LAPORAN KAJIAN PENCOCOKAN KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KAJIAN PENCOCOKAN KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN LAPORAN KAJIAN PENCOCOKAN KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Oleh : HARI SETYAWAN PANGGAH ARDIYANSYAH PUJI SANTOSA WAHYUDI IRAWAN SETIYAWAN BALAI KONSERVASI BOROBUDUR JALAN BADRAWATI TELP. (0293) , , FAX (0293) BOROBUDUR MAGELANG

2 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KAJIAN PENCOCOKAN KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR TAHUN oleh : Hari Setyawan (NIP ) Panggah Ardiyansyah (NIP ) Puji Santosa (NIP ) Wahyudi (NIP ) Irawan Setiyawan (NIP ) Mengetahui, Kepala Seksi Konservasi Borobudur, Desember Tim Kajian Iskandar Mulia Siregar, S.Si Hari Setyawan, S.S., M.T. NIP NIP Menyetujui, Kepala Balai Konservasi Borobudur Drs. Marsis Sutopo. M.Si NIP ii

3 ABSTRAK Candi Borobudur merupakan mahakarya yang menjadi bukti puncak kejayaan Kerajaan Mataram Kuna Periode Jawa Tengah Abad VIII X M. Upaya pelestarian candi melalui pemugaran strukturnya sudah dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tahun oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan tahun oleh Pemerintah Republik Indonesia yang berkerja sama dengan UNESCO. Sejak Candi Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991, upaya pelestarian terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Salah satu upaya pelestarian yang dilakukan oleh Balai Konservasi Borobudur adalah melakukan pencocokan kepala arca Buddha Candi Borobudur Selama berjalannya transformasi alam maupun budaya, arca Buddha yang pada struktur candi banyak yang tidak utuh, sebagian besar di antaranya adalah arca yang tidak berkepala sejumlah 247 buah. Sementara itu, penggalan arca Buddha yang masih tersimpan pada kantor Balai Konservasi Borobudur adalah sejumlah 56 buah. Kondisi ini ditindaklanjuti dengan melakukan Kajian Pencocokan Kepala Arca Candi Borobudur menggunakan berbagai metode. Metode tersebut adalah pengukuran ikonometri, pengukuran kandungan magnetik material batu, pengukuran kandungan unsur material batu, dan pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik. Pada aplikasi metode tersebut digunakan alat bantu berupa magnetic susceptibility meter, x ray fluoresence, dan ultrasonic pulse velocity tester. Kata kunci : pencocokan kepala arca, ikonometri, kandungan magnetik material, kandungan unsur material batu, cepat rambat gelombang ultrasonik. iii

4 DAFTAR ISI hlm. Halaman Judul i Lembar Pengesahan.... ii Abstrak iii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... vi Daftar Foto... vii Daftar Tabel..... viii Daftar Grafik... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Dasar... 1 B. Latar Belakang... 1 C. Rumusan Masalah... 4 D. Tujuan. 4 E. Manfaat F. Ruang Lingkup... 5 G. Metode dan Alur Kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 A. Arca Buddha B. Ikonometri Arca Buddha 8 C. Arca Dhyani Buddha Candi Borobudur D. Material Batu Pada Struktur Candi Borobudur BAB III METODE KAJIAN. 18 A. Metode B. Alat dan Bahan BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN A. Metode Pendokumentasian B. Pengukuran Ikonometri Kepala Arca dan Tubuh Arca C. Pengukuran Kandungan Unsur Material Batu D. Pengukuran Kandungan Magnetik Material Batu E. Pengukuran Laju Rambat Gelombang Ultrasonik F. Studi Perbandingan Ikonometri Arca Dhyani Buddha BAB V ANALISA DATA.. 49 A. Pengukuran Ikonometri Kepala Arca dan Tubuh Arca 49 B. Pengukuran Kandungan Unsur Material Batu. 58 iv

5 C. Pengukuran Kandungan Magnetik Material Batu.. 64 D. Pengukuran Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik. 67 BAB VI Kesimpulan dan Rekomendasi.. 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

6 DAFTAR GAMBAR No Gambar hlm 1 Gambar I.1. Diagram alur Kajian Pencocokan Arca Buddha Candi Borobudur. 6 2 Gambar II.1. Denah lokasi arca Dhyani Buddha pada struktur Candi Borobudur (Dok: Tim Kajian,2014) Gambar IV.1. Satuan ukuran tala (Dok: Kirti Trivedi) Gambar IV.2. Profil satuan ikonometri pada kelompok Uttam Dasha Tala (Dok: Kirti Trivedi) Gambar IV.3. Penomoran arca Buddha tanpa kepala pada struktur Candi Borobudur (Dok: Tim kajian, ). 41 vi

7 DAFTAR FOTO No Foto hlm 1 Kondisi Candi Borobudur sebelum di pugar dengan arca Buddha yang sudah tidak berada pada posisinya (Dok: van Erp,1933). 4 2 Foto IV.1. Hasil pemotretan kepala arca bagian depan/ wajah (Dok: Tim Kajian, ) Foto IV.2. Hasil pemotretan kepala arca bagian samping kiri (Dok: Tim Kajian, ) Foto IV.3. Hasil pemotretan kepala arca bagian samping kanan (Dok: Tim Kajian, ) Foto IV.5. Hasil pemotretan kepala arca bagian patahan leher (Dok: Tim Kajian, ) Foto IV.6. Pemasangan skafolding untuk pemotretan tubuh arca pada struktur candi (Dok: Tim Kajian, ) Foto IV.7. Hasil pemotretan tubuh arca pada struktur Candi Borobudur (Dok: Tim Kajian, ) Foto IV.8. Hasil pemotretan bagian patahan leher pada tubuh arca di struktur Candi Borobudur (Dok: Tim Kajian, ) Foto IV.9. Pengukuran ikonometri kepala arca Buddha Candi Borobudur (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.10. Pengukuran ikonometri pada kepala arca (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.11. Pengukuran pada leher dan bekas patahan pada leher (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.12. Deskripsi warna material kepala arca menggunakan skala warna tanah (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.13. Pengukuran ikonometri tubuh arca pada struktur Candi Borobudur (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.14. Pengukuran ikonometri pada tubuh arca (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.15. Pengukuran ikonometri pada bekas patahan leher di tubuh arca (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.16. Pengukuran kandungan unsur menggunakan XRF (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.17. Tampilan kandungan unsur pada monitor XRF (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.18. Pengukuran menggunakan magnetic susceptibility meter pada tubuh arca (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.19. Pengukuran menggunakan magnetic susceptibility meter pada tubuh arca di dalam stupa teras (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.20. Pengukuran menggunakan ultrasonic pulse velocity tester (Dok: CICS, ) Foto IV.21. Arca Dhyani Buddha Amithaba di kantor BPCB DIY (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.22. Arca Dhyani Buddha pada kompleks Candi Sewu (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.23. Pengukuran ikonometri arca Buddha pada kompleks Candi Sewu (Dok: Tim kajian, ) Foto V.1. Arca Dhyani Buddha Aksobhya sisi Timur, pagar langkan II, bidang f (Dok: Tim kajian, ) Foto V.2. Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa sisi Selatan, pagar langkan II, bidang c (Dok: Tim kajian, ) Foto V.3. Arca Dhyani Buddha Amithaba sisi Barat, pagar langkan II, bidang b (Dok: Tim kajian, ) Foto V.4. Alat pengukur kandungan magnetik, magnetic susceptibility meter (Dok: georesults.com) Foto V.5. Peralatan ultrasonic pulse velocity tester (Dok: humboldtmfg.com) Foto V.6. Penggunaan alat ultrasonic pulse velocity tester pada pengecekan mutu beton (Dok: humboldtmfg.com) Foto V.7. Penggunaan alat ultrasonic pulse velocity tester pada pengecekan kayu (Dok: humboldtmfg.com). 68 vii

8 DAFTAR TABEL No Tabel hlm 1 Tabel II.1. Jumlah Arca Dhyani Buddha Candi Borobudur Tabel II.2 Jumlah Arca Dhyani Buddha yang TERPASANG saat ini Tabel II.3. Jumlah Arca Dhyani Buddha yang BERKEPALA Tabel II.4. Jumlah Arca Dhyani Buddha yang TANPA KEPALA Tabel II.5. Jumlah Arca Dhyani Buddha yang tidak terpasang (KOSONG) Tabel II.6. Jumlah Arca Dhyani Buddha yang bukan pasanganya Tabel II.7. Rekap Jumlah Arca Dhyani Buddha Tahun Tabel II.8. Komposisi Kimia Andesit (Travis dalam Muryowiharjo, 2005) Tabel II.9. Sifat fisik sampel batu penyusun Candi Borobudur Tabel II.10. Komposisi kimia sampel batu penyusun Candi Borobudur Tabel IV.1. Pengukuran Kepala Arca Buddha Candi Borobudur Tabel IV.2. Hasil Pengukuran Kandungan Unsur Material Kepala Arca Menggunakan XRF Tabel IV.3. Pengukuran Kandungan Magnetik Material Tubuh Arca Tabel IV.4. Ikonometri Arca Dhyani Buddha di Kantor BPCB DIY Tabel IV.5. Ikonometri Arca Dhyani Buddha di Candi Sewu Tabel V.1. Ikonometri Arca Dhyani Buddha Aksobhya Sisi Timur, Pagar Langkan II, bidang f Tabel V.2. Ikonometri Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa sisi Selatan, pagar langkan II, 51 bidang c. 18 Tabel V.3. Ikonometri Arca Dhyani Buddha Amithaba sisi Barat, pagar langkan II, bidang b Tabel V.4. Ikonometri Arca Dhyani Buddha Amoghasiddha sisi Utara, pagar langkan II, bidang 54 b. 20 Tabel V.5. Rata-Rata Satuan Ukuran Tala, Angula, dan Yava Pada Kepala Arca Tabel V.6. Pengukuran Kandungan Magnetik Pada Tubuh Arca Pada Pagar Langkan II. 65 viii

9 DAFTAR GRAFIK No Grafik hlm 1 Grafik IV.1. Elemen ikonometri pada kepala arca Buddha Candi Borobudur Grafik IV.2. Perbandingan kandungan SiO2 dan Al pada material kepala arca Grafik IV.3. Hasil pengukuran kandungan magnetik pada kepala arca Grafik IV.4. Nilai rata-rata pengukuran kandungan magnetik pada pagar langkan I sisi Timur Grafik IV.5. Hasil pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik menggunakan ultrasonic pulse velocity tester pada kepala arca Grafik V.1. Ikonometri kepala arca Buddha Candi Borobudur no Grafik V.2. Ikonometri kepala arca Buddha Candi Borobudur no Grafik V.3. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.1 no Grafik V.4. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.11 no Grafik V.5. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.21 no Grafik V.6. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.31 no Grafik V.7. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.41 no Grafik V.8. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.51 no Grafik V.9. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.1 no Grafik V.10. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.11 no Grafik V.11. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.21 no Grafik V.12. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.31 no Grafik V.13. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.52 no Grafik V.14. Pengukuran kandungan magnetik pada kepala arca Grafik V.16. Pengukuran cepat rambat gelmbang ultrasonik pada kepala arca. 69 ix

10 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992; 3) Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004; 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 55 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Borobudur; 6) DIPA Balai Konservasi Borobudur Tahun ; 7) Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi Borobudur No.1830/HK.501/BK/IV/ tanggal 1 April tentang Tim Pelaksana Kajian Pada Balai Konservasi Borobudur. B. Latar Belakang Salah satu karya arsitektur yang menumental pada masa Kerajaan Mataram Kuna Periode Jawa Tengah di antaranya adalah Candi Borobudur. Candi Borobudur adalah candi berlatar belakang agama Buddha Mahayana terbesar di Indonesia, yang dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Sailendra pada abad VIII M. Candi tersebut berada pada posisi LS, BT, tepatnya di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan sebuah candi tanpa bilik dan tanpa atap dengan bahan dasar batu andesit, berarah hadap Timur dengan denah yang simetris. Candi Borobudur mempunyai tinggi 42 m sebelum dipugar dan 35,4 m setelah dipugar dengan panjang sisi 121,70 m dan lebar sisi 121,40 m. Luas permukaan keseluruhan m 2 dengan luas lantai undag hingga teras III 8420,5 m 2, serta sepuluh tingkatan dari bawah ke atas dengan teras pertama sampai teras ketujuh berbentuk persegi dan teras selanjutnya berbentuk lingkaran (Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, 1991). 1

11 Berdasarkan konsep pembangunannya Candi Borobudur merupakan stupa prasada dengan sepuluh tingkat yang secara vertikal terdiri atas tiga bagian yaitu, kamadhatu (dunia nafsu), rupadhatu (dunia bentuk), dan arupadhatu (dunia tanpa bentuk) (Stuterheim,1950:198). Casparis menyatakan bahwa, Borobudur adalah sebuah kuil nenek moyang, sebagaimana disebutkan dalam prasasti Sri Kahulunan 842 M yang menyebut Borobudur sebagai Kamulan I bhumi sambhara. Kamulan dapat diartikan sebagai kuil atau tempat suci nenek moyang (J. G. de Casparis,1950). Sejak dibangun sekitar abad VIII IX Masehi dan sampai dengan saat ini, Candi Borobudur telah mengalami dua kali pemugaran. Pemugaran pertama dilakukan oleh Theodore Van Erp dalam tahun Pada pemugaran pertama ini, kegiatan difokuskan pada pembenahan stupa teras dan stupa induk pada tingkat Arupadhatu, sedangkan pada tingkat dibawahnya hanya bagian-bagian tertentu saja yang dipugar atau menata dinding-dinding lorong. Dinding lorong dipugar tanpa melakukan pembongkaran sehingga tetap terjadi kemiringan. Lantai lorong diratakan tanpa membongkar dan memberi perkuatan, yaitu hanya dengan cara menguruk dan memasang batu lantai dengan tatanan batu yang nat-natnya ditutup dengan mortar. Tujuan penutupan dengan mortar adalah untuk meminimalisir penetrasi air ke dalam struktur bangunan yang dapat menyebabkan tanah dasar candi tidak stabil. Pemugaran kedua dilakukan oleh pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNESCO pada tahun Permasalahan stabilitas struktural yang terjadi setelah pemugaran pertama (kemiringan dinding), pada pemugaran kedua ini nampaknya telah terselesaikan, namun demikian masih terjadi pelapukan yang belum sepenuhnya dapat teratasi. Pelapukan dalam dikarenakan endapan garam masih terus terjadi dan membutuhkan perhatian serius. Penanganan endapan garam membutuhkan pemahaman yang mendalam dan komprehensip mengenai proses terjadinya dan faktor-faktor yang turut mempengaruhi. Salah satu faktor yang diduga turut berperan dalam terjadinya endapan garam tersebut adalah mortar yang diaplikasikan pada pemugaran I. Mortar pemugaran I tersebut saat ini masih dijumpai pada selasar dan teras-teras stupa yang memang tidak dibongkar pada pemugaran II. Sedangkan mortar yang ada pada daerah Rupadhatu sudah dihilangkan pada pemugaran II. Setelah dipugarnya Candi Borobudur untuk yang kedua kalinya, tidak berarti semua permasalahan yang berkaitan dengan pelestariannya dapat diselesaikan dengan baik. Salah satu permasalahan yang belum terselesaikan di antaranya berkaitan dengan 2

12 arca Dhyani Buddha Candi Borobudur yang menyangkut kelengkapan anatomi arca. Secara eksplisit disampaikan bahwa permasalahan tersebut muncul karena masih ada kepala arca Dhyani Buddha Candi Borobudur yang belum bisa dikembalikan pada struktur candi. Hal ini karena kepala arca tersebut ditemukan terpisah dari tubuhnya tanpa adanya petunjuk, catatan, maupun referensi yang jelas menyangkut posisi asli dari kepala arca tersebut. Dari keseluruhan jumlah arca Dhyani Buddha yang berjumlah 504 buah, saat ini masih dijumpai 228 arca Buddha berkepala dan 247 buah arca Dhyani Buddha tanpa kepala. Sementara itu, kepala arca Buddha yang disimpan di Balai Konservasi Borobudur berjumlah 56 buah. Kondisi tersebut memerlukan adanya upaya pelestarian, salah satunya dengan cara mencocokkan kepala arca dengan tubuh arca yang berada pada pagar langkan ataupun stupa teras. Pencocokan arca tidak bisa dilakukan dengan cara langsung, namun dengan cara melakukan penelitian secara lebih mendalam pada kepala arca dan tubuh arca. Hal ini untuk menghindari kesalahan pemasangan yang akan mengurangi nilai penting dari arca tersebut. Melalui kajian ini, diaplikasikan berbagai metode yang dapat digunakan dalam melakukan pencocokan kepala arca. Dengan dilaksanakannya kajian ini juga diharapkan kontribusi para ahli arkeologi maupun ahli pelestarian cagar budaya berdasarkan kompetensinya dapat menyampaikan pendapat dan metode-metode yang sesuai. Metode-metode dan pendapat dari para ahli kemudian dirumuskan dalam bentuk rekomendasi yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam bentuk kegiatan fisik. Kegiatan fisik tersebut utamanya bertujuan untuk mencocokkan dan memasang kepala arca Buddha pada tubuh arca yang berada di atas struktur candi. 3

13 Foto I.1. Kondisi Candi Borobudur sebelum di pugar dengan arca Buddha yang sudah tidak berada pada posisinya (Dok: van Erp,1933). C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang disampaikan pada pendahuluan, maka permasalahan yang akan dibahas dan ditindaklanjuti dalam kajian ini adalah bagaimana cara mencocokkan kepala arca Dhyani Buddha Candi Borobudur. Kepala arca yang dimaksud adalah yang tersimpan di Balai Konservasi Borobudur yang dicocokkan dengan tubuh arca yang berada pada struktur Candi Borobudur. Dengan demikian masalah yang dirumuskan dan akan diselesaikan melalui Kajian Pencocokan Arca Buddha Candi Borobudur adalah : 1. Bagaimana ikonometri arca Dhyani Buddha Candi Borobudur? 2. Metode apakah yang sesuai untuk mencocokkan arca Dhyani Buddha Candi Borobudur? D. Tujuan Tujuan kajian ini adalah untuk mendapatkan metode pencocokan kepala arca Dhyani Buddha yang tersimpan di Balai Konservasi Borobudur berdasarkan pada prinsipprinsip pelestarian cagar budaya. Metode pencocokan dilakukan dengan melakukan berbagai pengukuran pada kepala arca dan tubuh arca. Salah satu pengukuran juga dialukan menggunakan alat analisis kandungan unsur material. E. Manfaat 4

14 Manfaat yang diharapkan dalam kajian ini adalah rekomendasi menyangkut metode yang sesuai digunakan untuk mencocokkan kepala arca dan tubuh arca Dhyani Buddha yang saat berada pada strukur Candi Borobudur. Sehingga nilai penting dan kelestarian Candi Borobudur dapat ditingkatkan. F. Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian dibatasi kepala arca Dhyani Buddha yang disimpan di kantor Balai Konservasi Borobudur dan arca Dhyani Buddha pada struktur Candi Borobudur. G. Metode dan Alur Kajian Untuk mencapai tujuan dan mendapatkan manfaat dari pelaksanaan Kajian Pencocokan Kepala Arca Candi Borobudur maka metode dan alur kajian yang diformulasikan adalah sebagai berikut : 1. Penelusuran literatur dan studi pustaka. Dilakukan dengan maksud untuk mencari, mengetahui, dan mempelajari datadata dan gambar-gambar menyangkut arca Dhyani Buddha Candi Borobudur. 2. Observasi lapangan. Observasi lapangan dilakukan untuk melihat kondisi arca di kantor Balai Konservasi Borobudur dan pada struktur Candi Borobudur. Hal ini dilakukan untuk menentukan posisi pengukuran dan analisis arca. 3. Pelaksanaan. Pengukuran Pengukuran dilakukan tidak hanya pada kepala arca maupun arca yang tanpa kepala namun juga arca Dhyani Buddha yang masih utuh. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ikonometri arca sehingga dapat menjadi perbandingan antara tubuh dan kepala arca Dhyani Buddha. Pendokumentasian Pendokumentasian dilakukan secara khusus dalam berbagai posisi pada kepala arca dan tubuh arca untuk mengetahui detil objek. Pengambilan Data Teknis Arca Untuk melakukan pencocokan kepala arca Dhyani Buddha, maka data teknis yang diambil pada kepala maupun tubuh arca untuk dicocokkan di antaranya adalah, ciri fisik berupa keterawatan objek, warna material, kekompakan material, kandungan unsur mineral, kandungan magnetik material, dan cepat rambat gelombang ultrasonik. 4. Analisa dan evaluasi data 5

15 Analisa dan evaluasi data dilakukan setelah pengukuran dan dokumentasi kepala arca dan tubuh arca dilakukan. Pada intinya analisa data dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kecocokan kepala dengan tubuh arca berdasarkan sifat-sifat yang telah dikenali. 5. Rekomendasi Rekomendasi merupakan tahap akhir dari Kajian Pencocokan Kepala Arca Buddha Candi Borobudur. Dalam tahap ini direkomendasikan metode yang sesuai untuk pencocokan kepala arca. Adapun secara mendetail alur penelitian adalah sebagai berikut. Kepala Arca Buddha Candi Borobudur (56 buah) Dokumentasi fotografi Deskripsi dan pengukuran Dimensi kepala arca (centimeter, tala, angula, yava) Warna (skala warna) Deskripsi keterawatan Pengukuran kandungan unsur Pengukuran magnetic susceptibility Pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik Kepala arca 6 Tubuh Arca Buddha Candi Borobudur (247 buah) Tubuh arca Dokumentasi fotografi 3 Formulasi Metode pencocokan kepala arca Buddha Deskripsi dan pengukuran Dimensi tubuh arca (centimeter, tala, angula, yava) Warna (skala warna) Deskripsi keterawatan Pengukuran kandungan unsur Pengukuran magnetic susceptibility Pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik 4 Gambar I.1. Diagram alur Kajian Pencocokan Arca Buddha Candi Borobudur. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

16 A. Arca Buddha Kata arca berasal dari bahasa Inggris yaitu icon, yang berarti gambaran dewa atau orang suci yang dituangkan dalam lukisan, mosaik, pahatan dan sebagainya. Kata icon berasal dari bahasa Yunani eikon yang artinya sama dengan kata-kata berbahasa Sansekerta arca, tanu, rupa, bera dan vigraha. Sehingga kata arca diartikan sebagai gambaran dewa yang dipuja. Ilmu yang mempelajari arca secara keseluruhan meliputi kegunaan, ikonografi maupun simbol-simbolnya disebut Ikonologi. Ilmu mengenai arca mempunyai cabangcabang tersendiri, diantaranya adalah Ikonografi dan Ikonometri. Ikonografi sebagai cabang dari ikonologi mempelajari sistem tanda-tanda sebagai penentu identitas arca, sedangkan ikonometri adalah satuan ukuran bagian anatomi arca. Ikonometri merupakan hal yang amat penting bagi seniman pembuat arca karena merupakan ketentuan pokok yang dijadikan pedoman dalam pembuatan arca (Maulana, 1997). Dalam ilmu Ikonografi, ikonometri dianggap mempunyai arti penting dalam menentukan baik buruknya kualitas sebuah arca. Hubungan ukuran dengan nilai seni dalam Ikonografi sangat erat. Aturan ukuran arca-arca ini terdapat dalam kitab agama. dan masing-masing arca mempunyai ketentuan sendiri, yang didasarkan pada kedudukan dan fungsinya (Rao, 1920) Menurut Rao (1920) d alam pembuatan arca, seniman pembuat dituntut untuk memperhatikan enam dasar utama seperti yang digariskan dalam Silpasastra yaitu : 1. Rupabheda : Perbedaan macam-macam benda dilihat dari bentuknya. 2. Pramanam : Benda harus mempunyai ukuran yang tepat dan menunjukkan keseimbangan bentuk. 3. Sadrcyam : Benda harus digambarkan sesuai dengan bentuk aslinya. 4. Varnikabhangam : Permainan warna untuk menimbulkan hasil yang diinginkan. 5. Bhava : Permainan perasaan (emosi) untuk dapat menentukan kualitas seni. 6. Lavanya : Keindahan yang ditimbullkan dari hasil seni. Di Indonesia banyak ditemukan arca-arca kuna baik arca Buddha maupun arca Hindu. Pembuatan arca-arca tersebut kemungkinan besar juga mengikuti aturan-aturan yang 7

17 ada dalam kitab-kitab agama baik secara ikonografi maupun secara ikonometri. B. Ikonometri Arca Buddha Secara lebih mendetail ikonometri adalah pedoman tentang ukuran-ukuran dasar dalam pembuatan arca. Aturan-aturan tersebut dimuat dalam beberapa naskah kitab Cilpacastra, yang antara lain : Cilparatna, Amsumadbhedagama, Karanagama, Vaikhanasagama, Brhat Samhita dan Pratimanalaksanam (Rao, 1920). Namun tidak semua naskah tersebut memuat aturan yang sama, pada umumnya selalu ada perbedaan antara naskah yang satu dengan yang lain. Dalam naskah-naskah tersebut ada 6 (enam) cara pengukuran bagian arca, yaitu mana (panjang arca), pramana (lebar arca), unmana (tebal arca), parimana (keliling arca), upama (rongga arca) dan lambamana (ukuran vertikal). Adapun satuan ukuran yang sering digunakan dalam pembuatan arca adalah tala dan angula. Istilah Tala secara harfiah berarti telapak tangan, dan dengan pengertian ini dimaksudkan ukuran antara ujung jari tengah hingga akhir dari telapak tangan dekat pergelangan tangan. Ukuran ini dianggap sama dengan panjang muka mulai dari batas rambut (dahi) sampai ke ujung dagu. Kitab Vaikhanasagama, selain menyebut tala juga menyebut kesatuan ukuran lain yaitu angula. Satuan angula merupakan ukuran lebar ruas atas ibu jari atau kira-kira 0,75 (tujuh puluh lima perseratus) inci atau sekitar 1,8 (satu delapan persepuluh). Selain kesatuan ukuran tala dan angula, ada kesatuan lain yang lebih kecil yang disebut yava. Menurut Kitab Vaikhanasagama, ukuran satu tala sama dengan 12 angula, dan tiap satu angula sama dengan 8 yava (Rao, 1920). Berbeda dengan tala, satuan ukuran yang lebih umum digunakan adalah angula. Satuan ukuran angula dibedakan lagi menjadi dua, yaitu mantrangula dan dehalabdhangula. Satu angula menurut mantrangula adalah panjang setengah jari tengah dari tokoh yang dipuja atau perancangnya. Dehalabdhangula, ialah ukuran yang diperoleh dengan cara membagi seluruh panjang menjadi 124, 120 atau 116 bagian dari arca yang dibuat (Benerjea, 1941). Hal ini sesuai dengan dengan adanya beberapa klasifikasi arca yang meliputi : nara (manusia-dewa), krura (arca yang mengerikan), asura (raksasa), bala (anak-anak) dan kumara (anak muda). Dalam beberapa jenis arca ini menurut kitab-kitab agama disebutkan ada 10 proporrsi arca, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu uttama, madhyama dan adhama. Pertama adalah uttama-yaitu ukuran yang utama, terbaik, digunakan bagi arca dewa utama seperti Brahma, Wisnu dan Siwa. Madhyama yaitu ukuran 8

18 pertengahan (cukup, sedang), digunakan untuk para sakti atau dewi. Adhama, ukuran yang tidak baik, yaitu ukuran lebih rendah, digunakan untuk dewa penjaga mata angin atau Lokapala (Rao, 1920) Berdasarkan konsep agama Buddha, tingkatan-tingkatan tersebut juga dijumpai. Buddha yang digambarkan sebagai dewa tertinggi menggunakan ukuran Uttamadasatala seperti yang disebutkan dalam kitab Pratimanalaksanam. Dalam kitab tersebut arca Buddha mempunyai ukuran 120 angula dengan perincian sebagai berikut (Benerjea, 1941) : Usnisa 4 angula Kesasthan 2 angula Muka 13,5 angula Leher 4 angula Leher sampai dada 12,5 angula Dada sampai pusar 12,5 angula Pusar sampai organ sex 12,5 angula Paha 25 angula Lutut 3 angula Tulang kering 25 angula Gulpha (pergelangan kaki) 2 angula Persni (tumit) 4 angula Tinggi Keseluruhan 120 angula Sumber yang lain yaitu kitab Kriyasamuccaya menyebutkan bahwa ukuran arca Buddha 124 angula, dengan perincian sebagai berikut : Usnisa 20,5 angula Leher 2 angula Leher sampai dada 12,5 angula Dada sampai pusar 12,5 angula Pusar sampai organ sex 12,5 angula Paha 25 angula Lutut 6 angula Tulang kering 25 angula Gulpha (pergelangan kaki) 2 angula Persni (tumit) 4 angula

19 Tinggi Keseluruhan 120 angula Tetapi menurut Varahmihira tinggi keseluruhan arca Buddha sama dengan Uttamadasatala yaitu 125 angula, dan menurut Malavya sama dengan 108 angula. Arca-arca Buddha pada umumnya digambarkan dalam sikap duduk samadi atau wajrasana. Sehubungan dengan sikap ini ada petunjuk bahwa arca dalam sikap duduk, jarak antara kedua lututnya sama dengan setengah tinggi keseluruhan dari arca yang digambarkan dalam sikap berdiri. Jadi apabila tinggi arca 124 angula, maka jarak antara kedua lutut dari arca yang digambarkan dalam sikap duduk adalah 62 angula (Rao, 1920). Menurut naskah Samyaksambuddhabhasita Pratimanalaksanam, panjang muka arca Buddha adalah 13,5 angula yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dahi, dahi bagian bawah sampai hidung bagian bawah (panjang hidu ng), dan hidung bagian bawah sampai batas dagu. Ukuran dahi dan panjang hidung adalah empat angula, sedang dari hidung bagian bawah sampai bagian dagu mempunyai ukuran lebih panjang setengah angula menurut terjemahan teks Cina dan satu setengah menurut naskah Sansekerta yang asli. Akan tetapi komentar yang ditemukan dalam kitab Kriyasamuccaya mengenai ikonometeri Buddha, ialah bahwa panjang ketiga bagian dari muka tersebut masing-masing berukuran empat setengah angula. Catatan yang sama menurut kitab Varahamihira mengenai ukuran panjang muka arca Buddha adalah 13 angula (Benerjea, 1941) C. Arca Dhyani Buddha Candi Borobudur Candi Borobudur yang merupakan struktur percandian bercorak keagamaan Buddha mempunyai pantheon yang terdiri dari arca Dhyani Buddha yang posisinya berada pada relung pagar langkan dan strupa teras. Arca Dhyani Buddha Candi Borobudur terdiri dari 6 jenis yaitu : 1. Vajrasatva menempati stupa berlubang di teras melingkar (arupadhatu). Arca ini mempunyai sikap tangan dharmacakramudra yang berarti memutar roda dharma (hukum atau ajaran kebenaran). 2. Akshobya (Timur) dengan sikap Bhumi Sparsa-Mudra, yaitu dengan tangan kanan menyentuh lutut kanan menunjuk kebawah. Sikap ini menggambarkan ketika Buddha sebelum mencapai Bodhi, menjadikan bumi sebagai saksi. Tangan kiri dalam pangkuan, se-dhyani Buddha ke 6. 10

20 3. Ratna Sambhava (Selatan), dengan Wara-Mudra atau Warada Mudra, yaitu sikap memberi berkah atau anugerah, tangan kiri ada diatas pangkuan kaki, dengan tangan kanan diatas lutut dengan telapak menengadah. 4. Amitabha (Barat) dengan Dhyana-Mudra, yaitu sikap bersamadhi atau memusatkan pikiran. Kedua tanganya di atas pangkuan dengan telapaknya keatas, sedemikian sehingga ujung kedua ibu jari bersentuhan. 5. Amoghasiddha (Utara) dengan Abhaya-mudra yaitu sikap tidak takut bahaya. Tangan kiri diletakan diatas pangkuan, lengan bawah kanan diacungkan kedepan, kelima jari mengarah keatas. 6. Wairocana (pusat) di tengah-tengah dengan Vitarka-Mudra, sikap tangan seperti memberikan pengajaran. Yaitu jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan disatukan dengan jari yang lain mengarah ke atas. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tahun 2014, maka dapat disampaikan bahwa total jumlah arca pada struktur Candi Borobudur berjumlah 475 buah dengan rincian 228 arca berkepala dan 247 arca tanpa kepala. Berikut ini adalah rincian jumlah arca di struktur Candi Borobudur. Tabel II.1. Jumlah Arca Dhyani Buddha Candi Borobudur. Jumlah arca Buddha seharusnya Langkan Tingkat Teras I II III IV V VI VII VIII jumlah Utara Timur Selatan Barat Tabel II.2 Jumlah Arca Dhyani Buddha yang TERPASANG saat ini. Jumlah arca Buddha yang TERPASANG saat ini Langkan Tingkat Teras I II III IV V VI VII VIII jumlah Utara Timur Selatan

21 Barat Tabel II.3. Jumlah Arca Dhyani Buddha yang BERKEPALA. Jumlah arca Buddha yang BERKEPALA Langkan Tingkat Teras I II III IV V VI VII VIII jumlah Utara Timur Selatan Barat Tabel II.4. Jumlah Arca Dhyani Buddha yang TANPA KEPALA. Jumlah arca Buddha TANPA KEPALA Langkan Tingkat Teras I II III IV V VI VII VIII jumlah Utara Timur Selatan Barat Tabel II.5. Jumlah Arca Dhyani Buddha yang tidak terpasang (KOSONG). Jumlah arca Buddha yang tidak terpasang (KOSONG) Langkan Tingkat Teras I II III IV V VI VII VIII jumlah Utara Timur Selatan Barat

22 Tabel II.6. Jumlah Arca Dhyani Buddha yang bukan pasanganya. Jumlah arca Buddha bukan pasangannya Langkan Tingkat Teras I II III IV V VI VII VIII jumlah Utara Timur Selatan Barat Tabel II.7. Rekap Jumlah Arca Dhyani Buddha Tahun Arupadhatu Pagar V Pagar IV Pagar III Pagar II Pagar I Total Patung Buddha berkepala Patung Buddha tanpa kepala Kosong tanpa ada arca Bukan pasangan TOTAL ARCA BUDDHA 504 Secara lebih mendetail denah arca Buddha di Candi Borobudur dapat dilihat pada gambar II.1. di bawah ini. Selain itu, hal yang menjadi fokus kajian ini adalah 56 buah kepala arca Dhyani Buddha masih tersimpan di kantor Balai Konservasi Borobudur merupakan bagian dari arca Candi Borobudur yang akan dicocokkan. 13

23 Gambar II.1. Denah lokasi arca Dhyani Buddha pada struktur Candi Borobudur (Dok: Tim Kajian,2014). 14

24 D. Material Batu Pada Struktur Candi Borobudur Batu andesit merupakan material utama yang digunakan untuk menyusun struktur candi dan membuat berbagai ornamen candi termasuk didalamnya adalah arca Dhyani Buddha Candi Borobudur. Walaupun secara sekilas batu penyusun struktur Candi Borobudur sangat variatif dari segi warnanya. Namun demikian batu tersebut mempunyai material penyusun yang mirip dengan komposisi yang berbeda-beda. Batu andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil bentukan lelehan magma diorit. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat ditemukan, yaitu di daerah Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Peranan bahan galian ini penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan, saluran air/irigasi dan lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat berbentuk batu belah, split dan abu batu. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia membutuhkan bahan galian ini yang terus setiap tahun. Jenis magma diorit merupakan salah satu magma terpenting dalam golongan kapur alkali sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian menghablur akibat pendinginan magma pada temperatur antara o C membentuk andesit berkomposisi mineral felspar plagioklas jenis kalium felspar natrium plagioklas, kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa hornblenda, biotit dan piroksen. Mineral yang ada dalam andesit ini berupa kalium felspar dengan jumlah kurang 10% dari kandungan felspar total, natrium plagioklas, kuarsa kurang dari 10%, felspatoid kurang dari 10%, hornblenda, biotit dan piroksen. Penamaan andesit berdasarkan kepada kandungan mineral tambahannya yaitu andesit hornblenda, andesit biotit dan andesit piroksen. Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur, silikat, alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor dan air. Komposisi kimia andesit dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.8. Komposisi Kimia Andesit (Travis dalam Muryowiharjo, 2005). Senyawa Komposisi (%) SiO2 58,2 Al2O3 17,0 Fe2O3 3,2 15

25 FeO 3,7 CaO 6,3 MgO 3,5 Na2O 3,5 K2O 2,1 Berdasarkan sifat fisiknya batu penyusun struktur Candi Borobudur dapat disampakan sesuai dengan tabel di bawah ini. Tabel II.9. Sifat fisik sampel batu penyusun Candi Borobudur. Parameter BDR 1 BDR 2 BDR 3 BDR 4 BDR 5 Densitas (gr/ 3 ) 2,14 2,12 2,21 2,18 2,23 Berat Jenis 2,67 2,63 2,7 2,68 2,71 Porositas (%) 19,45 20,35 18,78 19,24 17,96 Daya serap air (%) 10,68 10,94 9,78 10,23 9,25 Kekerasan (skala mohs) Temperar batu 45,2 44,7 47,1 45,9 48,6 Keterangan : Nilai tiap-tiap parameter sifat fisik didapatkan dari rata-rata beberapa sampel batu yang warnanya sama. Dari tabel sifat fisik batu penyusun Candi Borobudur tersebut, densitas sampel BDR 5 (hitam) memiliki nilai yang paling tinggi. Berturut-turut yang memiliki nilai densitas dari besar ke kecil yaitu BDR 3 (abu -abu kehitaman), BDR 4 (kemerahan), BDR 1 (abu - abu) dan BDR 2 (abu -abu kecokelatan). Nilai densitas yang lebih tinggi untuk batu yang berwarna gelap dikarenakan sesuai dengan teorinya memiliki kandungan ferro magnesium yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan densitasnya menjadi lebih tinggi juga. Nilai berat jenis batu candi mengikuti pola yang sama dengan densitasnya, dimana batu yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi, densitasnya juga lebih tinggi. Nilai berat jenis dan densitas ini berbanding terbalik dengan nilai porositas maupun daya serap airnya. Hal ini dikarenakan batuan dengan rapat massa yang lebih besar akan memiliki volume pori yang lebih kecil. Untuk nilai kekerasan batu, nilai yang didapatkan relatif sama yaitu 4-6 skala mohs. Nilai kekerasan 6 skala mohs didapat pada batuan yang tekstur permukannya halus 16

26 (pori-pori batu kecil), sedangkan nilai kekerasan 4 skala mohs didapat dari andesit yang tekstur permukaannya kasar. Untuk pengukuran temperatur, andesit dengan warna yang gelap mampu menyerap panas yang lebih besar dibandingkan dengan andesit yang berwarna cerah. Hal ini dikarenakan andesit dengan warna gelap memiliki kandungan ferro magnesium yang lebih tinggi, sehingga kemampuan menyerap dan menyimpan panasnya juga lebih tinggi. Batu penyusun struktur Candi Borobudur berjenis andesit yang tersusun atas komposisi kimia yang terdiri dari unsur-unsur utama yaitu silikat, alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, dan kalium. Tabel II.10. Komposisi kimia sampel batu penyusun Candi Borobudur. Parameter BDR 1 BDR 2 BDR 3 BDR 4 BDR 5 Al 2O 3 16,93 17,19 14,35 15,47 13,00 CaO 2,68 2,60 3,89 3,50 1,96 FeO 4,78 4,62 6,03 5,37 6,78 Fe 2O 3 5,31 5,14 6,71 5,97 7,53 MgO 1,57 0,62 1,55 0,62 1,29 Na 2O 3,81 3,50 4,13 4,02 3,29 K 2O 2,83 2,35 2,65 2,88 2,73 SiO 2 59,69 59,97 58,15 58,20 56,12 Keterangan : Sampel yang dianalisis dipilih andesit yang paling segar (ti dak ditumbuhi lumut/menggalami penggaraman). Dari komposisi kimia andesit Candi Borobudur terlihat bahwa andesit yang berwarna cerah relatif memiliki kandungan silika lebih tinggi daripada andesit yang berwarna gelap. Selanjutnya untuk kandungan besi (Fe), andesit yang berwarna gelap memiliki nilai yang lebih tinggi dari andesit yang berwarna terang. Hal ini dikarenakan kandungan mineral mafik ( ferro magnesium silikat) yang lebih tinggi sehingga menyebabkan warna yang lebih gelap. BAB III METODE KAJIAN 17

27 A. Metode Pada pelaksanaan, metode yang digunakan adalah dekriptif analitis yang menguraikan hasil pengkuran berbagai macam data dengan penjabaran sebagai berikut : 1. Penelusuran literatur dan studi pustaka. 2. Observasi lapangan. 3. Pelaksanaan. Pengukuran Ikonometri Kepala dan Tubuh Arca Pengukuran dilakukan tidak hanya pada kepala arca maupun arca yang tanpa kepala namun juga arca Dhyani Buddha yang masih utuh. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ikonometri arca sehingga dapat menjadi perbandingan antara tubuh dan kepala arca Dhyani Buddha. Pendokumentasian Pendokumentasian dilakukan secara khusus pada kepala arca dan tubuh arca untuk mengetahui detil objek. Pengambilan Data Teknis Arca Untuk melakukan pencocokan kepala arca Dhyani Buddha, maka data teknis yang diambil pada kepala maupun tubuh arca untuk dicocokkan di antaranya adalah, ciri fisik berupa keterawatan objek, warna material, kekompakan material, kandungan unsur mineral, kandungan magnetik material, dan cepat rambat gelombang ultrasonik. 4. Analisa dan evaluasi data 5. Rekomendasi Pada tahap penelusuran literatur dan studi pustaka dapat dilakukan dengan mencari pustaka yang sesuai khususnya menyangkut ikonografi dan ikonometri arca Buddha khususnya Candi Borobudur. Selain itu, studi pustaka juga dilakukan pada kajiankajian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai ikonometri arca Buddha. Arca Buddha yang dimaksud dala hal ini adalah arca yang berasal dari Kerajaan Mataram Kuna Periode Jawa Tengah. Sehingga data ikonometri bisa digunakan sebagai data pembanding dalam melakukan pencocokan kepala arca Buddha di Candi Borobudur. Beberapa acuan pustaka yang digunakan dalam kajian ini dapat berupa prinsip-prinsip ikonografi arca Buddha secara umum dari berbagai kitab di India yang menyampaikan informasi mengenai ikonografi dan ikonometri arca Buddha. Data ikonografi dan ikonometri dari berbagai sumber pustaka tersebut kemudian 18

28 dikompilasi dan dijadikan acuan dalam melakukan perbandingan. Beberapa komponen ikonografi arca akan diperbandingkan dengan hasil pengukuran ikonometri arca Buddha Candi Borobudur. Sehingga setelah melakukan pengukuran di lapangan, hasil pengukuran tersebut akan diperbandingkan dengan acuan dari ikonometri arca Buddha berdasarkan kitab dari India. Setelah acuan baku ikonometri arca Buddha didapatkan maka tahap selanjutnya adalah melalukan observasi di lapangan. Observasi dilakukan secara kangsung pada kepala arca Buddha yang disimpan di kantor Balai Konservasi Borobudur, maupun tubuh arca Buddha yang masih berada pada struktur Candi Borobudur. Pada pelaksanaan observasi juga dilakukan pengukuran dan dokumentasi. Pengukuran dilakukan secara langsung pada objek untuk mengetahui ikonometri kepala arca maupun tubuh arca. Pada pengukuran yang dilakukan satuan yang digunakan adalah (centimeter). Satuan centimeter tersebut kemudian dikonversi menjadi satuan tala, angula, dan yava. Tala adalah satuan pengukuran yang didapatkan dari penjumlahan pada pengukuran panajang garis dahi sampai hidung dan panjang garis hidung sampai batas dagu. Angula adalah satuan pengukuran yang pada konsep dasarnya adalah dengan membagi satuan tala menjadi 12. Sedangkan untuk satuan yava didapatkan dengan membagi angula menjadi 8. Hal ini penting untuk mendapatkan perbandingan dimensi arca berdasarkan konsep dasar ikonometrinya. Sebelum dilakukan pengukuran, dokumentasi dilakukan pada kepala maupun tubuh arca. Dokumentasi menggunakan alat utama berupa kamera digital SLR dengan alat bantu berupa tripod, penyangga objek, papan nama, dan alas pemotretan. Pemotretan dilakukan dari berbagai arah tampilan objek, di antaranya dari depan, belakang, samping, dan bagian leher atau penggalan kepala arca. Selain pengukuran ikonometri kepala arca Buddha Candi Borobudur, pengukuran kandungan unsur dan kandungan magnetik material kepala arca dilakukan dengan alat yang berbeda. Pengukuran kandungan unsur dilakukan dengan alat berupa X- Ray Fluoresence (XRF). Alat tersebut merupakan alat yang memancarkan sinar x pada material yang ditembak. Setelah sinar x tersebut terpantul pada material dan kembali kepada alat tersebut maka kandungan unsur dari material tersebut akan dapat terbaca pada monitor alat. Pengukuran menggunakan alat pengkuran cepat rambat gelombang ultra pada material dilakukan dengan alat ultrasonic pulse velocity tester. Alat ultrasonic pulse velocity tester dapat mengukur cepat rambat gelombang 19

29 ultrasonic di dalam material. Alat ini sebenarnya berfungsi untuk mengetahui adanya celah ataupun retakan pada material. Namun dengan tambahan aplikasi lain, alat ini mampu membedakan kualitas material melalui cepat rambat gelombang ultrasonik. Pengukuran kandungan magnetik unsur material kepala arca dilakukan menggunakan alat berupa magnetic susceptibility meter. Alat tersebut bentuknya mirip dengan senter berbentuk silinder. Kandungan magnetik unsur yang ditembak menggunakan alat magnetic susceptibility meter berupa satuan angka. Pada tahap analisa dan evaluasi, metode pencocokan yang digunakan yakni pengukuran ikonometri, pengukuran XRF, pengukuran cepat rambat gelombang ultra dan pengukuran menggunakan magnetic susceptibility meter kemudian disimpulkan hasilnya. Sehingga diketahui apakah metode tersebut dapat digunakan untuk mencocokkan kepala arca ataupun tidak. Setelah melalui tahap analisi maka selanjutnya adalah penyusunan rekomendasi kajian. Pada rekomendasi tersebut akan disampaikan hasil dan tindak lanjut dari metode pencocokan yang diaplikasikan maupun metode yang nantinya diaplikasikan untuk kajian selanjutnya. B. Alat dan Bahan Pada pelaksanaan kajian peralatan yang dibutuhkan diantaranya : 1. Peralatan dokumentasi : merupakan peralatan yang digunakan untuk mendokumentasikan objek arkeologi baik secara piktorial maupun secara verbal. Peralatan tersebut terdiri dari, kamera digital SLR, kamera digital pocket, flash kamera SLR, tripod kamera, skala arkeologi, penggaris, papan keterangan, alas pemotretan, dll. 2. Peralatan pengukuran dimensi : merupakan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran menyangkut dimensi kepala arca dan tubuh arca. Peralatan tersebut terdiri dari, meteran 5 m, roll meter 50 m, penggaris segitiga, papan alas, alat tulis, gambar objek, dll. 3. Peralatan pengukuran warna : merupakan peralatan yang digunakan untuk mendeskripsikan warna material kepala arca dan tubuh arca. Skala waran tersebut pada dasarnya merupakan skala warna tanah. Namun demikian untuk mendapatkan deskripsi yang baku dari warna batu dapat menggunakan skala ini dengan nomor-nomor yang bervariasi menyangkut jenis warnanya. 20

30 4. Peralatan pengukuran kandungan unsur material : peralatan yang digunakan untuk mengetahui kandungan unsur dari kepala dan tubuh arca adalah berupa X Ray Fluoresence (XRF). Alat ini merupakan salah satu alat analisis kandungan unsur yang bersifat non destruktif. Dari bentunya yang mirip dengan pistol, penggunaan alat ini adalah dengan menembakkan sinar x pada material sebanyak lebih kurang 3 kali atau lebih. 5. Peralatan pengukuran kandungan magnetik material : pengukuran kandungan magnetik material dilakukan menggunakan alat yang disebut sebagai magnetic susceptibility meter. Sepertihalnya alat XRF, penggunaan alat ini adalah dengan cara menembakkannya pada material yang akan di ukur. 6. Peralatan pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik pada material : untuk mengetahui cepat rambat gelombang digunakan alat ultrasonic pulse velocity tester. Alat ini dapat memancarkan suara ultrasonik yang kemudian dirambatkan pada material batu. Pemancar gelombang tersebut terdiri dari 1 buah pemancar, 1 buah receiver/ penerima, dan 1 buah monitor untuk mengetahui satuan kecepatan rambat gelombang ultrasonik. BAB IV PELAKSANAAN KAJIAN A. Metode Pendokumentasi Pendokumentasi menggunakan kamera SLR bertujuan untuk mengetahui bentuk dan 21

31 dimensi kepala termasuk didalamnya elemen ikonografi pada bagian wajah. Hal ini penting untuk dilakukan karena pola penggambaran wajah dari kepala arca tersebut. Selain itu pemotretan pada bagian penggalan leher juga dimaksudkan untuk mengetahui bentuk penggalan ataupun pola patahan pada bagian leher. Pemotretan kepala arca terdiri dari dua beberapa sisi yaitu sisi depan, sisi belakang, samping kanan, samping kiri, dan bagian patahan/ penggalan pada leher. Adapun untuk pemotretan tubuh arca pada struktur Candi Borobudur dilakukan pada bagian depan dan bagian patahan/ penggalan leher. Pelaksanaan pemotretan didahului dengan menyiapkan alat pemotretan dan label pemotretan. Selanjutnya untuk memotret dengan hasil yang baik digunakan tripod dan flash yang disesuikan dengan kondisi penyinaran pada lokasi pemotretan. Pemotretan pada tubuh arca yang berada pada struktur Candi Borobudur memerlukan teknik yang lebih tinggi tingkat kesulitannya. Hal ini karena pada pemotretan di lapangan tidak hanya memerlukan alat bantu pemotretan seperti pada pemotretan kepala arca. Alat bantu berupa skafolding, tali pengaman, dan pemantul cahaya diperlukan untuk menghasilkan foto yang sesuai dengan kebutuhan data kajian. Secara umum, proses hasil pemotretan kepala arca adalah sebagai berikut : Foto IV.1. Hasil pemotretan kepala arca bagian depan/ wajah (Dok: Tim Kajian, ). 22

32 Foto IV.2. Hasil pemotretan kepala arca bagian samping kiri (Dok: Tim Kajian, ). Foto IV.3. Hasil pemotretan kepala arca bagian samping kanan (Dok: Tim Kajian, ). Foto IV.4. Hasil pemotretan kepala arca bagian belakang (Dok: Tim Kajian, ). 23

33 Foto IV.5. Hasil pemotretan kepala arca bagian patahan leher (Dok: Tim Kajian, ). Foto IV.6. Pemasangan skafolding untuk pemotretan tubuh arca pada struktur candi (Dok: Tim Kajian, ). 24

34 Foto IV.7. Hasil pemotretan tubuh arca pada struktur Candi Borobudur (Dok: Tim Kajian, ). Foto IV.8. Hasil pemotretan bagian patahan leher pada tubuh arca di struktur Candi Borobudur (Dok: Tim Kajian, ). B. Pengukuran Ikonometri Kepala Arca dan Tubuh Arca Pengukuran ikonometri bertujuan untuk mengtahui dimensi elemen ikonografi pada kepala arca dan tubuh arca. Dalam melakukan pengukuran ikonometri digunakan konversi ukuran yang disesuaikan dengan kaidah ikonomtri arca Hindhu/ Buddha. Konversi ukuran yang digunakan dalam kajian ini adalah tala, angula, dan yava. Tala adalah ukuran panjang wajah dari tumbuhnya rambut hingga janggut. Pengukuran tala biasanya menggunakan acuan ujung jari tengah hingga ujung ibu jari yang direntangkan. Adapun angula merupakan satuan ukuran yang lebih kecil dari tala, 1 tala adalah 12 angula. Sedangkan yava, adalah satuan yang dimensinya disejajarkan dengan 1 butir gandum. Apabila dikonversi 1 angula terdiri dari 8 yava. 25

35 Gambar IV.1. Satuan ukuran tala (Dok: Kirti Trivedi). Secara konseptual seperti telah di bahas pada tinjauan pustaka, arca Buddha termasuk golongan Uttam Dasha Tala. Adapun yang termasuk dalam Uttam Dasha Tala di antaranya adalah Brahma, Wisnu Siwa, Ardhanariswara, Mahawira, dan Wasudewa. Gambar IV.2. Profil satuan ikonometri pada kelompok Uttam Dasha Tala (Dok: Kirti Trivedi). Pada langkah awal, pengukuran ikonometri dilakukan dengan mengukur elemen ikonografi pada kepala arca. Satuan yang digunakan adalah centimeter (). Setelah kesemua dimensi diketahui, maka langkah selanjutnya adalah melakukan konversi dengan stuan tala, angula, dan yava. 26

36 Foto IV.9. Pengukuran ikonometri kepala arca Buddha Candi Borobudur (Dok: Tim kajian, ). Adapun secara mendetail elemen ikonometri yang di ukur pada kepala arca Budha Candi Borobudur di antaranya adalah rambut, mata, hidung, bibir, telinga, dagu, dan dahi. Kesemua elemen tersebut diharapkan memberikan petunjuk yang dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pencocokan antara kepala arca dengan tubuh arca yang berada pada struktur Candi Borobudur. Ikonometri yang telah di ukur dari kepala dan tubuh arca diharapkan memberikan perbandingan yang jelas menyangkut dimensi perbandingan ukuran arca sesuai dengan kitab pratimalaksanam ataupun kriyamuccaya. Pengukuran ikonometri kepala arca Buddha dilakukan pada 56 kepala arca yang disimpan di kantor Balai Konservasi Borobudur. Secara mendetail pengukuran ikonometri pada kepala arca adalah seperti yang disampaikan di bawah ini : 27

37 Foto IV.10. Pengukuran ikonometri pada kepala arca (Dok: Tim kajian, ) Foto IV.11. Pengukuran pada leher dan bekas patahan pada leher (Dok: Tim kajian, ). 28

38 Keterangan : 1. Tinggi usnisa 2. Keliling usnisa 3. Rambut (dari usnisa dahi) 4. Jarak kelopak mata 5. Lebar kelopak mata 6. Panjang dahi 7. Panjang garis dahi hidung 8. Panjang garis hidung dagu 9. Panjang bibir 10. Panjang leher 11. Diameter leher vertikal 12. Diameter leher horizontal Pada pengukuran tinggi usnisa di ukur dihitung dari pangkal gelung hingga puncak gelung pada bagian kepala. Pengukuran tinggi usnisa dilakukan dengan menggunakan penggaris segitiga dengan metode pengukuran yang tegak lurus. Keliling usnisa yang di ukur adalah pada pangkal usnisa yan berbatasang dengan kepala secara langsung. Pegukuran dilakukan dengan menggunakan meteran jahit, sehingga diharapkan pengukuran tersebut akan lebih presisi. Rambut ( kesasthan) adalah elemen ikonometri yang diukur dari dahi hingga pangkal usnisa. Sepertihalnya tinggi usnisa, jarak kelopak mata dan lebar kelopak mata juga diukur menggunakan penggaris segitiga dengan metode pengukuran tegak lurus. Pengukuran panjang dahi dilakukan pada garis tengah dahi yang mengukur lebar dahi. Panjang garis dahi sampai hidung dan panjang garis hidung sampai dagu merupakan elemen ikonometri yang memegang peranan terpenting. Hal ini karena dimensi tersebut akan menentukan satuan ukuran tala. Satuan ukuran tala tersebut akan menentukan perbandingan ukuran ikonometri semua elemen pada kepala arca. Satuan tala yang dihasilkan adalah dari penjumlahan panjang garis dahi sampai hidung dan panjang garis hidung sampai dagu. Panjang bibir yang di ukur adalah pada lipatan garis dari bibir atas dan bibir bawah. Sedangkan pada pengukuran panjang leher dilakukan apabila pada kepala arca masih dijumpai sisa-sisa penggalan kepala pada lehernya. Berkaitan dengan pola patahan/ penggalan pada leher, diameter horizontal dan diameter vertikal pada leher di ukur 29

39 untuk mengetahui dimensi patahan kepala arca yang kemungkinan dapat disesuaikan dengan tubuh arca pada struktur candi. Bersamaan dengan pengukuran ikonometri kepala arca Buddha, deskripsi warna material juga di ukur menggunakan skala warna tanah. Pengukuran skala warna dilakukan dengan membandingkan secara langsung skala warna tanah dengan permukaan material kepala arca. Foto IV.12. Deskripsi warna material kepala arca menggunakan skala warna tanah (Dok: Tim kajian, ). Selain mendeskripsikan warna material, deskripsi keterawatan material kepala arca juga dilakukan untuk mengetahui pola kerusakan yang terjadi pada material kepala arca. Deskripsi keterawatan meliputi kondisi material arca dan kondisi kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada kepala arca. Hasil pengukuran ikonometri kepala arca kemudian diolah dan didigitasi dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel IV.1. Pengukuran Kepala Arca Buddha Candi Borobudur. 30

40 Tanggal : 30/07/15 No/ No.Inv : 1 Lokasi : Kantor BKB Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Angula 1 Tinggi usnisa 5,90 0,33 31,05 3,93 2 Keliling usnisa 37,20 2,07 195,79 24,80 3 Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) 5,20 0,29 27,37 3,47 4 Jarak kelopak mata 2,40 0,13 12,63 1,60 5 Lebar kelopak mata 2,90 0,16 15,26 1,93 6 Panjang dahi 20,20 1,12 106,32 13,47 7 Panjang garis dahi sampai hidung 5,90 0,33 31,05 3,93 8 Panjang garis hidung sampai batas dagu 12,10 0,67 63,68 8,07 9 Panjang bibir 5,40 0,30 28,42 3,60 10 Panjang leher 0,00 0,00 0,00 11 Diameter leher (vertikal) 13,20 0,73 69,47 8,80 12 Diameter leher (horizontal) 14,90 0,83 78,42 9,93 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7N (putih keabu-abuan) - Deskripsi fisik = Batu porus, mata kiri gempil, hidung sebelah kanan gempil, dahi sebelah kanan gempil - XRF = 07/30/15 #5, #6, #7 1 tala 18,00 1 angula 1,50 1 yava 0,19 Selain disajikan dalam bentuk tabel, hasil pengukuran ikonometri juga disajikan dalam bentuk grafik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami perbandingan elemen ikonometrinya. Adapun sajian data dalam bentuk grafik menyangkut ikonometri kepala arca Buddha Candi Borobudur adalah sebagai berikut : Pengukuran 31

41 KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 30/07/15 No/ No.Inv : 1 Lokasi : Kantor BKB Grafik IV.1. Elemen ikonometri pada kepala arca Buddha Candi Borobudur. Pengukuran ikonometri tubuh arca Buddha Candi Borobudur dilakukan langsung pada struktur candi. Selain pada struktur candi tubuh arca Buddha yang disimpan pada studio sejarah restorasi pada kantor Balai Konservasi Borobudur. Secara mendetail pengukuran ikonometri tubuh arca Candi Borobudur adalah sebagai berikut : Foto IV.13. Pengukuran ikonometri tubuh arca pada struktur Candi Borobudur (Dok: Tim kajian, ). 32

42 Foto IV.14. Pengukuran ikonometri pada tubuh arca (Dok: Tim kajian, ). Foto IV.15. Pengukuran ikonometri pada bekas patahan leher di tubuh arca (Dok: Tim kajian, ). Keterangan : 1. Panjang leher 2. Panjang leher dada 3. Panjang dada pusar 4. Panjang pusar kemaluan 5. Panjang kemaluan asana 6. Lebar garis bahu 7. Lebar garis ketiak 8. Lebar dada 33

43 9. Lebar antara dua lutut 10. Panjang paha 11. Panjang tulang kering 12. Panjang lutut 13. Pergelangan kaki 14. Tumit 15. Panjang jari tengah 16. Diameter vertikal leher 17. Diameter horizontal leher Pengukuran panjang leher dilakukan pada bagian penggalan/ patahan leher yang masih tersisa. Sedangkan untuk pengukuran panjang leher dada dilakukan dengan mengukur panjang dari pangkal leher yang berbatasan dengan dada terus ke bawah hingga pada bagian dada yang berada di tengah tengah tonjolan putting. Panjang dada hingga pusar diukur dari bagian dada yang posisinya berada di tengah-tengah tonjolan puting terus ke bawah hingga mencapai pusar. Ukuran jarak antara pusar dengan kemaluan diukur dari pusar hingga bagian kemaluan yang diperkirakan posisinya pada persilangan dua tumit. Panjang kemaluan hingga asana di ukur dari posisi persilangan antara dua tumit terus kebawah hingga mencapai asana yang merupakan bagian dari relung. Ukuran lebar garis bahu di ukur dengan menggunakan alat bantu berupa meteran jahit. Meteran tersebut direntangkan pada sepanjang garis bahu disesuaikan dengan konturnya. Sepertihalnya dengan pengukuran panjang garis bahu, panjang garis ketiak juga di ukur menggunakan meteran jahit. Pengukuran panjang garis ketiak dilakukan dengan menyelipkan meteran sepanjang ketiak arca dari bagian depan hingga bagian belakang. Lebar dada di ukur dari bagian ketiak kanan hingga ketiak kiri dengan pengukuran yang disesuaikan dengan kontur dada arca. Pengukuran lebar antara dua lutut dilakukan dengan merentangkan meteran lurus pada posisi lutut kanan hingga lutut kiri. Di antara pengukuran ikonometri seperti tersebut di atas, panjang paha dan panjang tulang kering mempunyai tingkat kesulitan yang lebih rendah. Hal ini karena dua paha dan tulang kering pada arca secara langsung dapat diidentifikasi tanpa harus memperkirakan posisinya. Panjang lutut yang dimaksud adalah lebar lutut pada posisi bersila. Adapun panjang pergelangan kaki di ukur pada garis tengah pergelangan kaki. Sepertihalnya pada pengukuran patahan leher padda kepala arca, pada tubuh arca juga diukur diameter vertikal dan diameter horizontal pada bagian patahan/ penggalan. 34

44 C. Pengukuran Kandungan Unsur Material Batu Pelaksanaan pengukuran kandungan unsur pada material dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa X-Ray Fluoresence (XRF). Aplikasi XRF adalah dengan cara menembakkan langsung sinar x kepada objek kepala arca. Akan tetapi, sebelum dilakukan penembakan prosedur pertaa yang harus dipenuhi adalah dengan melakukan kalibrasi pada unit XRF. Aplikasi XRF yang dilakukan pada 1 objek kepala arca Buddha adalah sebanyak 3 kali. Dari hasil pengukuran tersebut, kemudian dilakukan perbandingan dari dua unsur, untuk mendapatkan berbagai kelompok data yang dapat dikelompokkan. Hal ini karena unsur yang dapat diidentifikasi oleh XRF sangat banyak. Foto IV.16. Pengukuran kandungan unsur menggunakan XRF (Dok: Tim kajian, ). Foto IV.17. Tampilan kandungan unsur pada monitor XRF (Dok: Tim kajian, ). 35

45 Seperti yang telah disampaikan di awal bahwa penyajian data pada pengukuran adalah dalam bentuk grafik perbandingan antara dua unsur. Dua unsur yang diperbandingkan tersebut adalah dua unsur teratas dengan nilai yang dominan atau lebih besar dari unsur lainnya. Hasil pengukuran menggunakan XRF pada kepala arca secara kasar adalah seperti disampaikan di berikut ini : 36

46 Tabel IV.2. Hasil Pengukuran Kandungan Unsur Material Kepala Arca Menggunakan XRF. No Kepala Date Reg Al Si Si Compound Si Compound Level Fe Zr Ag Cd Sn Sb Pb S Cr Co Ni Cu 1 30/07/ #5 7,25 22,59 SiO2 48,32 4,27 0,0221 0,0183 0,0224 0,0098 0,0137 0,0036 ND ND ND ND 0, /07/ #6 6,93 21,73 SiO2 46,49 4,7944 0,0221 0,0166 0,0241 0,01 0,0128 0,0042 0,1306 ND ND ND 0, /07/ #7 6,4 21,18 SiO2 45,3 4,4821 0,0225 0,0172 0,0251 0,0104 0,0132 0,0065 0,0893 ND 0,0194 ND ND 2 03/08/ #2 8,29 22,37 SiO2 47,85 4,9826 0,0202 0,0183 0,0261 0,0093 0,0131 0,0035 0,2556 ND ND ND ND 03/08/ #3 6,97 20,21 SiO2 43,23 5,26 0,021 0,02 0,0275 0,0097 0,013 0,0029 0,3152 ND ND ND ND 03/08/ #4 7,41 19,42 SiO2 41,55 4,98 0,0213 0,0182 0,0281 0,0113 0,0114 ND 0,5054 ND ND ND ND 3 03/08/ #5 5,94 18,92 SiO2 40,48 5,04 0,0215 0,0182 0,0272 0,0103 0,0121 0,0047 0,0644 ND ND ND ND 03/08/ #6 6,7 19,21 SiO2 41,1 4,7 0,0236 0,0185 0,0284 0,0112 0,0136 0,0019 ND ND ND ND ND 03/08/ #7 5,63 17,06 SiO2 36,5 5,12 0,0244 0,0197 0,0268 0,0101 0,0139 0,004 0,0801 ND 0,02 ND ND 4 04/08/ #2 7,18 22,37 SiO2 47,84 4,0844 0,0209 0,0177 0,0219 0,0093 0,0131 0,0041 0,0933 ND ND ND ND 04/08/ #3 6,5 20,04 SiO2 42,86 4,0126 0,0197 0,0194 0,0236 0,009 0,0126 0,0023 0,4991 ND ND ND ND 04/08/ #4 7,04 19,72 SiO2 42,19 4,31 0,02 0,0193 0,0267 0,0099 0,0134 0,003 0,0755 ND ND ND ND Ket : ND = Not determine (tidak teridentifikasi) 37

47 Selain itu, hasil penyajian data pengukuran menggunakan XRF juga disajikan dalam bentuk grafik perbandingan antara dua unsur yang dominan. Dua unsur dominan yang diperbandingkan di antaranya adalah SiO 2 dan Al seperti di tampilkan pada grafik di bawah ini : Grafik IV.2. Perbandingan kandungan SiO2 dan Al pada material kepala arca. D. Pengukuran Kandungan Magnetik Material Batu Pengukuran kandungan magnetik pada material kepala arca dan tubuh arca dilakukan dengan menggunakan alat magnetic susceptibility meter. Alat tersebut digunakan dengan cara menempelkan bagian muka dari alat magnetic susceptiility meter pada permukaan datar kepala arca maupun tubuh arca. Dari hasil pengukuran tersebut didapatkan satuan angka bervariasi yang kisaran minimumnya 5 dan maksimumnya 70. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan magnetik pada material batu andesit sangat variatif, sehingga kemungkinan pencocokan kepala dan tubuh arca lebih bersar. Metode pengukuran kandungan magnetik pada kepala maupun tubuh arca dilakukan sebanyak 6 kali pada tiap objek. Setelah didapatkan hasil pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah membuat rata-rata dari ke-6 hasil pengukuran tersebut. 38

48 Grafik IV.3. Hasil pengukuran kandungan magnetik pada kepala arca. Foto IV.18. Pengukuran menggunakan magnetic susceptibility meter pada tubuh arca (Dok: Tim kajian, ). 39

49 Foto IV.19. Pengukuran menggunakan magnetic susceptibility meter pada tubuh arca di dalam stupa teras (Dok: Tim kajian, ). Pengukuran kandungan magnetik pada tubuh arca dilakukan pada arca Buddha yang tidak berkepala. Sebelum melakukan pengukuran, pemetaan posisi tubuh arca pada struktur Candi Borobudur harus jelas dan mendetail. Hal ini penting untuk menentukan posisi arca secara baku, sehingga pada saat pencocokan dapat dengan mudah mengidentifikasi posisi tubuh arca pada struktur candi. Berikut ini adalah posisi tubuh arca Buddha dengan penomoran yang dimulai dengan nomor 1 pada tiap tingkatannya. 40

50 Gambar IV.3. Penomoran arca Buddha tanpa kepala pada struktur Candi Borobudur (Dok: Tim kajian, ). 41

51 Hasil dari pengukuran kandungan magnetik material andesit pada tubuh arca terdiri dari satuan angka yang disusun pada tabel berdasarkan keletakan tubuh arca pada struktur Candi Borobudur. Berikut ini adalah salah satu contoh tabel pengukuran kandungan magnetik meterial tubuh arca. Tabel IV.3. Pengukuran Kandungan Magnetik Material Tubuh Arca. PENGUKURAN DENGAN MAGNETIC SUSCEPTIBILITY METER (MSM) 2-6 NOV A PAGAR LANGKAN I Sisi : Timur Jml Badan Arca Pengukuran MSM Bidang No a b c d e f 1 bid a 1 58,4 57,3 58, ,3 57,9 2 bid a 2 57,7 53,4 51,6 55,8 56,5 55,3 3 bid a 3 52,2 51,3 55,5 53, ,1 4 bid b 4 50,1 53,3 51,5 50,6 49,3 51,7 5 bid c 6 55,1 56,9 59,9 51,8 51,63 52,5 6 bid e 12 34, ,7 36, ,5 7 bid e 13 55,5 56, ,7 51,8 57,9 8 bid f ,1 54,9 55,2 57,5 53,1 9 bid f 16 52,2 51,8 50,4 52,5 52,7 52,9 10 bid g 17 54, ,1 54,3 51,4 53,2 11 bid h 18 51,8 51,1 48,9 51,7 49,6 51,8 12 bid h 20 42,8 42,6 42,9 44,4 52,4 41,8 13 bid h 22 27,8 27,9 29,6 25,4 28,9 27,9 14 bid j 25 48,4 47,7 49,1 46,1 48,1 46,7 15 bid j 26 41,4 43,8 44,9 41,9 41,1 39,2 42

52 Grafik IV.4. Nilai rata-rata pengukuran kandungan magnetik pada pagar langkan I sisi Timur. E. Pengukuran Laju Rambat Gelombang Ultrasonik. Pengukuran laju rambat gelombang suara ultrasonik menggunakan alat berupa ultrasonic pulse velocity tester. Alat ini berfungsi mengukur cepet rambat gelombang ultrasonik pada material kepala arca berbahan batu andesit. Pengukuran menggunakan ultrasonik diawali dengan memasang dua kutub, yaitu pemancar dan penerima gelombang ultrasonik pada kepala arca. Gelombang yang telah dipancarkan dari pembangkitnya dan telah diterima oleh receiver kemudian dimunculkan dalam bentuk angka digital pada monitor dengan satuan km/s (kilometer per detik). Dari hasil pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik sebanyak 6 kali per objek, secara umum dapat disampaikan bahwa rata-rata cepat rambat gelombang minimum adalah 2 km/s dan maksimum 4 km/s. Sepertihalnya pada pengukuran kandungan magnetik, pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik juga sangat variatif. 43

53 Grafik IV.5. Hasil pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik menggunakan ultrasonic pulse velocity tester pada kepala arca. Foto IV.20. Pengukuran menggunakan ultrasonic pulse velocity tester (Dok: CICS, ). F. Studi Perbandingan Ikonometri Arca Dhyani Buddha Studi ikonometri tidak hanya dilakukan pada kepala arca dan tubuh arca Buddha Candi Borobudur. Pengukuran ikonometri juga dilakukan pada arca Dhyani Buddha yang disimpan di kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta (BPCB DIY) dan arca Dhyani Buddha di Candi Sewu. Salah satu alasan yang mendasari studi banding tersebut di antaranya adalah adanya kesamaan ikonografi antara arca Dhyani Buddha Candi Borobudur dengan arca Dhyani Buddha yang disimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta dan Dhyani Buddha di Candi Sewu. 44

54 Arca Dhyani Buddha pada Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta saat ini posisinya berada di depan kantor. Dari segi ikonografi, arca tersebut adalah arca Dhyani Buddha Amithaba dengan sikap tangan dhyana mudra yaitu sikap tangan dengan posisi meditasi. Material batu arca tergolong kompak. Pahatan elemen ikonografi arca sangat halus dan proporsional. Terdapat bekas retakan pada lutut kiri yang disambung menggunakan mortar epoxy dengan campuran semen. Bedasarkan elemen ikonografinya, secara umum arca tersebut mirip dengan elemen ikonografi arca Dhyani Buddha Candi Borobudur. Namun demikian hal tersebut harus dibuktikan lagi, salah satunya adalah dengan melakukan pengukuran ikonometri arca. Foto IV.21. Arca Dhyani Buddha Amithaba di kantor BPCB DIY (Dok: Tim kajian, ). Hasil dari pengukuran ikonometri arca Dhyani Buddha di kantor BPCB DIY adalah sebagai berikut : Tabel IV.4. Ikonometri Arca Dhyani Buddha di Kantor BPCB DIY. Pengukuran ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : No/ No.Inv : Lokasi : Kantor BPCB Daerah Istimewa Yogyakarta Sisi : Depan kantor BPCB Bidang : No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Angula 1 Tinggi usnisa 6,00 0,33 4,00 2 Keliling usnisa 41,00 2,27 27,33 3 Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) 10,00 0,55 6,67 45

55 4 Jarak kelopak mata 3,35 0,19 2,23 5 Lebar kelopak mata 4,33 0,24 2,89 6 Panjang dahi 21,00 1,16 14,00 7 Panjang garis dahi sampai hidung 5,60 0,31 3,73 8 Panjang garis hidung sampai batas dagu 12,43 0,69 8,29 9 Panjang bibir 5,92 0,33 3,95 10 Panjang leher 5,26 0,29 3,51 11 Keliling leher 49,00 2,72 32,67 12 Panjang leher sampai dada 14,00 0,78 9,33 13 Panjang dada sampai pusar 24,00 1,33 16,00 14 Panjang pusar sampai kemaluan 7,50 0,42 5,00 15 Panjang kemaluan sampai asana 19,50 1,08 13,00 16 Lebar garis bahu 55,00 3,05 36,67 17 Lebar garis ketiak 26,00 1,44 17,33 18 Lebar dada 40,00 2,22 26,67 19 Lebar antara dua lutut 79,00 4,38 52,67 20 Panjang paha 59,00 3,27 39,33 21 Panjang tulang kering 42,00 2,33 28,00 22 Lutut 15,00 0,83 10,00 23 Pergelangan kaki 8,00 0,44 5,33 24 Tumit 10,00 0,55 6,67 Ket : 1 tala 18,03 1 angula 1,50 1 yava 0,19 Pengukuran ikonometri sebagai pembanding juga dilakukan pada arca Dhyani Buddha Candi Sewu. Kondisi arca tidak utuh karena bagian kepalanya sudah tidak dijumpai. Arca tersebut merupakan arca yang berada pada struktur candi perwara di Kompleks Candi Sewu. Kondisi arca relatif terawat, akan tetapi pada beberapa bagiannya yaitu pada bagian siku dan telapak tangan sudah gempil. Material andesit arca tergolong porus, namun demikian pahatannya halus. Secara umum elemen ikonografi arca Dhyani Buddha Candi Sewu dan arca Dhyani Buddha Candi Borobudur memiliki kesamaan. 46

56 Foto IV.22. Arca Dhyani Buddha pada kompleks Candi Sewu (Dok: Tim kajian, ). Foto IV.23. Pengukuran ikonometri arca Buddha pada kompleks Candi Sewu (Dok: Tim kajian, ). Berikut ini adalah hasil pengukuran ikonometri arca Buddha Candi Sewu : Tabel IV.5. Ikonometri Arca Dhyani Buddha di Candi Sewu. Pengukuran ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : No/ No.Inv : Lokasi : Candi Sewu Sisi : Candi Perwara sisi Barat Bidang : No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Angula 1 Tinggi usnisa 2 Keliling usnisa 3 Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) 4 Jarak kelopak mata 47

57 5 Lebar kelopak mata 6 Panjang dahi 7 Panjang garis dahi sampai hidung 8 Panjang garis hidung sampai batas dagu 9 Panjang bibir 10 Panjang leher 11 panjang leher 5,00 0,23 2,73 12 Panjang leher sampai dada 16,00 0,73 8,74 13 Panjang dada sampai pusar 22,00 1,00 12,02 14 Panjang pusar sampai kemaluan 12,00 0,55 6,56 15 Panjang kemaluan sampai asana 18,50 0,84 10,11 16 Lebar garis bahu 56,00 2,55 30,60 17 Lebar garis ketiak 26,00 1,18 14,21 18 Lebar dada 42,00 1,91 22,95 19 Lebar antara dua lutut 83,00 3,77 45,36 20 Panjang paha 52,00 2,36 28,42 21 Panjang tulang kering 44,00 2,00 24,04 22 Lutut 12,50 0,57 6,83 23 Pergelangan kaki 8,00 0,36 4,37 24 Tumit 10,00 0,45 5,46 Ket : 1 tala 22,00 1 angula 1,83 1 yava 0,23 48

58 BAB V ANALISA DATA Salah satu alasan diterapkannya metode pengukuran ikonometri, kandungan magnetik, kandungan unsur, dan cepat rambat gelombang ultrasonik pada arca Buddha Candi Borobudur adalah karena bagian penggalan ataupun patahan lehernya sudah aus sehingga sulit untuk mencocokkan dengan menggunakan bekas patahan leher. Metode pencocokan dengan melihat pola patahan leher juga pernah dilakukan dengan alat bantu komputer setelah pemugaran kedua Candi Borobudur. Metode tersebut dinilai belum berhasil, karena hanya satu buah kepala arca saja yang bisa dicocokkan dan masih terdapat keraguan. Karena keraguan tersebut kemudian pemsangan arca dilakukan dengan teknik yang tidak permanen sehingga suatu saat ditemukan metode yang lebih baik, kepala arca tersebut dapat di lepas kembali dari tubuhnya. Posisi kepala arca hasil pencocokan paska pemugaran tersebut saat ini adalah pada sisi Utara, pagar langkan III, bidang j. A. Pengukuran Ikonometri Kepala Arca dan Tubuh Arca Pada prinsipnya pengukuran ikonometri arca adalah mengukur semua ikonometri yang melekat pada elemen ikonografi penggambaran arca. Hal ini dikarenakan, metode pencocokan dengan analisa ikonografi hanya sebatas deskripsi saja. Kondisi tersebut dapat dipahami karena kesemua arca Dhyani Buddha Candi Borobudur memiliki elemen ikonografi yang sama. Hal ini dapat dibuktikan dari bentuk muka, alis mata, mata, hidung, bibir, lipatan kain, usnisa, urna, dll. Pengukuran ikonometri tersebut diharapkan dapat mengenali ikonometri kepala arca dan tubuh arca yang dapat menjadi acuan untuk mencocokkan kepala arca. Namun demikian, sebagai pembanding ikonometri kepala dan tubuh arca juga di ukur ikonometri arca yang masih utuh. Pengukuran arca Buddha Candi Borobudur yang masih utuh dapat menjadi acuan untuk melihat kesesuaikan ikonometri antara kepala dan tubuh arca. Berikut ini adalah hasil pengukuran arca Buddha dalam keadaan utuh pada struktur Candi Borobudur. 49

59 Foto V.1. Arca Dhyani Buddha Aksobhya sisi Timur, pagar langkan II, bidang f (Dok: Tim kajian, ). Tabel V.1. Ikonometri Arca Dhyani Buddha Aksobhya Sisi Timur, Pagar Langkan II, bidang f. Tanggal : Pengukuran ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR No/ No.Inv : 15 Lokasi : Pagar Langkan II Sisi : Timur Bidang : F No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Angula 1 Tinggi usnisa 7,50 0,38 4,60 2 Keliling usnisa 37,00 1,90 22,70 3 Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) 12,00 0,62 7,36 4 Jarak kelopak mata 4,00 0,21 2,45 5 Lebar kelopak mata 5,00 0,26 3,07 6 Panjang dahi 18,00 0,92 11,04 7 Panjang garis dahi sampai hidung 6,00 0,31 3,68 8 Panjang garis hidung sampai batas dagu 13,50 0,69 8,28 9 Panjang bibir 7,00 0,36 4,29 10 Panjang leher 3,50 0,18 2,15 11 Keliling leher 46,50 2,38 28,53 12 Panjang leher sampai dada 13,00 0,67 7,98 13 Panjang dada sampai pusar 27,00 1,38 16,56 14 Panjang pusar sampai kemaluan 10,00 0,51 6,13 15 Panjang kemaluan sampai asana 19,50 1,00 11,96 16 Lebar garis bahu 56,00 2,87 34,36 17 Lebar garis ketiak 28,00 1,44 17,18 18 Lebar dada 38,00 1,95 23,31 50

60 19 Lebar antara dua lutut 66,00 3,38 40,49 20 Panjang paha 52,00 2,67 31,90 21 Panjang tulang kering 36,00 1,85 22,09 22 Lutut 14,00 0,72 8,59 23 Pergelangan kaki 8,00 0,41 4,91 24 Tumit 7,50 0,38 4,60 Ket : 1 tala 19,50 1 angula 1,63 1 yava 0,20 Foto V.2. Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa sisi Selatan, pagar langkan II, bidang c (Dok: Tim kajian, ). Tabel V.2. Ikonometri Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa sisi Selatan, pagar langkan II, bidang c. Pengukuran ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : No/ No.Inv : 6 Lokasi : Pagar Langkan II Sisi : Selatan Bidang : c No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Angula 1 Tinggi usnisa 6,50 0,37 4,06 2 Keliling usnisa 36,00 2,06 22,50 3 Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) 11,00 0,63 6,88 4 Jarak kelopak mata 4,00 0,23 2,50 5 Lebar kelopak mata 5,00 0,29 3,13 6 Panjang dahi 18,00 1,03 11,25 7 Panjang garis dahi sampai hidung 3,50 0,20 2,19 51

61 8 Panjang garis hidung sampai batas dagu 14,00 0,80 8,75 9 Panjang bibir 6,50 0,37 4,06 10 Panjang leher 5,00 0,29 3,13 11 Keliling leher 46,50 2,66 29,06 12 Panjang leher sampai dada 17,00 0,97 10,63 13 Panjang dada sampai pusar 27,00 1,54 16,88 14 Panjang pusar sampai kemaluan 10,00 0,57 6,25 15 Panjang kemaluan sampai asana 20,50 1,17 12,81 16 Lebar garis bahu 58,00 3,31 36,25 17 Lebar garis ketiak 28,00 1,60 17,50 18 Lebar dada 40,00 2,29 25,00 19 Lebar antara dua lutut 60,00 3,43 37,50 20 Panjang paha 56,00 3,20 35,00 21 Panjang tulang kering 46,00 2,63 28,75 22 Lutut 14,00 0,80 8,75 23 Pergelangan kaki 8,00 0,46 5,00 24 Tumit 10,50 0,60 6,56 Ket : 1 tala 17,50 1 angula 1,46 1 yava 0,18 Foto V.3. Arca Dhyani Buddha Amithaba sisi Barat, pagar langkan II, bidang b (Dok: Tim kajian, ). Tabel V.3. Ikonometri Arca Dhyani Buddha Amithaba sisi Barat, pagar langkan II, bidang b. 52

62 Pengukuran ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : No/ No.Inv : 5 Lokasi : Pagar Langkan II Sisi : Barat Bidang : b No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Angula 1 Tinggi usnisa 6,50 0,31 3,71 2 Keliling usnisa 37,00 1,76 21,14 3 Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) 11,00 0,52 6,29 4 Jarak kelopak mata 4,00 0,19 2,29 5 Lebar kelopak mata 6,00 0,29 3,43 6 Panjang dahi 18,00 0,86 10,29 7 Panjang garis dahi sampai hidung 6,00 0,29 3,43 8 Panjang garis hidung sampai batas dagu 15,00 0,71 8,57 9 Panjang bibir 6,50 0,31 3,71 10 Panjang leher 5,00 0,24 2,86 11 Keliling leher 49,00 2,33 28,00 12 Panjang leher sampai dada 18,00 0,86 10,29 13 Panjang dada sampai pusar 25,00 1,19 14,29 14 Panjang pusar sampai kemaluan 7,00 0,33 4,00 15 Panjang kemaluan sampai asana 17,50 0,83 10,00 16 Lebar garis bahu 58,00 2,76 33,14 17 Lebar garis ketiak 25,00 1,19 14,29 18 Lebar dada 48,00 2,29 27,43 19 Lebar antara dua lutut 72,00 3,43 41,14 20 Panjang paha 58,00 2,76 33,14 21 Panjang tulang kering 46,50 2,21 26,57 22 Lutut 15,00 0,71 8,57 23 Pergelangan kaki 6,00 0,29 3,43 24 Tumit 11,00 0,52 6,29 Ket : 1 tala 21,00 1 angula 1,75 1 yava 0,22 Tabel V.4. Ikonometri Arca Dhyani Buddha Amoghasiddha sisi Utara, pagar langkan II, bidang b. Pengukuran 53

63 ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : No/ No.Inv : 18 Lokasi : Pagar Langkan II Sisi : Utara Bidang : b No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Angula 1 Tinggi usnisa 7,00 0,35 4,19 2 Keliling usnisa 41,00 2,05 24,55 3 Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) 13,00 0,65 7,78 4 Jarak kelopak mata 4,00 0,20 2,40 5 Lebar kelopak mata 5,00 0,25 2,99 6 Panjang dahi 20,00 1,00 11,98 7 Panjang garis dahi sampai hidung 6,00 0,30 3,59 8 Panjang garis hidung sampai batas dagu 14,00 0,70 8,38 9 Panjang bibir 7,50 0,38 4,49 10 Panjang leher 6,00 0,30 3,59 11 Keliling leher 51,00 2,55 30,54 12 Panjang leher sampai dada 17,00 0,85 10,18 13 Panjang dada sampai pusar 24,00 1,20 14,37 14 Panjang pusar sampai kemaluan 10,00 0,50 5,99 15 Panjang kemaluan sampai asana 21,00 1,05 12,57 16 Lebar garis bahu 56,00 2,80 33,53 17 Lebar garis ketiak 28,00 1,40 16,77 18 Lebar dada 42,00 2,10 25,15 19 Lebar antara dua lutut 75,00 3,75 44,91 20 Panjang paha 62,00 3,10 37,13 21 Panjang tulang kering 38,00 1,90 22,75 22 Lutut 15,00 0,75 8,98 23 Pergelangan kaki 9,00 0,45 5,39 24 Tumit 10,00 0,50 5,99 Ket : 1 tala 20,00 1 angula 1,67 1 yava 0,21 Berdasarkan hasil pengukuran ikonometri pada kepala arca yang disimpan di kantor Balai Konservasi Borobudur dapat diketahui bahwa semua kepala arca memiliki perbandingan elemen ikonografi yang sangat mirip satu dan yang lain. Pada ke-56 kepala arca yang di ukur salah satu kepala arca yaitu no. 26 separuh bagiannya hilang sehingga beberapa elemen ikonometrinya tidak terukur. Demikian halnya pada kepala arca no. 46 dan no. 47 (lihat pada lampiran foto) yang elemen ikonografi pada wajahnya sudah aus sehingga tidak bisa lagi diketahui satuan tala, angula, maupun yava pada kepala tersebut. 54

64 Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, dari hasil pengukuran ikonometri kepala arca didapatkan data pengukuran yang sangat mirip pada kesemua kepala arca yang di ukur. Hal ini dapat dibuktikan setelah semua kepala di ukur dan diperbandingkan ukurannya dalam bentuk grafik. Sebagai contoh adalah perbandingan ikonometri kepala arca no. 53 dan no. Grafik V.1. Ikonometri kepala arca Buddha Candi Borobudur no

65 Grafik V.2. Ikonometri kepala arca Buddha Candi Borobudur no.35. Dari informasi pada grafik di atas dapat diketahui bahwa perbandingan ikonometri pada kepala arca no.53 dan no.35 mempunyai perbandingan yang sama. Hal ini dibuktikan dari grafik ikonometri yang berhimpit dan sangat mirip antara kepala arca yang di ukur. Selain itu, berdasarkan hasil pengukuran ikonometri pada indikator satuan berupa tala, angula, dan yava juga didapatkan hasil yang sama antara kepala arca. Dari hasil penghitungan rata-rata satu tala pada penghitungan dari 56 kepala arca adalah 19,26. Sedangkan rata-rata satu angula adalah 1,61. Sedangkan rata-rata satu yava adalah 0,20. Sehingga pada ikonometri kepala arca tidak ada ukuran yang signifikan, atau semua ukuran elemen ikonografinya sama. Dari hasil pengukuran tersebut juga dapat disampaikan bahwa ukuran terbesar adalah pada kepala arca no.18 dengan ukuran tala 22,17 ; angula 1,85 ; dan yava 0,23. Sedangkan ukuran yang terkecil adalah pada kepala arca no.27 dengan ukuran tala 17,61 ; angula 1,47 ; dan yava 0,18. Tabel di bawah ini menyampaikan informasi dari ukuran tala, angula, dan yava pada 56 kepala arca di kantor Balai Konservasi Borobudur. Tabel V.5. Rata-Rata Satuan Ukuran Tala, Angula, dan Yava Pada Kepala Arca. No Tala () Anggula () Yava () 1 18,00 1,50 0, ,30 1,53 0, ,75 1,56 0, ,87 1,66 0, ,83 1,57 0, ,82 1,57 0, ,51 1,71 0, ,38 1,62 0, ,82 1,57 0, ,37 1,53 0, ,85 1,65 0, ,76 1,65 0, ,45 1,54 0, ,78 1,57 0,20 56

66 15 19,03 1,59 0, ,15 1,60 0, ,56 1,55 0, ,17 1,85 0, ,20 1,68 0, ,08 1,67 0, ,60 1,63 0, ,70 1,48 0, ,90 1,66 0, ,86 1,74 0, ,20 1,52 0, ,61 1,47 0, ,63 1,64 0, ,40 1,53 0, ,10 1,68 0, ,80 1,57 0, ,08 1,67 0, ,30 1,61 0, ,50 1,71 0, ,26 1,61 0, ,27 1,61 0, ,40 1,62 0, ,65 1,72 0, ,17 1,60 0, ,35 1,53 0, ,60 1,63 0, ,57 1,63 0, ,70 1,56 0, ,33 1,61 0, ,00 1,58 0, ,01 1,58 0, ,40 1,53 0, ,38 1,62 0, ,89 1,66 0, ,45 1,62 0, ,00 1,58 0, ,50 1,63 0, ,22 1,52 0, ,30 1,61 0,20 RATA-RATA 19,26 1,61 0,20 57

67 B. Pengukuran Kandungan Unsur Material Batu Pengukuran kandungan unsur menggunakan alat XRF memiliki keunggulan, salah satunya adalah sifat pengukuran yang non destruktif atau tidak merusak benda yang di ukur kandungan unsurnya. Namun demikian, berdasarkan hasil XRF dan 56 kepala arca dan 11 tubuh arca masih belum dilakukan pencocokan. Hal ini karena hasil pengukuran mendapat banyak kandungan unsur sehingga belum dapat ditentukan metode analisanya. Salah satu metode analisa untuk pencocokan kepala dan tubuh arca menggunakan XRF adalah dengan membuat grafik perbandingan antara dua unsur yang signifikan. Beberapa unsur yang diperbandingkan di antaranya adalah SiO 2 dengan Al, dan SiO 2 dengan Fe. Akan tetapi pada kajian ini metode analisis menggunakan perbandingan hasil XRF saat ini belum bisa digunakan untuk mencocokkan karena sebagian besar tubuh arca pada struktur Candi Borobudur belum di XRF. Berikut ini adalah grafik perbandingan antara SiO 2 dengan Al pada ke-56 kepala arca di kantor Balai Konservasi Borobudur. Grafik V.3. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.1 no

68 Grafik V.4. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.11 no.20. Grafik V.5. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.21 no

69 Grafik V.6. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.31 no.40. Grafik V.7. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.41 no

70 Grafik V.8. Kandungan SiO2 dengan Al pada kepala arca no.51 no.56. Berikut ini adalah grafik perbandingan antara SiO 2 dengan Fe pada ke-56 kepala arca di kantor Balai Konservasi Borobudur. 61

71 Grafik V.9. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.1 no.10. Grafik V.10. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.11 no

72 Grafik V.11. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.21 no.30. Grafik V.12. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.31 no

73 Grafik V.13. Kandungan SiO2 dengan Fe pada kepala arca no.52 no.56. C. Pengukuran Kandungan Magnetik Material Batu Kerangka pikir dari digunakannya metode pengukuran kandungan magnetik material menggunakan magnetic susceptibility meter adalah prinsip bahwa pada semua material batuan mempunyai kandungan magnet yang variatif. Alat ini juga dapat mendeteksi kandungan magnetik yang sangat lemah dari batuan di antaranya limestone, quartz, bahkan air sekalipun. Dalam pengembangan alat ini bisa digunakan sebagai petunjuk untuk mencocokkan antara kepala dan tubuh arca. Pengukuran magnetic susceptibility telah dilakukan pada semua kepala arca dan kesemua tubuh arca. Metode pengukuran adalah dengan menempelkan bagian receiver/ sensor penerima alat pada permukaan tubuh arca yang datar. Pengukuran dilakukan sebanyak 6 kali pada tiap objek yang kemudian hasilnya di rata-rata dalam satuan SI. Rata-rata hasil pengukuran tiap objek kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik. 64

74 Foto V.4. Alat pengukur kandungan magnetik, magnetic susceptibility meter (Dok: georesults.com). Namun demikian untuk melakukan pencocokan perlu digunakan metode yang sesuai karena data yang dikumpulkan adalah sejumlah 56 kepala arca dan 247 tubuh arca. Sehingga kemungkinan pencocokan adalah dengan membandingkan pengukuran dari 1 kepala arca dengan 247 tubuh arca pada struktur Candi Borobudur, demikian selanjutnya hingga pada kesemua kepala arca yang berjumlah 56 buah. Berikut ini adalah beberapa hasil pengukuran kandungan magnetik pada tubuh arca. Tabel V.6. Pengukuran Kandungan Magnetik Pada Tubuh Arca Pada Pagar Langkan II. B PAGAR LANGKAN II Sisi : Utara Jml Badan Arca Pengukuran MSM Bidang No a b c d e f 48 bid a 1 59,3 60,3 57,8 55,4 56,3 56,9 49 bid a 3 52,5 54,4 54,8 52,4 53,9 50,4 50 bid b 5 54,4 51,8 50, ,2 51 bid c 7 41,5 43,6 41,8 44,6 43,5 41,9 52 bid c 8 52,2 49,6 50,4 50,7 52,4 54,5 53 bid c 10 24,8 27,2 24,5 23,1 22,7 23,4 54 bid d 11 16,5 18,2 19, ,9 18,9 55 bid g 16 59,4 59,6 58, ,6 55,3 56 bid h 21 53,7 52,3 49,3 50,6 52,4 50,5 57 bid i 22 47,6 48,9 49,3 47,9 44,2 44,1 65

75 58 bid j 24 29,7 31,6 33,1 30,8 29, bid j 25 47, ,7 50,7 49,3 49,6 Apabila dicermati sekilas beberapa pengukuran menunjukkan hasil yang mempunyai kecocokan seperti ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Grafik V.14. Pengukuran kandungan magnetik pada kepala arca. Grafik V.15. Pengukuran kandungan magnetik tubuh arca pada pagar langkan II sisi Utara. Berdasarkan grafik di atas, kepala arac no.22 dan no.47 memiliki kemungkinan yang lebih besar apabila dipasangkan dengan tubuh arca no.10 yang posisinya berada pada pagar langkan II sisi Utara. Akan tetapi hal tersebut belum secara langsung di lihat secara detil di lapangan. 66

76 D. Pengukuran Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik (Ultrasound Velocity) Pada prinsipnya pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik menggunakan ultrasonic pulse velocity tester adalah untuk menentukan kualitas pada inspeksi atau pengecekan beton. Peralatan ini mengukur waktu transit dari gelombang ultrasonik melalui beton pada pemeriksaan pada struktur baru ataupun lama di antaranya pada plat, kolom, dinding, kerangka, dan bentuk perkuatan beton yang lain. Peralatan ini dapat dipadukan dengan osiloskop yang berfungsi sebagai monitor untuk mengetahui retak rambut, rongga, dan retak struktur pada beton. Foto V.5. Peralatan ultrasonic pulse velocity tester (Dok: humboldtmfg.com). Foto V.6. Penggunaan alat ultrasonic pulse velocity tester pada pengecekan mutu beton (Dok: humboldtmfg.com). 67

77 Peralatan ultrasonic pulse velocity tester juga bisa digunakan untuk pengecekan kualitas kayu yang telah digunakan sebagai struktur bangunan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya pelapukan di dalam kayu yang tidak dapat terdeteksi secara kasat mata. Foto V.7. Penggunaan alat ultrasonic pulse velocity tester pada pengecekan kayu (Dok: humboldtmfg.com). Dalam pengembangannya penggunaan alat ultrasonic pulse velocity tester juga bisa digunakan untuk pengecekan material cagar budaya, khususnya untuk membedakan sifat dan mutu material tersebut. Pada Kajian Pencocokan Kepala Arca Candi Borobudur alat tersebut diharapkan memberikan informasi menyangkut material arca, dalam hal ini adalah cepat rambat gelombang ultrasonik. Walaupun material utama kepala arca adalah sama, yaitu batu andesit namun material tersebut tidak sepenuhnya mirip sifat-sifatnya secara kasat mata misalnya dari segi tekstur, warna, dan kekompakan batu. Sehingga hal inilah yang kemudian digunakan sebagai logika bahwa pada material yang sama jenisnya namun memiliki komposisi yang berbeda akan menghasilkan cepat rambat gelombang ultrasonik yang berbeda pula. Pelaksanaan pengukuran menggunakan ultrasonic pulse velocity tester telah dilakukan pada semua kepala arca Buddha yang disimpan di Kantor Balai Konservasi. Pengukuran pada tiap kepala arca dilakukan sebanyak 6 kali. Hasil pengukuran tersebut kemudian di rata-rata dan ditampilkan dalam bentuk grafik sehingga mudah untuk dianalisa. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa kesemua material andesit kepala arca memiliki cepat rambat gelombang ultrasonik yang tidak jauh berbeda yaitu antara 2 4 km/s. Lain halnya pada pengukuran kandungan magnetik yang 68

78 perbedaannya ada yang mencapai 50 SI. Sehingga apabila dibandingkan dengan pengukuran kandungan magnetik dinilai lebih berprospek daripada pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik. Apabila metode pencocokan menggunakan ultrasonic pulse velocity tester akan diteruskan, maka sama halnya dengan pengukuran kandungan magnetik yaitu membandingkan 1 kepala arca dengan 247 tubuh arca yang berada pada struktur Candi Borobudur. Sehingga salah satu kendala yang muncul adalah waktu pengukuran yang cukup lama. Grafik V.16. Pengukuran cepat rambat gelmbang ultrasonik pada kepala arca. 69

79 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil observasi pada objek kepada dan tubuh arca Buddha data yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : a. Jumlah kepala arca Dhyani Buddha Candi Borobudur yang disimpan pada kantor Balai Konservasi Borobudur adalah 56 buah. b. Jumlah arca Dhyani Buddha Candi Borobudur yang berkepala dan berada pada struktur Candi Borobudur adalah 228 buah. c. Jumlah arca Dhyani Buddha Candi Borobudur tanpa kepala dan berada pada struktur Candi Borobudur adalah 247 buah. d. Jumlah relung pagar langkan ataupun stupa teras yang kosong kesmuanya adalah 29 buah. e. Jumlah arca Dhyani Buddha tanpa kepala yang tersimpan di Studio Sejarah Restorasi Candi Borobudur adalah 1 buah. f. Jumlah arca Dhyani Buddha yang berkepala dan berada di Museum Borobudur adalah 1 buah. Berdasarkan hasil analisa menggunakan berbagai metode dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut : a. Metode pencocokan kepala arca dengan tubuh arca yang digunakan pada Kajian Pencocokan Kepala Arca Candi Borobudur Tahun adalah sebagai berikut : 1. Pada metode pengukuran ikonometri pada kepala dan sampel tubuh arca dijumpai ukuran elemen ikonografi yang mirip dan tidak jauh berbeda pada tiap objek kepala maupun tubuh arca. Pengukuran dengan pendekatan satuan tala, angula, dan yava belum bisa mennujukkan perbedaan ukuran yang bisa dijadikan acuan untuk mencocokkan. Hal ini dapat dipahami dari konsep Uttam Dasha Tala yang telah memberikan acuan terkait ikonometri arca Hindhu dan Buddha. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa semua kepala arca dan tubuh arca Buddha Candi Borobudur mempunyai perbandingan proporsi elemen ikonografi yang sama dengan ukuran yang hanya terpaut 1 hingga 4 saja. Apabila dikembalikan pada kitab mengenai ikonometri arca Buddha yaitu pratimalaksanam dan kriyamuccaya tinggi keseluruhan arca Buddha adalah 120 angula. Jumlah 120 angula tersebut bisa dibuktikan pada 70

80 setiap arca Buddha Candi Borobudur berdasarkan satuan angula dari masing-masing arca. 2. Metode pengukuran kandungan unsur menggunakan alat bantu X Ray Fluoresence (XRF) telah diaplikasikan pada semua kepala arca dan 11 tubuh arca. Sehingga untuk melakukan pencocokan, masih harus melakukan pengukuran pada 236 tubuh arca yang berada pada struktur Candi Borobudur. Selain itu metode pengolahan data atau formula untuk mengolah data dan mencocokkan 1 buah kepala dengan 247 tubuh arca yang berada pada struktur Candi Borobudur belum dapat di susun. Penyajian data dalam bentuk grafik perbandingan unsur dengan volume tertinggi diharapkan dapat mengelompokkan unsur material kepala arca pada kluster-kluster tertentu yang dapat dicocokkan. 3. Metode pengukuran kandungan magnetik material batu menggunakan alat bantu magnetic susceptibility meter telah diaplikasikan pada seluruh kepala arca dan tubuh arca. Sama halnya dengan metode pengukuran kandungan unsur, metode ini juga belum bisa digunakan untuk mencocokkan karena belum ada formulasi yang sesuai untuk mencocokkan. Namun demikian dari indetifikasi grafik hasil pengukuran kandungan magnetik, dijumpai adanya kecocokan, yaitu pada kepala dan tubuh arca yang memiliki kandungan magnetik terendah dan tertinggi. 4. Metode pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik menggunakan alat bantu ultrasonic pulse velocity tester hanya dilakukan pada kepala arca saja. Hal ini karena kendala peralatan yang belum dimiliki oleh Balai Konservasi Borobudur. Pencocokan dengan metode ini dinilai belum menunjukkan prospek yang positif. Kondisi tersebut dibuktikan dengan grafik pengukuran cepat rambat gelombang ultrasonik pada kepala arca yang tidak menunjukkan perbedaan signifikan dari masing-masing kepala arca. Berdasarkan kesimpulan hasil kajian dan arahan narasumber dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut : a. Metode pencocokan dengan pengukuran kandungan unsur material, kandungan magnetik material, dan cepat rambat gelombang ultrasonik pada material perlu untuk diformulasikan metode pencocokannya setelah semua data pengukuran dikumpulkan. b. Perlu dilanjutkan dengan mencoba metode baru pencocokan kepala arca di 71

81 antaranya : 1. Mengamati kembali dan mengukur patahan leher pada kepala dan tubuh arca kemudian diukur diameter patahan tersebut minimal sebanyak empat kali pada posisi yang bersilangan. 2. Berkoordinasi dengan Badan Tenaga Atom atau Teknik Fisika untuk menjajaki kemungkinan penggunaan metode pencocokan berbasis atom inti. 3. Menggunakan pendekatan geologi dengan melihat tekstur permukaan kepala dan tubuh arca untuk kemudian mencocokkan pola tektur tersebut. DAFTAR PUSTAKA Casparis, J. G. de Prasasti Indonesia I. Bandung: A.C. Nix & Co. 72

82 Maulana, Ratnaesih Ikonografi Hindhu. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Rao, T.A Gopinatha Talamana Of Iconometri. Memoirs of The Archaeological Survei of India, 3. Calcuta. W. F. Stuterheim Chandi Borobudur Name Form and Meaning, Studies In Indonesia Archaeology. Batavia: Kolff & Co. Muryowiharjo, S., 2005, Petrografi Batuan Beku, Jurusan Teknik Geologi UGM, Yogyakarta. 73

83 LAMPIRAN DATA KEPALA ARCA DHYANI BUDDHA Lokasi : Kantor Balai Konservasi Borobudur Tahun : 1

84 2

85 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 30/07/15 No/ No.Inv :1 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 13,20 14,90 0,33 2,07 0,29 0,13 0,16 1,12 0,33 0,67 0,30 0,00 0,73 0,83 31,05 195,79 27,37 12,63 15,26 106,32 31,05 63,68 28,42 0,00 69,47 78,42 1 tala 1 angula 18,00 1,50 1 yava 0,19 5,90 37,20 5,20 2,40 2,90 20,20 5,90 12,10 5,40 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7N (putih keabu-abuan) - Deskripsi fisik = Batu porus, mata kiri gempil, hidung sebelah kanan gempil, dahi sebelah kanan gempil - XRF = 07/30/15 #5, #6, #7 3 Angula 3,93 24,80 3,47 1,60 1,93 13,47 3,93 8,07 3,60 0,00 8,80 9,93

86 Tanggal No/ No.Inv Lokasi Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR : 30/07/15 :1 : Kantor BKB 4

87 5

88 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 03/08/15 :2 : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir 10 Panjang leher 11 Diameter leher (vertikal) 12 Diameter leher (horizontal) Ket : Ukuran Satuan Tala Yava Angula 7,90 0,43 41,58 5,20 37,20 2,03 195,79 24,47 13,80 0,75 72,63 9,08 3,20 0,17 16,84 2,11 4,60 0,25 24,21 3,03 15,60 0,85 82,11 10,26 4,60 0,25 24,21 3,03 13,70 0,75 72,11 9,01 6,50 0,36 34,21 4,28 0,51 2,8 13,50 0,74 71,05 8,88 14,60 0,80 76,84 9,61 1 tala 1 angula 1 yava 18,30 1,53 0,19 6 Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5 P 7/1 (abu-abu terang keunguan) - Deskripsi fisik = batu kompak, hidung gempil semua, bibir bagian tengah gempil, kelopak mata kanan gempil. - XRF = 08/03/15 #2, #3, #4

89 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 03/08/15 :2 : Kantor BKB 7

90 8

91 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 03/08/15 No/ No.Inv :3 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 5,19 36,50 13,80 3,80 3,52 14,43 5,40 13,35 5,25 0,28 1,95 0,74 0,20 0,19 0,77 0,29 0,71 0,28 25,95 182,50 69,00 19,00 17,60 72,15 27,00 66,75 26,25 3,33 23,40 8,85 2,44 2,26 9,25 3,46 8,56 3,37 15,00 14,60 0,80 0,78 75,00 73,00 9,62 9,36 1 tala 1 angula 18,75 1,56 1 yava 0,20 9 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5Y 5/1 (abu-abu) - Deskripsi fisik = batu porus, hidung gempil, dahi kiri berlubang. - XRF = 08/03/15 #5, #6, #7 Angula

92 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 03/08/15 :3 : Kantor BKB 10

93 11

94 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 04/08/15 No/ No.Inv :4 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 15,00 12,80 0,13 1,61 0,47 0,23 0,24 0,74 0,38 0,62 0,31 0,00 0,75 0,64 11,90 152,38 44,76 21,90 22,29 69,81 35,57 59,05 29,24 0,00 71,43 60,95 1 tala 1 angula 19,87 1,66 1 yava 0,21 2,50 32,00 9,40 4,60 4,68 14,66 7,47 12,40 6,14 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5Y 6/1 (abu-abu) - Deskripsi fisik = batu porus, usnisa tinggal setengah, dahi kanan gempil, dagu kanan gempil. - XRF = 08/04/15 #2, #3, #4 12 Angula 1,51 19,28 5,66 2,77 2,82 8,83 4,50 7,47 3,70 0,00 9,04 7,71

95 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 04/08/15 :4 : Kantor BKB 13

96 14

97 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 04/08/15 No/ No.Inv :5 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 14,91 14,23 0,41 2,04 0,61 0,20 0,25 0,73 0,30 0,70 0,28 0,00 0,79 0,76 38,40 192,50 57,50 19,15 23,55 69,05 28,15 66,00 26,00 0,00 74,55 71,15 1 tala 1 angula 18,83 1,57 1 angula 0, ,68 38,50 11,50 3,83 4,71 13,81 5,63 13,20 5,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5Y 7/1 (abu-abu cerah kecoklatan) - Hidung patah, pahatan kelopak mata aus, dagu aus, telinga kanan gempil. - XRF = 08/04/15 #5, #6, #7 Angula 4,89 24,52 7,32 2,44 3,00 8,80 3,59 8,41 3,31 0,00 9,50 9,06

98 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 04/08/15 :5 : Kantor BKB 16

99 17

100 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 04/08/15 No/ No.Inv :6 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 14,53 12,81 0,36 1,89 0,58 0,17 0,28 0,76 0,29 0,71 0,30 0,00 0,77 0,68 33,70 177,50 55,00 15,90 26,10 71,30 27,55 66,55 28,05 0,00 72,65 64,05 1 tala 1 angula 18,82 1,57 1 yava 0, ,74 35,50 11,00 3,18 5,22 14,26 5,51 13,31 5,61 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5RP 6/1 (abu-abu keunguan) - Dahi kiri gempil, ujung hidung gempil. - XRF = 08/04/15 #8, #9, #10 Angula 4,29 22,61 7,01 2,03 3,32 9,08 3,51 8,48 3,57 0,00 9,25 8,16

101 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 04/08/15 :6 : Kantor BKB 19

102 20

103 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 04/08/15 No/ No.Inv :7 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 14,48 14,73 0,27 1,73 0,43 0,19 0,21 0,76 0,30 0,70 0,30 0,00 0,71 0,72 26,67 169,05 42,33 18,76 20,19 74,00 29,76 67,90 28,95 0,00 68,95 70,14 1 tala 1 angula 20,51 1,71 1 yava 0, ,60 35,50 8,89 3,94 4,24 15,54 6,25 14,26 6,08 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5RP 6/1 (abu-abu keunguan) - Dahi kiri gempil, ujung hidung gempil, usnisa aus pada bag atas, ada noda merah tua di beberapa bagian. - XRF = 08/04/15 #11, #12, #13 Angula 3,27 20,76 5,20 2,30 2,48 9,09 3,65 8,34 3,56 0,00 8,47 8,61

104 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 04/08/15 :7 : Kantor BKB 22

105 23

106 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 05/08/15 No/ No.Inv :8 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) 5,10 33,20 11,00 2,55 5,00 14,50 5,43 13,95 6,67 0,5-3,5 13,45 11,76 0,26 1,71 0,57 0,13 0,26 0,75 0,28 0,72 0,34 25,50 166,00 55,00 12,75 25,00 72,50 27,15 69,75 33,35 3,15 20,49 6,79 1,57 3,09 8,95 3,35 8,61 4,12 0,69 0,61 67,25 58,80 8,30 7,26 1 tala 1 angula 19,38 1,62 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5Y 5/1 (abu-abu) - Batu porus, telinga kanan patah, hidung patah, bibir bagian depn rusak, bagian atas usnisa rusak. - XRF = 08/05/15 #2, #3, #4 24 Angula

107 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 05/08/15 :8 : Kantor BKB 25

108 26

109 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 05/08/15 No/ No.Inv :9 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,31 2,07 0,47 0,17 0,23 0,81 0,28 0,72 0,33 29,00 195,00 43,80 16,00 21,50 76,20 26,75 67,35 30,80 3,69 24,84 5,58 2,04 2,74 9,71 3,41 8,58 3,92 14,22 13,74 0,76 0,73 71,10 68,70 9,06 8,75 1 tala 1 angula 18,82 1,57 1 yava 0,20 5,80 39,00 8,76 3,20 4,30 15,24 5,35 13,47 6,16 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5YR 6/1 (abu-abu kecoklatan) - Batu porus, hidung gempil sedikit sebelah kanan, usnisa rusak sedikit bagian atas. - XRF = 08/05/15 #5, #6, #7 27 Angula

110 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 05/08/15 :9 : Kantor BKB 28

111 29

112 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 05/08/15 No/ No.Inv : 10 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) 4,40 33,50 9,57 3,82 4,63 15,17 5,45 12,92 5,62 1,2-2,9 14,76 14,92 0,24 1,82 0,52 0,21 0,25 0,83 0,30 0,70 0,31 23,16 176,32 50,37 20,11 24,37 79,84 28,68 68,00 29,58 2,88 21,90 6,25 2,50 3,03 9,92 3,56 8,44 3,67 0,80 0,81 77,68 78,53 9,65 9,75 1 tala 1 angula 18,37 1,53 1 yava 0,19 30 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YR 7/1 (abu-abu cerah) - Batu porus, hidung gempil bagian depan. - XRF = 08/05/15 #8, #9, #10 Angula

113 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 05/08/15 : 10 : Kantor BKB 31

114 32

115 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 05/08/15 No/ No.Inv : 11 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir 10 Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 6,70 38,60 9,00 2,94 5,00 14,50 6,06 13,79 5,50 2,2 3,5 14,90 14,84 0,34 1,94 0,45 0,15 0,25 0,73 0,31 0,69 0,28 31,90 183,81 42,86 14,00 23,81 69,05 28,86 65,67 26,19 4,06 23,39 5,45 1,78 3,03 8,79 3,67 8,36 3,33 0,75 0,75 70,95 70,67 9,03 8,99 1 tala 1 angula 19,85 1,65 1 yava 0,21 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YR 5/1 (abu-abu kecoklatan) - Batu kompak, bibir aus, hidung aus, telinga kanan gempil. - XRF = 08/05/15 #11, #12, #13 Angula 33

116 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 05/08/15 : 11 : Kantor BKB 34

117 35

118 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 05/08/15 No/ No.Inv : 12 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,32 1,93 0,54 0,17 0,24 0,74 0,31 0,69 0,32 30,48 181,90 50,67 16,43 22,76 69,90 29,19 64,90 30,05 3,88 23,15 6,45 2,09 2,90 8,90 3,72 8,26 3,82 15,25 14,75 0,77 0,75 72,62 70,24 9,24 8,94 1 tala 1 angula 19,76 1,65 1 yava 0,21 6,40 38,20 10,64 3,45 4,78 14,68 6,13 13,63 6,31 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YK 4/1 (abu-abu kecoklatan) - Batu kompak. - XRF = 08/05/15 #14, #15, #16 36 Angula

119 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 05/08/15 : 12 : Kantor BKB 37

120 38

121 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 05/08/15 No/ No.Inv : 13 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,24 1,82 0,57 0,19 0,24 0,82 0,30 0,70 0,29 23,16 176,84 55,00 18,11 23,26 79,74 28,89 68,21 28,00 2,86 21,82 6,79 2,23 2,87 9,84 3,56 8,42 3,45 13,00 14,71 0,70 0,80 68,42 77,42 8,44 9,55 1 tala 1 angula 18,45 1,54 1 yava 0,19 4,40 33,60 10,45 3,44 4,42 15,15 5,49 12,96 5,32 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YR 6/1 (kuning coklat keabu-abuan) - Batu porus, hidung gempil di depan, mata kiri gempil, usnisa samping dan atas rusak, telinga kiri gempil atas. - XRF = 08/05/15 #17, #18, #19 39 Angula

122 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 05/08/15 : 13 : Kantor BKB 40

123 41

124 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 05/08/15 No/ No.Inv : 14 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir 10 Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 5,40 34,00 9,16 3,14 4,35 15,25 6,51 12,27 5,55 0,45 2,7 14,09 13,23 0,29 1,81 0,49 0,17 0,23 0,81 0,35 0,65 0,30 27,00 170,00 45,80 15,70 21,75 76,25 32,55 61,35 27,75 3,44 21,66 5,83 2,00 2,77 9,71 4,15 7,82 3,54 0,75 0,70 70,45 66,15 8,97 8,43 1 tala 1 angula 18,78 1,57 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5YK 4/1 (abu-abu kemerahan) - Usnisa aus, bekas sayatan pada dahi, rapuh di pipi kiri, noda coklat di muka, bibir atas dan hidung gempil. - XRF = 08/05/15 #20, #21, #22 Angula 42

125 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 05/08/15 : 14 : Kantor BKB 43

126 44

127 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 05/08/15 No/ No.Inv : 15 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,34 1,90 0,51 0,21 0,24 0,80 0,29 0,71 0,35 32,00 181,00 48,25 19,80 23,15 75,85 27,50 67,65 33,50 4,03 22,77 6,07 2,49 2,91 9,54 3,46 8,51 4,21 14,00 14,00 0,74 0,74 70,00 70,00 8,81 8,81 1 tala 1 angula 19,03 1,59 1 yava 0,20 6,40 36,20 9,65 3,96 4,63 15,17 5,50 13,53 6,70 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YK 4/1 (abu-abu kecoklatan) - batu porus, mata aus, hidung gempil, telinga kanan dan kiri gempil, bibir gempil. - XRF = 08/05/15 #23, #24, #25 45 Angula

128 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 05/08/15 : 15 : Kantor BKB 46

129 47

130 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 16 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,31 2,11 0,53 0,18 0,22 1,67 0,29 0,71 0,31 30,00 202,00 50,50 17,35 20,80 160,00 27,50 68,25 29,40 3,75 25,25 6,31 2,17 2,60 20,00 3,44 8,53 3,68 13,68 14,67 0,71 0,77 68,40 73,35 8,55 9,17 1 tala 1 angula 19,15 1,60 1 yava 0,20 6,00 40,40 10,10 3,47 4,16 32,00 5,50 13,65 5,88 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5Y 6/1 (abu-abu) - batu kompak, dijumpai cat warna hitam hampir merata pada permukaan, hidung sebelah kanan gempil. - XRF = 08/11/15 #2, #3, #4 48 Angula

131 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 16 : Kantor BKB 49

132 50

133 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 17 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 6,40 38,00 10,77 3,06 4,62 14,30 6,21 12,35 5,62 1,51-2,64 15,27 18,20 0,34 2,05 0,58 0,16 0,25 0,77 0,33 0,67 0,30 33,68 200,00 56,68 16,11 24,32 75,26 32,68 65,00 29,58 4,13 24,52 6,95 1,97 2,98 9,23 4,01 7,97 3,63 0,82 0,98 80,37 95,79 9,85 11,74 1 tala 1 angula 18,56 1,55 1 yava 0,19 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5Y 6/1 (abu-abu) - batu porus, usnisa aus, bibir tengah gempil, hidung tengah gempil telinga kiri bawah gempil. - XRF = 08/11/15 #5, #6, #7 51 Angula

134 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 17 : Kantor BKB 52

135 53

136 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 18 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,23 1,98 0,48 0,16 0,25 1,40 0,31 0,69 0,30 22,17 191,30 45,96 14,96 24,48 134,78 30,00 66,39 29,04 2,76 23,78 5,71 1,86 3,04 16,76 3,73 8,25 3,61 13,69 15,27 0,62 0,69 59,52 66,39 7,40 8,25 1 tala 1 angula 22,17 1,85 1 yava 0,23 5,10 44,00 10,57 3,44 5,63 31,00 6,90 15,27 6,68 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5Y 5/1 (abu-abu) - batu porus, usnisa gempil, rambut belakang aus, muka aus dan berlubang, hidung gempil, bibir kanan gempil, telinga kiri gempil. - XRF = 08/11/15 #11, #12, #13 54 Angula

137 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 18 : Kantor BKB 55

138 56

139 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 19 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) 5,10 42,50 9,50 3,25 4,20 17,00 5,92 14,28 5,50 2,1-3,3 15,50 15,40 0,25 2,10 0,47 0,16 0,21 0,84 0,29 0,71 0,27 24,29 202,38 45,24 15,48 20,00 80,95 28,19 68,00 26,19 3,04 25,30 5,65 1,93 2,50 10,12 3,52 8,50 3,27 0,77 0,76 73,81 73,33 9,23 9,17 1 tala 1 angula 20,20 1,68 1 yava 0,21 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YR 7/2 (oranye pucat kekuningan) - batu porus, hidung depan gempil, bibir gempil, rambut aus, telinga kiri aus, pipi kiri gempil. - XRF = 08/11/15 #8, #9, #10 57 Angula

140 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 19 : Kantor BKB 58

141 59

142 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 20 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) 8,76 39,00 9,57 3,55 5,03 19,00 6,28 13,80 6,10 0,8-2,1 15,28 15,80 0,44 1,94 0,48 0,18 0,25 0,95 0,31 0,69 0,30 41,71 185,71 45,57 16,90 23,95 90,48 29,90 65,71 29,05 5,25 23,35 5,73 2,13 3,01 11,38 3,76 8,26 3,65 0,76 0,79 72,76 75,24 9,15 9,46 1 tala 1 angula 20,08 1,67 1 yava 0,21 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5Y 6/1 (abu-abu) - batu porus, hidung gempil, bibir gempil, pipi kiri gempil, pipi kanan atas gempil. - XRF = 08/11/15 #14, #15, #16 60 Angula

143 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 20 : Kantor BKB 61

144 62

145 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 21 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,22 1,84 0,63 0,20 0,22 0,87 0,31 0,69 0,29 21,50 180,00 61,50 19,30 21,40 85,00 30,75 67,25 28,90 2,64 22,09 7,55 2,37 2,63 10,43 3,77 8,25 3,55 15,28 14,15 0,78 0,72 76,40 70,75 9,37 8,68 1 tala 1 angula 19,60 1,63 1 yava 0,20 4,30 36,00 12,30 3,86 4,28 17,00 6,15 13,45 5,78 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10Y 5/1 (abu-abu) - batu porus, hidung aus, dahi gempil, mata kanan aus, usnisa gempil. - XRF = 08/11/15 #17, #18, #19 63 Angula

146 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 21 : Kantor BKB 64

147 65

148 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 22 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,22 1,92 0,72 0,18 0,22 0,82 0,30 0,70 0,30 21,67 188,89 70,56 18,00 21,83 81,11 29,44 68,89 29,28 2,64 22,97 8,58 2,19 2,66 9,86 3,58 8,38 3,56 13,40 13,88 0,76 0,78 74,44 77,11 9,05 9,38 1 tala 1 angula 17,70 1,48 1 yava 0,18 3,90 34,00 12,70 3,24 3,93 14,60 5,30 12,40 5,27 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YR 7/2 (oranye gelap kekuningan) - batu kompak, usnisa aus, mata kiri gempil, hidung gempil, pipi kanan gempil, telinga kiri aus, telinga kanan bawah gempil, urna jelas. - XRF = 08/11/15 #20, #21, #22 66 Angula

149 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 22 : Kantor BKB 67

150 68

151 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 23 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,32 1,86 0,49 0,19 0,21 0,77 0,24 0,76 0,31 30,48 176,67 46,57 17,62 19,52 72,86 22,38 72,38 29,05 3,86 22,35 5,89 2,23 2,47 9,22 2,83 9,16 3,67 14,00 13,90 0,70 0,70 66,67 66,19 8,43 8,37 1 tala 1 angula 19,90 1,66 1 yava 0,21 6,40 37,10 9,78 3,70 4,10 15,30 4,70 15,20 6,10 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5YR 5/1 (abu-abu kekuningan) - usnisa aus, muka rata, batu porus dan rapuh, muka kanan aus, rambut aus. - XRF = 08/11/15 #23, #24, #25 69 Angula

152 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 23 : Kantor BKB 70

153 71

154 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 24 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,27 1,82 0,47 0,16 0,23 0,86 0,33 0,67 0,29 25,45 172,73 44,09 14,86 22,27 81,82 31,64 63,18 27,05 3,22 21,84 5,57 1,88 2,82 10,34 4,00 7,99 3,42 14,20 16,00 0,68 0,77 64,55 72,73 8,16 9,20 1 tala 1 angula 20,86 1,74 1 yava 0,22 5,60 38,00 9,70 3,27 4,90 18,00 6,96 13,90 5,95 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 Y 5/1 (abu-abu) - usnisa gempil atas dan belakang, noda putih kuning di bibir dan dagu, noda hitam di muka kiri, batu kompak. - XRF = 08/11/15 #26, #27, #28 72 Angula

155 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 24 : Kantor BKB 73

156 74

157 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 25 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 7,10 38,60 10,18 3,70 5,10 14,70 5,20 13,00 5,80 1,10 15,20 11,40 0,39 2,12 0,56 0,20 0,28 0,81 0,29 0,71 0,32 0,06 0,84 0,63 37,37 203,16 53,58 19,47 26,84 77,37 27,37 68,42 30,53 5,79 80,00 60,00 1 tala 1 angula 18,20 1,52 1 yava 0,19 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 Y 5/1 (abu-abu) - usnisa aus, ikal depan aus, hidung bawah aus, telinga kiri aus, urna jelas, dagu gempil, bekas sambungan di kiri kepala. - XRF = 08/11/15 #29, #30, #31 75 Angula 4,67 25,39 6,70 2,43 3,36 9,67 3,42 8,55 3,82 0,72 10,00 7,50

158 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 25 : Kantor BKB 76

159 77

160 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 26 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan 4,90 36,00 0,00 0,00 Ket : 1 tala 1 angula 1 yava Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5 Y 5/1 (abu-abu) - usnisa aus, muka pecah. - XRF = 08/11/15 #32, #33, #34 78 Tala Yava Angula

161 79

162 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 27 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir 10 Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 5,10 38,60 10,27 3,63 3,74 13,30 5,26 12,35 5,24 1,373,64 13,90 13,57 0,29 2,19 0,58 0,21 0,21 0,76 0,30 0,70 0,30 28,33 214,44 57,06 20,17 20,78 73,89 29,22 68,61 29,11 3,47 26,26 6,99 2,47 2,54 9,05 3,58 8,40 3,56 0,79 0,77 77,22 75,39 9,46 9,23 1 tala 1 angula 17,61 1,47 1 yava 0,18 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5 Y 5/1 (abu-abu kekuningan) - Batu porus, mata kiri gempil, hidung bawah gempil, usnisa atas gempil, urna jelas, dagu gempil. - XRF = 08/11/15 #35, #36, #37 Angula 80

163 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 27 : Kantor BKB 81

164 82

165 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 28 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) 5,00 34,50 10,92 2,97 4,20 14,90 6,10 13,53 5,74 1,3-3,9 14,10 13,50 0,25 1,76 0,56 0,15 0,21 0,76 0,31 0,69 0,29 25,00 172,50 54,60 14,85 21,00 74,50 30,50 67,65 28,70 3,05 21,04 6,66 1,81 2,56 9,09 3,72 8,25 3,50 0,72 0,69 70,50 67,50 8,60 8,23 1 tala 1 angula 19,63 1,64 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 Y 4/1 (abu-abu) - Batu kompak, hidung aus, telinga kiri bawah gempil, telinga kanan gempil, usnisa aus, ikal depan kiri berlubang. - XRF = 08/11/15 #38, #39, #40 83 Angula

166 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 28 : Kantor BKB 84

167 85

168 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 11/08/15 No/ No.Inv : 29 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,29 1,85 0,52 0,21 0,24 1,63 0,30 0,70 0,32 28,42 178,95 50,00 20,53 23,16 157,89 28,68 68,16 31,05 3,53 22,22 6,21 2,55 2,88 19,61 3,56 8,46 3,86 13,86 14,23 0,75 0,77 72,95 74,89 9,06 9,30 1 tala 1 angula 18,40 1,53 1 yava 0,19 5,40 34,00 9,50 3,90 4,40 30,00 5,45 12,95 5,90 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5 Y 5/1 (abu-abu kekuningan) - Batu porus, hidung gempil, bibir sampai dagu gempil, telinga kanan aus, pipi kanan berlubang. - XRF = 08/11/15 #41, #42, #43 86 Angula

169 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 11/08/15 : 29 : Kantor BKB 87

170 88

171 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 30 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava Angula 0,16 0,20 0,95 0,29 0,71 0,30 14,95 19,43 90,48 27,90 67,81 28,76 1,87 2,43 11,31 3,49 8,48 3,60 14,97 13,68 0,74 0,68 71,29 65,14 8,91 8,14 1 tala 1 angula 20,10 1,68 1 yava 0,21 3,14 4,08 19,00 5,86 14,24 6,04 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5 Y 5/1 (abu-abu kekuningan) - Batu porus, hidung gempil, bibir sampai dagu gempil, telinga kanan aus, pipi kanan berlubang. - XRF = 08/12/15 #2, #3, #4 89

172 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 30 : Kantor BKB 90

173 91

174 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 31 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) 6,00 35,70 8,20 3,68 4,60 15,38 5,65 13,15 6,00 1,8-2,6 13,40 14,10 0,32 1,90 0,44 0,20 0,24 0,82 0,30 0,70 0,32 30,00 178,50 41,00 18,40 23,00 76,90 28,25 65,75 30,00 3,82 22,74 5,22 2,34 2,93 9,80 3,60 8,38 3,82 0,71 0,75 67,00 70,50 8,54 8,98 1 tala 1 angula 18,80 1,57 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 YR 5/1 (abu-abu) - Batu kompak, lubang di dagu tengah dan kiri, bibir gempil, hidung gempil, telinga kanan kiri gempil, usnisa aus, rambut depan belakang gempil. - XRF = 08/12/15 #11, #12, #13 92 Angula

175 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 31 : Kantor BKB 93

176 94

177 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 32 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) 6,20 35,80 9,84 3,36 4,60 14,90 6,20 13,88 6,10 1, ,60 15,00 0,31 1,78 0,49 0,17 0,23 0,74 0,31 0,69 0,30 29,52 170,48 46,86 16,00 21,90 70,95 29,52 66,10 29,05 3,71 21,44 5,89 2,01 2,75 8,92 3,71 8,31 3,65 0,73 0,75 69,52 71,43 8,74 8,98 1 tala 1 angula 20,08 1,67 1 yava 0,21 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 YR 4/1 (abu-abu) - Batu porus, hidung gempil, dahi kiri sedikit gempil. - XRF = 08/12/15 #5, #6, #7 95 Angula

178 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 32 : Kantor BKB 96

179 97

180 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 33 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava Angula 0,46 0,26 0,59 0,20 0,25 0,98 0,26 0,74 0,33 44,50 24,85 56,50 19,30 24,15 95,00 25,50 71,00 32,30 5,53 3,09 7,02 2,40 3,00 11,80 3,17 8,82 4,01 14,00 14,66 0,73 0,76 70,00 73,30 8,70 9,11 1 tala 1 angula 19,30 1,61 1 yava 0, ,90 4,97 11,30 3,86 4,83 19,00 5,10 14,20 6,46 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10 YR 6/2 (kuning coklat keabu-abuan) - Batu porus, urna jelas, telinga kanan gempil, bagian atas usnisa berbentuk lingkaran berjumlah 3, hidung gempil. - XRF = 08/12/15 #8, #9, #10

181 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 33 : Kantor BKB 99

182 100

183 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 34 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,33 1,81 0,51 0,19 0,25 0,75 0,30 0,70 0,33 32,38 177,14 49,52 18,57 24,29 72,86 29,05 68,57 32,19 3,98 21,75 6,08 2,28 2,98 8,95 3,57 8,42 3,95 14,00 14,70 0,68 0,72 66,67 70,00 8,19 8,60 1 tala 1 angula 20,50 1,71 1 yava 0,21 6,80 37,20 10,40 3,90 5,10 15,30 6,10 14,40 6,76 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 YR 4/1 (abu-abu) - Batu kompak, telinga kiri gempil, telinga kanan gempil, terdapat 3 lingkaran di bag atas usnisa. - XRF = 08/12/15 #14, #15, # Angula

184 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 34 : Kantor BKB 102

185 103

186 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 35 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) 4,40 37,00 9,70 3,60 5,10 15,00 5,60 13,66 6,50 0,7-3,7 13,90 14,85 0,23 1,92 0,50 0,19 0,26 0,78 0,29 0,71 0,34 22,00 185,00 48,50 18,00 25,50 75,00 28,00 68,30 32,50 2,73 22,98 6,02 2,24 3,17 9,32 3,48 8,48 4,04 0,72 0,77 69,50 74,25 8,63 9,22 1 tala 1 angula 19,26 1,61 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 YR 5/1 (abu-abu) - Batu kompak, dagu gempil, bag atas urna aus, hidung gempil. - XRF = 08/12/15 #17, #18, # Angula

187 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 35 : Kantor BKB 105

188 106

189 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 36 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,24 1,97 0,55 0,20 0,25 0,91 0,31 0,69 0,35 23,50 190,00 52,80 19,00 24,50 87,50 30,20 66,15 33,75 2,92 23,60 6,56 2,36 3,04 10,87 3,75 8,22 4,19 16,00 17,50 0,83 0,91 80,00 87,50 9,94 10,87 1 tala 1 angula 19,27 1,61 1 yava 0,20 4,70 38,00 10,56 3,80 4,90 17,50 6,04 13,23 6,75 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5 YR 6/1 (abu-abu kekuningan) - Batu kompak, usnisa kanan gempil, mata kiri gempil, kepala belakang rapuh, dahi gempil, telinga kanan kiri aus. - XRF = 08/12/15 #20, #21, # Angula

190 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 36 : Kantor BKB 108

191 109

192 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 37 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,28 1,92 0,50 0,18 0,25 0,77 0,27 0,73 0,29 27,00 186,00 48,50 17,50 24,00 74,25 26,50 70,50 28,50 3,33 22,96 5,99 2,16 2,96 9,17 3,27 8,70 3,52 13,88 13,32 0,72 0,69 69,40 66,60 8,57 8,22 1 tala 1 angula 19,40 1,62 1 yava 0,20 5,40 37,20 9,70 3,50 4,80 14,85 5,30 14,10 5,70 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5 YR 6/1 (abu-abu kekuningan) - Batu kompak, hidung gempil, telinga kiri aus, telinga kanan gempil. - XRF = 08/12/15 #23, #24, # Angula

193 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 37 : Kantor BKB 111

194 112

195 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 38 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,26 1,66 0,50 0,17 0,23 0,72 0,31 0,69 0,28 24,09 155,45 46,82 15,77 21,95 67,45 29,32 64,55 26,50 3,08 19,88 5,99 2,02 2,81 8,63 3,75 8,26 3,39 12,97 13,20 0,63 0,64 58,95 60,00 7,54 7,67 1 tala 1 angula 20,65 1,72 1 yava 0,22 5,30 34,20 10,30 3,47 4,83 14,84 6,45 14,20 5,83 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 YR 4/1 (abu-abu) - Batu porus, hidung gempil, dagu kanan gempil, bibir bawah gempil, usnisa gempil, rambut depan gempil. - XRF = 08/12/15 #29, #30, # Angula

196 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 38 : Kantor BKB 114

197 115

198 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 12/08/15 No/ No.Inv : 39 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,33 1,92 0,50 0,20 0,22 0,76 0,30 0,70 0,35 32,00 184,50 48,00 19,35 21,00 72,50 28,35 67,50 33,50 4,00 23,06 6,00 2,42 2,63 9,06 3,54 8,44 4,19 13,86 13,20 0,72 0,69 69,30 66,00 8,66 8,25 1 tala 1 angula 19,17 1,60 1 yava 0,20 6,40 36,90 9,60 3,87 4,20 14,50 5,67 13,50 6,70 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10 YR 4/1 (abu-abu kecoklatan) - Batu kompak, mata kanan kiri aus, hidung aus, bibir gempil, dagu bawah gempil, usnisa aus, telinga kiri bawah gempil. - XRF = 08/12/15 #26, #27, # Angula

199 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 12/08/15 : 39 : Kantor BKB 117

200 118

201 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 40 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,34 2,02 0,58 0,19 0,27 0,83 0,31 0,69 0,32 33,16 194,74 56,21 18,11 26,11 80,53 29,47 67,11 30,89 4,12 24,18 6,98 2,25 3,24 10,00 3,66 8,33 3,84 13,77 13,60 0,75 0,74 72,47 71,58 9,00 8,89 1 tala 1 angula 18,35 1,53 1 yava 0,19 6,30 37,00 10,68 3,44 4,96 15,30 5,60 12,75 5,87 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5 Y 5/1 (abu-abu) - Batu porus, terdapat noda putih pada pipi kanan kiri dan rambut. - XRF = 09/01/15 #5, #6, #7 119 Angula

202 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 40 : Kantor BKB 120

203 121

204 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 41 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava Angula 0,29 0,19 0,57 0,20 0,24 0,92 0,28 0,72 0,34 28,00 19,00 55,50 20,00 23,80 90,00 27,50 70,50 33,20 3,44 2,33 6,81 2,45 2,92 11,04 3,37 8,65 4,07 13,43 13,50 0,69 0,69 67,15 67,50 8,24 8,28 1 tala 1 angula 19,60 1,63 1 yava 0,20 5,60 3,80 11,10 4,00 4,76 18,00 5,50 14,10 6,64 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 Y 6/1 (abu-abu) - Batu porus, hidung gempil, usnisa atas gempil, telinga kanan gempil. - XRF = 09/01/15 #2, #3, #4 122

205 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 41 : Kantor BKB 123

206 124

207 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 42 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,26 1,94 0,51 0,16 0,26 0,78 0,27 0,73 0,32 25,50 190,00 49,50 15,85 25,00 76,50 26,00 71,85 31,30 3,13 23,31 6,07 1,94 3,07 9,39 3,19 8,82 3,84 13,65 5,16 0,70 0,26 68,25 25,80 8,37 3,17 1 tala 1 angula 19,57 1,63 1 yava 0,20 5,10 38,00 9,90 3,17 5,00 15,30 5,20 14,37 6,26 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 YR 4/1 (abu-abu) - Batu porus, hidung gempil, usnisa gempil, telinga kanan gempil. - XRF = 09/01/15 #8, #9, # Angula

208 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 42 : Kantor BKB 126

209 127

210 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 43 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,31 2,17 0,56 0,19 0,23 0,79 0,30 0,70 0,32 30,53 213,16 55,26 18,79 22,63 77,37 29,21 69,21 31,58 3,72 25,96 6,73 2,29 2,76 9,42 3,56 8,43 3,85 14,17 14,27 0,76 0,76 74,58 75,11 9,08 9,15 1 tala 1 angula 18,70 1,56 1 yava 0,19 5,80 40,50 10,50 3,57 4,30 14,70 5,55 13,15 6,00 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 7,5 YR 4/1 (abu-abu) - Batu porus, usnisa berlubang bag atas, hidung gempil, rambut gempil, urna jelas. - XRF = 09/01/15 #11, #12, # Angula

211 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 43 : Kantor BKB 129

212 130

213 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 44 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Ukuran Satuan Tala Yava Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) 6,40 36,50 8,85 3,60 4,58 19,00 6,00 13,33 6,00 2,1-3,6 15,00 16,50 0,33 1,89 0,46 0,19 0,24 0,98 0,31 0,69 0,31 32,00 182,50 44,25 18,00 22,90 95,00 30,00 66,65 30,00 3,98 22,67 5,50 2,24 2,84 11,80 3,73 8,28 3,73 0,78 0,85 75,00 82,50 9,32 10,25 1 tala 1 angula 19,33 1,61 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5 Y 3/1 (coklat muda kehitaman) - Batu kompak, dahi kiri gempil, pipi kanan berlubang, terdapat angkur terpasang pada leher. - XRF = 09/01/15 #14, #15, # Angula

214 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 44 : Kantor BKB 132

215 133

216 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 45 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 6,30 39,70 11,64 3,40 4,60 14,67 5,24 13,76 5,80 1,28-3,55 16,00 14,23 0,33 2,09 0,61 0,18 0,24 0,77 0,28 0,72 0,31 31,50 198,50 58,20 17,00 23,00 73,35 26,20 68,80 29,00 3,99 25,13 7,37 2,15 2,91 9,28 3,32 8,71 3,67 0,84 0,75 80,00 71,15 10,13 9,01 1 tala 1 angula 19,00 1,58 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE N 5/1 (abu-abu) - Batu kompak, hidung aus, bibir gempil, dahi gempil, telinga kanan terpotong, telinga kiri gempil, noda putih di pipi kanan. - XRF = 09/01/15 #17, #18, # Angula

217 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 45 : Kantor BKB 135

218 136

219 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 46 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Ket : 1 tala 1 angula 0,00 0,00 1 yava Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE N 6/1 (abu-abu) - Batu porus, muka rata, usnisa aus, rambut belakang aus, telinga kanan dan kiri aus. - XRF = 09/01/15 #20, #21, # Tala Yava Angula

220 138

221 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 47 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran 15,30 5,36 Satuan Ket : 1 tala 1 angula Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5Y 5/2 (olive keabu-abuan) - Batu kompak, leher hilang, telinga hilang, muka aus. - XRF = 09/01/15 #23, #24, # Tala Yava Angula

222 140

223 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 48 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,31 1,84 0,64 0,18 0,24 0,95 0,29 0,71 0,32 29,00 175,00 61,00 17,30 22,90 90,00 27,30 67,75 30,00 3,67 22,15 7,72 2,19 2,90 11,39 3,46 8,58 3,80 13,00 13,00 0,68 0,68 65,00 65,00 8,23 8,23 1 tala 1 angula 19,01 1,58 1 yava 0,20 5,80 35,00 12,20 3,46 4,58 18,00 5,46 13,55 6,00 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5Y 7/1 (abu-abu muda) - Batu kompak, telinga kanan gempil, hidung gempil, bibir gempil. - XRF = 09/01/15 #26, #27, # Angula

224 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 48 : Kantor BKB 142

225 143

226 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 49 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,35 2,07 0,19 0,19 0,24 1,03 0,29 0,71 0,30 34,21 200,00 18,42 18,16 23,68 100,00 27,89 68,95 29,26 4,25 24,84 2,29 2,25 2,94 12,42 3,46 8,56 3,63 12,40 12,70 0,67 0,69 65,26 66,84 8,10 8,30 1 tala 1 angula 18,40 1,53 1 yava 0,19 6,50 38,00 3,50 3,45 4,50 19,00 5,30 13,10 5,56 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5Y 5/1 (abu-abu kekuningan) - Batu porus, usnisa gempil, hidung gempil, telinga kanan kiri gempil, noda coklat dari dahi kanan melintang ke pipi kiri. - XRF = 09/01/15 #29, #30, # Angula

227 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 49 : Kantor BKB 145

228 146

229 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 50 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir 10 Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 7,00 38,50 9,06 3,34 3,96 14,70 5,55 13,83 5,87 1,64 2,2 12,85 13,65 0,36 1,99 0,47 0,17 0,20 0,76 0,29 0,71 0,30 35,00 192,50 45,30 16,70 19,80 73,50 27,75 69,15 29,35 4,32 23,77 5,59 2,06 2,44 9,07 3,43 8,54 3,62 0,66 0,70 64,25 68,25 7,93 8,43 1 tala 1 angula 19,38 1,62 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 2,5Y 6/1 (abu-abu kekuningan) - Batu porus, telinga kanan dan kiri gempil, lubang di dahi kanan, mata kanan gempil, hidung aus. - XRF = 09/01/15 #29, #30, #31 Angula 147

230 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 50 : Kantor BKB 148

231 149

232 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 01/09/15 No/ No.Inv : 51 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,38 2,07 0,57 0,20 0,24 0,98 0,28 0,72 0,30 35,71 195,71 53,48 18,86 23,10 92,86 26,38 68,33 27,90 4,52 24,76 6,77 2,39 2,92 11,75 3,34 8,64 3,53 15,00 15,40 0,76 0,78 71,43 73,33 9,04 9,28 1 tala 1 angula 19,89 1,66 1 yava 0,21 7,50 41,10 11,23 3,96 4,85 19,50 5,54 14,35 5,86 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 5Y 4/1 (abu-abu) - Batu kompak, lubang pada ikal bagian kanan depan, hidung mancung, telinga kanan gempil. - XRF = 09/01/15 #32, #33, # Angula

233 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 01/09/15 : 51 : Kantor BKB 151

234 152

235 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 13/08/15 No/ No.Inv : 52 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 0,34 1,90 0,42 0,19 0,22 0,79 0,27 0,73 0,32 33,50 184,50 41,00 18,00 21,50 76,50 25,80 71,45 31,25 4,14 22,78 5,06 2,22 2,65 9,44 3,19 8,82 3,86 14,00 14,30 0,72 0,74 70,00 71,50 8,64 8,83 1 tala 1 angula 19,45 1,62 1 yava 0,20 6,70 36,90 8,20 3,60 4,30 15,30 5,16 14,29 6,25 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YR 5/1 (abu-abu kecoklatan) - Batu kompak. - XRF = 08/13/15 #21, #22, # Angula

236 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 13/08/15 : 52 : Kantor BKB 154

237 155

238 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 13/08/15 No/ No.Inv : 53 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir 10 Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 6,10 39,00 10,60 3,26 4,55 18,90 5,50 13,50 5,90 1,5 4,3 14,25 14,60 0,32 2,05 0,56 0,17 0,24 0,99 0,29 0,71 0,31 30,50 195,00 53,00 16,30 22,75 94,50 27,50 67,50 29,50 3,86 24,68 6,71 2,06 2,88 11,96 3,48 8,54 3,73 0,75 0,77 71,25 73,00 9,02 9,24 1 tala 1 angula 19,00 1,58 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YR 5/1 (abu-abu kecoklatan) - Batu kompak, usnisa bagian atas gempil, hidung gempil. - XRF = 08/13/15 #28, #29, #30 Angula 156

239 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 13/08/15 : 53 : Kantor BKB 157

240 158

241 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 13/08/15 No/ No.Inv : 54 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir 10 Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 6,60 35,00 10,74 2,55 4,16 14,66 6,29 13,21 5,69 0,86 3,33 12,99 13,14 0,34 1,79 0,55 0,13 0,21 0,75 0,32 0,68 0,29 33,00 175,00 53,70 12,75 20,80 73,30 31,45 66,05 28,45 4,05 21,47 6,59 1,56 2,55 8,99 3,86 8,10 3,49 0,67 0,67 64,95 65,70 7,97 8,06 1 tala 1 angula 19,50 1,63 1 yava 0,20 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YR 6/1 (abu-abu kecoklatan) - Batu porus, hidung kanan gempil, bagian atas usnisa gempil. - XRF = 08/13/15 #25, #26, #27 Angula 159

242 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 13/08/15 : 54 : Kantor BKB 160

243 161

244 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal : 13/08/15 No/ No.Inv : 55 Lokasi : Kantor BKB No Elemen Kepala Arca Tinggi usnisa (tidak utuh) Keliling usnisa Kesasthan (rambut dari usnisa-dahi) Jarak kelopak mata Lebar kelopak mata Panjang dahi Panjang garis dahi sampai hidung Panjang garis hidung sampai batas dagu Panjang bibir 10 Panjang leher Diameter leher (vertikal) Diameter leher (horizontal) Ukuran Satuan Tala Yava 7,20 37,80 10,09 3,61 4,29 15,28 5,45 12,77 5,65 1,84 3,78 14,82 17,80 0,40 2,07 0,55 0,20 0,24 0,84 0,30 0,70 0,31 37,89 198,95 53,11 19,00 22,58 80,42 28,68 67,21 29,74 4,74 24,87 6,64 2,38 2,82 10,05 3,59 8,40 3,72 0,81 0,98 78,00 93,68 9,75 11,71 1 tala 1 angula 18,22 1,52 1 yava 0,19 Ket : Deskripsi Kepala Arca - Warna = HUE 10YR 6/1 (abu-abu kecoklatan) - Batu porus, usnisa gempil. - XRF = 08/13/15 #31, #32, #33 Angula 162

245 Pengukuran KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR Tanggal No/ No.Inv Lokasi : 13/08/15 : 55 : Kantor BKB 163

246 164

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik Indonesia, yaitu masa berkembangnya kebudayaan yang berlatar belakang agama Hindu-Budha, yang

Lebih terperinci

Yadi Mulyadi dan 2 Iswadi A. Makkaraka. Perubahan Dan Ancaman Benteng Keraton Buton Di Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara Dewi Susanti

Yadi Mulyadi dan 2 Iswadi A. Makkaraka. Perubahan Dan Ancaman Benteng Keraton Buton Di Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara Dewi Susanti 1 Daftar Isi Kajian Pencocokan Kepala Arca Buddha Candi Borobudur Tahap II Hari Setyawan, Agus Hendratno, Marsis Sutopo, Jati Kurniawan, Puji Santosa, Irawan Setiyawan Konservasi Kayu Gapura Majapahit

Lebih terperinci

Kajian Penanganan Nat Terbuka Pada Selasar Candi Borobudur

Kajian Penanganan Nat Terbuka Pada Selasar Candi Borobudur Kajian Penanganan Nat Terbuka Pada Selasar Candi Borobudur Hari Setyawan Balai Konservasi Borobudur Jl. Badrawati, Borobudur, Magelang 56553 Email : Abstrak: Sejak dibangun sekitar abad VIII IX Masehi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II 233 KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II Oleh : Tukidjan Wakil Kepala Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur CCandi Borobudur merupakan warisan dunia PENDAHULUAN (World Heritage)

Lebih terperinci

Karakteristik Batu Penyusun Candi Borobudur

Karakteristik Batu Penyusun Candi Borobudur Karakteristik Batu Penyusun Candi Borobudur Leliek Agung Haldoko, Rony Muhammad, dan Al. Widyo Purwoko Balai Konservasi Borobudur leliek_agung@yahoo.co.id Abstrak : Candi Borobudur merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

Jadwal Rancangan Kegiatan Buddhist Centre

Jadwal Rancangan Kegiatan Buddhist Centre xxiv LAMPIRAN Jadwal Rancangan Buddhist Centre SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU 05.00-06.00 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 Remaja GABI 09.00-10.00 Remaja GABI 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tempat wisata, meliputi wisata alam, budaya hingga sejarah ada di Indonesia. Lokasi Indonesia yang berada di daerah

Lebih terperinci

RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3 Februari 2018

RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3 Februari 2018 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36 PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam seni amat dipengaruhi oleh rasa (feeling, emotion).

BAB I PENDAHULUAN. dalam seni amat dipengaruhi oleh rasa (feeling, emotion). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan proses cipta-rasa-karya, seperti juga sains dan teknologi, seni tidak akan ada apabila manusia tidak dianugerahi daya cipta. Yang membedakan proses

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

STANDAR PENGUJIAN KUALITAS BATA PENGGANTI

STANDAR PENGUJIAN KUALITAS BATA PENGGANTI STANDAR PENGUJIAN KUALITAS BATA PENGGANTI Oleh Ari Swastikawati, S.Si, M.A Balai Konservasi Peninggalan Borobudur A. Pengantar Indonesia merupakan negara yang kaya akan tinggalan cagar budaya. Tinggalan

Lebih terperinci

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks 3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Foto tanggal 06 07 Agustus 2016 Pusat Data dan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Item Utama 5.1.1 Logo Judul Gambar 5.1.1 Logo Judul Huruf dari logo judul buku interaktif ini menggunakan font Anabelle Script. Pemilihan font script didasari pertimbangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

Seri Terbitan Candi Borobudur - 5. TINJAUAN KEMBALI REKONSTRUKSI CANDI BOROBUDUR Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur

Seri Terbitan Candi Borobudur - 5. TINJAUAN KEMBALI REKONSTRUKSI CANDI BOROBUDUR Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur ii Seri Terbitan Candi Borobudur - 5 TINJAUAN KEMBALI REKONSTRUKSI CANDI BOROBUDUR Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur 1973-1983 Diterbitkan oleh : Balai Konservasi Borobudur Jalan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Non Pasir Beton merupakan bahan bangunan yang amat populer di masyarakat karena bahan dasarnya mudah diperoleh. Salah satu kekurangan dari beton adalah berat jenisnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama BAB II TINJAUAN PUSTAKA Siregar (2014) menyebutkan pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri dari atas kristal-kristal silika (SiO 2 ) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.

Lebih terperinci

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang BAB II ISI 2.1 Sejarah Candi Borobudur Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, inovasi dalam dunia konstruksi terus meningkat, seperti perkembangan kontruksi pada beton. Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

Kajian Pengujian Bahan Aditif Semen Untuk Aplikasi Konservasi dan Pemugaran Candi

Kajian Pengujian Bahan Aditif Semen Untuk Aplikasi Konservasi dan Pemugaran Candi Kajian Pengujian Bahan Aditif Semen Untuk Aplikasi Konservasi dan Pemugaran Candi Oleh: Puji Santosa, Sarman, Ajar Priyanto Balai Konservasi Peninggalan Borobudur A. Pendahuluan Salah satu fenomena yang

Lebih terperinci

Minyak Atsiri sebagai Bahan Aktif Konservasi Benda Cagar Budaya Riyanto 4-10

Minyak Atsiri sebagai Bahan Aktif Konservasi Benda Cagar Budaya Riyanto 4-10 1 Daftar Isi Minyak Atsiri sebagai Bahan Aktif Konservasi Benda Cagar Budaya Riyanto 4-10 Kajian Efektivitas Teknik dan Bahan Konservasi pada Lontar di Bali Ida Bagus Alit Sancana 11-23 Foto sampul depan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

Daftar Isi. Menjadi Modern Tanpa Kehilangan Identitas: Problematika Pelestarian Cagar Budaya di Wilayah Sulawesi Tenggara Asyhadi Mufsi Batubara 4-16

Daftar Isi. Menjadi Modern Tanpa Kehilangan Identitas: Problematika Pelestarian Cagar Budaya di Wilayah Sulawesi Tenggara Asyhadi Mufsi Batubara 4-16 1 Daftar Isi Foto sampul depan: Lawang Sewu Kini dan Dulu Dok. BPCB Jawa Tengah ISSN : 1978-8584 Pelindung : Prof. Kacung Marijan, Ph.D. Direktur Jenderal Kebudayaan Pengarah : Dr. Harry Widianto Direktur

Lebih terperinci

LAPORAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN BATU ANDESIT KELOMPOK V

LAPORAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN BATU ANDESIT KELOMPOK V LAPORAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN BATU ANDESIT KELOMPOK V BLOK GUNUNG KELIR/SONYO, DESA JATIMULYO, KECAMATAN GIRIMULYO, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA OLEH : APRIANI SAREMPA 710011106

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

MATERIAL KONSERVASI PADA PEMUGARAN VAN ERP

MATERIAL KONSERVASI PADA PEMUGARAN VAN ERP Material Konservasi 35 MATERIAL KONSERVASI PADA PEMUGARAN VAN ERP Oleh : Nahar Cahyandaru Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Candi Borobudur yang saat ini bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggalian dan penambangan menyebabkan berkurangnya sumber daya alam bahan penyusun beton terutama bahan agregat halus dan agregat kasar. Untuk mengantisipasi hal tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ph dan Komposisi Kimia Pelarut serta Ukuran Butir Batuan Reaksi batuan dengan penambahan pelarut air hujan (kontrol), asam humat gambut (AHG) dan asam humat lignit (AHL) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 2 Kepada Yth : Kakek/Nenek (Calon Responden) Di di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan Dengan Hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara

BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara BAB V PEMBAHASAN Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara horizontal dan vertikal akibat intrusi basalt maka perlu dikorelasikan antara hasil analisis kimia, tekstur (ukuran

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

IKONOGRAFI BARABUDUR. Oleh : Edi Sedyawati Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia PENGANTAR

IKONOGRAFI BARABUDUR. Oleh : Edi Sedyawati Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia PENGANTAR Barabudur 55 IKONOGRAFI BARABUDUR Oleh : Edi Sedyawati Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia YYang selalu disebut sebagai Candi Barabudur PENGANTAR itu mungkin tidak dapat disebut

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

Sejarah Lempar Lembing

Sejarah Lempar Lembing Sejarah Lempar Lembing Lempar lembing merupakan suatu aktivitas yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juli 2011 Januari 2012 dan dilaksanakan di Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Bagian Kimia Hasil Hutan, Bagian Biokomposit

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan pembangunan disegala sektor kehidupan, seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA Leonardo Krisnanto Wijono 1, Gerry Febrian Ongko 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Perkembangan bangunan industri membutuhkan permukaan lantai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN LAPORAN HASIL KAJIAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN LAPORAN HASIL KAJIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN LAPORAN HASIL KAJIAN KAJIAN KARAKTERISTIK JENIS-JENIS BATU PENYUSUN CANDI BOROBUDUR Oleh: Leliek Agung Haldoko, S.T. Roni Muhammad,

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH Nama : Usia : Jenis Kelamin : Suku Bangsa : Berat Badan : No. Data yang diukur Simbol Keterangan Hasil Tinggi Pegangan Tangan Ukur jarak vertikal pegangan tangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penggunaan ragam hias sebagai simbol dapat menjadi landasan berpikir dalam mendesain sehingga para desainer dan arsitek dapat mengambil dan mengungkapkan nilai-nilai dalam karyanya. Faktor sejarah

Lebih terperinci

BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia

BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia Panggah Ardiyansyah panggah.ardiyansyah@kemdikbud.go.id

Lebih terperinci

MODEL SILABUS. Standar Kompetensi : 1. Memahami gambaran konsep tubuh dengan benar berikut lokasi, dan fungsi serta gerakannya.

MODEL SILABUS. Standar Kompetensi : 1. Memahami gambaran konsep tubuh dengan benar berikut lokasi, dan fungsi serta gerakannya. MODEL SILABUS Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) Mata Pelajaran : Orientasi dan Mobilitas Standar Kompetensi : 1. Memahami gambaran konsep tubuh dengan benar berikut lokasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku 5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku Pulau Gunung Api di utara P. Wetar ditutupi belukar dilihat dari utara (gbr. Kiri) dan dilihat dari barat (gbr. Kanan) (Foto: Lili Sarmili).(2001) KETERANGAN UMUM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan langsung dengan keadaan yang kini dapat ditemukan di Jawa atau di tempat lain, tetapi sebagian lainnya hanya dapat ditelusuri

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

Sukolilo Surabaya, Telp ,   ABSTRAK LUMPUR SIDOARJO BAKAR, FLY ASH SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN DAN KAPUR (Ca(OH) 2 ) UNTUK CAMPURAN BETON RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN BUBUK ALUMUNIUM SEBAGAI BAHAN PENGEMBANG Boby Dean Pahlevi 1, Triwulan 2, Januarti

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton berdasarkan SNI-03-2847-2007 didefinisikan sebagai campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk yang terus meningkat tentu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB VIII RENANG 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Olahraga renang merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya mempelajari manusia bergerak. Pilih salah satu gaya

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, Hal 48-55 ISSN 2338-0454 TIPOLOGI ORNAMEN KARANG BHOMA PADA KORI AGUNG PURA DI KECAMATAN BLAHBATUH, GIANYAR Oleh: I Kadek Merta Wijaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif rapat dan terjal. Ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 1125-1711 mdpl. Daerah penelitian

Lebih terperinci