BAB. VI. Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB. VI. Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK"

Transkripsi

1 BAB. VI Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK Galur yang akan digunakan sebagai tetua dalam persilangan untuk menghasilkan varietas terlebih dahulu harus diuji keturunan. Silang puncak (testcross) merupakan salah satu uji keturunan untuk mengetahui daya gabung umum dan daya gabung khusus galur. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi potensi hasil, galur-galur jagung pulut yang memiliki gen opaque-2 sebagai kandidat tetua perakitan varietas hibrida. Materi genetik yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebanyak 57 galur jagung pulut memiliki gen opaque-2 dan tiga varietas pembanding; Pulut Takalar, Anoman, dan Srikandi Putih dievaluasi di Kebun Percobaan Maros, mulai bulan Juli hingga November Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, dua ulangan. Setiap genotipe ditanam dalam dua baris dengan panjang 5 m dan jarak tanam 0,75 m x 0,20 m. Hasil percobaan menunjukkan bahwa beberapa genotipe memilki daya gabung khusus yang baik terhadap CML154 maupun CML156. Penampilan karakter bobot biji pertanaman dari 57 genotipe hasil persilangan testcross dengan dua tester sangat beragam, pengaruh faktor lingkungan lebih dominan dari faktor genetik pada persilangan dengan CML154 dan pengaruh faktor genetik lebih dominan dari faktor lingkungan pada persilangan dengan CML156. Genotipe MrP-7-20BBo2 memiliki daya gabung khusus dengan CML154, genotipe MrP-10-13BBo2 memiliki daya gabung khusus dengan CML154 dan CML156 serta berpotensi sebagai kandidat tetua dalam program perakitan hibrida potensi hasil tinggi. Kata Kunci: penampilan, daya gabung khusus, jagung pulut dan testcoss

2 Performance of Waxy Corn Lines Possessing opaque-2 Gene Obtained From Testcross. ABSTRACT Testcross is one procedure that could be used to evaluate general combining ability and specific combining ability. The objective of this study was to get information of yield potential of waxy corn lines possessing opaque-2 gene as candidate parent for hybrid development. The genetic materials were 57 waxy corn lines having opaque-2 gene and 3 check varieties, i.e., Pulut Takalar, Anoman, and Srikandi Putih. The evaluation was carried out at Maros Experimental farm, ICERI from July to November 2008, following a Randomized Complete Block Design (RCBD) with two replications. Each genotype was planted in two rows with 5 m length and planting distance of 0.75 m x 0.20 m. The result showed that several genotypes had good specific combining ability to CML154 and CML156. Seed weight per plant from 57 genotypes developed from testcross with two testers was varied. Influence of environmental factor was more dominant in cross by CML154 while influence of genetic factor was more dominant in cross by CML156. Genotype MrP-7-20BBo2 showed good specific combining ability to CML154, while genotype MrP-10-13BBo2 showed good specific combining ability to both CML154 and CML156 and, therefore, is very potential as parental candidate in hybrid program for high yielding varieties. Key words: Performance, specific combining ability, waxy corn, testcross -100-

3 PENDAHULUAN Jagung adalah salah satu komoditas pertanian yang mempunyai potensi dan prospek yang baik karena penggunaannya di samping sebagai bahan pangan, juga sebagai pakan dan bahan baku industri. Jagung sebagai bahan pangan merupakan sumber karbohidrat utama setelah beras. Langkah untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan produksi pangan di Indonesia memberikan peluang dengan cara meningkatkan produksi jagung. Oleh karena itu, pengujian terhadap potensi hasil dari varietas-varietas jagung baik varietas lokal maupun varietas unggul baru perlu dilakukan untuk menentukan varietas yang sesuai untuk meningkatkan produksi. Untuk tanaman-tanaman yang nilai ekonominya didasarkan atas hasil biji seperti tanaman jagung, diperlukan suatu kriteria tepat yang dapat mencerminkan potensi hasil dari tanaman tersebut. Permintaan jagung yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan akan kebutuhan pakan ternak, pangan, industry, dan untuk menekan impor jagung maka peningkatan produksi jagung sangat diperlukan. Di samping itu, peningkatan produksi merupakan upaya meningkatkan pendapatan petani jagung. Komoditas jagung sebagai tanaman pangan pokok setelah padi banyak dikembangkan pada lahan sawah dan lahan kering masing-masing 27% dan 37% yang pada musim hujan dan musim kemarau masing-masing 69% dan 31%. Langkah untuk mengatasi rendahnya produksi jagung, pemerintah menganjurkan kepada petani untuk menggunakan varietas unggul jagung (improved varieties) baik varietas hibrida (hybrid) maupun bersari bebas (open pollinated). Melalui penggunaan varietas unggul tersebut produksi jagung akan meningkat, demikian pula pendapatan petani, serta kebutuhan akan jagung dapat terpenuhi dan impor dapat ditekan. Jagung varietas hibrida dapat memberikan hasil yang lebih tinggi daripada varietas bersari bebas, namun hasil hibrida tergantung pada potensi hasil populasi dasar yang digunakan dalam pembuatan galur inbridanya. Makin tinggi hasil populasi dasar, makin besar peluang diperolehnya galur yang dapat memberikan hasil tinggi dalam kombinasi hibrida. Perbedaan hasil antara varietas hibrida dengan varietas bersari bebas akan semakin tinggi pada lahan yang produktif

4 Pada daerah yang kurang subur, hibrida kurang menguntungkan. Penggunaan hibrida pada daerah yang subur dapat meningkatkan produksi jagung untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat (Mejaya dan Soegiatni 1998). Varietas lokal yang potensi hasilnya rendah sebagian besar telah digantikan dengan varietas unggul, baik varietas bersari bebas maupun hibrida. Pada tahun 50-an dilepas varietas Metro dan Perta yang memberikan hasil lebih tinggi dari varietas lokal dan tersebar luas, pada tahun 60-an dilepas varietas Harapan, dan tahun 70-an dilepas varietas Parikesit dan Harapan Baru yang tahan terhadap penyakit bulai. dan tahan penyakit bulai. Pada awal 80-an dilepas varietas Arjuna yang umurnya genjah Selain itu, pada dasawarsa tersebut mulai dilepas varietas hibrida. Sementara itu, pada tahun 90-an dilepas varietas Bisma yang juga tersebar luas dan dilepas hibrida silang tunggal yang potensi hasilnya tinggi (Dahlan dan Slamet 1998). Keuntungan penanaman hibrida menjadi sangat besar bila daya hasilnya semakin tinggi. Misalnya, kenaikan hasil 20% di atas daya hasil 5 t.ha -1 nilainya 5 kali kenaikan 20% di atas daya hasil 1,5 t.ha -1. Penanaman hibrida dapat menaikkan produksi tanpa menambah dosis pupuk dan masukan lainnya, tetapi daya hasil akan menjadi lebih tinggi lagi bila pemupukan dioptimalkan. Evaluasi keturunan biasanya dikaitkan dengan kemampuan suatu tetua dalam suatu persilangan. Kemampuan ini disebut daya gabung. Dengan melihat rerata pengamatan keturunan dapat ditentukan apakah suatu tetua mempunyai daya gabung baik atau jelek terhadap semua tetua lain atau mempunyai nilai tinggi bila digabungkan dengan salah satu atau beberapa tetua lain (Allard 1989). Daya gabung adalah kemampuan genotipe untuk memindahkan sifat yang diinginkan kepada keturunannya. Ada dua macam daya gabung, yakni daya gabung umum dan daya gabung khusus. Daya gabung umum merupakan kemampuan suatu genotipe untuk menunjukkan kemampuan rerata keturunannya bila disilangkan dengan sejumlah genotipe lain yang dikombinasikan. Daya gabung khusus adalah kemampuan suatu kombinasi persilangan untuk menunjukkan penampilan keturunannya. Evaluasi daya gabung merupakan salah satu cara menilai kemampuan inbrida berdasarkan daya hasil silang puncaknya dengan genotipe penguji (Walter 1987)

5 Pemilihan tetua penguji penting untuk memisahkan galur-galur yang memiliki daya gabung baik. Umumnya digunakan tetua penguji varietas bersari bebas untuk mengevaluasi daya gabung umum dan galur murni untuk mengevaluasi daya gabung khusus. Dalam seleksi daya gabung, galur tetua penguji sangat kritis. Apabila tetua pengujinya tidak sesuai maka hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan. Oleh karena itu perlu dicari tetua penguji yang dapat menentukan daya gabung galur dari berbagai pola heterotik (Rawling dan Thompson 1962; Moentono 1989). Persilangan antara dua galur dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari nilai kedua tetuanya atau bahkan lebih baik dari tetua yang memberikan hasil tinggi. Menurut Shull (1948) fenomena ini disebut heterosis yang berarti ketegapan hibrida (hybrid vigor). Fenomena heterosis ini telah banyak dimanfaatkan secara intensif pada pemuliaan jagung untuk menghasilkan jagung hibrida. Hasil ini akan semakin tinggi jika galur-galur ini berasal dari dua populasi yang pola heterosisnya berbeda. Pasangan heterosis ini merupakan petunjuk dalam pembentukan galur sebagai komponen hibrida. Suatu galur atau populasi disilangkan dengan galur tertentu menunjukkan heterosis yang tinggi, tapi jika disilangkan dengan galur lain mungkin tidak menunjukkan heterosis yang tinggi. Dengan demikian galur tersebut mempunyai pasangan yang spesifik untuk menghasilkan hibrida yang hasilnya tinggi atau biasa disebut galur tersebut mempunyai daya gabung khusus baik. Perakitan kultivar unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain hibridisasi atau persilangan. Persilangan merupakan salah satu upaya untuk menambah variabilitas genetik dan memperoleh genotip baru yang lebih unggul. Namun, suatu galur sebelum dijadikan tetua dalam persilangan untuk menghasilkan varietas, perlu diketahui daya gabungnya. Daya gabung merupakan suatu ukuran kemampuan suatu genotip tanaman dalam persilangan untuk menghasilkan tanaman unggul. Daya gabung yang diperoleh dari suatu persilangan antar kedua tetua dapat memberikan informasi tentang kombinasi-kombinasi persilangan yang dapat memberikan turunan yang mempunyai potensi hasil tertinggi (Allard 1989)

6 Salah satu tipe persilangan yang dilakukan untuk mengetahui daya gabung suatu galur adalah testcross. Menurut Poehlman (1995), tester dapat berasal dari tanaman yang menyilang satu kali (single cross), tanaman menyilang dua kali (double cross) ataupun yang berasal dari varietas yang bersari bebas (open pollinated variety). Tester juga digunakan untuk mengetahui variabilitas genetik galur-galur murni. Variabilitas yang muncul pada hasil persilangan menujukkan variabilitas dan potensi genetik galur murni yang diuji. Semakin luas variabilitas galur murni yang dibentuk, maka semakin besar peluang diperoleh tetua hibrida yang superior. Variabilitas genetik galur-galur murni dapat diketahui dari variabilitas hibrida hasil testcrossnya. Karena sumber serbuk sari yang digunakan sama, maka variabilitas yang muncul menunjukkan juga variabilitas dan potensi genetik galur murni (Poehlman 1995). Selanjutnya Doerksen et al. (2003) menyatakan bahwa galur murni superior yang memiliki daya gabung umum yang baik dapat dijadikan sebagai tetua dalam peningkatan hasil pada hibrida. Pengujian daya gabung umum dapat dilakukan dengan model persilangan diallel. Pada populasi galur murni yang besar memerlukan jumlah kombinasi persilangan yang banyak. Model persilangan diallel untuk analisis daya gabung umum adalah kurang efektif, terutama bila jumlah galur yang diuji jumlahnya sangat besar. Untuk mengatasi hal tersebut maka dapat digunakan uji testcross yaitu dengan cara menyilangkan galur-galur murni dengan tester. Dimana tester yang digunakan adalah sama untuk setiap galurnya, sehingga setiap galur hanya melakukan persilangan satu kali saja. galur-galur murni dengan tester. Persilangan ini merupakan persilangan antara tetua Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi potensi hasil hibrida silang puncak, galur-galur jagung pulut yang memiliki gen opaque-2 sebagai kandidat tetua perakitan varietas hibrida

7 BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada dua percobaan yakni: Percobaan pertama dilakukan pembentukan hibrida silang puncak dari galur-galur terseleksi pada penelitian ketiga disilangkan mengikuti pola persilangan silang puncak (tester parent: CML154 dan CML156) di KP. Bajeng, Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Maros, dari Februari hingga Mei Percobaan kedua dilaksanakan evaluasi hibrida F 1, dari Juli hingga November Materi genetik yang digunakan adalah 57 galur jagung pulut (waxy corn) yang memiliki gen opaque-2 hasil introgresi pada kegiatan percobaan ketiga (Tabel 30) dan tiga varietas pembanding (Pulut Takalar, Anoman, dan Srikandi Putih). Tabel 30 Materi genetik yang digunakan dalam persilangan silang puncak (tester parent CML154 dan CML156) No. Set I No. Set II Pedigree Pedigree 1 MrP-7-1-1BBo2 1 MrP BBo2 2 MrP-7-1-2BBo2 2 MrP BBo2 3 MrP-7-1-3BBo2 3 MrP BBo2 4 MrP-7-1-4BBo2 4 MrP BBo2 5 MrP-7-1-5BBo2 5 MrP BBo2 6 MrP-7-1-6BBo2 6 MrP BBo2 7 MrP-7-1-7BBo2 7 MrP BBo2 8 MrP-7-1-8BBo2 8 MrP BBo2 9 MrP-7-1-9BBo2 9 MrP BBo2 10 MrP BBo2 10 MrP BBo2 11 MrP BBo2 11 MrP BBo2 12 MrP BBo2 12 MrP BBo2 13 MrP BBo2 13 MrP BBo2 14 MrP BBo2 14 MrP BBo2 15 MrP BBo2 15 MrP BBo2 16 MrP BBo2 16 MrP BBo2 17 MrP BBo2 17 MrP BBo2 18 MrP BBo2 18 MrP BBo2 19 MrP BBo2 19 MrP BBo2 20 MrP BBo2 20 MrP BBo2 21 MrP BBo2 21 MrP BBo2 22 MrP BBo2 22 MrP BBo2 23 MrP BBo2 23 MrP BBo2-105-

8 Tabel 30 Lanjutan No. Set I No. Set II Pedigree Pedigree 24 MrP BBo2 24 MrP BBo2 25 MrP BBo2 25 MrP BBo2 26 MrP BBo2 26 MrP BBo2 27 MrP BBo2 27 MrP BBo2 28 MrP BBo2 28 MrP BBo2 29 MrP BBo2 29 MrP BBo2 30 MrP BBo2 30 MrP BBo2 31 MrP BBo2 31 MrP BBo2 32 MrP BBo2 32 MrP BBo2 33 MrP BBo2 33 MrP BBo2 34 MrP BBo2 34 MrP BBo2 35 MrP BBo2 35 MrP BBo2 36 MrP BBo2 36 MrP BBo2 37 MrP BBo2 37 MrP BBo2 38 MrP BBo2 38 MrP BBo2 39 MrP BBo2 39 MrP BBo2 40 MrP BBo2 40 MrP BBo2 41 MrP BBo2 41 MrP BBo2 42 MrP BBo2 42 MrP BBo2 43 MrP BBo2 43 MrP BBo2 44 MrP BBo2 44 MrP BBo2 45 MrP BBo2 45 MrP BBo2 46 MrP BBo2 46 MrP BBo2 47 MrP BBo2 47 MrP BBo2 48 MrP BBo2 48 MrP BBo2 49 MrP BBo2 49 MrP BBo2 50 MrP BBo2 50 MrP BBo2 51 MrP BBo2 51 MrP BBo2 52 MrP BBo2 52 MrP BBo2 53 MrP BBo2 53 MrP BBo2 54 MrP BBo2 54 MrP BBo2 55 MrP BBo2 55 MrP BBo2 56 MrP BBo2 56 MrP BBo2 57 MrP BBo2 57 MrP BBo2-106-

9 Pelaksanaan Percobaan Percobaan 1: Pembentukan Materi Genetik F 1 Pembentukan materi F 1 dilakukan dengan pembentukan hibrida silang puncak dari 57 galur jagung pulut (waxy corn) yang memiliki gen opaque-2 hasil introgres pada kegiatan percobaan ketiga. Persilangan dilakukan antara tanaman (plant to plant) dari masing-masing kombinasi mengikuti pola persilangan silang puncak (tester CML154 dan CML156). Sebanyak 57 galur jagung pulut (waxy corn) yang memiliki gen opaque-2 hasil introgres pada kegiatan percobaan ketiga ditanam masing-masing (set I dan set II) dengan perbandingan 4 : 1 (empat baris galur hasil introgres sebagai tetua betina dan satu baris tetua jantan/tester CML154 dan CML156), jarak tanam yang digunakan 0,75 x 0,20 m dengan panjang barisan 2,5 m, benih sebelum ditanam diberikan perlakuan dengan metalaksil untuk mencegah serangan penyakit bulai (Perenosclerospora maydis), saat tanam lubang tanam diberi karbofuran untuk mencegah serangan ulat bibit, penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan pertama diberikan saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam (hst) dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP36, dan 100 kg/ha KCL, dengan menugal disamping tanaman, pemupukan kedua diberikan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam dengan takaran pemupukan 150 kg/ha Urea. Penyiangan dilakukan dua sampai tiga kali tergantung keadaan gulma dengan membuang gulma yang berada di sekitar tanaman. Penyiangan pertama pada saat tanaman berumur dua sampai tiga minggu setelah tanam (mst) dan empat sampai enam minggu setelah tanam. Penyiangan kedua dilakukan bersamaan dengan pembumbunan, pembumbunan dilakukan untuk mempermudah pemberian air. Pengairan dilakukan setiap dua minggu sekali, apabila tanahnya dapat menyimpan air maka pengairan dilakukan setiap tiga minggu sekali. Pengairan yang sangat mempengaruhi dan harus dilakukan menjelang berbunga dan waktu pengisian biji karena stadia ini akan mempengaruhi hasil panen. Kegiatan detasseling (pembuangan bunga jantan) pada barisan betina dilakukan sebelum anter keluar dari kelopak daun diperkirakan tanaman berumur -107-

10 ±45-55 hst dengan harapan barisan betina mendapat tepung sari dari barisan pejantan untuk menghasilkan benih hibrida silang puncak sebagai benih pada musim kedua. Panen dilakukan pada saat tanaman memasuki fase masak fisiologis dengan ditandai terbentuknya black layer pada biji (umur ± hst), menggunakan tenaga manusia untuk menghindari kehilangan hasil Masingmasing pasangan persilangan dipanen secara terpisah dan dimasukkan ke dalam kantong kertas serta diberi label. Percobaan 2: Evaluasi daya hasil hibrida silang puncak Evaluasi daya hasil dilakukan terhadap karakter hasil menggunakan materi hibrida silang puncak yang dihasilkan pada percobaan pertama. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, tiga ulangan, masing-masing genotipe ditanam dua baris, tata letak dilapangan sesuai dengan Lampiran 5. Analisis varians untuk mengetahui perbedaan respon antar genotip. Analisis Perbedaan Genotip: Model statistiknya (Singh and Chaudhary 1979) sebagai berikut: Y ijk = m + T ij + R k + {(RT) ijk + e ijk } dimana: Y ijk : genotip i x j dalam ulangan ke k m : rata-rata umum T ij : efek genotip i x j R k : efek ulangan ke k RT ijk : interaksi ulangan dengan perlakuan : galat e ijk Tabel 31 Analisis varians perbedaan genotip Sumber Variasi Derajat Bebas Ulangan (R) r 1 Perlakuan (T) Galat t 1 (r-1) (t-1) Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah 2 2 x. x ij JKR j t rt r x i. x ij JKT r rt t 1 Jk Total- JK Perlakuan - JKGalat r 1 r 1 JK Replikasi 2 Total rt-1 2 x ij x ij Keterangan: r = jumlah ulangan, t = jumlah perlakuan rt F 0.05 % KT Replikasi KT Galat KT Perlakuan KT Galat

11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis terhadap karakter bobot biji per tanaman memperlihatkan kuadrat tengah genotip berpengaruh tidak nyata, kuadrat tengah tester parent CML154 berpengaruh nyata, sedangkan interaksi genotip x tester parent berpengaruh nyata (Tabel 32). Tabel 32 Analisis gabungan tester parent CML154 dan CML156 di Maros MH2008/2009 derajat bebas Kuadrat Tengah Sumber variasi Tester Parent Tester Parent CML154 CML156 CML154 CML156 Ulangan , ,702 Genotip (A) , ,400 Tester parent (B) ,834* 7192,497 Interaksi A x B ,207* 1077,223* Galat , ,595 KK (%) 21,52 20,13 Nilai kuadrat tengah genotipe uji lebih rendah daripada kuadrat tengah interaksi genotipe x tester parent (CML 154) untuk karakter bobot biji per tanaman yang diamati (Tabel 32). Hal ini memberikan makna bahwa pengaruh faktor lingkungan lebih dominan daripada faktor genetik. Sedangkan nilai kuadrat tengah genotip uji lebih tinggi daripada kuadrat tengah interaksi genotipe x tester parent (CML156), hal tersebut menunjukkan bahwa faktor genetik lebih dominan daripada faktor lingkungan. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi genotip x tester parent berpengaruh nyata, hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara genotip, dan terdapat genotipe yang sesuai untuk tester CML154 tetapi tidak cocok untuk tester CML156, demikian sebaliknya Kemungkinan terdapat genotipe yang memiliki daya gabung pada kedua tester dan dapat digunakan sebagai kandidat tetua pembentukan varietas hibrida yang superior. Veraro dkk. (2002) nilai DGK tinggi pada umumnya diperoleh dari hibrida yang berasal dari tetua atau salah satu tetuanya memiliki nilai DGU tinggi. Hasil analisis hibrida silang puncak memperlihatkan bahwa ranking populasi set I (Tabel 33) memiliki nilai daya gabung khusus dengan tester

12 CML154 berbeda dengan tester CML156 demikian juga pada populasi set II (Tabel 34). Tabel 33 Penampilan hibrida silang puncak (Set I), karakter bobot biji per tanaman genotipe jagung pulut yang memiliki gen opaque-2 di Maros MH2008/2009 No. Genotipe Bobot biji per tanaman (g) Tester Parent CML154 Rank CML156 Rank 1 MrP-7-1-1BBo2 119, , MrP-7-1-2BBo2 150, , MrP-7-1-3BBo2 154, , MrP-7-1-4BBo2 153, , MrP-7-1-5BBo2 138, , MrP-7-1-6BBo2 146, , MrP-7-1-7BBo2 150, , MrP-7-1-8BBo2 115, , MrP-7-1-9BBo2 150, , MrP BBo2 147, , MrP BBo2 151, , MrP BBo2 153, , MrP BBo2 125, , MrP BBo2 144, , MrP BBo2 136, , MrP BBo2 114, , MrP BBo2 132, , MrP BBo2 124, , MrP BBo2 117, , MrP BBo2 181, , MrP BBo2 145, , MrP BBo2 167, , MrP BBo2 132, , MrP BBo2 153, , MrP BBo2 140, , MrP BBo2 147, , MrP BBo2 141, , MrP BBo2 109, , MrP BBo2 155, , MrP BBo2 159, , MrP BBo2 167, , MrP BBo2 155, , MrP BBo2 140, , MrP BBo2 126, ,

13 Tabel 33 Lanjutan No. Genotipe Bobot biji per tanaman (g) Tester Parent CML154 Rank CML156 Rank 35 MrP BBo2 135, , MrP BBo2 161, , MrP BBo2 111, , MrP BBo2 155, , MrP BBo2 142, , MrP BBo2 120, , MrP BBo2 134, , MrP BBo2 105, , MrP BBo2 137, , MrP BBo2 134, , MrP BBo2 151, , MrP BBo2 118, , MrP BBo2 150, , MrP BBo2 152, , MrP BBo2 134, , MrP BBo2 141, , MrP BBo2 128, , MrP BBo2 155, , MrP BBo2 110, , MrP BBo2 131, , MrP BBo2 168, , MrP BBo2 163, , MrP BBo2 136, ,79 10 Varietas Pembanding 58 Pulut Takalar 151, , Anoman 169, , Srikandi Putih 154, ,05 37 Rata-rata 141,82 124,92 LSD 5% tn tn KK (%) 14,21 18,75 Hasil analisis hibrida silang puncak memperlihatkan bahwa ranking populasi set I (Tabel 33) memiliki nilai daya gabung khusus dengan tester CML154 berbeda dengan tester CML156 demikian juga pada populasi set II (Tabel 34) terdapat perbedaan ranking diantara tester yang digunakan hal ini diduga karena terdapat interaksi antara genotip dengan tester menyebabkan terdapat genotipe yang memiliki daya gabung baik dengan tester CML154 tetapi -111-

14 kurang baik dengan tester CML156 atau sebaliknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa genotipe yang diuji hanya memiliki daya gabung khusus dengan salah satu tester saja. Tabel 34 Penampilan hibrida silang puncak (Set II), karakter bobot biji per tanaman genotipe jagung pulut yang memiliki gen opaque-2 di Maros MH2008/2009 Bobot biji per tanaman (g) No. Genotipe Tester Parent CML154 Rank CML156 Rank 1 MrP BBo2 167, , MrP BBo2 145, , MrP BBo2 118, , MrP BBo2 147, , MrP BBo2 177, , MrP BBo2 180, , MrP BBo2 147, , MrP BBo2 139, , MrP BBo2 147, , MrP BBo2 156, , MrP BBo2 142, , MrP BBo2 126, , MrP BBo2 182, , MrP BBo2 131, , MrP BBo2 138, , MrP BBo2 123, , MrP BBo2 151, , MrP BBo2 164, , MrP BBo2 161, , MrP BBo2 134, , MrP BBo2 141, , MrP BBo2 153, , MrP BBo2 142, , MrP BBo2 156, , MrP BBo2 144, , MrP BBo2 121, , MrP BBo2 140, , MrP BBo2 145, , MrP BBo2 136, , MrP BBo2 144, , MrP BBo2 163, , MrP BBo2 162, , MrP BBo2 147, ,

15 Tabel 34 Lanjutan Bobot biji per tanaman (g) No. Genotipe Tester Parent CML154 Rank CML156 Rank 34 MrP BBo2 148, , MrP BBo2 110, , MrP BBo2 124, , MrP BBo2 135, , MrP BBo2 154, , MrP BBo2 150, , MrP BBo2 107, , MrP BBo2 145, , MrP BBo2 163, , MrP BBo2 159, , MrP BBo2 162, , MrP BBo2 127, , MrP BBo2 153, , MrP BBo2 136, , MrP BBo2 165, , MrP BBo2 135, , MrP BBo2 142, , MrP BBo2 143, , MrP BBo2 168, , MrP BBo2 148, , MrP BBo2 166, , MrP BBo2 132, , MrP BBo2 125, , MrP BBo2 147, ,24 3 Varietas Pembanding 58 Pulut Takalar 133, , Anoman 157, , Srikandi Putih 141, ,25 41 Rata-rata 146,18 137,24 LSD 5% tn 48,16 KK (%) 18,70 11,70 Evaluasi daya gabung 57 genotipe hibrida silang puncak dengan CML154 memperlihatkan bobot biji per tanaman yang cukup tinggi dibanding dengan varietas pembanding (Tabel 33). Sepuluh genotipe terbaik dengan tester CML154 populasi set I adalah MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP

16 7-1-38BBo2, dan MrP BBo2 memberikan hasil masing-masing 181,20, 168,98, 167,74, 167,65, 163,12, 161,30, 159,60, 155,76, 155,66, dan 155,50 gram per tanaman menempati peringkat satu sampai sepuluh, sedangkan sepuluh genotipe terbaik dengan tester CML156 populasi set I adalah MrP-7-18BBo2, MrP-7-1-9BBo2, MrP BBo2, MrP-7-1-3BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, dan MrP BBo2 memberikan hasil masing-masing 184,44, 175,12, 172,64, 167,32, 165,11, 161,26, 155,31, 155,22, 141,73, 140,79 gram per tanaman menempati peringkat satu sampai sepuluh. Hal tersebut di atas memperlihatkan bahwa beberapa genotipe memiliki daya gabung yang baik. Persilangan antara dua galur dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada nilai kedua tetuanya atau bahkan lebih baik dari pada tetua yang memberikan hasil tinggi. Hasil ini akan semakin tinggi jika galur-galur tersebut berasal dari dua populasi yang pola heterotiknya berbeda. Pasangan heterosis ini merupakan petunjuk dalam pembentukan galur sebagai komponen hibrida. Persentase relatif bobot biji per tanaman genotipe uji (populasi set I; tester CML154) terhadap varietas pembanding disajikan pada Tabel 35. Terdapat 18 genotipe uji memiliki nilai persentase relatif lebih tinggi terhadap pembanding Pulut Takalar tetapi hanya satu genotipe (MrP-7-20BBo2) memiliki nilai relatif 7,10% lebih tinggi terhadap Anoman, namun terhadap Pulut Takalar 19,76%, dan 17,18% lebih tinggi terhadap Srikandi Putih, sedangkan persentase relatif genotipe uji terhadap Srikandi Putih terdapat sebelas genotipe MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, dan MrP BBo2 berturut-turut: 0,30%, 0,56, 0,67, 0,73, 3,21, 4,31, 5,49, 8,42, 8,48, 9,28, dan 17,18% lebih tinggi

17 Tabel 35 Persentase relatif hibrida silang puncak (set I; tester CML154) terhadap tiga varietas pembanding, karakter bobot biji per tanaman jagung pulut yang memiliki gen opaque-2 di Maros MH2008/2009 No. Genotipe % Relatif Terhadap Hasil Rank Pulut (g/tan) Anoman SK.Putih Takalar 1 MrP-7-1-1BBo2 119, ,04 70,69 77,34 2 MrP-7-1-2BBo2 150, ,14 88,66 97,01 3 MrP-7-1-3BBo2 154, ,19 91,39 99,99 4 MrP-7-1-4BBo2 153, ,34 90,63 99,16 5 MrP-7-1-5BBo2 138, ,29 81,64 89,32 6 MrP-7-1-6BBo2 146, ,58 86,38 94,50 7 MrP-7-1-7BBo2 150, ,69 89,15 97,54 8 MrP-7-1-8BBo2 115, ,27 68,21 74,62 9 MrP-7-1-9BBo2 150, ,78 89,23 97,63 10 MrP BBo2 147, ,30 87,02 95,21 11 MrP BBo2 151, ,12 89,54 97,96 12 MrP BBo2 153, ,59 90,85 99,40 13 MrP BBo2 125, ,84 74,09 81,06 14 MrP BBo2 144, ,41 85,32 93,35 15 MrP BBo2 136, ,09 80,57 88,15 16 MrP BBo2 114, ,68 67,69 74,05 17 MrP BBo2 132, ,44 78,20 85,56 18 MrP BBo2 124, ,09 73,41 80,32 19 MrP BBo2 117, ,68 69,47 76,01 20 MrP BBo2 181, ,76 107,10 117,18 21 MrP BBo2 145, ,30 86,12 94,22 22 MrP BBo2 167, ,81 99,10 108,42 23 MrP BBo2 132, ,79 78,51 85,90 24 MrP BBo2 153, ,34 90,63 99,16 25 MrP BBo2 140, ,17 83,32 91,16 26 MrP BBo2 147, ,38 87,09 95,29 27 MrP BBo2 141, ,39 83,52 91,38 28 MrP BBo2 109, ,43 64,77 70,87 29 MrP BBo2 155, ,95 92,07 100,73 30 MrP BBo2 159, ,49 94,34 103,21 31 MrP BBo2 167, ,87 99,15 108,48 32 MrP BBo2 155, ,78 91,91 100,56 33 MrP BBo2 140, ,95 83,12 90,95 34 MrP BBo2 126, ,68 74,84 81,88 35 MrP BBo2 135, ,60 80,13 87,67 36 MrP BBo2 161, ,61 95,34 104,31 37 MrP BBo2 111, ,42 65,66 71,84 38 MrP BBo2 155, ,88 92,01 100,67 39 MrP BBo2 142, ,49 84,50 92,45 40 MrP BBo2 120, ,33 70,94 77,

18 Tabel 35 Lanjutan No. Genotipe % Relatif Terhadap Hasil Rank Pulut (g/tan) Anoman SK.Putih Takalar 41 MrP BBo2 134, ,08 79,67 87,16 42 MrP BBo2 105, ,46 62,12 67,97 43 MrP BBo2 137, ,01 81,39 89,05 44 MrP BBo2 134, ,78 79,39 86,87 45 MrP BBo2 151, ,44 89,82 98,27 46 MrP BBo2 118, ,16 69,90 76,47 47 MrP BBo2 150, ,21 88,73 97,08 48 MrP BBo2 152, ,87 90,21 98,70 49 MrP BBo2 134, ,93 79,53 87,01 50 MrP BBo2 141, ,53 83,64 91,52 51 MrP BBo2 128, ,18 76,18 83,35 52 MrP BBo2 155, ,50 91,67 100,30 53 MrP BBo2 110, ,32 65,58 71,75 54 MrP BBo2 131, ,20 77,98 85,32 55 MrP BBo2 168, ,69 99,88 109,28 56 MrP BBo2 163, ,81 96,42 105,49 57 MrP BBo2 136, ,03 80,51 88,09 Varietas Pembanding 58 Pulut Takalar 151, Anoman 169, Srikandi Putih 154,63 13 Hasil persilangan populasi set I dengan tester CML156 (Tabel 36), memperlihatkan persentase relatif terhadap varietas pembanding, terdapat 29 genotip uji yang relatif lebih tinggi dibandingkan varietas Pulut Takalar dengan kisaran 0,01% sampai 50,93%, terdapat 25 genotip memiliki persentase relatif lebih tinggi dibandingkan varietas Anoman kisaran 0,89% sampai 47,14%, jika dibandingkan dengan varietas Srikandi Kuning terdapat 34 genotipe memiliki relatif lebih tinggi dengan kisaran persentase 1,31% sampai 54,93%

19 Tabel 36 Persentase relatif hibrida silang puncak (set I; tester CML156) terhadap tiga varietas pembanding, karakter bobot biji per tanaman jagung pulut yang memiliki gen opaque-2 di Maros MH2008/2009 No. Genotipe % Relatif Terhadap Hasil Rank Pulut (g/tan) Anoman SK.Putih Takalar 1 MrP-7-1-1BBo2 115, ,56 92,19 97,07 2 MrP-7-1-2BBo2 78, ,27 62,65 65,97 3 MrP-7-1-3BBo2 167, ,91 133,48 140,55 4 MrP-7-1-4BBo2 128, ,15 102,51 107,94 5 MrP-7-1-5BBo2 126, ,49 100,89 106,24 6 MrP-7-1-6BBo2 120, ,76 96,29 101,38 7 MrP-7-1-7BBo2 127, ,33 101,72 107,10 8 MrP-7-1-8BBo2 108, ,65 86,43 91,01 9 MrP-7-1-9BBo2 175, ,29 139,70 147,10 10 MrP BBo2 120, ,69 96,22 101,31 11 MrP BBo2 124, ,50 98,96 104,20 12 MrP BBo2 139, ,53 111,66 117,57 13 MrP BBo2 115, ,53 92,16 97,04 14 MrP BBo2 124, ,76 99,21 104,46 15 MrP BBo2 107, ,78 85,58 90,11 16 MrP BBo2 117, ,18 93,77 98,74 17 MrP BBo2 110, ,46 88,20 92,87 18 MrP BBo2 184, ,93 147,14 154,93 19 MrP BBo2 104, ,39 83,25 87,66 20 MrP BBo2 88, ,46 70,65 74,39 21 MrP BBo2 134, ,18 107,42 113,10 22 MrP BBo2 137, ,75 109,92 115,74 23 MrP BBo2 122, ,86 97,36 102,51 24 MrP BBo2 137, ,38 109,57 115,37 25 MrP BBo2 132, ,64 105,91 111,52 26 MrP BBo2 106, ,02 84,84 89,33 27 MrP BBo2 122, ,01 97,50 102,67 28 MrP BBo2 127, ,23 101,61 106,99 29 MrP BBo2 124, ,13 99,57 104,84 30 MrP BBo2 133, ,10 106,37 112,00 31 MrP BBo2 109, ,53 87,29 91,91 32 MrP BBo2 97, ,00 77,99 82,12 33 MrP BBo2 161, ,95 128,64 135,45 34 MrP BBo2 141, ,98 113,07 119,06 35 MrP BBo2 135, ,70 107,93 113,64 36 MrP BBo2 113, ,00 90,67 95,47 37 MrP BBo2 118, ,63 94,21 99,20 38 MrP BBo2 79, ,39 63,75 67,13 39 MrP BBo2 99, ,22 79,19 83,38 40 MrP BBo2 97, ,90 77,89 82,

20 Tabel 36 Lanjutan No. Genotipe % Relatif Terhadap Hasil Rank Pulut (g/tan) Anoman SK.Putih Takalar 41 MrP BBo2 121, ,77 97,27 102,42 42 MrP BBo2 155, ,01 123,83 130,39 43 MrP BBo2 127, ,48 101,87 107,26 44 MrP BBo2 128, ,40 102,76 108,20 45 MrP BBo2 165, ,11 131,72 138,70 46 MrP BBo2 172, ,27 137,73 145,02 47 MrP BBo2 118, ,15 94,71 99,73 48 MrP BBo2 121, ,24 96,76 101,88 49 MrP BBo2 155, ,09 123,90 130,46 50 MrP BBo2 114, ,32 90,98 95,80 51 MrP BBo2 104, ,13 83,00 87,39 52 MrP BBo2 115, ,56 92,19 97,07 53 MrP BBo2 116, ,03 92,65 97,56 54 MrP BBo2 130, ,79 104,11 109,62 55 MrP BBo2 126, ,79 101,19 106,55 56 MrP BBo2 95, ,49 76,53 80,58 57 MrP BBo2 140, ,20 112,32 118,26 Varietas Pembanding 58 Pulut Takalar 122, Anoman 125, Srikandi Putih 119,05 37 Penampilan hibrida silang puncak (populasi set II) dengan tester parent CML154 (Tabel 33) memberikan rata-rata bobot biji per tanaman cukup tinggi berturut-turut: 107,64 sampai 182,56 gram per tanaman dan jika dikalikan dengan populasi tanaman per hektar (±66000 populasi/ha) maka diperoleh sedikitnya 7,10 sampai 12,04 t.ha -1 sedangkan penampilan genotipe hibrida silang puncak dengan CML156 memberikan rata-rata bobot biji per tanaman antara 102,68 sampai 200,96 gram pertanaman, kalau dikalikan dengan populasi tanaman perhektarnya maka rata-rata potensi hasilnya berkisar antara 6,78 sampai 13,26 t.ha -1. Hasil perhitungan persentase relatif hibrida silang puncak (set II; tester CML154) terhadap tiga varietas pembanding (Tabel 37) memperlihatkan 46 genotipe uji yang memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan varietas Pulut Takalar dengan kisaran persentase antara 0,78% sampai 37,08%, jika dibandingkan dengan varietas Anoman terdapat 14 genotip memiliki persentase -118-

21 lebih tinggi diantaranya MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, dan MrP BBo2, tetapi jika dibandingkan dengan varietas Srikandi Putih terdapat 37 genotip lebih tinggi dengan kisaran antara 0,38% sampai 28,91% lebih tinggi. Persentase relatif hibrida silang puncak (set II; tester CML154) terhadap tiga varietas pembanding; Pulut Takalar, Anoman, dan Srikandi Putih (Tabel 37). Persentase relatif hibrida silang puncak (set II; tester CML156) terhadap varietas Pulut Takalat, Anoman, dan Srikandi Putih sebagai pembanding (Tabel 38) terdapat empat genotipe lebih tinggi dari varietas Pulut Takalar diantaranya MrP BBo2, MrP BBo2, MrP BBo2, dan MrP BBo2 berturut-turut 1,75, 5,52, 7,52, dan 6,36% lebih tinggi. Persentase relatif terhadap varietas Anoman terdapat 45 genotipe dengan kisaran 0,22% sampai 66,19% lebih tinggi, sedangkan terhadap varietas Srikandi Kuning terdapat 39 genotipe memiliki persentase relatif lebih tinggi dengan kisaran antara 0,42% sampai 57,93%

22 Tabel 37 Persentase relatif hibrida silang puncak (set II; tester CML154) terhadap tiga varietas pembanding, karakter bobot biji per tanaman jagung pulut yang memiliki gen opaque-2 di Maros MH2008/2009 No. Genotipe Hasil % Pulut % % (t.ha -1 Rank ) Takalar Anoman Sk.Putih 1 MrP BBo2 167, ,93 106,67 118,42 2 MrP BBo2 145, ,25 92,55 102,74 3 MrP BBo2 118, ,10 75,47 83,79 4 MrP BBo2 147, ,56 93,65 103,97 5 MrP BBo2 177, ,31 112,92 125,36 6 MrP BBo2 180, ,80 115,04 127,71 7 MrP BBo2 147, ,52 93,62 103,93 8 MrP BBo2 139, ,73 88,72 98,49 9 MrP BBo2 147, ,53 93,63 103,94 10 MrP BBo2 156, ,24 99,31 110,25 11 MrP BBo2 142, ,03 90,66 100,65 12 MrP BBo2 126, ,97 80,45 89,31 13 MrP BBo2 182, ,08 116,12 128,91 14 MrP BBo2 131, ,51 83,45 92,64 15 MrP BBo2 138, ,72 87,86 97,54 16 MrP BBo2 123, ,08 78,85 87,54 17 MrP BBo2 151, ,02 96,58 107,22 18 MrP BBo2 164, ,28 104,43 115,94 19 MrP BBo2 161, ,20 102,67 113,97 20 MrP BBo2 134, ,78 85,37 94,77 21 MrP BBo2 141, ,13 89,91 99,81 22 MrP BBo2 153, ,24 97,62 108,37 23 MrP BBo2 142, ,89 90,54 100,52 24 MrP BBo2 156, ,67 99,68 110,66 25 MrP BBo2 144, ,46 91,88 102,00 26 MrP BBo2 121, ,97 77,06 85,55 27 MrP BBo2 140, ,78 89,61 99,48 28 MrP BBo2 145, ,37 92,65 102,85 29 MrP BBo2 136, ,31 86,67 96,22 30 MrP BBo2 144, ,38 91,81 101,92 31 MrP BBo2 163, ,56 103,82 115,26 32 MrP BBo2 162, ,81 103,19 114,55 33 MrP BBo2 147, ,90 93,94 104,29 34 MrP BBo2 148, ,68 94,60 105,02 35 MrP BBo2 110, ,59 69,97 77,67 36 MrP BBo2 124, ,35 79,07 87,78 37 MrP BBo2 135, ,06 86,46 95,98 38 MrP BBo2 154, ,07 98,32 109,15 39 MrP BBo2 150, ,82 95,57 106,09 40 MrP BBo2 107, ,82 68,46 76,01 41 MrP BBo2 145, ,00 92,34 102,

23 Tabel 37 Lanjutan No. Genotipe Hasil % Pulut % % (t.ha -1 Rank ) Takalar Anoman Sk.Putih 42 MrP BBo2 163, ,04 104,23 115,71 43 MrP BBo2 159, ,07 101,71 112,91 44 MrP BBo2 162, ,99 103,34 114,72 45 MrP BBo2 127, ,50 80,90 89,81 46 MrP BBo2 153, ,57 97,89 108,68 47 MrP BBo2 136, ,70 86,99 96,58 48 MrP BBo2 165, ,46 105,43 117,05 49 MrP BBo2 135, ,90 86,32 95,83 50 MrP BBo2 142, ,74 90,42 100,38 51 MrP BBo2 143, ,61 91,16 101,20 52 MrP BBo2 168, ,23 106,93 118,70 53 MrP BBo2 148, ,17 94,17 104,55 54 MrP BBo2 166, ,35 106,18 117,88 55 MrP BBo2 132, ,11 83,96 93,21 56 MrP BBo2 125, ,97 79,60 88,37 57 MrP BBo2 147, ,48 93,59 103,90 Varietas Pembanding 58 Pulut Takalar 133, Anoman 157, Srikandi Putih 141,

24 Tabel 38 Persentase relatif hibrida silang puncak (set II; tester CML156) terhadap tiga varietas pembanding, karakter bobot biji per tanaman jagung pulut yang memiliki gen opaque-2 di Maros MH2008/2009 No. Genotipe Hasil % Pulut (t.ha -1 Rank ) Takalar % Anoman % Sk.Putih 1 MrP BBo2 112, ,16 93,06 88,43 2 MrP BBo2 139, ,82 115,43 109,69 3 MrP BBo2 140, ,12 115,86 110,10 4 MrP BBo2 127, ,99 105,67 100,42 5 MrP BBo2 137, ,83 114,03 108,35 6 MrP BBo2 102, ,51 85,00 80,77 7 MrP BBo2 134, ,60 110,84 105,33 8 MrP BBo2 133, ,39 110,54 105,04 9 MrP BBo2 146, ,62 120,87 114,85 10 MrP BBo2 133, ,14 110,17 104,69 11 MrP BBo2 158, ,65 130,90 124,39 12 MrP BBo2 133, ,35 110,48 104,98 13 MrP BBo2 161, ,63 133,73 127,08 14 MrP BBo2 155, ,13 128,73 122,33 15 MrP BBo2 154, ,43 127,73 121,38 16 MrP BBo2 138, ,12 114,44 108,75 17 MrP BBo2 109, ,46 90,65 86,14 18 MrP BBo2 175, ,75 145,33 138,10 19 MrP BBo2 185, ,52 153,57 145,93 20 MrP BBo2 123, ,41 101,99 96,92 21 MrP BBo2 121, ,24 100,32 95,33 22 MrP BBo2 132, ,72 109,58 104,13 23 MrP BBo2 152, ,06 125,78 119,52 24 MrP BBo2 163, ,48 134,95 128,24 25 MrP BBo2 156, ,83 129,74 123,28 26 MrP BBo2 104, ,53 86,45 82,15 27 MrP BBo2 111, ,78 92,53 87,93 28 MrP BBo2 102, ,47 84,94 80,72 29 MrP BBo2 157, ,03 130,02 123,55 30 MrP BBo2 137, ,84 114,04 108,37 31 MrP BBo2 153, ,70 126,69 120,39 32 MrP BBo2 123, ,61 102,28 97,19 33 MrP BBo2 130, ,31 107,57 102,22 34 MrP BBo2 165, ,77 136,79 129,99 35 MrP BBo2 137, ,65 113,77 108,11 36 MrP BBo2 137, ,83 114,02 108,35 37 MrP BBo2 132, ,79 109,68 104,22 38 MrP BBo2 106, ,67 88,08 83,70 39 MrP BBo2 102, ,45 84,92 80,69 40 MrP BBo2 147, ,68 122,38 116,29 41 MrP BBo2 149, ,80 123,97 117,

25 Tabel 38 Lanjutan No. Genotipe Hasil % Pulut (t.ha -1 Rank ) Takalar % Anoman % Sk.Putih 42 MrP BBo2 110, ,25 91,76 87,20 43 MrP BBo2 107, ,31 89,00 84,57 44 MrP BBo2 137, ,68 113,80 108,14 45 MrP BBo2 132, ,44 109,18 103,75 46 MrP BBo2 130, ,82 108,29 102,91 47 MrP BBo2 136, ,83 112,59 106,99 48 MrP BBo2 140, ,20 115,98 110,21 49 MrP BBo2 156, ,34 129,04 122,62 50 MrP BBo2 121, ,17 100,22 95,24 51 MrP BBo2 125, ,95 104,19 99,01 52 MrP BBo2 200, ,36 166,19 157,93 53 MrP BBo2 120, ,54 99,32 94,38 54 MrP BBo2 125, ,50 103,55 98,40 55 MrP BBo2 135, ,71 112,42 106,83 56 MrP BBo2 118, ,70 98,12 93,24 57 MrP BBo2 182, ,52 150,71 143,21 Varietas Pembanding 58 Pulut Takalar 172, Anoman 120, Srikandi Putih 127,

26 KESIMPULAN 1. Genotipe uji memiliki nilai daya gabung khusus cukup baik terhadap salah satu tester baik dengan CML154 maupun dengan CML156 untuk karakter bobot biji per tanaman. 2. Penampilan karakter bobot biji pertanaman dari 57 genotipe hasil silang puncak dengan dua tester sangat beragam, pengaruh faktor lingkungan lebih dominan dari faktor genetik pada persilangan dengan CML154 dan pengaruh faktor genetik lebih dominan dari faktor lingkungan pada persilangan dengan CML Galur inbrida MrP BBo2 memiliki daya gabung khusus dengan CML154 dan berpotensi sebagai kandidat tetua dalam program mendapatkan hibrida potensi hasil tinggi. 4. Galur inbrida MrP BBo2 memiliki daya gabung khusus dengan CML154 dan CML156 serta berpotensi sebagai kandidat tetua dalam program mendapatkan hibrida potensi hasil tinggi

BAB. IV ABSTRAK. Kata kunci: jagung pulut, komponen hasil, daya gabung umum, daya gabung khusus, dan toleran kekeringan

BAB. IV ABSTRAK. Kata kunci: jagung pulut, komponen hasil, daya gabung umum, daya gabung khusus, dan toleran kekeringan BAB. IV Daya Gabung Karakter Hasil dan Komponen Hasil Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) pada Kondisi Lingkungan Tanpa Cekaman dan Lingkungan Tercekam Kekeringan ABSTRAK Percobaan ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Pendahuluan Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit utama

Lebih terperinci

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik 42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB. V. Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK

BAB. V. Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK BAB. V Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK Pemanfaatan marka molekuler sebagai alat bantu seleksi,

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas penting kedua dalam ekonomi tanaman pangan di Indonesia setelah padi/beras. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya industri peternakan, dimana

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS)

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) Amiruddin Manrapi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Jl. Prof Muh. Yamin No. 89 Kendari 93114 PENDAHULUAN Untuk

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA Dewasa ini, pemerintah terus menggalakkan penggunaan benih jagung hibrida untuk menggenjot produksi jagung nasional. Pangsa pasar jagung hibrida pun terus tumbuh

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HIBRIDA TURUNAN GMJ TIPE WILD ABORTIVE, GAMBIACA DAN KALINGA MENGGUNAKAN ANALISIS LINI X TESTER

EVALUASI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HIBRIDA TURUNAN GMJ TIPE WILD ABORTIVE, GAMBIACA DAN KALINGA MENGGUNAKAN ANALISIS LINI X TESTER EVALUASI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HIBRIDA TURUNAN GMJ TIPE WILD ABORTIVE, GAMBIACA DAN KALINGA MENGGUNAKAN ANALISIS LINI X TESTER Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi daya gabung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Jenis Kegiatan Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Persiapan Lahan X Penanaman X Penjarangan X Pemupukan X X Aplikasi Pupuk Hayati X X X X Pembubunan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS GALUR-GALUR JAGUNG TROPIS DI DUA LOKASI

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS GALUR-GALUR JAGUNG TROPIS DI DUA LOKASI 24 ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS GALUR-GALUR JAGUNG TROPIS DI DUA LOKASI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya gabung umum (DGU), daya gabung khusus (DGK), heterosis dan kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Oleh: Mildaerizanti, SP, M.Sc Peneliti Muda Ahli pada BPTP Balitbangtan Jambi Pendahuluan Kebutuhan terhadap jagung diproyeksikan

Lebih terperinci

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai [1.04.04] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai [BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) Penyusun Zubachtirodin Syuryawati Constance Rapar

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) Penyusun Zubachtirodin Syuryawati Constance Rapar PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) Penyusun Zubachtirodin Syuryawati Constance Rapar BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang Lampiran 1. Deskripsi Jagung Varietas Bisma Golongan : Bersari bebas Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) Umur panen : ± 96 HST Batang : Tinggi sedang, tegap dengan tinggi ± 190 cm Daun

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg = LAMPIRAN 1 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk kandang/ha = 2 ton Kebutuhan pupuk kandang/polibag Bobot tanah /polybag = Dosis Anjuran Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha

Lebih terperinci

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 Lampiran 1. Bagan Penelitian a Blok I Blok II Blok III V 2 P 0 b V 1 P 1 V c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 e d V 3 P 1 V 4 P 0 V 3 P 1 V 2 P 1 V 1 P 0 V 2 P 1 V 3 P 0 V 5 P 1 V 5 P 0 V 4 P 1 V 3 P 0 V

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 UJI ADAPTASI POPULASI-POPULASI JAGUNG BERSARI BEBAS HASIL PERAKITAN LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Peneliti

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2009 di Kebun Karet Rakyat di Desa Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan milik

Lebih terperinci

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK) PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK) AGUS SUPENO Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendalpayak, Kotak Pos 66, Malang RINGKASAN Persilangan

Lebih terperinci

Agrivet (2015) 19: 30-35

Agrivet (2015) 19: 30-35 Agrivet (2015) 19: 30-35 Keragaan Sifat Agronomi dan Hasil Lima Kedelai Generasi F3 Hasil Persilangan The agronomic performance and yield of F3 generation of five crosses soybean genotypes Lagiman 1),

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 010 Maret 011, kecuali lokasi Sukabumi pada bulan Maret Juni 011. Tempat Penelitian dilaksanakan di 7 lokasi yaitu Bogor,

Lebih terperinci

Evaluasi Heterosis Tanaman Jagung

Evaluasi Heterosis Tanaman Jagung Evaluasi Heterosis Tanaman Jagung Hadiatmi, Sri G. Budiarti, dan Sutoro Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Informasi mengenai nilai heterosis dan pengaruh daya gabung

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG 8 Highlight Balitsereal 2008 INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG PTT Jagung pada Lahan Sawah Sub Optimal Untuk peningkatan produksi jagung, komponen-komponen teknologi yang telah dihasilkan dari penelitian

Lebih terperinci

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN MODUL I KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN 1.1 Latar Belakang Tujuan akhir program pemuliaan tanaman ialah untuk mendapatkan varietas unggul baru yang sesuai dengan preferensi petani dan konsumen. Varietas unggul

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI BREEDING OF BLACK RICE VARIETY FOR DROUGHT TOLERANCE AND HIGH YIELD I Gusti Putu Muliarta Aryana 1),

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2012

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2012 KODE PENELITIAN: X.75 Pengembangan Varietas Hibrida Jagung Pulut (waxy corn), Tahan Penyakit Bulai (Perenosclerospora maydis L.), dan Toleran Kekeringan (Drought Tolerance) Memiliki Potensi Hasil Tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian I. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari

Lebih terperinci

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR B.Murdolelono 1), H. da Silva 1), C.Y.Bora 1) dan M. Azrai 2) 1) Balai Penelitian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur, Jl.Timor

Lebih terperinci

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Abstrak. Sukmaraga salah satu varietas jagung bersari bebas yang

Lebih terperinci

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004) PERTUMBUHAN, HASIL, DAN MUTU BERAS GENOTIPE F5 DARI PERSILANGAN PADI MENTIK WANGI X POSO DALAM RANGKA PERAKITAN PADI GOGO AROMATIK GROWTH, YIELD, AND RICE QUALITY OF F5 GENOTYPES PROGENY OF CROSSING BETWEEN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014. 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 013 sampai dengan Januari 014. Penanaman dilaksanakan di laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai Sri G. Budiarti, Sutoro, Hadiatmi, dan Haeni Purwanti Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Varietas hibrida

Lebih terperinci

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan INTRODUKSI BEBERAPA JAGUNG KOMPOSIT VARIETAS UNGGUL PADA LAHAN KERING DALAM UPAYA MENUNJANG KEDAULATAN PANGAN DI KABUPATEN SRAGEN (The assessment of introduction of corn composite high yield varieties

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Lampiran 2. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

Lampiran 1. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Lampiran 2. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Lampiran 1. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) A 23.8 26.2 22.2 72.2 24.07 B 20.8 18.9 20.8 60.5 20.17 C 26.3 29.1 24.4 79.8 26.60 D 28.1 24.6 25.6 78.3 26.10 Total 99 98.8 93 290.8 Rataan 24.75

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL Estimation of genetic parameters chilli (Capsicum annuum L.) seeds vigor with half diallel cross

Lebih terperinci

KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33

KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33 KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agroteknologi oleh ERICK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung 18 TINJAUAN PUSTAKA Jagung Kebutuhan jagung di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Upaya peningkatan produksi jagung terus dilakukan melalui usaha secara ekstensifikasi dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) JAGUNG Penulis: Hendi Supriyadi Penyunting: Bambang Irawan Nandang Sunandar Disain Layout: Nadimin Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi dan termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat

Lebih terperinci

2. BENIH TANAMAN JAGUNG

2. BENIH TANAMAN JAGUNG 2. BENIH TANAMAN JAGUNG 1. DEFINISI 2. TUJUAN Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangkan tanaman ( UU RI No 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman berkaitan erat dengan proses seleksi. Seleksi hanya dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, I. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan

Lebih terperinci

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO Oleh : Sugeng Prayogo BP3K Srengat Penanaman merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk memperoleh

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L. UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.) Suciati Eka Chandrasari 1, Nasrullah 2, Sutardi 3 INTISARI Delapan

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTER FENOTIP, GENOTIP DAN HERITABILITAS KETURUNAN KEDUA DARI HASIL SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.)

EVALUASI KARAKTER FENOTIP, GENOTIP DAN HERITABILITAS KETURUNAN KEDUA DARI HASIL SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) EVALUASI KARAKTER FENOTIP, GENOTIP DAN HERITABILITAS KETURUNAN KEDUA DARI HASIL SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI Oleh: SERI WATI SEMBIRING 050307003 / BDP-PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida 6 TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Jagung (Zea mays L., 2n = 20) merupakan tanaman berumah satu (monoceous) dan tergolong ke dalam tanaman menyerbuk silang. Penyerbukannya terjadi secara acak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, dengan ketinggian 60 m dpl, jenis tanah Podsolik

Lebih terperinci

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Jagung pulut merupakan jagung lokal khas Sulawesi

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.)

PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.) PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.) SKRIPSI Oleh : FIDELIA MELISSA J. S. 040307013 / BDP PET PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL D. Ruswandi, M. Saraswati, T. Herawati, A. Wahyudin, dan N. Istifadah Lab. Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH Yakob Bunga T, Saidah 1) dan Amran Muis 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah 2)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Balai Besar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari 2013. Penanaman dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung. Pengamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI Fitri Handayani 1, Nurbani 1, dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur; 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA Fauziah Koes dan Oom Komalasari Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat,

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat, Robi'in: Pengujian daya hasil jagung bersari bebas di lokasi Prima Tani Kabupaten Probolinggo 45 Buletin Teknik Pertanian Vol. 14, No. 2, 2009: 45-49 TEKNIK PENGUJIAN DAYA HASIL JAGUNG BERSARI BEBAS (KOMPOSIT)

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. Sondakh 1), dan Andi Tenrirawe 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan terpenting yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas

Lebih terperinci

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMIS GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMIS GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA KERAGAAN KARAKTER AGRONOMIS GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA Anna Sulistyaningrum, Muzdalifah Isnaini, dan Andi Takdir M. Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi Selatan Email: anna.sulistya@gmail.com

Lebih terperinci

Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN

Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN Dasar Genetik Tanaman Penyerbuk Silang Heterosigot dan heterogenous Satu individu dan individu lainnya genetis berbeda Keragaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

Padi hibrida merupakan tanaman F1 yang berasal dari

Padi hibrida merupakan tanaman F1 yang berasal dari TEKNIK PRODUKSI BENIH UNTUK KEPERLUAN UJI DAYA HASIL PADI HIBRIDA Sukirman, Warsono, dan Maulana 1 Padi hibrida merupakan tanaman F1 yang berasal dari persilangan dua galur murni yang berbeda. Di beberapa

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA GENOTIP JAGUNG DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN PADA MUSIM KEMARAU DI BANGKALAN Donald Sihombing, Nurul Istiqomah, Wahyu Handayati dan Andi Takdir M. 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAMAN KAPAS GENJAH MELALUI PERSILANGAN DIALLEL

PERBAIKAN TANAMAN KAPAS GENJAH MELALUI PERSILANGAN DIALLEL Jurnal Littri (), Maret 00, Hlm. - SUDARMADJI et al.: Perbaikan tanaman kapas genjah melalui persilangan diallel ISSN 085-8 PERBAIKAN TANAMAN KAPAS GENJAH MELALUI PERSILANGAN DIALLEL SUDARMADJI, RUSIM

Lebih terperinci