IKONOGRAFI BARABUDUR. Oleh : Edi Sedyawati Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IKONOGRAFI BARABUDUR. Oleh : Edi Sedyawati Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia PENGANTAR"

Transkripsi

1 Barabudur 55 IKONOGRAFI BARABUDUR Oleh : Edi Sedyawati Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia YYang selalu disebut sebagai Candi Barabudur PENGANTAR itu mungkin tidak dapat disebut candi dalam a r t i ' s u a t u b a n g u n a n s u c i t e m p a t menyemayamkan dewa pujaan dalam bentuk arca' di dalam suatu ruangan inti pusat candi yang dikenal pula dengan istilah garbhagrĕha. Oleh karena itulah sejumlah pembahas Barabudur lebih banyak menyebutnya stūpa, karena memang bangunan puncaknya berbentuk stupa dalam arti struktur berbentuk genta, meski di dalamnya tidak terdapat relik Sang Buddha seperti yang biasanya ada di dalam stupa-stupa yang umum dikenal, khususnya yang terdapat di India bagian utara dan beberapa tempat lain yang mempunyai r i w a y a t k h u s u s b e r k e n a a n d e n g a n penyimpanan relik Sang Buddha. Dalam sejumlah kajian rintisan terdahulu, khususnya oleh N.J. Krom, A.J. Bernet Kempers, dan J.G. de Casparis, telah diidentifikasikan fakta-fakta penting berkenaan dengan struktur Candi Barabudur ini. Dapat disebutkan antara Stupa dan Buddha pada Candi Borobudur

2 56 Barabudur lain bahwa bangunan ini adalah suatu struktur gabungan dari punden berundak (dengan denah segi-empat berpenampil-penampil), susunan tiga tingkatan di atasnya yang berdenah bundar, dan stupa pusat di tataran teratas, yang tentunya berdenah bulat pula. Keseluruhan 'tingkatan' bangunan Candi Barabudur ini, dari bawah ke atas, terdiri dari enam yang berdenah segi-empat berpenampil itu, dan di atasnya terdapat empat tingkatan yang berdenah bulat. Kesepuluh tingkatan itulah yang oleh J.G. de Casparis diinterpretasikan sebagai daśabodhisattwabhūmi, yaitu tingkatan-tingkatan pencapaian berjumlah Tiga tingkatan pada Candi Borobudur sepuluh dalam perjalanan spiritual seorang bodhisattwa. Sebelum kajian J.G. de Casparis yang menyimpulkan tentang adanya sepuluh tingkatan bodhisattwa itu, sarjana lain, yaitu N.J. Krom 'menemukan' adanya tiga 'tingkatan' atau 'kawasan spiritual' pada Candi Barabudur ini, yaitu dari bawah: kāmadhātu, rūpadhātu, dan arūpadhātu, yang artinya kurang lebih berturut-turut: 'kawasan' nafsu, 'kawasan' keterikatan pada wujud-wujud, dan 'kawasan' kebebasan dari keterikatan wujud-wujud. Tataran pertama, yaitu yang terbawah berupa apa yang dalam literatur kepurbakalaan disebut sebagai kaki tertutup karena rangkaian relief yang tercantum pada sekeliling dinding luarnya dahulu, sekarang tertutup oleh kaki tambahan yang tentunya dibubuhkan kemudian setelah rangkaian relief tersebut selesai terpahat. Tataran kedua berupa sejumlah tingkatan yang berdenah segi-empat yang dibubuhi oleh rangkaian-rangkaian relief, sedangkan tataran tertinggi berdenah bulat dengan deretan stupastupa, tanpa dibubuhi relief apapun. Adapun mengenai kaki terbawah, yang dikenal sebagai kaki tertutup itu, ada dua kemungkinan penjelasannya, sebagaimana telah dibahas oleh para peneliti terdahulu, yaitu: (1) karena alasan teknis untuk memperkuat 'duduk'-nya bagian bangunan di atasnya; dan (2) untuk membuat rangkaian relief yang terpahat pada permukaan

3 Barabudur 57 tingkatan itu tidak perlu dilihat sembarang orang duduk dalam sikap wajrāsana, yaitu bersila karena adegan-adegannya yang banyak dengan tungkai bawah saling disilangkan. Arcamenggambarkan perbuatan-perbuatan tercela arca tersebut diletakkan di relung-relung yang (disertai adegan tentang akibat-akibat menghadap keluar pada dinding pagar langkan buruknya), di samping juga adegan-adegan dari lantai atau tingkatan nomor 2, 3, 4, 5, dan 6, perbuatan baik yang membuahkan ganjaran yaitu pada tingkatan-tingkatan yang denahnya baik pula. segi-empat berpenampil itu. Dilihat dari arah Susunan bangunan bauddha seperti hadapnya, relung-relung ini menghadap ke arah Candi Barabudur ini tak ada duanya dalam empat mata-angin utama, yaitu: timur, selatan, khasanah arsitektur di dunia ini. Paparan berikut barat, dan utara. Adapun arca-arca yang ini akan terpusat pada aspek ke-arca-an dari diletakkan di dalam relung-relung itu, khususnya bangunan suci ini. yang ada pada tingkatan 2, 3, 4, dan 5, disesuaikan dengan posisi arah mata angin para IKON DALAM KONSTRUKSI TATARUANG Dhyāni-Buddha itu di dalam mandala, yang CANDI BARABUDUR masing-masing ditandai oleh sikap tangan, atau mudra yang khusus. Dengan demikian dapat Seperti telah banyak diutarakan dalam dilihat bahwa semua arca Dhyāni-Buddha yang berbagai publikasi Candi Barabudur ini dihiasi menghadap ke arah timur ditandai oleh sikap dengan karya-karya seni rupa yang berupa arca- tangan bhūmisparśamudrā, dan dengan itu ia arca tiga dimensi maupun relief-relief, yaitu dikenali sebagai Akshobhya; yang menghadap pahatan timbul. Arca-arca Buddha duduk bersila ke selatan bersikap tangan waramudrā untuk dengan sikap tangan yang berbeda-beda m e n a n d a k a n R a t n a s a m b h a w a ; y a n g diletakkan pada dua macam posisi keruangan, menghadap ke barat bersikap tangan kesemuanya berkaitan dengan tata letak para dhyānamudrā yang sesuai untuk Amitabha; Dhyāni-Buddha di dalam mandala (skema sedangkan semua yang menghadap ke arah perlambangan kosmos, dimana di dalamnya utara ditandai sikap tangan abhayamudrā, pada umumnya ditempatkan tokoh-tokoh menandai Dhyāni-buddha Amoghapaśa. kedewataan sesuai dengan tingkatan atau Namun, dengan simakan yang lebih teliti, kedudukan masing-masing). Golongan pertama ternyata bahwa relung-relung berisi arca itu adalah arca-arca Dhyāni-Buddha dalam posisi yang ada pada tingkatan ke-6 mempunyai Dhyāni-Buddha yang menghadap ke arah timur dengan sikap tangan bhūmisparśamudrā Dhyāni-Buddha yang menghadap ke arah selatan dengan sikap tangan waramudrā

4 58 Barabudur Dhyāni-Buddha yang menghadap ke arah barat dengan sikap tangan dhyānamudrā Dhyāni-Buddha yang menghadap ke arah utara dengan sikap tangan abhayamudrā 1 Catatan bibliografi: Benoytosh Bhattacharyya, MA, PhD,The Indian Buddhist Iconography, Mainly Based on The Sādhanamālā and Cognate Tantric Texts of Rituals. Calcutta, 1968: Firma K.L. Mukhopadhyay. Second Edition. keistimewaan. Arca-arca yang terdapat di dalam sedangkan tangan kiri yang diletakkan di atas relung-relungnya tidaklah disesuaikan dengan paha yang dilipat dalam sikap duduk itu alokasi arah hadap para Dhyāni-Buddha seperti memegang ghanta (bel, lonceng). Berbeda yang telah diuraikan di atas, melainkan seluruh dengan itu, meski sikap tangannya sama, arcaarca pada tingkatan ini, yang menghadap ke arca tingkat ke-6 Barabudur itu kedua arah mata-angin mana pun, mempunyai satu tangannya tidak membawa benda apapun. sikap tangan yang sama, yaitu yang disebut Adapun arca-arca dalam sikap duduk witarka-mudrā. Sikap ini adalah: tangan kanan di dijumpai pula di dalam seluruh stupa depan dada, dengan sikap jari-jari disusun berperforasi yang ada pada tingkatan-tingkatan seperti laiknya orang sedang berbicara atau ke-7, ke-8 dan ke-9 yang berdenah bulat. memberikan wejangan; adapun tangan kirinya Seluruh arca Dhyāni-buddha pada ketiga diletakkan di atas paha bagian atas. Sikap tingkatan tersebut duduk dalam sikap wajrāsana kedua tangan yang seperti itu dijumpai dalam pula seperti yang berada di dalam relungteks-teks acuan tentang ikonografi bauddha, relung, namun sikap tangannya khusus, yaitu seperti kitab Sādhanamālā yang telah dipertemukan di depan dada dalam sikap diterbitkan oleh Benoytosh Bhattacharyya dharmacakramudrā. Nama sikap tangan ini (1968). Sikap tangan seperti itu merupakan berarti memutar roda dharma, dan yang penanda identitas Wajrasattwa, yang oleh dimaksudkan dengan itu adalah (memulai) Bhattacharyya disebut sebagai Dhyānibuddha memberikan ajaran kebenaran. Adapun keenam, yang disebutnya sebagai the priest of Dhyāni-buddha ini, di dalam sistem mandala the tathāgatas. Istilah tathāgata adalah bauddha dikenal sebagai Wairocana, dan padanan dari Dhyāni-Buddha. Namun, meski menempati arah tengah dalam tata ruang sikap tangannya sama, ada perbedaan antara kosmos. ketentuan pengarcaan Wajrasttwa tersebut B. Bhattacharyya, setelah mempelajari dengan arca-arca dalam relung Candi banyak teks dan wujud arca-arca bauddha, Barabudur pada tingkat keenam itu. Dalam teks menyimpulkan bahwa pantheon bauddha yang Sādhanamālā serta contoh-contoh arca yang mengemukakan adanya lima Dhyāni-Buddha dijumpai di India, Nepal, dan Tibet tangan itu belum dikenal luas sebelum abad ke-7 Wajrasattwa itu yang kanan dan diposisikan di depan dada itu memegang atribut berupa wajra, 1 Masehi (Bhattacharyya, 1968: 41). Itu berarti bahwa konsep yang lebih muda mengenai

5 Barabudur 59 ditambahkannya Dhyāni-Buddha keenam, yaitu pada dinding kaki tertutup terpahat rangkaian Wajrasattwa tersebut di atas tentunya lebih muda lagi. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa pewujudannya dalam bentuk arca-arca d i C a n d i B a r a b u d u r i t u m e r u p a k a n pengungkapannya yang termasuk terdini dalam dunia pengarcaan bauddha umumnya. IKON DALAM EKSPRESI RANGKAIAN RELIEF Seperti diketahui, Candi Barabudur dihiasi dengan sejumlah rangkaian relief bercerita pada dinding-dindingnya, baik pada dinding teras yang menghadap keluar, maupun pada dinding- relief yang telah diidentifikasikan sebagai dipetik dari teks Karmawibhangga. Teks ini bertutur tentang perbuatan-perbuatan manusia beserta 'buah'-nya: perbuatan baik akan membuahkan kebaikan, dan perbuatan buruk akan berbuah buruk pula. Sebagai contoh dapat dilihat relief nomor [O 109] yang menggambarkan dua adegan sebab-akibat di dalam satu bingkai: adegan sebab menunjukkan orang-orang menangkap ikan banyak-banyak dengan menggunakan jala, lalu adegan akibatnya berupa orang-orang itu digodog dalam kuali besar! Siksaan yang sama didapat di kemudian hari karena kesukaan orang menggodog penyu, dinding pagar langkan yang menghadap seperti diperlihatkan oleh panel nomor [O 89]. kedalam. Pada tingkat-tingkat 2-6 terdapat pagar langkan, sehingga dengan demikian terdapat pula 5 lorong bertingkat yang di kirikanan orang yang berjalan mengelilinginya terdapat rangkaian-rangkaian relief dengan berbagai tema cerita. Apabila ditilik secara menyeluruh maka rangkaian relief di Candi Barabudur dari bawah ke atas bergerak dari pokok 'cerita' yang paling duniawi hingga ke yang paling spiritual. Sengaja disini kata cerita diberi tanda petik, karena yang dimaksud adalah lebih semacam tema naratif, yang tak perlu merupakan cerita berurut yang mempunyai alur. Pada tingkatan terbawah, Dhyāni-Buddha pada tingkatan ke-6 dengan sikap tangan witarka-mudrā Dhyāni-Buddha pada tingkatan ke-7,8,9 dengan sikap tangan dharmacakramudrā

6 60 Barabudur 2 Penyebutan nomor mengikuti terbitan album besar, khususnya: N.J. Krom: Beschijving van Barabudur. I. Archaeologische Beschijving, Sebaliknya perbuatan baik mempersembahkan sesuatu kepada atasan dapat balasan di kemudian hari menjadi orang mulia yang diusung dengan tandu, seperti digambarkan 2 pada panel nomor [O 150]. Pada tingkatan-tingkatan di atas itu baik pada dinding teras maupun dinding dalam pagar langkan, berturut-turut dari bawah ke atas dijumpai rangkaian-rangkaian relief dengan tema dari teks-teks: (a) Jātakamālā yang bercerita tentang kelahiran-kelahiran Sang Buddha sebelum lahir sebagai Siddhartha Gautama, antara lain sebagai kijang yang bijak yang memberi ceramah kepada pemburu yang semula mau menangkapnya; (b) Lalītawistara yang berupa riwayat perjalanan hidup Sang Buddha Siddhartha Gautama (dari kelahiran sampai mencapai bodhi / pencerahan ilahi); dan (c) Gandhawyūha, bernarasi tentang perjalanan fisik-spiritual seorang tokoh menuju ke tataran keberadaan sebagai Boddhisattwa (=perbadanan dari 'hakikat ilahi'). Dari runutan rangkaian relief tersebut terlihat dan terasa betapa pendakian candi dari tingkat terbawah menuju tingkat teratas itu merupakan simbol keruangan atas pendakian spiritual yang 'disarankan' oleh Candi Barabudur itu. BARABUDUR DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN IKONOGRAFI BUDDHA Runutan rangkaian relief dari tingkat terbawah menuju tingkat teratas Apa yang terwujud ke dalam keseluruhan Candi Barabudur yang telah berhasil dipugar oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan bantuan advokasi UNESCO, dan kemudian mendapat pengakuan pula sebagai World Heritage, memang mempunyai sejumlah keutamaan. Di luar keunggulan konstruksi bangunannya, unsur-unsur kearcaan yang patut menjadi perhatian adalah hal-hal tersebut di

7 Barabudur 61 bawah ini. Yang pertama patut disebut adalah apa yang di depan telah dikemukakan mengenai ditampilkannya ikon Wajrasattwa bersamaan dalam satu sistem dengan kelima Dhyāni- Buddha yang telah lebih dahulu dikembangkan di dalam sistem peribadatan agama Buddha. 'arca-arca kecil', seperti yang dari masa kemudian ditemukan tinggalannya, belum tampil di Candi Barabudur ini. Seperti diketahui, kelompok-kelompok 'arca kecil' anggota mandala itu ditemukan dalam bentuk kelompok arca-arca kecil terbuat dari perunggu, dan merepresentasikan kelompok-kelompok di 4 Tampilan Wajrasattwa tersebut, dalam hal ini dalam mandala bauddha. 3 sebagai Dhyāni-Buddha keenam, yang dapat pula dilihat sebagai suatu 'ancang-ancang' untuk diwujudkannya di kemudian hari simbol kearcaan bagi Kebenaran Tertinggi yang dipersonifikasikan dalam sosok Wajradhara, mempunyai kemungkinan untuk dapat dinilai sebagai upaya rintisan. Dapat diperkirakan bahwa kehidupan intelektual-religius di antara para 'penggagas-pembuat' Candi Barabudur DAFTAR PUSTAKA Sedyawati, Edi Cosmological Interpretations of Javanese Temples, disajikan pada simposium Indonesian Views of Time and Space. San Francisco : The Asian Art Museum and The Society for Asian Art, Oktober Sedyawati, Edi Ikonografi dan Teks, beserta tinjauan khusus mengenai sangatlah penuh gairah. Atau dengan kata lain, Kelompok Arca 'Kecil' Bauddha dari Desa para pembangun Candi Barabudur mempunyai Kunti, Ponorogo, disajikan pada Seminar kualifikasi 'pemimpin' atau 'inovator' dalam 25 Tahun Kerjasama Indonesia-Prancis di Bidang Penelitian Kebudayaan di Asia kehidupan agama Buddha secara lintas-bangsa Tenggara Kepulauan. Palembang, di zamannya. Juli Susunan arca Tathagata dalam kelompok Sedyawati, Edi Types in Iconographic lima dan enam yang ada di candi ini merujuk Sets in Buddhist Sculpture in Java Around pada tahap perkembangan Mahāyāna yang the Tang Period, disajikan pada International Conference on Buddhism telah mengarah ke tahap Tantrāyāna yang th th and Buddhist Art of The Tang Period, 7-9 mengembangkan konsep mandala, yaitu Century AD. Singapore : National representasi kosmos dalam bentuk susunan University of Singapore, 7-10 Desember tokoh-tokoh kedewataan dalam hierarki dan penempatan spasialnya. Memang kelompok Sedyawati, Edi Statuettes in Buddhist 3 Berbeda dengan interpretasi Bhattacharyya yang telah disebut di atas mengenai tathagata keenam, Noerhadi Magetsari dalam disertasinya, yang kemudian diterbitkan oleh Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1997, berjudul Candi Borobudur: Rekonstruksi Agama dan Filsafatnya, khususnya di halaman , menafsirkan deretan arca 'buddha' di tingkat keenam itu sebagai Vairocana 4 Periksa dalam Sedyawati, 2001a dan 2001b.

8 62 Barabudur Pantheon (A Study in Indonesian Iconography), disajikan pada International Conference on Contribution of Buddhism to World Culture. Mumbai, Maret Sedyawati, Edi Innovations at Barabudur, disajikan pada seminar Hidden Base Project. Barabudur, 1-3 Juli BIODATA PENULIS Prof. Dr. Edi Sedyawati, lahir di Malang pada tanggal 28 Oktober Menamatkan pendidikan SD, SMP dan SMA di Jakarta, kemudian mengambil gelar S1 pada bidang Arkeologi di Universitas Indonesia dan lulus pada tahun Mendapatkan gelar Doktor dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun Aktif menjadi pengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia sejak tahun Menjabat Ketua Jurusan Arkeologi Universitas Indonesia pada , selain juga berjasa dalam mendirikan Jurusan Tari di Institut Kesenian Jakarta. Aktif berkecimpung di organisasi yang bergerak di bidang kesejarahan, musikologi, kesusasteraan dan kearkeologian. Mendapatkan bintang "Chevalier des Arts et Letters" dari Pemerintah Perancis pada tahun 1997 sebagai penghargaan karena memberikan kontribusi besar di bidang kesenian dan kesusastraan.

9

10

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan langsung dengan keadaan yang kini dapat ditemukan di Jawa atau di tempat lain, tetapi sebagian lainnya hanya dapat ditelusuri

Lebih terperinci

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks 3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II 233 KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II Oleh : Tukidjan Wakil Kepala Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur CCandi Borobudur merupakan warisan dunia PENDAHULUAN (World Heritage)

Lebih terperinci

Jadwal Rancangan Kegiatan Buddhist Centre

Jadwal Rancangan Kegiatan Buddhist Centre xxiv LAMPIRAN Jadwal Rancangan Buddhist Centre SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU 05.00-06.00 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 Remaja GABI 09.00-10.00 Remaja GABI 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penggunaan ragam hias sebagai simbol dapat menjadi landasan berpikir dalam mendesain sehingga para desainer dan arsitek dapat mengambil dan mengungkapkan nilai-nilai dalam karyanya. Faktor sejarah

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Indonesia yang strategis terletak di antara benua Asia dan Australia, sehingga menyebabkan berbagai suku bangsa telah memasuki kepulauan nusantara mulai dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2. 63 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak 110 0 01 51 dan 110 0 26 58 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang BAB II ISI 2.1 Sejarah Candi Borobudur Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Buddhism atau yang biasa dikenal sebagai ajaran Agama Buddha, merupakan salah satu filsafat tua dari timur yang ikut berkembang di Indonesia sejak abad ke 5. Pada

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 245 Universitas Indonesia. Tempat duduk..., Yulie Pusvitasary, FIB UI, 2009

BAB 5 PENUTUP. 245 Universitas Indonesia. Tempat duduk..., Yulie Pusvitasary, FIB UI, 2009 BAB 5 PENUTUP Penelitian terhadap pengidentifikasian tempat duduk yang dipahatkan pada relief Lalitavistara Candi Borobudur telah dipaparkan secara sistematis pada bab sebelumnya. Bab 2 merupakan deskripsi

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu wilayah yang mendapat pengaruh kebudayaan India. Kebudayaan India masuk ke Indonesia membawa pengaruh terhadap kehidupan keagamaan di

Lebih terperinci

BENTUK DAN TATA LETAK STUPA DI CANDI BOROBUDUR SKRIPSI

BENTUK DAN TATA LETAK STUPA DI CANDI BOROBUDUR SKRIPSI 1 UNIVERSITAS INDONESIA BENTUK DAN TATA LETAK STUPA DI CANDI BOROBUDUR SKRIPSI GAYA MENTARI 0806462086 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI DEPOK 2012 2 UNIVERSITAS INDONESIA BENTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Simbol merupakan tanda yang muncul dari kesepakatan sosial, misal pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol sangat erat dengan kehidupan

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA CANDI BOROBUDUR SEBAGAI LABORATORIUM PENDIDIKAN. Nahar Cahyandaru. Abstrak

CAGAR BUDAYA CANDI BOROBUDUR SEBAGAI LABORATORIUM PENDIDIKAN. Nahar Cahyandaru. Abstrak CAGAR BUDAYA CANDI BOROBUDUR SEBAGAI LABORATORIUM PENDIDIKAN Nahar Cahyandaru Abstrak Candi Borobudur merupakan monumen yang sangat fenomenal dan menjadi simbol kebesaran bangsa Indonesia. Borobudur mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

BOROBUDUR : Masalah Puncak Stupa Induk

BOROBUDUR : Masalah Puncak Stupa Induk 21 BOROBUDUR : Masalah Puncak Oleh : Mundardjito Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia KKita tidak tahu persis sudah berapa juta PENGANTAR pengunjung yang datang melihat Candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai bentuk aspirasi, apresiasi, dan pandangannya terhadap suatu peristiwa dan perasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik Indonesia, yaitu masa berkembangnya kebudayaan yang berlatar belakang agama Hindu-Budha, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan manusia tidak dapat dilepaskan dari seni. Materi-materi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan manusia tidak dapat dilepaskan dari seni. Materi-materi yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kebudayaan manusia tidak dapat dilepaskan dari seni. Materi-materi yang dibuat atas dasar seni berupa suatu karya, memiliki kandungan yang merujuk kepada

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peninggalan hasil kebudayaan manusia di Indonesia sangat banyak tetapi yang dapat dijadikan sebagai data arkeologis sangat terbatas, salah satunya adalah relief yang

Lebih terperinci

Museum Buddhist ( SIMBOLISM ARCHITECTURE ) LAPORAN PERANCANGAN TGA STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010

Museum Buddhist ( SIMBOLISM ARCHITECTURE ) LAPORAN PERANCANGAN TGA STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010 Museum Buddhist ( SIMBOLISM ARCHITECTURE ) LAPORAN PERANCANGAN TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010 Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Oleh :

Lebih terperinci

ARCA DAN RELIEF DHYANI BUDHA DI KABUPATEN GIANYAR Dhyani Budha Statuette and Relief in Gianyar Regency

ARCA DAN RELIEF DHYANI BUDHA DI KABUPATEN GIANYAR Dhyani Budha Statuette and Relief in Gianyar Regency ARCA DAN RELIEF DHYANI BUDHA DI KABUPATEN GIANYAR Dhyani Budha Statuette and Relief in Gianyar Regency Anak Agung Gede Oka Astawa Balai Arkeologi Denpasar Jl. Raya Sesetan No. 80, Denpasar 80223 Email:

Lebih terperinci

Seri Terbitan Candi Borobudur - 5. TINJAUAN KEMBALI REKONSTRUKSI CANDI BOROBUDUR Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur

Seri Terbitan Candi Borobudur - 5. TINJAUAN KEMBALI REKONSTRUKSI CANDI BOROBUDUR Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur ii Seri Terbitan Candi Borobudur - 5 TINJAUAN KEMBALI REKONSTRUKSI CANDI BOROBUDUR Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur 1973-1983 Diterbitkan oleh : Balai Konservasi Borobudur Jalan

Lebih terperinci

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan

Lebih terperinci

Pertemuan X & XI Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Timur

Pertemuan X & XI Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Timur Pertemuan X & XI Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Timur Universitas Gadjah Mada 1 X dan XI. Contoh Kasus Candi Periode Jawa Timur Candi Kidal Candi Kidal terletak di desa Rejokidul, Kecamatan Tumpang,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Item Utama 5.1.1 Logo Judul Gambar 5.1.1 Logo Judul Huruf dari logo judul buku interaktif ini menggunakan font Anabelle Script. Pemilihan font script didasari pertimbangan

Lebih terperinci

Pertemuan IX. Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Tengah. Universitas Gadjah Mada 1

Pertemuan IX. Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Tengah. Universitas Gadjah Mada 1 Pertemuan IX Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Tengah Universitas Gadjah Mada 1 IX. Contoh kasus candi-candi Periode Jawa Tengah. a. Peninggalan candi Canggal, candi Dieng, Candi kalasan, situs Ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

Membekalkan hasil tempatan dan hasil kawasan takluk kepada pedagang antarabangsa.

Membekalkan hasil tempatan dan hasil kawasan takluk kepada pedagang antarabangsa. LATIHAN SEJARAH TINGKATAN 4 BAB 3 1 I t e m O b j e k t i f M.S.85 1. Mengapakah konsep berikut diamalkan oleh kerajaan awal di Asia Tenggara? Konsep dewa-raja Konsep orde kosmos A Mempelbagaikan istiadat

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

WORLD HERITAGE DAY A Tribute to Borobudur Community in Conserving a World Heritage. Borobudur Magelang, Jawa Tengah, April 2012

WORLD HERITAGE DAY A Tribute to Borobudur Community in Conserving a World Heritage. Borobudur Magelang, Jawa Tengah, April 2012 WORLD HERITAGE DAY A Tribute to Borobudur Community in Conserving a World Heritage Borobudur Magelang, Jawa Tengah, 18-19 April 2012 Pada 18 April 1982 saat simposium ICOMOS di Tunisia, muncul usulan untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri membawa pengaruh besar terhadap bidang arsitektur dan

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri membawa pengaruh besar terhadap bidang arsitektur dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Masuknya agama Hindu dan Buddha yang berasal dari India, tidak dipungkiri membawa pengaruh besar terhadap bidang arsitektur dan kesenian periode Klasik di Indonesia.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

LAPORAN TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER LAPORAN TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER KOMPETENSI APLIKASI KOMPUTER SEMESTER GENAP 2014 2015 Oleh : Nama : Adam Hendra Brata NIM : 126060312111002 (diisi nama dan nim masing2) DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i Informasi

Lebih terperinci

Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

Balai Konservasi Peninggalan Borobudur ISBN 978-979 - 19227-5 - 3 100 TAHUN PASCAPEMUGARAN CANDI BOROBUDUR Trilogi I Menyelamatkan Kembali Candi Borobudur Balai Konservasi Peninggalan Borobudur 100 TAHUN PASCAPEMUGARAN CANDI BOROBUDUR Trilogi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung, dengan julukan Paris Van Java mempunyai pesona yang begitu luar biasa mulai dari kuliner, budaya sundanya, peninggalan bersejarah dan tujuan wisata. Salah

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Program dokumenter merupakan program yang dapat mengantar penontonnya ke dalam perspektif realita yang sama sekali berbeda sesuai sudut pandang sang kreator. Realita

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN APLIKASI PENGENALAN BEBERAPA BAGIAN CANDI BOROBUDUR BERBASIS AUGMENTE REALITY

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN APLIKASI PENGENALAN BEBERAPA BAGIAN CANDI BOROBUDUR BERBASIS AUGMENTE REALITY NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN APLIKASI PENGENALAN BEBERAPA BAGIAN CANDI BOROBUDUR BERBASIS AUGMENTE REALITY Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

VISUALISASI DIMENSI KEWAKTUAN DALAM PENGGAMBARAN RELIEF CERITA, (Studi Kasus Relief Cerita Krêsna di Candi Prambanan)

VISUALISASI DIMENSI KEWAKTUAN DALAM PENGGAMBARAN RELIEF CERITA, (Studi Kasus Relief Cerita Krêsna di Candi Prambanan) VISUALISASI DIMENSI KEWAKTUAN DALAM PENGGAMBARAN RELIEF CERITA, (Studi Kasus Relief Cerita Krêsna di Candi Prambanan) Andri Restiyadi Balai Arkeologi Medan Abstract Story s relief is a combination of narrative

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN GAYA VISUAL LOKAL DALAM ARTEFAK SENI RUPA BUDDHA PERCANDIAN BATUJAYA, KARAWANG, JAWA BARAT

KECENDERUNGAN GAYA VISUAL LOKAL DALAM ARTEFAK SENI RUPA BUDDHA PERCANDIAN BATUJAYA, KARAWANG, JAWA BARAT KECENDERUNGAN GAYA VISUAL LOKAL DALAM ARTEFAK SENI RUPA BUDDHA PERCANDIAN BATUJAYA, KARAWANG, JAWA BARAT Savitri Putri Ramadina, S.Sn., M.Sn.,Fakultas Desain Komunikasi Visual, Universitas Widyatama,Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS

BAB III. TINJAUAN KHUSUS BAB III. TINJAUAN KHUSUS 3.1. Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1. Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

Mengenal Relief, Mudra dan Stupa Candi Borobudur untuk Anak-Anak Usia 9-12 Tahun melalui Edugame

Mengenal Relief, Mudra dan Stupa Candi Borobudur untuk Anak-Anak Usia 9-12 Tahun melalui Edugame 58 ITB J. Vis. Art & Des, Vol. 6, No. 1, 2014, 58-68 Mengenal Relief, Mudra dan Stupa Candi Borobudur untuk Anak-Anak Usia 9-12 Tahun melalui Edugame Ima Kusumawati Hidayat, Priyanto Sunarto & Triyadi

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

GAMBARAN ARSITEKTUR DAN TEKNIK KONSTRUKSI CAŅḌI SIMANGAMBAT, KABUPATEN MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA

GAMBARAN ARSITEKTUR DAN TEKNIK KONSTRUKSI CAŅḌI SIMANGAMBAT, KABUPATEN MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA GAMBARAN ARSITEKTUR DAN TEKNIK KONSTRUKSI CAŅḌI SIMANGAMBAT, KABUPATEN MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA Andri Restiyadi Balai Arkeologi Medan Abstract Simangambat temple is an unique temple in

Lebih terperinci

Bab 2. Bab. Bab 3 Bab 8. Bab 1. Bab. 5 Bab Bab 9. Tingkatan 4. Bab. Bab

Bab 2. Bab. Bab 3 Bab 8. Bab 1. Bab. 5 Bab Bab 9. Tingkatan 4. Bab. Bab BAB 3 : TAMADUN AWAL ASIA TENGGARA SeJaRaH Modul ini mengandungi soalan objektif, struktur dan esei Soalan disusun mengikut bab Dihasilkan daripada analisa soalan SPM 2005 2010 Turut dimuatkan soalan aras

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya. Setiap daerah di Kepulauan Indonesia memiliki budayanya sendiri. Bahkan di setiap kota/kabupaten

Lebih terperinci

MASARIAH MISPARI SEKOLAH SULTAN ALAM SHAH PUTRAJAYA

MASARIAH MISPARI SEKOLAH SULTAN ALAM SHAH PUTRAJAYA BAB 3 : TAMADUN AWAL ASIA TENGGARA SeJaRaH PN. MASARIAH BINTI MISPARI SEKOLAH SULTAN ALAM SHAH PUTRAJAYA Modul ini mengandungi soalan objektif, struktur dan esei Soalan disusun mengikut bab Dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Forum Bina Prestasi DI UNDUH DARI YUDHISTIRA LEARNING CENTER. Anggota Ikapi

Forum Bina Prestasi DI UNDUH DARI YUDHISTIRA LEARNING CENTER. Anggota Ikapi Forum Bina Prestasi Anggota Ikapi Pendalaman Buku Teks Tematik Pahlawanku 4E Kelas IV SD Penyusun Forum Bina Prestasi Pramita Indriani Damarasih Sumiyono Untari Teguh Purwantari Sutarman Editor Indriani

Lebih terperinci

Mahapuja Satyabuddha

Mahapuja Satyabuddha Mahapuja Satyabuddha Seorang sadhaka Tantrayana, setiap kali bersadhana, harus memberikan persembahan. Dalam Catur Prayoga, merupakan Persembahan Mandala. Saya pernah berkata, Manusia di dunia ini, kalau

Lebih terperinci

Situs Gunung Padang. Nopsi Marga Handayani Gregorian Anjar Prastawa

Situs Gunung Padang. Nopsi Marga Handayani Gregorian Anjar Prastawa Situs Gunung Padang Nopsi Marga Handayani 14148118 Gregorian Anjar Prastawa - 14148136 Situs Gunung Padang terletak di kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan,Desa Karyamukti Kecamatan Cempakan, Cianjur.

Lebih terperinci

BOROBUDUR SEBAGAI MANDALA : MASA LALU DAN MASA KINI

BOROBUDUR SEBAGAI MANDALA : MASA LALU DAN MASA KINI Borobudur Sebagai Mandala : 123 BOROBUDUR SEBAGAI MANDALA : MASA LALU DAN MASA KINI Oleh : Daud Aris Tanudirjo Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada SSejak dimunculkan kembali

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN WAKTU TEMPUH BAGI PELAKU JASA WISATA DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG) Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS UNNES Absatrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

Mahanamaskara Satyabuddha

Mahanamaskara Satyabuddha Mahanamaskara Satyabuddha Catur prayoga (Empat Latihan Dasar) dalam Tantrayana adalah Mahanamaskara, Catur Sarana, Persembahan Mandala (Mandala-Puja) dan sadhana Bodhisattva Vajrasattva. Keempatnya merupakan

Lebih terperinci

PN. MASARIAH BINTI MISPARI MAKTAB TENTERA DIRAJA

PN. MASARIAH BINTI MISPARI MAKTAB TENTERA DIRAJA BAB 3 : TAMADUN AWAL ASIA TENGGARA PN. MASARIAH BINTI MISPARI MAKTAB TENTERA DIRAJA Analisa SPM 2004 2009 Soalan objektif, struktur dan esei Disusun mengikut bab Aras KBKK, aplikasi kemahiran dan isu semasa

Lebih terperinci

[KARYA TULIS] Disusun Oleh: [11 April 2009] Pengaruh Budaya Asing Terhadap Kebudayaan di Indonesia

[KARYA TULIS] Disusun Oleh: [11 April 2009] Pengaruh Budaya Asing Terhadap Kebudayaan di Indonesia [11 April 2009] Disusun Oleh: Aisyah Fitriyah Fitri Andriyani Rahma Fauzia A. Risalatul Amanah [KARYA TULIS] Pengaruh Budaya Asing Terhadap Kebudayaan di Indonesia PERSEMBAHAN DAN MOTO Persembahan : Karya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danpendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,penelitian dilakukan dengan melihat konteks permasalahan secara utuh, dengan fokus penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak peninggalan sejarah, baik yang berupa bangunan (candi, keraton, benteng pertahanan), maupun benda lain seperti kitab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia memiliki lima agama yang diakui oleh negara Indonesia, salah satunya adalah agama Buddha. Agama Buddha memiliki tempat ibadah yang disebut dengan vihara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN

ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN PENGANTAR ARSITEKTUR MINGGU - 1 TIM DOSEN : AP, LS, VW, RN, OI, SR DAFTAR PUSTAKA Apa Itu Kebudayaan? Kebudayaan Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

SEKILAS MENGENAI BUKU SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA SIAP UNTUK DILUNCURKAN 2009

SEKILAS MENGENAI BUKU SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA SIAP UNTUK DILUNCURKAN 2009 SEKILAS MENGENAI BUKU SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA SIAP UNTUK DILUNCURKAN 2009 Sebuah seri buku Sejarah Kebudayaan Indonesia telah terbit dalam tahun 2009 ini, dan terdiri atas delapan jilid. Penerbitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peninggalan sejarah merupakan suatu warisan budaya yang menceritakan keluhuran dari suatu budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh kepulauan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tempat wisata, meliputi wisata alam, budaya hingga sejarah ada di Indonesia. Lokasi Indonesia yang berada di daerah

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Agama Buddha. i. Ia berasal dari negara India pada kurun ke-6 SM dan diasaskan oleh Gautama Buddha sebagai salah satu interpretasi agama Hindu.

Agama Buddha. i. Ia berasal dari negara India pada kurun ke-6 SM dan diasaskan oleh Gautama Buddha sebagai salah satu interpretasi agama Hindu. BAB 7: ETIKA BUDDHA Agama Buddha i. Ia berasal dari negara India pada kurun ke-6 SM dan diasaskan oleh Gautama Buddha sebagai salah satu interpretasi agama Hindu. ii. Ia menolak sistem Veda serta sistem

Lebih terperinci

Museum Seni dan Budaya Kota Batu (Dengan Pendekatan Transformasi Konsep Arsitektural Candi Songgoriti)

Museum Seni dan Budaya Kota Batu (Dengan Pendekatan Transformasi Konsep Arsitektural Candi Songgoriti) Museum Seni dan Budaya Kota Batu (Dengan Pendekatan Transformasi Konsep Arsitektural Candi Songgoriti) Dyah Ayu Novianti, Noviani Suryasari, Chairil B. Amiuza Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

RANCAK KECAK PASOLA DI PURA LUHUR ULUWATU PERANG SAMBIL BERKUDA MEMBER OF INFLIGHT MAGAZINE OF BATIK AIR NOVEMBER 2017 NOVEMBER 2017

RANCAK KECAK PASOLA DI PURA LUHUR ULUWATU PERANG SAMBIL BERKUDA MEMBER OF INFLIGHT MAGAZINE OF BATIK AIR NOVEMBER 2017 NOVEMBER 2017 THE Inflight Magazine of Batik Air NOVEMBER 2017 RANCAK KECAK DI PURA LUHUR ULUWATU PASOLA PERANG SAMBIL BERKUDA TIDAK DIBAWA PULANG MEMBER OF i { ART } 40 NATEE UTARIT Kritik untuk Kapitalisme dan Modernisasi

Lebih terperinci

PN. MASARIAH BINTI MISPARI MAKTAB TENTERA DIRAJA

PN. MASARIAH BINTI MISPARI MAKTAB TENTERA DIRAJA PN. MASARIAH BINTI MISPARI MAKTAB TENTERA DIRAJA Analisis SPM 2004 2008 Soalan objektif, struktur danesei Disusun mengikut bab Aras KBKK, aplikasi kemahiran dan isu semasa Fokus latihan SPM 2009 Sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kerangka berpikir Arkeologi maka digunakan penelitian kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kerangka berpikir Arkeologi maka digunakan penelitian kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah yang dikaji pada penelitian ini, yang merupakan deskripsi dari peragaan busana pada relief Candi Panataran dengan menggunakan kerangka

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Foto tanggal 06 07 Agustus 2016 Pusat Data dan

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab Kesimpulan berisikan; menjawab rumusan masalah, tujuan dan hasil rekapitulasi rangkuman tiap-tiap tabel kajian Matrik. Selain itu juga disampaikan hasil diskusi dan

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci