FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF"

Transkripsi

1 NO. REC. KASUS: 15 KASUS: SENGKETA TANAH PERHUTANI DI DESA KALIREJO, KEC.SINGOROJO,KAB.KENDAL DESKRIPSI: Menurut penuturan warga, mereka mempercayai adanya seseorang yang dianggap sebagai sesepuh desa yang bernama Kyai Wirosongko. Kyai Wirosongko dipercayai sebagai pemilik tanah Desa yang notabene pad waktu itu diberikan oleh Bupati Baureksa karena jasanya menyembuhkan puteri Bupati. Tanah-tanah tersebut dibagikan kepada beberapa orang tokoh, yang kemudian tanah tersebut diwariskan kepad keturunannya. Jadi dapat dikatakan tanah ini adalah tanah milik warga warisan dari nenek moyang. Semenjak kejadian yang dialami Mbah Marian (orang yang melakukan perlawanan kepada Belanda kemudian dihukum gantung oleh Belanda) maka warga yang lain menjadi bungkam dan tidak melakukan perlawanan lagi. Belanda yang dengan sengaja memilih lahan yang paling subur, memberlakukan sewa panjang selama 75 tahun Semula sewa panjang tersebut diiming-imingi dengan penggantian sejumlah uang, namun pada kenyataannya u sewa tersebut tidak pernah sampai ketangan warga. Setelah kemerdekeaan RI ternyata tidak membawa peruba besar bagi warga Desa, tanah yang semula dibawah poenguasaan pemerintah koloni kini beralih penguasaan dibawah pemerintah RI, namun oleh pemerintah RI tanah tersebut tidak didistribusikan kepada warg melainkan diserahkan kepada Perhutani.Dengan pola penguasaan yang berbeda tetap saja penindasan dirasaka oleh warga. Warga yang sempat beberapa saat menggarap lahan, kembali diusir atas nama Perhutani. Tindakan intimidasi kerap dilakukan oleh Pihak Perhutani bagi warga petani yang memberontak dan ketahuan mengambil ranting yang jatuh. Seringkali pihak Perhutani memberlakukan kriminalisasi bagi warga yang ketahuan mengamb ranting. Mereka dilaporkan ke polisi dan diserang dengan berbagai pertanyaan yang menyudutkan mereka deng disertai unsur kekerasan seperti pemukulan apabila mereka tidak mengaku mencuri. Tindakan intimidasi yang kerap diterima warga, muncul dalam berbagai bentuk, tidak hanya berupa kriminalisasi warga. Stigma sebagai anggota PKI juga dilancarkan kepada warga menurunkan semangat perlawanan warga. Stigmasi tersebut diiringi dengan peristiwa pemenjaraan beberapa warga, dengan sebelumnya dilakukan interog yang disertai unsur kekarasan seperti pemukulan, beberapa dari mereka juga dibuag ke Digoel sebagai tahanan politik. Pada awal reformasi, yaitu tahun 1997/1998 warga bersepakat kembali melancarkan aksinya melakukan reklaim atas lahan yang dirampas Perhutani. Keadaan yang terjadi sejak saat itu Perhutani tidak mampu lagi mengelola lahan dengan baik, hal tersebut dikarenakan Perhutani sudah tidak memiliki pekerja untuk dipekerjakan di lahan Warga yang melihat keadaan itu, segera memanfaatkan lahan terlantar, mereka mulai menggarap lahan tersebu Keadaan bagi petani relatif aman, karena tidak banyak gangguan yang mereka terima pada saat penggarapan lahan. Sempat beberapa kali Perhutani menawarkan kerjasama dengan para petani. Petani diperbolehkan menggarap lahan yang diklaim milik Perhutani, dengan sistem tumpang sari, yang kemudian apabila panen, hasilnya harus dibagi dua dengan Perhutani. Warga yang melihat hal tersebut sebagai ajang pemanfaatan tenaga mereka dem keuntungan Perhutani dengan tegas menolak perjanjian kerjasama tersebut. AREA SENGKETA STATUS MONITORING: Dalam perkembangan terakhir, masyarakat desa tetap melakukan reklaiming atas tanah-tanah yang dikl Perhutani. Beberapa kali sempat dilakukan intimidasi oleh mandor Perhutani terhadap masyarakat namun akhirakhir ini sudah jarang dilakukan. Pada tahun 2006 ketika Perhutani bersama aparat keamanan melakukan opera hutan lestari (O H L). Ada 2 orang masyarakat yang ditangkap dengan tuduhan mencuri kayu. Yang pertama bernama Bambang dituduh mencuri kayu Perhutani dihukum selama 5 bulan penjara. Yang kedua adalah Kasm warga Dusun Suwukan, dia ditangkap oleh polisi hutan dipinggir jalan keluar masuk hutan di kampung. Kasmani dihukum selama 12 bulan penjara tanpa barang bukti kayu yang dituduhkan. Desa termasuk dalam kecamatan Singorojo, dimana wilayah konfliknya Meliputi tiga dusun,yaitu: Glompong, Kalipuru, dan Kaligedang Desa Kab. Jawa Tengah.Kecamatan ini memang kalah Populer bila dibandingkan dengan kecamatan Boja. Hal mana dapat terlihat dari trayek angkutan yang ada, biasanya di angkutan tersebut tertulis Semarang-Boja tidak pernah ada trayek langsung Singorojo-Semarang. Mungkin karena alasan inipulalah kenapa Boja lebih terkenal dapi pada Singorojo. Perjalanan dari Semarang menuju desa ini memakan waktu kurang lebih sekitar 2 jam. Bagi anda yang tidak terbiasa melakukan perjalanan dengan diselingi sedikit tantangan, yaitu harus turun naik angkutan beberapa kali mungkin perjalanan ini akan sa melelahkan. Kemudian jangan pula anda bayangkan bahwa angkutan yang akan membawa kita menuju desa in akan sangat mudah didapatkan, karena angkutan dari pertigaan Singorojo menuju desa hanya ada pada waktuwaktu tertentu, jadi tidak setiap waktu. Untuk lebih menghemat waktu maka silahkan anda menggunakan Ojeg sebagai sarana untuk mengantarkan anda ke desa itu. Desa adalah sebuah desa yang letaknya terpenc ditengah-tengah hutan. Akses masuk menuju desa ini sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan letaknya yang jauh da ibukota kecamatan yaitu Singorojo. Untuk mencapai desa ini kita harus menggunakan jasa angkutan ojeg mengingat sangat sulit sekali untuk memperoleh angkutan massal dengan biaya sekitar + Rp ,-. Meskipun ada angkutan umum yang telah masuk ke desa namun, perihal jamnya sangat sulit untuk diprediksi mengingat terbatasnya jumlah angkutan. Selain itu angkutan yang biasanya masuk ke desa adalah pada jam-jam tertentu, yaitu pada waktu para pelajar berangkat dan pulang sekolah Aktif PIHAK BERSENGKETA: Komunitas/Masyarakat adat Lawan Sengketa Thursday, April 19, 2007 Page 35 of 73

2 250 KK warga Desa kalirejo Perhutani RIWAYAT PEREBUTAN KLAIM: Status Hak Dasar Status Hak Fungsi PengKlaim Komnts? - Tanah Perhutani Hutan Produksi Perhutani 1957 Tanah isasi Nasionalisasi Tanah negara Pemerintah RI 1997 Tanah reklaiming Tanah warisan Mbah Samprit Abad 16 Tanah milik Tanah warisan Mbah Samprit Abad 16 Tanah milik Pemberian Bupati Baureksa Tanah garapan Tanah Garapan Tanah garapan Kyai Wirosongko Abad 16 Tanah kekuasaan Bupati Pemberian Raja Mataram Sebagai Hak Milik Bupati Bupati Baureksa Abad 16 Tanah milik Pemberian Kyai Wirosongko Tanah garapan Mbah Samprit Abad 18 Tanah sewa Peta wilayah Hutan Makmur Pemerintah Belanda DOKUMEN-DOKUMEN: No. Rec Penulis Judul Jenis Dokumen 80 Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1978 mengenai Penambahan Unit Produksi Perusahan Umum Kehutanan Negara 79 Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1961 mengena Pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Kehutanan Negara 78 Undang-undang No. 5 Tahun 1960 mengenai peraturan dasar pokok-pokok agraria 77 Undang-undang No. 5 Tahun 1967 mengenai ketentuan-ketentuan pokok kehutanan 76 Undang-undang No. 41 Tahun 1999 mengenai kehutanan 75 Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 1999 mengena Perusahaan Umum Kehutanan Negara (PERUM PERHUTANI) 74 Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1986 mengena Perusahaan Umum Kehutanan Negara (PERUM PERHUTANI) 73 Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1963 mengena Penyerahan Pengusahaan Tertentu Kepada Perusahaan-perusahaan Kehutanan Negara Pengusahaan 72 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1961 mengena Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Jawa Tengah 65 Perhutani Peta Perhutani Lainnya KRONOLOGI PERISTIWA: Judul Peristiwa: Pengusiran masyarakat dari lahan oleh Perhutani 1956 Pada masa isasi, tanah-tanah yang sebelumnya di bawah penguasaan kolonial Belanda, dikuasai oleh Pemerintah RI. Tetapi, oleh pemerintah RI, tanah-tanah tersebut tidak diredistribusikan kepada masyarakat, namun diserahkan kepada Perhutani. Warga yang sempat menggarap lahan, diusir oleh Perhutani. Warga kehilangan akses atas tanah-tanah garapan mereka. Tindakan-: Pelanggaran terhadap hak Thursday, April 19, 2007 Page 36 of 73

3 kepemilikan pribadi Pelanggaran terhadap hak kepemilikan pribadi Pemerintah RI Kegagalan untuk mengambil langkahlangkah untuk mencegah yang tidak syah menurut hukum Lainnya Judul Peristiwa: Intimidasi dan kekerasan oleh aparat kepolisian 1960 Masyarakat yang diintimidasi oleh Perhutani, dibawa ke kantor polisi. Di kantor polisi, mereka diserang dengan berbagai pertanyaan yang menyudutkan dengan disertai unsur kekerasan seperti pemukulan apabila mereka tidak mengaku mencuri. Tindakan-: Pelanggaran terhadap hak-hak seseorang yang ditahan atau dipenjara Aparat kepolisian Polisi Judul Peristiwa: Intimidasi warga oleh Perhutani Tindakan intimidasi kerap dilakukan oleh Pihak Perhutani bagi warga yang ketahuan mengambil ranting dari dalam hutan. Oleh Perhutani, mereka dilaporkan ke aparat kepolisian dan dituduh melakukan pencurian. Warga kesulitan mengakses hasil hutan, dan kemudian melakukan reklaiming pada tahun 1997/1998. Tindakan-: No. Rec Intervenor Jenis Intervensi Pada Korban? Dampak Pada Situasi Status Intervensi 73 Organisasi Tani Jawa Tengah (ORTAJA) Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam - Bukan LBH Semarang - Bukan Thursday, April 19, 2007 Page 37 of 73

4 Judul Peristiwa: Penangkapan dan stigma PKI oleh Perhutani 1965 Tindakan-: Setelah masyarakat diusir oleh Perhutani, masyarakat yang masih nekad masuk ke lahan, memperoleh stigma PKI beberapa diantaranya dibuang ke Digoel, Nusakambangan, dan Pulau Buru. Warga ketakutan dan trauma terhadap stigma PKI tersebut. Dan di sisi lain, mereka kehilangan akses terhadap laha garapan. Judul Peristiwa: Perhutani menawarkan kerjasama dengan warga 1997 Pada masa-masa awal reformasi, Perhutani menawarkan kerjasama dengan para petani. Petani diperbolehkan menggarap lahan yang diklaim milik Perhutani dengan sistem tumpang sari. Bila panen, hasilnya harus dibagi dua dengan Perhutani. Para petani menolak dengan tegas perjanjian tersebut. Perhutani melakukan intimidasi kepada masyarakat yang melakukan reklaiming. Tindakan-: Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Thursday, April 19, 2007 Page 38 of 73

5 Judul Peristiwa: Penangkapan warga karena Operasi Hutan Lestari Pada tahun 2006 ketika Perhutani bersama aparat keamanan melakukan operasi hutan lestari (O H L). Ada 2 orang masyarakat yang ditangkap dengan tuduhan mencuri kayu. Yang pertama bernama Bambang dituduh mencuri kayu Perhutani dihukum selama 5 bulan penjara. Yang kedua adalah Kasmani warga Dusun Suwukan, dia ditang oleh polisi hutan dipinggir jalan keluar masuk hutan di kampung. Kasmani dihukum selama 12 bulan penjara tanpa barang bukti kayu yang dituduhkan. Tindakan-: Bambang Memberikan perintah untuk melakukan Bambang Aparat kepolisian Polisi Kasmani Memberikan perintah untuk melakukan Kasmani Aparat kepolisian Polisi Thursday, April 19, 2007 Page 39 of 73

6 Judul Peristiwa: Pemaksaan sewa tanah oleh Belanda Abad 18 Abad 18 Belanda memberlakukan sewa tanah atas lahan-lahan subur milik masyarakat dengan waktu 75 tahun. Semula sew tersebut diiming-imingi dengan penggantian sejumlah uang, namun pada kenyataannya uang sewa tersebut tidak pernah sampai ke tangan masyarakat. Warga kehilangan tanah-tanah mereka, beralih ke pemerintah Belanda. Tindakan-: Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Pemerintah Belanda Kekuatan yang menguasai No. Rec Intervenor Jenis Intervensi Pada Korban? Dampak Pada Situasi Status Intervensi 75 Organisasi Tani Jawa Tengah (ORTAJA) - Bukan Organisasi Tani Jawa Tengah (ORTAJA) - Bukan LBH Semarang - Bukan LBH Semarang - Bukan Thursday, April 19, 2007 Page 40 of 73

FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF

FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF NO. REC. KASUS: 16 KASUS: SENGKETA TANAH PERHUTANI DESA NGEREANAK, KECAMATAN SINGOROJO, KABUPATEN KENDAL. DESKRIPSI: Sejarah Penguasaan Tanah Sebelum masuknya Belanda ke Indonesia Sejarah terbentuknya

Lebih terperinci

FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF

FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF NO. REC. KASUS: 14 KASUS: SENGKETA TANAH PERHUTANI DS.CACABAN, KEC.SINGOROJO, KENDAL DESKRIPSI: Pada mulanya tanah cikal bakal Desa merupakan hutan rimba, yang kemudian oleh warga hutan ini ditebang dan

Lebih terperinci

FORMAT KASUS KOMPREHENSIF

FORMAT KASUS KOMPREHENSIF FORMAT KASUS KOMPREHENSIF NO. REC. : 12 KASUS DESKRIPSI : MASYARAKAT KASEPUHAN CIBEDUG VS. TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUM SALAK : Keberadaan warga Cibedug di kawasan ekosistem Halimun sejak jaman Belanda-Jepang

Lebih terperinci

FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF

FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF NO. REC. KASUS: 19 KASUS: MA. DAS MENDALAM DENGAN PT. TORAS BANUA SUKSES () DESKRIPSI: Kasus ini bermula dari yang mengajukan permohonan kepada dengan su nomor 25/TBS/HPH/A/II/2001 Tanggal 19 Pebruari

Lebih terperinci

SENGKETA TANAH PERKEBUNAN

SENGKETA TANAH PERKEBUNAN SENGKETA TANAH PERKEBUNAN Masa: Hindia Belanda Jepang Indonesia merdeka Sumber dari buku karangan Prof. Dr. Achmad Sodiki, SH.(2013).Politik Hukum Agraria, Bab IV. Jakarta: Konstitusi Press. Masa Hindia

Lebih terperinci

MATRIKS DATA KASUS KEHUTANAN

MATRIKS DATA KASUS KEHUTANAN MATRIKS DATA KASUS KEHUTANAN Matriks dibawah menampilkan contoh-contoh masalah yang terjadi dilapangan karena tumpang-tindihnya tenurial hutan yang dalam bentuk gambar, terdapat p peta overlay. Matriks

Lebih terperinci

Yang Mulia Ketua dan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi ; Para Pemohon dan Termohon serta hadirin persidangan yang saya hormati.

Yang Mulia Ketua dan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi ; Para Pemohon dan Termohon serta hadirin persidangan yang saya hormati. Para Pemohon dan Termohon serta hadirin persidangan yang saya hormati. Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih karena diberikan ruang dan waktu untuk menyampaikan faktafakta yang saya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Ada dua hal penting yang dapat dicatat dari sejarah pengelolaan hutan di Jawa. Pertama, seolah-olah hutan di Jawa adalah kawasan warisan penguasa dari waktu ke waktu tanpa mempertimbangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tanah adalah Karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi setiap umat manusia yang ada di muka bumi. Bagi bangsa dan Negara Indonesia, tanah adalah tempat hidup yang harus

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

KONFLIK PERTANAHAN (AGRARIA) alam memiliki nilai sosial

KONFLIK PERTANAHAN (AGRARIA) alam memiliki nilai sosial KONFLIK PERTANAHAN (AGRARIA) 1. Tanah sebagai salah satu sumberdaya alam memiliki nilai ekonomis serta memiliki nilai sosial politik dan pertahanan keamanan yang tinggi. 2. Kebijakan pembangunan pertanahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang tinggi, kurang lebih 57,5%

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang tinggi, kurang lebih 57,5% BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang tinggi, kurang lebih 57,5% penduduk Indonesia tinggal di pulau ini (Badan Pusat Statistik, 2014). Pulau yang memiliki luasan

Lebih terperinci

FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF

FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF NO. REC. KASUS: 17 KASUS: BUNYAU DESKRIPSI: Kasus ini Berawal dari respon masyarakat atas dikeluarkannya tentang HPHH 100 ha oleh Bupati Sintang. Masyarakat dusun Guhung Keruap membentuk kelompok tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA CIBULUH Jl. Lurah Bintang No. 129 Cibuluh, Cidaun, Cianjur 43275 PERATURAN DESA CIBULUH NOMOR : 01/Perdes-cb/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA

Lebih terperinci

Konsep Awal Pembangunan Ekonomi Pertanian Secara Kolektif melalui Organisasi

Konsep Awal Pembangunan Ekonomi Pertanian Secara Kolektif melalui Organisasi 1 Lampiran 1 Konsep Awal Pembangunan Ekonomi Pertanian Secara Kolektif melalui Organisasi Untuk dapat membayangkan sebuah model pembangunan ekonomi pertanian secara kolektif, maka mestilah dilihat dan

Lebih terperinci

KRIMINALISASI. PSHK, LeIP, LBH Jakarta, Kemitraan, KontraS, Mappi, YLBHI,KPA, LBH Masy,Walhi

KRIMINALISASI. PSHK, LeIP, LBH Jakarta, Kemitraan, KontraS, Mappi, YLBHI,KPA, LBH Masy,Walhi KRIMINALISASI PSHK, LeIP, LBH Jakarta, Kemitraan, KontraS, Mappi, YLBHI,KPA, LBH Masy,Walhi TENTANG KRIMINALISASI Pengantar Istilah kriminalisasi kembali mencuat sejak dua komisioner KPK, Bambang Widjojanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

Talang Mamak Hidup Terjepit di tanah dan Hutannya Sendiri. Pertama-tama Saya akan menceritakan tentang: Asal-usul Talang Mamak,

Talang Mamak Hidup Terjepit di tanah dan Hutannya Sendiri. Pertama-tama Saya akan menceritakan tentang: Asal-usul Talang Mamak, Yang Mulia Ketua dan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi, Para Pemohon dan Termohon serta Hadirin Sidang Yang Saya Hormati, Ijinkan Saya membaca Kesaksian Saya yang berjudul: Talang Mamak Hidup Terjepit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan orang lain dan saling membutuhkan. Hal ini sejalan dengan yang diutarakan Aristoteles bahwa

Lebih terperinci

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 39 BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 5.1 Penguasaan Lahan Pertanian Lahan pertanian memiliki manfaat yang cukup besar dilihat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

PENATAAN KEAGRARIAAN DAN PERTANAHAN WUJUD KESINAMBUNGAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

PENATAAN KEAGRARIAAN DAN PERTANAHAN WUJUD KESINAMBUNGAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KELEMBAGAAN AGRARIA Teguh Kismantoroadji Kuliah ke-3 PENATAAN KEAGRARIAAN DAN PERTANAHAN WUJUD KESINAMBUNGAN PEMBANGUNAN PERTANIAN oleh Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. PENDAHULUAN 1. Petani selalu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat. disimpulkan bahwa Banyuwangi merupakan wilayah yang rawan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat. disimpulkan bahwa Banyuwangi merupakan wilayah yang rawan BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Banyuwangi merupakan wilayah yang rawan konflik. Hal ini tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa konflik yang terjadi jauh

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. dengan dinamika konflik agraria dalam kehidupan sosial masyarakat Desa

V. KESIMPULAN DAN SARAN. dengan dinamika konflik agraria dalam kehidupan sosial masyarakat Desa V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan yang berkaitan dengan dinamika konflik agraria dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Sendang Ayu dan

Lebih terperinci

PUDARNYA RASA PERSATUAN DI TANDAI DENGAN KONFLIK DAN KEKERASAN ANTAR PETANI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

PUDARNYA RASA PERSATUAN DI TANDAI DENGAN KONFLIK DAN KEKERASAN ANTAR PETANI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 PUDARNYA RASA PERSATUAN DI TANDAI DENGAN KONFLIK DAN KEKERASAN ANTAR PETANI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 NAMA : ROHMAD NUGROHO NIM : 11.11.4910 KELOMPOK : D PROGRAM STUDI : S1 TEKNIK INFORMATIKA DOSEN

Lebih terperinci

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

Cover Page. The handle  holds various files of this Leiden University dissertation. Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,

Lebih terperinci

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL Sepanjang era Orde Baru praksis pembangunan kehutanan senantiasa bertolak dari pola pikir bahwa penguasaan sumberdaya hutan merupakan state property saja

Lebih terperinci

PEMETAAN POLA SENGKETA TANAH PERKEBUNAN DI KABUPATEN JEMBER

PEMETAAN POLA SENGKETA TANAH PERKEBUNAN DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA PEMETAAN POLA SENGKETA TANAH PERKEBUNAN DI KABUPATEN JEMBER Warah Atikah, SH., M.Hum. NIDN. 0025037306 Di danai oleh: DIPA Universitas Jember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Tanah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Tanah dalam hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki kedudukan yang penting dalam masyarakat sebab tanah dinilai memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Tanah dalam hal ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Konservasi No. 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN 29 Bab perubahan struktur agraria ini berisi tentang penjelasan mengenai rezim pengelolaan TNGHS, sistem zonasi hutan konservasi TNGHS, serta kaitan antara

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perubahan Pola Interaksi Masyarakat Dengan Hutan 5.1.1 Karakteristik Responden Rumah tangga petani mempunyai heterogenitas dalam status sosial ekonomi mereka, terlebih

Lebih terperinci

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Kajian sistem pengelolaan dan rehabilitasi IUPHHK restorasi ekosistem Kajian Sistem Pengelolaan dan Rehabilitasi IUPHHK Restorasi Ekosistem Strategi Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh pengarang yang menampilkan gambaran kehidupan masyarakat dengan bahasa sebagai mediumnya.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] BAB III TINDAK PIDANA TERORISME Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan atau hutan tropis yang cukup luas di dunia. Kawasan hutan di Indonesia mencapai ±137,09 Juta ha

Lebih terperinci

BAB XII. Konflik dalam Pengelolaan Hutan Rakyat

BAB XII. Konflik dalam Pengelolaan Hutan Rakyat BAB XII. Konflik dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Pokok bahasan Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian dalam kasus konflik pengelolaan hutan rakyat di Blitar, Jawa Timur. Judul Penelitian Konflik

Lebih terperinci

kepemilikan lahan. Status lahan tidak jelas yang ditunjukkan oleh tidak adanya dokumen

kepemilikan lahan. Status lahan tidak jelas yang ditunjukkan oleh tidak adanya dokumen Lampiran 1 Verifikasi Kelayakan Hutan Rakyat Kampung Calobak Berdasarkan Skema II PHBML-LEI Jalur C NO. INDIKATOR FAKTA LAPANGAN NILAI (Skala Intensitas) KELESTARIAN FUNGSI PRODUKSI 1. Kelestarian Sumberdaya

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di sebabkan karena pelecehan seksual dimana adanya fitnah kepada warga masyarakat suku Bali

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan 324 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui tahap analisis, sampailah kita pada bagian simpulan. Simpulan ini akan mencoba menjawab dua pertanyaan besar pada awal penelitian, yakni Bagaimana

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa, dan segala kekayaan alam yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa, dan segala kekayaan alam yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bumi, air, ruang angkasa, dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah merupakan suatu karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, dan oleh karena itu sudah semestinya

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Peran Pemerintah Kabupaten Mesuji dalam upaya penegakkan Hak Asasi

KESIMPULAN DAN SARAN. Peran Pemerintah Kabupaten Mesuji dalam upaya penegakkan Hak Asasi 116 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Peran Pemerintah Kabupaten Mesuji dalam upaya penegakkan Hak Asasi Manusia dalam kasus agraria PT BSMI masih kurang optimal. Ada dua hal penting yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah 1 BAB I PNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI. memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI. memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Novel Tapol merupakan salah satu prosa fiksi atau cerita rekaan yang memuat serangkaian peristiwa yang dijalin dan disajikan secara kompleks. Novel ini sebagai

Lebih terperinci

PENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT

PENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT Halaman: 1 dari10 (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Dibuat Oleh Direview oleh Disahkan oleh 1 Halaman: 2 dari10 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275 PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275 PERATURAN DESA NEGLASARI NOMOR : 04/Perdes-NS/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertanahan merupakan masalah yang kompleks. Tidak berjalannya program landreform yang mengatur tentang penetapan luas pemilikan tanah mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat

BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat Penyebutan masyarakat dapat ditemukan dalam berbagai peraturan. Masyarakat yang dimaksud tersebut bukan berarti menunjuk pada kerumunan

Lebih terperinci

i

i BRR.1/1.01A/01.01/2005 PEDOMAN PEMETAAN TANAH PARTISIPATIF i ( halaman ini sengaja dikosongkan ) iii ( halaman ini sengaja dikosongkan ) DAFTAR ISI Kata Pengantar... Diagram Alur Proses Rehabilitasi dan

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, secara adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk

Lebih terperinci

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet.

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet. LAMPIRAN a. Pra Pristiwa 1. Bahwa berdasarkan penuturan adik korban, korban memiliki hubungan pertemanan bersama salah satu pelaku, Abiatar. Mereka seringkali minum sagero 1 bersama. Abiatar kerap meminta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya alam yang banyak dimiliki di Indonesia adalah hutan. Pembukaan hutan di Indonesia merupakan isu lingkungan yang populer selama dasawarsa terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (local wisdom). Kearifan lokal (local wisdom) dipahami sebagai gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. (local wisdom). Kearifan lokal (local wisdom) dipahami sebagai gagasangagasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan hutan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari umat manusia. Hutan merupakan sumber daya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sejarah lahan tanah jaluran di Sumatera Timur bermula dari kedatangan onderneming swasta yang dimulai oleh J. Nienhuys yang mampu menghasilkan 50 bal tembakau dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan

Lebih terperinci

Menuju Randublatung, Blora

Menuju Randublatung, Blora Menuju Randublatung, Blora Ditulis oleh Yance Arizona * Malam itu bulan seperti tempurung yang diisi dengan air. Penuh dan datar. Pukul sepuluh malam (09/08/2008) saya tiba di Stasiun Randublatung, Blora.

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia

SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia PELIBATAN PENYANDANG DANA, DALAM KONFLIK PTPN II DAN MASYARAKAT DI KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya. berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya dan

BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya. berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya dan BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya Orang Madura juga dikenal sebagai suku yang senang hidup berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya

Lebih terperinci

UPAYA MEMBERI PAYUNG HUKUM YANG KOMPREHENSIF DI BIDANG KONSERVASI Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 29 April 2016; disetujui: 10 Mei 2016

UPAYA MEMBERI PAYUNG HUKUM YANG KOMPREHENSIF DI BIDANG KONSERVASI Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 29 April 2016; disetujui: 10 Mei 2016 UPAYA MEMBERI PAYUNG HUKUM YANG KOMPREHENSIF DI BIDANG KONSERVASI Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 29 April 2016; disetujui: 10 Mei 2016 Indonesia disebut sebagai negara mega biodiversity karena termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa berupa kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, baik di darat, perairan, maupun di udara yang merupakan modal

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan.

1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan. Van Vollenhoven menyebutkan enam ciri hak ulayat, yaitu persekutuan dan para anggotanya berhak untuk memanfaatkan tanah, memungut hasil dari segala sesuatu yang ada di dalam tanah dan tumbuh dan hidup

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan

BAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan 74 BAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH 7.1. Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan 7.1.1. Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan Pemekaran kecamatan di Kabupaten Maluku Utara, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

PAJAK : ANTARA HUKUM DAN MORAL

PAJAK : ANTARA HUKUM DAN MORAL PAJAK : ANTARA HUKUM DAN MORAL Oleh: Hari Sugiharto (Widyaiswara Madya Balai Diklat Kepemimpinan Magelang) PENDAHULUAN Pagar pada sebuah taman dapat dipandang sebagai sesuatu yang berfungsi untuk menjaga

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Jenis Sekolah : SMK Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu: Jumlah Soal : 40 Soal

Lebih terperinci

Pengetahuan Baik & Jahat. "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan."

Pengetahuan Baik & Jahat. Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan. Pengetahuan Baik & Jahat "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan." Manusia bukan boneka ALLAH Walaupun diciptakan tak bersalah dan suci, nenek moyang kita yang

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dengan sumber daya Hutan Wonosadi antara lain :

BAB III PENUTUP. dengan sumber daya Hutan Wonosadi antara lain : BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Wujud-wujud kearifan lokal warga masyarakat adat dalam interaksi dengan sumber daya Hutan Wonosadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan pembinaan,sehingga anak tersebut bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tanpa beban pikiran

Lebih terperinci

PANDUAN PERTANYAAN UNTUK INFORMAN

PANDUAN PERTANYAAN UNTUK INFORMAN LAMPIRAN 79 PANDUAN PERTANYAAN UNTUK INFORMAN NAMA: TANGGAL: 1. Apakah pernah terjadi permasalahan lahan dengan pihak perkebunan? 2. Permasalahan lahan seperti apa yang terjadi? 3. Berapa kali permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hukum pertambangan harus merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden/Panglima

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk memenuhi kebutuhan papan dan lahan yang menjadikan tanah sebagai alat investasi

Lebih terperinci

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat Oleh : Suzanalisa ABSTRAK Tindak pidana kekerasan premanisme yang sangat lekat dengan pelanggaran hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan komponen penting dan aset yang berharga dalam kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi dan cuci), kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN

BAB 5 ANALISIS KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN BAB 5 ANALISIS KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN 5.1 Sejarah Konflik Sumberdaya Hutan Konflik kehutanan di kawasan Gunung Halimun dimulai sejak tahun 1970- an, ketika hak pengelolaan hutan dipegang oleh Perhutani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

Masalah pertanahan mendapat perhatian yang serius dari para pendiri negara. Perhatian

Masalah pertanahan mendapat perhatian yang serius dari para pendiri negara. Perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Tanah diciptakan oleh Tuhan sebagai tempat makhluk-makhluk yang diciptakannya beraktifitas, termasuk manusia.

Lebih terperinci

PETANI MELAWAN PERKEBUNAN: PERJUANGAN AGRARIA DI JAWA TENGAH 1 Siti Rakhma Mary Herwati*

PETANI MELAWAN PERKEBUNAN: PERJUANGAN AGRARIA DI JAWA TENGAH 1 Siti Rakhma Mary Herwati* PETANI MELAWAN PERKEBUNAN: PERJUANGAN AGRARIA DI JAWA TENGAH 1 Siti Rakhma Mary Herwati* Abstract: One of current agrarian struggles in Central Java is between peasants against plantation estates. This

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari uraian analisis Legenda Asal Mula Pulau Belitung yang mengkaji struktur cerita, konteks penuturan, proses penciptaan dan fungsi sampailah peneliti pada kesimpulan.

Lebih terperinci

0leh : Bibik Nurudduja,S.Ag,M.H

0leh : Bibik Nurudduja,S.Ag,M.H 0leh : Bibik Nurudduja,S.Ag,M.H Bibik nurudduja Tinggal di Desa Kunir RT 01 RW 06 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Jawa Tengah Alumni fak.syariah IAIN Walisongo Semarang & Magister Ilmu Hukum konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kolonial Sumatera Timur merupakan wilayah di Pulau Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama dalam pengembangan

Lebih terperinci

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965 Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965 Tulisan ini bukanlah resensi buku. Melainkan seruan atau anjuran kepada orang-orang yang mempunyai hati nurani dan berperkemanusiaan, atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pengelolaan hutan di Jawa telah melewati waktu yang amat panjang, khususnya untuk hutan jati. Secara garis besar, sejarah hutan jati di Jawa telah melampaui

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Lebih terperinci