HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa dan di bagian timur Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati terletak di antara 110º50ʹ -111º15ʹ BT dan 6º25ʹ -7º00ʹ LS. Secara administratif Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150,368 ha yang terdiri dalam 21 kecamatan, yaitu Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, Pucakwangi, Jaken, Batangan, Juwana, Jakenan, Pati, Gabus, Margorejo, Gembong, Tlogowungu, Wedarijaksa, Trangkil, Margoyoso, Gunungwungkal, Cluwak, Tayu, dan Dukuhsati (Badan Pusat Statistik Pati 2010). Kabupaten Pati dengan luas wilayah 150,368 Ha tersebut terdiri dari 59,332 Ha lahan sawah dan 66,086 Ha lahan bukan pertanian (Purnaweni 2014). Pada Tabel 4 dapat dilihat deskripsi masing-masing lokasi penelitian. Tabel 4. Deskripsi lokasi titik sampel lahan sawah Kabupaten Pati Kecamatan Lokasi Desa Letak Geografis T (mdpl) KL (%) Jenis Tanah Sukolilo Baleadi 110º52ʹ 28,805ʺ BT Inceptisol 06º56ʹ 37,49ʺ LS Sukolilo Wegil 110º51ʹ 20,131ʺ BT Inceptisol 06º56ʹ 41,64ʺ LS Tambakromo Tambakromo 111º03ʹ 23,314ʺ BT Inceptisol 06º53ʹ 38,112ʺ LS Kayen Trimulyo 110º59ʹ 28,705ʺ BT Inceptisol 06º53ʹ 09,589ʺ LS Winong Pohgading 110º05ʹ 48,088ʺ BT Inceptisol 06º57ʹ 21,499ʺ LS Winong Winong 110º05ʹ 42,49ʺ BT 06º44ʹ 42,28ʺ LS Alfisol Winong Karangkonang 110º06ʹ 21,182ʺ BT Inceptisol 06º48ʹ 32,37ʺ LS Pati Payang 111º04ʹ 58,570ʺ BT Inceptisol 06º44ʹ 7,790ʺ LS Wedarijaksa Bumiayu 111º03ʹ 31,320ʺ BT Inceptisol 06º42ʹ 24,545ʺ LS Tayu Tayukulon 111º1ʹ 59,4ʺ BT 06º32ʹ 17,26ʺ LS Inceptisol Tayu Pundenrejo 111º1ʹ 11,06ʺ BT 06º32ʹ 15,4ʺ LS Alfisol

2 15 Tlogowungu Wonorejo 111º2ʹ 25ʺ BT 06º42ʹ 32ʺ LS Inceptisol Sumber: Data Primer Keterangan: T= Ketinggian, KL= Kemiiringn lereng, BT= Bujur Timur, LS= Lintang Selatan, mdpl= meter di atas permukaan laut Hasil pengamatan lokasi pengambilan titik sampel pada lahan sawah memiliki kemiringan lereng yang seragam. 14 Kelas kemiringan lereng terbagi menjadi 5 kelas yaitu 0-8%, 8-15%, 15-25%, 25-45%, dan 45-90%. Lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Pati memiliki kemiringan 0-8% yang berarti topografi lahan tersebut datar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yusmandhany (2002) yang menyatakan bahwa kondisi topografi lahan datar sesuai untuk digunakan sebagai lahan sawah irigasi maupun tadah hujan. Kondisi tersebut didukung dengan pernyatan Arifin (2011) bahwa topografi merupakan salah satu faktor yang menentukan pembentukan jenis tanah. Berdasarkan sistem klasifikasi tanah USDA jenis tanah yang terdapat pada lahan sawah Kabupaten Pati meliputi Inceptisol, Mollisol, dan Alfisol. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), wilayah Pati bagian utara terdiri dari tanah Red Yellow Mediteran (Alfisol), Latosol (Inceptisol), Aluvial (Inceptisol), Hidromer, dan Regosol (Inceptisol) sedangkan bagian selatan terdiri tanah Aluvial (Inceptisol), Hidromer, dan Grumusol (Vertisol). Menurut Soil Staff Survey (2010), konsep sentral Inceptisol adalah tanah-tanah dari daerah dingin atau sangat panas, lembab, sub lembab dan yang mempunyai horison kambik dan epipedon okrik. Sesuai dengan pendapat Khusrial (2015) bahwa tanah Inceptisol memiliki kesuburan tanah rendah, dengan ciri-ciri kandungan dan cadangan hara relatif sedang, kapasitas tukar kation tanah sedang sampai tinggi, serta teksturnya berlempung. Sifat-sifat tersebut mencirikan bahwa tanah ini cukup potensial untuk pengembangan tanamanpertanian terutama tanaman pangan (Nurdin 2012). Tanah Alfisol merupakan tanah dengan kandungan C-organik yang relatif rendah (Ispandi dan Munip 2004). Menurut Badan Pusat Statistik (2010), Kabupaten Pati memiliki rata-rata curah hujan sebanyak mm dengan 51 hari hujan di tahun Berdasarkan curah hujan wilayah di Kabupaten Pati terbagi atas berbagai tipe iklim menurut

3 16 klasifikasi iklim Oldeman. Di Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Tlogowungu, Tayu, Pati termasuk dalam tipe iklim D2, di Kecamatan Winong termasuk dalam tipe iklim E2, dan di Kecamatan Wedarijaksa termasuk dalam tipe iklim E1. Tipe D2 berarti memiliki 3-4 bulan basah dan 2-3 bulan kering. Tipe E2 berarti memiliki 0-2 bulan basah dan 2-3 bulan kering. Tipe E1 berarti memiliki 0-2 bulan basah dan 0-1 bulan kering. Zone D menunjukkan hanya dapat ditanami padi satu kali tanam dan zone E tidak dianjurkan menanam padi tanpa adanya irigasi yang baik. B. Hasil Analisis Kualitatif Tanah Sawah Kabupaten Pati Analisis kualitatif yang dilakukan ada penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara dengan petani di setiap lokasi pengambilan sampel. Hasil wawancara dengan petani pada setiap lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Lokasi Luas Lahan (Ha) Tabel 5. Hasil wawancara petani Kabupaten Pati Sumber: Wawancara Dosis Pupuk (kg) Urea SP-36 ZA NPK Organik Dosis Pestisida (kg/l) Baleadi 0,20 40,26 20,1 5 40,3 20,13 0,4 Wegil 0,27 53,5 40,2 13,4 80,31 26,77 0,5 Tambakromo 0, ,5 Trimulyo 0, ,5 14, ,6 Pohgading 0, ,8 Winong 0,46 91,7 68,7 22,9 137,49 45,83 0,9 Karangkonang 0,64 127,6 95,7 31,9 191,43 63,81 1,3 Payang 0, ,5 13,5 81,03 27,01 0,5 Bumiayu 0, ,5 12, ,5 Tayukulon 0, ,3 23,8 142,5 47,5 1 Pundenrejo 0,43 85, ,3 127,98 42,66 0,9 Wonorejo 0, ,5 Berdasarkan hasil wawancara petani dapat dilihat pupuk yang diaplikasikan di lahan sawah memiliki dosis yang berbeda-beda. Pupuk urea mengandung N 45-46%, pupuk SP-36 mengandung P 2 O 5 36%, pupuk ZA mengandung N 20,5-21%, pupuk NPK mengandung 15% N, 15% P 2 O 5, dan 15% K 2 O (Hardjowigeno 2007). Pupuk yang diaplikasikan meliputi urea, SP-36, ZA, NPK, dan pupuk organik. Di antara pupuk yang diaplikasikan, pupuk NPK memiliki dosis paling tinggi di semua titik sampel dari dosis 40,3 kg hingga

4 17 191,43 kg. Pupuk yang diaplikasikan dengan dosis paling rendah yakni pupuk ZA dengan dosis 5 kg hingga 31,9 kg. Pupuk ZA dengan dosis 5 kg berarti mengandung 1,05 kg N dan untuk dosis 31,9 kg berarti mengandung 6,699 kg N. Sehingga semakin tinggi dosis pupuk yang diaplikasikan maka kandungan unsur haranya juga tinggi. Pengaplikasian pupuk kimia pada lokasi penelitian juga diimbangi dengan pengaplikasian pupuk organik. Untuk pupuk urea yang diaplikasikan di lokasi titik sampel yaitu 40,26 kg hingga 152 kg. Hal itu berarti pupuk urea mengandung N sebanyak 18,117 kg hingga 68,4 kg. Pupuk organik diaplikasikan pada saat pengolahan tanah agar pada saat tanam tidak timbul panas. Menurut Hardjowigeno (2007), pupuk organik tidak memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, tetapi dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas tana, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air, dan kation-kation tanah. Dosis pupuk organik di lokasi penelitian yaitu antara 20 kg hingga 76 kg. Dosis pupuk organik yang diaplikasikan tersebut dapat digunakan untuk menghambat pencucian unsur hara oleh air. C. Hasil Analisis Indikator Fisika, Kimia, dan Biologi Kualitas Tanah Sawah Kabupaten Pati Indikator kualitas tanah tanah yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu indikator fisika, kimia, dan biologi. Hasil analisis indikator fisika, kimia, dan biologi dapat dilihat pada Tabel 6:

5 18

6 18 Tabel 6. Hasil analisis indikator fisika, kimia, dan biologi tanah sawah Kabupaten Pati Lokasi Jenis Tanah Sifat Fisika Tanah Sifat Kimia Tanah Sifat Biologi Tanah Permeabilitas KTK N-total P-tersedia K-tersedia Bahan Organik Respirasi ph (cm/jam) (cmol.kg -1 ) (%) (ppm) (cmol.kg -1 ) (%) (mg CO 2.gr -1.hari -1 ) Baleadi Inceptisol 5,302 S 7 N 14,07 R 1,03 ST 11,8 T 0,38 S 0,97 SR 4,88 T Wegil Inceptisol 9,823 AC 7,1 N 7,19 R 0,75 T 16,7 ST 1,18 ST 1,40 R 1,35 T Tambakromo Inceptisol 2,878 S 7,1 N 8,08 R 0,67 T 10,1 S 1,46 ST 1,32 R 1,63 T Trimulyo Inceptisol 3,349 S 7 N 7,17 R 0,82 ST 16,6 ST 0,54 S 2,83 S 1,87 T Pohgading Inceptisol 9,445 AC 6,9 N 2,10 SR 1,41 ST 16,9 ST 1,72 ST 1,34 R 2,91 T Winong Alfisol 2,558 S 6,3 N 5,98 R 0,85 ST 10,7 T 0,78 T 1,07 R 5,54 T Karangkonang Inceptisol 9,593 AC 6,4 N 12,48 R 0,81 ST 25,3 ST 0,60 T 1,70 R 2,29 T Payang Inceptisol 9,209 AC 6,3 N 9,95 R 0,87 ST 22,7 ST 1,24 ST 1,62 R 3,59 T Bumiayu Inceptisol 6,697 AC 4,9 M 15,35 R 0,90 ST 18,9 ST 0,55 S 0,80 SR 0,83 T Tayukulon Inceptisol 3,349 S 6,2 N 18,37 S 0,96 ST 15,1 ST 1,42 ST 1,25 R 2,66 T Pundenrejo Alfisol 5,701 S 5,7 N 6,39 R 1,13 ST 10,9 T 0,70 T 0,38 SR 2,49 T Wonorejo Inceptisol 3,250 S 5,9 N 3,33 SR 0,79 ST 16,1 ST 0,54 S 1,49 R 0,73 T Keterangan: KTK= Kapasitas Tukar Kation, T= tinggi, AC= agak cepat, S= sedang, N= netral, M= masam, ST= sangat tinggi, R= rendah, SR= sangat rendah

7 Permeabilitas (cm/jam) Hasil Analisis Indikator Fisika Tanah Indikator fisika tanah yang diukur pada penelitian ini adalah permeabilitas tanah. Hasil pengukuran permeabilitas tanah pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3: Titik Sampel Gambar 3. Histograam permeabilitas masing-masing titik sampel lahan sawah di Kabupaten Pati Keterangan: 1. Baleadi 2. Wegil 5. Pohgading 6. Winong 9. Bumiayu 10. Tayukulon 3. Tambakromo 7. Karangkonang 11. Pundenrejo 4. Trimulyo 8. Payang 12. Wonorejo Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada titik sampel 2, 5, 7, 8, dan 9 memiliki nilai permeabilitas antara 6,25-12,5 cm/jam yang berarti agak cepat, sedangkan titik sampel 1, 4, 6, 10, 11, dan 12 memiliki nilai permeabilitas antara 2-6,25 cm/jam yang berarti sedang. Nilai permeabilitas paling cepat terdapat pada titik sampel 7 yaitu 9,593 cm/jam, sedangkan nilai permeabilitas paling lambat terdapat pada titik sampel 6 yaitu 2,558 cm/jam. Menurut Arifin (2011) bahwa nilai permeabilitas tanah yang cepat berarti kemampuan tanah mengikat air sangat rendah, begitupun sebaliknya. Kemampuan tanah mengikat air dipengaruhi oleh tekstur tanah, dimana tanah yang didominasi oleh fraksi debu mempunyai kemampuan mengikat air yang rendah.pada titik sampel 7 memiliki tekstur lempung berdebu dengan fraksi debu 65,67% dan titik sampel 6 memiliki tekstur liat dengan fraksi debu 27,25%. Fraksi debu pada titik sampel 7 lebih tinggi daripada

8 ph 20 titik sampel 6 sehingga permeabilitas pada titik sampel 7 lebih tinggi yang berarti tanah cepat meloloskan air. 2. Hasil Analisis Indikator Kimia Tanah Indikator kimia tanah yang diukur pada penelitian ini meliputi ph tanah, bahan organik tanah, kapasitas tukar kation (KTK), N-total tanah, P-tersedia tanah, dan K-tersedia tanah. a. ph Tanah Berdasarkan hasil analisis laboratorium nilai ph tanah masing-masing titik sampel pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4: Titik Sampel Gambar 4. Histogram ph masing-masing titik sampel lahan sawah di Kabupaten Pati Keterangan: 1. Baleadi 2. Wegil 5. Pohgading 6. Winong 9. Bumiayu 10. Tayukulon 3. Tambakromo 7. Karangkonang 11. Pundenrejo 4. Trimulyo 8. Payang 12. Wonorejo Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa semua titik sampel pada lokasi penelitian termasuk dalam kriteria ph netral (5,6 7,5), kecuali pada titik sampel 9 yang memilki nilai ph 4,9 yang termasuk kriteria masam (4,5 5,5). Lokasi penelitian merupakan lahan sawah dengan jenis tanah inceptisol dan alfisol dimana jenis tanah tersebut memiliki karakteristik utama yaitu ph tanah netral. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Nursyamsi dan Setyorini (2009) bahwa lahan sawah memiliki ph netral hingga alkali yaitu 6,5-8,0. Sebagian besar bahan organik pada lahan sawah bersumber dari penambahan pupuk kandang maupun pupuk sintetis. Menurut Winarso

9 Bahan Organik (%) 21 (2010) penambahan asam-asam organik sintetis pada senyawa humik menyebabkan penurunan ph, sehingga akan menghasilkan tanah dengan sifat masam. ph tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanah dan dapat menjadi faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah (Sudaryono 2009; Volchko 2014). Hal ini didukung dengan pendapat Supriyadi et al. (2014) bahwa nilai ph tanah sangat berpengaruh pada ketersediaan nutrisi dalam tanah. b. Bahan Organik Tanah Berdasarkan hasil analisis laboratorium kandungan bahan organik tanah masing-masing titik sampel pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5: Titik Sampel Gambar 5. Histogram bahan organik masing-masing titik sampel lahan sawah di Kabupaten Pati Keterangan: 1. Baleadi 4. Trimulyo 7. Karangkonang 10. Tayukulon 2. Wegil 3. Tambakromo 5. Pohgading 6. Winong 8. Payang 9. Bumiayu 11. Pundenrejo 12. Wonorejo Nilai bahan organik pada semua titik sampel yaitu <2%, kecuali pada titik sampel 4 yang tergolong sedang. Pada titik sampel 1, 9, dan 11 tergolong sangat rendah sedangkan pada titik sampel 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, dan 12 tergolong rendah. Bahan organik tertinggi di lokasi titik sampel 4 yaitu 2,83% sedangkan kandungan bahan organik terendah di lokasi titik sampel 11 yaitu 0,38%. Hal ini dapat dikarenakan lahan sawah yang menurut

10 KTK (cmol.kgˉ¹) 22 pendapat Arifin (2011) bahwa kandungan bahan organik dari biomasa tanaman yang akan terangkut keluar bersama dengan produksi dan sistem pengolahan tanah yang intensif akan menyebabkan kandungan bahan organik semakin rendah. Kandungan bahan organik tanah berpengaruh pada nilai kapasitas tukar kation (KTK), semakin tinggi bahan organik tanah maka KTK akan semakin tinggi (Herviyanti et al. 2012). c. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah Berdasarkan hasil analisis laboratorium kandungan bahan organik tanah masing-masing titik sampel pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 6: Gambar 6. Histogram Kapasitas Tukar Kation (KTK) masing-masing titik sampel lahan sawah di Kabupaten Pati Keterangan: 1. Baleadi 2. Wegil 5. Pohgading 6. Winong 9. Bumiayu 10. Tayukulon 3. Tambakromo 7. Karangkonang 11. Pundenrejo 4. Trimulyo 8. Payang 12. Wonorejo Hasil analisis KTK tanah menunjukkan bahwa titik sampel 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 dam 11 termasuk dalam kriteria rendah, titik sampel 10 termasuk kriteria sedang, serta titik sampel 5 dan 12 termasuk dalam kriteria sangat rendah. KTK tanah paling tinggi pada titik sampel 10 yaitu 18,37 cmol.kg -1 sedangkan yang paling rendah pada titik sampel 5 yaitu 2,1 cmol.kg -1. KTK tanah yang rendah dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah yang rendah pula. Hal ini didukung dengan hasil analisis bahan organik Titik Sampel

11 N-total (%) 23 tanah (Gambar 5) yang menunjukkan bahwa bahan organik tanah di lokasi penelitian memiliki nilai yang rendah. KTK tanah di lokasi penelitian yang tergolong rendah juga disebabkan oleh tekstur tanah yang memiliki kadar liat rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudaryono (2009) bahwa tanah yang mempunyai kadar liat lebih tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kadar liat rendah (tanah pasiran). Tinggi rendahnya nilai KTK mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah. d. N-Total Tanah Kandungan N tanah pada umumnya terbatas karena mengalami pencucian dan aliran permukaan (Hadisudarmo dan Supriyadi 2014). Berdasarkan hasil analisis maka dapat diketahui kandungan N-total tanah pada masing-masig titik sampel di lokasi pengamatan yang dapat dilihat pada Gambar 7: Titik Sampel Gambar 7. Histogram N-total (%) masing-masing titik sampel lahan sawah di Kabupaten Pati Keterangan: 1. Baleadi 5. Pohgading 9. Bumiayu 2. Wegil 6. Winong 10. Tayukulon 3. Tambakromo 7. Karangkonang 11. Pundenrejo 4. Trimulyo 8. Payang 12. Wonorejo N-total tanah pada semua titik sampel di lokasi penelitian tergolong tinggi dan sangat tinggi karena memiliki nilai >0,51% (Balai Penelitian Tanah 2005). Titik sampel 2 dan 3 tergolong tinggi (0,51%-0,75%) sedangkan titik sampel 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 11, dan 12 tergolong sangat

12 P-Tersedia (ppm) 24 tinggi (>0,75%). Kandungan N-total tanah yang tinggi disebabkan oleh adanya penambahan sumber unsur hara N dari bahan organik. Bahan organik merupakan sumber N utama di dalam tanah. Ketersediaan unsur hara N bagi tanaman dihasilkan dari bahan organik sangat berguna bagi peningkatan jumlah anakan padi sehingga produktivitas tanaman padi dapat menigkat (Tambunan et al. 2013). e. P-Tersedia Tanah Berdasarkan hasil analsis laboratorium dapat diketahui kandungan P-tersedia tanah pada masing-masing lokasi pengambilan sampel yang disajikan pada Gambar 8: Titik Sampel Gambar 8. Histogram P-tersedia tanah masing-masing titik sampel lahan sawah di Kabupaten Pati Keterangan: 1. Baleadi 2. Wegil 5. Pohgading 6. Winong 9. Bumiayu 10. Tayukulon 3. Tambakromo 7. Karangkonang 11. Pundenrejo 4. Trimulyo 8. Payang 12. Wonorejo Berdasarkan histogram di atas dapat diketahui titik sampel 3 (10,1 ppm) termasuk kategori sedang, titik sampel 1 (11,8 ppm), 6 (10,7 ppm), 11 (10,9 ppm) termasuk kategori tinggi, titik sampel 2 (16,7 ppm), 4 (16,6 ppm), 5 (16,9 ppm), 7 (25,3 ppm), 8 (22,7 ppm), 9 (18,9 ppm), 10 (15,1 ppm), 12 (16,1 ppm) termasuk kategori sangat tinggi. Lokasi penelitian yang merupakan lahan sawah ini sebagian besar memiliki kandungan P-tersedia tanah yang tergolong tinggi. Hal ini disebabkan

13 K-tersedia (cmol.kgˉ¹) 25 karena ph tanah hampir semua titik sampel netral (5,6-7,5). Kondisi ini didukung dengan pendapat Arifin (2011) bahwa nilai ph tanah netral menyebabkan kandungan P-tersedia tanah menjadi tinggi. Sebaliknya ph tanah yang semakin rendah maka ketersediaan unsur hara esensial akan semakin rendah pula (Riswandi 2011). Selain hal tersebut, tinggi rendahnya kandungan P-tersedia tanah dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti pemupukan, sebab pemupukan fosfat dapat meningkatkan kandungan P-tersedia (Kaya 2012). f. K-Tersedia Tanah Berdasarkan hasil analsis laboratorium dapat diketahui kandungan K-tersedia tanah pada masing-masing lokasi pengambilan sampel yang disajikan dalam Gambar 9: Titik Sampel Gambar 9. Histogram K-tersedia tanah masing-masing titik sampel lahan sawah di Kabupaten Pati Keterangan: 1. Baleadi 2. Wegil 5. Pohgading 6. Winong 9. Bumiayu 10. Tayukulon 3. Tambakromo 7. Karangkonang 11. Pundenrejo 4. Trimulyo 8. Payang 12. Wonorejo Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa K-tersedia tanah pada titik sampel 1, 4, 9, dan 12 tergolong sedang (0,4-0,5 cmol.kg -1 ), titik sampel 6, 7, dan 11 terogolong tinggi (0,6-1,0 cmol.kg -1 ), titik sampel 2, 3, 5, 8, dan 10 tergolong sangat tinggi (>1,0 cmol.kg -1 ). Kadar K-tersedia paling rendah terdapat pada titik sampel 1 (0,38 cmol.kg -1 ) dan tertinggi pada titik sampel 5 (1,72 cmol.kg -1 ). Kondisi ini dipengaruhi oleh kandugan ph tanah pada lokasi

14 Respirasi Tanah (mg.co 2 /cm/hari) 26 penelitian. Menurut Bintang dan Lahuddin (2007) bahwa kadar K dalam tanah akan banyak tersedia pada kondisi ph tanah yang relatif netral (6,5-7,5) sehingga unsur hara akan tersedia dalam jumlah optimal. Ketersediaan unsur hara K akan menurun pada ph <6 (Supriyadi et al. 2014). Hasil pengamatan (Gambar 4) dapat dilihat bahwa ph lokasi penelitian tergolong dalam ph netral sehingga memiliki kadar K-tersedia yang relatif tinggi. 3. Hasil Analisis Indikator Biologi Tanah Indikator biologi tanah yang dianalisis pada penelitian ini adalah respirasi tanah. Hasil analsis laboratorium respirasi tanah pada masing-masing lokasi pengambilan sampel disajikan dalam Gambar 10: Titik Sampel Gambar 10. Histogram respirasi tanah masing-masing titik sampel lahan sawah di Kabupaten Pati Keterangan: 1. Baleadi 2. Wegil 5. Pohgading 6. Winong 9. Bumiayu 10. Tayukulon 3. Tambakromo 7. Karangkonang 11. Pundenrejo 4. Trimulyo 8. Payang 12. Wonorejo Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahui bahwa respirasi tanah pada semua titik sampel di lokasi penelitian termasuk dalam kategori tinggi (>0,132 mg CO 2.gr -1.hari -1 ). Laju respirasi tanah dipengaruhi adanya perombakan bahan organik oleh mikroorganisme yang merupakan tenaga penggerak proses dekomposisi (Azizah et al. 2007). Peningkatan ketersediaan oksigen di dalam tanah dapat meningkatkan aktivitas mikroba sehingga respirasi tanah meningkat (Fiedler et al. 2015). Hal ini ditunjukkan dengan jumlah koloni

15 27 mikrobiota yang ditemukan dalam tanah sawah pada lokasi penelitian (Lampiran 15). Peningkatan respirasi tanah menggambarkan tingkat dekomposisi bahan organik tanah serta suplai unsur hara untuk tanaman (Lu et al. 2015). Indikator kualitas tanah kemudian diuji korelasi untuk mengetahui hubungan antar indikator. Analisis yang digunakan untuk menguji hubungan antar indikator yaitu pearson correlation analysis. Pada Tabel 7 dapat dilihat hasil analisis korelasi antar indikator kualitas tanah: Tabel 7. Hasil analisis korelasi antar indikator kualitas tanah sawah Indikator Perm ph KTK N-tot P-ter K-ter BO ph 0,060 KTK -0,028-0,271 N-tot 0,291-0,062-0,173 P-ter 0,683* -0,174 0,205-0,086 K-ter 0,230 0,355-0,157 0,254-0,033 BO -0,028 0,482-0,154-0,341 0,408-0,014 Respirasi -0,096 0,251 0,063 0,294-0,275-0,017-0,188 Keterangan: Perm= permeabilitas tanah, KTK= kapasitas tukar kation, N-tot= N-total, P-ter= P-tersedia, K-ter= K-tersedia, BO= bahan organik Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa P-tersedia dan permeabilitas tanah memiliki hubungan korelasi positif (r = 0,683). Hal ini menunjukkan jika salah satu indikator meningkat maka indikator yang lain juga meningkat. Kondisi P-tersedia di dalam tanah untuk dapat digunakan oleh tanaman tergantung pada bentuk P dalam tanah yang kelarutannya dipengaruhi oleh ph tanah (Amacher et al. 2007). Keberadaan P di dalam tanah juga dipengaruhi oleh kondisi fisik tanah seperti ruang pori tanah. Jika tanah tersebut memiliki ruang pori yang kecil maka tanah tersebut dapat menyerap lebih banyak unsur hara ataupun mineral tanah. Ruang pori tanah ini berhubungan dengan cepat lambatnya tanah meloloskan air atau yang sering disebut sebagai permeabilitas tanah. Jika tanah memiliki pori kecil maka akan lambat meloloskan air sehingga nilai permeabilitas rendah. Menurut Yasseen et al. (2015) bahwa ruang pori dalam tanah berpengaruh terhadap keberadaan dan mobilitas unsur P yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

16 28 D. Nilai Indeks Kualitas Tanah Lahan Sawah Di Kabupaten Pati Penentuan nilai indeks kualitas tanah dianalisis menggunakan metode statistik Principal Component Analysis (PCA). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mukherjee and Lal (2014) bahwa metode PCA merupakan metode yang paling baik dalam perhitungan indeks kualitas tanah dengan mengevaluasi indikator yang paling berpegaruh terhadap kualitas tanah. Hasil analisis PCA indikator kualitas tanah dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 8: Tabel 8. Hasil analisis MDS (Minimum Data Set) menggunakan PCA Parameter Statitik PC1 PC2 PC3 PC4 Nilai eigen 1,9314 1,7779 1,6586 1,0202 Proporsi 0,241 0,222 0,207 0,128 Kumulatif 0,241 0,462 0,671 0,799 Variabel PC1 PC2 PC3 PC4 Permeabilitas 0,457* -0,195-0,489 0,078 ph 0,051-0,584 0,342 0,697* KTK 0,044 0,426* -0,125 0,586 N-total -0,191-0,299-0,553-0,040 P-tersedia 0,650* 0,105-0,210 0,180 K-tersedia 0,050-0,504-0,167-0,168 BO 0,434-0,190 0,489* 0,152 Respirasi tanah -0,371-0,223-0,104 0,284 Keterangan: KTK= Kapasitas Tukar Kation; BO= Bahan Organik, PC= Principal Component, * = indikator terpilih pada eigen >1 dan kumulatif 79,9% Berdasarkan hasil analisis Minimum Data Set (MDS) pada tabel di atas bahwa indikator dengan nilai tertinggi pada PC1 yaitu P-tersedia (0,650) dan permeabilitas (0,457), pada PC2 yaitu KTK (0,426), pada PC3 yaitu bahan organik (0,489), dan PC4 yaitu ph (0,697). Menurut Karlen et al. (2004) kualitas tanah merupakan kapasitas dari suatu tanah dalam suatu lahan untuk menyediakan fungsi-fungsi yang dibutuhkan ekosistem alam.kualitas tanah pada penelitian ini ditentukan dengan nilai Indeks Kualitas Tanah (IKT). Indikator yang dijadikan komponen Minimum Data Set (MDS) untuk menghitung Indeks Kualitas Tanah (IKT) diperoleh dari nilai tertinggi pada tiap PC yang telah ditentukan sebelumnya (PC1 hingga PC4). Hasil

17 29 perhitungan Indeks Kualitas Tanah (IKT) pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 8: Tabel 8. Nilai indeks kualitas tanah pada masing-masing titik sampel Variabel Kapasitas Bahan P-tersedia Permeabilitas ph Tukar Kation Organik Titik Sampel Si x Wi Wi 0,755 0,755 1,39 1,295 0,80 Si Baleadi ,814 Wegil ,073 Tambakromo ,922 Trimulyo ,483 Pohgading ,795 Winong ,762 Karangkonang ,913 Payang ,913 Bumiayu ,494 Tayukulon ,064 Pundenrejo ,654 Wonorejo ,786 Keterangan: Wi= Weight of each indicator (indeks bobot), Si= skor indikator terpilih, IKT = Indeks Kualitas Tanah Skor pada masing-masing titik sampel menunjukkan keadaan dari indikator yang terkait. Semakin tinggi skor indikator berarti menandakan indikator tersebut dalam keadaan yang paling baik untuk tanah. Skoring indikator kualitas tanah ada dua metode yaitu fungsi masing-masing indikator dan fungsi skoring linier (Liu et al. 2014). Hasil skoring indikator tiap sampel tersebut kemudian dikalikan dengan nilai indikator terpilih untuk mengetahui nilai Indeks Kualitas Tanah (IKT). Indeks Kualitas Tanah (IKT) dikelaskan menurut Cantu et al. (2007) yaitu sangat baik, baik, sedang, rendah, dan sangat rendah (Tabel 3). Nilai Indeks Kualitas Tanah (IKT) dan kelas kualitas tanah masing-masing titik sampel dapat dilihat pada Gambar 11:

18 Indeks Kualitas Tanah Permeabilitas ph Bahan Organik Kapasitas Tukar Kation P-tersedia Titik Sampel Gambar 11. Indeks Kualitas Tanah (IKT) dengan indikator yang paling nyata Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahui kelas kualitas tanah di lokasi titik sampel yang merupakan lahan sawah yang tersebar di beberapa Desa Kabupaten Pati memiliki kualitas tanah sedang hingga baik. Hal tersebut ditunjukkan pula pada grafik Indeks Kualitas Tanah (Gambar 11) bahwa IKT tertinggi terdapat pada titik sampel 4 dengan nilai 0,70 yang berada di Desa Trimulyo, sedangkan IKT terendah terdapat pada titik sampel 9 dengan nilai 0,50 yang terdapat di Desa Bumiayu. Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada titik sampel 4 dengan indikator yang paling berpengaruh memiliki nilai yang cukup tinggi. Titik sampel 4 memiliki jenis tanah Inceptisol dengan kemiringan lereng 0-8% (datar). Jenis tanah Incepisol mempunyai epipedon okrik yaitu tanah dengan permukaan tebal 18 cm mengandung C-organik 0,6% (Hardjowigeno 2003; Mega et al. 2010). Hal ini didukung dengan panduan Balai Penelitian Tanah (2015) bahwa C-organik dengan nilai >5% termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Kadar C-organik tanah merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah. Bahan organik di titik sampel 4 tergolong dalam kategori sedang. ph tanah yang netral atau mendekati tinggi

19 31 menyebabkan rendahnya kandungan bahan organik, tetapi pada lahan sawah ini dilakukan pemupukan sesuai kebutuhan tanah sawah sehingga dapat meningkatkan kadungan bahan organik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan petani di Desa Trimulyo (Lampiran 16) bahwa pada lokasi tersebut dilakukan pemupukan dengan pupuk organik dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, ZA, dan NPK). Menurut hasil penelitian Wihardjaka et al. (2010) bahwa pemberian pupuk N ke lahan sawah beririgasi menguntungkan bagi proses denitrifikasi yang meningkatkan emisi N 2 O ke atmosfer, sehingga pupuk N anorganik dapat dimanfaatkan tanaman padi secara efisien. Sesuai dengan pernyataan Rachman et al. (2013) bahwa penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan efisiensi pemberian pupuk anorganik sehingga dapat memperbaiki keseimbangan hara yang terdapat di dalam tanah. Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi dan kualitas tanah dan tanaman (Dharmayanti et al. 2013). Indeks kualitas tanah paling rendah terdapat pada titik sampel 9 yaitu sebesar 0,50. Pada gambar 11 dapat dilihat bahwa setiap indikator yang paling berpengaruh memiliki skor yang rendah hingga sedang sehingga IKT pada titik sampel tersebut memiliki nilai paling rendah. Hal ini didukung dengan adanya jenis tanah pada lokasi penelitian ini yang didominasi oleh tanah Inceptisol. Jenis pupuk yang diaplikasikan sama di semua lokasi titik sampel tetapi berbeda dosis penggunaannya. Dosis pupuk yang diberikan pada tiap lokasi titik sampel berbeda-beda. Hal ini dikarenakan oleh tanggapan tanaman terhadap pupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat kesuburan tanah sehingga takaran pupuk berbeda untuk setiap lokasi (Sirappa dan Razak 2010). Hal ini sesuai dengan pendapat petani Kabupaten Pati bahwa pemberian pupuk pada masing-masing lokasi titik sampel memiliki dosis yang berbeda-beda (Lampiran 16). Penggunaan pestisida juga dapat mempengaruhi kondisi tanah karena terdapat residu yang ditinggalkan di tanah. Penggunaan pestisida untuk tanaman padi memerlukan pengelolaan yang baik sehingga dosis/takaran pestisida yang diaplikasikan tidak berlebihan. Pestisida merupakan bahan yang digunakan untuk

20 32 mengendalikan, menolak, memikat, atau mencegah organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dengan konsep pengendalian terpadu dan berkesinambungan (Fitri 2013). Penggunaan pestisida pada lahan sawah akan meninggalkan residu yang berkaitan erat dengan keberadaan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka semakin kuat menahan residu pestisida (Narwanti et al. 2013). Kondisi lokasi penelitian yang merupakan lahan sawah dengan jenis tanah Alfisol dan Inceptisol memiliki kualitas tanah sedang hingga baik. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang sangat mempengaruhi tanah di lokasi penelitian yaitu P-tersedia, permeabilitas, kapasitas tukar kation, bahan organik, dan ph. Kelima faktor tersebut berkaitan dengan kandungan bahan organik di dalam tanah. Hal ini didukung oleh pernyataan Subowo (2010) bahwa bahan organik mempunyai peranan penting sebagai bahan pemicu kesuburan tanah, baik secara langsung sebagai pemasok hara bagi tanaman. Adanya pengelolaan bahan organik yang benar maka bahan organik akan memberikan banyak manfaat bagi tanaman. Pada lahan sawah di lokasi penelitian sudah dilakukan penambahan bahan organik untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan kualitas tanah akan tetapi hasilnya belum bisa maksimal.

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1. BAB I PENDAHULUAN Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.5 Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah merupakan lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, di mana pada lahan tersebut dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Tanah Inceptisol (inceptum = mulai berkembang) berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan kacang hijau dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media tumbuh dan berkembang suatu tanaman. Macam tanah yang ada di Indonesia seperti Gambut (Organosol), Latosol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

H2O2 10%, HCl 2 N, KCNS, K4Fe(CN)6, H2O, KCl, K2Cr2O7, H2SO4,

H2O2 10%, HCl 2 N, KCNS, K4Fe(CN)6, H2O, KCl, K2Cr2O7, H2SO4, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai November 2015 di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Tanah Analisis tanah merupakan salah satu pengamatan selintas untuk mengetahui karakteristik tanah sebelum maupun setelah dilakukan penelitian. Analisis tanah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

PUPUK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN. Lenny Sri Npriani

PUPUK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN. Lenny Sri Npriani PUPUK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN Lenny Sri Npriani Konsep : Apa sumber makanan tanaman yang digunakan untuk membantu pertumbuhan dan produksi tanaman? Bagaimana menentukan jenis dan jumlah pupuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ± I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan makanan ternak merupakan salah satu komponen utama pakan ternak yang harus tersedia khususnya untuk ternak rumiansia sebagai sumber energi dan serat kasar. Konsumsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Pati merupakan salah satu bagian dari 35 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah 182.236,02 Hektar atau 5.59% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Sawah Sawah adalah lahan pertanian yang secara fisik permukaan lahannya rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya.

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Inceptisol merupakan tanah awal yang berada di wilayah humida yang

TINJAUAN PUSTAKA. Inceptisol merupakan tanah awal yang berada di wilayah humida yang TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Inceptisol merupakan tanah awal yang berada di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi, dan pelapukan yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum dan Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum dan Lokasi Penelitian 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum dan Lokasi Penelitian Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Jawa Tengah. Posisi Kabupaten Wonogiri sangat strategis karena terletak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karateristik Tanah di Lokasi Penelitian (Karakteristik Tanah Awal) Pada Ustic Endoaquers. Sifat fisik tanah dilokasi penelitian di Desa Sidomukti Kecamatan Motilango dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras, sebagai bahan makanan ternak dan bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang mencakup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang mencakup II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang mencakup semua komponen yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut termasuk tanah, batuan induk, topografi, hidrologi, tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya kebijakan revolusi agraria berupa bimbingan massal (bimas) dan intensifikasi massal (inmas) dari tahun 1960 -an hingga 1990-an, penggunaan input yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran yang cukup luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah LAMPIRAN 62 63 Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Jenis Analisa Satuan Hasil Kriteria ph H 2 O (1:2,5) - 6,2 Agak masam ph KCl (1:2,5) - 5,1 - C-Organik % 1,25 Rendah N-Total % 0,14 Rendah C/N - 12 Sedang

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Manis Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang dipanen muda dan banyak diusahakan di daerah tropis. Jagung manis atau yang sering

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini beras masih merupakan pangan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, 2007) kebutuhan beras dari tahun-ketahun

Lebih terperinci

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat. Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Desa Hilibadalu Kecamatan Sogaeadu Kabupaten Nias dengan luas 190 ha dan ketinggian tempat ± 18 m di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Kecamatan Wuryantoro merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Wonogiri,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain dari faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci