PERENCANAAN SITE PLAN REDESIGN TAMAN SATWA TARU JURUG SURAKARTA TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN SITE PLAN REDESIGN TAMAN SATWA TARU JURUG SURAKARTA TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 PERENCANAAN SITE PLAN REDESIGN TAMAN SATWA TARU JURUG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dikerjakan oleh : BAYU BUDI PRASTOWO NIM : I PROGRAM D-III TEKNIK SIPIL INFRASTRUKTUR PERKOTAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2

3 MOTTO Tidak ada usaha yang sia-sia jika kita mau mengambil hikmah dari semua usaha. Hidup tanpa cita-cita itu mati, cita-cita tanpa usaha itu mimpi, doa tanpa usaha itu kosong, usaha tanpa doa itu sombong. Jika tidak dapat apa yang kita suka, maka belajarlah untuk menyukai apa yang kita dapat ( bersyukur), niscaya nikmat akan Allah berikan. Witing tresno jalaran soko kulino.

4 PERSEMBAHAN Tugas akhir ini penyusun persembahkan untuk: Ibu dan Bapak, untuk kasih sayang yang tak lekang oleh waktu dan pelajaran berharga dari mereka untuk berbagi, mencintai, menghargai, berbakti, serta selalu mensyukuri karunia yang telah diperoleh daripada merasa gelisah karena menghendaki lebih banyak. Dan aku merasa bersyukur karena aku terlahir ke dunia berkat mereka. S 8. Kalian adalah sahabatku yang berharga, dan aku merasa terhormat memiliki teman seperti kalian. Tolong maafkan aku, bila aku pernah meninggalkan lubang di pagar hati kalian. Kepada sahabat terimakasih atas semua bantuan yang kalian berikan selama ini kepada saya.

5 ABSTRAK Bayu Budi Prastowo Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. Tugas Akhir. Jurusan D-III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan. FT Universitas Sebelas Maret. Pembimbing Ir. Kuswanto Nurhadi, MSp. Taman Satwa Taru Jurug merupakan salah satu ikon kota Surakarta dan merupakan penyumbang retribusi yang cukup besar dalam meningkatkan vitalitas dan pendapatan kota Surakarta. Seiring berjalannya waktu citra Taman Satwa Taru Jurug sebagai ikon kota Surakarta kini mulai memudar yang ditandai dengan menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung. Untuk menyelamatkan kondisi Taman Satwa Taru Jurug yang memprihatinkan perlu dilakukan redesign secara menyuluruh pada kawasan wisata ini. Kebun binatang didesain ulang dan dikondisikan agar binatang merasa nyaman selayak berada dihabitatnya dan untuk menarik minat wisatawan berkunjung dibangun sarana rekreasi dan pendidikan baru seperti waterboom, playground, outbound, museum, perpustakaan dan lain-lain. Pendekatan fungsi ruang digunakan sebagai dasar peletakan zona-zona pada konsep desain. Melalui fungsi dapat diketahui kebutuhan yang mendukung penempatan zona. Jadi pendekatan merupakan acuan penempatan ruang-ruang yang ada danfungsi akan membentuk pola. Pola ini akan bercerita bagaimana pengunjung akan menikmati fasilitas yang ada. Hasil dari Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug adalah satwa dapat beraktivitas selayak dihabitatnya sehingga pengunjung dapat menikmati nuansa yang alami, pengunjung dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, dan dengan bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung akan meningkatkan pendapatan daerah kota Surakarta. Kata kunci : Redesign, kebun binatang, rekreasi, dan pendidikan,

6 ABSTRACT Bayu Budi Prastowo Preparation of Site Plan Redesign Taru Jurug Surakarta Animal Park. Final Project. Department of D-III Civil Engineering Urban Infrastructure. Faculty of Engineering Sebelas Maret University Surakarta. Supervising Ir. Kuswanto Nurhadi, MSp. Animal Park Taru Jurug is one of the icons of Surakarta and is a contributor to levy substantial increase vitality and revenue in the city of Surakarta. Over time the image of Taru Jurug Animal Park as an icon of the city of Surakarta now starting to fade a marked decrease in the number of tourists visiting. To save the condition of Satwa Taru Jurug Garden of concern need to be redesigned in menyuluruh in this tourist area. The zoo was redesigned and is conditioned to feel comfortable selayak animals are habitat and to attract tourists visiting built new facilities such as recreation and education waterboom, playground, outbound, museums, libraries, and others. Function space approach is used as the basis for the laying of the zones on the design concept. Through the function can know the needs that support the placement of the zone. So the approach is a reference to the placement of the spaces that exist danfungsi will form a pattern. This pattern will tell you how the visitor will enjoy the facilities. Results of Planning Site Plan Redesign Taru Jurug Animal Park is able to move selayak wildlife habitat so that visitors can enjoy the feel of a natural, guests are pampered with a range of facilities offered, and with increasing number of tourists visiting the area will increase the income of Surakarta. Keywords: Redesign, zoos, recreation, and education.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik, sebagai syarat untuk meraih gelar Ahli Madya Teknik. Atas bimbingan, saran, arahan dan segala sesuatu yang bermanfaat dalam pelaksanaan kerja praktek ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Kuswanto Nurhadi, MSP. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan selama pengerjaan tugas akhir ini. 2. Ibu Ir.Koosdaryani, MT. selaku dosen pembimbing akademik 3. Seluruh jajaran pengurus Jurusan Taknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Segenap karyawan-karyawati Perusda Taman Satwa Taru Jurug. 5. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang telah memberikan semua yang terbaik demi kelancaran selama perkuliahan dan penyusunan laporan ini. 6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa D III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan UNS angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam penyusunan laporan tuagas akhir. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan laporan ini, maka penyusun berharap dengan segala kerendahan hati untuk kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta bagi pengembangan ilmu di bidang Teknik Sipil khususnya Surakarta, 5 Juli 2011 Penyusun

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR KOMUNIKAS DAN PEMANTAUAN... iii MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Judul Proyek Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Perencanaan Manfaat Perencanaan Sistematika Penulisan Laporan Batasan Perencanaan... 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Taman Marga Satwa Pengertian Taman Margasatwa Fungsi Taman Margasatwa Faktor yang Diperlukan Hutan Kota... 10

9 Pengertian Hutan Kota Fungsi dan Manfaat Hutan Kota Tipe Hutan Kota Sejarah Taman Satwa Taru Jurug Gambaran Taman Satwa Taru jurug BAB 3 METODE PERENCANAAN 3.1. Tahap Persiapan Identifikasi Objek Perumusan Tujuan Perencanaan Observasi Lapangan Studi Pustaka Metode Pengumpulan Data Pengolahan Data Tahap Analisa dan Kesimpulan Penyusunan Laporan BAB 4 PERENCANAAN LAHAN 4.1. Kriteria Pemilhan Lahan Analisa Lahan Tata Guna Lahan Ukuran Lahan Kemiringan Lahan Sumber Air Sistem Pembuangan Pembuangan Air Hujan Saluran Kotoran Sampah Sistem Listrik Penghijauan Kebisingan... 33

10 4.3. Analisa Sirkulasi Analisa Kebutuhan Ruang BAB 5 PERANCANGAN BANGUNAN 5.1. Konsep Desain Pendekatan Perancangan Fasilitas Bangunan Zona Kenun Binatang Aves Reptilia Mamalia Pisces Ukuran Shelter Hewan Bangunan Karantina Poloklinik Hewan Gudang dan Penyimpanan Makanan Zona Pendidikan Museum Perpustakaan Greenhouse Bangunan Rekreasi Waterboom Foodcourt dan Pusat Souvenir Arena Outbound Wisata Danau Pertunjukan Hewan Playground Taman Gesang Fasilitas Penunjang Kantor Lahan Parkir... 65

11 Sarana Ibadah Lain-lain Rencana Anggaran Biaya BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Saran PENUTUP...xviii DAFTAR PUSTAKA...xix LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Retribusi Pendapatan Kota Solo Tabel 2.2. Jumlah Pengunjung Taman Satwa Taru Jurug Tabel 5.1. Ukuran Shelter Kandang Hewan Tabel 5.2. Bangunan Karantina Tabel 5.3. Poliklinik Hewan Tabel 5.4. Kebutuhan Ruang Diorama Hewan Tabel 5.5. Kebutuhan Ruang Museum Tabel 5.6. Kebutuhan Ruang Perpustakaan Tabel 5.7. Kebutuhan Ruang Fasilitas Waterboom Tabel 5.8. Kebutuhan Ruang Kantor Tabel 5.9. Rencana Anggaran Biaya Tabel Rekapitulasi... 71

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Foto Udara Taman Satwa Taru Jurug... 1 Gambar 2.1. Tampak Depan Taman Satwa Taru Jurug Gambar 2.2. Situasi Didalam Taman Satwa Taru Jurug Gambar 2.3. Fasilitas Bangunan yang Terbengkalai Gambar 2.4. Kondisi Kandang Satwa yang Tidak Terawat Gambar 2.5. Kondisi Fasilitas Umum yang Tidak Terawat Gambar 2.6. Tumpukan Sampah di Taman Satwa Taru Jurug Gambar 3.1. Diagram Alir Metodologi Perencanaan Gambar 4.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solo Gambar 4.2. Gambar Lahan Taman Satwa Taru Jurug Gambar 4.3. Kondisi Kemiringan Lahan Gambar 4.4. Sistem Distribusi Air Bersih Gambar 4.5. Akses Jalan Gambar 4.6. Sistem Entrance Gambar 4.7. Kebutuhan Ruang Kebun Binatang Gambar 4.8. Kebutuhan Ruang Rekreasi Gambar 4.9. Kebutuhan Ruang Pendidikan Gambar Kebutuhan Ruang Perawatan Gambar 5.1. Desain Kandang Aves Pemakan Buah dan Biji Gambar 5.2. Desain Kandang Aves Karnivora Gambar 5.3. Desain Kandang Ular dan Iguana Gambar 5.4. Desain Kandang Buaya Gambar 5.5. Situasi Kandang Herbivora Gambar 5.6. Desain Kandang Primata Gambar 5.7. Desain Kandang Binatang Buas Gambar 5.8. Desain Kandang Landak dan Musang Gambar 5.9. Denah Zona Pisces Gambar Denah Zona Pendidikan... 51

14 Gambar Situasi Didalam Perpustakaan Gambar Gambaran Bentuk Greenhouse Gambar Denah Waterboom Gambar Fasilitas Waterboom Gambar Denah Foodcourt dan Pusat Souvenir Gambar Gambaran Situasi Arena Outbound Gambar Denah Bangunan wisata Danau Gambar Wisata Perahu Gambar Playground Gambar Taman Gesang Gambar Gazebo... 66

15 Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai generator pertumbuhan ekonomi, bertujuan untuk meningkatkan devisa dan perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat. Tujuan lain dari pariwisata adalah untuk memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Propinsi Jawa Tengah dengan luas km² berpotensi besar di bidang kepariwisataan, baik wisata budaya, alam maupun tempat rekreasi. Propinsi Jateng dan DIY merupakan salah satu dari 10 Daerah Tujuan Wisata di Indonesia yang menempati urutan teratas setelah Bali. Kota Surakarta memiliki potensi yang sangat besar di bidang budaya dan keindahan alam. Potensi yang ada dapat dikembangkan sebagai aset untuk mewujudkan kota Surakarta sebagai kota budaya sekaligus kota wisata. Dengan adanya bandara internasional Adi Soemarmo maka keberadaan kota Surakarta merupakan salah satu pintu gerbang Internasional di Indonesia. Strategi dan kebijaksanaan pembangunan kota Surakarta tercermin dalam visi misi kota Surakarta menjadi kota tujuan wisata yang bernuansa budaya, mengingat kota Surakarta memiliki potensi wisata budaya yang beragam. Dalam melaksanakan program atau kebijaksanaan pemerintah, khususnya bidang kepariwisataan, pemerintah daerah telah mengambil langkah-langkah untuk menunjang terwujudnya kota Surakarta sebagai pintu gerbang pariwisata di Jawa Tengah. Usaha ini dikaitkan dengan perwujudan Tri Krida Utama kota Surakarta, yaitu sebagi kota budaya, kota pariwisata dan kota olah raga, yang dalam program pelaksanaanya juga ditunjang dengan program BERSERI (Bersih Sehat Rapi Indah). Selain itu usaha ini juga dikaitkan dengan visi kota Surakarta yaitu "Terwujudnya Kota Sala Sebagai Kota Budaya yang Bertumpu pada Potensi Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata, dan Olahraga Beberapa aset 1

16 Bab I Pendahuluan 2 pariwisata yang ada di kota Surakarta salah satunya kawasan wisata Taman Satwa Taru Jurug. Bila ditinjau dari sudut industri pariwisata, keberadaan aset Taman Satwa Taru Jurug yang merupakan tempat rekreasi yang berupa kebun binatang dan hutan kota sangat menunjang sarana rekreasi kota. Bila dilihat dari lokasinya, Taman Satwa Taru Jurug sangat strategis dan memiliki potensi yang tinggi, berdampingan dengan sungai Bengawan Solo dan dekat dengan Universitas Sebelas Maret serta pemukiman penduduk. Secara makro, menjadi kawasan transisi antara Jawa Timur dan Jawa Barat. Taman Satwa Taru Jurug merupakan salah satu ikon kota Solo yang memiliki nilai sejarah tinggi dan suatu wadah aktivitas edukatif-rekreatif serta memberikan retribusi cukup besar dalam meningkatkan vitalitas dan pendapatan kota Solo. Selain itu keberadaannya merupakan aset yang sangat penting karena menunjukan masyarakat Solo adalah masyarakat yang menghargai sejarah, mencintai alam, dan peduli akan masa depan. Taman Satwa Taru Jurug merupakan salah satu ikon kota Solo yang memiliki nilai sejarah tinggi dan suatu wadah aktivitas edukatif-rekreatif serta memberikan retribusi cukup besar dalam meningkatkan vitalitas dan pendapatan kota Solo. Hal tersebut nampak dari persentase retribusi pendapatan kota Solo yang dihasilkan dari Taman Satwa Taru Jurug. Lihat Tabel 1.1. Tabel 1.1. Retribusi Pendapatan Kota Solo No. Objek Persentase 1 Keraton Surakarta 3,24 % 2 Mangkunegaran 9,66 % 3 Museum Radya Pustaka 0,73 %

17 Bab I Pendahuluan 3 Lanjutan Tabel 1.1. Retribusi Pendapatan Kota Solo 4 Taman Wisata Budaya Sriwedari 21,24 % 5 Wayang Orang Sriwedari 6,16 % 6 Taman Hiburan Rakyat Sriwedari 9,43 % 7 Taman Satwa Taru Jurug % 8 Taman Wisata Balekambang 1,47 % Jumlah 100 % Sumber : Dinas Pariwisata Kota Surakarta Selain itu keberadaannya merupakan aset yang sangat penting karena menunjukan masyarakat Solo adalah masyarakat yang menghargai sejarah, mencintai alam, dan peduli akan masa depan. Namun hal tersebut masih belum terwujud, bahkan Taman Satwa Taru Jurug mengalami kemunduran atau penurunan potensi. Semua itu dapat dilhat dari kondisi satwa di Taman Satwa Taru Jurug sangat memprihatinkan, selain fasilitas yang minim, satwa juga dalam kondisi stres sehingga banyak yang mati. Diantara satwa yang mati adalah : harimau, komodo, buaya dan orangutan. Bahkan koleksi orangutan tang dinilai paling memprihatinkan di Taman Satwa Taru Jurug yaitu tinggal satu ekor. (Seto Hariwibowo, ) Jumlah pengunjung makin lama makin sedikit dan hanya ramai pada saat hari besar tertentu, dengan kata lain yang menarik perhatian adalah acara tersebut dan bukan lagi Taman Satwa Taru Jurug. Demikian pula dengan wisatawan mancanegara jumlahnya juga semakin menurun. Taman Satwa Taru Jurug sudah pendataan dari pihak pengelola Taman Satwa Taru Jurug jumlah pengunjung mengalami penurunan mulai tahun 2006 terutama di event khusus. Hanya

18 Bab I Pendahuluan 4 mengalami lonjakan jumlah pengunjung pada saat hari minggu dan hari besar. Pada hari biasa jumlah pengunjung juga mengalami penurunan, lihat Tabel 1.2. Tabel 1.2. Jumlah Pengunjung Taman Satwa Taru Jurug Tahun Anak Dewasa Jumlah Sumber : Pengelola Taman Satwa Taru Jurug Ganbar 1.1. Tampak Depan Taman Satwa Taru Jurug

19 Bab I Pendahuluan 5 Gambar 1.2. Situasi didalam TSTJ Gambar diatas menunjukan area permainan. Kondisi peralatan yang kurang terawat, banyak tempat yang belum dimaksimalkan potensinya (terbengkalai) dan kurang teratur. Kapal yang dulunya beroperasi, kini tidak lagi terpakai karena rusak. Lihat Gambar 1.2. Gambar 1.3. Situasi Fasilitas Bangunan yang Terbengkalai

20 Bab I Pendahuluan 6 Banyak lahan di Taman Satwa Taru Jurug yang terbengkalai dimana sebenarnya memiliki potensi besar untuk dioptimalkan penggunaannya. Banyak fasilitas yang kurang terawat seperti gazebo yang menghadap danau buatan, satwa air yang ditutup, pendopo yang tidak lagi terpakai, pedestrian yang rusak yang tidak sesuai degan misinya dan saluran air yang tidak terawat. Dimana sebenarnya berpotensi bagus apabila kondisinya baik dan terawat sesuai dengan visi, misi, dan tujuan dibangunnya Taman Satwa Taru Jurug. Lihat Gambar 1.3. Kondisi TSTJ saat ini memang cukup memprihatinkan, hal ini dapat terlihat pada kondisi kandang yang 90 persennya rusak. Kandang satwa yang kurang terawat dan tidak memadai sebagai habitat satwa yang bersangkutan memberikan dampak buruk dalam perawatan dan pelestarian satwa tersebut. Kandang satwa banyak yang berkarat dan rapuh, selain itu identitas tentang satwa kurang menarik dan seakan-akan hanya sekedar tempelan untuk melengkapi kandang agar tidak terkesan polos. ( Lihat Gambar 1.4. Gambar 1.4. Kondisi Kandang Satwa yang Tidak terawat

21 Bab I Pendahuluan 7 Gambar 1.5. Kondisi Fasilitas Umun yang Tidak Terawat Kenyamanan para pengunjung masih belum terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kenyamanan yang disebabkan kondisi fasilitas umum yang tidak terawat seperti toilet ( yang menimbulkan keengganan untuk menggunakannya), tempat berteduh, dan stand (tempat berjualan) yang seadanya tanpa pengaturan dan pemeliharaan. Sekitar 60 % dari keseluruhan jalan setapak yang ada di Taman Satwa Taru Jurug mengalami kerusakan yang cukup parah. Lihat Gambar 1.5. ( html).

22 Bab I Pendahuluan 8 Gambar 1.6. Tumpukan sampah di TSTJ Sampah-sampah bertebaran di kawasan Taman Satwa Taru Jurug menambah kesemrawutan Taman Satwa taru Jurug. Kurang adanya pengelolaan sampah yang baik sehingga sampah menjadi menumpuk di berbagai tempat. Lihat Gambar 1.6. Pagar pembatas di Taman Satwa Taru Jurug mengalami kerusakan, rusaknya pagar TSTJ dimanfaatkan oleh para pemancing ikan ilegal yang masuk tanpa tiket. Selain itu, akibat kerusakan pagar, banyak tanaman untuk pakan satwa juga raib.( ). Kehilangan Taman Satwa Taru Jurug sebagai aset merupakan tanda bahwa kota Solo sedang mengalami kemunduran walaupun secara pembangunan fisik, kota Solo mengalami penambahan dan perkembangan, seperti munculnya mall-mall baru dan apartemen. Kehilangan aset yang memilki nilai sejarah sama dengan kehilangan masa lalu dan hal ini berarti kota Solo telah kehilangan salah satu peradapannya. Oleh karena itu, untuk mengembalikan Taman Satwa Taru Jurug sebagai ikon kota Solo diperlukan adanya perbaikan yang menyeluruh dan pengembangan kawasan tersebut.

23 Bab I Pendahuluan 9 Namun hal tersebut masih belum terwujud, bahkan Taman Satwa Taru Jurug mengalami kemunduran atau penurunan potensi. Semua itu dapat dilhat dari Jumlah pengunjung makin lama makin sedikit. Semua itu diakibatkan karena kondisi satwa di Taman Satwa Taru Jurug kini memprihatinkan, selain fasilitas yang minim kandang 90 persennya rusak sehingga mengakibatkan satwa juga dalam kondisi stress, sehingga banyak yang mati. Hal lain yang mengakibatkan kemunduran Taman Satwa Taru Jurug adalah kondisi peralatan di Taman Satwa Taru Jurug yang kurang terawat sehingga banyak yang mengalami kerusakan.kenyamanan para pengunjungpun masih belum terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kenyamanan yang disebabkan kondisi fasilitas umum yang tidak terawat seperti toilet tempat berteduh, dan stand (tempat berjualan) yang seadanya Sampah-sampah bertebaran di kawasan Taman Satwa Taru Jurug menambah kesemrawutan Taman Satwa Taru Jurug. Pagar pembatas di Taman Satwa Taru Jurug juga mengalami kerusakan. kota Solo. Kehilangan Taman Satwa Taru Jurug sebagai aset merupakan tanda bahwa kota Solo sedang mengalami kemunduran walaupun secara pembangunan fisik, kota Solo mengalami penambahan dan perkembangan, seperti munculnya mall-mall baru dan apartemen. Kehilangan aset yang memilki nilai sejarah sama dengan kehilangan masa lalu dan hal ini berarti kota Solo telah kehilangan salah satu peradapannya. Oleh karna itu, untuk mengembalikan Taman Satwa Taru Jurug sebagai ikon kota Solo diperlukan adanya perbaikan yang menyeluruh dan pengembangan kawasan tersebut. Tugas akhir ini merupakan Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug. Bila dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah area Taman Satwa Taru Jurug merupakan area terbuka hijau. Pemakaian area sebagai kebun binatang telah sesuai dengan peruntukan area tersebut. Area ini sangat tepat bila dijadikan

24 Bab I Pendahuluan 10 sebagai ikon kota Solo, karena berada pada pintu masuk kota Solo dan dilalui jalan arteri sekunder pada bagian Selatan dan pada sisi Barat dilalui jalan kolektor sekunder. Selain itu area ini juga berada di dekat Universitas Sebelas Maret dan tepat di sisi Barat Sungai bengawan Solo. Lokasi berada pada Jl. Ir. Sutami 18, Surakarta dengan luas area ± 14,7 ha Rumusan Masalah 1. Bagaimana penyusunan site plan komplek wisata yang memenuhi standar. 2. Bagaimana penyusunan Rencana Anggaran Biaya Redesign Taman Gesang Tujuan Perencanaan 1. Mendesain site plan yang dikondisikan agar satwa dapat bergerak secara leluasa dan beraktifitas sebagaimana mestinya, pengunjung agar tidak tersesat atau kebingungan dalam mengamati seluruh area, dan menciptakan suatu kondisi agar pengunjung dapat melihat dan mengamati dengan aman dan leluasa. 2. Menyusun Rencana Anggaran Biaya Taman Gesang 1.4. Manfaat Perencanaan 1. Bagi Pemerintah a.) Memulihkan citra taman Satwa Taru Jurug sebagai ikon kota Solo b.) Mendatangkan pemasukan untuk daerah. 2. Bagi Masyarakat Kota Solo Memberikan tampat bagi masyarakat kota Solo sebagai area konservasi, rekreasi, penelitian, dan pendidikan. 3. Bagi Pendidikan Teknik Sipil Memberikan teladan bagi para mahasiswa dan orang-orang yang bergerak di bidang teknik sipil, bahwa teknik sipil tidak berbicara tentang dirinya sendiri melainkan juga lingkungannya.

25 Bab I Pendahuluan Bagi Lingkungan Menyediakan area terbuka yang diperuntukan sebagai hutan kota, tempat resapan air dan juga paru-paru kota Sistematika Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang signifikasi mengapa penelitian ini layak dan menarik untuk dilakukan, berisikan abstraksi perihal yang dibahas dalam tulisan ini, tujuan penelitian dan sistematika laporan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang landasan yang digunakan dalam pembuatan laporan tugas akhir. BAB III METODOLOGI PERENCANAAN Bab ini berisi tentang metedologi survei pengambilan data di Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. BAB IV PERENCANAN LAHAN Bab ini berisi paparan tentang kondisi lahan yang akan direncanakan.perencanaan Site Plan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. BAB V PERANCANGAN BANGUNAN Bab ini berisi tentang gambaran dan detail dari rancangan bangunan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan dari laporan Perencanaan Pengembangan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug Batasan Perencanaan Perencanaan Pengembangan Taman Satwa Taru Jurug hanya terbatas pada pembuatan site plan dan RAB.

26 Bab II Landasan Teori BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Tapak (Site Planning) Site plan merupakan tanmpak atas bangunan yang dilengkapi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan perencanaan tapak (site planning) adalah seni menata lingkungan buatan manusia dan lingkungan alamiah guna menunjang kegiatan manusia. Pengkajian perencanaan tapak (site planning) sering tersusun dalam dua komponen yang berhubungan, yaitu faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan buatan manusia. Faktor lingkungan alam merupakan suatu sistem ekologi dari air, udara, energi, tanah, tumbuhan (vegetasi), dan bentuk-bentuk kehidupan yang saling mempengaruhi dan membentuk suatu komunitas yang saling menyesuaikan diri dan berkembang bila lingkungan berubah. Kegiatan manusia merupakan bagian penting dari sistem ekologi ini. Karena itu dalam pembangunan yang menjadi persoalan ialah bagaimana mempertahankan keselarasan dan tidak melampaui kapasitas alam dari sistem tersebut guna menunjang kegiatan manusia. Suatu rancangan tapak yang baik akan meningkatkan kegiatan manusia di samping menonjolkan potensi tapak yang alami. Faktor lingkungan buatan manusia terdiri dari bentuk elemen dan struktur kota yang dibangun, meliputi struktur fisik dan pengaturan ruang serta pola-pola perilaku sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk lingkungan fisik. Kedua perspektif ini saling mempengaruhi. Seringkali dalam tata lingkungan terjadi pelanggaran faktor lingkungan alam yang disengaja. Kota memiliki berbagai sistem prasarana yang luas untuk air, energi listrik, transportasi, saluran pembuangan air hujan, sanitasi lingkungan dan sebagainya. Dalam perencanaan dan perancangan tapak dikaji bagaimana kesesuaian suatu tapak dengan berbagai sistem lingkungan binaan manusia ini. Jadi perencanaan dan perancangan tapak 12

27 Bab II Landasan Teori 13 meliputi hubungan dengan sistem alam maupun dengan sistem buatan manusia, diperkotaan maupun di lingkungan yang jauh dari perkotaan Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pemilihan Tapak 1. Luas tapak harus sesuai dibandingkan dengan luas bangunan atau fasilitas lain. 2. Tapak merupakan persil yang tidak digunakan,status lahan & ruang bebas. 3. Memiliki topografi, seperti pohon peneduh, pemandangan bagus & lereng yang menyenangkan. 4. Kualitas lingkungan (dampak proyek terhadap lingkungan sekitarnya). 5. Bahaya: Kemungkinan banjir, longsoran, kedekatan terhadap jalur kereta api, lalu lintas cepat, bantaran tinggi, perairan yang tidak terlindungi, keberadaan serangga pengganggu seperti rayap, nyamuk, muka air tanah yang tinggi sehingga menyebabkan kelembaban pada bangunan. 6. Gangguan: kedekatan terhadap pabrik, rel kereta api, bengkel, lalu lintas dan sebagainya, yang mengakibatkan gangguan suara, asap, debu, baubauan atau getaran. 7. Pertimbangan lingkungan menjadi aspek penting dalam proses perencanaan tapak, mencakup analisis iklim mikro dan makro, ekosistem dan keterkaitannya, hidrologi, vegetasi, serta kondisi tanah bawah permukaan. 8. Kesesuaian terhadap Pola Perkotaan Kesesuaian terhadap rencana tata kota yang telah disetujui, rencana sementara atau beberapa kecenderungan dalam penggunaan tanah. Penzonaan (zoning); kemungkinan perubahannya. Persetujuan dari badan-badan perencanaan setempat. Kemungkinan penutupan jalan yang ada dan pembuatan jalan baru. Akibat peraturan bangunan serta kemungkinan rencana penyesuaian. 9. Ketersediaan pelayanan kota

28 Bab II Landasan Teori 14 Pengumpulan dan pembuangan sampah. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran yang dipengaruhi oleh lokasi dan pencapaian tapak. Jalan: penerangan, pembersihan, pemeliharaan, penanaman phonon dan sebagainya. Perlindungan keamanan polusi. 10. Ketersediaan fasilitas lingkungan dan sosial Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lanscap, hardscap, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) ditetapkan dalam instruksi Mendagri no.1 tahun 2007 penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemnfaatan dan fungsinya adalah areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah pekotaan dengan besaran minimal 30% dari luas area. Tujuan penataan RTHKP adalah : 1. menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan 2. mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buata 3. meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih. Fungsi RTHKP adalah : 1. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan 2. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara 3. Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati 4. Pengendali tata air; dan 5. Sarana estetika kota.

29 Bab II Landasan Teori 15 Manfaat RTHKP adalah : 1. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah 2. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan 3. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial 4. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan 5. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah 6. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Berikut ini adalah rumus-rumus untuk mengetahui perbandingan antara wilayah terbuka dengan wilayah terbangun Tabel 2.1 Tabel Rumus Perhitungan Perbandingan Wilayah Terbangun dengan Luas lahan total Tabel 2.2 Tabel Rumus Perhitungan Perbandingan Wilayah terbuka dengan Luas Lahan Total 2.3. Taman Margasatwa Pengertian Taman Margasatwa Taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan dan dipertunjukkan kepada publik. Selain sebagai tempat rekreasi, taman margasatwa berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset dan tempat konservasi untuk satwa terancam punah. Binatang yang dipelihara sebagian besar adalah hewan yang hidup di darat, sedangkan satwa yang hidup air dipelihara di akuarium.

30 Bab II Landasan Teori 16 Dalam Arief (2001), berdasarkan surat keputusan Dirjen Kehutanan No. 20/upts/DJ/1978 tentang pedoman umum kebun binatang, bahwa kebun binatang atau taman margasatwa adalah suatu tempat dimana berbagai macam satwa dikumpulkan, diperagakan, dipelihara untuk umum dalam rangka pengadaan sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik dan mengembangkan budaya masyarakat dalam memelihara kelestarian lingkungan hidup Fungsi Taman Margasatwa Berdasarkan fungsi taman margasatwa yang telah dijadikan oleh Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia dirincikan sebagai berikut : 1. Sebagai sarana untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya masalah keanekaragaman hayati fauna di dunia dan di Indonesia. 2. Sebagai sarana konservasi jenis satwa yang langka atau terancam punah. 3. Sebagai sarana tempat penangkaran jenis-jenis satwa koleksi yang ada. 4. Sebagai sarana tempat dan obyek penelitian aspek biologi/eko logi jenisjenis satwa koleksi dalam rangka melengkapi data. 5. Sebagai sarana untuk membantu penghijauan kota berupa taman karena banyaknya jenis pepohonan yang ditanam sebagai pelindung dan habitat satwa semi alami. 6. Sebagai paru-paru kota oleh karena banyaknya jenis tumbuhan hijau sebagai produsen oksigen serta pencegah erosi dan kekeringan. 7. Sebagai sarana tempat obyek rekreasi yang edukatif, dengan mengunjungi taman satwa, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang kehidupan dan perilaku satwa yang menarik. 8. Sebagai sarana untuk membantu peningkatan kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Tobrani (1997), menyebutkan bahwa kebun binatang atau taman margasatwa merupakan sarana yang vital dari program pelestarian alam disamping fungsi-fungsi yang lain, diantaranya sebagai sarana untuk memberikan

31 Bab II Landasan Teori 17 kesempatan yang luas dalam bidang pendidikan, penelitian dan rekreasi. Dengan demikian, kebun binatang atau taman margasatwa merupakan sarana penghubung satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar, karena itu di tempat ini masyarakat dapat melihat berbagai jenis satwa liar Faktor yang Diperlukan dalam Pembinaan Taman Margasatwa 1. Bentuk-bentuk tempat satwa (kandang biasa, kandang bentuk gua, dataran, unit kandang luar, kolam air dan gedung pameran). 2. Keamanan (pagar, kandang pemisah dan pemeriksaan kandang). 3. Pelayanan teknis (tenaga ahli, perawatan dan kesehatan satwa). 4. Pelayanan masyarakat dan pembiayaan. 5. Kerja sama antara kebun binatang atau taman margasatwa Hutan Kota Pengertian Hutan Kota Rapat teknis Departemen Kehutanan (1991), hutan kota adalah suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohon di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat, flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan serta area tersebut ditetapkan oleh pejabat yang berwewenang sebagai hutan kota Fungsi dan Manfaat Hutan Kota Menurut Irwan (2005), fungsi hutan kota sangat bergantung pada komposisi dan keanekaragaman jenis dari komunitas vegetasi yang menyusunnya dan tujuan perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kita dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi berikut : 1. Fungsi Lansekap Meliputi fungsi fisik, dimana vegetasi sebagai unsure struktural berfungsi untuk perlindungan terhadap kondisi alami sekitarnya seperti angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau. Meliputi

32 Bab II Landasan Teori 18 fungsi sosial, penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik akan memberikan tempat interaksi sosial yang sangat produktif. Hutan kota bagi orang seperti penyair atau seniman yang dapat merenung dan mengkhayal sehingga dapat menjadi sumber inspirasi dan ilham. Hutan kota dengan aneka vegetasinya mengandung nilai-nilai ilmiah yang dapat menjadi laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian. 2. Fungsi Pelestarian Lingkungan, antara lain : - CO2 dalam proses fotosintesi dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan. b.) Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembapan. c.) Sebagai ruang hidup satwa. Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya. d.) Sebagai penyanggah dan perlindungan permukaan tanah dari air hujan dan angin untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi. e.) Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah. f.) Peredam kebisingan. g.) Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah seperti hujan asam, karena tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi tertentu terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. h.) Menyuburkan tanah. 3. Fungsi Estetika Erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan hubungannya dengan lingkungan sekitarnya merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas estetika. Kualitas visual vegetasi sangat penting karena tanggapan seseorang merupakan reaksi dari suatu penampakan. Hutan, selain memberikan hasil utama dan sebagai sumber air juga merupakan sarana untuk berekreasi.

33 Bab II Landasan Teori Tipe Hutan Kota Menurut Dahlan (1992), hutan kota dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe pemukiman, tipe kawasan undustri, tipe rekreasi dan keindahan, tipe pelestarian plasma nutfah, tipe perlindungan, dan tipe pengamanan. 1. Tipe Pemukiman Hutan Kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi yang dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. 2. Tipe Kawasan Industri Hutan Kota yang dikembangkan di kawasan industri hendaknya memilih jenis tanaman yang tahan dan mampu menyerap serta menyerap polutan. 3. Tipe Rekreasi dan Keindahan Rekreasi pada kawasan Hutan Kota bertujuan menyegarkan kembali kondisi yang jenuh dengan kegiatan rutin melalui sajian alam yang indah, segar, dan penuh ketenangan. (Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007) 4. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk Hutan Kota yang memenuhi kriteria ini antara lain taman hutan raya, kebun raya, an kebun binatang. Ada dua sasaran pembangunan Hutan Kota untuk pelestarian plasma nutfah, yaitu : a.) Sebagai koleksi plasma nutfah, khususnya pengembangan vegetasi secara ex-situ. b.) Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang dilindungi atau yang akan dikembangkan sesuai dengan perkembangan vegetasi. 5. Tipe Perlindungan Areal kota dengan mintakat kelima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi dan ditandai oleh adanya tebing-tebing curam ataupun daerah tepian sungai, yang perlu dijaga dengan membangun Hutan Kota agar terhindar dari bahaya erosi dan tanah longsor.

34 Bab II Landasan Teori Tipe Pengaman Hutan Kota tipe pengaman berbentuk jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Tanaman perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan karena pecah ban, patah stir atau pengemudi mengantuk.

35 Bab III Metode Perencanaan BAB III METODE PERENCANAAN Perencanaan Tugas Akhir ini dilakukan untuk optimasi pemanfaatan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. Untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan langkah-langkah penelitian yang tepat dan berurutan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan data, kemudian dilakukan analisa melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, untuk mendapatkan hasil berupa kesimpulan yang digunakan dalam penyusunan landasan program perencanaan dan perancangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara : Survey data primer (kawasan) yang berisi fenomena dalam benuk potensi dan masalah melalui pengamatan langsung (observasi), observasi lapangan, digunakan untuk memperoleh data mengenai lokasi perencanaan dan perancangan, serta data studi banding. Survey data penunjang yang berisi data-data kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan kawasan Taman Satwa Taru jurug. Wawancara pihak terkait, dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dari masyarakat dan pihak-pihak terkait, guna melengkapi data-data yang diperoleh dari studi literatur dan observasi lapangan. Studi literatur, untuk memperoleh landasan teori yang tepat sebagai pegangan dalam menganalisa data-data yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi peneliti dalam pembuktian kebenaran, analisa, dan perbaikan kesalahan yang juga berguna bagi pengembangan selanjutnya. Dalam bagian ini akan diuraikan langkah-langkah perencanaan yang akan dilakukan dalam memecahkan permasalahan, sehingga perencanaan ini dapat terselesaikan dengan baik. 21

36 Bab III Metode Perencanaan 22 Secara skematis, metodologi perencanaan ditunjukkan dalam Gambar 3.1. Mulai Identifikasi Permasalahan Perumusan Masalah dan Tujuan Perencanaan Studi Litelatur Studi Lapangan Pengamatan Kondisi Lapangan Pengumpulan Data Perhitungan dan Perencanaan Site Plan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta Pembuatan Site Plan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta Pembahasan dan Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Metodelogi Perencanaan

37 Bab III Metode Perencanaan Tahap Persiapan Identifikasi Objek Sebagai langkah awal dalam perencanaan ini, objek yang ingin dikembangkan harus diidentifikasikan secara jelas untuk menghindari kesalahan perencanaan Perumusan Tujuan Perencanaan Setelah objek teridentifikasi, maka ditentukan tujuan apa saja yang ingin dicapai dengan diadakannya peencanaan ini dan menjadikan pedoman dalam perencanaan pengembangan Taman Satwa taru Jurug sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau tempat dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan perencanaan. Dengan demikian diperoleh gambaran umum tentang objek yang akan dikembangkan Studi Pustaka Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data maupun dalam penyusunan hasil perencanaan. Studi ini dilakukan untuk memperoleh dan lebih memahami teori-teori yang berhubungan dengan perencanaan. Selain itu juga untuk mengetahui perencanaan- perencanaan terdahulu yang telah dilakukan untuk meyakinkan bahwa perencanan ini belum pernah dilakukan atau merupakan pengembangan dari perencanaan terdahulu Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data yang dimiliki oleh instansi yang langsung mengelola Taman Satwa Taru Jurug, serta pengukuran langsung di

38 Bab III Metode Perencanaan 24 lapangan sebagai perbandingan dan pelengkap. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu : 1. Metode Wawancara Didalam pelaksanaannya penulis berinteraksi dengan informan menanyakan secara langsung atau memburu informasi. Jenis wawancara yang dilakukan adalah dengan wawancara tidak terstruktur yakni dengan mengajukan secara bebas sesuai dengan informasi yang diperlukan kemudian dari hasil jawaban nara sumber dikembangkan lebih lanjut untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap. 2. Metode Observasi Metode observasi digunakan penulis untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang gambaran objek yang akan direncanakan pengembangannya. Dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan dipelajari. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah metode pengumpulan data yang paling utama yakni dilakukan dengan mempelajari dan mereview data pada dokumen milik Taman Satwa Taru Jurug Pengolahan Data Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Pada tahap mengolah data atau menganalisis data dilakukan dengan menghitung data yang ada dengan rumus yang sesuai. Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali sebagai data untuk menganalisis yang lainnya dan berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil akhir tentang pembuatan site plan tersebut. Adapun urutan dalam analisis data dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 3.1

39 Bab III Metode Perencanaan Tahap Analisa dan Kesimpulan Tahap akhir ini terdiri dari tahap analisa dan interpretasi data dan tahap kesimpulan dan saran 3.4. Penyusunan Laporan Seluruh data atau informasi primer maupun sekunder yang telah terkumpul kemudian diolah atau dianalisis dan disusun untuk mendapatkan hasil akhir yang dapat memberikan solusi mengenai Perencanaan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug Surakarta.

40 Bab IV Perencanaan Lahan BAB IV PERENCANAAN LAHAN 4.1. Kriteria Pemilihan Lahan Dasar pemilihan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solo. Lahan yang tersedia telah dipetakan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai tempat pelestarian alam. Demikian pula dengan Taman Satwa Taru Jurug yang berfungsi sebagai tempat pelestarian satwa dan tumbuhan. Lihat Gambar 4.1. Gambar 4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solo 26

41 Bab IV Perencanaan Lahan Analisa Lahan Kondisi setiap lahan tidak pernah sama. Hal ini dipengaruhi berbagai aspek. Kemiringan tanah, kondisi air, ruang hijau, pemandangan, kebisingan, dan lainlain. Konsep desain juga dipengaruhi oleh kondisi lahan Tata Guna Lahan Lahan ini tepat digunakan sebagai Taman Satwa Taru Jurug yang berfungsi sebagai wadah melestarikan satwa dan tumbuhan. Sekaligus sebagai tempat rekreasi dan bersantai Lokasi Lahan Taman Satwa Taru Jurug Terletak pada Jl. Ir. Sutami 18, Kelurahan Jebres Surakarta. Lihat Gambar 4.2. Gambar 4.2 Gambar Lokasi Taman Satwa Taru Jurug Sumber: Bakosurtanal

42 Bab IV Perencanaan Lahan Kemiringan Lahan Kemiringan lahan Taman Satwa Taru Jurug adalah ± 15 o. Dengan kondisi kemiringan menuju sungai bengawan Solo, sehingga pada saat hujan air mengalir menuju sungai, Selain itu ada juga yang menuju danau buatan. Lihat Gambar 4.3. Kemiringan Lahan Gambar 4.3. Kondisi Kemiringan Lahan Sumber : Google Earth Melihat kondisi kemiringan tanah, maka perancangan saluran air dibuat mengikuti arah kemiringan sehingga pada saat hujan area pedestrian tidak kebanjiran Sumber Air Sumber air yang digunakan adalah air PDAM dan juga dari sumur bor. Air PDAM hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air kantor. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air seluruh areal Taman Satwa Taru Jurug yang begitu besar berasal dari air sumur bor dalam.

43 Bab IV Perencanaan Lahan 29 Sistem pendistribusian air bersih yang digunakan adalah sistem downfeet. Perlengkapn yang digunakan dalam sistem ini antara lain : meter air, tandon bawah yang dilengkapi pompa yang terbagi atas masing-masing blok massa, dan tandon atas yang terletak pada kontur yang paling tinggi. Sumur Bor Tandon Atas Tandon Bawah Distribusi Pompa Tandon Bawah Tandon Bawah Distribusi Distribusi Tandon Bawah Distribusi Gambar 4.4. Sistem Distribusi Air Bersih Sumber: Novi Dian 2010 Sistem pendistribusian air bersih dibuat seperti bagan diatas karena jarak lahan ini memiliki kontur yang miring Dari tandon tas inilah pendistribusian air dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih secara downfeet ke tandon-tandon bawah yang tersebar disetiap blok massa dengan menggunakan pompa dan dialirkan ke tempat yang membutuhkan Sistem Pembuangan Pembuangan Air Hujan Dalam pembangunan kawasan wisata aspek harus diperhatikan adalah tersedianya prasarana drainase yang mampu menjamin kawasan tersebut tidak tergenang air pada waktu musim hujan. Di kawasan Taman Satwa Taru Jurug saluran terletak di sisi luar bangunan atau di samping jalan lingkungan yang saling berhubungan dan dialirkan ke sungai atau danau buatan. Pada setiap 15 m di saluran drainase

44 Bab IV Perencanaan Lahan 30 terdapat sumur resapan air hujan dengan diameter dalam 70 cm, tebal 15 cm. Sumur tersebut terdiri dai 5 lapisan dengan masing-masing kedalaman 40 cm dan setiap lapisan diisi dengan batu kali. Dinding saluran drainase tersebut terbuat dari bahan beton dengan lebar dasar saluran 40 cm dan kedalaman 75 cm Saluran Kotoran Kotoran buangan dari kloset yang berupa limbah padat dialirkan melalui pipa pembuangan untuk kemudian disalurkan ke septictank. Pipa pembuangan secara horizontal memiliki kemiringan 2% dari jarak horizontal yang ditempuh Sampah Sistem pembuangan sampah dari bangnan, akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu pembuangan sampah yang dihasilkan manusia dan sampah yang dihasilkan hewan. Pembuangan sampah yang dihasilkan manusia termasuk sampah yang dibuang oleh pengunjung. Untuk sampah jenis ini telah disediakan tempat sampah yang berada di area sirkulasi para pengunjung. Sistem pembuangan yang diplih adalah sistem pembuangan kolektif oleh petugas kebersihan, untuk kemudian ditampung terlebih dahulu dan dibuang ke TPA. Sampah dari kotoran binatang, untuk sampah jenis ini akan dibersihkan oleh petugas kebun binatang. Sebagian akan dibakar ditempat pembakaran yang telah disediakan dan sebagian akan diolah menjadi pupuk Sistem Listrik Pada prinsipnya distribusi listrik ke tiap bangunan bersumber dari PLN. Dari gardu PLN yang terletak pada bangunan gardu induk, dari sini dihubungkan ke mesin trafo kemudian didistribusikan melalui panel control.

45 Bab IV Perencanaan Lahan 31 Pada proyek ini ruang panel terdapat di dekat area kantor pengelola. dari panel induk listrik dialirkan ke tiap gedung, pada tiap zona massa terdapat satu ruang panel Penghijaun Kondisi eksisting Taman Satwa Taru Jurug memiliki jenis tanaman yang sangat bervariasi. pepohonan peneduh, tanaman obat-obatan, dan lain-lain. Fungsi - kota Solo. Perancangan bangunan akan lebih baik bila tidak menumbangkan tanaman yang ada tetapi justru mengikuti pola tanaman. Namun bila terpaksa tanaman tersebut bisa direlokasi atau diganti tanaman baru pada tempat yang berbeda Kebisingan Tingkat kebisingan pada sisi Barat site lebih rendah, disebabkan hanya digunakan sebagai jalan lokal. Tingkat kebisingan pada sisi Selatan sangat tinggi, disebabkan digunakan sebagai jalan arteri sekunder. Jadi sebaiknya peletakan satwa pada sisi utara yang jauh dari kebisingan, karena satwa peka terhadap suara dan mempengaruhi proses perkembangbiakan Analisa Sirkulasi Kondisi lahan strategis karena dilalui 2 jalan, yaitu jalan utama dengan lebar 12 m berada di sisi Selatan dan jalan sekunder dengan lebar 6 m berada di sisi Barat. Lihat Gambar 4.5.

46 Bab IV Perencanaan Lahan 32 Jalan Sekunder Jalan Utama Gambar 4.5. Akses Jalan Sumber : Google Earth Bila arah masuk melalui jalan utama dan keluar melalui jalan sekunder, maka keuntungannya adalah tidak terjadi crossing. namun kekurangannya pada jalan sekunder akan menjadi ramai bahkan bisa menyebabkan kemacetan. Bila arah masuk lokasi melalui jalur utama dan keluar melalui jalan yang sama pada sisi yang berbeda. Kelebihannya tidak terjadi croosing karena berupa jalur satu arah. Selain itu entrance lebih terlihat, karena berada pada jalan utama.

47 Bab IV Perencanaan Lahan 33 Masuk Keluar Gambar 4.6. Sistem entrance Sumber : Google Earth Jadi sebaiknya arah masuk dari jalan utama yang berada pada sisi Selatan. Perancangan arah masuk berdasarkan kenyamanan kendaraan yang masuk dan keluar agar tidak terjadi crossing serta tidak terjadi kemacetan lalu lintas Analisa Kebutuhan Ruang Berdasarkan hasil analisa dan kebutuhan, Taman Satwa Taru Jurug memerlukan ruang-ruang yang memiliki fungsi tertentu. Pada zona kebun binatang terbagi atas empat sub zona, yaitu mamalia, aves, reptil, dan pisces. Lihat Gambar 4.7.

48 Bab IV Perencanaan Lahan 34 Mamalia Zona Kebun Binatang Aves Reptil Pisces Gambar 4.7. Kebutuhan Ruang Kebun Binatang Pada zona rekreasi terbagi atas zona waterboom, outbound, pemancingan, foodcourt, galeri seni, pertunjukan, dan playground. Lihat Gambar 4.7. Waterboom Outbound Wisata Danau Zona Rekreasi Food court Pusat Souvenir dan Cinderamata Pertunjukan Playground Gambar 4.8. Kebutuhan Ruang Rekreasi

49 Bab IV Perencanaan Lahan 35 Zona pendidikan difungsikan untuk menunjukan koleksi yang ada di Taman Satwa Taru Jurug dan mempelajari lebih dalam mengenai aneka flora dan fauna sekaligus sebagai sarana pembelajaran tentang pengawetan. Zona pendidikan terdiri atas ruang perpustakaan, museum, diorama hewan, diorama tumbuhan, greenhouse, dan lab. pengawetan. Lihat Gambar 4.9. Perpustakaan Museum Diorama Hewan Zona Pendidikan Diorama Tumbuhan Greenhouse Lab. Pengawetan Gambar 4.9. Kebutuhan Ruang Pendidikan Pada zona keempat terdapat zona perawatan satwa yang terdiri atas klinik hewan, ruang karantina, dan gudang serta penyimpanan makanan. Klinik Zona Perawatan Karantina Gudang dan Penyimpanan Makanan Gambar Kebutuhan Ruang Perawatan

50 Bab IV Perencanaan Lahan 36 Bagian terakhir adalah fasilitas pendukung yang terdiri dari kantor, lahan parkir, sarana ibadah, rumah pompa, jalan, taman, toilet, gudang, pos keamanan, dan lain-lain.

51 Bab V Perancangan Bangunan BAB V PERANCANGAN BANGUNAN 5.1. Konsep Desain Kenyamanan satwa beraktivitas selayak dihabitatnya dan pengembangan kawasan menjadi suatu objek wisata yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung menjadi konsep utama dalam Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug Surakarta. Hal ini tidak lepas dari kondisi kawasan yang sangat memiliki potensi apabila dikembangkan Pendekatan Perancangan Pendekatan fungsi ruang digunakan sebagai dasar peletakan zona-zona pada konsep desain. Melalui fungsi dapat diketahui kebutuhan yang mendukung penempatan zona. Jadi pendekatan merupakan acuan penempatan ruang-ruang yang ada danfungsi akan membentuk pola. Pola ini akan bercerita bagaimana pengunjung akan menikmati fasilitas yang ada. Karena bangunan kebun binatang ini terletak pada lahan yang cukup luas sehingga pola pengaturan sirkulasi harus diperhatikan. Selain itu, karena lahan yang dipakai masih cukup asri, maka pola penataan sirkulasi harus dibuat sedemikian rupa agar tidak membingungkan dan dapat membuat orang merasa nyaman. Pola yang akan digunakan pada perancangan ini adalah pola linier. Pola linier mengarahkan pengunjung untuk menikmati seluruh area. Kelebihan pola ini bagi pengunjung yang pertama kali berkunjung tidak perlu takut untuk tersesat. Dengan demikian pengunjung dapat menikmati fasilitas dengan bebas satu per satu ataupun hanya fasilitas yang diinginkan saja, ditambah lagi pengunjung 37

52 BabV Perancangan Bangunan 38 hanya membayar untuk fasilitas yang digunakan saja dan bukan hanya membayar satu kali diawal untuk menikmati seluruh fasilitas Fasilitas Bangunan Fasilitas bangunan yang ada pada proyek dibagi dalam banyak massa, sesuai dengan karakter dan fungsi setiap massa yang ada. Berikut adalah program dan luasan ruang pada perencanaan bangunan redesign Taman Satwa Taru Jurug Zona Kebun Binatang Aves Koleksi hewan golongan aves yang terdapat pada Taman Satwa Taru Jurug sebagian besar merupakan golongan pemakan tumbuh-tumbuhan atau biji-bijian. Namun ada juga yang merupakan pemakan daging (karnivora) seperti : elang, burung hantu, gagak, dan Rajawali. Oleh karena itu, kandang aves didesain 2 massa bangunan dimana massa bangunan pertama didesain untuk berbagai ordo aves pemakan tumbuhan dan biji-bijian serta yang kedua untuk ordo karnivora. Golongan ordo pemakan biji dan buah ditempatkan dalam suatu kubah berdiameter 56 m dan setinggi 20 m, mereka berada dalam suatu bangunan yang memiliki ekosistem. Habitatnya yang bermacam-macam seperti danau, rawa, padang rumput, dan pepohonan diolah menjadi satu kesatuan habitat yang saling menunjang. kandang ini didesain agar satwa memperoleh makanan dari lingkungannya sendiri, melalui pepohonan yang telah disediakan. Tetapi juga disediakan makanan dari pihak pengelola dengan menggunakan sistem teknologi berupa alat yang mampu mengeluarkan biji-bijian jenis tertentu pada waktu tertentu. Alat ini dipasang dipepohonan yang telah direncanakan dan dioperasikan melalui sistem komputer.

53 BabV Perancangan Bangunan 39 Massa bangunan yanag kedua didesain untuk aves yang memakan daging (karnivora). Kandang ini didesain mendekati kondisi habitatnya walaupun dalam keadaan terbatas dan tidak sebebas kandang aves jenis pemakan biji buah. Sistem pemberian makan dengan memasukan makanan alami dari hewan tersebut seperti ular atau tikus yang menjadi makanan dari elang. Namun tidak sepenuhnya semua makanan berasal dari hewan hidup, ada kalanya pegelola memberikan daging segar karena tidak mudah untuk mencari makanan alami yang biasa di buru hewan penghuni kandang ini. Pada zona kandang aves ini area pengunjung untuk mengamati dibuat 2 view, yaitu view dari sudut pandang manusia dan dari sudut pandang burung yang berada ( 8 m pada tingkat 1 dan 10 m pada tingkat 2 ) dari permukaan tanah yang terdiri dari 4 buah tower. Tujuannya agar pengunjung dapat mengamati sedekat mungkin dan menyajikan suasana yang berbeda. Namun hal ini hanya bisa diterapkan pada kandang aves pemakan biji dan buah-buahan, karena bila diterapkan pada aves golongan karnivora dikhawatirkan akan membahayakan pengunjung. Kubah Tower Potongan A-A Gambar 5.1. Desain Kandang Aves Pemakan Buah dan Biji

54 BabV Perancangan Bangunan 40 Jalan Tower Tampak Atas Gambar 5.1. Desain Kandang Aves Pemakan Buah dan Biji Kubah Potongan A-A Jalan Tampak Atas Gambar 5.2. Desain Kandang Aves Karnivora

55 BabV Perancangan Bangunan Reptilia Pada zona reptilia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu buaya, ular, dan iguana. Kandang golongan buaya terbagi atas beberapa jenis disesuaikan dengan ordo buaya yang ada. Demikian pula dengan golongan ular, dan iguana. Kandang buaya didesain seperti habitatnya, yaitu rawa-rawa lengkap dengan ilalang atau tumbuhan air dan batang pohon ditengah rawa. Dimana biasanya buaya berendam untuk mendinginkan badan dan berburu mangsanya. Sistem pemberian makan melalui pintu air yang dirancang khusus sebagai akses untuk memasukan bebek atau ikan dan lain-lain. Mereka memperoleh makanan hidup sehingga serasa hidup di habitat asalnya. Kandang ular didesain sesuai dengan jenis ularnya, ada ular yang melilit pada dahan pohon, bersembunyi pada ilalang, ataupun berada pada pasir seperti halnya ular gurun. Dari pihak pengelola memberi makanan berupa tikus atau ayam dalam keadaan hidup, sehingga ular dapat memburu mangsanya. Pada setiap jenisnya disediakan kandang berukuran 6 x 4 m 2 dengan dinding terbuat dari bahan kaca. Kandang iguana didesain lebih dominan dengan aksen bebatuan dan pepohonan yang tumbang. Hewan ini tergolong paling tidak berbahaya dibandingkan dengan ular dan buaya. Interaksi antara satwa dan pengunjng bersifat lebih terbuka, namun disediakan area privasi untuk masa kawin, melahirkan, dan membesarkan anaknya. Pada setiap jenisnya disediakan kandang berukuran 6 x 4 m 2 dengan dinding terbuat dari bahan kaca.

56 BabV Perancangan Bangunan 42 5 m 1,5 m 6 m 1,5 m Gambar 5.3. Desain Kandang Ular dan Iguana Sirkulasi Pengunjung Pagar Batas Pengunjung Area Berjemur Buaya Kolam Buatan Area Shelter Pintu Masuk Petugas Kebun Binatang Gambar 5.4. Desain Kandang Buaya Sumber:

57 BabV Perancangan Bangunan Mamalia Dalam perencanaan pembuatan site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug zona mamalia terbagi atas 3 zona, yaitu karnivora, herbivora, dan primata. Untuk jenis herbivora tidak ada desain khusus dalam pembuatan kandangnya. Karena hewan jenis ini cenderung tidak berbahaya maka hewan ini dilepaskan pada suatu area tertentu dengan luasan tertentu yang telah didesain dengan aksen pepohonan, rumput, dan semak agar mereka merasa nyaman dan serasa berada pada habitatnya. Untuk keamanan pengunjung diberikan batas berupa pagar setinggi 2 m dan tentunya berbeda pada kandang gajah. Untuk kandang landak dan musang memiliki desain tersendiri karena bila dilepas bebas dikhawatirkan akan hilang. Pengunjung dan hewan juga dapat berinteraksi langsung dengan ditemani oleh petugas pada waktu tertentu untuk sekedar mengelus atau memberi makan. Lihat Gambar 5.5. Zona primata yang dulunya sangat memprihatinkan disulap menjadi kandang satwa yang lelusasa dan bebas bagi para primata. Paara primata bebas bergelantungan pada pohon yang telah disediakan dan jauh dari kesan terkekang dalam jeruji besi. Walaupun dikelilingi air, petugas bisa mengakses area satwa untuk member makan dan membersihkan kandang dengan melewati jembatan yang telah didesain khusus agar dapat dinaikan dan diturunkan sesuai kebutuhan. Lihat Gambar 5.6.

58 BabV Perancangan Bangunan 44 Pagar Pembatas 150 cm Gambar 5.5. Situasi Kandang Herbivora 50 cm Sumber : Google Zona karnivora terdiri atas berbagai jenis satwa diantaranya singa, harimau, dan beruang. Mereka ditempatkan dalam kandang yang terpisah, karena memiliki kecenderungan untuk saling menyerang dalam jenis yang berbeda. Jenis ini ditempatkan pada kandang yang cukup luas sesuai dengan pola aktivitasnya. Kandang untuk singa dan berbagai jenis harimau berukuran 30 x 20 m 2 dan untuk beruang berukuran 20 x 20 m 2. Pengunjung dapat melihat satwa jenis ini yang berativitas dengan bebas dan jauh dari keadaan terkekang. Tentunya keamanan pengunjung juga diperhatikan, walaupun bebas namun antara pengunjung dan satwa dibatasi oleh air yang mengelilingi area satwa dan tembok setinggi lebih dari 4 m. Pola pemberian makan dimasukan melalui jalur khusus makanan yang telah direncanakan sebelumnya. Lihat Gambar 5.7.

59 BabV Perancangan Bangunan 45 Batas Pengunjung Air Areal Tanah Air Batas Pengunjung 100 cm 80 cm 220 cm 200 cm 3 m 15 m 3 m 2 m 3 m 15 m 3 m 2 m Air Area Vegetasi Area Bermain Hewan 4 m Shelter 4 m Jembatan Pintu Masuk Petugas Kebun Binatang Gambar 5.6. Desain Kandang Primata Sumber :

60 BabV Perancangan Bangunan 46 Batas Pengunjung Air Areal Tanah Air Batas Pengunjung 100 cm 80 cm 220 cm 200 cm 3 m 30 m 3 m 2 m 3 m 20 m 3 m 2 m Area Vegetasi Area Bermain Hewan 36 m Air 4 m 4 m 1 m Shelter Pintu Masuk Petugas Kebun Binatang Gambar 5.7. Desain Kandang Binatang Buas Sumber :

61 BabV Perancangan Bangunan 47 4 m 1,5 m 4 m 1,5 m Gambar 5.8. Desain Kandang Landak dan Musang Sumber : Pisces Zona Pisces menempati area seluas 4194 m 2. Untuk ikan air laut penyajiannya didesain seperti berada dibawah laut, namun sesungguhnya pengunjung melihat empat akuarium seluas 1000 m 2 ( 4 x 250 m 2 ). Ekosistem air laut dibuat lengkap dengan terumbu karang dan tanaman laut. Untuk jenis ikan laut tentunya memerlukan penanganan khusus karena perlu adanya pengaturan kondisi air baik suhu, ph, maupun kadar garam. Sedangkan untuk ikan air tawar disediakan kolam-kolam penampungan ikan pada bagian yang berbeda dengan ikan air laut. Terdapat empat kolam dengan luas masing-masing 250 m 2. Pengunjung dapat melihat koleksi ikan yang berada pada kolam yang diberi pagar pembatas.

62 BabV Perancangan Bangunan 48 Kolam Ikan Air Tawar Kantor Pengelola Aquarium Ikan Laut Pintu Masuk dan Loket 2 Luas Area ( 4194 m ) Gambar 5.9.Denah Zona Pisces Ukuran Shelter Kandang Hewan Luasan Ruang kandang hewan berdasarkan standart Taman Satwa Taru Jurug, dan luasan ini merupakan ukuran minimal satwa agar dapat beraktivitas dengan nyaman. Lihat Tabel 5.1. Tabel 5.1.Ukuran Shelter Kandang Hewan Per Ekor Hewan P (m) L (m) T (m) Gajah Beruang Macan Singa Rusa Onta Kuda Kanguru Banteng Primata Sumber : pengelola Taman Satwa Taru Jurug

63 BabV Perancangan Bangunan 49 Ukuran diatas hanyalah ukuran untuk shelter saja, sedangkan ruang gerak hewan shelter Bangunan Karantina Bangunan ini dirancang untuk menampung satwa sementara, baik karena sakit atau bila ada koleksi baru. Lihat Tabel 5.2. Tabel 5.2. Bangunan Karantina Jenis Satwa Ukuran Satwa Kapasitas (spesimen) Luas per Specimen (m 2 ) Total Luasan (m 2 ) Mamalia Besar Sedang Kecil Reptilia Besar Sedang Aves Besar Sedang Pisces Sirkulasi 30% 165 Luas Total Poliklinik Hewan Ruangan yang dirancang untuk hewan yang sakit. Namun pada kondisi darurat pemeriksaan dan pengobatan dapat dilakukan di kandangnya. Kebutuhan ruang poliklinik hewan dapat dilihat di Tabel 4.3.

64 BabV Perancangan Bangunan 50 Tabel 5.3. Poliklinik Hewan Nama Ruangan Luasan Ruang (m 2) Laboratorium Air Susu 15 Pemeriksaan Kotoran 15 Ruang Opname Aves 25 Mamalia 25 Reptilia 25 Rung Operasi 25 Ruang Bayi Hewan 25 Klinik 24 Ruang Farmasi 16 Ruang Steril 10 Ruang Tamu 12 Ruang Servis Lavatory 12 Gudang 12 Ruang Karyawan 30 Toilet 6 Sirkulasi 30% 84 Luas Total Gudang dan Penyimpanan Makanan Gudang dan penyimpanan makanan digunakan untuk tempat penyimpanan makanan serta alat-alat yang berhubungan dengan satwa. Luasan ruang direncanakan 100 m Zona Pendidikan Bangunan ini berada dalam satu komplek, yang terdiri dari perpustakaan, museum (didalamnya terdapat diorama hewan dan tumbuhan), dan laboratorium pengawetan. Selain itu terdapat greenhouse pada tempat yang berbeda.

65 BabV Perancangan Bangunan 51 Toilet Gudang Kantor Pengelola Lab Pengawetan Greenhouse Ruang Baca Buku Ruang Diorama Hewan Ruang Seminar 2 Perpustakaan ( 450 m ) Ruang Buku dan Loby Ruang Diorama Tumbuhan 2 Museum ( 788 m ) 2 Greenhouse ( 700 m ) Loby 2 Zona Bersama ( 202 m ) Gambar Denah Zona Pendidikan Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat dan mengkomunikasikan berdasarkan penelitian dari benda-benda yang merupakan bukti konkret dari proses pengembangan kebudayaan. Di museum, masyarakat dapat memperoleh tempat berekreasi sambil mendapatkan informasi mengenai ilmu dan kejadiankejadian yang terdapat dalam kehidupan manusia dan lingkungan.masyarakat masih memandang museum sebagai suatu tempat atau lembaga yang bersuasana statis, berpandangan konservatif atau kuno, mengurusi benda-benda kuno kalangan elite untuk kebanggaan dan kekaguman semata. Bangunan museum memang terkesan menyeramkan karena kemegahannya, dan kadang agak kurang terurus. Namun seharusnya hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat untuk tidak mengunjungi museum. Karena dibalik kekakuannya, museum juga memperkenalkan proses perkembangan sosial budayaa dari suatu lingkungan

66 BabV Perancangan Bangunan 52 kepada masyarakat. Masyarakat juga bisa menggunakan museum sebagai sarana belajar, selain sebagai tempat rekreasi. Tabel 5.4. Kebutuhan Ruang Diorama Hewan Jenis Satwa Ukuran Kapasitas Luas (m 2) Mamalia Besar 2 6 m2 12 Sedang 5 4 m2 20 Kecil 10 1 m2 10 Reptilia Sedang 10 3 m2 30 Kecil 18 1 m2 18 Aves 40 1 m2 40 Pisces 20 1 m2 20 Luas Total 150 Tabel 5.5 Kebutuhan Ruang Museum Nama Ruangan Kapasitas Luas (m 2 ) Lobby 50 Ruang Staff Diorama Hewan 150 Diorama Tumbuhan 150 Lab. Pengawetan 100 Ruang Seminar 100 Gudang 15 Toilet 4 10 Sirkulasi 30% 193 Luas Total 838 Museum berperan penting dalam Taman Satwa Taru Jurug, karena menunjukan gambaran koleksi yang ada didalam Taman Satwa taru Jurug. disini pengunjung

67 BabV Perancangan Bangunan 53 dapat belajar mengenai flora dan fauna yang terdpat dalam Taman Satwa Taru Jurug. Didalam museum terdapat berbagai fasilitas, diantaranya diorama hewan, diorama tumbuhan, laboratorium pengawetan, ruang seminar, toilet, dan lain-lain. Luasan museum yang direncanakan adalah 1100 m 2. Kebutuhan ruang untuk seminar dengan asumsi pengunjung kebun binatang yang diharapkan >2000/hari. Jumlah yang masuk ruangan ini diperkirakan 5%, maka direncanakan terdapat 1unit ruangan kapasitas 50 kursi dan 2 x pemakaian / hari dengan luasan ruang sekitar 100 m 2. Untuk kebutuhan diorama tumbuhan tidak dijelaskan secara spesifik, namun direncanakan memerlukan luasan lahan hampir sama dengan kebutuhan diorama hewan yaitu 150 m 2. Sedangkan kebutuhan luasan ruang untuk laboratorium pengawetan 158 m 2. Namun pada pengaplikasiannya dibangun lebih luas dari rencana Perpustakaan Perpustakaan menyediakan berbagai koleksi buku yang berkaitan dengan duni flora dan fauna, sejarah kota Solo, serta ilmu pengetahuan lan. Dalam perpustakaan terdapat berbagai fasilitas diantaranya ruang baca, ruang buku dan staff, ruang nformasi, dan toilet.

68 BabV Perancangan Bangunan 54 Tabel 5.6. Kebutuhan Ruang Perpustakaan Nama Ruangan Kapasitas Luas (m 2 ) Ruang Baca Ruang Buku 100 Kantor staff dan Informasi 80 Toilet 4 12 Sirkulasi 30% 123 Luas Total 445 Gambar Situasi Didalam Perpustakaan Sumber : Greenhouse Greenhouse digunakan sebagai sarana penelitian dan pengembangan serta budidaya tanaman langka. Direncanakan membutuhkan luasan lahan sekitar 700 m 2.. Didalam greenhouse terdapat berbagai jenis tanaman dari Sabang sampai

69 BabV Perancangan Bangunan 55 Merauke. Disini juga dilakukan riset-riset mengenai tanaman untuk mendapatkan varietas baru yang unggul. Gambar Gambaran Bentuk Greenhouse Sumber : Google Bangunan Rekreasi Fasilitas yang direncanakan untuk memanjakan pengunjung Taman Satwa Taru Jurug diantaranya waterboom, foodcourt, pusat souvenir dan cinderamata, arena outbound, wisata danau, pertunjukan hewan, dan playground Waterboom Wisata air yang satu ini sangatlah cocok dibangun di wilayah kota Solo yang panas. Ditambah lagi belum terdapat banyak kolam renang di pusat kota Solo. Pada bagian kolam direncanakan terdapat fasilitas untuk kolam renang anak, kolam renang dewasa, kamar ganti dan ruang bilas untuk pria dan wanita, cafe, kantor petugas, loket, dan taman. Ditambahkan pula perosotan dan bak ember raksasa yang akan menumpahkan air setiap beberapa menit.

70 BabV Perancangan Bangunan 56 Tabel 5.7. Kebutuhan Ruang Fasilitas Waterboom Nama Ruangan Luas (m 2 ) Kolam Anak < 5 tahun 1025 Kolam Dewasa 3120 Kamar Ganti dan Ruang Bilas 240 Cafe 240 Kantor Petugas 80 Loket dan Pintu Masuk 40 Taman 1580 Jalan Dan lain-lain 1841 Total Luas 8166 Lokasi Taman Satwa Taru Jurug yang sangat strategis diharapkan banyak wisatawan yang berkunjung menikmati fasilitas ini, terutama wisatawan dari dalam kota dan para mahasiswa dari kampus-kampus yang berada tak jauh dari tempat ini. Dari berbagai macam fasilitas waterboom yang paling diharapkan menyedot wisatawan selain daya tarik dari kebun binatang.

71

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan pariwisata sebagai generator pertumbuhan ekonomi telah diketahui oleh insan pariwisata, sehingga harapan sektor pariwisata sebagai andalan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap Planning atau perencanaan merupakan suatu gambaran prakiraan dalam pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering disebut Taman Jurug adalah obyek wisata yang terletak di tepian sungai Bengawan Solo dengan luas lahan 13.9 Ha, memiliki

Lebih terperinci

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat pembudidayaan dan wisata penangkaran buaya dirancang berangkat dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi t'r - PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2OO5 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA U M U M Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Pemilihan Tapak. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Pemilihan Tapak. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Pemilihan Tapak Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina A., ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia Designer Edi M. Pribadi,

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN TAMAN WISATA JURUG SURAKARTA

PENATAAN KAWASAN TAMAN WISATA JURUG SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN TAMAN WISATA JURUG SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : NE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas

Lebih terperinci

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebun Binatang Surabaya merupakan salah satu destinasi wisata kota yang paling

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang : a. bahwa dalam upaya menciptakan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

dipengaruhi oleh faktor-faktor peninggalan sejarah. Dari Peninggalan sejarah yang berbentuk fisik tampak adanya pengaruh kuat yang dominan pada

dipengaruhi oleh faktor-faktor peninggalan sejarah. Dari Peninggalan sejarah yang berbentuk fisik tampak adanya pengaruh kuat yang dominan pada Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang to 1.1.1 Umum Berbagai langkah kebijaksanaan pemerintah daerah Surakarta telah dilakukan dalam mengembangkan tempat kepariwisataan terhadap daerahdaerah yang

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka konsep dasar yang diambil adalah konsep keterbukaan, hal ini didasarkan atas keterkaitan konsep

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Yogyakarta yang memiliki banyak predikat yang membuat nama Yogyakarta terkenal, antara lain adalah sebagai kota pendidikan, banyak tempat tempat untuk belajar di kota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu

Lebih terperinci

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Kota Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara wilayah Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah TINJAUAN PUSTAKA 1. Lanskap Sekolah Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Menurut Hubbard dan Kimball (1917) dalam Laurie

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. 'Jurug Educational, Conservation and Recreation Park'

PUBLIKASI ILMIAH. 'Jurug Educational, Conservation and Recreation Park' PUBLIKASI ILMIAH 'Jurug Educational, Conservation and Recreation Park' Redesain Taman Satwa Taru Jurug Sebagai Sarana Edukasi dan Rekreasi Serta Konservasi Satwa Disusun sebagai Pemenuhan dan Pelengkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman BAB VI HASIL PERANCANGAN 1.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Eduwisata Kakao di Glenmore Banyuwangi mempunyai dasar tema Arsitektur Ekologis dengan mengacu pada ayat Al-quran. Tema Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SITEPLAN ASRAMA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA TUGAS AKHIR

PERENCANAAN SITEPLAN ASRAMA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN SITEPLAN ASRAMA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA TUGAS AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi DIII Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Lingkungan perkotaan identik dengan pembangunan fisik yang sangat pesat. Pengembangan menjadi kota metropolitan menjadikan lahan di kota menjadi semakin berkurang,

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

PUSAT FOTOGRAFI YANG BERSIFAT FLEKSIBEL DI BANTUL, YOGYAKARTA

PUSAT FOTOGRAFI YANG BERSIFAT FLEKSIBEL DI BANTUL, YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT FOTOGRAFI YANG BERSIFAT FLEKSIBEL DI BANTUL, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI SARJANA

Lebih terperinci

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo JURNAL edimensi ARISTEKTUR Vol. 1, No. 1 (2012) 1-6 1 Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo Penulis: Yusak Budianto, dan Dosen Pembimbing: Ir. Irwan Santoso, M.T.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU Cecep Kusmana Guru Besar Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan desain pengembangan kawasan Agrowisata berdasarkan analisis perancangan. Konsep perancangan tersebut di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN Perancangan Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun berangkat dari semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sarana rekreasi baik yang bersifat rekreatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,

Lebih terperinci

Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya Berbasis Isu Sirkulasi

Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya Berbasis Isu Sirkulasi JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 227 Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya Berbasis Isu Sirkulasi Irviandy Setyanto dan Bambang Soemardiono Departemen

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun MINGGU 4 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun Lingkungan Alamiah Dan Buatan Manusia Para dipahami

Lebih terperinci