BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneiti menguraikan mengenai komunikasi organisasi yang dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneiti menguraikan mengenai komunikasi organisasi yang dapat"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Organisasi Peneiti menguraikan mengenai komunikasi organisasi yang dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarki antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. 4 Komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidak-tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan. Karena fokus kita adalah komunikasi di antara anggota-anggota suatu organisasi, analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan. Sistem tersebut menyangkut pertunjukan dan penafsiran pesan di antara lusinan atau bahkan ratusan individu pada saat yang sama yang memiliki jenis-jenis hubungan berlainan yang menghubungkan mereka. Menurut Putnam, bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur atau wadah yang telah ada sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai suatu substansi nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping dalam suatu wadah. Dalam pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan dari sistem organisasi. Menurut Farace, Monge, & Russell 5, Fungsi-fungsi komunikasi lebih khusus meliputi pesan-pesan mengenai pekerjaan, pemeliharaan, motivasi, integrasi, dan inovasi. 4 R. Wayne Pace & Don F. Faules. Komunikasi Organisasi. Bandung Hal Ibid. Hal. 34 9

2 10 Kutipan diatas menejelaskan bahwa komunikasi organisasi sangat penting didalam sebuah perusahaan, karena untuk menciptakan sebuah komunikasi yang baik dalam organisasi dan membantu pencapaian sebuah tujuan organisasi. Komunikasi mendukung struktur organisasi dan adaptasinya dengan lingkungan. Bila organisasi merupakan suatu pemroses informasi besar, maka maksud proses komunikasi adalah untuk memperoleh informasi yang tepat bagi orang yang tepat pada saat yang tepat. Berdasarkan perspektif Farace, Monge, & Russell, 6 komunikasi organisasi dapat dilihat sebagai proses mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan komunikasi yang memungkinkan organisasi berfungsi. Kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam penyebaran komunikasi yang memungkinkan organisasi dalam menjalankan fungsinya. Ketika organisasi dianggap sebagai orang-orang yang berinteraksi dan memberi makna kepada interaksi tersebut, komunikasi menjadi suatu fungsi pembentuk organisasi alih-alih sekadar fungsi pemeliharaan organisasi. Berdasarkan perspektif Smircich, komunikasi organisasi akan berpusat pada simbol-simbol yang memungkinkan kehidupan organisasi. Apakah kata-kata, gagasan dan konstruk yang mendorong, mengesahkan, mengkoordinasikan, dan mewujudkan aktivitas terorganisasikan dalam situasi-situasi spesifik. Maka komunikasi adalah penting bagi eksistensi organisasi dan berperan lebih banyak 6 Ibid. Hal. 34

3 11 dari pada sekadar melaksanakan rencana-rencana orgnisasi. Dalam beberapa rencana, komunikasi diteorisasikan untuk memberi pandangan atas perilaku organisasi yang penting (misalnya adaptasi). Bagi kaum subjektivis, komunikasi adalah perilaku yang penting. Untuk melukiskan lebih jauh, perhatikan peranan komunikasi dalam pengambilan keputusan. Kebanyakan orang akan setuju bahwa komunikasi itu penting bagi proses pengambilan keputusan. Namun, sebagian teoritis lebih jauh memandang komunikasi sebagai landasan keputusan. 7 Dalam memahami organisasi yang perlu diperhatikan adalah dua pola struktur pokok yang formal (direncanakan, dikehendaki melalui lini-lini resmi otoritas dan tanggung jawan) dan informal (suatu sistem dadakan, tidak terstruktur, dan menurut kebutuhan tertentu). yaitu : Ada dua tipe hubungan manusiawi penting yang bersifat organisasional, 1. Hubungan antara manajer dan pekerja. 2. Hubungan antara pekerja dengan pekerja lain yang di dalam organisasi. Hubungan manusiawi dalam konteks dunia kerja perlu mendapatkan fokus yang utama, sebab merujuk pada setiap perbaikan dalam prestasi kerja berbicara tentang mutu dari kehidupan kerja, bagaimana lingkungan kerja dapat memenuhi kebutuhan karyawan serta mengadopsi nilai-nilai kerja karyawan sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang utuh dalam mencapai tujuan bersama. 7 Ibid. Hal. 34

4 12 Tidak dapat dipungkiri adanya suatu interaksi kebutuhan dalam suatu perusahaan antara kebutuhan perusahaan itu sendiri dengan kebutuhan karyawannya. Setiap karyawan memiliki kebutuhan pribadi yang secara tidak langsung masuk dalam kehidupan kerjanya. Hal tersebut sangat mempengaruhi motivasi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, dari sinilah dapat dipahami perilaku-perilaku manusia dalam suatu organisasi. Menurut Hawkins, 8 bahwa kekuatan besar mampu berperan penting dalam pengambilan keputusan dan kesuksesan menjalankan usaha dengan menekankan kedekatan personal dan pemahaman karakter budaya secara individu. Kutipan diatas menjelaskan bahwa dalam mengambil sebuah keputusan dalam menjalankan sebuah usaha harus memiliki kekuatan yang sangat besar dengan cara melakukan pendekatan personal, mengetahui karakter-karakter karyawan yang berbeda-beda, kemudian membentuk satu kesatuan dan memunculkan sebuah kekuatan yang akan menimbulkan sebuah kesuksesan dalam menjalankan usaha. Kebutuhan individu akan prestasi merupakan salah satu faktor dominan dalam dunia kerja dimana individu dapat merasakan bahwa apa yang dikerjakannya dihargai dan memberikan suatu masukan yang berarti bagi perusahaan dan hal ini bergantung kepada sejauh mana motivasinya untuk meraih kesuksesan, kemungkinan mendapatkan kesuksesan, serta penghargaan yang diberikan oleh perusahaan. 8 Edy Sutrisno. Budaya Organisasi. Kencana. Jakarta Hal

5 13 Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan-kebutuhan individu inilah yang menjadi faktor pendorong individu dalam bekerja atau perilaku organisasi. Melalui pemahaman di atas akan kebutuhan-kebutuhan manusiawi dapat diciptakan suatu iklim dalam dunia kerja yang mampu memotivasi individu untuk terus berkarya secara optimal. Di samping kebutuhan-kebutuhan tersebut, individu juga memiliki harapan terhadap apa yang telah atau pun akan dikerjakan. Keadaan tersebut juga perlu mendapatkan perhatian yang serius dimana individu secara psikologis merasakan kepuasan dalam melakukan pekerjaan jika harapannya sesuai dengan apa yang diterima setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana hal ini berpengaruh dengan kinerja individu untuk dapat melakukan pekerjaan lainnya. 2.2 Budaya Organisasi Menurut Kilmann, 9 Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsiasumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya. Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi (perusahaan). Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang di dalam organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota organisasi. Definisi budaya organisasi menurut kilmann yang peneliti kutip menjelaskan tentang budaya organisasi memiliki satu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu 9 Ibid. Hal. 2

6 14 organisasi mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Apalagi bila ia sebagai orang baru supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat kerja, ia berusaha mempelajari apa yang dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah dan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan di dalam organisasi tempat kerja itu. Jadi budaya organisasi mensosialisasikan dan menginternalisasikan pada para anggota organisasi. Greeberg dan Baron 10 berpendapat bahwa budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai : Kerangka kerja Kognitif yang terdiri dari sikap, norma-norma perilaku yang berbeda dan bagaimana harapan bersama dengan anggota organisasi. Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan satu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiaptiap orang didalam suatu organisasi mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Apalgi bila ia sebagai orang baru supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat kerja, ia berusaha mempelajari apa yang dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan di dalam 10 Jurnal Proquest. Tomislav Bunjevac. Assessment Of The Organizational Culture Of Companies By Bussiness-School Students in Croatia. Hal Diakses oleh peneliti pada Rabu, , Pukul

7 15 organisasi tersebut. Jadi budaya organisasi mensosialisasikan dan menginternalisasikan pada para anggota organisasi. Denison 11 memberikan kerangka umum hubungan antara budaya organisasi, kebijakan organisasi dan efektivitas : Atribut keberhasilan organisasi untuk beberapa kombinasi dari nilai-nilai dan keyakinan, kebijakan, praktek dan hubungan antara keduanya. Lebih khusus, kerangka umum tentang efektifitas organisasi menunjukan bahwa efektivitas adalah fungsi dari : 1. Nilai-nilai kepercayaan yang dianut oleh anggota organisasi. 2. Kebijakan dan praktek yang digunakan oleh suatu organisasi. 3. Menerjemahkan nilai-nilai inti dan keyakinan dalam kebijakan dan praktek secara konsisten. 4. Interelasi dari nilai-nilai inti dan keyakinan, kebijakan organisasi, praktek dan lingkungan bisnis organisasi. Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa dapat juga dilihat dari fungsi efektivitas dalam organisasi tersebut yang salah satunya sebagai kunci dari keberhasilan dari suatu organisasi Fungsi Budaya Organisasi Menurut Robbins, 12 budaya organisasi mempunyai beberapa fungsi : 1. Budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya kerja menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain. 2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. 3. Budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan diri individual. 4. Budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan sistem sosial. 11 Jurnal Proquest. Leisen, Birgit;Lilly, Bryan;Winsor, Robert D. The Effects of Organizational Culture and Market Orientation on The Effectiveness of Strategic Marketing Aliancess. Hal Diakses oleh peneliti pada Rabu, , pukul Ibid. Hal. 10

8 16 Dalam menganalisa peneliti menggunakan teori robbins yang menjelaskan fungsi-fungsi dari budaya organisasi. Sebelum membentuk sebuah budaya dalam perusahaan, ada baiknya mengetahui fungsi dari budaya organisasi. Fungsi budaya organisasi yang dijelaskan oleh robbins bahwa adanya budaya organisasi didalam perusahaan adalah salah satu cara dalam membentuk identitas dan dari identitas tersebut akan membuat suatu perbedaan dari perusahaan lainnya. Tidak hanya itu bahkan budaya organisasi membuat timbulnya komitmen-komitmen dalam perusahaan tersebut. Menurut Robins, budaya organisasi merupakan sistem nilai bersama dalam suatu organisasi yang menentukan tingkatan bagaimana para karyawan melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Budaya organisasi juga didefinisikan sebagai suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilainilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak dan bertingkah laku. 13 Dalam fungsi budaya organisasi ini dijelaskan bahwa seluruh sumber daya manusia yang ada di organisasi harus dapat memahami dengan benar mengenai budaya organisasi yang ada. Pemahaman ini sangat berkaitan dengan setiap gerak langkah dari kegiatan yang dilakukan, baik perencanaan yang bersifat strategis dan taktikal, maupun kegiatan dari faktor perencanaan dimana setiap kegiatan tersebut harus berdasarkan pada budaya organisasi. 13 Ibid. Hal

9 Karakteristik Budaya Organisasi Menurut Stepen P. Robbins, 14 menyatakan ada 10 karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokan, akan menjadi budaya organisasi. 10 karakteristik budaya organisasi tersebut sebagai berikut; 1. Inisiatif Individual yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu di hargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk mengembangkan organisasi atau perusahaan. 2. Toleransi terhadap Tindakan Beresiko Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Suatu budaya organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota atau para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi/perusahaan serta berani mengambil risiki terhadap apa yang dilakukannya. 3. Pengarahan Pengarahan dimaksudkan sejauhmana suatu organisasi/ perusahaan dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang di inginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau perusahaan. 4. Integrasi Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi atau perusahaan dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan. 5. Dukungan Manajemen Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manager dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan. Perhatian manajemen terhadap bawahan (karyawan) sangat membantu kelancaran kinerja suatu organisasi. 6. Kontrol Alat control yang dapat dipakai adalah peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan. untuk itu diperlukan sejumlah aturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai atau karyawan dalam suatu organisasi. 14 Moh. Pabundu Tika. Budaya organisasi dan peningkatan kinerja perusahaan. Jakarta Hal

10 18 7. Identitas Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota atau karyawan suatu organisasi atau perusahaan dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional tertentu. Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam perusahaan sangat membantu manajemen dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi atau perusahaan. 8. Sistem Imbalan Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan ( seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem imbalan yang didasarkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong pegawai atau karyawan suatu organisasi atau perusahaan untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya. Sebaliknya, sistem imbalan yang didasarkan senioritas dan pilih kasih, akan berakibat tenaga kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat berlaku pasif dan frustrasi. Kondisi semacam ini dapat berakibat kinerja organisasi atau perusahan menjadi terhambat. 9. Toleransi terhadap Konflik Sejauh mana para pegawai atau karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendaapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam organisasi atau perusahaan. namun, perbedaan pendapat atau kritik yang terjadi dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan suatu organisasi atau perusahaan. 10. Pola Komunikasi Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Terkadang hierarki kewenanga dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri. Kutipan diatas menjelaskan bahwa karakteristik yang dijelaskan diatas jika sudah di tanamkan dalam keseharian anggota-anggota dalam organisasi maka akan terbentuknya sebuah budaya organisasi dalam perusahaan tersebut Manfaat Budaya Organisasi Menurut Susanto, 15 mengemukakan bahwa budaya suatu perusahaan dapat dimanfaatkan sebagai andalan daya saing suatu perusahaan dalam menghadapi perubahan dan tantangan. Budaya organisasi juga dapat dijadikan sebagai rantai pengikat untuk menyamakan persepsi atau arah pandang anggota organisasi 15 Op.cit. Hal

11 19 terhadap suatu permasalahan sehingga akan menjadi satu kekuatan untuk mencapai suatu tujauan. berikut : Beberapa manfaat budaya organisasi dikemukakan oleh Robins, sebagai 1. Membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Setiap organisasi mempunyai peran yang berbeda sehingga perlu memiliki akar budaya yang kuat dalam sistem dan kegiatan yang ada dalam organisasi. 2. Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi para anggota organisasi. Dengan budaya organisasi yang kuat, anggota organisasi akan merasa memiliki identitas yang merupakan ciri khas organisasi. 3. Mementingkan tujuan bersama dari pada mengutamakan kepentingan individu. 4. Menjaga stabilitas organisasi. Kesatuan komponen-komponen organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi organisasi relatif stabil. Keempat fungsi tersebut menunjukan bahwa budaya organisasi dapat membentuk perilaku dan tindakan karyawan dalam menjalankan aktivitasnya didalam organisasi, sehingga nilai-nilai yang ada dalam budaya organisasi perlu ditanamkan sejak dini pada setiap individu organisasi. Menurut Gibson, 16 budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang bertingkah laku, cara menggambarkan pekerjaannya, cara bekerja dengan koleganya, dan cara memandang masa depannya dengan wawasan yang luas yang ditentukan oleh norma, nilai, dan kepercayaannya. Berbagai penelitian mengenai perilaku organisasi menunjukan bahwa peran budaya organisasi mendukung efektivitas organisasi dan respon individu. Pada kutipan diatas menjelaskan bahwa kecocokan anggota organisasi dengan budaya yang berlaku dapat meningkatkan produktivitas, kepuasan dalam bekerja, performance, komitmen organisasi dan keinginan untuk tetap tinggal diperusahaan. 16 Op.cit. Hal. 28

12 20 Menurut O Reilly, Chatman, & Caldwell, 17 menunjukkan bahwa kecocokan individu dengan budaya organisasi dapat memprediksi meningkatkan kinerja, kepuasan dan perputaran tenaga kerja antar berbagai macam jabatan. Kutipan di atas menjelaskan bahwa dengan adanya kecocokan budaya organisasi pada anggota akan meningkatkan sebuah kinerja dan kepuasan pada anggota dalam organisasi tersebut. Dengan adanya sebuah kecocokan dalam budaya yang ada di dalam perusahaan tersebut maka kemungkinan timbulnya loyalitas terhadap perusahaan Tipe Budaya Organisasi Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, 18 mengemukakan adanya tiga tipe umum budaya organisasi, yaitu Constructive, Pasive-defensive, dan Aggressivedefensive, dan setiap tipe terkait dengan serangkaian keyakinan normatif yang berbeda. Keyakinan normatif merupakan pemikiran dan keyakinan individu tentang bagaimana anggota kelompok tertentu atau organisasi diharapkan mendekati pekerjaannya dan berinteraksi dengan orang lain. 1. Constructive culture adalah budaya dimana pekerja didorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan bekerja pada tugas dan proyek dengan cara yang akan membantu mereka dalam memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Tipe budaya ini mendukung keyakinan normatif terkait dengan prestasi, aktualisasi diri, dorongan kemanusiaan, dan afiliasi. 2. Passive-defensive culture mempunyai karakteristik menolak keyakinan bahwa pekerja harus berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang tidak menantang keamanan kerja mereka sendiri. Budaya ini memperkuat keyakinan normative dikaitkan dengan penilaian, kebiasaan, ketergantungan dan penghindaran. 3. Aggressive-defensive culture mendorong pekerja mendekati tugas dengan cara memaksa dengan maksud melindungi status dan keamanan kerja mereka. Tipe budaya ini lebih mempunyai karakteristik keyakinan normative mencerminkan oposisi, kekuatan, kompetitif dan perfeksionis. 17 Op.cit. Hal Wibowo. Budaya Organisasi. Jakarta Hal

13 21 Peneliti mengutip tipe budaya organisasi sebagai bahan analisis dalam penelitian. Perusahaan yang peneliti teliti menggunakan tipe budaya organisasi yang seperti apa Jenis-jenis Budaya Organisasi Dalam menganalisis peneliti mengutip jenis-jenis budaya organisasi yang dapat ditentukan berdasarkan proses informasi. Menurut Robert E. Quinn dan Michael R. McGrath, 19 membagi budaya organisasi berdasarkan proses informasi sebagai berikut: a. Budaya Rasional Dalam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas dan keuntungan). b. Budaya ideologis Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan yang dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan). c. Budaya consensus Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi dan konsensus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi (iklim, moral dan kerja sama kelompok). d. Budaya hierarkis Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi, komputasi dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kesinambungan (stabilitas, control dan koordinasi). Peneliti mengutip jenis-jenis budaya organisasi menurut Robert E. Quinn dan Michael R. McGrath sebagai bahan penelitian didalam perusahaan tersebut menggunakan salah satu jenis budaya organisasi yang telah dijelaskan di atas. 19 Op.cit. Hal. 7-8

14 Elemen Budaya Organisasi Elemen-elemen budaya organisasi menunjukan tingkatan dari unsur-unsur budaya dimana fenomena budaya bisa diamati. Meskipun ada kesamaan pandangan dari para ahli bahwa budaya organisasi terdiri dari elemen yang bisa diamati secara kasat mata da nada yang tidak kelihatan Elemen Budaya Organisasi Menurut Schein Elemen budaya organisasi dapat dibagi menjadi elemen yang terlihat dan elemen yang tidak terlihat. Schein, menggambarkan elemen-elemen budaya yang saling berkaitan antara elemen yang terlihat dan tidak terlihat. Elemen budaya yang paling dalam dan terihat adalah asumsi-asumsi dasar atau basic assumptions. Keberadaan elemen ini, seperti dilukiskan dengan garis vertical kea rah atas akan mempengaruhi nilai-nilai organisasi. Nilai-nilai organisasi selanjutnya akan mempengaruhi artefak dan kreasi manusia dalam lingkungan organisasi. Panah dari atas yang turun ke bawah menunjukan bahwa artefak dan kreasi manusia juga mempengaruhi nilai-nilai organisasi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi asumsi-asumsi dasar Anik Herminingsih. Budaya Organisasi. Yogyakarta Hal Ibid. Hal. 10

15 23 Artefak Dalam bentuk cerita-cerita, mitos, humor, ritual, upacara-upacara, pahlawan dan simbol-simbol. Kasat mata, tetapi seringkali orang luar tidak memahami arti sesungguhnya Kepercayaan, nilai-nilai dan sikap Asumsi-asumsi dasar (basic assumptions) Merupakan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan, realitas, manusia, alam, aktivitas manusia dan hubungan antar manusia. Level budaya yang paling dalam Gambar 2.1 Elemen-elemen dan Interaksi Antar Elemen Budaya Organisasi Level Budaya Organisasi Peneliti menjelaskan level budaya organisasi menurut Schein 22 yang dikutip dalam bukunya Moh.Pabundu Tika, yang membagi level budaya organisasi menjadi 3 bagian sebagai berikut: 1. Artefak Artefak yang mencakup semua fenomena yang bisa dilihat, didengar, dan dirasakan. Pada level artefak dan kreasi, kontruksinya dilakukan secara lingkungan fisik dan sosial. Pada level ini orang dapat melihat ruang fisik, produk teknologi kelompok, bahan tertulis dan tidak tertulis, produksi seni dan perilaku nyata organisasi. Dalam hal ini termasuk gaya berpakaian, penampilan emosional, mitos dan sejarah organisasi, nilai-nilai yang muncul dalam komunikasi seperti ritual, seremonial, dan sebagainya. 2. Nilai-nilai Nilai-nilai adalah solusi yang mucul dari seorang pemimpin dalam organisasi dengan maksud memecahkan masalah-masalah rutin dalam organisasi tersebut. Jika suatu kelompok ingin menciptakan atau dihadapkan dengan tugas-tugas organisasi, masalah-masalah atau isu-isu 22 Loc.cit. Hal

16 24 penting organisasi, maka solusi yang pertama muncul, datangnya dari individu-individu yang berpengaruh dalam kelompok tersebut. Mereka dapat menginterpretasikan, mengasumsikan, dan memberikan penilaian terhadap persoalan tersebut dan akan memberikan solusi baik menyangkut pengetahuan, sikap maupun tindakan yang harus dijalankan. Nilai-nilai dapat mencerminkan falsafah dan misi organisasi, tujuan, standar, dan larangan-larangan. 3. Asumsi Dasar Asumsi dasar ini yang merupakan bagian budaya organisasi yang paling utama. Asumsi dasar menjadi jaminan (taken for granted) bahwa seseorang menemukan fariasi kecil dalam unit budaya. Dalam asumsi dasar terdapat petunjuk-petunjuk yang harus dipatuhi anggota organisasi menyangkut perilaku nyata, termasuk menjelaskan kepada anggota kelompok bagaimana merasakan, memikirkan segala sesuatu. Dalam hal ini yang termasuk asumsi dasar adalah hubungan dengan lingkungan, hakikat mengenai kenyataan, waktu dan ruang, hakikat mengenai sifat manusia, hakikat aktifitas manusi, dan hakikat hubungan manusia. Peneliti menguraikan level budaya organisasi ini karena dari penjelasan diatas bahwa kenampakan kehidupan kelompok menhasilkan artefak dan menciptakan masalah klasifikasi. Solusi dapat berjalan secara berkesinambungan dan menjadi bagian budaya organisasi. Yang dimaksud dengan asumsi dasar ini untuk dapat menyelesaikan masalah secara berkesinambungan dan dapat di komunikasikan secara terus-menerus sehingga merupakan nilai yang dapat diandalkan Media Pewarisan Budaya Organisasi Pewarisan (learning) diartikan sebagai proses pembelajaran untuk melestarikan budaya organisasi dari pemimpin/pendiri organisasi atau anggota kelompok kepada anggota-anggota baru dengan maksud agar budaya organisasi

17 25 dapat dipakai sebagai pedoman berperilaku oleh seluruh anggota kelompok dalam organisasi. 23 Menurut Stepen. P. Robbins, 24 ada beberapa media yang dapat digunakan dalam proses pembentukan dan pewarisan budaya organisasi, yaitu cerita, ritual, simbol dan material. 1. Cerita Cerita merupakan suatu narasi peristiwa pimpinan organisasi, pendiri organisasi, keputusan-keputusan penting yang memberi dampak terhadap jalannya organisasi di masa yang akan dating dan mengenai manajemen puncak saat ini. Cerita semacam ini mengaitkan keadaan sekarang dengan masa lampau dan memberi penjelasan serta keabsahan bagi tindakantindakan yang dilaksanakan. 2. Ritual Ritual merupakan kegiatan periodic yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu, tujuan apakah yang paling penting, orang-orang manakah yang penting dan mana yang dapat dikorbankan. Ritual selain digunakan sebagai suatu teknik formalisasi, juga merupakan alat untuk meneruskan budaya organisasi. Aktivitas seperti seremonial pengakuan dan pemberian penghargaan, pesta kecil pada hari tertentu serta piknik atau rekereasi tahunan perusahaan adalah ritual yang mengungkapkan dan memperkuat inti budaya organisasi tersebut. 3. Simbol Material Simbol material dapat berupa desain serta pemanfaatan fisik ruangan dan gedung, perabot kantor, kebiasaan eksekutif, cara berpakaian dan sebagainya. Simbol ini mengungkapkan kepada para pegawai siapa atau orang mana saja yang penting, tingkat derajat kesamaan yang diinginkan oleh manajemen puncak dan perilaku tertentu sesuai seperti pengambilan resiko, konservatif, otoriter, partisipatif individualistis, sosial dan sebagainya. 4. Bahasa Banyak organisasi dan unit dalam organisasi menggunakan bahasa sebagai suatu cara untuk mengidentifikasi anggota suatu budaya atau anak budaya. Dengan mempelajari bahasa ini, anggota membuktikan penerimaan mereka akan budaya itu dan dengan berbuat seperti itu, mereka membantu melestarikannya. Banyak organisasi mengembangkan istilah-istilah unik 23 Moh. Pabundu Tika. Budaya organisasi dan peningkatan kinerja perusahaan. Jakarta Hal Ibid. Hal

18 26 untuk menggambarkan perlengkapan, kantor, orang-orang penting, pemasok, pelanggan atau produk yang berkaitan dengan bisnisnya. Pegawai baru sering kali dibanjiri dengan akronim serta jargon yang setelah 6 bulan bekerja menjadi bagian dari bahasa mereka. Akan tetapi, setelah mereka berasimilasi, istilah-istilah tersebut bertindak sebagai denominator umum yang menggabungkan para anggota dari sebuah budaya atau subbudaya tertentu. Peneliti mengutip media pewarisan budaya dalam menganalisis budaya organisasi, karena terkadang ada sebuah perusahaan yang menggunakan cerita, ritual, simbol, dan bahasa sebagai proses pembentukan budaya organisasi Unsur Pembentukan Budaya Organisasi Peneliti menjelaskan unsur pembentuk budaya organisasi menurut Deal & Kennedy, 25 yaitu: 1. Lingkungan usaha; lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan. 2. Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi. 3. Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya. 4. Upacara-upacara (rites dan ritual); acara-acara ritual yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya. 5. Network; jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan. Peneliti menguraikan unsur pembentukan budaya organisasi karena dalam sebuah organisasi tidaklah muncul begitu saja, melainkan harus melihat unsurunsur seperti unsur yang telah dijelaskan oleh Deal & Kennedy. 25 Asri Laksmi Riani. Budaya Organisasi. Yogyakarta Hal

19 Dimensi Budaya Organisasi Peneliti mengutip dimensi-dimensi budaya organisasi menurut Robbins, 26 ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu: 1. Inovasi dan pengambilan risiko, sejauh mana para karyawan di dorong untuk inovatif dan berani mengambil risiko. 2. Perhatiakan ke hal yang rinci, sejauh mana para karyawan diharapkan mau memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian. 3. Orientasi hasil, sejauh mana manajemen fokus pada hasil, bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut. 4. Orientasi orang, sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil pada orang-orang didalam organisasi tersebut. 5. Orientasi tim, sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan dalam timtim kerja bukan hanya individu-individu. 6. Keagresifan, sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif. 7. Kemantapan, sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi. Dalam kutipan diatas peneliti mengutip dimensi budaya organisasi karena dengan memahami budaya organisasi melalui budaya organisasi, dapat dikatakan bahwa budaya organisasi dapat diperbandingkan meski kedua organisasi tersebut tidak bisa dikelompokan ke dalam satu industry yang sama. 26 Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap Edisi Revisi. Jakarta. Hal. 196

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budaya Organisasi 1. Pengertian Budaya Organisasi Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang), yang saling berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

Jenis jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses informasi dan tujuannya.

Jenis jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses informasi dan tujuannya. Jenis Jenis Organisasi Jenis jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses informasi dan tujuannya. 1. Berdasarkan proses Informasi Robert E. Quinn dan Michael R. McGrath (dalam buku Moh.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan organisasi adalah budaya organisasi. Budaya organisasi mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Salah satu unsur penting dari manajemen adalah manusia. Pada setiap perusahaan yang menerapkan sistem manajemen yang baik tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

BUDAYA ORGANISASI. Pokok Bahasan MODUL PERKULIAHAN. 1. Konsep Budaya Organisasi 2. Budaya Dan Keberhasilan Organisasi

BUDAYA ORGANISASI. Pokok Bahasan MODUL PERKULIAHAN. 1. Konsep Budaya Organisasi 2. Budaya Dan Keberhasilan Organisasi MODUL PERKULIAHAN BUDAYA ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Konsep Budaya Organisasi 2. Budaya Dan Keberhasilan Organisasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public Relations

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya

BAB II KERANGKA TEORI. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Definisi Budaya Organisasi Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan.. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdapat dua kolom nilai yang berbeda, yakni skor rata-rata subyek dari kategori level leader

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdapat dua kolom nilai yang berbeda, yakni skor rata-rata subyek dari kategori level leader BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam pemotretan Profil Budaya Organisasi ini menggunakan kuesioner OCAI terdapat dua kolom nilai yang berbeda, yakni skor rata-rata subyek dari kategori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilaksanakan suatu perusahaan selalu

II. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilaksanakan suatu perusahaan selalu 16 II. LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Ricky W. Griffin Manajemen adalah suatu rangkaian aktifitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian)

Lebih terperinci

Mengelola Budaya Organisasi

Mengelola Budaya Organisasi Mengelola Budaya Organisasi Budaya organisasi? Definisi - nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi. - Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan. - Cara pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Implementasi Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Implementasi Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas 2.1.1 Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Tugas pokok dan fungsi bidan desa yaitu: (Depkes, 2000) a.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana analisis pengaruh budaya organisasi, kompetensi karyawan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. 2.1.1 Budaya Organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mendaya gunakan sumber daya manusia secara maksimal sehingga dapat

I. PENDAHULUAN. untuk mendaya gunakan sumber daya manusia secara maksimal sehingga dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia atau tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat berharga dalam suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Segala macam aktivitas tidak akan berjalan tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mendapatkan berbagai informasi, sesuai dengan topik yang sedang diteliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mendapatkan berbagai informasi, sesuai dengan topik yang sedang diteliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Studi kepustakaan merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan berbagai informasi, sesuai dengan topik yang sedang diteliti yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB V BUDAYA ORGANISASI SPIRITUAL

BAB V BUDAYA ORGANISASI SPIRITUAL BAB V BUDAYA ORGANISASI SPIRITUAL 5.1 Konsep Dasar Budaya Organisasi D alam analisis Keith Davis dan John W. Newstrom menjelaskan bahwa konsep dasar budaya organisasi sebagai organizational culture is

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kinerja dari pegawainya yang dimana setiap pegawai merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kinerja dari pegawainya yang dimana setiap pegawai merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberlangsungan sebuah organisasi tentu saja bergantung kepada baik atau buruknya kinerja dari organisasi tersebut. Sedangkan kinerja dari sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mengacu pada budaya yang berlaku dalam perusahaan, karena pada umumnya perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Budaya Kerja Menurut Robbins (2008:256) budaya organisasi merupakan sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

KULTUR ORGANISASI 12/6/2016 1

KULTUR ORGANISASI 12/6/2016 1 KULTUR ORGANISASI 12/6/2016 1 PENGERETIAN BUDAYA ORGANISASI Robbins dan Judge (2008:256) kultur organisasi mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI Pengertian Budaya Perusahaan. digunakan dan untuk apa ia melakukan tindakan tersebut.

BAB II KERANGKA TEORI Pengertian Budaya Perusahaan. digunakan dan untuk apa ia melakukan tindakan tersebut. BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Budaya Perusahaan 2.1.1 Pengertian Budaya Perusahaan Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa budaya merupakan pola bagi prilaku manusia dan kebiasaan yang diciptakan

Lebih terperinci

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA Budaya Organisasi Pengertian Satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan

Lebih terperinci

Contoh Perilaku dan Budaya Organisasi

Contoh Perilaku dan Budaya Organisasi Contoh Perilaku dan Budaya Organisasi Perilaku pegawai tidak terlepas dengan budaya organisasi. Menurut Kotter dan Hesket, budaya organisasi merujuk pada nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan perusahaan membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak yang tergabung dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN AFEKTIF 1. Pengertian Komitmen Afektif Sheldon (dalam Meyer & Allen, 1997) mendefinisikan komitmen afektif sebagai suatu attitude atau orientasi terhadap organisasi dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Budaya Organisasi Organisasi telah ada sejak ratusan tahun lalu dimuka bumi, tidak ada literatur yang secara jelas menjelaskan asal muasal terjadinya organisasi. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Karyawan Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang dalam suatu organisasi yang mampu mengarahkan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang dalam suatu organisasi yang mampu mengarahkan perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi yang mampu mengarahkan perilaku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Intrapreneurship 2.1.1 Pengertian Intrapreneurship Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003, p9) intrapreneurship sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dijelaskan lebih dahulu mengenai pengertian dari budaya organisasi. Menurut John R. Schermerhorn Jr (2002 : 49) dalam bukunya

BAB II LANDASAN TEORI. dijelaskan lebih dahulu mengenai pengertian dari budaya organisasi. Menurut John R. Schermerhorn Jr (2002 : 49) dalam bukunya BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Budaya Organisasi Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai budaya organisasi, maka perlu dijelaskan lebih dahulu mengenai pengertian dari budaya organisasi. Menurut John

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari globalisasi yang berkembang dalam dunia bisnis yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. dari globalisasi yang berkembang dalam dunia bisnis yang membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia bisnis dewasa ini semakin meningkat. Setiap perusahaan berusaha untuk mencari keunggulan kompetitif, sementara pesaing juga melakukan hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota suatu organisasi serta aturanaturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota suatu organisasi serta aturanaturan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Budaya Organisasi Davis (Moeljono,2005) mendefinisikan budaya organisasi sebagai pola yang terdiri atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota

Lebih terperinci

Mengelola Budaya Organisasi

Mengelola Budaya Organisasi Mengelola Budaya Organisasi LATIHAN Kerjakan per kelompok (sesuai kelompok tugas 1) Dalam ms. Power point (tambahkan gambar, video) Dikumpulkan hari ini sebelum pukul 24.00 WIB Via email asta_p80@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas Dalam penelitian kualitatif, analisis data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasanpembahasan secara teoritis.

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Budaya Kerja Humas yang Efektif Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Professional Image Modul - 10 Syerli

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN DUKUNGAN MANAJEMEN PUNCAK TERHADAP KEBERHASILAN ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

LEMBAR KUESIONER PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN DUKUNGAN MANAJEMEN PUNCAK TERHADAP KEBERHASILAN ENTERPRISE RESOURCE PLANNING LEMBAR KUESIONER PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN DUKUNGAN MANAJEMEN PUNCAK TERHADAP KEBERHASILAN ENTERPRISE RESOURCE PLANNING Responden yang terhormat, Saya Ristiawan mahasiswa program studi akuntansi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor lain seperti modal, material, metode, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta didirikan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta didirikan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BUDAYA (Moeljono, 2003:16)

BUDAYA (Moeljono, 2003:16) BUDAYA ORGANISASI BUDAYA (Moeljono, 2003:16) Sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Ainun Mardiah Lubis (2009) dengan judul Pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Ainun Mardiah Lubis (2009) dengan judul Pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Ainun Mardiah Lubis (2009) dengan judul Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. Jabal Rahmat Medan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BUDAYA ORGANISASI. oleh : Retno Dayu Wardhani BDK Cimahi

BUDAYA ORGANISASI. oleh : Retno Dayu Wardhani BDK Cimahi BUDAYA ORGANISASI oleh : Retno Dayu Wardhani BDK Cimahi Setiap orang memiliki kepribadian yang unik, yang akan menjadi dasar dalam perilaku seseorang Kepribadian yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada mulanya istilah budaya (culture) populer dalam disiplin ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada mulanya istilah budaya (culture) populer dalam disiplin ilmu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Kerja 2.1.1 Pengertian Budaya Kerja Pada mulanya istilah budaya (culture) populer dalam disiplin ilmu antropologi. Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah.

Lebih terperinci

Budaya Organisasi di Kantor Desa Sidamulih Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran. Winda Widianingsih ABSTRAK

Budaya Organisasi di Kantor Desa Sidamulih Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran. Winda Widianingsih ABSTRAK Budaya Organisasi di Kantor Desa Sidamulih Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran Winda Widianingsih ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan pada pelaksanaannya yang belum sesuai

Lebih terperinci

Definisi Budaya Organisasi

Definisi Budaya Organisasi Definisi Budaya Organisasi Budaya Organisasi Sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya Sistem makna bersama: Sekumpulan karakteristik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan di setiap perusahaan tidak selamanya sama. Seorang pemimpin terkadang memiliki masalah yang kompleks terhadap karyawan didalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara pesaing juga melakukan hal yang serupa. Kondisi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sementara pesaing juga melakukan hal yang serupa. Kondisi tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan berusaha untuk mencari keunggulan kompetitif, sementara pesaing juga melakukan hal yang serupa. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu organisasi harus dapat mengatur dan memanfaatkan sedemikian rupa sehingga potensi sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu organisasi harus dapat mengatur dan memanfaatkan sedemikian rupa sehingga potensi sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu organisasi harus dapat mengatur dan memanfaatkan sedemikian rupa sehingga potensi sumber daya manusia yang ada di organisasi dapat dikembangkan. Pengaturan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam menyelaraskan perimbangan daerah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut perusahaan baik perusahaan swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semangat kerja akan menunjukkan sejauh mana karyawan bersemangat dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya di dalam perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat dilihat

Lebih terperinci

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI PENGERTIAN Budaya Organisasi adalah nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas organisasi/perusahaan. Budaya Organisasi adalah seperangkat nilai-nilai pokok,

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI Teori Budaya Organisasi

TEORI KOMUNIKASI Teori Budaya Organisasi Modul ke: 10 ADI Fakultas ILMU KOMUNIKASI TEORI KOMUNIKASI Teori Budaya Organisasi SULHARDI. Program Studi Penyiaran PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI Kebudayaan menyinggung daya cipta bebas dan serba ganda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Para ahli umumnya memberikan pandangan yang beragam mengenai pengertian komitmen organisasional. Priansa (2014) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja seorang karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kerja seorang karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Prestasi kerja sangat penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuannya. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia prestasi kerja seorang

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Theory of Reasoned Action (TRA) Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Azjen dan Fishbein (1975) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organizational citizenship behavior (OCB) saat ini menjadi subjek yang sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas dan kinerja

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI

MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Media Informatika Vol.16 No.2 (2017) MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Muksin Wijaya Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. Juanda 96 Bandung

Lebih terperinci

Organizational Theory & Design

Organizational Theory & Design Modul ke: Organizational Theory & Design Budaya Organisasi Fakultas PASCA FEB Dr. Adi Nurmahdi MBA Program Studi MM www.mercubuana.ac.id PENGANTAR Stoner: budaya mempengaruhi pelaksanaan organisasi dan

Lebih terperinci

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut.

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut. 14 BUDAYA ORGANISASI organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut. Setiap individu memiliki kepribadian, begitu pula

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. korporat dimana di dalamnya terdapat budaya kerja. untuk memperoleh status sosial, pengembangan karir, dan memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. korporat dimana di dalamnya terdapat budaya kerja. untuk memperoleh status sosial, pengembangan karir, dan memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya kerja diturunkan dari budaya organisasi. Budaya organisasi itu sendiri merupakan sistem nilai yang mengandung cita-cita organisasi sebagai sistem internal

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (Informed Consent) Saya adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori. (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions),

BAB II. Landasan Teori. (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), BAB II Landasan Teori A. Konsep Budaya Organisasi 1. Pengertian budaya organisasi Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilainilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Pengertian Manajemen Sumber Daya. perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Pengertian Manajemen Sumber Daya. perusahaan, karyawan, dan masyarakat. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Berdasarkan pendapat Hasibuan (2002:10), manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan adalah bagian yang penting dari manajemen dan setiap pemimpin diukur keberhasilannya dari kemampuannya memprediksi perubahan dan menjadikan perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organisasi. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman dengan menggunakan bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Kontingensi Teori kontingensi dalam kepemimpinan pemerintah adalah salah satu teori yang berdasarkan pada tiga hal yakni hubungan atasan dengan bawahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) di dalam perusahaan merupakan faktor yang sangat penting, yaitu memegang peranan penting sebagai penggerak produksi dan roda organisasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memerlukan sumber daya untuk mencapai usaha yang telah ditentukan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang terus menerus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2009:10) manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tingkatan Budaya (Pembelajaran) Organisasi (Miller,2009)

Gambar 1.1 Tingkatan Budaya (Pembelajaran) Organisasi (Miller,2009) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di setiap lingkungan organisasi pasti terdapat banyak sekali faktor-faktor atau elemen-elemen penting yang menentukan suatu keberhasilan dari pencapaian tujuan bersama

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya manusia dituntut untuk terus-menerus mampu mengembangkan diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya manusia dituntut untuk terus-menerus mampu mengembangkan diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sehingga sumber daya manusia dituntut untuk terus-menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakatinya AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. disepakatinya AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri dan organisasi saat ini bergerak dinamis, berbagai peristiwa dan fenomena terkait industri dan organisasi dapat dijumpai di berbagai perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komitmen Organisasional Menurut Robbins (2008), komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak perusahaan atau organisasi berlomba-lomba untuk menjadi sebuah perusahaan atau organisasi yang menjadi pilihan bagi pegawai dimana perusahaan atau

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian Sembiring (2008) berjudul Pengaruh Budaya Kerja Terhadap

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian Sembiring (2008) berjudul Pengaruh Budaya Kerja Terhadap BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian Sembiring (2008) berjudul Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Komitmen Kerja Karyawan Pada PT.Tiffa Mitra Sejahtera dengan model regresi linear berganda

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan PERENCANAAN Tujuan Instruksional Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai perencanaan, proses pembuatan rencana dan tingkat rencana organisasi serta hambatan-hambatan dalam perencanaan. Materi Pembahasan

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapai produktivitas kerja karyawan. Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. tercapai produktivitas kerja karyawan. Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian dan teknologi secara terus-menerus berkembang dan bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan kinerja disegala sektor usaha agar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. dapat tercapai dengan rangkaian yang teratur dan tersusun baik.sedangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. dapat tercapai dengan rangkaian yang teratur dan tersusun baik.sedangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Manajemen Pengertian manajemen menurut Wilson Bangun adalah suatu rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh para anggota organisasi agar tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BUDAYA KERJA ORGANISASI PEMERINTAH

BUDAYA KERJA ORGANISASI PEMERINTAH BUDAYA KERJA ORGANISASI PEMERINTAH Oleh : Dr. Ir. ALI HANAFIAH MUHI, MP What is Organization? ORGANISASI adalah suatu kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya organisasi merupakan serangkaian nilai-nilai dan strategi, gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya organisasi merupakan serangkaian nilai-nilai dan strategi, gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan serangkaian nilai-nilai dan strategi, gaya kepemimpinan, visi & misi serta norma-norma kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini zaman mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan maupun kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

BUDAYA POLITIK ORGANISASI PEMERINTAH

BUDAYA POLITIK ORGANISASI PEMERINTAH BUDAYA POLITIK ORGANISASI PEMERINTAH Feni Rosalia Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung feni.rosalia@fisip.unila.ac.id ABSTRAK Setiap organisasi pasti memiliki budaya organisasi, termasuk

Lebih terperinci