JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN"

Transkripsi

1 JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Ψ UHN JURNAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Volume 1 Nomor 2 Maret 2016 Peran Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pada Rumah Sakit X Fernando Simanjuntak, S,Psi dan Hotpascaman Simbolon, M.Psi, Psikolog Perbedaan Motivasi Kerja Perawat Ditinjau Berdasarkan Shift Kerja di Rumah Sakit Umum X Medan Juliana Kristin Elisabet Hutajulu, S.Psi dan Karina M. Brahmana, M.Psi, Psikolog Efektivitas Metode Visual Schedule Dalam Meningkatkan Kemandirian Pada Anak Sindrom Asperger Ervina Marimbun Rosmaida Siahaan, M.Psi, Psikolog Pengaruh gaya Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi terhadap Intensi Turnover karyawan Artiwinata Ginting, M.Psi, Psikolog Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Prokrastinasi Akademik Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Universitas HKBP Nommensen N. Syaputra Soniwao Telaumbanua, S.Psi dan Asina Christina Rosito, S.Psi, MSc Pengaruh employee engagement terhadap Turnover intention Hotpascaman Simbolon, M.Psi, Psikolog M A J A L A H I L M I A H FAKULTAS PSIKOLOGI - UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 0

2 PERAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA RUMAH SAKIT X Fernando Simanjuntak Hotpascaman Simbolon ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional pada motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja sebesar -0,662 (sig = 0,000) yang berarti bahwa hipotesis diterima. Sampel penelitian ini adalah 30 orang perawat di RSU. X. Medan. Penelitian ini mengunakan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu skala persepsi gaya kepemimpinan dan skala motivasi kerja yang disusun sendiri oleh peneliti dalam bentuk skala likert aspek-aspek persepsi gaya kepemimpin yang berjumlah 37 aitem dan skala motivasi kerja sebanyak 44 aitem. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan. Dalam penelitian ini, menunjukkan persepsi karyawan terhadap pemimpin mempunyai peranan yang sedikit dalam motivasi kerja yang terjadi pada karyawan RSU. X. Berdasarkan hasil analisa koefisien determinan (R-square) yang diperoleh sebesar Artinya kontribusi variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional sebesar 43,8% terhadap variabel motivasi kerja dan selebihnya sebesar 56,2% ditentukan oleh faktor lainnya. Kata Kunci : Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk yang melahirkan (World Health Organization). Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Permenkes No.159b/1988) UU NO.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang 1

3 menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan rumah sakit juga diatur dalam KODERSI/kode etik rumah sakit, dimana kewajiban rumah sakit terhadap karyawan, pasien dan masyarakat diatur. Untuk itu rumah sakit bertangung jawab atas kegiatan-kegiatan organisasi hendaknya berusaha agar para karyawan selalu mempunyai motivasi kerja yang tinggi untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Robbins (2003) mengatakan bahwa, motivasi adalah proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat kekurangan secara fisik dan psikis atau dengan kata lain adalah suatu dorongan yang ditunjukan untuk memenuhi tujuan tertentu. Hal yang sama juga diungkapkan oleh As'ad (2003) yang berasumsi bahwa, motivasi kerja seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Senada dengan pemikiran Maslow (dalam Feist & Feist. 2010) dikatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengerakan perilaku. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja karyawan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap, dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau giat bekerja dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, dan kecakapan yang dimilikinya. Dengan begitu motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Weiner, 1982). Bila tidak ada motivasi, maka semangat kerja karyawan dalam melaksanakan tugas yang diberikan akan menurun dan perusahaan pun sulit mencapai tujuannya atau mencapai target. Dengan demikian apabila perusahaan tersebut tidak mampu mencapai tujuan atau target, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami penurunan pendapatan (Siagian, 2005). 2

4 Permasalahan motivasi kerja terlihat dari fenomena di RSU. X. di Medan. Dimana di RSU. X. tersebut para karyawan secara umum menunjukkan motivasi untuk kerja yang kurang optimal. Hal ini terlihat dari hasil wawancara terhadap beberapa karyawan RSU. X. "Ada beberapa perawat yang sering datang terlambat, dan saat berkerja pun seperti tidak ada semangat untuk melakukannya, ingin istirahat yang lama tapi kerjaan yang terbengkalai, bagaimana tugas tidak siap kalau yang ada mengharapkan orang untuk mengerjakan kerjaannya, dan ada yang seperti kesibukan lainnya jadi menyuruh teman mengerjakan tugasnya." "Setiap perawat itu kan punya tugas masing-masing seperti kerja team dalam satu tempat, jadi sewaktu teman ada yang malas terkadang saya kesal sendiri karena tidak bisa diajak kerjasama. Mungkin contohnya saja, saya pernah saat kepala ruangan menyuruh saya untuk mengecheck pasien dari tensi, obat, dan makannya. Kadangkan teman saya lansung permisi sebentar untuk urusan lain, jadi ya saya sendiri yang kerjainya, ini yang buat saya malas-malasan juga ya karena teman gitu saya pun jadi ikut-ikutan biar tidak disuruh." Dari beberapa hasil wawancara singkat diatas yang peneliti lakukan, terlihat indikator perilaku seperti dari datang terlambat, mendelegasikan tugas kepada teman, istirahat yang terlalu lama, seperti tidak bergairah berkerja, bila diberikan tugas baru akan memperlihatkan rada tidak suka sehingga tugas tersebut lama selesainya. Hal ini menunjukkan karyawan kurang termotivasi dalam berkerja maupun pada saat diberi tugas untuk mengerjakan sesuatu. Seperti yang peneliti sebutkan sebelumnya bahwa motivasi mempengaruhi kinerja karyawan, hal ini diperkuat oleh penelitian Andre Wijaya (2011), yang menunjukkan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja. Karyawan yang memiliki tingkat motivasi kerja tinggi dan memahami tujuan organisasi maka intensitas kerjanya semakin tinggi, dan semakin tekun kerjanya, maka kinerja karyawan tersebut menjadi lebih baik. Pada kaitannya dengan motivasi kerja ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, menurut Munandar, (1993) diantaranya: peran pemimpin atau atasan, peran diri sendiri dan peran organisasi. Fokus peneliti pada penelitian ini, yaitu 3

5 faktor pemimpin atau atasan, karena peneliti melihat bahwa dari hasil komunikasi informal pemimpin menujukkan perilaku yang baik. Pemimpin adalah salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu memahami perkembangan zaman (Manullang, 2002), selaras dengan yang diungkapkan oleh Wibowo (2007), bahwa organisasi dan perusahaan akan dapat mencapai suatu hasil yang optimal, bila didalamnya terdapat suatu kepemimpinan yang baik dan efektif yang akan meningkatkan kepuasan kerja bawahannya dan secara otomatis berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Menurut Yulk (1998), ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional. Gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang mampu mendatangkan perubahan di dalam diri setiap individu yang terlibat atau bagi seluruh organisasi untuk mencapai performa yang semakin tinggi. Senada dengan yang diungkapkan oleh Yulk, Triantoro (2004), mendefinisikan kepemimpinan transformasional ini mampu membawa organisasi menuju kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemimpin transaksional. Iklim dan akibat yang diperoleh karyawan dari pemimpin transformasional adalah meningkatkan motivasi kerja, antusiasme, komitmen, kepuasan kerja, kesejahteraan dan kesehatan karyawan. Sedangkan gaya kepemimpinan transaksional juga dijelaskan oleh Bass (dalam Yulk, 1998), didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran yang menyebabkan karyawan mendapat imbalan serta membantu karyawan mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi hasil yang diharapkan seperti kualitas pengeluaran yang lebih baik, penjualan atau pelayanan yang lebih dari karyawan, serta mengurangi biaya produksi. Dengan gaya kepemimpinan transaksional, kebutuhan karyawan yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisik dan rasa aman dapat terpenuhi dengan baik. Sedangkan untuk gaya kepemimpinan transfomasional, kebutuhan karyawan yang lebih tinggi, seperti affiliasi, harga diri, dan aktualisasi diri hanya dimungkinkan terpenuhi. Namun peneliti berfokus pada gaya kepemimpinan transfomasional, karena gaya kepemimpinan di RSU. X. di medan tersebut secara umum berusaha untuk 4

6 meningkatkan motivasi dan memberdayakan fungsi dan peran karyawan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara terhadap karyawan RSU. X. Berikut wawancaranya dengan salah satu karyawan dibagian keperawatan. "Pemimpin kami mampu mengarahkan kami dalam suatu tujuan, tapi ada beberapa dari kami kadang membuat jengkel yang suka, malas-malasan tapi atasan kami memakluminya. Kami mematuhi dan menujukkan kepada kami kerjasama itu penting." Berdasarkan wawancara tersebut peneliti dengan karyawan dapat diasumsikan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan di RSU. X adalah gaya kepemimpinan transformasional. Hal ini terlihat dari pemimpin yang memiliki sikap terbuka terhadap karyawan, mentolerir karyawan yang membuat kesalahan dan menitikberatkan kerjasama dalam berkerja. Sama seperti yang dikatakan Wuradji, (2009) ciri-ciri kepemimpinan transformasional, adalah memiliki keberanian untuk melakukan perubahan menuju tingkat produktivitas yang lebih tinggi, mampu membangkitkan semangat dan motivasi pengikutnya untuk bekerja keras, mampu mengembangkan semangat kebersamaan, disiplin, dan motivasi untuk maju, mampu membangun kesadaran berorganisasi pada pengikutnya, dengan jalan mengembangkan rasa memiliki organisasi (sense of belonging), dan rasa bertanggung jawab (sense of resposibility), serta membangun kemampuan untuk meraih prestasi yang setinggitingginya. Oleh karena kepemimpinan transformasional mengandung komponen kharismatik, pemimpin mampu memberikan pengarahan yang selalu diterima dan dipatuhi Bass (dalam Yulk, 1998), mendefinisikan gaya kepemimpinan transformasional sebagai pola kepemimpinan yang dapat memotivasi karyawan dengan cara membawa pada cita-cita dan nilai-nilai tinggi untuk mencapai visi misi organisasi yang merupakan dasar untuk membentuk kepercayaan terhadap pemimpin. Pada penelitian oleh Iis Torisa Utami (2010), mengenai pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja pada PT. Trade Servistama Indonesia-Tangerang, menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional cocok diterapkan dilingkungan perusahaan, karena dapat meningkatkan motivasi karyawan dan menumbuhkan rasa percaya diri karyawan terhadap komitmen pimpinan, secara simultan memiliki pengaruh yang kuat terhadap motivasi kerja karyawan. 5

7 Kartono (2010), menyatakan apabila karyawan yang termotivasi, akan mempersepsikan gaya kepemimpinan ini sebagai gaya kepemimpinan yang mampu mempengaruhi diri mereka. Dari sikap dan perilaku pimpinan yang transfomasional tersebut maka karyawan akan memunculkan suatu persepsi mengenai gaya kepemimpinan transformasional. Persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkunganya (Chaplin, 1989). Sebagaimana peneliti sebutkan sebelumnya bahwa gaya kepemimpinan transfomasional, mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan maka diharapkan, karyawan yang memiliki persepsi positif akan memunculkan rasa kepemilikan dan membuat karyawan akan menjadi patuh terhadap pemimpinnya, demikian juga sebaliknya. Berdasarkan teori dan fenomena di atas, terlihat bahwa adanya kesenjangan atau perbedaan antara fenomena dengan teori dimana, gaya kepemimpinan yang diasumsikan transfomasional ternyata tidak diikuti dengan sikap karyawan yang positif (dalam ini tidak termotivasi dalam berkerja). Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengangkat judul "Peran Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja Perawat " dalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja pada perawat? C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah "untuk mengetahui hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja perawat". II. LANDASAN TEORI II.1.Persepsi terhadap kepemimpinan transfomasional II.1.a.Persepsi Persepsi adalah suatu proses dalam mengorganisasikan dan menginterprestasikan terlebih dahulu informasi yang datang dari organ-organ indera sebelum dimengerti (Hardy, 1998). Persepsi menurut Rahkmat (1998) adalah pengalaman tentang objek, 6

8 atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Senada dengan hal tersebut Atkinson & Hilgard (1991), mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakan indera (Chaplin, 1989). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadannya sendiri (Gibson, 1986). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang melakukan pengamatan, pengorganisasian dalam pikiran kemudian melakukan penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima yang terjadi di lingkungannya, baik itu berupa benda ataupun tingkah laku manusia yang terjadi seharihari. II.1.b. Gaya kepemimpinan transfomasional Menurut Bass (dalam Wutun 2001), konsep kepemimpinan transformasional merupakan, salah satu konsep kepemimpinan yang lebih dapat menjelaskan secara tepat pola perilaku kepemimpinan atasan yang nyata ada dan mampu memuat pola-pola perilaku dari teori kepemimpinan lain. Pemimpin berusaha memperluas dan meningkatkan kebutuhan melebihi minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi. Kepemimpinan transformasional adalah salah satu faktor yang mampu membuat atasan beri pengaruh terhadap karyawan, yang dimana karyawan bisa diarahkan demi tujuan organisasi untuk mencapai performa yang semakin tinggi. Para karyawan merasakan adanya kepercayaan, kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat kepada atasan, dan mereka termotivasi untuk melakukan melebihi apa yang diharapkan. Kepemimpinan transformasional harus dapat mengartikan dengan jelas mengenai visi untuk organisasi, sehingga pengikutnya akan menerima kredibilitas pemimpin tersebut (Bass, dalam Yulk, 1998). Dengan bahasa sederhana, kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan dan dipahami sebagai kepemimpinan yang mampu mendatangkan 7

9 perubahan di dalam diri setiap individu yang terlibat atau bagi seluruh organisasi untuk mencapai performa yang semakin tinggi. Wuradji (2009), juga menyatakan bahwa pemimpin dengan gaya transformasional mengetahui visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Senada dengan yang diungkapkan oleh Wuradji, Triantoro (2004), mendefinisikan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai pola kepemimpinan yang dapat memotivasi karyawan dengan cara mampu membawa pada cita-cita organisasi menuju kinerja yang lebih tinggi. Berdasarkan berbagai defenisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahawa gaya kepemimpinan transformasional adalah suatu pola gaya kepemimpinan yang mampu mempengaruhi karyawan dalam suatu kelompok dan memahami visi masa depan organisasi menuju kinerja yang lebih tinggi. II.1. c. Aspek-aspek kepemimpinan Transformasional Menurut Bass (dalam Yulk 1998), ada beberapa aspek kepemimpinan transformasional yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu: a. Kharisma, yaitu suatu perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. b. Inspirational motivation (motivasi inspirasi), yaitu seseorang pemimpin yang mampu memahami pengharapan yang jelas terhadap displin kerja pada bawahan, mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi dan mengekspresikan tujuantujuan penting dengan cara sederhana. c. Intellectual stimulation (rangsangan intelektual), yaitu seseorang pemimpin yang berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas. d. Individual consideration (perhatian individu), yaitu seseorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. 8

10 II.1. d. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional Atkinson & Hilgard (1991) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakan indera. Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadannya sendiri (Gibson, 1986). Dari sikap dan perilaku pimpinan yang transfomasional tersebut maka karyawan akan memunculkan suatu persepsi mengenai gaya kepemimpinan transformasional. Persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkunganya (Chaplin, 1989). Menurut Yulk, (1998) Gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang mampu mendatangkan perubahan di dalam diri setiap individu yang terlibat atau bagi seluruh organisasi untuk mencapai performa yang semakin tinggi. Sementara menurut Wuradji, (2009) yang menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengetahui visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh perhatian pada perbedaanperbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Senada denga Triantoro (2004), mendefinisikan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai pola kepemimpinan yang dapat memotivasi karyawan dengan cara mampu membawa pada cita-cita organisasi menuju kinerja yang lebih tinggi. Seperti peneliti sebutkan sebelumnya bahwa gaya kepemimpinan transfomasional, mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan maka diharapkan, karyawan yang memiliki peresepsi positif akan memunculkan rasa kepemilikan dan membuat karyawan akan menjadi patuh terhadap pemimpinnya, demikian juga sebaliknya. Dari berbagai defenisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi terhadap gaya kepemimpinan transfomasional merupakan pandangan, pengamatan seseorang terhadap kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan 9

11 tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan kelompok dalam situasi tertentu. II.2. Motivasi Kerja. II Pengertian Motivasi Kerja Menurut Luthans (2006) motivasi adalah proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat kekurangan secara fisik dan psikis atau dengan kata lain adalah suatu dorongan yang ditunjukan untuk memenuhi tujuan tertentu. Sedangkan menurut Hasibuan (1999) motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti mendorong atau menggerakkan. Motivasi menyangkut suatu keadaan bagaimana caranya mengarahkan daya potensi seseorang agar mau bekerja secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Motivasi merupakan suatu konsep yang dapat menjadi dorongan bagi individu untuk mewujudkan dan membangkitkan atau menghidupakan suatu tingkah laku yang mempunyai tujuan dan arah serta terus berjalan sehingga berhasil mencapai tujuan. Seperti yang dikatakan Murray (dalam Wijono, 2011 ) motivasi merupakan sebuah faktor yang mengakibatkan munculnya, memberi arah dan menginterpretasikan perilaku seseorang. Sedangkan, Munandar (1993), mengatakan bahwa motivasi kerja merupakan kebutuhan-kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu. Menurut Maslow (dalam Munandar, 1993) motivasi kerja seseorang terjadi secara berkesinambungan, jika satu kebutuhan dipenuhi maka kebutuhan tersebut akan langsung diganti oleh kebutuhan lain dari kebutuhan yang paling dasar sampai yang tingkat paling tinggi. Hal senada dikemukakan oleh Suyati (1995), motivasi kerja atau dorongan karyawan adalah kemauan kerja karyawan yang ditimbulkan karena adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan yang bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan dari pada kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan pengaruh lingkungan sosial dimana kekuatannya tergantung dari pada proses pengintegrasian faktor-faktor tersebut. 10

12 Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang timbul dalam diri individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Sebagai bentuk tindakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicapai. II.2.2. Aspek-aspek Motivasi Kerja Menurut Weiner (1982), mengatakan bahwa individu yang memiliki motivasi kerja yang tinggi dapat dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut : a. Mempunyai inisiatif untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kerja. Seorang karyawan yang mampu berkerja atas kemauan sendiri tanpa diperintah dapat menyelesaikan tugas sendiri dengan baik, mencerminkan motivasi kerja yang tinggi. b. Lebih tahan dalam kegagalan. Karyawan yang menganggap kegagalan merupakan awal suatu keberhasilan tidak mudah putus asa, menunjukkan suatu sikap yang mencerminkan motivasi kerja tinggi. c. Intensitas kerja. Kemauan dalam berkerja, tidak cepat bosan dan meluangkan waktu lebih banyak dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan kantor, menunjukkan suatu sikap yang memiliki motivasi kerja tinggi. d. Memilih perkerjaan dengan tingkat resiko sedang. Karyawan yang memiliki motivasi kerja tinggi ditunjukkan dengan selalu memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuanya. II.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja. Munandar (1993) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang yang terdiri dari tiga faktor : a. Peran pemimpin/atasan Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain dan mampu mengarahkan orang-orang yang 11

13 dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya. Bila karyawan memberikan nilai yang tinggi kepada atasan, maka ia akan melakukan pekerjaanya sebagai kewajiban dan tidak merasa dipaksa untuk berkerja, namun sebaliknya jika karyawan memberikan nilai yang rendah kepada pemimpinnya maka ia akan merasakan pelaksanaan pekerjaanya sebagai satu paksaan. b. Peran diri sendiri Teori Mc.Gregor, memiliki motivasi kerja bercorak reaktif. Mereka memerlukan orang lain untuk mendorong mereka, memaksa mereka berkerja. System nilai pribadi (personal value system) mereka memproritas kegiatan-kegiatan lain dalam kehidupan. Berkerja di pandang sebagai satu kegiatan yang harus di lakukan agar memperoleh gaji untuk membiayai hidup. Kepemimpinan transfomasional dan transaksional dapat membantu tenaga kerja menjadi tenaga kerja dengan motivasi proaktif. c. Peran organisasi Berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan dapat menarik atau mendorong motivasi kerja seorang karyawan. Kebijakan yang dituangkan ke dalam berbagai peraturan yang mendasari kegiatan dan yang mengatur kelompok pekerja, dalam meningkatkan jumlah dan mutu produk yang dihasilkan oleh pekerja. Kebijakan lain yang berkaitan dengan motivasi kerja ialah kebijakan di bidang imbalan keuangan. Selain gaji kepada karyawan juga diberikan tambahan penghasilan (insentif) yang besarnya ditetapkan dalam peraturan tersendiri. II. 3. Hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja. Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk yang melahirkan (World Health Organization). Perawat merupakan salah satu karyawan yang harus memiliki motivasi kerja yang baik. Menurut Maslow (dalam Feist 12

14 & Feist. 2010) dikatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengerakan perilaku. Senada dengan Winardi (2000) seseorang yang sangat termotivasi dalam berkerja adalah orang yang melaksanakan upaya maksimal, guna mencapai tujuan produksi unit kerjanya dan organisasi di mana ia berkerja. Motivasi kerja secara umum mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja karyawan, agar mereka mau berkerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan (Hasibuan, 2008). Motivasi kerja karyawan itu sendiri pada umumnya dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: peran pemimpin atau atasan, peran diri sendiri dan peran organisasi. (Munandar, 1993). Fokus peneliti pada penelitian ini, yaitu faktor pemimpin atau atasan, karena peneliti melihat bahwa dari hasil komunikasi informal pemimpin menunjukkan perilaku yang baik. Pemimpin sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu memahami perkembangan zaman (Manullang, 2002), Menurut Yulk (1998), ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional. Bahwa gaya kepemimpinan transfomasional adalah gaya kepemimpinan yang mampu mendatangkan perubahan di dalam diri setiap individu yang terlibat atau bagi seluruh organisasi untuk mencapai performa yang semakin tinggi. Sedangkan gaya kepemimpinan transaksional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran yang menyebabkan karyawan mendapat imbalan serta membantu karyawan mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi hasil yang diharapkan seperti kualitas pengeluaran yang lebih baik, penjualan atau pelayanan yang lebih dari karyawan, serta mengurangi biaya produksi. Dalam penelitian Munawaroh (2011) mengenai Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional terhadap Kinerja Guru, menunjukkan hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedua gaya kepemimpinan tersebut terhadap kinerja guru. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional secara parsial maupun secara bersama-sama 13

15 berpengaruh terhadap kinerja guru. Sedangkan gaya kepemimpinan transformasional lebih dominan berpengaruh terhadap kinerja guru. Karena kepemimpinan transformasional digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang dapat memotivasi karyawan, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi. Kartono (2010), menyatakan apabila karyawan yang termotivasi, akan mempersepsikan gaya kepemimpinan ini sebagai gaya kepemimpinan yang mampu mempengaruhi diri mereka. Dari sikap dan perilaku pimpinan yang transfomasional tersebut maka karyawan akan memunculkan suatu persepsi mengenai gaya kepemimpinan transformasional. Persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkunganya. (Chaplin, 1989). Kepemimpinan nyata sekali merupakan motor penting bagi sumber-sumber dan alatalat suatu organisasi. Demikian pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan suatu organisasi, sehingga dapatlah dikatakan bahwa sukses atau kegagalan yang dialami suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas pemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi yang bersangkutan. Disamping itu pada hakikatnya untuk berhasilnya setiap penyelenggaraan kerja dengan efektif, maka setiap pemimpin dalam penyelenggaran kerjanya harus mampu melaksanakan kepemimpinan dengan baik. D. Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dikemukakan. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : " Ada hubungan antara persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan transfomasional dengan motivasi kerja karyawan. " Dengan asumsi apabila karyawan mempersepsikan dirinya berkerja dalam kepemimpinan trannsformasional maka motivasi kerja karyawan akan tinggi, namun sebaliknya apabila karyawan mempersepsikan dirinya tidak berkerja dalam kepemimpinan transformasional maka motivasi kerja karyawan akan rendah. 14

16 III.METODE PENELITIAN III.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Gaya kepemimpinan transformasional merupakan penilaian bawahan terhadap kemampuan pemimpin dalam memberikan wawasan serta kesadaran akan misi, merangsang antusiasme bawahan terhadap tugas-tugas kelompok untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok. Data ini diukur dengan skala Likert yang terdiri dari beberapa aspek menurut Bass (dalam Yulk 1998). b. Motivasi kerja karyawan adalah suatu kondisi/keadaan yang mempengaruhi seseorang untuk terus meningkatkan, mengarahkan serta memelihara perilakunya yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan kerjanya. Data ini diukur dengan skala Likert yang ditandai empat aspek menurut Weiner (1982) III. 2. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2008), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat RSU. X. di Medan, dengan keterangan sebagai berikut : Terdiri dari bagian : Perawat VIP = 7 Orang Perawat Bansal = 8 Orang Perawat Bidan = 5 Orang Perawat IGD = 10 Orang + 30 Orang b. Sampel Sampel merupakan subjek yang dilibatkan secara langsung dalam penelitian sesungguhnya dan menjadi wakil dari populasi Arikunto (2002). Pada penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling yaitu, tehnik pelaksanaan yang dilakukan dengan mengambil semua sampel yang ada 15

17 didalam populasi, karena jumlah sampel/subjek penelitian yang tidak mencapai 100 orang (Arikunto, 2002). Adapun karakteristik sampel meliputi perawat yang sudah berkerja minimal 6 bulan, dimana sampel yang sesuai karakteristik yang telah ditentukan adalah perawat VIP, Bansal, Bidan dan IGD. III. 3. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sebelum menganalisis data terlebih dahulu melakukan uji asumsi yang mana uji normalitas dan uji linieritas, setelah melakukan uji asumsi berikutnya melakukan analisis data yang digunakan adalah teknik uji korelasi Product Moment dari Person (Azwar, 2006). Teknik ini menggunakan bantuan program komputerisasi SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows Realease 17,00. Teknik ini digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara kepercayaan diri sebagai variabel bebas (X) dan konformitas sebagai variabel terikat (Y). IV. HASIL DAN PENELITIAN IV. 1. Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi data penelitian mencakup data mean empiris dan data mean hipotesis, dimana keduanya diperoleh melalui perhitungan atas teoritas dan skor empiris dari skala variabel persepsi gaya kepemimpinan dan motivasi kerja pada karyawan RSU X Medan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Perbandingan Data Empiris dan Data Hipotesis Data Hipotesis Data Empiris Variabel Xmin Xmaks Mean SD Xmin Xmaks Mean SD Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional ,5 18, ,43 26,8 Motivasi Kerja ,5 16

18 a. Skor Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi kerja Tabel 2. Kategorisasi data No Kategori Persepsi terhadap Kepemimpinan Transformasional Motivasi Kerja 1. Sangat Tinggi 146,1 dst 163 dst 2. Tinggi 119,3-146,1 136, Sedang/ Rerata 65,7-119,3 83,5-136,5 4 Rendah 38,3-65, ,5 5. Sangat rendah dst-38,3 dst-57 Gambaran selengkapnya mengenai perbandingan nilai rata-rata hipotetik dan nilai rata-rata persepsi terhadap gaya kepemimpinan dan motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Mean Empiris Mean Hipotesis Keterangan Persepsi 108,43 92,5 Sedang terhadap gaya kepemimpinan Motivasi Kerja 98,1 110 Sedang Hasil uji Normalitas dan Linieritas Tabel 4. Uji Normalitas Variabel SD K-S Sig. Keterangan Persepsi terhadap 26,91 1,337 0,056 Normal Gaya Kepemimpinan Transformasional Motivasi Kerja 26,52 0,658 0,779 Normal 17

19 Tabel 4. Linieritas Hubungan Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Motivasi Kerja Variabel Df F Sig. Keterangan Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Motivasi Kerja 1 21,836 0,000 (p,0,05) Linier a. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesa penelitian diterima atau ditolak. Pengujian hipotesa yang berbunyi Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan. Uji hipotesa dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Tabel 5. Korelasi antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja Variabel N Korelasi Product Sig. Keterangan Moment Korelasi antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja 30-0,662 0,000 Hipotesis diterima IV.2. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja sebesar -0,662 (sig = 0,000) yang berarti bahwa hipotesis diterima. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan. 18

20 Dalam penelitian ini, menunjukkan persepsi karyawan terhadap pemimpin mempunyai peranan yang sedikit dalam motivasi kerja yang terjadi pada karyawan RSU. X. Hal tersebut tampak bahwa karyawan yang memiliki motivasi yang sedang cenderung dalam mengerjakan sesuatu jadi lama, sehingga pekerjaan yang seharusnya bisa selesai dalam lebih cepat menjadi lebih lama, bila hal tersebut dilakukan terus menerus maka pihak konsumen akan merasa tidak nyaman dan RSU juga tidak dapat mencapai target. Menurut penelitian Adrianus Yosephus (2011) tentang motivasi kerja dan pengembangan perawat bila motivasi kerja internal dari perawat adalah memiliki sikap kepribadian melayani dengan tulus dan memiliki intelegensi yang baik. Sedangkan motivasi eksternal dari perawat adalah masalah social ekonomi, masalah dalam melanjutkan pendidikan serta pengaruh lingkungan. Pengembangan karir perawat juga mengalami masalah sebagai berikut yaitu adanya masalah peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan pelatihan perawat yang kurang di perhatikan oleh pihak manajemen. Dalam pemberian pengembangan karir tersebut dimana karyawan membutuhkan figur seorang pemimpin yang mampu menampung aspirasi karyawannya. Hasibuan, (2006) menjelaskan bahwa kepemimpinan dalam sebuah instansi berfungsi untuk memandu, menuntun, dan melakukan pengawasan secara teratur dan mengarahkan pada karyawannya sebagai sasaran yang dituju Menurut Yulk, (1998) ada gaya dalam kepemimpinan yang pertama adalah gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang mampu mendatangkan perubahan di dalam diri setiap individu yang terlibat atau bagi seluruh organisasi untuk mencapai performa yang semakin tinggi. Dimana dilihat dari aspek-aspek dari gaya kepemimpinan transformasional bahwa seorang pemimpin memiliki sikap, Kharisma, yaitu suatu perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. Inspirational motivation (motivasi inspirasi), yaitu seseorang pemimpin yang mampu memahami pengharapan yang jelas terhadap displin kerja pada bawahan, mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi dan mengekspresikan tujuan-tujuan penting dengan cara sederhana. 19

21 Intellectual stimulation (rangsangan intelektual), yaitu seseorang pemimpin yang berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas. Individual consideration (perhatian individu), yaitu seseorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatian kebetuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. Salah satu sikap dari pemimpin tersebut dibutuhkan karyawannya dalam pekerjaan adalah sikap yang perhatian individu. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dalam organisasi kepada karyawannya, sehingga kurangnya motivasi kerja karyawannya, maka dari itu seharusnya pemimpin mampu dalam memberikan perhatian yang intens kepada karyawannya agar karyawannya mau berkerja lebih antusias lagi. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa karyawan yang menjadi subjek penelitian mempunyai kategori persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional yang sedang. Hal ini ditunjukkan dengan mean empirik 108,43 dengan standar deviasi sebesar 26,91. Tercapai atau tidaknya suatu tujuan instansi pelayanan kesehatan tidak semata-mata karena instansi telah memiliki karyawan dengan kemampuan yang baik, tetapi juga dipengaruhi oleh hal-hal lain yang mendorong timbulnya motivasi kerja pada karyawan untuk berkerja secara maksimal, pemimpin bukan faktor utama dalam meningkatkan motivasi kerja pada karyawan. Peneliti juga melakukan observasi terhadap beberapa karyawan dimana jika pihak manajerial memberikan briefing kepada para karyawan dan pada saat itu ada beberapa karyawan yang mendengarkan dan memahami kesimpulan dari briefing tersebut, tapi ada sebagian karyawan yang sudah merasa jenuh karena tidak ingin bergabung dalam briefing. Sedangkan untuk variabel motivasi kerja, mean empirik sebesar 98,1 dengan standar deviasi sebesar 26,52 yang berarti motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan tergolong sedang. Dapat disimpulkan bahwa keyakinan akan kemampuan diri mereka yang dikaitkan dengan motivasi kerja cukup karena masih berada di kategori sedang namun masih kurang optimal. Karyawan kurang menganggap bahwa dengan berkerja 20

22 antusias merupakan salah satu solusi untuk mempercepat penyelesaian kerjaan yang banyak. Maka dari itu terlihat bahwa ada ketidaksesuaian antara hasil terori dengan fenomena yang peneliti temukan. Melihat ketidaksesuaian tersebut peneliti melakukan wawancara ulang terhadap beberapa perawat yang berkerja di RSU. X Medan, masih memiliki motivasi sedang, hal ini didapati berdasarkan hasil wawancara peneliti lakukan dimana karyawan mengatakan bahwa mereka memiliki juga pekerjaan diluar rumah sakit yang guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hariannya, karena bila mengharapkan pendapatan dari rumah sakit sangat kecil dan juga tanggal dalam pencairan kompensasi karyawannya terkadang ditunda-tunda sampai lima hari, jadi tidak bisa untuk memenuhi keperluan diri sendiri. Dengan terpaksa beberapa perawat memiliki pekerjaan tambahan yang menguras tenaga sehingga ketika mau kembali berkerja dirumah sakit sudah kurang bersemangat lagi. Dalam penelitian Lieke E. M (2013) yang berjudul hubungan pemberian kompensasi atau insentif terhadap motivasi kerja guru Madrasah Tsanawiyah/MTs yang menyatakan bahwa tampak pemberian kompensasi adalah sumber motivasi yang sangat signifikan bagi karyawan. Namun bisa dikatakan pula bahwa peningkatan gaji misalnya hanya dapat memotivasi hingga pada peningkatan gaji selanjutnya. Dengan kata lain tidak mungkin semua karyawan serentak memperoleh kenaikan gaji kalau ada yang tidak berprestasi. Kecuali yang memang memperoleh promosi karena kinerjanya yang melebihi standar kinerja organisasi. Hal demikian terlihat pada besaran kompensasi atau remunirasi yang diperoleh karyawan. Semakin tinggi nilai kompensasi cenderung semakin tinggi motivasi kerja karyawan dan harapannya kinerja pun bakal meningkat. Motivasi kerja dari karyawan RSU. X tersebut berada didalam kategori sedang, yang artinya tidak dapat memcapai tingkat performa yang tertinggi. Bila secara aspekaspek dilihat saat penelitian, yang mana aspek-aspek tersebut terdiri dari pertama mempunyai inisiatif, lebih tahan dalam kegagalan, intensitas kerja, memilih perkerjaan dengan tingkat resiko sedang. 21

23 V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : 1. Terdapat korelasi yang signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan, dengan asumsi bahwa semakin tinggi persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional maka akan semakin rendah motivasi kerja dan sebaliknya semakin rendah persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional maka semakin tinggi motivasi kerja. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan diterima. 2. Mean hipotesis persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional karyawan di RSU X Medan sebesar 92,5 lebih tinggi daripada mean empirisnya sebesar 108,43, hal ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional pada karyawan di RSU X Medan berada pada kategori sedang. Dan nilai mean hipotesis dari variabel motivasi kerja sebesar 110 lebih kecil daripada mean empirisnya sebesar 98,1, hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan berada pada kategori sedang. 3. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja pada karyawan di RSU X Medan yang ditunjukkan dengan korelasi sebesar -0,662 dengan signifikan sebesar 0,000 (p>0,05), akan tetapi sumbangan efektif yang diberikan variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional terhadap variabel motivasi kerja adalah sebesar 0,438. Artinya kontribusi variabel persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional adalah sebesar 43,8% terhadap variabel motivasi kerja dan selebihnya sebesar 56,2% ditentukan oleh faktor lainnya (Munandar, 1993). 22

24 V.2. Saran 1. Saran untuk Karyawan Karyawan yang memiliki motivasi kerja yang kurang baik. Diharapkan dapat melatih diri agar motivasi kerjanya meningkat kembali, sehingga dapat juga mempengaruhi produktivitas kerja karyawan secara maksimal. Untuk lebih meningkatkan motivasi kerja karyawan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Belajar menyukai atasan dengan belajar menyukai atasan, karyawan dapat menghargai atasan sehingga terjalin hubungan interpersonal yang baik antara karyawan dan atasan. b. Memperbaiki kualitas hubungan interpersonal, antar karyawan. Bila karyawan membangun hubungan antar karyawan dengan baik maka akan menumbuhkan lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasinya, seperti menolong rekan kerja tanpa dia meminta terlebih dahulu, sehingga saling menghargai antara rekan kerja. 2. Saran untuk instansi a. Demi meningkatkan motivasi kerja yang baik dan aktif pada karyawan dengan meningkatkan motivasi kerja melalui training, b. memberikan reward bagi karyawan yang berprestasi, melakukan pendekatan untuk mengoptimalkan kinerja karyawan, mengadakan kegiatan khusus untuk membangun kekeluargaan antara karyawan dengan perusahaan. 23

25 PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT TERHADAP TURNOVER INTENTION Hotpascaman Simbolon Abstrak Penelitian sebelumnya mengungkap bahwa karyawan yang engaged, mampu memberikan kontribusi positif pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh employee engagement (EE) terhadap turnover intention (TI). Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penelitian ini direncanakan akan melibatkan 94 karyawan. Data dari penelitian ini dianalisis menggunakan regresi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara EE dan TI sebesar R= EE dengan signifikan. Hal ini memiliki pengertian bahwa ketika data EE bergerak menunjukkan pertambahan, maka data pada TI akan bergerak menunjukkan penurunan. Pembahasan lebih lanjut akan diutarakan pada jurnal ini Kata kunci : Employee Engagement, Turnover Intention I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Turnover merupakan berhentinya keanggotaan seorang karyawan pada perusahaan (Mobley dalam Liu, 2005). Berry dan Morris (2008) mengemukakan umumnya turnover baik bila melibatkan kebijakan perusahaan, namun terdapat banyak kerugian dari terjadinya turnover yang tidak sehat seperti biaya administrasi saat karyawan memutuskan keluar, biaya penempatan sementara akan posisi kosong termasuk biaya pengembangan, biaya seleksi dan rekrutmen karyawan pengganti, dan yang paling berpotensi buruk adalah kehilangan karyawan yang memiliki kompeten untuk kunci utama pengembangan organisasi. Turnover sendiri dalam penjelasan teori Fisbein dan Ajzen (dalam Liu, 2005), merupakan bentuk actual perilaku yang di dorong satusatunya prediktor yaitu adanya niat yang diinisiasi oleh pemilik pelaku turnover yaitu turnover intention. 24

26 Shuck (2010) menyebutkan turnover intention (kecenderungan seseorang untuk meninggalkan dan/atau memutuskan hubungan kerja dengan organisasi/ perusahaan), memiliki hubungan dengan komitmen terhadap organisasi, iklim psikologis kerja, serta job fit, serta employee engagement. Hal ini sejalan dengan Internasional survey research (dalam Berry & Morris, 2008) terdapat beberapa kunci penggerak yang mempengaruhi turnover intention, yaitu kebutuhan akan pengakuan, reward, pengembangan karir maupun pengembangan individu, kesesuaian budaya, dan penghargaan karyawan. Kunci penggerak ini menurut Buckingham (dalam Berry & Morris, 2008), memiliki kesamaan faktor dalam mempengaruhi employee engagement (penggerak engagement dalam Shiddanta & Roy, 2010), seperti keinginan untuk diakui untuk menjadi kebanggan organisasi, dan kesempatan untuk berkembang. Penelitian Towers Perrin (2003) yang melibatkan karyawan untuk pengukuran employee engagement, ditemukan bahwa 66% karyawan yang memiliki engagement tinggi dilaporkan hanya memiliki 2% keinginan ataupun rencana untuk meninggalkan perusahaan sedangkan 12% karyawan yang disengaged dilaporkan memiliki 23% keinginan untuk meninggalkan perusahaan. Konsep engagement pada dunia kerja diperkenalkan pertama kali oleh Kahn (1990). Ia meneliti bagaimana kondisi psikologis seseorang baik secara fisik, emosi dan kognitif mampu mempengaruhi pengalaman seseorang dalam bekerja. Gallup (dalam Martha, 2011), mendefinisikan employee engagement sebagai sebuah ikatan yang terjadi antara karyawan dan organisasi (dalam hal ini tempat bekerja), sehingga karyawan menunjukkan kepedulian terhadap keberlangsungan bisnis. Sama seperti Kahn (1990) yang mengemukakan engagement dan disengagement, Harter, Schmidt dan Hayes (2002) mengemukakan bahwa karyawan yang engaged menunjukkan perilaku loyal, 25

27 memiliki motivasi dan bekerja untuk menunjukkan performa yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan Robinson, Perryman dan Hayday (2004) yang mengemukakan bahwa karyawan yang engaged menyadari pentingnya bisnis perusahaan dan bersama-sama dengan rekan sekerja untuk meningkatkan performa organisasi. Pernyataan ini dibuktikan oleh riset dari Gallup (dalam Little & Little, 2006), bahwa terdapat hubungan positif antara employee engagement dan performa karyawan dan performance bisnis. II. LANDASAN TEORI 2.1. TURNOVER INTENTION Mobley (1977) memberi definisi turnover intention sebagai motif untuk meninggalkan pekerjaan. Sedangkan menurut Tett dan Meyer (dalam Yue, Ooi & Kong, 2011) dan Saks (2006) mengungkapkan bahwa turnover intention adanya keinginan ataupun tujuan yang telah terencana untuk meninggalkan organisasi. Turnover intention dalam model yang dikemukakan oleh Mobley (dalam Bay 2010), diindikasikan dengan adanya pemikiran untuk berhenti (thoughts of quitting), keinginan ataupun intensi untuk mencari alternative pekerjaan lain (intentions to search for another job), intense untuk berhenti (intention to quit) EMPLOYEE ENGAGEMENT Kahn (1990) memberi definisi bahwa engagement merupakan adanya kehadiran ikatan secara psikologis ketika bekerja dan melakukan peranan di lingkup organisasi. Gallup (dalam Martha, 2011), mendefinisikan employee engagement sebagai sebuah ikatan yang terjadi antara karyawan dan organisasi (tempat bekerja), sehingga karyawan menunjukkan kepedulian terhadap keberlangsungan bisnis. Cropanzano dan Mitchel 26

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN Oleh: HANDINI IKA PRATIWI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Kinerja 1. Pengertian Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan melakukan sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu persaingan global dimana terjadi persaingan bebas yang tidak ada lagi batasannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada suatu organisasi atau perusahaan, kepuasan kerja adalah faktor penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT TRADE SERVISTAMA INDONESIA-TANGERANG

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT TRADE SERVISTAMA INDONESIA-TANGERANG PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT TRADE SERVISTAMA INDONESIA-TANGERANG Iis Torisa Utami,SE,MM Dosen Tetap Akademi Sekretari Universitas Budi Luhur iis.torisautami@budiluhur.ac.id

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil penelitian Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan product

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil penelitian Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan product BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan product moment dari Pearson, maka dilakukan uji asumsi normalitas dan linearitas. 1. Uji Asumsi Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek kehidupan, salah satunya persaingan di dunia usaha terlebih usaha dalam bidang

Lebih terperinci

PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT TERHADAP TURNOVER INTENTION. Hotpascaman Simbolon. Abstrak. Kata kunci : Employee Engagement, Turnover Intention

PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT TERHADAP TURNOVER INTENTION. Hotpascaman Simbolon. Abstrak. Kata kunci : Employee Engagement, Turnover Intention PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT TERHADAP TURNOVER INTENTION Hotpascaman Simbolon Abstrak Penelitian sebelumnya mengungkap bahwa karyawan yang engaged, mampu memberikan kontribusi positif pada kinerja perusahaan

Lebih terperinci

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi PENGARUH PENDELEGASIAN WEWENANG DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAJALENGKA Oleh : ELI ACHMAD MAHIRI *) email : elimahiri@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas : Gaya Kepemimpinan Transformasional Variabel Tergantung : Kepuasan Kerja B. Definisi Operasional 1. Kepuasan Kerja a. Secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan era globalisasi dimana pertumbuhan perusahaan semakin cepat dan semakin maju dalam persaingan bisnis, sehingga perusahaan harus bersikap lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang saling bekerja sama, organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

Lebih terperinci

KOMITMEN KARYAWAN DITINJAU DARI SELF EFFICACY DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI,DI CV. WAHYU JAYA SEMARANG

KOMITMEN KARYAWAN DITINJAU DARI SELF EFFICACY DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI,DI CV. WAHYU JAYA SEMARANG KOMITMEN KARYAWAN DITINJAU DARI SELF EFFICACY DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI,DI CV. WAHYU JAYA SEMARANG Gusti Yuli Asih, Rusmalia Dewi Psikologi Industri dan Organisasi, Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunkan metode pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuatitatif yaitu penelitian yang sistematis, jelas, terencana sejak

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari itu, organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap organisasi baik itu swasta maupun pemerintah akan berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang diindikasikan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variable terikat (Y) : Kepuasan Kerja Karyawan. Variable bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap anggota dan lapisan masyarakat, tenaga kerja, perusahaan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap anggota dan lapisan masyarakat, tenaga kerja, perusahaan bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menciptakan pola pikir masyarakat yang mau tidak mau harus menghadapi perubahan, kemajuan dan pembaharuan. Hal ini harus dihadapi oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan yang didirikan mempunyai harapan bahwa di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup usaha dari perusahaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan sumber daya manusia di dalam perusahaan sangat penting, oleh karena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar pengelolaan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan pada dasarnya sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menguji pengaruh perilaku kepemimpinan transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

Analisis interaksi motivasi...puji Lestari, FPsi UI, PENDAHULUAN

Analisis interaksi motivasi...puji Lestari, FPsi UI, PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Berbagai perubahan tatanan global dalam dunia bisnis begitu berpengaruh terhadap Indonesia. Hal ini menimbulkan semangat antimonopoli dan proteksi yang memaksa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini kita hidup di era globalisasi, suatu era yang membuat persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing secara terbuka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gaya Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan dalam suatu organisasi, tidak dapat dibantah merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan 43 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Data Primer Data yang dikelompokan melalui penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh

Lebih terperinci

Penulisan Ilmiah Jurusan Psikologi 2016

Penulisan Ilmiah Jurusan Psikologi 2016 Hubungan antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Komitmen Organisasi pada Pegawai Kementerian Dalam Negeri RI Penulisan Ilmiah Nama : Pradina Utami NPM : 16513879 Pembimbing : Desi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN INTENSI TURNOVER KARYAWAN DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN INTENSI TURNOVER KARYAWAN DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN INTENSI TURNOVER KARYAWAN DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI DAN KONFLIK PERAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI DAN KONFLIK PERAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO ABSTRAK PENGARUH MOTIVASI DAN KONFLIK PERAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO Mahmudah e mail: teratai_mdh@yahoo.co.id Universitas Muhammadiyah Purworejo Endah Pri Ariningsih, S.E.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah suatu hal yang fundamental di dalam suatu organisasi. Kepemimipinan dilaksanakan untuk membangkitkan, melibatkan dan memotivasi pengikutnya (Bass & Avolio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Organisasi merupakan kesatuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : SEPTIANI BAROROH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan berbagai elemen dalam sebuah organisasi; yaitu

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan berbagai elemen dalam sebuah organisasi; yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini sumber daya manusia dianggap sebagai sumber daya yang penting bagi organisasi,karena tanpa sumber daya manusia yang berkualias,maka organisasi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel Y) : Kinerja. maka dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel Y) : Kinerja. maka dikemukakan definisi operasional sebagai berikut : 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan hipotesis pada bagian sebelumnya, variabel penelitian dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (Independent Variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan faktor dominan dalam penentuan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan faktor dominan dalam penentuan jalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor dominan dalam penentuan jalannya roda usaha suatu perusahaan, karena manusia adalah faktor pendukung yang utama dalam berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana menganalisis, memanfaatkan dan mengembangkan keterampilan dan kemampuan pegawai untuk menjamin bahwa tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bidang strategi dari organisasi. Manajemen sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi sebagaimana terlihat dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945, dimana pemerintahannya berbentuk Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, misalnya meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dalam usaha merealisasikan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan kepuasan kerja guru. Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan kepuasan kerja guru. Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas guru tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge, tetapi memiliki multi peran diantaranya sebagai pembimbing yang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan transformasional telah menjadi suatu kepemimpinan yang melekat erat dalam berbagai organisasi modern saat ini dan berpengaruh dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Pada Sidang Paripurna DPR RI 29 September 2014

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Pada Sidang Paripurna DPR RI 29 September 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2013:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. B. Subyek dan Obyek

Lebih terperinci

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kompensasi 2.1.1.1 Pengertian Kompensasi Pengertian kompensasi secara umum merupakan balas jasa yang diberikan atas hasil kerja dan kontribusi yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertutup bagi dunia luar, tekhnologi informasi dan komunikasi telah merangsang

BAB I PENDAHULUAN. tertutup bagi dunia luar, tekhnologi informasi dan komunikasi telah merangsang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di era globalisasi telah melanda berbagai aspek kehidupan manusia, dimana dunia semakin menyatu tidak bisa lagi kejadian di suatu negara tertutup bagi

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR Laksmi M. Utami Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan pada dasarnya merupakan organisasi (badan usaha) yang. membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan kompeten.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan pada dasarnya merupakan organisasi (badan usaha) yang. membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan kompeten. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan pada dasarnya merupakan organisasi (badan usaha) yang digerakkan oleh sumber daya manusia untuk mencapai suatu tujuan. Perbankan membutuhkan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan kompetitif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan, dengan kondisi seperti itu maka sangat penting bagi perusahaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan biaya ketenagakerjaan. Demikian juga yang dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan biaya ketenagakerjaan. Demikian juga yang dikemukakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu aset organisasi yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya. Sumber daya manusia dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan ritel (eceran) merupakan bagian yang penting dalam kehidupan perokonomian suatu negara, terutama dalam proses distribusi barang dan jasa dari produsen ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan dimulai

BAB III METODE PENELITIAN. Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan dimulai 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini adalah pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 3 AA-BB Medan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. SEMANGAT KERJA 1. Pengertian semangat kerja Semangat kerja merupakan konsep multidimensional yang merefleksikan tingkat kesejahteraan fisik dan emosi yang dialami oleh individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN PUSTAKA BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kepemimpinan a. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 56 KUESIONER PENELITIAN Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian dan pilihan. Pada tipe isian, isilah pada tempat yang telah disediakan dengan singkat dan jelas. Sedangkan pada tipe pilihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi Subjek Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan keterikatan kerja. Peneliti mendeskripsikan skor budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan perusahaan untuk mampu bersaing dengan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan perusahaan untuk mampu bersaing dengan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemberdayaan sumber daya manusia yang maksimal akan memungkinkan perusahaan untuk mampu bersaing dengan menghasilkan efesiensi dan efektivitas dalam proses produksinya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah khalifah yang menjadi penguasa dan pengelola di muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana, namun sebagai seorang manusia tentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan persaingan bisnis dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia dan dukungan karyawan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa ada

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa ada BAB VI PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa ada hubungan positif persepsi terhadap budaya organisasi dengan kepuasan kerja. Semakin positif persepsi terhadap budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Belakangan ini, lingkunagn bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, libealisasi perdagangan, dan kemajuan teknologi informasi menciptakan realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi banyak faktor diantaranya keterampilan atau keahlian yang dimiliki,

BAB I PENDAHAULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi banyak faktor diantaranya keterampilan atau keahlian yang dimiliki, BAB I PENDAHAULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai baik buruknya sebuah organisasi atau perusahaan. Sebuah organisasi atau perusahaan dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu dimensi kompetensi yang sangat menentukan terhadap kinerja atau keberhasilan organisasi.esensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, peneliti akan memaparkan penelitian dan teori yang diperoleh dari beberapa sumber. Pada bab sebelumnya, telah disebutkan bahwa peneliti akan menganalisa hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Teknologi di Indonesia kini semakin maju, serta kondisi perekonomiannya

BAB I. Pendahuluan. Teknologi di Indonesia kini semakin maju, serta kondisi perekonomiannya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi di Indonesia kini semakin maju, serta kondisi perekonomiannya pun semakin membaik. Terbukti adanya data peningkatan perekonomian Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia (MSDM) Menurut Hasibuan (2004:10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungna dan peranan tenaga kerja agar efektif dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu Indonesia yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, sumber daya manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). Salah satu kunci 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, bekerja secara terus menerus untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional (X) dengan efektivitas kinerja karyawan (Y),

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO . HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO Agustina Dwisari Handa Endah Mujiasih Achmad mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi publik yang

B A B I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi publik yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi publik yang mempunyai peranan besar dalam menunjang pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yang meneliti adanya pengaruh pemberian upah pungut terhadap kinerja PNS dengan motivasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan sangat penting apabila berbicara tentang kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan sangat penting apabila berbicara tentang kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting apabila berbicara tentang kualitas pembangunan manusia pada suatu negara. Sesuai amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perusahaan industri yang selalu ingin survive dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perusahaan industri yang selalu ingin survive dan berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam abad informasi dan teknologi seperti sekarang ini, modernisasi dan globalisasi adalah hal yang tidak dapat terelakan lagi dalam semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Guru Kinerja atau performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gaya Kepemimpinan Dubrin (2005:3) mengemukakan bahwa kepemimpinan itu adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara mempengaruhi orang

Lebih terperinci

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan 90 0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. b) Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode BAB III METODE PEELITIA Metode penelitian merupakan usaha untuk menjawab permasalahan, memahami peraturan, dan memprediksikan keadaan dimasa yang akan dating (ursalam, 2001). Pada bab ini akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan observasi pendahuluan dengan

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan observasi pendahuluan dengan BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi kancah penelitian Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya memahami kancah atau tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan pambangunan nasional. Oleh karena itu, pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian dan Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. Menurut Nazir (2003:54) metode deskriptif yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada setiap perusahaan besar maupun kecil, perusahaan swasta maupun negara, dan/atau perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting organisasi karena perannya sebagai pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional dalam mencapai tujuan organisasi. Berhasil

Lebih terperinci