INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI"

Transkripsi

1 INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

2 INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kode Dokumen : Revisi : - Tanggal : 1 Maret 2016 Diajukan oleh : Tim UJM Ketua, Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, MT. Dikendalikan oleh : Sekretaris Jurusan/ Manager Representative Ir. Rinawati P. Handajani, MT. Disetujui oleh : Ketua Jurusan Agung Murti Nugroho, ST., MT., Ph.D. i

3 KATA PENGANTAR Penggunaan laboratorium sangat menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar di Program Studi S1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Oleh karena itu perlu dibuat suatu manajemen pengelolaan penggunaan laboratorium di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya untuk memudahkan mahasiswa, dosen, dan pengguna lain dalam menggunakan laboratorium. Instruksi Kerja Laboratorium Pembayangan Matahari ini diharapkan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak yang terkait di Program Studi S1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang, 1 Maret 2016 Ketua Jurusan Arsitektur FTUB Agung Murti Nugroho, ST., MT., Ph.D. NIP ii

4 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii A. Deskripsi Alat Peraga... 1 B. Fungsi Alat Peraga... 1 C. Komponen Alat Peraga... 1 D. Instruksi Kerja Alat Peraga... 2 TIM PENYUSUN... 6 iii

5 A. Deskripsi Alat Peraga Pergerakan Matahari (Heliodon) Alat peraga pergerakan matahari adalah alat peraga yang dapat memperlihatkan bagaimana pergerakan matahari pada saat ata waktu tertentu, terhadap suatu bangunan maupun suatu kawasan lingkungan bangunan yang meliputi kelompok bangunan, tapak, koridor jalan dan vegetasi. Alat peraga pergerakan matahari ini dibuat berdasarkan perhitungan matematis dengan skala tertentu. Alat ini terdiri dari bidang model sebagai tiruan permukaan bumi dan garis lengkung yang menyerupai setengah lingkaran sebagai tiruan lintasan pergerakan matahari. Alat peraga pergerakan matahari berfungsi menirukan alam, khususnya pergerakan matahari mulai dari terbit hingga terbenam, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembayangan pada bangunan atau kawasan. Alat peraga ini merupakan alat bantu untuk memprediksi perilaku pembayangan akibat pergerakan matahari, dan bukan merupakan alat ukur. Hasil berupa data gambar perlu diolah lebih lanjut untuk menghasilkan data kuantitatif. Hasil visualisasi berupa pola pembayangan pada obyek studi membantu peneliti untuk mengamati bangunan yang sudah ada, maupun membantu perancang untuk memodifikasi desain bangunan maupun merancang bangunan baru. B. Fungsi Alat Peraga Alat peraga pergerakan matahari membantu peneliti untuk mengamati perilaku: 1. Pola pembayangan matahari pada kawasan yang terbentuk akibat geometri bangunan, tata massa bangunan, geometri tapak dan vegetasi peneduh. 2. Pola pembayangan pada dinding luar dan bukaan bangunan yang terbentuk akibat adanya shading device, tritisan atap bangunan, geometri dinding dan atap bangunan. 3. Pola pembayangan dan sinar langsung yang masuk ke ruang dalam bangunan. C. Komponen Alat Peraga 1. Komponen bidang model sebagai tiruan permukaan bumi berukuran 60 cm X 60 cm terbuat dari papan kayu dengan rangka besi dapat digerakkan ke arah tegak lurus garis lintasan matahari (ke arah utara dan selatan) untuk menirukan posisi lokasi obyek studi terhadap garis lintang. Bidang ini dapat diposisikan mulai 45 Lintang Utara hingga 45 Lintang Selatan. Alat pengatur sudut kemiringan bidang pantul terdapat di sisi kanan dan kiri meja untuk meletakkan maket bangunan. Bidang model ini juga berperan sebagai bidang pengamatan. Bidang ini juga dapat digerakkan menjauhi dan mendekati daerah lintasan matahari (ke arah utara dan selatan) dengan menggerakkan bidang yang dilengkapi dengan roda dan rel ini. Fungsi pergerakan tersebut bertujuan untuk menirukan waktu penyinaran matahari berdasarkan tanggal dan bulan, dengan keterangan tanggal dan bulan pada dasar meja heliodon. 2. Posisi penunjukkan bulan Desember (musim dingin) hingga bulan Juni (musim panas) pada meja dasar heliodon dibuat dengan pedoman garis yang sejajar dengan garis tiruan lintasan matahari (solar chart). 3. Garis berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari 13 buah lampu halogen menirukan lintasan matahari mulai dari pukul 6 pagi hingga pukul 6 sore, yang kedudukannya diperoleh dengan membagi lintasan setengah lingkaran yang memiliki sudut 180 ke dalam 12 bagian. Komopnen ini berpedoman pada solar 1

6 chart yang menggambarkan posisi matahari saat equinox berada pada bidang vertikal di atas garis equator. Posisi garis edar matahari terjauh pada LU (musim panas) dan LS (musim dingin) dirumuskan sebagai pengamatan pada bulan Juni dan Bulan Desember. Untuk bulan-bulan lainnya, maka kedudukan bidang pengamatan pada titik tertentu berada di antara LU hingga LS merupakan anggapan bahwa lintasan edar matahari berada pada titik tertentu itu. Bidang lintasan matahari ditirukan dengan membuat garis lengkung berdiameter 2 meter yang dibuat dari pipa galvanis. Cahaya lampu dapat diatur dengan menekan saklar pada sisi heliodon pada setiap tombol waktu. Selain itu tingkat cahaya dapat diatur dengan memutar tombol dimmer. 4. Maket bangunan atau tiruan obyek studi yang diteliti dapat berupa maket kawasan atau maket bangunan yang diletakkan di atas bidang pantul sebagai tiruan permukaan bumi harus memperhatikan sudut orientasi bangunan serta posisi obyek studi dalam kondisi nyata (derajat lintang pada permukaan bumi). D. Instruksi Kerja Alat Peraga Untuk alat peraga pergerakan matahari buatan dengan deskripsi di atas, skala maket studi yang diperkenankan maksimal berskala 1:100. Maket yang dibuat harus bisa menunjukkan letak desain bukaan pencahayaan baik berupa bidang transparan pada dinding maupun atap bangunan. Transparansi material pada bidang bukaan maket studi sangat penting untuk memasukkan cahaya lampu (tiruan matahari) ke ruang dalam untuk dilihat perilaku pembayangan dan sinar langsung yang masuk. Untuk maket studi perencanaan kawasan bangunan (master plan), maka tiruan bukaan transparan pada maket tidak diperlukan, karena pengamatan ditujukan pada pembayangan yang jatuh pada tapak oleh bangunan dan komponen lain di atas tapak (vegetasi dan permukaan tapak), serta pembayangan bangunan oleh bangunan lain. Berikut adalah cara penggunaan dan pengamatan hasil simulasi pada beberapa jenis obyek studi: 1. Pola pembayangan matahari pada kawasan yang terbentuk akibat geometri bangunan, tata massa bangunan, geometri tapak dan vegetasi peneduh. a. Letakkan maket kawasan yang terdiri dari miniatur bangunan, vegetasi serta elemen lain di atas tapak, pada bagian atas bidang model. b. Atur posisi maket studi sesuai dengan orientasi bangunan terhadap arah mata angin (Utara/Selatan/Barat/Timur). c. Atur posisi bidang model berdasarkan posisi bangunan sesungguhnya, berkaitan dengan derajat LS/LU dengan memiringkan bidang pantul sesuai sudut yang dibutuhkan. d. Atur posisi bidang model berdasarkan waktu pengamatan, dengan menggerakkan bidang model sesuai dengan tanggal dan bulan pengamatan. e. Nyalakan tombol lampu sesuai jam yang dinginkan untuk menghasilkan tiruan penyinaran matahari pada jam tertentu. f. Rekam hasil pengamatan pada setiap waktu yang diteliti dengan kamera untuk menghasilkan gambar visualisasi yang representatif, maupun catatan untuk mendeskripsikan pola pembayangan matahari terhadap obyek studi yang diteliti. Untuk menghasilkan visualisasi pembayangan kawasan, posisi kamera dapat diletakkan pada sudut pandang dari atas maket bangunan, tepatnya di bawah lampu 2

7 jam 12 siang untuk menghasilkan pola pembayangan yang menyerupai kondisi kenyataan. g. Dalam tahap perancangan awal, studi tata massa bangunan, vegetasi, elemen lansekap lainnya, serta geometri tapak dapat dipelajari dengan memindahmindahkan elemen maket untuk menghasilkan desain pembayangan kawasan yang terbaik berdasarkan parameter desain yang dijadikan acuan. Setiap susunan maket dapat diambil gambarnya dengan kamera dan dianalisis lebih lanjut untuk membandingkan pola pembayangan kawasan yang diteliti. 2. Pola pembayangan pada dinding luar dan bukaan bangunan yang terbentuk akibat adanya shading device, tritisan atap bangunan, geometri dinding dan atap bangunan. a. Letakkan maket bangunan yang terdiri dari ruang-ruang yang menyerupai bangunan sesungguhnya atau yang ingin dirancang. Maket bangunan diupayakan menggunakan lubang atau material transparan pada bukaan pencahayaan baik pada dinding maupun atap bangunan, serta memperhatikan dimensi shading devices dan geometri atap pada sekeliling selubung bangunan. b. Atur posisi maket studi sesuai dengan orientasi bangunan terhadap arah mata angin (Utara/Selatan/Barat/Timur). c. Atur posisi bidang model berdasarkan posisi bangunan sesungguhnya, berkaitan dengan derajat LS/LU dengan memiringkan bidang pantul sesuai sudut yang dibutuhkan. d. Atur posisi bidang model berdasarkan waktu pengamatan, dengan menggerakkan bidang model sesuai dengan tanggal dan bulan pengamatan. e. Nyalakan tombol lampu sesuai jam yang dinginkan untuk menghasilkan tiruan penyinaran matahari pada jam tertentu. f. Rekam hasil pengamatan pada setiap waktu yang diteliti dengan kamera untuk menghasilkan gambar visualisasi yang representatif, maupun catatan untuk mendeskripsikan pola pembayangan matahari terhadap obyek studi yang diteliti. Untuk menghasilkan visualisasi pembayangan pada dinding luar bangunan, ambil gambar dengan kamera pada orientasi yang dibutuhkan (Utara/Selatan/Barat/Timur). g. Dalam tahap perancangan awal, studi desain shading devices pada selubung bangunan dapat dipelajari dengan mengganti-ganti komponen shading devicesdengan dimensi dan geometri yang berbeda untuk menghasilkan desain pembayangan bangunan yang terbaik berdasarkan parameter desain yang dijadikan acuan. Setiap susunan shading devices dapat diambil gambarnya dengan kamera dan dianalisis lebih lanjut untuk membandingkan pola pembayangan pada orientasi dinding luar bangunan yang diteliti. 3. Pola pembayangan dan sinar langsung yang masuk ke ruang dalam bangunan. a. Letakkan maket bangunan yang terdiri dari maket ruang dengan komponen atap yang dapat dibuka-tutup. Maket bangunan diupayakan menirukan kondisi sesungguhnya, yakni menggunakan lubang atau material transparan pada bukaan pencahayaan baik pada dinding maupun atap bangunan, serta memperhatikan dimensi shading devices dan geometri atap pada sekeliling selubung bangunan. b. Atur posisi maket studi sesuai dengan orientasi bangunan terhadap arah mata angin (Utara/Selatan/Barat/Timur). 3

8 c. Atur posisi bidang model berdasarkan posisi bangunan sesungguhnya, berkaitan dengan derajat LS/LU dengan memiringkan bidang pantul sesuai sudut yang dibutuhkan. d. Atur posisi bidang model berdasarkan waktu pengamatan, dengan menggerakkan bidang model sesuai dengan tanggal dan bulan pengamatan. e. Nyalakan tombol lampu sesuai jam yang dinginkan untuk menghasilkan tiruan penyinaran matahari pada jam tertentu. f. Rekam hasil pengamatan pada setiap waktu yang diteliti dengan kamera untuk menghasilkan gambar visualisasi yang representatif, maupun catatan untuk mendeskripsikan pola pembayangan matahari terhadap obyek studi yang diteliti. Untuk menghasilkan visualisasi pembayangan pada ruang dalam akibat adanya bukaan pencahayaan, posisi kamera dapat diletakkan di bagian atas plafon (kamera berukuran kecil agar dapat diletakkan di atas langit-langit ruang), atau di atas ruang saat komponen atap dibuka. g. Dalam tahap perancangan awal, studi desain bukaan dapat diganti-ganti variabel posisi, dimensi dan bentuknya sesuai dengan parameter ddesain yang dijadikan acuan. Setiap perlakuan diambil data visualnya dengan kamera untuk dianalisis lebih lanjut perilaku pembayangan dan sinar langsung yang masuk ke dalam ruang. 4

9 5

10 TIM PENYUSUN Ketua Tim : Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, MT. Anggota Tim : 1. Wasiska Iyati, ST., MT. 2. Abraham Mohammad Ridjal, ST., MT. 3. M. Satya Adhitama, ST., M.Sc. 4. Andika Citraningrum, ST., MT., M.Sc. 6

MANUAL PROSEDUR LABORATORIUM TERANG LANGIT

MANUAL PROSEDUR LABORATORIUM TERANG LANGIT MANUAL PROSEDUR LABORATORIUM TERANG LANGIT PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 MANUAL PROSEDUR LABORATORIUM TERANG LANGIT PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

DOKUMENTASI PELATIHAN LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN DIGITAL ARSITEKTUR

DOKUMENTASI PELATIHAN LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN DIGITAL ARSITEKTUR DOKUMENTASI PELATIHAN LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN DIGITAL ARSITEKTUR PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 5 Nomor : 12 /UN10.6.5/AK/2016 Malang, 5 Februari

Lebih terperinci

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii ABSTRAKSI...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xi BAB I 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.1.1 Isu Gempa

Lebih terperinci

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) 158 OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) Maya Puspitasari, Nur Rahmawati Syamsiyah Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati Kompleks bangunan ini adalah kompleks perumahan modern yang menawarkan konsep desain minimalis. Antar unit bangunannya tidak memiliki jarak sama sekali. Open space yang ada hanyalah pada halaman depan

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN.

BAB VI HASIL RANCANGAN. BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep yang digunakan dalam perancangan museum olah raga ini adalah Metafora dari Gerakan Shalat, dimana konsep ini merupakan hasil penggabungan antara: Nilai gerakan shalat, yaitu:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR DIAGRAM...

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 5.1 Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Sumber: Data olahan pribadi, 2013

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGABDIAN MASYARAKAT LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

MANUAL PROSEDUR PENGABDIAN MASYARAKAT LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER MANUAL PROSEDUR PENGABDIAN MASYARAKAT LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 MANUAL PROSEDUR PENGABDIAN MASYARAKAT LABORATORIUM PEMROGRAMAN

Lebih terperinci

REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG LABORATORIUM (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya)

REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG LABORATORIUM (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya) REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG LABORATORIUM (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya) Fathimah 1, Jusuf Thojib 2, M. Satya Adhitama 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA KEGIATAN ASISTENSI PRAKTIKUM LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

INSTRUKSI KERJA KEGIATAN ASISTENSI PRAKTIKUM LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER INSTRUKSI KERJA KEGIATAN ASISTENSI PRAKTIKUM LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 INSTRUKSI KERJA KEGIATAN ASISTENSI PRAKTIKUM LABORATORIUM

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

LAPORAN TINJAUAN MANAJEMEN

LAPORAN TINJAUAN MANAJEMEN LAPORAN TINJAUAN MANAJEMEN LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN DIGITAL ARSITEKTUR PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 Visi Menjadi laboratorium terdepan dalam

Lebih terperinci

MODUL I RPKPS DAN TUGAS BANGUNAN PINTAR PENGAMPU : DR. AGUNG MURTI NUGROHO ST, MT.

MODUL I RPKPS DAN TUGAS BANGUNAN PINTAR PENGAMPU : DR. AGUNG MURTI NUGROHO ST, MT. MODUL I RPKPS DAN TUGAS PENGAMPU : DR. AGUNG MURTI NUGROHO ST, MT. MATA KULIAH Tujuan : SATUAN ACARA PERKULIAHAN 1. memberi pemahaman pengetahuan bangunan pintar dari sisi pemahaman empirik sebagai salah

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : 25 Oktober 2014 Diajukan oleh. : Kepala Laboratorium. Yeni Sumantri, S.Si., MT., Ph.D. : Manager Representative

Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : 25 Oktober 2014 Diajukan oleh. : Kepala Laboratorium. Yeni Sumantri, S.Si., MT., Ph.D. : Manager Representative MANUAL PROSEDUR PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : 25 Oktober 2014

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III -.. -- e---"l PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian mengenai Pengendalian Pengaruh Iklim Mikro terhadap Kenyamanan Thermal dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA KEGIATAN KUNJUNGAN LABORATORIUM LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

INSTRUKSI KERJA KEGIATAN KUNJUNGAN LABORATORIUM LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER INSTRUKSI KERJA KEGIATAN KUNJUNGAN LABORATORIUM LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 INSTRUKSI KERJA KEGIATAN KUNJUNGAN LABORATORIUM LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB (ANALISA METODE PENGUKURAN MANUAL DAN METODE LUX-METER) PENULIS : HAJAR SUWANTORO, ST. NIP. 132 30 6868 DEPARTEMEN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PELATIHAN / TRAINING LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PELATIHAN / TRAINING LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PELATIHAN / TRAINING LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PELATIHAN / TRAINING LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN RANCANGAN TAPAK Gambar ini menunjukkan hubungan antara letak obyek bangunan dengan letak site pada lingkungan di sekitarnya. Acapkali dijumpai istilah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

sinar matahari di dalam site, sehingga diharrapkan konsep yang dituangkan Dari konsep kantor bupati diperoleh layout kelompok bagian yang dijadikan

sinar matahari di dalam site, sehingga diharrapkan konsep yang dituangkan Dari konsep kantor bupati diperoleh layout kelompok bagian yang dijadikan BAB VII KONSEP RESPON MATAHARI DAN ANGIN 7.1. Konsep Respon Sinar Matahari Konsep respon bangunan terhadap sinar matahari didasarkan kepada hasil analisis dan konsep kantor bupati digabungkan dengan analisis

Lebih terperinci

Pengaturan Pencahayaan Ruangan Menggunakan Sinar Matahari

Pengaturan Pencahayaan Ruangan Menggunakan Sinar Matahari Pengaturan Pencahayaan Ruangan Menggunakan Sinar Matahari Achmad Lukman, Eru Puspita,S.T,M.Kom Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA KEGIATAN PENYIMPANAN BERKAS DAN/ATAU DOKUMEN LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

INSTRUKSI KERJA KEGIATAN PENYIMPANAN BERKAS DAN/ATAU DOKUMEN LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER INSTRUKSI KERJA KEGIATAN PENYIMPANAN BERKAS DAN/ATAU DOKUMEN LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 INSTRUKSI KERJA KEGIATAN PENYIMPANAN BERKAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI LEMBAR PENGERAHAN LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL...... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik OPTIMALISASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI PADA INTERIOR KANTOR JASA DI JAKARTA SELATAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : RIZKY AMALIA ACHSANI

Lebih terperinci

Bab V Metode Penelitian

Bab V Metode Penelitian Bab V Metode Penelitian V.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di dua tempat, yakni Laboratorium Tesis Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DESAIN PREMIS Seiring berkembangnya kawasan wisata Baturaden mengharuskan kawasan tersebut harus juga meningkatkan kualitas dalam sektor penginapan. Masih minimnya penginapan berbintang seperti hotel resort

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2 1. Pergerakan bumi sebagai benda angkasa yang menempuh waktu 365 hari disebut. gerak presesi gerak rotasi gerak revolusi gerak

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus SIFAT-SIFAT CAHAYA Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Tentu tidak bukan? Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI

INSTRUKSI KERJA PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI INSTRUKSI KERJA PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012 INSTRUKSI KERJA PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta Cyta Susilawati 1 dan Eryani Nurma Yulita 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011 MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya ruang kuliah yang digunakan untuk sarana penunjang dalam proses belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa adalah sarana yang sangat penting,

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI

MANUAL PROSEDUR PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI MANUAL PROSEDUR PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRIFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 MANUAL PROSEDUR PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN STUDI BANDING SISTEM PENGELOLAAN STUDIO DAN LABORATORIUM KOMPUTASI ARSITEKTUR

LAPORAN KEGIATAN STUDI BANDING SISTEM PENGELOLAAN STUDIO DAN LABORATORIUM KOMPUTASI ARSITEKTUR LABORATORIUM SENI DAN DESAIN ARSITEKTUR (LSDA) & LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN DIGITAL ARSITEKTUR (LKDA) LAPORAN KEGIATAN STUDI BANDING SISTEM PENGELOLAAN STUDIO DAN LABORATORIUM KOMPUTASI ARSITEKTUR TUJUAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian konsep perancangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN PUSTAKA Penerangan dalam ruang kelas Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas penerangan yang harus dan layak disediakan didalam suatu ruangan

Lebih terperinci

Spesifikasi Jurusan Arsitektur

Spesifikasi Jurusan Arsitektur Spesifikasi Jurusan Arsitektur JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 Spesifikasi Jurusan Arsitektur Kode Dokumen : 00605 05002 Revisi : 06 Tanggal : 1 Agustus 2013 Diajukan oleh

Lebih terperinci

Galeri Kerajinan Kayu di Kota Batu Melalui Penerapan Pencahayaan Alami pada Bukaan Dinding dan Atap

Galeri Kerajinan Kayu di Kota Batu Melalui Penerapan Pencahayaan Alami pada Bukaan Dinding dan Atap Galeri Kerajinan Kayu di Kota Batu Melalui Penerapan Alami pada Bukaan Dinding dan Atap Puspita Ardi Nugroho 1, Heru Sufianto 2 dan Beta Suryokusumo Sudarmo 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban Pendinginan Gambar 58. Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 59. Massa

Lebih terperinci

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan BAB 2 2.1 Teori tentang Matahari LANDASAN TEORI Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan titik pusat dari orbit bumi. Menurut Lechner (2001) orbit bumi berbentuk elips dan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Fitri Rahmadiina 1, M. Satya Adhitama 2, Jusuf Thojib 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap aspek kehidupan tidak lepas dari sarana-sarana penunjang kegiatan manusia, dimana setiap sarana membutuhkan energi untuk dapat bekerja. Pemanfaatan energi ini

Lebih terperinci

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR Oleh : Ririn Dina Mutfianti, MT Desain Arsitektur Jurusan Arsitektur-Universitas Widya Kartika Kenapa harus menganalisis Site? Karena : 1. Sebagian besar bangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

GERAK BUMI DAN BULAN

GERAK BUMI DAN BULAN MATERI ESENSIAL IPA SEKOLAH DASAR (Pengayaan Materi Guru) KONSEP ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA GERAK BUMI DAN BULAN Agus Fany Chandra Wijaya DIGITAL LEARNING LESSON STUDY JAYAPURA 2010 GERAK BUMI

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PEMINJAMAN INVENTARIS LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PEMINJAMAN INVENTARIS LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PEMINJAMAN INVENTARIS LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 INSTRUKSI KERJA PEMINJAMAN INVENTARIS LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Taman Pintar dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang publik yang semakin menurun, salah satunya adalah Taman Senaputra di kota Malang. Seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Sebagai langkah awal penelitian, penulis berupaya menelusuri berbagai studi literatur yang terkait dengan hal yang akan diteliti, yaitu mengenai atap.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG BACA GEDUNG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA Rachel Felicia 1, Jusuf Thojib 2, Wasiska Iyati 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENGELOLAAN MAJALAH DINDING LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

INSTRUKSI KERJA PENGELOLAAN MAJALAH DINDING LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER INSTRUKSI KERJA PENGELOLAAN MAJALAH DINDING LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 INSTRUKSI KERJA PENGELOLAAN MAJALAH DINDING LABORATORIUM

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENJAGAAN LABORATORIUM LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI

INSTRUKSI KERJA PENJAGAAN LABORATORIUM LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI INSTRUKSI KERJA PENJAGAAN LABORATORIUM LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012 INSTRUKSI KERJA PENJAGAAN LABORATORIUM LABORATORIUM

Lebih terperinci

METRIG (MEJA TRIGONOMETRI)

METRIG (MEJA TRIGONOMETRI) Sasaran METRIG (MEJA TRIGONOMETRI) Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK/MAK. Indikator o membangun konsep jenis-jenis sudut; o membangun konsep jenis-jenis segitiga; o menggunakan konsep keliling segitiga;

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR TRAINING ESKTERNAL LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MANUAL PROSEDUR TRAINING ESKTERNAL LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MANUAL PROSEDUR TRAINING ESKTERNAL LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : 25 Oktober 2014 Diajukan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber :  diakses tanggal 2 Oktober 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMA: ARSITEKTUR HEMAT ENERGI. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2009/2010

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMA: ARSITEKTUR HEMAT ENERGI. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2009/2010 RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMA: ARSITEKTUR HEMAT ENERGI TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2009/2010 Disusun Oleh : Nama : Teddy Tanoto Nim : 0800787214 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Desain Bukaan Ruang Terhadap Konsentrasi Belajar Mahasiswa, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa : 1. Intensitas

Lebih terperinci

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR DENAH, POTONGAN, TAMPAK DAN DETAIL BANGUNAN

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR DENAH, POTONGAN, TAMPAK DAN DETAIL BANGUNAN MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR DENAH, POTONGAN, TAMPAK DAN DETAIL BANGUNAN DENAH atau PLAN : berasal dari kata latin PLANUM berarti dasar, arti lebih jauh lantai DENAH adalah : Merupakan penampang potongan horisontal

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN CERLANG-BAYANG MOTIF BATIK TULUNGAGUNG MELALUI ELEMEN PEMBENTUK RUANG PADA GALERI BATIK

PEMBENTUKAN CERLANG-BAYANG MOTIF BATIK TULUNGAGUNG MELALUI ELEMEN PEMBENTUK RUANG PADA GALERI BATIK PEMBENTUKAN CERLANG-BAYANG MOTIF BATIK TULUNGAGUNG MELALUI ELEMEN PEMBENTUK RUANG PADA GALERI BATIK ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI 5.1. Konsep Pengolahan Lahan Rusuna Bertingkat Tinggi 5.1.1. Skenario Pengolahan Lahan Gambar 5.1. Skenario pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal Studi Kasus: Campus Center Barat ITB Rizki Fitria Madina (1), Annisa Nurrizka (2), Dea Ratna

Lebih terperinci

Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : 25 Oktober Yeni Sumantri, S.Si., MT., Ph.D. Arif Rahman, ST., MT. : Ketua Jurusan Teknik Industri FTUB

Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : 25 Oktober Yeni Sumantri, S.Si., MT., Ph.D. Arif Rahman, ST., MT. : Ketua Jurusan Teknik Industri FTUB MANUAL PROSEDUR PENGECEKAN KOMPUTER USER DAN SERVER LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : 25 Oktober

Lebih terperinci

Hemat Energi dalam Kurikulum di Program Studi Arsitektur. Institut Teknologi Indonesia)

Hemat Energi dalam Kurikulum di Program Studi Arsitektur. Institut Teknologi Indonesia) Hemat Energi dalam Kurikulum di Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Indonesia (Energy Conservation in Curriculum of Architecture Study Program Institut Teknologi Indonesia) Tjandra Kania 1 * 1

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN & SARAN

BAB 7 KESIMPULAN & SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN & SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diberikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam Lab.

Lebih terperinci

PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA (DP3A)

PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA (DP3A) TUGAS AKHIR PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA (DP3A) Digunakan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur UMS Disusun Oleh : FILIA MUTIARA SARI

Lebih terperinci

Manual Prosedur Pengendalian Dokumen dan Rekaman

Manual Prosedur Pengendalian Dokumen dan Rekaman Manual Prosedur Pengendalian dan Rekaman Unit Jaminan Mutu Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang 2011 Manual Prosedur Pengendalian dan Rekaman Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

ASPEK TANGGAP IKLIM PADA PERANCANGAN SMK MULTIMEDIA DI KOTA YOGYAKARTA

ASPEK TANGGAP IKLIM PADA PERANCANGAN SMK MULTIMEDIA DI KOTA YOGYAKARTA ASPEK TANGGAP IKLIM PADA PERANCANGAN SMK MULTIMEDIA DI KOTA YOGYAKARTA Irawan Sandi Dana Ramadhan¹, Agung Murti Nugroho², Beta Suryokusumo S.² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci