RISET PENGEMBANGAN SERAT PERCA SEBAGAI MATERIAL BARU UNTUK PRODUK FASHION DAN KRIYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISET PENGEMBANGAN SERAT PERCA SEBAGAI MATERIAL BARU UNTUK PRODUK FASHION DAN KRIYA"

Transkripsi

1 i

2

3 TUGAS AKHIR RD RISET PENGEMBANGAN SERAT PERCA SEBAGAI MATERIAL BARU UNTUK PRODUK FASHION DAN KRIYA AMATUL FIRDHAUSYAH NRP Dosen Pembimbing : Dr. Agus Windharto, DEA NIP JURUSAN DESAIN PRODUK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017 i

4 FINAL PROJECT RD RESEARCH DEVELOPMENT OF SATIN RAG FIBER AS A NEW MATERIAL FOR FASHION AND KRIYA PRODUCT AMATUL FIRDHAUSYAH NRP Adviser : Dr. Agus Windharto, DEA NIP DEPARTMENT OF INDUSTRIAL PRODUCT DESIGN FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING INSTITUTE OF TECHNOLOGY SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017 ii

5 iii

6 iv

7 RISET PENGEMBANGAN SERAT PERCA SATIN SEBAGAI MATERIAL BARU UNTUK PRODUK FASHION DAN KRIA Nama Mahasiswa : Amatul Firdhausyah NRP : Jurusan Fakultas Dosen Pembimbing : Desain Produk Industri : Teknik Sipil dan Perencanaan : Dr. Agus Windharto, DEA ABSTRAK Go Green, sebuah istilah untuk program peduli terhadap lingkungan, kini menjadi tren di masyarakat Indonesia. Contohnya green business, dimana suatu perusahaan atau industri ikut andil dalam pengelolaan lingkungan dengan cara meminimalisir limbah hasil produksi, pengolahan limbah, dan lain-lain. Namun masih ada beberapa industri yang belum bisa mengolah kembali hasil limbah produksinya seperti industri pakaian jadi atau konveksi. Sedangkan, jumlah industri tersebut meningkat setiap tahunnya di Indonesia dan pada akhirnya mempengaruhi peningkatan jumlah kain sisa produksi. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pada tahun 2014 jumlah industri skala kecil bertambah menjadi sebanyak dari pada tahun sebelumnya. Dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan inovasi pengolahan limbah perca yang dapat dilakukan dengan metode observasi, wawancara, studi literatur dan eksperimen. Observasi dilakukan untuk melihat jenis dan jumlah perca yang paling banyak dihasilkan pada industri konveksi skala kecil. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap ahli dan studi literatur untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan treatment material yang dapat dilakukan. Setelah itu dilakukan eksperimen sesuai dengan hasil wawancara dan studi literatur. Dari proses yang sudah dilakukan, maka akan didapatkan teknik treatment material dan konsep desain. Beberapa contoh teknik tersebut seperti teknik heat press, cetak resin, dan lain-lain. Pada perancangan desain berikut, dihasilkan konsep desain yaitu Solid Color and Texture, Transparent Pattern, dan Green Product. Ketiga konsep tersebut merupakan hasil analisa dari karakter material hasil eksperimen dengan teknik heat press. Material hasil perancangan ini nantinya akan diaplikasikan pada produk fashion dan kriya dengan pertimbangan karakter dan tampilan material seperti tas dan lampu. Kata Kunci : Limbah kain, Teknik Heat Press, Solid Color and Texture, Transparent Pattern, Green Product. v

8 (Halaman ini sengaja dikosongkan) vi

9 RESEARCH DEVELOPMENT OF SATIN RAG FIBER AS A NEW MATERIAL FOR FASHION AND KRIYA PRODUCT Nama Mahasiswa : Amatul Firdhausyah NRP : Department Faculty Conselor Lecturer : Desain Produk Industri : Teknik Sipil dan Perencanaan : Dr. Agus Windharto, DEA ABSTRACT Go Green, a term about environment care program, has now become a trend in Indonesian society. For example, green business which a company or industry took part in the management of the environment by minimizing waste production, waste treatment, and others. However, there are still some industries that have not been able to reprocess its production waste such as the apparel or convection industry. Meanwhile, the apparel or convection industry number increases every year in Indonesia and ultimately affecting the increasing number of fabric waste. Based on data from BPS (Central Bureau of Statistics), in 2014 the number of small-scale industries grew to as many as from in the previous year. From these problems, we can performed an innovation in frabric waste treatment with some methods such as observation, interviews, literature studies and experiments. The observations were carried out to see the type and number of fabric waste that is widely produced on a small scale convection industry. Then we conducted interviews with experts and literature studies to determine the possibilities of material treatment that can be done. After that, the experiment was carried out in accordance with the results of interviews and literature studies. From that process, we will get the material treatment techniques and design concepts. Some examples of the techniques is heat press technique, resin molding, and others. In this design process, the design concept is Solid Color and Texture, Transparent Pattern and Green Product. The design concept is the result of analyzing the character of the material from experiments with heat press technique. These materials will be applied to fashion and craft products based on the character and appearance of the material such as bags and lamps. Keyword : Fabric waste, Heat Press Technique, Solid Color and Texture, Transparent Pattern, Green Product vii

10 (Halaman ini sengaja dikosongkan) viii

11 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat melaksanakan Tugas Akhir dan menyelesaikan penyusunan laporan dengan lancar dan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat penyelesaian mata kuliah Tugas Akhir Program Studi Desain Produk Industri, Fakultas Desain dan Industri Kreatif, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis mendapat bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga laporan dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada pihak-pihak yang telah melakukan hal tersebut diatas. Adapun pihak-pihak yang berperan besar dalam penyelesaian laporan hasil kerja profesi ini adalah : 1. Ibu Ellya Zulaikha, ST., MSn., PhD. selaku Ketua Jurusan Desain Produk ITS 2. Bapak Primaditya, SSn, MDs selaku dosen koordinator dan penguji Mata Kuliah Kerja Praktek. 3. Bapak Dr. Agus Windharto, DEA selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Kerja Praktek. 4. Ibu Eri Naharani, ST., MDs. selaku dosen penguji Mata Kuliah Kerja Praktek. 5. Bapak Waluyohadi, SDs., MDs. selaku dosen penguji Mata Kuliah Kerja Praktek. 6. Teman-teman Desain Produk 2012 yang selalu menemani dan memberi dukungan 7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung Penulis menyadari laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari materi maupun teknik penyajiannya, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap laporan hasil kerja profesi ini dapat bermanfaat, dapat menjadi sumber informasi dan referensi kita dan dapat membantu kita di masa depan Surabaya, 30 Januari 2017 Penulis ix

12 . (Halaman ini sengaja dikosongkan) x

13 DAFTAR ISI ABSTRAK...V ABSTRACT...VII KATA PENGANTAR... IX DAFTAR ISI... XI DAFTAR GAMBAR... XV DAFTAR TABEL... XIX BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Batasan Masalah Tujuan Manfaat... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN EKSISTING Serat dan Tekstil Serat Alami Serat Buatan/Sintetis Tekstil Penelitian Berbasis Teknik Olah Material Limbah Plastik Sabut Kelapa Tekstil Pewarna Alam dan Tekstil BAB III METODOLOGI DESAIN Skema Metodologi Penelitian Metode Pengumpulan Data Literatur xi

14 3.2.2 Observasi Wawancara Expert Laddering Eksperimen BAB IV STUDI DAN ANALISA Observasi Limbah Kain Perca Penjahit Kebaya Penjahit Desainer Penjahit Permak, Bordir dan Seragam Kesimpulan Studi Eksperimen Material Awal Eksperimen Teknik Press Eksperimen Teknik Cetak Resin Eksperimen Teknik Goreng Skema Hasil Eksperimen Fase Awal Studi Eksperimen Lanjutan Press Menggunakan Perekat Lem Putih (Cair) Press Pada Media Sintetis Tipis Luaran Produk Analisa Konsep Analisa Konsep Utama Analisa Konsep Produk Fashion Analisa Konsep Produk Kriya Analisa User Persona Muse Analisa Positioning Analisa Positioning Produk Tas Analisa Positioning Produk Lampu Analisa Material Penunjang Analisa Tren Tren Warna Tren Pattern Tren Bentuk Tas Analisa Branding Konsep Brand Key Color Atribut Branding xii

15 4.11 Analisa Sistem Kerja Untuk Produksi Masal Analisa Sistem Kerja Produksi Lembaran Olah Serat Analisa Urutan Produksi Produk Analisa Rancangan Bisnis Analisa Teknik Pemasaran Cost Structure Revenue Stream BAB V IMPLEMENTASI DESAIN Konsep Perancangan Solid Color and Texture Transparent Pattern Green Product Eksplorasi Desain Alternatif Desain 1 (Tas) Alternatif Desain 2 (Tas) Alternatif Desain 3 (Tas) Alternatif Desain 1 (Lampu) Alternatif Desain 2 (Lampu) Desain Terpilih Tas Lampu BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

16 . (Halaman ini sengaja dikosongkan) xiv

17 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Link Penjual Kain Sisa Konveksi... 1 Gambar 2. Timbunan Kain Perca dari Limbah Konveksi... 2 Gambar 3. Tabel Jumlah Perusahaan Industri Mikro Kecil Menurut 2-digit ISIC, Gambar 4. Denim... 8 Gambar 5. Kain Seragam Berbahan Wool... 8 Gambar 6. Macam-Macam Kain Satin... 9 Gambar 7. Georgette dan Tulle... 9 Gambar 8. Macam-Macam Brokat Gambar 9. Macam-Macam Lace Gambar 10. Hasil Cetak Limbah Resin dan Plastik Gambar 11. Pola Hasil Press dijahit Zig Zag Gambar 12. Pola Modul Persegi Gambar 13. Varian Modul Dasar Lingkaran Gambar 14 Skema Metodologi Penelitian Gambar 15. Hasil Observasi Perca Gambar 16. Peta Pertanyaan Wawancara Expert Gambar 17. Peta Pertanyaan Wawancara User Gambar 18. Contoh Experiment Board Gambar 19. Persentase Jumlah Perca Penjahit Kebaya Gambar 20. Perca yang Dihasilkan Penjahit Kebaya Gambar 21. Persentase Jumlah Perca Penjahit Desainer Gambar 22. Perca yang Didapatkan dari Penjahit Desainer Gambar 23. Persentase Jumlah Perca Penjahit Permak, Bordir dan Seragam Gambar 24. Perca yang Dihasilkan Penjahit Permak, Bordir dan Seragam Gambar 25. Sampel Kain Satin dari Perca Gambar 26. Campuran Lem Putih dengan Air Gambar 27. Pengolesan Lem Putih di Atas Kain Teflon Gambar 28. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Lem Putih Gambar 29. Serat Kain Perca Dengan Media Kain Tile Gambar 30. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Latex Gambar 31. Press Pada Media Kulit Asli Tanpa Perekat Gambar 32. Eksperimen 1 Kulit Asli Gambar 33. Eksperimen 2 Kulit Asli Gambar 34. Eksperimen 3 Kulit Asli Gambar 35. Eksperimen 4 Kulit Asli Gambar 36. Hasil Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu dan Waktu pada Kulit Sintetis Tebal Gambar 37. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tebal Gambar 38. Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis A Gambar 39. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis B Gambar 40. Eksperimen 3 dengan Indikator Suhu dan Waktu Pada Kulit Sintetis Tipis Gambar 41. Serat Yang Ditata Dalam Cetakan Gambar 42. Resin Dituangkan Dalam Cetakan Gambar 43. Contoh 1 Hasil Cetak Resin Gambar 44. Contoh 2 Hasil Cetak Resin Gambar 45. Serat Perca Yang Digoreng Gambar 46. Serat Yang Mengendap Gambar 47. Minyak yang Menyerap Pigmen Serat Gambar 48. Hasil Eksperimen Goreng yang Di Resin Gambar 49. Skema Hasil Eksperimen Awal Gambar 50. Hasil Eksperimen Sample D (Dari Kiri Sample D1) xv

18 Gambar 51. Macam Produk Fashion Gambar 52. Macam Produk Kriya Gambar 53. Skema Analia Luaran Produk Gambar 54. Concept Mindmapping Gambar 55. Moodboard Concept (Fashion) Gambar 56. Moodboard Concept (Kriya) Gambar 57. User Gambar 58. Kuadran Persona User Gambar 59. Sonia Eryka dan Style Berpakaian Gambar 60. Produk Startic Gambar 61. Produk Mamagreen Lifestyle Gambar 62. Produk Sawo Kecik Gambar 63. Mamagreen Lifestyle Gambar 64. Startic Gambar 65. Sawo Kecik Gambar 66. Grafik Positioning Produk Dengan Kompetitor Gambar 67. Produk Eclo Indonesia Gambar 68. Produk POWL Studio Gambar 69. Produk DIPAR Gambar 70. Eclo Indonesia Gambar 71. Powl Gambar 72. DIPAR (Natural Handycraft Ethnic) Bonggol Jagung Gambar 73. Skema Positioning Produk Lampu Gambar 74. Moodboard Tren Warna Fashion SS Gambar 75. Moodboard Tren Warna Interior SS Gambar 76. Moodboard Tren Pattern SS Gambar 77. Bucket Bag Gambar 78. Soft Clutch Gambar 79. Snap Close Bag Gambar 80. Top Handle Gambar 81. Konsep Branding Gambar 82. Pencarian Bentuk Logo Gambar 83 Logo Terpilih Gambar 84 Key Color Gambar 85. Atribut Branding Tas Gambar 86. Katalog Produk Tas Gambar 87. Atribut Branding Lampu Gambar 88. Katalog Produk Lampu Gambar 89. Pola Packaging Lampu Gambar 90 Bentuk Jadi Packaging Lampu Gambar 91. Sistem Urutan Kerja Produksi Material dengan 2 Mesin dan 2 Pekerja Gambar 92. Bussiness Model Canvas Gambar 93. Skema Teknik Pemasaran Produk Gambar 94. Moodboard Konsep Alternatif 1 Tas Gambar 95. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 1 Tas Gambar 96. Eksplorasi Bentuk Konsep 1 Tas Bagian Gambar 97. Eksplorasi Bentuk Konsep 1 Tas Bagian Gambar 98. Moodboard Konsep Alternatif 2 Tas Gambar 99. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 2 Tas Gambar 100. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian Gambar 101. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian Gambar 102. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian xvi

19 Gambar 103. Moodboard Konsep Alternatif 3 Tas Gambar 104. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 3 Tas (Bagian 1) Gambar 105. Eksplorasi Bentuk dan Pola Konsep 3 Tas (Bagian 1) Gambar 106. Eksplorasi Bentuk Konsep 3 Tas (Bagian 2) Gambar 107. Eksplorasi Bentuk Lampu Gambar 108. Eksplorasi Bentuk Lampu Gambar 109. Prototype Tas Gambar 110. Prototype Tas Gambar 111. Prototype Tas Gambar 112.Varian Warna Gambar 113. Prototype Lampu Gambar 114. Protype Lampu Gambar 115. Prototype Lampu Gambar 116. Macam Media Sintetis Yang Digunakan Gambar 117. Aplikasi Konsep Material Solid Color and Texture Gambar 118. Aplikasi Konsep Material Transparent Color Gambar 119. Material Ramah Lingkungan Gambar 120. Pola Serat Yang Renggang Gambar 121. Jarak Lipatan dan Jahitan Gambar 122. Bagian Serat Yang Menyala xvii

20 . (Halaman ini sengaja dikosongkan) xviii

21 DAFTAR TABEL Tabel 1. Eksperimen Press Perekat Lem Putih Tabel 2. Hasil Analisa Press dengan Perekat Latex Tabel 3. Hasil Analisa Teknik Press dengan Media Kulit Asli Tabel 4. Eksperimen 1 Media Sintetis Tebal Tabel 5. Eksperimen 2 Media Sintetis Tebal Tabel 6. Eksperimen 1 Media Sintetis Tipis Tabel 7. Eksperimen 2 Media Sintetis Tipis Tabel 8. Eksperimen 3 Media Sintetis Tipis Tabel 9. Hasil Eksperimen Uji Laminasi Tabel 10. Hasil Eksperimen Press pada Media Sintetis Sample A dan B Tabel 11. Hasil Eksperimen Press Media Sintetis Sample C Tabel 12. AIO User Tabel 13. Four Pleasure Tabel 14. Analisa Eksisting Tabel 15. Analisa Positioning Produk Lampu Tabel 16. Analisa Material Furing Tabel 17. Analisa Aksesori Tas Tabel 18. Analisa Jenis Lampu Tabel 19. Analisa Material Frame Lampu Tabel 20. Analisa Material Penunjang Lembaran Press Serat Tabel 21. Analisa Lama Pembuatan Material Hasil Press Berdasarkan Pola Tabel 22. Analisa Jumlah Lembaran yang Dihasilkan Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja dan Mesin 64 Tabel 23. Analisa Proses Produksi Tas Tabel 24. Analisa Proses Produksi Lampu Tabel 26. Rancangan Biaya Bahan Baku Lampu Tabel 27. Rancangan Biaya Operasional Lampu Tabel 28. Biaya Pokok Produksi Lampu Tabel 29. Rancangan Biaya Bahan Habis Pakai Tas Tabel 30. Rancangan Biaya Operasional Tas Tabel 31. Biaya Pokok Produksi Tas xix

22 . (Halaman ini sengaja dikosongkan) xx

23 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, istilah Go Green menjadi tren di masyarakat Indonesia. Salah satu contohnya adalah green bussiness, dimana suatu perusahaan atau industri ikut andil dalam pengelolaan lingkungan dengan cara meminimalisir limbah hasil produksi, pengolahan limbah, dan lain-lain. Dalam hal ini, Mamagreen Pacific adalah perusahaan yang dapat digunakan sebagai contoh perusahaan dengan konsep green bussiness. Untuk meminimalisir limbah produksinya, perusahaan tersebut membuat sebuah label produk fashion bernama Mamagreen Lifestyle yang memanfaatkan limbah kain furnitur sebagai produk tas. Namun masih ada beberapa industri yang belum bisa mengolah kembali hasil limbah produksinya. Seperti industri pakaian jadi atau konveksi yang kebanyakan menimbun limbah kainnya atau menjualnya kepada orang lain. Misalnya bila kita ingin membeli kain sisa dan melakukan search melalui google, maka akan banyak link penjual kain sisa konveksi yang ditampilkan. Gambar 1. Link Penjual Kain Sisa Konveksi 1

24 2 Sumber : Google.com Gambar 2. Timbunan Kain Perca dari Limbah Konveksi Sumber : Firdhausyah, 2015 Selain itu, jumlah industri pakaian jadi atau konveksi di Indonesia yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan jumlah kain sisa produksi akan terus meningkat. Khususnya di daerah perkotaan seperti Surabaya, jumlah industri tersebut memiliki potensi untuk terus bertambah. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan nilai PDRB (Produk Domestik Bruto) industri pakaian jadi dan tekstil yang meningkat tiap tahunnya. Seperti pada tahun 2014, nilai PDRB industri tersebut naik menjadi sebanyak ,7 dari ,9 pada tahun sebelumnya. Kenaikan nilai PDRB menunjukkan bahwa industri tersebut memiliki konstribusi yang baik terhadap laju pertumbuhan ekonomi di Surabaya, sehingga potensi untuk bertambah pun besar kemungkinannya. Untuk saat ini tercatat 50 kelurahan memiliki industri mikro dan kecil yang bergerak dibidang pengolahan kain dan tenun di Surabaya. Gambar 3. Tabel Jumlah Perusahaan Industri Mikro Kecil Menurut 2-digit ISIC,

25 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Dengan permasalahan-permasalahan yang disebutkan sebelumnya, maka perlu dilakukan suatu tindakan, seperti pemanfaatan kembali perca untuk membantu mengurangi jumlah limbah kain konveksi. Selain dapat membantu dalam pencegahan pe ncemaran lingkungan, terlihat suatu potensi bisnis baru dalam pengolahan limbah tersebut bila dilakukan suatu inovasi dalam pengembangannya. Lahan atau area yang potensial untuk pengembangan inovasi recycle perca adalah industri kreatif seperti sektor fashion dan kriya (craft) Permasalahan 1. Industri konveksi belum dapat mengolah sendiri limbah yang dihasilkan dari proses produksi seperti kain perca. 2. Produk olahan kain perca umumnya langsung memanfaatkan potongan kain perca untuk diolah dan potongan-potongan kecil jarang digunakan karena tidak sesuai kriteria produk yang akan dibuat. Sedangkan bila dilakukan treatment terdahulu seperti diambil seratnya dapat menghasilkan material baru dengan visual yang berbeda dan potongan perca yang kecil dapat dimanfaatkan secara optimal. 3. Cara perlakuan (treatment material) kain perca yang umum adalah teknik sambung jahit pada potongan kain perca. Treatment tersebut kurang cocok untuk mengolah serat kain perca, karenanya perlu dilakukan inovasi treatment material. 4. Cara penerapan dan pemanfaatan hasil treatment material sebagai bagian produk fashion dan kriya yang bernilai jual tinggi. 1.3 Batasan Masalah 1. Industri yang menjadi sumber observasi adalah industri konveksi mikro atau kecil. 2. Perca yang akan diolah adalah perca yang seratnya mudah diurai. 3. Material yang diolah adalah serat dari perca jenis satin. 4. Untuk teknik press, luasan area press terbatas hingga ukuran 40 x 40 cm. 5. Produk yang dirancang adalah produk fashion dan kriya. 6. Produk fashion yang dirancang adalah produk tas wanita. 7. Produk kriya yang dirancang adalah produk lampu. 8. Produk tas diperuntukkan wanita usia tahun.

26 4 1.4 Tujuan 1. Membantu industri konveksi dalam pengolahan kembali limbah perca yang dihasilkan. 2. Menghasilkan treatment material yang sesuai untuk serat perca satin. 3. Mendapatkan hasil treatment yang memiliki nilai estetika. 4. Menghasilkan produk fashion dan kriya yang menggunakan material hasil treatment atau olahan serat kain perca dengan nilai jual tinggi. 1.5 Manfaat 1. Sebagai pembelajaran dan pengetahuan dalam cara pengolahan suatu material. 2. Sebagai pembelajaran dan pengetahuan dalam membuat peluang bisnis sendiri di bidang fashion dan kriya. 3. Menciptakan peluang kerja baru bagi masyarakat dalam proses treatment awal kain perca atau produksi produk.

27 5

28

29 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN EKSISTING 2.1 Serat dan Tekstil Serat merupakan material utama tekstil. Serat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu serat alami dan serat buatan atau sintetis. Berikut adalah macam serat tekstil beserta pembentuk dan karakteristiknya Serat Alami Serat alami merupakan serat yang terbuat dari bahan-bahan alam antara lain tumbuhan, hewan dan mineral. Kapas, linen, dan rami adalah beberapa contoh serat yang terbuat dari tumbuhan. Sedangkan wol dan sutra adalah serat yang terbuat dari hewan. a. Katun atau Kapas Kapas merupakan serat alami yang terbuat dari biji buah kapas. Serat ini memiliki karakteristik yang nyaman dan lembut. Selain itu daya serapnya baik dan mengalirkan panas dengan baik. Serat kapas akan mudah terbakar jika terkena suhu 150 C/320 F atau lebih dan menimbulkan bau seperti kertas atau kayu yang dibakar yang kemudian menjadi abu. Serat kapas terkadang digunakan sebagai campuran serat lainnya seperti rayon, poliester, spandeks, dan lain-lain. b. Linen Serat yang terbuat dari tanaman lenan ini merupakan salah satu serat alami yang paling mahal. Hal ini dikarenakan kain yang dihasilkan dari serat ini bersifat sejuk dan segar saat dikenakan dalam cuaca panas. Kelebihan dari serat ini adalah memiliki daya serap yang tinggi dan merupakan konduktor panas yang baik namun mudah hangus dan terbakar. Karakteristik serat linen adalah berkilau dan terasa dingin.. Linen biasanya diaplikasikan pada pakaian, barang perabotan rumah (taplak, seprai, dekorasi jendela, dan lain-lain), tas koper, serta sebagai campuran dengan kapas. c. Rami Rami merupakan serat yang terbuat dari rumput rhea dan cina. Rami memiliki karakteristik kaku, lebih rapuh, dan berkilau. Rami paling sering diaplikasikan pada kain kanvas dan terkadang sebagai campuran katun atau sutra untuk menghasilkan kain yang lebih lembut. Selain itu rami juga dapat digunakan untuk bahan denim. 5

30 6 d. Wol Wol merupakan serat yang terbuat dari domba. Serat wol yang baik biasanya memiliki sisik yang lebih halus dan tampak kusam. Karakteristik dari serat wol adalah elastis, tampak berkerut, mudah menyerap kelembapan, dan menyatu pada suhu yang tinggi dibanding kapas. Serat wol akan menjadi keras setelah terkena suhu 100 C/212 F, dan hangus pada suhu 204 C/400 F. e. Sutra Serat sutra merupakan serat yang terbuat dari ulat sutra. Serat ini memiliki karakteristik berkilau, tekstur yang halus, tidak licin, ringan, kuat (dapat kehilangan 20% kekuatannya ketika basah), elastisitas sedang hingga buruk. Serat sutra akan terbakar pada suhu 165 C/330 F Serat Buatan/Sintetis Berdasarkan pembentuknya, serat sintetis untuk tekstil terbagi menjadi dua, yaitu : a. Selulosa Serat selulosa terbagi lagi menjadi 3 yang antara lain seperti rayon, asetat, dan tri asetat. Rayon merupakan serat yang terbuat dari polimer alami (serat selulosa alami) yang memiliki karakteristik halus, lembut, berkilau, dan daya serap tinggi. Rayon aka n terurai bila terkena suhu 176 C/350 F dan 204 C/00 F. Asetat adalah serat yang terdiri dari senyawa selulosa asetat dengan karakteristik termoplastik, halus, lembut, daya serap tinggi sehingga cepat kering, dan berkilau. Suhu setrika yang baik untuk serat ini adalah 135 C/275 F. Pada suhu 176 C/350 F serat asetat akan lengket dan kemudian menjadi kaku. Serat ini digunakan pada kain seperti satin, brokat, kain taf, dan sebagainya. Tri asetat merupakan serat yang termoplastik, kuat, tahan kerut dan susut, mudah dicuci, dan mempertahankan lipatan dan wiru dengan baik. Serat ini akan lengket pada suhu 298 C/570 F dan kemudian menjadi kaku. Serat ini dapat digunakan dengan poliester untuk menghasilkan pakaian tampak mengkilap. b. Polimer non selulosa Beberapa contoh serat polimer adalah nilon, aramid, poliester, akrilik, dan spandek. Nilon terbuat dari poliamida sintetik dengan karakteristik elastisitas yang tinggi,

31 7 sangat kuat dan tahan lama, termoplastik, dan tampilannya bisa menjadi sangat berkilau, semi berkilau atau kusam. Nilon akan meleleh bila terkena suhu 250 C/482 F. Poliester merupakan serat yang terbuat dari polimer sintetik. Merupakan serat yang termoplastik, kuat, dan hidrofobik (tidak menyerap). Poliester akan melunak atau menempel pada suhu 226 C/440 F hingga 243 /470 F serta mencair dan terbakar pada suhu 248 C/480 F hingga 290 C/554 F. Spandeks memiliki merek dagang seperti cleer-span, glospan, dan lycra. Sifatnya sangat elastis, nyaman, dan ketahanan bentuknya tinggi serta tahan lama. Spandeks akan menjadi lengket pada suhu 175 C/347 F dan meleleh pada suhu 230 C/446 F. Akrilik memiliki karakteristik lembut, hangat, resilient, dan bentuknya terjaga. Serat ini dapat menguning pada suhu di atas 148 C/300 F dan melunak atau menempel pada suhu 232 C/450 F Tekstil Tekstil umumnya digolongkan menjadi dua kategori yaitu woven dan knit. Woven adalah tipe kain yang dibuat dengan cara tenun dimana benang-benang terjalin membentuk pola menyilang. Sedangkan knit adalah kain yang terbentuk dari benang-benang yang disimpul atau rajut seperti spandek, kaos jersey, dan terry. Selain dua kategori tersebut, kini juga dikenal istilah nonwoven fabric yaitu kain yang terbentuk dari serat atau bukan serat tanpa ditenun atau dirajut. Contohnya seperti felt yang terbuat dari wol atau serat sintetik yang dikempa menggunakan panas, tekanan dan uap hingga menjadi lembaran. Berikut ini adalah beberapa contoh kain. a. Denim Denim merupakan salah satu contoh kain berbahan katun. Biasanya ditenun dengan benang berwarna gelap (biasanya biru) dan putih dimana benang yang berwarna biru sebagai sisi depan dan benang putih sebagai sisi belakang kain.

32 8 Gambar 4. Denim Sumber : Firdhausyah, 2015 b. Suiting wool Suiting wool merupakan salah satu contoh kain berbahan wol yang biasa digunakan untuk setelan seperti jas, celana, rok, dan lain-lain. c. Satin Gambar 5. Kain Seragam Berbahan Wool Sumber : Firdhausyah, 2015 Kain satin biasanya terbuat dari sutra dan memiliki banyak macam. Salah satunya adalah duchesse satin yang memiliki dua sisi yang berbeda. Satu sisinya mengkilap dan yang lainnya tampak doff. Selain dari sutra, satin juga dibuat dari poliester namun lebih kaku dan panas.

33 9 Gambar 6. Macam-Macam Kain Satin Sumber : Firdhausyah, 2015 d. Georgette dan Tulle Georgette adalah kain yang seperti sifon tetapi memiliki tampilan crepe (kerisut) yang lebih dalam. Kain ini juga tersedia dalam sintetik dengan kelebihan lebih mudah untuk dijahit. Tulle adalah contoh lain kain berbahan sutra. Tetapi yang banyak dijual dipasaran adalah tulle berbahan nilon dengan karakteristik lebih keras dan harganya lebih murah. e. Organdi dan Brokat Gambar 7. Georgette dan Tulle Sumber : Firdhausyah, 2015

34 10 Kain organdi adalah kain yang lembut dan transparan terbuat dari sutra. Namun beberapa organza juga terbuat dari poliester dan nilon. Sedangkan brokat adalah kain tenun yang memiliki tampilan seperti sulaman. Brokat dapat terbuat dari sutra, rayon, poliester, katun, metalik sintetis atau gabungan dari beberapa material. f. Lace Gambar 8. Macam-Macam Brokat Sumber : Firdhausyah, 2015 Merupakan kain dengan tampilan pola ornamental yang disulam pada mesh (kain berlubang dengan teknik knit), tile, kain polos atau dibuat dari benang yang dirajut atau disimpul. Lace dapat terbuat dari katun, sutra, benang emas dan serat sintetik. Gambar 9. Macam-Macam Lace Sumber : Firdhausyah, Penelitian Berbasis Teknik Olah Material Berikut ini adalah beberapa contoh penilitian yang berbasis teknik olah material beserta penjelasan singkatnya Limbah Plastik Contoh penelitian mengenai limbah plastik adalah Eksplorasi Sampah Plastik Menggunakan Metode Fabrikasi Untuk Produk Fashion (Alrashid, 2014). Penelitian yang

35 11 dilakukan oleh Alrashid ini berawal dari banyaknya jumlah produksi plastik dengan pengolahan limbahnya yang sedikit. Meskipun jumlah limbah yang didaur ulang meningkat, namun produk yang dihasilkan memiliki kualitas desain yang kurang karena fasilitas pengolahan dan kemampuan pengolahan yang kurang. Pada penelitian ini, eksperimen dilakukan dengan menggunakan metode fabrikasi yaitu pemanasan dan pelunakan serta cetak resin. Untuk pemanasan dan penghalusan, digunakan alat seperti heat press dan heat gun. Sebelumnya, material plastik dipotong kecil-kecil atau panjang-panjang terlebih dahulu. Setelahnya material diproses dengan mesin heat press dan menghasilkan material berupa lembaran. Sedangkan bila diproses dengan heat gun maka material yang dihasilkan akan menjadi seperti benang. Proses selanjutnya dilakukan dengan teknik cetak resin pada bubuk resin dan pecahan resin. Teknik ini dilakukan dengan mencampurkan bahan tersebut dengan resin bening dan katalis menggunakan cetakan seperti silicon rubber. Gambar 10. Hasil Cetak Limbah Resin dan Plastik Sumber : Firdhausyah, Sabut Kelapa Salah satu contoh penelitian terhadap sabut kelapa adalah Pemanfaatan Sabut Kelapa dan Pewarna Alam Indigofera Sebagai Material Alternatif Pada Produk Kriya (Andini, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Andini berawal dari sedikitnya pengolahan material sabut kelapa yaitu sebesar 15%. Sedangkan Indonesia sendiri adalah penghasil sabut kelapa terbesar di dunia. Penelitian ini dilakukan dengan proses awal yaitu pengolahan sabut kelapa (pembersihan dan pemutihan) dan pewarnaan dengan pewarna alam indigofera. Selanjutnya serat-serat tersebut diolah dengan teknik heat press dan perekat (nonwoven fabric). Perekat yang digunakan adalah lem fox dan latex. Penggunaan lem fox menyebabkan lembaran kain yang dihasilkan tidak tahan air dan tidak elastis. Sedangkan penggunaan latex menyebabkan lembaran kain yang dihasilkan lebih tahan air meski tidak kuat bila terkena air dua kali dan elastis. Selain menggunakan perekat, dilakukan juga

36 12 eksperimen dengan menjahit serat-serat tersebut dengan media tambahan kain tile/organdi. Namun lembaran yang dihasilkan gampang rontok karena strukturnya yang tidak kuat Tekstil Gambar 11. Pola Hasil Press dijahit Zig Zag Sumber : Firdhausyah, 2015 Contoh penelitian menggunakan tekstil adalah Inspirasi Motif Batik Kawung Untuk Produk Tekstil dengan Teknik Modular Interlock (Direja, 2013). Penelitian berikut berlatar belakang dari keinginan Direja untuk melestarikan kebudayaan Indonesia (batik) dengan cara mengaplikasikan motif batik ke dalam teknik modular tekstil atau modular interlock. Eksperimen dilakukan dengan indikator berupa bentuk modul (persegi, segienam, segitiga), komposisi warna, material dan teknik kuncian Pewarna Alam dan Tekstil Gambar 12. Pola Modul Persegi Sumber : Firdhausyah, 2015 Contoh penelitian terhadap tekstil dengan pewarna alam adalah Eksplorasi Pewarna Alam Indigo Dipadukan dengan Sistem Teknik Modular Pada Produk Fashion (Arimurti, 2013). Penelitian ini dibuat dengan latar belakang yaitu untuk mempopulerkan penggunaan pewarna alam yang mulai surut karena produksi massal yang menuntut penggunaan pewarna sintetis. Hal tersebut dilakukan dengan teknik modular yang untuk menciptakan kebaruan dalam segi desain. Eksperimen awalnya dilakukan dengan pencelupan modul pada beberapa alternatif material untuk mendapatkan material yang tepat dan varian warna

37 yang dihasilkan. Langkah selanjutnya dilakukan dengan pembuatan altenatif modul yang dibuat dari 1 modul dasar (bundar) dan 1 modul lanjutan dengan teknik jahit tindas. 13 Gambar 13. Varian Modul Dasar Lingkaran Sumber : Firdhausyah, 2015

38

39 BAB III METODOLOGI DESAIN 3.1 Skema Metodologi Penelitian Berikut ini adalah skema pengumpulan data dan tahapan kerja dari penelitian : Gambar 14 Skema Metodologi Penelitian Sumber : Firdhausyah,

40 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan beberapa cara yang terbagi menurut dari sumbernya seperti data primer, data sekunder, dan data tersier. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung melalui wawancara, observasi lapangan, dan lain sebagainya. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui jurnal ilmiah, literatur, dan buku. Sedangkan data tersier merupakan data yang diperoleh dari artikel melalui internet, majalah, dan koran. Data-data yang dikumpulkan tersebut dimaksudkan untuk membantu penulis dalam pengerjaan perancangan mulai dari penemuan permasalahan hingga mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut. Berikut adalah metode yang dilakukan penulis dalam mendapatkan data, antara lain : Literatur a. Buku Dari buku penulis mengambil data mengenai macam dan anatomi tas wanita sebagai referensi mengenai jenis-jenis tas wanita dan membantu dalam pendataan anatomi, pola, dan material board tas wanita. Selain itu diambil juga data mengenai macam tekstil dan serat pembentuknya sebagai acuan untuk membantu dalam observasi mengenai limbah kain perca. b. Jurnal Melalui jurnal penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, penulis mengambil data mengenai teknik-teknik pengolahan material limbah, serat, tekstil, dan lain-lain. c. Website Melalui website penulis mengambil data mengenai serat tekstil dan karakteristiknya. Data tersebut dimaksudkan untuk membantu saat proses pengolahan atau treatment material. Selain itu diambil juga data mengenai produk eksisting tas yang menggunakan material olahan limbah atau serat alam. Data diambil dengan menganalisa harga dan segmen pasar dari produk eksisting yang kemudian dapat menentukan positioning dari output (produk tas) yang dihasilkan dari perancangan Observasi Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi mengenai jumlah kain perca yang diperoleh dari industri konveksi pakaian wanita skala kecil di Surabaya. Selain itu dari observasi ini didapatkan data mengenai macam jenis kain perca dan jumlah dari masingmasing jenis yang didapat. Observasi ini dilakukan dalam waktu 3 hari dengan mengambil

41 15 kain perca dari penjahit yang berbeda yaitu penjahit desainer, penjahit kebaya, dan penjahit permak dan seragam. Setelah kain-kain perca didapatkan, dilakukan pemilahan berdasarkan jenis untuk melihat kain perca apa yang paling banyak didapat. Kemudian penulis membuat material board dengan mengambil sampel dari kain-kain perca tersebut dengan sampel serat dari masing-masing kainnya. Gambar 15. Hasil Observasi Perca Sumber : Firdhausyah, Wawancara Expert Wawancara dilakukan penulis untuk mendapatkan data mengenai penelitian sebelumnya terhadap limbah atau serat. Data tersebut didapat melalui wawancara kepada ibu Esti Siti Amanah Gandana via telepon dan pesan yang dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul dengan skema pertanyaan sebagai berikut. Gambar 16. Peta Pertanyaan Wawancara Expert Sumber : Firdhausyah, 2015

42 Laddering Data berikut ini dilakukan untuk mengetahui selera calon user terhadap produk tas wanita yang kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan persona. Pengambilan data dilakukan dengan metode laddering yaitu berupa pertanyaan yang dimaksudkan untuk menimbulkan alasan atau jawaban alam bawah sadar responden akan sesuatu. menimbulkan kata sifat. Berikut adalah skema pertanyaan yang diajukan kepada responden. Gambar 17. Peta Pertanyaan Wawancara User Sumber : Firdhausyah, Eksperimen Eksperimen merupakan observasi yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data mengenai treatment material yang cocok untuk serat kain perca sehingga menghasilkan material baru yang dapat dikembangkan lagi menjadi produk tas. Dalam proses pengerjaannya, dilakukan beberapa tahapan seperti pengambilan gambar saat proses eksperimen dan penulisan data hasil sementara eksperimen berupa experiment board. Gambar 18. Contoh Experiment Board Sumber : Firdhausyah, 201

43 BAB IV STUDI DAN ANALISA 4.1 Observasi Limbah Kain Perca Berikut ini adalah hasil observasi yang telah dilakukan pada 3 industri konveksi di Surabaya. Adapun jenis penjahit yang diobservasi yaitu penjahit kebaya, penjahit desainer, dan penjahit permak, bordir, seragam Penjahit Kebaya Dari observasi kain perca yang ditimbun penjahit pakaian kebaya, didapatkan penggolongan jenis kain perca antara lain brokat, satin, batik, georgette, kain motif, kain polos (furing, drill, dll), tile, tenun, lace dan bordir. Jenis kain perca yang mendominasi adalah kain satin sebanyak 40% yang dari potongan-potongan kecil hingga lebar. Terbanyak kedua adalah lace sebesar 20% tetapi dengan ukuran yang acak dimana kain sisa tidak terlalu lebar. Sisanya adalah kain batik 10%, georgette 8%, motif 10%, polos 10%, tile 2%, tenun 2%, bordir dan brokat 3%. 2% 2% 3% 10% 5% 40% 20% 10% 8% Lace Batik Georgette Satin Kain Motif Kain Polos Tile Tenun Bordir & Brokat Gambar 19. Persentase Jumlah Perca Penjahit Kebaya Sumber : Firdhausyah, 2015 Kain-kain tersebut merupakan timbunan sisa kain yang didapat dari penjahit selama 1 tahun, sebanyak 3 karung kecil. Untuk kain perca yang masih baru disimpan penjahit karena masih digunakan atau diambil lagi oleh pemilik kain (pemesan kebaya). 17

44 18 Gambar 20. Perca yang Dihasilkan Penjahit Kebaya Sumber : Firdhausyah, Penjahit Desainer Dari observasi kain perca yang ditimbun penjahit pakaian kebaya, didapatkan penggolongkan jenis kain perca antara lain lace, brokat, songket, batik, organdi, tenun, tile, satin, kain motif, dan georgette. Jenis kain yang mendominasi adalah kain satin sebanyak 40% dan kain motif sebanyak 15%. Sisanya adalah kain polos (furing) 10%, songket dan brokat 10%, dan lace 9%. Selain itu terdapat juga kain batik, organdi dan tule sebesar 8%. Kain-kain perca tersebut didapat dari timbunan sebanyak 1 karung sedang. 4% 8% 9% 4% 10% 15% 40% 10% Lace Organdi Songket & Brokat Satin Kain Motif Kain Furing Tile Batik & Tenun Gambar 21. Persentase Jumlah Perca Penjahit Desainer Sumber : Firdhausyah, 2015

45 19 Gambar 22. Perca yang Didapatkan dari Penjahit Desainer Sumber : Firdhausyah, Penjahit Permak, Bordir dan Seragam Dari observasi kain perca yang ditimbun penjahit permak, bordir dan seragam didapatkan penggolongkan jenis kain perca antara lain bordir, lace, batik, georgette, kain motif, satin, kain seragam, potongan celana kain, dan potongan celana jeans. Jenis kain sisa yang mendominasi adalah potongan celana jeans, satin, dan batik masing-masing sebanyak 20%. Untuk potongan jeans, kainnya memiliki ukuran bermacam-macam dari kecil, sedang dan lebar. Kain satin dan georgette terdiri potongan kecil hingga besar. Sisanya adalah potongan celana kain, kain seragam, georgette, bordir dan lace sebesar 10%. 10% 20% 10% 20% 10% 10% Potongan Jeans Potongan Celana Kain Kain Seragam Satin Batik Georgette Bordir & Lace 20% Gambar 23. Persentase Jumlah Perca Penjahit Permak, Bordir dan Seragam Sumber : Firdhausyah, 2015

46 20 Kain perca didapat dari timbunan selama 1 minggu sebanyak 1 kresek merah besar. Untuk kain perca potongan jeans, dalam seminggu didapatkan sebanyak 15 potong karena terkadang sisa potongan diminta oleh pelanggan permak. Gambar 24. Perca yang Dihasilkan Penjahit Permak, Bordir dan Seragam Sumber : Firdhausyah, Kesimpulan Dari observasi terhadap limbah kain perca yang dihasilkan 3 industri konveksi skala kecil, maka diambil kesimpulan bahwa material perca yang digunakan pada penelitian adalah satin. Selain karena jumlahnya yang paling banyak, satin mudah diurai seratnya dan memiliki serat yang menarik untuk dikembangkan. Gambar 25. Sampel Kain Satin dari Perca Sumber : Firdhausyah, 2015

47 Studi Eksperimen Material Awal Eksperimen dibagi menjadi 2 fase yaitu fase awal dan fase lanjutan. Fase awal merupakan studi eksperimen awal serat perca dengan beberapa macam teknik. Dari fase awal tersebut, didapatkan hasil atau kesimpulan sementara eksperimen yang dijelaskan dalam bentuk skema dan tabel kelebihan, kekurangan, serta alternatif pengembangan bahan eksperimen. Sedangkan fase lanjutan merupakan peyempurnaan hasil eksperimen sementara dari yang dilakukan difase awal. Berikut ini adalah proses dari eksperimen fase awal Eksperimen Teknik Press Pada percobaan dengan teknik press, penulis menggunakan indikator-indikator berupa macam jenis perekat, media, suhu, dan durasi. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan hasil olahan material yang sesuai. a. Press dengan perekat Lem Putih Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli, hal pertama yang dilakukan adalah persiapan bahan-bahan seperti uraian serat-serat yang ada pada kain perca dan campuran lem putih dengan air (secair yogurt). Gambar 26. Campuran Lem Putih dengan Air Sumber : Firdhausyah, 2015 Gambar 27. Pengolesan Lem Putih di Atas Kain Teflon Sumber : Firdhausyah, 2015

48 Satin Tipis 22 Proses eksperimen dilakukan dengan mengoleskan cairan perekat di atas kain teflon. Kemudian serat-serat kain perca ditata di atasnya dan dipress menggunakan alat press. Sebelum dipress, bagian atas campuran serat dan lem tadi ditutupi dengan kain teflon lainnya agar tidak langsung menempel pada permukaan panas alat press. Tabel 1. Eksperimen Press Perekat Lem Putih Perca Tipe Serat Perekat Suhu Durasi Hasil Halus Mengkilap Padat, Kecil Lem Putih Endapan lem bening Endapan lem tebal berwarna putih Endapan lem tebal, warna serat menguning Endapan lem tebal menguning, 8 warna serat menguning menit Endapan lem bening Endapan lem tebal berwarna putih Endapan lem tebal, warna serat menguning Endapan lem tebal menguning, warna serat menguning Catatan : 1. Campuran lem dan air dibuat dengan perbandingan sekitar 2 : 1 sehingga encer seperti yogurt. 2. Eksperimen dilakukan dengan perlakuan suhu yang berbeda-beda selama 8 menit. Kesimpulan sementara : 1. Semakin besar suhu yang digunakan maka menyebabkan endapan lem dan warna serat menguning. 2. Lembaran yang dihasilkan memiliki 2 sisi permukaan yang berbeda yaitu sisi depan dan belakang dimana sisi belakang permukaannya terlapisi endapan lem. 3. Lembaran yang dihasilkan mudah sobek karena penataan serat yang jarang. Selain itu bila terkena air maka endapan lem akan luntur dan serat akan terurai kembali. Gambar 28. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Lem Putih Sumber : Firdhausyah, 2015

49 Sateen 23 Dari permasalahan pada percobaan pertama, penulis mencoba kembali dengan menambahkan suatu media yaitu kain tile yang diletakkan di atas serat-serat kain perca. Agar lebih kuat, cairan perekat juga dioleskan di atas permukaan tile. Gambar 29. Serat Kain Perca Dengan Media Kain Tile Sumber : Firdhausyah, 2015 Dari percobaan kedua di atas, lembaran yang dihasilkan lebih kuat (tidak mudah sobek). Namun apabila terkena air maka lem akan melunak dan serat-seratnya akan kembali terurai. Selain itu tampilannya kurang menarik. Sehingga dilakukan percobaan kembali tanpa media tulle melainkan dengan laminasi menggunakan plastik transparan di bagian atas dan bawah lembaran olahan serat. b. Press dengan perekat latex Setelah percobaan menggunakan lem putih, dilakukan percobaan dengan jenis perekat yang berbeda yaitu latex. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efek yang diberikan pada serat apabila dipress dengan perekat yang berbeda. Langkah-langkah percobaan yang dilakukan sama dengan percobaan teknik press sebelumnya tetapi tanpa proses laminasi dan lem tidak perlu dicampur dengan air karena sudah cair. Tabel 2. Hasil Analisa Press dengan Perekat Latex Perca Tipe Serat Perekat Suhu Durasi Hasil Padat, halus Kecil, padat Latex menit menit menit menit menit menit menit menit Lembaran elastis seperti karet, endapan berwarna kecoklatan

50 24 Catatan : 1. Perekat tidak perlu dicampur dengan air. 2. Eksperimen dilakukan dengan suhu start yang diambil dari kesimpulan eksperimen dengan perekat lem putih. Kesimpulan sementara : 1. Lembaran yang dihasilkan bersifat elastis seperti karet dengan endapan lem berwarna kecoklatan. 2. Lembaran lebih tahan air dibandingkan lembaran dengan perekat lem putih namun permukaannya mudah lengket dan berbau menyengat. 3. Menyebabkan karakter serat yang mengkilap menjadi hilang. Gambar 30. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Latex Sumber : Firdhausyah, 2015 c. Press pada media kulit asli Pada percobaan berikut ini, dilakukan teknik heat press menggunakan media kulit kambing untuk mengetahui efek yang dihasilkan dari serat-serat kain perca (satin). Pada percobaan awal dilakukan pengepresan tanpa menggunakan perekat. Dari percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa serat-serat kain perca tidak dapat menempel pada kulit meskipun suhu dan durasi pengepresan dinaikkan. Terlihat pada gambar dibawah hanya pigmen warna serat yang menempel pada kulit. Gambar 31. Press Pada Media Kulit Asli Tanpa Perekat Sumber : Firdhausyah, 2015

51 25 Maka, pada percobaan kedua dilakukan dengan bantuan perekat fox dan latex. Pengepresan dilakukan selama 8 menit pada suhu 95 C-138 C. Berikut adalah tabel perbandingan teknik press serat-serat kain perca menggunakan perekat lem putih dan latex pada media kulit asli. Tabel 3. Hasil Analisa Teknik Press dengan Media Kulit Asli Keterangan Latex Jenis Perekat Lem Putih Permukaan membelakangi bagian panas pada mesin press Gambar 32. Eksperimen 1 Kulit Asli Gambar 33. Eksperimen 2 Kulit Asli Permukaan menghadap bagian panas pada mesin press ` Gambar 34. Eksperimen 3 Kulit Asli Gambar 35. Eksperimen 4 Kulit Asli Sumber : Firdhausyah, 2015 Dari tabel tersebut, didapatkan hasil bahwa serat dapat menempel pada kulit asli dengan bantuan perekat. Bila permukaan kulit membelakangi bagian panas dari mesin press maka tampilan serat yang dihasilkan akan lebih bagus. Namun hasil olahan dengan latex mudah dilepas dan olahan dengan fox perlu dilaminasi terlebih dahulu agar serat tidak lepas saat terkena air. d. Press pada media kulit sintetis Pada percobaan berikut ini penulis melakukan eksperimen pada kulit sintetis tebal dan tipis. Indikator yang digunakan adalah suhu dan durasi saat proses pengepresan serta beberapa macam serat kain perca. Berikut adalah beberapa hasil analisa teknik press pada media kulit sintetis.

52 Sateen Satin Tipis 26 Tabel 4. Eksperimen 1 Media Sintetis Tebal Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil Halus Mengkilap Sintetis A Sintetis B menit Kurang Terserap 2 menit Agak Terserap 1 menit Terserap 2 menit Terserap 1 menit Kurang Terserap 2 menit Kurang Terserap 1 menit Terserap 2 menit Terserap Padat, halus Sintetis A menit Kurang Terserap 2 menit Kurang Terserap 1 menit Kurang Terserap 2 menit Kurang Terserap Sintetis B menit Kurang Terserap 2 menit Kurang Terserap 1 menit Agak Terserap 2 menit Agak Terserap Catatan : 1. Press dengan suhu 200 C selama 1 hingga 2 menit mampu membantu terserapnya serat ke dalam permukaan sintetis. Namun, pada suhu tersebut permukaan sintetis rawan rusak karena suhu terlalu panas. Kesimpulan sementara : 1. Jenis serat yang paling baik digunakan adalah serat yang halus dan tipis. Jenis seratnya yang halus lebih mudah terserap pada permukaan sintetis. 2. Untuk mengurangi resiko serat lepas dari permukaan sintetis perlu diminimalisir penggunaan serat yang terlalu tebal dan menumpuk karena serat paling atas tidak ikut terserap pada permukaan sintetis.

53 Sateen Sintetis Tebal Satin Tipis 3. Hasil uji pada sateen tidak berhasil karena tipe serat yang padat (Terdiri dari kumpulan serat katun yang padat). Dapat diatasi dengan menguraikan seratnya. 27 Gambar 36. Hasil Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu dan Waktu pada Kulit Sintetis Tebal Sumber : Firdhausyah, 2015 Tabel 5. Eksperimen 2 Media Sintetis Tebal Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil Kurang Terserap Halus Mengkilap Kurang Terserap Agak Terserap menit Terserap Kurang Terserap Padat, halus Kurang Terserap Agak Terserap Terserap Catatan : 1. Penggunaan suhu di bawah 200 derajat celcius lebih baik digunakan untuk menghindari rusaknya permukaan sintetis. 2. Penentuan durasi press ikut mempengaruhi terserapnya serat ke dalam permukaan serat. 3. Penggunaan serat sateen dibuat dengan ditata jarang per satuan filamennya. Kesimpulan sementara : 1. Suhu sementara yang baik digunakan adalah suhu yang dimulai antara 150 hingga 170 derajat celcius. 2. Penggunaan media sintetis tebal lebih berisiko untuk rusak meskipun lebih menyerap serat lebih baik. Saat area media kecil dan penggunaan serat menutup 80% permukaan sintetis, maka kerusakan tidak akan terlihat. Namun saat area

54 Satin Tebal Sintetis Tipis A 28 permukaan yang digunakan luas, maka terlihat beberapa area akan berkeriput dan terdapat lubang-lubang udara. Gambar 37. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tebal Sumber : Firdhausyah, 2015 Tabel 6. Eksperimen 1 Media Sintetis Tipis Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil Kurang Terserap Halus Mengkilap Kurang Terserap Agak Terserap menit Terserap Kurang Terserap Padat, halus Kurang Terserap Agak Terserap Terserap Catatan : 1. Percobaan selalu diawali dengan tes suhu yang tepat dengan penggunaan durasi yang paling lama yaitu 8 menit (durasi ditentukan dari uji eksperimen yang dilakukan penulis sebelumnya). 2. Suhu start terbesar diturunkan menjadi 165 C dari yang sebelumnya (170 C) untuk meminimalisir kerusakan permukaan karena penggunaan media sintetis yang tipis. Kesimpulan sementara : 1. Penggunaan suhu start yang terbaik adalah 165 C. 2. Penggunaan serat kain satin yang mengkilap memiliki efek yang lebih bagus dan seratnya yang halus terserap dengan baik ke dalam permukaan sintetis.

55 sateen Sintetis Tipis B 29 Gambar 38. Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis A Sumber : Firdhausyah, 2015 Tabel 7. Eksperimen 2 Media Sintetis Tipis Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil Kurang Terserap Padat, halus Kurang Terserap Terserap menit Sangat Terserap Kurang Terserap Kecil, padat Kurang Terserap Agak Terserap Terserap Catatan : 1. Eksperimen dilakukan menggunakan kain sateen dengan perlakuan serat yang tebal dan halus diuraikan terlebih dahulu. 2. Serat ditata jarang dan tidak menumpuk untuk menghindari adanya serat yang tidak terserap permukaan sintetis. Kesimpulan sementara : 1. Serat dengan karakter yang padat dan halus lebih mudah terserap ketika diurai hingga tipis. 2. Serat sateen yang halus dapat terserap pada suhu start 150 C dengan durasi 8 menit dan pada suhu start 165 C serat tampak menghilang karena benar-benar terserap. 3. Serat sateen yang kecil dan tebal dapat terserap baik bila ditata jarang dan tidak menumpuk.

56 Sateen Kulit Tipis B Satin Tebal Kulit Tipis A 30 Gambar 39. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis B Sumber : Firdhausyah, 2015 Tabel 8. Eksperimen 3 Media Sintetis Tipis Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil menit Kurang Terserap Halus Mengkilap Padat, halus Padat, halus Kecil, Padat menit Kurang Terserap menit Terserap menit Terserap menit Kurang Terserap menit Kurang Terserap menit Agak Terserap menit Terserap menit Kurang Terserap menit Kurang Terserap menit Agak Terserap menit Terserap menit Kurang Terserap menit Kurang Terserap menit Kurang Terserap menit Terserap Catatan : 1. Eksperimen dengan suhu start 161 C yang diturunkan dari suhu eksperimen sebelumnya dengan pembanding durasi press yang berbeda-beda.

57 31 2. Media yang digunakan adalah sintetis yang bertekstur dan tipis (oscar). Kesimpulan sementara : 1. Suhu yang baik digunakan adalah dimulai dari 161 dan berakhir pada suhu 183 c dengan durasi 6 hingga 8 menit. 2. Penggunaan sintetis tipis lebih baik dari sintetis tebal, namun ketika area yang digunakan luas beberapa area rusak (terdapat lubang-lubang udara). 3. Permukaan yang awalnya bertekstur akan menjadi licin dan mengkilap. Gambar 40. Eksperimen 3 dengan Indikator Suhu dan Waktu Pada Kulit Sintetis Tipis Sumber : Firdhausyah, 2015 Dari beberapa percobaan yang dilalukan di atas, didapatkan rangkuman hasil awal bahwa suhu start yang baik digunakan adalah 161 C selama 6 hingga 8 menit. Media sintetis tipis memiliki resiko rusak lebih kecil dibandingkan sintetis tebal, namun perlu dilakukan uji terhadap beberapa jenis sintetis untuk mendapatkan hasil yang lebih rapi baik dalam media dengan area luas dan kecil. Sedangkan untuk jenis serat yang baik untuk digunakan adalah serat dengan karakter yang halus dan tipis seperti pada kain satin Eksperimen Teknik Cetak Resin Pada percobaan dengan teknik cetak resin penulis mencoba untuk mengganti bahan yang biasa digunakan (fiber) dengan serat-serat kain perca. Pada percobaan awal digunakan plastisin sebagai cetakan negatif yang bagian permukaannya diolesi wax agar tidak lengket pada saat resin mengeras. Setelah itu menyiapkan larutan resin yang

58 32 dicampur dengan katalis sebagai pengeras. Serat-serat yang sudah disiapkan ditata di dalam cetakan kemudian cairan resin dituang ke dalam cetakan. Gambar 41. Serat Yang Ditata Dalam Cetakan Sumber : Firdhausyah, 2015 Gambar 42. Resin Dituangkan Dalam Cetakan Sumber : Firdhausyah, 2015 Gambar 43. Contoh 1 Hasil Cetak Resin Sumber : Firdhausyah, 2015

59 33 Gambar 44. Contoh 2 Hasil Cetak Resin Sumber : Firdhausyah, Eksperimen Teknik Goreng Pada percobaan dengan teknik goreng, serat digoreng dengan minyak goreng. Saat proses penggorengan, serat akan menimbulkan letusan minyak yang besar sehingga perlu digunakan penutup panci saat proses berlangsung. Serat digoreng hingga letusan minyak berhenti. Ketika serat selesai digoreng maka akan dihasilkan endapan plastik dan pigmen warna yang terserap minyak. Karakter hasil endapan yang dihasilkan seperti plastik dan mudah patah. Karenanya perlu dilakukan treatment lanjutan bila endapan tersebut akan digunakan sebagai material tas. Gambar 45. Serat Perca Yang Digoreng Sumber : Firdhausyah, 2015 Gambar 46. Serat Yang Mengendap Sumber : Firdhausyah, 2015

60 34 Gambar 47. Minyak yang Menyerap Pigmen Serat Sumber : Firdhausyah, 2015 Berikutnya penulis mencoba mengkombinasikan antara teknik goreng dengan teknik cetak resin. Hasil endapan dari teknik goreng diresin agar tidak patah atau rusak. Sedangkan minyak yang menyerap pigmen warna serat digunakan sebagai campuran pewarna resin. Gambar 48. Hasil Eksperimen Goreng yang Di Resin Sumber : Firdhausyah, 2015 Namun pada penggunaan minyak sisa penggorengan serat sebagai pewarna, minyak sulit menyatu bila presentase penggunaannya banyak karena sifat minyak yang sulit menyatu dengan cairan lainnya dan hasil cetakan resin menjadi berminyak. Sedangkan hasil resin endapan serat sifatnya rawan pecah karena kurangnya material penguat yang sifatnya rapat seperti fiber atau serat.

61 Skema Hasil Eksperimen Fase Awal Berikut adalah rangkuman proses eksperimen fase awal yang dijelaskan dalam bentuk skema untuk memudahkan pembacaan kesimpulan awal eksperimen. Dari skema dijelaskan bahwa teknik treatment material yang dapat dikembangkan adalah teknik heat press menggunakan perekat dan media sintetis. Perekat yang digunakan adalah lem putih yang dicampur air dengan perbandingan 1 (lem) banding 2 (air). 4.3 Studi Eksperimen Lanjutan Gambar 49. Skema Hasil Eksperimen Awal Sumber : Firdhausyah, 2015 Eksperimen berikut dilakukan atas dasar hasil eksperimen awal untuk mengembangkan dan memperbaiki teknik olah material yang sudah dipilih. Hasil dari eksperimen lanjutan nantinya akan dijadikan konsep olah material terpilih. Berikut adalah studi eksperimen lanjutan yang telah dilakukan Press Menggunakan Perekat Lem Putih (Cair) Bila eksperimen sebelumnya dilakukan dengan aturan campuran perekat lem putih dan air sebesar 2 banding 1 (seperti yogurt) maka eksperimen berikut dilakukan dengan

62 36 perbandingan sebesar 1 banding 2 (cair). Hal tersebut dimaksudkan agar endapan lem pada lembaran lebih tipis dan transparan. Setelah itu, hasil lembaran diuji hasil laminasinya dengan melihat kerapian tampilan lembaran. Tabel 9. Hasil Eksperimen Uji Laminasi Sample Perlakuan Hasil Sample D1 Dibasahi Tidak rapi karena adanya bekas air. Sample D2 Sample D3 Tidak dibasahi Serat dibuat rapat Tidak rapi karena terdapat gelembung udara dan bekas lem karena penataan serat yang tidak rapat. Lebih rapi karena tidak adanya gelembung udara. Gambar 50. Hasil Eksperimen Sample D (Dari Kiri Sample D1) Sumber : Firdhausyah, 2016 Dari tabel hasil eksperimen di atas didapatkan hasil bahwa sample D3 menunjukkan hasil yang lebih baik. Sample tersebut dibuat dengan penataan serat yang rapat sehingga mempersempit area masuknya udara dan endapan lem menjadi tidak terlalu nampak Press Pada Media Sintetis Tipis Pada eksperimen sebelumnya, press pada media sintetis tidak dibantu dengan perekat apapun. Hal tersebut menyebabkan pola yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Karenanya pada eksperimen berikut dilakukan kombinasi teknik olah material yaitu diawali dengan press menggunakan perekat lem putih (cair) untuk membentuk pola. Kemudian lembaran tersebut dipress kembali pada permukaan sintetis. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, lembaran hasil press dengan perekat memiliki 2 sisi permukaan. Pada tabel di bawah ini dilakukan percobaan dengan indikator peletakan sisi permukaan lembaran press lem putih terhadap permukaan sintetis serta indikator suhu dan durasi pada beberapa jenis sintetis.

63 37 Tabel 10. Hasil Eksperimen Press pada Media Sintetis Sample A dan B SAMPLE AA SAMPLE B SUHU C C Pada beberapa kulit serat tidak terlalu menempel. Pada kulit tebal, serat menempel tetapi bila area press luas mengakibatkan permukaan kulit rusak. Serat menempel namun permukaan kulit teksturnya hilang dan menjadi mengkilap JENIS KULIT DAN HASIL Menempel namun permukaan kulit rusak dan pada kulit sample 11 serat tidak terlalu menempel walaupun permukaannya tidak rusak

64 38 Catatan : 1. Sample A merupakan hasil uji press dimana sisi belakang menghadap permukaan sintetis. 2. Sample B merupakan hasil uji press dimana sisi depan menghadap permukaan sintetis. 3. Sample dengan tanda bintang biru merupakan hasil uji yang baik atau yang dipilih. Kesimpulan sementara : 1. Hasil uji yang paling baik adalah pada media sintetis jenis diana, oscar, bonita 2. Pada media diana, suhu uji dapat dinaikkan kembali agar serat lebih terserap. Tabel 11. Hasil Eksperimen Press Media Sintetis Sample C No Sample C Hasil Menempel dan lebih rapi. Namun akan lebih baik bila di press pada suhu derajat celcius Menempel,tidak rapi karena bekas lem terlihat. Dapat diatasi dengan menaikkan suhu press namun menyebab kan permukaan kulit menjadi berubah Menempel, namun ada beberapa area permukaan yang tidak diberi serat akan rusak. Akan lebih baik bila serat dibuat penuh menutup area kulit. 4 Tidak terlalu menempel.

65 39 Catatan : 1. Sample C merupakan hasil uji yang dilakukan berdasarkan hasil dari sample B namun dengan area press yang lebih luas. Kesimpulan : Material sintetis jenis diana (putih licin) lebih tahan terhadap panas sehingga lebih baik untuk digunakan sebagai media press. Press dilakukan mulai dari suhu 165 derajat celcius selama 8 menit. 4.4 Luaran Produk Kategori produk yang akan dikembangkan adalah produk fashion dan kriya. Kategori tersebut dipilih karena produk-produk fashion dan kriya merupakan jenis produk yang paling banyak diminati oleh konsumen. Produk fashion dan kriya ada banyak macamnya. Beberapa contoh produk fashion adalah pakaian, tas, dan aksesori. Sedangkan produk kriya dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan fungsinya seperti furnitur, dekorasi rumah/kantor, lampu, dan organizer. Gambar 51. Macam Produk Fashion Sumber : Gambar 52. Macam Produk Kriya Sumber :

66 40 Pemilihan jenis luaran produk, dilakukan berdasarkan analisa karakter hasil olah serat perca satin. Material hasil press pada media sintetis yang bersifat lembaran dengan warna yang solid dapat diaplikasikan pada produk tas. Selain dapat dijahit, tampilan polanya unik dan bervariasi. Sedangkan material hasil press dengan perekat dan dilamunasi bersifat lembaran transparan dengan pola warna-warni akan terlihat menarik jika disorot oleh nyala lampu. 4.5 Analisa Konsep Analisa Konsep Utama Gambar 53. Skema Analia Luaran Produk Sumber : Firdhausyah, 2016 Analisa konsep utama dilakukan dengan mengevaluasi hasil percobaan yang telah dilakukan. Poin-poin yang menjadi acuan adalah karakter dan tampilan dari material hasil percobaan serta teknik perlakuan material. Dari analisa yang telah dilakukan, didapatkan 3 konsep utama perancangan yaitu Solid Color and Texture, Transparent Pattern, dan Eco Material. Tiga konsep tersebut kemudian diaplikasikan pada output produk dengan menyesuaikan karakter dan tampilan dari masing-masing konsep. Konsep Solid Color and Texture diaplikasikan pada produk fashion sesuai dengan karakter materialnya yang merupakan lembaran dan dapat dijahit. Material terbuat dari hasil press serat satin pada

67 41 media sintetis. Sedangkan konsep Transparent Pattern diaplikasikan pada produk kriya. Hal tersebut dikarenakan tampilan material yang transparan terlihat unik bila diaplikasikan pada produk seperti lampu Analisa Konsep Produk Fashion Gambar 54. Concept Mindmapping Sumber : Firdhausyah, 2016 Analisa konsep untuk produk fashion dilakukan dengan menjabarkan konsep utama (Solid Color and Texture) berdasarkan ciri-ciri utamanya. Hasil analisa berupa kata-kata kunci yang kemudian divisualkan dalam bentuk moodboard gambar. Gambar 55. Moodboard Concept (Fashion) Sumber : Dari gambar di atas dijelaskan beberapa kata kunci konsep fashion yaitu Solid Color, Patterned, Colourful, Bright Color, Pastel, dan Geometric Shape.

68 Analisa Konsep Produk Kriya Analisa konsep untuk produk fashion dilakukan dengan menjabarkan konsep utama (Transparent Pattern) berdasarkan ciri-ciri utamanya. Hasil analisa berupa kata-kata kunci yang kemudian divisualkan dalam bentuk moodboard gambar. Gambar 56. Moodboard Concept (Kriya) Sumber : Dari gambar di atas dijelaskan beberapa kata kunci konsep kriya yaitu See through/transparent, Patterned, Colourful, Bright Color, Pastel, Marble Effect, Eco Material dan Geometric Shape. 4.6 Analisa User Persona a. Demografi Gambar 57. User Sumber :

69 43 Nama : Dena Julie Pekerjaan/Pendidikan : S1 Mahasiswi Desain Grafis Tanggal Lahir : 24 Juli 1994 Alamat : Pradah Kali Kendal I Surabaya Pengeluaran 1 minggu : Rp ,00 Rp ,00 b. Social Economic Status User termasuk dalam golongan sophisticated dimana user memiliki culture yang tinggi dan status ekonomi yang baik sehingga mendukung. c. Lifestyle Gambar 58. Kuadran Persona User Sumber : Firdhausyah, 2015 Tabel 12. AIO User Lifestyle Activity Interest Occupation Kuliah Berbelanja Mahasiswi Mengerjakan tugas Fotografi Karyawati Kumpul-kumpul di cafe Blogging Kegiatan kampus d. Four Pleasure Tabel 13. Four Pleasure PHYSIO Dilengkapi tali panjang Handle jinjing panjang PHSYCO Ringan Mekanisme bukaan sederhana Ukuran tepat guna SOCIO Casual / Santai Chic IDEO Green Lifestyle

70 44 e. Kesimpulan User Dari data persona di atas didapatkan kesimpulan bahwa user merupakan wanita dengan usia target tahun dimana user sedang mengalami tahapan dari masa remaja menuju dewasa. Biasanya pada usia ini user sangat peka akan penampilan untuk mulai membangun image diri yang mulai matang tetapi tetap berkesan muda dan playful. Karena keinginan untuk menunjukkan tampilan yang berbeda dan jati diri yang kuat, user cenderung mengikuti tren dan tidak takut mencoba hal-hal baru. User berdomisili di area perkotaan seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lainlain dimana user merupakan konsumen yang selalu update dengan produk atau teknologi baru Muse Publik figur yang dapat dijadikan acuan dalam mempresentasikan user adalah Sonia Eryka. Sonia Eryka seorang gadis kelahiran 21 Juni 1993 yang memiliki profesi sebagai fashion blogger yang dimulai sejak tahun Blognya yang bernama Diary of The Riotous Belle memuat tentang ketertarikan Sonia seperti makanan, musik dan style berpakaian Sonia. Selain itu Sonia juga memiliki profesi lain yaitu sebagai desainer pada label Riotous miliknya, fashion stylist, fotografer, dan pemilik cafe bernama Ninotchka. Gaya berpakaian Sonia biasanya terlihat simpel, aktif, dan feminim. Namun untuk beberapa acara penting Sonia memilih gaya yang elegan namun tetap simpel. Gambar 59. Sonia Eryka dan Style Berpakaian Sumber : a. b. c. d. e.

71 Analisa Positioning Analisa berikut dilakukan untuk melihat posisi produk perancangan dengan kompetitor yang setara. Kriteria utama kompetitor yang menjadi pembanding adalah penggunaan material hasil olah limbah. Dalam menentukan positioning produk, diambil beberapa eksisting produk tas wanita dan lampu yang menggunakan material olahan limbah Analisa Positioning Produk Tas Analisa positioning pertama dilakukan pada produk tas. Produk pertama adalah tas merek Mamagreen Lifestyle yang menggunakan material sisa kain furnitur. Produk kedua adalah tas wanita merek startic. Tas startic menggunakan material-material hasil olahan sak semen. Produk ketiga sebagai pembanding adalah merek sawo kecik. Produk sawo kecik menggunakan material seperti limbah karton susu dan kertas tyvek. Gambar 60. Produk Startic Sumber : Gambar 61. Produk Mamagreen Lifestyle Sumber :

72 46 Gambar 62. Produk Sawo Kecik Sumber : Berikut adalah tabel analisa eksisting produk tas berbahan limbah : Tabel 14. Analisa Eksisting Parameter Gambar 63. Mamagreen Lifestyle Gambar 64. Startic Gambar 65. Sawo Kecik Kisaran Harga Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Spesifikasi Material : Limbah tekstil untuk furnitur (kain inno, giraffe, patchwork), kulit sintetis, Dimensi : 25 x 16 x 6 cm Material : Limbah sak semen, kain batik, kain songket, kulit sintetis Dimensi : 25 x 16 x 6 Material : Limbah karton susu, upcycled tyvex paper, kain katun Dimensi : 25 x 20

73 47 Fitur Strap (Tali panjang), hardware (clasp, kancing magnet, ring, dll), resleting Strap, hardware (clasp, ring, rantai, dll), resleting Strap, hardware (kancing magnet, cantolan anjing, mata ayam), resleting Koleksi -Tas kerja -Tas sekolah -Tas wanita (Shoulder bag, tote, messenger, satchel, backpack, wallet) Tas wanita (Shoulder bag, messenger, clutch, satchel) -Tas Wanita (Wallet, clutch) -Lain-lain(kotak kacamata, key wallet, notebook case) Sumber : (Gambar 63) (Gambar 64) (Gambar 65) Dari analisa eksisting tersebut, didapatkan skema positioning produk terhadap kompetitor dengan indikator harga dan kualitas produk. Seperti yang terlihat pada grafik di bawah, produk tas hasil penelitian nantinya akan menempati pasar dengan harga maksimal Rp ,00 dengan kualitas yang baik sepadan dengan produk STARTIC tetapi sedikit di bawah produk Mamagreen Lifestyle. Gambar 66. Grafik Positioning Produk Dengan Kompetitor Sumber : Firdhausyah, 2015

74 Analisa Positioning Produk Lampu Setelah analisa positioning tas, dilakukan analisa positioning lampu dengan pembanding kompetitor brand Eclo Indonesia, Powl dan Dipar. Eclo Indonesia merupakan brand produk lampu yang memanfaatkan material kayu dan ranting sawo. Produk kedua adalah lampu dari brand Powl Studio. Sedangkan produk ketiga adalah lampu dari bonggol jagung dengan brand DIPAR (Natural Handycraft Ethnic). Gambar 67. Produk Eclo Indonesia Sumber : Gambar 68. Produk POWL Studio Sumber : powl.com

75 49 Gambar 69. Produk DIPAR Sumber : Tabel 15. Analisa Positioning Produk Lampu Parameter Gambar 70. Eclo Indonesia Gambar 71. Powl Gambar 72. DIPAR (Natural Handycraft Ethnic) Bonggol Jagung Kisaran Harga Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Spesifikasi Material : Kayu pinus, kayu sonokeling, ranting sawo, kain Material : Kayu daur ulang, limbah metal, kayu jati Material : Bonggol jagung Jenis Produk Lampu Hias Lampu lipat, meja, jam dinding, kotak aksesori Lampu hias, sketsel Pengerjaan Pemilihan bahan -> Pemotongan -> Perangkaian -> Finishing Pemilihan bahan -> Pemotongan -> Perakitan -> Finishing Pengeringan -> Pengawetan -> Pencetakan -> Perangkaian Sumber : (Gambar70) (Gambar 71) powl.com (Gambar 72)

76 50 Dari analisa eksisting tersebut, didapatkan skema positioning produk terhadap kompetitor dengan indikator harga dan kualitas produk. Seperti yang terlihat pada grafik di bawah, produk lampu hasil penelitian nantinya akan menempati pasar dengan harga maksimal Rp ,00 dengan kualitas yang baik di atas produk ECLO dan sedikit di bawah produk POWL. Gambar 73. Skema Positioning Produk Lampu Sumber : Firdhausyah, Analisa Material Penunjang Selain material dari pengembangan hasil eksperimen, diperlukan juga material pendukung seperti aksesori dan kain sebagai furing. Berikut adalah jenis-jenis material dan aksesori yang umum digunakan : Tabel 16. Analisa Material Furing Material Kelebihan Kekurangan Spunbond Murah, ramah lingkungan karena dapat didaur ulang, lembut, daya tahan lama, merupakan bahan pengganti plastik Tipis, mudah kotor, lebih cocok untuk goodie bag atau packaging, beberapa dalam penggunaan lama akan berserabut Suede Sintetis Lebih murah dari yang asli, lembut seperi bludru, lebih tebal spunbond Mudah kotor, kebanyakan hanya tersedia dalam warna gelap

77 51 Harga tersedia dari sedang hingga mahal, bahannya lemas, memiliki banyak warna, tidak berbulu Lebih mahal dari spunbond dan suede sintetis Katun Analisa pada tabel di atas dilakukan untuk mencari jenis kain furing yang digunakan untuk produk tas. Dari tabel analisa di atas maka didapatkan kesi mpulan bahwa penggunaan kain katun lebih baik dibandingkan 2 material lainnya. Selain karena bahannya yang lemas dibandingkan suede, permukaannya halus dan tampilannya lebih baik dibandingkan dengan spunbond. Tabel 17. Analisa Aksesori Tas MATERIAL KEGUNAAN Siku Digunakan sebagai aksesori yang biasa dipasangkan pada bagian siku penutup tas. Digunakan sebagai hiasan dengan strap tas atau sebagai alternatif dari penggunaan ring. Gawang Digunakan sebagai stopper strap pada tas (pengunci). Paku Baut Ring Digunakan sebagai penghubung strap atau handle tas dengan badan tas. Digunakan sebagai pengunci pada bagian penutup tas. Magnet Digunakan sebagai tali tas. Rantai

78 52 Tabel 18. Analisa Jenis Lampu Material Kelebihan Kekurangan Harga relatif murah, Mudah didapat, Instalasi mudah. Umur penggunaan lampu pendek, karena bahan filament mudah putus, Penggunaan daya listrik besar, Dimensinya besar. Lampu Pijar LED Strip Tidak menghantarkan banyak panas, Tersedia dalam banyak warna, Tahan lama, Hemat energi, Dimensi lebih kecil. Instalasi perlu menggunakan adaptor, Harga lebih mahal. Analisa jenis lampu dilakukan untuk mencari jenis lampu yang baik dengan parameter besar energi yang digunakan dan volume atau dimensi lampu. Dari tabel analisa di atas dapat dilihat bahwa lampu jenis LED lebih sesuai baik dalam segi hemat energi maupun dimensi lampu yang kecil. Tabel 19. Analisa Material Frame Lampu Material Kelebihan Kekurangan Murah, siap potong. pemotongannya mudah. Kurang cocok untuk finishing natural, kurang kuat MDF Konkrit Kesan alamnya kuat, pembuatan cetakan lebih mudah dibanding resin Lebih berat, proses produksi lumayan lama karena perlunya proses cetak, cetakan hanya dapat dipakai sekali bila tidak menggunakan cetakan silikon Papan Rotan Papan memiliki tampilan yang unik, siap potong, ramah lingkungan, hanya perlu finishing natural Lebih mahal dari dua bahan sebelumnya.

79 53 Analisa di atas dilakukan untuk menentukan material yang akan digunakan sebagai rumah lampu. Parameter yang digunakan adalah material yang ringan, mudah diproduksi dan memiliki kesan nature. Dari hasil analisa pada tabel, didapatkan hasil bahwa material rotan sesuai dengan parameter yang dibutuhkan. Tabel 20. Analisa Material Penunjang Lembaran Press Serat Material Kelebihan Kekurangan Resin Hanya memerlukan 1 cetakan, Membuat serat menyala ketika tersorot lampu Lebih rapuh dari akrilik, proses produksi lumayan lama karena perlunya proses cetak, pembuatan cetakan mahal, adanya resiko hasil cetak tidak rapi Bahan mudah dicari, siap potong, bening, tersedia dalam berbagai ketebalan dan warna perlu berhati-hati saat mengelem karena bekas lem mudah terlihat Akrilik Analisa di atas dilakukan untuk menentukan jenis material yang digunakan pada bagian tengah lampu (untuk menjepit lembaran serat). Parameter yang digunakan adalah lama produksi serta tampilan yang bersih dan bening. Dari analisa, didapatkan hasil bahwa material akrilik sesuai dengan kebutuhan desain. 4.9 Analisa Tren Tren memiliki kecenderungan untuk mengalami pergantian setiap tahunnya. Predikisi tren tersebut dilakukan oleh konsultan-konsultan desain yang dikategorikan sesuai tiap musimnya yaitu spring summer dan autumn winter. Tren pada tahun 2017 untuk koleksi musim semi mengacu pada tema young and playful seperti Valentino dengan desain pakaian yang romantis dipadukan dengan tas kecill yang memiliki gantungan daun berwarna hijau. Tabitha Simmons mengeluarkan desain sandal dengan bordiran bunga warna-warni. Dalam pembuatan desain kali ini, penulis merangkum beberapa moodboard tren seperti tren warna, pattern, dan bentuk spring summer 2017.

80 Tren Warna Di tahun 2017 khusunya di musim semi dan musim panas, palet tren warna diisi dengan tone warna hangat dan tenang seperti merah, kuning, hijau dan biru. Warna biru sendiri mendominasi tren interior di tahun 2017 mendatang. Berikut adalah beberapa palet warna tren spring summer 2017 oleh Lenzing. Gambar 74. Moodboard Tren Warna Fashion SS 2017 Sumber : Tren Pattern Gambar 75. Moodboard Tren Warna Interior SS 2017 Sumber : Sesuai dengan musimnya, pola yang menjadi kunci untuk tren spring/summer 2017 didominasi dengan pola bertemakan tropical (motif bunga) dan scribbles. Berikut adalah beberapa contoh pola yang direkap oleh Premiere Vision New York yang sesuai dengan konsep material yang dibuat.

81 55 Gambar 76. Moodboard Tren Pattern SS 2017 Sumber : fashionvignette.blogspot.co.id/2016/06/trends-patternbank-print-pattern.html Tren Bentuk Tas Minimalis melalui ukuran yang kecil menjadi tren di musim semi dan panas tahun Tas wanita untuk bekerja maupun jalan-jalan didesain dengan ukuran yang lebih kecil mulai dari tas dengan tali panjang, rantai ataupun tali kulit yang pendek. Dengan suasana musim yang hangat dan ceria, tas dibuat berkesan ringan dengan fungsi membawa barang-barang penting seperti dompet, handphone dan make up. Berikut beberapa contoh tas desainer pada fashion show spring/summer Gambar 77. Bucket Bag Sumber :

82 56 Gambar 78. Soft Clutch Sumber : Gambar 79. Snap Close Bag Sumber :

83 Analisa Branding Konsep Brand Gambar 80. Top Handle Sumber : Sesuai dengan material yang digunakan, produk dari perancangan diberikan nama brand fibra yaitu bahasa latin dari fiber atau serat. Untuk menentukan bentuk dari logo, sebelumnya dibuat analisa berupa mindmap yang berisi ciri dari produk perancangan. Ciri dari produk fibra diambil dari 3 unsur yaitu user, material dan visual. User dari produk fibra diutamakan wanita yang memiliki karakter diri kuat tetapi lemah lembut, percaya diri dan aktif. Material yang digunakan berupa material yang ramah lingkungan dan hasil dari daur ulang serat perca kain satin. Visual dari produk memiliki warna yang solid atau tranparan dengan pola yang abstrak dan bentuk yang geometri. Selain itu permukaannya memiliki detail yang bertekstur. Gambar 81. Konsep Branding Sumber : Firdhausyah, 2016

84 58 Dari analisa karakter atau ciri produk di atas, dibuatlah beberapa alternatif bentuk logo seperti gambar di bawah ini. Gambar 82. Pencarian Bentuk Logo Sumber : Firdhausyah, 2016 Logo yang terpilih dibuat dari font jenis script yaitu blacksword. Bentuk font script yang merupakan goresan tangan dimaksudkan seperti produk fibra yang merupakan hasil produk kerajinan tangan. Gambar 83 Logo Terpilih Sumber : Firdhausyah, 2016

85 Key Color Key color yang dipilih adalah kombinasi warna-warna pastel dan bold. Kombinasi warna tersebut dipilih sesuai dengan karakter atau konsep brand yang diinginkan yaitu strong yet soft, confident and young spirited Atribut Branding Gambar 84 Key Color Sumber : Firdhausyah, 2016 Dalam pembuatan produk komersil, dibutuhkan atribut-atribut yang membantu dalam pengenalan produk. Atribut tersebut berisi informasi produk dan branding seperti packaging, price tag, id card, brosur, dll. Berikut adalah contoh atribut branding dari produk fibra. Gambar 85. Atribut Branding Tas Sumber : Firdhausyah, 2016

86 60 Gambar 86. Katalog Produk Tas Sumber : Firdhausyah, 2016 Atribut branding untuk produk fashion (tas) menggunakan tone warna soft dan bold. Warna pink coral yang feminin dikombinasikan dengan warna maroon dan dark blue yang bold. Packaging tas menggunakan material spunbond yang kedap udara dan ramah lingkungan. Sedangkan untuk produk kriya (lampu) menggunakan tone warna alam seperti warna hijau dan kuning pastel disesuaikan dengan penggunaan materialnya (papan rotan). Packaging lampu, digunakan material kardus tanpa laminasi agar tampilannya lebih natural. Informasi produk diprint pada material kardus dengan cara flatbed (bukan stiker). Gambar 87. Atribut Branding Lampu Sumber : Firdhausyah, 2016

87 61 Gambar 88. Katalog Produk Lampu Sumber : Firdhausyah, 2016 Gambar 89. Pola Packaging Lampu Sumber : Firdhausyah, 2016

88 Media Sintetis 62 Gambar 90 Bentuk Jadi Packaging Lampu Sumber : Firdhausyah, Analisa Sistem Kerja Untuk Produksi Masal Dalam pembuatan produk masal, diperlukan sistem kerja untuk pertimbangan lama pengerjaan produk yang efektif. Penentuan sistem kerja tersebut didapatkan melalui hasil analisa sistem kerja produksi lembaran olah serat dan produksi satuan produknya Analisa Sistem Kerja Produksi Lembaran Olah Serat Sistem kerja produksi lembaran olah serat ditentukan dengan pertimbangan kemampuan alat produksi, SDM (Sumber Daya Manusia), dan lama produksi. Berikut adalah analisa lama pembuatan lembaran olah serat menggunakan 1 mesin press dan 1 tenaga kerja. Tabel 21. Analisa Lama Pembuatan Material Hasil Press Berdasarkan Pola Perca No Gambar 1 Proses Pengerjaan Persiapan serat (1 potong kain) Pembuatan pola Press dengan perekat Lama Pengerjaan 15 menit 5-7 menit 2 menit Total menit Press pada media sintetis 6 menit

89 Laminasi Plastik Persiapan serat (1/2 potong kain) Pembuatan pola Press dengan perekat Potong pola Press pada media sintetis Persiapan serat (2 potong kain) Pembuatan pola Press dengan perekat 8 menit menit 2 menit menit 6 menit 30 menit 5-7 menit 2 menit menit 41 menit Laminasi 2 menit 4 Persiapan serat (1/2 potong kain) Pembuatan pola Press dengan perekat Potong pola Laminasi 8 menit menit 2 menit menit 2 menit menit Catatan : 1. Analisa dilakukan dengan estimasi pembuatan 1 lembar material hasil press ukuran 30 x 30 cm potong kain perca dibuat dengan standar ukuran 20 x 8 cm. 3. Durasi untuk stop mesin (penurunan suhu) di estimasikan 3 hingga 4 menit. 4. Estimasti kerja 1 hari adalah 7 jam kerja. Kesimpulan : 1. Pada press dengan media sintetis, lama pengerjaan pola acak lebih cepat dibanding pola bunga karena tidak diperlukan penataan pola dan proses potong pola. 2. Pada pembuatan pola bunga, tidak diperlukan banyak serat sehingga menghemat material.

90 64 3. Pada pembuatan material dengan proses laminasi, dihasilkan estimasi lama pengerjaan yang tidak berbeda jauh dari kedua pola. Hal tersebut terjadi karena pada proses persiapan serat (pola acak) dan proses pembuatan serta potong pola (pola bunga) menghabiskan waktu yang hampir sama. 4. Dengan hasil analisa di atas didapatkan estimasti dalam sehari didapatkan 8 lembar Catatan : material press serat dengan ukuran 30 x 30 cm (1 mesin press). Tabel 22. Analisa Jumlah Lembaran yang Dihasilkan Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja dan Mesin No 1 Durasi Pengerjaan Jumlah Tenaga kerja 1 orang Jumlah Mesin Jumlah Lembaran yang Dihasilkan 8 lembar 2 2 orang 1 mesin 10 lembar 3 2 hari 3 orang 10 lembar 4 2 orang 12 lembar 2 mesin 5 3 orang 12 lembar 1. Pengerjaan dilakukan selama 2 hari. Hari pertama digunakan untuk persiapan material serat. Hari kedua digunakan untuk pengerjaan press potong kain perca dibuat dengan standar ukuran 20 x 8 cm. 3. Analisa menggunakan durasi pengerjaan material berpola. 4. Durasi untuk stop mesin (penurunan suhu) di estimasikan 3 hingga 4 menit. 5. Estimasti kerja 1 hari adalah 7 jam kerja. 6. Estimasi kerja 1 bulan adalah setiap hari senin hingga jumat. 7. Pembagian kerja untuk 2 orang tenaga kerja : - Persiapan material serat dilakukan kedua pekerja di hari pertama. - Pekerja 1 bertugas membuat pola, dan menyiapkan material press dengan perekat. - Pekerja 2 bertugas memotong pola yang sudah jadi kemudian di press pada media sintetis. 8. Pembagian kerja untuk 3 orang tenaga kerja : Kesimpulan : - Persiapan material serat dilakukan pekerja 1 dan 2 di hari pertama. - Pekerja 1 bertugas menyiapkan material serat dan operator mesin press. - Pekerja 2 bertugas membuat pola. - Pekerja 3 bertugas memotong pola. 1. Jumlah tenaga kerja dan mesin mempengaruhi banyaknya lembaran yang dihasilkan.

91 65 2. Produksi material olah serat dengan 2 tenaga kerja dan 1 mesin selama 1 bulan menghasilkan 120 lembar material. 3. Produksi material olah serat dengan 2 tenaga kerja dan 2 mesin selama 1 bulan menghasilkan 144 lembar material. Gambar 91. Sistem Urutan Kerja Produksi Material dengan 2 Mesin dan 2 Pekerja Sumber : Firdhausyah, Analisa Urutan Produksi Produk Urutan kerja produksi produk dilakukan dengan menganalisa proses produksi prototype yang sudah dilakukan. Tabel 23. Analisa Proses Produksi Tas No Gambar Keterangan Proses awal dalam pembuatan produk adalah persiapan bahan-bahan seperti seratserat perca yang sudah diurai dan campuran perekat dengan air. Perca dipotong dengan ukuran sekitar 20 x 8 cm dengan acuan serat yang halus lebih panjang. Lama waktu yang dibutuhkan pada proses ini adalah 30 menit tiap 2 potong perca. Untuk bahan perekat digunakan jenis campuran yang cair dengan perbandingan air dan perekat sebesar 2 banding 1. Proses berikutnya adalah pengepresan serat menjadi material baru. Proses berikut terbagi menjadi 2 tahap yaitu press dengan perekat dan press dengan media sintetis. Setelah dipress dengan perekat, lembaran hasil press dipotong sesuai pola yang dibuat untuk menghilangkan endapan lem di luar pola. Kemudian hasil potong pola ditata di atas media sintetis dan dipress kembali. Lama pengerjaan proses press adalah 30 menit tiap 1 lembar ukuran 30 x 30 cm.

92 66 3. Proses berikut adalah pemotongan material sesuai pola yang telah dibuat. Selain sebagai acuan potong, pola juga digunakan untuk acuan peletakan aksesori tas seperti magnet, gawang dan paku baut. 4. Setelah material dipotong, tiap bagianbagiannya dijahit menjadi satu. 5. Berikut adalah hasil jadi produk tas. Tabel 24. Analisa Proses Produksi Lampu No Gambar Keterangan 1. Proses awal dalam pembuatan produk adalah persiapan bahan-bahan seperti serat-serat perca yang sudah diurai dan campuran perekat dengan air. Perca dipotong dengan ukuran sekitar 20 x 8 cm dengan acuan serat yang halus lebih panjang. Lama waktu yang dibutuhkan pada proses ini adalah 30 menit tiap 2 potong perca. Untuk bahan perekat digunakan jenis campuran yang cair dengan perbandingan air dan perekat sebesar 2 banding Proses berikutnya adalah pengepresan serat menjadi material baru. Proses berikut terbagi menjadi 2 tahap yaitu press dengan perekat dan laminasi. Setelah dipress dengan perekat, lembaran hasil press dipotong sesuai pola yang dibuat untuk menghilangkan endapan lem di luar pola. Kemudian hasil potong pola dilamanasi dengan plastik bening. Lama pengerjaan proses press adalah 30 menit tiap

93 67 1 lembar ukuran 30 x 30 cm. 3. Berikut ini adalah proses potong akrilik bening menggunakan mesin laser. Lama pengerjaannya relatif sesuai dengan bentuk, ukuran dan luas area grafir (bila ada yang digrafir). Pada pembuatan prototype berikut, dibutuhkan waktu selama 4 menit. 4. Selanjutnya dilakukan proses assembling material lembaran serat dengan akrilik. Lembaran serat yang telah dibuat, dijepit diantara 2 potongan akrilik bening dan dilem dengan lem G. Sebaiknya permukaan lembaran serat dioleskan lem secara merata. Pada keliling sambungan akrilik, dioleskan sealant agar gap antara 2 akrilik tertutup dan tidak ada debu yang masuk. 5. Proses berikut adalah perakitan lampu LED dengan kabel dan socket. Pengerjaan dilakukan bersamaan dengan persiapan hasil assembling akrilik atau sebelumnya. 6. Proses pemotongan rumah lampu (papan rotan) dilakukan setelah rakitan akrilik dan lampu siap. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan perakitan akhir. 7. Proses terakhir dilakukan dengan merakit semua material yang disiapkan sebelumnya dan difinishing. Produk lampu menggunakan finishing doff untuk hasil yang natural. 8. Produk jadi prototype lampu duduk.

94 Analisa Rancangan Bisnis Dalam pembuatan analisa rancangan bisnis, terdapat beberapa unsur-unsur yang perlu diperhatikan seperti segmen pasar, channel, partner, struktur biaya dan lain-lain. Untuk mempermudah evaluasi rancangan bisnis, maka diperlukan media yang tepat seperti Bussiness Model Canvas. Berikut adalah hasil analisa rancangan bisnis yang telah dilakukan Analisa Teknik Pemasaran Gambar 92. Bussiness Model Canvas Sumber : Firdhausyah, 2016 Pada Bussiness Model Canvas, channels merupakan media yang digunakan untuk memasarkan produk (value proposition) kepada konsumen. Dari hasil analisa yang telah dibuat, metode pemasaran produk dibagi menjadi 4 poin yaitu melalui pemasaran online, pameran, kolaborasi dengan produk lain dan showroom.

95 69 Gambar 93. Skema Teknik Pemasaran Produk Sumber : Firdhausyah, 2016 Dari skema di atas dijelaskan bahwa, tahapan awal pemasaran produk adalah melalui pameran dan online. Pameran dilakukan sebagai pengenalan awal produk kepada konsumen untuk mengevaluasi produk yang telah dibuat. Sedangkan pemasaran online dilakukan sebagai media penghubung perusahaan dengan konsumen pra dan pasca pameran. Setelah itu, tahapan berikutnya dilakukan melalui kolaborasi dengan produk lain. Kolaborasi dimaksudkan bahwa produk brand Fibra nantinya akan dipasarkan dan dibawahi oleh produk brand lain yang sejenis dan difasilitasi dalam media promosi dan produksinya. Tahapan akhir dalam metode pemasaran produk adalah pembukaan showroom atau toko agar konsumen dapat melihat dan mengevaluasi produk secara langsung Cost Structure Cost structure merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk jalannya sebuah bisnis mencakup biaya produksi, upah, iklan, dan lain-lain. Untuk menghitung cost structure, standar yang dipakai adalah penjualan per produknya. Berikut adalah rancangan anggaran biaya salah satu produk tas dan lampu yang dapat dijadikan acuan. Tabel 25. Rancangan Biaya Bahan Baku Lampu No Uraian Satuan Unit Harga/Satuan Total 1 Papan Rotan 2 cm m 60x45 cm Akrilik 5 mm m 50x40 cm Plastik Bening buah Adaptor buah Lem G buah Packaging buah Total

96 70 Tabel 26. Rancangan Biaya Operasional Lampu No Uraian Satuan Unit Harga/Satuan Total 1 Potong + Finishing produk Laser menit 11 menit Bahan + Rakit Lampu rangkaian Press Pattern Serat m 24x20 cm Total Tabel 27. Biaya Pokok Produksi Lampu No Uraian Total 1 Bahan Baku Biaya Operasional Total Tabel 28. Rancangan Biaya Bahan Habis Pakai Tas No Uraian Satuan Unit Harga/Satuan Total 1 Diana m 35x30 cm PU Jeans m 56x55 cm Aksesori buah Karet Eva m 70x60 cm Resleting kecil buah Katun m 35x45 cm Bonita m 20x7 cm Packaging buah Total Tabel 29. Rancangan Biaya Operasional Tas No Uraian Satuan Unit Harga/Satuan Total 1 Jahit produk Laser menit 4 menit Press Motif m 35x30 cm Total Tabel 30. Biaya Pokok Produksi Tas No Uraian Total 1 Bahan Baku Biaya Operasional Total

97 Revenue Stream Dalam revenue streams (aliran pendapatan bisnis) ada dua sumber pendapatan utama yaitu, penjualan produk utama dan produk custom. Untuk produk fibra, target keuntungan yang ingin dicapai adalah 50% dari biaya pokok produksi, sehingga : Harga Jual Lampu = BPP + (BPP x 0,5) = ( x 0,5) = = Rp Harga Jual Tas = BPP + (BPP x 0,5) = ( x 0,5) = = Rp Harga di atas merupakan estimasi harga per produk yang telah dibuat.

98 72 (Halaman ini sengaja dikosongkan)

99 5.1 Konsep Perancangan BAB V IMPLEMENTASI DESAIN Konsep desain ditentukan berdasarkan hasil eksperimen dengan material yang memiliki potensi pengembangan. Berikut adalah 3 konsep utama perancangan Solid Color and Texture Konsep press dimaksudkan dengan membuat suatu pola grafis dari serat perca di atas media kulit sintetis dengan bantuan alat heat press pada suhu tertentu. Dalam pengembangan desain nantinya, dilakukan pembuatan pola yang menghasilkan suatu grafis yang unik pada kulit sintetis seperti hasil print Transparent Pattern Pada konsep berikut serat perca diolah melalui proses press dengan perekat fox yang kemudian dilaminasi dengan hasilnya transparan berpola sesuai desain. Memanfaatkan cirinya yang transparan, melalui konsep ini dibuat luaran desain berupa lampu Green Product Konsep green product dimaksudkan sebagai gambaran bahwa material hasil eksperimen merupakan hasil daur ulang limbah kain perca yang masih terlihat bagus dan bersih. Selain itu, penggunaan material pada produk seperti menggunakan material yang ramah lingkungan seperti rotan dan lampu LED yang hemat energi. 5.2 Eksplorasi Desain Eksplorasi desain merupakan pencarian bentuk atau desain dengan acuan konsep perancangan, kebutuhan konsumen, tren, dan lain-lain. Dari beberapa alternatif desain tersebut, dibuatlah prototype untuk mengevaluasi kembali kekurangan dan kelebihan dari produk serta proses pembuatannya. Berikut adalah beberapa sketsa desain yang telah dibuat Alternatif Desain 1 (Tas) Berikut ini adalah alternatif desain 1 dari produk fashion. Desain dibuat dengan acuan moodboard bertemakan Casual Friday dengan beberapa ciri produk yaitu denim, casual, blue, scribbled pattern, mini/small size, flower pattern, geometric shape, easy to use, lightweight, feminin. Produk yang didesain dimaksudkan untuk kegiatan jalan-jalan dimana barang yang dibawa tidak banyak (hanya barang yang diperlukan) seperti handphone, dompet, ipad, headset, makeup kit, dan lain-lain. 73

100 74 Gambar 94. Moodboard Konsep Alternatif 1 Tas Sumber : Gambar 95. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 1 Tas Sumber : Firdhausyah, 2016

101 Gambar 96. Eksplorasi Bentuk Konsep 1 Tas Bagian 1 Sumber : Firdhausyah,

102 76 Gambar 97. Eksplorasi Bentuk Konsep 1 Tas Bagian 2 Sumber : Firdhausyah, 2016

103 Alternatif Desain 2 (Tas) Berikut ini adalah alternatif desain 2 dari produk fashion. Desain dibuat dengan acuan moodboard bertemakan Innocent Atractive dengan beberapa ciri produk yaitu nude color tone, earth tone, flower pattern, pink coral, mini/small size, geometric shape, gold, lightweight, feminin, pastel color. Produk yang didesain dimaksudkan untuk acara yang formal seperti pernikahan, kencan dan jamuan makan malam atau hanya sekedar untuk jalan-jalan dengan teman. Gambar 98. Moodboard Konsep Alternatif 2 Tas Sumber : Gambar 99. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 2 Tas Sumber : Firdhausyah, 2016

104 78 Gambar 100. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian 1 Sumber : Firdhausyah, 2016

105 Gambar 101. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian 2 Sumber : Firdhausyah,

106 80 Gambar 102. Eksplorasi Bentuk Konsep 2 Tas Bagian 3 Sumber : Firdhausyah, 2016

107 Alternatif Desain 3 (Tas) Berikut ini adalah alternatif desain 3 dari produk fashion. Desain dibuat dengan acuan moodboard bertemakan Summer Fun dengan beberapa ciri produk yaitu comfortable, casual, colorful, scribbled pattern, mini/small size, flower pattern, tropical fruit, geometric shape, easy to use, lightweight, coral, shell, feminin, bright color. Produk didesain dengan tema liburan musim panas di pantai. Gambar 103. Moodboard Konsep Alternatif 3 Tas Sumber : Gambar 104. Eksplorasi Warna dan Pola Konsep 3 Tas (Bagian 1) Sumber : Firdhausyah, 2016

108 82 Gambar 105. Eksplorasi Bentuk dan Pola Konsep 3 Tas (Bagian 1) Sumber : Firdhausyah, 2016

109 Gambar 106. Eksplorasi Bentuk Konsep 3 Tas (Bagian 2) Sumber : Firdhausyah,

110 Alternatif Desain 1 (Lampu) Berikut ini adalah alternatif desain dari produk lampu. Desain dibuat dengan acuan konsep lamp shade silhouet, LED, scribbled pattern, flower pattern, geometric shape, save energy, eco material (rattan), transparent/see through, bright color. Gambar 107. Eksplorasi Bentuk Lampu 1 Sumber : Firdhausyah, 2016

111 Alternatif Desain 2 (Lampu) Berikut ini adalah alternatif desain dari produk lampu. Desain dibuat dengan acuan konsep bulb silhouet, LED, scribbled pattern, flower pattern, marble efect, geometric shape, save energy, eco material (rattan), transparent/see through, bright color. Gambar 108. Eksplorasi Bentuk Lampu 2 Sumber : Firdhausyah, 2016

112 Desain Terpilih Tas Alternatif desain tas yang dipilih untuk dijadikan prototype adalah alternatif dengan konsep tema Casual Friday. Tas yang dibuat ada tiga macam yaitu tas bucket, clutch, dan sling bag. Material yang digunakan adalah jenis PU jeans. Sedangkan untuk material olahan digunakan sintetis jenis Diana yang dipress dengan serat perca jenis satin berwarna biru tua dan biru muda. Motif yang digunakan pada tas adalah motif bunga dengan paduan motif acak vertikal dan horizontal. Gambar 109. Prototype Tas 1 Sumber : Firdhausyah, 2016

113 Gambar 110. Prototype Tas 2 Sumber : Firdhausyah,

114 88 Gambar 111. Prototype Tas 3 Sumber : Firdhausyah, 2016

115 Lampu Gambar 112.Varian Warna Sumber : Firdhausyah, 2016 Produk Berikutnya adalah produk lampu. Bagian badan lampu dibuat dari bahan papan rotan dan akrilik 5 atau 2 mm. Untuk bagian pola serat, digunakan serat dari perca satin yang dipress dengan perekat lem putih (cair) dan dilaminasi menggunakan plastik bening. Motif yang digunakan adalah motif bunga dan marble effect dengan warna-warna yang cerah. Jenis

116 90 lampu yang digunakan merupakan lampu yang hemat energi seperti LED strip (warna putih). Sedangkan bagian rumah lampu digunakan materian papan rotan dan akrilik bening. Gambar 113. Prototype Lampu 1 Sumber : Firdhausyah, 2016

117 Gambar 114. Protype Lampu 2 Sumber : Firdhausyah,

118 92 Gambar 115. Prototype Lampu 3 Sumber : Firdhausyah, 2016

119 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian berikut dilakukan untuk mencari teknik pengolahan baru terhadap material serat perca satin yang sesuai dan dapat diaplikasikan menjadi produk fashion dan kriya. Dari studi dan analisa yang dilakukan, berikut adalah beberapa kesimpulan yang didapatkan : a). Jenis serat yang diolah adalah serat perca satin. Teknik olah material yang digunakan adalah dengan teknik heat press yaitu press dengan suhu dan durasi yang sudah ditentukan. Untuk serat satin berjenis sateen (dari serat katun) perlu dilakukan penguraian serat hingga halus dan tipis untuk mendapatkan hasil yang maksimal. b). Proses press dilakukan dua kali untuk 1 lembar hasil olahan perca. Material hasil press dengan perekat lem putih diproses kembali menggunakan 2 jenis cara yaitu press pada media sintetis dan laminasi menggunakan plastik bening untuk menghasilkan 2 jenis material yang berbeda. c). Proses press dengan perekat lem putih dilakukan pada suhu C selama 2 menit dengan syarat campuran lem dan air dibuat cair. Perbandingan lem dan air adalah 1 banding 2. Proses press pada media sintetis dilakukan pada suhu C selama 8 menit dengan syarat bagian permukaan bawah lembaran (tertutup endapan lem) mengahadap atas dan dibasahi terlebih dahulu. Proses press untuk laminasi dilakukan pada suhu C selama 2 menit dengan syarat penataan serat dibuat rapat. d). Jenis media sintetis yang dapat digunakan memiliki ciri tahan terhadap suhu panas hingga 190 C, tipis, dan tampilannya mengkilap contohnya adalah jenis Diana. Jenis Bonita juga dapat digunakan namun tampilan yang mulanya halus dan matte (seperti suede) menjadi licin dan mengkilap ketika terkena panas. Sedangkan sintetis yang tampilannya matte, tipis dan licin dapat digunakan dengan syarat penataan serat dibuat rapat agar ruang untuk masuknya udara menjadi sempit sehingga meminimalisir munculnya lubang-lubang. 93

120 94 Gambar 116. Macam Media Sintetis Yang Digunakan Sumber : Firdhausyah, 2016 e). Lembaran press yang dihasilkan memiliki ukuran maksimal 30 x 30 cm sesuai dengan area media press. f). Konsep perancangan yang digunakan diambil dari analisa material hasil press yaitu Solid Color and Texture, Transparent Color, dan Green Product. Solid Color and Texture merupakan konsep untuk material hasil press pada media sintetis dengan ciri lembaran berwarna solid dan bertekstur. Gambar 117. Aplikasi Konsep Material Solid Color and Texture Sumber : Firdhausyah, 2016 Transparent Color merupakan konsep material hasil press dengan perekat lem putih yang dilaminasi dengan plastik bening dengan ciri lembaran yang plastis, transparan, licin, bertekstur dan memiliki pola berwarna.

121 95 Gambar 118. Aplikasi Konsep Material Transparent Color Sumber : Firdhausyah, 2016 Grenn Product merupakan rangkuman konsep material olah serat perca satin yang bermaksud untuk pemanfaatan limbah perca yang sudah tidak terpakai. Dari konsep berikut dimaksudkan agar penggunaan material-material penunjang dari produk menggunakan material yang ramah lingkungan seperti pada lampu. Rumah lampu menggunakan material papan rotan untuk mengurangi penggunaan kayu dan lampu jenis LED yang hemat energi. Gambar 119. Material Ramah Lingkungan Sumber : Firdhausyah, Saran Dari proses perancangan yang dilakukan terdapat beberapa hal yang perlu dikembangkan lagi antara lain : a) Eksplorasi jenis media sintetis yang digunakan serta warna yang digunakan. b) Eksplorasi dalam penggunaan material serat seperti serat alam (serat pisang abaca).

122 96 c) Eksplorasi pola marble effect pada media sintetis dengan tampilan yang rapi. Hal tersebut dikarenakan pada pola marble (abstrak), ruang atau jarak antar serat renggang sehingga endapan lem terlihat. Gambar 120. Pola Serat Yang Renggang Sumber : Firdhausyah, 2016 d) Pada proses pembuatan pola di atas media sintetis, baiknya diberikan jarak untuk area lipatan dan jahit. Hal tersebut dikarenakan pada saat proses menjahit, terdapat kemungkinan bahwa serat akan terkena jarum dan akhirnya lepas dari permukaan. Gambar 121. Jarak Lipatan dan Jahitan Sumber : Firdhausyah, 2016 e) Pada pemasangan material serat dengan akrilik akan lebih baik bila bagian permukaan serat terkena lem G yang panas. Sehingga saat lampu dinyalakan maka serat juga akan ikut menyala.

123 97 Gambar 122. Bagian Serat Yang Menyala Sumber : Firdhausyah, 2016 f) Setelah proses pemasangan material serat pada akrilik, akan lebih baik bila jarak antara 2 akrilik ditutup dengan sealant terlebih dahulu agar tidak ada debu atau kotoran yang masuk.

124

125 DAFTAR PUSTAKA Alrashid, Dendi Nugraha. Eksplorasi Sampah Plastik Menggunakan Metode Fabrikasi Untuk Produk Fashion. Journal ITB.J.Vis.Art&Des.Vol.3, No 1,2014. Ambrose, Gavin. Harris, Paul Packaging The Brand. Switzerland: AVA Publising SA. Andini, Septia. Pemanfaatan Sabut Kelapa dan Pewarna Alam Indigofera Sebagai Material Alternatif Pada Produk Kriya. Journal ITB.J.Vis.Art&Des.Vol.2, No 1,2013. Arimurti, Fadhila Ardanindita. Eksplorasi Pewarna Alam Indigo Dipadukan dengan Sistem Teknik Modular Pada Produk Fashion. Journal ITB.J.Vis.Art&Des.Vol.2, No 1,2013. Badan Pusat Statistik Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya. BPS Kota Surabaya. Blumenthal, Emily Handbag Designer 101 : Everything You Need To Know Abaout Designing, Making, and Marketing Handbag. USA: Voyageur press. Coats Mengenal Serat Tekstil. Diakses dari pada tanggal 15 September 2015, pukul 09:36 PM. Direja, Hasri Haryani. Inspirasi Motif Batik Kawung Untuk Produk Tekstil dengan Teknik Modular Interlock. Journal ITB.J.Vis.Art&Des.Vol.2, No 1,2013. Gunn, Tim. Miller, Johnny The Mood Guide To Fabric And Fashion. New York: Stewart Tabori & Chang. Khvatova, Anastasia A Detailed Report. Buyer S/S 2017 No.2 Kristal, Alex. Iles, Stephanie How To Decorate. Elle Decoration No.10 Lenzing Trend Spring Summer Diakses dari pada tanggal 5 Mei 2016, pukul PM. Lenzing Trend Autumn Winter Diakses dari pada tanggal 5 Mei 2016, pukul 9.31 PM. Lenzing Trend Spring Summer Diakses dari pada tanggal 5 Mei 2016, pukul PM. Opara, Eddie. Cantwell, John Color Works-Best Practices for Graphic Designers. USA: Rockport Publisher Tregidden, Katie How To Plan a Lighting Scheme. Elle Decoration No.12 97

126 98 (Halaman ini sengaja dikosongkan)

127 Uji Coba Press Pola LAMPIRAN 99

128 100 Prototype Awal Lampu

129 101

130 102 Prototype Awal Tas

131 Gambar Teknik 103

132 104

133 105

134 106

135 107

136 108

137 109

138 110

139 111

140 112

141 113

142 114

143 115

144

145 BIODATA PENULIS Penulis bernama Amatul Firdhausyah, lahir di kota Surabaya, pada tanggal 23 Februari Semenjak kecil, penulis selalu memiliki kegemaran Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Yaperti Bekasi dan lulus pada tahun Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 19, Bekasi dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 4 Bekasi pada tahun Setelah tamat SMA, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dan memutuskan untuk kuliah di jurusan Desain Produk Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kegiatan menggambar merupakan hal yang baru ditekuni pada jenjang perguruan tinggi, akan tetapi penulis tertarik dengan hal berbau desain mulai dari SMA. Di jenjang perguruan tinggi penulis senang berogranisasi dan sempat di amanahi sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa IDE Jurusan Desain Produk Industri ITS. Selain menggambar dan berorganisasi penulis sangat senang traveling ke berbagai tempat di Jawa Timur dan senang ketika mengabadikannya dalam sebuah jepretan kamera. Hal tersebut, yang memotivasi penulis untuk memutuskan mengambil judul tugas akhir Desain Tas Traveler Fotografi Dengan Komposit Eceng Gondok Dilengkapi Penyimpan Daya Listrik Penulis memiliki motto have less, do more, be more yang memiliki makna ketika apa yang dimiliki kurang dari cukup, akan tetapi kita terus berusaha lebih dari yang lain maka yakini apapun yang dikerjakan akan menjadi sangat baik. Penulis dapat dihubungi melalui fijriahhadjar@gmail.com 115

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS). SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) Pengertian serat. SERAT adalah suatu benda yang berbanding panjang diameternya sangat besar sekali. asal serat bahan tekstil

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah merupakan produk sisa hasil pengolahan pabrik atau industri kecil berupa sampah atau cairan kimia. Bagi masyarakat yang kurang mengerti akan cara penangulangan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Literatur

DAFTAR PUSTAKA. Literatur DAFTAR PUSTAKA Literatur 1. Le Brass, Jean, Introduction To Rubber, Hart Publishing Company,Inc., New York City, 1965. 2. Latif, S.M, Karet, Vorkink-Van Hoeve, Bandung, 1950. 3. Pageone, Design secrets:

Lebih terperinci

EKSPLORASI ORGANDI UNTUK PRODUK FASHION

EKSPLORASI ORGANDI UNTUK PRODUK FASHION PENGANTAR KARYA STRATA 1 EKSPLORASI ORGANDI UNTUK PRODUK FASHION SALLY SHEANTI NATANEGARA 17203002 Dosen Pembimbing Kahfiati Kahdar, S. Sn., MA. KRIYA TEKSTIL FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Desain motif batik pada bed sheet memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada bed sheet yang

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang

Lebih terperinci

PROSPEK PEMANFAATAN TEKNOLOGI BAHAN BAKU KAIN KHUSUS BATIK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS DAN DAYA SAING BATIK PEKALONGAN

PROSPEK PEMANFAATAN TEKNOLOGI BAHAN BAKU KAIN KHUSUS BATIK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS DAN DAYA SAING BATIK PEKALONGAN PROSPEK PEMANFAATAN TEKNOLOGI BAHAN BAKU KAIN KHUSUS BATIK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS DAN DAYA SAING BATIK PEKALONGAN Adi Ankafia 1, Diah Anggraeni Jatraningrum 1, Harini Yaniar 1 1 Pusat Inovasi

Lebih terperinci

Media Workshop. Kain dan Serat Pembentuknya. Oleh: Yuliab Koersen. May 22, Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur

Media Workshop. Kain dan Serat Pembentuknya. Oleh: Yuliab Koersen. May 22, Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur Media Workshop Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur May 22, 2013 Kain dan Serat Pembentuknya Oleh: Yuliab Koersen 1. Flow Proses Pembuatan Kain (Fabric) Kain Satu jenis serat Katun, Rayon, Polyester, Nylon,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah tekstil yang terdapat pada pabrik garmen di Indonesia memiliki jumlah yang cukup besar, termasuk pabrik yang berada di kawasan kota Sukabumi, Jawa Barat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber Daya Alam dan memanfaatkannya lebih lanjut untuk kesejahteraan rakyatnya. Hasil alam yang mampu

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN 1. Lingkungan Hidup a. Limbah Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industry maupun domestik ( rumah tangga

Lebih terperinci

BAB II. Metodologi Perancangan

BAB II. Metodologi Perancangan BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.

Lebih terperinci

INFORMASI DAN SPESIFIKASI

INFORMASI DAN SPESIFIKASI INFORMASI DAN SPESIFIKASI Sablon FLOCK Adalah sablon Digital dengan menggunakan kain sintetis yg sudah memiliki perekat. Menggunakan tinta khusus yang tahan air. Menggunakan lem khusus non-water-based

Lebih terperinci

BAB III EKSPLORASI DAN ANALISIS DATA III.1 Eksplorasi Eksplorasi yang dilakukan terhadap limbah benang dengan berbagai pendekatan dari teknik/ pola pada limbah benang, maka dapat dikenali beberapa karakter

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Songket, Limasan, cutting, ready-to-wear. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Keywords: Songket, Limasan, cutting, ready-to-wear. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Limastrical adalah judul dari koleksi busana Tugas Akhir yang terinspirasi dari tren 2014 Imperium. Limas merupakan nama rumah adat yang ada di Palembang sedangkan Trical berasal dari kata symmetrical

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN Dari berbagai eksperimen yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa analisis terkait dari percobaan-percobaan tersebut. 4.1 Analisis Struktur dan Karakteristik Material

Lebih terperinci

11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN

11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN 11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN TEKNIK LEKAPAN Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengertian teknik lekapan,desain dan prinsip teknik lekapan, jenis bahan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Proses perancangan Bahan dasar Serat katun Tali katun Pewarnaan Simpul Eksplorasi Hasil eksplorasi terpilih Perancangan produk Proses produksi KARYA Proses perancangan 42

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA

PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA TUGAS AKHIR-PL 1603 PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA ERDI FARDIAN NRP 3304 100 055 Dosen Pembimbing : Ir. Atiek Moesriati, MKes JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. KESIMPULAN Dari hasil tinjauan data, baik data teoritis maupun data lapangan, dan hasil eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: a. Kain seser adalah

Lebih terperinci

LIMBAH CORRUGATED PAPER SEBAGAI MATERIAL DISPLAY BOOTH

LIMBAH CORRUGATED PAPER SEBAGAI MATERIAL DISPLAY BOOTH LIMBAH CORRUGATED PAPER SEBAGAI MATERIAL DISPLAY BOOTH Priscilla Tamara 1), Peniel Immanuel Gultom 2) 1),2) Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang Jl. Sigura-gura 2 Malang Email

Lebih terperinci

PEMBUATAN HIASAN TAS DENGAN TEKNIK BORDIR APLIKASI SERUNI TIGA DIMENSI DARI KAIN CHIFFON, ORGANDI DAN SATIN

PEMBUATAN HIASAN TAS DENGAN TEKNIK BORDIR APLIKASI SERUNI TIGA DIMENSI DARI KAIN CHIFFON, ORGANDI DAN SATIN Jurnal Penelitian Busana dan Desain (JPBD) Vol 1, No 1, September 2017 e-issn:. https://journal.unesa.ac.id/index.php/jbd PEMBUATAN HIASAN TAS DENGAN TEKNIK BORDIR APLIKASI SERUNI TIGA DIMENSI DARI KAIN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KACA SEBAGAI BAHAN BAKU PENGEMBANGAN PRODUK

PEMANFAATAN LIMBAH KACA SEBAGAI BAHAN BAKU PENGEMBANGAN PRODUK Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain PEMANFAATAN LIMBAH KACA SEBAGAI BAHAN BAKU PENGEMBANGAN PRODUK Shidiq Abdurrahman Dr. Dwinita Larasatai, MA Program Studi Sarjana Desain Produk, Fakultas Seni

Lebih terperinci

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Buku merupakan salah satu media yang bisa digunakan dalam hal penyampaian informasi. Diantara faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBENTUKAN

BAB III PROSES PEMBENTUKAN BAB III PROSES PEMBENTUKAN Lahirnya karya seni rupa melalui proses penciptaan selalu terkait dengan masalah teknis, bahan, dan alat yang digunakan serta tahapan pembentukannya. Selain kemampuan dan pengalaman,

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Limbah spanduk MMT (Metromedia Technologi\ Riset kebutuhan dan peluang pemanfaatan limbah spanduk MMT Gagasan pemanfaatan limbah spanduk MMT untuk

Lebih terperinci

EKSPLORASI RAGAM HIAS NAVAJO DENGAN TEKNIK OLAH REKA LATAR PADA PRODUK FASHION

EKSPLORASI RAGAM HIAS NAVAJO DENGAN TEKNIK OLAH REKA LATAR PADA PRODUK FASHION Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EKSPLORASI RAGAM HIAS NAVAJO DENGAN TEKNIK OLAH REKA LATAR PADA PRODUK FASHION Samina Febriska Vajni John Martono, S.Sn., M.Ds Program Studi Kriya Tekstil,

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah

A. Bagan Pemecahan Masalah 39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/6/2009 TANGGAL : 19 Juni 2009 DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/6/2009 TANGGAL : 19 Juni 2009 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/6/2009 TANGGAL : 19 Juni 2009 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran I : Daftar Tekstil dan Produk Tekstil 2. Lampiran II : Laporan Realisasi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

APLIKASI MOTIF BATIK GARUT MOJANG PRIANGAN PADA ORGANZA

APLIKASI MOTIF BATIK GARUT MOJANG PRIANGAN PADA ORGANZA Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain APLIKASI MOTIF BATIK GARUT MOJANG PRIANGAN PADA ORGANZA UNTUK BUSANA READY TO WEAR Cikita Wildainy Yan Yan Sunarya, S.Sn., M.Sn Program Studi Sarjana Kriya,

Lebih terperinci

EKSPLORASI SERAT KAPUK SEBAGAI BAHAN BAKU TEKSTIL

EKSPLORASI SERAT KAPUK SEBAGAI BAHAN BAKU TEKSTIL EKSPLORASI SERAT KAPUK SEBAGAI BAHAN BAKU TEKSTIL LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah Tugas Akhir Kria Tekstil (KR 40ZJ) Program Studi Kria Tekstil Fakultas Seni Rupa dan

Lebih terperinci

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk; CARA SABLON MANUAL ALAT DAN BAHAN CETAK SABLON Alat: - Meja sablon, selain digunakan untuk menyablon meja ini digunakan pada saat afdruk screen. Bagian utama meja adalah kaca (tebal 5 mm), lampu neon 2

Lebih terperinci

LIMBAH INDISTRI TEKSTIL. Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI

LIMBAH INDISTRI TEKSTIL. Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI LIMBAH INDISTRI TEKSTIL Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI 1. Konsep Ekologi Menurut Eugene (1975:1) ekologi berasal dari kata Yunani Oikos berarti rumah tangga dan logos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan tradisi yang memiliki latar belakang kuat dengan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala bidang dan bentuk kebudayaan maupun kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Perkembangan fashion yang sangat pesat di Indonesia disebabkan karena adanya globalisasi dan media masa yang menunjang, hal ini membuat Indonesia menjadi salah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan, peserta didik diharapkan mampu:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan, peserta didik diharapkan mampu: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu A. Tujuan Pembelajaran : SMP N 3 MAGELANG : Prakarya / Kerajinan : VII / 1 (satu) : 1 pertemuan (2 JP) Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

TUGAS PRAKARYA: SABLON

TUGAS PRAKARYA: SABLON TUGAS PRAKARYA: SABLON Pengertian Sablon Kata sablon berasal dari bahasa Belanda yaitu schablon yang merupakan suatu teknik cetak-mencetak suatu desain grafis dengan menggunakan kain gasa atau biasa disebut

Lebih terperinci

Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk. Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air. Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120 " 1.

Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk. Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air. Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120  1. Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120 " 1. warna kusam Air Mendidih 2. mudah luntur 3 bungkus 3. bisa diurai 4. bisa dipilin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakaian merupakan kebutuhan yang tidak mungkin dipisahkan dari manusia. Pada awalnya pakaian berfungsi sebagai alat perlindungan diri, baik itu dari cuaca ekstrim

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN BRANDING SUTRA ALAM SEBAGAI PRODUSEN KAIN TENUN IKAT SUTRA GARUT. Oleh Widya Putri NRP

ABSTRAK PERANCANGAN BRANDING SUTRA ALAM SEBAGAI PRODUSEN KAIN TENUN IKAT SUTRA GARUT. Oleh Widya Putri NRP ABSTRAK PERANCANGAN BRANDING SUTRA ALAM SEBAGAI PRODUSEN KAIN TENUN IKAT SUTRA GARUT Oleh Widya Putri NRP 1164039 Jawa Barat sangatlah kaya akan kain tradisionalnya. Namun diantara banyaknya kain tradisional

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TEKNIK TEKSTIL TAPESTRI PADA PERANCANGAN LAMPU HIAS DI RUMAH MAKAN LOMBOK ABANG

TUGAS AKHIR TEKNIK TEKSTIL TAPESTRI PADA PERANCANGAN LAMPU HIAS DI RUMAH MAKAN LOMBOK ABANG TUGAS AKHIR TEKNIK TEKSTIL TAPESTRI PADA PERANCANGAN LAMPU HIAS DI RUMAH MAKAN LOMBOK ABANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN APLIKASI SMARTPHONE UNTUK KONSUMEN DI KAWASAN TEKSTIL CIGONDEWAH. Oleh : Gary Tandanajaya NRP

ABSTRAK PERANCANGAN APLIKASI SMARTPHONE UNTUK KONSUMEN DI KAWASAN TEKSTIL CIGONDEWAH. Oleh : Gary Tandanajaya NRP ABSTRAK PERANCANGAN APLIKASI SMARTPHONE UNTUK KONSUMEN DI KAWASAN TEKSTIL CIGONDEWAH Oleh : Gary Tandanajaya NRP 1064062 Bandung dikenal masyarakat sebagai kota fashion. Banyaknya outlet, distro, dan mall

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

UKDW BAB 1. PENDAHULUAN

UKDW BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kayu merupakan bahan yang paling banyak digunakan untuk keperluan konstruksi. Kebutuhan kayu yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus berkurang menuntut penggunaan kayu secara

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk sejenis yang berkaitan dengan dompet kulit yang ingin penulis buat yaitu dompet kulit produksi Guten Inc. Dompet Guten Inc dibuat khusus untuk pria dengan

Lebih terperinci

PERMODELAN PERPINDAHAN MASSA PADA PROSES PENGERINGAN LIMBAH PADAT INDUSTRI TAPIOKA DI DALAM TRAY DRYER

PERMODELAN PERPINDAHAN MASSA PADA PROSES PENGERINGAN LIMBAH PADAT INDUSTRI TAPIOKA DI DALAM TRAY DRYER SKRIPSI RK 1583 PERMODELAN PERPINDAHAN MASSA PADA PROSES PENGERINGAN LIMBAH PADAT INDUSTRI TAPIOKA DI DALAM TRAY DRYER AULIA AGUS KURNIADY NRP 2303 109 016 NIDIA RACHMA SETIYAJAYANTRI NRP 2306 100 614

Lebih terperinci

II. METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Perancangan tas wanita batok kelapa yang dibuat ini orisinalitas sendiri berdasarkan penggunaan bahan yang berasal dari limbah dan sistem yang digunakan pada tas

Lebih terperinci

EKSPLORASI SIMPUL PADA TALI KATUN UNTUK PELENGKAP BUSANA

EKSPLORASI SIMPUL PADA TALI KATUN UNTUK PELENGKAP BUSANA Laporan Mata Kuliah Tugas Akhir Kria Tekstil KR40ZJ EKSPLORASI SIMPUL PADA TALI KATUN UNTUK PELENGKAP BUSANA Disusun oleh : Amelia H Devita NIM : 17203019 Dosen pembimbing : DR. Biranul Anas Zaman PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 1. Tempat. Penelitian ini akan di lakukan di Kampus STIPAP Beberapa kegiatan penelitian yang dilakukan seperti diperlihatkan pada tabel 3.1. No Tabel 3.1. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini penulis menguraikan kesimpulan, dan rekomendasi yang akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil Belajar Pengetahuan Tekstil

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Peony, bunga, sulam, Cina, feminin. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Peony, bunga, sulam, Cina, feminin. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Koleksi busana ready-to-wear deluxe berjudul Mudanin. Mudanin merupakan nama Cina dari bunga Peony. Peony adalah bunga nasional Cina yang melambangkan kecantikan dan feminin. Sebagian besar Peony

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Berikut adalah hasil karya Tugas Akhir Jessy Jasmine Fitria Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB dengan judul EKSPLORASI TEKNIK

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAIN PERCA BATIK YANG MELIMPAH DAN TERABAIKAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BROS PETIK

PEMANFAATAN KAIN PERCA BATIK YANG MELIMPAH DAN TERABAIKAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BROS PETIK PEMANFAATAN KAIN PERCA BATIK YANG MELIMPAH DAN TERABAIKAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BROS PETIK (PERCA BATIK) DI DESA PAWEDEN, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Eky Risqiana Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK Boneka bisa terbuat dari bermacam bahan, bahan yang bisa digunakan yaitu kain, kulit, kertas, fiber, tanah liat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CD merupakan singkatan dari compact disc, istilah CD berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi cakram padat. CD adalah cakram optik

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Pada era modern saat ini banyak sekali produk pengembangan untuk menunjang kebutuhan aktivitas bermain anak. Mulai permainan melatih otak, fisik sampai anak dapat

Lebih terperinci

BAB II PRODUK DAN JASA

BAB II PRODUK DAN JASA BAB II PRODUK DAN JASA 2.1 Spesifikasi Produk Dari segi bahan KetoBatik menggunakan bahan Cotton Combed 20s dan kemeja menggunakan bahan Teteron Cotton. Bahan batik yang KetoBatik gunakan adalah batik

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain produk menjadi hal yang penting dalam mempertahankan serta menjaga minat beli konsumen maupun pasar. Produk yang terkesan monoton dan tidak variatif akan menimbulkan

Lebih terperinci

TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA

TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN BAB IV. KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Menurut ASEAN DNA, sebuah situs untuk mempromosikan pemahaman yang berkaitan dengan karakteristik ASEAN menyebutkan bahwa rata-rata tinggi badan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan mengenai limbah hingga saat ini masih marak terjadi dimana-mana akibat kurangnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan limbah dari produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA 3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 23/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG KETENTUAN IMPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi masyarakat yang menghuni kawasan pesisir, laut adalah sumber penghidupan. Dengan keberadaan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI WARNA (PAGODA RED, WINDSOR PURPLE, MADONNA BLUE) TERHADAP KUALITAS WARNA UNGU PURPLE PADA KAIN KATUN DENGAN TEKNIK TIE DYE

PENGARUH KOMPOSISI WARNA (PAGODA RED, WINDSOR PURPLE, MADONNA BLUE) TERHADAP KUALITAS WARNA UNGU PURPLE PADA KAIN KATUN DENGAN TEKNIK TIE DYE PENGARUH KOMPOSISI WARNA (PAGODA RED, WINDSOR PURPLE, MADONNA BLUE) TERHADAP KUALITAS WARNA UNGU PURPLE PADA KAIN KATUN DENGAN TEKNIK TIE DYE Afraiatin Astutik Mahasiswa S1 Pendidikan Tata Busana, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dahulu, penggunaan handuk di lingkungan masyarakat umumnya terbatas pada kegiatan higienitas jasmani maupun lingkungan, seperti untuk mengeringkan tubuh maupun tangan,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

1.2 Asumsi Dasar 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

1.2 Asumsi Dasar 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semangat untuk memahami dan menguasai keterampilan dan teknik menangani material (tertentu) merupakan bagian yang harus hadir dalam pembekalan pendidikan tinggi seni

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN 1. Aspek Fungsi dan Manfaat Permainan Kartu a. Pengertian Permainan Kartu Pengertian kartu menurut Kamus

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Sepatu sebagai sebuah produk yang telah banyak tersebar luas di dunia memiliki tempat tersendiri di hati orang-orang yang menggemari sepatu. Sepatu tidak hanya

Lebih terperinci

Desain Alas Kaki Casual untuk Anak Perempuan Usia 8-12 Tahun dengan Eksplorasi dan Aplikasi Motif Batik Anak

Desain Alas Kaki Casual untuk Anak Perempuan Usia 8-12 Tahun dengan Eksplorasi dan Aplikasi Motif Batik Anak Desain Alas Kaki Casual untuk Anak Perempuan Usia 8-12 Tahun dengan Eksplorasi dan Aplikasi Motif Batik Anak Sakina Mutiara Rahmawati dan Primaditya, S.Sn. M.Ds Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PERANCANGAN

BAB III METODE DAN PROSES PERANCANGAN 45 BAB III METODE DAN PROSES PERANCANGAN A. Konsep Penciptaan Dalam menciptakan sebuah karya desain, seorang desainer bisa mendapatkan ide atau gagasan berkarya dari mana saja. Bisa dari pengalaman desainer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia

Lebih terperinci

THE FACTORY ORGANISATION

THE FACTORY ORGANISATION THE FACTORY ORGANISATION Director IT - Department Finance Shipping Human Resources Marketing Manager Chief Merchandiser Merchandisers Sampling Asst. Merchandiser Production Management Production Orders

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERANCANGAN BUKU DIREKTORI SURABAYA SEBAGAI KOTA INDUSTRI KREATIF

LEMBAR PENGESAHAN PERANCANGAN BUKU DIREKTORI SURABAYA SEBAGAI KOTA INDUSTRI KREATIF LEMBAR PENGESAHAN PERANCANGAN BUKU DIREKTORI SURABAYA SEBAGAI KOTA INDUSTRI KREATIF Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Bidang Studi Desain Komunikasi Visual

Lebih terperinci

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TAMPAKSIRING Jl. DR. Ir. Soekarno, Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring Telp. (0361) 981 681 SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.206, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Tekstil. Produk Tekstil. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.206, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Tekstil. Produk Tekstil. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.206, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Tekstil. Produk Tekstil. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang La Belle Epoque merupakan jaman keemasan dan jaman kemakmuran di Perancis. Periode La Belle Epoque dalam sejarah Perancis yang konvensional di mulai pada tahun 1871

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni Faridah, Anwar Fuadi ABSTRAK Kertas seni banyak dibutuhkan oleh masyarakat, kertas seni yang dihasilkan dapat digunakan sebagai kertas

Lebih terperinci

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI Suryani Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Buketrata - Lhokseumawe Email : suryani_amroel@yahoo.com Abstrak Pati (khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kain Karawo Di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo terdapat empat kelompok pengrajin, kelompok pertama diketuai oleh Ibu Sarta Talib terdiri

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Meningkatnya kebutuhan pokok manusia akan pakaian, sangat berpengaruh pada perkembangan industri tekstil. Tidak sedikit dri industry berskala basar maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan polimer dan komposit dewasa ini semakin meningkat di segala bidang. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan material

Lebih terperinci

BAB II. METODE PERANCANGAN

BAB II. METODE PERANCANGAN BAB II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Sepatu wedges memiliki ciri tersendiri yaitu terdapat pada bagian solnya yang tebal dan mengikuti tapak kaki wanita. Sepatu wedges memberikan efek tinggi saat

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pakaian siap pakai, rotan, Suku Dayak Iban, Obnasel, Bordir

Kata Kunci: Pakaian siap pakai, rotan, Suku Dayak Iban, Obnasel, Bordir ABSTRAK Rancangan koleksi See Dayak merupakan sebuah rancangan ready to wear. Perancang terinspirasi dari budaya Suku Dayak Iban yang berasal dari Kalimantan Barat. Keindahan motif serta busana tradisional

Lebih terperinci

Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi

Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi Karpet masjid sejatinya bukan hanya menjadi sebuah alas lantai, melainkan juga berfungsi sebagai alas salat dan salah satu elemen yang

Lebih terperinci