Penyaki jamur parasitik pada jagung dapat dikelompokkan. Kendali Genetik Ketahanan Jagung terhadap Patogen Bulai
|
|
- Devi Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kendali Genetik Ketahanan Jagung terhadap Patogen Bulai Andi Takdir M. 1, R. Neni Iriany M. 1, Marsum M. Dahlan 1, Achmad Baihaki 2, Neni Rostini 2, dan Subandi 3 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros 2 Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung 3 Pemulia Jagung ABSTRACT. Resistance Control of Corn Genetic to Downy Mildew Pathogen. Downy mildew (DM) caused by Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw. Is an important disease in maize. A set of population consisting F 1, F 2 BC 1.1, and BC 1.2 derived from crosses of three resistant and three susceptible maize inbred lines and their parents (P 1, P 2) was evaluated under highly DM infected nursery in Bogor. The resistant lines were Ki3, Nei9008, dan AMATL B, the susceptible ones were CML357, CML270, dan CML358. The objective was to determine the inheritance nature of the population to the pathogen. High pressure of downy mildew was induced by artificially inoculating the tested materials and spreader rows susceptible plants. Related genetical parameters were calculated. Downy mildew reaction on BC 1.1 and BC 1.2 were included in the analysis. The result suggested that resistance to Java downy mildew was controlled by incomplete partially dominant single or two genes. This result confirmed that the backcross method was an effective way to transfer resistance gene into susceptible ones. Key words: Inheritance, downy mildew, maize. ABSTRAK. Penyakit bulai (Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw. merupakan salah satu penyakit penting pada jagung. Populasi jagung F 1, F 2, BC 1.1, dan BC 1.2 hasil persilangan antara tiga tetua galur murni tahan dan tiga tetua galur murni peka serta tetuanya (P 1 dan P 2) yang dievaluasi pada tingkat infeksi bulai cukup tinggi dilaksanakan di kebun percobaan di Bogor. Ketiga galur tahan adalah Ki3, Nei9008, dan AMATL B, sedang ketiga galur rentan adalah CML357, CML270, dan CML358. Metode inokulasi dengan me- nyemprot sumber inokulum dan materi uji. Pengamatan dilakukan pada umur tanaman 22, 29, dan 36 hari setelah tanam. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ketahanan genotipe jagung terhadap penyakit bulai dikendalikan oleh gen sederhana oleh satu atau dua gen, dengan aksi gen parsial dominan positif tidak sempurna. Di- rekomendasikan metode pemuliaan ketahanan jagung terhadap pe- nyakit bulai dengan metode silang baik (backcross). Kata kunci: Pewarisan, bulai, jagung. Penyaki jamur parasitik pada jagung dapat dikelompokkan menjadi penyakit daun, batang, tongkol, biji, bibit, dan akar. Salah satu jenis penyakit penting pada tanaman jagung adalah penyakit bulai (downy mildew) yang disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis. Penyakit bulai dapat menimbulkan gejala sistemik yang meluas ke seluruh bagian tanaman, dan dapat pula menimbulkan gejala lokal. Gejala sistemik hanya terjadi bila jamur dari daun yang terinfeksi dapat mencapai titik tumbuh, sehingga menginfeksi semua daun yang terbentuk oleh titik tumbuh tersebut. Kerugian akibat penyakit bulai pada jagung sangat bervariasi. Intensitas penularan penyakit ini dapat mencapai 90% (Semangun 1996). Di Lampung pada tahun 1996 kehilangan hasil jagung akibat terinfeksi bulai bahkan mencapai 100% (Subandi et al. 1996). Hal ini serupa juga dilaporkan juga oleh Wasmo dan Said Kontong (2000). Pengendalian penyakit bulai perlu dilakukan secara terpadu, yang mencakup penanaman serentak, pencabutan tanaman sakit diikuti pembakaran atau pembenaman ke dalam tanah, pengaturan pola tanam, pemakaian fungisida, penggunaan varietas tahan. Varietas tahan bulai dapat diperoleh melalui seleksi plasmanutfah yang ada atau melalui persilangan antara tetua terpilih. Evaluasi ketahanan varietas/galur jagung terhadap penyakit bulai telah dilakukan di Balai Pene- litian Tanaman Sereal, Maros. Sejauh ini belum banyak dilaporkan hasil studi pewarisan ketahanan jagung ter- hadap penyakit bulai. Informasi tentang pewarisan suatu karakter mempunyai arti penting dalam menentukan strategi pemuliaan tanaman agar program pemuliaan untuk perbaikan karakter yang diinginkan menjadi efektif. Informasi tentang pewarisan ketahanan tanaman jagung terhadap penyakit bulai sampai saat ini tidak konsisten, bergantung pada populasi yang diteliti. Chang (1972), dan Chang serta Cheng (1968) melaporkan bahwa tanaman tebu (P. sacchari) terhadap bulai dikendalikan oleh gen tunggal dominan DMR, yang terletak pada lengan pendek kromosom 2. Handoo et al. (1970) melaporkan pula bahwa aksi gen aditif dan nonaditif berperan penting dalam kendali ketahanan terhadap bulai strip coklat dan tingkat dominansi berada dalam kisaran dominan parsial. Di Indonesia, penelitian pola pewarisan ketahanan terhadap penyakit bulai pada jagung belum banyak dilakukan sekalipun karakter tersebut memiliki arti cukup penting untuk mengurangi kerugian akibat infeksi jamur P. maydis. Berdasarkan hal tersebut dilaksanakan penelitian untuk memperoleh informasi pola pewarisan penyakit bulai pada tanaman jagung. 101
2 PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 22 NO BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Instalasi Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Tanaman Cimanggu, Bogor, Jawa Barat, pada bulan Maret-Juli Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 240 m dari permukaan laut, jenis tanah Entisol dan tipe curah hujan A menurut Schmidt dan Ferguson. Materi yang dievaluasi meliputi populasi P 1, P 2, F 1, F 2, BC 1.1, dan BC 1.2. Sebagai bahan percobaan dipilih dua kelompok galur introduksi yang digunakan sebagai tetua, yaitu tiga pasangan persilangan Ki3 x CML357, Nei9008 x CML270, dan AMATL-CoHS B x CML358, serta kultivar Antasena sebagai sumber inokulum yang ditanam sebagai tanaman baris penyebar (spreader row). Inokulasi dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi spora pada tanaman berumur 7, 9, dan 11 HST, baik pada tanaman baris penyebar maupun ma- teri evaluasi. Populasi F 2 tersusun atas tanaman yang berasal dari 10 tongkol F 1 dan dilakukan penanaman sebanyak tiga kali. Untuk dapat digabung menjadi satu populasi, terlebih dahulu dilakukan uji Chi-kuadrat (χ 2 ) untuk masing-masing populasi F 2, kemudian dilakukan uji keheterogenitasan χ 2 mengikuti metode Burhnam (1961). Bahan yang digunakan adalah pupuk urea, SP36, dan KCl, serta pestisida carbofuran 3%. Peralatan tanam meliputi traktor, cangkul, tugal, timbangan mekanik, ajir, patok label, handsprayer, plastik hitam, ember, tali rapia, spidol, pensil, dan buku catatan lapangan. Pengamatan dilakukan dengan menghitung intensitas penularan penyakit bulai pada saat tanaman berumur 22, 29, dan 36 HST, dengan cara mencabut tanaman yang tertular bulai, kemudian dipersentasekan terhadap jumlah seluruh tanaman per genotipe. Derajat dominansi diukur berdasarkan nilai tengah kedua tetua (P 1 dan P 2 ) dan famili F 1 menggunakan rumus pendugaan nilai potensi rasio (hp) yang digunakan oleh Griffing (1950): (F1 - MP) hp = 1/2 (HP - LP) dimana: hp = Nilai rasio potensi, HP= Nilai rata-rata tetua tinggi, LP = Nilai rata-rata tetua rendah, MP= Nilai rata-rata kedua tetua. Dari nilai rasio potensi tersebut derajat dominansi dapat diduga dari gen yang bersangkutan sebagai berikut: hp = 0, = aksi gen yang terjadi aditif (tidak ada dominan), -1 = hp = +1 = dominan sempurna, -1 < hp < 0, = dominan negatif tidak sempurna, 0 < hp <1, = dominan positif tidak sempurna, -1 < hp < 1, = dominan lebih (over dominan). Untuk mempelajari pola segregasi pada fenotipe F 2 digunakan uji Chi-kuadrat (Little and Hill 1978): χ 2 = (Oi - Ei) 2 Ei di mana: Oi = Jumlah fenotipe ke-i menurut hasil pengamatan, Ei = Jumlah fenotipe ke-i yang diharapkan berdasarkan hipotesis, dengan kriteria keputusan rasio sesuai dengan hipotesis apabila χ 2 hitung < χ 2 tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai potensi rasio karakter indeks penyakit pada persilangan Ki3 x CML357, Nei9008 x CML270, dan AMATL-CoHS B x CML358 disajikan pada Tabel 1. Tingkat penularan penyakit pada famili F 1 berada di antara nilai tengah tetua dengan nilai tetua tahan. Secara skematis, posisi relatif nilai rata-rata F 1 terhadap kedua tetuanya dapat dilihat pada Gambar 1. Ekspresi gejala ringan pada tetua tahan adalah dominan terhadap ekspresi gejala berat pada tetua rentan. Pendekatan nilai potensi rasio (hp) pada kisaran -1 dan 0 menunjukkan bahwa ekspresi tahan adalah dominan tidak sempurna terhadap ekspresi rentan. Gen dominan tersebut berada pada tetua tahan, Pada tetua rentan, allel dalam kondisi resesif. Famili F 1 yang merupakan hasil persilangan antara tetua tahan dengan tetua rentan, memperlihatkan respons tahan yang relatif seragam. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gomes et al. (1963), Chang dan Cheng (1968), dan Aday (1974) bahwa ketahanan terhadap penyakit bulai pada jagung dikendalikan oleh sedikit gen yang bersifat parsial dominan. Hal yang sama juga diperoleh Pamin (1980) bahwa ketahanan terhadap penyakit bulai dikendalikan oleh gen-gen yang tidak banyak jumlahnya serta memiliki derajat dominasi yang berada dalam selang parsial dominan. Tetapi penelitian lainnya menunjukkan bahwa ketahanan penyakit bulai dikendalikan oleh gen dominan sempurna (Asnani and Bhusan 1970; Hakim and Dahlan 1972; Mochizuki 1974). 102
3 Estimasi derajat kecocokan nisbah segregasi pada populasi F 2 terhadap beberapa nisbah hipotetik disajikan pada Tabel 2. Hasil uji heterogenitas χ 2 menunjukkan bahwa masing-masing nilai Chi-kuadrat F 2 homogen, sehingga hasil pengamatan antarpopulasi F 2 dapat digabungkan sebagai satu data. Pola segregasi pada populasi F 2 memberikan indikasi bahwa karakter ketahanan memperlihatkan pola pewarisan genetik yang sederhana dan mengikuti pola segregasi hukum Mendel (Tabel 2). Uji Chi-kuadrat (χ 2 ) gabungan untuk derajat kecocokan nisbah segregasi populasi F 2 terhadap berbagai nisbah hipotetik berdasarkan dua kelas ketahanan menunjukkan bahwa pola segregasi dari ketiga populasi F 2 cocok terhadap nisbah 3:1. Pada persilangan Ki3 x CML357, nilai χ 2 = 0,0027 dengan nilai peluang (P) 0,98-0,95. Pada persilangan Nei9008 x CML270, nilai χ 2 = 0,0306 dengan nilai peluang (P) 0,90-0,80. Pada pasangan persilangan AMATL-CoHS B x CML358 nilai χ 2 = 0,0319 dengan nilai peluang (P) 0,90-0,80. Pada populasi F 2 yang sesuai dengan nisbah uji 3:1, pola tersebut dominan sempurna. Hal ini ditunjang oleh hasil uji Chi-kuadrat untuk derajat kecocokan rasio segregasi BC 1.1 dan BC 1.2 (Tabel 3). Uji Chi-kuadrat terhadap pola segregasi populasi BC 1.1 dan BC 1.2 untuk masing-masing pasangan persilangan dan uji heterogenitas memperlihatkan bahwa hasil dari semua waktu tanam homogen pada taraf uji 0,05 maka semua data tersebut dapat digabungkan. Analisis populasi silang balik (BC 1.1 dan BC 1.2 ) memperlihatkan bahwa persilangan Ki3 x CML357, Nei9008 x CML270, dan AMATL-CoHS B x CML358, silang balik ke tetua jantan (tahan) BC 1.1 dan silang balik ke tetua betina (rentan) BC 1.2 memiliki nilai χ 2 yang sesuai dengan nisbah 1:1 pada taraf uji 0,05. Populasi BC 1.1 yang berasal dari persilangan antara F 1 dengan P 1 (tetua tahan), mendekati tetua tahan. Sebaliknya, populasi BC 1.2 yang berasal dari persilangan F 1 dengan P 2 (tetua rentan) mendekati tetua rentan. Kenyataan ini sejalan dengan Hukum Mendel I bahwa pada pembentukan gamet-gamet ke dua gen yang me- Tabel 1. Tingkat penularan penyakit bulai pada tetua (P1 dan ) dan famili F1, serta nilai potensi rasio (hp). Bogor, Family Tingkat penularan Ki 3 x CML 357 Nei 9008 x CML 270 AMATL-CoHS B x CML 358 P1 22,667 16,415 19,807 60,654 85,372 65,020 F1 26,749 18,561 21,822 hp -0,785-0,938-0,911 Nilai pada tabel merupakan nilai rata-rata. Ki3 x CML357 22,67 26,75 41,66 60,65 Nei9008 x CML270 16,42 18,56 50,89 85,37 AMATL-CoHS B x CML358 19,81 21,82 42,41 65,02 Gambar 1. Skema posisi tingkat penularan penyakit bulai pada famili F1 secara relatif terhadap nilai rata-rata tetua tahan (P1) dan tetua rentan (), serta nilai tengah kedua tetua (MP). Bogor,
4 PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 22 NO Tabel 2. Nilai Chi-kuadrat rata-rata untuk derajat kecocokan nisbah segregasi populasi F2 terhadap beberapa nisbah hipotetik. Bogor, Tanaman tertular Persilangan Nisbah Observasi Expected*) χ 2 (P) yang diuji Sehat Bulai Sehat Bulai Ki3 x CML357 3: ,00 22,00 0,0027 0,98-0,95 15: ,80 25,33 2,2894 0,20-0,10 13: ,47 29,67 0,2241 0,70-0,50 9: ,80 39,33 2,6078 0,20-0,10 Nei9008 x CML270 3: ,62 22,38 0,0306 0,90-0,80 15: ,28 20,72 46,5060 < 0,05 13: ,62 45,67 0,2057 0,70-0,50 9: ,95 58,33 5,2360 0,05-0,02 AMATL-CoHS B x CML368 3: ,00 23,00 0,0319 0,90-0,80 15: ,00 41,33 1,4821 0,30-0,20 13: ,67 44,67 0,2729 0,70-0,50 9: ,33 51,00 0,6164 0,50-0,30 χ 2.05 = 3,841 dan χ 2.01 = 6,635. *) Nilai expected merupakan nilai terkoreksi terhadap besarnya tingkat serangan pada masing-masing tetuanya (P Resisten dan P Rentan) contoh berikut: Diketahui: P1 = A1A1 = tahan, Observed bulai = 13,71 = A2A2 = rentan, Observed bulai = 44,00 F1 = A1A2 = tahan, Expected bulai = 13,71 A1A1,A1A2 A2A2 F2 = Expected bulai = 21,2825 tahan Rentan Exp.Bulai = (0,75 x 13,71) + (0,25 x 44,00) = 21,2825 Exp.Sehat = ΣTan.-Exp. Bulai Tabel 3. Nilai Chi-kuadrat rata-rata untuk derajat kecocokan segregasi populasi BC1.1 dan BC1.2 terhadap nisbah dipotetik model dominan monogenik untuk persilangan F1 dengan parental P1 tahan dan rentan. Bogor, Jumlah tanaman terserang Persilangan Nisbah Observasi Expected*) χ 2 (P) diuji Sehat Bulai Sehat Bulai Ki3 x CML357 BC1.1 1: ,98 23,00 0,0019 0,98-,095 BC1.2 1: ,50 41,60 0,0287 0,90-0,80 Nei9008 x CML270 BC1.1 1: ,00 16,00 0,0265 0,90-0,80 BC1.2 1: ,00 61,00 0,0623 0,80 AMATL-CoHS BC1.1 1: ,00 20,00 0,0160 0, B x CML358 BC1.2 1: ,60 52,67 0,0018 0,95-0,90 χ 2.05 = 3,841 dan χ 2.01 = 6,635. *) Nilai expected merupakan nilai terkoreksi terhadap besarnya tingkat serangan pada masing-masing tetuanya (P Resisten dan P Rentan) contoh berikut: Diketahui: P1 = A1A1 = tahan, Observed bulai = 13,71 = A2A2 = rentan, Observed bulai = 44,00 F1 = A1A2 = tahan, Expected bulai = 13,71 BC1.1 = A1A1, A1A2 = tahan, Expected bulai = 13,71 A1A2, A2A2 BC1.2 = Expected bulai = 28,85 Resistan Rentan Exp.Bulai = (0,50 x 13,71) + (0,50 x 44,00) = 28,85 Exp.Sehat = ΣTan.-Exp. Bulai rupakan pasangan akan disegregasikan ke dalam dua sel anak (Cowder 1997). Hal tersebut juga menggambarkan tidak ada faktor lain di luar kromosom yang mempengaruhi ketahanan penyakit bulai. Uji χ 2 pada BC 1.1 dan BC 1.2 sesuai nisbah 1:1. Interaksi yang demikian dalam pewarisan karakter ketahanan terhadap penyakit bulai menunjukkan bahwa karakter tersebut bukan tipe general resistance atau horisontal resistance, melainkan tipe ketahanan race specific atau vertical resistance. Dengan demikian ketahanan tersebut akan mampu bertahan pada satu ras patogen saja. 104
5 Uji Chi-kuadrat untuk derajat kecocokan nisbah segregasi populasi F 2 dan BC 1.1 dari tiga kombinasi persilangan memperlihatkan bahwa pola pewarisan karakter ketahanan terhadap penyakit bulai pada keenam galur jagung identik satu sama lain. Adanya kesamaan pada pola pewarisan belum berarti terdapatnya kesamaan di dalam gen-gennya. Hal ini masih perlu ditelaah lebih lanjut, mengingat pentingnya arti keragaman genetik bagi pemuliaan tanaman. KESIMPULAN DAN SARAN Pola pewarisan ketahanan genetik jagung terhadap penyakit bulai mengikuti pola segregasi 3:1 dengan nilai derajat dominansi antara -1 dan 0, dengan aksi gennya adalah dominan positif tidak sempurna. Metode pemuliaan ketahanan jagung terhadap penyakit bulai yang direkomendasikan adalah metode silang balik (backcross) yang sesuai dan efektif untuk transfer gen ketahanan terhadap penyakit bulai dari tetua tahan ke tetua rentan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada ketua kelti Pemulian Tanaman Balai Penelitian Tanaman Sereal di Maros beserta staf, dan Kepala Instalasi Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian di Bogor beserta staf, yang telah banyak membantu penulis dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Aday, B. A The Philippine program in breeding for resistance to downy mildew of maize. Proc. Symposium on Downy Mildew of Maize. Tokyo. Agric. Res., Series No.8: Asnani, V. L. and B. Bhusan Inheritance study on the brown stripe downy mildew of maize. Indian Phytopathol. 23: Burhnam, C. R Methods in Plant Genetics. University of Minnesota. Minneapols. 267p. (unpublish). Chang, S. C Breeding for sugarcane downy mildew resistance in corn in Taiwan. The Eighth Inter-Asian Corn Improvement Workshop Proceedings Chang, S. C. and C. P. Cheng Inheritance of resistance to Sclerospora sacchari Miyaki in corn. The Fifth Inter-Asian Corn Improvement Workshop Proceedings Gomez, A. A., F. A. Aqualisan, R. M. Payson, and A. G. Calub Preliminary studies on the inheritance of the reaction of corn to downy mildew disease. The Philippines Agriculturist. 47: Griffing., B An analysis of quantitative gene actions by constant parent regression and related techniques. Genetics (35): Hakim,R., and M. Dahlan Segregating behavior of Sclerospora maydis of corn. Paper presented at Southeast Asia Regional Symposium on plant disease in the tropics. Yogyakarta, Sept , Handoo, M. I., B. L. Renfro, and M. M. Payak On the inheritance of resistance to Sclerophthora rayssiae var. zeae in maize. Indian Phytopathol. 23: Little, T. M., and F. J. Hills Agricultural experimentation design and analysis. John Wiley and Sons. New York. 349p. Mochizuki, N Inheritance of host resistance to downy mildew disease of maize. Proc. Symposium on Downy Mildew of Maize. Tokyo. Agric. Res., Series No.8: Pamin, K Pendugaan parameter-parameter genetik dan evaluasi kemajuan seleksi galur S1 dan S2 pada suatu varietas jagung komposit. Tesis. Institut Pertanian Bogor. 90p. Semangun Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. p , Subandi, M. Sudjadi, dan D. Pasaribu Laporan Hasil Pemantauan Penyakit Bulai dan Benih pada Pertanaman Jagung Hibrida. 5 p. Wasmo Wakman dan M. Said Kontong Pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung dengan varietas tahan dan aplikasi fungisida metalaksil. Penelitian Pertanian. 19 (2):
Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan
Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan Kendala biotis yang paling sering terjadi dalam budidaya jagung di Indonesia adalah penyakit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung adalah salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
Lebih terperinciPembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai
Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai Sri G. Budiarti, Sutoro, Hadiatmi, dan Haeni Purwanti Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Varietas hibrida
Lebih terperinciPENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG
PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman
Lebih terperinci( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan
PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciPenelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai
Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Pendahuluan Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit utama
Lebih terperinciPEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG DARI PENYAKIT BULE
PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG DARI PENYAKIT BULE Kuswanto Luqman Qurata Aini Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Makalah disampaikan pada acara Pengabdian Masyarakat Jurusan Budidaya Pertanian, di desa
Lebih terperinciANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL
ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL D. Ruswandi, M. Saraswati, T. Herawati, A. Wahyudin, dan N. Istifadah Lab. Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,
Lebih terperinciFUNGISIDA METALAKSIL TIDAK EFEKTIF MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) DI KALIMANTAN BARAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA
FUNGISIDA METALAKSIL TIDAK EFEKTIF MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) DI KALIMANTAN BARAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Kalimantan
Lebih terperinciAnalisis Varians dan Heritabilitas Ketahanan Galur Jagung Rekombinan terhadap Penyakit Bulai. M. Azrai dan F. Kasim
Analisis Varians dan Heritabilitas Ketahanan Galur Jagung Rekombinan terhadap Penyakit Bulai M. Azrai dan F. Kasim Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros ABSTRACT. The Analysis of the Variants and Heritability
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian
3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan
Lebih terperinciREAKSI AKSESI PLASMA NUTFAH JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis)
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015 REAKSI AKSESI PLASMA NUTFAH JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis) Burhanuddin dan Syahrir Pakki Balai Penelitian Tanaman Sereali Maros
Lebih terperinciPEWARISAN SIFAT KETAHANAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT BULAI INHERITANCE OF RESISTANCE TRAIT OF MAIZE TO DOWNY MILDEW
99 PEWARISAN SIFAT KETAHANAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT BULAI INHERITANCE OF RESISTANCE TRAIT OF MAIZE TO DOWNY MILDEW Sri Hartatik Jurusan Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI
PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Lebih terperinciPENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO
PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil
I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri
Lebih terperinciDisusun Oleh Muhammad Azrai / AG Program Studi Agronomi Minat Pemuliaan Tanaman
Makalah Individu/Pengantar Falsafah Sains (PPS70)/Muhammad Azrai/004 Muhammad Azrai Posted 19 December 004 Makalah Individu Semester Ganjil 004 Pengantar Falsafah Sains (PPS70) Program S3 Desemberr 004
Lebih terperinciSUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG
Burhanuddin: Sumber Inokulum Penyakit Bulai. SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penyakit bulai adalah
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 77/Kpts/SR. 120/2/2007 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 77/Kpts/SR. 120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR JAGUNG LOKAL KUNING NTT SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA PIET KUNING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data
17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan
Lebih terperincimenunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen
71 PEMBAHASAN UMUM Nisbah populasi F2 untuk karakter warna batang muda, bentuk daun dan tekstur permukaan buah adalah 3 : 1. Nisbah populasi F2 untuk karakter posisi bunga dan warna buah muda adalah 1
Lebih terperinciAKSI GEN DAN HERITABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN BERAS MERAH PADA HASIL PERSILANGAN GALUR HARAPAN PADI BERAS MERAH TOLERAN KEKERINGAN X KALA ISI TOLO
AKSI GEN DAN HERITABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN BERAS MERAH PADA HASIL PERSILANGAN GALUR HARAPAN PADI BERAS MERAH TOLERAN KEKERINGAN X KALA ISI TOLO GENE ACTIONS AND HERITABILITY OF ANTOCIANIN CONTENT
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA Dewasa ini, pemerintah terus menggalakkan penggunaan benih jagung hibrida untuk menggenjot produksi jagung nasional. Pangsa pasar jagung hibrida pun terus tumbuh
Lebih terperinciBAB. VI. Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK
BAB. VI Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK Galur yang akan digunakan sebagai tetua dalam persilangan untuk menghasilkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida
TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber
Lebih terperinciPengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati
Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena
Lebih terperinciDAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 20 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):20-24, 2013 Vol. 1, No. 1: 20 24, Januari 2013 DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya
Lebih terperinciPENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Yunita et al.: Pendugaan Komponen Genetik, Daya Gabung, dan Segregesi Biji 25 Vol. 1, No. 1: 25 31, Januari 2013 PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031
Lebih terperinciBlas merupakan salah satu penyakit utama padi
Pewarisan Sifat Ketahanan Penyakit Blas pada Padi Varietas Dupa, Malio, dan Asahan Erwina Lubis Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Jl. Tentara Pelajar
Lebih terperinciKemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521 Maimun Barmawi, Nyimas
Lebih terperincimelakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter
PEMBAHASAN UMUM Pengembangan konsep pemuliaan pepaya tahan antraknosa adalah suatu kegiatam dalam upaya mendapatkan genotipe tahan. Salah satu metode pengendalian yang aman, murah dan ramah lingkungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber
Lebih terperinciKETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA
8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE
Lebih terperinciSumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.
76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7
Lebih terperinciINTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM
INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM Soenartiningsih dan A. Haris Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros ABSTRAK Penyakit antraknosa yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari 2013. Penanaman dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung. Pengamatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif Tabel 4 menunjukkan kuadrat nilai tengah pada analisis ragam untuk tinggi tanaman, tinggi tongkol
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
Lebih terperinciLampiran 1. Skema Kegiatan Persilngan dengan Metode MAS 1 (Parsial)
Lampiran 1. Skema Kegiatan Persilngan dengan Metode MAS 1 (Parsial) Galur: DMR tetua pemulih x QPM donor (oo) (OO) 21 baris 5 baris F1 x DMR 105 baris 3 baris BC 1 F 1 MAS 105 baris satu marka SSR untuk
Lebih terperinciSIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1
SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1 - Mempelajari penggabungan acak gamet jantan dan betina dari F1 pada saat pembuahan Pendahuluan Teori
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,
13 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan dengan kandungan protein nabati yang tinggi dan harga yang relatif murah. Kedelai
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan
Lebih terperinciPEWARISAN SIFAT PANJANG POLONG PADA PERSILANGAN BUNCIS TEGAK (Phaseolus vulgaris L.) KULTIVAR FLO DAN KULTIVAR RICH GREEN
ISSN: 1410-009 Agrin Vol. 1, No., Oktober 008 PEWARISAN SIFAT PANJANG POLONG PADA PERSILANGAN BUNCIS TEGAK (Phaseolus vulgaris L.) KULTIVAR FLO DAN KULTIVAR RICH GREEN Inheritance Pod Length Character
Lebih terperinciPenerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida
Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Oleh: Mildaerizanti, SP, M.Sc Peneliti Muda Ahli pada BPTP Balitbangtan Jambi Pendahuluan Kebutuhan terhadap jagung diproyeksikan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina
Lebih terperinciMETODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back
Lebih terperinciVII. PEMBAHASAN UMUM
VII. PEMBAHASAN UMUM Ketahanan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum dilaporkan terdapat pada berbagai spesies cabai diantaranya Capsicum baccatum (AVRDC 1999; Yoon
Lebih terperinciVol 2 No. 3. Juli - September 2013 ISSN :
PENAMPILAN BEBERAPA GALUR DAN VARIETAS JAGUNG DI LAHAN KERING ( The Performance of Corn Lines and Varieties in Dryland ) Syafri Edi 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Kotabaru
Lebih terperinciDAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT
INFEKSI Fusarium sp. PENYEBAB PENYAKIT LAPUK BATANG DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET Eko Heri Purwanto, A. Mazid dan Nurhayati J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Lebih terperinciUJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH ABSTRACT
759. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium
Lebih terperinciPENGARUH STOMATA DAN KLOROFIL PADA KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 20, No. 2, 2016: 89 94 PENGARUH STOMATA DAN KLOROFIL PADA KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI STOMATA AND CHLOROPHYLL S INFLUENCE ON THE
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universtitas Lampung dari Desember
Lebih terperinciPERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)
PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK) AGUS SUPENO Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendalpayak, Kotak Pos 66, Malang RINGKASAN Persilangan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara
Lebih terperinciPeluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara
Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein
Lebih terperinciTINDAK GEN KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT KARAT (Pucinnia arachidis, Speg.) PADA KACANG TANAH GENE ACTION OF THE RUST DISEASE RESISTANCE IN GROUNDNUT
ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 2, 2007, Hlm. 172-177 172 TINDAK GEN KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT KARAT (Pucinnia arachidis, Speg.) PADA KACANG TANAH GENE ACTION OF THE
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,
Lebih terperinciPERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT
ISSN 1411939 PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT Trias Novita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi
Lebih terperinciTopik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel
Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel Hukum Mendel yang sering dikonotasikan dengan hukum pewarisan didasarkan pada prinsip-prinsip segregasi (Hk.Mendel I) dan penggabungan kembali (Hk. Mendel II) gen-gen
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis adalah tanaman herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar. Jagung
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilaksanakan di Laboratorium
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di
Lebih terperinciPemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium
Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena
Lebih terperinciEFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS
Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX Nomor 3 Desember 2015 (209-214) ISSN 0215-2525 EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS The Effectivity of Mass Selection Method in
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi dan termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat
Lebih terperinciPENGARUH PEMUPUKAN PETROBIO GR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI DAERAH ENDEMIS PENYAKIT BULAI
PENGARUH PEMUPUKAN PETROBIO GR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI DAERAH ENDEMIS PENYAKIT BULAI Moh. Cholil Mahfud, Sarwono,Gunawan, dan I.R. Dewi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan, Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Lebih terperinciINHERITANCE OF RESISTANCE TO POWDERY MILDEW (Podosphaera xanthii (Castag.) Braun et Shishkoff) IN MELON (Cucumis melo L.)
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 15, No. 1, 2009: 1 6 PEWARISAN SIFAT KETAHANAN TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP POWDERY MILDEW (Podosphaera xanthii (Castag.) Braun et Shishkoff) INHERITANCE
Lebih terperinciUJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)
e-j. Agrotekbis 1 (2) : 135-139, Juni 2013 ISSN : 2338-3011 UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) Endurance Test Several
Lebih terperinciKERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33
KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agroteknologi oleh ERICK
Lebih terperinciBAB. V. Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK
BAB. V Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK Pemanfaatan marka molekuler sebagai alat bantu seleksi,
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan terpenting yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas
Lebih terperinciPOTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI
POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI Yudiwanti 1), Sri Gajatri Budiarti 2) Wakhyono 3), 1) Dosen pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia kedelai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai
3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,
Lebih terperinciKeragaan Hasil Biji Sepuluh Genotipe Jagung dan Hibrida Diallel Keturunannya pada Lahan Masam
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 8 NO. 1 009 Keragaan Hasil Biji Sepuluh Genotipe Jagung dan Hibrida Diallel Keturunannya pada Lahan Masam Nuning Argo Subekti 1, Woerjono Mangoendidjojo, Nasrullah,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas
30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai dengan Januari
Lebih terperinciBAB. IV ABSTRAK. Kata kunci: jagung pulut, komponen hasil, daya gabung umum, daya gabung khusus, dan toleran kekeringan
BAB. IV Daya Gabung Karakter Hasil dan Komponen Hasil Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) pada Kondisi Lingkungan Tanpa Cekaman dan Lingkungan Tercekam Kekeringan ABSTRAK Percobaan ini bertujuan untuk
Lebih terperinciPERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI
PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI BREEDING OF BLACK RICE VARIETY FOR DROUGHT TOLERANCE AND HIGH YIELD I Gusti Putu Muliarta Aryana 1),
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,
19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilaksanakan di Laboratorium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang merupakan sumber protein utama bagi masyarakat. Pemanfaatan
Lebih terperinciTinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik
42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni
Lebih terperinciKARAKTER NILAI TENGAH DAN RAGAM CONTOH JAGUNG GALUR CML TERHADAP TETUA BIMA-1
KARAKTER NILAI TENGAH DAN RAGAM CONTOH JAGUNG GALUR CML TERHADAP TETUA BIMA-1 Characters of Means and Varians Sample of CML Inbred Lines on Parental Maize of Bima-1 M Yasin HG, Syamsuddin Mas, dan Idar
Lebih terperinci