LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING"

Transkripsi

1 KESEHATAN LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENELUSURAN POTENSI EKSTRAK SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Lour) Merr.) TERSTANDARISASI SEBAGAI AGEN KEMOPREVENTIF DAN KO-KEMOTERAPI PADA SEL KANKER PAYUDARA DAN LEHER RAHIM Tim Peneliti: Nunuk Aries Nurulita, M.Si., Apt. Prof. Sugiyanto, S.U., PhD., Apt Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor : 094/SP2H/PP/DP2M/III/2010, tanggal 01 Maret 2010 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO NOVEMBER 2010

2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 1. Judul Penelitian : Penelusuran Potensi Ekstrak Sambung Nyawa (Gynura procumbens) Terstandarisasi sebagai Agen Kemopreventif dan Ko-kemoterapi pada Sel Kanker Payudara dan Leher Rahim 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Nunuk Aries Nurulita b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP : d. Jabatan Fungsional : Lektor e. Jabatan Struktural : - f. Bidang Keahlian : Biologi dan Onkologi Molekuler g. Fakultas/Jurusan : Farmasi/- h. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto i. Tim Peneliti No. Nama Bidang Fakultas/Jurusan Perguruan 1. Nunuk Aries Nurulita, M.Si., Apt. Keahlian Biologi dan Onkologi Molekuler Farmasi 1. Prof. Dr. Sugiyanto, SU., Apt. Farmakologi Biokimiawi Farmasi 3. Pendanaan dan Jangka Waktu Penelitian a. Jangka waktu penelitian yang diusulkan : 2 (dua) tahun Biaya Total yang diusulkan untuk 2 tahun : Rp ,- b. Biaya yang disetujui tahun I (2010) : Rp ,- Mengetahui, Purwokerto, 18 Oktober 2010 a.n. Dekan, Fakultas Farmasi UMP PD1 Ketua Peneliti, Tinggi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Universitas Gadjah Mada Pri Iswati Utami, M.Si., Apt. Nunuk Aries Nurulita, M.Si., Apt. NIK NIK Menyetujui, a.n. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Purwokerto Sekretaris, Edi Joko Setyadi, SE., M.Si. NIP

3 LAPORAN HASIL PENELITIAN SUMMARY Our recent study has evaluated ethanolic extract of Gynura procumbens (EEG) as cochemotherapy agent in combination with doxorubicin (DOX) and 5-Fluorouracil (5-FU) against breast cancer cell line, T47D and MCF-7 cells and also with cisplatin (CISP) and 5- Fluorourasil (5-FU) on cervic cancer cell line, HeLa. This study aims to assess whether EEG show synergism with DOX, 5-FU and CISP and to evaluated apoptotic induction because of these treatment. MTT assay was used to measure the growth inhibitory effec of both single (EEG, DOX, 5-FU, or CISP) and combination treatments. EEG inhibited cells growth in a dose dependent manner the IC 50 value on T47D, MCF- Combination assessment was conducted beetwen EEG-DOX on T47D and MCF-7 cell lines, EEG-5-FU on T47D and HeLa cell lines, and also EEG-CISP on HeLa cell line. EEG sensitizes T47D and MCF-7 cells that was treated by DOX/5-FU, boosting its therapeutic potential. Conversely when EEG was combined with CISP on HeLa cell line, it seemed to cause antagonism. Ethidum bromide-acridine orange staining was used to concluded apoptosis phenomenone. EEG single induced apoptosis on both of breast cancer cell lines and resulted synergism effect when it combined with DOX and 5-FU. The inhibitory effect on cell viability was enhanced when it was combined with CISP on HeLa cell line. According to the results obtained, EEG appears to possess sensitizing properties, and cause cell cycle arrest and apoptosis on WiDr cells. EEG demonstrates a possibility of additive to synergism properties when combined with 5-FU but not CISP.

4 PRAKATA Peneltian ini mempunyai kontribusi yang sangat besar mengingat tingkat insidensi kanker payudara dan leher rahim semakin besar di Indonesia dan cepatnya laju toleransi dan resistensi agen kemoterapi yang digunakan. Dengan pengembangan terapi kombinasi antara agen kemoterapi dengan agen kemopreventif sebagai kokemoterapi, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kemoterapi, mengatasi masalah resistensi dan menurunkan resiko toksisitas akibat kemoterapi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan penelitian G. procumbens sebagai agen co-chemotherapy kanker. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap potensi efek sinergistik ekstrak etanol daun G, procumbens dengan agen kemoterapi doxorubisin, 5-fluorourasil, dan cisplatin. Adanya efek sinergis kombinasi ekstrak etanol dengan agen kemoterapi tersebut diharapkan dapat menurunkan dosis terapi dan toksisitasnya terhadap sel normal. Untuk selanjutnya pengembangan G. procumbens sebagai agen kokemoterapi perlu didukung dengan penelitian preklinik dan klinik untuk mendapatkan data ilmiah yang cukup sebagai dasar rekomendasi G. Procumbens dalam praktek kedokteran formal.dengan data ilmiah tersebut diharapkan ekstrak etanol daun G. procumben dapat segera direkomendasikan sebagai agen Ko-kemoterapi kanker.

5 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i A. LAPORAN HASIL PENELITIAN RINGKASAN DAN SUMMARY... ii PRAKATA... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN.. 16 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN B. DRAFT ARTIKEL ILMIAH C. SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kadar kombinasi yang digunakan dalam penelitian 15 Tabel 2. Nilai IC 50 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi pada sel kanker 19 payudara T47D Tabel 3. Nilai IC 50 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi pada sel kanker 22 Payudara MCF-7 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi pada sel kanker leher rahim HeLa Tabel 4. Nilai IC 50 24

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Hasil identifikasi KLT dengan menggunakan pereaksi sitrobotat dan dilihat dibawak sinar UV 365 nm. A. Fase gerak yang digunakan adalah asam asetat 50% B. Fase gerak yang digunakan adalah BAW (4:1:5). Tampah teridentifikasi adanya flavonoid beberapa spot dan salah satu spot mempunyai nilai hrf sama dengan quersetin. 1. Quersetin 2. Ekstrak etanol daun sambung nyawa Gambar 2 Gambaran mikroskopis morfologi sel HeLa (A), sel T47D (B), dan MCF-7 (C) 18 Gambar 3 18 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Ekstrak etanolik sambung nyawa dapat menurunkan viabilitas sel T47D. Sel T47D diberi perlakuan ekstrak etanolik sambung nyawa (0-250 ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 ekstrak etanolik daun sambung nyawa. Agen kemoterapi doxorubicin dan 5-FU dapat menurunkan viabilitas sel T47D. Sel T47D diberi perlakuan agen kemoterapi selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 masing-masing agen tersebut. Pemberian perlakuan sample uji mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker T47D. Sel T47D tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Ekstrak etanolik sambung nyawa dapat menurunkan viabilitas sel MCF-7. Sel MCF-7 diberi perlakuan ekstrak etanolik sambung nyawa ( ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 ekstrak etanolik daun sambung nyawa. Pemberian perlakuan sample uji mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker MCF- 7. Sel MCF-7 tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Doxorubicin dapat menurunkan viabilitas sel T47D. Sel T47D diberi perlakuan doxorubicin (0-250 ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 nya. IC 50 doxorubicin = 438 nm. Pemberian perlakuan doxorubicin mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker MCF-7. Sel MCF-7 tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Ekstrak etanolik sambung nyawa dapat menurunkan viabilitas sel HeLa. Sel HeLa diberi perlakuan ekstrak etanolik sambung nyawa (0-600 ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 ekstrak etanolik daun sambung nyawa. Agen kemoterapi 5-FU dan cisplatin dapat menurunkan viabilitas sel HeLa. Sel HeLa diberi perlakuan agen kemoterapi selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 masing-masing agen tersebut. Pemberian perlakuan sample uji mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker HeLa. Sel HeLa tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa

8 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Kombinasi Dox-EGP dan 5-FU-EGP memberikan efek aditif sampai sinergis terhadap 25 penghambatan pertumbuhan sel T47D. uji kombinasi dilakukan dengan masing-masing 4 (empat) seri konsentrasi dibawah konsentrasi IC 50, untuk agen kemoterapi dan EGP. Semua nilai CI < 1 yang menunjukkan efek aditif sampai sinergis. Kombinasi Dox-EGP (C) dapat menginduksi apoptosis lebih besar jika dibandingkan 26 dengan pemberian tunggal dox atau EGP. Kombinasi 5-FU-EGP (D dan F) dapat menginduksi apoptosis lebih besar jika 27 dibandingkan dengan pemberian tunggal 5-FU (A dan B) atau EGP (C dan D). Fenomena apoptosis sel akibat pemberian perlakuan. Fenomena apoptosis diamati dengan menggunakan metode pengecatan dengan etidium ndicat-akridin orange. Sel normal menunjukkan warna fluoresensi hijau dan bentuk sel utuh (D/G). sel yang diduga mengalami apoptosis berwarna orange, akibat permiabilitas sel terhadap etidium brimida Turun. Sel dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X. Munculnya apoptotic body ( ) menjadi ndicator awal terjadinya apoptosis. Kombinasi Dox-EGP sinergis terhadap penghambatan pertumbuhan sel T47D. uji 28 kombinasi dilakukan dengan masing-masing 4 (empat) seri konsentrasi dibawah konsentrasi IC 50, untuk agen kemoterapi dan EGP. Semua nilai CI < 1 yang menunjukkan efek aditif sampai sinergis. Kombinasi Dox-EGP (C) dapat menginduksi apoptosis lebih besar jika dibandingkan 29 dengan pemberian tunggal dox atau EGP. Kombinasi Cisp-EGP dan 5-FU-EGP hanya memberikan efek aditif terhadap 29 penghambatan pertumbuhan sel HeLa. Uji kombinasi dilakukan dengan masing-masing 4 (empat) seri konsentrasi dibawah konsentrasi IC 50, untuk agen kemoterapi dan EGP.

9 A. LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB I. PENDAHULUAN Kanker merupakan permasalahan yang serius karena tingkat kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. WHO melaporkan terdapat lebih dari 10 juta kasus kanker pertahun di dunia. Pada tahun 2006, diperkirakan ada 1,3 juta kasus kanker di Amerika Serikat, dan lebih dari 550 ribu orang meninggal karena penyakit ini (WHO, 2006). Dari data tahun , di Indonesia diperkirakan terdapat kasus kanker per orang (Tjindarbumi and Mangunkusumo, 2002). Kanker payudara dan leher rahim merupakan dua macam kanker yang frekuensi kejadiannya paling tinggi di antara kanker-kanker jenis lain yang sering menyerang wanita. Hal ini tidak hanya terjadi di suatu tempat saja, namun hampir di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penelitian di Amerika menyatakan bahwa satu dari delapan wanita Amerika terserang kanker payudara dan 30% dari penderita mengalami kematian (WHO, 2006). Sampai saat ini, pengobatan kanker yang efektif dan efisien belum juga ditemukan, sehingga para peneliti memberikan perhatian besar pada penelitian obat antikanker. Tren masyarakat untuk back to nature banyak memotivasi para peneliti dalam usaha pencarian obat kanker dari senyawa-senyawa alam, karena kenyataannya memang belum ada obat kanker yang benar-benar selektif sebagai antikanker. Kegagalan yang sering terjadi dalam usaha pengobatan kanker, utamanya melalui kemoterapi, lebih dikarenakan berkurangnya efikasi agen kemoterapi akibat adanya mekanisme muti drug resistance (Conze, 2001), termasuk pada doxorubicin. Beberapa penelitian bahan alam mulai diarahkan pada agen kokemoterapi, dengan tujuan meningkatkan sensitivitas, menekan resistensi sel kanker dan mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh agen kemoterapi. Daun Gynura procumbens merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi sebagai antikanker. Daun G. Procumbens mengandung flavonoid dan glikosidanya, seperti quercetin, kaempferol-3-o-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida, quercetin-3-orhamnosyl(1-6)galaktosida, quercetin-3-o-rhamnosyl(1-6)glukosida. Selain itu juga mengandung sterol dan glikosida sterol. Ekstrak etanol daun G. procumbens terbukti memberikan efek kemopreventif pada karsinogenesis kanker payudara tikus (Meiyanto, dkk, 2007). Fraksi fenolik daun G. procumbens dapat menghambat proliferasi dan memacu apoptosis sel Hela (Meiyanto dan Septisetyani, 2005). Penelitian kokemoterapi daun G. procumbens bersama dengan doxorubisin pada sel T47D menunjukkan efek sinergis (Jenie 3

10 dan Meiyanto, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi ko-kemoterapi ekstrak etanolik G. procumben dengan doxorubicin terhadap sel kanker payudara T47D dan sel kanker leher rahim HeLa. Daun Gynura procumbens telah diketahui mempunyai kandungan kimia utama berupa flavonoid dan glikosidanya, yaitu quercetin dan kaemferol. Fraksi polar ekstrak etanol daun G. procumbens memiliki efek sitotoksik menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis terhadap sel kanker serviks, HeLa, dengan IC μg/ml (Meiyanto dan Septisetyani, 2005). Flavonoid yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun G. procumbens memiliki aktivitas sitotoksik dengan IC 50 sebesar 98 μg/ml terhadap sel kanker payudara T47D dan meningkatkan ekspresi p53 dan Bax (regulator apoptosis) (Maryati, 2006). Pengembangan agen ko-kemoterapi didasari oleh adanya resistensi agen kemoterapi kanker, yang difokuskan pada peningkatan sensitivitas sel kanker terhadap agen kemoterapi. Penelitian ini diharapkan memberikan landasan yang lebih kuat mengenai khasiat ekstrak etanolik G. procumbens sebagai agen kemopreventif dan ko-kemoterapi dalam terapi kanker payudara dan kanker leher rahim. Uji kemopreventif ekstrak etanolik G. Procumbens meliputi uji sitotoksik, doubling time, serta pengecatan DNA pada cell line T47D dan HeLa.. Standarisasi ekstrak etanolik G. procumbens dengan senyawa penanda quersetin dan kaemferol. Pengujian ko-kemoterapi ekstrak etanolik G. Procumbens dilakukan dengan menetapkan nilai sitotoksisitas sinergistik. Nilai ini ditetapkan dengan menghitung indeks interaksi antara agen kemoterapi dengan ekstrak etanolik G. Procumbens. Pengamatan perubahan fase-fase siklus sel dilakukan dengan flowcytometry assay. Perubahan fase-fase siklus sel dianalisis dengan mengamati perubahan distribusi sel berdasarkan DNA contents. Pengamatan ekspresi protein-protein regulator siklus sel dan apoptosis dilakukan dengan metode imunositokimia, dalam rangka penelusuran mekanisme molekulernya. 4

11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Kanker dan siklus sel Kanker pada dasarnya merupakan sel dengan proliferasi yang tidak terkendali akibat kerusakan gen, utamanya pada regulator daur sel (Sherr, 1996). Pertumbuhan kanker merupakan proses mikroevolusioner yang dapat berlangsung dalam beberapa bulan atau beberapa tahun. Proses pertumbuhan ini dinamakan karsinogenesis, dimulai dari satu sel kanker yang memperbanyak diri dan membentuk koloni kecil dalam jaringan yang sama. Selanjutnya terjadi perubahan genetik (seperti aktivasi onkogen) yang menyebabkan koloni dari sel abnormal menjadi malignan (Scheneider, 1997). Perubahan genetik pada gen-gen yang mengatur pertumbuhan, yaitu onkogen dan tumour supressor gene merupakan perubahan yang sering terjadi (Meiyanto, 1999). Akibatnya sel akan berproliferasi terus menerus dan menimbulkan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Daur sel suatu sel kanker pada dasarnya sama dengan sel normal, yaitu terdapat tiga keadaan: sedang membelah (fase proliferatif), dalam keadaan istirahat (tidak membelah, Go), dan secara permanen tidak membelah. Sel tumor membelah melalui 4 fase, yaitu : fase G1, fase S (Sintesis DNA), fase G2 dan fase M (Foster et al., 2001). Fase G1 merupakan fase yang paling menentukan terhadap keseluruhan daur sel, karena merupakan tahap penting dari sistem regulasi signal pertumbuhan. Fase ini berfungsi untuk memastikan cukupnya sinyal untuk kelangsungan sel dan akurasi transmisi informasi genetik (King, 2000). Fase S (Sintesis DNA ) ditandai dengan adanya proses sintesis DNA dan replikasi genomnya (Wyllie et al., 2000). Sel mereplikasikan DNA menjadi dua set DNA yang identik, dan dengan demikian sel siap memasuki fase G2 (Meiyanto, 2002). Fase ini berlangsung secepat mungkin dengan tujuan meminimalkan pengaruh agen luar (King, 2000). Pada fase G 2, sel melakukan persiapan untuk proses pembagian genome ke sel anak dan juga memastikan ketepatan replikasi DNA dengan enzim preparasi DNA (Wyllie et al., 2000). Selain itu, sel juga melakukan pertumbuhan dan sintesis protein sehingga cukup untuk kelangsungan dua sel yang akan terbentuk (Meiyanto, 2002). Pada fase M, sel melakukan pembagian genome kepada sel anak dengan sama (Wyllie et al., 2000) dengan bantuan sistem mikrotubulus yang membawa kromatid ke kutub yang berlawanan dalam sel (King, 2000). Setelah proses ini selesai, sel akan 5

12 melakukan pembelahan (cytokinesis) sehingga menghasilkan dua sel anak yang identik (Meiyanto, 2002). Kedua sel akan masuk ke fase G 1 atau masuk fase istirahat (G 0 ) (Wyllie et al., 2000) Regulasi daur sel biasanya diatur oleh tiga jenis gen, yaitu oncogen, suppressor genes dan gen yang mengatur replikasi dan repair DNA (Sofyan, 2000). Kedua jenis gen tersebut (oncogen dan suppressor) bekerja secara harmonis untuk mengatur perkembangan sel dalam rangka menjaga integritas tubuh secara keseluruhan. Kerusakan pada gen-gen tersebut berisiko terjadinya kanker atau proliferasi berlebihan (Meiyanto, 1999). Regulasi daur sel dilakukan oleh tiga kelompok protein utama, yaitu cyclin, cyclindependent serine/threonin protein kinases (Cdks) dan cyclin-dependent kinase inhibitor (CKIs) (King, 2000). Sel mengalami siklus sangat tergantung pada aktivasi cyclin dependent kinase (Cdk). Aktivasi Cdk ini berdasar pada ikatannya dengan partner regulator spesifik lain yaitu Cyclin (Foster et al., 2001). Ikatan itu terjadi jika Cdk telah diaktivasi dahulu oleh Cdk activating kinases (CAK) dengan jalan fosforilasi residu treonin (Pan et al., 2002). Tiga protein Cdk utama yang berperan adalah Cdk 4/6, Cdk2, dan Cdk1. Protein Cdk 4/6 dan Cdk 2 berperan dalam fase G1. Cdk 4/6 diaktivasi oleh faktor pertumbuhan sehingga menyebabkan sel keluar dari fase G0 dan memasuki fase G1 (Foster et al., 2001). Komplek Cdk4/6-Cyc D juga berfungsi dalam transisi dari awal ke pertengahan fase G1 (Pan et al., 2002). Cdk2 berperan pada akhir fase G1 agar sel menyelesaikan fase ini, melakukan sintesis DNA (fase S) dan akhirnya masuk awal G2. Cdk1 berperan pada fase G2 akhir sehingga sel menjalani dan menyelesaikan proses mitosisnya (Foster et al., 2001). Aktivasi Cdk dihambat oleh dua kelompok utama protein pengikat, yaitu keluarga INK4 dan keluarga CIP/KIP. Kelompok protein INK4 antara lain adalah p16 INK4 membentuk dimer dengan protein Cdk4 dan Cdk6. Ikatan ini menghambat ikatan Cdk4/6 dengan cyclin D sehingga menghambat aktivasi kinase tersebut. Kelompok protein CIP/KIP adalah protein p21 CIP1, p27 CIP1 dan p57 CIP1. Protein-protein tersebut membentuk komplek trimer dengan Cdk2 yang terikat pada Cyc B atau Cyc A. Protein p21 CIP1 dan p27 CIP1 juga membentuk ikatan dengan kompleks Cdk4/6-Cyclin D sehingga menghambat aktivitasnya pada fase G1. Di lain sisi, ikatan trimer p27 CIP1 -Cyc D-Cdk4/6 ini menyebabkan Cyc E-Cdk 2 dan atau Cyc A-Cdk2 tidak terhambat sehingga memacu sel dari fase G1 ke fase S dan masuk ke awal fase G2 (Foster et al., 2001). Regulasi daur sel melalui gen supresor biasanya melalui gen Retinoblastoma (Rb) dan gen p53. Protein Rb berperan dalam regulasi daur sel secara umum, sedangkan protein 6

13 p53 berperan dalam perbaikan DNA dan pemacuan apoptosis (King, 2000). Protein p53 mencegah reflikasi dari DNA yang rusak pada sel normal dan mendorong program penghancuran sendiri sel yang mengandung DNA yang tidak normal (Sofyan, 2000). Rb bekerja dengan cara menghambat aktivitas faktor transkripsi dari sel, yakni E2F (King, 2000). E2F merupakan faktor transkripsi penting yang bekerja dengan cara menginduksi gen-gen transkripsi agar mengekspresikan protein-protein tertentu, yang sangat diperlukan untuk kelangsungan proses transisi sel dari fase G1 ke fase S (Pan et al., 2002). Rb yang aktif berada dalam bentuk hipofosforilasi, sehingga akan mengikat E2F (King, 2000). Protein Rb sendiri merupakan target utama mekanisme fosforilasi oleh komplek Cdk-Cyc (Weinberg, 1996). Jika Rb berada dalam bentuk hiperfosforilasi maka menjadi tidak aktif, akibatnya E2F akan terlepas (King, 2000). Protein E2F bebas, menjadi aktif dan menginduksi gen-gen transkripsi yang penting untuk kelangsungan daur sel (Pan et al., 2002). Protein p53 berhubungan langsung dengan proses induksi gen CIP1 khususnya yang mengekspresikan p21 CIP1 (Shapiro dan Harper, 1999). Inhibitor Cdk ini memegang peran penting dalam memacu cell cycle arrest pada fase G1 (Pan et al., 2002). Hal ini menunjukkan bahwa p53 menyebabkan G1 arrest secara tidak langsung. Ekspresi protein p53 akan meningkat jika selama fase S terjadi kerusakan DNA. Protein p53 ini akan memberikan tiga efek, yaitu perbaikan DNA, penghentian sintesis DNA, dan atau pemacuan apoptosis. Stimulasi apoptosis bisa lewat mekanisme penurunan ekspresi protein Bcl-2 dan peningkatan protein Bax (King, 2000). Mekanisme kerja Bcl-2 menghambat apoptosis dengan aksi berlawanan terhadap faktor induksi apoptosis Fasl yang biasanya diekspresikan jika sel dalam keadaan stres (Kampa at al, 2003). Protein Bax merupakan pemacu terjadinya apoptosis (King, 2000). Resistensi kanker terhadap agen kemoterapi Perkembangan resistensi sel kanker terhadap agen kemoterapi merupakan faktor penting bagi keberhasilan pengobatan kanker. Resistensi terhadap obat banyak ditemukan pada kanker payudara, prostat dan leukimia. Berbagai mekanisme yang memperantarainya antara lain adalah inaktivasi obat, pengeluaran obat oleh pompa pada membran sel, mutasi pada target obat, kegagalan inisiasi apoptosis (Davis et al., 2003, Notarbartolo et al., 2005). Penelitian Davis et al. (2003) menunjukkan bahwa ekspresi Bcl-2 dan aktivasi Raf- 1 yang berlebihan berperan dalam timbulnya resistensi doxorubicin, lebih lanjut lagi 7

14 tingkat mrna P-glikoprotein meningkat pada sel T47D sehingga akan mengekspresikan Raf-1 aktif secara berlebihan. Bcl-2 termasuk dalam keluarga protein pengatur apoptosis baik sebagai pro maupun anti apoptosis. Protein-protein ini memodulasi apoptosis melalui pembentukan homodimer atau heterodimer dengan anggota keluarga Bcl-2 yang lain. Ekspresi Bcl-2 yang berlebihan ditemukan pada banyak kasus kanker termasuk kolorektal, prostat dan 70% dari kanker payudara (King, 2000; Davis et al., 2003). Sedangkan Raf-1, isoform dari Raf, merupakan intermediat dalam cascade signal transduksi yang diinisiasi oleh berbagai faktor pertumbuhan. Protein ini berperan dalam jalur signal transduksi Raf/MEK/ERK. Jika diaktivasi isoform Raf mampu meningkatkan ekspresi protein-protein tertentu termasuk p21 Cip1 dan c-myc (Davis et al., 2003). Signal transduksi tersebut berperan dalam pengaturan mekanisme yang memperantarai resistensi obat, misalnya jalur Raf/MEK/ERK mengatur ekspresi pompa keluar P-glikoprotein (P-gp). P-glikoprotein adalah suatu transporter yang bergantung pada ATP, terletak di permukaan membran plasma sel. Aktivitas P-gp memompa keluar agen kemoterapi dari sel diduga mengakibatkan timbulnya resistensi sel kanker terhadap kemoterapi (multidrug resistance). Transporter ini mampu memompa keluar berbagai senyawa termasuk banyak agen kemoterapi seperti etoposide, antrasiklin (doxorubicin), dan alkaloid vinca. Namun demikian senyawa seperti verapamil, analog dihidropiridin, dan siklosporin A mampu membalikkan resistensi yang diperantarai P-gp dengan menghambat aktivitas transporter tersebut (Kitagawa, 2006). Ko-kemoterapi Pada umumnya hampir semua regimen dalam pengobatan kanker merupakan suatu kombinasi dari beberapa obat. Idealnya kombinasi obat tersebut merupakan agenagen yang memiliki efek sinergis melawan sel kanker namun dengan profil toksisitas yang masih dapat ditoleransi (efek toksik seminimal mungkin) sehingga secara klinik akan lebih efisien dibandingkan dengan agen tunggal. Kebanyakan kombinasi kemoterapi yang diterapkan saat ini dikembangkan secara empiris. Namun demikian, sampai saat ini belum ada terapi pengobatan untuk kanker payudara yang telah metastasis. Meskipun telah banyak agen sitotoksik yang digunakan dalam pengobatan penyakit ini, tetapi penggunaannya dibatasi oleh resistensi sel kanker terhadap obat. Selain itu, agen kemoterapi sering menimbulkan toksisitas yang tinggi terhadap organ normal. Oleh karenanya pengembangan cara pengobatan baru bagi kanker payudara sangat diperlukan (Tyagi et al., 2004). 8

15 Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah mengkombinasikan senyawa fitokimia atau obat yang non-toksik namun efektif melawan sel kanker dengan agen kemoterapi, yang mana akan meningkatkan efikasinya dan menurunkan toksisitasnya terhadap jaringan normal (Sharma et al., 2004, Tyagi et al., 2004). Uji in vitro menggunakan metode Combination Index (CI) merupakan salah satu model uji preklinik untuk mengetahui efek dari suatu kombinasi sebagai usaha pendekatan penerapan kombinasi yang bermanfaat secara klinik. Metode ini dapat menghemat biaya pengembangan obat dan mempercepat proses menuju uji klinik. Model uji in vitro dapat digunakan sebagai uji preklinik awal untuk menggambarkan interaksi kombinasi sehingga ketika selanjutnya dilakukan uji in vivo maka akan berjalan lebih efisien. Interaksi yang dihasilkan dari suatu kombinasi dapat berupa efek sinergis (efek kombinasi lebih besar daripada aktivitas aditif yang diperkirakan dari masing-masing agen tunggal), aditif, antagonis (kebalikan dari efek sinergis) (Reynolds and Maurer, 2005). Model sel yag digunakan dalam penelitian adalah sel T47D dan HeLa. Sel T47D adalah cell line kanker payudara manusia yang mengekspresikan reseptor estrogen (ER +) dan berasal dari efusi pleural pasien yang menderita kanker payudara. Sel T47D diambil dari jaringan payudara seorang wanita berumur 54 tahun, merupakan sel adherent (melekat) yang dapat ditumbuhkan dalam media penumbuh DMEM atau RPMI yang mengandung fetal bovine serum (FBS) 10% dan antibiotik Penicilin-Streptomycin 1% (ATCC 1,2, 2007). Karakteristik molekuler sel T47D adalah sel tersebut mengekspresikan p53 mutan. Sel Widr adalah sel kanker kolon yang berpotensi metastasis tinggi dan laju resistensinya cepat. Gynura procumbens (Lour) Merr. Sebagai Agen Kemopreventif Gynura procumbens merupakan salah satu tanaman yang telah banyak diteliti mengenai potensinya sebagai antikanker. Beberapa penelitian in vivo membuktikan bahwa ekstrak etanol daun G. procumbens mampu menghambat pertumbuhan tumor paru dan tumor lambung mencit yang diakibatkan oleh benzo(α)piren (Sugiyanto et al., 1993). Ekstrak alkohol daun G. procumbens dilaporkan mempunyai efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh benzo(α)piren. Ekstrak etanol daun G. procumbens juga telah terbukti memberikan efek kemopreventif pada karsinogenesis kanker payudara tikus (Meiyanto, dkk, 2007). Fraksi fenolik daun G. procumbens ter bukti dapat menghambat proliferasi dan memacu apoptosis sel Hela (Meiyanto dan Septisetyani, 2005). Daun G. procumbens juga telah diteliti memiliki potensi sebagai antiangiogenik (Jenie dkk, 2006). 9

16 Sugiyanto, et al. (2003) melaporkan bahwa senyawa aktif ekstrak etanol daun G. procumbens yang memiliki aktivitas antikarsinogenik adalah flavonoid yang mengarah ke golongan flavon/flavonol. Penelitian lebih jauh oleh Maryati (2006) menunjukkan flavonoid yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun G. procumbens memiliki aktivitas sitotoksik dengan IC 50 sebesar 98 μg/ml terhadap sel T47D dan secara kualitatif meningkatkan ekspresi p53 dan Bax (regulator apoptosis). Hasil tersebut menguatkan hasil penelitian sebelumnya baik terhadap ekstrak etanolik maupun fraksifraksinya yang mengarahkan pada efek kemopreventif G. procumbens, baik sebagai blocking maupun suppressing. Penelitian kokemoterapi daun G. procumbens bersama dengan doxorubisin menunjukkan adanya efek sinergis kombinasi keduanya yang berpotensi meningkatkan efikasi agen kemoterapi dan menurunkan toksisitasnya pada jaringan normal (Jenie dan Meiyanto, 2007). 10

17 BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan landasan ilmiah mengenai potensi antikanker dan mekanismenya ekstrak etanolik terstandar dari daun sambung nyawa (G. procumbens) sebagai agen kemopreventif maupun ko-kemoterapi pada kanker payudara dan kanker leher rahim. Data yang akan diungkap dari penelitian ini penting artinya untuk memberi landasan yang kuat dan rasional pada penggunaan preparat tanaman tersebut sebagai agen fitoterapi. Penelitian semacam ini perlu dipercepat, mengingat besarnya potensi kekayaan alam Indonesia yang secara empirik telah diungkap potensinya sebagai obat. Khususnya yang berkaitan dengan penyakit kanker, perlu ditingkatkan intensitas penelitiannya untuk mengungkap rasionalitas keberhasilan terapi preparat tanaman yang telah sering dilaporkan khasiatnya. Keberhasilan penelitian akan memberikan harapan pengembangan lebih lanjut pengembangan manfaat daun sambung nyawa sebagai agen kemopreventif, yaitu pencegah terjadinya dan berkembangnya kanker. Penelitian ko-kemoterapi sangat penting artinya untuk aplikasi lebih lanjut ekstrak daun sambung nyawa dalam mengatasi masalah resistensi agen kemoterapi kanker. Dalam hal ini, ekstrak daun sambung nyawa tersebut dapat digunakan sebagai pendamping kemoterapi konvensional sebagaimana yang telah banyak dipraktekkan di masyarakat. Hasil-hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan lebih lanjut. 11

18 BAB IV. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Uji: a. Simplisia daun sambung nyawa (Gynura procumbens) diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B 2 PTO 2 T) Tawangmangu Jawa Tengah. b. Sel kanker payudara, T47D dan kanker leher rahim, HeLa, diperoleh dari koleksi kultur sel Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM 2. Alat Penelitian a. alat-alat untuk TLC /kromatografi lapis tipis b. Alat-alat gelas dan timbangan analitik, c. inkubator thermostat dan Laminar Air Flow Hood (LAF), d. mikroskop dan alat untuk cell culture e. hemocytometer, cell counter dan alat sterilisasi. f. ELISA reader 3. Bahan kimia a. Etanol pa dan teknik b. plat TLC 4. Bahan untuk pekerjaan kultur sel a. media pencuci RPMI 1640 dan media penumbuh RPMI-serum b. Bahan untuk uji sitotoksisitas : PBS, Tripsin-EDTA, MTT c. Bahan untuk pengecatan DNA : Etidium bromida dan akridine oranye d. Bahan untuk ko-kemoterapi : Doxorubicin (Adriamycin) dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. e. Bahan untuk flowcytometry : Povidium Iodide (PI) f. Bahan untuk imunositokimia : serum kambing normal (Novocastra), anti-igg terkonjugasi biotin, streptavidinperoxidase,3,3-diaminobenzidin (DAB), Meyer-hematoksilin (Dako), anti-cycd, CDK2, p53, BCl-2, dan Bax g. Standard : Quercetin (Siqma Aldrich) 12

19 B. Rencana Penelitian: Tahun I A. Standarisasi ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumbens), standarisasi dilakukan dengan dua metode, yaitu: 1. Metode organoleptik Pembakuan tata cara pelarutan, dalam hal ini perbandingan pelarut sesuai konsentrasi yang diinginkan serta organoleptik ekstrak yang antara lain meliputi pengenalan terhadap rasa, bau, warna, dan kekentalan. 2. Metode instrumental Identifikasi adanya senyawa quersetin dan kaemferol dalam ekstrak etanolik daun sambung nyawa dilakukan menggunakan KLT dengan pembanding senyawa quersetin dan kaemferol. B. Uji kemopreventif ekstrak etanolik daun sambung nyawa(gynura procumbens) dan senyawa standard quercetin dan kaemferol pada cell line kanker payudara (T47D) dan leher rahim (HeLa) Preparasi Ekstrak Etanolik 2 kg serbuk kering daun sambung nyawa dimaserasi dengan etanol (96%) tiga kali masing-masing selama 3 hari, rendaman disaring sehingga diperoleh filtrat. Filtrat yang didapat diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator diperoleh ekstrak kental. Pengeringan ekstrak dilanjutkan dengan freeze-dryer, kemudian ekstrak yang diperoleh di standarisasi. Pembuatan larutan uji Larutan uji dibuat segar dengan melarutkan ekstrak terstandar atau senyawa standard dengan DMSO. Selanjutnya dibuat seri konsentrasi larutan uji 100 ug/ml, 50 ug/ml, 25 ug/ml, dan 10 ug/ml dan 5 ug/ml dalam media kultur. Pekerjaan ini juga dilakukan di dalam LAF. 3. Pemeriksaan Sitotoksisitas a. Preparasi Sel (T47D dan HeLa) Tiap jenis sel diambil dari tanki Nitrogen cair, segera dicairkan dalam penangas air 37 o C, kemudian ampul disemprot dengan etanol 70%. Ampul dibuka dan sel dipindahkan ke dalam tabung conical steril yang berisi mediaum RPMI Suspensi disentrifuse 325 X gravitasi selama 5 menit, kemudian supernatan dibuang diganti medium RPMI baru, kemudian 13

20 4. 5. disuspensikan pelan-pelan. Suspensi sel disentrifuse lagi 325 X gravitasi selama 5 menit. Supernatan dibuang, pelet ditambah 1 ml medium penumbuh yang mengandung 20% PBS, disuspensikan perlahan hingga homogen, kemudian sel ditumbuhkan dalam beberapa (3-4) buah tissue culture flask kecil, diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 o C dengan aliran 5% CO 2. Setelah 24 jam, medium diganti dan sel ditumbuhkan huingga konfluen dan jumlahnya cukup untuk penelitian. b. Panen Sel Setelah jumlah sel cukup, medium diganti dengan medium RPMI 1640/DMEM baru sebanyak 5 ml dan sel dilepas dari dinding flask menggunakan scraper, sel dipindah ke dalam labu takar steril dan ditambah medium RPMI sampai volume 10 ml dan disentrifus 325 X gravitasi selama 5 menit. Sel dicuci dua kali menggunakan medium yang sama dan dihitung jumlah selnya menggunakan homocytometer. Suspensi sel ditambah sejumlah medium hingga memperoleh konsentrasi sel sebesar 5 X 10 4 sel/100 µl dan siap untuk penelitian. c. Uji Sitotoksisitas Sel didistribusi ke dalam sumuran dan diinkubasi selama 24 dan 48 jam bersama sampel (ekstrak atau senyawa standard) dengan bervariasi kadar. Pada akhir inkubasi, kepada masing-masing sumuran ditambahkan 10μl MTT 2,5 μg/ml dalam medium RPMI. Kemudian diinkubasi lagi semalam pada suhu 37 o C. Enzym yang dilepaskan oleh sel (hidup) akan bereaksi dengan MTT membentuk warna ungu/biru. Reaksi ini dihentikan dengan penambahan reagen stopper, lalu diincubasi semalam pada suhu kamar. Serapan dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm. Uji Doubling Time Sel Sel ditumbuhkan di dalam sumuran dengan medium yang ditambah ekstrak dengan seri kadar. Sampling dilakukan pada jam ke-0, 24, 48 dan 72 dengan metode MTT. Pengecatan DNA Pada akhir inkubasi setelah 48 jam medium diambil, sel difiksasi dengan metanol pada obyek glass kemudian ditambahkan RNA-ase dan etidium bromida-akridin oranye 0,1% kemudian ditutup dengan deck glass. Sel diamati setelah 30 menit di bawah mikroskop fluoresensi (Hanif et al., 1997). 14

21 C. Uji Ko-kemoterapi ekstrak etanolik terstandar daun sambung nyawa (G.procumbens) pada sel kanker payudara dan leher rahim Sel T47D atau HeLa sejumlah 3 x 10 3 sel/sumuran didistribusikan ke dalam plate 96 sumuran dan diinkubasi selama 24 jam. Keesokannya media diambil, dicuci PBS, ditambahkan 100 μl media kultur yang mengandung DMSO 0,5.% v/v saja (kontrol) atau sampel tunggal yaitu ekstrak atau senyawa standard atau agen kemoterapi doxorubisin saja atau gabungan keduanya, inkubasi selama 48 jam. Media kultur dibuang, dicuci dengan 100 μl PBS. Masing-masing sumuran ditambahkan 100 μl media kultur yang mengandung MTT 5 mg/ml, inkubasi lagi selama 4 jam pada suhu 37. C. Setelah 4 jam, media yang mengandung MTT dibuang, dicuci dengan PBS, kemudian ditambahkan larutan asam isopropanol, digoyang di atas shaker selama 10 menit kemudian dibaca dengan dengan ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm. Tabel 1. Kadar kombinasi yang digunakan dalam penelitian Doxorubicin (IC 50) Ekstrak etanolik G. procumbens (IC50) 1/10 1/4 1/3 1/2 1/10 1/10 : 1/10 1/10 : 1/4 1/10 : 1/3 1/10 : 1/2 1/4 1/4 : 1/10 1/4 : 1/4 1/4 : 1/3 1/4 : 1/2 1/3 1/3 : 1/10 1/3 : 1/4 1/3 : 1/3 1/3 : 1/2 1/2 1/2 : 1/10 1/2 : 1/4 1/2 : 1/3 1/2 : 1/2 Pengujian Ko-khemopreventif ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens) dilakukan dengan menetapkan nilai sitotoksisitas sinergistik. Nilai ini ditetapkan dengan menghitung indeks interaksi antara agen kemoterapi dengan ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens), menggunakan persamaan: I= (D) 1 /(Dx) 1 + (D) 2 /(Dx) 2 Dimana Dx adalah konsentrasi dari satu senyawa tunggal yang dibutuhkan untuk memberikan efek (dalam hal ini adalah IC50 terhadap pertumbuhan sel kanker payudara dan kanker leher rahim) dan (D) 1, (D) 2 adalah besarnya konsentrasi kedua senyawa untuk memberikan efek yang sama (Notarbartolo et al., 2005). 15

22 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Simplisia Kayu Sambung nyawa Simplisia daun sambung nyawa (Gynura procumbens) diperoleh dari BP2T2OT Tawang mangu Jawa Tengah. Simplisia tersebut berupa daun sambung nyawa yang telah dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari tidak langsung dan dengan bantuan oven. Untuk keperluan ekstraksi dengan metode maserasi, diperlukan simplisia dengan derajat tertentu, disesuaikan dengan jenis simplisia. Untuk simplisia daun sambung nyawa digunakan ayakan dengan Mesh 16. Dengan derajat halus tersebut diharapkan dapat menambah luas permukaan kontak antara simplisia dengan pelarut, sehingga proses ekstraksi berjalan lebih efektif. Untuk keperluan maserasi digunakan 1,0 Kg serbuk kering simplisia daun sambung nyawa, ditempatkan dalam bejana maserasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96 %. Maserasi dengan etanol dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, atau dilakukan re-maserasi, bertujuan agar senyawa aktif yang terkandung dalam kayu Sambung nyawa terekstrak sebanyak mungkin. Penyarian dengan metode re-maserasi ini meghasilkan rendemen ekstrak etanolik G. procumbens sebesar 10,4 %. Penentuan kandungan golongan senyawa Pada penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa senyawa yang berpotensi sebgai anti kanker adalah golongan flavonoid khususnya flavon dan flavanol, maka dalam identifikasi kandungan ekstrak ini difokuskan pada flavonoidnya saja. Metode yang digunakan untuk identifikasi adalah kromatografi lapis tipis (KLT) dengan sistem sebagai berikut : sistem 1 : Fase Diam : selulosa Fase Gerak : Butanol : Asam Asetat : Akuadest (5: 1: 4) Pereaksi semprot : sitroborat Sistem 2 : Fase Diam : selulosa Fase Gerak : asam asetat 50 % Pereaksi semprot : sitroborat Identifikasi kandungan flavonoid ini menggunakan pembanding quersetin, yang juga merupakan salah satu kandungan kimia dalam daun sambung nyawa. Hasil identifikasi dengan KLT adalah sebagai berikut : 16

23 Gambar 1. Hasil identifikasi KLT dengan menggunakan pereaksi sitrobotat dan dilihat dibawak sinar UV 365 nm. A. Fase gerak yang digunakan adalah asam asetat 50% B. Fase gerak yang digunakan adalah BAW (4:1:5). Tampah teridentifikasi adanya flavonoid beberapa spot dan salah satu spot mempunyai nilai hrf sama dengan quersetin. 1. Quersetin 2. Ekstrak etanol daun sambung nyawa Hasil KLT masih menunjukkan spot yang berekor sehingga masih diperlukan optimasi fase gerak lebih lanjut sehingga diperoleh spot yang betul-betul terpisah satu dengan yang lain. Fase gerak yang digunakan pada KLT yang dapat menghasilkan spot yang terpisah dengan baik akan digunakan sebagai acuan fase gerak (pengembang) dalam identifikasi profil kandungan senyawa kimia dengan menggunakan HPLC. Untuk keperluan standarisasi dilakukan 2 (dua) kali ekstraksi dengan metode maserasi dan dilanjutkan dengan identifikasi profil kandungan senyawa kimia dengan HPLC dibandingkan dengan senyawa Quercetin dan Kaemferol sebagai senyawa penanda (marker). Kultur Sel Kanker Payudara, T47D dan Kanker Leher Rahim, HeLa Sel kanker T47D dikultur dengan menggunakan media DMEM sedangkan sel HeLa menggunakan media RPMI, ditambah dengan FBS 10%, Penisilin streptomisin 10 %, dan Fungison 5 %. Sel kanker dikultur sampai 70-80% konfluen dan untuk selanjutnya harus segera dipanen dan digunakan untuk keperluan uji. Untuk mempertahankan sel agar tidak mengalami mutasi karena disub kultur terus menerus maka subkultur dibatasi maksimal sampai 5 (lima) kali, dan setiap kali panen dilakukan penyimpanan sel pada tabung Cryopreservation dan disimpan pada -80 o C. Setelah 5 (lima) kali subkultur sel disimpan dan untuk keperluan kultur berikutnya dilakukan dengan pencairan kembali (thawing) dari tabung Cryopreservation. Perubahan sel dapat dilihat dengan pengamatan mikroskopis morfologi sel. 17

24 Gambar 2. Gambaran mikroskopis morfologi sel HeLa (A), sel T47D (B), dan MCF-7 (C) Uji Sitotoksik Tunggal Ekstrak G. Procumbens dan Beberapa Agen Kemoterapi Penelitian ini dimulai dengan uji sitotoksik, dengan tujuan untuk menentukan parameter ketoksikan yaitu IC 50 yang menunjukkan potensi ketoksikan ekstrak etanolik daun sambung nyawa. Nilai IC 50 menunjukkan kadar senyawa uji yang mampu A menghambat cell viability sebesar 50 %. Nilai IC 50 juga digunakan sebagai patokan untuk menentukan konsentrasi senyawa uji dalam uji doubling time. Sel Kanker Payudara, T47D Pengaruh pemberian perlakuan pada sel kanker T47D dapat dilihat dengan mengamati profil viabilitas sel kontrol dibandingkan dengan sel dengan perlakuan ekstrak sambung nyawa, quercetin, dan agen kemoterapi Doxorubicin, dan 5-Fluorouracil. B Gambar 3. Ekstrak etanolik sambung nyawa dapat menurunkan viabilitas sel T47D. Sel T47D diberi perlakuan ekstrak etanolik sambung nyawa (0-250 ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung ekstrak etanolik daun sambung nyawa. IC 50 18

25 Gambar 4. Agen kemoterapi doxorubicin dan 5-FU dapat menurunkan viabilitas sel T47D. Sel T47D diberi perlakuan agen kemoterapi selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 masing-masing agen tersebut. Tabel 2. Nilai IC 50 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi pada sel kanker payudara T47D Agen/sampel Persamaan garis lurus Korelasi IC 50 EGP Y= -0,689x + 110,1 R 2 =0, ug/ml Dox Y= -0,730x + 96,26 R 2 =0, nm 5-FU Y= -19,82x + 100,1 R 2 =0,954 2,528 (Log) 337 um Pemberian perlakuan EGP, Dox, dan 5-FU dapat menekan pertumbuhan sel kanker payudara T47D yang sejalan dengan meningkatnya konsentrasi sample uji. Nilai IC 50 EGP relative rendah, nilai ini akan menjadi acuan untuk uji berikutnya yaitu uji kombinasi dengan agen kemoterapi Dox/5-FU. 19

26 Gambar 5. Pemberian perlakuan sample uji mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker T47D. Sel T47D tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Sel Kanker Payudara, MCF-7 Pengarus pemberian perlakuan pada sel kanker MCF-7 dapat dilihat dengan mengamati profil viabilitas sel kontrol dibandingkan dengan sel dengan perlakuan ekstrak sambung nyawa, quercetin, dan agen kemoterapi Doxorubicin. Gambar 6. Ekstrak etanolik sambung nyawa dapat menurunkan viabilitas sel MCF-7. Sel MCF-7 diberi perlakuan ekstrak etanolik sambung nyawa ( ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 ekstrak etanolik daun sambung nyawa. 20

27 Gambar 7. Pemberian perlakuan sample uji mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker MCF-7. Sel MCF-7 tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Gambar 8. Doxorubicin dapat menurunkan viabilitas sel T47D. Sel T47D diberi perlakuan doxorubicin (0-250 ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 nya. IC 50 doxorubicin = 438 nm. 21

28 Gambar 9. Pemberian perlakuan doxorubicin mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker MCF- 7. Sel MCF-7 tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Tabel 3. Nilai IC 50 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi pada sel kanker Payudara MCF-7 Agen/sampel Persamaan garis lurus Korelasi IC 50 EGP Y= -0,171x + 96,34 R 2 = 0, ug/ml DOX Y= -0,0835x + 86,589 R 2 =0, nm Sel Kanker Leher Rahim, HeLa Pengarus pemberian perlakuan pada sel kanker HeLa dapat dilihat dengan mengamati profil viabilitas sel kontrol dibandingkan dengan sel dengan perlakuan ekstrak sambung nyawa dan agen kemoterapi Doxorubicin, 5-Fluorouracil, dan Cisplatin. 22

29 Gambar 10. Ekstrak etanolik sambung nyawa dapat menurunkan viabilitas sel HeLa. Sel HeLa diberi perlakuan ekstrak etanolik sambung nyawa (0-600 ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 ekstrak etanolik daun sambung nyawa. Gambar 11. Agen kemoterapi 5-FU dan cisplatin dapat menurunkan viabilitas sel HeLa. Sel HeLa diberi perlakuan agen kemoterapi selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 masing-masing agen tersebut. 23

30 Tabel 4. Nilai IC 50 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi pada sel kanker leher rahim HeLa Agen/sampel Persamaan garis lurus Korelasi IC 50 EGP Y= -0,189x + 111,9 R 2 = 0, ug/ml 5-FU Y= -0,011x + 64,70 R 2 = 0, um Cisplatin Y= -0,840x + 86,60 R 2 = 0, um Gambar 12. Pemberian perlakuan sample uji mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker HeLa. Sel HeLa tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Hasil perhitungan IC 50 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi doxorubicin, 5-FU, dan cisplatin digunakan sebagai acuan untuk uji berikutnya yaitu pengamatan uji kombinasi, pengamatan apoptosis dengan metode double staining, dan pengamatan kinetika proliferasi dengan metode doubling time. 24

31 Uji Kokemoterapi agen kemoterapi dengan ekstrak etanolik sambung nyawa Sel Kanker Payudara T47D Dox dan 5-FU telah digunakan sebagai agen kemoterapi lebih dari 3 (tiga) dekade terakhir, tetapi penggunaannya sangat dibatasi oleh efek samping yang ditimbulkan (Tyagi et al., 2004). Dox dapat menimbulakan efek samping mual, imunosupresi, dan aritmia yang bersifat reversibel dan dapat dikontrol dengan pemberian obat lain. Pada penggunaan jangka panjang Dox dapat menyebabkan cardiomyopathy diikuti dengan gagal jantung. Efek samping Dox sangat bergantung pada dosis pemberiannya (Wattanapitayakul et al., 2005). Penggunaan 5-FU secara tunggal sudah jarang sekali dilakukan seiring dengan menurunnya sensitivitas agen kemoterapi ini pada beberapa sel kanker. Uji kombinasi yang dilakukan adalah Dox-EGP dan 5-FU-EGP pada sel T47D. Konsentrasi kombinasi menggunakan acuan IC 50 dan secara bertahap menurun (seperti tercantum dalam metode penelitian). Gambar 13. Kombinasi Dox-EGP dan 5-FU-EGP memberikan efek aditif sampai sinergis terhadap penghambatan pertumbuhan sel T47D. uji kombinasi dilakukan dengan masing-masing 4 (empat) seri konsentrasi dibawah konsentrasi IC 50, untuk agen kemoterapi dan EGP. Semua nilai CI < 1 yang menunjukkan efek aditif sampai sinergis. 25

32 Hasil uji kombinasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa G. Procumbens mempunyai potensi untuk diteliti lebih jauh sebagai agen kokemoterapi bagi agen Dox dan 5-FU dan diperlukan penelusuran mekanisme aksinya. Pengamatan Apoptosis dengan Metode Double Staining Pengamatan fenomena apoptosis dengan metode double staining menggunakan etidium bromida dan akridin oranye mempunyai arti penting sebagai parameter awal pengamatan mekanisme kematian sel melalui jalur apoptosis. Gambar 14. Kombinasi Dox-EGP (C) dapat menginduksi apoptosis lebih besar jika dibandingkan dengan pemberian tunggal dox atau EGP. 26

33 Gambar 15. Kombinasi 5-FU-EGP (D dan F) dapat menginduksi apoptosis lebih besar jika dibandingkan dengan pemberian tunggal 5-FU (A dan B) atau EGP (C dan D). Fenomena apoptosis sel akibat pemberian perlakuan. Fenomena apoptosis diamati dengan menggunakan metode pengecatan dengan etidium ndicat-akridin orange. Sel normal menunjukkan warna fluoresensi hijau dan bentuk sel utuh (D/G). sel yang diduga mengalami apoptosis berwarna orange, akibat permiabilitas sel terhadap etidium brimida Turun. Sel dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X. Munculnya apoptotic body ( ) menjadi ndicator awal terjadinya apoptosis. 27

34 Sel Kanker Payudara MCF-7 Gambar 16. Kombinasi Dox-EGP sinergis terhadap penghambatan pertumbuhan sel T47D. uji kombinasi dilakukan dengan masing-masing 4 (empat) seri konsentrasi dibawah konsentrasi IC 50, untuk agen kemoterapi dan EGP. Semua nilai CI < 1 yang menunjukkan efek aditif sampai sinergis. Gambar 17. Kombinasi Dox-EGP (C) dapat menginduksi apoptosis lebih besar jika dibandingkan dengan pemberian tunggal dox atau EGP. Sel Kanker Leher Rahim HeLa Uji kombinasi yang dilakukan adalah 5-FU-EGP dan CISP-EGP pada sel HeLa. Konsentrasi kombinasi menggunakan acuan IC 50 dan secara bertahap menurun (seperti tercantum dalam metode penelitian). 28

35 Gambar 18. Kombinasi Cisp-EGP dan 5-FU-EGP hanya memberikan efek aditif terhadap penghambatan pertumbuhan sel HeLa. Uji kombinasi dilakukan dengan masing-masing 4 (empat) seri konsentrasi dibawah konsentrasi IC 50, untuk agen kemoterapi dan EGP. Hasil uji kombinasi pada sel HeLa hanya menunjukan efek aditif dan antagonis ringan, sehingga potensi pengembangan sebagai agen kokemoterapi sangat kecil. Untuk sel HeLa tidak dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menelusuri mekanisme molekulernya. 29

36 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil peneltian ini adalah : 1. Ekstrak etanolik Gynura procumbens mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai agen kokemoterapi dengan agen kemoterapi doxorubicin pada sel kanker payudara MCF-7 dan T47D, serta 5-Fluorouracil pada sel kanker payudara T47D. 2. Potensi kokemoterapi ekstrak etanolik Gynura procumbens pada sel kanker leher rahim hanya menghasilkan efek aditif dan bahkan antagonis ringan, sehingga potensi pengembangan sebagai agen kemoterapi sangat kecil. 30

37 DAFTAR PUSTAKA Albert, B., 1`994, Moleculer Biology of the Cell, 3 th ed., Garland Publisher, Inc., New York and London. Conze, D., Weiss, L., Regen, P.S., Bushan, A., Weaver, D., Johnson, P., and Rincon, M., 2001, Autocrine production of interleukin 6 causes multidrug resistance in breast cancer cells, Cancer Reasearch, 61, Davis, J.M., Navolanic, P.M., Weinstein-Oppenheimer, C.R., Steelman, L.S., Wei H., Konopleva, M., Blagosklonny, M.V., and McCubrey, J.A., 2003, Raf-1 and Bcl-2 induce Distinct and common Pathways tha Contribute to Breast Cancer Drug Resistance, Clinical Cancer Research, 9, Fisher, D.E., 1994, Apoptosis in cancer therapy: Croossing the threshold, Cell, 78, Foster, J. S., Henley, D. C., Ahamed, S., and Wimalasena, J., 2001, Estrogen and cell cycle regulation in breast cancer, Trend in Endocrinology and Metabolism, 12(7): Jenie, R.I., Meiyanto, E., dan Murwanti, R., 2006, Efek antiangiogenik ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) pada membrane korio alantois (CAM) embrio ayam, MAjalah Farmai Indonesia, 17(1), Jenie, R.I., dan Meiyanto, E., 2007, Ko-kemoterapi ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) dan doxorubicin pada sel kanker payudara, Majalah Farmasi Indonesia, 18(2), Kampa, M., Alexaki, V.I., Notas, G., Nifli, A.P., Nistikaki, A., Hatzoglou, A.,Bakogeorgou, E., Kouimtzoglou, E., Blekas, G., Boskou, D., Gravanis, A., Castanas, E., 2003, Antiproliferatif and apoptotic effects of selective phenolic acids on T47D human breast cancer cells: potential mechanism of action, Breast Cancer Res., 6, King, R.J.B., 2000, Cancer Biology, 2 nd Edition, School of Biological Sciences, University of Surrey, Pearson Education, Harlow-England-London-New York, p , Kitagawa, S., 2006, Inhibitor Effect of polyphenols on P-Glycoprotein-Mediated Transport, Biol. Pharm. Bull., 29(1), 1-6 Maryati, 2006, MEkanisme antiproliferatif isolate flavonoid daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) terhadap sel T47D, Thesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Meiyanto, E., 1999, Efek Antimutagenik Beberapa Fraksi Ekstrak Alkohol Daun Gynura procumbens (Lour)Merr, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Meiyanto, E., 2002, Biologi Molekuler, Buku Ajar, Proyek QUE Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Meiyanto, E. dan Septisetyani, E.P., 2005, Efek Antiproliferatif dan Apoptosis Fraksi Etanolik Ekstrak Etanolik Daun Gynura procumbens terhadap Sel HeLa, Artocarpus, 5(2), Meiyanto, E., Susilowati, S., Tasminatun, S., Murwanti, R., dan Sugiyanto, 2007, Efek kemopreventif ekstrak etanolik Gynura procumbens (Lour) Merr. Pada karsinogenesis kanker payudara tikus, Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), Notobartolo, M., Poma, P., Perri, D., Dusonchet, L., Cervello, M., and Alessandro, N., 2005, Antitumor effects of curcumin, alone or in combination with cisplatin or doxorubicin, on human hepatic cancer cells, analysis of their possible relationship 31

38 to change in NF-κB activation levels and in IAP gene expression, Cancer Letter, 224, Pan, M.H., Chen, W.J., Lin-Shiau, S., Ho, C.H., and Lin, J.K., 2002, Tangeretin induces Cell-cycle through inhibiting cyclin-dependent kinase 2 and 4 activities as well as elevating Cdk inhibitor p21 in human colorectal carcinoma cells, Carcinogenesis, Oxford University Press, 23: Reynolds, C.P., and Maurer, B.J., 2005, Evaluating Response to Antineoplastic Drug Combination in Tissue Culture Models, Methods. Mol. Med., 110, Scheneider, A.K., 1997, Cancer Genetics, Encyclopedia of Human Biology, 2 nd Ed., Academic Press. Shapiro, G.I., and Harper, J.W., 1999, Anticancer drug target: cell cycle and checkpoint control, J. Clin. Invest., 104, Sharma, G., Tyagi, A.K., Singh, R.P., Chan, D.C.F., Agarwal, R., 2004, Synergistic anticancer effect of grape seed extract and conventional cytotoxic agent doxorubicin against human breast carcinoma cells, Breast Cancer Reasearch and Treatment, 85, Sherr, C.J. 1996, Cancer Cell Cycles, Science, 274: Singal, P.K., and Illiskovic, N., 1998, Doxorubicin-induced cardiomyopathy, N. Engl. J. Med. 339, Sofyan, R., 2000, Terapi kanker pada tingkat molekuler, Cermin Dunia Kedokteran, 127: Sugiyanto, Sudarto, B., dan Meiyanto, E., 1993, Efek Penghambatan Karsinogenisitas Benzo(a)piren Oleh Preparat Tradisional Tanaman Gynura sp. Dan Identifikasi Awal Senyawa Yang Berkhasiat, Laporan Penelitian P4M DitJen DikTi, Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta. Sugiyanto, Sudarto, B., Meiyanto, E., Nugroho, A. E., Jenie, U. A., 2003, Aktivitas Antikarsinogenik Senyawa yang Berasal dari Tumbuhan, Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), Tjindarbumi, D. and Mangunkusumo, R Cancer in Indonesia, Present and Future., Jpn J Clin Oncol., 32 (Supplement 1): S17-S21. Tyagi, A.K., Agarwal, C., Chan, D.C.F., and Agarwal, R., 2004, Synergistic anti-cancer effects of silibinin with conventional cytotoxic agent doxorubicin, cisplatin, and carboplatin against human breast carcinoma MCF-7 and MDA-MB468 cells, Oncology Report, 11, World Health Organization, 2006, Fact Sheet No. 297, Cancer Wattanapitayakul, S.K., Chularojmontri, L., Herunsalee, A., Charuchongkolwongse, S., Niumsakul, S., and Brauer, J.A., 2005, Screening of antioxidants from medicinal plants for cardioprotective effects against doxorubicin toxicity, Basic & Clinical Pharmacology & Toxicology, 96, 80. Weinberg, R.A., 1996, How Cancer Arises, Sci. Am., 275(3): Wyllie, A., Donahue, V., Fischer, B., Hill, D., Keesey, J., and Manzow, S., 2000, Cell death apoptosis and aecrosis, Rosche Diagnostic Corporation 32

39 LAMPIRAN I. INTRUMEN PENELITIAN Sarana yang digunakan dalam penelitian ini : 1. semua kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi dan Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM. 2. Peralatan utama yang dibutuhkan : No. Nama peralatan Lokasi 1. Peralatan ekstrasi Laboratorium Farmakognosifitokimia Farmasi UMP 2. Peralatan KLT untuk standarisasi Laboratorium Farmakognosifitokimia Farmasi UMP 3. Inkubator CO2 Laboratorium Parasitologi fak kedokteran UGM 4. Laminar air flow Laboratorium Parasitologi fak kedokteran UGM 5. Mikroskop fase kontras Laboratorium Parasitologi fak kedokteran UGM 6. Alat flowcytometry Laboratorium Parasitologi fak kedokteran UGM II. BIODATA DAN RIWAYAT PENELITIAN A. PENELITI UTAMA: 1. Nama Lengkap : Nunuk Aries Nurulita, M.Si., Apt. 2. Pekerjaan : Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 3. NIK : Jenis kelamin : Perempuan 5. Tempat dan tanggal lahir : Banyuwangi, 2 April Alamat Rumah : Perumahan UMP Jl. Soka Indah No. 7 Karangsoka Kembaran Purwokerto Jawa Tengah 7. Pangkat/Golongan : Penata/IIIC 8. Jabatan : Lektor 9. Alamat kantor : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh waluh Kembaran Purwokerto Jawa Tengah 10. Pendidikan 33

40 Jenjang Tempat Tahun Gelar Bidang studi Pendidikan selesai S-1 Fak. Farmasi UGM 1998 Drs Ilmu farmasi Profesi Fak. Farmasi UGM 1999 Apoteker S-2 Fak. Farmasi UGM 2005 M.Si Ilmu Farmasi (Penemuan Obat) S-3 Fak. Farmasi UGM Sedang studi Onkologi molekuler 1. PENGALAMAN PENELITIAN (5 TAHUN TERAKHIR) No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan Sumber Jumlah (Juta Rupiah) Efek antiproliferatif dan antimetastasis MENRISTEK 2007 : kayu secang (Caesalpinea sappan) Prog. insentif 2008 : 80 terhadap sel kanker payudara T47D Efek antiangiogensis ekstrak methanol dan mtetanol-air kayu secang (Caesalpinia sappan, L.) Efek sitotoksik ekstrak methanol dan mtetanol-air kayu secang (Caesalpinia sappan, L.) pada sel kanker payudara T47D melalui induksi apoptosis Efek sitotoksik dan antiproliferatif buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) pada sel kanker payudara T47D Efek antiangiogensis ekstrak methanol dan mtetanol-air mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) Daya Antiinflamasi infuse daum mahkota dewa (Phaleria macrocarpa, Scheff. Boerll.) pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan riset dasar DIKNAS PROP JATENG DIKTI PDM KOPERTIS 10 DIKTI PDM 7,5 UMP 2,5 2. PENGALAMAN PUBLIKASI ILMIAH (3 TAHUN TERAKHIR) No. Tahun Judul Artikel Jurnal / seminar Volume/tempat Nama jurnal /seminar 1. January 15, 2008 The cytotoxicity effect of methanolic fraction of sappan lignum against T47D trough apoptotic induction Aula ITB Timur The 1 st International Symposium on Molecular Pathogenesis Efek sitotoksik dan antiproliferatif Jurnal farmasi Jurnal Farmasi ekstrak kloroform buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) pada sel kanker payudara T47D indonesia, volume 3, nomor 4, ISSN Hal Indonesia Efek sitotoksik dan antiproliferatif Universitas Seminar MIPA 34

41 ekstrak methanol kayu secang (Caesalpinia sappan) terhadap sel kanker payudara T47D The anticancer effect of Pentagamavunon (PGV-0) against breast cancer cell line, T47D, trough apoptotic induction and angiogenesis suppression mechanism,, Nunuk Aries Nurulita, Eddy Meiyanto / Efek Antikanker Pentagammavunon- 0 (PGV-0) terhadap sel kanker payudara T47D yang diinduksi!7-bestradiol melalui mekanisme induksi apoptosis dan penghambatan angiogenesis Nunuk Aries Nurulita, Yoniar Abdullah Muflih / Efek sitotoksik ekstrak methanol kayu secang (Caesalpinia sappan, L.) pada sel kanker payudara T47D melalui induksi apoptosis Nunuk Aries Nurulita, Mahdalena / Efek Antikanker Ekstrak Metanol-Air Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) pada Sel Kanker Payudara T47D Tjiptasurasa, Nunuk Aries Nurulita, Dwi Hartanti, Ari Indriastuti, Puji Setianingrum / Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica charantia L.) dan Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Artemia salina Leach dan Profil Kromatografi Lapis Tipisnya Jendral Soedirman Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada University Sains Kesehatan, Volume 19 No. 1 Hal , ISSN Pharmacy, Vol. 04 No. 01, ISSN Pharmacy, Vol. 04 No. 03, ISSN Pharmacy, Vol. 04 No. 03, ISSN Kimia International symposium of Curcumin Reasearch Sains Kesehatan Pharmacy Pharmacy Pharmacy 35

42 ANGGOTA PENELITI 1. Nama Lengkap : Prof. Sugiyanto, S.U. PhD., Apt. 2. Pekerjaan : Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada 3. NIP : Jenis kelamin : Pria 5. tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 8 Agustus Alamat rumah : Jl. Cerme A 40 Perumahan sidoarum Blok II Godean, Sleman 7. Jabatan : Profesor 8. Alamat kantor : Bag. FArmakologi dan FArmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM Sekip Utara Yogyakarta, Telp : (0274) Pendidikan Jenjang Tempat Tahun Gelar Bidang studi Pendidikan selesai S-1 Fak. Farmasi UGM 1977 Drs Ilmu farmasi Profesi Fak. Farmasi UGM 1978 Apoteker S-2 Fak. Kedokteran UGM 1985 SU Biokimia Medis S-3 The University of Sydney, Australia 1992 PhD Biochemical Pharmacology 3. PENGALAMAN PUBLIKASI ILMIAH (5 TAHUN TERAKHIR) No. Tahun Judul Artikel Jurnal / seminar Volume/tempat Nama jurnal /seminar Sugiyanto, B.Sudarto, Edy Meiyanto, Agung Endro Nugroho, and Umar 14(4), 216 Indonesian Journal of Anggoro Jenie, Anticarcinogenic Pharmacy Activity of Compounds from plants Wahyu Widyaningsing and Sugiyanto, The Effect of Flavonoid Rutin on Microsomal Metabolism of Benzo(a)pyrene Sugiyanto, Oetari, and Agung Endro Nugroho, Biotransformation of Pentagammavunon-0 (PGV-0) in vitro and in vivo studies Meiyanto, E., Susilowati, S., Tasminatun, S., Murwanti, R., dan Sugiyanto, 2007, Efek kemopreventif ekstrak etanolik Gynura procumbens (Lour) Merr. Pada karsinogenesis kanker payudara tikus, 2(2), 71 Media Farmasi 14(20), 290 Indonesian Journal of Pharmacy 18(3), Majalah Farmasi Indonesia 36

43 Meiyanto, E., Tasminatun, S., Susilowati, S., Murwanti, R., dan Sugiyanto, 2007, Penghambatan Karsinogenesis Kanker Payudara Tikus terinduksi DMBA pada fase Post Inisiasi oleh ekstrak etanolik Gynura procumbens (Lour) Merr. 18(4), Majalah Farmasi Indonesia 37

44 B. DRAFT ARTIKEL ILMIAH ETHANOLIC EXTRACT OF Gynura procumbens SENSITIZES BREAST CANCER CELL LINE AGAINST CHEMOTHERAPY AGENT BUT SHOWS ANTAGONISM ON CERVIC CANCER CELL LINE Nunuk Aries Nurulita 1, Sugiyanto 2, and Edy Meiyanto 2 1 Faculty of Pharmacy, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada University Jl. Raya Dukuhwaluh Kembaran Purwokerto Central Java Faculty of Pharmacy Universitas Muhammadiyah Purwokerto, , , nunuknurulita@yahoo.com Content Our recent study has evaluated ethanolic extract of Gynura procumbens (EEG) as cochemotherapy agent in combination with doxorubicin (DOX) and 5-Fluorouracil (5-FU) against breast cancer cell line, T47D and MCF-7 cells and also with cisplatin (CISP) and 5- Fluorourasil (5-FU) on cervic cancer cell line, HeLa. This study aims to assess whether EEG show synergism with DOX, 5-FU and CISP and to evaluated apoptotic induction because of these treatment. MTT assay was used to measure the growth inhibitory effec of both single (EEG, DOX, 5- FU, or CISP) and combination treatments. EEG inhibited cells growth in a dose dependent manner the IC 50 value on T47D, MCF-7, and Hela resulted 87, 271, and 328 μg/ml, respectively. Combination assessment was conducted beetwen EEG-DOX on T47D and MCF-7 cell lines, EEG-5-FU on T47D and HeLa cell lines, and also EEG-CISP on HeLa cell line. EEG sensitizes T47D and MCF-7 cells that was treated by DOX/5-FU, boosting its therapeutic potential. Conversely when EEG was combined with CISP on HeLa cell line, it seemed to cause antagonism. Ethidum bromide-acridine orange staining was used to concluded apoptosis phenomenone. EEG single induced apoptosis on both of breast cancer cell lines and resulted synergism effect when it combined with DOX and 5-FU. The inhibitory effect on cell viability was enhanced when it was combined with CISP on HeLa cell line. According to the results obtained, EEG appears to possess sensitizing properties, and cause cell cycle arrest and apoptosis on WiDr cells. EEG demonstrates a possibility of additive to synergism properties when combined with 5-FU but not CISP. Keywords: Gynura procumbens; T47D, MCF-7, HeLa, Apoptosis.. Pendahuluan Kanker merupakan permasalahan yang serius karena tingkat kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. WHO melaporkan terdapat lebih dari 10 juta kasus kanker pertahun di dunia. Pada tahun 2006, diperkirakan ada 1,3 juta kasus kanker di Amerika Serikat, dan lebih dari 550 ribu orang meninggal karena penyakit ini (WHO, 2006). Dari data tahun , di Indonesia diperkirakan terdapat kasus kanker per orang (Tjindarbumi and Mangunkusumo, 2002). Kanker payudara dan leher rahim merupakan dua macam kanker yang frekuensi kejadiannya paling tinggi di antara kanker-kanker jenis lain yang sering menyerang wanita. Hal ini tidak hanya terjadi di suatu tempat saja, namun hampir di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penelitian di Amerika menyatakan bahwa satu dari delapan wanita Amerika terserang kanker payudara dan 30% dari penderita mengalami kematian (WHO, 2006). 38

45 Sampai saat ini, pengobatan kanker yang efektif dan efisien belum juga ditemukan, sehingga para peneliti memberikan perhatian besar pada penelitian obat antikanker. Tren masyarakat untuk back to nature banyak memotivasi para peneliti dalam usaha pencarian obat kanker dari senyawa-senyawa alam, karena kenyataannya memang belum ada obat kanker yang benar-benar selektif sebagai antikanker. Kegagalan yang sering terjadi dalam usaha pengobatan kanker, utamanya melalui kemoterapi, lebih dikarenakan berkurangnya efikasi agen kemoterapi akibat adanya mekanisme muti drug resistance (Conze, 2001), termasuk pada doxorubicin. Beberapa penelitian bahan alam mulai diarahkan pada agen kokemoterapi, dengan tujuan meningkatkan sensitivitas, menekan resistensi sel kanker dan mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh agen kemoterapi. Daun Gynura procumbens merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi sebagai antikanker. Daun G. Procumbens mengandung flavonoid dan glikosidanya, seperti quercetin, kaempferol-3-o-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida, quercetin-3-orhamnosyl(1-6)galaktosida, quercetin-3-o-rhamnosyl(1-6)glukosida. Selain itu juga mengandung sterol dan glikosida sterol. Ekstrak etanol daun G. procumbens terbukti memberikan efek kemopreventif pada karsinogenesis kanker payudara tikus (Meiyanto, dkk, 2007). Fraksi fenolik daun G. procumbens dapat menghambat proliferasi dan memacu apoptosis sel Hela (Meiyanto dan Septisetyani, 2005). Penelitian kokemoterapi daun G. procumbens bersama dengan doxorubisin pada sel T47D menunjukkan efek sinergis (Jenie dan Meiyanto, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi ko-kemoterapi ekstrak etanolik G. procumben dengan doxorubicin terhadap sel kanker payudara T47D dan sel kanker leher rahim HeLa. Daun Gynura procumbens telah diketahui mempunyai kandungan kimia utama berupa flavonoid dan glikosidanya, yaitu quercetin dan kaemferol. Fraksi polar ekstrak etanol daun G. procumbens memiliki efek sitotoksik menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis terhadap sel kanker serviks, HeLa, dengan IC μg/ml (Meiyanto dan Septisetyani, 2005). Flavonoid yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun G. procumbens memiliki aktivitas sitotoksik dengan IC 50 sebesar 98 μg/ml terhadap sel kanker payudara T47D dan meningkatkan ekspresi p53 dan Bax (regulator apoptosis) (Maryati, 2006). Pengembangan agen ko-kemoterapi didasari oleh adanya resistensi agen kemoterapi kanker, yang difokuskan pada peningkatan sensitivitas sel kanker terhadap agen kemoterapi. Hasil peneltian ini menunjukkan Ekstrak etanolik Gynura procumbens mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai agen kokemoterapi dengan agen kemoterapi doxorubicin dan 5-Fluorouracil pada sel kanker payudara T47D. Potensi kokemoterapi ekstrak etanolik Gynura procumbens pada sel kanker leher rahim hanya menghasilkan efek aditif dan bahkan antagonis ringan, sehingga potensi pengembangan sebagai agen kemoterapi sangat kecil. Metode Bahan Uji: Simplisia daun sambung nyawa (Gynura procumbens) diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B 2 PTO 2 T) Tawangmangu Jawa Tengah. Sel kanker payudara, T47D dan kanker leher rahim, HeLa, diperoleh dari koleksi kultur sel Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM Bahan untuk pekerjaan kultur sel 39

46 RPMI 1640 dan DMEM, FBS, Penisillin/streptomicin, PBS, Tripsin-EDTA, MTT, Etidium bromida dan akridine oranye, doxorubicin (Adriamycin) dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Quercetin (Siqma Aldrich) Standarisasi ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumbens), standarisasi dilakukan dengan dua metode, yaitu: Metode organoleptik Pembakuan tata cara pelarutan, dalam hal ini perbandingan pelarut sesuai konsentrasi yang diinginkan serta organoleptik ekstrak yang antara lain meliputi pengenalan terhadap rasa, bau, warna, dan kekentalan. Metode instrumental Identifikasi adanya senyawa quersetin dan kaemferol dalam ekstrak etanolik daun sambung nyawa dilakukan menggunakan KLT dengan pembanding senyawa quersetin. Uji kemopreventif ekstrak etanolik daun sambung nyawa(gynura procumbens) dan senyawa standard quercetin dan kaemferol pada cell line kanker payudara (T47D) dan leher rahim (HeLa). Preparasi Ekstrak Etanolik 2 kg serbuk kering daun sambung nyawa dimaserasi dengan etanol (96%) tiga kali masingmasing selama 3 hari, rendaman disaring sehingga diperoleh filtrat. Filtrat yang didapat diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator diperoleh ekstrak kental. Pengeringan ekstrak dilanjutkan dengan freeze-dryer, kemudian ekstrak yang diperoleh di standarisasi. Pembuatan larutan uji Larutan uji dibuat segar dengan melarutkan ekstrak terstandar atau senyawa standard dengan DMSO. Selanjutnya dibuat seri konsentrasi larutan uji 100 ug/ml, 50 ug/ml, 25 ug/ml, dan 10 ug/ml dan 5 ug/ml dalam media kultur. Pekerjaan ini juga dilakukan di dalam LAF. Pemeriksaan Sitotoksisitas Preparasi Sel (T47D dan HeLa) Tiap jenis sel diambil dari tanki Nitrogen cair, segera dicairkan dalam penangas air 37 o C, kemudian ampul disemprot dengan etanol 70%. Ampul dibuka dan sel dipindahkan ke dalam tabung conical steril yang berisi mediaum RPMI Suspensi disentrifuse 325 X gravitasi selama 5 menit, kemudian supernatan dibuang diganti medium RPMI baru, kemudian disuspensikan pelan-pelan. Suspensi sel disentrifuse lagi 325 X gravitasi selama 5 menit. Supernatan dibuang, pelet ditambah 1 ml medium penumbuh yang mengandung 20% PBS, disuspensikan perlahan hingga homogen, kemudian sel ditumbuhkan dalam beberapa (3-4) buah tissue culture flask kecil, diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 o C dengan aliran 5% CO 2. Setelah 24 jam, medium diganti dan sel ditumbuhkan huingga konfluen dan jumlahnya cukup untuk penelitian. Panen Sel Setelah jumlah sel cukup, medium diganti dengan medium RPMI 1640/DMEM baru sebanyak 5 ml dan sel dilepas dari dinding flask menggunakan scraper, sel dipindah ke dalam labu takar steril dan ditambah medium RPMI sampai volume 10 ml dan disentrifus 325 X gravitasi selama 5 menit. Sel dicuci dua kali menggunakan medium yang sama dan dihitung jumlah selnya menggunakan homocytometer. Suspensi sel ditambah sejumlah medium hingga memperoleh konsentrasi sel sebesar 5 X 10 4 sel/100 µl dan siap untuk penelitian. Uji Sitotoksisitas 40

47 Sel didistribusi ke dalam sumuran dan diinkubasi selama 24 dan 48 jam bersama sampel (ekstrak atau senyawa standard) dengan bervariasi kadar. Pada akhir inkubasi, kepada masing-masing sumuran ditambahkan 10μl MTT 2,5 μg/ml dalam medium RPMI. Kemudian diinkubasi lagi semalam pada suhu 37 o C. Enzym yang dilepaskan oleh sel (hidup) akan bereaksi dengan MTT membentuk warna ungu/biru. Reaksi ini dihentikan dengan penambahan reagen stopper, lalu diincubasi semalam pada suhu kamar. Serapan dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm. Pengecatan DNA Pada akhir inkubasi setelah 48 jam medium diambil, sel difiksasi dengan metanol pada obyek glass kemudian ditambahkan RNA-ase dan etidium bromida-akridin oranye 0,1% kemudian ditutup dengan deck glass. Sel diamati setelah 30 menit di bawah mikroskop fluoresensi (Hanif et al., 1997). Uji Ko-kemoterapi ekstrak etanolik terstandar daun sambung nyawa (G.procumbens) pada sel kanker payudara dan leher rahim Sel T47D atau HeLa sejumlah 3 x 10 3 sel/sumuran didistribusikan ke dalam plate 96 sumuran dan diinkubasi selama 24 jam. Keesokannya media diambil, dicuci PBS, ditambahkan 100 μl media kultur yang mengandung DMSO 0,5.% v/v saja (kontrol) atau sampel tunggal yaitu ekstrak atau senyawa standard atau agen kemoterapi doxorubisin saja atau gabungan keduanya, inkubasi selama 48 jam. Media kultur dibuang, dicuci dengan 100 μl PBS. Masing-masing sumuran ditambahkan 100 μl media kultur yang mengandung MTT 5 mg/ml, inkubasi lagi selama 4 jam pada suhu 37. C. Setelah 4 jam, media yang mengandung MTT dibuang, dicuci dengan PBS, kemudian ditambahkan larutan asam isopropanol, digoyang di atas shaker selama 10 menit kemudian dibaca dengan dengan ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm. Hasil dan Pembahasan Uji Sitotoksik Tunggal Ekstrak G. Procumbens dan Beberapa Agen Kemoterapi Penelitian ini dimulai dengan uji sitotoksik, dengan tujuan untuk menentukan parameter ketoksikan yaitu IC 50 yang menunjukkan potensi ketoksikan ekstrak etanolik daun sambung nyawa. Nilai IC 50 menunjukkan kadar senyawa uji yang mampu menghambat cell viability sebesar 50 %. Nilai IC 50 juga digunakan sebagai patokan untuk menentukan konsentrasi senyawa uji dalam uji doubling time. Sel Kanker Payudara, T47D Pengarus pemberian perlakuan pada sel kanker T47D dapat dilihat dengan mengamati profil viabilitas sel kontrol dibandingkan dengan sel dengan perlakuan ekstrak sambung nyawa, quercetin, dan agen kemoterapi Doxorubicin, 5-Fluorouracil, dan Cisplatin. 41

48 y = -0,689x + 110,1 R² = 0, % Sel Viabel % Sel Viabel EGP (ug/ml) EGP (ug/ml) Gambar 3. Ekstrak etanolik sambung nyawa dapat menurunkan viabilitas sel T47D. Sel T47D diberi perlakuan ekstrak etanolik sambung nyawa (0-250 ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung ekstrak etanolik daun sambung nyawa. IC y = -0,730x + 96,26 R² = 0, % Sel Viabel % Sel Viabel Dox (nm) Dox (nm) % Sel Viabel % Sel Viabel y = -19,87x + 100,1 R² = 0, FU (nm) 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Log 5-FU Gambar 4. Agen kemoterapi doxorubicin dan 5-FU dapat menurunkan viabilitas sel T47D. Sel T47D diberi perlakuan agen kemoterapi selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 masing-masing agen tersebut. 42

49 Tabel 1. Nilai IC 50 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi pada sel kanker payudara T47D Agen/sampel Persamaan garis lurus Korelasi IC 50 EGP Y= -0,689x + 110,1 R 2 =0, ug/ml Dox Y= -0,730x + 96,26 R 2 =0, nm 5-FU Y= -19,82x + 100,1 R 2 =0,954 2,528 (Log) 337 um A B C D Gambar 5. Pemberian perlakuan sample uji mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker HeLa. Sel HeLa tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Sel Kanker Leher Rahim, HeLa Pengarus pemberian perlakuan pada sel kanker HeLa dapat dilihat dengan mengamati profil viabilitas sel kontrol dibandingkan dengan sel dengan perlakuan ekstrak sambung nyawa dan agen kemoterapi Doxorubicin, 5-Fluorouracil, dan Cisplatin. 43

50 y = -0,189x + 111,9 R² = 0, % Sel Viabel % Sel Viabel EGP (ug/ml) EGP (ug/ml) Gambar 6. Ekstrak etanolik sambung nyawa dapat menurunkan viabilitas sel HeLa. Sel HeLa diberi perlakuan ekstrak etanolik sambung nyawa (0-600 ug/ml) selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung ekstrak etanolik daun sambung nyawa. IC y = -0,011x + 64,70 R² = 0,938 % Sel Viabel % Sel Viabel FU (um) 5-FU (um) y = -0,840x + 86,60 R² = 0, % Sel Viabel % Sel Viabel Cisp (um) Cisp (um) Gambar 7. Agen kemoterapi 5-FU dan cisplatin dapat menurunkan viabilitas sel HeLa. Sel HeLa diberi perlakuan agen kemoterapi selama 24 jam. Viabilitas sel diamati dengan menggunakan metode MTT. Persamaan garis lurus dari kurva digunakan untuk menghitung IC 50 masing-masing agen tersebut. Tabel 2. Nilai IC 50 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi pada sel kanker leher rahim HeLa 44

51 Agen/sampel Persamaan garis lurus Korelasi IC 50 EGP Y= -0,189x + 111,9 R 2 = 0, ug/ml 5-FU Y= -0,011x + 64,70 R 2 = 0, um Cisplatin Y= -0,840x + 86,60 R 2 = 0, um A B C Gambar 8. Pemberian perlakuan sample uji mengakibatkan perubahan morfologi sel kanker HeLa. Sel HeLa tanpa perlakuan (A) seperti daun, membrane sel tampak jelas memisahkan sel satu dengan yang lain, dan sel melekat di dasar flash. Sel yang diberi perlakuan dosis tinggi (A), sedang (B), dan rendah (C) tampak mengalami perubahan morfologi berupa penipsan membrane sel sampai terjadi fragmentasi yang diduga merupakan apoptotic body. Hasil perhitungan IC 50 ekstrak etanolik sambung nyawa dan agen kemoterapi doxorubicin, 5-FU, dan cisplatin digunakan sebagai acuan untuk uji berikutnya yaitu pengamatan uji kombinasi, pengamatan apoptosis dengan metode double staining, dan pengamatan kinetika proliferasi dengan metode doubling time. D 45

52 ( ) Uji Kokemoterapi agen kemoterapi dengan ekstrak etanolik sambung nyawa Sel Kanker Payudara T47D Dox dan 5-FU telah digunakan sebagai agen kemoterapi lebih dari 3 (tiga) dekade terakhir, tetapi penggunaannya sangat dibatasi oleh efek samping yang ditimbulkan (Tyagi et al., 2004). Dox dapat menimbulakan efek samping mual, imunosupresi, dan aritmia yang bersifat reversibel dan dapat dikontrol dengan pemberian obat lain. Pada penggunaan jangka panjang Dox dapat menyebabkan cardiomyopathy diikuti dengan gagal jantung. Efek samping Dox sangat bergantung pada dosis pemberiannya (Wattanapitayakul et al., 2005). Penggunaan 5-FU secara tunggal sudah jarang sekali dilakukan seiring dengan menurunnya sensitivitas agen kemoterapi ini pada beberapa sel kanker. Uji kombinasi yang dilakukan adalah Dox-EGP dan 5-FU-EGP pada sel T47D. Konsentrasi kombinasi menggunakan acuan IC 50 dan secara bertahap menurun (seperti tercantum dalam metode penelitian) Dox (nm) % Sel Viabel 5 12, EGP 5 (ug/ml) 0,9 0,8 0,7 0,6 CI 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Dox (nm) ,5 10 7,5 EGP 5 (ug/ml) 2,5 2,5 5 7,5 10 % S e l V i a b e l FU UM) EGP (ug/ml) 10 C o m b i n a I n d e x t C i I o n 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, FU (um) EGP (ug/ml) 10 Gambar 9. Kombinasi Dox-EGP dan 5-FU-EGP memberikan efek aditif sampai sinergis terhadap penghambatan pertumbuhan sel T47D. uji kombinasi dilakukan dengan masing-masing 4 (empat) seri konsentrasi dibawah konsentrasi IC 50, untuk agen kemoterapi dan EGP. Semua nilai CI < 1 yang menunjukkan efek aditif sampai sinergis. Hasil uji kombinasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa G. Procumbens mempunyai potensi untuk diteliti lebih jauh sebagai agen kokemoterapi bagi agen Dox dan 5-FU dan diperlukan penelusuran mekanisme aksinya. 46

53 Pengamatan Apoptosis dengan Metode Double Staining Pengamatan fenomena apoptosis dengan metode double staining menggunakan etidium bromida dan akridin oranye mempunyai arti penting sebagai parameter awal pengamatan mekanisme kematian sel melalui jalur apoptosis. A B C ` Gambar 10. Kombinasi Dox-EGP (C) dapat menginduksi apoptosis lebih besar jika dibandingkan dengan pemberian tunggal dox atau EGP. D 47

54 A B C D E F G Gambar 11. Kombinasi 5-FU-EGP (D dan F) dapat menginduksi apoptosis lebih besar jika dibandingkan dengan pemberian tunggal 5-FU (A dan B) atau EGP (C dan D). Fenomena apoptosis sel akibat pemberian perlakuan. Fenomena apoptosis diamati dengan menggunakan metode pengecatan dengan etidium ndicat-akridin orange. Sel normal menunjukkan warna fluoresensi hijau dan bentuk sel utuh (D/G). sel yang diduga mengalami apoptosis berwarna orange, akibat permiabilitas sel terhadap etidium brimida Turun. Sel dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X. Munculnya apoptotic body ( ) menjadi ndicator awal terjadinya apoptosis. Sel Kanker Leher Rahim HeLa Uji kombinasi yang dilakukan adalah 5-FU-EGP dan CISP-EGP pada sel HeLa. Konsentrasi kombinasi menggunakan acuan IC 50 dan secara bertahap menurun (seperti tercantum dalam metode penelitian). 48

55 ( ) % S e l V i a b e l FU um) EGP (ug/ml) C o m b i n a t i o n I n d e x C I FU (um) EGP (ug/ml) % 100 C e 80 l l 60 v i a b i l i t y Cisp (um) EGP (ug/ml) C o m b i n a t i o n i n d e x Cisp (um) EGP (ug/ml) Gambar 11. Kombinasi Cisp-EGP dan 5-FU-EGP hanya memberikan efek aditif terhadap penghambatan pertumbuhan sel HeLa. Uji kombinasi dilakukan dengan masing-masing 4 (empat) seri konsentrasi dibawah konsentrasi IC 50, untuk agen kemoterapi dan EGP. Hasil uji kombinasi pada sel HeLa hanya menunjukan efek aditif dan antagonis ringan, sehingga potensi pengembangan sebagai agen kokemoterapi sangat kecil. Untuk sel HeLa tidak dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menelusuri mekanisme molekulernya. Kesimpulan Ekstrak etanolik Gynura procumbens mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai agen kokemoterapi dengan agen kemoterapi doxorubicin dan 5-Fluorouracil pada sel kanker payudara T47D dan MCF-7. Potensi kokemoterapi ekstrak etanolik Gynura procumbens pada sel kanker leher rahim hanya menghasilkan efek aditif dan bahkan antagonis ringan, sehingga potensi pengembangan sebagai agen kemoterapi sangat kecil. 49

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kanker diseluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kanker diseluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan permasalahan yang serius karena tingkat kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. WHO melaporkan kematian akibat kanker diseluruh dunia diperkirakan

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari

Lebih terperinci

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa Tugas Akhir SB 091351 Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa Ika Puspita Ningrum 1507100059 DOSEN PEMBIMBING: Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si N. D. Kuswytasari,

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 8 Dokumen nomor : 0301301 Tanggal : Mengganti nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan penyakit yang disebabkan karena pertumbuhan abnormal pada sel-sel jaringan tubuh. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kosmetik. Jenis biota laut di daerah tropis Indonesia diperkirakan 2-3 kali lebih

BAB I PENDAHULUAN. kosmetik. Jenis biota laut di daerah tropis Indonesia diperkirakan 2-3 kali lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bagian dari wilayah Indopasifik, yang merupakan salah satu pusat keanekaragaman biota laut yang terbesar di dunia. Sumber daya biota laut tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab kematian utama. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab kematian utama. Kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker merupakan penyakit yang dikelompokkan sebagai penyakit terminal (Sudiana, 2011). Kanker menjadi penyebab kematian terbesar di dunia, sebanyak 7,6 juta orang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 2. Gambar daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) a Keterangan: a. Gambar daun poguntano b. Gambar simplisia daun poguntano

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Lampiran 1 Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 2 Gambar tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 3 Gambar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

Lebih terperinci

Mekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker

Mekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker Kode/ Nama Rumpun Ilmu : 404/Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal LAPORAN AKHIR PENELITIAN FUNDAMENTAL Mekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker TIM PENGUSUL Dr.

Lebih terperinci

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro SIDANG TUGAS AKHIR Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro Hani Tenia Fadjri 1506 100 017 DOSEN PEMBIMBING: Awik Puji Dyah Nurhayati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan

Lebih terperinci

Ko-kemoterapi ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) dan Doxorubicin pada sel kanker payudara

Ko-kemoterapi ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) dan Doxorubicin pada sel kanker payudara Majalah Riris Istighfari Farmasi Indonesia, 18(2), 81 87, 27 Ko-kemoterapi ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) dan Doxorubicin pada sel kanker payudara Co-chemotherapy

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA UJI KOMBINASI EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DAN DOXORUBICIN TERHADAP PROLIFERASI SEL KANKER PAYUDARA T47D Oleh : Ika Trisharyanti Dian Kusumowati,

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf (Hirayama), autoklaf konvensional,

Lebih terperinci

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI Oleh: ITSNA FAJARWATI K100 100 031 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry 8 serta doxorubicin 1 µm. Penentuan nilai konsentrasi pada flow cytometry berdasarkan daya penghambatan yang dimungkinkan pada uji sel hidup dan rataan tengah dari range konsentrasi perlakuan. Uji Sitotoksik

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, autoklaf Hirayama,

Lebih terperinci

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2014 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 April 2012

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2014 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 April 2012 Hal. 1 dari 7 Dokumen nomor : 0301402 Tanggal : 23 April 2014 Mengganti nomor : 0301401 Tanggal : 26 April 2012 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor

Lebih terperinci

APLIKASI KO-KEMOTERAPI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAMBUNG NYAWA (GYNURA PROCUMBENS (LOUR.) MERR.) PADA SEL KANKER PAYUDARA MCF-7

APLIKASI KO-KEMOTERAPI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAMBUNG NYAWA (GYNURA PROCUMBENS (LOUR.) MERR.) PADA SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 3, Desember 2009, 132-141 APLIKASI KO-KEMOTERAPI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAMBUNG NYAWA (GYNURA PROCUMBENS (LOUR.) MERR.) PADA SEL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris in vitro. B. Sampel Penelitian Subjek penelitian ini adalah Human Dermal Fibroblast,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 6 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman uji dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UMS dengan cara mencocokkan tanaman pada kunci-kunci determinasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses patogenesisnya, proses pembelahan sel menjadi tidak terkontrol karena gen yang mengatur

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FARMASI UGM Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201400 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada wanita dengan insiden lebih dari 22% (Ellis et al, 2003) dan angka mortalitas sebanyak 13,7% (Ferlay

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia terutama di negara miskin dan berkembang. Peningkatan kasus kanker dari tahun ketahun menjadi beban

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

LAPORAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 LAPORAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 PENGEMBANGAN POTENSI SENYAWA ISOFLAVON DAN DERIVATNYA DALAM KEDELAI HITAM LOKAL (Glycin soja) SEBAGAI AGEN KEMOPREVENTIF TERHADAP CELL LINES KANKER

Lebih terperinci

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2013 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 Februari 2009

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2013 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 Februari 2009 Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Herwandhani Putri Edy Meiyanto Tanggal 23 April 2013 PROTOKOL UJI SITOTOKSIK

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : -

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : - Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC Paraf Nama Sendy Junedi Adam Hermawan Muthi Ikawati Edy Meiyanto Tanggal

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME) Halaman 1 dari 5 FARMASI UGM Dokumen nomor : CCRC0201500 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini berupa penelitian analitik eksperimental. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Laboratorium Biomedik Fakultas kedokteran Universitas Sebelas

Lebih terperinci

TIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA

TIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA TIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA Suryani Hutomo, Chandra Kurniawan Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA Nurshalati Tahar 1, Haeria 2, Hamdana 3 Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

EFEK ANTIPROLIFERATIF DAN APOPTOSIS FRAKSI FENOLIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN Gynura procumbens (Lour.) Merr. TERHADAP SEL HeLa * 1 )

EFEK ANTIPROLIFERATIF DAN APOPTOSIS FRAKSI FENOLIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN Gynura procumbens (Lour.) Merr. TERHADAP SEL HeLa * 1 ) EFEK ANTIPROLIFERATIF DAN APOPTOSIS FRAKSI FENOLIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN Gynura procumbens (Lour.) Merr. TERHADAP SEL HeLa * 1 ) ANTIPROLIFERATIVE AND APOPTOTIC EFFECT OF FENOLIC FRACTION OF ETHANOLIC

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI

UJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI UJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia, Jack) TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN SEL MIELOMA Nina Salamah Disampaikan dalam seminar Nasional PERHIPBA Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Sitotoksisitas Senyawa Golongan Poliketida terhadap Sel HeLa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Sitotoksisitas Senyawa Golongan Poliketida terhadap Sel HeLa 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Sitotoksisitas Senyawa Golongan Poliketida terhadap Sel HeLa Uji sitotoksisitas senyawa aktif golongan poliketida daun sirsak (A. muricata L.) terhadap sel HeLa dilakukan

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK MISELIUM Ganoderma sp. ISOLAT BANYUMAS 1 TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (MCF-7) PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA

POTENSI EKSTRAK MISELIUM Ganoderma sp. ISOLAT BANYUMAS 1 TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (MCF-7) PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA POTENSI EKSTRAK MISELIUM Ganoderma sp. ISOLAT BANYUMAS 1 TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (MCF-7) PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA SKRIPSI oleh KURNIASARI B1J009028 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 5 Dokumen nomor : 0301501 Tanggal : Mengganti nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PRODUKSI HERBAL STANDAR EKSTRAK ETANOL TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata L) SEBAGAI AGEN ANTIKANKER UNTUK PENGOBATAN KANKER (Kajian sitotoksik, mekanisme apoptosis dan

Lebih terperinci

EFEK SITOTOKSIK DAN PENGHAMBATAN KINETIKA PROLIFERASI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOLIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL HeLa

EFEK SITOTOKSIK DAN PENGHAMBATAN KINETIKA PROLIFERASI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOLIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL HeLa EFEK SITOTOKSIK DAN PENGHAMBATAN KINETIKA PROLIFERASI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOLIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL HeLa SKRIPSI OLEH : ALIA EVANINGRUM K 100030168 FAKULTAS

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 7 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Dyaningtyas Dewi PP Rifki Febriansah Adam Hermawan Edy Meiyanto Tanggal 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menimbulkan kematian. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menimbulkan kematian. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel kanker

Lebih terperinci

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI Oleh: ADI CHRISTANTO K 100 080 030 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 5 Dokumen nomor : 0301101 Tanggal : Mengganti nomor : 0201100 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERSEMBAHAN. iv HALAMAN DEKLARASI.... v KATA PENGANTAR.... vi DAFTAR ISI.. viii DAFTAR GAMBAR.. x DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental 4.2. Tempat Penelitian 1. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI Oleh: YENNIE RIMBAWAN PUJAYANTHI K 100 080 203 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides terhadap Sel Kanker Kolon Widr secara In Vitro

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides terhadap Sel Kanker Kolon Widr secara In Vitro Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides terhadap Sel Kanker Kolon Widr secara In Vitro Almaratul Khoiriyah 1506100005 Dosen Pembimbing: Awik Puji Dyah. N. S.Si., M.Si. dan Prof. Dr. Drs.

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN APOPTOSIS DENGAN METODE DOUBLE STAINING

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN APOPTOSIS DENGAN METODE DOUBLE STAINING Halaman 1 dari 5 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201100 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel pada jaringan tubuh secara terus-menerus dan tidak terkendali sehingga dapat mneyebabkan kematian

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH

UJI SITOTOKSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH UJI SITOTOKSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DAN KULIT BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI Oleh : NISWATUN NURUL FAUZI K100130178

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, Viabilitas, dan Abnormalitas Kultur Primer Sel Paru-Paru Fetus Hamster Yang Dipapar Etanol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Terapi kanker payudara yang berlaku selama ini adalah dengan pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi bersifat terapi definitif lokal, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, (yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh

Lebih terperinci

EKSTRAK ETANOL AKAR DAN DAUN DARI TANAMAN Calotropis gigantea AKTIF MENGHAMBAT PERTUMBUHAN SEL KANKER KOLON WiDr SECARA IN VITRO.

EKSTRAK ETANOL AKAR DAN DAUN DARI TANAMAN Calotropis gigantea AKTIF MENGHAMBAT PERTUMBUHAN SEL KANKER KOLON WiDr SECARA IN VITRO. EKSTRAK ETANOL AKAR DAN DAUN DARI TANAMAN Calotropis gigantea AKTIF MENGHAMBAT PERTUMBUHAN SEL KANKER KOLON WiDr SECARA IN VITRO 1 Roihatul Mutiah, 2 Aty Widyawaruyanti, 3 Sukardiman 1 Jurusan Farmasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012 sebanyak 8,2 juta orang meninggal karena kanker dan 65% di antaranya terjadi di negara miskin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Riset Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100%

BAB VI PEMBAHASAN. Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100% 63 BAB VI PEMBAHASAN Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100% dari masing-masing kelompok dan bersifat multipel dengan rerata multiplikasi dari kelompok K, P1, P2, dan P3 berturut-turut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN. berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker berada pada posisi kedua penyebab kematian di negara berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel hepar

Lebih terperinci

Uji Proliverasi dan Uji Apotoksis Ganoderma lucidum (Curtis) P. Karst sebagai Antikanker Serviks

Uji Proliverasi dan Uji Apotoksis Ganoderma lucidum (Curtis) P. Karst sebagai Antikanker Serviks Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 214 Uji Proliverasi dan Uji Apotoksis Ganoderma lucidum (Curtis) P. Karst sebagai Antikanker Serviks Ikhsan Mujahid 1, Bunyamin Muchtasjar 2 Program Studi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena

BAB I PENDAHULUAN. dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian yang utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, penyakit kanker menyebabkan kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker

Lebih terperinci

PROTOKOL IN VITRO NO. JENIS PROTOKOL SUMBER TGL. DIBUAT 1 PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM 2 PEMBUATAN MEDIA KULTUR LENGKAP (MK) 28/02/08

PROTOKOL IN VITRO NO. JENIS PROTOKOL SUMBER TGL. DIBUAT 1 PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM 2 PEMBUATAN MEDIA KULTUR LENGKAP (MK) 28/02/08 CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER (CCRC) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA PROTOKOL IN VITRO NO. JENIS PROTOKOL SUMBER TGL. DIBUAT 1 PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM 2 PEMBUATAN MEDIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan yang digunakan adalah daun tapak liman (E. scaber) diperoleh dari lapangan Dukuhwaluh, Purwokerto; untuk uji aktivitas anti virus digunakan telur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR UNGU DAN UMBI UBI JALAR ORANYE (Ipomoea batatas L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR UNGU DAN UMBI UBI JALAR ORANYE (Ipomoea batatas L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR UNGU DAN UMBI UBI JALAR ORANYE (Ipomoea batatas L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI Oleh : DESI NANAWATI K100130051 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2000, kematian akibat kanker. diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2000, kematian akibat kanker. diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2000, kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua kematian) di seluruh dunia, menyusul kejadian kematian akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

Lebih terperinci

Aktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D

Aktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D Aktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D Amalia Suci Medisusyanti 1*, Haryoto 2 1 Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2 Farmasi, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal (Herien, 2010). Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paku di dunia (Jones dan Luchsinger, 1987; Sastrapradja, 1980 dalam Susilawati,

BAB I PENDAHULUAN. paku di dunia (Jones dan Luchsinger, 1987; Sastrapradja, 1980 dalam Susilawati, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu divisi tumbuhan yang menjadi kekayaan sumber daya alam Indonesia. Diperkirakan terdapat 1.300 spesies yang tumbuh di

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa Cytotoxicity assay ethanol fraction of ethanol 70% extract of bitter melon fruit (Momordica

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker penyebab kematian di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara di Amerika pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Kanker dan Kanker Payudara Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya abnormalitas regulasi pertumbuhan sel dan meyebabkan sel dapat berinvasi ke jaringan serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian tentang Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- dimetilbenz(α)antrasen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk sekelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas

Lebih terperinci

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI n-heksana : KLOROFORM DARI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG MANGROVE (Rhizopora mucronata) PADA SEL KANKER MYELOMA

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI n-heksana : KLOROFORM DARI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG MANGROVE (Rhizopora mucronata) PADA SEL KANKER MYELOMA Majalah Obat Tradisional, 15(2), 51 55, 2010 AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI n-heksana : KLOROFORM DARI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG MANGROVE (Rhizopora mucronata) PADA SEL KANKER MYELOMA CYTOTOXIC ACTIVITY

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK METANOLIK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) DAN DOKSORUBISIN TERHADAP MODULASI SIKLUS SEL KANKER PAYUDARA T47D SKRIPSI

PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK METANOLIK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) DAN DOKSORUBISIN TERHADAP MODULASI SIKLUS SEL KANKER PAYUDARA T47D SKRIPSI PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK METANOLIK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) DAN DOKSORUBISIN TERHADAP MODULASI SIKLUS SEL KANKER PAYUDARA T47D SKRIPSI Oleh : Anis Fauzia 135010963 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

Ibrahim Malang ABSTRAK

Ibrahim Malang ABSTRAK Trad. Med. J., September - December 2017 Vol. 22(3), p 146-152 ISSN-p : 1410-5918 ISSN-e : 2406-9086 Submitted : 14-02-2017 Revised : 29-05-2017 Accepted : 29-09-2017 Aktivitas Antikanker Kombinasi Ekstrak

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Alur Penelitian Kultur Sel dari Penyimpanan Nitrogen Cair Inkubasi selama 48 jam dalam inkubator dengan

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOLIK DAUN

EFEK EKSTRAK ETANOLIK DAUN EFEK EKSTRAK ETANOLIK DAUN Gynura procumbens (Lour) Merr TERHADAP PROLIFERASI SEL KANKER PAYUDARA TIKUS YANG DIINDUKSI 7,12- Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA) ANTIPROLIFERATIVE EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian Eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyebab kematian dengan urutan ke-2 di dunia dengan persentase sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes, 2014). Data Riset Kesehatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix) PADA SEL HeLa CERVICAL CANCER CELL LINE

SKRIPSI. UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix) PADA SEL HeLa CERVICAL CANCER CELL LINE SKRIPSI UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix) PADA SEL HeLa CERVICAL CANCER CELL LINE Disusun oleh: Joshua Nathanael NPM: 100801171 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS

Lebih terperinci

EFEK SITOTOKSIK DAN PENGHAMBATAN KINETIKA PROLIFERASI FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOLIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL HeLa

EFEK SITOTOKSIK DAN PENGHAMBATAN KINETIKA PROLIFERASI FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOLIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL HeLa EFEK SITOTOKSIK DAN PENGHAMBATAN KINETIKA PROLIFERASI FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOLIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL HeLa SKRIPSI Oleh : ZAENAB ACHMAD K 100030183 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

SATUUJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL AKAR, KULIT BATANG, DAN BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SKRIPSI

SATUUJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL AKAR, KULIT BATANG, DAN BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SKRIPSI SATUUJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL AKAR, KULIT BATANG, DAN BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SKRIPSI Oleh: NUR ERVIA RAHMAWATI K100140054 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian di dunia, khususnya di negara-negara berkembang (Anderson et al., 2001;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada ektrak etanol jamur tiram dan kulit rambutan yang ditunjukkan dengan nilai IC 50 serta untuk mengetahui

Lebih terperinci

Kajian secara In Vitro Ekstrak Etanolik Buah Morinda citrifolia L. sebagai Agen Khemopreventif Kanker Payudara yang Potensial

Kajian secara In Vitro Ekstrak Etanolik Buah Morinda citrifolia L. sebagai Agen Khemopreventif Kanker Payudara yang Potensial ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 155-162, September 2012 Kajian secara In Vitro Ekstrak Etanolik Buah Morinda citrifolia L. sebagai Agen Khemopreventif Kanker Payudara yang Potensial In

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab kematian wanita nomor satu (14,7%) di seluruh dunia (Globocan-IARC, 2012). International Agency for Research

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci