAI TEKANAN PARSIAL CO 2 (PaCO 2 ) PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG (MODERATE HEAD INJURY) DI RUANG INTENSIVE

Lebih terperinci

DAMPAK GLASSGOW COMA SCALE DAN MEAN ARTERIAL PRESSURE TERHADAP LAMA HARI RAWAT PADA PASIEN CIDERA KEPALA DI RSUD BANYUMAS

DAMPAK GLASSGOW COMA SCALE DAN MEAN ARTERIAL PRESSURE TERHADAP LAMA HARI RAWAT PADA PASIEN CIDERA KEPALA DI RSUD BANYUMAS DAMPAK GLASSGOW COMA SCALE DAN MEAN ARTERIAL PRESSURE TERHADAP LAMA HARI RAWAT PADA PASIEN CIDERA KEPALA DI RSUD BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh :

Lebih terperinci

Alit Suwandewi¹, Dyah Yarlitasari², Solikin³. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Program Studi Magister Keperawatan

Alit Suwandewi¹, Dyah Yarlitasari², Solikin³. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Program Studi Magister Keperawatan Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker Sederhana dan Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala Sedang Di RSUD Ulin Banjarmasin 2015 Alit Suwandewi¹, Dyah Yarlitasari²,

Lebih terperinci

Hubungan Nilai Oxygen Delivery Dengan Outcome Rawatan Pasien Cedera Kepala Sedang. Abstrak

Hubungan Nilai Oxygen Delivery Dengan Outcome Rawatan Pasien Cedera Kepala Sedang. Abstrak Hubungan Nilai Oxygen Delivery Dengan Outcome Rawatan Pasien Cedera Kepala Sedang dr. Safrizal 1, dr. H. Syaiful Saanin, Sp.BS 2, Dr. dr. H. Hafni Bachtiar, MPH 3 Abstrak Latar belakang: Cedera otak sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Diperkirakan insidensinya lebih dari 500 per 100.000 populasi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas

Lebih terperinci

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C TRAUMA KEPALA Doni Aprialdi C11050165 Lusi Sandra H C11050171 Cynthia Dyliza C11050173 PENDAHULUAN Insidensi trauma kepala di USA sekitar 180-220 kasus/100.000 populasi (600.000/tahunnya) 10 % dari kasus-kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi terutama dalam bidang transportasi mengakibatkan meningkatnya jumlah dan jenis kendaraan bermotor dan hal ini berdampak pada meningkatnya kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Cedera kepala merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab paling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

GAMBARAN CT SCAN KEPALA PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

GAMBARAN CT SCAN KEPALA PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE GAMBARAN CT SCAN KEPALA PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2012 2013 1 Miranda Esther Irene Manarisip 2 Maximillian Ch. Oley 2 Hilman Limpeleh 1 Kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya dalam bidang transportasi. Masyarakat moderen menempatkan trasportasi sebagai kebutuhan sekunder yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur dibawah 45 tahun di negara maju dan di negara berkembang. Kepala juga merupakan bagian yang paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang sering terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di kalangan anak muda di seluruh dunia, prediksi hasil saat masuk RS sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah cross sectional (Sopiyudin, 2009). yang diteliti (Notoarmodjo, 2012). Populasi dibagi menjadi dua macam

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah cross sectional (Sopiyudin, 2009). yang diteliti (Notoarmodjo, 2012). Populasi dibagi menjadi dua macam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik. Pada penelitian observasional peneliti tidak memberikan perlakuan pada subyek penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya dan orang membutuhkan rawat inap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya dan orang membutuhkan rawat inap untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala mengenai hampir 1,5 juta orang di Amerika Serikat setiap tahunnya dan 240.000 orang membutuhkan rawat inap untuk pengobatan trauma mereka (Frey et al.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, 1 BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, PPOK, ISPA, dan lain-lain. WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu mengukur variabel bebas aktivitas olahraga dan variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA 29 HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA CORRELATION BETWEEN POSYANDU X S SERVICE WITH ELDERLY SATISFACTION LEVEL ENDAH RETNANI WISMANINGSIH Info Artikel Sejarah Artikel Diterima

Lebih terperinci

AKURASI PEMASANGAN NASAL KANUL BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU

AKURASI PEMASANGAN NASAL KANUL BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember 2014 159 AKURASI PEMASANGAN NASAL KANUL BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU Heri Purnajaya 1, Maryana 2, Fredi Erwanto 1 1 STIKES

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi (Body Mass Index And Hemoglobin Level Related To Wound Healing Of Patients Undergoing

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS KOGNITIF PADA PASIEN CEDERA KEPALA YANG TELAH DIIZINKAN PULANG DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

GAMBARAN STATUS KOGNITIF PADA PASIEN CEDERA KEPALA YANG TELAH DIIZINKAN PULANG DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU GAMBARAN STATUS KOGNITIF PADA PASIEN CEDERA KEPALA YANG TELAH DIIZINKAN PULANG DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU 1 Andi Ebiet Krisandi, 2 Wasisto Utomo, 3 Ganis Indriati Email: andi_madridcr7aek@yahoo.com

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat 46 BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan study prognostik dengan desain kohort. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat yang dirawat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PENANGANAN PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK DI UGD RSUD POHUWATO

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PENANGANAN PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK DI UGD RSUD POHUWATO HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PENANGANAN PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK DI UGD RSUD POHUWATO RELATIONSHIP WITH KNOWLEDGE MANAGEMENT NURSE PATIENT HYPOVOLEMIC SHOCK IN EMERGENCY UNIT OF GENERAL HOSPITAL

Lebih terperinci

Lampiran 1. Medan, 2013 Yang membuat pernyataan persetujuan. penjelasan. dr... Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Medan, 2013 Yang membuat pernyataan persetujuan. penjelasan. dr... Universitas Sumatera Utara Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :.. Umur : tahun L / P Alamat :.... Hubungan dengan pasien : Bapak/Ibu/anak/hubungan kerabat lainnya Dengan ini menyatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012 HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke memiliki serangan akut yang dapat dengan cepat menyebabkan kematian. Penderita stroke mengalami defisit neurologis fokal mendadak dan terjadi melebihi dari 24

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, infeksi susunan saraf pusat menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit (Saharso dan Hidayati, 2000). Inflamasi yang terjadi pada sistem

Lebih terperinci

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 I Made Mertha I Made Widastra I Gusti Ayu Ketut Purnamawati Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar Email: mertha_69@yahoo.co.id Abstract

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien... 9 PERBEDAAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PEMBERIAN TERAPI ORAL DAN INJEKSI DENGAN TERAPI INJEKSI SAJA Differences in Perception Of Patients on Giving Oral Treatment And Injection With Injection Therapy Only

Lebih terperinci

Advanced Neurology Life Support Course (ANLS) Overview

Advanced Neurology Life Support Course (ANLS) Overview Advanced Neurology Life Support Course (ANLS) Overview 1 Motto : Save our brain and nerve!! Time is brain!! 2 Latar belakang Sebagian besar kasus neurologi merupakan kasus emergensi. Morbiditas dan mortalitas

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT Devi Shintana O S* Cholina Trisa Siregar** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Staf Pengajar Departemen

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suyanti ABSTRAK Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG Hendri Tamara Yuda 1, Putra Agina WS 2 1,2 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pemerintah telah mencanangkan visi dalam bidang pelayanan kesehatan yaitu bertekad

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan Meraih

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara fokal maupun global, yang berlangsung cepat, lebih dari 24 jam, atau berakhir kematian, tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi Email: nerserwin.08@gmail.com ABSTRAK Retardasi mental merupakan salah satu gangguan yang

Lebih terperinci

Pemberian Terapi Mannitol terhadap Peningkatan. Glascow Coma Scale (GCS) pada Pasien. Cedera Otak Sedang. Penelitian untuk Karya Akhir

Pemberian Terapi Mannitol terhadap Peningkatan. Glascow Coma Scale (GCS) pada Pasien. Cedera Otak Sedang. Penelitian untuk Karya Akhir Pemberian Terapi Mannitol terhadap Peningkatan Glascow Coma Scale (GCS) pada Pasien Cedera Otak Sedang Penelitian untuk Karya Akhir Dalam Bidang Ilmu Bedah Oleh: Satrio Teguh Krisyuantoro NIM S5608004

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NINDY SAKINA GUSTIA 201110201112 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Cedera Kepala Akibat Trauma Cedera kepala umumnya diklasifikasikan atas satu dari tiga sistem utama, yaitu: keparahan klinis, tipe patoanatomi dan mekanisme fisik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fungsi psikososial, dengan disertai penurunan atau hilangnya kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fungsi psikososial, dengan disertai penurunan atau hilangnya kesadaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Traumatik brain injury (cedera otak traumatik/cot) yang umumnya didefinisikan dengan adanya kelainan non degeneratif dan non congenital yang terjadi pada otak, sebagai

Lebih terperinci

RESPONSE TIME PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RESPONSE TIME NURSE IN EMERGENCY GENERAL INSTALLATION

RESPONSE TIME PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RESPONSE TIME NURSE IN EMERGENCY GENERAL INSTALLATION RESPONSE TIME PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RESPONSE TIME NURSE IN EMERGENCY GENERAL INSTALLATION Sri Hartati 1 ; Halimuddin 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES 122 HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES 1 Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Arif Nurcahyono 1, Sri Arini 2,

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal HUBUNGAN PENYAJIAN MAKANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUNTALOKO PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 1) Megawati 1) Bagian Gizi FKM Unismuh Palu ABSTRAK Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D. HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Meggy Sukma S. Sumarno Amatus Yudi Ismanto Yolanda Bataha Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang cukup banyak dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan dengan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014 HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014 Ayu Wulansari 1, Tonasih 2, Eka Ratnasari 3 ABSTRAK Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang dengan tiga penyebab utama kematian secara global. Tiga hal tersebut adalah kecelakaan lalu lintas, pembunuhan

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain atau rancangan penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROSES KEPERAWATAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala traumatik merupakan masalah utama kesehatan dan sosial ekonomi di seluruh dunia (Ghajar, 2000; Cole, 2004). Secara global cedera kepala traumatik merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015 Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541 0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 6 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live Saving. Artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden 4.1.1 Jumlah Responden Data penelitian ini merupakan data sekunder yaitu medical record pasien yang diambil dari bulan januari 2014 sampai desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui. di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui. di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikisaran usia produktif. (Japardi,

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci