V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan. Lingkungan internal perusahaan terdiri atas beberapa faktor yang semuanya berada di bawah kendali perusahaan. Beberapa faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan diantaranya: manajemen, pemasaran, keuangan, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen Manajemen Fungsi manajemen dalam suatu perusahaan terdiri atas lima aktivitas pokok, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan (David, 2009). Aspek Manajemen dan Organisasi digunakan untuk meneliti kesiapan sumber daya manusia yang akan menjalankan usaha tersebut. Bisnis yang dijalankan akan berhasil bila dijalankan oleh orang-orang yang profesional juga artinya yang benar-benar ahli dibidangnya masing-masing. Hal ini akan dilakukan mulai dari perencananaan, pelaksanaan, sampai dengan pengendaliannnya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya. Sebgaimana halnya perusahaan lain, UKM PWN untuk mengembangkan bisnisnya memiliki visi dan misi perusahaan. Visinya yaitu Menjadi produsen utama minyak akar wangi yang memenuhi standar internasional di Indonesia. Dari awal terbentuknya visi dan misi tersebut, maka pihak manajemen sudah mulai merumuskan strategi yang akan digunakan, kebijakan perusahaan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai. UKM PWN ini sudah memiliki struktur organisasi, akan tetapi masih bersifat tradisional dan sederhana. UKM ini dipimpin oleh seorang direktur utama yang berperan sebagai manajemen operasional dibawah control management seorang komisaris. Dalam pelaksanannya sendiri direktur utama memimpin beberapa orang direksi, yaitu direksi pemasaran, keuangan, dan operasional. Ratarata pendidikan para direksi adalah S1. Untuk para pekerja lapangan (mulai dari pekerja kebun sampai dengan pekerja di bagian penyulingan) memiliki rata-rata pendidikan SR atau setara dengan SD. Kendala yang dimiliki UKM PWN ini yaitu belum adanya SDM atau tenaga ahli yang bisa mengendalikan laboratorium dan belum ada bagian tetap penelitian dan pengembangan. Selain itu SDM nya pun belum cukup terlatih, hal ini tampak dari kualitas akar wangi dan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan. Sebenarnya UKM PWN ini sudah memiliki SOP dalam pelaksanaan operasional produksinya, namun karena SDM nya belum terlatih, maka penerapan SOP menjadi terhambat, pada akhirnya kualitas minyak yang dihasilkan pun kurang optimal. Untuk menghadapi kendala dan kelemahan SDM diatas, pihak manajemen memanfaatkan bantuan pemerintah maupun DAI untuk memberikan penyuluhan kepada petani-petani akar wangi dan para pekerja mengenai pentingnya SOP dan pentingnya penerapan SOP. Selain itu, dalam beberapa minggu biasanya pihak manajemen selalu berkumpul untuk mengadakan rapat dan mengevaluasi kinerja para pekerja, akan tetapi walaupun sudah dilakukan pembinaan dan penyuluhan terhadap para petani, para petani sulit untuk menerima pembinaan itu, hal itu dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu: faktor kebiasaan, para petani yang sudah biasa menggunakan sistem penanaman yang tradisional, cukup mengandalkan pengalamannya, permintaan pasar (akar wangi selalu dapat dijual walaupun kualitasnya kurang bagus, hal ini karena banyaknya permintaan), adat istiadat, dan alasan klasik yang berhubungan dengan modal. 36

2 5.1.2 Pemasaran Pemasaran yang dilakukan oleh UKM PWN dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Pemasaran di dalam negeri lebih berfokus pada pemasaran kerajinan akar wangi (handycraft), sedangkan pemasaran di luar negeri bertujuan untuk memenuhi permintaan minyak akar wangi. Minyak akar wangi Indonesia yang berasal dari Garut sudah dikenal di pasaran internasional dengan brand java vetiver oil. Promosi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan brosur, mengikuti berbagai kegiatan pameran baik nasional maupun internasional, dan menampilkan profil perusahaan di website lembaga-lembaga pemerintahan yang terkait dan website DAI. Menurut Direktur Utama, H. Ede Kadarusman, UKM PWN ini sudah pernah melakukan ekspor secara langsung, namun hanya beberapa kali saja. UKM PWN ini sudah pernah melakukan ekspor secara langsung ke Negara India. Dalam pelaksanannya, ada beberapa kendala yang dihadapi, terutama menyangkut masalah harga jual minyak akar wangi. Seharusnya harga minyak akar wangi yang diekspor secara langsung ke negara pengimpor bisa menghasilkan keuntungan yang lebih besar, dibandingkan dengan memasarkan minyak melalui eksportir dalam negeri. Hal ini karena jalur tataniaganya menjadi lebih pendek. Akan tetapi pada kenyataannya, ada beberapa pihak eksportir dalam negeri yang tidak ingin tersaingi oleh para UKM dalam melakukan pemasaran ekspor. Oleh karena itu, para eksportir berlomba-lomba untuk menawarkan harga minyak akar wangi ke negara pengimpor dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh UKM PWN ini, sehingga pada akhirnya konsumen lebih memilih membeli minyak akar wangi kepada para eksportir. Hal ini jelas sangat merugikan pihak penyuling dan pengusaha UKM, karena disini ada permainan harga oleh pihak eksportir. Selain karena persaingan dengan para eksportir, kendala yang dihadapi UKM PWN dalam melakukan pemasaran ekspornya adalah keterbatasan informasi terhadap akses pasar luar negeri, baik itu ditinjau dari segi harga, kualitas, maupun pembeli sehingga kemampuan ekspor langsungnya masih lemah. Adapun progaram kegiatan pemasaran yang dilakukan UKM PWN adalah sebagai berikut: 1) Mengikuti program-program kegiatan yang diadakan oleh pihak pemerintah melalui dinas terkait seperti Dinas Deperindag dan Dinas Pertanian dan Perkebunan, seperti temu bisnis antar produsen dan eksportir, 2) Mengikuti kegiatan ekspo atau pameran komoditi agro yang memiliki agenda tetap tiap tahunnya, 3) Mengikuti program pelelangan komoditi agro yang berlangsung di Jalan Sampurna No.1, Bandung. Kegiatan ini dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan tepatnya setiap hari Rabu awal dan hari Rabu akhir bulan, 4) Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka pemasaran produk minyak akar wangi dengan sistem lelang integrasi yang bekerjasama dengan PT. Triwirasa Tataguna untuk melakukan sistem pelelangan tertutup minyak akar wangi. Adapun kegiatan pelelangan ini dilaksanakan di Show Room PT.Triwirasa Tataguna yang bertempat di Jl. Ir. H Juanda No. 151, Bekasi Keuangan Kondisi keuangan seringkali diangap sebagai ukuran tunggal terbaik posisi kompetitif perusahaan dan daya tariknya bagi investor. Menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi sangat penting untuk merumuskan strategi secara efektif. Faktor keuangan sering mengubah strategi yang ada dan menggeser rencana penerapan (David, 2009). UKM PWN saat ini memiliki kondisi keuangan yang kurang terstruktur. Hal ini karena UKM PWN belum melakukan pencatatan keuangan dan pembukuan keuangan secara terstruktur, sehingga menyulitkan penulis dalam memperoleh data. Selama ini UKM PWN mendapatkan bantuan modal berupa kredit dari inkubator Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) IPB. 37

3 Bantuan kredit yang diberikan yaitu sebesar Rp 250,000,000 selain itu UKM PWN juga menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan seperti Bank untuk pinjaman modal. Pendapatan UKM PWN dari tahun ke tahun tidak menentu, tergantung dari permintaan pembeli dan harga minyak akar wangi saat itu. Data pendapatan UKM PWN dari tahun dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data pendapatan UKM PWN No Tahun Pendapatan Bersih Rp Rp Rp Total Rp Sumber : Internal Pulus Wangi Nusantara (2006) Biaya pengeluaran perusahaan terbagi menjadi dua bagian, yaitu biaya investasi tetap, dan biaya investasi modal kerja. Rincian biaya pengeluaran baik investasi tetap maupun investasi modal kerja dapat dilihat pada Lampiran Produksi - Operasi Menurut David (2009), fungsi produksi atau operasi suatu bisnis mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa. Proses pembuatan minyak akar wangi ini dimulai dengan karakterisasi bahan baku akar wangi yaitu dilihat kadar air dan kadar minyaknya. Langkah berikutnya dilakukan poses preparation atau persiapan bahan baku yaitu mencakup proses pembersihan, pengeringan dan pencacahan. Akar wangi yang sudah dibersihkan, dikeringkan dan dicacah kemudian dimasukkan ke dalam ketel penyulingan dengan kapasitas ton bahan baku kering dengan suhu yang telah disesuaikan. Kemudian akar wangi siap disuling. Rendemen yang dihasilkan dari kapasitas ton akar wangi bisa menghasilkan sekitar 4-7 kg minyak akar wangi hal ini sangat tergantung dari kualitas akar wangi yang digunakan. Proses destilasi ini berlangsung selama jam tergantung tekanan suhu (bar) yang digunakan, semakin kecil bar yang digunakan maka akan semakin lama proses destilasi berlangsung namun kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan akan semakin baik dan sebaliknya. Setelah proses penyulingan kemudian masuk ke proses kondensasi atau pendinginan, lalu masuk lagi ke tahap pemisahan minyak dengan air. Tahap terakhir yaitu analisis mutu minyak dan kemudian dilakukan proses pengemasan dan penyimpanan. Bahan bakar yang digunakan dalam proses ini yaitu oli bekas untuk satu kali proses produksi biasanya menghabiskan 300 liter oli bekas. Untuk menunjang proses produksinya, UKM PWN memiliki bebrapa fasilitas, yaitu berupa ketel penyuling dua buah dengan kapasitas masing-masing ton, laboratorium, dan memiliki lahan perkebunan sendiri untuk pasokan bahan bakunya selain menjalin kerjasama dengan para petani. Aspek lain yang dilihat dari produksi yaitu penentuan lokasi, layout gedung dan ruangan serta teknologi yang digunakan. Lokasi yang menjadi perhatian adalah lokasi yang akan dijadikan pusat operasional bisnis perusahaan, lokasi pabrik dan lokasi gudang. Demikian pula dengan penentuan layout gedung dan layout ruangan juga akan dinilai. Penelitian mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan, antara lain kedekatan dengan bahan baku, sumber tenaga kerja, lembaga keuangan, pemerintahan, pelabuhan atau pertimbangan lainnya. UKM PWN sendiri memilih layout pabrik yang dekat dengan lokasi penanaman akar wangi agar mempermudah dalam proses pengangkutan, sumber tenaga kerja, dan membuat pabrik yang cukup jauh dari pemukiman penduduk, hal ini untuk menghindari pencemaran yang diakibatkan oleh limbah dari proses penyulingan tersebut. Kemudian 38

4 mengenai penggunaan teknologi yang digunakan meliputi berbagai pertimbangan, yaitu menggunakan teknologi padat karya atau teknologi padat modal. Artinya jika menggunakan teknologi padat karya, maka akan membutuhkan banyak sekali jumlah tenaga kerja, namun jika yang digunakan adalah teknologi padat padat modal justru sebaliknya tidak terlalu membutuhkan jumlah tenaga kerja dalam jumlah yang banyak namun diperlukan modal yang tidak sedikit dalam pengadaan teknologi yang akan digunakan. UKM PWN sendiri memilih sistem padat karya, hal ini disesuaikan dengan kondisi UKM Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan di UKM Pulus Wangi Nusantara belum berjalan secara optimal, hal ini karena keterbatasan tenaga ahli dan keterbatasan peralatan di laboratoriumnya. Jadi laboratorium disini masih belum digunakan secara optimal. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya sendiri, UKM PWN menggunakan jasa dari litbang lain dan menjalin kerjasama dengan lembagalembaga uji mutu dalam melakukan pengujian kualitas minyak dan pengembangan produknya. Menurut David (2009), litbang dalam organisasi memiliki dua bentuk dasar yaitu litbang internal dan litbang kontrak. Litbang kontrak ini dilakukan dengan perekrutan peneliti independen atau kerjasama dengan lembaga independen untuk mengembangkan produk baru. UKM ini menggunakan sistem litbang kontrak. Sejauh ini perusahaan melakukan diversifikasi produk berupa minyak dengan kualitas yang berbeda sesuai kebutuhan konsumen, kerajinan tangan dari akar wangi, dan aplikasi akar wangi terhadap produk pangan seperti kopi akar wangi Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sistem informasi merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu perusahaan. Sistem informasi yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk menunjang kegiatan internal dan eksternal perusahaan tersebut, terutama untuk menunjang pengambilan keputusan manajerial. Tujuan sistem informasi manajemen adalah meningkatkan kinerja sebuah bisnis dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Dengan demikian SIM yang efektif mengumpulkan, mengodekan, menyimpan, menyintesis, dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga mampu menjawab berbagai pertanyaan operasi dan strategi. Inti sistem informasi adalah basis data yang berisi beragam dokumen dan data yang penting bagi manajer (David, 2009). Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor sistem informasi, UKM PWN ini belum memiliki sistem informasi manajemen yang cukup memadai. UKM PWN ini baru sampai pada tahap pembukuan saja dan pengumpulan informasi penting yang terkait secara sederhana. Pembukuan perusahaan pun tidak dilakukan secara rutin, dengan demikian data-data perusahaan tidak semuanya up date, dan tentunya hal ini sangat menyulitkan perusahaan dalam mengambil keputusan secara berdasar. UKM ini pun tidak memiliki website perusahaan, akses informasi secara online hanya melalui saja yaitu 5.2 PERUMUSAN KEKUATAN DAN KELEMAHAN Hasil analisis dari lingkungan internal perusahaan, dapat dirumuskan faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan tersebut. Manfaat dari adanya rumusan kekuatan dan kelemahannnya ini, diharapkan perusahaan dapat lebih mengoptimalkan kekuatan yang dimilikinya dan mengurangi kelemahannya. Rumusan kekuatan dan kelemahan UKM Pulus Wangi Nusantara dapat dilihat pada Tabel 7. 39

5 Tabel 7. Hasil rumusan kekuatan dan kelemahan UKM PWN Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Manajemen Struktur organisasi masih tradisonal, SDM, dan skill pekerja belum cukup terlatih Pemasaran Telah memenuhi persyaratan ekspor (secara administratif) Keterbatasan informasi akses pasar Keuangan Keterbatasan modal Produksi/Operasi Memiliki lahan perkebunan sendiri untuk pasokan bahan bakunya Penelitian Pengembangan Sistem Manajemen dan Informasi Adanya diversifikasi produk Tersedianya fasilitas berupa laboratorium atau finansial Kontinuitas produksi yang belum stabil Teknologi yang digunakan masih bersifat semi tradisional Pembukuan dan pengumpulan informasi masih dilakukan secara sederhana 5.3 ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL Analisis Lingkungan Jauh 1. Politik Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi, deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi. Faktor-faktor politik, pemerintahan, dan hukum, karenanya dapat merepresentasikan peluang atau ancaman utama baik bagi organisasi kecil maupun besar. Perubahan-perubahan dalam hukum paten, undangundang antitrust (undang-undang yang menentang penggabungan industri-industri), tarif pajak, dan aktivitas lobi dapat memberi pengaruh signifikan pada perusahaan (David, 2009). Adanya badan khusus yang menangani minyak atsiri yaitu Dewan Atsiri Indonesia (DAI) telah mendorong pengembangan pengolahan minyak atsiri. Tujuan dari pembentukan Dewan ini adalah menjadi wadah koordinasi para stakeholder yang berkecimpung dalam perminyakatsirian, baik swasta maupun pemerintah. Selain adanya DAI sebagai fasilitator bagi para UKM, dukungan lain yaitu datang dari pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun daerah. Dukungan yang diberikan yaitu berupa bantuan baik itu dalam bentuk penyuluhan, lahan dan bangunan, serta peralatan dan laboratorium. 40

6 Kebijakan pemerintah pusat mengenai pajak yang diatur dalam PP No. 7 Tahun 2007 menyatakan bahwa barang hasil pertanian yang bersifat strategis (termasuk di dalamnya adalah atsiri) yang atas impor dan atau penyerahannya dibebaskan dari pajak pertambahan nilai. Hal ini tentunya sangat meringankan beban pengusaha minyak akar wangi dalam menjalankan bisnisnya. Disamping kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung usaha penyulingan minyak akar wangi bagi para UKM ini, ada juga kebijakan pemerintah yang sedikit menghambat UKM Penyulingan minyak akar wangi. Adanya kebijakan pemerintah pada akhir tahun 2005 tentang mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dengan menaikkan harga BBM lebih dari 100 persen telah menempatkan para penyuling di ambang kehancuran. Biaya membeli minyak tanah sebagai bahan bakar utama penyulingan naik lebih dari dua kali lipat, sementara harga minyak akar wangi kerap tak menentu dan tidak mengalami kenaikan. Kondisi semakin sulit tatkala banyak penyuling yang ditangkap polisi gara-gara membeli minyak tanah dalam jumlah besar. Aturan pembatasan pembelian menjadi tembok penghalang bagi penyuling yang membutuhkan 350 liter minyak tanah untuk sekali menyuling selama lebih kurang 24 jam. Dampaknya kini dari 30 penyuling akar wangi di Garut, 20 di antaranya kolaps. Lahan akar wangi seluas hektar yang tersebar di empat kecamatan pun menyusut menjadi sekitar hektar. Mereka yang masih bertahan menyiasati persoalan bahan bakar ini dengan memakai solar atau oli bekas sebagai bahan bakar. Upaya efisiensi bahan bakar dengan menaikkan temperatur dan mempersingkat lama pembakaran membuat minyak akar wangi gosong karena disuling dengan tekanan 5-6 bar dalam waktu lebih singkat, hal ini mengakibatkan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan menjadi kurang bagus. Selain hal diatas, adanya Surat Keputusan (SK) Bupati Daerah Tingkat II Garut No. 520/SK 196-HUK/96 memutuskan bahwa areal penanaman akar wangi di Kabupaten Garut dibatasi yaitu seluas ± 2400 Ha yang meliputi wilayah Samarang (1200 Ha), Bayongbong (250 Ha), Cilawu (200 Ha), dan Leles (750 Ha). Hal ini tentu saja menyulitkan para pengusaha penyulingan minyak akar wangi, mengingat terbatasnya areal penanaman akar wangi yang ujunganya akan terjadi persaingan dalam memperoleh bahan baku. Perebutan bahan baku antar sesama penyuling mengakibatkan pasokan bahan baku untuk penyuling semakin berkurang dan berakibat pada tidak kontinunya produksi minyak akar wangi yang dihasilkan. 2. Ekonomi Perkembangan minyak akar wangi Indonesia dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Volume ekspor minyak akar wangi Indonesia dari tahun tahun 2002 sampai dengan 2006 dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 8. Volume dan nilai ekspor minyak akar wangi Tahun Volume Ekspor (Kg) Nilai Ekspr (US $) Sumber : BPS

7 Fluktuasi minyak akar wangi terutama disebabkan oleh mutu minyak akar wangi yang tidak sesuai dengan permintaan pasar (tidak seragam dan mutu rendah), hal ini dikarenakan adanya kebijakan pemerintah mengenai kenaikan bahan bakar minyak tanah dan konversi minyak tanah ke gas. Naiknya harga bahan bakar minyak tanah, tidak berpengaruh terhadap harga jual minyak akar wangi di pasaran internasional, sehingga walaupun biaya produksi meningkat akibat kenaikan bahan bakar, harga minyak akar wangi tidak ikut meningkat dan hal ini tentunya merugikan para penyuling minyak akar wangi. Hal inilah yang membuat para penyuling menaikan tekanan selama proses penyulingan yang bertujuan untuk mempersingkat waktu penyulingan dan menghemat bahan bakar. Akibatnya kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan menjadi kurang bagus. Selain terjadinya fluktuasi volume permintaan minyak akar wangi, terjadi pula fluktuasi harga minyak akar wangi. Hal ini tentu sangat merugikan pihak petani dan penyuling minyak akar wangi. Kendala ketidakstabilan permintaan minyak akar wangi serta ketidakstabilan harga minyak akar wangi di pasar internasional menyebabkan ketidakstabilan permintaan dan harga minyak akar wangi didalam negeri yang kemudian tentunya membuat permintaan dan harga terna akar wangi menjadi tidak stabil pula. Hal ini disebabkan industri akar wangi Indonesia sangat tergantung pada pasar internasional mengingat lebih dari 90% produksi minyak akar wangi Indonesia diekspor dan posisi Indonesia yang hanya sebagai price taker dipasar internasional. Kondisi permintaan dan harga minyak dan terna akar wangi didalam negeri yang sangat fluktuatif ini menyebabkan keuntungan usahatani akar wangi serta keuntungan usaha agroindustri penyulingan akar wangi menjadi fluktuatif dan rendah (Indrawanto et al., 2007). Tingkat keuntungan yang fluktuatif dan rendah ditambah belum terdapatnya varietas unggul akar wangi dengan produktivitas dan kadar minyak tinggi serta kurangnya pembinaan terhadap petani dan pengusaha akar wangi menyebabkan petani tidak menerapkan teknologi budidaya anjuran dan penyuling akar wangi tidak menerapkan teknologi penyulingan anjuran. Hal ini mengakibatkan produktivitas usaha tani dan efisiensi agroindustri penyulingan menjadi rendah dan tentunya mengakibatkan semakin rendahnya pendapatan yang diterima petani dan penyuling akar wangi. Akibat lebih lanjut akses petani dan pengusaha penyuling akar wangi terhadap sumber modal dari lembaga keuangan menjadi lemah, yang mengakibatkan semakin menurunkan kinerja industri akar wangi Indonesia. Kurs mata uang merupakan salah satu faktor yang penting dalam perdagangan Internasional. Standar mata uang yang digunakan dalam jual beli minyak atsiri yaitu ditetapkan dengan USD atau Dollar Amerika. Jika kurs atau nilai tukar dollar terhadap rupiah meningkat, maka para pengusaha minyak akar wangi akan mendapatkan harga sesuai dengan yang diharapkan, dan sebaliknya. Jika kurs atau nilai tukar dollar terhadap rupiah menurun, maka harga minyak akar wangi akan ikut turun, sehingga merugikan pengusaha minyak akar wangi. Sejauh ini belum ada kebijakan dan aturan khusus yang mengatur penetapan harga minyak atsiri dalam hal ini minyak akar wangi ketika menghadapi kondisi seperti diatas. Oleh karena itu, pihak pemerintah, DAI, dan para pengusaha minyak akar wangi perlu untuk melakukan suatu kesepakatan dan perjanjian dengan pihak negara pengimpor, sehingga harga minyak akar wangi diharapkan akan tetap stabil. Dilihat dari sisi ekonomi, dengan adanya UKM PWN ini memberikan manfaat yang besar terutama dalam penciptaan lapangan kerja untuk masyarakat sekitar. Selain itu, dengan peningkatan kapasitas produksi maka otomatis akan meningkatkan penerimaan daerah, dan meningkatkan ekspor minyak akar wangi Indonesia. 42

8 3. Sosial Budaya Perubahan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar dan konsumen. Organisasi-organisasi kecil, besar, laba dan nirlaba di semua industri dikejutkan dan ditantang oleh peluang dan ancaman yang muncul dari perubahan dalam variabel sosial, budaya, demografis, dan lingkungan. Dalam hampir segala hal, dunia saat ini sangat berbeda dibandingkan kemarin, dan esok menjanjikan perubahan yang lebih besar lagi (David, 2009). Tersedianya sarana dan prasarana seperti jalan, listrik, telepon, air, tempat kesehatan, tempat wisata, sarana pendidikan, dan sarana olah raga di Daerah Samarang, Garut membuat UKM PWN memiliki posisi strategis dalam membangun tempat usahanya. UKM PWN secara umum memiliki infrastruktur yang baik untuk menunjang pengembangan usahanya. Hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan usaha penyulingan minyak akar wangi yaitu aspek lingkungannya. Dampak lingkungan merupakan analisis yang paling dibutuhkan pada saat ini, karena setiap usaha yang akan dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap lingkungan disekitarnya, baik untuk lingkungan darat, air, maupun udara yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan-tumbuhan yang ada di sekitarnya. Apalagi sekarang ini para importir minyak akar wangi sangat memperhatikan kondisi penyulingan minyak akar wangi dan dampak dari penyulingan tersebut terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil pengamatan, UKM PWN menghasilkan tiga macam limbah dari proses produksi minyak akar wanginya, yaitu limbah cair berupa air dari hasil proses pemisahan minyak dan air, dan dari sisa penyulingan, limbah padat berupa ampas akar wangi (akar wangi dari hasil penyulingan), dan limbah gas berupa asap hitam dari proses pembakaran dengan menggunakan oli bekas. Untuk limbah cair sendiri karena tidak berbahaya, maka penanganannya langsung di alirkan ke sungai. Penanganan terhadap limbah padat dilakukan dengan memanfaatkan limbah tersebut untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kompos, dan kerajinan tangan. Untuk limbah gas belum ada penanganan secara khusus, akan tetapi hal ini tidak mengganggu aktivitas para warga. Hal ini karena pemilihan lokasi yang cukup baik dan cukup jauh dari lingkungan warga, sehingga hal ini tidak mengakibatkan pencemaran terhadap warga sekitar. Dampak positif lain yang bisa diambil dari penanaman akar wangi terhadap aspek lingkungan yaitu sifat perakaran akar wangi yang rimbun dan tumbuh lurus ke dalam tanah, banyak digunakan sebagai penahan erosi, penahan terhadap kandungan logam berat, dan salinitas, dapat tumbuh pada ph yang luas (3-11.5) sehingga dapat digunakan untuk merehabilitasi fisik dan kimia tanah yang telah rusak (Truong, 2002). Kebutuhan dunia terhadap minyak akar wangi yang cukup besar yaitu diakibatkan oleh semakin meningkatnya populasi penduduk dunia disertai dengan pengembangan jumlah industri parfum dan kosmetik di dunia. Peningkatan populasi penduduk dunia dapat dilihat pada Gambar 14. Tabel 9 menampilkan kebutuhan importir terhadap minyak akar wangi per tahunnya. 43

9 Gambar 14. Pertumbuhan populasi penduduk dunia (Demmo, 2011) Tabel 9. Kebutuhan dunia terhadap minyak akar wangi per tahun No Negara Importir Volume (Ton) Amerika Serikat Perancis Jepang Jerman Italia Belanda Spanyol Swiss Inggris Negara-negara sosialis Negara-negara lainnya Total 250 Sumber : Santoso dan Hieronymus (1993) Minyak akar wangi Indonesia yang sudah dikenal dengan brand Golden Java Vetiver Oil (memiliki kandungan vetiverol yang cukup bagus, yaitu ± 50%) membuat minyak akar wangi Indonesia semakin dikenal di pasaran Internasional. Hal inilah yang menjadi salah satu daya tarik pembeli terhadap minyak akar wangi Indonesia, karena dulu minyak akar wangi Indonesia terkenal dengan kualitas yang bagus dan sudah memiliki brand java vetiver oil. 4. Teknologi Kekuatan teknologi merepresentasikan peluang dan ancaman besar yang harus dipertimbangkan dalam perumusan strategi. Kemajuan teknologi bisa secara dramatis mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, konsumen, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif organisasi (David, 2009). Teknologi yang digunakan oleh UKM PWN masih tergolong semi tradisonal. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses penyulingan minyak akar wangi cukup sederhana, yaitu terdiri atas ketel penyuling yang terbuat dari stainless, pipa dan bak pendingin, dan tungku atau alat untuk proses pembakaran. Ketel di UKM PWN berjumlah dua buah dan setiap ketel memiliki bak pendingin. Luas bak pendingin yaitu 4m 2 dengan ketinggian 2 m. Kapasitas ketel yaitu ton. Selain alat tersebut, alat lain yang digunakan yaitu wadah untuk menampung minyak, kompresor, alat pengepres dan kain penyaring. Sebenarnya sudah ada mesin 44

10 penyuling dengan menggunakan boiler, namun untuk saat ini mesin tersebut tidak digunakan karena sedang mengalami kerusakan. Sistem penyulingan yang dilakukan di UKM PWN yaitu sisetem penyulingan uap air atau sering dikenal dengan sebutan sistem kukus dengan menggunakan bahan bakar oli bekas. Penyulingan dengan sistem uap air relatif lebih maju dibandingkan dengan sistem penyulingan air. Prinsip kerja yang dilakukan dimulai dengan pengisian air sampai batas saringan terhadap ketel penyulingan. Bahan baku diletakkan diatas saringan sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air. Penyulingan ini disebut penyulingan tidak langsung. Air yang menguap akan membawa partikel-pertikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke alat pendingin sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercampur minyak atsiri tersebut akan mencair kembali. Selanjutnya dialirkan ke alat pemisah untuk memisahkan minyak astiri dari air. Kulitas yang dihasilkan dari proses penyulingan sistem kukus ini lebih baik jika dibandingkan dengan penyulingan air. UKM PWN ini dalam melakukan proses penyulingannya belum sepenuhnya mengaplikasikan SOP dan GMP. Hal ini dapat dilihat dari tekanan yang digunakan dalam proses penyulingan minyak di UKM PWN yaitu sebesar 4-5, walaupun ada beberapa proses penyulingan minyak yang dilakukan dengan tekanan 2-3 bar. Hal ini sengaja dilakukan untuk membedakan kualitas minyak yang dihasilkan. Minyak yang dibuat dengan tekanan 2-3 bar akan menghasilkan minyak dengan kualitas yang premium (kualitas 1), sedangkan minyak dengan tekanan 4-5 bar menghasilkan minyak dengan kualitas regular (kualitas 2). Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses penyulingan minyak akar wangi di UKM PWN dapat dilihat pada Lampiran Analisis Lingkungan Industri 1. Ancaman Pendatang Baru Dalam sebuah persaingan industri, tentu saja selalu ada kemungkinan masuknya pesaing atau pendatang baru, apalagi mengingat bisnis yang dijalankan masih memiliki peluang dan pangsa pasar yang besar. Sebagaimana diketahui bahwa permintaan dunia terhadap minyak akar wangi sekarang ini berkisar antara ton/tahun, akan tetapi negara produsen minyak akar wangi dunia belum bisa mencukupi permintaan dunia tersebut. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 9 baru sekitar 150 ton/tahun negara produsen dunia bisa mencukupi kebutuhan atau sekitar 50% permintaan dunia baru terpenuhi. Oleh karena itu, peluang tersebut bisa menarik para pebisnis baru untuk masuk ke bisnis minyak akar wangi ini. Untuk di Garut sendiri, peluang munculnya pesaing baru sangat kecil, hal ini karena berkaitan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Garut yang telah menetapkan lahan areal penanaman akar wangi dan lokasi penyulingan minyak akar wangi. Dilihat sifat dan kegunaan utama minyak akar wangi sebagai fixative, hanya industri-industri tertentu saja yang berpeluang muncul untuk menyaingi para pengusaha minyak akar wangi, diantaranya yaitu industri minyak nilam, industri minyak cendana, ataupun industri fixative buatan. Hal ini karena karakter khas yang dimiliki minyak akar wangi yang memang sampai saat ini pun belum ada produk substitusi alami ataupun sintetisnya. 45

11 2. Persaingan dalam Industri Akar wangi di Indonesia dihasilkan di beberapa daerah, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur, namun kualitas akar wangi terbaik dihasilkan dari Jawa Barat, khususnya daerah Garut. Sentra industri penyulingan minyak akar wangi sendiri di Indonesia hanya berada di Garut yang meliputi daerah Leles, Cilawu, Bayongbong, dan Samarang. Persaingan yang terjadi di daerah Garut tidak terlalu mencolok, hal ini karena kebanyakan di Garut industri-industri yang berkembang adalah industri kecil menengah. Daftar sentra IKM penyulingan minyak akar wangi di Garut menurut Departemen Perindustrian Garut (2010) yaitu sebanyak 24 unit usaha, yang mana 24 unit usaha itu terdiri atas empat wilayah, yaitu: Leles memiliki empat unit usaha, Samarang memiliki sembilan unit usaha, Cilawu memiliki lima unit usaha, dan Bayongbong memiliki enam unit usaha. Dari keempat wilayah diatas, maing-masing wilayah sudah memiliki alat penyulingan bermesin. Untuk wilayah Leles memiliki 12 unit mesin penyulingan, wilayah Samarang memiliki 11 unit mesin, wilayah Cilawu memiliki dua buah unit mesin, dan wilayah Bayongbong memiliki lima unit mesin penyulingan. Pada dasarnya alat penyuling yang digunakan di hampir setiap UKM sama, yaitu dengan menggunakan alat penyuling yang masih bersifat tradisional. Hanya beberapa UKM saja yang menggunakan alat penyuling dengan teknologi boiler. Kualitas minyak ayang dihasilkan dari setiap UKM berbeda-beda tergantung dari teknologi yang digunakan, dan perlakuan selama proses penyulingan. UKM Pulus Wangi Nusantara ini menghasilkan minyak dengan kualitas yang berbeda-beda tergantung permintaan dari pembeli. Persaingan yang sering terjadi diantara sesama penyuling adalah dalam memperoleh bahan baku akar wangi, karena salahsatu masalah utama dalam memproduksi minyak akar wangi adalah keterbatasan pasokan bahan baku. Oleh karena itu UKM PWN menjalin kerjasama dengan para kelompok tani, baik kelompok tani daerah Samarang, Cilawu, Bayongbong, dan Leles untuk memperlancar pasokan bahan baku akar wanginya. UKM PWN ini merupakan salahsatu usaha penyulingan minyak akar wangi yang cukup eksis dan dikenal oleh para eksportir. Bahkan UKM PWN sudah pernah melakukan ekspor secara langsung, karena UKM ini sudah berbadan hukum. Jadi disamping sebagai UKM biasa, UKM PWN pun merupakan salahsatu eksportir minyak akar wangi. Oleh karena itu, pesaing UKM ini juga mencakup para eksportir-eksportir minyak akar wangi yang berada di Jakarta yang juga merupakan perusahaan eksportir besar. Tentu saja jika dibandingkan, maka para eksportir yang berada di Jakarta lah yang lebih kompeten, karena eksportir tersebut memiliki kelebihan seperti: informasi akses pasar yang memadai, modal yang cukup besar, teknologi yang digunakan (adanya alat penjernih minyak akar wangi yang tidak dimiliki para penyuling di Garut), dan para eksportir ini leluasa dalam melakukan pengaturan harga minyak akar wangi di Garut, sehingga haraga minyak akar wangi yang diterima oleh para penyuling dan petani di Garut kurang begitu sesuai dengan yang diharapkan. Untuk lingkup internasional, pesaing luar produsen minyak akar wangi Indonesia dapat dilihat pada Tabel

12 Tabel 10. Negara pengekspor minyak akar wangi No Negara Produksi per tahun (ton) Pemenuhan kebutuhan (%) 1 Indonesia , Haiti RRC Angola ,33 5 Pulau Reunion/Bourbon India Kongo Republik Malagasi Brazil 10 4 Total Sumber : BPEN Jakarta Dari beberapa negara diatas, yang sampai sekarang menjadi pesaing terbesar Indonesia yaitu negara Haiti dan Bourbon. Kualitas minyak akar wangi Haiti di pasaran internasional sudah terkenal dengan kualitas yang sangat bagus dan belum ada minyak akar wangi dari negara manapun yang mengalahkan kualitas minyak akar wangi dari Haiti. Hal ini karena teknologi yang digunakan oleh Haiti jauh lebih canggih dibandingkan dengan Indonesia, selain itu pada proses produksi minyak akar wangi di Haiti dilakuakn proses aging. Proses ini merupakan proses penyimpanan minyak akar wangi yang telah disuling dalam jangka waktu yang cukup lama. Untuk menghasilkan kualitas minyak akar wangi yang bagus, penyimpanan harus dilakukan selama kurang lebih selama setahun, baru minyak akar wangi siap untuk di pasarkan. Di Indonesia sendiri hal ini akan sangat sulit diterapkan mengingat para pengusaha minyak akar wangi sebagian besar adalah para UKM yang berada di Garut dan sulit bagi para UKM untuk menyimpan minyak selama setahun, karena setelah proses penyulingan para UKM ingin segera mendapatkan keuntungan dari minyak akar wangi yang dihasilkan. 3. Ancaman Produk Substitusi Minyak akar wangi adalah minyak atsiri yang kental dan memiliki aroma woody, sweet, dan earthy. Minyak akar wangi banyak digunakan dalam industri parfum sebagi fixative, komponen campuran dalam industri sabun, dan kosmetik (Martinez et al., 2004). Sejauh ini belum ditemukan produk substitusi penuh dari minyak akar wangi, baik secara alaminya maupun sintetisnya, akan tetapi untuk fungsi fixative dan karakter umum aromanya ada beberapa alternatif minyak atsiri yang lain, yaitu minyak nilam dan minyak cendana yang memiliki sifat yang sama dengan minyak akar wangi (Ketaren, 1975). Kedua minyak tersebut memiliki fungsi yang sama seperti minyak akar wangi yaitu sebagai fixative atau pengikat bau. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara kontinu dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain. Penggunaan minyak 47

13 nilam dalam industri-industri ini karena sifatnya yang fiksative terhadap bahan pewangi lain agar aroma bertahan lama, sehingga dapat mengikat bau wangi dan mencegah penguapan zat pewangi. Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa. Komponen utama minyak nilam diperoleh dari destilasi daun nilam berupa patchoully alcohol (45-50%), sebagai penciri utama bahan baku industri kimia. Minyak nilam ini memiliki peluang untuk menggeser penggunaan minyak akar wangi karena memiliki sifat yang sama yaitu sebgai fixative, selain itu harga minyak nilam relatif lebih murah jika dibandingkan dengan minyak akar wangi. Harga minyak nilam berfluktuatif tergantung pada kadar patchoully alcohol-nya. Berikut ini harga minyak nilam tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data harga minyak nilam masing-masing daerah tahun 2011 No Komoditi Minyak Kabupaten/Sentra Harga (Rp/Kg) 1 Blitar 425, ,000 2 Malang 425, ,000 3 Boyolali 425, ,000 4 Nilam Cilacap 350, ,000 5 (Patchoully oil) Lampung 470, ,000 6 Sawah Lunto 480, ,000 7 Aceh Selatan 480, ,000 8 Aceh Tenggara 480, ,000 Sumber : DAI (2009) Cendana merupakan komoditi yang potensial bagi perekonomian. Nilai ekonomi yang tinggi dari cendana dihasilkan dari kandungan minyak (santalo) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Minyak cendana dihasilkan dari hasil penyulingan kayu, dan digunakan sebagai bahan obat-obatan dan bahan minyak wangi (parfum) karena kemampuannya yang dapat mengikat bau (fixative). Selain itu kayu cendana dapat digunakan menjadi berbagai aneka kerajinan tangan. Minyak cendana banyak diekspor ke Eropa, Amerika, China, Hongkong, Korea, Taiwan dan Jepang, sedangkan produk kerajinan dari kayu cendana banyak untuk konsumsi dalam negeri. Saat ini keberadaan populasi cendana di Indonesia dikhawatirkan mengalami kepunahan. Penyebabnya antara lain karena pemanenan melebihi produktivitas, kebakaran, maupun penggembalaan ternak. Upaya memuliakan dan mengembangkan cendana sudah dilakukan, namun keberhasilannya masih sangat rendah. Pembiakan tanaman cendana dapat dilakukan dengan cara konvensional melalui stek pucuk dan stek akar, namun persentase keberhasilannya masih rendah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan aplikasi teknologi kultur jaringan. Harga minyak cendana pada tahun 2007 menurut BPS (2009) yaitu Rp 400,000 lebih rendah jika dibandingkan dengan harga minyak akar wangi. Walaupun harga minyak cendana dan minyak nilam lebih rendah daripada minyak akar wangi, akan tetapi permintaan dunia terhadap minyak akar wangi tetap stabil bahkan cenderung meningkat. 4. Daya Tawar Pemasok Untuk melakukan produksi, tentunya harus memperhatikan pasokan bahan baku. Bahan baku yang digunakan dalam proses penyulingan di UKM PWN berasal dari kebun milik pribadinya dan dari kebun kelompok petani lain. Dari kebun pribadinya seluas 20 Ha, 48

14 dapat diperoleh akar wangi sebanyak 200 ton (asumsi tiap 1 Ha menghasilkan 10 ton akar wangi). Dari 200 ton bahan baku akar wangi diperoleh rendemen minyak akar wangi sebanyak kg (asumsi 1 ton menghasilkan minyak akar wangi sebanyak 3-4 kg). Selain memperoleh bahan baku dari kebun pribadinya, Pak H. Ede juga memperoleh bahan baku dari kelompok tani yang lain. Biasanya H. Ede memperoleh sekitar ton akar wangi dari kelompok tani. Akar wangi yang dijual oleh kelompok tani berkisar dari Rp 1,500-3,000/kg tergantung dari kualitas akar wangi. Biasanya akar wangi yang kualitasnya bagus, harganya diatas Rp 2,000/kg nya. Jadi disini pihak UKM sudah melakukan kesepakatan sebelumnya dengan para petani dalam masalah harga, sehingga sudah tidak terdapat lagi kekuatan tawar menawar pemasok. UKM PWN menjalin kerjasama dengan para petani dan mengumpulkan petani-petani tersebut dalam sebuah gabungan kelompok tani dengan wadah koperasi. Di Samarang sendiri komoditas akar wangi yang bagus banyak dihasilkan di kampung Pasir Wangi dan Parabon. Karena begitu banyak pesaing sekitar yang sama-sama menginginkan bahan baku akar wangi, maka H. Ede juga menjalin kerjasama dengan petani di luar kecamatan Samarang, seperti daerah Bayongbong, Leles, dan Cilawu untuk membeli bahan baku akar wangi. Jadi pasokan bahan baku tidak hanya berasal dari petani sekitar saja, tetapi juga berasal dari luar Daerah Samarang. Walaupun UKM PWN sudah menjalin kerjasama dengan beberapa petani, akan tetapi pasokan bahan baku masih menjadi kendala dalam memproduksi minyak akar wangi. Jadi pasokan bahan baku pertahun masih kurang. Oleh karena itu UKM PWN belum mampu mencukupi permintaan Negara pengimpor, akibatnya kemampuan dalam melakukan ekspor langsung (direct exporting) menjadi lemah. 5. Daya Tawar Pembeli Daya tawar pembeli atau daya tawar konsumen dapat menjadi kekuatan terpenting yang mempengaruhi keunggulan kompetitif. Konsumen memiliki daya tawar yang semakin besar dalam kondisi-kondisi : 1). Jika mereka dapat dengan mudah dan murah beralih ke merek atau pengganti pesaing, 2). Jika mereka mereka menduduki tempat yang sangat penting bagi penjual, 3). Jika penjual menghadapi masalah menurunnya permintaan konsumen, 4). Jika mereka memegang informasi tentang produk, harga, dan biaya penjual, dan 5). Jika mereka memegang kendali mengenai apa dan kapan mereka bisa membeli produk (David, 2009). Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur Utama PWN, kekuatan tawar menawar pembeli ditentukan oleh pihak pembeli, hal ini karena untuk kondisi sekarang ini, minyak akar wangi UKM PWN kualitasnya tidak sebagus minyak akar wangi tahun-tahun sebelumnya. Sekarang ini kualitas minyak akar wangi Indonesia diasosiasikan dengan minyak yang berbu gosong dan berwarna gelap. Hal ini tentu saja akan menurunkan tingkat harga dari minyak akar wangi karena kualitasnya yang jelek. Dengan demikian pembeli dapat mengatur harga karena kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan dinilai tidak sesuai dengan keinginan konsumen. Namun disamping penentuan harga oleh pihak konsumen, kemampuan negosiasi pihak perusahaan pun sangat menentukan harga minyak akar wangi yang akan dijual. Kemampuan negosiasi penjual didukung dengan argumen yang kuat akan menurunkan daya tawar konsumen. Sejauh ini, UKM PWN sudah menentukan harga dasar atau standar harga untuk minyak yang meraka jual. Untuk minyak akar wangi kualitas regular harganya sekitar Rp 1,100,000 Rp 1,200,000, sedangkan untuk kualitas premium 49

15 harganya berkisar Rp 1,600,000 Rp 1,700,000. Dengan demikian UKM ini dapat tetap mendapatkan keuntungan yang diharapkan. 5.4 PERUMUSAN PELUANG DAN ANCAMAN Hasil analisis dari lingkungan eksternal perusahaan, dapat dirumuskan faktor peluang dan ancaman perusahaan tersebut. Manfaat dari adanya rumusan peluang dan ancaman ini, diharapkan perusahaan dapat memanfaatkan peluang yang tersedia untuk menghadapi ancaman yang timbul. Hasil rumusan peluang dan ancaman UKM PWN dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil rumusan peluang dan ancaman UKM PWN Faktor Eksternal Peluang Ancaman Lingkungan Jauh Politik Adanya DAI sebagai fasilitator bagi para UKM Adanya dukungan pemerintah Kebijakan pemerintah dan Lingkungan Hidup terhadap penggunaan bahan bakar Ekonomi Harga minyak akar wangi yang cenderung fluktuatif Sosial Budaya Kebutuhan dunia terhadap minyak akar wangi Indonesia memiliki brand Java Vetiver Oil Pertukaran atau kurs mata uang Adanya isu lingkungan akibat penyulingan akar wangi Teknologi Teknologi negara pesaing Lingkungan Industri Ancaman pendatang baru Adanya kebijakan pemerintah daerah yang menetapkan luas areal penanaman akar wangi dan lokasi penyulingan minyak Ancaman produk Belum ada produk substitusi substitusi minyak akar wangi Kekuatan tawar menawar pemasok Kekuatan tawar menawar pembeli Tingkat persaingan dalam industri Sudah terjalin kesepakatan antara pemasok (petani) dengan penyuling lebih canggih Harga minyak akar wangi ditentukan oleh kualitasnya Persaingan bahan baku di dalam negeri 5.5 PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN Perumusan strategi bertujuan untuk membantu pengambil keputusan dalam memilih strategi terbaik yang dapat diterapkan oleh pihak pengusaha (UKM). Pada perumusan strategi ini terdapat tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data atau tahap masukan, tahap analisis data atau tahap pencocokan, dan terakhir tahap pengambilan keputusan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer maupun sekunder. Data primer diperoleh langsung dari wawancara dengan pihak terkait, 50

16 observasi langsung ke lapangan, dan pengisian kuesioner oleh tiga orang pakar yaitu satu pakar dari Asosiasi Dewan Atsiri Indonesia dan dua pakar lainnya berasal dari kalangan pengusaha minyak akar wangi yaitu direktur utamanya dan kepala bagian pemasarannya. Untuk data sekunder sendiri diperoleh dari pembukuan perusahaan, sumber pustaka seperti buku, internet, majalah, dan dari lembaga-lembaga pemerintahan seperti dari Departemen Perindustrian, Perdagangan, BPEN, BPS, dan dari Dewan Atsiri Indonesia. Tahapan selanjutnya setelah dilakukan pengumpulan data yaitu dilakukan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang kemudian dirumuskan menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut, selanjutnya lingkungan internal dan eksternal dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE yang kemudian dilanjutkan dengan tahap pencocokan menggunakan matriks IE dan SWOT. Matriks IE merupakan tahap pencocokan secara kuantitatif dan digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan serta strategi yang sebaiknya digunakan oleh perusahaan, sedangkan matriks SWOT merupakan tahap pencocokan secara kualitatif dan digunakan untuk merumuskan alterntif strategi pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan. Prioritas alternatif strategi yang terpilih akan di analisis dengan menggunakan matriks perencanaan strategis kuantitatif atau QSPM Analisis Matriks IFE Matriks IFE atau matrik evaluasi faktor internal merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan audit manajemen strategis internal perusahaan. Alat perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersbut (David, 2009). Pemberian bobot dan rating pada matriks IFE dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penilaian tersebut dilakukan oleh tiga orang responden yang ahli dalam bidang atsiri khususnya akar wangi, serta kepada responden yang paham mengenai kondisi perusahaannya dan memiliki jabatan yang penting dalam perusahaannya. Hasil penilaian bobot dan peringkat faktor strategis internal dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 13 di bawah ini merupakan hasil analisis matriks IFE menghasilkan total skor sebesar Total skor IFE mengindikasikan bahwa kemampuan UKM Pulus Wangi Nusantara dalam merespon lingkungan internalnya masih dibawah rata-rata. Menurut David (2009), skor bobot total di bawah 2.5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor yang secara signifikan berada di atas 2.5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Adapun kekuatan utama dari UKM PWN adalah telah mampu melaksanakan ekspor secara langsung, yang artinya UKM tersebut sudah bisa memenuhi persyaratan ekspor (secara administratif) dengan skor tertinggi yaitu sebesar Hal ini menjadi kekuatan utama karena di Garut sendiri masih sangat sedikit, bahkan bisa dihitung banyaknya UKM yang sudah pernah melakukan ekspor secara langsung. Selain itu untuk bisa mewujudkan visi perusahaan untuk bisa bersaing di pasar internasional adalah kemampuan UKM dalam melakukan ekspor secara langsung yang didukung oleh persyaratan-persyaratan administratif yang tentunya masih sedikit dimiliki oleh UKM lain yang berada di Indonesia terutama di Garut. Kelemahan utama dari UKM PWN yaitu kontinuitas produksi yaitu produksi belum bisa berjalan secara kontinu yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan skor terkecil yaitu Hal ini menjadi kelemahan utama perusahaan karena untuk bisa menjalin kerjasama jangka panjang dengan pembeli, salahsatu persyaratannya yaitu produksi minyak akar wangi yang dihasilkan harus kontinu, terutama jika UKM telah melakukan kerjasama dengan pihak importir dari negara luar. Inilah yang menjadi salahsatu kendala terbesar UKM PWN dalam melakukan kegiatan ekspornya secara langsung, yaitu ketidaksanggupan UKM dalam memenuhi permintaan importir untuk bisa memasok minyak akar 51

17 wangi secara kontinu, sehingga pada akhirnya UKM ini terpaksa untuk menjual ke eksportir-eksportir Indonesia bahkan jika produksi minyak akar wanginya sedikit terpaksa dijual ke pengumpul di Garut sehingga laba yang diperoleh pun tidak terlalu memuaskan. Hasil pengolahan matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil pengolahan matriks IFE UKM PWN No Faktor Internal Bobot Rating Skor Kekuatan 1 UKM PWN telah memenuhi persyaratan ekspor (secara administratif) 2 Diversifikasi produk 3 Fasilitas laboratorium 4 Memiliki lahan perkebunan sendiri Kelemahan 1 Kontinuitas produksi 2 Struktur organisasi tradisonal, SDM, dan skill pekerja belum cukup terlatih 3 Modal atau finansial 4 Teknologi yang digunakan 5 Informasi akses pasar Total Analisis Matriks EFE Menurut David (2009), matriks evaluasi faktor eksternal memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif. Matriks EFE diperoleh dari hasil penilaian responden mengenai sejauh mana faktor-faktor strategis eksternal memberikan pengaruh terhadap perusahaan. Sama halnya seperti pada matriks IFE, pada matriks EFE pun menggunakan kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan oleh tiga orang responden yang sama pada matriks IFE. Hasil penilaian bobot dan peringkat faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan Tabel 14 di bawah ini, analisis matriks EFE menghasilkan total skor sebesar Total skor EFE tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan UKM PWN dalam merespon lingkungan eksternalnya diatas rata-rata, sehingga bisnis penyulingan ini dapat dikatakan cukup berhasil, mampu menarik keuntungan dari peluang eksternal dan menghindari ancaman yang menghadang perusahaan. Peluang utama dalam perusahaan ini yaitu minyak akar wangi Indonesia yang sudah dikenal dengan brand Java Vetiver Oil dengan skor tertinggi yaitu sebesar Hal ini menjadi peluang utama, karena di pasaran internasional minyak akar wangi Indonesia terkenal dengan keunggulannya yaitu memiliki kadar vetiverol ±50%. Ancaman utama yaitu kecanggihan teknologi negara pesaing dengan skor terkecil yaitu sebesar Hal ini menjadi ancaman utama karena dengan canggihnya teknologi negara pesaing, maka akan menghasilkan minyak akar wangi dengan kualitas yang bagus, selain itu walaupun di Negara pesaing lahan perkebunannya masih sangat tebatas, akan tetapi jika teknologi yang digunakan sudah modern dan dalam proses produksinya itu 52

Lampiran 1. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi. Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun

Lampiran 1. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi. Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun 67 Lampiran. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun 999-006 Year Flow Trade (USD) Weight (Kg) Quantity 006 Import,97,97,97 006 Export,085,58 75,99 75,99 005 Import,690

Lebih terperinci

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan perannya melalui stabilitas pertumbuhan yang pesat. Hal ini patut dicermati mengingat mayoritas

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL

VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL A. Model Pemilihan Produk Prospektif 1. Input Model Pemilihan Produk Prospektif. Model pemilihan produk prospektif ini digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

Peluang Investasi Minyak Akar Wangi

Peluang Investasi Minyak Akar Wangi Halaman 1 Peluang Investasi Minyak Akar Wangi Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah Tingkat II di Jawa Barat yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat baik, oleh karena itu daerah Garut sangat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 23 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak akar wangi merupakan salah satu ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY 7.1. Tahapan Masukan Tahapan masukan terdiri dari matriks EFE (External Factors Evaluation) dan IFE (Internal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian terus diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional ANALISA SISTEM Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang sistem, yaitu (1) sibernetik, atau berorientasi pada tujuan. Pendekatan sistem dimulai dengan penetapan tujuan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa merupakan tanaman yang cukup populer di Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur di dataran rendah di sepanjang nusantara. Mulai dari ujung barat kepulauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman berkualitas. Salah satu contoh produk yang sangat diperhatian kualitasmya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) telah dikenal bertahun - tahun sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA Mustaqimah 1*, Rahmat Fadhil 2, Rini Ariani Basyamfar 3 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika 128 Lampiran I Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika Jakarta, 17 April 2009 Kepada Yth : PT Rekadaya Elektrika Jakarta Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya analisis

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1

FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1 FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1 Abstrak: Strategi pemasaran sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada sangat diperlukan untuk memberikan kepuasan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi menjadi produsen gula dunia karena didukung agrokosistem, luas lahan serta tenaga kerja yang memadai. Di samping itu juga prospek pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk di dalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan pada organisasi

Lebih terperinci

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari I. A. Latar Belakang dan Masalah Perioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

4.1.2 Struktur Organisasi Milkfood Barokah

4.1.2 Struktur Organisasi Milkfood Barokah 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Milkfood Barokah Milkfood Barokah merupakan usaha mikro yang memiliki kegiatan usaha memproduksi minuman susu olahan. Milkfood Barokah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Batasan Operasional dan Jenis Data 1. Batasan Operasional Pedagang adalah seseorang yang berpotensi memasarkan barang atau jasa. Pedagang dalam penelitian ini adalah pedagang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT IbM PEMBUAT MINYAK NILAM Dibiayai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek, khususnya untuk pemulihan ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia dan salah satu sumber pendapatan bagi para petani. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Proses perumusan strategi pada restoran Kebun Kita dimulai dengan mengetahui visi dan misinya, kemudian menganalisis permasalahan yang terjadi,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) Oleh : Prajogo U. Hadi Adimesra Djulin Amar K. Zakaria Jefferson Situmorang Valeriana Darwis PUSAT ANALISIS SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan

Lebih terperinci

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. Pisang selain mudah didapat karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci