PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR
|
|
- Hamdani Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR Herekno Anen siswati 1), Widha Sunarno 2), Suparmi 3), 1 SMA Negeri 1 Ponorogo Ponorogo, 63471, Indonesia herekno@gmail. com 2 Pendidikan Sains, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia widhasunarno@gmail.com 3 Pendidikan Sains, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia suparmiuns@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan, kemampuan verbal tinggi dan rendah, gaya visual dan kinestetik, interaksi antara dengan kemampuan verbal, dengan gaya, kemampuan verbal dan gaya, dengan kemampuan verbal dan gaya terhadap prestasi Fisika. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak empat kelas. Uji hipotesis penelitian menggunakan ANAVA tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat penggunaan peman berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen terhadap prestasi Fisika; (2) terdapat kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi Fisika; (3) terdapat antara gaya visual dan kinestetik terhadap prestasi Fisika; (4) tidak terdapat interaksi penggunaan peman berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi Fisika; (5) terdapat interaksi penggunaan peman berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan gaya visual dan kinestetik terhadap prestasi Fisika; (6) terdapat interaksi kemampuan verbal tinggi dan rendah dengan gaya visual dan kinestetik terhadap prestasi Fisika; (7) tidak terdapat interaksi penggunaan peman berbasis masalah dengan menggunakan, kemampuan verbal tinggi dan rendah dengan gaya visual dan kinestetik terhadap prestasi Fisika. Kata kunci: prestasi, kuasi eksperimen, uji ANAVA, uji Scheffe, Kalor. Pendahuluan Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era globalisasi. Upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat berfungsi sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu tinggi dan berkualitas yang pada akhirnya dapat mendukung pembangunan nasional adalah pendidikan pendidikan dapat tercapai. Masalah utama dalam peman pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik (Trianto, 2009). Hal ini tampak dari rata-rata hasil peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan, selain itu juga lemahnya proses peman, seperti kemampuan berpikir peserta didik kurang dikembangkan sehingga peserta didik hanya mengahafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang Pendidikan merupakan suatu proses berhubungan dengan konsep yang dimiliki serta perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam kurang mampu memutuskan masalah dan upaya mendewasakan manusia melalui proses merumuskannya. peman. Proses pendidikan juga mengarah Peman Sains menekankan pada pada pembentukan sikap, pengembangan pembentukan ketrampilan memperoleh intelektual, dan pengembangan ketrampilan pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah. peserta didik sehingga arah dan tujuan Hal ini bisa tercapai apabila dalam peman 132
2 menggunakan pendekatan ketrampilan proses. Penerapan pendekatan ketrampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental intelektual peserta didik. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan intelektual atau kemampuan berpikir peserta didik. Selain itu juga mengembangkan sikap dan kemampuan peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Sedangkan peman Fisika pada umumnya masih berorientasi pada guru. Peserta didik cenderung menerima apa yang dijelaskan oleh guru tanpa harus mengetahui makna dari pelajaran tersebut. Peserta didik juga cenderung menghafal pengertian dan rumus, pendekatan pemannya kurang berhubungan dengan fenomena alam, kehidupan sehari-hari, dan perkembangan teknologi. Hal ini menyebabkan peserta didik pasif dan kurang termotivasi dalam, sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam Fisika. Padahal, dalam peman seorang guru harus mampu menciptakan kondisi peman yang dapat membangkitkan semangat peserta didik, sehingga peserta didik mempunyai ketrampilan, keberanian, serta mempunyai kemampuan akademik. Karakteristik peman Fisika dibangun melalui pengembangan ketrampilan-ketrampilan proses sains yaitu: mengobservasi atau mengamati, termasuk didalamnya menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan mencari hubungan ruang atau waktu; menyusun hipotesis; merencanakan eksperimen atau percobaan; mengendalikan atau memanipulasi variabel; menginterpretasikan atau menafsirkan data; menyusun kesimpulan sementara; meramalkan atau memprediksi; menerapkan atau mengaplikasikan; mengkomunikasikan (Depdiknas, 2005). Namun demikian kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya prestasi Fisika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Peman Fisika harus relevan dengan kehidupan sehari-hari, supaya pelajaran Fisika yang diperoleh akan bermanfaat, dan akan mempunyai peran yang penting bagi peserta didik untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu. Oleh karena itu untuk membangkitkan semangat Fisika peserta didik diperlukan model peman, misalanya model peman kooperatif, Contextual Teaching and Learning, Quantum Teaching and Learning dan model peman berbasis masalah (PBL). Model peman PBL (Problem Based Learning) adalah model peman yang merangsang peserta didik untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah. Dengan kata lain model ini pada dasarnya melatih kemampuan memecahkan masalah melalui langkah-langkah sistematis. Menurut John Dewey dalam Suranto (2010), proses hanya akan terjadi kalau siswa dihadapkan kepada masalah dari kehidupan nyata untuk dipecahkan. Dalam membahas dan menjawab masalah, peserta didik harus terlibat dalam kegiatan nyata, misalnya mengobservasi, mengumpulkan data dan menganalisisnya bersama-sama teman dalam kelompok di kelasnya. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari linggkungan. Dari beberapa karakter di atas peman yang dirasa cocok untuk peman pada materi Fisika yang bersifat abstrak adalah model peman berbasis masalah, namun demikian belum optimum digunakan oleh guru. Dari pernyataan di atas dan didukung pendapat Burton dalam Hamalik (2001), menyatakan bahwa "Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan disekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid". Maka peman akan lebih baik bila peserta didik dengan mengalami langsung, sebab pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna. Dalam peman di SMA Negeri I Ponorogo masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga peserta didik belum secara maksimal khususnya pada mata pelajaran Fisika sehingga menyebabkan prestasi nya masih rendah terutama materi Kalor yang prestasinya masih 133
3 jauh dari yang diharapkan, dimana rata-ratanya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 75. Rendahnya prestasi Fisika terutama pada materi Kalor disebabkan karena guru mengajar kurang sesuai dengan karakteristik materi yaitu bahwa Kalor bersifat abstrak tetapi efeknya dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga peman dengan metode ceramah dan tanya jawab kurang tepat karena peserta didik belum dilibatkan secara langsung dalam proses mengajar. Padahal masih banyak metode yang bisa diterapkan dan yang sesuai dengan karakteristik dari materi Kalor yaitu antara lain metode demonstrasi, diskusi, inkuiri, eksperimen dan lain sebagainya. Dengan demikian untuk meningkatkan prestasi Fisika terutama pada materi Kalor diperlukan model dan metode peman yang sesuai dengan karakteristik dari materi kalor. Materi Kalor juga dianggap sulit oleh peserta didik karena dibutuhkan kemampuan untuk pengamatan, penafsiran, mengingat, memahami, merancang dan melakukan percobaan dalam kegiatan laboratorium, oleh karena itu untuk menyampaikan materi Kalor dalam kehidupan sehari-hari diperlukan peman tingkat tinggi sehingga model peman yang tepat digunakan adalah peman berbasis masalah, sedangkan metode peman yang tepat digunakan adalah metode demonstrasi diskusi, inkuiri dan eksperimen. Peman yang digunakan dalam penelitian ini adalah peman berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen yang sesuai dengan karakteristik materi Kalor, selain itu juga untuk pemanfaatan laboratorium di SMA Negeri 1 Ponorogo yang selama ini khususnya laboratorium Fisika belum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam peman menggunakan metode demonstrasi dilakukan peragaan suatu proses berkenaan dengan materi peman. Dalam demonstrasi peserta didik dapat mengamati proses, informasi, peristiwa sehingga peserta didik lebih memahami bahan yang diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah dimengerti. Pelaksanaan demonstrasi seringkali diikuti dengan diskusi yaitu salah satu metode peman agar peserta didik dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan ketrampilan. Tujuan diskusi adalah untuk mengeksplorasi pendapat atau pandangan yang berbeda dan untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan. Penggunaan metode diskusi dalam peman memungkinkan adanya keterlibatan peserta didik dalam proses interaksi yang lebih luas. Proses interaksi berjalan melalui komunikasi verbal. Dalam demonstrasi dan diskusi peserta didik lebih aktif terutama dalam proses bertukar pikiran melalui komunikasi verbal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumiati dan Asra (2008) metode diskusi bermanfaat untuk melatih kemampuan memecahkan masalah secara verbal, dan memupuk sikap demokratis. Dalam praktiknya proses interaksi antara lain menggunakan cara tanya jawab sekitar masalah yang dibahas. Biasanya pertanyaan dan jawaban dikemukakan sendiri oleh peserta didik dalam membahas suatu masalah, sehingga hal ini mencerminkan keaktifan peserta didik yang tinggi dalam. Sehingga metode demonstrasi diskusi dalam peman dapat digunakan untuk konsep dan prinsip, memahami konsep dan prinsip secara lebih baik, dan juga untuk mengaktifkan peserta didik agar peman tidak membosankan. Peman dengan metode eksperimen, dimana peserta didik akan mengalami pengetahuan langsung, yakni ketika mereka melakukan eksperimen yang mereka lakukan sendiri atau berkelompok, mereka langsung berhadapan dengan obyek, mereka harus melakukan pengamatan, pengukuran, pengambilan data, penghitungan dan melaporkan hasil eksperimen yang telah mereka lakukan sendiri atau berkelompok sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bermakna. Peman Fisika tentang Kalor banyak menggunakan simbol-simbol yang mempunyai arti tertentu, maka dibutuhkan kemampuan verbal. Jika kemampuan verbal ini tidak diperhatikan dikhawatirkan akan terjadi kesalahan penafsiran terhadap simbol-simbol tersebut. verbal merupakan salah satu jenis kemampuan pada intelejensi. Selanjutnya Winkel (1996) menjelaskan bahwa kemampuan verbal adalah pengetahuan seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk lisan atau tertulis dan diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan atau tertulis juga. Tes penalaran verbal merupakan tes yang mengungkapkan kemampuan untuk memahami konsep dalam kata-kata verbal. Tes penalaran 134
4 verbal merupakan aspek dari tes IQ yang diberikan kepada peserta didik. (Sukardi, 1997). Dengan demikian kemampuan verbal dapat memi prestasi peserta didik. Untuk mempelajari materi Kalor dengan menggunakan demonstrasi diskusi dan eksperimen selain kemampuan verbal juga perlu diperhatikan gaya peserta didik. Gaya adalah karakter seseorang dalam menerima informasi kemudian mengatur dan mengolah informasi tersebut. Gaya seseorang dibedakan atas gaya visual, gaya auditorial, dan gaya kinestetik. Gaya visual adalah gaya seseorang dengan cara melihat, menggambar grafik, melihat slide, film, demonstrasi, dan lain sebagainya. Gaya auditorial adalah gaya seseorang dengan cara mendengar orang lain berbicara dan mendengarkan rekaman suara. Gaya kinestetik adalah gaya seseorang melalui sentuhan dan gerakan tangan. Untuk mengetahui bahwa proses peman dapat berlangsung dan sejauh mana peserta didik berhasil menguasai kompetensi peman maka diperlukan alat ukur keberhasilan peserta didik dalam peman yaitu tes prestasi. Prestasi merupakan hasil suatu usaha, kemampuan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal dibidang pendidikan. Prestasi meliputi prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi peserta didik dii oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada pada diri peserta didik, misalnya: IQ, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan berpikir konkrit, kempuan verbal, motivasi, motivasi berprestasi, kreativitas, aktivitas, gaya, sikap ilmiah, dan kemampuan awal. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar, misalnya: kurikulum, kebijakan pemerintah, kualitas guru, dan fasilitas sekolah. Faktor-faktor yang memi prestasi tersebut masih kurang diperhatikan oleh guru dalam peman Fisika. Di dalam Fisika banyak dijumpai simbol atau lambang besaran, sehingga peserta didik dituntut untuk mampu mengartikan simbol atau lambang besaran tersebut. Tanpa mengetahui arti simbol atau lambang besaran dalam Fisika, peserta didik akan kurang memahami konsep Fisika, maka dibutuhkan kemampuan verbal. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menerapkan peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen ditinjau dari kemampuan verbal dan gaya pada materi Kalor. pun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) penggunaan model peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen terhadap prestasi Fisika; 2) kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi Fisika; 3) gaya visual dan kinestetik terhadap prestasi Fisika; 4) interaksi antara model peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan kemampuan verbal terhadap prestasi Fisika; 5) interaksi antara model peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan dengan gaya terhadap prestasi Fisika; 6) interaksi antara kemampuan verbal dan gaya terhadap prestasi Fisika; 7) interaksi antara model peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan kemampuan verbal dan gaya terhadap prestasi Fisika Metode Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ponorogo. pun waktu penelitian dalam penelitian ini mulai dari penyusunan proposal hingga pembuatan laporan penelitian dimulai dari bulan Juli tahun 2011 sampai dengan bulan Juni tahun Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Kelompok I menggunakan metode demonstrasi diskusi dan kelompok II menggunakan metode eksperimen. Rancangan penelitian dalam penelitian ini disusun sesuai dengan variabel-variabel yang terlibat. Variabel-variabel terlibat dalam penelitian ini merupakan cerminan dari data-data yang akan diperoleh setelah perlakuan terhadap sampel penelitian dilakukan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji ANAVA tiga jalan 2x2x2. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 4 kelas, yaitu kelas X4 dan X5 sebagai kelompok demonstrasi diskusi dan kelas X3 dan X7 sebagai kelompok eksperimen. 135
5 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan: 1) metode tes; 2) metode angket dan 3) metode observasi. Instrumen pelaksanaan penelitian dalam penelitian ini berupa silabus dan rencana pelaksanaan peman (RPP) metode demonstrasi diskusi dan eksperimen. Instrumen pengambilan data digunakan tes, angket dan lembar observasi, tes digunakan untuk mengukur prestasi dan mengukur kemampuan verbal. Angket digunakan untuk mengukur prestasi afektif dan gaya dan lembar observasi untuk prestasi ketrampilan proses. Uji normalitas data yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas digunakan adalah Levene s Test. Kemudian Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan ANAVA tiga jalan 2x2x2 dengan bantuan software SPSS 18. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Uji ANAVA Hasil uji ANAVA dengan langkah General Linear Model (GLM) baik prestasi kognitif, afektif dan ketrampilan proses disajikan pada Tabel 1 Tabel 1 Rangkuman ANAVA Variabel: Prestasi kognitif No Yang di Uji p-value Hipotesis Hasil Uji H 1 metode A ada 2 verbal Gaya elajar Metodekemampuan verbal metode -gaya verbal-gaya elajar Metodekemampuan verbal gaya elajar H 0B H 0c H 0AB H 0AC H 0BC H 0ABC ada ada Tidak Tidak Berdasarkan Tabel 1 nilai ANAVA pada prestasi kognitif menunjukkan bahwa pada, kemampuan verbal tinggi dan rendah, gaya visual dan kinestetik, interaksi metode dengan gaya dan interaksi kemampuan verbal dan gaya P-value<0,05, sedangkan lainnya P-value 0,05. Tabel 2. Rangkuman ANAVA Variabel: Prestasi afektif 136 No Yang diuji p-value Hipotesis Hasil Uji H 1 metode A ada H B ada verbal H 3 Gaya c ada metode Tidak H 4 kemampuan AB verbal metode gaya verbal gaya metode - kemampuan verval- gaya H 0AC H 0BC H 0ABC Tidak Berdasarkan Tabel 2 nilai ANAVA pada prestasi afektif menunjukkan bahwa pada metode demonstrasi diskusi dan eksperimen, kemampuan verbal tinggi dan rendah, gaya visual dan kinestetik, interaksi metode dengan gaya dan interaksi kemampuan verbal dan gaya P-value<0,05, sedangkan lainnya P-value 0,05. Tabel 3. Rangkuman ANAVA Variabel: Prestasi Ketrampilan Proses No Yang diuji p-value Hipotesis Hasil Uji 1 metode verbal Gaya metode kemampuan verval metode gaya verbal - gaya metode kemampuan verbal gaya H 0A H 0B H 0c H 0AB H 0AC H 0BC H 0ABC ada ada ada Tidak Tidak Berdasarkan Tabel 3 nilai ANAVA pada prestasi ketrampilan proses menunjukkan bahwa pada metode demonstrasi diskusi dan eksperimen, kemampuan verbal tinggi dan rendah, gaya visual dan kinestetik, interaksi metode dengan gaya dan interaksi kemampuan verbal dan gaya P- value<0,05, sedangkan lainnya P-value 0, Uji Pasca ANAVA
6 Dari hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama dengan prosedur General Linear Model (GLM), maka yang perlu diuji lanjut adalah jika hasil analisis menunjukan bahwa P-value < 0,05 artinya tidak ada, P-value < 0,05 artinya ada interaksi. Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui perlakuan/tinjauan yang lebih kuat. pun yang perlu diuji lanjut adalah : 1) interaksi antara metode dan gaya peserta didik terhadap prestasi kognitif, afektif, dan ketrampilan proses; 2) interaksi antara kemampuan verbal dan gaya gelajar peserta didik terhadap prestasi kognitif, afektif, dan ketrampilan proses. B. Pembahasan 1. Hipotesis Pertama Dari hasil uji ANAVA didapatkan P- value < 0,05 untuk ketiga aspek prestasi, berarti ada peman Fisika melalui terhadap prestasi pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa ada perbedaan penggunaan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen terhadap prestasi kognitif, afektif, dan ketrampilan proses Fisika pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil analisis tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurdeli (2010) dengan kesimpulan ada antara pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan eksperimen dan demonstrasi, kreatifitas dan motivasi berprestasi terhadap prestasi Fisika siswa kelas XI IPA, juga penelitian Sumarni (2009) dengan kesimpulan bahwa metode penemuan lebih baik daripada metode diskusi. Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (2003) dikatakan bermakna jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Piaget menyatakan bahwa proses sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Bruner menekankan peman melalui penemuan langsung, pengetahuan yang diperoleh melalui proses kognitif, dan bersifat tahan lama. Menurut Nuryani (2005) metode eksperimen mempunyai kelebihan siswa akan menjadi lebih yakin atas suatu hal, memperkaya 137 pengalaman, hasil akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa, dan dapat mengembangkan sikap ilmiah. Metode eksperimen merupakan metode penyelidikan atau penemuan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan seperti yang dikutip dalam Mulyasa (2005) sebagai berikut: mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah yang ditemukan, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mengembangkan sikap ilmiah, yakni: obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab. Metode eksperimen merupakan metode peman yang membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku, hal ini dikemukakan oleh Sagala (2007). Dua metode peman yang berbeda tentunya mempunyai yang berbeda pula terhadap prestasi, dengan demikian metode eksperimen adalah metode peman yang ber terhadap prestasi. Dari uraian diatas, peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan metode eksperimen selain peserta didik beraktivitas secara langsung dengan alat dan bahan nyata, peserta didik mendapatkan hasil penemuan secara nyata atau konkret, peserta didik juga akan memperoleh tantangan yang lebih tinggi karena peserta didik dapat melaksanakan kegiatan eksperimen sesuai dengan desain percobaan yang telah dipelajari dari LKS. Dengan demikian menemukan konsep melalui pengalaman langsung dan nyata dapat meningkatkan nilai kebermaknaan dalam, sehingga prestasi peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan eksperimen lebih tinggi dibandingkan prestasi peserta didik dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi. 2. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil uji ANAVA didapatkan P-value < 0,05 untuk ketiga aspek prestasi peserta didik, artinya ada antara kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, afektif, dan ketrampilan proses pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Data descriptive statistic menunjukkan bahwa peserta didik dengan
7 kemampuan verbal tinggi memperoleh prestasi kognitif, afektif, dan ketrampilan proses yang lebih tinggi dari pada kemampuan verbal rendah rendah. Sukardi (1997) mengatakan bahwa kemampuan verbal merupakan suatu yang penting dalam semua aktivitas akademik maupun non akademik di sekolah menengah karena tes kemampuan verbal dapat dijadikan prediktor yang terbaik secara keseluruhan terutama dalam mata pelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan verbal dapat memi prestasi peserta didik, kemampuan verbal melibatkan memecahkan masalah dan memerlukan banyak latihan dengan berbagai macam tipe masalah serta membutuhkan pemikiran yang kritis, realitas yang bersifat spontan atau improfisasi. Semakin banyak masalah yang dipelajari peserta didik untuk dipecahkan maka semakin banyak peserta didik tersebut berpikir sehingga prestasi nya semakin meningkat. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil uji ANAVA didapatkan P-value < 0,05 untuk semua aspek prestasi, artinya ada antara gaya visual dan kinestetik terhadap prestasi baik kognitif, afektif maupun ketrampilan proses pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Menurut Nasution (2009), gaya adalah cara yang konsisten yang dilakukan peserta didik dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal, juga dikatakan bahwa gaya siswa yang berbeda mempunyai yang berbeda pula terhadap prestasi. Ini berarti menunjukkan bahwa salah satu faktor perbedaan prestasi adalah gaya, karena masing-masing gaya mempunyai ciri-ciri dan cara yang berbeda. Gaya dapat menentukan prestasi peserta didik. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya nya, maka peserta didik dapat berkembang dan prestasinya akan meningkat lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2009). Dari diskripsi data terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok peserta didik berdasarkan gaya nya. Secara keseluruhan menunjukkan bahwa nilai rerata prestasi peserta didik dengan gaya visual lebih tinggi dari pada gaya kinestetik pada kedua metode. Hal ini disebabkan karena dengan gaya visual ternyata peserta didik lebih teliti, cermat dalam pengamatan dan penyelesaian percobaan dibanding gaya kinestetik yang terlalu konsentrasi dengan percobaannya akhirnya membuat peserta didik kurang maksimal dalam memahami konsepnya sehingga mengakibatkan prestasi nya kurang maksimal juga. 4. Hipotesis Keempat Berdasarkan hasil uji ANAVA didapatkan P-value 0,05 untuk ketiga aspek prestasi. Hal itu menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan kemampuan verbal terhadap prestasi kognitif, afektif dan ketrampilan proses pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Peman Fisika berbasis masalah dengam menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen ternyata sama-sama efektif untuk meningkatkan prestasi peserta didik baik peserta didik yang memiliki kemampuan verbal tinggi maupun rendah. Meskipun peserta didik dengan kemampuan verbal tinggi memperoleh prestasi yang lebih tinggi, tetapi peserta didik dengan kemampuan verbal rendah juga terangkat prestasinya ketika mereka mengikuti peman dengan metode eksperimen. Sehingga dapat dikatakan bahwa interaksi antara peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan metode demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah mempunyai yang sama terhadap prestasi Fisika materi Kalor pada peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2011/ Hipotesis Kelima Berdasarkan hasil uji ANAVA didapatkan P-value < 0,05 untuk ketiga aspek prestasi Fisika, hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan metode dengan gaya terhadap prestasi baik kognitif, afektif, dan ketrampilan proses pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil uji lanjut diperoleh rata-rata prestasi kognitif, afektif, dan ketrampilan proses peserta didik yang menggunakan metode demonstrasi diskusi dengan gaya visual sebesar 74,35, 79,15, 79,26 dan rata-rata untuk gaya kinestetik sebesar 71,29, 77,06, 76,20. Sedangkan rata-rata prestasi kognitif, 138
8 afektif dan ketrampilan proses untuk peserta didik yang menggunakan metode eksperimen dengan gaya visual sebesar 81,83, 86,11, 86,49 dan rata-rata untuk gaya kinestetik sebesar 73,25, 77,79, 78,01. Dari data statistik ini menunjukkan bahwa rata-rata prestasi peserta didik dengan gaya visual baik menggunakan metode demonstrasi diskusi maupun metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan gaya kinestetik baik untuk metode demonstrasi diskusi maupun eksperimen. Dengan demikian terdapat interaksi antara metode demonstrasi diskusi dan eksperimen dengan gaya visual dan kinestetik terhadap prestasi Fisika, baik pada aspek kognitif, afektif, dan ketrampilan proses pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2011/ Hipotesis Keenam Berdasarkan hasil uji anava didapatkan P- value < 0,05 untuk ketiga aspek prestasi, hal tersebut menunjukkan bahwa ada interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya terhadap prestasi kognitif, afektif, dan ketrampilan proses pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil uji lanjut diperoleh rata-rata prestasi kognitif, afektif dan ketrampilan proses untuk peserta didik yang memiliki kemampuan verbal rendah dan gaya visual masing-masing adalah 72,12, 77,31, dan 77,03. Rata-rata prestasi peserta didik yang yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan gaya visual masing-masing adalah 84,07, 87,95, dan 88,72. Sedangkan rata-rata prestasi peserta didik yang memiliki kemampuan verbal rendah dan gaya kinestetik masing-masing adalah 69,42, 75,28, dan 74,19, dan prestasi peserta didik yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan gaya kinestetik masing-masing adalah 75,12, 79,57, dan 80,03. Dari hasil rata-rata tersebut di atas menunjukkan bahwa peserta didik dengan kemampuan verbal rendah dan gaya visual akan memperoleh nilai prestasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan gaya kinestetik. Untuk kemampuan verbal tinggi dengan gaya visual akan memperoleh nilai prestasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan gaya kinestetik. Namun prestasi peserta didik lebih rendah jika para peserta didik memiliki kemampuan verbal rendah dengan gaya visual maupun kinestetik jika dibandingkan peserta didik yang memiliki kemampuan verbal tinggi dengan gaya visual dan kinestetik. Peserta didik yang memiliki kemampuan verbal tinggi namun gaya nya visual ternyata menghasilkan prestasi jauh lebih tinggi dibandingkan peserta didik yang memiliki kemampuan verbal tinggi tetapi gaya nya kinestetik. Sementara peserta didik dengan kemampuan verbal rendah dan gaya nya visual hanya sedikit lebih tinggi prestasi yang diperolehnya dibandingkan dengan peserta didik yang mempunyai kemampuan verbal rendah dan gaya nya kinestetik. Dari data di atas tampak bahwa kategori kemampuan verbal rendah cenderung kurang bisa membedakan prestasi yang diperolehnya meskipun mereka memiliki gaya yang berbeda. 7. Hipotesis Ketujuh Berdasarkan hasil analisis didapatkan untuk P-value 0,05 untuk ketiga aspek prestasi, maka tidak ada interaksi antara penggunaan metode, kemampuan verbal, dan gaya terhadap prestasi pada materi Kalor peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012. Tidak adanya interaksi antara metode, kemampuan verbal, dan gaya dapat dijelaskan dari hasil analisis menunjukkan bahwa metode eksperimen dengan gaya visual dan kinestetik lebih baik dari metode demonstrasi diskusi dengan gaya visual maupun kinestetik, peserta didik dengan kemampuan verbal tinggi lebih baik dari pada peserta didik dengan kemampuan verbal rendah, peserta didik dengan gaya visual lebih baik dari peserta didik dengan gaya kinestetik. Dalam penelitian ini secara umum dapat diambil dua hal penting sebagai berikut: 1) penggunaan metode eksperimen tepat dijadikan sebagai pilihan utama jika dalam peman memperhatikan kemampuan verbal dan gaya peserta didik. Peserta didik dengan gaya yang berbeda akan memberi respon yang berbeda pula. Demikian juga, peserta didik dengan kemampuan verbal yang berbeda; 2) interaksi antara kemampuan verbal dan gaya memberi sumbangan besar terhadap pemahaman peserta didik tentang pelajaran Fisika khususnya materi Kalor. Peserta didik dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya visual maupun kinestetik, tidak ada 139
9 masalah saat dengan metode demonstrasi diskusi maupun eksperimen, meskipun metode eksperimen tetap menjadi pilihan utamanya. Sedangkan peserta didik dengan kemampuan verbal rendah, akan sangat terbantu dengan penggunaan metode eksperimen. Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1) ada penggunaan model peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan terhadap prestasi Fisika; 2) ada antara kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi Fisika; 3) ada antara gaya visual dan kinestetik terhadap prestasi Fisika; 4) tidak ada interaksi antara penggunaan model peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan dengan kemampuan verbal terhadap prestasi Fisika; 5) ada interaksi antara penggunaan model peman Fisika berbasis masalah dengan menggunakan dengan gaya terhadap prestasi Fisika; 6) ada interaksi antara kemampuan verbal dan gaya terhadap prestasi Fisika; 7) tidak ada interaksi antara penggunaan model pemean Fisika berbasis masalah dengan menggunakan dengan kemampuan verbal dan gaya terhadap prestasi Fisika. sedangkan yang kemampuan verbalnya rendah dengan gaya kinestetik dapat meningkatkan prestasi nya. Untuk peneliti hendaknya model dan metode yang digunakan dalam penelitian digunakan terlebih dahulu agar bisa diketahui kelemahan dan mengetahui kesiapan dalam menyampaikan materi; penelitian hendaknya dilakukan lebih dari 3 kali agar penggunaan metode peman lebih maksimal Daftar Pustaka Depdiknas. (2005). KTSP Jakarta: Depdiknas. Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: P.T Bumi Aksara. Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Peman Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya. Nasution, (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nurdeli. (2010). Peman Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi. Tesis S2 Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Ratna Wilis Dahar. (2003). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Sagala. (2007). Konsep Dan Makna Peman. Bandung: Alfabeta. B. Rekomendasi Kepada guru khususnya guru mata pelajaran Fisika disarankan Agar dalam pelaksanaan kegiatan eksperimen dapat optimal, sebaiknya pembagian tugas tiap anggota kelompok merata dan semua anggota merasa sebagai pelaksana kegiatan tidak berperan sebagai pengawas, dalam merancang proses peman perlu memperhatikan kemampuan verbal dan gaya, dengan harapan peserta didik yang kemampuan verbalnya tinggi dengan gaya visual dapat optimal, 140 Sukardi. (1997). Analisis Tes Psikologi dalam Penyelenggaraan Bimbingan Belajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Sumarni. (2009). Peman Fisika Berbasis Masalah Melalui Metode Penemuan Dan Diskusi Dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi Dan Gaya Belajar Siswa. Tesis S2 Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Sumiati dan Asra. (2008). Metode Peman. Bandung: CV Wacana Prima.
10 Suranto. (2010). Kefektifan Peman Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Kompetensi Dasar Persamaan dan Fungsi Kuadrat ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Universitas sebelas Maret. Surakarta Trianto. (2009). Mendesain Model Peman Inovativ-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Winkel. (1996). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. 141
Kusuma Wardhani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3 1) SMA Negeri 3 Surakarta, 57128, Indonesia
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA Kusuma Wardhani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi
Lebih terperinciPEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI TEKA TEKI SILANG DANKARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA
PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI TEKA TEKI SILANG DANKARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA Wahdah Rochmawati 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciPEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA
PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA Aryani Artha Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Suparmi 3)
Lebih terperinciJurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Volume 15, Nomor 1, Hal. 27-36 Januari Juni 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR
Volume 15, Nomor 2, Hal. 01-10 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR Aulia Sanova Fakultas
Lebih terperinciEko Yulianton Program Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI Madiun. Abstrak
STUDI KOMPARATI METODE PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP PRESTASI BELAJAR ISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA Eko Yulianton Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciEtnosainsdanPeranannyaD alammenguatkankarakter Bangsa
246 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "EtnosainsdanPeranannyaDalamMenguatkanKarakterBangsa" Program StudiPendidikanFisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 Makalah Pendamping
Lebih terperinciIkatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Tengah ISSN Volume 2 Nomor 2, November 2015
ISSN 2442-6350 Volume 2 Nomor 2, November 2015 PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI
Lebih terperinci*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 52-58 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
Lebih terperinciSurakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION, EXPLANATION) MELALUI LABORATORIUM RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK Sawitri Epi Wahyuni
Lebih terperinciPEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DIPANDU DENGAN ANIMASI DAN KOMIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA
PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DIPANDU DENGAN ANIMASI DAN KOMIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA Ana Yuniasti Retno Wulandari 1, Widha Sunarno 2, Sarwanto 3 1 Guru
Lebih terperinciPEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA Dowes Rahono 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 SMA Negeri
Lebih terperinciPROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA
PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA Sri Jumini )1 1) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains AlQuran Wonosobo umyfadhil@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciSuciati Sudarisman, 3 Suparmi
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL PBM MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA TERBIMBING DAN LEMBAR KERJA BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS 1 Ermininingsih, 2 Suciati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciPENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA
PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SKRIPSI Oleh : RIRIK NIANGKASAWATI NIM K. 4303053 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciAfandi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Tanjungpura. Abstrak
Pembelajaran Biologi Menggunakan (Afandi) 1 Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif melalui Model Reciprocal Taching dan Problem Based Learning Ditinjau dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan
Lebih terperinciMahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 203 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PBL (PROBLEM BASED
Lebih terperinciMahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 21-28 KOMPARASI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM DAN
Lebih terperinciImplementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Implementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S.5100019 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Proses belajar
Lebih terperinciMahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia 2. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 36-43 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke Volume 6 Nomor ISSN :
Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 202 Pengaruh Guided Discovery Learning Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Sikap Ilmiah Menggunakan Metode Diskusi dan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Pembelajaran Materi Termokimia Kelas XI IPA Semester
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
Lebih terperinciSkripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K
PENAMBAHAN MEDIA BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR KEDUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA N 7 SURAKARTA Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K4303038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
PERBEDAAN RERATA HASIL BELAJAR BASIS DATA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPLICIT INSTRUCTION DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN KELAS XII SMK PGRI 4 NGAWI Khusnul
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan
Lebih terperinciE043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI
E3 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI Widodo SMP Negeri 1 Sidoharjo Kabupaten Wonogiri Email: dwijowidodo@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciEKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS PADA MATERI POKOK SEGITIGA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS PADA MATERI POKOK SEGITIGA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Meri Kuslaila 1), Eka Fitria Ningsih 2), Wahyu Kusumaningtyas 3) 1,2,3 Institut Agama Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciJIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah
JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK
Lebih terperinciJurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN TPS (THINK- PAIR-SHARE) DENGAN MEDIA PAPAN TEMPEL DAN ULAR TANGGA YANG DIPENGARUHI OLEH GAYA BELAJAR Alfian Nur Ubay 1, Wagino, dan Ridam Dwi Laksono 3 1,,3 Prodi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan suatu wadah untuk membangun generasi penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan
Lebih terperinciMagister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA Mujazin 1, Suparmi 2, Sarwanto 3 1
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP
STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP DAN LKS PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS VIII SMP AL HADI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Madiun yang beralamat di Jalan Serayu Kota Madiun. Waktu pelaksanaanya pada semester II tahun pelajaran 2014/2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR DAN SIKAP ILMIAH SISWA
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 257-269 257 E-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index 10 2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS
Lebih terperinciSurakarta, 57126, Indonesia Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret,
PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION, AND EXPLANATION) MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA Siti Rohmani 1, Widha Sunarno
Lebih terperinciPENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA Skripsi Oleh: TRIMANTO NIM. K4303066 PROGRAM BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika ISSN : 2086-2407 Vol. 3 No. 1 April 2012 EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL Praptiwi dan Jeffry Handhika IKIP PGRI Madiun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di tingkat SMA/MA adalah sebagai
Lebih terperinci1) SMA Negeri 1 Wonogiri Wonogiri, 57612, Indonesia
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MEDIA MODUL DAN E LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK Endah Dwi Yuniyanti 1, Widha Sunarno 2, Haryono
Lebih terperinci*Keperluan Korespondensi, telp: ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE STUDENT
Lebih terperinciPROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY
PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : Puji Harmisih NIM
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS Eneng Siti Fatimah Nurlela 1, Atep Sujana
Lebih terperinci* Keperluan korespondensi, Telp: ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 3 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 1-8 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat
Lebih terperinciPERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA
PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA Eka Trisianawati 1, Handy Darmawan 2 Program Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI Pontianak
Lebih terperinciMagister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF Ira
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sekolah dasar. IPA berguna untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai fenomena-fenomena
Lebih terperinciOlahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar
Efektifitas Penggunaan Penugasan Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil Dan Peningkatan Hasil Belajar IPA Terpadu Siswa Kelas VII SMPN 7 Kota Bima Olahairullah Abstrak:Penelitian
Lebih terperinciIMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS
Lebih terperinci*Keperluan Korespondensi, telp: ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 4 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pembelajaran
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI.
PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI Skripsi OLEH : Afif Kurniawan K 4303012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperincie-issn Tarpin Juandi, Nurul Hidayati - Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Halaman 19-24
Kappa e-issn 2450-2590 PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI BERPIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA Tarpin Juandi 1, Nurul Hidayati 2 12) Program Studi Pendidikan Fisika
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI LEMBAR KERJA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 21 SURAKARTA Skripsi Oleh : Siti Mutmainah K4303060 FAKULTAS
Lebih terperinciPEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA Saiful Amin 1, Widha Sunarno 2 dan Suparmi 3 1 Program Studi Pendidikan Sains Program
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.3 No.4 (2017) :
Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.3 No.4 (2017) : 152-157 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI DI KANDANGAN PADA
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DISERTAI TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DISERTAI TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII Skripsi Oleh : Apik Wijaya K4303018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Team Assisted Individualization (TAI) terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum dalam lembaga pendidikan supaya siswa dapat mencapai tujuan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai
Lebih terperinciPEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONTRASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BELAJAR SISWA
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONTRASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BELAJAR SISWA Parmono 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3 1 Program Studi Pendidikan Sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, keberhasilan pendidikan sangat terpengaruh oleh proses pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses yang
Lebih terperinciMahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL
Lebih terperinciPENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas usaha dari manusia untuk meningkatkan kepribadian dan juga kecerdasan. Proses usaha tersebut dilakukan dengan membina potensi
Lebih terperinciPeran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA II 2016 "Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA" Program Studi Pendidikan Fisika, FPMIPA, IKIP PGRI Madiun Madiun, 28 Mei 2016 Makalah Pendamping Peran Pendidik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK Ai Nurhayati 1, Regina Lichteria Panjaitan 2, Dadan Djuanda 3
Lebih terperinciPembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu
Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu Andik Purwanto dan Resty Sasmita Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unib
Lebih terperinciHASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI
244 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249 HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI Wisnu Sunarto, Woro Sumarni, Eli
Lebih terperinci*Keperluan Korespondensi, telp: ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.
1 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
Lebih terperinciMahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 3 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 19-24 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PEMBELAJARAN METODE
Lebih terperinciNurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 ** Universitas
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh: ARI SUSANTI NIM: K
SKRIPSI PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X DI SURAKARTA Oleh: ARI SUSANTI
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa
1 BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa Indonesia untuk lebih berperan aktif dalam persaingan global. Oleh karena itu, pendidikan memegang
Lebih terperinciSerambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN :
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK PADA MATERI KEMAGNETAN DI SD NEGERI 1 BANDA ACEH Jabit SD Negeri 1 Banda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri
Lebih terperinciKasimun, Ashadi )1, Haryono )2 Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INVESTIGASI KELOMPOK MELALUI EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT LABORATORIUM DAN PERSEPSI DIRI SISWA Kasimun, Ashadi )1, Haryono )2 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciMahasiswa S1 Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia ABSTRAK
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH (MM) DAN
Lebih terperinciKEPENDIDIKAN ISBN :
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April
Lebih terperinci*Keperluan korespodensi,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENGARUH METODE JIGSAW DISERTAI MEDIA LKS DAN POWER
Lebih terperinci