SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika"

Transkripsi

1 PENGARUH TINGKAT MODALITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMP ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika Oleh: UMMI FARIHAH NIM: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

2 PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ummi Farihah NIM : Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, 10 Maret 2011 Saya yang menyatakan, Ummi Farihah NIM: ii

3 iii

4 iv

5 v

6 ABSTRAK Judul : Pengaruh Tingkat Modalitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 Penulis : Ummi Farihah NIM : Skripsi ini membahas tentang pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar matematika. Kajiannya dilatar belakangi oleh perbedaan karakter peserta didik mengenai modalitas belajar dan ketidaksesuaian antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar peserta didik sehingga peserta didik mengalami kebingungan dalam menerima materi yang diajarkan. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: Apakah ada pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar matematika peserta didik SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang tahun pelajaran 2010/2011? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di SMP Islam Banyumanik Semarang. SMP tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mengetahui pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah 99 responden. Datanya diperoleh dengan cara dokumentasi dan kuesioner. Semua data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik inferensial. Hasil analisis menunjukkan nilai yaitu 58,868 3,94 pada taraf signifikansi α = 0,05. Sehingga dapat ditunjukkan ada pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar matematika peserta didik SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang tahun pelajaran 2010/2011. Adapun besar pengaruh ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 37,70%. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi informasi dan masukan bagi para sivitas akademika, para peserta didik, para tenaga pengajar dalam memberi dorongan kepada peserta didiknya agar senantiasa meningkatkan tingkat modalitas dalam belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh akan maksimal atau memuaskan. vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Modalitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang jurusan Tadris Matematika. Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Dr. Suja i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan pembimbing II, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. 3. Hj. Minhayati Saleh, M.Sc., selaku dosen wali dan pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. 4. Dosen Tadris Matematika dan staf pengajar di Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang membekali berbagai pengetahuan. 5. Muhammad Nuh, S.Pd., selaku kepala SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Segenap guru, kepala TU beserta staf, karyawan dan peserta didik SMP Islam Banyumanik Semarang yang selalu membantu dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi. vii

8 7. Bapak, ibu dan keluarga tercinta terima kasih atas do a, nasihat, dan dukungan serta segala pengorbanan dan kasih sayang selama ini dalam mendidik penulis dengan penuh kesabaran. 8. Teman seperjuangan Tadris Matematika 2007 yang senantiasa menjadi penyemangat dan tempat bertukar pikiran dalam proses penulisan skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuangan yang telah menemani penulis dalam suka dan duka bersama selama melaksanakan perkuliahan di kampus tercinta Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini. Semarang, 7 Juni 2011 Penulis, Ummi Farihah viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PENGESAHAN... iii NOTA PEMBIMBING... iv ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix BAB I : PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Penegasan Istilah... 5 E. Rumusan Masalah... 6 F. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6 BAB II : LANDASAN TEORI... 7 A. Kajian Pustaka... 7 B. Kerangka Teoritik... 9 C. Pengaruh Tingkat Modalitas Terhadap Prestasi Belajar D. Matematika E. Rumusan Hipotesis BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi Penelitian ix

10 D. Variabel Penelitian E. Pengumpulan Data Penelitian F. Analisis Data Penelitian BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi data Hasil Penelitian B. Pengujian Hipotesis C. Pembahasan Hasil Penelitian D. Keterbatasan Penelitian BAB V : PENUTUP A. Simpulan B. Saran C. Penutup DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP x

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara yang lebih baik pula. Pendidikan di Indonesia terutama dalam pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami kemajuan. Mengingat sangat pentingnya pendidikan matematika dalam kehidupan sehari-hari, dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, jam pelajaran untuk mata pelajaran matematika di sekolah diberikan lebih banyak dari mata pelajaran yang lain. Atas dasar kepentingan itulah matematika di Indonesia sekarang mampu bersaing dengan negara lain. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu pendidikan adalah peranan guru. Dimana secara garis besar tugas guru yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran. Menjadi pengajar yang baik dituntut menguasai berbagai kemampuan dasar yang harus ditampilkan secara terintegrasi dalam proses pembelajaran. Kemampuan tersebut misalnya penguasaan materi, kemampuan dalam penguasaan metode pembelajaran, memotivasi situasi belajar, hubungan dengan peserta didik dan berbagai kemampuan lain. Oleh karena itu, salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh seorang guru sebagai pembimbing peserta didik terutama dalam pembelajaran matematika adalah mengkondisikan pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar para peserta didik. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda. Peserta didik lebih mudah mengerti dan menerima acara televisi, lagu, video, animasi ataupan gambar-gambar yang menarik karena adanya inovasi dan kreativitas yang terusmenerus sehingga tidak mudah bosan. Kemampuan kognitif, kecepatan dalam menerima dan mengolah informasi yang dimiliki peserta didik perlu dirangsang melalui tampilan yang bervariasi agar informasi yang diterima dapat diolah dengan berbagai indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima 1

12 dan mengolah informasi maka akan semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Peserta didik diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubunghubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih baik apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berturutturutan. Keterlibatan peserta didik dengan memberdayakan stimulus kinestetik akan memberikan hasil yang maksimal karena peserta didik terlibat langsung secara fisik melalui media yang digunakan sebagai alat bantu mengajar. Dalam dunia sekolah yang serba seragam, perbedaan karakter peserta didik kerap menjadi masalah bagi pihak sekolah dan guru, khususnya yang langsung bersentuhan dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Adanya peserta didik yang berbeda dengan karakter peserta didik normal yang lain sering kali dianggap nakal, gagal, bodoh, lambat, bahkan dianggap peserta didik yang mempunyai keterbelakangan mental. Jika diteliti lebih dalam, ternyata bukan mereka yang bermasalah melainkan sebenarnya mereka mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Banyaknya peserta didik yang dianggap lambat dan gagal menerima materi dari guru disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar peserta didik. Sebaliknya, jika gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik, semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Guru akan merasa senang karena menganggap semua peserta didiknya cerdas dan berpotensi untuk sukses pada jenis kecerdasan yang dimilikinya. Pengembangan diri harus didasarkan pada kompetensi positif yang dimiliki seorang peserta didik. Menyadari bagaimana cara termudah menyerap informasi (modalitas belajar) kadang tidak dimiliki peserta didik. Akibatnya peserta didik kurang tepat dalam menentukan cara belajar yang sesuai dengan modalitasnya. Banyak diantaranya yang mencoba meniru gaya belajar peserta 2

13 didik lain yang dianggapnya lebih pandai. Tetapi usahanya tidak selalu menumbuhkan hasil, justru sering kali menurunkan prestasi belajarnya. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan modalitas peserta didik yang ditiru dengan modalitasnya. Apalagi jika peserta didik dihadapkan pada mata pelajaran matematika yang memiliki tingkat keabstrakan tinggi, memahami konsep-konsep baru, menghafal dan belajar menggunakan rumus-rumus baru, membuat peserta didik mengalami kesulitan belajar. Jika hal ini digabungkan dengan keharusan menguasai pelajaran yang sulit, maka peserta didik tidak akan punya kesempatan untuk meraih sukses. Suasana di kelas sering kali tidak menguntungkan bagi sebagian besar peserta didik. Sebagaimana setiap orang mempunyai kecenderungan modalitas belajar, seseorang juga memiliki kecenderungan modalitas mengajar yang biasanya sama dengan modalitas belajarnya. Artinya bahwa jika seorang guru dulunya seorang pelajar visual, guru tersebut cenderung mengajar dengan cara visual pula, ini terjadi secara alamiah. Tetapi tidak demikian dengan peserta didiknya tidak menjadi masalah bagi sebagian peserta didik yang memiliki modalitas belajar yang sama dengan gurunya. Tetapi bagi sebagian yang lain yang modalitasnya berbeda dengan gurunya kemungkinan tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan. Mereka secara harfiah memproses bahan pelajaran melalui bahasa yang berbeda dengan gurunya. Dengan kata lain gurunya tidak dapat menjangkau semua pesera didik dengan modalitas yang berbeda-beda dan melakukannya secara konsisten. 1 Seharusnya para guru menyadari bahwa setiap peserta didik mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru. Seorang guru memahami bahwa beberapa peserta didik perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode mengajar standar. Jika para peserta didik ini diajar dengan metode standar, kemungkinan kecil mereka dapat memahami apa yang diberikan. Mengetahui gaya belajar yang berbeda ini telah membantu para guru untuk mendekati semua 1 Bobbi DePoter dan Mark Reardon, dkk., Quantum teaching: mempraktikkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas, (Bandung: kaifa, 2001), hlm

14 atau hampir semua peserta didik hanya dengan menyampaikan informasi dengan gaya belajar yang berbeda-beda. 2 Fenomena-fenomena diatas kiranya begitu penting, menarik dan perlu mendapat perhatian baik oleh kalangan guru maupun peserta didik demi peningkatan mutu pendidikan. Mencermati keadaan yang diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti PENGARUH TINGKAT MODALITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMP ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu: 1. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang abstrak, membosankan dan terlalu sulit dipahami oleh sebagian besar peserta didik. 2. Guru belum memperhatikan perbedaan karakter peserta didik mengenai modalitas belajar peserta didik. 3. Guru belum mengkondisikan pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar para peserta didik. 4. Ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran. 5. Guru menggunakan metode mengajar yang standar, sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami apa yang diberikan. 6. Peserta didik belum mampu mengidentifikasi modalitas belajar masingmasing, sehingga peserta didik tidak dapat menentukan cara belajar yang tepat untuk mempercepat belajarnya. C. Pembatasan Masalah 2 Bobbi DePoter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2009), hlm

15 Adapun pembatasan masalah yang ada yaitu: 1. Prestasi belajar matematika dibatasi pada materi pokok kelas VIII semester I, yaitu nilai hasil semester 1 yang terdiri dari lima pokok bahasan yaitu faktorisasi, relasi dan fungsi, persamaan garis lurus, SPLDV, dan phytagoras. 2. Modalitas belajar peserta didik meliputi visual, auditorial, dan kinestetik yang dimiliki oleh peserta didik kelas VIII SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang. D. Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya salah pengertian dan agar diperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah. Penegasan istilah dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Modalitas Belajar Modalitas belajar adalah cara seseorang menyerap informasi melalui indera yang dimiliki. 3 Modalitas belajar hampir sama dengan gaya belajar, gaya belajar adalah cara yang diambil oleh masing-masing orang dalam menyerap informasi baru, bagaimana mereka berkonsentrasi, memproses dan menampung informasi yang masuk ke otak. 4 Modalitas yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi modalitas visual, auditorial, dan kinestetik (V-A-K). 2. Prestasi Belajar 3 Akbar Zainudin dan Usep Saefurohman, Modalitas Belajar, 08/10/ Howard Gardner, Gaya Belajar, 5

16 Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. 5 E. Rumusan Masalah Berdasarkan latar balakang masalah diatas, dan untuk memperoleh pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, maka dibuat rumusan masalah apakah ada pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar matematika peserta didik SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang tahun pelajaran 2010/2011? F. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar matematika peserta didik SMP Islam hidayatullah banyumanik semarang tahun pelajaran 2010/2011. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini kaitannya dengan aktivitas belajar mengajar untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran matematika, diantaranya: 1. Peserta didik dapat mengidentifikasi modalitas belajar sehingga dapat menentukan cara belajar yang tepat untuk mempercepat belajarnya. 2. Dengan mengetahui modalitas belajar para peserta didik, guru dapat merancang proses pembelajaran yang multi modalitas agar dapat menjangkau semua peserta didik. 3. Dengan mengetahui modalitas belajar peserta didik, dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah. 4. Dengan mengetahui modalitas belajar peserta didik, guru dapat mengkondisikan pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar para peserta didik. 5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ketiga, hlm

17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai landasan berfikir, yang mana kajian pustaka yang penulis gunakan adalah beberapa hasil penelitian skripsi. Selain itu, kajian pustaka ini digunakan sebagai bahan pertimbangan baik mengenai kekurangan maupun kelebihan yang sudah ada sebelumnya. Kajian pustaka mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya mengenai teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Beberapa kajian pustaka tersebut diantaranya adalah: 1. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Rofiq dengan judul Pengaruh Tingkat Modalitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Tengah Semester 1 SMP Negeri 02 Comal Tahun Pelajaran 2004/2005 skripsi semarang: fakultas pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam, IKIP PGRI Semarang, Skripsi yang ditulis oleh Dina Maulida yang berjudul Pengaruh Gaya Belajar (Visual, Auditorial, dan Kinestetik) terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SMK Muhammadiyah 2 Malang pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Tahun Ajaran 2007/2008 Skripsi Universitas Negeri Malang: Pendidikan Tata Niaga, fakultas ekonomi Tesis yang ditulis oleh Kristien Helly Tambotoh yang berjudul Pembelajaran Fisika Menggunakan KIT Multimedia dan Media Interaktif Berbasis Komputer Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Modalitas Belajar Siswa 6 Ahmad Rofiq, Pengaruh Tingkat Modalitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Tengah Semester 1 SMP Negeri 02 Comal Tahun Pelajaran 2004/2005, Skipsi (Semarang: fakultas pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam, IKIP PGRI Semarang, 2005). 7 Dina Maulida, Pengaruh Gaya Belajar (Visual, Auditorial, dan Kinestetik) terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SMK Muhammadiyah 2 Malang pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Tahun Ajaran 2007/2008, Skripsi (Malang: fakultas ekonomi Pendidikan tata niaga, Universitas Negeri Malang,2008). 7

18 (Studi Kasus Pokok Bahasan Momentum dan Impuls pada Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salatiga) Tesis Program Studi: Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dari kajian pustaka di atas, penulis berpendapat bahwa beberapa bentuk tulisan yang penulis temukan, masing-masing menunjukkan perbedaan dari segi pembahasannya dengan skripsi yang akan penulis susun. Skripsi yang akan penulis susun membahas mengenai pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar matematika peserta didik SMP Islam hidayatullah Banyumanik Semarang tahun pelajaran 2010/2011. Skripsi yang pertama, Pengaruh Tingkat Modalitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Tengah Semester 1 SMP Negeri 02 Comal Tahun Pelajaran 2004/2005, disusun oleh Ahmad Rofiq. Skripsi ini meneliti pengaruh tingkat modalitas belajar serta perbedaan prestasi belajar matematika, terfokus pada perbedaan prestasi belajar matematika antara peserta didik yang mempunyai modalitas tinggi dengan peserta didik yang mempunyai modalitas rendah. Skripsi yang kedua, Pengaruh Gaya Belajar (Visual, Auditorial, dan Kinestetik) terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SMK Muhammadiyah 2 Malang pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Tahun Ajaran 2007/2008, disusun oleh Dina Maulida. Skripsi ini meneliti pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa, terfokus pada gaya belajar (Visual, Auditorial, dan Kinestetik) peserta didik. Sedangkan Tesis yang berjudul Pembelajaran Fisika Menggunakan KIT Multimedia dan Media Interaktif Berbasis Komputer Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Modalitas Belajar Siswa (Studi Kasus Pokok Bahasan Momentum dan Impuls pada Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salatiga), disusun oleh Kristien Helly Tambotoh. Tesis ini membahas tentang pembelajaran fisika menggunakan KIT multimedia dan media interaktif berbasis komputer ditinjau dari motivasi 8 Kristien Helly Tambotoh, Pembelajaran Fisika Menggunakan KIT Multimedia dan Media Interaktif Berbasis Komputer Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Modalitas Belajar Siswa (Studi Kasus Pokok Bahasan Momentum dan Impuls pada Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salatiga) Tesis (Surakarta: Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2009). 8

19 berprestasi dan modalitas belajar peserta didik yang terfokus pada keaktifan peserta didik melalui media pembelajaran dengan menggunakan modalitas belajar yang sesuai sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasi. Dari ketiga penelitian yang telah dilakukan, penulis yakin bahwa penelitian tentang pengaruh tingkat modalitas belajar terhadap prestasi belajar peserta didik SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang tahun pelajaran 2010/2011, yang penulis lakukan belum ada yang mengulasnya, meskipun ada mungkin memiliki muara yang sama tetapi fokus yang berbeda. B. Kerangka Teoritik 1. Belajar a. Pengertian Belajar Berikut ini dikemukakan beberapa definisi menurut para ahli, diantaranya: Menurut Clifford T. Morgan: Learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result of past experience. Clifford T. Morgan mendefinisikan belajar adalah perubahan tingkah laku yanng relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu. 9 Menurut Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology:A Realistic Approach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yaitu Learning is the development of new associations as a result of experience. Dari definisi yang dikemukakannya itu selanjutnya ia menjelaskan bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubunganhubungan baru. Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa antara 9 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm

20 perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. 10 Menurut Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab At- Tarbiyatul wa Thuruqut Tadris mendenifisikan belajar sebagai berikut: (Belajar adalah perubahan di dalam diri (jiwa) peserta didik yang dihasilkan dari pengalaman terdahulu sehingga menimbulkan perubahan yang baru). Sedangkan Slameto menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 12 Berdasarkan pendapat para ahli mengenai definisi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku. Perubahan itu diharapkan mengarah pada tingkah laku yang baik tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang buruk. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahanperubahan yang terjadi pada seorang bayi. Perubahan dapat disebut belajar jika perubahan itu relatif mantap, harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang sangat panjang. Berapa lama perubahan berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir Hlm Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 11 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid, At-tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz I, (Mesir: Darul Ma arif, t.th), hlm Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm

21 dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan maupun bertahun-tahun. Biasanya perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi hanya berlangsung sementara, oleh karena itu bagi para motivator berusaha dapat memotivasi secara kontinu, sehingga tercapai apa yang menjadi ciri belajar yang relatif mantap tersebut. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan dalam suatu masalah/berpikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap. b. Teori Belajar Beberapa teori belajar menurut ahli psikologi sesuai dengan tujuan alirannya masing-masing. 1) Teori Belajar Bruner Jerome Bruner secara ekstensif telah menulis tentang proses pemikiran manusia dan bagaimana cara pemikiran tersebut muncul dan bagaimana cara yang seharusnya dialami oleh kemunculan tersebut selama proses instruksi berjalan. 13 Bruner berpikir bahwa pengetahuan merupakan sebuah panduan antara tiga buah proses: penerimaan, transformasi, dan uji kelayakan. Ketiga proses tersebut merupakan langkah-langkah dalam organisasi pengetahuan aktif individual, ciri khas dari teori-teori pengetahuan kognitif. Pada tingkat tertentu, proses-proses dalam teori Bruner sejajar dengan analisa pembelajaran yang dilakukan oleh teori pengolahan informasi. Penerimaan hampir terlihat mirip dengan penyatuan inderawi, transformasi terkesan serupa dengan rutinitas yang diaplikasikan ingatan jangka panjang terhadap informasi-informasi baru, dan uji kelayakan terasa senada dengan penggerak respon. Proses kedua dan ketiga dalam teori Bruner juga hampir sama dengan gagasan asimilasi dan akomodasi 13 Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2009), Cet. 4, Hlm

22 dalam teori Piaget. Baik transformasi maupun asimilasi, sama-sama dirujukkan sebagai istilah yang merubah informasi-informasi baru agar sesuai dengan pengetahuan lama yang sudah ada sebelumnya, sementara baik uji kelayakan maupun akomodasi, sama-sama merubah pengetahuan lama agar sesuai dengan informasi-informasi baru. 14 Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa dalam usaha meningkatkan pendidikan pada umumnya dan pendidikan sains (matematika) pada khususnya perlu memperhatikan empat hal yang penting yaitu struktur, kesiapan, intuisi dan motivasi. Modalitas belajar yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik peserta didik, merupakan hal penting yang harus diperhatikan guru dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan media yang berbeda sesuai dengan karakteristik peserta didik akan membantu peserta didik menemukan informasi yang penting, mempertahankan dan mentransformasikan secara aktif terkait materi yang dibahas. 2) Teori Belajar Ausubel Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. 15 Belajar tidak hanya sebagai proses menghafal semata, tetapi lebih pada kebermaknaan atau memberi manfaat pada peserta didik. Berlangsung tidaknya belajar bermakna tergantung pada struktur kognitif yang ada, serta kesiapan dan niat anak didik untuk belajar bermakna, dan kebermaknaan materi pelajaran secara potensial. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. 14 Kelvin Seifert, Manajemen, hlm Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), hlm

23 Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian. 16 Pendidikan harus memiliki manfaat bagi anak, sehingga apa yang dipelajari peserta didik mudah diingat dan bertahan lama atau tidak mudah lupa atau dapat dikatakan bahwa apa yang dipelajari tersebut bermakna. Agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif peserta didik. Peserta didik yang memiliki modalitas belajar akan mempengaruhi proses memori. Modalitas tersebut dapat berupa visual, auditorial, maupun kinestetik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna sangat penting dan diperlukan dalam pembelajaran matematika. Matematika memiliki banyak konsep-konsep yang abstrak dan sulit dipahami sehingga dengan belajar bermakna melalui pelibatan emosi, kesenangan dan kebutuhan aktualisasi diri peserta didik melalui kegiatan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan otak untuk berpikir dapat membantu peserta didik untuk memahami matematika dengan lebih mudah. 3) Teori Belajar Thorndike Thorndike adalah salah seorang tokoh dalam lapangan psikologi pendidikan yang besar pengaruhnya. Dalam tulisannya yang mula-mula Thorndike berpendapat, bahwa yang menjadi dasar belajar itu adalah asosiasi antara kesan pancaindra (sense impresion) dengan implus untuk bertindak (impulse to action). Asosiasi yang demikian itu disebut Bond atau Connection. Asosiasi atau bond atau koneksi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Karena prinsipnya yang demikian itulah maka teori Thorndike itu disebut Connectionisme atau Bond Psychology Trianto, Mendesain, hlm Trianto,Mendesain, hlm

24 Dari pendapat teori Thorndike diatas, bahwa kesan pancaindra menjadi dasar belajar peserta didik yang mengaitkan informasi dengan persepsi indrawi tersebut. Jadi informasi yang diterima peserta didik sangat berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik. 2. Modalitas Belajar Berdasarkan pada Neuro-Linguistic Programming yang dikembangkan oleh Richard Bandler dan John Grinder dalam model strategi komunikasi, diketahui bahwa selain seseorang memasukkan informasi dari kelima indera, juga ada preferensi bagaimana seseorang menciptakan dan memberikan arti pada suatu informasi. Secara umum seseorang menggunakan tiga preferensi sensori yaitu berdasarkan pada visual (penglihatan), auditori (pendengaran), dan kinestetik (sentuhan dan gerakan). Inilah yang dikenal dengan nama modalitas V-A-K. 18 Modalitas belajar adalah cara seseorang menyerap informasi melalui indera yang dimiliki. 19 Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkahlangkah pertamanya adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, dan kinestetik (V-A-K). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing orang belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini, pada tahapan tertentu kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya. Penggunaan modalitas belajar dalam pembelajaran di kelas dapat meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik sehingga meningkatnya motivasi berprestasi peserta didik yang kemudian berpengaruh pada meningkatnya hasil prestasi belajar peserta didik. Adapun ketiga modalitas tersebut yaitu: 18 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm Akbar Zainudin dan Usep Saefurohman, Modalitas Belajar, 08/10/

25 a. Modalitas Belajar Visual Modalitas belajar visual adalah belajar melalui melihat sesuatu. Misalnya seseorang yang suka melihat gambar atau diagram, pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. 20 Modalitas ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun yang diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seseorang yang sangat visual mungkin bercirikan sebagai berikut: 21 1) Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan. 2) Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan. 3) Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail mengingat apa yang dilihat. Untuk mengatasi ragam masalah di atas, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Salah satunya adalah menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar, catatan dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan. 22 b. Modalitas Belajar Auditorial Modalitas belajar auditorial adalah belajar melalui mendengar sesuatu. Misalnya seseorang yang suka mendengarkan kaset audio, ceramah kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning for the 21st Century (Cara Belajar Cepat Abad XXI), (Bandung: Nuansa Cendekia, 2002), hlm Bobbi DePoter dan Mark Reardon, dkk.,quantum teaching: mempraktikkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas, (Bandung: kaifa, 2010), hlm Hamzah B. uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm Colin Rose, Accelerated, hlm

26 Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata baik yang diucapkan maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara yang menonjol. Seseorang yang sangat auditorial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 24 1) Perhatiannya mudah terpecah. 2) Berbicara dengan pola berirama. 3) Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir atau bersuara saat membaca. 4) Berdialog secara internal dan eksternal. Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk belajar apabila termasuk orang yang memiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti di atas. Pertama adalah menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar di depan kelas untuk didengarkan kembali. Pendekatan kedua yang bisa dilakukan adalah dengan wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi. Sedang pendekatan ketiga adalah dengan mencoba membaca informasi, kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk didengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah dengan melakukan review secara verbal dengan teman atau pengajar. 25 c. Modalitas Belajar Kinestetik Modalitas belajar kinestetik adalah belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Misalnya seseorang yang suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri. 26 Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi baik yang diciptakan maupun yang diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan 24 Bobbi, Quantum Teaching, hlm Hamzah, Orientasi Baru, hlm Colin Rose, Accelerated, hlm

27 emosional, dan kenyamanan fisik. Seseorang yang kinestetik mempunyai ciriciri sebagai berikut: 27 1) Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak. 2) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik. 3) Mengingat sambil berjalan dan melihat. Untuk orang-orang yang memiliki karakteristik seperti di atas, pendekatan belajar yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan pengalaman dengan menggunakan berbagai model atau alat peraga, bekerja di laboratorium atau bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa digunakan adalah secara tetap membuat jeda di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter kinestetik juga akan lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau memahami fakta. Penggunaan komputer bagi orang-orang yang memiliki karakter kinestetik akan sangat membantu. Karena, dengan komputer seseorang bisa terlibat aktif dalam melakukan pembelajaran, sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu, agar belajar menjadi efektif dan berarti orang-orang dengan karakter diatas disarankan untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan. 28 Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas visual, auditorial, dan kinestetik hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar. Yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemprosesan, dan komunikasi. Orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu. Menurut Melvin L. Silberman mengutip pendapat Grinder menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 di antaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang 27 Bobbi, Quantum Teaching, hlm Hamzah, Orientasi Baru, hlm

28 berkombinasi antara visual, auditori dan kinestetik. Namun, 8 siswa sisanya sedemikian menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya sehingga mereka harus berusaha keras untuk memahami pelajaran apabila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan cara yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat multisensori dan penuh dengan variasi. 29 Sedangkan menurut Bobbi DePorter dari pendapat Richard Restak, bahwa setiap kali suatu pola saraf tertentu menembak, maka jalur yang sama akan semudah itu pula diaktifkan kembali. Dalam kasus ini, dengan cara melibatkan lebih banyak modalitas dalam pengajaran, maka akan memicu lebih banyak lagi jalur saraf yang memperkuat belajar peserta didik. 30 Mengidentifikasi dan memahami setiap cabang gaya belajar peserta didik bermanfaat untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik, karena peserta didik dapat mengapresiasi cara yang paling disukai untuk menerima informasi dari guru. Sehingga peserta didik dan guru bisa berkomunikasi jauh lebih efektif dan mampu menyerap informasi lebih cepat dan mudah. 3. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Belajar Matematiaka Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil yang telah dicapai. Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Penerbit Nusamedia, 2006), hlm Bobbi, Quantum Teaching, hlm Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ketiga, hlm

29 Menurut Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Uzer Usman menjelaskan bahwa prestasi belajar ranah kognitif memiliki enam tingkatan atau indikator, yaitu: 1) Pengetahuan Mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. 32 2) Pemahaman Mengacu pada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang rendah. 33 Kata-kata operasional yang dipergunakan dalam aspek pemahaman adalah menerjemahkan, menafsirkan, meramalkan dan memperhitungkan. 34 3) Aplikasi Aplikasi adalah penerapan suatu yang umum sifatnya pada situasi yang khusus. Kemampuan menerapkan suatu abstraksi pada situasi konkrit. Abstraksi biasanya berupa prinsip atau generalisasi. 35 Mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari pada pemahaman Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), edisi kedua, hlm Uzer Usman, Menjadi, hlm Mustaqim, Psikologi, hlm Mustaqim, Psikologi, hlm Uzer Usman, Menjadi, hlm

30 4) Analisis Mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari pada aspek pemahaman maupun penerapan. 37 5) Sintesis Sintesis adalah menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi satu bentuk menyeluruh. Menyatukan kembali unsur-unsur dari analisis bukanlah sintesis, tetapi sintesis selalu memasukkan unsur baru dalam mengintegrasikan sesuatu. 38 6) Evaluasi Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi. 39 Adapun kata kerja yang dapat dipergunakan pada aspek ini adalah membandingkan, menafsirkan, menghubungkan, meringkaskan hasil belajar yang berbentuk evaluasi. Pada umumnya ditunjukkan dengan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgement yang dimilikinya. Evaluasi dikategorikan sebagai penentuan hasil belajar yang paling tinggi yang terkandung dari aspek kognitif, karena dari hasil belajar yang berbentuk evaluasi ini tekanannya pada pertimbangan suatu nilai, mengenai baik buruk, tepat tidaknya dan benar salahnya suatu persoalan berdasarkan pada kriteria tertentu. 37 Uzer Usman, Menjadi, hlm Mustaqim, Psikologi, hlm Uzer Usman, Menjadi, hlm

31 Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan (interpendensi) dalam pencapaian tujuan pendidikan. Tolok ukur keberhasilan tujuan pendidikan karena adanya evaluasi, yaitu dijadikan sebagai umpan balik dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pengukuran prestasi kognitif juga merupakan rangkaian dari evaluasi pembelajaran yaitu untuk meninjau sejauh mana kemajuan siswa telah diraih pada ranah kognitif. Sedangkan Matematika yang dimaksud di sini adalah mata pelajaran Matematika di sekolah umum. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diketahui melalui ujian atau test baik secara lesan maupun tulisan, sehingga dapat menunjukkan tingkatan-tingkatan peserta didik pada mata pelajaran matematika di sekolah umum. b. Fungsi Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Dengan demikian, prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dan memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia khususnya yang berada dalam bangku sekolah. Menurut Zainal sebagaimana yang dikutip dalam tesis Kristien Helly Tambotoh menyatakan bahwa prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik 21

32 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosty) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan pembangunan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama dan pertama, karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Jika melihat beberapa fungsi belajar di atas, maka betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar matematika peserta didik, baik secara perorangan maupun secara kelompok karena fungsi prestasi tidak hanya sebagi indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Di samping itu, prestasi belajar matematika juga berguna sebagai umpan balik bagi guru matematika dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat 22

33 menentukan apakah perlu mengadakan diagnose, bimbingan atau penempatan peserta didik. 40 c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar matematika yang dicapai oleh peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (faktor dari diri peserta didik) dan faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik). Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh chark bahwa hasil belajar peserta didik disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. 41 Berkaitan dengan faktorfaktor tersebut Abu Ahmadi dalam buku psikologi belajar menerangkan sebagai berikut: 42 1) Yang tergolong faktor internal adalah: a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini, misalnya: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. Ketiga faktor tersebut termasuk dalam modalitas belajar (visual, auditorial dan kinestetik) peserta didik yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: (1) Faktor intelektif, yang meliputi: (a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. 40 Kristien Helly Tambotoh, Pembelajaran Fisika, hlm ), hlm Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru, 2004), hlm Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 23

34 (b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. (2) Faktor non-intelektif, yaitu unsure-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis. 43 2) Yang tergolong faktor eksternal adalah: a) Faktor sosial, yang terdiri atas: (1) Lingkungan keluarga. (2) Lingkungan sekolah. (3) Lingkungan masyarakat. (4) Lingkungan kelompok. b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. 44 Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 45 1) Faktor-faktor stimulus belajar Yang dimaksudkan dengan stimulus belajar di sini yaitu segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dipelajari oleh 43 Abu Ahmadi, Psikologi, hlm Abu Ahmadi, Psikologi, hlm Abu Ahmadi, Psikologi, hlm

35 peserta didik. Faktor-faktor stimulus belajar diantaranya, panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal, dan berartinya bahan pelajaran. 2) Faktor-faktor metode belajar Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh peserta didik. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar diantaranya, kegiatan berlatih atau praktek, resitasi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil beajar, penggunaan modalitas indra, bimbingan belajar, dan sebagainya. 3) Faktor-faktor individual Kecuali faktor-faktor stimuli dan metode belajar, faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor individual diantaranya, kematangan, faktor usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, kapasitas mental, dan motivasi. 46 Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa modalitas belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, yaitu faktor internal dan faktor metode belajar. C. Pengaruh Tingkat Modalitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Modalitas belajar sangat diperlukan dalam pembelajaran karena dengan modalitas kita dapat menyerap, lalu mengatur dan mengolah informasi yang didapat dari belajar. Di dalam modalitas belajar terdapat komponen yang sangat diperlukan oleh peserta didik karena menyerap dan mengatur serta mengolah informasi pembelajaran. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil dari kegiatan belajar peserta didik ke arah yang positif. Melalui modalitas belajar peserta didik dapat menentukan gaya belajar yang mana sesuai dengan karakteristik masing- 46 Abu Ahmadi, Psikologi, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara yang

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT MODALITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMP ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN PELAJARAN

PENGARUH TINGKAT MODALITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMP ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN PELAJARAN PENGARUH TINGKAT MODALITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMP ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai landasan berfikir, yang mana kajian pustaka yang penulis gunakan adalah beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA 1 MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MAULANA Dosen Matematika Universitas Pendidikan Indonesia E-mail: nofearofmath@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016 STKIP PGRI Banjarmasin PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR 19 BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR A. Gaya Belajar 1. Pengertian Gaya Belajar Gaya adalah sikap, tingkah laku, ragam dan cara melakukan. 1 Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan siswa dibawah bimbingan guru. Siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah saja tentu akan membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Analisis terhadap gaya belajar siswa berprestasi di SMP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

Available online at  Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 82 Available online at www.journal.unrika.ac.id Jurnal KOPASTA Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Junierissa Marpaung* Division of Counseling and

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik informasi yang berupa ilmu pengetahuan umum, teknologi, maupun yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan analisis hasil penelitian, berdasarkan hasil penelitian pada bab tiga yang akan didasarkan pada teori di bab dua. Pada keempat ini penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan sekaligus pembelajaran. Pendidikan dan pembelajaran dapat diberikan sejak anak masih kecil sampai anak menjadi dewasa.

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL RATRI CANDRA HASTARI 1 1 STKIP PGRI TULUNGAGUNG 1 ratricandrahastari@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA JPPM Vol. 10 No. 2 (2017) IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA Yusri Wahyuni Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74).

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi teori 1. Prestasi belajar listrik otomotif a. Pengertian prestasi belajar Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR ( Studi Deskriptif di Kelas XI SMK Negeri 9 Padang)

PENGARUH GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR ( Studi Deskriptif di Kelas XI SMK Negeri 9 Padang) PENGARUH GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR ( Studi Deskriptif di Kelas XI SMK Negeri 9 Padang) Reni Yuliani 1, Ismarianti 2, Citra Imelda Usman 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Belajar adalah suatu aktivitas atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, hasil belajar dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006), hlm Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

BAB I PENDAHULUAN. 2006), hlm Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran sebagai aktivitas pendidikan secara formal paling tidak selalu melibatkan guru dan peserta didik. Keduanya saling berinteraksi aktif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin Zahra2639@gmail.com ABSTRAK Gaya belajar adalah salah satu cara bagaimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya waktu. Berbagai tantangan bebas bermunculan dari beberapa sudut dunia menuntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan secara rinci mengenai latar belakang, rumusan masalah serta tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Mahasiswa, pada tingkat perguruan tinggi adalah orangorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Belajar 1.1 Defenisi Menurut Winardi A (2008) Gaya belajar adalah cara yang digunakan seseorang dalam menyerap informasi baru dan sulit, bagaimana mereka berkosentrasi, memperoses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Prestasi Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman/

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Belajar dan Tipe Belajar 1.1 Defenisi Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara. Dengan demikian dalam program pembangunan masalah pendidikan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta 1 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) KELAS VIID SMP NEGERI 4 PANDAK Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan : 1 MODALITAS BELAJAR Nama : Faridatul Fitria NIM : 152071200008 Prodi/SMT : PGMI A1/ V Email Ringkasan : : faridatulfitria05@gmail.com Artikel ini membahas tentang modalitas belajar. Definisi model belajar

Lebih terperinci

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran 1 Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran Nama : Dinatus Solichah NIM : 152071200011 Prodi/SMT : PGMI A1/V Email : dinadelisha16@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade*

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade* PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade* Abstrak Kegiatan pembelajaran quantum teaching dapat mewujudkan pembelajaran yang bervariasi terpusat pada peserta didik dan dapat dimaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu keharusan bagi setiap insan manusia, baik itu dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah pengalaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam adalah sebutan yang di berikan pada salah satu subjek pelajaran yang harus di pelajari oleh peserta didik muslim dalam menyelesaikan pendidikannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemodelan Matematika Model sebagai kata benda dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Volume 15, Nomor 1, Hal. 27-36 Januari Juni 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberbagai tingkat pendidikan, masih banyak ditemukan hasil belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan, seseorang diharapkan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm. 63. 1 Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm. 63. 1 Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan unsure yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, pendidik merupakan

Lebih terperinci

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Belajar Sardiman A.M (1996: 22) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Kajian tentang Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR Herekno Anen siswati 1), Widha Sunarno 2), Suparmi 3),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori Untuk memudahkan pemahaman, perlu dijelaskan beberapa teori terkait penelitian ini yang berjudul: Gaya Belajar Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan (Wawancara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Hisyam Zaini menjelaskan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Hidayah Ansori, Rezqy Amalia Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl.

Lebih terperinci

Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : , PENGARUH GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI LINGKUNGAN HIDUP SISWA KELAS XI IPS SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 (THE EFFECT OF STUDENT LEARNING STYLE

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : TRI WULANDARI F 100 030 247 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

Kata kunci : Gaya Belajar, Siswa Kinestetik, Hasil Belajar

Kata kunci : Gaya Belajar, Siswa Kinestetik, Hasil Belajar ANALISIS GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KINESTETIK KELAS VIII.3 SMP PERTIWI 2 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh Irawati*, Zulfaneti**, Ratulani Juwita*** *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan sangat dibutuhkan. Sebab, pendidikan merupakan suatu sarana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini akan dapat membawa dampak yang positif pada masyarakat Indonesia berupa usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses transformasi menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Ary Herlina Kurniati HM

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 252-382 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Irfawandi Samad 1 Progam Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utamanya. 1 Guru sebagai pengajar atau

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: minat belajar, hasil belajar, Dasar Otomotif

ABSTRAK. Kata Kunci: minat belajar, hasil belajar, Dasar Otomotif IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN DASAR OTOMOTIF PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK MA ARIF

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 3 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 54-58 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA KADER MUHAMMADIYAH DAN MAHASISWA REGULER

PERBANDINGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA KADER MUHAMMADIYAH DAN MAHASISWA REGULER PERBANDINGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA KADER MUHAMMADIYAH DAN MAHASISWA REGULER (Studi Kasus di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2010) NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna serta mandiri. Selain itu, pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2001), hlm Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2001), hlm Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang, karena hasil dari proses pendidikan akan dirasakan baik untuk saat ini maupun untuk waktu yang akan datang. Kondisi

Lebih terperinci

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAVI PADA PESERTA DIDIK KELAS IX B SMP NEGERI 1 RANUYOSO LUMAJANG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Jarianto SMP Negeri 01

Lebih terperinci