Laporan Tahunan 2014 KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Tahunan 2014 KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Laporan Tahunan 2014 Sebagai salah satu unit kerja Eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Budidaya Serealia sesuai Tupoksinya pada tahun 2014 telah melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung tercapainya sasaran program dan kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Laporan Tahunan ini berisi laporan pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya Serealia maupun yang merupakan hasil koordinasi dengan seluruh stake holders baik pusat maupun daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) selama tahun Dengan tersusunnya laporan tahunan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perkembangan di bidang Budidaya Serealia, diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pengembangan Budidaya Serealia pada masa yang akan datang. Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam pelaksanaan Tupoksi Kegiatan Direktorat Budidaya Serealia selama Tahun 2014 disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Direktorat Budidaya Serealia i

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii DAFTAR TABEL. iv DAFTAR GRAFIK. vi DAFTAR LAMPIRAN. vii DAFTAR GAMBAR. viii I. PENDAHULUAN. 1 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA... 3 III. PELAKSANAAN PROGRAM 1. Padi Jagung Serealia Lainnya.. 54 IV. PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun Penyusunan Program Dan Rencana Kerja Penyusunan Pedoman Pelaksanaan dan Pengembangan Budidaya Serealia Bimbingan dan Pembinaan SL-PTT Mendukung Peningkatan Produksi Padi Irigasi dan Rawa Bimbingan dan Pembinaan SL-PTT Padi THLK Monitoring dan Evaluasi SL-PTT Padi THLK Bimbingan dan Pembinaan Pengembangan SL-PTT Jagung Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan SL-PTT Padi Irigasi dan Rawa Pengembangan Serealia Lain Monitoring dan Evaluasi Optimalisasi Jagung Bimbingan dan Pembinaan Pengembangan Padi THLK Gerakan Tanam dan Panen 85 a. Gerakan Tanam Padi.. 85 b. Gerakan Panen Padi 88 Direktorat Budidaya Serealia ii

4 13. Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Padi THLK Pertemuan Pertemuan a. Konsolidasi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun b. Rakor Pemantapan P2BN c. Rakor Evaluasi P2BN.. 97 d. Pertemuan Kemitraan Jagung 99 e. Pertemuan Focus Group Discussion (FGD) Jagung 101 f. Pertemuan Koordinasi Kemitraan Serealia Lain. 103 g. Pertemuan Evaluasi Pengembangan Serealia Lain h. Pekan Nasional (PENAS) Petani dan Nelayan XIV 113 i. Pengembangan Karakter SDM V. KEGIATAN KETATAUSAHAAN Urusan Kepegawaian Urusan Persuratan Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan Urusan Pelaporan Pelaksanaan DIPA Pusat TA IV. PENUTUP. 125 LAMPIRAN-LAMPIRAN Direktorat Budidaya Serealia iii

5 Direktorat Budidaya Serealia DAFTAR TABEL Halaman 1. Pencapaian Produksi Padi Berdasarkan ARAM II Tahun Perkembangan Peningkatan Produksi Padi Tahun Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Padi Tahun 2013 dan Urutan Peningkatan Produksi Padi Tahun 2014 dibanding Tahun Urutan Penyumbang Peningkatan Produksi Tahun Perkiraan Ketersediaan dan Konsumsi Beras Tahun Perkembangan Luas Panen Padi Tahun Peringkat Luas Panen Padi Tahun 2013 dan Produktivitas Padi Tahun Peringkat Produktivitas Padi Tahun 2013 dan Realisasi Luas Tanam Padi MT.2013/2014 dan MT.2014 Nasional Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2013/2014 dengan Rerata 5 Tahun Sebelumnya, MT.2012/2013 dan Sasaran 2013/2014 (Oktober-Maret) Perbandingan Realisasi Tanam Padi Tahun 2014 dengan Rerata 5 Tahun Sebelumnya, MT 2012/2013 dan Sasaran MT.2014 Periode April-September Pencapaian Produksi Jagung Berdasarkan ARAM II Tahun Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun Menurut Wilayah Perkembangan Kondisi Produksi Jagung Di Provinsi Sentra Tahun Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Jagung Tahun 2013 dan Urutan Peringkat Produksi Jagung Tahun per Provinsi Perkembangan Luas Panen Jagung Tahun Peringkat Luas Panen Jagung Tahun Sebaran Produktivitas Jagung Tahun 2014 (ARAM II). 48 iv

6 22. Perkembangan Produktivitas Jagung Tahun Peringkat Produktivitas Jagung Tahun Realisasi Luas Tanam Jagung MT. 2013/2014 dan MT Perbandingan Luas Tanam Jagung MT. 2013/2014 dan MT Terhadap Realisasi Rata2 Lima Tahun, MT. 2012/2013 & MT.2014, dan Sasaran MT. 2013/ Pengembangan Komoditi Serealia Lain Tahun Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Serealia Lain Tahun Pelaksanaan Pengembangan DEM Area Komoditas Serealia Lain Tahun Sasaran Areal SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 sesuai Pagu Awal dan Setelah Penghematan Anggaran Sasaran dan Realisasi Penyeluran Bantuan Sosial (Bansos) SL-PTT Padi dan Jagung 2014 Kepada Kelompok Tani Pelaksana Sasaran dan Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi SL-PTT Padi dan Jagung per Pola Kawasan Tahun Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 terhadap Capaian SL-PTT 2013 Pada Periode Yang Sama PerbandinganProduktivitas SLPTT Terhadap Sasaran dan Non SL Tahun Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun Tingkat Nasional Skenario pengembangan komoditas serealia lain tahun Distribusi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Budidaya Serealia Tahun Realisasi Anggaran Direktorat Budidaya Serealia Tahun 204 Sampai dengan 31 Desember Direktorat Budidaya Serealia v

7 DAFTAR GRAFIK Halaman 1. Produksi Padi Tahun Pola Panen Padi Tahun Prognosa Kebutuhan dan Persediaan Beras Berdasarkan ARAM II Tahun 2014) Realisasi Luas Tanam Padi MT. 2013/2014 dan MT Nasional Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2013/2014 dengan Rerata 5 Tahun sebelumnya, MT. 2012/2013 dan Sasaran 2013/2014 (Oktober-Maret) Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2013/2014 dengan Rerata 5 Tahun sebelumnya, MT. 2012/2013 dan Sasaran 2013/2014 (April-September) Produksi Jagung Tahun Pola Panen Jagung Tahun Perbandingan Luas Tanam Jagung MT 2013/2014 & MT 2014 Terhadap MT. 2012/2013 & MT 2013 dan Sasaran MT 2013/2014 & MT Direktorat Budidaya Serealia vi

8 DAFTAR LAMPIRAN 1. Perkembangan Luas Panen Padi Tahun Perkembangan Produktivitas Padi Tahun 2012 dan Perbandingan Peringkat Luas Panen Padi Tahun 2013 dan Perbandingan Peringkat Produksi Padi tahun Peringkat Produktivitas Padi Tahun Perkembangan Luas Panen Jagung Tahun Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Jagung Tahun 2013 dan Sebaran Produktivitas Jagung Tahun 2014 (ARAM II) 9. Realisasi Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas SL-PTT Padi Tahun Realisasi Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas SL-PTT Padi Inbrida Tahun Realisasi Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Sl-PTT Padi Hibrida Tahun Realisasi Tanam, Panen, Produksi Dan Produktivitas SL-PTT Lahan Kering Tahun Rekapitulasi Realisasi Anggaran Direktorat Budidaya Serealia per Unit Kerja sampai dengan 31 Desember 2014 Direktorat Budidaya Serealia vii

9 DAFTAR GAMBAR 1. Kegiatan Tanaman Padi Ladang di Majalengka Acara Panen Raya Padi di Kabupaten Badung Bali Sambutan dan Pembukaan Pertemuan Workshop Konsolidasi SL-PTT Padi dan Jagung oleh Plt. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Pemberian Peklakat oleh Plt. Dirjen Tanaman Pangan kepada 3 Kabupaten Yang telah Melaksanakan Tugas Laporan Tepat Waktu dan Rutin Acara Pemantapan P2BN di hadiri oleh Menteri Pertanian Ir. H. Suswono, MMA Acara Rakor P2BN di hadiri oleh Menteri Pertanian Ir. H. Suswono, MMA Pada 2-3 Oktober Pembukaan dan Sambutan PENAS ke XIV 2014 oleh Menteri Pertanian Kegiatan Pengembangan Karakter SDM di Sari Ater Direktorat Budidaya Serealia viii

10 I. PENDAHULUAN Direktorat Budidaya Serealia, merupakan salah satu Direktorat di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang secara tupoksi membidangi komoditas padi, jagung dan serealia lain, utamanya gandum dan sorgum. Masing-masing komoditas memegang peranan yang sangat strategis dalam mendukung upaya melanjutkan swasembada pangan menuju ke kemandirian secara nasional. Padi/beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, karena beras merupakan makanan pokok bangsa Indonesia dan menopang kehidupan lebih dari 60% petani di Indonesia. Berdasarkan data BPS, beras merupakan komoditas penyumbang inflasi yang cukup besar dalam tahun Selain itu komoditas beras telah menjadi komoditas politis yang ketersediaanya selalu menjadi sorotan publik, dijadikan indikator kinerja pemerintah dalam penyediaan pangan. Produksi beras pada tahun 2014 berdasarkan data dan perhitungan yang ada sampai saat ini, secara nasional masih menyukupi kebutuhan dalam negeri dan bahkan surplus sebesar 4,608 juta ton setara beras. Jagung merupakan komoditas strategis kedua setelah padi yang diharapkan akan terus berswasembada pada tahun 2014 sebagaimana padi/beras. Jagung merupakan bahan baku utama (52%) dalam pembuatan pakan ternak khususnya ayam ras. Di beberapa wilayah di Indonesia (Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, NTT), jagung (jagung putih) merupakan bahan makanan pokok setelah beras. Selain itu jagung digunakan untuk bahan baku industri lain seperti, minyak jagung, tepung jagung (maizena), digunakan langsung untuk pakan ternak (ayam, bebek, burung dara) serta industri makanan lainnya (bihun, emping jagung, campuran kopi, marning, dll). Sebagaimana beras, berdasarkan data dan perhitungan yang ada kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak yang +7 juta ton dalam setahun mampu dipenuhi, namun sampai akhir Desember 2014 diperkirakan impor jagung telah mencapai 3,2 juta ton. Banyak hal yang mengakibatkan kondisi tersebut terjadi antara lain mulai dari sebaran panen yang tidak merata sepanjang tahun, mutu yang belum sesuai standart yang diminta pabrik pakan, sampai harga yang juga cukup tinggi selama tahun Gandum dan sorgum, merupakan komoditas yang diharapkan mampu dipacu pengembangannya dalam rangka mensubtitusi gandum impor, dimana volume impor terus meningkat. Dalam pengembangan gandum dan sorgum pada tahun 2014 banyak terkendala oleh faktor teknis yang lain seperti langkanya benih yang bermutu. Kebijakan umum yang ditempuh untuk mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2014 tersebut adalah : a) Swasembada pangan berkelanjutan secara Nasional bukan wilayah (pulau/prop/kab/kota); b) Pemberian Subsidi sarana produksi (benih dan Pupuk); c) Perlindungan terhadap harga melalui penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk padi ; d) Fasilitasi pembiayaan, Direktorat Budidaya Serealia 1

11 bantuan benih, pupuk dan peralatan pra dan pasca panen; e) Meningkatkan pembinaan dan pendampingan petani/lelompoktani dalam rangka peningkatan produktivitas dan produksi serealia; f) untuk sorgum dan gandum dilakukan demfarm di lokasi yang cocok. Sejalan dengan kebijakan tersebut serta dengan mempertimbangkan potensi dan kendala serta peluang yang ada, strategi dalam peningkatan produksi tanaman pangan ditempuh melalui: a) Upaya ekstensifikasi dan sosialisasi pada daerah baru, b) pembinaan dan pengembangan daerah sentra (PAT), c)pengembangan pola kemitraan di daerah sentra produksi, d) penguatan kelembagaan dan pembiayaan. Operasionalisasi dari strategi tersebut dilaksanakan melalui 2 fokus kegiatan yaitu a) Pembinaan umum terhadap areal pertanaman yang ada melalui kegiatan gerakan, dem-plot/dem-area, penyuluhan, dengan materi optimalisasi penerapan teknologi, pengendalian OPT, banjir & kekeringan, penguatan kelembagaan kelompok tani, peningkatan IP dan teknologi budidaya lainnya; b) Fokus pembinaan budidaya melalui penerapan pola Sekolah Lapang (SL) untuk peningkatan produktivitas komoditas padi, jagung di wilayah tertentu. Dengan pola ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan untuk komoditas tanaman pangan padi, dan jagung. Upaya pencapaian produksi padi dan jagung tahun 2014 melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) difokuskan pada peningkatan produktivitas dengan peningkatan kualitas SL-PTT berbasis pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, bantuan sebagai instrument stimulant. Pada tahun 2014 luas SL-PTT Padi adalah ha, yang di alokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi pasang surut, padi rawa, padi lebak, padi lahan kering dan padi sawah) seluas ha, kawasan pengembangan (padi sawah, padi hibrida, dan padi lahan kering) seluas ha dan kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan kering) seluas ha. Sedangkan SL-PTT Jagung seluas ha di alokasikan pada kawasan pertumbuhan (jagung hibrida dan jagung komposit) seluas ha, kawasan pengembangan (jagung hibrida) seluas ha dan kawasan pemantapan (jagung hibrida) seluas ha. Untuk mendukung pencapaian sasaran program dilakukan berbagai kegiatan lain selama tahun 2014 sesuai dengan Tugas dan Fungsi. Kegiatan-kegiatan tersebut baik yang didanai melalui APBN, APBD maupun dari berbagai sumber lain di luar Kementerian Pertanian. 2 Direktorat Budidaya Serealia

12 II. TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 299/Kpts/OT.140/7/2005 tanggal 25 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Direktorat Budidaya Serealia mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya serealia. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Budidaya Serealia menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung dan serealia lainnya. b. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung dan serealia lainnya. c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lainnya. d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lainnya. e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:341/Kpts/OT.140/9/2005 tanggal 8 September 2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Petanian, Direktorat Budidaya Serealia terdiri dari : 1. Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa 2. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering 3. Subdirektorat Jagung 4. Subdirektorat Serealia Lainnya 5. Subbagian Tata Usaha Uraian tugas masing-masing Subdirektorat adalah sebagai berikut: 1. Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan rawa. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa, menyelenggarakan fungsi : Direktorat Budidaya Serealia 3

13 a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa; c. Penyiapan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya padi irigasi dan rawa; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan rawa. Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa terdiri dari : - Seksi Padi irigasi - Seksi Padi Rawa 1) Seksi Padi Irigasi Seksi Padi Irigasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi. Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah : a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang padi irigasi, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkandata dan informasi bahan penyusunan kebijakan budidaya padi irigasi; - menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan-bahan koordinasi dengan instansi terkait; - menyajikan konsep koordinasi dengan instansi terkait. b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkandata dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi irigasi; - menyusun bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi irigasi. c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, criteria dan prosedur, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang budidaya padi irigasi; 4 Direktorat Budidaya Serealia

14 - menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang budidaya padi irigasi berdaya saing dan jenis unggul. d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis di bidang budidaya padi irigasi, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang budidaya padi irigasi. - menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang budidaya padi irigasi berdaya saing dan penguatan kelembagaan. e. Melakukan penyiapan bahan pemberian evaluasi teknis, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan penyusunan teknis di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang budidaya padi irigasi; - menyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang budidaya padi irigasi berdaya saing dan penguatan kelembagaan. 2) Seksi Padi Rawa Seksi Padi Rawa mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi rawa. Rincian tugas pekerjan tersebut adalah : a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi rawa, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi bahan penyusunan kebijakan budidaya padi rawa; Direktorat Budidaya Serealia 5

15 - menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan-bahan koordinasi dengan instansi terkait; - menyajikan konsep koordinasi dengan instansi terkait. b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi rawa; - mengolah, menganalisis data dan informasi pelaksanaan kebijakan budidaya padi rawa; - menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan budidaya padi rawa. c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan dan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya padi rawa yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis dibidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan identifikasi usaha tani lahan pasang surut di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan teknologi spesifikasi di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan kerangka acuan pengamatan pola produksi di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan peningkatan indeks pertanaman pada berbagai tipe lahan dan perluasan areal baru; - menyiapkan bahan penyusunan pendayagunaan lahan untuk mendukung produksi padi rawa; d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis, di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan uji coba teknologi baru yang meningkatkan produksi secara kwalitas dan kwantitas di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan teknologi spesifik lahan yang berhubungan dengan peningkatan di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan pola pertanaman melalui demontrasi di bidang budidaya padi rawa. 6 Direktorat Budidaya Serealia

16 e. Melakukan penyiapan bahan pemberian evaluasi, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan evaluasi di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan teknis dibidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan peningkatan penerapan teknologi baru pada petani dalam rangka penyusunan pola pertanaman dan peningkatan indeks pertanaman di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan spesifikasi lokasi untuk peningkatan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas di bidang budidaya padi rawa; - menyiapkan bahan penyusunan pola pertanaman sesuai dengan hasil teknologi baru di bidang budidaya padi rawa berdaya saing dan penguatan kelembagaan. 2. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi tadah hujan dan lahan kering. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering, menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi tadah hujan dan lahan kering. b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya padi tadah hujan dan lahan kering. c. Penyiapan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang budidaya padi tadah hujan dan lahan kering. d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya tadah hujan dan lahan kering. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering teridiri dari : - Seksi Padi Tadah Hujan - Seksi Padi Lahan Kering 1) Seksi Padi Tadah Hujan Seksi Padi Tadah Hujan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi tadah hujan. Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah : Direktorat Budidaya Serealia 7

17 a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi tadah hujan, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data informai bahan penyusunan kebijakan budidaya padi tadah hujan; - menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi tadah hujan; - melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan stake holders; - menyajikan konsep kebijakan budidaya padi tadah hujan. b. Melakukan penyiapan bahan kebijakan, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi bahan kebijakan budidaya padi tadah hujan; - mengolah dan menganalisa data dan informasi kebijakan budidaya padi tadah hujan; - menyajikan konsep kebijakan budidaya padi tadah hujan. c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman kriteria, dan prosedur yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis dibidang budidaya padi tadah hujan; - menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang budidaya padi tadah hujan; - menyiapkan bahan penyusunan penerapan teknologi di bidang budidaya padi tadah hujan; - penyiapkan bahan penyususunan pengelelolaan dibidang budidaya padi tadah hujan; - penyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang padi tadah hujan. d. Melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan bimbingan teknis di bidang budidaya padi tadah hujan; - menyiapkan bahan peningkatan mutu di bidang budidaya padi tadah hujan; - menyusun data base di bidang budidaya padi tadah hujan; - menyiapkan bahan pengembangan di bidang budidaya padi tadah hujan berdaya saing dan penguatan kelembagaan. e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan evaluasi di bidang budidaya padi tadah hujan; - menyiapkan bahan teknis di bidang budidaya padi tadah hujan; 8 Direktorat Budidaya Serealia

18 - menyiapkan bahan peningkatan mutu di bidang budidaya padi tadah hujan; - menyiapkan bahan inventarisasi dan identifikasi di bidang budidaya padi tadah hujan; - menyiapkan bahan penyusunan analisis pelaporan di bidang budidaya padi tadah hujan. 2) Seksi Padi Lahan Kering Seksi Padi Lahan Kering mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi lahan kering. Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah : a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan dibidang budidaya padi lahan kering yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi bahan penyusunan kebijakan budidaya padi lahan kering; - menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya padi lahan kering; - melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan stake holders untuk menyusun kebijakan; - menyajikan konsep kebijakan budidaya padi lahan kering. b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan budidaya padi lahan kering; - mengolah dan menganalisis data dan informasi pelaksanaan kebijakan budidaya padi lahan kering; - menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan budidaya padi lahan kering. c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan kebijakan teknis di bidang budidaya padi lahan kering; - menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur, di bidang budidaya padi lahan kering; - menyiapkan bahan teknologi spesifikasi di bidang budidaya padi lahan kering; - menyiapkan bahan penerapan teknologi di bidang budidaya padi lahan kering; Direktorat Budidaya Serealia 9

19 - menyiapkan bahan pengelolaan di bidang budidaya padi lahan kering. d. Melakukan penyiapkan bahan bimbingan teknis, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan bimbingan teknis di bidang budidaya padi lahan kering; - menyiapkan bahan penyusunan uji coba teknologi baru yang meningkatkan produksi secara kualitas dan kuantitas di bidang budidaya padi lahan kering; - menyiapkan bahan monitoring terhadap perkembangan teknologi di bidang budidaya padi lahan kering; - menyiapkan bahan konsultasi pola tanam di bidang budidaya padi lahan kering. e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan evaluasi di bidang budidaya padi lahan kering; - menyiapkan bahan teknis di bidang budidaya pada lahan kering; - menyiapkan bahan penyusunan inventarisasi dan identifikasi di bidang budidaya pada lahan kering; - menyiapkan bahan penyusunan analisis terhadap di bidang budidaya padi lahan kering; - menyiapkan bahan penyusunan laporan hasil pola tanam di bidang budidaya padi lahan kering. 3. Subdirektorat Jagung. Subdirektorat Jagung mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya jagung. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Jagung, menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya jagung. b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya jagung. c. Penyiapan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya jagung. d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya jagung. Subdirektorat Jagung terdiri dari : - Seksi Intensifikasi Jagung - Seksi Pengembangan Jagung 10 Direktorat Budidaya Serealia

20 1) Seksi Intensifikasi Jagung Laporan Tahunan 2014 Seksi Intensifikasi Jagung mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang intensifikasi budidaya jagung. Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah : a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya jagung, kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi intensifikasi budidaya jagung; - menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya jagung; - menyajikan konsep rancangan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya jagung. b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya jagung; - menganalisisdata dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya agung; - menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya jagung. c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang intensifikasi budidaya jagung, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi pelaksanaan di bidang intensifikasi budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang intensifikasi budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dibidang intensifikasi budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan kerjasama dengan pihak terkait dalam penerapan di bidang intensifikasi budidaya jagung; - konsultasi dan koordinasi kelembagaan teknis dengan intansi terkait untuk pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan rumusan kebijakan manajemen produksi usaha tani di bidang intensifikasi budidaya jagung. Direktorat Budidaya Serealia 11

21 d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang intensifikasi budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan monitoring dan konsultasi pelaksanaan kegiatan di bidang intensifikasi budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan pembinaan dan pemantauan penerapan teknologi di bidang intensifikasi budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan intensifikasi budidaya jagung serta bimbingan penguatan kelembagaan. e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan di bidang intensifikasi budidaya jagung; - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan pengembangan intensifikasi budidaya jagung; - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi budidaya jagung. 2) Seksi Pengembangan Jagung Seksi Pengembangan Jagung mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan budidaya jagung. Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah : a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang pengembangan budidaya jagung yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi rencana pengembangan budidaya jagung; - menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyajikan konsep rancangan kebijakan pengembangan budidaya jagung. 12 Direktorat Budidaya Serealia

22 b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya jagung; - mengolah dan menganalisis data dan informasi pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya jagung; - menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya jagung. c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang pengembangan budidaya jagung, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkanbahan penyusunan identifikasi dan pengumpulan data serta spesifikasi di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan penerapan teknologi di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan daerah/ lokasi di bidang pengembangan budidaya jagung; - konsultasi teknis anjuran di bidang pengembangan budidaya jagung. d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan identifikasi teknologi pola tanam di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan uji coba teknologi baru untuk meningkatkan produksi secara kualitas dan kuantitas di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan teknologi spesifikasi lokasi yang berhubungan dengan peningkatan pola tanam di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan penyusunan sosialisasi teknologi peningkatan produksi secara kwalitas dan kwantitas di bidang pengembangan budidaya jagung. Direktorat Budidaya Serealia 13

23 e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi teknis yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan teknis di bidang pengembangan budidaya jagun; - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan penerapan teknologi baru dan peningkatan indeks pertanaman di bidang pengembangan budidaya jagung; - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan anjuran teknologi yang sesuai dengan daerah / lokasi yang dapat meningkatkan produksi di bidang pengembangan budidaya jagung. 4. Subdirektorat Serealia Lainnya. Subdirektorat Serealia Lainnya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya serealia lainnya. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Serealia lainnya, menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya serealia lainnya. b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya serealia lainnya. c. Penyiapan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya serealia lainnya. d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang intensifikasi dan pengembangan budidaya serealia lainnya. Subdirektorat Serealia Lainnya terdiri dari : - Seksi Intensifikasi Serealia Lainnya - Seksi Pengembangan Serealia Lainnya 1) Seksi Intensifikasi Serealia Lainnya Seksi Intensifikasi Serealia Lainnya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya. Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah : a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi intensifikasi budidaya serealia lainnya; 14 Direktorat Budidaya Serealia

24 - menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya; b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi : - pengumpulan data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menganalisis data dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyajikankonsep pelaksanaan kebijakan intensifikasi budidaya serealia lainnya. c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan pengembangan di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya. d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbangan teknis, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan penyebarluasan teknologi di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan pembinaan dan pemantauan penerapan teknologi di bidang intensifikasi budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan budidaya serealia lainnya serta bimbingan penguatan kelembagaan. Direktorat Budidaya Serealia 15

25 e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan di bidang budidya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan teknis di bidang intensifikasi serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan peningkatan mutu di bidang intensifikasi serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan data base di bidang intensifikasi serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan pengembangan komoditi tanaman serealia lainnya berdaya saing dan jenis unggul. 2) Seksi Pengembangan Serealia Lainnya Seksi Pengembangan Serealia Lainnya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosdur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya. Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah : a. Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebjakan di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkan data dan informasi rencana pengembangan budidaya serealia lainnya; - menganalisis data dan informasi bahan penyusunan kebijakan di bidang budidaya serealia lainnya; - menyajikan konsep rancangan kebijakan pengembangan budidaya serealia lainnya. b. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, yang kegiatannya meliputi : - mengumpulkandata dan informasi bahan pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya serealia lainnya; - mengolah dan menganalisis data dan informasi pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya serealia lainnya; - menyajikan konsep pelaksanaan kebijakan pengembangan budidaya serealia lainnya. c. Melakukan penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya; 16 Direktorat Budidaya Serealia

26 - menyiapkan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan identifikasi dan pengumpulan data serta spesifikasi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan penerapan teknologi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan pengelolaan daerah/lokasi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya. d. Melakukan penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan penyebarluasan teknologi di bidang budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan penyusunan monitoring dibidang pengembangan budidaya serealia lainnya; - konsultasi pola tanam di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya. e. Melakukan penyiapan bahan evaluasi, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan teknis di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan inventarisasi dan identifikasi di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya; - menyiapkan bahan evaluasi penyusunan analisa di bidang pengembangan budidaya serealia lainnya. 5. Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat, serta kearsipan direktorat. Rincian tugas pekerjaan tersebut adalah : a. Melakukan urusan kepegawaian, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan rencana kebutuhan, pengembangan, mutasi, pensiun dan kesejahteraan pegawai; - menyiapkan bahan usulan kenaikan pangkat dan gaji berkala; - menyiapkan bahan usulan pengurusan Kartu Taspen, ASKES, KARPEG, KARIS/KARSU; Direktorat Budidaya Serealia 17

27 - menyiapkanbahan dan mengevaluasi daftar hadir; Laporan Tahunan menyiapkan bahan dan memproses daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3); - memprosespemberian cuti pegawai dan ijin yang berkaitan dengan kepegawaian; - menyiapkan bahan penyusunan rencana pengembangan pegawai yang meliputi usulan peserta diklat, ujian dinas, penerimaan penghargaan, tanda jasa dan peningkatan kemampuan dan keterampilan pegawai; - menyiapkan bahan usulan penyelesaian kasus kepegawaian; - menyiapkan bahan penyusunan Daftar Urut Kepangkatan (DUK); - menyiapkan bahan perubahan status pegawai yang meliputi perkawinan, kelahiran, perceraian dan kematian; - mengumpulkan data dan mengolah Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG). b. Melakukan urusan keuangan direktorat, yang kegiatannya meliputi : - menyiapkan bahan usulan anggaran; - menyiapkan bahan daftar gaji dan lembur pegawai; - menyiapkan bahan laporan tentang kerugian Negara. c. Melakukan urusan perlengkapan direktorat, yang kegiatannya meluputi : - menyiapkan bahan rencana kebutuhan barang dan jasa; - mengelola barang milik/kekayaan negara; - menyiapkan bahan usulan penghapusan barang-barang dan inventaris milik/kekayaan negara; - menyiapkan laporan barang triwulan dan tahunan, inventaris barang pada Unit Pemakai Barang (UPB); - menghimpun, mengolah dan menyajikan data perlengkapan dalam data base Sistem Informasi Manajemen Perlengkapan (SIMPAP). d. Melakukan urusan rumah tangga direktorat, yang kegiatannya meliputi : - melakukan pengaturan penggunaan, dan pembiayaan pemeliharaan kendaraan dinas; - menyiapkan usulan pemeliharaan gedung kantor, dan halaman/ kebun/taman; - menyiapkan rencana kebutuhan peralatan kantor dan ATK; - melakukan pengaturan tata ruang, kebersihan, ketertiban dan keamanan kantor; - melakukan penyelenggaraan rapat-rapat, penerimaan tamu dan pelayanan tata usaha pimpinan; 18 Direktorat Budidaya Serealia

28 - melakukan urusan pengaturan pemakaian listrik, air, telepon dan sarana komunikasi lainnya. e. Melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan direktorat, yang kegiatannya meliputi : - melakukan urusan surat masuk yang meliputi pengambilan, penerimaan, penyortiran, pengagendaan dan penyampaian surat ke unit kerja yang berwenang; - melakukan urusan surat keluar baik langsung maupun melalui pos yang meliputi pengagendaan dan pengiriman ke alamat yang dituju; - melakukan pengiriman dan penerimaan berita melalui , e-form, telekomunikasi dan faximile; - melakukan urusan pengetikan dan penggandaan surat, naskah dan dokumen; - melakukan pengarsipan surat-surat, dokumen dan laporan; - menyiapkan bahan laporan bidang ketatausahaan. f. Melaksanakan penyusunan laporan direktorat, yang kegiatannya meliputi: - mengumpulkan bahan laporan bulanan, tahunan dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (LAKIP); - menyajikan konsep laporan bulanan, tahunan, dan LAKIP. Direktorat Budidaya Serealia 19

29 III. PELAKSANAAN PROGRAM 1. Padi a. Produksi Padi Tahun 2014 Produksi padi tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan sebanyak 70,61 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), mengalami penurunan sebanyak 0,67 juta ton (0,94%) dibandingkan tahun Penurunan produksi padi tahun 2014 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 1,05 juta ton, sedangkan produksi padi di luar Pulau Jwa diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 0,38 juta ton. Penurunan produksi padi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas seluas 66,93 ribu hektar (0,48%) dan produktivitas sebesar 0,24 ku/ha (0,47%).Produksi padi berdasarkan ARAM II dapat dilihat pada tabelberikut : Grafik 1. Produksi Padi Tahun Ket : Tahun 2014 adalah ARAM II 20 Direktorat Budidaya Serealia

30 Perkiraan penurunan produksi padi tahun 2014 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat,Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Barat.Sementara itu, perkiraan kenaikan produksi padi tahun 2014 yang relatif besar terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan. Penurunan produksi padi tahun 2014 yang sebanyak 0,67 juta ton (0,94%) terjadi pada subround Januari-April dan subround Mei-Agustus masing-masing sebanyak 0,85 juta ton (2,62%) dan 0,22 juta ton (0,98%), sedangkan pada subround September-Desember diperkirakan terjadi kenaikan sebanyak 0,40 juta ton (2,53%) dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama tahun Grafik 2. Pola Panen Padi Tahun Direktorat Budidaya Serealia 21

31 Tabel 1. Pencapaian Produksi Padi Berdasarkan ARAM II Tahun 2014 ANALISIS No Uraian ATAP 2013 SASARAN 2014 ARAM II 2014 Perbandingan ARAM II 2014 thdp ATAP 2014 Perbandingan ARAM II 2014 thdp Sasaran 2014 (1) (2) (3) (4) (5) Absolut % Absolut % 1. Luas Panen (Ha) (66.933) (0,48) ( ) 98,64 a. Januari - April ( SR I) (67.926) (1,08) ( ) 94,39 b. Mei - Agustus ( SR II) (68.462) (1,52) ( ) 97,55 c. Sept - Des. ( SR III) , ,26 (5) : (3) (5) : (4) 2. Produktivitas (Ku/Ha) 51,52 51,83 51,28 (0,68) (0,47) (0,55) 98,95 a. Januari - April ( SR I) 51,65 52,02 50,85 (0,80) (1,55) (1,17) 97,75 b. Mei - Agustus ( SR II) 50,92 52,03 51,20 0,28 0,55 (0,83) 98,41 c. Sept - Des. ( SR III) 52,13 51,05 52,26 0,13 0,25 1,21 102,36 3. Produksi (Ton GKG) ( ) (0,94) ( ) 97,60 a. Januari - April ( SR I) ( ) (2,62) ( ) 92,26 b. Mei - Agustus ( SR II) ( ) (0,98) ( ) 96,01 c. Sept - Des. ( SR III) , ,86 Jika dibandingkan dengan sasaran, produksi padi tahun 2014belum mencapai sasaran masih kurang 1,732 jutaton atau baru mencapai 97,60%, begitu juga dengan produktivitas masih di bawah sasaran hanya mencapai 98,95% atau kurang0,55 ku/ha, dan luas panen juga belum mencapai sasaran masih kurang ha atau baru mencapai 98,64%. 22 Direktorat Budidaya Serealia

32 Tabel 2. Perkembangan Peningkatan produksi Padi Tahun 2014 Tahun Perkembangan No Uraian ATAP ARAM II ATAP Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) A. Luas Panen (000 ha) - Jawa ,56 (114) -1,76 - Luar Jawa , ,62 - Indonesia ,90 (67) -0,48 B. Produktivitas (ku/ha) - Jawa 59,05 57,98 57,35 (1,07) -1,81 (0,63) -1,09 - Luar Jawa 44,81 45,85 46,08 1,04 2,32 0,23 0,50 - Indonesia 51,36 51,52 51,28 0,16 0,31 (0,24) -0,47 C. Produksi (000 ton) - Jawa ,65 (1.051) -2,80 - Luar Jawa , ,12 - Indonesia ,22 (672) -0,94 Bila dilihat dari peran Jawa dan Luar Jawa terhadap produksi nasional, maka tahun 2014 pulau jawa menyumbang produksi 36,442 juta ton (51,61%) dan luar Jawa menyumbang 34,164 juta ton (48,39%). Tahun 2013 peran pulau jawa menyumbang produksi padi sebesar 52,60% luar pulau jawa menyumbang produksi sebesar 47,39% sedangkan tahun 2012 pulau jawa menyumbang produksi 52,89% dan luar jawa menyumbang produksi 47,10% maka peran pulau jawa dari tahun mengalami penurunan sedangkan luar jawa juga mengalami kenaikan. Urutan penyumbang produksi padi tahun 2014lima besar provinsi adalah Jawa Timur menjadi menjadi peringkat 1, diikuti provinsi Jawa Baratsebagai peringkat 2, Provinsi Jawa Tengah peringkat 3, Provinsi Sulawesi Selatan peringkat ke 4 dan peringkat ke 5 diduduki provinsi Sumatera Utara. Direktorat Budidaya Serealia 23

33 Tabel 3. Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Padi Tahun 2013 dan Direktorat Budidaya Serealia

34 Produksi padi tahun 2014 meningkat 0,94% dibanding produksi padi tahun 2013,penurunan produksi ini terjadi di 2 provinsi provinsi yang mengalami penurunan diatas 10%. Sedangkan provinsi mengalami penurunan produksi di bawah 10% terdapat di 16 provinsi, sedangkan provinsi yang produksinya diatas produksi tahun 2013 terdapat di 17 provinsi : - Peningkatan produksi di atas 10% dari tahun 2013hanya terdapat 2 provinsi yaitu Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara. - Peningkatan produksi 5 % sampai dengan <10 % hanya 3 Provinsi yaitu Papua, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. - Peningkatan produksi di bawah 5% terdapat di 12 Propinsi. Data secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Urutan Peningkatan Produksi Padi Tahun 2014 dibanding Tahun 2013 Direktorat Budidaya Serealia 25

35 Penurunan produksi padi tahun 2014 sebesar ton, terjadi karena penurunan produksi di 17 provinsi, sedangkan provinsi yang mengalami peningkatan di 17 provinsi. Provinsi yang menyumbang produksi padi lebih dari 100 ribu ha terdapat di 3 Provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur, Lampung dan Sulawesi Selatan. Sedangkan Provinsi Kepulauan Riau penyumbang terkecil produksi padi nasional hanya sebesar 52 ton GKG sementara 18 provinsi turun dari pencapaian tahun Urutan penyumbang peningkatan produksi padi pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Urutan Penyumbang Peningkatan Produksi Tahun Direktorat Budidaya Serealia

36 Dengan perhitungan konversi gabah ke beras tersedia 62,74% (BKP), maka pada tahun 2014tersedia beras sejumlah 41,065 juta ton. Bila jumlah penduduk tahun 2014 sejumlah 525,164 juta juta jiwa, tingkat konsumsi per kapita/tahun 139,52Kg per Kapita/Tahun, maka diperlukan beras sejumlah 35,088 juta ton. Dengan demikian pada tahun 2014 diperkirakan surplus sebesar 4,608 juta ton beras. Perhitungan secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Perkiraan Ketersediaan dan Konsumsi Beras Tahun 2014 Sebaran Produksi dan Kebutuhan Bulanan Tahun 2014 (Dalam Ton) No. Uraian Jumlah Jan Februari Maret April Mei Juni Juli Agts Sept Okt Nop Des 1. Produksi (GKG) Konsumsi Gabah : Kebutuhan Benih/Bibit ( 0,9 % ) Kebutuhan Untuk Pakan (0,44% ) Bahan baku industri bukan makanan (0,56%) Tercecer ( 5,4% ) Gabah Tersedia ( 1-2) Beras Tersedia (GKG ke Beras 62,74%) Konsumsi Beras Konsumsi Langsung (penduduk x tingkat konsumsi) Pakan ternak/unggas (0,17%) Industri bukan makanan (0,66%) Susut/tercecer ( 2,5%) Surplus/Defisit ( 4-5) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Keterangan a. Jumlah penduduk tumbuh 1,49% per tahun ( jiwa) b. Konsumsi per kapita tahun 2013 = 139,52 Kg per Kapita / thn c. Konversi GKG menjadi beras tersedia untuk konsumsi manusia 62,74% Walaupun secara nasional pada tahun 2014 diperkiraan surplus beras sebesar 4,608 juta ton, namun apabila dilihat sebaran produksi per bulan selama tahun 2014, terdapat 6bulan defisit (produksi pada bulan yang bersangkutan dibawah kebutuhan rata-ratanya) dan 6 bulan suplus produksi (produksi pada bulan yang bersangkutan diatas kebutuhan rataratanya), bulan defisit dan bulan surplus sebagai berikut: Direktorat Budidaya Serealia 27

37 - Bulan-bulan defisit selama tahun 2014 adalah: Januari 1,162 juta ton, Mei 389 ribu ton, Juni 202 ribu ton, Oktober 507 ribu ton, Nopember 1,250 juta ton dan Desember 1,290 juta ton beras. Bulan-bulan defisit tersebut merupakan awal atau pada masa-masa puncak musim tanam. - Bulan-bulan surplus selama tahun 2014 adalah: Februari 613 ribu ton, Maret 4,217 juta ton, April 2,372 juta ton, Juli 566 ribu ton, bulan Agustus sebesar 1,115 juta ton dan bulan September sebesar 525 ribu ton setara beras. - Puncak produksi pada tahun 2014 terjadi pada bulan Maret, April Agustus dengan jumlah produksi 10,062 juta ton GKG dan produksi terendah pada bulan Mei dengan produksi 20 ribu ton GKG. Grafik 3. Prognosa Kebutuhan dan Persediaan Beras Berdasarkan ARAM II Tahun Direktorat Budidaya Serealia

38 b. Luas Panen Padi Tahun 2014 Luas Panen padi pada tahun 2014 secara nasional menurun ribu ha atau (0,48%) dari luas panen pada tahun Penurunan luas panen ini terjadi di 18 provinsi, sedangkan peningkatan luas panen terjadi di 16 provinsi dengan peningkatan luas panen tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan seluas ha. Bila kita lihat per pulau, maka di pulau Sumatera terjadi penurunan luas panen seluas ha (1,94%), Jawa mengalami penurunan seluas ha (1,75%), Bali dan Nusa Tenggara meningkat ha (1,18%), Kalimantan meningkat seluas ha (1,46%), Sulawesi meningkat ha (5,27%) dan Maluku dan Papua juga meningkat 544ha (0,59%) dari tahun Data perkembagan luas panen padi tahun pada tabel berikut : Tabel 7. Perkembangan Luas Panen Padi Tahun Direktorat Budidaya Serealia 29

39 Peringkat luas panen padi tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8. Peringkat Luas Panen Padi Tahun 2013dan Direktorat Budidaya Serealia

40 b. Produktivitas Padi Tahun 2014 Laporan Tahunan 2014 Produktivitas rata-rata nasional tahun 2014 menurun 0,24 ku/ha (0,47%) dari pencapaian produktivitas tahun 2013 penurunan produktivitas terjadi di 15 Provinsi. Namun demikian bila kita lihat secara lebih rinci, terdapat 19 provinsi yang mengalami peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas absolut tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (4,49 ku/ha), Maluku (1,61 ku/ha), Aceh (1,84 ku/ha),kalimantan Tengah (1,82 ku/ha), Kepulauan Riau (1,83 ku/ha) Papua Barat (1,57 ku/ha), Bali (1,54 ku/ha), dan Kaliamntan Utara (1,38 ku/ha);. Penurunan produktivitas tertinggi terjadi di Provinsi DKI Jakarta (4,14 ku/ha), Bengkulu (3,72 ku/ha), Sulbar (2,83 ku/ha), Banten (2,36 ku/ha), Sumatera Selatan (1,74 ku/ha), NTB (1,73 ku/ha), Jambi (1,72 ku/ha) dan Sulawesi Utara (1,15 ku/ha).data produktivitas padi tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Produktivitas Padi Tahun 2014 Direktorat Budidaya Serealia 31

41 Peringkat produktivitas tahun 2014 mengalami perubahan bila dibandingkan dengan peringkat produktivitas tahun Pada tahun 2014 peringkat pertama produktivitas adalah Provinsi Bali sebesar 60,20 ku/ha yang sebelumnya pada tahun 2013 provinsi Bali peringkat ke empat, peringkat kedua adalah Provinsi Jawa Timur dengan produktivitas sebesar 59,86 ku/ha, diikuti Provinsi Jawa Barat sebagai peringkat ketiga dengan produktivitas 58,93 ku/ha. Pada tahun 2013 Provinsi Jawa Barat menjadi peringkat pertama dengan produktivitas sebesar 59,53 ku/ha diikuti peringkat kedua Provinsi Jawa Timur dengan produktivitas 59,15 ku/ha dan peringkat ke tiga Provinsi DKI Jakarta dengan produktivitas 58,88 ku/ha. Data peringkat produktivitas padi tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 10. Peringkat Produktivitas Padi Tahun 2013 dan Direktorat Budidaya Serealia

42 d. Realisasi LuasTanam MT. 2013/2014 dan MT Laporan Tahunan Realisasi tanam padi MT 2013/2014 (Oktober 2013-Maret 2014) dan MT 2014(April September 2014) mencapai ha. - Bila dibandingkan dengan realisasi tanam rata-rata lima (5) tahun sebelumnya seluas ha, realisasi tanam tersebut mencapai 103,81% atau meningkat ha - Bila dibandingkan dengan realisasi tanam tahun lalu MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, realisasi tanam tersebut mencapai 100,72% ( ha) - Bila dibandingkan dengan sasaran tanam MT 2013/2014 dan MT 2014 seluas ha, realisasi tanam tersebuthanya mencapai 96,84% masih kekurangan ha - Bila dibandingkan dengan realisasi tanam padi tahun lalu, terjadi penurunan luas tanam pada bulan Oktober, November, Februari: Maret, Juli, dan September (6 bulan, pada periode yang sama. Sedang pada bulan2 lainnya terjadi peningkatan luas tanam. - Bila dibandingkan dengan realisasi tanam rata-ratalima (5) tahun sebelumnya, pada bulan Oktober, Nopember, Februari, Maret, Juli dan September; terjadi penurunan luas tanam, pada periode yang sama. Pada bulan-bulan lainnya terjadi peningkatan luas tanam. Tabel 11. Realisasi Luas Tanam Padi MT. 2013/2014 dan MT Nasional No Bulan Rata2 Lima Tahun Sebelumnya Luas Tanam Padi (Ha) Realiasi MT' 12/13 dan MT' 13 Sasaran MT'13/14 dan MT'14 Realiasi MT' 13/14 dan MT' 14*) Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd Rata2 5 MT (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(6)-(3) (8)=(7):(3) (9)=(6)-(4) (10)=(9):(4) (11)=(6)-(5) (12)=(6):(5) 1 Oktober (98.112) 89,27 (37.550) 95,60 (71.775) 91,92 2 Nopember ( ) 88,22 ( ) 93,32 ( ) 88,10 3 Desember , , ,39 4 Januari , , ,77 5 Februari (49.874) 93, ,89 ( ) 84,00 6 Maret ( ) 86,05 (53.133) 94,28 ( ) 80,55 Analisis Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd MT' 12/13 dan MT' 13 Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd Sasaran Okt 2013-Mart , ,72 ( ) 93,83 7 April ,21 (54.704) 96,08 (89.787) 93,72 8 Mei , , ,88 9 Juni , , ,25 10 Juli (25.800) 96,39 (63.741) 91,52 ( ) 84,96 11 Agustus , , ,18 12 September (14.653) 97,73 (2.659) 99,58 (56.161) 91,83 Apr - Sept Okt - Sept , , , , ,72 ( ) 96,84 Direktorat Budidaya Serealia 33

43 Grafik 4. Realisasi Luas Tanam Padi MT. 2013/2014 dan MT Nasional 1) Realisasi Tanam MT. 2013/2014 Realisasi tanam padi MT.2013/2014 (Oktober-Maret) mencapai ha jika dibandingkan dengan realisasi tanam MT. 2012/2013seluas ha, maka realisasi Tanam MT. 2013/2014 meningkat Ha (100,72%), Jika dibandingkan rerata 5 tahun sebelumnya seluas juga meningkat ha (100,78%), sedangkan jika dibandingkan dengan sasaran MT. 2013/2014seluas masih kurang ha atau hanya mencapai (93,83%). 34 Direktorat Budidaya Serealia

44 Tabel 12. Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2013/2014 dengan Rerata 5 Tahun sebelumnya, MT. 2012/2013 dan Sasaran MT. 2013/2014 (Oktober Maret) No Bulan Rata2 Lima Tahun Sebelumnya Luas Tanam Padi (Ha) Realiasi MT' 12/13 dan MT' 13 Sasaran MT'13/14 dan MT'14 Realiasi MT' 13/14 dan MT' 14*) Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd Rata2 5 MT (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(6)-(3) (8)=(7):(3) (9)=(6)-(4) (10)=(9):(4) (11)=(6)-(5) (12)=(6):(5) 1 Oktober (98.112) 89,27 (37.550) 95,60 (71.775) 91,92 2 Nopember ( ) 88,22 ( ) 93,32 ( ) 88,10 3 Desember , , ,39 4 Januari , , ,77 5 Februari (49.874) 93, ,89 ( ) 84,00 6 Maret ( ) 86,05 (53.133) 94,28 ( ) 80,55 Analisis Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd MT' 12/13 dan MT' 13 Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd Sasaran Okt 2013-Mart , ,72 ( ) 93,83 Grafik 5. Perbandingan Realisasi Tanam MT. 2013/2014 dengan Rerata 5 Tahun sebelumnya, MT. 2012/2013 dan Sasaran 2013/2014 (Oktober-Maret) Direktorat Budidaya Serealia 35

45 2) Realisasi Tanam MT Realisasi tanam padi MT (April September) mencapai ha, realisasi tersebut lebih tinggi ha (100,71%) jika dibandingkan dengan realisasi tanam MT Jika dibandingkan Rerata 5 tahun sebelumnya realisasi MT juga lebih tinggi ha (108,41%), jika dibandingkan dengan sasaran tanam MT sudah mencapai 101,43% meningkat ha. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 13. Perbandingan Realisasi Tanam MT dengan Rerata 5 tahun sebelumnya, MT 2012/2013 dan Sasaran MT periode April-September No Bulan Rata2 Lima Tahun Sebelumnya Luas Tanam Padi (Ha) Realiasi MT' 12/13 dan MT' 13 Sasaran MT'13/14 dan MT'14 Realiasi MT' 13/14 dan MT' 14*) Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd Rata2 5 MT Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd MT' 12/13 dan MT' 13 Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd Sasaran (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(6)-(3) (8)=(7):(3) (9)=(6)-(4) (10)=(9):(4) (11)=(6)-(5) (12)=(6):(5) 7 April ,21 (54.704) 96,08 (89.787) 93,72 8 Mei , , ,88 9 Juni , , ,25 10 Juli (25.800) 96,39 (63.741) 91,52 ( ) 84,96 11 Agustus , , ,18 12 September (14.653) 97,73 (2.659) 99,58 (56.161) 91,83 Analisis Apr - Sept , , ,43 36 Direktorat Budidaya Serealia

46 Grafik 6. Perbandingan Realisasi Tanam MT dengan Rerata 5 tahun sebelumnya, MT 2013 dan Sasaran MT (April September) 2. Jagung a. Produksi Jagung Tahun 2014 Produksi jagung tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan sebesar 19,13 juta ton Pipilan Kering (PK), mengalami kenaikan sebesar 0,62 juta ton (3,33%) dibandingkan tahun Kenaikan produksi jagung tersebut diperkirakan terjadi di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa masing-masing sebesar 0,06 juta ton dan 0,56 juta ton. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan produktivitas sebesar 0,85 Ku/Ha (1,75%) dan kenaikan luas panen seluas 58,72 ribu ha (1,54%). Produksi jagung berdasarkan ARAM II dapat dilihat pada tabel berikut : Direktorat Budidaya Serealia 37

47 ribu ton Laporan Tahunan 2014 Grafik 7. Produksi Jagung Tahun ,64 19,39 18,51 19, ,46 10,71 10,09 10,15 5 8,18 8,68 8,42 8, Jawa Luar Jawa Indonesia Ket : Tahun 2014 ARAM II Perkiraan kenaikan produksi jagung tahun 2014 yang relatif besar terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Gorontalo, dan Lampung. Sementara itu, perkiraan penurunan produksi jagung tahun 2014 yang realtif besar terjadi di Provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Bengkulu, dan Bali. 38 Direktorat Budidaya Serealia

48 ribu ha Laporan Tahunan 2014 Grafik 8. Pola Panen Jagung Tahun (Ha) 2013 (Ha) 2014 (Ha) Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des 2012 (Ha) (Ha) (Ha) Tabel 14. Pencapaian Produksi Jagung Berdasarkan ARAM II Tahun 2014 Uraian ATAP 2013 Sasaran (ARAM II) (4) : (2) (4) : (3) Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) a. Luas Panen (Ha) - Januari-April (53.488) 97, ,35 - Mei-Agustus ,90 (38.322) 96,79 - September-Desember , ,90 - Januari-Desember ,54 (8.107) 99,79 b. Produktivitas (Ku/Ha) - Januari-April 45,49 47,88 45,54 0,06 100,13 (2,34) 95,12 - Mei-Agustus 48,74 50,99 50,91 2,17 104,45 (0,09) 99,83 - September-Desember 55,27 48,02 55,50 0,23 100,42 7,49 115,59 - Januari-Desember 48,44 48,86 49,29 0,85 101,76 0,43 100,88 c. Produksi (Ton) - Januari-April ( ) 97,37 ( ) 95,45 - Mei-Agustus ,62 ( ) 96,62 - September-Desember , ,94 - Januari-Desember , ,67 Keterangan: Kualitas produksi jagung adalah pipilan kering Perbandingan ARAM II 2014 tdp ATAP 2013 Analisis Perbandingan ARAM II 2014 tdp Sas 2014 Direktorat Budidaya Serealia 39

49 Jika dibandingkan dengan sasaran, produksi jagung tahun 2014 sudah mencapai sasaran dan bahkan melebihi angka sasaran sebesar 127 ribu ha (100,67%), begitu juga dengan produktivitas mencapai 100,88% ataulebih 0,43 ku/ha. Akan tetapiluas panenbelum mencapai sasaran masih kurang ha atau baru mencapai 99,79%. Tabel 15. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Menurut Wilayah Tahun Uraian ATAP 2012 ATAP (ARAM II) Perkembangan Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) a. Luas Panen (000 Ha) - Jawa (53) (2,64) (3) (0,15) - Luar Jawa (84) (4,32) 62 3,33 - Indonesia (136) (3,44) 59 1,54 b. Produktivitas (Ku/Ha) - Jawa 53,27 51,56 51,92 (1,71) (3,21) 0,37 0,71 - Luar Jawa 44,58 45,20 46,65 0,62 1,39 1,45 3,21 - Indonesia 48,99 48,44 49,29 (0,55) (1,13) 0,85 1,75 c. Produksi (000 Ton) - Jawa (617) (5,76) 56 0,55 - Luar Jawa (259) (2,99) 559 6,64 - Indonesia (876) (4,52) 616 3,33 Keterangan: Kualitas produksi jagung adalah pipilan kering Bila dilihat dari peran Jawa dan Luar Jawa terhadap produksi jagung nasional, maka tahun 2014 Pulau Jawa menyumbang 10,15 juta ton (53,08%) dan luar Jawa 8,97 juta ton (46,92%). Kondisi pertanaman jagung per pulau dapat digambarkan sebagai berikut: Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar dalam produksi jagung Indonesia yaitu mencapai 53,08%, Pulau Sumatera 21,18%, Pulau Sulawesi 16,35%, Pulau Bali, NTB dan NTT 7,66%, Pulau Kalimantan 1,49% dan Papua dan Maluku 0,24 %. Pulau Jawa sebagai penyumbang produksi jagung terbesar di Indonesia diwakili oleh 3 provinsi sebagai provinsi sentra jagung, yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat; dengan prosentase kontribusi 40 Direktorat Budidaya Serealia

50 produksi jagung di daerah sentra di Pulau Jawa sebesar 96,86% terhadap total produksi jagung di Pulau Jawa; sedangkan terhadap produksi jagung nasional, tiga provinsi sentra di Pulau Jawa berkontribusi sebesar 51,41%. Pulau Sumatera diwakili oleh 3 provinsi sentra, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Lampung. Kontribusi ketiga provinsi sentra terhadap produksi jagung Pulau Sumatera sebesar 87,32%; sedangkan kontribusi tiga provinsi sentra tersebut terhadap produksi jagung nasional sebesar 18,49%.Pulau Sulawesi diwakili oleh 3 provinsi sentra, yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara dengan kontribusi terhadap Pulau Sulawesi sebesar 88,55% dan kontribusinya terhadap produksi jagung nasional sebesar 14,48%. Sedangkan Pulau Bali dan Nusa Tenggara diwakili oleh 2 provinsi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan kontribusi terhadap Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 97,05%; sedangkan kontribusi terhadap produksi jagung nasional sebesar 7,44%. Tabel 16. Perkembangan Kondisi Produksi Jagung di Provinsi Sentra, No. Provinsi Produksi * 1 Sumatera Utara Sumatera Barat Lampung Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Selatan Prod Sentra Nasional Prosentase 91,66 91,77 92,03 91,80 91,82 Keterangan: Tahun 2014(ARAM II) Direktorat Budidaya Serealia 41

51 Data diatas menunjukkan bahwa, sejak tahun kontribusi produksi jagung daerah sentra berfluktuasi. Pada tahun 2010 kontribusinya sebesar 91,66%, tahun 2011 sebesar 91,77%, tahun ,03%, tahun ,80%, dan tahun 2014 (ARAM II) sebesar 91,82%. Daerah sentra jagung di Indonesia terdapat di 11 provinsi dari 5 pulau yaitu, Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi. Produksi dari provinsi-provinsi sentra tersebut berkontribusi sebesar 91,82% dari seluruh produksi jagung nasional tahun 2014 (ARAM II ). Peringkat produsen jagung selama beberapa tahun tidak banyak berubah. Urutan penyumbang produksi jagung tahun 2014 provinsi adalah seperti pada Tabel 17 di bawah ini. Dalam urutan peringkat produsen jagung terjadi perubahan peringkat di beberapa provinsi. Provinsi Jawa Timur masih tetap menduduki peringkat pertama dalam produksi jagung nasional, yaitu sebesar 5,789 juta ton pipilan kering (PK) dengan kontribusi 30,27%. Disusul kemudian oleh Provinsi Jawa Tengah, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Provinsi Nusa Tenggara Barat bertukar posisi peringkat dari peringkat ke- 9 di tahun 2013 naik menjadi peringkat ke-7 dengan kontribusi sebesar 4,05%, menggeser Provinsi Nusa Tenggara Timur yang kontribusinya sebesar 3,38%.Provinsi Sumatera Selatan dari peringkat ke-14 di tahun 2013 dengan kontribusi sebesar 0,90% ( ton) naik menjadi peringkat ke-13 di tahun 2014 dengan kontribusi sebesar 0,98% ( ton) menggeser posisi Aceh yang berkontribusi sebesar 0,92%. Provinsi Sulawesi Tengah semula menduduki peringkat ke-16 di tahun 2013 bergeser peringkat menjadi peringkat ke-15 tahun 2014 dengan kontribusi sebesar 0,90% ( ha) menggeser posisi Kalimantan Barat yang berkontribusi sebesar 0,78% ( ha). Provinsi Jambi bertukar posisi peringkat dari peringkat ke-24 tahun 2013 naik menjadi peringkat ke-21 dengan kontribusi sebesar 0,23% ( ha), diikuti oleh Provinsi Bali dengan kontribusi 0,23% ( ha). Maluku Utara dari peringkat ke-22 tahun 2013 dengan kontribusi sebesar 0,16% turun menjadi peringkat ke-24 ( 0,12%) tahun Provinsi Kalimantan Timur naik peringkat dari peringkat ke-29 (0,03%) tahun 2013 menjadi peringkat ke-27 (0,04%) tahun Provinsi Banten turun peringkat dari peringkat ke-25 (0,07%) tahun 2013 menjadi peringkat ke-26 (0,06%) tahun Untuk provinsi lainnya yaitu, provinsi Riau dan Papua Barat masih menduduki peringkat yang sama pada tahun Data peringkat penyumbang produksi jagung tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : 42 Direktorat Budidaya Serealia

52 Tabel 17. Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Jagung Tahun 2013 dan 2014 No. Provinsi Produksi 2013 (Ton) Produksi 2014 (Ton) No. Provinsi Kontribusi % Kontribusi % 1 Jawa Timur ,12 1 Jawa Timur ,27 2 Jawa Tengah ,83 2 Jawa Tengah ,77 3 Lampung ,51 3 Lampung ,51 4 Sulawesi Selatan ,75 4 Sulawesi Selatan ,02 5 Sumatera Utara ,39 5 Sumatera Utara ,84 6 Jawa Barat ,95 6 Jawa Barat ,37 7 Nusa Tenggara Timur ,82 7 Nusa Tenggara Barat ,05 8 Gorontalo ,61 8 Gorontalo ,85 9 Nusa Tenggara Barat ,42 9 Nusa Tenggara Timur ,38 10 Sumatera Barat ,96 10 Sumatera Barat ,14 11 Sulawesi Utara ,42 11 Sulawesi Utara ,60 12 D I Yogyakarta ,56 12 D I Yogyakarta ,61 13 Aceh ,96 13 Sumatera Selatan ,98 14 Sumatera Selatan ,90 14 Aceh ,92 15 Kalimantan Barat ,86 15 Sulawesi Tengah ,90 16 Sulawesi Tengah ,75 16 Kalimantan Barat ,78 17 Sulawesi Barat ,69 17 Sulawesi Barat ,65 18 Kalimantan Selatan ,58 18 Kalimantan Selatan ,63 19 Bengkulu ,51 19 Bengkulu ,38 20 Sulawesi Tenggara ,37 20 Sulawesi Tenggara ,32 21 B A L I ,31 21 Jambi ,23 22 Maluku Utara ,16 22 B A L I ,23 23 Riau ,15 23 Riau ,15 24 Jambi ,14 24 Maluku Utara ,12 25 Banten ,07 25 Maluku ,08 26 Maluku ,06 26 Banten ,06 27 Papua ,04 27 Kalimantan Timur ,04 28 Kalimantan Tengah ,03 28 Papua ,04 29 Kalimantan Timur ,03 29 Kalimantan Tengah ,03 30 Papua Barat ,01 30 Papua Barat ,01 31 Kalimantan Utara 973 0,01 31 Kep. Bangka Belitung 902 0,00 32 Kepulauan Riau 790 0,00 32 Kalimantan Utara 875 0,00 33 Kep. Bangka Belitung 783 0,00 33 Kepulauan Riau 719 0,00 34 D K I Jakarta D K I Jakarta - - TOTAL ,00 TOTAL ,00 Ket : Tahun 2014 Angka Ramalan II Direktorat Budidaya Serealia 43

53 Produksi jagung tahun 2014 meningkat 3,33% dibanding produksi jagung tahun 2013, peningkatan produksi ini merupakan sumbangan dari 12 provinsi yang mengalami peningkatan produksi lebih dari 10 %. Sedangkan provinsi yang pencapaian produksinya berada antara 5-10% terdapat di 4 provinsi, produksinya dibawah 5% terdapat di 17 provinsi. Peningkatan produksi di atas 10% dari tahun 2014 terdapat 12 provinsi yaitu Jambi, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Babel, Papua Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo. Peningkatan produksi 5 % sampai dengan <10 % hanya 4 Provinsi yaitu Sumatera Barat, DI. Yogyakarta, Riau, Kalimantan Tengah. Peningkatan produksi di bawah 5% terdapat di 17 Provinsi. Urutan peringkat produksi jagung tahun 2014 per provinsi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 18. Urutan Peringkat Produksi Jagung Tahun per Provinsi No. Provinsi Produksi (Ton) Peningkatan No (%) 1 J a m b i ,10 2 Kalimantan Timur ,30 3 Sulawesi Tengah ,58 4 Maluku ,01 5 Sulawesi Selatan ,69 6 Nusa Tenggara Barat ,35 7 Kepulauan Bangka Belitung ,20 8 Papua Barat ,60 9 Kalimantan Selatan ,25 10 Sumatera Selatan ,34 11 Sulawesi Utara ,13 12 Gorontalo ,19 13 Sumatera Barat ,82 14 DI Yogyakarta ,23 15 R i a u ,52 16 Kalimantan Tengah ,18 17 Lampung ,37 18 Jawa Tengah ,91 Provinsi Produksi (Ton) Peningkatan (%) 19 Jawa Timur ,49 20 Aceh (0,56) 21 Papua (1,22) 22 Sulawesi Barat (3,33) 23 Sumatera Utara (5,61) 24 Banten (6,00) 25 Jawa Barat (6,76) 26 Kalimantan Barat (7,13) 27 Sulawesi Tenggara (8,21) 28 Nusa Tenggara Timur (8,56) 29 Kepulauan Riau (8,99) 30 Kalimantan Utara (10,07) 31 Bengkulu (22,35) 32 Maluku Utara (24,31) 33 B a l i (24,80) INDONESIA ,33 44 Direktorat Budidaya Serealia

54 Produksi jagung tahun 2014 meningkat 3,33% dibanding produksi jagung tahun Bila dirinci per provinsi diketahui bahwa: - Terdapat 19 provinsi yang produksi jagungnya meningkat yaitu, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku, dan Papua Barat. - Terdapat 14 provinsi yang produksi jagungnya menurun yaitu, Aceh, Papua, Sulawesi Barat, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Kep. Riau, Kalimantan Utara, Bengkulu, Maluku Utara, dan Bali. c. Luas Panen Jagung Tahun 2014 Luas panen jagung pada tahun 2014 secara nasional meningkat 58,72 ribu ha atau (1,54%) dari luas panen pada tahun Peningkatan luaspanen ini terjadi di 14 provinsi dengan peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu seluas ha,sedangkan yangmengalami penurunan luas panen di 14provinsi dengan penurunan terluas di Provinsi Nusa Tenggara Timur seluas ribu ha. Bila kita lihat per pulau, maka di pulau Sumatera terjadi peningkatan luas panen seluas ha (1,88%), Jawa mengalami penurunan luas panen seluas ha (-0,16%), Bali dan Nusa Tenggara meningkat ha (0,45%), Kalimantan mengalami penurunan seluas 742 ha (-1,10%), Sulawesi meningkat ha (7,76%) dan Maluku dan Papua menurun1.732 ha (-9,70%) dari tahun Direktorat Budidaya Serealia 45

55 Tabel 19. Perkembangan Luas Panen Jagung Tahun Luas Panen (Ha) Perkembangan No. Provinsi ARAM II Absolut % Absolut % 1 Aceh ,97 (1.936) (4,39) 2 Sumatera Utara (31.348) (12,90) (12.413) (5,86) 3 Sumatera Barat , ,71 4 Riau (1.536) (11,56) 728 6,20 5 Kepulauan Riau (51) (13,08) (31) (9,14) 6 Jambi (83) (1,26) ,19 7 Sumatera Selatan , ,32 8 Kep. Bangka Belitung (34) (12,69) 30 12,82 9 Bengkulu (4.396) (19,41) (2.560) (14,02) 10 Lampung (13.949) (3,87) ,09 SUMATERA (41.024) (5,16) ,88 11 D K I Jakarta (3) (100,00) 0 #DIV/0! 12 Jawa Barat ,91 (11.869) (7,76) 13 Banten ,56 (188) (5,25) 14 Jawa Tengah (21.311) (3,85) ,66 15 D I Yogyakarta (2.994) (4,06) (2.668) (3,77) 16 Jawa Timur (32.979) (2,68) ,22 JAWA (52.456) (2,61) (3.229) (0,16) 17 B a l i (2.785) (13,26) (1.696) (9,31) 18 Nusa Tenggara Barat (6.757) (5,77) ,19 19 Nusa Tenggara Timur ,22 (13.252) (4,90) BALI + NTB+NTT , ,45 20 Kalimantan Barat (2.021) (4,53) (2.845) (6,68) 21 Kalimantan Tengah (690) (25,07) 24 1,16 22 Kalimantan Selatan (1.094) (5,04) 812 3,94 23 Kalimantan Timur (2.246) (54,73) ,02 24 Kalimantan Utara #DIV/0! 59 13,26 KALIMANTAN (5.606) (7,66) (742) (1,10) 25 Sulawesi Utara , ,48 26 Gorontalo , ,90 27 Sulawesi Tengah (3.244) (8,67) ,56 28 Sulawesi Selatan (51.283) (15,76) ,23 29 Sulawesi Barat ,52 (1.195) (4,46) 30 Sulawesi Tenggara (3.751) (12,15) (2.661) (9,81) SULAWESI (49.793) (7,38) ,76 31 Maluku (1.565) (32,82) ,01 32 Maluku Utara (679) (6,13) (2.425) (23,33) 33 Papua (548) (15,42) (54) (1,80) 34 Papua Barat , ,60 MALUKU+PAPUA (2.741) (13,31) (1.732) (9,70) INDONESIA ( ) (3,44) ,54 Bila dibandingkan dengan ATAP 2013, Luas Panen ARAM II 2014 mengalami kenaikan seluas ha (1,54%) 46 Direktorat Budidaya Serealia

56 Peringkat luas panen jagung Tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 20.Peringkat Luas Panen Jagung Tahun 2013 dan 2014 Luas Panen (Ha) Luas Panen (Ha) No. Provinsi ARAM II 2014 No. Provinsi 2013 Kontribusi % Kontribusi % 1 Jawa Timur ,98 1 Jawa Timur ,39 2 Jawa Tengah ,94 2 Jawa Tengah ,92 3 Lampung ,29 3 Lampung ,06 4 Sulawesi Selatan ,78 4 Sulawesi Selatan ,17 5 Nusa Tenggara Timur ,63 5 Nusa Tenggara Timur ,08 6 Sumatera Utara ,14 6 Sumatera Utara ,54 7 Gorontalo ,98 7 Jawa Barat ,00 8 Jawa Barat ,64 8 Gorontalo ,67 9 Nusa Tenggara Barat ,27 9 Sulawesi Utara ,20 10 Sulawesi Utara ,23 10 Nusa Tenggara Barat ,89 11 Sumatera Barat ,44 11 Sumatera Barat ,14 12 D I Yogyakarta ,76 12 D I Yogyakarta ,85 13 Aceh ,09 13 Aceh ,15 14 Sulawesi Tengah ,07 14 Kalimantan Barat ,12 15 Kalimantan Barat ,03 15 Sulawesi Tengah ,89 16 Sumatera Selatan ,87 16 Sumatera Selatan ,85 17 Sulawesi Barat ,66 17 Sulawesi Tenggara ,71 18 Sulawesi Tenggara ,63 18 Sulawesi Barat ,70 19 Kalimantan Selatan ,55 19 Kalimantan Selatan ,54 20 B a l i ,43 20 Bengkulu ,48 21 Bengkulu ,40 21 B a l i ,48 22 Riau ,32 22 Riau ,31 23 Jambi ,22 23 Maluku Utara ,27 24 Maluku Utara ,21 24 Jambi ,17 25 Maluku ,10 25 Banten ,09 26 Banten ,09 26 Maluku ,08 27 Kalimantan Timur ,08 27 Papua ,08 28 Papua ,08 28 Kalimantan Tengah ,05 29 Kalimantan Tengah ,05 29 Kalimantan Timur ,05 30 Papua Barat ,04 30 Papua Barat ,03 31 Kalimantan Utara 504 0,01 31 Kalimantan Utara 445 0,01 32 Kepulauan Riau 308 0,01 32 Kepulauan Riau 339 0,01 33 Kep. Bangka Belitung 264 0,01 33 Kep. Bangka Belitung 234 0,01 34 D K I Jakarta D K I Jakarta - - Direktorat Budidaya Serealia 47

57 d. Produktivitas Jagung ARAM II Tahun 2014 Laporan Tahunan 2014 Produktivitas rata-rata jagung nasional tahun 2014 meningkat 0,85 ku/ha (1,75%) dari pencapaian tahun 2013.Produktivitas jagung tertinggi dicapai Provinsi Jawa Barat sebesar 72,84 ku/ha, disusul Sumatera Barat 63,62 ku/ha, Nusa Tenggara Barat 61,05 ku/ha, sementara produktivitas jagung terendah dijumpai di Papua Barat dengan produktivitas hanya mencapai sebesar 17,25 ku/ha. Dari pencapaian produktivitas tahun 2014, terdapat 10 provinsi dengan produktivitas di atas 5,00 ku/ha, 7 provinsi dengan produktivitas 4,00 4,99 ku/ha, 6 provinsi dengan produktivitas 3,00 3,99 ku/ha; dan sisanya 10 provinsi dengan produktivitas jagung dibawah 3,00 ku/ha. Perkembangan Produktivitas jagung tahun dan sebaran produktivitas jagung tahun 2014 lebih rinci dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 21.Sebaran Produktivitas Jagung Tahun 2014 (ARAM II) No. Produktivitas (Ku/Ha) Jumlah Provinsi Luas Panen (Ha) Peran (%) 1 > ,14 2 4,00-4, ,94 3 3,00-3, ,50 4 2,00-2, ,37 5 < , ,00 48 Direktorat Budidaya Serealia

58 Tabel 22. Perkembangan Produktivitas Jagung Tahun No. Provinsi 2013 ARAM II 2014 Pertumbuhan Absolut % Naik/Turun 1 Aceh 40,33 41,94 1,61 4,00 2 Sumatera Utara 55,87 56,02 0,15 0,27 3 Sumatera Barat 67,03 63,62 (3,41) (5,09) 4 Riau 23,88 23,73 (0,15) (0,64) 5 Kepulauan Riau 23,30 23,34 0,04 0,19 6 Jambi 39,50 50,95 11,45 28,99 7 Sumatera Selatan 51,43 55,92 4,49 8,74 8 Kep. Bangka Belitung 33,46 34,17 0,71 2,11 9 Bengkulu 51,48 46,50 (4,98) (9,68) 10 Lampung 50,83 50,47 (0,36) (0,70) 11 Jawa Barat 72,06 72,84 0,78 1,09 12 Banten 33,60 33,33 (0,27) (0,80) 13 Jawa Tengah 55,09 55,76 0,67 1,22 14 D I Yogyakarta 40,92 45,17 4,25 10,39 15 Jawa Timur 48,03 48,15 0,12 0,26 16 B a l i 31,59 26,20 (5,39) (17,07) 17 Nusa Tenggara Barat 57,47 61,05 3,58 6,22 18 Nusa Tenggara Timur 26,17 25,17 (1,00) (3,84) 19 Kalimantan Barat 37,53 37,35 (0,18) (0,48) 20 Kalimantan Tengah 30,15 31,35 1,20 3,97 21 Kalimantan Selatan 51,89 56,54 4,65 8,96 22 Kalimantan Timur 26,18 25,91 (0,27) (1,04) 23 Kalimantan Utara 21,87 17,36 (4,51) (20,62) 24 Sulawesi Utara 36,65 39,74 3,09 8,43 25 Gorontalo 47,65 47,77 0,12 0,25 26 Sulawesi Tengah 40,75 41,43 0,68 1,67 27 Sulawesi Selatan 45,62 50,78 5,16 11,31 28 Sulawesi Barat 47,92 48,48 0,56 1,18 29 Sulawesi Tenggara 24,91 25,35 0,44 1,75 30 Maluku 37,28 38,85 1,57 4,22 31 Maluku Utara 28,30 27,94 (0,36) (1,26) 32 Papua 23,41 23,54 0,13 0,57 33 Papua Barat 17,10 17,25 0,15 0,86 INDONESIA 48,44 49,29 0,85 1,75 Direktorat Budidaya Serealia 49

59 Peringkat produktivitas jagung tahun 2014 pada beberapa provinsi mengalami perubahan bila dibandingkan dengan peringkat produktivitas tahun Beberapa provinsi yang mengalami perubahan peringkat yaitu Provinsi Sumatera Utara bergeser peringkat dari peringkat ke-4 tahun 2013 (55,87 ku/ha) menjadi peringkat ke-5 di tahun 2014 dengan capaian produktivitas sebesar 56,02 ku/ha. Provinsi Jawa Tengah dari peringkat 5 tahun 2013 (55,09 ku/ha) menjadi peringkat ke-7 di tahun 2014 (55,76 ku/ha).secara rinci provinsi yang mengalami perubahan peringkat produktivitas jagung tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 23. Peringkat Produktivitas Jagung Tahun No. Provinsi 2013 ARAM II 2014 No. Provinsi (Ku/Ha) (Ku/Ha) 1 Jawa Barat 72,06 1 Jawa Barat 72,84 2 Sumatera Barat 67,03 2 Sumatera Barat 63,62 3 Nusa Tenggara Barat 57,47 3 Nusa Tenggara Barat 61,05 4 Sumatera Utara 55,87 4 Kalimantan Selatan 56,54 5 Jawa Tengah 55,09 5 Sumatera Utara 56,02 6 Kalimantan Selatan 51,89 6 Sumatera Selatan 55,92 7 Bengkulu 51,48 7 Jawa Tengah 55,76 8 Sumatera Selatan 51,43 8 Jambi 50,95 9 Lampung 50,83 9 Sulawesi Selatan 50,78 10 Jawa Timur 48,03 10 Lampung 50,47 11 Sulawesi Barat 47,92 11 Sulawesi Barat 48,48 12 Gorontalo 47,65 12 Jawa Timur 48,15 13 Sulawesi Selatan 45,62 13 Gorontalo 47,77 14 D I Yogyakarta 40,92 14 Bengkulu 46,50 15 Sulawesi Tengah 40,75 15 D I Yogyakarta 45,17 16 Aceh 40,33 16 Aceh 41,94 17 Jambi 39,50 17 Sulawesi Tengah 41,43 18 Kalimantan Barat 37,53 18 Sulawesi Utara 39,74 19 Maluku 37,28 19 Maluku 38,85 20 Sulawesi Utara 36,65 20 Kalimantan Barat 37,35 21 Banten 33,60 21 Kep. Bangka Belitung 34,17 22 Kep. Bangka Belitung 33,46 22 Banten 33,33 23 B a l i 31,59 23 Kalimantan Tengah 31,35 24 Kalimantan Tengah 30,15 24 Maluku Utara 27,94 25 Maluku Utara 28,30 25 B a l i 26,20 26 Kalimantan Timur 26,18 26 Kalimantan Timur 25,91 27 Nusa Tenggara Timur 26,17 27 Sulawesi Tenggara 25,35 28 Sulawesi Tenggara 24,91 28 Nusa Tenggara Timur 25,17 29 Riau 23,88 29 Riau 23,73 30 Papua 23,41 30 Papua 23,54 31 Kepulauan Riau 23,30 31 Kepulauan Riau 23,34 32 Kalimantan Utara 21,87 32 Kalimantan Utara 17,36 33 Papua Barat 17,10 33 Papua Barat 17,25 INDONESIA 48,44 INDONESIA 49,29 50 Direktorat Budidaya Serealia

60 e. Realisasi Luas Tanam Jagung MT. 2013/2014 Dan MT Realisasi luas tanam jagung MT. 2013/2014 (Oktober 2013-Maret 2014) di Indonesia sebesar ha atau baru mencapai 88,13% dari target yang ditetapkan sebesar ha. Secara umum capaian target tanam MT. 2013/2014 (Oktober 2013-Maret 2014) dari 34 provinsi ada18 provinsi yang telah mencapai target tanam. yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,Bangka Belitung, Kep. Riau, DI. Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Gorontalo, dan Papua. Capaian target dari masing-masing provinsi diatas sudah melebihi dari target yang ditetapkan. Sementara 16 provinsi lainnya belum mencapai target tanam yang ditetapkan dengan kisaran capaian antara 33,07% hingga 98%. Capaian target tanam terendah di Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar 45,16% atau realisasi tanam hanya sebesar ha dari target sebesar ha. Bila dibandingkan dengan realisasi tanam rata-rata 5 tahun sebelumnya pada periode yang sama, seluas 4,359 juta ha, realisasi tersebut masih kekurangan 453 ribu ha (10,45%) sedangkan Jika dibandingkan dengan realisasi tanam tahun lalu pada periode sama seluas ribu ha, realisasi tersebut menurun seluas ha (0,95%); Bila dibandingkan dengan sasaran luas tanam jagung tahun 2014 pada periode yang sama seluas 4,212 juta ha, realisasi tersebut baru mencapai 92,73% ( ha). Direktorat Budidaya Serealia 51

61 Tabel 24. Realisasi Luas Tanam Jagung MT. 2013/2014 dan MT MT. 2013/2014 MT Sasaran Realisasi No. Provinsi (Okt-Mar) % (Apr-Sept) % MT'13/14 & 14 MT'13/14 & 14 % Sasaran Realisasi Sasaran Realisasi (Okt-Sept) (Okt-Sept) 1 ACEH , , SUMATERA UTARA , , SUMATERA BARAT , , RIAU , , JAMBI , , SUMATERA SELATAN , , BENGKULU , , LAMPUNG , , BABEL , , KEPRI , , DKI JAKARTA* JAWA BARAT , , JAWA TENGAH , , DI YOGYAKARTA , , JAWA TIMUR , , BANTEN , , BALI , , NTB , , NTT , , KALIMANTAN BARAT , , KALIMANTAN TENGAH , , KALIMANTAN SELATAN , , KALIMANTAN TIMUR , , KALIMANTAN UTARA , , SULAWESI UTARA , , SULAWESI TENGAH , , SULAWESI SELATAN , , SULAWESI TENGGARA , , GORONTALO , , SULAWESI BARAT , , MALUKU , , MALUKU UTARA , , PAPUA BARAT , , PAPUA , , INDONESIA , , ,73 52 Direktorat Budidaya Serealia

62 Tabel 25. Perbandingan Luas Tanam Jagung MT. 2013/2014 dan MT Terhadap Realisasi Rata2 Lima Tahun, MT. 2012/2013& MT.2014, dan Sasaran MT. 2013/2014 No Bulan Rata2 Lima Tahun Sebelumnya Luas Tanam Jagung(Ha) Realiasi MT' 12/13 dan MT' 13 Sasaran*) MT'13/14 dan MT'14 Realiasi MT' 13/14 dan MT' 14 Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd Rata2 5 MT (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Absolut % Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(6)-(3) (8)=(7):(3) (9)=(6)-(4) (10)=(9):(4) (11)=(6)-(5) (12)=(6):(5) Analisis Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd MT' 12/13 dan MT' 13 Realiasi MT'13/14 dan MT'14 Thd Sasaran 1 Oktober ( ) (46,18) (55.044) (18,22) (52.063) 82,60 2 Nopember (4.311) (0,49) , ,91 3 Desember (13.348) (2,34) (14.710) (2,57) (93.742) 85,59 4 Januari (52.319) (18,96) (45.113) (16,78) (70.784) 75,96 5 Februari (68.016) (24,17) (36.932) (14,75) (81.363) 72,40 6 Maret (41.262) (11,98) (7.838) (2,52) ( ) 72,40 Okt 2013-Mart ( ) (13,89) ( ) (5,47) ( ) 88,13 7 April , , ,58 8 Mei , , ,56 9 Juni ( ) (34,80) (6.392) (2,78) (14.853) 93,77 10 Juli (38.895) (16,05) (26.393) (11,49) (27.037) 88,27 11 Agustus , , ,08 12 September (32.976,60) (23.673) (13,92) (65.505) 69,09 Apr - Sept 2014 Okt Sept (62.358) (4,04) , , ( ) (10,41) (37.489) (0,95) ( ) 92,73 Direktorat Budidaya Serealia 53

63 ( hektar) Laporan Tahunan 2014 Grafik 9. Perbandingan Luas Tanam Jagung MT 2013/2014& MT 2014 Terhadap MT. 2012/2013& MT 2013 dan Sasaran MT 2013/2014& MT Realisasi MT.13/14 & MT.14 Rerata 5 MT Terakhir Realisasi Tahun Lalu MT.12/13 & MT.13 Sasaran MT.13/14 &MT Serealia Lainnya Tanaman serealia lain khususnya sorgum mempunyai keunggulan komparatif yaitu tahan kekeringan dan dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi sumber air terbatas, selain itu juga kaya akan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh dan dikonsumsi dalam bentuk nasi atau bubur maupun diolah menjadi tepung sebagai bahan baku pembuatan aneka makanan. Tanaman sorgum mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia terutama dalam memanfaatkan lahan kering maupun lahan marginal yang potensi lahannya masih cukup luas.sehingga melalui dukungan APBN tahun 2014 di fokuskan hanya pada fasilitasi kemitraan. Pelaksanaan kegiatan serealia lain tahun 2014 dialokasikan kegiatan fisik berupa bantuan pertemuan fasilitasi kemitraan (dekon), namun kegiatan dem farm melalui dana APBN pengembangan komoditas serealia lain sudah ditiadakan, sehingga diharapkan daerah dapat mengembangkannya melalui dana APBD I dan II serta pengusaha lokal. Program pengembangan serealia lain (sorgum, gandum, jewawut dan hotong) tahun 2014 dilaksanakan dalam rangka mendukung diversifikasi pangan, 54 Direktorat Budidaya Serealia

64 didalam upaya pengembangan konsumsi beras 5% selama 5 tahun sehingga diharapkan dapat mengurangi tekanan permintaan akan beras sebagai makanan pokok serta memanfaatkan lahan-lahan yang belum diusahakan (lahan marginal) dan lahan yang diusahakan tetapi tanaman lain tidak dapat tumbuh dengan baik karena terbatasnya air. Untuk mendukung keberhasilan pengembangan komoditas serealia lain diperlukan dukungan seluruh instansi terkait baik pusat maupun daerah mengingat komoditas ini masih belum berkembang secara maksimal di lapangan. Dalam upaya pengembangan komoditas serealia lain, pada tahun 2014 telah dilakukan upaya upaya antara lain: a. Upaya Ekstensifikasi dan sosialisasi pada daerah baru Peluang pengembangan komoditas serealia lain diupayakan pada daerah daerah bukaan baru, lahan kering maupun lahan marginal yang dilakukan oleh pemerintah, pengusaha swasta, maupun petani lokal. b. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Sentra Pembinaan dan Pengembangan daerah sentra dilakukan di lahan milik petani, yang sudah terbiasa melakukan budidaya komoditas serealia lain secara baik. Upaya pengembangan ini dilakukan dengan meningkatkan perluasan areal tanam menuju usahatani yang memenuhi skala ekonomi.selain itu juga dilakukan sosialisasi pola kemitraan bagi petani untuk mendukung pemasaran hasil produksinya. Khusus untuk daerah sentra seperti provinsi Nusa Tenggara Timur, provinsi Sulawesi Selatan, provinsi Nusa Tenggara Barat adalah merupakan salah satu daerah sumber penangkaran benih yang perlu ditingkatkan. c. Pengembangan pola kemitraan di daerah sentra produksi Pengembangan pola kemitraan di sentra produksi merupakan upaya pengembangan usahatani yang memenuhi skala ekonomi sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya sistem dan usaha agribisnis melalui pola kemitraan yang berkelanjutan. Pengembangan pola kemitraan sentra produksi ini dilakukan dengan pendekatan : - Fasilitasi kemitraan di sentra produksi berskala ekonomis berbasis kabupaten andalan seperti provinsi Nusa Tenggara Timur, provinsi Nusa Tenggara Barat, provinsi Sulawesi Selatan, provinsi Jawa Barat, provinsi Jawa Tengah, provinsi Banten dan provinsi Maluku. - Pemantapan peran pengusaha lokal melalui pertemuan fasilitasi kemitraan di provinsi (dana Dekon). - Kegiatan yang dikembangkan dalam subsistem budidaya dalam sentra produksi perlu dipadukan dengan subsistem lainnya seperti penyediaan benih oleh Balitser, pengelolaan kelompok tani di pedesaan, pemasaran Direktorat Budidaya Serealia 55

65 oleh Bogasari dan lain lain sehingga tercipta keterpaduan dan keharmonisan pengembangan agribisnis secara utuh di tingkat petani d. Penguatan kelembagaan Strategi pengembangan komoditas serealia lain melalui penguatan kelembagaan yang meliputi kegiatan fasilitasi pertemuan kemitraan dengan: - Kelompok tani / Gapoktan - Penangkar benih (BPSB), diupayakan dilakukan oleh pengusaha swasta untuk mendukung salah satu usaha dalam pengembangan komoditas serealia lain yaitu penyediaan benih yang terbatas sehingga perlu adanya pemberdayaan penangkar benih melalui dukungan dana APBD dan kemitraan usaha untuk penyiapan kebutuhan benih - Peran Asosiasi pengguna tepung seperti PT. Bogasari, pengusaha lokal dan pemerhati sorgum perlu ditingkatkan untuk mendukung pengembangan serealia lain dan terwujudnya diversifikasi pangan - Peningkatan pengembangan budidaya, pengolahan dan pemasaran seperti PT. Batan Teknologi (Persero) dan PT. I-pasar. - Pembiayaan usaha tani melalui KKPE serta kemitraan dengan stakeholder dilakukan seoptimal mungkin untuk mendukung keberhasilan pengembangan komoditas serealia lain. Adapun skenario pengembangan komoditas serealia lain tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 26. Pengembangan Komoditas Serealia Lain Tahun 2014 No Komoditas Pengembangan (Ha) Kemitraan (Ha) Swadaya Masyarakat (Ha) Revolving APBN (Ha) Total (Ha) 1 Gandum Sorgum ,644 3 Hotong Jewawut Catatan :*BUMN Upaya pencapaian sasaran adalah sebagai berikut : a. Areal Pengembangan Areal pengembangan merupakan upaya pengembangan usahatani yang memenuhi skala ekonomi sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berkelanjutan.areal pengembangan ini dikembangkan dalam subsistem usahatani on-farm yang dipadukan dengan subsistem lainnya, terutama subsistem hilir yakni 56 Direktorat Budidaya Serealia

66 pasca panen, pemasaran dan kemitraan. Areal pertanaman tahun lalu melalui Dem Area dana sumber dari APBD, Swasta dan swadaya diharapkan dapat melaksanakan penanaman komoditas serealia lain kembali sehingga dapat menjadi areal pengembangan, sehingga pertanaman tidak terputus (berkelanjutan) b. Swadaya Petani Peningkatan produksi komoditas serealia lain gandum dan sorgum terus meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan khususnya dengan adanya perubahan iklim global mengakibatkan sistim pola tanam gandum di Amerika dan Eropa menurun, sehingga harga gandum di pasaran dunia meningkat. Oleh karena itu peran petani Indonesia berpeluang besar untuk meningkatkan produksinya. Dengan demikian akan meningkatkan daya tarik petani untuk menanam secara swadaya. Demikian juga komoditas hotong dan jewawut telah dibudidayakan secara intensif dibeberapa daerah dan sudah menjadi konsumsi pangan lokal dan meningkat dari tahun ketahun seperti komoditas hotong sudah lama dikenal dan dibudidayakan di Pulau Buru, Maluku dan menjadi sumber karbohidrat alternatif.jewawut di provinsi Sulawesi Barat merupakan komoditas strategis kawasan lahan kering beriklim kering untuk mendukung ketahanan pangan lokal. c. Pola Kemitraan Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas serealia lain khususnya gandum dan sorgum sudah berjalan dengan baik yang didukung oleh Kementerian BUMN dan Kementerian Koordinasi Perekonomian. Pada tahun 2014 ini sudah dilakukan pengembangan sorgum seluas 400 Ha dikabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan Kementerian Koordinator Perekonomian sudah melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi (Universitas Andalas) dalam rangka persiapan pencanangan pertanaman gandum Indonesia pada tahun Saat ini yang sudah berjalan dengan baik adalah PT. Batan Teknologi, PT. Bogasari, PT. Berdikari, PT. Sarrotama, PT. Semen Tonasa, dan PT. Bosowa. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Serealia Lain Tahun 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 27. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Serealia Lain Tahun 2014 L.Tanam L. Panen Produktivitas Produksi No Komoditas (Ha) (Ha) (Ku/ha) (Ton) 1 Sorgum Gandum , Hotong Jewawut Direktorat Budidaya Serealia 57

67 Tabel 28. Pelaksanaan Pengembangan DEM Area Komoditas Serealia Lain Tahun 2014 NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA / DEM FARM (Ha) NAGARI GANDUM SORGUM HOTONG SUMBER DANA 1 Aceh Bener Meriah Timang Gajah 10 Univ. Andalas 2 Sumbar Solok Selatan Pauh Duo Alam Pauh Duo 10 Univ. Andalas Agam Baso Koto Tinggi 50 Kota Luak Mungo Tanah Datar X Koto Koto Laweh 3 Bengkulu Rejang Lebong Curup Air Bangis 10 Univ. Andalas Selupu Rejang Sumber Urip 4 Banten 5 Jabar Sukabumi Sukaraja Suka Mekar 10 Univ. Andalas Kab. Bandung 6 Jateng Banjarnegara Batur Sumber Rejo 10 Univ. Andalas Wanayasa Sibebek Banjarnegara Kalibening 60 APBD I Demak 20 APBD I Wonogiri 40 APBD I 7 DIY Bantul 400 swadaya Gunung Kidul 500 swadaya 8 Jatim Pasuruan Tosari Ngadiwono 10 APBD I Tosari Tosari Tosari Podokoyo Lumajang 5 FFD APBD I Probolinggo 5 FFD APBD I Lamongan 5 FFD APBD I Bangkalan 5 FFD APBD I Sampang 5 FFD APBD I Banyuwangi Kemen BUMN 9 Sulsel Sinjai Sinjai Gunung Perak 10 Univ. Andalas Sinjai Arabika Sidrap 50 Kemen BUMN Maros Toraja Utara Enrekang Gowa 10 NTB Bima 5 APBD II 11 NTT TTS Batu Putih 10 KADIN Belu Kemen BUMN Rotendao 200 APBD II 12 Maluku Buru 50 APBD II 13 KALSEL Tanah Laut 10 Kemen BUMN JUMLAH Direktorat Budidaya Serealia

68 IV. PELAKSANAAN KEGIATAN Laporan Tahunan Pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 Upaya pencapaian produksi padi dan jagung tahun 2014 difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui peningkatan kualitas SL-PTT berbasis pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, bantuan sebagai instrument stimulan pada areal 4,625 juta ha untuk SL-PTT Padi dan 260 ribu untuk SL-PTT Jagung. Pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung 2014 mengacu pada Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 yang merupakan lampiran dari Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor. 13/KPA/SK.310/C/1/2014 tanggal 22 Januari Pada bulan Mei 2014 Presiden RI mengeluarkan kebijakan penghematan anggaran melalui Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2014 tanggal 19 Mei 2014 yang ditindaklanjuti melalui Surat Menteri Pertanian tanggal 22 Mei 2014 hal Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka pelaksanaan APBN Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut terjadi pengurangan anggaran bantuan sosial pada kegiatan SL-PTT yang berakibat terhadap pengurangan sasaran areal SL-PTT Padi seluas ha dan SL-PTT Jagung seluas ha. Sasaran areal tanam SL-PTT Padi dan Jagung sesuai pagu awal dalam DIPA APBN 2014 dan sasaran areal setelah dilakukan kebijakan penghematan anggaran secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Direktorat Budidaya Serealia 59

69 Tabel 29. Sasaran Areal SL-PTT Padi dan Jagung 2014 sesuai Pagu Awal dan Setelah Penghematan Anggaran No I II Kawasan SL-PTT Padi Uraian PAGU AWAL PAGU AKHIR PAGU PENGHEMATAN a. Kawasan Pertumbuhan Padi Inbrida Sawah Padi Inbrida Pasang Surut Padi Inbrida Rawa Lebak Padi Inbrida Lahan Kering b. Kawasan Pengembangan Padi Inbrida Sawah Padi Hibrida Padi Inbrida Lahan Kering c. Kawasan Pemantapan Padi Inbrida Sawah Padi Inbrida Lahan Kering Jumlah Kawasan SL-PTT Padi Kawasan SL-PTT Jagung a. Kawasan Pertumbuhan Jagung Hibrida Jagung Komposit b. Kawasan Pengembangan Jagung Hibrida c. Kawasan Pemantapan Jagung Hibrida Jumlah Kawasan SL-PTT Jagung Areal (Ha) Dalam pelaksanaannya, SL-PTT mendapat dukungan berupa sarana produksi yang mekanismenya melalui dana bantuan sosial kepada petani pelaksana. Sarana produksi tersebut diberikan secara lengkap baik pada areal LL (laboratorium lapang) maupun areal diluar LL yang besarannya disesuaikan dengan kebutuhan spesifik lokasi pada kawasan pertumbuhan maupun pengembangan, kecuali pada kawasan pemantapan hanya areal LL yang mendapat dukungan saprodi. Adapun dukungan benih diberikan melalui mekanisme subsidi, namun bila benih subsidi tidak tersedia pada saat musim tanam tiba maka diperbolehkan menggunakan benih swadaya varietas unggul produktivitas tinggi atas sepengetahuan Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat. 60 Direktorat Budidaya Serealia

70 Realisasi penyaluran bantuan sosial pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung tahun 2014 kepada kelompok tani pelaksana SL-PTT berdasarkan laporan yang diterima sampai dengan akhir Desember 2014 dalam satuan luasan ha dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 30. Sasaran dan Realisasi Penyeluran Bantuan Sosial (Bansos) SL- PTT Padi dan Jagung 2014 Kepada Kelompok Tani Pelaksana No I Kawasan SL-PTT Padi Uraian SASARAN *) REALISASI % REALISASI THDP SASARAN a. Kawasan Pertumbuhan ,91 - Padi Inbrida Sawah ,28 - Padi Inbrida Pasang Surut ,66 - Padi Inbrida Rawa Lebak ,97 - Padi Inbrida Lahan Kering ,74 b. Kawasan Pengembangan ,75 - Padi Inbrida Sawah ,88 - Padi Hibrida ,67 - Padi Inbrida Lahan Kering ,41 c. Kawasan Pemantapan ,69 - Padi Inbrida Sawah ,74 - Padi Inbrida Lahan Kering ,75 Jumlah Kawasan SL-PTT Padi II Kawasan SL-PTT Jagung ,33 a. Kawasan Pertumbuhan ,79 - Jagung Hibrida ,13 - Jagung Komposit ,33 b. Kawasan Pengembangan ,17 - Jagung Hibrida ,17 c. Kawasan Pemantapan ,04 - Jagung Hibrida ,04 Jumlah Kawasan SL-PTT Jagung Keterangan: *) Sasaran areal merupakan sasaran setelah dilakukan penghematan anggaran Areal (Ha) ,93 Direktorat Budidaya Serealia 61

71 Realisasi pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung tahun 2014 berdasarkan laporan yang masuk sampai dengan akhir Desember 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 31. Sasaran dan Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 NO KOMODITI URAIAN SASARAN REALISASI PERSEN 1 PADI TANAM (HA) ,32 PANEN (HA) ,42 PRODUKTIVITAS (KU/HA) 55,44 59,70 107,68 PRODUKSI (TON) ,52 2 JAGUNG TANAM (HA) ,54 PANEN (HA) ,64 PRODUKTIVITAS (KU/HA) 65,00 59,50 91,54 PRODUKSI (TON) ,39 Ket : Data realisasi yang tersaji merupakan hasil laporan daerah yang masuk sampai dengan 31 Desember Realisasi tanam SL-PTT padi seluas ha atau mencapai 91,32% dari sasaran setelah penghematan seluas Ha dan realisasi panen ha, dengan produktivitas sebesar 59,70 ku/ha dan produksi sebesar ton. Produktivitas padi melalui SL-PTT jika dibandingkan dengan sasaran mencapai 107,68%, realisasi panen SL-PTT Padi 2014 keadaan sampai dengan Desember 2014 masih dibawah sasaran, data laporan realisasi panen dari daerah yang diterima sampai dengan akhir Desember masih sangat rendah +40,42% dari total areal tanam, hal ini dikarenakan pelaksanaan SLPTT 2014 sebagian besar mengalami mundur tanam karena kendala penyediaan benih subsidi dan faktor iklim dimana musim kemarau 2014 relatif lebih kering. Hal ini menyebabkan data panen belum tersedia dan data yang masuk belum dapat mewakili realisasi secara nasional. Realisasi tanam SL-PTT Jagung seluas ha atau mencapai 91,54% dari sasaran Ha dan realisasi panen ha, dengan produktivitas sebesar 59,50 ku/ha dan produksi sebesar ton. Produktivitas Jagung melalui SL-PTTjika dibandingkan dengan sasaran mencapai 91,54%, rendahnya produktivitas SL-PTT Jagung dikarenakan pada tahun 2014 ada alokasi SL-PTT Jagung komposit seluas ha. 62 Direktorat Budidaya Serealia

72 Realisasi panen SL-PTT Jagung 2014 keadaan sampai dengan Desember 2014 masih dibawah sasaran, data laporan realisasi panen dari daerah yang diterima sampai dengan akhir Desember masih sangat rendah +26,64% dari total areal tanam, hal ini dikarenakan pelaksanaan SL-PTT 2014 sebagian besar mengalami mundur tanam karena keterlambatan penyediaan benih subsidi dan faktor iklim. Hal ini menyebabkan data panen belum tersedia dan data yang masuk belum dapat mewakili realisasi secara nasional. Tabel 32. Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi SL-PTT Padi dan Jagung per Pola Kawasan Tahun 2014 NO. KOMODITI URAIAN KAWASAN PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN TOTAL PADI 1 PADI TANAM (HA) PANEN (HA) PRODUKTIVITAS (KU/HA) 42,59 66,44 59,74 59,70 PRODUKSI (TON) JAGUNG TANAM PANEN PRODUKTIVITAS 38,10 61,47 66,15 59,50 PRODUKSI Kegiatan SL-PTT di kawasan pertumbuhan didukung dengan paket bantuan sosial untuk pembelian sarana produksi penuh baik di lokasi laboratorium lapang (LL) maupun di luar LL. Dari tabel diatas terlihat bahwa realisasi ratarata produktivitas di kawasan pertumbuhan lebih rendah dari kawasan pengembangan maupun pemantapan, hal ini antaralain dikarenakan kawasan pertumbuhan adalah daerah yang rata-rata produktivitasnya masih rendah dan merupakan lahan-lahan yang belum optimal yaitu sawah tadah hujan, lahan lebak, pasang surut dan lahan kering, sehingga dengan paket bantuan melalui SL-PTT diharapkan dapat menstimulan daerah-daerah tersebut untuk meningkatkan penggunaan teknologi, sehingga dapat berproduksi secara berkesinambungan. Untuk kawasan pengembangan mendapat alokasi bantuan sosial untuk pembelian sarana produksi dengan paket yang lebih rendah dari kawasan pertumbuhan pada lokasi LL dan di luar LL, dimana pada kawasan ini ratarata produktivitasnya sudah lebih bagus, adopsi teknologi di tingkat petani juga lebih tinggi dibanding kawasan pertumbuhan, sehingga pemberian stimulan bantuan sarana produksi dapat meningkatkan produktivitas yang cukup tinggi. Disamping itu untuk kawasan pengembangan terdapat alokasi SL-PTT padi hibrida seluas 157,5 ribu ha yang memberikan kontribusi ratarata produktivitas cukup tinggi di kawasan pengembangan. Direktorat Budidaya Serealia 63

73 Untuk SL-PTT kawasan pemantapan dengan cakupan areal yang sangat luas ditujukan pada daerah-daerah yang produktivitasnya sudah diatas ratarata wilayahnya, dimana bantuan sosial untuk penyediaan sarana produksi hanya diberikan di lokasi LL seluas 1 ha, diharapkan petani di luar LL dapat mengadopsi teknologi secara swadaya. Realisasi ditingkat lapang menunjukkan produktivitas SL-PTT di kawasan pemantapan lebih rendah dari pengembangan, hal ini antara lain dikarenakan tidak adanya bantuan untuk pembelian saprodi dan bantuan benih melalui mekanisme subsidi yang diharapkan petani dapat mengurangi biaya produksi mengalami kendala dalam kesiapannya di tingkat lapang, sehingga petani dengan keterbatasan modal tidak melaksanakan budidaya secara maksimal. Demikian pula dengan SL-PTT jagung selain kondisi tersebut diatas, khususnya pada kawasan pertumbuhan dialokasikan pertumbuhan jagung komposit yang rata-rata produktivitasnya jauh dibawah jagung hibrida, sehingga seacara keseluruhan mempengaruhi terhadap capaian produktivitas jagung di kawasan pertumbuhan. Tabel 33. Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 terhadap Capaian SL-PTT 2013 Pada Periode Yang Sama NO KOMODITI URAIAN REALISASI SL-PTT 2013 % THDP SASARAN 2013 REALISASI SL-PTT 2014 % THDP SASARAN 2014 % SL-PTT 2014 TERHADAP PADI TANAM (HA) , ,33 95,61 PANEN (HA) , ,42 159,12 PRODUKTIVITAS (KU/HA) 59,31 107,43 59,70 107,68 100,66 PRODUKSI (TON) , ,52 160,15 2 JAGUNG TANAM (HA) , ,54 95,99 PANEN (HA) , ,64 143,13 PRODUKTIVITAS (KU/HA) 61,45 94,54 59,50 91,54 96,83 PRODUKSI (TON) , ,39 138,58 Ket : Data realisasi yang tersaji merupakan hasil laporan daerah yang masuk sampai dengan 31 Desember Pelaksanaan kegiatan SL-PTT Padi 2014 jika dibandingkan dengan SL-PTT tahun 2013 pada periode yang sama (keadaan sampai dengan akhir Desember) yaitu realisasi tanam mencapai 95,62%, panen 159,12%, produktivitas 100,66%, produksi 160,15%. Rata-rata capaian kinerja SL-PTT 2014 dibandingkan SL-PTT 2013 sudah diatas 100% kecuali areal tanam. Rendahnya realisasi tanam SL-PTT padi 2014 antara lain faktor terkendalanya ketersediaan benih subsidi di tingkat lapang. 64 Direktorat Budidaya Serealia

74 Pelaksanaan kegiatan SL-PTT Jagung 2014 jika dibandingkan dengan SL- PTT tahun 2013 pada periode yang sama (keadaan sampai dengan akhir Desember) yaitu realisasi tanam mencapai 95,99%, panen 143,13%, produktivitas 96,83%, produksi 138,58%. Capaian kinerja SL-PTT 2014 dibandingkan SL-PTT 2013 untuk panen dan produksi diatas 100%, sedangkan tanam dan produktivitas masih dibawah 100%. Rendahnya realisasi tanam SL-PTT jagung 2014 antara lain faktor terkendalanya ketersediaan benih subsidi di tingkat lapang, sedangkan rendahnya capaian produktivitas SL-PTT jagung 2014 dikarenakan tahun 2014 terdapat alokasi SL-PTT Jagung komposit yang produktivitasnya rata-rata jauh dibawah produktivitas jagung hibrida, sehingga secara total menurunkan produktivitas jagung secara keseluruhan. Persentase capaian produtivitas SL-PTT padi 2014 dibandingkan sasaran produktivitas SL-PTT 2014 sebesar 107,68% dan bila dibandingkan dengan produktivitas padi nasional ARAM II 2014 BPS 116,42%. Sementara produktivitas SL-PTT jagung 2014 dibandingkan dengan sasaran produktivitas SL-PTT 2014 sebesar 91,54% dan bila dibandingkan dengan produktivitas jagung nasional ARAM II BPS sebesar 120,71%, seperti diuraikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 34. PerbandinganProduktivitas SLPTT Terhadap Sasaran dan Non SL Tahun 2014 Produktivitas (Ku/ha) No. Komoditi Sasaran Realisasi RII BPS SL-PTT SL-PTT 2014 Perbandingan (%) (4) thd (3) (4) thd (5) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 55,44 59,70 51,28 107,68 116,42 2 Jagung 65,00 59,50 49,29 91,54 120,71 Produktivitas SL-PTT padi 2014 dibandingkan dengan rata-rata capaian produktivitas SL-PTT padi selama lima tahun masih di atas rata-rata. Sementara produktivitas SL-PTT jagung 2014 dibandingkan dengan ratarata capaian produktivitas SL-PTT jagung selama lima tahun capaiannya diatas rata-rata. Direktorat Budidaya Serealia 65

75 Tabel 35. Realisasi Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi SL-PTTPadi dan Jagung Tahun Tingkat Nasional No. Padi Tanam (ha) Panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton) , , , , , , * , Jagung Tahun Rata-rata Sasaran SL-PTT (ha) Realisasi , , , , , Rata-rata , * , , ,00 59, ,00 Keterangan :* data s/d Desember 2014 Masalah dan upaya penanganan pelaksanaan SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering adalah sebagai berikut : a. Pelaksanaan SL-PTT padi tahun 2014 ditemukan beberapa kendala diantaranya : - Adanya himbauan untuk menunda pencairan bansos pada masa pemilu legislatif dan dan pemilu presiden, menyebabkan daerah yang sudah lewat jadwal tanamnya tidak dapat melaksanakan kegiatan. - Terkendalanya penyediaan benih subsidi oleh PT. SHS yang mengakibatkan mundur tanam, bahkan untuk daerah yang dapat alokasi SL-PTT padi hibrida/jagung hibrida tidak dilaksanakan karena petani tidak sanggup membeli benih sendiri. - Varietas benih yang diinginkan petani tidak seluruhnya tersedia di pelaksana subsidi, yakni pihak PT.SHS. 66 Direktorat Budidaya Serealia 59,09

76 - Masih banyak pihak dinas daerah yang masih belum berani mengambil kebijakan benih swadaya ketika benih subsidi tidak tersedia. Hal ini dikarenakan kekhawatiran resiko yang timbul dari kebijakan yang diambil. - Ada beberapa daerah yang kesulitan untuk mendapatkan rekomendasi dari BPTP setempat dalam hal penggunaan benih unggul swadaya ketika benih subsidi tidak tersedia. - Proses transfer teknologi PTT belum optimal di lapangan, terutama dalam pelaksanaan sistem jajar legowo pada budidaya SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering, beberapa petani belum siap menerapkan sistem jajar legowo karena bagi beberapa petani sistem jajar legowo dapat menimbulkan tambahan biaya pada proses tanam meskipun petani sudah mengetahui manfaat sistem jajar tanam legowo. - Masih banyak daerah yang belum menindaklanjuti Pedoman umum (pusat) dengan Petunjuk Pelaksanaan (provinsi) dan Petunjuk Teknis (kabupaten/kota). - Di beberapa daerah ada yang masih kekurangan petugas pemandu lapang dalam mengawal kegiatan SL-PTT. - Adanya sistem baru dalam proses pencairan anggaran di KPPN daerah yang menghambat kecepatan proses pencairan anggaran yang diajukan. - Terjadinya pergeseran iklim/mundurnya musim hujan sehingga yang biasanya awal Oktober sudah tanam, sampai pertengahan Nopember belum tanam karena menunggu hujan. b. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala di atas diantaranya adalah: - Daerah pelaksana kegiatan SL-PTT harus menindaklanjuti Pedoman Pelaksanaan SL-PTT dari pusat dalam Petunjuk Pelaksanaan di provinsi dan Petunjuk Teknis di kabupaten/kota sehingga hambatanhambatan teknis yang muncul di daerah pelaksana dapat diselesaikan sesuai spesifik lokasi setempat. - Pihak penyedia benih diharapkan dapat menyediakan benih sesuai permintaan petani dan tepat waktu. - Perlunya keberanian untuk mengambil kebijakan yang cepat dan tepat baik di tingkat pusat dan daerah sehingga pelaksanaan kegiatan SL- PTT dapat berjalan dengan baik. - Pelaksanaan Permentan 45 tahun 2011 tentang Tata Hubungan Kerja antara Kelembagaan dan Teknis, Peneliti dan Pengembangan dan Penyuluhan Pertanian dalam mendukung P2BN perlu ditingkatkan Direktorat Budidaya Serealia 67

77 sehingga masalah yang muncul dalam kegiatan SL-PTT yang menyangkut kelembagaan terkait dapat diselesaikan. Hal ini penting karena SL-PTT sebagai bagian dari upaya dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. - Pendampingan teknologi dari BPTP perlu ditingkatkan dan perlunya pendampingan dalam penguatan manajemen kelompok tani serta adanya pembinaan pasca SL-PTT sehingga menambah nilai bagi pertani. 2. Penyusunan Program dan Rencana Kerja Direktorat Budidaya Serealia Dalam melaksanakan pembangunan tanaman pangan dalam era otonomi daerah diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar instansi terkait mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah. Koordinasi tersebut diperlukan untuk meningkatkan kinerja pemerintah agar lebih efisien, efektif dan sinergis dalam memberikan pelayanan publik. Untuk mengoperasionalkan pembangunan tanaman pangan, dilakukan melalui pola gerakan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pembangunan tanaman pangan.keterlibatan dan peran serta seluruh pemangku kepentingan mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan diharapkan berdampak terhadap peningkatan kinerja pembangunan tanaman pangan. Program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan TA.2014 khususnya padi, jagung, sorgum dan gandum merupakan rangkaian fasilitasi tumbuh dan berkembangnya usahatani di bidang tanaman serealia yang mampu menghasilkan produk yang memiliki daya saing dan nilai tambah yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat. Sehubungan hal tersebut perlu fasilitasi untuk menyamakan persepsi dan langkah-langkah yang perlu dilakukan terhadap tercapainya sasaran produksi yang telah disepakati dalam upaya terwujudnya keberhasilan ketahanan pangan nasional.fasilitasi pendanaan melalui APBN dilakukan melalui dana dekonsentrasi provinsi dan dana tugas pembantuan kabupaten dan provinsi. 3. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan dan Pengembangan Budidaya Serealia Berbagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas telah dilaksanakan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan jagung 68 Direktorat Budidaya Serealia

78 nasional telah terbukti, namun kedepan dengan tantangan yang lebih beragam maka perlu penyempurnaan dan peningkatan kualitas. Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung melalui kegiatan SL-PTT tahun 2014 dapat tercapai, maka perlu untuk menyusun Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. Dengan adanya pedoman teknis ini, semua pihak terkait akan berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi terhadap pencapaian sasaran produksi padi dan jagung. Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan kemampuan adopsi inovasi, maka pedoman teknis ini diharapkan dijabarkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dalam bentuk Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lapangan agar lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir sedangkan Dinas Pertanian Provinsi menjabarkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan, sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran. 4. Bimbingan dan Pembinaan SL-PTT Mendukung Peningkatan Produksi Padi Irigasi dan Rawa Tantangan utama kita adalah peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan khususnya padi adalah meningkatnya permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, terbatasnya ketersediaan beras dunia, kecenderungan meningkatnya harga pangan. Kendala-kendala yang masih terjadi di lapanganantara lain: 1) rusaknya jaringan irigasi (52%); 2) Konversi lahan pertanian ke non pertanian; 3) Terbatasnya akses petani terhadap permodalan; 4); Kompetisi antar komoditas dalam penggunaan lahan; 5) Pengusaan lahan yang sempit, sehingga usahatani kurang efesien; 6) Dampak perubahan iklim dan gangguan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Peluang peningkatan produksi padi yang masih bisa kita capai adalah kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering (perkebunan, kehutanan) yang masih luas, pengetahuan/ketrampilan sdm (petani, ppl, popt, pengawas benih tanaman,dan petugas pertanian lainnya) masih dapat dikembangkan, tersedianya potensi pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain beras, dukungan pemerintah daerah, ketersediaan sumber genetik. Upaya peningkatan produksi pertanian khususnya padi mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional.hal ini dikarenakan padi merupakan kebutuhan pokok bagi rakyat Indonesia yang ketersediaan, distribusi dan Direktorat Budidaya Serealia 69

79 tingkat harganya sangat berpengaruh terhadap stabilitas nasional. Berbagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas telah dilaksanakan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sejak tahun 2008 maupun melalui PTT atau peningkatan mutu intensifikasi pada tahuntahun sebelumnya. Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi nasional telah terbukti, namun kedepan dengan tantangan yang lebih beragam maka perlu penyempurnaan dan peningkatan kualitas.oleh karena itu pada tahun 2014, upaya peningkatan produksi melalui penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL- PTT) tetap akan difokuskan melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, bantuan sebagai instrumen stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan.kawasan pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya masih di bawah produktivitas rata-rata wilayahnya (daerah-daerah sub-optimal) dan berpeluang untuk ditingkatkan misalnya melalui pergantian varietas, kawasan pengembangan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya sudah mencapai rata-rata produktivitas di wilayahnya akan tetapi belum sesuai dengan potensi hasil dan masihberpeluang untuk ditingkatkan misalnya dengan pergantian varietas atau mengusahakan varietas hibrida, sedangkan kawasan pemantapan adalah daerah yang tingkat produktivitasnya sudah di atas rata-rata produktivitas wilayahnya namun masih berpeluang untuk ditingkatkan melalui penggunaan varietas hibrida. Luas SL-PTT Padi tahun 2014 adalah ha, yang dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi pasang surut, padi rawa lebak, padi lahan kering dan padi sawah) seluas ha, kawasan pengembangan (padi sawah, padi hibrida dan padi lahan kering) seluas ha dan luas kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan kering) seluas ha.dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam melakukan budidaya dilahan usahataninya berdasarkan spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. Namun demikian wilayah diluar SL-PTT harus tetap dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat. 70 Direktorat Budidaya Serealia

80 Dengan fasilitasi tersebut diharapkan pelaksanaan SL-PTT berbasis kawasan skala luas dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan produksi tahun Bimbingan dan Pembinaan SL-PTT Padi THLK Penyediaan pangan menjadi prioritas utama pembangunan nasional.alih fungsi lahan sawah, degradasi sumberdaya lahan akibat pencemaran dan eksploitasi yang kontinu menyebabkan penurunan produktivitas lahan. Lahan sub optimal misalnya lahan tadah hujan, dan lahan kering merupakan alternatif, namun terkendala oleh rendahnya tingkat kesuburan dan ketersediaan air. Lahan sawah tadah hujan dan lahan kering merupakan penyedia pangan ke-2 setelah sawah irigasi.karena itu perlu upaya yang lebih optimal dalam pemanfaatan lahan tadah hujan dan lahan kering. SL-PTT melalui pendekatan pola kawasan berbasis spesifik lokasi diharapkan dapat menjadi strategi dalam upaya mengoptimalkan lahan sub optimal di lahan sawah tadah hujan dan lahan kering untuk menjadi penyangga kenaikan produksi padi. Pendekatan yang dilakukan melalui PTT dengan cara menganalisis masalah secara bersama-sama dengan petani mengenai teknologi yang dibutuhkan untuk usaha tani, disamping itu PTT mengandung prinsip terpadu, sinergis, spesifik lokasi dan partisipatif. Agar SL-PTT dapat berjalan sesuai Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 maka dilakukan bimbingan pembinaan dan pendampingan di tingkat lapang.selain itu, bimbingan pembinaan dan pendampingan dilakukan untuk memperluas sosialisasi pola PTT pada petani pelaksana SL-PTT di lapangan. Dalam pelaksanaannya, SL-PTT mendapat dukungan berupa saprodi yang mekanismenya melalui dana bansos kepada petani pelaksana. Saprodi itu diberikan secara lengkap baik pada areal LL (laboratorium lapang) maupun areal di luar LL yang besarannya disesuaikan dengan kebutuhan spesifik lokasi setempat baik pada kawasan pertumbuhan maupun pada kawasan pengembangan, kecuali pada kawasan pemantapan hanya areal LL yang mendapat dukungan saprodi lengkap. Adapun dukungan benih diberikan melalui mekanisme subsidi, namun bila benih subsidi tidak tersedia pada saat musim tanam tiba maka diperbolehkan menggunakan benih swadaya varietas unggul produktivitas tinggi atas sepengetahuan kepala dinas kabupaten/kota setempat. Alokasi kegiatan SL-PTT padi pada tahun 2014 seluas ha (sasaran pasca penghematan) yang terbagi pada kawasan pertumbuhan seluas ha, kawasan pengembangan seluas ha dan kawasan pemantapan seluas ha. Daerah yang pernah dilakukan bimbingan dan pembinaan langsung terkait pelaksanaan SL-PTT padi tadah Direktorat Budidaya Serealia 71

81 hujan dan lahan kering adalah Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sulawesi Barat. Hasil pembinaan ke daerah pelaksana didapatkan bahwa Bansos SL-PTT padi yang dapat direalisasikan sebesar ha (93,60%).Rincian realisasi bansos SL-PTT padi per kawasanadalah ha pada kawasan pertumbuhan, ha pada kawasan pengembangan dan ha pada kawasan pemantapan. Hasil per hektar SL-PTT padi hingga Desember 2014 mencapai 59,70 ku/ha. Ada beberapa kendala yang menyebabkan SL-PTT padi baik di lahan sawah maupun di lahan kering tidak dapat terlaksana seluruhnya, diantaranya: - Adanya himbauan untuk menunda pencairan bansos pada masa pemilu legislatif dan presiden menyebabkan daerah yang sudah lewat jadwal tanamnya tidak dapat melaksanakan kegiatan. - Terkendalanya penyediaan benih subsidi oleh PT.SHS yang mengakibatkan mundur tanam. - Terjadinya pergeseran iklim/mundurnya musim hujan sehingga yang biasanya awal Oktober sudah melakukan penanaman sampai pertengahan November belum melakukan penanaman karena menunggu hujan. - Adanya sistem baru dalam proses pencairan anggaran di KPPN daerah yang menghambat kecepatan proses pencairan anggaran yang diajukan. 6. Monitoring dan Evaluasi SL-PTT Padi THLK Fokus utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2014 adalah peningkatan produktivitas padi melalui peningkatan kualitas SL-PTT berbasis kawasan, baik di lahan sawah maupun di lahan kering.pola ini melanjutkan pola kegiatan SL-PTT tahun 2013.Diharapkan melalui kegiatan SL-PTT pola kawasan ini dapat mengungkit produksi padi Indonesia. Agar kegiatan SL-PTT Padi yang dilaksanakan di lahan tadah hujan dan lahan kering dapat tepat sasaran sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan produksi maka dilakukan monitoring dan evaluasi secara periodik. Monitoring dan evalusi ini dilakukan mulai dari persiapan sampai dengan panen dan dilakukan secara berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Desa dan Kelompok Tani sesuai dengan ketersediaan dana.monitoring ini secara kontinyu terus dilakukan baik melalui media telekomunikasi maupun dengan meninjau langsung ke beberapa lokasi pelaksana kegiatan SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering Beberapa lokasi pelaksana SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering 2014 yang dilakukan monitoring langsung sesuai Surat Penugasan Direktur Budidaya Serealia adalah Provinsi Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa 72 Direktorat Budidaya Serealia

82 Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Hasil dari monitoring didapatkan bahan evaluasi kegiatan SL-PTT padi di lahan sawah tadah hujan dan lahan kering, meliputi: a. Komponen Kegiatan Pelaksanaan SL-PTT, berupa: - Penyusunan Juklak kegiatan SL-PTT di Provinsi pelaksana dan Juknis kegiatan SL-PTT di Kabupaten/Kota Pelaksana: Sebagian besar provinsi pelaksana SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering sudah menyusun Juklak kegiatan SL-PTT, begitu juga dengan Kabupaten/Kota Pelaksana SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering sebagian besar sudah menyusun Juknis kegiatan SL-PTT. Hanya saja Juklak dan Juknis yang disusun daerah pelaksana sebagian besar belum disesuaikan dengan keadaan spesifik lokasi setempat, sehingga Juknis dan Juklak cenderung berupa panduan umum seperti Pedoman Teknis yang disusun pusat. - Sosialisasi: Sosialisasi kegiatan pelaksanaan SL-PTT dilakukan mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Sosialisasi tingkat nasional dilaksanakan di pusat pada bulan Februari di Bogor dengan mengundang seluruh kabupaten/kota dan provinsi pelaksana SL-PTT padi dan jagung Sosialisasi tingkat Provinsi dan Kabupaten dilakukan di masing-masing tempat pelaksana dengan menghadirkan nara sumber dan undangan yang terkait pelaksanaan kegiatan. - Finalisasi CPCL pelaksana kegiatan SL-PTT padi: CPCL pelaksana kegiatan SL-PTT padi di lahan sawah maupun di lahan kering sudah disusun dengan baik secara berjenjang mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan disampikan ke tingkat pusat jauh-jauh hari sebelum kegiatan dilaksanakan dengan format yang sudah ditetapkan. Namun demikian, perubahan kebijakan seperti penghematan pada kegiatan SL-PTT padi menyebabkan beberapa kelompok tani yang sudah diajukan mengalami perubahan karena tidak bisa ikut melaksanakan kegiatan. - Penyusunan dan pengiriman RUK (Rencana Usahatani Kelompok) dan rekening Poktan/Gapoktan pelaksana SL-PTT padi: Penyusunan RUK dilakukan oleh kelompok tani pelaksana SL-PTT yang didampingi petugas lapang dan kemudian dikirim ke Kabupaten tempat kelompok tani berada. Begitu juga dengan pembuatan rekening Poktan/Gapoktan pelaksana biasanya dibantu oleh petugas di daerah. Hanya saja pada penyusunan RUK (Rencana Usahatani Kelompok) pun belum menggambarkan kebutuhan saprodi sesuai spesifik lokasi setempat. Daerah pelaksana kebanyakan masih kaku dalam Direktorat Budidaya Serealia 73

83 menggunakan dana untuk pembelian saprodi yang dibutuhkan sesuai spesifik lokasi setempat. Hal ini terjadi karena daerah pelaksana takut menjadi temuan pada ranah hukum bila tidak sesuai persis dengan plafon yang diberikan pusat. Padahal dalam Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan Jagung 2014 hal. 55 dinyatakan bahwa penggunaan saprodi (volume dan jenisnya) di tingkat lapangan disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan telah disetujui oleh Penyuluh Pertanian/PPL, Dinas Pernaian Kabupaten/Kota dan BPTP Provinsi Setempat. - Proses adminstrasi keuangan yang mendukung pelaksaan SL-PTT padi: Proses administrasi keuangan yang mendukung pelaksanaan SL-PTT padi dilaksanakan di Kabupaten/Kota serta provinsi pelaksana setempat. Namun pada tahun ini ada beberapa daerah yang mengalami sistem baru dalam proses pencairan anggaran di KPPN daerah setepat sehingga kecepatan proses pencairan anggaran yang diajukan mengalami sedikit hambatan. - Penyerapan sekaligus penyaluran dana bansos SL-PTT padi: Proses ini banyak mengalami hambatan. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu: Adanya himbauan untuk menunda pencairan bansos pada masa pemilu legislatif dan presiden menyebabkan lambatnya daerah melakukan serapan dana bansos bahkan daerah yang sudah lewat jadwal tanamnya tidak dapat melaksanakan kegiatan. b. Tingkat Pencapaian Areal dan Hasil Bansos SL-PTT padi inbrida sawah yang dapat direalisasikan hingga Desember 2014 sebesar ha (91,51%) dari total sasaran SL-PTT padi inbrida sawah 2014 sebesar ha. Sementara bansos SL- PTT padi lahan kering yang dapat direalisasikan hingga Desember 2014 sebesar ha (93,82%) dari sasaran SL-PTT padi lahan kering 2014 sebesar ha. Realisasi panen SL-PTT padi inbrida sawah hingga keadaan Desember 2014 mencapai ha dengan produksi mencapai ton GKG.Adapun realisasi panen SL-PTT padi lahan kering hingga keadaan Desember 2014 mencapai ha dengan produksi mencapai ton GKG.Realisasi tanam SL-PTT padi baik di lahan sawah maupun di lahan kering banyak yang mengalami mundur tanam dikarenakan kondisi musim hujan yang mundur. Panen padi pun akan banyak mengalami carry over di tahun Direktorat Budidaya Serealia

84 c. Produktivitas Padi Kegiatan SL-PTT Sampai keadaan Desember 2014, produktivitas padi sawah kegiatan SL- PTT 2014 sebesar 59,36 ku/ha lebih besar 6,18 ku/ha dibandingkan dengan produktivitas padi sawah nasional sebesar 53,18 ku/ha (ATAP 2013). Bila dibandingkan dengan produktivitas padi sawah nasional ARAM II 2014 (52,89 ku/ha), produktivitas padi sawah kegiatan SL-PTT lebih besar 6,47 ku/ha. Sementara Produktivitas padi ladang kegiatan SL- PTT 2014 sebesar 40,61 ku/ha lebih besar 7,19 ku/ha dibandingkan dengan produktivitas padi ladang nasional sebesar 33,42 ku/ha (ATAP 2013). Bila dibandingkan dengan produktivitas padi ladang nasional ARAM II 2014 (33,18 ku/ha), produktivitas padi ladang kegiatan SL-PTT lebih besar 7,43 ku/ha. Tingginya produktivitas padi pada kegiatan SL- PTT padi baik di lahan sawah maupun di lahan kering menunjukan bahwa kegiatan SL-PTT padi dapat menyumbang kenaikan produksi padi per ha. d. Penerapan komponen Teknologi PTT Komponen PTT dasar padi tadah hujan terdiri atas: varietas modern, benih bermutu dan sehat, pengelolaan hara, pemberian bahan organik dan pengendalian gulma terpadu. Sedangkan komponen PTT pilihan padi tadah hujan adalah: pengelolaan tanaman dengan cara tanam legowo atau larikan, PHT sesuai OPT sasaran dan penanganan panen dan pasca panen. Komponen PTT dasar padi lahan kering terdiri atas: varietas modern, benih bermutu dan sehat, pengelolaan hara, pemberian bahan organik dan koservasi tanah dan air. Sedangkan komponen PTT pilihan padi lahan kering adalah: pengelolaan tanaman dengan cara tanam legowo atau larikan, PHT sesuai OPT sasaran, pengendalian gulma, pola tanam berbasis padi gogo dan penanganan panen dan pasca panen. Penerapan komponen PTT tersebut disesuaikan dengan spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan. Hasil monitoring ke beberapa daerah didapatkan bahwa penerapan komponen PTT padi tadah hujan dan lahan kering sangat beragam. Pada penggunaan benih varietas unggul bersertifikat terutama banyak terkendala karena benih subsidi yang menjadi fasilitas dalam pelaksanaan kegiatan SL-PTT terhambat penyediaannya di lapangan sehingga petani banyak yang menggunakan benih swadaya, terutama kelompok tani pelakasana SL-PTT padi lahan kering kesulitan mendapatkan benih unggul bersertifikat. Menurut Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan jagung 2014, pemilihan benih swadaya masih dibolehkan asalkan benih tersebut adalah benih varietas unggul produktivitas tinggi yang penggunaannya atas sepengetahuan kepala dinas pertanian kabupaten/kota. Pada penggunaan pupuk, sebagian besar petani pelaksana SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering sudah menggunakan pupuk yang sesuai Direktorat Budidaya Serealia 75

85 rekomendasi petugas setempat.hanya saja rekomendasi tersebut masih mengacu pada rekomendasi penggunaan pupuk secara umum belum menunjukan pada pilihan yang sesuai kebutuhan spesifik lokasi setempat.namun demikian, petani juga sudah banyak yang menerapkan penggunaan pupuk organik. Pengelolaan tanaman dengan menggunakan cara tanam jajar legowo di lahan sawah tadah hujan sudah lebih banyak diterapkan dibandingkan di lahan kering. Hal ini disebabkan karena penggunaan cara tanam jajar legowo di lahan kering masih dirasakan berat dan sulit oleh petani. Selain mereka membutuhkan biaya yang besar untuk biaya upah penanaman legowo, mereka juga keterbatasan dalam SDM yang mengerjakan olah tanah dan tanam. Dalam pengendalian OPT dan gulma, baik petani di lahan sawah tadah hujan maupaun di lahan kering kebanyakan masih berorientasi pada obatobat kimia sehingga kurang ramah lingkungan meski para petugas pendamping di lapangan sudah memberikan pelatihan pengendalian gulma dan hama secara ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan belum tumbuhnya kesadaran petani akan perlunya pertanian yang ramah lingkungan dan petani lebih suka dengan hal yang instant. Penanganan panen dan pasca panen padi sangat beragam tergantung kondisi kelompok tani setempat.petani yang memiliki alat panen dan pasca panen yang modern, mereka sudah menggunakan alat panen yang modern dalam melakukan pemanenan sementara petani yang masih terbatas pada kepemilikan teknologi alat panen dan pasca panen mereka masih memanen secara manual.dalam beberapa kasus, ada juga petani yang tidak langsung melakukan perontokan padi dikarenakan waktu dan tenaga untuk melakukan perontokan sangat terbatas sehingga mereka harus menundanya.hal ini banyak ditemui di kelompok-kelompok tani padi lahan kering.begitu juga pada saat olah tanah sebelum tanam, petani padi lahan kering masih banyak yang belum memperhatikan konservasi tanah.hal ini dikarenakan keterbatasan SDM dan teknologi sarana pertanian yang minim sementara lahan yang diolah lebih luas, sehingga mereka lebih memilih membakar lahan sebelum dilakukan olah tanah karena dipandang lebih mudah dilakukan walaupun beresiko tinggi. 76 Direktorat Budidaya Serealia

86 7. Bimbingan dan Pembinaan Pengembangan SL-PTT Jagung Masalah yg dihadapi di lapangan adalah : a. Masih terdapat ketidaksesuaian benih yang diinginkan petani dengan benih yang tersedia di pelaksana penyalur benih. b. Masih terjadi keterlambatan penyaluran benih. c. Masih terjadi kesalahan dalam penetapan CPCL, kelompok yang sudah ditunjuk, setelah ditetapkan dalam SK terkadang diganti dengan kelompok lain. d. Pihak kabupaten sudah mulai mengalami kesulitan dalam mencari kelompok yang sesuai dengan pedoman pelaksanaan SLPTT, misalnya penetapan peserta program SLPTT adalah kelompok yang belum pernah melaksanakan program SLPTT di tahun sebelumnya, namun karena keterbatasan jumlah kelompok, maka peserta program SLPTT masih pada kelompok yang sama, namun beda anggota. e. Disarankan agar kegiatan SLPTT dilaksanakan di daerah-daerah pengembangan atau daerah yang belum terbiasa menanam jagung hibrida, sehingga terlihat peningkatan produktivitasnya, namun daerah kesulitan dalam memberikan pemupukan. f. Adanya pergeseran musim hujan yang datang tidak sesuai dengan prediksi petani, sehingga menjadi kendala bagi penyedia benih dalam pendistribusian. g. Adanya persyaratan tambahan untuk pembukaan rekening kelompoktani (fotocopy kartu NPWP) ikut menghambat penetapan kelompoktani. Hal ini disebabkan petani banyak yang terlambat dalam mengurus NPWP tersebut, mengingat jarak yang cukup jauh dari tempat tinggal petani. Beberapa upaya- upaya yang sudah diterapkan antara lain : a. Penetapan CPCL sebaiknya berdasarkan realisasi/gambaran hasil 5 10 tahun sebelumnya sehingga areal/petani yang akan dilibatkan dalam program/kegiatan SL-PTT ini tidak menyimpang/mendekati kesesuaian. b. Sebaiknya varietas yang akan digunakan disampaikan jauh sebelum program dilaksanakan dan mengajak pihak penyalur untuk berkoordinasi dalam penyediaan benih. c. Pedoman umum SL-PTT harus sudah diberikan ke daerah minimal 1-2 bulan sebelum program dilaksanakan, sehingga sempat tersosialisasikan lebih dahulu dan dikuasai oleh para penyuluh/pendamping. d. Menyangkut administrasi untuk calon petani dan calon lokasi Sekolah Lapangan, hal tersebut memang selalu ada kendala, sehingga perlu dilakukan pendataan kelompok tani yang terbaru dan ditentukan solusinya untuk mengantisipasinya sehingga masalah yang sama tidak menjadi penghalang kegiatan ini. Direktorat Budidaya Serealia 77

87 8. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan SL-PTT Padi IRA SL-PTT padi tahun 2014 difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas di kawasan areal tanam SL-PTT padi seluas 3,902 juta ha yang tersebar pada lokasi kegiatan SL-PTT padi sawah di kawasan pertumbuhan, pengembangan maupun pemantapan.untuk kawasan pertumbuhan seluas ha dengan rincian padi inhibrida sawah seluas ha yang dialokasikan di 55 Kabupaten/Kota pada 18 Provinsi; padi inbrida pasang surut seluas ha yang dialokasikan di 17 Kabupaten/Kota pada 8 Provinsi; padi inbrida rawa lebak seluas ha yang dialokasikan di 14 Kabupaten/Kota pada 5 provinsi; padi inbrida lahan kering seluas ha yang dialokasikan di 77 Kabupaten/Kota pada 13 Provinsi. Kawasan Pengembnagan seluas ha dengan rincian padi inbrida sawah seluas ha yang dialokasikan di 188 Kabupaten/kota pada 27 Provinsi; padi hibrida seluas ha yang dialokasikan di 117 kabupaten/kota pada 14 provinsi; padi inbrida lajhan kering seluas ha yang dialokasikan di 57 Kabupaten/Kota pada 10 Provinsi. Kawasan Pemantapan seluas ha dengan rincian padi inbrida seluas ha yang dialokasikan di 345 Kabupaten/Kota pada 27 Provinsi; padi inbrida lahan kering seluas ha yang dialokasikan di 43 Kabupaten/Kota pada 10 provinsi. Kegiatan monitoring SL-PTT padi 2014 dilakukan mulai dari persiapan sampai dengan panen.monitoring ini dilakukan guna mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan SL-PTT beserta dampaknya di lapangan.hasil monitoring ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk pelaporan. Berdasarkan Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014, evaluasi SL-PTT meliputi: komponen kegiatan pelaksanaan SL-PTT, tingkat pencapaian areal dan hasil, kenaikan produksi di lokasi SL-PTT dan penerapan komponen teknologi PTT. Selain itu monitoring juga dilakukan untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan kegiatan SL-PTT sehingga dapat dicarikan penyelesaian dari kendala-kendala yang dihadapi.monitoring ini secara kontinyu terus dilakukan baik melalui media telekomunikasi maupun dengan terjun langsung ke beberapa lokasi pelaksana kegiatan SL- PTT padi Beberapa lokasi pelaksana SL-PTT padi 2014 yang dilakukan monitoring langsung di 31 Provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Dari kegiatan monitoring ini diharapkan kontribusi dari kegiatan SL-PTT dapat terukur. 78 Direktorat Budidaya Serealia

88 Untuk memenuhi pencapaian penggunaan PTT dasar dan pilihan maka kegiatan SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering ini mendapat dukungan sarana produksi di lokasi Laboratorium Lapang (LL) baik di kawasan pertumbuhan, pengembangan maupun pemantapan.dukungan saprodi itu juga diberikan pada lokasi SL di luar LL di kawasan pertumbuhan dan pengembangan, kecuali di kawasan pemantapan.adapun jenis sarana produksi dan dosis yang digunakan pada areal SL dan LL disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi setempat yang dapat dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di masing-masing daerah.selain itu penyediaan benih unggul bermutu dilakukan melalui mekanisme subsidi dan bilamana benih subsidi tidak tersedia dapat dipenuhi melalui swadaya ataupun sumber lainnya.penerapan sistem jajar tanam legowo pada budidaya padi di lokasi SL-PTT masih beragam. Dari sasaran SL-PTT padi 2014 sebesar ha realisasi tanam SL-PTT padi 2014baru mencapai (53,20%) dengan realisasi panen mencapai ha dan produksi mencapai ton GKG dengan produktivitas mencapai 58,68 ku/ha. Kendala yang ditemui pada pelaksanaan SL-PTT padi tahun 2014 hampir sama dengan pelaksanaan SL-PTT tahun 2013 diantarannya masalah penyaluran lam penggunaan benih unggul bermutu karena terlambatnya penyaluran benih padi oleh pihak penyalur. Kondisi ini mendorong petani untuk menyediakan benih secara swadaya, namun di beberapa daerah ada yang kesulitan mendapatkan benih unggul secara swadaya, adapula yang terhambat dalam proses persetujuan dari BPTP daerah setempat untuk penggunaan benih unggul swadaya, beberapa dinas pertanian juga ada yang masih belum berani mengambil kebijakan benih swadaya ketika benih subsidi tidak tersedia. Hal ini dikarenakan kekhawatiran resiko yang timbul dari kebijakan yang diambil meskipun telah diterbitkan surat dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan No. 32/TU.210/C/06/2013 tanggal 7 Juni 2013 yang salah satu isinya mengenai diperbolehkannya penggunaan benih unggul (good seed) secara swadaya pada areal SL-PTT yang pengadaannya dapat diperoleh melalui pertukaran antar petani atau menggunakan produksi sendiri. Dalam pelaksanaan sistem jajar legowo pada budidaya SL-PTT padi masih belum optimal karena beberapa petani belum siap menerapkan sistem jajar legowo karena bagi beberapa petani sistem jajar legowo dapat menimbulkan tambahan biaya pada proses tanam meskipun petani sudah mengetahui manfaat sistem jajar legowo. Beberapa daerah ada juga yang terhambat dalam proses administrasi pembuatan rekening di bank. Hambatan lain juga ditemui pada penentuan sistem kawasan untuk calon petani dan calon lokasi pelaksana SL-PTT, beberapa daerah ada yang masih sulit menerapkan sistem kawasan karena keterbatasan areal maupun kondisi sosial budaya. Direktorat Budidaya Serealia 79

89 9. Pengembangan Serealia Lain Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Serealia lain 2014 dialokasikan kegiatan fisik berupa bantuan pertemuan fasilitasi kemitraan, namun kegiatan dem-farm melalui dana APBN pengembangan komoditas serealia lain sudah ditiadakan, sehingga diharapkan daerah dapat mengembangkannya melalui dana APBD I dan APBD II serta pengusaha Lokal. Program pengembangan serealia lain (Sorgum, Gandum, Jewawut, dan Hotong) tahun 2014 dilaksanakan dalam rangka mendukung diversifikasi pangan, didalam upaya pengembangan konsumsi beras 5% selama 5 tahun sehingga diharapkan dapat mengurangi tekanan permintaan akan beras sebagai makanan pokok serta memanfaatkan lahan-lahan yang belum diusahakan (Lahan Marjinal) dan lahan yang diusahakan tetapi tanaman lain tidak dapat tumbuh dengan baik karena terbatasnya air. Untuk mendukung keberhasilan pengembangan komoditas serealia lain diperlukan dukungan seluruh instansi terkait baik Pusat maupun Daerah mengingat komoditas ini masih belum berkembang secara maksimal di Lapangan Dalam upaya pengembangan komoditas serealia lain, pada tahun 2014 telah dilakukan upaya-upaya antara lain. a. Upaya Ekstensifikasi dan Sosialisasi pada Daerah bukaan baru Peluang Pengembangan komoditas serealia lain diupayakan pada daerah-daerah bukaan baru, lahan kering maupun lahan marginal yang dilakukan oleh pemerintah, pengusaha swasta, maupun petani Lokal. b. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Sentra. Dilakukan di lahan milik petani, yang sudah terbiasa melakukan Budidaya komoditas serealia lain secara baik. Upaya pengembangan ini dilakukan dengan meningkatkan perluasan areal tanam menuju usahatani yang memenuhi skala ekonomi.selain itu juga dilakukan sosialisasi pada kemitraan bagi petani untuk mendukung pemasaran hasil produksinya. Khusus untuk daearh sentra seperti Nusa Tenggara Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat adalah merupakan salah satu daerah sumber penangkaran benih yang perlu ditingkatkan. c. Pengembangan Pola Kemitraan di Daerah sentra produksi. Pengembangan Pola Kemitraan di sentra produksi merupakan upaya pengembangan usahatani yang memenuhi skala ekonomi sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya system dan usaha agribisnis melalui pola kemitraan yang berkelanjutan. Pengembangan Pola Kemitraan sentra produksi ini dilakukan dengan pendekatan : 80 Direktorat Budidaya Serealia

90 - Fasilitasi Kemitraan Pengembangan Serealia Lain di sentra produksi berskala ekonomis berbasis Kabupaten andalan seperti Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Barat, Bengkulu, Pemerintah Aceh dan Maluku. - Pemantapan peran pengusaha lokal melalui Pertemuan Fasilitasi Pengembangan Serealia Lain di Provinsi (Dana Dekon). - Kegiatan yang dikembangkan dalam Subsistem Budidaya dalam sentra produksi perlu dipadukan dengan Subsistem lainnya seperti penyediaan benih oleh Balitser, pengelohan kelompok tani di Pedesaan, pemasaran oleh Bogasari dan lain-lain sehingga tercipta keterpaduan dan keharmonisan pengembangan Agribisnis secara utuh di tingkat petani. d. Penguatan Kelembagaan. Strategi Pengembangan komoditas serealia lain melalui penguatan kelembagaan yang meliputi kegiatan fasilitasi pertemuan kemitraan dengan ; - Kelompok Tani / Gapoktan. - Penangkar Benih (BPSB), diupayakan dilakukan oleh pengusaha swasta untuk mendukung salah satu usaha dalam pengembangan komoditas serealia lain yaitu penyediaan benih yang terbatas sehingga perlu adanya pemberdayaan penangkar benih melalui dukungan dana - APBD dan Kemitraan usaha untuk penyiapan kebutuhan Benih. - Peran Asosiasi pengguna tepung seperti PT. Bogasari, Pengusaha Lokal dan Pemerhati Sorgum perlu ditingkatkan untuk mendukung pengembangan serealia lain dan terwujudnya diversifikasi pangan. - Peningkatan pengembangan budidaya pengelolaan dan pemasaran hasil seperti PT. Batan Teknologi (Persero) dan PT I pasar. Tabel. 36. Skenario pengembangan komoditas serealia lain tahun 2014 No. Komoditas Pengembangan ( Ha ) Kemitraan ( Ha ) Swadaya Petani Revoling APBN Total ( Ha ) ( Ha) ( Ha ) 1. Gandum Sorgum *) Hotong Jewawut Direktorat Budidaya Serealia 81

91 10. Monitoring dan Evaluasi Optimalisasi Jagung Jagung merupakan bagian dari sub-sektor tanaman pangan yang memiliki peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional. Peranan jagung dalam subsektor tanaman pangan telah terbukti secara nyata memberikan andil yang cukup besar bukan saja terhadap ketahanan pangan tetapi juga terhadap perekonomian. Sekarang ini jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga digunakan sebagai bahan baku pakan. Sebagai bahan pakan, jagung merupakan bahan baku utama dengan porsi mencapai 51%. Pada tahun 2014 total kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pabrik pakan sebesar 7,5 juta ton. Selain oleh industri, pakan ternak juga diproduksi oleh peternak lokal yang melakukan pencampuran sendiri (self mixing). Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan peternak lokal sebesar 4,96 juta ton per tahun. Sehingga jika dijumlahkan maka total kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan sebesar 12,46 juta ton per tahun. Indonesia mempunyai potensi sangat besar dalam meningkatkan produksi maupun produktivitas jagung. Lahan yang tersedia untuk budidaya jagung sangat luas, persyaratan agroklimat sederhana, teknologinya sudah tersedia, sehingga prospek keuntungan bagi pembudidayanya cukup besar. Apabila kelebihan hasil, artinya daya serap dalam negeri kecil, peluang ekspor sangat terbuka. Peningkatan produksi jagung dalam rangka memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri dilakukan dengan berbagai upaya antara lain melalui (1) Peningkatan produktivitas (penerapan teknologi tepat guna spesifik lokasi); (2) Penggunaan varietas unggul bermutu; (3) Perluasan areal tanam; (4) Penerapan PTT; (5) Pengamanan produksi; (6) Penanganan pasca panen; (7) Dukungan penelitian dan penyuluhan dan (8) Menjalin kemitraan dengan stakeholders untuk penguatan modal, bantuan sarana produksi, penanganan pasca panen, pemasaran hasil serta dukungan peraturan dan perundangan. Produksi jagung tahun 2014 (ARAM II), BPS diperkirakan sebanyak 19,13 juta ton pipilan kering, mengalami kenaikan sebanyak 0,62 juta ton ( 3,33%) dibandingkan tahun kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan produktivitas sebesar 0,85 ku/ha (1,75%) dan kenaikan luas panen seluas 58,72 ribu ha (1,54%). Menyikapi trend peningkatan kebutuhan jagung diatas, maka Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menetapkan sasaran produksi jagung untuk tahun 2014 sebesar 19 juta ton. Sasaran produksi jagung pada tahun 2014 sebesar 19 juta ton PK sangattergantung pada beberapa faktor, antara lain benih bermutu dan bersertifikat, pupuk yang tersedia sesuai dengan jumlah, kebutuhan dan waktu yang tepat pada saat pertanaman dan ketersediaan air yang cukup 82 Direktorat Budidaya Serealia

92 untuk mendukung perkembangan tanaman jagung. Faktor lain yang tak kalah penting adalah penanganan panen dan pasca panen serta jaminan pasar bagi petani. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, iklim sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan produksi jagung. Dalam upaya mempertahankan swasembada jagung kita mempunyai banyak tantangan, namun di sisi lain kita juga mempunyai banyak peluang. Tantangan yang harus kita hadapi antara lain adalah : 1) Kebutuhan yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk (terkait erat dengan kebutuhan untuk pakan ternak); 2) Produksi jagung yang tidak merata sepanjang tahun (musiman); 3) Jagung masih dijadikan alternatif/tanaman kedua setelah (secondary crop) dan 70% ditanam di lahan kering; 4) Puncak panen terjadi pada musim penghujan; 5) Belum adanya jaminan harga dan lain-lain. Sedang peluang yang ada antara lain;1) Produktivitas rata-rata nasional yang dicapai sampai saat masih dibawah potensinya; 2) Tanaman jagung relatif lebih sedikit hama dan penyakitnya; 3) Swasta sudah banyak berperan aktif dalam pengembangan khususnya industri benih dan pemasaran hasil; 4) Tersedia teknologi budidaya yang mudah diadopsi oleh petani; 5) Harga relatif menguntungkan dan 6) Banyaknya dukungan dari pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) dalam pengembangan jagung. Serta 7) Masih terbukanya peluang perluasan areal di lahan-lahan perhutani, kehutanan (HTI), perkebunan dan lahan kering lainnya. Beberapa permasalahan yang dijumpai dalam pengembangan jagung di antaranya adalah; a. Fluktuasi produksi dan harga, penanganan pascapanen pada saat panen raya dan alsin prosessing dan pengolahannya (dryer and corn sheller) termasuk silo, masih terbatas sehingga berpengaruh terhadap kualitas hasil, terbatasnya modal usahatani, dan kemitraan usaha belum berkembang. b. Peran petugas lapangan sangat diperlukan untuk mendampingi petani dalam penerapan teknologi. c. Peralatan pasca panen masih perlu ditingkatkan untuk menjaga kualitas jagung agar tetap baik, mengingat pasca panen curah hujan masih cukup tinggi. d. Perlu penetapan harga jagung di tingkat regional/provinsi agar harga jagung stabil dan jika harga turun pemerintah daerah dapat menampung melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) contohnya Provinsi Gorontalo dan Lampung. e. Perlu adanya suatu gerakan untuk pengembangan jagung di daerahdaerah yang mempunyai potensi untuk pengembangan melalui jajaran pemangku kepentingan dibidang jagung Direktorat Budidaya Serealia 83

93 11. Bimbingan dan Pengembangan Padi THLK Ketahanan pangan sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber utama untuk penyediaan bahan pangan. Dalam meningkatkan ketahanan pangan, tantangan besar saat ini adalah konsumsi masih bertumpu pada beras.segala upaya selama 69 tahun setelah proklamasi kemerdekaan untuk peningkatan produksi pangan terutama beras masih terus menjadi masalah utama.meskipun revolusi hijau yang diiringi social engineering di bidang produksi telah berhasil mengejar tingginya pertumbuhan penduduk, namun masih belum dapat mengubah ketergantungan masyarakat terhadap beras. Peningkatan produksi merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah ketahanan pangan tersebut. Dalam melaksanakan upaya tersebut tentu tidak terlepas dari potensi lahan, teknologi, sumberdaya manusia, dan sumberdaya pendukung lainnya serta berbagai permasalahan yang dihadapi dalam berusahatani padi tadah hujan dan lahan kering. Dengan adanya potensi dan permasalahan yang dihadapi dapat disusun langkah-langkah operasional dalam upaya pengembangannya. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan melalui penyediaan beras nasional, kontribusi padi sawah masih sangat dominan.hal ini disebabkan tingkat produktivitas padi sawah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan padi ladang dan pemanfaatan lahan sawah yang cukup intensif. Tetapi intensifikasi padi sawah telah menunjukkan tingkat produktivitas yang mendekati titik jenuh (levelling off). Di lain pihak, alih fungsi/konversi lahan sawah produktif ke usaha non pertanian cenderung meningkat. Oleh karena itu usaha pelestarian swasembada pangan nasional akan semakin berat jika tidak diikuti dengan usaha pengembangan padi di lahan tadah hujan dan lahan kering. Walaupun produktivitas padi lahan kering masih rendah dibandingkan padi sawah, pengembangan padi lahan kering tetap mempunyai posisi strategis. Dalam lima tahun terakhir, padi lahan kering di Indonesia telah menunjukkan peningkatan produktivitas 33,22 ku/ha pada tahun 2012 menjadi 33,42 ku/ha tahun 2013, Sementara untuk ARAM II 2014 mengalami penurunan menjadi 33,16 ku/ha. Fenomena ini tentunya perlu di kaji lebih lanjut agar dapat dihasilkan terobosan-terobosan dalam pengembangan padi lahan kering. Selanjutnya, keberhasilan pemanfaatan lahan kering sebagai buffer penyediaan pangan sangat tergantung dari teknologi padi lahan kering yang ada.demikian halnya dalam optimasi pemanfaatan lahan-lahan perkebunan, lahan pengembangan sentra buah-buahan, lahan HTI, lahan transmigrasi melalui pertanaman sela padi lahan kering. 84 Direktorat Budidaya Serealia

94 Pengembangan padi tadah hujan dan padi lahan kering bertujuan untuk peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi padi tadah hujan dan padi lahan kekring melalui peningkatan produktivitas dengan kegiatan intensifikasi dan peningkatan indeks pertanaman (IP). Peningkatan produksi padi lahan kering mempunyai peluang yang sangat besar untuk dilaksanakan mengingat hal-hal sebagai berikut : a. Potensi lahan kering yang cukup besar dan pemanfaatan-nya yang relatif masih rendah. b. Adanya perolehan hasil yang masih jauh berbeda antara hasil penelitian yang dilakukan di balai-balai peneltian Badan Litbang Pertanian dengan hasil produksi di lapangan yang dilakukan petani sehingga peluang peningkatan produksi masih dapat ditingkatkan dengan teknologi tepat guna dan spesifik lokasi. c. Pertumbuhan produktivitas padi di lahan kering bernilai positif, yang berarti terjadinya peningkatan produktivitas untuk padi di lahan kering. d. Tersedianya teknologi baru untuk menjawab permasalahan yang terjadi di lahan sawah tadah hujan dan lahan kering, seperti varietas-varietas unggul tipe baru, pemupukan berimbang, PTT dan konservasi lahan. 12. Gerakan Tanam dan Panen Perdana a. Gerakan Tanam Padi Gerakan Tanam Perdana Padi Ladang di Kabupaten Majalengka tanggal 5 Desember 2014 dihadiri oleh perwakilan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, Camat Kecamatan Kertajati, Kepala BP3K, Muspika Kertajati, Kepala Desa Mekarjaya, Administratur Perhutani, para pengurus kelompoktani peserta SL-PTT Padi Lahan Kering se-kecamatan Kertajati serta Kasubdit Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering beserta staf. Gambar 1. Kegiatan Tanam Padi Ladang di Majalengka Direktorat Budidaya Serealia 85

95 Beberapa hasil yang dapat dilaporkan sebagai berikut : Laporan Tahunan ) Potensi lahan kering di Indonesia yang cocok untuk tanaman pangan termasuk padi masih sangat luas, yaitu 17,21 juta ha. Lahan kering ini terbagi atas lahan tegal/kebun seluas 11,95 juta ha dan lahan ladang/huma seluas 5,26 juta ha yang tersebar di 33 provinsi. 2) Untuk pertanaman padi ladang, pemanfaatan lahan kering baru mencapai 1,22 juta ha (7,05%) dan dibandingkan dengan luas tanam padi nasional, luas tanam padi ladang baru mencapai 8,41%. Salah satu sentra produksi padi ladang adalah Provinsi Jawa Barat. 3) Jika dibandingkan dengan produksi padi nasional (71,28juta ton GKG), produksi padi lahan kering baru mencapai sekitar 3,89 juta ton GKG (5,45%) sedangkan produksi padi sawah mencapai 67,39 juta ton GKG (94,55%). 4) Gerakan tanam padi ladang dilaksanakan pada kelompoktani Cipitak, Pelaksana SL-PTT tahun 2014 Desa Mekar jaya Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat. Sistem penanaman dengan cara tugal, jarak tanam 25 x 25 cm, varietas yang ditanam adalah Inpago 3 Lahan merupakan milik dari Perhutani dengan tanaman pokok kayu putih melalui sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). 5) Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka berterimakasih kepada Direktorat Budidaya Serealia yang telah menyelenggarakan gerakan tanam padi ladang perdana di Kabupaten Majalengka. 6) Alih fungsi lahan di Kabupaten Majalengka tidak bisa dihindari termasuk untuk pembangunan pabrik dan infrastruktur lainnya seperti jalan tol. 7) Untuk mengatasi pengurangan produksi dari alih fungsi lahan yang meningkat setiap tahun dilakukan upaya intensifikasi, mekanisasi, pengendalian OPT dan pengurangan kehilangan hasil. Terkait dengan alih fungsi lahan, saat ini sedang diperjuangkan sawah berkelanjutan seluas ha, mengoptimalkan lahan darat (padi gogo) yang potensi terbesar berada di Kecamatan Kertajati. 8) Luas wilayah Kecamatan Kertajati 198,36 km 2 dengan jumlah penduduk sekitar jiwa, yang sebagian besar (>90%) adalah petani. Lahan Perhutani di Kecamatan Kertajati sekitar ha. Pertanaman padi ladang di lahan Perhutani di Kabupaten Majalengka ha, sekitar ha (83,33%) berada di Kecamatan Kertajati dan ini telah dilaksanakan setiap tahun. 9) Kontribusi produksi padi ladang yang ditargetkan di Kabupaten Majalengka pada MT. 2014/2015 mencapai ton GKG. Dari luas 86 Direktorat Budidaya Serealia

96 tanam SL-PTT padi lahan kering 2014 seluas ha diharapkan target tersebut optimis dapat tercapai dengan produktivitas rata-rata kabupaten 41,6 ku/ha. Jika lahan Perhutani dapat dioptimalkan penggunaannya, kontribusi produksi padi ladang bahkan dapat mencapai sekitar ton GKG. 10) Berdasarkan hasil diskusi petani dan petugas, beberapa hal yang dapat kami simpulkan adalah: a) Gerakan tanam padi ladang ini merupakan wujud dari salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap pengembangan padi lahan kering ke depan. b) Potensi pengembangan padi lahan kering sebagai tanaman tumpangsari di lahan-lahan perkebunan dan kehutanan (Perhutani) cukup besar. c) Beberapa permasalahan yang dihadapi petani padi ladang di lahan-lahan Perhutani diantaranya: - lahan yang tanaman pokoknya karet tidak dapat ditanami dengan alasan jarak tanam yang terlalu sempit, - untuk percepatan (akselerasi) pertanaman padi ladang, selain bantuan benih juga dibutuhkan mesin traktor pengolah tanah dan pompa air untuk daerah-daerah yang memiliki sumber air, embung serta bendungan. - Rencana pembangunan Bandara Internasional Provinsi Jawa Barat di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka akan mengurangi lahan garapan termasuk lahan Perhutani seluas ha (1.800 ha untuk bandara dan untuk wilayah Aero City). 11) Diperlukan koordinasi antar instasi terkait dalam pengembangan padi lahan kering terutama di Kabupaten Majalengka agar peningkatan produksi dapat dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan dan kesejahteraan petani dapat meningkat. 12) Setelah gerakan tanam, kami melakukan kunjungan ke lahan-lahan pertanaman padi lahan kering pelaksana SL-PTT Padi Lahan Kering 2014 dan pertanaman padi sawah tadah hujan di Desa Mekar jaya dan Sukamulya Kecamatan Kertajati dengan kondisi sudah tanam, sedang tanam, dan sedang olah tanah. Direktorat Budidaya Serealia 87

97 b. Gerakan Panen Padi Panen Padi di Kabupaten Badung Bali Tanggal 11 November 2014 Gambar 2. Acara Panen Raya Padi di Kabupaten Badung - Bali Acara panen raya padi inpari Mugibat pada 11 November 2014 dilaksanakan di Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung-Bali dilakukan secara seremonial oleh Asisten II bidang perekonomian mewakili Gubernur Bali, Wakil Bupati Badung mewakili Bupati Badung, Sestama BATAN mewakili Kepala BATAN, wakil dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, wakil DPRD Badung, dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali. Selain subak setempat, acara tersebut dihadiri juga oleh Camat Abiansemal, perwakilan HKTI, KTNA, PT. Pertani dan Muspika Abiansemal. Setelah itu dilakukan demo panen secara mekanisasi dengan alat harvester yang merupakan bantuan dari pemerintah pusat kepada kelompok tani setempat. Hasil acara apnen yang dapat dilaporkan sebagai berikut : - Luas areal yang dipanen 10 ha yang berada di lokasi SL-PTT seluas 75 ha, teknologi tanam dengan menggunakan tanam jajar legowo 2:1. Varietas yang dipanen adalah Varietas Inpari Mugibat. Mugibat kepanjangan dari Mutasi Unggul Radiasi Batan, varietas ini merupakan hasil mutasi dari varietas Cimelati yang dilepas BB Padi Sukamandi tahun 2003 yang kemudian dikembangkan melalui Riset dari BATAN. Varietas Inpari Mugibat memiliki umur tanam 119 hari setelah sebar, tegak dengan anakan produktif 18 batang, bentuk gabah panjang dan ramping, pemalai 112 bulir, dengan potensi hasil 8,2 ton GKG, tekstur nasi pulen, tahan wereng dan hawar daun. - Pada acara panen tersebut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali dalam laoprannya mengatakan bahwa kegiatan panen ini merupakan panen perdana untuk varietas Inpari Mugibat di Propinsi 88 Direktorat Budidaya Serealia

98 Bali. Hasil ubinan yang telah dilakukan untuk inpari Mugibat saat acara tersebut adalah sebesar 8,5 ton/ha GKP. Hasil ini masih dibawah dari potensi hasil sesuai deskripsi yang diatas 9 ton/ha GKP. Tentu saja hal ini masih dapat dikembangkan lebih lanjut. - Sementara itu Bupati Badung dalam sambutan tertulisnya yang disampaikan Wakil Bupati Badung, Made Sudiana, menyampaikan apresiasinya kepada BATAN dan bantuan alat pertanian dari pemerintah pusat untuk pengembangan sektor pertanian yang merupakan salah satu program prioritas di Kabupaten Badung. Dengan dukungan inovasi teknologi dan mekanisasi pertanian maka akan membantu peningkatan produktivitas sektor pertanian yang menurun karena banyaknya alih fungsi lahan sebagai akibat konsekuensi dari pembangunan. - Sekretaris Utama BATAN dalam sambutannya mengatakan bahwa acara hari ini sebagai salah satu penyerahan hasil riset bidang pangan yang telah dilakukan oleh BATAN. BATAN melakukan riset yang memanfaatkan nuklir untuk berbagai bidang. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nuklir memang berbahaya, tetapi dibalik itu ada manfaat dan sisi positifnya. Selama ini hasil riset BATAN bidang pertanian di antaranya telah menghasilkan 20 varietas padi, dan akan terus dikembangkan di tahun-tahun berikutnya. - Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Ketut Wija, Gubernur Bali dalam sambutannya mengatakan bahwa sektor pertanian merupakan inti pergerakan ekonomi di Bali. Sekarang ini menjadi tantangan, bagaimana meningkatkan ekonomi para petani sehingga generasi muda tertarik kembali menekuni bidang pertanian dan tidak melulu hanya di bidang pariwisata. Beliau Menyambut baik kerjasama dengan BATAN apalagi jika nanti hasil produktivitasnya lebih baik, maka akan dilakukan pengembangan selanjutnya secara lebih luas untuk mendukung swasembada beras yang dicanangkan oleh pemerintah. Selain itu, Gubernur mendukung pengadaan benih Direktorat Budidaya Serealia 89

99 unggul dan peralatan mesin untuk mekanisasi pertanian karena semakin berkurangnya tenaga untuk pertanian yang menyebabkan pembiayaan semakin tinggi. 13. Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Padi THLK a. Realisasi Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Ladang Tahun 2014 Luas panen padi ladang 10 tahun terakhir, pada tahun 2004 seluas ha dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi ha atau naik ha (3,71%). Pada tahun 2014 (ARAM II), luas panen mengalami penurunan menjadi ha atau turun ha (3,75%). Rata-rata luas panen padi ladang 10 tahun terakhir seluas ha dan kontribusi luas panen padi ladang terhadap luas panen padi nasional baru mencapai 8,76%. Luas panen terluas pada tahun 2013 seluas ha dan kontribusi luas panen terbesar terhadap luas panen padi nasional pada tahun 2004 sebesar 9,42%. Produksi padi ladang 10 tahun terakhir, pada tahun 2004 sebesar ton dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi ton atau naik ton (35,27%). Pada tahun 2014 (ARAM II), produksi padi ladang mengalami penurunan menjadi ton atau turun ton (4,44%). Rata-rata produksi padi ladang 10 tahun terakhir seluas ton dan kontribusi produksi padi ladang terhadap produksi padi nasional baru mencapai 5,23%. Produksi terbesar selama 10 tahun terakhir pada tahun 2013 yaitu ton dan kontribusi terbesar pada tahun 2012 sebesar 5,60% terhadap produksi padi nasional. Produktivitas padi ladang 10 tahun terakhir, pada tahun 2004 sebesar 25,63 ku/ha dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 33,42 ku/ha atau naik 7,79 ku/ha (30,42%). Pada tahun 2014 (ARAM II), produktivitas mengalami penurunan menjadi 33,18 ku/ha atau turun 0,24 ku/ha (0,71%). Rata-rata produktivitas padi ladang 10 tahun terakhir sebesar 29,16 ku/ha dan produktivitas padi ladang masih jauh lebih rendah dibandingkan produktivitas padi sawah dan padi nasional. Produktivitas paling tinggi selama 10 tahun terakhir pada tahun 2013 yaitu 33,42 ku/ha. b. Realisasi Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan Pertanaman padi sawah tadah hujan tahun 2014 seluas ha. Dibandingkan dengan luas tanam padi dan padi sawah tahun 2014, luas tanam padi sawah tadah hujan sebesar 20,80% dan 22,55%. 90 Direktorat Budidaya Serealia

100 Dilihat dari potensi lahan sawah tadah hujan yang sebesar ha, dengan luas tanam ha berarti indeks pertanaman padi sawah tadah hujan 134 (IP 134) dan meningkat dari tahun 2005, IP padi sawah tadah hujan baru mencapai IP 115. Luas panen padi sawah tadah hujan tahun 2014 seluas ha.dibandingkan dengan luas panen padi dan padi sawah tahun 2014, luas panen padi sawah tadah hujan sebesar 20,70% dan 22,54%. Produksi padi sawah tadah hujan termasuk dalam produksi padi sawah.berdasarkan perkiraan produksi padi sawah tadah hujan rata-rata 4 ton/ha, produksi padi sawah tadah hujan diperkirakan sebesar ton. Kontribusi produksi padi sawah tadah hujan terhadap produksi padi dan padi sawah sekitar 16,15% dan 17,05%. Terjadi peningkatan produksi padi sawah tadah hujan dan kontribusinya pada tahun 2014 terhadap produksi padi dan padi sawah yang sebelumnya 12,46% dan 13,11%. c. Permasalahan yang dihadapi di Lapangan - Keterbatasan air pada lahan kering dikarenakan keterbatasan kemampuan profil tanah untuk menyimpan air hujan menjadi permasalahan utama pada lahan kering. Pertanaman padi lahan kering hanya mengandalkan sumber air hujan. - Hama yang banyak menyerang padi di lahan kering seperti : hama lalat bibit, hama lundi, hama wereng cokelat, walang sangit, tikus. - Masihrendahnya tingkat ketersediaan benih unggul adalah tingkat kesadaran petani untuk menggunakan benih yang berkualitas tinggi masih sangat kurang - Wilayah lahan kering pada umumnya minim infrastruktur sosial seperti jalan, alat transportasi dalam mengangkut hasil produksi.dan infrastruktur ekonomi seperti pasar, kelembagaan keuangan juga terbatas, - Terisolirnya wilayah lahan kering, petani yang kekurangan modal tidak mampu melakukan usahataninya dengan baik sehingga akan memperoleh produktivitas dan produksi yang rendah. 14. Pertemuan Pertemuan a. Konsolidasi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun ) Bulan Maret 2014 Pertemuan Konsolidasi Kegiatan SL-PTT Padi dan Jagung 2014 dilaksanakan di International Convention Center IPBBogor pada tanggal Maret 2014, dihadiri sejumlah 465 peserta terdiri dari Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan 30 Provinsi dan 347 Kab/Kota.Rapat konsolidasi dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Direktorat Budidaya Serealia 91

101 Pangan. Setelah memperhatikan arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan diskusi yang berkembang dalam Workshop diperoleh rumusan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan ditindaklanjuti oleh semua pihak yang terkait untuk keberhasilan peningkatan produksi padi dan jagung pada tahun-tahun berikutnya sebagai berikut : - Target Produksi Padi, Jagung dan Kedelai tahun 2014 telah ditetapkan. Target tersebut tidak ringan. Padi harus naik 5,28 juta ton (7,42%), Jagung harus naik 2,31 juta ton (12,48%) dan Kedelai harus naik 0,72 juta to (92,31%). - Hasil rekapitulasi sasaran luas tanam, luas panen, provitas dan produksi padi dan jagung per provinsi, kabupaten, kecamatan perbulan yang sudah masuk baru mencapai 75%, untuk itu diharapkan kepada Kabupaten/Provinsi agar segera melengkapinya dan diharapkan selesai serta dilaporkan paling lambat akhir bulan Maret Target Areal SL-PTT Padi tahun 2014 adalah seluas 4,625 juta ha dan target Areal SL-PTT Jagung seluas 260 ribu ha, namun dari target tersebut yang CP/CL SL-PTT Padi yang sudah masuk baru mencapai 4,42 juta ha (95,61%) dan 248 ribu ha (95,29%) SL- PTT Jagung. Sementara sisa areal SL-PTT Padi maupun Jagung akandikoordinasikan kembali dengan kabupaten/kota dan dilaporkan paling lambat akhir bulan Maret Kegiatan SL-PTT Padi dan Jagung tahun 2014 diharapkan berkuntribusi pada tahun 2014 (tanam paling lambat bulan September), namun hasil rekapitulasi rencana tanam SL-PTT Padi tahun 2004 baru mencapai 3,81 juta Ha (82,50%) sementara rencana tanam SL-PTT jagung mencapai 180 ribu ha (69,52%) - Beberapa faktor yang menyebabkan sehingga target tanam SL- PTT 2014 tidak mencapai sasaran yang diinginkan (tidak 100% di bulan September) karena sebagian besar pertanaman SL-PTT padi gogo hanya bisa dilaksanakan pada musim penghujan (Oktober- Desember), disamping itu ketersediaan benih bersubsidi sesuai 6 tepat belum terpenuhi. - Serapan Bansos kegiatan SL-PTT Padi dan Jagung untuk B03 berdasar kewajiban pelaporan ke UKP4 adalah 10% dari target areal pelaksaan SL-PTT padi dan jagung tahun 2014 (462 ribu ha). Berdasarkan hasil rekapitulasi prediksi serapan Bansos SL-PTT Padi sampai dengan akhir Maret sebesar 175 ribu ha (3,8%), sementara prediksi serapan Bansos SL-PTT Jagung mencapai 32 ribu ha (12,37%). Untuk itu diharapkan agar provinsi dan 92 Direktorat Budidaya Serealia

102 kabupaten/kota untuk melakukan percepatan penyerapan Bansos sehingga target yang telah ditetapkan dapat tercapai. 2) Bulan Oktober 2014 Gambar 3. Sambutan dan Pembukaan Pertemuan Workshop Konsolidasi SL-PTT Padi dan Jagung oleh Plt. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Pertemuan Workshop konsolidasi SL-PTT Padi dan Jagung pada Oktober 2014 di IPB International Convention Center (ICC) Bogor. Pertemuan Konsolidasi SL-PTT Padi dan Jagung 2014 dan Persiapan GPPTT 2015 telah dilaksanakan pada tanggal Oktober 2014 yang dihadiri sejumlah 501 orang atau 115% dari target peserta 435 orang. Beberapa Provinsi tidak mengirim kabupaten sesuai undangan, dari total 403 Kabupaten pelaksana hanya 312 Kabupaten/kota yang hadir atau 77,5%.Workshop Konsolidasi SL-PTT diarahkan dan dibuka oleh Plt. Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan dihadiri oleh Eselon II lingkup Ditjen Tanaman Pangan, pada kesempatan tersebut Eselon II lingkup Ditjen Tanaman Pangan berkesempatan menyampaikan halhal penting terkait pelaksanaan kegiatan Tanaman Pangan 2014 dan persiapan 2015.Hasil pertemuan dapat dilaporkan sebagai berikut : a) Realisasi serapan dana Bansos SL-PTT 2014 sampai dengan Oktober 2014 untuk SL-PTT Padi sebesar 2,9 juta ha atau 75% dari target 3,9 juta ha dan prediksi serapan sampai dengan Desember 2014 sebesar 3,4 juta ha atau 88% b) Realisasi Serapan dana Bansos SL-PTT jagung sampai dengan oktober 2014 sebesar 157 ribu ha atau 77% dari target 204 ribu ha dan prediksi serapan sampai dengan Desember 2014 sebesar 169 ribu ha atau 83%. c) Realisasi tanam SL-PTT padi sampai dengan Oktober 2014 sebesar 2,0 juta ha atau 52 % dari target 3,9 juta ha, sedangkan realisasi tanam jagung sampai Oktober 2014 sebesar 76,8 ribu ha atau 38% dari target 204 ribu ha Direktorat Budidaya Serealia 93

103 d) Capaian realisasi tanam SL-PTT padi dibanding dengan realisasi serapan bansos 69%, sedangkan untuk jagung mencapai 49%, hal ini menunjukkan bahwa realisasi serapan bansos lebih tinggi dari realisasi tanam e) Beberapa permasalahan utama dari pelaksanaan SL-PTT 2014 antara lain: - Terkendalanya penyediaan benih subsidi oleh PT. SHS yang mengakibatkan mundur tanam bahkan untuk daerah-daerah yang mendapatkan kegiatan SL-PTT hibrida baik padi maupun jagung tidak dilaksanakan karena petani tidak mampu membeli benih hibrida. - Adanya himbauan KPK kepada Kepala Daerah untuk menunda pencairan dana Bansos sampai selesai Proses Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden serta penghematan anggaran APBN teremasuk dana Bansos sehingga menyebabkan beberapa daerah yang sudah lewat musim tanamnya tidak dapat melaksanakan kegiatan. - Terjadinya perubahan iklim dimana terjadi mundurnya musim hujan sehingga beberapa daerah yang seharusnya sudah mulai tanam pada bulan oktober sampai saat ini belum tanam karena menunggu hujan. Gambar 4. Pemberian Pelakat oleh Plt. Dirjen Tanaman Pangan kepada 3 Kabupaten yang telah Melaksanakan Tugas Laporan Tepat Waktu dan Rutin. 94 Direktorat Budidaya Serealia

104 d) Sebagai tindak lanjut dari Workshop Konsolidasi SL-PTT 2014 akan dilakukan: - Telah disiapkan surat teguran kepada kabupaten yang tidak hadir tanpa memberikan keterangan. - Akan dilakukan monitoring ke daerah-daerah bermasalah yaitu serapan anggaran rendah dan realisasi fisik rendah namun secara teknis masih dapat ditingkatkan realisasinya. - Bagi provinsi dan kabupaten/kota yang belum melengkapi dokumen sesuai komitmen saat workshop akan segera melengkapi, dan secara kontinu akan terus diminta melalui telpon maupun surat. b. Rakor Pemantapan P2BN Pertemuan Rakor Pemantapan P2BN Tahun 2014 di laksanakan pada April 2014 di Hotel Atria Serpong. Gambar 5. Acara Pemantapan P2BN di hadiri oleh Menteri Pertanian Ir. H.Suswono,MMA Mencermati arahan Menteri Pertanian, paparan Dirjen Tanaman Pangan, Kepala Badan BPSDMP, Dirjen PSP, Kepala Badan Litbang, dan Irjen serta hasil diskusi, maka Rumusan Sementara Rapat Koordinasi Pemantapan P2BN Tahun 2014, sebagai berikut : - Komoditas Tanaman Pangan sangat penting karena melibatkan banyak petani, sehingga merupakan tanggungjawab dan kewajiban kita semua dalam pengembangannnya. - Bila produksi baik, ketersediaan terjamin, dan harga pangan stabil, sehingga diharapkan kesejahteraan petani dapat meningkat. - Untuk keperluan penetapan kebijakan, maka angka produksi harus yang benar, apa adanya, bila ada sumber dan metoda lain yang lebih Direktorat Budidaya Serealia 95

105 akurat selain yang telah ada sangat dihargai, sehingga kedepan sangat perlu dukungan adanya perbaikan metoda dan metodologi perhitungan data produksi tanaman pangan. - Dari sidang kabinet di Bukittinggi tanggal 29 Oktober 2013, disadari bahwa untuk mencapai sasaran produksi tahun 2014, harus terjadi peningkatan produksi yang sangat spektakuler, Untuk itu kinerja pertanian sangat memerlukan dukungan kementerian (sektor) lain. - Semua kegiatan Tanaman Pangan yang terjadi di lapangan, adalah bukan merupakan hal-hal yang baru, dan penanganannya adalah hal yang sudah biasa kita lakukan, sehingga seharusnya bukan merupakan kendala yang berat. - Prognosa BPS menunjukkan sasaran produksi 2014 sulit tercapai sementara tahun 2014 ini kita menghadapi sejumlah kendala antara lain, iklim yang cenderung kering, serta peraturan Menteri Keuangan yang menahan pencairan anggaran bansos. Oleh sebab itu, diharapkan provinsi lebih kreatif dan berinisiatif dalam merumuskan langkah antisipasi untuk tetap meningkatkan produksi, tidak harus tergantung dari pemerintah pusat (APBN). - Untuk mencapai sasaran produksi secara optimal, maka dilakukan a) gerakan mengamankan produksi dari serangan hama penyakit, optimalkan Brigade Proteksi Tanaman Pangan yang telah ada, lakukan bersama TNI, b) Melaksanakan kegiatan Penyuluhan oleh Tri Partit (Dinas Pertanian, Bakorluh/Bapeluh, BPTP) di tingkat lapangan, tanpa mempermasalahkan perbedaan dalam struktural, c) Mengintensifkan koordinasi di tingkat lapangan dalam memecahkan permasalahan di tingkat lapangan; d) Mengoptimalkan anggaran dan kegiatan yang ada untuk menggerakan peningkatan produksi tanaman pangan, bukan hanya sekadar melaksanakan DIPA dan mengejar realisasi kegiatan tanpa memperhatikan akuntabilitas kinerja; e) Menaati peraturan dan perundangan yang berlaku dalam pelaksanaan kegiatan; f) Bila pelaksanaan kegiatan tidak mencapai sasaran, berikan alasan yang menjadi penyebabnya. - Dari hasil kajian yang dilakukan terhadap target produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2014, dengan memperhatikan dukungan kegiatan 96 Direktorat Budidaya Serealia

106 yang ada, prakiraan kondisi musim serta faktor lain yang mempengaruhi produksi, maka produksi yang diyakini akan dicapai, adalah sebagai berikut : a) Padi 73,16juta ton GKG (95,55% dari sasaran awal); Jagung 20,09 juta ton pipilan kering (96,47% dari sasaran awal) dan kedelai 1,28 juta ton biji kering (85,57% dari sasaran awal). - Faktor-faktor pembatas yang diperkirakan dapat mempengaruhi, sehingga produksi tidak mencapai target awal adalah : a) Rusaknya jaringan irigasi; b) Serangan OPT; c) Keterlambatan pelaksanaan kegiatan SL-PTT; d) Belum optimalnya pelaksanaan penyuluhan; e) Musim yang kurang mendukung (dampak DPI, banjir, dan kekeringan); f) Alihfungsi lahan ke Non Tanaman Pangan (persaingan antar komoditas). - Disepakatiakan dilakukan koordinasi secara intensif antara Dinas Tanaman Pangan, Bakorluh/Bapeluh/BP3K/BPP di daerah dalam melaksanakan program pertanian secara terpadu, sehingga diharapkan target produksi dapat terwujud. c. Rakor Evaluasi P2BN Gambar 6. Acara Rakor P2BN di hadiri oleh Menteri pertanian Ir. H. Suswono, MMA pada 2-3 Oktober 2014 Koordinasi peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai serta sosialisasi inovasi teknologi pertanian pada tanggal 2-3 Oktober 2014 di Hotel Aryaduta, Karawaci - Tangerang. Adapun hasil koordinasi dapat dilaporkan sebagai berikut: - Penyelenggaran rapat koordinasi yang kita lakukan pada saat ini menunjukkan sinergi antar kelembagaan yang berperan dalam produksi pangan nasional. - Kita tidak perlu mempermasalahkan angka produksi, namun yang pentingadalahkebenaran data tersebut sehingga arah kebijakan dapat dirumuskan secara tepat karena berbasis dengan data yang benar. Direktorat Budidaya Serealia 97

107 Pembukaan dan Arahan di sampaikan oleh Menteri Pertanian - Permasalahan yang dihadapi sektor pertanian ke depan sangat besa rantara lain konversilahan yang terusterjadidengankecepatantinggi, perubahan iklim, pensiun masal tenaga Penyuluh lapangan dan sebagainya, oleh sebab itu diperlukan sinergi seluruh pemangku kepentingan. - Untuk seluruh jajaran BPS Kementerian Pertanian menyampaikan terima kasih karena selama ini BPS telah berhasil memotret kondisi pertanian secara jeli sehingga bisa menjadi dasar perumusan kebijakan pertanian. - Untuk pedoman bagi para petani dan penyuluh, maka Kalender Tanam Terpadu akan terus ditingkatkan sosialisasinya serta akurasinya. - Untuk memotret kinerja perkembangan luas tanam, fase pertumbuhan padi, kondisi air, perhitungan prakiraan kebutuhan pupuk dan lain-lain, maka analisis melalui MODIS akan terus dikembangkan keseluruh wilayah Indonesia, serta terus ditingkatkan akurasinya. - Diusulkan dibentuk Gugus Tugas Produksi Pangan di tingkat lapangan yang beranggotakan dari Dinas Pertanian, Badan Koordinasi Penyuluhan, BPTP, BPS serta pemangku kepentingan lainnya. - Berdasarkan analisis kinerja realisasi tanam, panen, penyaluran pupuk bersubsidi, kondisi serangan OPT dandampak perubahan iklim, serta pelaksanaan kegiatan pendukung peningkatan produksi tanaman pangan sampai bulan Agustus 2014, diyakini (optimistis) Angka Ramalan (ARAM) II padi, jagung dan kedelai tahun 2014 secara nasional akan meningkat dari ARAM I. Namun demikian di beberapa provinsi diprakirakan masih terjadi penurunan produksi dari ARAM I, karena berbagai kendala di lapangan. 98 Direktorat Budidaya Serealia

108 - Untuk pencapaian sasaran produksi tahun 2015, maka : 1) Kegiatan penyuluhan terus ditingkatkan, melalui penggunaan Indikator Kinerja Penyuluh sebagai penilaian kinerja para Penyuluh Petanian Lapangan (PPL). 2) Untuk mengatasi kekurangan jumlah PPL, maka dapat ditempuh melalui kebijakan 1 penyuluh untuk beberapa desa bagi wilayah yang sudah relatif maju, tidak harus 1 desa 1 penyuluh. 3) Diharapkan daftar semua kelompok tani dan petani akan terdaftar secara on line melalui cyber extension, dan untuk petani yang belum terdaftar dalam kelompok agar segera dilakukan pembentukan kelompok. 4) Kemandirian petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani dalam memenuhi kebutuhan benih terus ditingkatkan. 5) Untuk mendukung program peningkatan produksi tanaman pangan, Direktorat Jenderal Sumber daya Air Kementerian PU, mendukung dengan melakukan rehabilitasi dan pembangunan bendungan baru, sesuai program kabinet baru. Sementara ini telah dirancang pembangunan jaringan irigasi permukaan seluas ha dan rehabilitasi jaringan lama seluas ha; pembangunan irigasi rawa seluas ha dan rehabilitasi irigasi rawa seluas ha. - Diperlukan sinegi dari seluruh stakeholders untuk mendukung pencapaian sasaran produksi tanaman pangan tahun 2015 dan tahuntahun selanjutnya. d. Pertemuan Kemitraan Jagung Pertemuan kemitraan jagung pada November 2014 di Bogor. Hasil pertemuan dapat dilaporkan sebagai berikut : - GP-PTT Jagung tahun 2015 dilaksanakan di 56 kabupaten dengan total luasan Ha. Dari jumlah pelaksana tersebut 7 kabupaten ditetapkan sebagai Kawasan, sedangkan 49 kabupaten ditetapkan sebagai Non Kawasan. Tujuh kabupaten sebagai kawasan yaitu Kab. Aceh Tenggara, OKU Timur, Kota Waringin Barat, Kabupaten Sigi, Muna, Sumbawa dan Nagekeo. Setiap kawasan akan menerima bantuan seluas Ha. Sedangkan kabupaten yang tidak kawasan akan menerima pengembangan seluas 500 ha. - Untuk mendukung keberhasilan dan keberlanjutan program GP-PTT dan menumbuhkan kawasan agribisnis jagung, diperlukan dukungan yang serius dari pemerintah daerah, seperti peningkatan akses jalan tani, infrastruktur jalan kabupaten, dan mendorong korporasi masuk ke Direktorat Budidaya Serealia 99

109 sektor supply chain jagung seperti pelabuhan, pergudangan, pasca panen dan jasa transportasi. - Ada beberapa hal yang perlu segera mendapat perhatian dan solusi dalam pelaksanaan program GP-PTT jagung tersebut, dimana belum adanya kepastian pasar, jaminan harga, ketersediaan benih yang berkualitas, dan pupuk yang cukup. - Disamping itu permasalahan supply chain pemasaran hasil masih menjadi kendala, antara lain biaya transportasi yang tidak efisien/mahal, kapasitas angkutan laut yang tidak memadai, dan rusaknya jaringan jalan. Dalam kaitan ini, diusulkan peran pemerintah sangat diperlukan dalam mapping jalur penjualan, pengembangan fasilitas pasca panen, gudang dan perbaikan manajemen dan struktur rantai pasok jagung. - Untuk lebih menjamin pemasaran hasil jagung petani GP-PTT diusulkan dapat dilakukan contract farming antara perusahaan dengan para petani yang difasilitasi oleh pemerintah daerah. Contract farming sebagai sebuah model agribisnis diharapkan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan penuh komitmen. - Mengingat perannya sangat membantu petani dalam memasarkan hasil panen jagung, perlu perhatian kepada pedagang perantara khususnya dalam hal meningkatkan permodalan agar dapat meningkatkan kapasitas serap serta investasi peralatan pasca panen guna memperoleh kualitas hasil. - Terkait dengan jaminan harga, perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam GPMT telah memberlakukan harga dasar pembelian atau floor prices di sejumlah daerah-daerah sentra jagung, seperti di Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Dan dalam hal pemasaran hasil jagung dari kegiatan GP-PTT, GPMT pada prinsipnya siap membeli dengan ketentuan standard kualitas jagung yang berlaku. - Di masa depan pengembangan jagung harus difokuskan ke wilayah Indonesia Timur, mengingat potensi lahan masih terbuka luas serta didukung kebijakan pemerintah yang akan memfokuskan pembangunan kemaritiman, seperti pembangunan jaringan transportasi laut/tol laut dan jaringan pelabuhan yang terkoneksi secara luas. - Terkait dengan masalah ketersediaan benih yang berkualitas, perusahaan-perusahaan benih jagung hibrida seperti PT. Syngenta Indonesia, PT. DuPont Indonesia, PT. BISI International, PT. Agri 100 Direktorat Budidaya Serealia

110 Makmur Pertiwi, PT. Golden Indonesia Seed dan PT. Asia Hybrid Seed Technologies Indonesia, siap menjamin ketersediaan dan mensupply dengan tepat waktu. Perusahaan benih juga bersedia mengadakan demplot di berbagai wilayah kawasan GP-PTT, agar petani dapat melihat secara langsung keunggulan varietas produksinya. - Pemangku kepentingan juga mendorong bahwa di masa depan pengembangan jagung harus diarahkan dengan penerapan teknologi yang lebih modern dan terintegrasi sehingga dapat mencapai skala yang ekonomis dan lebih efisien. e. Pertemuan FGD Jagung 1) Bulan Juli 2014 Rapat Focus Group Discution (FGD) Pengembangan Budaya Konsumsi Pangan Lokal Dalam Rangka Percepatan Diversifikasi Pangan pada Juli 2014 di Hotel Salak-Bogor. Rapat dipimpin oleh Asisten Deputi Pangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Bapak Payong Kerar), dan dihadiri oleh Direktur Budidaya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, BKP, sertaperwakilan dari Kementerian Ekonomi Bidang Kesejahteraan Rakyat, Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbidan para Asisten Deputi lingkup Kemenko Bidang Perekonomian. Narasumber dalam acara FGD terdiri dari Dr. Ir. Drajat Martianto, Direktur Industri maknanan, Direktorat Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, BKP. Hasil Rapat dapat dilaporkan sebagai berikut : a) Pangan lokal ke depannya diharapkan dapat mensubstitusi beras dan terigu. Hambatan & Permasalahan Diversifikasi Pangan adalah kualitas konsumsi pangan masih rendah karena masih tingginya konsumsi karbohidrat (beras dan terigu), namun konsumsi proteinnya masih rendah. Selain itu sumber energi masih didominasi beras, sedangkan pemanfaatan pangan lokal lain seperti seperti aneka umbi, jagung, sorgum dan sagu masih rendah. b) Strategi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan adalah; Advokasi, Kampanye, Promosi, Sosialiasi Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA), Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan tidur, Pemasyarakatan pangan lokal, Pengembangan komoditi pangan non beras dan non terigu. Selain Direktorat Budidaya Serealia 101

111 itu Penerapan Standar Mutu (SNI) dan Keamanan Pangan, Pendidikan Konsumsi Pangan (pendidikan formal dan non formal/study banding), memfasilitasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnis/industri pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan: c) Strategi pengembangan pangan lokal (bersumber dari hasil panen dalam negeri) dilakukan melalui dua strategi: (i) Pemanfaatan dan implementasi teknologi pengolahan pangan, dan (ii) Strategi mengembangkan dan mempertahankan kearifan pangan lokal. Strategi tersebut sudah tepat, namun belum berhasil mencapai target yang diharapkan, antara lain disebabkan karena masih kurang kuatnya komitmen dan kebijakan pemerintah. d) Penurunan konsumsi beras merupakan dampak dari pengembangan diversifikasi pangan. Oleh karena itu tujuan diversifikasi pangan lebih diarahkan pada konsumsi pangan lokal yang beragam dan bergizi seimbang. e) Potensi pengembangan pangan lokal dalam rangka percepatan diversifikasi pangan selama ini cukup besar peluangnya, misalnya berlimpahnya sumber bahan baku pangan lokal (sagu, ubi kayu, jagung, sorgum, jemawut, dll), penguasaan teknologi pengolahan pangan sudah dikembangkan namun perlu pelatihan dan studi banding agar hasil olahan dapat sesuai dengan standar pasar/konsumen, tetapi keragaman konsumsinya dan inovasi produk belum optimal. Hal tersebut lebih dipengaruhi oleh budaya makan, kelas sosial masyarakat dan tingkat ekonomi masyarakat. f) Untuk keberhasilan pengembangan pangan lokal tidak bisa jalan sendiri-sendiri harus ada keterkaitan semua pihak mulai dari hulu hingga hilir, dan harus ada pihak yang mengkoordinasikannya, terutama ditingkat Kemenko. g) Beberapa jenis pangan pokok lokal telah dikembangkan oleh UMKM tetapi belum dikelola secara profesional dan kurang dapat menembus akses permodalan karena persyaratan dan bunga pinjaman pinjaman belum berpihak kepada petani. h) Beberapa permasalahan yang perlu ditindak lanjuti terkait pengembangan budaya konsumsi pangan lokal, antara lain: - Dukungan kebijakan terhadap pengembangan pangan pokok lokal masih kurang kuat apabila dibandingkan dengan beras dan terigu - Sektor Hilir (hasil olahan pangan lokal) umumnya belum dikelola secara profesional dan rendah kreatifitas dan inovasi produk menyebabkan kalah bersaing dengan produk import. 102 Direktorat Budidaya Serealia

112 i) Strategi pengembangan budaya konsumsi pangan lokal harus terintegrasi dari hulu dan hilir. (i) Hulu: budaya tanam lokal harus mendapat insentif, subsidi/kemudahan akses input produksi, (ii) Hilir: Peningkatan pengetahuan dan kesadaran untuk meningkatkan kemampuan kompetisi dengan produk import dan dukungan pemerintah terhadap komoditi pangan lokal berupa keringanan pajak, serta pengembangan teknologi pangan untuk meningkatkan nilai tambah, kemasan, contoh meal: beras analog, beras, mie sagu. Contoh Snack: aneka keripik. j) Rekomendasinya adalah sebagai berikut : - Pemerintah harus fokus pada pengembangan pangan pokok lokal. Jenis dan bentuk pangan berbahan baku tepung dalam negeri (sagu, singkong, jagung, beras gandum dan sorgum) mempunyai peluang besar dan disukai masyarakat, salah satu contohnya adalah beras analog yang berbahan baku sagu, singkong, jagung dan diperkaya dengan gizi (fortifikasi). - Untuk pengolahan pangan lokal olahan lainnya yang berbentuk snack dan pengembangan kuliner pangan lokal lainnya serta Functional Food sebaiknya penanganannya diserahkan pada swasta, sehingga lebih profesional. - Perlu kebijakan yang revolusioner, dengan memberikan insentif fiskal (pembebasan PPN, perbaikan infrastruktur) khusus untuk pangan pokok lokal yang digemari masyarakat sehingga dapat menarik investor masuk ke daerah. - Untuk peningkatan akses pangan lokal melalui program pemberian pangan bersubsidi dapat dikembangkan secara masal oleh BULOG dengan memanfaatkan UPGB yang telah ada. Namun demikian perlu dilakukan pengkajian yang lebih lanjut. - Perlu dilakukan sosialisasi dan promosi oleh instansi yang terkait dengan pengembangan pangan lokal, baik di pusat maupun di daerah. 2) Bulan Agustus 2014 pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Jagung Kebijakan Pengembangan Jagung Nasional yang dilaksanakan pada tanggal Agustus 2014 di Hotel Mitra Bandung. FGD Kebijakan Pengembangan Jagung Nasional ini dihadiri oleh: Rektor Universitas Padjajaran, Direktur Pasca Panen Ditjen Tan. Pangan, Direktur Perbenihan Ditjen Tan. Pangan, Direktur Pemasaran Domestik Ditjen PPHP, Direktur Pakan Ternak Ditjen Nakkeswan, Kapus Data dan Direktorat Budidaya Serealia 103

113 Informasi Kementan, Kapus Litbangtan Kementan, Kepala Balitser Maros, Kapus Distribusi dan Cadangan Pangan BKP, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulsel, Sulut, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tenggara, OKU Timur, Cianjur, Grobogan, Pamekasan, Sumbawa, Nagekeo, Kota Waringin Barat, Muna, Sigi, Gorontalo Utara, Berau, serta Direktur Utama PT. Golden Indonesia Seed, Direktur PisAgro, Ketua Asosiasi Peternak Lokal Jawa Timur dan juga bapak Dr. Ir. Farid A. Bahar, M.Sc. Beberapa pokok kesimpulan dari FGD kebijakan Pengembangan Jagung Nasional dapat dilaporkan sebagai berikut : a) Berkaitan dengan rancangan implementasi Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan pengembangan kawasan jagung ada beberapa hal yang menjadi catatan yaitu: - Perlu ada kriteria penentuan baik untuk petani pelaksana maupun lokasi kegiatan GP-PTT jagung agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat menghasilkan output yang optimal sehingga berdampak positif bagi perkembangan jagung nasional. Diharapkan agar penentuan lokasi GP-PTT jagung adalah lokasi yang memadai dan memiliki infrastruktur yang memadai dan dilaksanakan oleh para petani yang sudah terbiasa menanam jagung hibrida. - Dalam pemanfaatan benih jagung hibrida untuk kegiatan GP- PTT, diharapkan adanya kajian terhadap patokan harga minimum jagung hibrida agar benih jagung hibrida yang digunakan merupakan benih jagung yang berkualitas dan berpotensi untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Selain itu perlu dilakukan pembinaan terhadap penangkar benih di tingkat lokal. - Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan GP-PTT jagung diharapkan adanya dukungan dari penyuluh pertanian (PPL) untuk menyampaikan teknologi hasil inovasi baik penggunaan varietas, teknik budidaya, penanganan pasca panen yang sudah tersedia sehingga petani dapat mengadopsi ke tingkat lapangan. Selain itu diperlukan juga pelatihan berjenjang bagi pemandu lapangan PTT dan penyediaan materi pendukung untuk kesuksesan kegiatan GP-PTT jagung. b) Dalam hal Verifikasi Kebutuhan Jagung Domestik catatan yang diambil ialah: Berdasarkan informasi dari KADIN dengan menggunakan data yang dikeluarkan oleh USDA kebutuhan jagung 104 Direktorat Budidaya Serealia

114 nasional adalah 17,79 juta ton dengan rincian: 7,37 juta ton untuk industri pakan, 5,45 juta ton untuk konsumsi, 4,96 juta ton bagi peternak lokal yang memanfaatkan self mixing untuk pembuatan pakan untuk ayam. Disisi lain, hasil survey yang dilakukan oleh Pusdatin yang mengambil sampel di 5 provinsi (Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur) memperkirakan bahwa kebutuhan jagung untuk peternak ayam buras, ayam petelur dan itik adalah sebesar 3,31 juta ton. Selain itu, kebutuhan jagung yang lain ialah untuk bahan baku industri makanan. Salah satunya dalah industri bihun jagung yang memiliki prospek sangat besar namun mengalami kesulitan dalam hal penyediaan bahan baku pati jagung. Sektor ini mengharapkan adanya investor ataupun campur tangan pemerintah untuk membangun pabrik pati jagung untuk mendukung produksi bihun jagung. c) Dukungan dari pihak perguruan tinggi dan swasta untuk mengembangkan jagung sudah dilakukan oleh Universitas Padjajaran dan PisAgro. Universitas Padjajaran merupakan salah satu perguruan tinggi yang sangat konsen terhadap pengembangan jagung nasional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa riset yang dilakukan oleh UNPAD terutama penemuan varietas unggul baru (VUB). Bahkan, UNPAD akan membuat program pengembangan jagung yang komprehensif, perakitan varietas jagung yang toleran terhadap lingkungan yang sub-optimal (baik stress biotic maupun abiotic), uji multi lokasi dan pelepasan varietas pada tahun 2015 dan sistem budidaya jagung dengan pola tanam dan jarak tanam yang sesuai. d) Dukungan PisAgro dalam hal pengembangan jagung nasional ialah melalui program kemitraan dengan petani antara lain berupa pelatihan petani di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Besar, Aceh Tamiang, Lombok, Blora, Grobogan, Kudus dan Demak serta melaksanakan program percontohan Micro-Finance antara BRI dengan Monsanto dan antara Syngenta dengan Cargil yang dilakukan di Kabupaten Mojokerto dan Kediri dengan melibatkan 100 orang petani. f. Pertemuan Koordinasi Kemitraan serealia Lain Pertemuan koordinasi kemitraan pengembangan serealia lain pada Oktober 2014 di Hotel Lombok Garden, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pertemuan Koordinasi dibuka oleh Direktur Budidaya Serealia mewakili Direktur Jenderal Tanaman Pangan,dan dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat, perwakilan dari instansi terkait baik pusat maupun daerah antara lain; perwakilan Kemenko Direktorat Budidaya Serealia 105

115 Bidang Perekonomian, Perguruan Tinggi (Universitas Mataram), Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros, Perwakilan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan daerahpengembangan sorgum dan gandum tahun 2015, instansi terkait/stakeholder lainnya. Hasil Koordinasi kemitraan pengembangan serealia lain dapat dilaporkan sebagai berikut : 1) Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Direktorat Budidaya Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian/Lembaga/instansi terkait serta Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten berkewajiban untuk membina, memantau dan memberikan fasilitasi, mediasi dan melakukan pengawalan, serta monitoring terhadap kegiatan atau budidaya sorgum gandum hotong jewawut baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan kelompok tani. 2) Potensi lahan kering untuk pengembangan komoditas sorgum di masing-masing daerah sentra perlu di inventarisir kembali dan diupayakan tidak mengganggu lahan pertanaman padi, jagung dan kedelai, karena fokus pemerintah sampai saat ini masih kepada PJK, 3) Untuk pengembangan sorgum dan gandum kedepan tetap harus didasari oleh acuan roadmap sorgum dan roadmap gandum yang telah disepakati dan bersinergi dengan instansi terkait. 4) Perlu dibentuk daerah percontohan dibeberapa provinsi dan kabupaten sentra pengembangan sorgum yang dilengkapi dengan alat pasca panen (alat perontok, alat penyosoh, alat penepung, alat pengayak) untuk menjadi tepung, yang dibina oleh Dinas Pertanian setempat, Dinas Perindustrian, Dinas Koperasi, swasta, atau Pemda provinsi dan kabupaten setempat. 5) Perkembangan sektor hulu (budidaya sorgum/gandum/hotong/jewawut dan ketersediaan benih) sangat tergantung kepada sektor hilir, apabila sektor hilir (industri pangan, pakan, dan energi) tidak jalan maka sektor hulu akan ikut terhambat. Oleh karena itu dalam pertemuan ini diharapkan adanya solusi bersama untuk saling bersinergi antara pusat, daerah dan swasta, saling berkontribusi berbagi peran dan tanggung jawab sehingga agribisnis komoditi serealia lain dari hulu sampai hilir dapat terwujud. 6) Kita tidak dapat bekerja sendiri-sendiri, namun harus saling berkoordinasi dan kerjasama yang sinergis dengan instansi terkait baik di pusat maupun di daerah hal inilah yang merupakan faktor utama yang harus kita lakukan, sehingga permasalahan mengenai benih, penampungan hasil/pasar dan prosesing bukan merupakan kendala, karena telah kita rancang sejak awal. 7) Impor gandum sampai saat ini sudah mencapai 7 juta ton per tahun, setiap tahun impor gandum akan terus bertambah, pemerintah sudah 106 Direktorat Budidaya Serealia

116 seharusnya tidak membiarkan impor gandum terus bertambah, harus ada upaya pengembangan budidaya gandum untuk menghidupkan industri kecil dan menengah yang dapat menghasilkan tepung dari gandum hasil budidaya dalam negeri. Oleh sebab itu perlu dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah Pusat, Provinsi, dan Daerah (Kabupaten), stakeholder/swasta serta instansi terkait lainnya. 8) Sesuai hasil pembahasan RKAKL pada tahun 2015 dukungan pusat/direktorat Budidaya Serealia, Ditjen Tanaman Pangan terhadap komoditi serealia lain berupa: - Fasilitasi Pertemuan Kemitraaan serealia lain di 12 Provinsi sentra sorgum, gandum, hotong/jewawut (Dana APBN Dekon) - Gerakan tanam/panen serealia lain (gandum, sorgum, hotong, jewawut) di 4 provinsi yaitu; Nusa Tenggara Timur (sorgum), Jawa Timur/Lamongan (gandum), Maluku/pulau Buru (Hotong) dan Sulawesi Barat/Polewali Mandar (Jewawut). - Kegiatan Demfarm, masing-masing 10 ha (APBN Tugas Pembantuan) dilaksanakan di 5 provinsi yaitu Bengkulu/Kab. Rejang Lebong (jewawut), Jawa Tengah/Demak(sorgum),Sulawesi Selatan/Bone (sorgum), Sulawesi Barat/Polewali Mandar(jewawut) dan NTT (sorgum). 9) Sesuai kesepakatan dalam rapat bahwa pihak swasta / pengusaha yang hadir pada pertemuan evalusi serealia lain di NTB, siap mengawal dan mengopkup hasil panen petani sorgum di 5 provinsi tersebut, sehingga kualitas dan kuantitas serta produksi dapat lebih dipantau. Selain itu pengembangan sorgum dapat berkembang melalui pola kemitraan, sehingga pendanaannya yang akan datang tidak harus dari pemerintah. 10) Pengembangan sorgum baik yang dilakukan pemerintah, swasta, kelompok tani agar memperhatikan kebutuhan pasar, sorgum apa yang diinginkan pasar, apakah untuk pangan, pakan, atau bioetanol, sehingga dapat direkomendasilkan varietas varietas dari green shorgum atau sweet sorgum. 11) Untuk mendukung pengembangan dan kemitraan sorgum Indonesia, berdasarkan hasil pembahasan telah disusun wadah Asosiasi Sorgum Indonesia yang diberi nama AASI (Asosiasi Agribisnis Sorgum Indonesia) yang beranggotakan instansi terkait di pusat dan di daerah, Litbang, Perguruan Tinggi, serta swasta yang bergerak dalam agribisnis sorgum. Maksud dan Tujuan dibentuknya AASI (Asosiasi Agribisnis Sorgum Indonesia) adalah sebagai; 1). Sarana komunikasi dan informasi untuk mewujudkan pengembangan dan kemitraan sorgum mendukung kedaulatan pangan dan diversifikasi pangan, 2). Direktorat Budidaya Serealia 107

117 Membantu kelompok tani dalam penampungan dan pemasaran hasil, 3). Mengembangkan agribisnis sorgum dan menghidupkan industri kecil dan menengah tepung sorgum, industri pakan/ ternak, 4). Membantu pemerintah dan petani dalam penyediaan bahan baku sorgum untuk pangan, pakan dan bioetanol. 12) Hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah adalah menarik investor untuk mengembangkan agribisnis sorgum, gandum, hotong, jewawutbaik dari aspek pakan sehingga agribisnis serealia lain dapat terus berkembang ke depan diharapkan dapat menunjang percepatan diversifikasi pangan, untuk itu diperlukan sosialisasi dan promosi dari instansi terkait di pusat dan daerah untuk menarik investor. 13) Permasalahan pengembangan sorgum dan gandum adalah belum adanya percontohan mulai dari aspek budidaya sampai dengan industri tepung (sinergi hulu sampai hilir) dengan harga yang layak/menguntungkan kelompok tani dan menguntungkan pengusaha UKM. Fungsi pemerintah pusat atau daerah hanya sebagai mediator, motivator dan fasilitator terutama dalam penyediaan alat penyosoh, alat penepung, alat pengayak tepung dan gudang penyimpanan yang memenuhi syarat, untuk menghasilkan tepung berkualitas sesuai standar konsumen. g. Pertemuan Evaluasi Pengembangan Serealia Lain Dalam upaya mendukung program diversifikasi pangan (Perpres No. 22 Tahun 2009) dan sesuai dengan kunci sukses Kementerian Pertanian, yang tertuang dalam Renstra Kementerian Pertanian , Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, melalui Direktorat Budidaya Serealia telah melaksanakan Pertemuan Koordinasi Pengembangan Komoditas Serealia Lainnya (Gandum, Sorgum, Hotong dan Jewawut). Pertemuan dilaksanakan pada Agustus 2014 bertempat di Makassar Golden Hotel, Sulawesi Selatan. Pertemuan dibuka oleh Direktur Budidaya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dihadiri oleh undangan antara lain perwakilan dari: 1) Asisten Deputi Urusan Pangan Kemenko Perekonomian; 2) Kapuslitbangtan Bogor; 3) Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi dan Kabupaten se-sulawesi Selatan yang merupakan daerah peluang pengembangan komoditas Serealia Lain, 4). KADIN; 5) Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros; 6) BKP; 7) Prof. Sania Saenong (Direktorat Jenderal PSP); 8) P2HP; 9) UNAND; 10) UKSW; 11) Pengusaha/swasta (PT.Batan Teknologi), (PT. INUKI); PT. Berdikari; PT.Fortuna dan PT. Bogasari);12) Kelompok tani yang terkait dengan agri 108 Direktorat Budidaya Serealia

118 bisnis komoditas serealia lain, serta undangan lainnya. Hasil Pertemuan dapat dilaporkan sebagai berikut: 1) Ketergantungan sumber pangan pokok masyarakat Indonesia terhadap beras masih sangat tinggi, untuk menurunkan konsumsi beras (1,5 %/tahun) dan mengurangi konsumsi terigu dari impor diperlukan substitusi sumber karbohidrat yang lain yaitu sorgum dan gandum. Sudah saatnya sumber pangan alternatif tersebut mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat dan daerah,baik dari aspek budidaya/produksi, alat pasca panen dan pemasaran hasil. Dengan berkembangnya komoditas tersebut diharapkan ketergantungan terhadap beras sebagai sumber bahan pangan pokok menjadi berkurang, sehingga beban peningkatan produksi beras menjadi lebih ringan, dengan demikian program mengurangi konsumsi beras tercapai. 2) Menko Perekonomian sangat mendukung program Pengembangan Gandum Nasional. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan ketersediaan gandum dan untuk menghindari terjadinya pengaruh iklim global yang dapat menggagalkan imporgandum.dalam pengembangan komoditas tersebut diharapkan seluruh sektor dapat berperan aktif yang didukung dengan adanya kebijakan yang jelas dalam pengembangan gandum mulai dari hulu, on farm, dan hilir. 3) Pengembangan komoditas serealia lain (sorgum, gandum, jewawut dan hotong) perlu terus didukung dan ditingkatkan melalui peningkatan produksi dan produktivitas, dengan memanfaatkan lahanlahan kering/lahan terlantar, terutama di daerah sentra produksi seperti; Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, NTT, Sumatera Barat, dan Aceh. Hal ini dikaitkan dengan tersedianya berbagai varitas pelepasan benih gandum dan sorgum yang telah dilakukan oleh Balitserealia, Maros. 4) Beberapa contoh pola kemitraan komoditas serealia lain yang telah terjalin di selama ini di beberapa propinsi antara lain : - Provinsi DI Yogyakarta (kabupaten Bantul dan Gunung Kidul), PT Silva melakukankemitraan dengan petani, yaitu dengan menyediakan sarana produksi untuk budidaya sorgum, kemudian hasilnya akan diambil oleh PT Silva. - Provinsi Jawa Tengah (kabupaten Banjarnegara), Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah memberikan benih dan saprodi (APBD) Direktorat Budidaya Serealia 109

119 kepada kelompok tani, hasil panennya dibeli oleh pengusaha pengolahan makanan. - Provinsi Jawa Timur, Kelompok tani membeli benih dan saprodi sendiri (swadaya), hasil panen sorgum dibeli oleh perusahaan/swasta. - Provinsi Sulawesi Selatan,PT. Semen Tonasa memberikan bansos berupa benih dan saprodi full paket kepada petani yang membudidayakan gandum seluas 50 ha di Kabupaten Maros, Pangkep, Barru dan Wajo. Kemudian hasilnya berupa biji akan diolah sebagai tepung, sedangkan sekamnya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran semen, pengganti batu bara. Dan PT. Petrokimia memberikan bansos benih dan saprodi full paket kepada kelompok tani pada areal seluas 5 ha di Kabupaten Bone, hasil panennya dikonsumsi dan sebagian dijual. 5) Tingginya minat pengusaha/swasta, BUMN dan kelompok tani terhadappengembangan budidaya komoditas serealia lain, menghadapi kendala antara lain : a) Belum adanya alat/mesin pengolahan pasca penen; b) Belum tersedianya benih bermutu dalam jumlah yang cukup, c) Belum adanya jaminan harga dan pasar yang dapat menampung hasil panen petani. Untuk itu Direktorat Budidaya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah memfasilitasi pertemuan kemitraan bersama stakeholder, kelompok tani dan instansi terkait, sehingga dapat ditemukan solusi/upaya tindaklanjut yang harus dilakukan. 6) PT.Fortuna dan PT.Berdikari sangat membutuhkan pakan ternak berbentuk xylase yang berasal bahan baku sorgum, karena secara kualitas pakan dari sorgum dapat meningkatkan bobot sapi lebih baik dibanding jagung.sehubungan dengan banyaknya permintaan sorgum untuk bahan baku berbasis tepung dan pakan ternak, bahan baku industri minuman, bumbu masak dan sebagai media tumbuh jamur merang, menunjukkan bahwa budidaya komoditi sorgum di Indonesia perlu terus dikembangkan. 7) Dalam pengembangan gandum dan sorgum di Indonesia agar pengembangannya terarah dan jelas maka di perlukan membuat suatu Roadmap yang mencakup peta mulai dari hulu, on farm, hilir hingga pemasarannya. 8) Diperlukan dukungan instansi terkait di Pusat dan di Daerah (Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten) dalam pengembangankomoditas serealia lain melalui; 1) kegiatan koordinasi dengan instansi terkait lintas sektor,2) sosialisasi, promosi dan demontrasi/demplot, 3) Penyediaanbenih bermutu melalui penangkaran/perbanyakan benih, 4).Penyediaan alat/mesin pasca 110 Direktorat Budidaya Serealia

120 panen, serta 5). Menumbuh kembangkan kemitraan usaha antara petani dan swasta/pengusaha. 9) Sorgum sebagai bahan pakan, sudah terbukti dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas susu sapi dan menambah bobot badan sapi perah, sehingga permintaan sorgum sebagai bahan baku pakan terutama di pulau Jawa sudah mulai meningkat. Namun Masyarakat belum banyak yang mengetahui manfaat dan khasiat sorgum, baik untuk pakan ternak maupun sebagai pangan alternatif yang mempunyai nilai gizi lebih baik dari beras dan jagung, sehingga masih diperlukan sosialisasi dan promosi yang lebih intensif di tingkat lapang. 10) Dalam rangka mendukung ketahanan pangan, pada masa mendatang Pemerintah dan dunia usaha perlu mengupayakan ketersediaan bahan baku tepung dari dalam negeri melalui pengembangan budidaya komoditas sorgum dan gandum, untuk mengantisipasi apabila terjadi pengaruh iklim pemanasan global (global warming), yang dapat menggagalkan impor gandum. 11) Secara umum Provinsi Sulawesi Selatan berpotensi untuk pengembangan tanaman serealia lain. Hal ini ditunjukkan dengan kabupaten yang berpotensi untuk pengembangan tanaman sorgum yaitu Sidrap, Pinrang, Soppeng, dan Maros; untuk Jewawut di kabupaten Enrekang, Pinrang, Maros, Soppeng dan Wajo; sedangkan Gandum berpotensi dikembangkan di kabupaten Gowa (Malino), di kaki gunung Latimojong yang mempunyai ketinggian > 800 mdpl. 12) Sampai saat ini kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan masih fokus pada pencapaian swasembada padi dan surplus 10 juta ton beras, jagung dan kedelai. Oleh sebab itu anggaran bansos sebagian besar diarahkan untuk pengembangan ketiga komoditas tersebut, sedangkan untuk pengembangan tanaman serealia lain hanya berupa fasilitasi pertemuan antara daerah sentra, stakeholder terkait, perguruan tinggi dan swasta. 13) Untuk Tahun 2015 disamping kegiatan pertemuan, difasilitasi juga dengan gerakan tanam/panen di daerah sentra seperti gandum di Pasuruan (Jawa Timur), sorgum di Lamongan (Jawa Tengah), Jewawut di Polewalimandar (Sulawesi Barat) dan Hotong di Pulau Buru (Maluku). Hal ini akan lebih baik lagi bila disinergikan dengan dukungan alsintan dari Direktorat Pasca Panen. Untuk mendukung hal tersebut, diharapkan daerah-daerah sentra dapat menyediakan lahan ±100 ha, sedangkan benih disiapkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Puslitbangtan) dalam hal ini Balitser Maros sekaligus untuk mengembangkan varietas-varietas yang sudah dilepas. Sedangkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Budidaya Serealia 111

121 memfasilitasi pertemuan koordinasi antara petani dan kabupaten sentra tanaman serealia lain; stakeholder yang terkait serta pengusaha (off taker) tanaman serealia lain. Untuk varietas jewawut/hotong sebelum dikembangkan harus sudah dilepas terlebih dahulu oleh Menteri Pertanian. 14) Dari hasil diskusi dapat disimpulkan untuk tanaman gandum, pasarnya sudah tersedia (swasta selaku off taker) hanya masih diperlukan varietas-varietas unggul yang tahan iklim ekstrim dan alsintan pasca panennya. Sedangkan untuk sorgum disamping masih diperlukan sosialisasi manfaat dari tanaman tersebut dancara budidayanya, juga perlu dicarikan pasarnya supaya petani mau mengembangkan tanaman tersebut. 15) Perguruan Tinggi UKSW Salatiga, adalah salah satu pusat studi yang mengembangkan tanaman gandum dari hulu hingga hilir, dalam hal ini dari on farm hingga pemasarannya. Dari penanaman sampai panen semua sudah menggunakan mesin (tenaga kerja sulit diperoleh). Sudah ada buku Panduan Mengolah Gandum Tropis yang memuat cara-cara membuat makanan khas daerah Jawa Tengah seperti ampyang yang awalnya bahan bakunya kacang diganti dengan biji gandum, nasi goreng gandum dan lain-lain. 16) Di kabupaten Toraja Utara gandum dapat tumbuh dengan baik pada masa vegetatifnya saja, sedangkan kurang baik di masa generatif, hal ini karena adanya curah hujan yang tinggi sehingga timbul cendawan/jamur. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan varietasvarietas tahan hujan/air. 17) Panen gandum hasil uji multi lokasi dari Balitser Maros berlokasi di kelurahan Patappang kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten Gowa. Letak lokasi di ketinggian >1000 mdpl. Luas 1 ha, varietas yang diujikan yaitu Nias, Selayar dan Dewata. Tanaman gandum yang ditanam di dataran tinggi Malino ini, selain untuk mengembangkan varietas-varietas yang sudah dihasilkan oleh Balitser Maros, juga untuk memutus hama kentang, juga sebagai tanaman penahan angin. karena dataran tinggi ini gunakan untuk pertanaman kentang. 18) Uji multi lokasi kelas BS = 0,5 ha terdiri dari varietas GURI 1 dan GURI 2. Kedepan varietas-varietas gandum akan diganti menjadi GURI (Gandum Untuk Rakyat Indonesia). Sebanyak 0,3 ha adalah uji multi lokasi untuk varietas tahan curah hujan tinggi dan perbanyakan galur untuk dataran rendah (gandum tropis). 19) Dari pengarahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan bahwa Agro Inovasi pertanian maju meliputi 4 hal yaitu : - Penguasaan IPTEK - Penguasaan Tehnologi dan Inovasi 112 Direktorat Budidaya Serealia

122 - Untuk merespon dinamika iklim (normal-moderat-lemah) - Mekanisasi alsintan yang efisien - KATAM bisa diakses melalui SMS ke no : Informasi dan Teknologi (IT) 20) Pada saat panen gandum, Direktur Jenderal Tanaman Pangan memberikan bantuan benih gandum varietas Nias kepada kelompok tani gandum dan Plt Dirjen Tanaman Pangan juga akan memberikan bantuan alsintan pasca panen kepada petani gandum berupa alat perontok dan penepung gandum yang akan disiapkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang akan dirakit dalam jangka waktu ± 2 bulan. h. Pekan Nasional (PENAS) Pertanian dan Nelayan XIV Temu Teknis dalam rangka Penas ke XIV pada 9 Juni 2014 bertempat di Aula Balitkabi Kendal payak Malang Jawa Timur. Pertemuan ini dihadiri oleh Menteri Pertanian, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktur Jenderal Perkebunan, Direktur Jenderal Hortikultura, Kepala BBPSDMP Kementerian Pertanian. Para peserta berjumlah orang yang terdiri dari Pusat Kementerian Pertanian (Eselon I, II dan Kepala UPT); Pejabat Daerah (Kepala Dinas Provinsi/Badan dan Kabupaten/Kota lingkup Pertanian); Para Ketua Organisasi Profesi, Asosiasi, Perhimpunan di bidang Pertanian; Akademisi lingkup Provinsi Jawa Timur. Materi pembahasan dan diskusi difokuskan pada pencapaian target swasembada pangan, yaitu: padi, jagung, kedelai, tebu (gula), cabe merah dan bawang merah. Gambar 7. Pembukaan dan sambutan Penas ke XIV 2014 oleh Menteri Pertanian Tujuan dari pertemuan teknis adalah 1) mengkoordinasikan, mensinkronkan dan mengintegrasikan program pembangunan pertanian Pemerintah Pusat dan Daerah: 2) menyamaka gerakan langkah implementasi program di lapangan. Hasil pertemuan dapat dilaporkan sebagai berikut : Direktorat Budidaya Serealia 113

123 1) Penyelenggaraan PENAS XIV petani dan nelayan ini dimaksudkan untuk membangkitkan semangat dan tanggung jawab serta kemandirian petani-nelayan untuk berkontribusi aktif dalam meningkatkan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan. Momentum PENAS ini sangat tepat mengingat tahun 2014 merupakan tahun terakhir Kabinet Indonesia Bersatu II, dimana ada empat target utama di sektor pertanian yang harus kita capai yaitu: a) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; b) Peningkatan diversifikasi pangan; c) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta d) Peningkatan kesejahteraan petani. 2) Pada tahun 2014 pada awalnya produksi padi ditargetkan 76,57 juta ton (GKG); jagung 20,88 juta ton pipilan kering, Kedelai 2,7 juta ton biji kering, gula 3,45 juta ton dan daging sapi/kerbau 0,66 juta ton karkas. Namun dalam perkembangan selanjutnya, target tersebut mengalami perubahan sesuai prediksi kondisi iklim serta dukungan anggaran. Selain lima komoditas tersebut, dalam rangka menyikapi sering terjadinya gejolak harga serta impor bawang merah dan cabe, dalam Sidang Kabinet di Bukittinggi, juga ditetapkan agar dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mengurangi gejolak harga dan impor bawang merah dan cabe. 3) Hasil sidang kabinet di Bukittinggi tanggal 29 Oktober 2013, produksi padi diprakirakan hanya akan mencapai 73,162 juta ton GKG; jagung 20,823 juta ton pipilan kering; kedelai 1,5 juta ton biji kering; gula 3,1 juta ton dan daging sapi/kerbau 462 ribu ton karkas. Perkembangan terakhir pada rapat koordinasi teknis yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, tanggal 29 April 2014, ditegaskan lagi bahwa target produksi tahun 2014 direvisi menjadi : padi 73,1 juta ton GKG, Jagung 20,087 juta ton pipilan kering, kedelai 1,265 juta ton biji kering; gula/tebu 2,79 juta ton dan daging sapi/kerbau 462 ribu ton. 4) Sesuai Inpres 4 Tahun 2014, Kementerian Pertanian mendorong penghematan anggaran APBN sektor 30% baik di Pusat maupun Daerah. Akibat perubahan anggaran ini maka perlu dilakukan 114 Direktorat Budidaya Serealia

124 penghitungan ulang sasaran produksi. Namun tetap diperlukan kerja keras bersama, saling mengisi baik di pusat dan daerah serta dukungan dari KTNA/masyarakat demi terwujudnya sasaran produksi pangan Nasional. 5) Capaian kinerja produksi tahun 2014, walaupun belum mencapai target, namun pada umumnya mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, dan dalam periode cenderung mengalami pertumbuhan. 6) Keberhasilan program kegiatan tahun sebelumnya mesti terus ditingkatkan dan dijadikan acuan atau landasan program/kegiatan periode selanjutnya. 7) Dalam meningkatkan produksi Padi, Jagung dan Kedelai, upaya yang harus dilakukan pada masing-masing daerah adalah percepatan olah tanah dan tanam terutama di daerah irigasi teknis dengan mengoptimalkan alsin yang ada. 8) Dari aspek teknologi budidaya, upaya yang harus di lakukan Badan Litbang dan Perguruan Tinggi adalah merakit atau menciptakan varietas umur genjah, produktivitas tinggi dan toleran kekeringan/kemarau. 9) Dalam upaya peningkatan produktivitas padi, maka hal yang perlu mendapat perhatian daerah adalah Gerakan tanam jajar legowo secara serentak dalam hamparan yang luas dan peningkatan ketersediaan air untuk meningkatkan IP dan percepatan tanam. 10) Selain itu perlu peningkatan komunikasi dan koordinasi dalam penyediaan sarana produksi bersubsidi utamanya pupuk dan benih antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BUMN Pelaksana. 11) Dinas Pertanian di daerah perlu meningkatkan pengawalan dan pendampingan dalam penerapan paket teknologi di lokasi SL-PTT serta peningkatan pengamatan, pengendalian serangan OPT dan mitigasi dampak DPI utamanya kekeringan dan kebanjiran. 12) Khusus untuk Kedelai, dalam upaya menekan impor maka pemerintah perlu mengambil langkah konkrit antara lain; Meningkatkan Harga Beli Kedelai Petani (HBP), percepatan Perluasan Areal Tanam (PAT) kedelai, mengoptimalkan provitas program SL-PTT, serta program pengembangan kedelai dilahan transmigrasi dan pola pembinaan areal tanam kedelai swadaya petani. 13) Peningkatan produkstivitas Jagung dilakukan melalui; Mendorong penggunaan benih jagung hibrida dengan bekerja sama dengan industri perbenihan, Peningkatan pendampingan oleh petugas lapangan (PPL,PBT,POPT,Peneliti), Menyediakan Alsintan untuk percepatan olah tanah, tanam dan panen, pasca panen (perontokan, pengeringan), peningkatan akses petani kepada sumber permodalan Direktorat Budidaya Serealia 115

125 dengan bunga rendah sebagai bentuk keberpihakan pemerintah kepada petani. 14) Tujuan Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian adalah untuk Menyediakan prasarana dansarana fisik dasar pembangunan pertanian; Memperkuat kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan masyarakat; dan Meningkatkan kinerja pembangunan pertanian di daerah. Anggaran DAK Bidang Pertanian agar disinergikan dengan anggaran Dekonsenterasi/Tugas Pembantuan di masing-masing Provinsi dan Kabupaten/Kota. 15) Untuk mengantisipasi kelangkaan dan gejolak harga cabai dan bawang, maka pengembangan aneka cabai dan bawang sebagai komoditi yang memilikinilaiekonomitinggiakan dikembangkan secara luas dan sepanjang musim. Pengembangan komoditas tersebut akan lebih banyak diarahkan ke luar Pulau Jawa. Untuk itu diperlukan koordinasi yang memadai antara Pusat, Pemda dan swasta terkait dengan usulan tersebut. Adanyateknologibudidayadimusimpenghujan dan tumpang sari cabai, bawang di hamparan maupun areal pekarangan, serta penggunaanpolibag merupakan salah satu solusi pengembangan kawasan terhadap keterbatasan lahan usaha. Ditjen Hortikultura juga akan terus mendorong sistem pertanian hortikultura yang ramah lingkungan yang selaras dengan SIPP Kementerian Pertanian ) Peningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi fokus pada15 komoditas strategis unggulannasional yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Jambu Mete, Teh, Cengkeh,Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam. i. Pengembangan Karakter SDM Kegiatan Pengembangan Karakter SDM merupakan kegiatan Gathering keluarga besar karyawan-karyawati Direktorat Budidaya Serealia, bertujuan agar segenap jajaran di lingkungan Direktorat Budidaya Serealia dapat mengembangkan keseimbangan hidup dan pekerjaan guna memotivasi diri, bekerja dengan sikap yang lebih ikhlas dan tulus, memiliki sikap positif untuk mengatasi kelelahan mental, jiwa, dan fisik, sehingga dapat bekerja dengan produktif, sehat dan bahagia serta membangun kebersamaan. Keseimbangan kehidupan dan pekerjaan atau biasa yang disebut dengan Work Life Balance adalah cara bekerja dengan tidak mengabaikan semua aspek kehidupan kerja, pribadi, keluarga, spiritual, dan sosial. 116 Direktorat Budidaya Serealia

126 Keseimbangan dalam kehidupan dan pekerjaan akan menghasilkan kemampuan di dalam diri, untuk bertanggung jawab penuh atas pekerjaan, keluarga, kehidupan pribadi, kehidupan sosial, serta membuat diri selalu siap dan berdaya tahan penuh, untuk melayani semua tanggung jawab dengan totalitas. Gambar 8. Kegiatan Pengembangan Karakter SDM di Sari Ater SDM yang mampu menciptakan keseimbangan dalam kehidupan dan pekerjaan, diharapkan akan memiliki kesadaran untuk berkontribusi dan memberikan pelayanan optimal. Keseimbangan dalam kehidupan kerja akan menciptakan kualitas kerja yang unggul, serta membuat lingkungan kerja sehari-hari lebih menyenangkan dalam disiplin dan gairah kerja yang terarah menuju prestasi puncak. KegiatanPengembangan Karakter SDM Direktorat Budidaya Serealia dilaksanakan di Hotel Sari Ater, Ciatar, Subang pada Sabtu-Minggu, tanggal Februari 2014, dihadiri Direktur Budidaya Serealia, Kepala Pusat Penyuluhan (Bapak Ir. H. Fathan A. Rasyid M.Ag), para pejabat eselon III, eselon IV, dan seluruh karyawan-karyawati lingkup Direktorat Budidaya Serealia berjumlah 75 orang. Kegiatan Pengembangan Karakter SDM Direktorat Budidaya Serealia dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, dimaksudkan agar kegiatan ini dapat diikuti oleh seluruh staf dan tidak mengganggu jam kerja. Acara Kegiatan Pengembangan Karakter SDM Direktorat Budidaya Serealia dibagi dalam tiga sesi meliputi: 1) Konsolidasi Keluarga Besar Direktorat Budidaya Serealia Direktorat Budidaya Serealia 117

127 2) Acara konsolidasi dipandu oleh para Pejabat Eselon III (para Kasubdit) dan Kepala Subbag Tata Usaha. Pada kesempatan konsolidasi semua staf diberi kesempatan untuk menyampaikan uneg-uneg, saran, dan kritik untuk perbaikan kinerja Direktorat Budidaya Serealia kedepan. Semua pertanyaan dan masalah-masalah yang ada sehari-hari langsung ditanggapi dengan baik, masalah koordinasi, sinkronsasi antar unit kerja akan terus diperbaiki. Secara umum semua staf dalam pelaksanaan tugas-tugas tidak ada masalah. 3) Ceramah Pengembangan Karaker 4) Pengembangan Karakter SDM Direktorat Budidaya Serealia mengundang motivor Agung Fatwa. Pada kesempatan tersebut motivator menyampaikan tentang semangat kerja yang diistilahakan dengan kalimat :GREAT (Goal, Realistis, Empati, Antusias, dan Total). Pada acara tersebut juga dilaksanakan perpisahan Bapak Ir. H. Fathan A. Rasyid, M.Ag yang medapat tugas baru sebagai Kepala Pusat Penyuluhan. 5) Aerobic, Fun Team Game Buillding 6) Aerobic berupa senam pagi yang dipandu oleh instruktur, dilanjutkan dengan Fun Team Game Buildding terdiri dari permainan-permainan yang mengedepankan kebersamaan dan konsentrasi dari setiap peserta namun tetap merupakan permainan yang menyenangkan. Dengan permainan-permainan ini diharapkan para peserta dapat lebih meningkatkan kerjasama dan konsentrasi dalam bekerja. 118 Direktorat Budidaya Serealia

128 V. KEGIATAN KETATAUSAHAAN Laporan Tahunan Urusan Kepegawaian Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai di lingkungan Direktorat Budidaya Serealia adalah memberikan pelayanan administrasi kepegawaian yang cepat dan akurat. Pelayanan tersebut meliputi: kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, pensiun, Taspen, Karpeg, Askes dan lain-lain. a. Jumlah pegawai Tahun 2014 Jumlah pegawai Direktorat Budidaya Serealia keadaan sampai dengan Desember 2014 sebanyak 78 orang, terdiri dari : Pegawai Negeri Sipil (PNS) 68 orang, dan tenaga Honorer 13orang, dengan rincian berdasarkan golongan sebagai berikut: - Golongan IV : 10 - Golongan III : 39 - Golongan II : 15 - Golongan I : 1 - Tenaga Honorer : 13 Jumlah : 78 Distribusi pegawai pada masing-masing unit kerja (Subdirektorat dan Subbag Tata Usaha) sebagai berikut: Tabel 37. Distribusi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan No. Unit Kerja Golongan Honorer IV III II I Jumlah 1 Direktur Subdit IRA Subdit THLK Subdit Jagung Subdit Serla Subbag TU Total b. Kenaikan Pangkat Kenaikan pangkat pegawai dilaksanakan dua kali setiap tahun yaitu pada bulan April dan Oktober. Pada tahun 2014 jumlahpegawai yang mengalami kenaikan pangkat sebanyak 12 orang dan seluruhnya pada periode April Oktober 2014, yaitu: Direktorat Budidaya Serealia 119

129 Periode April 2014 sebanyak 8 orang: 1) Mulyono, SP Gol. III/c ke Gol. III/d 2) Andi Muhammad Saleh, SP Gol. III/c ke Gol. III/d 3) Noer Sandjojo Patwanto, SE, MM Gol. III/c ke Gol. III/d 4) Dra. Sawiah Gol. III/c ke Gol. III/d 5) Non Botutihe, SP Gol. III/a ke Gol. III/b 6) Asmawati, SP Gol. III/a ke Gol. III/b 7) Mutia Indriani, SP Gol. III/a ke Gol. III/b 8) Atep Shobaruddin, A.Md Gol. II/c ke Gol. II/d 9) Yuliyah Gol. III/a ke Gol. III/b 10) R. Agus Prasetyo Gol. II/c ke Gol. II/d 11) Heny Sulistiyani Gol. II/b ke Gol. II/c 12) Nurdin Zamaludin Gol. I/d ke Gol. II/a Periode Oktober 2014 : Pada Bulan Oktober 2014 tidak ada kenaikan pangkat c. Kenaikan gaji berkala Kenaikan gaji berkala diusulkan setiap bulan sepanjang tahun mengacu pada kenaikan gaji berkala terakhir. Pada tahun 2014telah selesai kenaikan gaji berkala yang telah diusulkan sebanyak 38 orang terdiri dari Gol. IV4 orang, Gol. III 20 orang, Gol. II 12 orang dan Gol. I 1 orang, dengan rincian per bulan sebagai berikut: Periode Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jml d. Pensiun Jumlah pegawai yang telah mencapai purna tugas pada tahun 2013sebanyak 2orang yaitu : 1) Listiyani Nurdeinenasari, SP ( Meninggal Dunia) TMT ) Joko Suparno, S. Kom ( Meninggal Dunia) TMT e. Mutasi Pegawai Tahun 2013 Mutasi pegawai adalah hal yang biasa dilakukan dilingkungan PNS baik yang menyangkut penggantian pejabat maupun rotasi pegawai. Pada tahun 2014 mutasi dilingkungan Direktorat Budidaya Serelia terdiri dari : - Mutasi Kurang Sebanyak 1 Orang, atas nama : Deny Hermawan, A.Md Mutasi pindah tugas ke Pemerintahan Kota Bandung TMT Direktorat Budidaya Serealia

130 f. Pengadaan Pegawai Pada tahun 2014 Direktorat Budidaya Serealia Tenaga Kontrak sebanyak 11 orang, yaitu atas nama : 1) Liana Dwi Septiningrum, SE 2) Lady Intan Melvinasari, SP 3) Deddy Zulkarnaen 4) Ilham 5) Krisna Saraswati 6) Retno Handayani 7) Harry Wicaksono 8) Zulkarnaen 9) Watchurohman 10) Mahyudin 11) Hasmawi 12) Lentera Birawa, SP 13) Mardapot Parulis, S. S.kom g. Pembuatan Kartu KARPEG dan TASPEN Kartu Pegawai (KARPEG) merupakan identitas harus dimiliki oleh masingmasing PNS sedangkan TASPEN adalah sebagai asuransi pensiun tabungan hari tua bagi pegawai yang diberikan apabila pegawai telah di angkat sebagai PNS (100%). Pada tahun 2014 dari Direktorat Budidaya Serealia mengusulkan pembuatan KARPEG dan TASPEN. h. Permasalahan Permasalahan dibidang Kepegawaian adalah Up dating data pegawai ke dalam Program Sistim Managemen Kepegawaian (SIMPEG) khususnya bagi pegawai yang mengikuti Seminar/Lokakarya dan tidak melaporkan hasilnya ke Subbagian Tata Usaha, Kedepan kepada pegawai yang mengikuti Diklat Seminar/Lokakarya hasilnya segera disampaikan ke Subbagian Tata Usaha. i. Pengurusan Gaji Selama tahun 2014 telah diselesaikan pengurusan gaji pegawai periode Januari Desember sebesar Rp ,- (Dua Milyar DelapanRatus TigaPuluh DelapanJuta TujuhRatus EnamRibu Tiga Ratus Lima Puluh DelapanRupiah), dengan rincian per bulan sebagai berikut: Direktorat Budidaya Serealia 121

131 Tabel 38. Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2014 No. Bulan Jumlah PNS Jumlah Gaji 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Gaji ke Juli Agustus September Oktober Nopember Desember TOTAL Urusan Persuratan Tugas Urusan Persuratan meliputi regristasi surat-surat masuk, surat-surat keluar, pengiriman dan penerimaan berita serta perpustakaan. Pada tahun 2014 kegiatan Urusan Persuratan adalah sebagai berikut: - Surat yang masuk pada tahun 2014 adalah eksemplar terdiri dari surat biasa, undangan, laporan, SK, notulen rapat dan proposal. - Laporan dan majalah yang diterima tahun 2014 adalah buku, terdiri dari laporan, majalah sinar tani, buletin, tabloid dan majalah lainnya. - Surat keluar sebanyak 727 nomor, pengiriman surat keluar melalui pos, titipan kilat, faximile dan diantar langsung. - Perpustakaan menerima buku, majalah dan leaflet yang diterima dari instansi lain. Peminjam buku-buku di perpustakaan belum banyak walaupun telah diinformasikan koleksi buku-buku baru di perpustakaan secara berkala. - Publikasi yang diterbitkan oleh Direktorat Budidaya Serealia berupa buku, booklet, leaflet brosur dan poster. 3. Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan Kegiatan Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan pada umumnya melaksanakan tugas-tugas meliputi perencanaan dan pelayanan penggunaan sarana dan prasarana kantor, melaksanakan kebersihan kantor, keamanan, pemeliharaan barang-barang inventaris kantor, pemeliharaan/perawatan 122 Direktorat Budidaya Serealia

132 kendaraan dinas. Pada tahun 2014 kegiatan Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan sebagai berikut : - Pelaksanaan renovasi ruang rapat berkoordinasi dengan Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Perbaikan instalasi listrik gedung Direktorat Budidaya Serealia - Pemeliharaan/perbaikan AC di setiap ruangan. - Pemeliharaan/perbaikan sarana penunjang kantor berupa komputer, printer dan telepon. - Perbaikan dan penataan ulang jaringan internet di Direktorat Budidaya Serealia. - Upragrade PC Unit dari Pentium 4 menjadi dua core, di ruang Subdit Padi Tadah Hujan Lahan Kering dan PUMK. - Pemeliharaan kendaraan dinas roda 2 sebanyak 22 unit berupa service berkala, penggantian spare part, pengadaan kendaraan dinas roda dua 2 unit, dan pengadaan bahan bakar. - Pemeliharaan kendaraan dinas roda 4 sebanyak 8 unit berupa perpanjangan STNK, service dan perbaikan serta pengadaan bahan bakar. - Penyusunan buku laporan inventaris barang melalui Simak BMN - Pengamanan kantor dilaksanakan oleh 2 orang Satpam secara bergiliran siang dan malam hari. - Kebersihan kantor Direktorat Budidaya Serealia untuk area luar ruang dan kamar mandi menggunakan jasa cleaning service, sedangkan petugas kebersihan di dalam ruangan kerja tidak ada. Tenaga pramuutus yang dimiliki Dirketorat Budidaya Serealia sebanyak 3 orang dirasa masih kurang untuk membersihkan 19 ruangan, 1 ruang rapat, karena petugas kebersihan tersebut bertugas pula sebagai tenaga administrasi pada unit kerja yang bersangkutan. - Pengadaan perlengkapan dan inventaris kantor pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: Uninterupted Power Supply (UPS) : 6 Buah PC Unit : 1 unit Note Book : 1 unit External/ Portable Hardisk : 4 unit AC (Air Conditioner) : 2 unit Lemari Kayu : 3 unit Lemari Es : 1 Buah Dispenser : 1 Buah Air Purifier : 11 Buah Voice Recorder : 5 unit Wood Blind : 1 unit Televisi : 1 unit Direktorat Budidaya Serealia 123

133 4. Urusan Pelaporan Laporan Tahunan 2014 Urusan Pelaporan merupakan Sekretariat Tim Pelaporan Direktorat Budidaya Serealia bertugas memproses (finalisasi, penggandaan, penjilidan) dan pengiriman laporan-laporan baik yang bersifat reguler maupun insidentil yang disusun oleh Tim Pelaporan Direktorat Budidaya Serealia. Pada tahun 2014 kegiatan Urusan Pelaporan adalah: - Laporan Bulanan Direktorat Budidaya Serealia (Januari-Desember 2014) - Laporan Bahan Rapim Departemen Pertanian dari Direktorat Budidaya Serealia. - Laporan Bulanan Kegiatan Menteri Pertanian yang berkaitan dengan Direktorat Budidaya Serealia. - Laporan Tahunan 2014Direktorat Budidaya Serealia. - Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2014(LAKIP) 5. Pelaksanaan DIPA Pusat TA 2014 Direktorat Budidaya Serealia pada tahun anggaran 2014 mendapat alokasi anggaran melalui Program Ketahanan Pangan sebesar Rp ,-.karena adanya revisi penghematan anggaran menjadi sebesar Rp ,. Realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember 2014 sebesar Rp ,- atau 80,56%, sisa anggaran sebesar Rp ,- atau 19,44%. Realisasi anggaran Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2012 per unit kerja sampai dengan 31 Desember 2014seperti pada tabel berikut : Tabel 39. Realisasi Anggaran Direktorat Budidaya Serealia Tahun 2014 Sampai dengan 31 Desember 2014 No Unit Kerja Anggaran Realisasi Sisa (Rp) Rp % Rp % 1 Subdit Padi IRA , ,52 2 Subdit THLK , ,15 3 Subdit Jagung , ,28 4 Subdit Serla , ,35 5 Subbag TU , ,09 6 Koorpro , ,92 7 Korlap , ,93 8 Pokja P2BN , ,40 Total , ,44 Data secara rinci per mata anggaran dan per kegiatan Tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran. 124 Direktorat Budidaya Serealia

134 IV. PENUTUP Berdasarkan hasil pengukuran, evaluasi dan analisis terhadap akuntabilitas kinerja Direktorat Budidaya Serealia tahun 2014, realisasi pelaksanaan kegiatan SL-PTT padi 2014 yaitu realisasi tanam mencapai 3,565 juta ha atau 95,62%, luas panen mencapai 159,12%, produktivitas meningkat sebesar 100,66% dan produksi mencapai 160,15% jika dibandingkan dengan tahun 2013 periode yang sama (sampai Desember). Pelaksanaan kegiatan SL-PTT Jagung 2014 yaitu realisasi tanam mencapai 188 ribu ha atau 95,99%, luas panen sudah mencapai 143,13%, produktivitas mencapai sebesar 96,83% dan produksi mencapai 130,58% jika dibandingkan dengan tahun 2013 periode yang sama (sampai Desember). Produksi padi tahun 2014 berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan mencapai 70, ton Gabah Kering Giling (GKG). Menurun sebesar ton GKG (0,94%) bila dibandingkan dengan pencapaian produksi tahun 2013 sebesar 71,279 juta ton GKG. Bila dibandingkan dengan sasaran tahun 2014 sebesar 72,340 juta ton GKG, maka ARAM II 2014 baru mencapai 98,64%. Penurunan produksi padi tahun 2014 dikarenakan terjadinya penurunan luas panen sebesar 66 ribu ha (0,48%) dan penurunan produktivitas sebesar 0,68 ku/ha atau (0,47%) dari tahun Dengan perhitungan konversi gabah ke beras tersedia 62,74% (BKP), maka pada tahun 2014 tersedia beras sejumlah 41,065 juta ton. Bila jumlah penduduk tahun 2014 sejumlah 252,164 juta jiwa, tingkat konsumsi per kapita per tahun 139,52Kg per Kapita/Tahun, maka diperlukan beras sejumlah 35,088 juta ton. Dengan demikian pada tahun 2014 diperkirakan surplus sebesar 4,609 juta ton beras Produksi jagung tahun 2014berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II Badan Pusat Statistik (BPS), diprediksi mencapai ton pipilan kering (PK). Produksi ini meningkat sebesar ton PK (103,33%) dibandingkan produksi jagung tahun 2013sebesar ton PK. Peningkatan produksi yang terjadi pada tahun 2014dikarenakan terjadinya peningkatan luas panen sebesar ha atau (1,54%) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,85ku/ha atau (1,76%) dari tahun Program pengembangan serealia lainnya (gandum dan sorgum) tahun 2014 dilaksanakan dalam rangka mendukung diversifikasi pangan, dan mengurangi konsumsi beras sebagai makanan pokok serta memanfaatkan lahan-lahan yang belum diusahakan (lahan marginal) dan lahan yang diusahakan tetapi tanaman lain tidak bisa tumbuh dengan baik karena kurangnya air, sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara optimal. Tujuan dari pengembangan serealia lainnya untuk jangka panjang adalah mewujudkan desa mandiri pangan dan energi. Direktorat Budidaya Serealia 125

135 LAMPIRAN - LAMPIRAN 126 Direktorat Budidaya Serealia

136 Lampiran 1 Perkembangan Luas Panen Padi Tahun Direktorat Budidaya Serealia 127

137 Lampiran 2 Perkembangan Produktivitas Padi Tahun Direktorat Budidaya Serealia

138 Lampiran 3 Perbandingan Peringkat Luas Panen Padi Tahun 2013 dan 2014 Direktorat Budidaya Serealia 129

139 Lampiran 4 Perbandingan Peringkat Produksi Padi tahun Direktorat Budidaya Serealia

140 Lampiran 5 Peringkat Produktivitas Padi Tahun 2013 dan 2014 Direktorat Budidaya Serealia 131

141 Lampiran 6 Perkembangan Luas Panen Jagung Tahun Luas Panen (Ha) Perkembangan No. Provinsi ARAM II Absolut % Absolut % 1 Aceh ,97 (1.936) (4,39) 2 Sumatera Utara (31.348) (12,90) (12.413) (5,86) 3 Sumatera Barat , ,71 4 Riau (1.536) (11,56) 728 6,20 5 Kepulauan Riau (51) (13,08) (31) (9,14) 6 Jambi (83) (1,26) ,19 7 Sumatera Selatan , ,32 8 Kep. Bangka Belitung (34) (12,69) 30 12,82 9 Bengkulu (4.396) (19,41) (2.560) (14,02) 10 Lampung (13.949) (3,87) ,09 SUMATERA (41.024) (5,16) ,88 11 D K I Jakarta (3) (100,00) 0 #DIV/0! 12 Jawa Barat ,91 (11.869) (7,76) 13 Banten ,56 (188) (5,25) 14 Jawa Tengah (21.311) (3,85) ,66 15 D I Yogyakarta (2.994) (4,06) (2.668) (3,77) 16 Jawa Timur (32.979) (2,68) ,22 JAWA (52.456) (2,61) (3.229) (0,16) 17 B a l i (2.785) (13,26) (1.696) (9,31) 18 Nusa Tenggara Barat (6.757) (5,77) ,19 19 Nusa Tenggara Timur ,22 (13.252) (4,90) BALI + NTB+NTT , ,45 20 Kalimantan Barat (2.021) (4,53) (2.845) (6,68) 21 Kalimantan Tengah (690) (25,07) 24 1,16 22 Kalimantan Selatan (1.094) (5,04) 812 3,94 23 Kalimantan Timur (2.246) (54,73) ,02 24 Kalimantan Utara #DIV/0! 59 13,26 KALIMANTAN (5.606) (7,66) (742) (1,10) 25 Sulawesi Utara , ,48 26 Gorontalo , ,90 27 Sulawesi Tengah (3.244) (8,67) ,56 28 Sulawesi Selatan (51.283) (15,76) ,23 29 Sulawesi Barat ,52 (1.195) (4,46) 30 Sulawesi Tenggara (3.751) (12,15) (2.661) (9,81) SULAWESI (49.793) (7,38) ,76 31 Maluku (1.565) (32,82) ,01 32 Maluku Utara (679) (6,13) (2.425) (23,33) 33 Papua (548) (15,42) (54) (1,80) 34 Papua Barat , ,60 MALUKU+PAPUA (2.741) (13,31) (1.732) (9,70) INDONESIA ( ) (3,44) , Direktorat Budidaya Serealia

142 Lampiran 7 Peringkat Penyumbang Peningkatan Produksi Jagung Tahun 2013 dan 2014 No. Provinsi Produksi 2013 (Ton) Produksi 2014 (Ton) No. Provinsi Kontribusi % Kontribusi % 1 Jawa Timur ,12 1 Jawa Timur ,27 2 Jawa Tengah ,83 2 Jawa Tengah ,77 3 Lampung ,51 3 Lampung ,51 4 Sulawesi Selatan ,75 4 Sulawesi Selatan ,02 5 Sumatera Utara ,39 5 Sumatera Utara ,84 6 Jawa Barat ,95 6 Jawa Barat ,37 7 Nusa Tenggara Timur ,82 7 Nusa Tenggara Barat ,05 8 Gorontalo ,61 8 Gorontalo ,85 9 Nusa Tenggara Barat ,42 9 Nusa Tenggara Timur ,38 10 Sumatera Barat ,96 10 Sumatera Barat ,14 11 Sulawesi Utara ,42 11 Sulawesi Utara ,60 12 D I Yogyakarta ,56 12 D I Yogyakarta ,61 13 Aceh ,96 13 Sumatera Selatan ,98 14 Sumatera Selatan ,90 14 Aceh ,92 15 Kalimantan Barat ,86 15 Sulawesi Tengah ,90 16 Sulawesi Tengah ,75 16 Kalimantan Barat ,78 17 Sulawesi Barat ,69 17 Sulawesi Barat ,65 18 Kalimantan Selatan ,58 18 Kalimantan Selatan ,63 19 Bengkulu ,51 19 Bengkulu ,38 20 Sulawesi Tenggara ,37 20 Sulawesi Tenggara ,32 21 B A L I ,31 21 Jambi ,23 22 Maluku Utara ,16 22 B A L I ,23 23 Riau ,15 23 Riau ,15 24 Jambi ,14 24 Maluku Utara ,12 25 Banten ,07 25 Maluku ,08 26 Maluku ,06 26 Banten ,06 27 Papua ,04 27 Kalimantan Timur ,04 28 Kalimantan Tengah ,03 28 Papua ,04 29 Kalimantan Timur ,03 29 Kalimantan Tengah ,03 30 Papua Barat ,01 30 Papua Barat ,01 31 Kalimantan Utara 973 0,01 31 Kep. Bangka Belitung 902 0,00 32 Kepulauan Riau 790 0,00 32 Kalimantan Utara 875 0,00 33 Kep. Bangka Belitung 783 0,00 33 Kepulauan Riau 719 0,00 34 D K I Jakarta D K I Jakarta - - TOTAL ,00 TOTAL ,00 Direktorat Budidaya Serealia 133

143 Lampiran 8 Sebaran Produktivitas Jagung Tahun 2014 (ARAM II) No. Produktivitas (Ku/Ha) Jumlah Provinsi Luas Panen (Ha) Peran (%) m 1 > ,14 2 4,00-4, ,94 3 3,00-3, ,50 4 2,00-2, ,37 5 < , , Direktorat Budidaya Serealia

144 Lampiran 9 Realisasi Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas SL-PTT Padi Tahun 2014 No. Provinsi Sasaran Realisasi Tanam Padi (ha) (ha) % Luas (ha) Realisasi Panen Provitas (ku/ha) Produksi (ton) Nasional , , Aceh , , Sumatera Utara , , Sumatera Barat , , Riau , , Jambi , , Sumatera Selatan , , Bengkulu , , Lampung , , DKI Jakarta Jawa Barat , , Jawa Tengah , , DI Yogyakarta , , Jawa Timur , , Kalimantan Barat , , Kalimantan Tengah , , Kalimantan Selatan , , Kalimantan Timur , , Sulawesi Utara , , Sulawesi Tengah , , Sulawesi Selatan , , Sulawesi Tenggara , , Bali , , Nusa Tenggara Barat , , Nusa Tenggara Timur , Maluku , , Papua , , Maluku Utara , , Banten , , Bangka Belitung , , Gorontalo , , Kepulauan Riau Papua Barat , , Sulawesi Barat , Direktorat Budidaya Serealia 135

145 Lampiran 10 Realisasi Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Sl-PTT Padi Inbrida Tahun 2014 Padi Inbrida No. Provinsi Sasaran Realisasi Tanam (ha) (ha) % Luas (ha) Realisasi Panen Provitas (ku/ha) Produksi (ton) Nasional , , Aceh , , Sumatera Utara , , Sumatera Barat , , Riau , , Jambi , , Sumatera Selatan , , Bengkulu , , Lampung , , DKI Jakarta Jawa Barat , , Jawa Tengah , , DI Yogyakarta , , Jawa Timur , , Kalimantan Barat , , Kalimantan Tengah , , Kalimantan Selatan , , Kalimantan Timur , , Sulawesi Utara , , Sulawesi Tengah , , Sulawesi Selatan , , Sulawesi Tenggara , , Bali , , Nusa Tenggara Barat , , Nusa Tenggara Timur , Maluku , , Papua , , Maluku Utara , , Banten , , Bangka Belitung , , Gorontalo , , Kepulauan Riau Papua Barat , , Sulawesi Barat , Direktorat Budidaya Serealia

146 Lampiran 11 Realisasi Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Sl-PTT Padi Hibrida Tahun 2014 Padi Hibrida No. Provinsi Sasaran Realisasi Tanam Realisasi Panen (ha) (ha) % Luas (ha) Provitas (ku/ha) Produksi (ton) Nasional , , Aceh , , Sumatera Utara , , Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan , , Bengkulu Lampung , , DKI Jakarta Jawa Barat , , Jawa Tengah , , DI Yogyakarta Jawa Timur , , Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara , , Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan , , Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat , , Nusa Tenggara Timur , Maluku Papua Maluku Utara Banten Bangka Belitung Gorontalo Kepulauan Riau Papua Barat Sulawesi Barat Direktorat Budidaya Serealia 137

147 Lampiran 12 Realisasi Tanam, Panen, Produksi Dan Produktivitas Sl-PTT Lahan Kering Tahun 2014 Padi Lahan Kering No. Provinsi Sasaran Realisasi Tanam (ha) (ha) % Luas (ha) Realisasi Panen Provitas (ku/ha) Produksi (ton) Nasional , , Aceh , , Sumatera Utara Sumatera Barat , , Riau , Jambi , Sumatera Selatan , Bengkulu , , Lampung , DKI Jakarta Jawa Barat , Jawa Tengah , DI Yogyakarta , Jawa Timur , , Kalimantan Barat , , Kalimantan Tengah , , Kalimantan Selatan , Kalimantan Timur , Sulawesi Utara , , Sulawesi Tengah , , Sulawesi Selatan , , Sulawesi Tenggara , Bali Nusa Tenggara Barat , Nusa Tenggara Timur , Maluku , , Papua , , Maluku Utara , Banten , , Bangka Belitung , Gorontalo , , Kepulauan Riau Papua Barat , , Sulawesi Barat , Direktorat Budidaya Serealia

148 Lampiran 13 REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA TAHUN ANGGARAN 2014 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 JUMLAH NO UNIT KERJA BIAYA (Rp) REALISASI SISA (Rp) % (Rp) % 1 SUBDIT PADI IRGIASI DAN RAWA , ,52 2 SUBDIT PADI TADAH HUJAN DAN LAHAN KERING , ,15 3 SUBDIT JAGUNG , ,28 4 SUBDIT SEREALIA LAIN , ,35 5 SUBBAGIAN TATA USAHA , ,09 6 KOORDINATOR PERENCANAAN , ,87 7 KOORDINATOR PELAPORAN , ,05 8 POKJA P2BN , ,49 TOTAL , ,45 Catatan SUBDIT PADI IRIGASI DAN RAWA Belanja Keperluan Perkantoran Belanja Pos Belanja Bahan , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Sewa , Belanja Jasa Profesi , Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Belanja Perjalanan Biasa , , Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota , , Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin JUMLAH SUBDIT PADI IRIGASI DAN RAWA , ,52 SUBDIT PADI TADAH HUJAN DAN LAHAN KERING Belanja Keperluan Perkantoran Belanja Pos Belanja Bahan , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi , Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Belanja Perjalanan Biasa , , Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota , , Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin JUMLAH SUBDIT PADI TADAH HUJAN DAN LK , ,15 Direktorat Budidaya Serealia 139

149 JUMLAH REALISASI SISA SUBDIT JAGUNG NO UNIT KERJA BIAYA (Rp) (Rp) % (Rp) % Belanja Keperluan Perkantoran Belanja Pos Belanja Bahan , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi , , Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Belanja Perjalanan Biasa , , Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota , , Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin JUMLAH SUBDIT JAGUNG , ,28 SUBDIT SEREALIA LAIN Belanja Keperluan Perkantoran Belanja Pos Belanja Bahan , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Sewa , , Belanja Jasa Profesi , , Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Belanja Perjalanan Biasa , , Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota , , Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin JUMLAH SUBDIT SEREALIA LAIN , ,35 SUBBAG TATA USAHA Belanja Keperluan Perkantoran , , Belanja Pos Belanja Bahan , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi , , Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin , , Belanja Perjalanan Biasa , , Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin , , Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin , ,60 JUMLAH SUBBAG TATA USAHA , ,09 KOORDINATOR PERENCANAAN Belanja Keperluan Perkantoran Belanja Pos , , Belanja Bahan , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya , , Belanja Sewa , , Belanja Jasa Profesi , , Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Belanja Perjalanan Biasa , , Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin JUMLAH KOORDINATOR PERENCANAAN , , Direktorat Budidaya Serealia

150 JUMLAH NO UNIT KERJA BIAYA (Rp) REALISASI SISA (Rp) % (Rp) % KOORDINATOR PELAPORAN Belanja Keperluan Perkantoran Belanja Pos Belanja Bahan , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Belanja Perjalanan Biasa , , Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin JUMLAH KOORDINATOR PELAPORAN , ,05 POKJA P2BN Belanja Keperluan Perkantoran Belanja Pos Belanja Bahan , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Sewa , , Belanja Jasa Profesi , , Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Belanja Perjalanan Biasa , , Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin JUMLAH POKJA P2BN , ,49 DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA Belanja Keperluan Perkantoran , , Belanja Pos , , Belanja Bahan , , Belanja Barang Non Operasional Lainnya , , Belanja Sewa , , Belanja Jasa Profesi , , Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin , , Belanja Perjalanan Biasa , , Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota , , Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin , , Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin , ,60 TOTAL , ,45 Direktorat Budidaya Serealia 141

151 REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA TAHUN ANGGARAN 2014 PER KEGIATAN SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER JUMLAH KODE KEGIATAN/SUB KEGIATAN/KOMPONEN BIAYA (RP) REALISASI SISA (RP) % (RP) % 1762 Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia , , Rancangan Pengembangan Budidaya Serealia , , Program dan Rencana Kerja , , Pedoman Pelaksanaan dan Pengembangan Budidaya Serealia , , Pedoman Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia, Pedoman , ,30 SL-PTT, Renstra, dan Roadmap Serealia Laporan Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu , ,11 (SL-PTT) Serealia dan Pengembangan Budidaya Serealia Lainnya Laporan Bimbingan dan Pembinaan SL-PTT Mendukung Peningkatan , ,09 Produksi Padi Irigasi dan Rawa Laporan Bimbingan dan Pembinaan SL-PTT Padi THLK , , Laporan Monitoring dan Evaluasi SL-PTT Padi THLK , , Laporan Bimbingan dan Pembinaan Pengembangan SL-PTT Jagung , , Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan SL-PTT Padi IRA , , Laporan Pengelolaan Produksi Serealia , , Laporan Operasional Posko P2BN , , Laporan Pengembangan Serealia Lain , , Laporan Monev Optimalisasi Jagung , , Laporan Bimbingan dan Pembinaan Pengembangan Padi Tadah Hujan dan , ,21 Lahan Kering Laporan Gerakan Tanam dan Panen Perdana , , Laporan Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Padi Lahan Kering dan , ,81 Tadah Hujan Laporan Rakor Pemantapan P2BN , , Laporan Rakor Evaluasi P2BN , , Laporan Pertemuan Kemitraan Jagung , , Laporan Pertemuan FGD Jagung , , Laporan Evaluasi Pengembangan Serealia Lain , , Laporan Pertemuan Koordinasi Pengembangan Padi Hibrida , Laporan Pertemuan FGD Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering , LAPORAN PELAKSANAAN PEKAN NASIONAL (PENAS) PETANI DAN NELAYAN XIV , , Laporan Bimbingan dan Monev Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) , , Laporan Evaluasi Kegiatan Serealia , , Laporan Administrasi Ketatausahaan (3M) , , Laporan Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Ketatausahaan , , Laporan Pembinaan dan Pengembangan PUMK , , Laporan Pengembangan Karakter SDM , , Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi , , Peralatan dan Fasilitas Perkantoran , ,96 TOTAL , , Direktorat Budidaya Serealia

152

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktur Budidaya Serealia, Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP NIP Laporan Tahunan 2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktur Budidaya Serealia, Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP NIP Laporan Tahunan 2015 KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit kerja Eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Budidaya Serealia sesuai Tupoksinya pada tahun 2015 telah melakukan berbagai kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,

Lebih terperinci

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR KATA PENGATAR Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 setiap Unit Organisasi Eselon I pada Kementerian/Lembaga wajib menyusun Laporan Kinerja

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I) No. 40/07/13/Th.XVIII, 1 Juli 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I) A. PADI Produksi padi tahun 2014 tercatat sebesar 2.519.020 ton GKG (ATAP

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 37/07/73/Th. V, 1 Juli 2014 14 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

Laporan Tahunan

Laporan Tahunan 1 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT sehingga penyusunan Laporan Tahunan Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2013 telah selesai disusun. Dengan berakhirnya

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 62/11/73/Th. V, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014) 30/06/73/Th. V, 2 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) No. 33/07/36/Th. IX, 1 Juli 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) PRODUKSI PADI 2014 MENURUN SIGNIFIKAN DIBANDING TAHUN 2013, TAHUN 2015 DIPREDIKSI AKAN MENGALAMI

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014) No. 20/03/73/Th. VIII, 2 Maret 2015 A. PADI Angka Sementara (Asem) 2014, produksi Padi

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014) No. 16/03/36/Th.IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014) PRODUKSI PADI 2014 LEBIH RENDAH BILA DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Banten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 77 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR ORGANISASI TERENDAH PADA KANTOR KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 39 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 39 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI RIAU 1 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 39 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. Bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2012

Laporan Tahunan 2012 i KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT sehingga penyusunan Laporan Tahunan Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2012 telah selesai disusun. Dengan berakhirnya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 31 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 429 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 31 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 429 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 31 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 429 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 42/07/73/Th. VIII, 1 Juli 201530 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) 1. A. PADI Angka Tetap (ATAP)

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN ANGKA SEMENTARA 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN ANGKA SEMENTARA 2015 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 18/03/16/Th. XVIII, 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN ANGKA SEMENTARA A. PADI Produksi padi tahun (Angka Sementara) sebanyak 4,25 juta

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1 Kota Prabumulih 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Keinginan Pemerintah dan tuntutan dari publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan negara. Dasar dari

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah bagian dari pembangunan ekonomi yang berupaya dalam mempertahankan peran dan kontribusi yang besar dari sektor pertanian terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I. PENDAHULUAN. 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I. PENDAHULUAN. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I. PENDAHULUAN. 1 Hal. A. Latar Belakang. 1 B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan 4

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011)

PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) No. 57/11/63/Th.XV, 1 November PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN ) Produksi padi tahun (ARAM III) diperkirakan sebesar 2.001.274 ton Gabah Kering Giling (GKG), naik sebesar 159.185 ton

Lebih terperinci

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Untuk menjaga konsistensi produksi beras dan oleh karena urgensi dari pangan itu sendiri maka dibutuhkan sebuah program yang bisa lebih mengarahkan petani dalam pencapaiannya.

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2010 1 Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015) No. 39/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015) PRODUKSI PADI 2015 NAIK 7,00 PERSEN DIBANDINGKAN TAHUN 2014 A. PADI Produksi padi Provinsi Banten tahun 2015 sebesar

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 28 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 78 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 28 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 78 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 28 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 78 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS PADA UNSUR ORGANISASI TERENDAH KANTOR KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 12 TAHUN 2008 T E N T A N G URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR BUPATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Sasaran RKPD yang akan dicapai dalam Renja SKPD : Meningkatkan Perekonomian Daerah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2008 18 Januari 2008 Tentang: ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DAFTAR ISI PENGANTAR I. Direktorat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN INOVASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perecanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 1 SASARAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

LAPORA TAHU AN 2016 LAPORAN TAHUNAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

LAPORA TAHU AN 2016 LAPORAN TAHUNAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN N LAPORA TAHU AN 2016 LAPORAN TAHUNAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN UMBI 2016 Jl. Raya Ragunan No. 15 Pasar Minggu PO. BOX 7356/Jks, Jakarta

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. KATA PENGANTAR Kekayaan sumber-sumber pangan lokal di Indonesia sangat beragam diantaranya yang berasal dari tanaman biji-bijian seperti gandum, sorgum, hotong dan jewawut bila dikembangkan dapat menjadi

Lebih terperinci

DRAFT PER TGL 22 OKT 2008

DRAFT PER TGL 22 OKT 2008 DRAFT PER TGL 22 OKT 2008 BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) No. 52/11/36/Th. VIII, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) TAHUN 2014 LUAS PANEN PADI SAWAH MENINGKAT TETAPI PRODUKTIVITAS MENURUN Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 14 MARET 2012

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 14 MARET 2012 BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 14 MARET 2012 Salah satu target 4 (empat) sukses pembangunan pertanian adalah swasembada dan swasembada berkelanjutan; Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015) BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 40/07/32/Th. XVII, 1 Juli PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I ) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA TETAP) TURUN 3,63 PERSEN, SEDANGKAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) No. 32/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) PRODUKSI PADI 2013 MENINGKAT SIGNIFIKAN DIBANDING TAHUN 2012, TAHUN 2014 DIPREDIKSI AKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i KATA PENGANTAR Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel, sesuai Instruksi Presiden RI No. 7 tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ANGKA RAMALAN II 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ANGKA RAMALAN II 2015 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 66/11/73/Th.VI, 2 November 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ANGKA RAMALAN II 2015 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2014, produksi Padi di

Lebih terperinci

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D 29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2003 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

ANGKA SEMENTARA 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

ANGKA SEMENTARA 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 16/03/32/Th. XVII, 1 Maret 2016 ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PRODUKSI PADI TAHUN (ANGKA SEMENTARA) SEBESAR 11.373.234 TON MENURUN 2,33 PERSEN. A. PADI

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Tanggal 4 Januari 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OUTLINE 1. Evaluasi 2016 2. Sasaran luas tanam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 003 TAHUN 2002 TENTANG URAIAN TUGAS BAGIAN, BIDANG, SUBBAGIAN, DAN SEKSI PERWAKILAN BPS DI DAERAH KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, Menimbang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM II)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM II) No. 53/11/13/Th.XVIII, 2 November 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM II) A. PADI Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi tahun 2015 diperkirakan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2014. Laporan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015) No. 47/07/35/Th XIII,1 Juli 2015 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2014 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 63/11/16/Th.XVII, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN (ANGKA RAMALAN II TAHUN ) A. PADI Perkiraan produksi padi berdasarkan angka ramalan (Aram)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KALIMANTAN SELATAN MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN PADI/BERAS NASIONAL. Fathurrahman.

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KALIMANTAN SELATAN MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN PADI/BERAS NASIONAL. Fathurrahman. UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KALIMANTAN SELATAN MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN PADI/BERAS NASIONAL Fathurrahman Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan Jl.

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 4/7/71/Th. VIII, 1 Juli 214 ANGKA TETAP TAHUN 213 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 214 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 213 diperhitungkan sebesar 638.373 ton

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN II 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

ANGKA RAMALAN II 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th. XVII, 2 November ANGKA RAMALAN II PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PRODUKSI PADI TAHUN (ARAM II) DIPERKIRAKAN MENURUN 4,02 PERSEN. A. PADI Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

ANGKA TETAP 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

ANGKA TETAP 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 36/07/32/Th. XVIII, 1 Juli 2016 ANGKA TETAP PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PRODUKSI PADI TAHUN SEBESAR 11.373.144 TON MENURUN 2,33 PERSEN. A. PADI Berdasarkan Angka Atap,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015) jambi No. 63/11/15 /Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II ) A. PADI Produksi padi tahun (Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 561.542 ton GKG, atau turun sebesar 103.178 ton

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008) BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 24/07/34/Th. X, 01 Juli 2008 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008) Berdasarkan ATAP 2007 dan Angka Ramalan II (ARAM II) tahun 2008,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.19/03/35/Th XIV,1 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) A. PADI Angka Sementara () produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 13,15 juta ton Gabah Kering

Lebih terperinci