BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Perusahaan ini awalnya didirikan pada tahun 1975 oleh Bapak Chu Sok Sam dengan nama CV. Central Food Industrial Corporation di Jl. Daan Mogot km 12, Cengkareng, Jakarta barat, memulai usaha pertamanya sebagai produsen kecap kedelai. Berkat adanya dedikasi yang tinggi dalam melakukan perbaikan-perbaikan terhadap produk-produk konsumen, perusahaan telah dapat banyak membawa perkembangan dalam menciptakan produk-produk baru pada tahun pertama didirikannya. Pada tahun 1978, status perusahaan adalah swasta nasional dan dipimpin oleh seorang direktur bernama Kogan Mandala. Perusahaan membuat suatu variasi dengan memproduksi squash dan sirup dan kemudian diikuti dengan memproduksi saus sambal pada tahun 1979, saus tomat pada tahun 1980, dan jus buah dalam bentuk kemasan tetra packs pada tahun

2 Mengingat keadaan perusahaan yang semakin berkembang, maka para pimpinan perusahaan dan pemegang saham merasa perlu merubah bentuk perusahaan dari CV menjadi PT. Akhirnya mereka bersama-sama mendirikan perusahaan baru dengan nama PT. Aneka Bina Cipta Central Food Industry disingkat dengan nama PT. ABC Central Food tahun Status perusahaan tetap swasta nasional dengan direktur utama nyonya Erlina. Perusahaan mempunyai tujuan untuk memasarkana produk-produknya dari konsumen tingkat menengah hingga konsumen tingkat atas dengan menekankan pada kualitas yang baik. ABC FOODS menyalurkan produknya melalui kantor pemasarannya dan mengekspor produknya ke negara-negara diseluruh dunia seperti Amerika serikat, Kanada, Australia, Singapura, Malaysia, Brunei Darusalam, Taiwan, Hongkong, Jepang, Republik Maldives, Saudi Arabia, UAE, Rusai, Holland, UK. Denmark, Norway, Czech, Slovak, Yunani, dan lain-lain. Pada tahun 2000, perusahaan mengoperasikan 3 fasilitas manufaktur termutakhir yang dilengkapi dengan teknologi terbaru yang sesuai dengan standar internasional. Pada awal tahun 1999, pemegang saham dari PT ABC Central Food Industry memutuskan untuk membentuk suatu aliansi dengan H.J.Heinz dari Amerika Serikat dengan tujuan untuk memperkuat posisinya dipasaran Asia, dimana aliansi ini kemudian dinamakan PT Heinz ABC Indonesia. PT Heinz ABC Indonesia merupakan salah satu perusahaan produksi makanan terbesar di Asia tenggara dan sangat terkenal karena kualitasnya. Dan merk ABC tersebut juga merupakan salah satu merk yang paling terkenal di Asia tenggara, Khususnya pada kategori kecap kedelai dan saus sambal. 42

3 PT Heinz ABC Indonesia memperkerjakan lebih dari 3500 orang karyawan di 3 pabrik manufaktur diseluruh Indonesia, yaitu Daan Mogot, Karawang, dan Pasuruan, dengan kantor pusat yang berlokasi di Intiland Tower, Jl. Sudirman Kav 32 lantai 3A, Jakarta. Pada saat ini, produk-produk yang dihasilkannya adalah kecap kedelei, saus sambal, saus tomat, saus tiram, kecap manis, kecap asin, bermacam minuman syrup dalam bentuk botol ataupun kemasan terapaks, untuk plant Daan Mogot memproduksi produk jenis kecap dan minuman siap minum. Untuk melayani konsumen yang ada di Indonesia dan Asia tenggara, ABC group mengekspor produknya kelebih dari 30 negara diseluruh dunia, yang dimana produk yang diekspor tersebut dikemas baik secara retail maupun grosir dan dikirimkan dengan merk ABC dan jika dibutuhkan dengan label pribadi milik pembeli. Seluruh produk yang diproduksi oleh perusahaan sesuai dengan standart internasional, dimana perusahaan memperkerjakan team-team yang professional dan berdedikasi tinggi, yang dibantu oleh karyawan-karyawan dan staff yang berkualitas, yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya produk-produk yang berkualitaslah yang diproduksi oleh perusahaan. PT Heinz ABC Indonesia dikenal oleh para pelanggannya karena kepercayaan yang telah diberikan oleh pihak perusahaan sebagai organisasi yang berorientasi pada kualitas dan pelayanan. Perusahaan selalu mencari kesempatan-kesempatan baru untuk memenuhi komitmen perusahaan terhadap pelanggannya dan perusahaan juga selalu berusaha untuk memvariasikan produk-produknya serta memperluas jangkauan pasarnya 43

4 4.1.1 Visi, misi, dan Kebijakan Mutu Visi : Menjadi perusahaan makanan dan minuman terdepan di dunia yang menghasilkan produk yang unggul dalam cita rasa dan bergizi bagi konsumen dimana saja. Misi : Kami berjuang untuk dapat menghasilkan produk makanan dan minuman dengan Brand yang terpercaya, unggul dalam cita rasa, bergizi serta memiliki mutu yang konsisten bagi seluruh keluarga Indonesia agar dapat hidup lebih sehat dan sejahtera. Kebijakan mutu : PT Heinz ABC Indonesia bertanggung jawab untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kepuasan konsumen, bermutu, aman untuk dikonsumsi, sesuai dengan pereturan yang berlaku serta Halal melalui: 1. Penerapan dan pemenuhan spesifikasi dan persyaratan yang di tetapkan. 2. Peningkatan yang berkesinambungan untuk mencapai mutu yang unggul. 3. Penerapan Quality Risk Management Process ( QRMP) 4. Penerapan Technical Policy T.01 Quality Foods and Manufacturing Standart. 44

5 4.1.2 Jam kerja Waktu kerja karyawan adalah tujuh hari kerja namun setiap karyawan memiliki waktu libur satu kali dalam tujuh hari kerja tersebut. Apabila karyawan sakit bisa ijin tidak kerja namun harus disertai dengan keterangan dari dokter. Bila karyawan tiba-tiba ada kepentingan mendadak, maka karyawan boleh meminta ijin namun hari kerjanya diganti dengan dengan hari libur. Istirahat mingguan tidak selalu jatuh pada hari minggu. Pekerja yang karena sifat pekerjaannya, maka jam kerja dan jam atau jam istirahat atau jam kerja lembur diatur secara tersendiri oleng masing-masing departemen. Jam kerja yang berlaku adalah 40 (empat puluh) jam seminggu, dengan istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya ½ (setengah) jam sehari dan 1 (satu) hari istirahat mingguan dalam seminggu. 1. Pada tenaga kerja dibagian produksi dibagi menjadi 3 shift, yaitu sebagai berikut: a. Shift 1 Senin Jum at : 07:00 15:00; jam istirahat 12:00 13:00 b. Shift 2 Senin Jum at : 15:00 23:00; jam istirahat 18:00 19:00 45

6 c. Shift 3 Senin Jum at : 23:00 07:00; jam istirahat 03:00 04:00 Sabtu : 07:00 22:00 (untuk 3 shift) 2. Jam kerja karyawan kantor jam operasi kerja adalah sebagai berikut: Senin Jum at : 07:30 16:30; jam istirahat 12:00 13:00 Sabtu : Off Hari Jum at : Istirahat dari 11:30 13: Pemasaran Ketepatan dalam memilih lokasi distribusi merupakan faktor pendukung perkembangan suatu usaha. Pada PT. Heinz ABC Indonesia produk jadi yang telah dikemas dari pabrik akan dikirim kepusat distribusi untuk dilanjutkan ke penjual produk, dan akhirnya produk dapat dibeli oleh konsumen di seluruh Indonesia. Cabang pabrik Daan Mogot, Kerawang, Pasuruan, serta Co-Packer akan mendistribusikan produk ke Distribution Center Kalideres, DC. Karawang, serta DC. Rungkut. Pabrik Daan Mogot sendiri akan mendistribusikan produk yang sudah dikemas ke DC. Kalideres serta DC. Karawang. Selama Proses pendistribusian keamanan serta kualitas produk harus tetap dijaga dan diutamakan untuk menjaga kepuasan konsumen. 4.2 Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini akan diuraikan dengan menggunakan tahapan DMAIC yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing tahapan : 46

7 4.2.1 Tahap Define Pada tahap define ini akan di kumpulkan data untuk mengidentifikasi kecacatan yang terjadi pada produk minuman RTD 90 ml. 1. Penentuan CTQ ( Critical to Quality ) Dalam CTQ ini akan di bahas keterangan jenis cacat produk yang biasanya di sebabkan oleh volume kurang, ketidaksesuaian dimensi, sambungan kemasan dan gagal coding. Jenis cacat volume kurang dan ketidaksesuaian dimensi lebih banyak di sebabkan oleh faktor sistem mesin sedangkan sambungan kemasan dan gagal Coding lebih banyak di sebabkan oleh faktor manual ( dalam hal ini manusia ). Berikut jenis jenis cacat pada produk minuman RTD 90 ml : 1. Volume kurang Volume kurang terjadi ketika volume bersih minuman RTD 90 ml tidak mencapai standar. Volume kurang dapat mengakibatkan umur kadaluarsa produk menjadi tidak beraturan serta rentan tumbuhnya mikroba dan bisa merugikan pelanggan karena membeli produk yang tidak sesuai content yang dicantumkan pada kemasan. Pengecekan dilakukan dengan cara penimbangan. Berikut gambar penimbangan pada produk RTD 90 ml : 47

8 Gambar 4.1 Penimbangan Berat Produk RTD 90 ml Sesuai Standar ( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Berat standar produk RTD 90 ml adalah gram. Berat tersebut lalu dikurangi hasil berat kemasan kosong dan straw. Dimana berat kemasan kosong dan straw adalah 10 gram. Berikut perhitungan isi bersih produk RTD 90 ml : Isi Bersih ( gram ) = Hasil penimbangan (gram ) 10 ( gram ) Isi Bersih ( gram ) = gram - 10 gram Isi Bersih ( gram ) = 91.2 gram Sehingga bisa diartikan isi bersih yang berada di produk RTD 90 ml tersebut adalah 91.2 ml. karena berat jenis isi produk tersebut adalah 1 gram/mililiter. Kemudian berikut gambar penimbangan berat produk RTD 90 ml yang tidak sesuai standar : 48

9 Gambar 4.2 Penimbangan Berat Produk RTD 90 ml Tidak Sesuai Standar ( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Pada gambar diatas menunjukan tidak kesesuaian berat standar kemasan yang mempunyai standar gram. Hal ini dapat menyebabkan kerugian pada konsumen sehingga akan adanya ketidakpuasan konsumen sehingga beresiko dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan. 2. Ketidaksesuian dimensi Cacat ini terjadi ketika kemasan tidak berbentuk sesuai bentuk standar kemasan pada produk RTD 90 ml. Cacat ini terjadi dikarenakan faktor mesin yang error sehingga mengakibatkan bentuk kemasan menjadi buruk. Berikut gambar ketidaksesuaian dimensi pada produk RTD 90 ml : 49

10 Gambar 4.3 Ketidaksesuian Dimensi Produk RTD 90 ml ( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Dari gambar tersebut bisa dilihat kemasan tidak berbentuk semestinya. Hal ini sangat sering terjadi ketika penyesuian awal kerja mesin karena saat mesin bekerja, mesin membutuhkan pemanasan dan waktu untuk bisa bekerja secara optimal. Hal ini juga mengakibatkan loss produk sehingga terjadi kerugian perusahaan. 3. Sambungan kemasan Cacat ini terjadi apabila mesin tidak bekerja dengan baik sehingga sambungan kemasan tidak sempurna dan dapat menyebabkan kemasan menjadi kembung karena terkontaminasi oleh mikroba. Berikut gambar produk cacat RTD 90 ml yang disebabkan oleh sambungan kemasan : 50

11 Gambar 4.4 Kesalahan Sambungan Kemasan Produk RTD 90 ml ( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Gambar tersebut adalah produk RTD 90 ml yang cacat dikarenakan kurang merekatnya sambungan kemasan sehingga kemasan menjadi lepas / tidak merekat. Hal ini disebabkan oleh kinerja mesin dan kualitas paper kemasan yang kurang baik. Sambungan kemasan ini rentan terjadi ketika operator tidak teliti terhadap pengecekan sehingga membuat banyaknya produk yang terbuang karena gagalnya sambungan kemasan. 4. Gagal Coding Gagal coding merupakan jenis cacat yang terjadi ketika penanggalan produksi dan expired date tidak sempurna. Seperti tejadinya kesalahan 51

12 dalam penentuan tanggal dan coding tidak terlihat jelas. Berikut gambar kesalahan penanggalan produksi : Gambar 4.5 Kesalahan Coding Produk RTD 90 ml ( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Dari gambar diatas terdapat dua gambar yang mempunyai perbedaan Coding / penanggalan produksi. Pada gambar sebelah kiri merupakan contoh penanggalan produk yang benar sesuai tanggal produk tersebut diproduksi yaitu pada tanggal 27. Namun pada gambar produk sebelah kanan merupakan contoh produk yang salah penanggalan yang seharusnya adalah tanggal produksi produk tersebut yaitu tanggal 27 bukan tanggal

13 Hal ini terjadi karena kelalaian operator dan kurangnya ketelitian operator dalam bekerja. Gagal Coding sangat jarang terjadi, namun bila terjadi bisa mengakibatkan jumlah cacat produk yang sangat banyak. 2. Diagram Pareto Jumlah Produksi Cacat PT. Heinz ABC Indonesia divisi RTD memiliki jumlah produksi yang banyak sehingga mempunyai jumlah produk cacat yang banyak juga setiap harinya. Hal ini bila dibiarkan akan terus membuat kerugian pada perusahaan karena tingginya defect produk akan mempengaruhi produktivitas dan provit perusahaan. Oleh karena itu, Diagram Pareto digunakan untuk mengetahui penyumbang terbesar dalam kecacatan produk RTD 90 ml. Berikut tabel 4.1 yang merupakan tabel rekapitulasi jumlah produksi yang diamati selama peneliti melakukan pengamatan dan kemudian dituangkan ke dalam histogram pada gambar

14 Tabel 4.1 Tabel Rekapitulasi Jumlah Produksi RTD 90 ml Januari 2016 Hari ke - Hasil Produksi ( Unit ) ( Sumber : Pengolahan data ) 54

15 jumlah produksi Hari Ke- Gambar 4.6 Histogram Produk RTD 90 ml Januari 2016 (Sumber : Pengolahan data) Setiap harinya jumlah produksi berbeda-beda mengakibatkan ketidakstabilan produktivitas. Berdasarkan dari diagram pareto diatas maka diketahui bahwa produksi terbanyak pada hari ke- 8 pengamatan sebanyak produk dan produksi terendah berada di hari ke- 9 sebanyak produk. Terdapat jumlah produk cacat yang berbeda-beda penyebabnya dikarenakan banyak faktor juga yang mengakibatkan produk cacat itu sendiri. Berikut tabel 4.2 yang merupakan tabel rekapitulasi pengumpulan data kecacatan produk RTD 90 ml yang menerangkan jumlah produk cacat berdasarkan penyebabnya. 55

16 Tabel 4.2 Tabel Rekapitulasi Data Kecacatan Produk Minuman RTD 90 ml Jenis Cacat Hari ke - volume Kurang ketidaksesuaian Dimensi Sambungan Kemasan Gagal Coding Jumlah Cacat Jumlah yang diamati TOTAL (Sumber : Pengolahan data) 56

17 Dalam tabel 4.2 bisa diketahui jumlah cacat sebanyak produk dengan total cacat yang paling tinggi disebabkan gagal coding, sambungan kemasan, volume kurang dan yang paling rendah adalah ketidaksesuian dimensi. Dalam hal ini produktivitas produk dan yield produk akan terganggu secara signifikan hanya karena besarnya jumlah produk cacat yang terjadi setiap harinya. Kemudian data jumlah cacat ini dituangkan kepada diagram pareto di bawah ini : % % % % % 0 Gagal Coding Sambungan Kemasan volume Kurang ketidaksesuaian Dimensi 0.00% Jumlah Cacat Persentase Jumlah Cacat Kumulatif Gambar 4.7 Diagram Pareto Jumlah Cacat Akumulatif (Sumber : Pengolahan data) Dari gambar diatas dapat diketahui jumlah terbanyak cacat produk disebabkan oleh gagal Coding yaitu sebanyak produk, sambungan kemasan sebanyak produk, volume kurang sebanyak produk dan paling terendah disebabkan oleh ketidaksesuaian dimensi sebanyak produk. Data jumlah produksi cacat tersebut kemudian diakumulatifkan seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini : 57

18 Tabel 4.3 Data Akumulatif Produk Cacat Januari 2016 Jenis Cacat Jumlah Cacat Jumlah Cacat Kumulatif Persentase Jumlah Cacat Persentase Jumlah Cacat Kumulatif volume Kurang % 22.73% ketidaksesuaian Dimensi % 42.63% Sambungan Kemasan % 70.42% Gagal Coding % % (Sumber : Pengolahan data) Dari tabel diatas dapat diketahui persentase jumlah cacat terbesar disebabkan oleh gagal coding sebanyak 29.58%, sambungan kemasan sebanyak 27.79%, volume kurang sebanyak 22.73% dan yang paling terendah disebabkan oleh ketidaksesuaian dimensi sebanyak 19.90%. 3. Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer) Diagram ini dibuat untuk memahami proses masak RTD 90 ml yang terjadi antara input yang diperlukan, proses yang dijalankan dan output yang dihasilkan. Proses yang dijalankan dalam proses pembuatan produk RTD 90 ml dapat dilihat pada diagram SIPOC dibawah ini. 58

19 Tabel 4.4 Diagram SIPOC Proses Masak Minuman RTD 90 ml DIAGRAM SIPOC Proses Masak Minuman RTD 90 ml Supplier Input Proses Output Customer Gudang bahan baku dan gudang bahan kemas Spesifikasi Bahan Baku dan Bahan kemas Penerimaan Bahan baku dan kemas Bahan baku siap diproses & bahan kemas siap Operator Formulasi bahan baku Produksi Operator formulasi Standar Formula bahan baku Formulasi Bahan Baku Bahan formulasi yang siap dimixing Operator Mixing Operator mixing WI Mixing bahan baku Mixing bahan baku dan penyaringan Hasil mixing siap disaring dan Operator Filling Operator Sterelisasi Standar suhu dan waktu sterelisasi Sterelisasi Produk hasil Sterelisasi Operator Cooling Product A 59

20 DIAGRAM SIPOC Proses Masak Minuman RTD 90 ml Supplier Input Proses Output Customer A Operator cooling produk Standar suhu dan waktu pre-cooling dan waktu cooling Pre- cooling dan cooling Produk hasil precooling dan produk cooling Drying Drying conveyor Standar kecepatan conveyor Drying Produk yang sudah kering Operator packing Operator packing WI Packing Packing Produk akhir siap disimpan Operator Finished goods Operator Finished Goods Standar penyimpanan produk jadi Penyimpanan produk jadi Produk akhir siap dikirim ke Transporter Transporter Standar pengiriman produk Pengiriman produk ke distributor Produk akhir siap dijual Distributor 60

21 4.3 Pengolahan Data Tahap ini merupakan tahap untuk mengukur keadaan dan kondisi perusahaan. Pada tahap ini akan diuraikan tentang data-data defect produk minuman RTD 90 ml dan kapabilitas proses produksi saat ini Tahap Measure a. Data Cacat Produk RTD 90 ml Berikut adalah data jenis cacat produk RTD 90 ml pada Januari 2016 Tabel 4.5 Data Jenis Cacat RTD 90 ml Januari 2016 Hari ke - Sampling Produk Volume Kurang JENIS CACAT PRODUK Ketidaksesuaian Dimensi Sambungan Kemasan Gagal Coding Jumlah Cacat Produk TOTAL (Sumber : Pengolahan data ) 61

22 Berdasarkan data tabel diatas, dapat diketahui bahwa jenis cacat yang terjadi pada produk RTD 90 ml adalah volume kurang, ketidaksesuaian dimensi, sambungan kemasan dan Gagal Coding. Defect yang paling banyak terjadi pada produk RTD 90 ml adalah jenis cacat Gagal Coding sebanyak 54 produk cacat dan yang terendah adalah sambungan kemasan sebanyak 19 produk cacat. Walau jarang terjadi untuk cacat Gagal Coding ini setiap harinya namun jika terjadi, perolehan jumlah cacat yang disebabkan Gagal Coding sangat banyak jumlahnya dalam setiap kejadian. Kemudian data tersebut diakumulatifkan seperti tabel dibawah ini. Tabel 4.6 Data Kumulatif Jenis Cacat Produk Jenis Cacat Jumlah Cacat Jumlah Cacat Kumulatif Persentase Jumlah Cacat Persentase Jumlah Cacat Kumulatif volume Kurang % 25.35% ketidaksesuaian Dimensi % 48.59% Sambungan Kemasan % 61.97% Gagal Coding % % ( Sumber : Pengolahan data ) Dari tabel diatas dapat diketahui persentase jumlah cacat terbesar disebabkan oleh gagal coding sebanyak 38.03%, volume kurang sebanyak 25.35%, ketidaksesuaian dimensi sebanyak 23.24% dan yang paling terendah disebabkan oleh sambungan kemasan sebanyak 13.38%. 62

23 b. Pengukuran Baseline Kinerja Pengukuran baseline kinerja dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu produk dapat memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan, sebelum produk itu diserahkan kepada pelanggan. Dalam pengukuran baseline kinerja digunakan satuan pengukuran DPMO (Defect Per Million Opportunities). Berikut nilai DPMO dan tingkat sigma proses pembuatan produk minuman RTD 90 ml. 63

24 Hari ke - Sampling Produk Tabel 4.7 Nilai DPMO ( Defect Per Milion Opportunities ) Minuman RTD 90 ml Volume Kurang JENIS CACAT PRODUK Ketidaksesuaian Dimensi Sambungan Kemasan Gagal Coding Jumlah Cacat Produk CTQ Potensi Penyebab Kecelakaan DPMO TOTAL SIGMA 64

25 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sampling produk diambil 20 produk perharinya lalu diamati. Sehingga akan bisa menghasilkan nilai DPMO yang berada di tabel 4.7 tersebut. Nilai DPMO rata rata proses produksi minuman RTD 90 ml adalah artinya setiap memproduksi sebanyak satu juta produk, terdapat kemungkinan cacat sebanyak produk. Sedangkan rata rata timgkat Sigmanya adalah Tingkat sigma 3.07 merupakan tingkat sigma yang rendah dan perlu lebih diperhatikan untuk meningkatkan tingkat sigma sehingga dapat mengurangi variasi cacat produk dan dapat menaikan produktivitas produksi. 65

1.1 Profil Perusahaan

1.1 Profil Perusahaan BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Profil Perusahaan PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan swasta yang secara resmi didirikan pada tanggal 25 Juni 1988.Tujuan utama pendirian perusahaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan dan Perkembangan Perusahaan Perusahaan ini awalnya didirikan pada tahun 1975 oleh Bapak Chu Sok Sam dengan nama CV.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Penelitian tentang penerapan Value Stream Maping ini dilakukan di PT. XYZ, Plant Daan Mogot. Untuk itu penulis akan membahas sekilas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1 BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data 1.1.1 Profil Perusahaan PT KGI merupakan salah satu perusahaan manufaktur nasional yang memproduksi berbagai produk makanan dan minuman. PT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pola konsumtif masyarakat yang meningkat. Konsumen atau pengguna produk. keputusan pengembangan produk atau jasa yang ditawarkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pola konsumtif masyarakat yang meningkat. Konsumen atau pengguna produk. keputusan pengembangan produk atau jasa yang ditawarkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini menimbulkan perubahan dalam pola konsumtif masyarakat yang meningkat. Konsumen atau pengguna produk semakin selektif untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya konsumen yang semakin pintar dalam memilih produk. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya konsumen yang semakin pintar dalam memilih produk. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan antar produk di pasar perdagangan semakin ketat, dengan adanya konsumen yang semakin pintar dalam memilih produk. Hal ini menuntut pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini mengalami era globalisasi dimana semakin hari semakin dihadapkan dengan banyaknya persaingan antar perusahaan-perusahaan yang saling

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah 59 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define National Garmen merupakan sebuah industri pembuatan baju kemeja, kaos polo, kaos oblong dan jaket. Sistem produksi pada National Garmen berdasarkan make by order yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha BAB 1 Pendahuluan 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Perusahaan HJ Heinz didirikan di Pennsylvania pada tanggal 27 Juli 1900. Pada tahun 1905, perusahaan berhasil melakukan bisnis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv SURAT KETERANGAN PENELITIAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO... vii KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG Perencanaan Perbaikan Kualitas Produk Shuttlecock Merk Supermen Dengan Metode Six Sigma Pada MIDO Shuttlecock Industry Tegal SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Strata Satu ( S1) Pada

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality Petunjuk Sitasi: Mudiastuti, R. D., & Hermawan, A. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT TIRTA ALAM SEGAR OLEH: SNEZANA YOFANDA/

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT TIRTA ALAM SEGAR OLEH: SNEZANA YOFANDA/ MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT TIRTA ALAM SEGAR OLEH: SNEZANA YOFANDA/ 37412094 PENDAHULUAN Latar Belakang Kecelakaan Kerja Program K3 PT Tirta Alam Segar PERUMUSAN PENELITIAN Mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah quality improvement muncul dikarenakan persaingan telah menuntut semua organisasi dan perusahaan untuk semakin inovatif dalam memenuhi keinginan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil perusahaan PT.Agel Langgeng (PTAL) berdiri tahun 1991 di Bekasi Jawa Barat. Perusahaan yang mesih termasuk Kapal Api Group

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ( ICBP ) merupakan produsen berbagai produk konsumen bermerek yang mapan dan terkemuka dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Sampel dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang Plant, dan difokuskan pada jumlah cacat produk yang

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, persaingan industri menjadi sangat ketat ketika dibukanya pasar bebas dan terlebih lagi diberlakukannya standarisasistandarisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Istilah quality improvement muncul dikarenakan persaingan telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Istilah quality improvement muncul dikarenakan persaingan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah quality improvement muncul dikarenakan persaingan telah menuntut semua organisasi dan perusahaan untuk semakin inovatif dalam memenuhi keinginan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan diri. Peningkatan ini dapat berbentuk perbaikan desain produk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan diri. Peningkatan ini dapat berbentuk perbaikan desain produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agar dapat berkompetisi di dunia masa kini, setiap perubahan perlu meningkatkan diri. Peningkatan ini dapat berbentuk perbaikan desain produk dan jasa, pengurangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses produksi merupakan kegiatan utama dalam perusahaan industri manufaktur. Tingkat efektifitas dan efisiensi berproduksi dituntut memiliki nilai yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO.. v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI..... viii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap industri pada umumnya berusaha menjaga agar produk yang dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini mendorong perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 33 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Secara umum, metodologi penelitan diartika sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Yang dimaksud sebagai cara ilmiah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK ANALISIS KAPABILITAS PROSES PRODUK KAWAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE, CONTROL DENGAN METODE TAGUCHI DI PT. UNIVERSAL METAL WORK SIDOARJO Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan global pada umumnya setiap perusahaan mengharapakan keberhasilan dalam menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena persaingan antar produk pada saat ini mengharuskan perusahaan untuk

I. PENDAHULUAN. Fenomena persaingan antar produk pada saat ini mengharuskan perusahaan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena persaingan antar produk pada saat ini mengharuskan perusahaan untuk merancang dan menetapkan strategi bersaing yang tepat untuk merebut pangsa pasar (Market

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tertentu yang dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nya dalam menghadapi konsumen yang sangat beragam. Situasi persaingan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. nya dalam menghadapi konsumen yang sangat beragam. Situasi persaingan yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memasuki era globalisasi perekonomian yang semakin ketat ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan pemasaran di suatu perusahaan salah satu nya dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO

PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO PENINGKATAN KUALITAS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT. ECCO INDONESIA SIDOARJO SKRIPSI Disusun oleh : SABRINA DWI C 0632010035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC

MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC MINIMASI NG BINTIK PADA PROSES PENGECATAN PART FRONT FENDER 1PA RED MET 7 DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PT. ABC Cyrilla Indri Parwati 1) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Ilham Maulana NPM : 33412606 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO Putri Endang Fitriany 35412763 LATAR BELAKANG Kualitas Cacat DMAIC PT Pintu Mas Garmindo Celana Pendek Model

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Simba merupakan suatu perusahaan swasta yang berdiri dengan nama lengkap PT Simba Indosnack Makmur. Keterangan-keterangan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua perusahaan yang berkeinginan untuk mempertahankan bisnisnya di

BAB I PENDAHULUAN. Semua perusahaan yang berkeinginan untuk mempertahankan bisnisnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Asal Masalah Semua perusahaan yang berkeinginan untuk mempertahankan bisnisnya di tengah persaingan, globalisasi dan pasar bebas dewasa ini tidak bisa hanya berdiam diri dan mengandalkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimasa sekarang ini perindustrian di Indonesia sudah semakin berkembang kearah yang lebih baik dengan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, sehingga

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan 1 BAB 5 ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Analyze Pada tahap analyze ini dilakukan analisa faktor faktor penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram, diagram pareto dan yang terakhir teknik 5 why analysis.

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start Reduksi waste Pada Produksi kacang garing Dengan pendekatan lean six sigma Menggunakan Metode FMEA (study kasus pada PT.Dua Kelinci) Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006 PENGENDALIAN TINGKAT CACAT PADA WORK STATION PENJAHITAN KAIN SPRING BED DI PT. DINAMIKA INDONUSA PRIMA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Umum Perusahaan PT. MAYORA INDAH adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan ini

Lebih terperinci

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur Peningkatan dan Perbaikan Kualitas Produk "Sepatu" dengan Menggunakan Siklus Dmaic pada Six Sigma di CV. X Mojokerto Rusindiyanto FTI UPN Veteran Jawa Timur Abstraksi Di tengah persaingan bisnis yang semakin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Konsep Kunci 2.1.1.1 Definisi Kualitas Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisa

Lebih terperinci