ANALISIS POSISI DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS POSISI DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA"

Transkripsi

1 105 VI. ANALISIS POSISI DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 6.1. Posisi Daya Saing Agroindustri Halal Indonesia Posisi daya saing ditentukan dengan metode analisis SWOT-Kuantitatif dengan membandingkan enam negara ASEAN yang mengembangkan agroindustri halal. Analisis SWOT Kuantitatif juga digunakan untuk menentukan kriteria dan altenatif strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia dalam mengantispasi bisnis halal global dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari sumber daya alam sebagai sumber bahan baku, kemampuan lembaga sertifikasi, sistem sertifikasi halal, tingkat keyakinan kehalalan produk-produk halal (level of trust), jumlah pelaku industri halal, advokasi internasional dan lokal, sarana dan prasarana riset dan teknologi, infrastruktur logistik dan jejaring kelembagaan. Untuk faktor eksternal terdiri dari peluang kebijakan dan komitmen pemerintah, tingkat kesadaran masyarakat dan industri, tingkat inovasi dan daya saing produk, nilai tambah dan dampak ekonomi, besarnya potensi pasar produk-produk halal, pengaruh pasar bebas, tingkat penerimaan lembaga internasional atas standar yang dikembangkan, dinamika global dan makroekonomi dunia serta sistem sertifikasi halal asing. Secara lebih jelas faktor-faktor internal dan eksternal diilustrasikan dalam matriks SWOT agroindustri halal seperti telihat pada Gambar 34 berikut.

2 106 Gambar 34. Matriks SWOT Agroindustri Halal Perbandingan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT) di ke enam negara ASEAN ditunjukkan pada Gambar 35 berikut. Gambar 35. Tingkat Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT) Agroindustri Halal Di Enam Negara ASEAN

3 107 Gambar 35 menunjukkan bahwa secara umum masing-masing agroindustri halal di ke enam negara ASEAN memiliki tingkat kekuatan yang tinggi, bahkan Thailand, Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang memiliki tingkat kekuatan yang sangat tinggi dengan skor diatas 4,00, sedangkan Brunei Darussalam, Singapura dan Filipina memiliki tingkatan agroindustri yang cukup baik dengan skor antara 2,00 hingga 3,00. Peluang yang dimiliki ke enam negara tersebut juga memiliki tingkatan yang sangat baik dengan skor antara 3,00 hingga 4,13, kecuali untuk Filipina yang memiliki peluang yang sangat kecil dengan skor 1,90. Rendahnya kekuatan dan peluang Filipina dikarenakan bagi Filipina, agrondustri halal merupakan hal yang baru berkembang dan merupakan negara dengan populasi penduduk muslim yang presentasenya paling rendah diantara kelima negara lainnya. Di sisi lain, tingkat kelemahan di enam negara ASEAN tersebut menunjukkan nilai yang bervariasi dengan skor antara -0,50 hingga -3,5, sedangkan nilai ancamannya relatif rendah dengan nilai antara -1,00 hingga -2,25. Kelemahan yang tertinggi diperoleh Filipina dengan skor -3,03 dan Indonesia dengan skor -2,83. Hal yang sama juga terjadi pada faktor ancaman, ancaman terbesar diperoleh Filipina dengan skor -2,46 dan Indonesia dengan skor -2,25, sedangkan Malaysia dan Thailand menjadi negara dengan ancaman terendah dengan skor yang sama yakni -1,13. Dari perolehan skor setiap negara tersebut, diketahui bahwa lima negara ASEAN memiliki posisi daya saing yang strategis dimana terletak di kuadran S-O (kekuatan-peluang). Pada kuadran S-O strategi pengembangan agroindustri akan cenderung atau lebih mengutamakan pemanfaatan potensi internal yang berupa kekuatan untuk meraih peluang-peluang eksternal yang luas sehingga strategi akan berfifat agresif. Satu negara yang berada pada kuadran (S-W) hanya ditempati oleh Filipina yang jauh tertinggal dibandingkan dengan lima negara ASEAN lainnya dalam pengembangan agroindustri halal. Secara lebih jelas Gambar 36 berikut menjelaskan posisi daya saing agroidustri halal di enam negara ASEAN.

4 108 PELUANG (O) 5 4 ANCAMAN (T) Malaysia Thailand Singapura Brunei Darussalam Indonesia Filipina KEKUATAN (S) (W) KELEMAHAN Gambar 36. Posisi Daya Saing Agroindustri Halal ASEAN Gambar 36 di atas, memperlihatkan bahwa meskipun Indonesia berada pada kuadran S-O (kekuatan-peluang) bersama dengan lima negara yang lain, namun terlihat bahwa posisi Indonesia masih tertinggal dari negara lain terutama Malaysia dan Thailand. Malaysia menjadi negara dengan posisi daya saing yang paling tinggi diikuti oleh Thailand, sedangkan Indonesia memiliki posisi daya saing yang relatif dekat dengan Brunei Darussalam dan Singapura. Posisi daya saing Indonesia yang diperlihatkan di atas, menajadi dasar untuk melakukan perumusan strategi pengembangan agroindustri halal berdasarkan hasil analisis SWOT kuantitatif. Rumusan matriks SWOT Strategi pengembangan agroindustri halal dijelaskan pada Tabel 14 berikut.

5 109 Tabel 14. Rumusan Matriks SWOT Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Indonesia Alternatif Strategi Agroindustri Halal KEKUATAN (Strength) S1. Indonesia memiliki sumber daya alam yang mampu menghasikan bahan baku yang beragam dalam jumah yang besar. S2. Kemampuan lembaga sertifikasi indonesia menjadi acuan bagi lembaga serupa secara internasional. S3. Sistem sertifikasi Halal indonesia memiliki standard dan check list terlengkap di dunia. S4. Tingginya tingkat keyakinan kehalalan terhadap produk-produk Halal indonesia (level of trust) S5. Jumlah pelaku industri Halal tingkat menengah sangat besar, sedangkan industri besar telah bersertifikat Halal. KELEMAHAN (Weakness) WI. Advokasi internasional dan lokal yang dilakukan Indonesia tidak sekuat yang dilakukan negara kompetitor W2. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana riset dan teknologi. W3. Infrastruktur logistik yang tidak mendukung bisnis dan agroindustri Halal untuk dapat beroperasi secara efisien. W4. Jejaring kelembagaan yang tidak sinergis dan memiliki tujuan masing-masing. PELUANG (Opprtunity) O1. Pemerintah mulai menyadari aspek bisnis produk Halal, namun belum fokus terhadap kebijakan dan komitmen pengembangan dalam jangka panjang. O2. Tingkat kesadaran masyarakat dan industri semakin baik dan meningkat secara signifikan. O3. Dukungan perkembangan teknologi mendorong meningkatnya tingkat inovasi sehingga berpeluang meningkatkan daya saing produk O4. Agroindustri Halal memiliki kemampuan dampak berganda pada peningkaran nilai tambah dan dampak ekonomi pengembangan agroindustri Halal O5. Potensi pasar Halal semakin besar merambah negaranegara non-muslim yang menganggap Halal sebagai produk dengan mutu yang baik. STRATEGI S-O 1. Melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai konsep halal sebagai konsep mutu (S4, O2) 2. Menciptakan Halal Champions untuk mempersiapkan pelaku yang berdaya saing tinggi (S5, 04) 3. Membuka ekspor produk Halal ke pasar internasional (S5, O5) STRATEGI W-O 1. Memperbaikan Perundang-Undangan dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang. (W1,W4, O1) 2. Meningkatan Penguasaan Penelitian dan Pengembangan Agroindustri Halal. (W2, O3) ANCAMAN (Threat) T1. Terselenggaranya pasar bebas merupakan ancaman atas keluasan skup dan segmen pasar produk Halal internasional membidik pasar indonesia. T2. Tingkat penerimaan lembaga internasional atas standar dalam negeri kurang diminati dan kalah bersaing dengan negara lain ditambah dengan banyaknya isu-isu perdagangan yang diutarakan. T3. Dinamika global dan makroekonomi dunia yang cenderung mempengaruhi kondisi perekonomian dan industri dalalm negeri T4. Sistem sertifikasi Halal asing memliki standar lebih rendah dan diterima dibanyak negara, banyak juga ditemui produk dengan label Halal asing di pasar Indonesia. STRATEGI S-T 1. Meningkatan Mutu dan Variasi Produk Halal Dalam Negeri. ( S5, T1 T2) 2. Meningkatkan kemampuan dalam menyadiakan bahan baku Halal yang berkelanjutan agar tidak bergantung pada produsen asing. (S1, T3) 3. Meningkatkan Kerjasama dengan lembaga sertifikasi Halal Internasional. (S2-3, T4) STRATEGI W-T 1. Meningkatkan pembangunan Infrastruktur Logistik yang sesuai dengan Konsep Halal untuk mendukung pelaksanaan bisnis yang efisien. (W2-W3, T1) 2. Meningkatkan Komitmen dan Koordinasi Antarpemangku Kepentingan perbaikan dan Rencana Pembangunan (Tata kelola kebijakan). (W1-4, T4) 3. Mengembangan Kemampuan Advokasi dan Jejaring Kerjasama Perdagangan (W1,W2. T4 T2) Pada kolom matrik Strategi S-O, alternatif dirumuskan dengan memanfaatkan kekuatan internal agroindustri halal antara lain melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai konsep halal sebagai konsep mutu, menciptakan halal champions untuk mempersiapkan pelaku yang berdaya saing tinggi serta membuka ekspor produk halal ke pasar internasional. Pada Strategi W-O

6 110 dirumuskan strategi untuk meningkatan mutu dan variasi produk halal dalam negeri, meningkatkan kemampuan dalam menyediakan bahan baku halal yang berkelanjutan agar tidak bergantung pada produsen asing dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga sertifikasi halal Internasional. Pada matrik S-T dirumuskan strategi untuk memperbaiki perundangundangan dan rencana pembangunan jangka panjang dan meningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan agroindustri halal, sedangkan pada matrik W-T dirumuskan strategi untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur logistik yang sesuai dengan konsep halal untuk mendukung pelaksanaan bisnis yang efisien, meningkatkan komitmen dan koordinasi antarpemangku kepentingan perbaikan dan rencana pembangunan (tata kelola kebijakan) serta mengembangkan kemampuan advokasi dan jejaring kerjasama perdagangan. Pada strategi yang dirumuskan pada kolom strategi W-O, S-T dan W-T pilihan alternatif strategi pengembangan agroindustri halal dilakukan secara komprehensif baik dari segi pasokan bahan baku, sistem distribusi, mutu, variasi produkm aspek pendukung kelembagaan serta hal lainnya yang ditujukan untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan agroindustri halal agar memiliki daya saing global, dan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja. Indonesia berada pada kuadran S-O bersama dengan Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan Singapura. Dalam mengembangkan strategi pengembangan agroindustri halal, kriteria daya saing ditentukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal yang berpotensi menjadi kekuatan dan kelemahan, dan faktor-faktor ekternal yang berpotensi menjadi peluang dan ancaman agoindustri halal secara umum. Tabel 15 menunjukkan hasil identifikasi dan pembobotan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal, dan peluang dan ancaman eksternal (SWOT) agroindustri halal Indonesia dalam mengantisipasi bisnis halal global, sedangkan nilai negatif berlaku bagi kelemahan dan ancaman.

7 111 Tabel 15. Hasil Identifikasi dan Pembobotan Kriteria Masing-Masing Elemen SWOT SWOT Simbol Kriteria Bobot Nilai S1 Ketersediaan Bahan Baku 0,97 Strength (S) Weakness (W) Opportunity (O) Threat (T) S2 Kemampuan Lembaga Sertifikasi 0,97 S3 Sistem Sertifikasi halal 1,00 S4 Intrinsik Produk; Level of Trust, Harga, Mutu, Variasi Produk, Cara Penyajian, Apresiasi Konsumen 0,65 S5 Kesiapan dan Jumlah Pelaku Industri halal 0,60 Total Strenght 4,19 W1 Advokasi Internasional dan Lokal -0,60 W2 Ketersediaan Sarana Prasarana Riset dan Teknologi -0,42 W3 Infrastruktur Logistik -0,72 W4 Jejaring Kelembagaan -0,50 Total Weakness -2,25 O1 Kebijakan dan Komitmen Pemerintah 0,50 O2 Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri 0,77 O3 Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk 0,67 Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Pengembangan O4 Agroindustri Halal 0,57 O5 Potensi Pasar 1,00 Total Opportunity 3,50 Pasar Bebas, Keluasan Skup dan Segmen Pasar T1 Internasional -0,60 Tingkat Penerimaan Lembaga Internasional Atas T2 Standar Dalam Negeri -0,43 T3 Dinamika Global dan Makroekonomi -0,40 T4 Sistem Sertifikasi Halal Asing -0,37 Total Threat -1,80 Agroindustri halal Indonesia memiliki kekuatan yang sangat tinggi dengan total skor 4,19. Kekuatan Indonesia terbesar terdapat pada ketersediaan bahan baku yang didukung dengan sumber daya alam melimpah dan bervariasi dalam jumlah yang besar. Selain itu, Indonesia juga memiliki lembaga sertifikasi halal dan sistem sertifikasi halal yang menjadi acuan dunia Internasional yang mampu dijadikan sebagai kekuatan yang berpengaruh terhadap perkembangan agroindustri dan bisnis halal global. Kekuatan lain yang memberikan kontribusi terhadap skor kekuatan agroindustri halal Indonesia adalah kesiapan dan jumlah

8 112 pelaku industri halal Indonesia. Sebagai contoh, berdasarkan data Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman (PIPIM) tahun 2010, jumlah usaha skala besar adalah sebanyak unit atau sebanyak 0,5 persen dari total jumlah usaha, usaha kecil dan menengah berjumlah unit atau 5,7 persen dan yang terbesar adalah usaha rumah tangga yang mencapai unit atau 93,7 persen dari total jumlah usaha produk makanan dan minuman. Hal tersebut membuktikan bahwa Indonesia memiliki kekuatan yang sangat besar dalam upayanya membangun agroidustri halal. Kelemahan Indonesia yang paling besar dalam pengembangan agroidustri halal adalah pada infrastruktur logistik, yang diikuti dengan kemampuan advokasi Internasional dan lokal, ketersediaan sarana dan prasarana riset dan teknologi dan jejaring kelembagaan yang mendapatkan total skor -2,27. Nilai kelemahan tersebut adalah skor terendah setelah Filipina yang memperoleh skor -2,46. Disisi lain, walaupun kelemahan bagi Indonesia cukup tinggi, namun peluang pengembangannya sangat baik dengan total skor 3,50. Peluang tersebut didapatkan dari peluang pemerintah untuk mengembangkan agroindustri halal yang mulai menguat diikuti dengan perkembangan kesadaran masyarakat dan industri, tingginya tingkat inovasi dan daya saing produk di dalam negeri, serta peluang untuk mendapatkan nilai tambah dan dampak ekonomi dari pengembangan agroindustri halal yang besar, mengingat dampak berganda pada sektor lain serta masih besarnya peluang pasar yang belum dimanfaatkan. Dalam pengembangan agroindustri halal Indonesia, yang menjadi ancaman adalah dengan berlakunya era pasar bebas secara global, tingkat penerimaan lembaga internasional atas standar dalam negeri, dinamika global dan makroekonomi serta ancaman sistem sertifikasi halal asing yang lebih agresif melakukan pendekatan dengan negara-negara Internasional walaupun dengan standar sertifikasi yang lebih rendah dari Indonesia. Skor ancaman bagi Indonesia adalah -1,80 yang dikatergorikan sebagai cukup mengancam. Gambar 37 menunjukkan posisi daya saing agroindustri halal Indonesia dalam koordinat TOWS. Tabel Simbol masing-masing kriteria daya saing agroindustri halal Indonesia berada pada kuadran S-O dengan koordinat (1,35, 1,25) yang memiliki peluang eksternal dan kekuatan internal yang positif. Strategi

9 113 alternatif yang seharusnya diambil oleh agroindustri halal Indonesia pada kuadran S-O umumnya bersifat agresif seperti 1) pengembangan pasar, 2) penetrasi pasar, 3) pengembangan produk untuk membentuk kekuatan yang berdaya saing. (Chang dan Huang, 2006). Jika industri tersebut memiliki sumber daya ekstra, maka penyusunan strategi dapat dilakukan dengan lebih efisien dengan pengintegrasian forward, backward dan horizontal. Di samping itu diversifikasi yang terkonsentrasi juga menjadi pilihan strategi pada kuadran S-O. Secara umum matriks grand strategy dapat digambarkan seperti ditunjukkan pada Gambar (Christensen et al., 1976). Pada Gambar 37 diperlihatkan bobot nilai masingmasing elemen SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dari agroindustri halal Indonesia PELUANG (O) 5 4 (0, 3,50) 3 2 ANCAMAN (T) (-1,80, 0) INDONESIA (1,35, 1,25) (4,19, 0) KEKUATAN (S) -2 (0, -2,27) (W) KELEMAHAN Gambar 37. Posisi Daya Saing Agroindustri Halal Indonesia Tingkat peluang sangat tinggi dengan nilai 3,50 dimana kebijakan dan komitmen pemerintah dapat memberikan dampak yang luas terhadap kemajuan faktor-faktor lain. Faktor internal lain yang memiliki nilai yang tinggi adalah tingkat kesadaran masyarakat dan industri, tingkat inovasi dan daya saing produk dan nilai tambah dan dampak ekonomi pengembangan agroindustri halal serta besarnya potensi pasar. Namun demikian, tingkat kelemahan internal dan ancaman eksternal bagi agroindustri halal dengan nilai masing-masing -2,27 dan

10 114-1,80 juga tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, meskipun posisi daya saing agroindustri halal berada pada kuadran S-O, namun untuk mendapatkan strategi yang komprehensif, perlu disusun matriks TOWS dari seluruh kuadran, kemudian dikelompokkan menjadi delapan buah alternatif strategi untuk dianalisis dengan analsis SWOT-AHP untuk menentukan proritas yang sekaligus mengetahui tingkat daya saing masing-masing strategi tersebut. PERTUMBUHAN PASAR CEPAT Kuadran II Pengembangan pasar Penetrasi Pasar Pengembangan Produk Integrasi Horizontal Divestiture Likuidasi Kuadran I Pengembangan pasar Penetrasi Pasar Pengembangan Produk Integrasi Forward Integrasi Backward Integrasi Horizontal Diversifikasi Konsentrik POSISI PERSAINGAN LEMAH POSISI PERSAINGAN KUAT Kuadran III Retrenchment Diversifikasi Horizontal Diversifikasi Konsentrik Diversifikasi Konglomerat Divestiture Likuidasi Kuadran IV Konglomerasi Diversivikasi Joint Venture Diversifikasi Konsentrik Diversifikasi Horizontal PERTUMBUHAN PASAR LAMBAT Gambar 38. Matriks Strategi Utama (Christiensen et al, 1976) Gambar 38 menunjukkan rumusan alternatif strategi pada matriks TOWS yang mempertimbangkan 1) pemanfaatan kekuatan internal untuk memperoleh peluang pada kuadran S-O, 2) Pemanfaatan kekuatan untuk menghindari ancaman pada kuadran S-T, 3) mengatasi kelemahan untuk mendapakan peluang pada kuadran W-O, dan 4) mengatasi kelemahan untuk menghindari ancaman pada kuadran W-T. Tabel 18 berikut menunjukkan bobot nilai dari alternatif strategi alternatif strategi pengembangan agroindustri halal pada masing-masing kuadran.

11 115 Tabel 16. Bobot Nilai Dari Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Indonesia. Kode ALTERNATIF STRATEGI Bobot Nilai SO-1 Menciptakan halal champions untuk mempersiapkan pelaku yang berdaya saing tinggi (S5, 04) 4,60* SO-2 Melaksanakan edukasi dan sosilisasi mengenai konsep halal sebagai konsep mutu (S4, O2) 4,25* SO-3 Membuka ekspor produk halal ke pasar internasional (S5, O5) 3,63 WO-1 WO-2 ST-1 Meningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan agroindustri halal (W2, O3) Memperbaiki perundang-undangan dan rencana pembangunan jangka panjang (W1,W4, O1) Meningkatkan kemampuan dalam menyediakan bahan baku halal yang berkelanjutan agar tidak bergantung pada produsen asing (S1, T3) 4,50* 3,88 4,88* ST-2 Meningkatkan mutu dan variasi produk halal dalam negeri ( S5, T1 T2) 4,00* Melakukan kerjasama dengan lembaga sertifikasi halal internasional ST-3 (S2-3, T4) Meningkatkan komitmen, koordinasi antarpemangku kepentingan WT-1 perbaikan dan rencana pembangunan (Tata kelola kebijakan) (W1-4, T4) Meningkatkan pembangunan infrastruktur logistik yang sesuai dengan WT-2 konsep halal untuk mendukung pelaksanaan bisnis yang efisien (W2-W3, T1) Mengembangkan kemampuan advokasi dan jejaring kerjasama WT-3 perdagangan (W1,W2. T4 T2) Keterangan; * merupakan delapan nilai tertinggi 3,33 4,88* 4,60* 4,50* Dari Tabel 16 di atas, hasil dari perumusan alternatif startegi didapatkan sebelas strategi yang kemudian dinilai berdasarkan bobot kriterianya sehingga mendapatkan delapan kelompok startegi alternatif dengan nilai tertinggi adalah SO-1, SO-2, WO-1, ST-1, ST-2, WT-1, WT-2 dan WT-3. Pada ST-3, alternatif strategi untuk melakukan kerjasama dengan lembaga sertifikasi halal internasional mendapatkan bobot kepentingan yang relatif rendah meskipun Indonesia yang diwakili oleh LPPOM-MUI merupakan pionir dalam pembentukan standarisasi sistem jaminan halal dunia melalui World Halal Council. Hal tersebut dikarenakan penguasaan sertifikasi dan kerjasama dengan pihak luar yang dilakukan oleh LPPOM-MUI telah sangat baik sehingga tidak lagi menjadi hal

12 116 yang memiliki bobot kepentingan tertinggi untuk ditingkatkan, namun masih sangat perlu untuk dipertahankan. Tabel 17 di bawah ini menunjukkan pengelompokkan alternatif strategi tersebut berdasarkan delapan nilai tertinggi. Tabel 17. Hasil Pengelompokkan Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Berdasarkan Analisis SWOT. No. Pengelompokan Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri halal 1 Perbaikan komitmen, peningkatan koordinasi antarpemangku kepentingan perbaikan dan rencana pembangunan (tata kelola kebijakan). 2 Penciptaan halal champions. 3 Pembangunan infrastruktur logistik yang kompatibel dengan konsep halal Pengembangan kemampuan advokasi dan jejaring SDM dan kerjasama perdagangan. Peningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan agroindustri halal untuk mendapatkan produk yang memiliki daya saing tinggi. Meningkatkan kemampuan dalam menyediakan bahan baku halal yang berkelanjutan. 7 Edukasi dan sosialisai mengenai konsep halal sebagai konsep mutu. 8 Peningkatan mutu dan variasi produk halal dalam negeri. Dari Tabel 17 di atas, dikemukakan hasil pengelompokan alternatif strategi pengembangan agroindustri halal yang dilakukan dengan metode analisis SWOT, yang menghasilkan delapan alternatif kelompok strategi dengan nilai tertinggi. Delapan kelompok tersebut diyakini mampu memberikan dampak yang luas pada faktor-faktor lain yang dibutuhkan dalam pengembangan agroindustri halal Indonesia. Analisis SWOT kuantitatif yang dilakukan menghasilkan delapan pengelompokkan strategi yang akan digunakan dalam pengurutan prioritas pada Bab IX yang membahas mengenai prioritas strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia yang mempertimbangkan delapan belas kriteria yang dibutuhkan bagi perumusan prioritas strategi yang dimaksud. Pada sub bab berikut, kriteria dan alternatif strategi yang dihasilkan melalui analisis SWOT kuantitatif di atas dielaborasikan dengan konsep pengembangan pertanian yang dilakukan oleh Norton (2004).

13 Konsep Program Pengembangan Agroindustri Halal Dengan komponen-komponen pendukung yang terkait, agroindustri halal mampu melibatkan keterkaitan yang besar antara pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta jasa-jasa pendukung secara harmonis dan simultan. Hal tersebut sejalan dengan konsep pemikiran Norton (2004) yang mengemukakan bahwa dengan keterkaitan yang luas akan mampu mendayagunakan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing yang bernilai tambah. Konsep norton menjelaskan keterkaitan program pengembangan program-program yang diperlukan dalam pengembangan ekononi nasional. Konsep yang diutarakan oleh Norton pada tahun 2004 yang mengemukakan prinsip-prinsip dasar kebijakan yang bekelanjutan dalam kebijakan pertanian. Dalam konsepnya, Norton mempertimbangkan aspek politik, fiskal, sosial, ekonomi dan lingkungan. Lebih lanjut, konsep Norton mengenai peranan program pengembangan pertanian dalam ekonomi nasional menggambarkan interaksi ke lima prinsip dasar tersebut dalam diagram umpan balik yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dan ekspor pertanian. Dalam mencapai tujuan program pengembangan pertaniannya, terdapat tiga pilar kebijakan yang ditetapkan yakni 1) Kebijakan perdagangan, nilai tukar, kebijakan perundang-undangan, 2) Program-program manajemen sumber daya dan 3) Akses terhadap teknologi dan pasar. Norton mengaitkan tujuan langsung dan tujuan tidak langsung dengan input-input kebijakan, program dan akses yang dapat meningkatkan arus investasi dan mampu meningkatkan nilai nyata produksi pertanian, sehingga diharapkan dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, akibat dari kebijakan yang dilakukan diharapkan mampu menghasilkan efek berganda pada peningkatan kekuatan daya saing produk, permintaan konsumen hingga peningkatan produksi non-pangan. Lebih jauh lagi, akibat dari program pembangunan pertanian tersebut akan berdampak pada hal-hal seperti investasi, devisa negara, pemenuhan kebutuhan masyarakat dan aspek-aspek yang lebih luas lainnya yang menyangkut kepentingan pengembangan ekonomi nasional. Sesuai dengan hasil yang didapatkan dari analisis SWOT kuantitatif, faktor-faktor yang digunakan dalam pengembangan agroindustri halal yeng

14 118 meliputi kemampuan adaptasi sistem sertifikasi, level of trust, kekuatan industri halal, potensi dukungan pemerintah, peningkatan kesadaran masyarakat, inovasi produk, nilai tambah dan daya saing produk, potensi pasar, kemampuan advokasi dan jejaring kelembagaan, riset dan penguasaan teknologi, infrastruktur logistik, lembaga sertifikasi halal, keberlanjutan pemenuhan bahan baku, perdagangan bebas dan regulasi pemerintah. Untuk meningkatkan kekuatan keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai dengan faktor-faktor dalam pengembangan strategi dalam analisis SWOT yakni, meningkatkan komitmen pemerintah dalam penyediaan infrastruktur serta penyediaan fasilitas dan jasa pelayanan yang lebih baik dan banyak tersedia yang diperlukan untuk memacu perkembangan agorindustri halal. Tujuan utama dari strategi pengembangan agroindustri halal yang dikembangkan adalah adalah peningkatan mutu agroindutri halal dan tujuan tidak langsungnya adalah meningkatkan kemampuan ekspor produk agroindustri halal. Dalam konsep pengembangan agroindustri halal, pada kelompok pertama yang menyangkut kebijakan dan komitmen pemerintah terdiri dari 1) Kebijakan dan komitmen pemerintah, 2) Infrastruktur logistik, 3) Advokasi internasional dan lokal dan 4) Riset dan pengusaan teknologi. Pada kelompok ke dua yang menyangkut program-program manajemen sumber daya, faktor-faktornya terdiri dari 1) Tingkat kesadaran masyarakat dan industri, 2) Jejaring kelembagaan, 3) Kekuatan pelaku industri halal, 4) Kemampuan lembaga sertifikasi dan 5) Sistem sertifikasi halal. Pada kelompok input kebijakan yang ke-tiga meliputi akses terhadap teknologi dan pasar, faktor-faktor yang diperlukan adalah tingkat inovasi dan daya saing, pengembangan potensi pasar dan ketersediaan bahan baku. Pada Gambar 39 berikut menggambarkan kolaborasi konsep Norton dalam pengembangan agroindustri halal Indonesia. Terdapat tiga kelompok input kebijakan yang diharapkan dapat menjadi pendorong bagi investasi yang berakibat pada pencapaian tujuan. Tujuan yang diharapkan adalah terjadinya peningkatan agroindustri halal dan nilai ekspror produk agroindustri halal. Dengan terwujudnya tujuan tersebut, dampak selanjutnya adalah peningkatan daya saing, penyediaan lapangan kerja dan kesejahteraan sehingga mampu meningkatkan

15 119 kekuatan daya beli. Di lain pihak peningkatan eskpor akan berakibat pada peningkatan penerimaan devisa dan pajak yang juga berdampak positf bagi produktivitas agroindustri secara keseluruhan. Dampak berganda dari pengembangan agroindustri halal tersebut mampu meningkatkan pengaruh positif pada semua aspek ekonomi nasional. Pemenuhan Kebutuhan Daerah Penghasil Bahan Baku Pelayanan ahli bisnis Jasa pelayanan profesional Jasa konsultan Jasa pendukung manajerial Jasa Keuangan Advokasi dan jejaring kerjasama Organisasi bisnis Halal Distribusi Pengembangan SDM Teknologi Program-Program Bantuan Pendampingan Program Agroindustri Halal yang ditargetkan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Produk Halal Lain yang Dibutuhkan Pasar Kekuatan Daya Beli Daerah Penghasil Bahan Baku Efek berganda dari Permintaan Konsumen Produktivitas Agroindustri, Peninkatan Pendapatan dan LapanganPekerjaan Buruh, modal, kebijakan industri dan faktor lain Harga Bahan Baku Daya Saing, Lapangan Kerja dan Kesejahteraan Devisa dan Pajak Peningkatan Agroindustri Halal Ekspor Produk Agroindustri Halal Investasi Kebijakan Dan Komitmen Pemerintah Programprogram manajemen sumberdaya dan kebijakan Akses terhadap teknologi dan pasar Kebijakan dan Komitmen Pemerintah Infrastruktur Logistik, Advokasi Internasional dan Lokal Riset dan Pengusaan Teknologi Tingkat kesadaran masyarakat dan industri Jejaring kelembagaan Kekuatan pelaku industri Halal Kemampuan lembaga sertifikasi Sistem sertifikasi Halal Tingkat inovasi dan daya saing produk Potensi pasar Ketersediaan bahan baku Keterangan Warna Tujuan langsung program-program pertanian dan Agroindustri Halal Tujuan tidak langsung program-program pertanian dan Agroindustri Halal Input Program Pada Konsep Norton Gambar 39. Adaptasi Konsep Program Pengembangan Pertanian Norton (2004) pada Agroindustri Halal

16 120 Dampak berganda yang positif terjadi karena dalam pengembangan agroindustri melibatkan beberapa aktivitas yang berkaitan satu sama lainnya diantaranya adalah, melibatkan kegiatan-kegiatan yang berbasis kepada potensi sumber daya lokal, memiliki kesempatan yang tinggi untuk akses pada pasar domestik dan dunia, menghasilkan nilai tambah yang tinggi, didukung oleh teknologi dan sumber daya manusia yang handal, ramah lingkungan, kelembagaan sertifikasi halal yang unggul, dan tuntutan untuk melaksanakan prinsip-prinsip kerjasama dengan orientasi bisnis. Beberapa kelemahan yang saat ini terjadi pada faktor infrastruktur logistik, jejaring kelembagaan, advokasi, inovasi dan daya saing, dapat diatasi dengan memberikan input-input bantuan pendampingan menyangkut berbagai penyediaan kebutuhan jasa yang diperlukan perlu dilakukan sehingga berjalan sinergis dan memberikan dampak ekonomi yang luas dan berkelanjutan. Dari analisis di atas, agroindustri halal dapat menjadi alternatif kebijakan yang sangat baik mengingat mampu membangkitkan keterkaitan antara pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta jasa-jasa pendukung secara harmonis dan simultan. Keterkaitan yang luas tersebut akan mampu mendayagunakan ekonomi nasional sesuai dengan konsep pertanian bagi pengambangan ekonomi nasional yang dibuat oleh Norton (2004).

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Dalam penelitian ini dipelajari upaya-upaya agar agroindustri halal di Indonesia mampu bersaing secara global dan mampu memenuhi

Lebih terperinci

PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA Kondisi Eksisting dan Urgensi Permasalahan Agroidustri Halal Indonesia

PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA Kondisi Eksisting dan Urgensi Permasalahan Agroidustri Halal Indonesia 175 IX. PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 9.1. Kondisi Eksisting dan Urgensi Permasalahan Agroidustri Halal Indonesia Penelaahan lebih dalam dari posisi daya saing agroindustri

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

VII. POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA

VII. POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 121 VII. POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 7.1. Faktor Intrinsik Produk Berdasarkan analisis SWOT-Kuantitatif telah dikemukakan penilaian terhadap kondisi saat ini atas kekuatan, kelemahan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objekpenelitian merupakan sesuatu hal yang akan diteliti dengan mendapatkan datauntuk tujuan tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan.menurut suharsimi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

: Arief Budiman Npm : Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen Pemb : Sri Kurniasih Agustin, SE., MM

: Arief Budiman Npm : Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen Pemb : Sri Kurniasih Agustin, SE., MM ANALISIS ANALISIS STRATEGI DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL STRATEGI DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Nama : Arief Budiman Npm : 1910703 Fakultas : Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan kondisi eksternal dan internal PT. Padang Digital Indonesia saat ini

Lebih terperinci

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan BAB 3 ISU ISU STRATEGIS 1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN a. Urusan Perdagangan, menghadapi permasalahan : 1. Kurangnya pangsa pasar

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. Disain Penelitian Menurut Sarwono, Jonathan (2006:79) dalam melakukan penelitian salah satu hal penting adalah membuat desain penelitian. Desain Penelitian bagaikan sebuah peta

Lebih terperinci

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Tahap pemasukan data ( The Input Stage ) Tahap pertama setelah identifikasi faktor internal dan eksternal yang dirumuskan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini berlokasi pada obyek wisata alam Pantai Siung yang ada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING 3.1 Penetapan Kriteria Penelitian Kriteria Optimasi yang digunakan untuk menganalisis alternatif-alternatif strategi bisnis yang akan digunakan Restaurant PT Okirobox Indonesia

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

Materi 8. deden08m.com 1

Materi 8. deden08m.com 1 Materi 8 STRATEGI BISNIS deden08m.com 1 Melihat Keuntungan Persaingan 1) Strategi biaya rendah 2) Strategi membuat perbedaan 3) Strategi berbasis kecepatan 4) Fokus Pasar deden08m.com 2 Ø Strategi Biaya

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum menjadi prioritas. Belum ada strategi pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri suatu daerah diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antara budidaya,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Menurut David (2008) strategi merepresentasikan tindakan yang akan diambil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan bisnis pada PT.Griya Nutrisi Bandung yang beralamat di Jl. Sampurna No. 5 Bandung. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi dalam studi ini akan dijabarkan sebagai berikut: Kekuatan aspek internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan suatu tindakan pembelanjaan atau penggunaan dana pada saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan dana di masa datang yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode

Lebih terperinci

ANALISIS. Entrepreneurship Center Universitas Dian Nuswantoro

ANALISIS. Entrepreneurship Center Universitas Dian Nuswantoro ANALISIS Sumberdaya atau kapabilitas yang dapat dikendalikan atau dimiliki perusahaan yang memberikan keunggulan relatif dibandingkan pesaing dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan. TRENGTH 2 Keterbatasan

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini membahas tentang : konsep strategi, manajemen strategi, analisis faktor internal dan eksternal serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan membantu memecahkan masalah yang bertujuan membantu memecahkan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata CHAPTER-09 Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata SWOT Filosofi SWOT Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SWOT TERHADAP PENINGKATAN ASET BMT DANA UKHUWAH TAHUN

BAB IV ANALISIS SWOT TERHADAP PENINGKATAN ASET BMT DANA UKHUWAH TAHUN 67 BAB IV ANALISIS SWOT TERHADAP PENINGKATAN ASET BMT DANA UKHUWAH TAHUN 2011-2013 IV.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini akan menjawab identifikasi masalah yang berkaitan dengan Peningkatan Aset

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB III. Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penilitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu ruang lingkup perusahaan atau gejala

Lebih terperinci

Perumusan Strategi Bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Untuk Meraih Keunggulan Bersaing Studi Kasus Di Batam

Perumusan Strategi Bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Untuk Meraih Keunggulan Bersaing Studi Kasus Di Batam Perumusan Strategi Bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Untuk Meraih Keunggulan Bersaing Studi Kasus Di Batam 19 Albertus L. Setyabudhi *1, Heru Setiawan 2 1,2 STT Ibnu Sina; Jl.Teuku Umar Lubuk Baja; telp/fax

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN

BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN 4.1 Faktor Strategi Eksternal 4.1.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Penentuan faktor strategi eksternal bertujuan untuk mengetahui berbagai peluang serta ancaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi The Venue Concert Hall Kota Bandung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi The Venue Concert Hall Kota Bandung. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi The Venue Concert Hall Kota Bandung. Komplek Eldorado The Family Club, Jl. Dr. Setiabudi No. 438, Bandung 40143, Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal ataupun eksternal (Anonim, 2006a). Terkait dengan beragamnya

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica Buah carica atau pepaya gunung merupakan rumpun buah pepaya yang hanya tumbuh di dataran tinggi. Di dunia, buah carica hanya tumbuh di tiga negara yaitu Amerika Latin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATANALISISKAN PENJUALAN KAMERA DSLR MERK CANON DI TOKO DIKS PHOTOGRAPHY

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATANALISISKAN PENJUALAN KAMERA DSLR MERK CANON DI TOKO DIKS PHOTOGRAPHY ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATANALISISKAN PENJUALAN KAMERA DSLR MERK CANON DI TOKO DIKS PHOTOGRAPHY Nama : Doddy Muhammad Tri Widodo Npm : 11011 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen

Lebih terperinci

BAB II STRATEGI DAN ANALISIS SWOT. likuidasi, dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang

BAB II STRATEGI DAN ANALISIS SWOT. likuidasi, dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang BAB II STRATEGI DAN ANALISIS SWOT A. Teori Strategi Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Strategi pengembangan sanitasi dirumuskan berdasarkan hasil analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) sesuai matrik analisis SWOT yang terdapat pada Lampiran

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. 5.1 Hasil dan Analisis SWOT

BAB 5 PEMBAHASAN. 5.1 Hasil dan Analisis SWOT 79 BAB 5 PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mengembangkan Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung dengan pendekatan analisis SWOT dan AHP.

Lebih terperinci

4. IDENTIFIKASI STRATEGI

4. IDENTIFIKASI STRATEGI 33 4. IDENTIFIKASI STRATEGI Analisis SWOT digunakan dalam mengidentifikasi berbagai faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis pengolahan data pada PT Tiga Desain Indonesia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dapat diketahui

Lebih terperinci

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

VI. PERUMUSAN STRATEGI

VI. PERUMUSAN STRATEGI VI. PERUMUSAN STRATEGI 6.1. Analisis Lingkungan Dalam menentukan alternatif tindakan atau kebijakan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, dibutuhkan suatu kerangka kerja yang logis. Analisis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan agroindustri di lndonesia pada umumnya belum memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu memanfaatkan berbagai peluang yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Persaingan antar organisasi bisnis yang semakin ketat beberapa dekade terakhir

BAB 2 LANDASAN TEORI. Persaingan antar organisasi bisnis yang semakin ketat beberapa dekade terakhir 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Strategi Persaingan antar organisasi bisnis yang semakin ketat beberapa dekade terakhir sebelum era Millenium baru, nampaknya akan menjadi bertambah sengit setelah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMKM KOTA PEKALONGAN 2016 DAFTAR ISI Prakata Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH "AL MIHRAB" DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT

BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH AL MIHRAB DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH "AL MIHRAB" DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT Dalam upaya pengembangan dakwah melalui jurnalistik yang telah dilakukan oleh pengelola majalah "Al-Mihrab",

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

BAB IV FORMULASI STRATEGI

BAB IV FORMULASI STRATEGI BAB IV FORMULASI STRATEGI Formulasi Strategi Korporat : Strategi korporat dirumuskan oleh manajemen tingkat atas & dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. 1. General Strategy Alternative

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT LABORATORIUM IPS. CONTACT PERSON:

ANALISIS SWOT LABORATORIUM IPS. CONTACT PERSON: ANALISIS SWOT LABORATORIUM IPS CONTACT PERSON: Untuk mewujudkan laboratorium yang bermutu perlu dilakukan analisis (identifikasi dan penilaian) berbagai faktor yang strategis yang mendukung pengelolaan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017 PRESS RELEASE LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017 Pada tanggal 1 Juni 2017, International Institute for Management Development (IMD) telah meluncurkan The 2017 IMD World

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL Mochammad Taufiqurrochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

IMC 2. Analisa pasar dengan SWOT dan BCG Matrix. Berliani Ardha, SE, M.Si. The meaning of tulips is generally perfect love.

IMC 2. Analisa pasar dengan SWOT dan BCG Matrix. Berliani Ardha, SE, M.Si. The meaning of tulips is generally perfect love. Modul ke: IMC 2 Analisa pasar dengan SWOT dan BCG Matrix Fakultas Komunikasi Berliani Ardha, SE, M.Si Program Studi Advertising & Marketing communication The meaning of tulips is generally perfect love

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi KOPI, Jakarta Kinerja industri nasional kembali menunjukkan agresivitasnya seiring dengan peningkatan permintaan pasar domestik dan adanya perluasan usaha. Capaian ini terungkap berdasarkan laporan indeks

Lebih terperinci

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi Perumusan penetapan strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Kutai Timur mengacu kepada isu strategis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Ada pengkajian yang secara teoritis menjadi landasan teori yang di rumuskan lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan

Lebih terperinci