BAB 3 ANALISIS & PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS & PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS & PERANCANGAN 3.1 Analisis Permasalahan Menurut Wakapolda Sulawesi Selatan dan Barat (tvone, 2010), Brigjen Pol Wisjnu Amat Sastro, Indonesia saat ini menempati urutan pertama berdasarkan tingkat kasus kecelakaan lalu lintas di ASEAN. Ia menyebutkan, selama periode 2004 hingga 2008 kasus kecelakaan lalu lintas di wilayah Sulawesi Selatan dan Barat saja telah mencapai angka kasus. Korban luka ringan mencapai orang, luka berat orang, korban meninggal jiwa dan kerugian materil mencapai Rp84,416 juta per tahun. Mengenai usia korban, sebagian besar masih tergolong produktif. Terkait hal tersebut, Wisjnu menuturkan ada empat faktor penyebab utama terjadinya kecelakaan lalulintas, yakni kondisi kendaraan, kondisi jalan, lingkungan serta pengendara. Dengan rincian, faktor kendaraan sebanyak kali kecelakaan, faktor jalan kali, faktor lingkungan 577 kali, faktor manusisa kali dan kali faktor lainnya. Berdasarkan dari hasil data di atas, kecelakaan lalu lintas saat ini sering kali terjadi disebabkan oleh faktor manusia (kelalaian pengendara). Kelalaian-kelalaian yang dilakukan oleh pengendara sangat beragam, mulai dari tidak fokusnya pengendara saat menyetir, menggunakan alat komunikasi atau cellphone saat menyetir, melanggar rambu-rambu lalu 47

2 48 lintas, hingga kondisi pengendara yang sedang mengantuk. Untuk menanggapi masalah pengemudi yang mengantuk saat menyetir, dilakukan penelitian untuk membuat piranti lunak yang dapat membantu pengendara untuk mengatasi masalah tersebut dengan menganalisa kondisi mata pengendara. Piranti lunak ini menggunakan mata sebagai objek observasi. Pemilihan mata sebagai objek observasi dikarenakan mata merupakan faktor yang sangat penting untuk mendeteksi keadaan pengemudi, apakah pengemudi dalam keadaan mengantuk atau tidak. Citra mata diambil dengan menggunakan webcam sebagai citra real time. Dengan penggunaan webcam sebagai input secara real time dapat menyebabkan beberapa masalah seperti buffer overflow, serta waktu proses dan keakuratan dalam proses pendeteksian objek. Buffer overflow biasanya disebabkan karena daya tampung memory yang terbatas dalam menyimpan input berupa citra real time secara terus-menerus selama program dijalankan. Waktu proses dan keakuratan dalam melakukan pendeteksian objek menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan metode. Hal ini dikarenakan program berlangsung secara real time maka dibutuhkan waktu proses yang rendah, selain itu mengingat objek yang akan dideteksi cukup kecil berupa mata maka tingkat keakuratan harus diperhatikan.

3 Solusi Permasalahan Setiap permasalahan memiliki peranan nilai dalam menentukan keakuratan program piranti pendeteksian dan analisis kondisi mata. Akan tetapi, setiap permasalahan ini memiliki poin pembahasan yang berbeda, maka untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan beberapa metode yang terpisah. Metode-metode yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain : Menggunakan template sementara untuk menampung citra hasil tangkapan dari web camera. Citra yang sudah selesai diproses dan tidak dibutuhkan lagi akan dihapus. Cara ini digunakan untuk mengatasi buffer flow. Untuk mengatasi waktu proses serta keakuratan dalam mendeteksi objek berupa mata, maka terlebih dahulu dilakukan pendeteksian pada wajah. Pendeteksian ini akan mempersempit ruang pendeteksian mata sehingga mempercepat waktu proses pendeteksian dengan tingkat keakuratan yang tinggi. Untuk pendeteksian wajah digunakan metode Viola-Jones. 3.2 Gambaran Singkat Piranti Pendeteksian dan Analisa Kondisi Mata Tertutup Piranti pendeteksian dan analisis kondisi mata tertutup ini dibangun pada Visual C Express Edition dengan pustaka OpenCV dan menggunakan web cam sebagai sarana untuk mendapatkan masukan berupa citra. Citra ini akan diproses dengan teknik-teknik dasar dari pengolahan citra seperti cvcvtcolor untuk mengubah RGB image menjadi Grayscale image, dan lainnya. Dalam

4 50 pendeteksian objek wajah pada citra digunakan teknik Viola-Jones. Teknik ini dikembangkan oleh Paul-Viola dan Michael Jones, di dalam teknik ini mengandung fitur haar-like, algoritma adaboost, serta metode cascade of classifier. Setelah wajah terdeteksi, maka akan dilanjutkan dengan pendeteksian area mata yang terletak pada wajah. Area mata ini telah diperkirakan dengan perbandingan tertentu dari luas wajah secara keseluruhan. Area mata yang telah terdeteksi ini kemudian akan dilakukan analisa terhadap kondisi mata apakah mata dalam keadaan tertutup atau tidak. Sistem ini dibangun pada visual C Express Edition dengan pustaka opencv. Berikut merupakan rancangan use class diagram dan activity diagram. Sistem deteksi dan analisa kondisi mata Mendeteksi wajah dan mata User Analisa perubahan kondisi mata Gambar 3.1 Use Case Sistem

5 51 Deskripsi Use Case : 1. Mendeteksi wajah dan mata Pada bagian ini dilakukan pendeteksian wajah yang diikuti oleh pendeteksian mata. Flow of Events : 1. User menyalakan alat input berupa web cam atau handycam. 2. Sistem mengambil citra dari alat input. 3. Sistem mendeteksi wajah. 4. Sistem mendeteksi mata.

6 52 User Alat Input Sistem Layar Mengaktifkan alat input Mengcapture citra Mengambil citra dari alat input preprocessing Mendeteksi wajah Mendeteksi mata Action 2 Gambar 3.2 Activity Diagram Mendeteksi Wajah dan Mata

7 53 2. Analisa perubahan kondisi mata Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap perubahan kondisi mata apakah dalam keadaaan tertutup atau tidak. Flow of Events : 1. User menutup atau membuka mata. 2. Sistem menangkap perubahan kondisi pada mata. 3. Sistem menentukan kondisi mata saat ditangkap. 4. Sistem memunculkan warning berupa bunyi bila mata dalam keadaaan tertutup lebih dari waktu yang diperbolehkan.

8 54 User AlatInput Sistem Layar Menutup atau membuka mata Mengcapture citra Membandingkan kondisi mata dengan kondisi sebelumnya \ Menentukan kondisi mata tertutup / terbuka Melewati batas waktu normal Sistem warning Gambar 3.3 Activity Diagram Analisa Perubahan Kondisi Mata

9 Perangkat Lunak Aplikasi Perangkat keras tentunya tidak akan berfungsi tanpa ada perangkat lunak begitu pula sebaliknya. Kedua perangkat tersebut memang saling berkaitan sehingga komputer dapat berfungsi dengan baik. Perkembangan teknologi terutama dalam perangkat keras terus diimbangi oleh perangkat lunaknya sehingga penggunaan komputer lebih maksimal. Kemampuan komputer dirasakan sangat berkaitan dengan perangkat keras dan perangkat lunaknya, maka dari itu diperlukan perangkat lunak yang benar-benar mendukung perangkat kerasnya. Seperti yang kita ketahui, komputer membutuhkan data atau fakta, di mana data ini pada saat diinput akan diterjemahkan menjadi bilangan biner. Mesin komputer memproses fakta atau data menjadi sebuah informasi yang berguna bagi penggunanya. Dengan komputer diharapkan dapat meningkatkan hasil kerja dan mampu memecahkan masalah yang ada. Untuk itu dibuatlah perangkat lunak aplikasi (Application Software). Perangkat lunak aplikasi adalah suatu subkelas perangkat lunak komputer yang memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna. Biasanya dibandingkan dengan perangkat lunak sistem yang mengintegrasikan berbagai kemampuan komputer, tapi tidak secara langsung menerapkan kemampuan tersebut untuk mengerjakan suatu tugas yang menguntungkan pengguna. Contoh utama perangkat lunak aplikasi adalah pengolah kata, lembar kerja, dan pemutar media.

10 56 Beberapa aplikasi yang digabung bersama menjadi suatu paket kadang disebut sebagai suatu paket atau suite aplikasi (application suite). Contohnya adalah Microsoft Office dan OpenOffice.org, yang menggabungkan suatu aplikasi pengolah kata, lembar kerja, serta beberapa aplikasi lainnya. Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket biasanya memiliki antarmuka pengguna yang memiliki kesamaan sehingga memudahkan pengguna untuk mempelajari dan menggunakan tiap aplikasi. Sering kali, mereka memiliki kemampuan untuk saling berinteraksi satu sama lain sehingga menguntungkan pengguna. Contohnya, suatu lembar kerja dapat dibenamkan dalam suatu dokumen pengolah kata walaupun dibuat pada aplikasi lembar kerja yang terpisah. 3.3 Perancangan Perangkat Lunak Aplikasi Proses Inisialisasi dan Pengambilan Input Pada proses ini dilakukan inisialisasi terhadap ukuran mata dalam keadaan terbuka. Inisialisasi ini dilakukan dalam jumlah frame yang telah ditetapkan. Program ini menggunakan input device berupa web-camera yang akan menangkap citra secara real time. Web-camera yang digunakan memiliki standar minimum 320x240 piksel dengan tingkatan minimum 15 fps (frame per second).

11 57 START Inisialisasi variabel Input webcam Cek capture END Simpan frame Cek frame Gambar 3.4 Diagram alir pengambilan input Proses pengambilan input citra diawali dengan menyediakan variabel template matriks yang berukuran 320x240. Setelah berhasil menciptakan variabel tersebut, maka lakukan pengecekan pada input device yaitu web-camera. Lakukan pengecekan capture apakah frame berhasil ditangkap, bila web cam telah berhasil melakukan proses capture maka proses pengambilan input template dapat dilakukan. Pengambilan input template menunjukan bahwa web cam telah beroperasi dengan baik. Frame ini yang nantinya akan menjadi input dalam sistem Tahap Preprocessing Pada Citra Tahap preprocessing citra adalah urutan langkah awal yang dilakukan terhadap frame input sebelum masuk ke dalam proses pendeteksian objek. Preprocessing ini akan mengatur spesifikasi frame yang masuk agar sesuai dengan syarat proses pendeteksian objek pada frame. Urutan langkah yang dilakukan dalam proses preprocessing ini dimulai dari penerimaan frame sampai equalisasi histogram.

12 58 START Inisialisasi variabel input Operasi flip END Equalisasi histogram Operasi Blur Operasi Grayscale Gambar 3.5 Diagram alir preprocessing citra Inisialisasi variabel Menyiapkan variabel yang akan digunakan untuk menampung tahap-tahap dari proses pengolahan citra ini. Variabel yang dibuat memiliki ukuran lebih kecil dari citra asli dengan skala tertentu. Hal ini bertujuan agar ukuran input pada proses pendeteksian wajah lebih kecil sehingga akan memperingan proses pendeteksian Pengambilan frame Hasil tangkapan frame dari web-camera ini akan menjadi input dari sistem piranti lunak pendeteksian dan analisa kondisi mata tertutup Pencerminan citra Dalam menangkap frame dari suatu objek menggunakan web-camera, frame dihasilkan merupakan pencerminan dari objek aslinya. Bagian dari sisi kanan objek akan menjadi sisi kiri pada frame, begitu pula sebaliknya. Masalah tersebut dapat diatasi

13 59 dengan menggunakan operasi flip. Operasi flip ini dilakukan dengan menyalin nilai warna dari citra asli secara berlawanan. Berikut adalah Pseudocode untuk penjelasan lebih lanjut mengenai operasi pencerminan. PSEUDOCODE Flip -> Inisialisasi variabel template matrix frame Height -> set nilai tinggi frame Width -> set nilai lebar frame For i=0 to (nilai height frame - 1) For j = 0 to (nilai width frame - 1) For k = 0 to (nilai channel frame - 1) Begin Flip[i*stepp+(widthj)*channelframe+k] = frame[i*step+(j)] _* channelframe+k] End Set frame = flip (mengembalikan nilai frame hasil pencerminan kepada variabel frame) Operasi untuk mengakses nilai pada citra dilakukan dengan menggunakan Direct Access dengan sebuah pointer.

14 60 Gambar 3.6 Sebelum operasi flip Gambar 3.7 Sesudah menggunakan operasi flip dari pustaka OpenCV

15 Konversi RGB To Gray Proses yang sering dilakukan pada saat image processing adalah konversi citra berwarna menjadi gray-scale. Input citra yang diterima dari web cam berupa gambar RGB (Red Green Blue), sehingga perlu dilakukan proses konversi untuk menyederhanakan citra, dengan tujuan mengurangi tingkat kesalahan pada tahap-tahap berikutnya. Citra RGB terdiri dari 3 layer matrik, yaitu Red layer, Green layer, dan Blue layer, maka pada proses konversi RGB to Gray dilakukan tranformasi dari sebuah image berwarna 24 bit dengan 3 channel menjadi sebuah image grayscale 8 bit dengan single channel. Konversi ini dilakukan dengan melakukan penjumlahan nilai bobot dari warna merah, biru, dan hijau dari citra berwarna. Rumus yang digunakan untuk mengkonversi warna pada citra adalah : Y=0.299R+0.587G+0.114B PSEUDOCODE GrayImg -> Inisialisasi variable template matrix untuk citra grayscale Height -> Set nilai tinggi frame Width -> Set nilai lebar frame For i = 0 to (nilai height frame -1) For j = 0 to (nilai widtgh frame -1)

16 GrayImg [i] [j] = frame [i] [j].r* frame [i] [j].g* frame [i] [j].b* Equalisasi Histogram Equalisasi histogram bertujuan untuk meningkatkan detail dan kontras pada citra, terutama ketika data pada gambar dipresentasikan dengan nilai kontras yang sangat dekat. Melalui penyesuaian, intensitas warna pada citra dapat didistribusikan secara lebih baik pada histogram. Equalisasi ini membuat area dengan nilai kontras yang kecil mendapatkan nilai kontras yang tinggi tanpa mempengaruhi kontras secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dengan melakukan penyebaran secara efektif dari nilai intensitas yang paling banyak Proses Pendeteksian Wajah Proses pendeteksian wajah merupakan salah satu bentuk pengenalan pola pada citra. Citra yang digunakan dalam tahap ini merupakan citra yang telah berhasil ditangkap ke dalam frame oleh web cam dan telah mengalami tahap processing awal. Teknik yang digunakan pada proses pendeteksian wajah ini menggunakan teknik yang dikembangkan oleh viola-jones. Di dalam teknik ini terdapat metode cascade of classifier, haar-like feature classifier, dan lain-lain. Cascade of calssifier adalah suatu metode klasifikasi yang menggunakan beberapa tingkatan dalam melakukan klasifikasi. Di tiap

17 63 tingkatan dilakukan pendeteksian menggunakan fitur haar-like yang jenis dan jumlahnya beragam (semakin tinggi tingkatan, semakin banyak jumlah fitur yang digunakan).

18 64 START Input citra hasil preprocesing Load template wajah Gagal Coba masukkan template lain Berhasil Pendeteksian wajah Menghitung waktu pendeteksian hasil Negative O bject Tidak terdeteksi wajah Pemberian Positive Object lingkaran pada wajah END Gambar 3.8 Diagram Alir Pendeteksian Wajah

19 65 Proses diawali dengan mengambil citra dari hasil preprocessing. Setelah itu dilakukan pengambilan template wajah yang telah disediakan oleh OpenCV. Template yang tersedia merupakan hasil training, ada beberapa template yang disediakan oleh OpenCV untuk mendeteksi wajah seperti haarcascade_frontalface_alt.xml. Setiap template memiliki isi yang berbeda baik dari segi jumlah stage, jumlah tree, model segi empat dari fitur (rectangle) maupun nilai treshold nya. Dengan memilih salah satu dari kelima template itu, pendeteksian wajah pun dapat dilakukan. Template yang digunakan dalam sistem ini adalah haarcascade_frontalface_alt.xml. Template ini kami gunakan karena dalam proses pendeteksian wajah secara frontal yang kami coba memberikan hasil yang lebih stabil dibandingkan dengan template lain. Setelah berhasil mengambil template dari OpenCV, maka proses pendeteksian wajah dapat dilanjutkan dengan menggunakan fungsi cvhaardetectobjects. Fungsi ini akan melakukan proses klasifikasi berdasarkan dari template yang ada terhadap citra input. Pengklasifikasian akan membagi antara sub window yang berupa citra wajah (positif objek) dengan citra selain wajah (negatif objek). <?xml version="1.0"?> <opencv_storage> <haarcascade_frontalface_alt2 type_id="opencv-haarclassifier"> <size>20 20</size>

20 66 <stages> <_> <!-- stage 0 --> <trees> <_> <!-- tree 0 --> <_> <!-- root node --> <feature> <rects> <_> </_> <_> </_></rects> <tilted>0</tilted></feature> <threshold> e- 003</threshold> <left_val> </left_val> <right_node>1</right_node></_> <_> <!-- node 1 --> <feature> <rects> <_> </_> <_> </_></rects> <tilted>0</tilted></feature> <threshold> </threshold>

21 67 <left_val> </left_val> <right_val> </right_val></_></_> <_> <!-- tree 2 --> <stage_threshold> </stage_threshold> <parent>-1</parent> <next>-1</next></_> <_> <!-- stage 1 --> <!-- stage 19 --> <trees> <_> <!-- tree 0 --> <!-- tree > <stage_threshold> </stage_threshold> <parent>18</parent> <next>- 1</next></_></stages></haarcascade_frontalface_alt2> </opencv_storage> Stage melambangkan banyaknya tingkatan dalam cascade of classifier, dalam template ini digunakan 20 tingkatan (stage 0 sampai stage

22 68 19). Tingkatan ini digunakan untuk mengurangi jumlah sub window citra yang perlu diperiksa. Di tingkatan pertama dilakukan pengklasifikasian terhadap seluruh sub window citra, lalu di tingkatan kedua dilakukan pengklasifikasian terhadap sub window yang berasal dari hasil pengklarifikasian tingkatan pertama. Maka semakin tinggi tingkatanya semakin sedikiit jumlah sub window yang harus diperiksa. Di tiap tingkatan terdiri dari beberapa tree, biasanya semakin tinggi tingkatan maka tree yang terdapat di dalamnya pun semakin banyak. Pada stage 0 terdapat 3 tree dan pada stage 19 terdapat 109 tree. Di dalam tree terdapat haar-like feature dan adaboost algorithm. Model haar-like feature ditampilkan dalam koordinat segi empatnya (rects) sedangkan adaboost algorithm digunakan untuk pembobotan ulang weight agar diperoleh strong algorithm, sedangkan proses adaboost ini terjadi di dalam tree.

23 69 Gambar 3.9 Cascade of Classifier Semakin tinggi stage maka jumlah sub window yang diperiksa semakin sedikit akan tetapi jumlah tree yang berfungsi untuk melakukan pengecekan semakin banyak. Hal ini yang memberikan keseimbangan antara waktu proses dan tingkat kompleksitas pada cascade of classifier, sehingga metode ini akan memperoleh hasil dengan nilai error rendah pada waktu yang relatif singkat. Setelah proses pendeteksian wajah berhasil dilakukan, maka sistem akan menetukan sub window mana yang mengandung gambar wajah dan tidak. Pada citra yang mengandung gambar wajah dilakukan proses pemberian kotak di sekitar wajah. Hal ini untuk mengecek apakah proses

24 70 pendeteksian wajah ini telah berhasil mengenali wajah pada citra dengan tepat dan menentukan letak wajah pada citra. Dengan mempertimbangkan tujuan utama dari sistem yaitu untuk menciptakan sebuah piranti lunak aplikasi pendeteksian dan analisa kondisi mata tertutup dengan satu orang pengguna, maka pada sistem ini wajah yang dideteksi hanyalah wajah pengguna. Piranti lunak aplikasi ini mengasumsikan bahwa wajah pengguna adalah wajah yang pertama kali terdeteksi. Gambar 3.10 Hasil Pendeteksian Area Wajah Proses Penentuan Area Mata Proses penentuan mata merupakan kelanjutan dari proses pendeteksian wajah pada citra. Di mana citra input yang digunakan di dalam tahap ini adalah sub window yang telah berhasil dideteksi sebagai wajah.

25 71 Proses penentuan area mata ini menggunakan sebuah nilai perbandingan dari luas area wajah, nilai perbandingan ini telah teruji dan luas area wajah diperoleh dari hasil pendeteksian wajah. Pada pendeteksian wajah ketika terdeteksi maka akan dikembalikan parameter berupa koordinat titik sebelah kiri atas serta panjang dan lebar dari sub window yang berisi citra wajah. Penggunaan perbandingan untuk menentukan area mata pada citra wajah akan mempercepat proses pencarian. Dari perhitungan ini akan dapat diperkirakan posisi dari bola mata, selanjutnya dari posisi yang belum pasti ini akan dilakukan pencarian mengenai letak pasti dari bola mata. Gambar 3.11 Hasil Pendeteksian Area Wajah dan Mata

26 Proses Deteksi Kondisi Mata Peningkatan Contrast Peningkatan contrast digunakan untuk mempertinggi perbedaan detail warna pada citra sehingga perbedaan antara daerah mata dan kulit semakin jelas. Rumus F(s) = ((((s/255)-0.3)*contrast)+0.3)*255 Jika F(s)>255 -> F(s) = 255; Jika F(s)<0 -> F(s) = 0; Ket : s = Nilai tingkat grayscale pada pixel Contrast = nilai contrast (±100) Pseudocode Set n -> nilai contrast (-100 sd 100) For X dari 0 sampai tinggi area mata terdeteksi For y dari 0 sampai lebar area mata terdeteksi Begin Pixel = getpixel (x,y) Pixel = ((((pixel/255)-0.3)*n)+0.3)255 If Pixel > 255 then Pixel = 255 If Pixel < 0 then Pixel = 0 SetPixel (x,y) = pixel End

27 Peningkatan Brightness Peningkatan brightness dilakukan untuk memisahkan antara objek gelap dan objek terang pada wajah, dengan landasan bahwa warna bola mata cenderung mempunyai warna yang gelap dibandingkan bagian wajah lainnya (selain rambut). Teori utama dari brightness adalah menambahkan nilai intensitas warna sebanyak nilai yang kita tentukan agar warna cenderung menjadi lebih terang. Rumus F(s) = s+b; If f(s) > 255 then f(s) = 255 If f(s) < then f(s) = 0; Ket : s = Nilai tingkat grayscale pada pixel b = Nilai brightness (-245 sampai 254) Pseudocode Set n = nilai brightness (-255 sd 255) For x dari 0 sampai tinggi area mata terdeteksi For y dari 0 sampai lebar area mata terdeteksi Begin Pixel = getpixel (x,y) Pixel = pixel + n If Pixel > 255 then Pixel = 255 If Pixel < 0 then pixel = 0 SetPixel(x,y) = pixel End

28 Penentuan Kondisi Mata Tertutup Dalam menentukan kondisi mata tertutup dilakukan dengan cara menaikan kontras dan pemisahan area gelap dan terang dengan meningkatkan brightness maka sudah dapat dideteksi apakah mata sedang terbuka atau tertutup, di saat mata terbuka akan terdeteksi piksel hitam yang berasal dari bagian bola mata. Dengan membandingkan nilai piksel hitam dari frame sebelumnya, maka dapat ditentukan apakah mata terbuka atau tertutup. Gambar 3.12 Hasil Proses Citra (Contoh Mata Terbuka)

29 75 Gambar 3.13 Hasil Proses Citra (Contoh Mata Tertutup) Pada gambar 3.12 menunjukan hasil proses citra setelah dilakukan peningkatan kontras dan brightness, didapatkan mata terbuka karena didaerah mata masih terdapat pixel hitam yang merupakan bagian bola mata. Sedangkan pada gambar 3.13 merupakan hasil proses citra yang menunjukan mata tertutup dikarenakan daerah mata hampir tidak ditemukan nilai pixel hitam. Penentuan dilakukan dengan melihat jumlah pixel hitam yang terdapat didaerah bagian mata, apabila jumlah pixel hitam lebih kecil dari nilai maksimum maka dipastikan bahwa mata user sedang tertutup, sedangkan bila jumlah pixel hitam sebanding dari nilai maksimal maka mata user dipastikan sedang terbuka.

30 76 Untuk mengurangi kesalahan pendeteksian mata tertutup, maka untuk mengirim signal mata tertutup akan dilakukan proses pendeteksian selama 10 frame (sekitar 2 detik), apabila hanya tertutup sebentar atau sekejap saja maka hanya akan dianggap berkedip tanpa ada proses lebih lanjut. Sedangkan apabila mata tertutup, maka akan dikirimkan signal untuk menyalakan warning.

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. yaitu tangan. Akan tetapi ada sekelompok orang yang memilki ketidak-lengkapan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. yaitu tangan. Akan tetapi ada sekelompok orang yang memilki ketidak-lengkapan BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Permasalahan Penggunaan piranti penunjuk pada umumnya melibatkan anggota gerak tubuh yaitu tangan. Akan tetapi ada sekelompok orang yang memilki ketidak-lengkapan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. banyak dipelajari dan dikembangkan saat ini, baik oleh para pelajar, maupun para ahli.

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. banyak dipelajari dan dikembangkan saat ini, baik oleh para pelajar, maupun para ahli. BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Pendeteksian Objek Viola Jones Pendeteksian objek merupakan salah satu topik dalam visi komputer yang cukup banyak dipelajari dan dikembangkan saat ini, baik oleh para

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Lunak Aplikasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang dibutuhkan agar dapat menjalankan aplikasi ini adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Dosen Pembimbing : 1) Prof.Dr.Ir. Mauridhi Hery Purnomo M.Eng. 2) Dr. I Ketut Eddy Purnama ST., MT. Oleh : ATIK MARDIYANI (2207100529)

Lebih terperinci

pengambilan citra video, pemrosesan citra pada setiap frame,, pendeteksian objek

pengambilan citra video, pemrosesan citra pada setiap frame,, pendeteksian objek BAB IV MODEL SISTEM 4.1. Model Sistem Aplikasi yang dibangun adalah aplikasi yang dapat mengolah citra yang diambil dari kamera video, dan menganalisisnya untuk mengetahui keberadaan suatu objek. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Tahap & Hasil Langkah Penelitian Literatur & Referensi. Memahami konsep deteksi wajah

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Tahap & Hasil Langkah Penelitian Literatur & Referensi. Memahami konsep deteksi wajah BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini berisi tentang analisis dan perancangan terhadap permasalahan yang sedang diteliti seperti analisis kebutuhan data dan informasi serta teknik dan peralatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk membuat sebuah aplikasi untuk mengatur kontras pada gambar secara otomatis. Dan dapat meningkatkan kualitas citra

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Deskripsi Umum Sistem Proses pengendalian pointer dengan mata dapat dijelaskan sebagai berikut pertama kamera akan mengkalibrasi gambar dari user yang sedang

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA VIOLA-JONES

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA VIOLA-JONES PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA VIOLA-JONES TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pasundan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang BAB IV PENGUJIAN SISTEM Sistem yang di ujicoba merupakan dari hasil program yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan citra dari WebCam, pengolahan citra yang dimulai dengan update citra kondisi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Kerangka Pikir Pengenalan wajah merupakan suatu teknologi dalam dunia kecerdasan buatan agar komputer dapat meniru kemampuan otak manusia dalam mendeteksi dan mengenali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengenalan wajah adalah aplikasi dari pengolahan citra yang dapat mengidentifikasi seseorang melalui citra digital atau frame video. Sistem pengenalan wajah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Jones, kami membuat sebuah aplikasi sederhana, dengan spesifikasi perangkat lunak

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Jones, kami membuat sebuah aplikasi sederhana, dengan spesifikasi perangkat lunak BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Aplikasi Pengujian Untuk menguji kecepatan dan keakuratan metode pendeteksian wajah Viola Jones, kami membuat sebuah aplikasi sederhana, dengan spesifikasi perangkat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Permasalahan Pemanfaatan Augmented Reality pada umumnya berfokus pada kemampuan visualnya, yaitu berupa bentuk tiga dimensi, lingkungan tiga dimensi, animasi,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Permasalahan Aplikasi ini tergolong sebagai sistem kecerdasan buatan karena akan menggantikan peran seseorang yang mampu mengenali ekspresi wajah. Tiga ekspresi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 68 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Algoritma Pengujian dilakukan untuk mendapatkan algoritma yang paling optimal dari segi kecepatan dan tingkat akurasi yang dapat berjalan secara real time pada smartphone

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM III.1 Analisis Sistem Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam beberapa komponen dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah studi literatur, pembuatan program serta melakukan deteksi dan tracking obyek. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang melakukan proses data mulai dari pengolahan citra otak hingga menghasilkan output analisa

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Tahapan analisa merupakan tahapan awal dalam perekayasaan perangkat lunak. Pada tahapan ini menjelaskan apa yang dilakukan sistem, siapa yang menggunakannya

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sistem vision yang akan diimplementasikan terdiri dari 2 bagian, yaitu sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem vision ini adalah

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Tahapan analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum masuk ke tahapan perancangan. Tujuan dilakukannya analisis terhadap suatu sistem

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya untuk mengidentifikasikan masalah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Diagram Blok Sistem Rancangan perangkat keras dari aplikasi pengenalan wajah ini dapat dilihat pada diagram blok Gambar 3.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Webcam Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media yang berorientasi pada image dan video dengan resolusi tertentu. Umumnya webcam adalah sebuah perngkat

Lebih terperinci

REALISASI SISTEM DETEKSI RASA KANTUK BERDASARKAN DURASI KEDIPAN MATA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES

REALISASI SISTEM DETEKSI RASA KANTUK BERDASARKAN DURASI KEDIPAN MATA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES REALISASI SISTEM DETEKSI RASA KANTUK BERDASARKAN DURASI KEDIPAN MATA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES Avrian Andreas Marjono NRP : 1222006 e-mail : avrianandreas@yahoo.co.id ABSTRAK Rasa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih locker

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih locker BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Pada perancangan tugas akhir ini menggunakan metode pemilihan locker secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Anita T. Kurniawati dan Afrilyan Ruli Dwi Rama Teknik Informatika-ITATS, Jl. Arief Rahman Hakim 100 Surabaya Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Tulisan Tangan angka Jawa Digitalisasi Pre-Processing ROI Scalling / Resize Shadow Feature Extraction Output Multi Layer Perceptron (MLP) Normalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini, pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi sistem meliputi kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk melakukan perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini merupakan pembahasan tentang analisis dan implementasi metode 2D Haar Wavelet Transform dan Least Significant Bit dalam proses penyisipan watermark pada citra

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Dalam mengetahui suatu bahan jenis kulit cukup sulit karena bahan jenis kulit memeliki banyak jenis. Setiap permukaan atau tekstur dari setiap jenisnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan citra digital merupakan salah satu subjek dari teknologi informasi yang sangat menarik dan menantang saat ini. Proses pengolahan citra digital bertujuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Adapun spesifikasi komputer yang digunakan pada aplikasi penelitian pengenalan ekspresi wajah ini seperti pada tabel Tabel 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI 3.1 Rancangan Aplikasi Program aplikasi motion detection yang akan dirancang memiliki struktur hirarki di mana terdapat 3 sub menu dari menu utamanya yaitu sub menu file,

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Sinar Monika 1, Abdul Rakhman 1, Lindawati 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan

Lebih terperinci

PENGENDALI POINTER DENGAN GAZE TRACKING MENGGUNAKAN METODE HAAR CLASSIFIER SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI (EYE POINTER)

PENGENDALI POINTER DENGAN GAZE TRACKING MENGGUNAKAN METODE HAAR CLASSIFIER SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI (EYE POINTER) PENGENDALI POINTER DENGAN GAZE TRACKING MENGGUNAKAN METODE HAAR CLASSIFIER SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI (EYE POINTER) Edi Satriyanto (edi@eepis-its.edu) Fernando Ardilla Risa Indah Agustriany Lubis Politeknik

Lebih terperinci

BAB 3 A ALSIS DA PERA CA GA SISTEM

BAB 3 A ALSIS DA PERA CA GA SISTEM BAB 3 A ALSIS DA PERA CA GA SISTEM 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem merupakan tahap yang bertujuan untuk memahami sistem, mengetahui kekurangan sistem, dan menentukan kebutuhan hasil proses pada perangkat

Lebih terperinci

TRACKING OBJECT MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING BERBASIS STEREO VISION

TRACKING OBJECT MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING BERBASIS STEREO VISION TRACKING OBJECT MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING BERBASIS STEREO VISION Indra Pramana, M Zen Hadi Samsono, Setiawardhana Jurusan Telekomunkasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

Bab 3. Perancangan Sistem

Bab 3. Perancangan Sistem Bab 3 Perancangan Sistem 3.1 Aplikasi Serupa 3.1.1 SODIC (Sound and Digital Classroom) SODIC adalah sebuah software tool yang membantu dosen/guru dalam proses mengajar di laboratorium bahasa dan hanya

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB 4 PEMROSESAN CITRA DAN IMPLEMENTASI Pemrosesan Citra dan Rancangan Eksperimen untuk Fusi Citra

BAB 4 PEMROSESAN CITRA DAN IMPLEMENTASI Pemrosesan Citra dan Rancangan Eksperimen untuk Fusi Citra BAB 4 PEMROSESAN CITRA DAN IMPLEMENTASI 4.1. Pemrosesan Citra dan Rancangan Eksperimen untuk Fusi Citra Pada fusi data citra fluorescent hijau dan fluorescent merah penulis melakukan Pixel Level Fusion

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain: BAB III METODE PEELITIA Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain: 1. Studi kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. pendapat para responden mengenai Augmented Reality, aplikasi Virtual dressing

BAB 3 METODE PENELITIAN. pendapat para responden mengenai Augmented Reality, aplikasi Virtual dressing BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Hasil Uji Kuesioner Kuisioner terdiri dari 12 pertanyaan dan terdapat 56 responden yang menjawab kuesioner secara online. Kuisioner ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi yang digunakan dalam menjalankan sistem kontrol akses berbasis real time face recognition dan gender information ditunjukkan

Lebih terperinci

Sesi 3 Operasi Pixel dan Histogram. : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.

Sesi 3 Operasi Pixel dan Histogram. : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng. Sesi 3 Operasi Pixel dan Histogram Materi Kuliah Dosen : Pengolahan Citra Digital : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng. Pokok Bahasan Konversi RGB ke Gray Scale Konversi Gray Scale ke Biner Konversi Gray

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. Analisis Masalah 3.1.1. Deskripsi Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, maka makin meningkat pula kebutuhan seseorang akan informasi. Penerapan teknologi informasi

Lebih terperinci

KONVERSI FORMAT CITRA RGB KE FORMAT GRAYSCALE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC

KONVERSI FORMAT CITRA RGB KE FORMAT GRAYSCALE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC KONVERSI FORMAT CITRA RGB KE FORMAT GRAYSCALE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC Hanif Al Fatta STMIK AMIKOM Yogyakarta e-mail : hanivonitch@yahoo.com ABSTRACTS This paper explains how to manipulate image file format.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Algoritma Pendeteksian Objek Berdasarkan penelusuran pustaka, didapatkan beberapa algoritma terkait dengan hand detection yang telah diuji, antara lain sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 56 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Algoritma Prosedur Klasifikasi Dalam sistem Pengenalan Tulisan Tangan ini input berupa sebuah citra karakter, yang akan diproses menjadi fitur yang merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN TRACKING OBJEK BERBASIS IMAGE PROCESSING SECARA REAL TIME

IDENTIFIKASI DAN TRACKING OBJEK BERBASIS IMAGE PROCESSING SECARA REAL TIME IDENTIFIKASI DAN TRACKING OBJEK BERBASIS IMAGE PROCESSING SECARA REAL TIME Hendy Mulyawan, M Zen Hadi Samsono, Setiawardhana Jurusan Telekomunkasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

Prototype Pendeteksi Jumlah Orang Dalam Ruangan

Prototype Pendeteksi Jumlah Orang Dalam Ruangan e-issn: 2528-4053 36 Prototype Pendeteksi Jumlah Orang Dalam Ruangan Nesi Syafitri 1, Adri 2 1,2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau E-mail: nesisyafitri@uir.ac.id, adrisaputra91@gmail.com

Lebih terperinci

JURNAL IT STMIK HANDAYANI

JURNAL IT STMIK HANDAYANI Syamsu Alam 1), Mirfan ) Sistem Komputer STMIK Handayani 1), Teknik Informatika STMIK Handayani ) syams.hs@gmail.com 1), mirfan@gmail.com ) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem pendeteksi

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap program mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan citra dari webcam, pengolahan citra

Lebih terperinci

SISTEM PENDETEKSI JUMLAH MOBIL DALAM INTELLIGENT TRANSPORT SYSTEM (ITS) MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES

SISTEM PENDETEKSI JUMLAH MOBIL DALAM INTELLIGENT TRANSPORT SYSTEM (ITS) MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES semantik, Vol.2, No.1, Jan-Jun 2016, pp. 13-22 ISSN: 2502-8928 (Online) 13 SISTEM PENDETEKSI JUMLAH MOBIL DALAM INTELLIGENT TRANSPORT SYSTEM (ITS) MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES Irmaya Citra Harwendhani*

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penlitian eksperimen, dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Tahap ini dilakukan sebagai langkah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Adapun spesifikasi komputer yang digunakan penulis dalam melakukan simulasi pada aplikasi penelitian pengenalan citra wajah dengan variasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini berisi tentang implementasi dan pengujian meliputi penulisan kode program, pembuatan tampilan antarmuka, penerapan algoritma yang digunakan dan juga pengujian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION

PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION Sugiarti sugiarti_fikumi@ymail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Peningkatan kualitas citra merupakan salah satu proses awal

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Pengerjaan Tugas Akhir ini dapat terlihat jelas dari blok diagram yang tampak pada gambar 3.1. Blok diagram tersebut menggambarkan proses dari capture gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN dan REALISASI FACETRACKER WEBCAM MENGGUNAKAN METODE HAAR-LIKE FEATURE BERBASIS RASPBERRY PI 2

PERANCANGAN dan REALISASI FACETRACKER WEBCAM MENGGUNAKAN METODE HAAR-LIKE FEATURE BERBASIS RASPBERRY PI 2 PERANCANGAN dan REALISASI FACETRACKER WEBCAM MENGGUNAKAN METODE HAAR-LIKE FEATURE BERBASIS RASPBERRY PI 2 Disusun oleh : Steven Christian Santosa (1222038) Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA 57 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian dan analisa pada Bab 4 ini pada intinya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu sistem dengan metode yang sudah ditentukan. Masing masing metode mempunyai

Lebih terperinci

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL Muhammad Affandes* 1, Afdi Ramadani 2 1,2 Teknik Informatika UIN Sultan Syarif Kasim Riau Kontak Person : Muhammad

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Perkembangan Teknologi Pengolahan Citra

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Perkembangan Teknologi Pengolahan Citra BAB II DASAR TEORI 2.1 Perkembangan Teknologi Pengolahan Citra Teknologi pengolahan citra sekarang ini sudah semakin berkembang, hal tersebut ditandai dengan mulai banyaknya aplikasi-aplikasi yang menerapkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

BAB IV ATRIBUT OUTPUT PRIMITIF

BAB IV ATRIBUT OUTPUT PRIMITIF BAB IV ATRIBUT OUTPUT PRIMITIF OBJEKTIF : Pada Bab ini mahasiswa mempelajari tentang : 1. Fungsi Warna 2. Fungsi dan Atribut Titik 3. Fungsi dan Atribut Garis 4. Fungsi dan Atribut Kurva TUJUAN DAN SASARAN:

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui dan memahami permasalahan dari suatu sistem yang akan dibuat. Dalam implementasi persamaan Pulse

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel 1 Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel Andi Muhammad Ali Mahdi Akbar, Arief Kurniawan, Ahmad Zaini Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri Institut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA PATTERN MATCHING KNUTH-MORRIS-PRATT DALAM PROGRAM MOUSE CAM

PENERAPAN ALGORITMA PATTERN MATCHING KNUTH-MORRIS-PRATT DALAM PROGRAM MOUSE CAM PENERAPAN ALGORITMA PATTERN MATCHING KNUTH-MORRIS-PRATT DALAM PROGRAM MOUSE CAM Kenji Prahyudi - 13508058 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Perancangan Program 3.1.1 Perancangan Perangkat Lunak Perangkat lunak atau piranti lunak adalah: 1. Program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi antara

Lebih terperinci

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE Riandika Lumaris dan Endang Setyati Teknologi Informasi Sekolah Tinggi Teknik Surabaya riandika.lumaris@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. keberadaan wajah secara langsung dari sebuah kamera. Dengan demikian

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. keberadaan wajah secara langsung dari sebuah kamera. Dengan demikian BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode untuk mendeteksi posisi dan keberadaan wajah secara langsung dari sebuah kamera. Dengan demikian penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-3230m CPU @ 2.60GHz b. Memori : 4.00 GB c.

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PENGENDALI POINTER MENGGUNAKAN PELACAKAN MATA (EYE TRACKING) DENGAN ALGORITMA LUCAS- KANADE

PERANGKAT LUNAK PENGENDALI POINTER MENGGUNAKAN PELACAKAN MATA (EYE TRACKING) DENGAN ALGORITMA LUCAS- KANADE PERANGKAT LUNAK PENGENDALI POINTER MENGGUNAKAN PELACAKAN MATA (EYE TRACKING) DENGAN ALGORITMA LUCAS- KANADE Yuli Syarif *), R. Rizal Isnanto, Kodrat Iman Satoto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaman semakin berkembang pesat, begitu pula dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang juga turut berkembang dengan pesatnya. Hal ini, membuat manusia berpikir dan

Lebih terperinci