IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum dan Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum dan Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum dan Lokasi Penelitian Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Jawa Tengah. Posisi Kabupaten Wonogiri sangat strategis karena terletak di ujung selatan Propinsi Jawa Tengah dan diapit oleh Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administratif Kabupaten Wonogiri berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan Kabupaten Pacitan di sebelah Selatan, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan kabupaten Karanganyar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo serta sebelah Barat Berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarakan Latitude atau letak lintang Kabupaten Wonogiri terletak pada 7º 32 8º 15 Lintang selatan dan Garis Bujur 110º º 18 Bujur Timur dengan curah hujan rata-rata berkisar antara mm/ tahun dengan hari hujan antara hari/tahun (Pemkab 2015). Wonogiri terdiri dari beberapa jenis tanah, sehingga pemanfaatnya juga berbeda-beda. Sebagain besar lahan di Kabupaten Wonogiri tersebut dimanfaatkan untuk menanam tanaman pangan dan perkebunan. Luas lahan sawah di kabupaten Wonogiri tersebut sebesar ha (17,9%) sedangkan lahan kering sebesar ha (82,1%) (Dinas Pertanian 2012). Saat kemarau panjang yang sering terjadi di kabupaten Wonogiri mengakibatkan sawah diberokan, tercatat ha atau sekitar 77% dari total luas sawah yang ada mengalami bero saat musim kemarau (Joglosemar 2011). Sawah yang di berokan merupakan sawah irigasi setengah teknis, sawah tadah hujan, sawah irigasi desa buatan warga. Tanah sawah menurut Direktorat Jendral Sarana dan Prasarana Pertanian (2011) menyebutkan bahwa sawah adalah lahan usaha tani yang secara fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi oleh pematang /galengan sehingga dapat ditanami Padi. Menurut Notohadiprawiro penyiapan suatu lahan yang akan digunakan sebagai tanah sawah akan menyebabkan sifat-sifat fisika, kimia dan morfologi tanah berupa nyata. Keadaan tanah yang alami akan berubah menjadi keadaan tanah buatan yang menyimpang dari keadaan yang dikehendaki oleh pertanaman yang 16

2 17 lain. pengubahan tanah yang bolak balik secara tidak langsung merupakan suatu kegiatan manipulasi terhadap sumberdaya tanah yang mendalam. Penelitian ini dilaksanakan di beberapa wilayah kecamatan Kabupaten Wonogiri, yaitu Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Selogiri, Kecamatan Ngadirojo, Kecamtan Girimarto, Kecamatan Nguntoronadi, Kecamatan Eromoko dan Kecamtan Jatiroto dengan total 11 titik sampel. Berikut adalah gambaran peta kerja survey di Kabupaten Wonogiri (lampiran 17). Penentuan titik sampel tersebut beradasarkan overlay dari berberapa jenis peta, yaitu Peta jenis tanah, Peta curah hujan, Peta penggunaan lahan dan Peta kemiringan lereng yang kemudian membentuk Satuan Penggunaan Lahan (SPL) dengan skala 1: Pengambilan sampel titik pengamatan, dan pengukuran ditentukan dengan metode stratified random sampling yang artinya titik pengamatan lahan sawah di ambil secara acak namun tetap memperhatikan titik luasan yang dihasilkan dari overlay peta tersebut. Berdasarkan tabel 4 kondisi wilayah masing-masing titik sampel berbeda-beda, baik dari segi kemiringan tempat, luas wilayah, ketinggian tempat, jenis tanah dan tipe sawah. Lahan sawah yang dijadikan sebagai titik pengambilan sampel merupakan suatu daerah yang dianggap mewakili berdasarkan hasil overlay dari beberapa peta. Titik sampel yang telah didapatkan berdasarkan tabel 3 adalah sebanyak 11 titik yang tersebar pada 7 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Sampel tanah yang diambil tersebut terletak pada ketinggian tanah yang berbeda-beda mulai dari yang terendah yaitu 134 mdpl di desa Garon Kecamatan Selogiri dan yang tertinggi yaitu 544 mdpl terletak pada desa Tambak Merang Kecamatan Girimarto. Lahan sawah yang ada di Kabupaten Wonogiri tersebut dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu: (a) datar (0-8%), (b) bergelombang (8-15%), (c) berbukit (15-30%). Kelerengan pada suatu tempat yang berbeda dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan kualitas tanah yang berbeda juga. Tanah yang terlalu miring salah satunya akan mengakibatkan rawan terjadi erosi yang dapat mengakibatkan hilangnya unsur hara pada saat pemupukan karena tercuci atau leaching. Tanah yang terlalu miring selain mengakibatkan mudah tererosi juga mudah untuk mengalami kerusakan pada sifat kimia tanah, biologi tanah, dan fisika tanah.

3 18 Tabel 3. Kondisi Sawah Titik Pengambilan Sampel di Kabupaten Wonogiri No Lokasi Ketinggian tempat (mdpl) Letak astronomis Ketebalan Solum (cm) kemiringan Muka air tanah Jenis tanah Selogiri desa Garon Selogiri desa Alas ketu Ngadirojo desa Ngadirojo kidul Wonogiri desa Tanjungrejo Girimarto desa Tambak Merang Jatiroto desa Nyanggan Eromoko desa Mandean Nguntoronadi desa Kampleng Nguntoronadi desa Seruni Nguntoronadi desa Sukoharjo Nguntoronadi desa Krapyak Sumber : Hasil Pengamatan Di Lapang Tahun o 53 56,72 BT 07 o 47 23,46 LS 110 o 51 56,70 BT 07 o 48 25,01 LS 111 o 00 13,67 BT 07 o 48 55,00 LS 110 o 57 50,0 BT 07 o 46 58,01 LS 110 o 57 50,04 BT 07 o 46 58,62 LS 111 o 06 16,46 BT 07 o 52 52,55 LS 110 o 50 07,452 BT 07 o 59 49,56 LS 110 o 59 35,7 BT 07 o 52 45,15 LS 110 o 57 54,3 BT 07 o 52 18,8 LS 110 o 57 05,6 BT 07 o 54 54,3 LS 110 o 58 40,706 BT 07 o 56 01,28 LS % 3-5 Vertisol % 0-3 Vertisol % - Inceptisol % 3-5 Vertisol % - Inceptisol % - Inceptisol % - Entisol % 0-3 Inceptisol % - Inceptisol % - Inceptisol % 3-5 Inceptisol

4 19 Tanah yang biasanya dimanfaatkan sebagai tanah sawah memiliki kemiringan yang relatif datar, meskipun terkadang berada pada lahan yang memiliki kemiringan agak curam, namun biasanya disiasati dengan penggunaan terasering pada lahan tersebut. Kemiringan suatu tempat dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat. Titik pengambilan sampel dilakukan pada beberapa jenis tanah yang berbeda di Kabupaten Wonogiri tersebut, yaitu ada 3 jenis tanah yang dapat ditemukan antara lain: Vertisol, Entisol dan Inceptisol. Vertisol merupakan tanah yang memiliki liat yang dapat mengembang adan mengkerut pada beberapa waktu dalam setahun, apabila musim hujan akan mengembang dan apabila musim kemarau akan mengembang. Tanah entisol merupakan tanah yang baru terbentuk dan tergolong tanah yang sangat muda dan baru mengalami perbentukan, tanah sawah di Wonogiri yang memiliki jenis entisol adalah tanah di Kecamatan Eromoko yang lokasinya berdekatan dengan Waduk Gajah Mungkur. Tanah Inceptisol adalah tanah yang yang memiliki epipedon okrik dan horison albik, tanah ini juga termasuk pada jenis tanah yang belum matang (immature) dengan dicirikan adanya perkembangan profil yang lebih lemah apabila dibandingkan dengan tanah yang sudah matang serta masih menyerupai sifat bahan induknya. B. Hasil Analisis dan Hubungan antara Indikator Fisika Tanah, Kimia Tanah dan Biologi Tanah Sebagian besar luasan lahan yang ada di Kabupaten Wonogiri dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Lahan pertanian yang sebagian besar terdiri dari sawah masih menerapkan sistem budidaya intensif, yang dicirikan dengan penggunaan bahan agrokimia dan pengolahan tanah pada seryap musim tanamnya. Penggunaan pupuk kimia masih diterapkan petani baik dalam jumlah besar maupun sedikit dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah produksi padi yang dibudidayakan. Namun hal tersebut justru menimbulkan beberapa kerugian, diantaranya berkurangnya biodiversitas, degradasi tanah secara fisika, kimia dan biologi. Menurut Purwanto (2014) intensifikasi pertanian yang dilakukan petani dapat mempengaruhi jumlah dan penempatan sisa tanaman akibat adanya penggunaan bahan agrokimia dan pengolahan tanah, sehingga

5 20 perubahan yang terjadi tersebut dapat menentukan berkurangnya biodiversitas lahan. Biodiversitas lahan suatu tanah terdiri dari makrofauna, mesofauna dan mikrofauna tanah. Makrofauna tanah menurut Purwanto (2014) meliputi herbivora, detrivora, predator dan kelompok tropik lainnya dengan ukuran (> 2 mm). Kelompok makrofauna tanah berfungsi untuk melakukan perbaikan struktur tanah, kapasitas infiltrasi dan pertukaran gas, sehingga seting sekali disebut sebagai ecosystem engineer. Pada beberapa titik sampel tanah di kabupaten Wonogiri ditemukan sedikit sekali fauna tanah yaitu meliputi cacing dan semut dengan jumlah yang hampir beragam antara beberapa titik sampel. Menurut Doube and Schmit (1997) bahwa kelimpahan cacing tanah dapat dipengaruhi oleh status bahan organik tanah, jenis dan kedalaman tanah, ph, kapasitas menahan air, curah hujan, suhu, jenis budidaya tanaman, jumlah sersah dan keberadaan predator. Jumlah biota dalam tanah dapat menenrtukan besar atau kecilnya nilai respirasi tanah tersebut. Tidak hanya analisis biologi tanah saja yang di lakukan pada penelitian ini, namun analisis dilakukan meliputi sifat tanah yang lainnya yaitu kimia tanah dan biologi tanah. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4, yaitu pada sampel 1 dan 2 nilai bahan organik rendah sedangakan pada sampel 3 sampai 11 bahan organik sedang. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan jumlah sersah pada masing-masing sampel berbeda-beda. Namun untuk sample tanah sawah tidak memiliki agregat dikarenakan pengelolahan lahan yang dilakukan secara intensif sehingga agreagat tanah menjadi rusak atau tidak mantap. Hal tersebut dapat dilihat dari data pengukuran kematapan agregat yang telah dilakukan dengan hasil bahwa agregat tanah sawah dikabupaten Wonogiri tersebut pada semua sample tanah yaitu tidak mantap. Selain dilakukan analisis bahan organik maka dilakukan juga analisis respirasi tanah dengan hasil yang sedang hingga tinggi, jumlah tanaman Padi yang banyak dengan jarak tanam yang tidak terlalu lebar menjadi salah satu faktor penyebabtingginya respirasi tanah tersebut.

6 21 Tabel 4. Hasil Analisis Sifat Fisika, Kimia, Biologi Tanah Kabupaten Wonogiri Sampel Permeabilitas Tekstur ph KTK (cmol/ kg) C-Organik (%) N total (%) P tersedia (ppm) K tersedia (cmol/kg) Evolusi Co2 1 1,07 1 liat 6,8 3 9,53 2 1,7 2 0,71 4 7,24 2 0,60 4 0,49 2 1,06 1 liat 6,2 3 9,60 2 1,6 2 0,93 5 7,60 2 0,54 3 0,14 3 3,07 2 lempung berdebu 5,5 3 4,75 2 1,4 2 0,13 2 9,03 3 0,19 2 0,19 4 1,32 1 liat 6,3 3 9,42 2 1,6 2 0, ,55 4 0,90 4 0,48 5 3,71 2 lempung liat berdebu 5,9 3 7,34 2 1,5 2 0,80 5 8,78 3 1,43 5 0,09 6 3,84 2 lempung liat berdebu 6,2 3 6,68 2 1,4 2 0,85 5 9,17 3 0,43 3 0,02 7 8,11 2 lempung berpasir 5,7 3 8,39 2 0,7 1 0,76 4 7,03 2 0,19 2 0,16 8 6,14 2 lempung berdebu 5,9 3 9,90 2 1,1 2 0,91 5 8,62 3 0,23 2 0,04 9 3,07 2 lempung berdebu 6,2 3 12,11 2 1,4 2 0,74 4 8,08 3 0,43 3 0, ,52 2 lempung berdebu 5,8 3 8,37 2 1,4 2 0,88 5 8,68 3 0,19 2 0, ,77 2 lempung berdebu 5,2 2 11,98 2 0,8 1 0,96 5 7,68 2 1,03 5 0,34 Keterangan : KTK BO N P K = Kapasitas Tukar Kation = Bahan Organik = Nitrogen = Fosfor = Kalium 1 = sangat rendah 2 = rendah 3 = sedang 4 = tinggi 5 = sangat tinggi

7 22 Respirasi tanah adalah suatu proses pelepasan CO 2 dari tanah ke atmosfer yang dihasilkan berdasarakan aktivitas mikroorganisme yang hidup ditanah dan sekitar perakaran tanaman. Tanah yang baik tentunya dalah tanah yang memiliki tingkat biodiverstas tanah yang tinggi, ditandai dengan beragamnya tingkat populasi fauna tanah. Tinggi atau rendahnya nilai suatu respirasi tanah dapat dipengaruhi oleh adanya faktor biologis, faktor lingkungan dan kegiatan manusia (Setyawan dan Hanun 2014). Jumlah biomasa mikrobia akan menentukan cepat atau lambatnya proses dekomposisi bahan organik tanah sehingga secara tidak langsung akan dapat menentukan nisbah C/N rasio. Tinggi atau rendahnya bahan organik tanah dipengaruhi oleh kandungan dan jumlah sersah pada setiap lahannya. Bahan organik berfungsi untuk memperbaiki struktur dan agregat tanah. Struktur dan agregat tanah yang baik dapat menentukan jumlah pori dalam tanah (Sanchez 1976 cit Supriyadi 2008). Bahan organik dalam tanah yang tinggi dapat meningkatkan kapasitas mengikat dalam pembentukan agregat tanah sehingga terciptanya keseimbangan antara ruang makro pori dan ruang mikro pori. Bahan organik yang telah terdekomposisi secara baik akan meningkatkan kandungan C/N rasio tanah. Pada analisis sifat kimia tanah dihasilkan bahwa bahan organik tanah berkorelasi negatif dengan nilai N total tanah namun sebaliknya korelasi antara bahan organik dan nilai P-tersedia dan K-tersedia menunjukkan hubungan positif. Dari hasil analisis dilaboratorium didapatkan bahwa jumlah N-total tanah tersebut tinggi di seluruh titik sampel. Tingginya nilai N-total tanah dipengaruhi sebagian besar oleh teknik budidaya tanaman padi yang dilakukan oleh petani, dimana dengan cara intensifikasi lahan. Intensifikasi lahan yang terjadi salah satunya ditandai dengan adanya penggunaan bahan agrokimia (pupuk anorganik dan pestisida) untuk mencapai jumlah produksi yang diinginkan. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan petani pada saat survey dilapangan bahwa penggunaan pupuk Urea masih sangat tinggi dan tidak hanya dilakukan sekali saja saat musim tanam, sedangkan untuk pupuk kimia lainnya secukupnya saja. Berdasarkan hasil analisis di laboratorium nilai N- Total tanah sangat tinggi di semua titik sampel tanah, nilai N-Total yang tinggi tersebut

8 23 merupakan salah satu dampak yang dihasilkan dari seringnya kebaiasaan petani dalam memupuk urea selama musim tanam. Pemupukan yang dilakukan tidak hanya menggunakan pupuk urea saja namun juga menggunakan pupuk KCL dan SP 36. Penggunaan pupuk kimia tersebut mengakibatkan tingginya nilai P- tersedia bagi tanaman di semua titik sampel tanah. Namun hal tersebut berbeda dengan jumlah kandungan K-tersedia yang ada ditanah yaitu berkisar rendah hingga tinggi. Penggunaaan pupuk kimia secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi tanah, diantaranya terjadi degradasi lahan dengan ditandai menurunnya beberapa nilai dari beberapa indikator sifat tanah. Permeabilitas adalah suatu ukuran terhadap kecepatan air yang dapat diloloskan oleh tanah. Berdasarkan hasil pengukuran di laboratorium dengan menggunakan ring sampel yang diperoleh saat survey, menunjukkkan hasil yang berbeda-beda menurut kriteria Balai Besar Litbang Sumberdaya Pertanian (2006). Terdapat dua kelas yang digunakan, pada titik sampel 1,2 dan 4 memiliki permeabilitas yang agak lambat yaitu berkisar antara 0,5-2 cm/jam sedangkan untuk sampel tanah 7 dan 10 memiliki permeabilitas yang cepat yaitu >6,25. Dan untuk sample tanah yang lainnya memiliki kriteria sedang yaitu dengan kisaran antara 2-6,25. Cepat atau lambatnya permeabilitas tanah tersebut sangat dipengaruhi oleh fraksi pasir debu dan liat yang menyusun suatu tanah tersebut. Sampel tanah 7 memiliki permeabilitas yang cepat hal tersebut dikarenakan fraksi penyusun tekstur tanahnya cenderung didominasi oleh pasir, Tanah entisol yang biasa disebut dengan tanah muda memiliki kandungan pasir yang tinggi. Sedangkan pada sampel tanah 1,2 dan 4 memiliki permeabilitas yng agak lambat dikarenakan fraksi penyusun teksturnya lebih dominan oleh liat, hal tersebut dikarenakan pada sample tanah tersebut merupakan jenis tanah vertisol. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya permeabilitas tanah adalah kemantapan agregat. Kemantapan agregat menurut Papanicolau et al (2009) merupakan suatu gabungan dari partikel tanah yang disebabkan oleh adanya bahan organik di dalam tanah. Agregat tanah dapat rusak atau pecah akibat dari adanya aliran permukaan dan erosi tanah yang dapat terjadi ketika hujan turun.

9 24 Tingginya bahan organik yang hilang pada suatu tanah dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah tersebut. Kualitas tanah sendiri diperlukan untuk menilai atau mengevaluasi praktek budidaya yang selama ini digunakan pada suatu sistem pertanian. Berdasarkan hasil pengukukuran di laboratorium menunjukkan bahwa semua titik sampel tanah memiliki nilai kemantapan agregat yang tidak mantap. Nilai agregat yang tiadak mantap tersebut menjadi salah satu indikator adanya praktik budidaya yang berlebih atau intensif di lahan pengambilan sampel, hal tersebut didukung dengan pernyataan Quintero and Comerford (2013) bahwa agregat tanah akan tetap terjaga dengan baik apabila dilakukan pengolahan tanah yang minimum atau tanpa olah tanah. Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya berdasar atas perbandingan jumlah butir pasir, debu dan liat yang menjadi penyusun tanah tersebut. Suatu tekstur tanah dapat dijadikan sebagai suatu penentu dari permeabilitas tanah. Tanah yang memiliki permeabilitas cepat artinya dapat meloloskan hara dan air dengan cepat pula, hal tersebut dikarenakan jumlah partikel atau butiran tanah didominasi oleh pasiran. Menurut Suriadikusumah (2010) tekstur tanah dan kelembaban merupakan dua karateristik yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, hal tersebut karena tekstur dan kelembaban akan menentukan penyediaan air bagi tanaman. Dengan mengetahui karateristik dari suatu lahan akan dapat memudahkan dalam menentukan komoditas pada suatu lahan, selain itu karateristik lahan tersebut akan dikelompokan menjadi kualitas tanah yang dapat menentukan kelas kemampuan tanahnya. ph tanah menunjukan asam basa dari suatu larutan sebagai hasil dari adanya reaksi tanah dan dapat mempengaruhi reaksi lain yang ada di dalam tanah. Reaksi yang dapat dipengaruhi adalah laju dekomposisi bahan organik tanah, mineral, pembentukan mineral lempung dan pertumbuhan tanaman. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman secara umum adalah tanh yang memiliki ph netral atau berkisar 7, namun untuk tanaman tertentu baiasanya ph yang ditemui adalah masam sebahai akibat dari pengolahan tanah yang dilakukan. Berdasar hasil analisis di laboratorium di dapatkan niali ph yang cenderung masam yaitu sekitar 5 hingga 6,2. Pada tanah sawah dengan penggenangan tanah selama kurun

10 25 waktu tertentu menyebabkan suasana anaerob yang dapat mengakibatkan ph tanah menjadi menurun. KTK atau biasa disebut dengan kapasitas tukar kation merupakan banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah persatuan berat tanah yang biasanya berkisar per 100 g. Kation yang telah terjerap merupakan kation yang sulit tercuci oleh air gravitasi, namun dapat diganti dengan kation lain yang ada di dalam tanah (Harjowigeno 2007). Air gravitasi yang dimaksudkan adalah air yang hilang dari tanah akibat dari adanya gaya gravitasi bumi. Nilai suatu KTK sangat erat hubungannnya dengan nilai suatu tingkat kesuburan tanah tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan nilai KTK pada semua sampel menunjukkan KTK yang rendah. Faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai KTK salah satunya adalah rendahnya bahan organik di semua sample tanah. Sifat-sifat kimia tanah, fisika tanah dan biologi tanah tidak dapat dari hasil uji di lapang dan laboratorium dipengaruhi beberapa faktor penting, diantaranya faktor dari dalam tanah tersebut, faktor di atas tanah, baik dari lingkungan, manusia dan hewan yang hidup diatas tanah. Antara indikator tanah tersebut saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan adanya korelasi atau hubungan keeratan. Hubungan antara masing-masing indikator memiliki kisaran nilai yang beragam, dan ada yang signifikan namun ada juga yang tidak sifnifikan. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa korelasi yang tertinggi adalah antara C-organik tanah dan ph, N-Total dengan KTK, P-tersedia dengan bahan organik tanah, evolusi CO 2 dengan KTK tanah dan ada juga korelasi negatif antara masing-masing indikator.

11 26 Tabel 5. Hasil Korelasi Antar Indikator Kualitas Tanah Permeabilitas ph KTK c-organik N-Total P-Tersedia K-Tersedia Ph -0,524 KTK -0,068 0,099 C-Organik -0,638 0,697-0,216 N-total 0,230 0,095 0,620-0,193 P-Tersedia -0,247 0,102-0,201 0,400-0,185 K-Tersedia -0,408-0,033 0,198 0,178 0,260 0,232 Evolusi CO2-0,471 0,343 0,464 0,214-0,149 0,207 0,248 Sumber : Analisis Data Minitab Keterangan : KTK= Kapasitas Tukar Kation BO =Bahan Organik N= Nitrogen P = Fosfor K = Kalium

12 27 Tanah sawah merupakan tanah yang pada umumnya memiliki lempung yang tinggi, disamping itu menurut Notohadiprawiro (2006) suatu tanah adalah pengahasil lempung alami baik dalam arti mineral aluminosilikat sekunder maupun semua zarah yang berdiamter kurang dari 2 mikron. Zarah yang terbentuk tersebut akan dapat menentukan reaktivitas tanah, reaksi yang dapat berlangsung meliputi reaksi antar muka (interface), sehingga apabila bermukaan jenis bahan penyusunnya besar maka akan besar pula muatan listrik total bahan penyusun tanah. Bahan penyusun tanah pada umumnya terdiri dari 5% bahan organik, 45% mineral dan 20-30% adalah air dan udara. Bahan organik yang telah terdekomposisi secara baik akan meningkatkan kandungan C/N rasio tanah. Pada analisis sifat kimia tanah dihasilkan bahwa bahan organik tanah berkorelasi negatif dengan nilai N total tanah namun sebaliknya korelasi antara bahan organik dan nilai P-tersedia dan K-tersedia menunjukkan hubungan positif. Dari hasil analisis dilaboratorium didapatkan bahwa jumlah N-total tanah tersebut tinggi di seluruh titik sampel. Tingginya nilai N-total tanah dipengaruhi sebagian besar oleh teknik budidaya tanaman padi yang dilakukan oleh petani, dimana dengan cara intensifikasi lahan. Intensifikasi lahan yang terjadi salah satunya ditandai dengan adanya penggunaan bahan agrokimia (pupuk anorganik dan pestisida) untuk mencapai jumlah produksi yang diinginkan. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan petani pada saat survey dilapangan bahwa penggunaan pupuk Urea masih sangat tinggi dan tidak hanya dilakukan sekali saja saat musim tanam, sedangkan untuk pupuk kimia lainnya secukupnya saja. Reaksi tanah yang dapat dilihat dengan jelas adalah saat pengukuran nilai ph, yang akan menunjukan asam dan basa dalam tanah. ph yang asam tersebut memiliki korelasi yang positif dengan KTK dan N-total tanah. Semakin rendah ph suatu tanah maka semakin rendah nilai C-Organik, KTK dan N-Total tanah. Sebagai akibat dari adanya muatan yang tergantung ph larutan yang menentukan saat analisis di laboratorium. Tanah yang memiliki kandungan liat tinggi maka nilai KTK akan semakin besar, begitu pula dengan kandungan bahan organik tanah. Kandungan bahan organik tanah yang tinggi akan mengakibatkan

13 28 kandungan KTK yang tinggi pula. Selain itu sifat tanah yang banyak mengandung lempung atau liat juga menyebabkan tanah tersebut lebih cenderung memiliki KTK yang tinggi. C. Indeks Kualitas Tanah Sawah Kualitas tanah merupakan suatu alat penilaian terhadap suatu praktek penggelolaan tanah secara kuantitatif, selain itu kualitas juga merupakan suatu gambaran terhadap keadaan lingkungan yang didasarkan pada pertimbangan dari sifat fisika, sifat biologi dan sifat kimia tanah tersebut (Karlen dan Mausbach 2001). Menurut Supriyadi et.al (2013) bahwa peran kunci kualitas tanah merupakan suatu alat untuk mewujudkan cita-cita pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Kualitas tanah tersebut akan berkaitan dengan adanya isu menyangkut ketahanan pangan, lingkungan yang berkelanjutan dan pangan yang aman dan berkualitas. Pangan yang sehat dan bergizi menjadi penting mengingat pola hidup sehat sudah mulai diterapkan oleh masyarakat luas. Pangan yang sehat tentunya berasal dari sistem pertanian yang sehat. Menurut Suntoro (2007) pertanian sehat pada prinsipnya adalah sistem pertanian yang dapat mempertahankan keberlanjutan kesuburan dan produktivitas tanah, menciptakan konservasi tanah dan mengurangi degradasi tanah. Penentuan nilai atau indeks kualitas tanah menjadi penting sebab dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem pengelolaan tanahnya. Supriyadi et al (2013) menyebutkan bahwa untuk mendapatkan suatu nilai dari kualitas tanah tersebut maka diperlukan pengkajian dan evaluasi dengan menggunakan indikator, kriteria dan nilai ambang batas dari tanah itu sendiri. Penafsiran indikator tersebut adalah sifat tanah yang dapat diukur dan dipantau dan mempengaruhi tanah untuk memenuhi fungsinya. Indikator kualitas tanah dipilih karena hubungan spesifik dari sifat tanah dengan kualitas tanah. Pengukuran dari kualitas tanah tersebut diawali dengan penentuan MDS menggunkan PCA. Berdasarkan tabel 6, terpilih PC 1 sampai PC 3 dengan kisaran nilai bobot indikator yang berbeda-beda. Pemilihan PC tersebut dilakukan dengan memilih nilai eigen >1.

14 29 Tabel 6. Hasil Analisis MDS (Minimum Data Set) menggunakan PCA Nilai eigen Proporsi Kumulatif Variabel Permeabilitas Ph KTK C-organik N total P tersedia K Tersedia Evolusi CO2 2,7678 0,346 0,346-0,519 0,431 0,033 0,501-0,114 0,293 0,239 0,369 Sumber : Analisis data dengan Software Minitab 1,9260 0,241 0,587 0,014-0,058-0,668 0,191-0,569 0,201-0,289-0,260 1,1390 0,142 0,729-0,029-0,568-0,082-0,184-0,086 0,481 0,627 0,064 Hasil dari pengolahan data dapat dilihat pada tabel 7 yang menunjukkan bahwa MDS untuk sampel tanah Wonogiri ada 4 yaitu C-Organik,pH, P-Tersedia, K tersedia, (Tabel 6). Pada PC 1 terdapat dua indikator yang digunakan sebagai MDS, hal tersebut dikarenakan tingginya nilai korelasi antara C-Organik dengan ph. Semakin besar nilai Ph tanah mendekati netral maka kandungan C-organik tanah juga semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan perombakan bahan organik dengan bantuan mikrobia akan semakin cepat pada ph mendekati netral. Indikator kualiatas tanah dapat ditentukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Kualitas tanah sangat erat kaitannya dengan kesehatan tanah hal tersebut dikarenakan tanah yang memiliki kualitas yang baik adalah tanah yang memiliki kesehatan yang baik. Menurut The National Resources Conservation Service (NRCS dalam Guino et al. 2009) mengartikan bahwa kualitas tanah atau kesehatan tanah memiliki kemiripan, namun menambahkan sifat bawaan dan dinamis pada definisi kualitas tanah. Kesehatan tanah adalah konsep yang berhubungan dengan integrasi dari sifat kimia, fisika dan biologi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas lingkungan. Indikator-indiikator tanah yang dijadikan MDS merupakan indikator yang telah terpilih pada masing masing PC dengan nilai tertinggi. PC yang digunakan adalah PC 1 dengan nilai indikator tertinggi adalah C-Organik dengan nilai 0,501 dan nilai tertinggi kedua ph dengan nilai 0,431 dan pada PC 2 nilai

15 30 tertinggi pada P-tersedia yaitu senilai 0,201 pada PC 3 indikator yang memiliki nilai tertinggi adalah K-Tersedia dengan nilai 0,627. Untuk mendapatkan bobot akhir MDS maka proporsi masing-masing PC dibagi dengan total proporsi. Semua bobot akhir MDS kualitas tanah yang telah diperoleh tersebut kemudian dikalikan dengan skoring sehingga selanjutnya dapat dilakukan perhitungan kualitas tanah. Hasil dari perhitungan kualiatas tanah tersebut kemudian dikelaskan menurut Cantu et.al. Pembagian kulaitas tanah tersebut menjadi 5 yaitu sangat baik, baik, sedang, rendah dan sangat rendah. Untuk mendapatkan nilai indeks antara 0-1 (normalisasi Sqi) di hitung dengan cara membagi nilai Sqi masing-masing sampel dengan nilai Sqi tertinggi (Tabel 7). Menurut Supriyadi et al (2014) bahwa kumpulan data minimal tidak selalu mengarahkan seluruh sifat tanah yang relevan untuk setiap wilayah sistem pertanian. Tiap kumpulan data minimal dimaksudkan dalam wilayah khusus atau peta unit tanah dan termasuk sifat-sifat tanh yang relevan pada tipe tanah, sistem pertanian dan penggunaan lahan dari tanah yang dievaluasi. Kumpulan data yang telah diperoleh tersebut dapat membantu mengidentifikasi indikator yang relevan yang digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara indikator terpilih pada suatu jenis tanah. Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui nilai indeks kualitas tanah pada masing-masing sampel tanah dengan kisaran yang berbeda. Dan untuk mengetahui sumbangan indikator yang paling berpengaruh pada nilai indeks kualitas tanah dapat dilihat pada gambar 2. Tabel 7. Nilai Kualitas Tanah pada Masing-Masing Titik Pengambilan Sampel MDS PCA TITIK SAMPEL Si C-organik 0, ph 0, p-tersedia 0, K-Tersedia 0, SQI 2,6 2,4 2,6 3,3 3,2 2,8 2,0 2,6 2,8 2,6 2,4 Normalisasi SQi 0,5 0,5 0,5 0,7 0,6 0,5 0,4 0,5 0,6 0,5 0,5 Kriteria S S S B B S S S B S S Kelas

16 Indeks Kualitas Tanah 31 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 K-TERSEDIA P-TERSEDIA ph C-ORGANIK Titik Sampel Gambar 2. Sumbangan Indikator Terpilih terhadap Indeks Kualitas Tanah ( Soil Quality Index) Tanah Sawah Kualitas tanah disetiap daerahnya berbeda-beda tergantung karateristik dan pengolahan yang dilakukan pada tanah tersebut, namun dari hasil survey dan analisis di lapangan terdapat dua jenis kualitas tanah di Kabupaten Wonogiri (Tabel 8) yaitu sedang dan baik menurut cantu 2007 dan masuk pada kelas 3 dan 2. Menurut Kennedy and Pependick 1996 dalam Purwanto 2009, menyebutkan bahwa kualitas tanah merupakan perpaduan antara sifat kimia, biologi dan fisika tanah sehingga agar tanah tersebut berfungsi efektif maka ketiga komponen tersebut harus disetarakan. Berdasarkan tabel 8 bahwa kualitas tanah yang paling tinggi adalah pada titik 4 desa Tanjungrejo kecamatan Wonogiri dengan nilai SQI yaitu 0,7 sedangkan titik sampel yang memiliki nilai indeks kualitas tanah sawah paling rendah adalah sampel 7 di Desa Mandean Kecamatan Eromoko dengan nilai indeks 0,4. Tingginya nilai indeks kualitas tanah sawah di titik sampel 4 tersebut dikarenakan tingginya nilai pengharkatan dari P-tersedia dan K-Tersedia pada daerah tersebut. Sedangkan pada sampel tanah 7 memiliki kualitas tanah yang paling rendah diantara sample tanah yang lain dikarenakan rendahnya nilai skoring K-Tersedia dan C-Organik yang dijadikan MDS. Kualitas tanah yang sedang dan baik pada titik sampel tersebut dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan bagi

17 32 pemerintah serta selajutnya dapat diinformasikan kepada petani sebagai eksekutor. Kualitas tanah yang rendah dengan nilai c-organik dan K-tersedia yang rendah merupakan salah satu contoh bahwa pada daerah tersebut perlu adanya perbaikan tanah yang dapat meningkatkan nilai kualitas tanah pada masa yanga akan datang. Penurunan kualitas tanah yang telah terjadi secara global ini menurut Teshafunega (2014) menjadikan beberapa indikator kualitas tanah dapat dijadikan sebagai suatu penentu pengelolahan tanah yang dapat dilakukan petani mendatang selain itu juga sebagai informasi kepada pemerintah terkait dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan yang tepat. Weinhold (2009) menyebutkan bahwa praktik pengelelolahan lahan akan mempengaruhi fungsi dari tanah tersebut, seringkali petani mengelolah tanah dengan frekuensi pengelolahan yang sering untuk meningkatkan pendapatan dengan cara meningkatkan jumlah produksi tanaman sehingga hal tersebut dapat merubah fungsi tanah dari yang semestinya, fungsi tanah tidak dapat diukur dengan mudah namun dapat menggunakan indikator untuk mengukur pendugaan perubahan fungsi tanah tersebut. Melihat perubahan-perubahan fungsi tanah dengan didukung data kulitas tanah di kabupaten Wonogiri tersebut memberikan cukup bukti terhadap gambaran kondisi tanah saat ini. Pengelolaahan tanah yang terlalu intensif tersebut kurang baik terhadap keberlanjutan sistem pertanian sehingga perlu adanya tindakan nyata baik dari pemerintah maupun bagi petani itu sendiri. Tindakan yang dapat dijadikan solusi untuk menjaga kualitas tanah tetap baik adalah dengan menggunkan bahan pembenah tanah dan menambahkan bahan organik tanah, mikroba-mikroba yang ada dalam tanah dapat berkembang dengan baik, selain itu dapat dilakukan pengelolahan tanah secara minimum, seperti halnya meniru sistem di hutan, dimana input yang diberikan ditekan secara minimal sehingga membiarkan alam yang bekerja. Menurut Suprayogo et.al bahwa tanah hutan memiliki laju infiltrasi yang tinggi dan makroporositas yang banyak dengan didukung tingginya aktivitas biologi dalam tanah dan turnover perakaran, sehingga tanah bisa menyimpan air lebih banyak dan fungsi tanah tetap terjaga.

18 33 D. Korelasi Nilai Kualitas Tanah dengan Data Produktivitas Padi Padi merupakan tanaman semusim yang menjadi sumber bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Padi sawah dibudidayakan secara tergenang selama kurun waktu tertentu. Proses penggenangan tersebut mengakibatkan perubahanperubahan sifat-sifat kimia tanah, fisika dan morfologi tanah yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman padi. Perbuhan sifat kimia yang terjadi antara lain yaitu penurunan kadar oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan ph tanah, Reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen, peningkatan ketersediaan fosfor. Tanah sawah yang digunakan sebagai titik pengambilan sampel merupakan tanah sawah irigasi dan hanya beberapa yang tadah hujan. Tanah sawah irigasi dengan sistem budidaya intensif menurut Dobermann and Fairhust (2000) dapat mengahasilkan produksi dengan kisaran ton/ ha. Yang dimaksudkan dengan budidaya pada lahan sawah irigasi yang intensif adalah penanaman padi secara terus menerus dengan penggunaan pupuk N yang tinggi. Morfologi tanaman padi yang menyangkut bentuk dan struktur luar organ tanaman. Akar tanaman padi berfungsi sebagai penguat/ penunjang tanaman untuk tumbuh tegak dan dapat digunakan untuk menyerap hara dari dalam tanah kenudian dapat di lanjutkan ke organ tanaman yang lainnya. Menurut Makarim (2009) akar tanaman padi merupakan akar serabut. Oleh karena tidak memiliki pertumbuhan sekunder maka akar padi tidak banyak berubah sejak tumbuh. daun padi tumbuh apda batang yang berselang seling pada tiap bukunya, dengan daun teratas yang dimiliki tanaman padi disebut dengan daun benderayang posisi nampak berbeda dengan daun yang lainnya. Pada setiap batang tanaman padi terdiri dari beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dengan daun anakan yang tumbuh pada buku. Pada saat permulaan stadium pertumbuhan batang terdiri atas pelepah-pelepah daun dan raus-ruas yang bertumouk padat, ruas tersebut kemudian memanjang dan berongga setelah tanaman memasuki stadia reproduktif. Kualitas benih padi yang baik dan perawatan yang sesuai akan dapat menhasilkan padi dengan produksi sesuai dengan keinginan.

19 34 Produksi padi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, untuk faktor internal tersebut salahsatunya dipengaruhi oleh hasil fotosintat tanaman. Hasil fotosintat tanaman telah digunakan sebagian dalam proses respirasi dan akan di salurkan ke bagian tanaman baik berupa daun, batang, malai dan akar. Pada setiap fase tanaman padi tersebut banyaknya jumlah fotosintat yang disalurkan berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan pada saat fase vegetatif akan lebih banyak yang digunakan di daun pada saat fotosintesis, sedangkan pada saat fase generatif akan lebih banyak ke malai yang selanjutnya digunakan untuk pengisian gabah. Banyak sedikitnya fotosintat yang di gunakan untuk pengisian gabah akan menentukan tinggi rendahnya produksi padi per satuan luasnya. Untuk mengetahui besarnya produktivitas tanaman Padi di Kabupaten Wonogiri selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Produktivitas Padi Sawah pada Beberapa Kecamatan Di Kabupaten Wonogiri Tahun No Kecamatan Produktivitas Padi sawah tahun Ton/ha Ratarata Nguntoronadi 5,676 5,410 5,186 6,121 5,255 5,53 2 Eromoko 6,395 5,340 5,025 5,844 6,271 5,775 3 Selogiri 6,601 6,587 5,603 6,046 6,190 6,205 4 Wonogiri 5,563 5,127 4,574 5,792 6,150 5,441 5 Ngadirojo 5,198 5,807 5,670 5,540 5,650 5,573 6 Jatiroto 5,622 5,747 5,614 5,408 5,811 5,64 7 Gririmarto 6,302 6,026 5,362 5,910 5,939 5,908 Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2010;2011;2013; 2014, BPS Wonogiri merupakan salah satu lumbung Padi yang ada di Jawa Tengah dengan tinggat produktivitas yang sedang hingga tinggi, hal tersebut dikarenakan sebagian besar luas lahan yang ada di daerah Wonogiri dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Dengan keragaman wilayah di kabupaten tersebut menyebabkan beragam pula besaran produktivitas padi pada masingmasing kecamatan. Produktivitas padi tertinggi terletak pada Kecamatan Selogiri dengan mencapai total produktivitas sebesar 6,205 ton/ha/th dan total produksi tertinggi kedua adalah Kecamatan Girimarto dengan produktivitas mencapai

20 Produktivitas Padi 35 5,908 ton/ha/th. Sedangkan produktivitas terendah terletak pada Kecamatan Wonogiri dengan nilai 5,441 ton/ha/th (tabel 9). Produktivitas suatu tanaman pada suatu wilayah seringkali dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam melihat pendugaan terhadap permasalahn terkait degradasi lahan yang sedang terjadi sekarang ini. Menurut Costanza et al 1992 dalam Bastida et al 2006 mengartikan bahwa degradasi lahan akan berdampak pada hilangnya fungsi vital misalnya saja dalam hal menyediakan dukungan fisik, air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, regulasi air pada lingkungan tersebut dan pembersihan efek berbahaya dari kontaminan dengan proses fisika, kimia biologi. Untuk melihat pengaruh nilai kualitas tanah terhadap produktivitas padi, dapat dilihat pada gambar 4 berikut: 6,3 6,2 6,1 6 5,9 5,8 5,7 5,6 5,5 5,4 y = -0,5411x + 6,001 R² = 0, ,2 0,4 0,6 0,8 Nilai Indeks Kualitas Tanah PRODUKTIVITAS Linear (PRODUKTIVITAS) Gambar 4. Hubungan antara nilai Indeks Kualitas Tanah Sawah dengan Produktivitas Padi Di Kabupaten Wonogiri Berdasarkan hasil penelitian dengan melihat hubungan antara nilai indeks kualitas tanah dengan nilai produktivitas padi dapat dilihat bahwa produktivitas yang tinggi berbanding terbalik dengan tingginya nilai suatu kualitas tanah walaupun korelasi yang dihasilkan tidak signifikan. Tingginya produktifitas namun kualitas tanahnya kurang baik merupakan salah satu gambaran nyata bahwa tanah yang dilakukan budidaya secara intensif untuk meningkatkan produktifitas padi dengan tidak memperhatikan konsep pertanian berkelanjutan

21 36 akan menurunkan kualitas tanah. Praktik budidaya petani selama ini dengan cara penambahan bahan kimia guna meningkatkan produktivitas tanaman akan dapat mengakibatkan menurunnya nilai dari kualitas tanah pada masa yang akan datang. Selain itu tingginya nilai produktivitas tanaman selain dipengaruhi oleh kualitas tanah, juga dapat dipengaruhi oleh faktor iklim, budidaya petani dan umur pemanfaatan lahan sawah tersebut. Menurut Doran et.al (1996) menjaga kualitas tanah dibawah penggunaan lahan secara intensif dan perkembangan ekonomi yang berjalan cepat merupakan suatu tantangan utama terhadap penggunaan lahan yang berkelanjutan.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai November 2015. Penelitian dilaksanakan di beberapa titik sampel di lahan sawah Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa dan di bagian timur Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati terletak di antara 110º50ʹ

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

H2O2 10%, HCl 2 N, KCNS, K4Fe(CN)6, H2O, KCl, K2Cr2O7, H2SO4,

H2O2 10%, HCl 2 N, KCNS, K4Fe(CN)6, H2O, KCl, K2Cr2O7, H2SO4, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai November 2015 di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat fisik tanah vertisol BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tanah menunjukkan bahwa sifat fisik tanah : tekstur tanah merupakan liat 35 %, pasir 27 % dan debu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok dibudidayakan didaerah tropis. Tanaman ini berasal dari amerika selatan ( Brazilia). Tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Tanah Inceptisol (inceptum = mulai berkembang) berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Daftar Isi. III. Pengelolaan Tanah Masam Pengertian Tanah Masam Kendala Tanah Masam Mengatasi Kendala Tanah Masam 84

Daftar Isi. III. Pengelolaan Tanah Masam Pengertian Tanah Masam Kendala Tanah Masam Mengatasi Kendala Tanah Masam 84 Daftar Isi Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar I. Pendahuluan 1 1.1.Pentingnya Unsur Hara Untuk Tanaman 6 1.2.Hubungan Jenis Tanah Dengan Unsur Hara 8 1.3.Hubungan Unsur Hara Dengan Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pupuk adalah salah satu akar permasalahan yang akan sangat luas dampaknya terutama disektor ketahanan pangan di Indonesia yang jumlah penduduknya tumbuh pesat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature)

TINJAUAN PUSTAKA. ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Inceptisol adalah tanah tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol juga yang mempunyai beberapa sifat penciri lain

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik dan Kimia Tanah Awal Sifat fisik tanah di lokasi penelitian dengan jenis tanah Vertisol menunjukkan tekstur lempung liat berdebu. Fraksi tanah yang dominan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers. Sifat fisik tanah dilokasi penelitian di Desa Sidomukti Kecamatan Motilango dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media tumbuh dan berkembang suatu tanaman. Macam tanah yang ada di Indonesia seperti Gambut (Organosol), Latosol,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kehilangan karbon di sektor pertanian disebabkan oleh cara praktik budidaya yang tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi

Lebih terperinci

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya kebijakan revolusi agraria berupa bimbingan massal (bimas) dan intensifikasi massal (inmas) dari tahun 1960 -an hingga 1990-an, penggunaan input yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan penting yang ditanam untuk bahan baku utama gula. Hingga saat ini, gula merupakan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Dr. Ir. Budiarto, MP. Program Studi Agribisnis UPN Veteran Yogyakarta 1 TANAH PERTANIAN Pertanian berasal dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Padi Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut terdiri dari akar primer yang muncul ketika benih berkecambah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( ) PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH Oleh: Arif Nugroho (10712004) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci