LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MORBILI OLEH : : NI WAYAN BUDIARINI : P : 2.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MORBILI OLEH : : NI WAYAN BUDIARINI : P : 2."

Transkripsi

1 LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MORBILI OLEH : NAMA NIM KELAS : NI WAYAN BUDIARINI : P : 2.1 REGULER POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

2 TAHUN AJARAN 2013/2014 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MORBILI PADA ANAK A. PENGERTIAN Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat disebut juga campak, measles,rubeola.(ika,fkui Volume 2, 1985) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90) Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351) Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95) Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451)

3 Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex, 2001:153). Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001:211). Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer, 2000 : 47). B. ETIOLOGI Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercakbercak. Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985). Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30 o C dan -20 o C, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91). Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351) Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam

4 kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198). C. EPIDEMOLOGI Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain : 1. Percikan ludah yang mengandung virus 2. kontak langsung dengan penderita 3. penggunaan peralatan makan & minum bersama. Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah : 1. bayi berumur lebih dari 1 tahun 2. bayi yang tidak mendapatkan imunisasi 3. Daya tahan tubuh yang lemah 4. Belum pernah terkena campak 5. Belum pernah mendapat vaksinasi campak. 6. remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

5 D. PATOFISIOLOGI Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus. Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352). Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (IKA,FKUI Volume 2,1985). E. KLASIFIKASI MORBILI Masa tunasnya adalah hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3 stadium yaitu: 1. Stadium Kataral ( Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut: a. Panas b. Malaise c. Batuk d. Fotofobia e. Konjungtivitis

6 f. Koriza Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir. 2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah: a. Koriza dan Batuk bertambah b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole c. Kadang terlehat bercak koplik d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening f. Splenomegali g. Diare dan muntah Variasi dari morbili disebut Black Measles yaitu morbili yang disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalensensi a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas(hiperpigmentasi) b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume 2,1985). F. MANIFESTASI KLINIS Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah: 1. Stadium Kataral (prodromal) Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.

7 2. Stadium erupsi Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang normal. Mulamula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak. 3. Stadium Konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625) Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179) G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosis ditegakkan berdasarkan : 1. Gambaran klinis yang khas 2. Pemeriksaan laboratorium 3. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni 4. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas 5. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 1997 : 94)

8 6. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel yang khas. 7. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 4 minggu kemudian. H. PENATALAKSANAAN Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita campak tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar selalu mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila penyakit bertambah berat. Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : 1. Isolasi untuk mencegah penularan 2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan) 3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman 4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan banyak, berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent) 5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi 6. Kompres hangat bila panas badan tinggi 7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat. 8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain: a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen b. Pengurang batuk (antitusif)

9 c. Vitamin A dosis tunggal : 1) Di bawah 1 tahun: unit 2) Di atas 1 tahun: unit d. Antibiotika Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia) e. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita morbili dengan ensefalitis yaitu : f. Hidrokortison mg/hr selama 3-4 hari g. Prednison 2 mg/kgbb/hr selama 1 minggu I. KOMPLIKASI 1. Pneumoni Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela. 2. Gastroenteritis Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 30,4% 3. Ensefalitis Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi. 4. Otitis media Komplikasi yang sering ditemukan 5. Mastoiditis Komplikasi dari otitis media 6. Gangguan gizi Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 1998 : 95)

10 KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN MORBILI A. PENGKAJIAN 1. Pengkajian Data Dasar Biodata Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab. 2. Proses keperawatan a. Keluhan utama Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terusmenerus berlangsung 2 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96) b. Riwayat keperawatan sekarang Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96) Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213) c. Riwayat keperawatan dahulu Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185). Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak (Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2001 : 213) d. Riwayat Keluarga

11 Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185) 3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual b. Bernafas Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat bernafas c. Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS. Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit d. Eliminasi 1) BAK Kebiasaan : frekuensi, warna, bau. Perubahan setelah sakit 2) BAB Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi. Perubahan setelah sakit. e. Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS f. Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien Perubahan setelah sakit

12 g. Kebersihan Diri Kaji bagaimana toiletingnya pasien. h. Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal(36-37 C), pireksia/demam(38-40 C), hiperpireksia=40 C< ataupun hipertermi <35,5 C. i. Rasa Nyaman Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Observasi nyeri yang di keluhkan pasien. j. Rasa Aman Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan k. Sosialisasi dan Komunikasi Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji apakan pasien mampu bercanda dengan keluarganya. l. Bekerja Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan keluarganya i. Ibadah Ketahui agama apa yang dianut pasien j. Rekreasi Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat depresi. k. Pengetahuan atau belajar

13 Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai cara pencegahan diare pada anak. Disinilah peran perawat untuk memberikan HE kepada keluarga pasien mengenai cara pencegahan diare pada anak. 4. Pemeriksaan Fisik a. Kulit : Timbul rash Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular ( penonjolan pada kulit yang berwarna merah ) Timbul dari belakang telinga pada batas rambut dan menyebar ke daerah pipi, seluruh wajah, leher, lengan bagian atas dan dada bagian atas dalam 24 jam I. Dalam 24 jam berikutnya, menyebar menutupi punggung, abdomen, seluruh lengan dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke 2 3, maka rash pada wajah mulai menghilang. Proses menghilangnya rash berlangsung dari atas ke bawah dengan urutan sama dengan urutan proses pemunculannya. Dalam waktu 4 5 hari menjadi kehitam hitaman ( hiperpigmentasi ) & pengelupasan (desquamasi). b. Kepala 1) Mata : Konjungtivitis & fotofobia.tampak adanya suatu garis melintang dari peradangan konjungtiva yang dibatasi pada sepanjang tepi kelopak mata ( Transverse Marginal Line Injectio ) pada palpebrae inferior, rasa panas di dalam mata & mata akan tampak merah, berair, mengandung eksudat padakantong konjungtiva. 2) Hidung :

14 Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncak serta menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas. 3) Mulut : Didapatkan koplik's spot Merupakan gambaran bercak bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang dan bagian tengahnya berwarma putih kelabu. Berada pada mukosa pipi berhadapan dengan molar ke 2, tetapi kadang kadang menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari ke 2 setelah erupsi kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas pada morbili. 4) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas jaringan limphoid untuk menghancurkan agen penyerang ( virus morbili ). 5) Dada : a) Paru : Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan bersihan jalan nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi otot bantu pernafasan dan suara nafas tambahan. Batuk yang disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran nafas bersifat batuk kering. Intensitas batuk meningkat mencapai puncak pada saat erupsi. Bertahan lama & menghilang secara bertahap dalam 5 10 hari. b) Jantung : Terdengar suara jantung I & II.

15 6) Abdomen : Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat menurun. 7) Anus & genetalia : c) Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare Eliminasi uri tidak terpengaruh. 8) Ekstremitas atas dan bawah : 5. Pemeriksaan penunjang Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu timbulnya. Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia ringan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan peningkatan produksi sputum 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi. 4. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise 5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya. 6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus 7. Hipertermi berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit. C. INTERVENSI 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum Hasil yang diharapkan :

16 a. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas. b. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal : batuk efektif dan mengeluarkan sekret. Intervensi : 1) Auskultasi bunyi napas Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. 2) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses infeksi akut. 3) Catat adanya atau derajat dipsnoe sesak napas Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. 4) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode akut. 5) Observasi karakteristik batuk Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan. Hasil yang diharapkan : a. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.

17 b. Tidak mengalami tanda malnutrisi. c. Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai. Intervensi : 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. 2. Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. 3. Timbang berat badan tiap hari Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. 4. Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. 5. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan. Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi. Hasil yang diharapkan : a. Anak yang rentan tidak mengalami penyakit. b. Infeksi tidak menyebar c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan dehidrasi. Intervensi : 1. Identifikasi anak beresiko tinggi Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan 2. Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.

18 Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah. 3. Pantau suhu Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi. 4. Pertahankan higiene tubuh yang baik. Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi. 5. Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta makanan halus atau lunak. Rasional : - Untuk menjamin hidrasi yang adekuat Banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit 4. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise Hasil yang diharapkan : a. Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi. b. Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum. Intervensi : 1. Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap. Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab. 2. Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta 3. Jaga agar anak tetap dingin. Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal. 4. Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin Rasional : untuk menurunkan rasa gatal. 5. Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai kebutuhan dan ketentuan. Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi rasa gatal. 5. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.

19 Hasil yang diharapkan : a. Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan b. Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi. Intervensi : 1. Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus. Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan. 2. Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker Rasional : untuk memfasilitasi koping positif. 3. Berikan aktivitas pengalihan Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi. 4. Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama hospitalisasi. Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan. 5. Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya. 6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh Intervensi : 1) Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder. 2) Pakailah sarung tangan atau restrein siku Rasional : untuk mencegah penggarukan 3) Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.

20 Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal. 4) Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis). Rasional : untuk mencegah penggarukan 5) Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka). Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus. 6) Hindari pemajanan panas atau sinar matahari. Rasional : menimbulkan ruam (Doenges, 2000 : 156, 157 dan 575). 7. Hipertermi berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit. 8. Hasil yang diharapkan : Klien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal. Kriteria hasil : a. Suhu tubuh 36,5º 37,5º C ( bayi ), suhu tubuh 36º 37,5ºC(anak) b. Frekuensi pernafasan : Bayi ; x/mnt, anak ; x/mnt. c. Frekuensi nadi : Bayi ; x/mnt, anak ; x/mnt. Intervensi : 1. Monitor temperatur suhu R/ Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut. 2. Monitor suhu lingkungan. R/ Temperatur lingkungan dipertahankan mendekati suhu normal. 3. Berikan kompres dingin. R/ Menurunkan panas lewat konduksi. 4. Berikan antipiretik sesuai program tim medis. R/ Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.

21 D. IMPLEMENTASI Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya : Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4). E. EVALUASI Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).

22 DAFTAR PUSTAKA Amin Huda Nurarif Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose medis & NANDA NIC-NOC.Jakarta : Med Action Publishing Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995 Doenges, E. Marilynn Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC Price, Sylvia A. Dkk Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. EGC, Jakarta Smeltzer, Suzanna C Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta. Markum.AH Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Bintang Askepep Morbili dalam : ( Diakses 8 april 2014 Pkl wita

BAB I KONSEP DASAR. stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena

BAB I KONSEP DASAR. stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001). Morbili adalah penyakit

Lebih terperinci

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. MORBILI

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. MORBILI MORBILI I. A. Definisi Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan

Lebih terperinci

Nova Faradilla, S. Ked

Nova Faradilla, S. Ked Author : Nova Faradilla, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk PENDAHULUAN Campak adalah endemik pada sebagian besar

Lebih terperinci

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare. PENYAKIT CAMPAK Apakah setiap bintik-bintik merah yang muncul di seluruh tubuh pada anak balita merupakan campak? Banyak para orangtua salah mengira gejala campak. Salah perkiraan ini tak jarang menimbulkan

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA Nur Hasanah* dan Heti Latifah** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

CAMPAK. Riwayat Alamiah Penyakit Campak

CAMPAK. Riwayat Alamiah Penyakit Campak CAMPAK Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

Author : Julia Andriani. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.

Author : Julia Andriani. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed. Author : Julia Andriani Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk MORBILI/CAMPAK/ /CAMPAK/MEASLESMEASLES DEFINIFI Campak yang

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) 1. Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI/ ANAK DENGAN PENYAKIT CAMPAK

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI/ ANAK DENGAN PENYAKIT CAMPAK LAPORAN PENDAHULUAN BAYI/ ANAK DENGAN PENYAKIT CAMPAK Oleh : Kadek Ayu Rastiti Dewi Ni Luh Putu Kemala Putri P07120215020 P07120215021 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat) . KOMPLIKASI Ensefalopai hepaic terjadi pada kegagalan hai berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopai hepaik. Kerusakan jaringan paremkin hai

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Penyakit Campak Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam

Lebih terperinci

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4. KONSEP MEDIK A. Pengertian Mastoiditis Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya : LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP MEDIK 1. DEFINISI Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yg ditemukan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c. APPENDISITIS I. PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) II. ETIOLOGI Appendisitis

Lebih terperinci

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) Mimatun Nasihah* Eka Ayu Apriliana** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM : STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit cacar air dan campak mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit yang mendunia. Penyakit cacar air merupakan penyakit menular yang dapat menyerang

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang 27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

KONSEP TEORI. 1. Pengertian KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG A. Definisi Ca ovarium adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel cepat disertai

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tempat Sasaran Waktu : Imunisasi Campak : Pentingnya Imunisasi Campak bagi bayi : Puskesmas : Masyarakat : 09.00-09.35 WIB Hari dan Tanggal

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kurang kalori protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan melalui

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid atau Typhus Abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA PENGERTIAN Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. (Mizieviez). ETIOLOGI 1. Faktor

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA DIABETES HIPOGLIKEMIA GEJALA TANDA : Pusing Lemah dan gemetar Lapar Jari dan bibir kebas Pucat Berkeringat Nadi cepat Mental bingung Tak sadar DIABETES HIPOGLIKEMIA PERTOLONGAN PERTAMA ; Bila tak sadar

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi marn.

Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi marn. Contoh-contoh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh kainnya, termasuk meningitis, ginjal,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Febris / demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior

Lebih terperinci

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih PERTUSIS KELOMPOK III Amalia Putri Azizah Ayu Nila Sari Asri Nurul Falah Euis Oktaviani P Fitrah Rahmah Mariyatul Qibtiyah Rizqa A. M Selly M.P Susan Eka Putri Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia

Lebih terperinci

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Primer 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006). BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Bronchiolitis Bronchiolitis adalah suatu peradangan pada bronchiolus yang disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan adanya edema atau pembengkakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1. Defenisi Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh adanya inflamasi bronkus (Ngastiyah, 2003). Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronchopneumonia merupakan penyakit saluran nafas bagian bawah yang biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai dengan gejala awal

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN TBC PADA Sdr. H DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN TBC PADA Sdr. H DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN TBC PADA Sdr. H DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin

Lebih terperinci