Identifikasi dan Uji Coba Jenis Lokal untuk Mendukung Kegiatan Rehabilitasi Lahan Pascatambang. Ishak Yassir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Identifikasi dan Uji Coba Jenis Lokal untuk Mendukung Kegiatan Rehabilitasi Lahan Pascatambang. Ishak Yassir"

Transkripsi

1 Identifikasi dan Uji Coba Jenis Lokal untuk Mendukung Kegiatan Rehabilitasi Lahan Pascatambang Ishak Yassir Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam-Samboja Ishak Yassir Bukit Bingkirai, 5-8 November 2012

2 Latar Belakang Kegiatan Sektor pertambang batu bara berkembang pesat di Provinsi Kalimantan Timur dan saat ini alokasi lahan untuk pertambangan batu bara sudah mencapai 3.5 juta ha Namun dilain pihak, tumbuh berkembangnya sektor pertambangan batu bara juga menimbulkan banyak dampak tidak hanya berkaitan dengan isu lingkungan saja, akan tetapi juga masalah kesehatan, deforestasi dan degradasi kawasan hutan. Diperlukan usaha pencegahan dan perbaikan, dan salah satunya adalah dengan melakukan Ishak rehabilitasi Yassir lahan pascatambang tersebut.

3 Latar Belakang Kegiatan Karakteristik lahan tambang pada umumnya terbuka, sangat panas, tingkat kesuburan rendah (terutama ph sangat rendah dan miskin bahan organik), mudah tererosi, berpotensi menghasilkan air asam tambang dan sangat miskin keanekaragaman hayatinya. Untuk perbaikannya: pertama dengan memperbaiki kondisi tanahnya yang ekstrem tersebut (biaya tinggi), dan yang kedua adalah memilih jenis yang tepat yang dapat beradaptasi dalam kondisi ekstrim tersebut (sangat efektif dan efiesien). Berkaitan dengan pencarian Ishak jenis Yassir yang tepat, maka diperlukan pencarian jenis lokal potensial melalui pendekatan ekologis, dan setelah itu menguji Presented cobakannya at: International di lapangan.. Conference on Restoring Forests for

4 Tujuan Kegiatan Diperolehnya informasi jenis lokal unggul yang dapat mendukung keberhasilan rehabilitasi di lahan pascatambang, termasuk teknik budidaya dan silvikulturnya Ishak Yassir

5 Areal Pengamatan proses suksesi di lahan kritis di Samboja Lestari

6 Strategy: Synergy with nature Menanam Jenis pohon cepat tumbuh terutama jenis buah-buahan, dan menjaga areal tidak terbakar dengan pelibatan masyarakat lokal

7 Basic principles Socially Acceptable Science based Life in Harmony Economic Feasible Clear legal Status Ecological sustainable Didukung komitmen, kerja keras, inovasi-

8 Tindakan Silvikultur Tugas pokok--- bagaimana proses suksesi alami dapat berjalan dengan cepat. Untuk itu, konsentrasi tindakan silvikultur tidak hanya diberikan terhadap tanaman pokok yang ditanam, akan tetapi juga tanaman lainnya yang telah hadir di lokasi melalui proses suksesi alami. Ishak Yassir

9 Agroforestry

10 PERKEMBANGAN VEGETASI DARI TAHUN

11 Community structure Yassir and Arbainsyah (2012) Descriptions No. Species Family IVI (%) Trees 1. Vernonia arborea Asteraceae Vitex pinnata Verbenaceae Macaranga gigantea Euphorbiaceae Symplocos crassipes Symplocaceae Artocarpus odoratissimus Moraceae Bridelia glauca Euphorbiaceae Artocarpus tamaran Moraceae 7.9 Ishak Yassir 8. Melicope glabra Rutaceae Geunsia pentandra Verbenaceae Schima wallichii Theaceae 4.9

12 Results and Discussions (community structure) Descriptions No. Species Family IVI (%) Saplings 1. Fordia splendidissima Leguminosae-Pap Symplocos crassipes Symplocaceae Macaranga trichocarpa Euphorbiaceae Melastoma malabathricum Melastomataceae Vitex pinnata Verbenaceae Macaranga beccariana Euphorbiaceae Bridelia glauca Euphorbiaceae Vernonia Ishak arborea Yassir Asteraceae Dillenia suffruticosa Dilleniaceae 7.0 Presented at: International 10. Macaranga Conference gigantea on Restoring Euphorbiaceae Forests for 6.9

13 Results and Discussions (community structure) Descriptions No. Species Family IVI (%) Seedlings 1. Nephrolepis biserrata Neprolepidaceae Bridelia glauca Euphorbiaceae Fordia splendidissima Leguminosae-Pap Scleria terrestris Cyperaceae Lygodium circinatum Schizaeaceae Psychotria sp. Rubiaceae Melastoma malabathricum Melastomataceae Curculigo Ishak racemosa Yassir Amaryllidaceae Macaranga beccariana Euphorbiaceae 5.5 Presented at: International 10. Clidemia hirta Conference on Melastomataceae Restoring Forests for 5.3

14 Jumlah jenis dan famili dominan di lahan kritis (Yassir and Arbainsyah, 2012) number of species Ishak Yassir 0 Eup Mora Rubi Laura Dipt Melas Verb Myrta Anno Leg-Pap Family

15 Ishak Yassir

16 Ishak Yassir

17

18

19 Persentasi Hidup Persen hidup (%) Umur 3 Bulan Umur 1 Tahun Ishak Yassir V. pinnata Syzygium sp. Alstonia sp. Ficus sp. F. variegata D. dao Macaranga sp. S. wallichii A. dadah Litsea sp. Adman dan Nugroho (2011)

20 100,0 Pertumbuhan Tinggi (cm) 90,0 80,0 70,0 Pertumbuhan Tinggi (cm) 60,0 50,0 40,0 Umur 3 Bln 30,0 20,0 Ishak Yassir 10,0 - F. variegata Alstonia sp. Macaranga sp. V. pinnata Ficus sp. Litsea sp. S, wallichii D. dao A. dadah Syzygium sp. Umur 1 Thn Adman dan Nugroho (2011)

21 KONDISI TANAH LAHAN BEKAS TAMBANG Kontrol 1 tahun 2 tahun Ishak Yassir 3 tahun 4 tahun 5 tahun

22 Hasil pengamatan terhadap petak contoh di lapangan menunjukkan bahwa umur tanaman berkorelasi positif kondisi biologi tanah yang ditunjukkan dengan kehadiran makrofauna No. Lokasi Tahun Revegetasi Makrofauna Keterangan 1. Panel 8 5 tahun Lumbricus sp (cacing) Ketebalan topsoil 5 Harapan Macrotermus sp (rayap) cm Semut 2. Pelikan 4 tahun Lumbricus sp (cacing) Ketebalan topsoil 2 Junction Semut cm 3. Bendili (KD) 3 tahun Lumbricus sp (cacing) Ketebalan topsoil 2 Semut cm 4. Belut 2 tahun Semut Ketebalan topsoil 2 cm, 5. Belut Inpit 1 tahun Semut Lahan terbuka, topsoil belum terbentuk 6. Pit J Kontrol Ishak Yassir - Lahan terbuka, topsoil belum terbentuk

23 RINGKASAN DATA TANAH Kontrol 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun A-horizon Rerata 1) sd 2) Rerata sd Rerata sd Rerata sd Rerata sd Rerata Sd ph (H 2 O) 3.84a a ab b ab c 0.42 C-organik (%) 0.64a a b c d d 0.18 N-total (%) P-tersedia (ppm) 0.43a a a b ab b 0.29 K-tersedia (ppm) 67.7a a a a b c KTK (meq/100 g) 7.86d bc 0.41 Ishak 4.65ab Yassir a c ab 0.25 Kejenuhan Basa (%) 10.2a a b c b d 13.6 Kejenuhan Al (%) 73.8d d Pasir liat Teksture Liat Pasir berliat Liat berlempung berlempung Pasir berliat Pasir berliat 1 Simpangan baku (standard deviation) 2 Rerata (Means followed by different letters within one soil parameter differ significantly (P<0.05) as established by the LSD- test

24 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kegiatan revegetasi yang dilakukan di lahan bekas tambang telah berpengaruh nyata terhadap beberapa sifat kimia tanah, khususnya pada horizon-a dengan kedalaman 0-10 cm. Beberapa sifat kimia tanah yang menunjukkan perbedaan nyata adalah ph, C-organik, P-tersedia, K-tersedia, kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), dan Kejenuhan Al, sedangkan sifat kimia tanah yang tidak menunjukkan Ishak perbedaan Yassir nyata adalah N-total.

25 PERKEMBANGAN VEGETASI kontrol 3 tahun 5 tahun Ishak Yassir 3 tahun

26 LESSONS LEARNT Vitex pinnata, Vernonia arborea, Schima willachii, Macaranga sp., dan Syzigium sp. dan beberapa jenis lainnya adalah jenis-jenis potensial yang perlu dikembangkan untuk mendukung kegiatan rehabilitasi lahan pascatambang karena selain adaptif, jenis-jenis tersebut juga memiliki kemampuan berasosiasi dengan cendawan mikoriza arbuskula (CMA). Selain itu, pemilihan jenis-jenis pohon buah yang cepat tumbuh juga sangat penting karena kehadiran pohon buah tersebut diharapkan akan menjadi daya tarik bagi vektor pembawa benih juga satwaliar lainnya. Hasil uji coba penanaman menunjukkan pula bahwa beberapa jenis seperti Vitex pinnata, Syzygium sp., dan Ficus sp., memberikan respon pertumbuhan diameter dan tinggi serta persentase hidup yang relatif baik di lapangan. Ishak Yassir Konsep synergy with nature based on learn by nature perlu terus dikembangkan didalam Presented mendukung at: keberhasilan International rehabilitasi Conference lahan on bekas Restoring tambang Forests (agar for efektif dan efisien). Diperlukan bukan hanya sekedar tahu, tapi lebih banyak melakukan- Komitmen, kerja keras dan inovasi.

27 Sebagai penutup, mengutip kalimat Dr. Seuss dalam bukunya si Lorax yang menyebutkan bahwa: Alam memang harus kita jaga dan cintai, karena kalau kita salah kelola, alam akan berbalik menyusahkan kita semua. Kerusakan lingkungan telah terbukti mendatangkan bencana dimana-mana.. KECUALI ADA yang peduli dan bernurani yang membuat perubahan dan perbaikan. Bila tidak maka keadaan tidak akan Ishak menjadi Yassir baik. Tidak akan pernah. Terima Presented Kasih at: International Conference on Restoring Forests for

28 Kontrol 1 tahun A-horizon Rerata 1) sd 2) Rerata sd ph (H 2 O) 3.84a a 0.14 C-organik (%) 0.64a a 0.01 N-total (%) P-tersedia (ppm) 0.43a a 0.32 K-tersedia (ppm) 67.7a a KTK (meq/100 g) 7.86d bc 0.41 Kejenuhan Basa (%) 10.2a a 3.61 Kejenuhan Al (%) 73.8d d 6.25 FeS

BERBAGI PENGALAMAN DAN HASIL PENELITIAN! BERSENERGI DENGAN ALAM! UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN KEGIATAN REHABILITASI DAN RESTORASI! Ishak Yassir!

BERBAGI PENGALAMAN DAN HASIL PENELITIAN! BERSENERGI DENGAN ALAM! UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN KEGIATAN REHABILITASI DAN RESTORASI! Ishak Yassir! BERBAGI PENGALAMAN DAN HASIL PENELITIAN BERSENERGI DENGAN ALAM UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN KEGIATAN REHABILITASI DAN RESTORASI Ishak Yassir BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM SAMBOJA-KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN JENIS LOKAL PADA LAHAN REKLAMASI TAMBANG DI TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

PERTUMBUHAN TANAMAN JENIS LOKAL PADA LAHAN REKLAMASI TAMBANG DI TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR PERTUMBUHAN TANAMAN JENIS LOKAL PADA LAHAN REKLAMASI TAMBANG DI TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR Ardiyanto Wahyu Nugroho 1, Burhanuddin Adman 1, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN UJI COBA JENIS LOKAL UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN REHABILITASI LAHAN PASCATAMBANG

IDENTIFIKASI DAN UJI COBA JENIS LOKAL UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN REHABILITASI LAHAN PASCATAMBANG IDENTIFIKASI DAN UJI COBA JENIS LOKAL UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN REHABILITASI LAHAN PASCATAMBANG Ishak Yassir 1, Septina Asih Widuri 1, Ardiyanto Wahyu Nugroho 1 Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber

Lebih terperinci

1. PENGANTAR. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang, 11 September 2012

1. PENGANTAR. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang, 11 September 2012 PEMILIHAN JENIS POHON LOKAL CEPAT TUMBUH UNTUK PEMULIHAN LINGKUNGAN LAHAN PASCATAMBANG BATUBARA (STUDI KASUS DI PT. SINGLURUS PRATAMA, KALIMANTAN TIMUR) Burhanuddin Adman 1,*, Boedi Hendrarto 2 dan Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat potensial. Penambangan telah menjadi kontributor terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia selama lebih

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI DI BAWAH TEGAKAN Dyera lowii Hook.f. DI AREAL REHABILITASI LAHAN GAMBUT DESA LUNUK RAMBA, KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS VEGETASI DI BAWAH TEGAKAN Dyera lowii Hook.f. DI AREAL REHABILITASI LAHAN GAMBUT DESA LUNUK RAMBA, KALIMANTAN TENGAH ANALISIS VEGETASI DI BAWAH TEGAKAN Dyera lowii Hook.f. DI AREAL REHABILITASI LAHAN GAMBUT DESA LUNUK RAMBA, KALIMANTAN TENGAH Bina Swasta Sitepu 1 Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous

I. PENDAHULUAN. Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous species (spesies asli) yang cepat tumbuh (fast growing species) (Muslimin dan Lukman,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kegiatan penambangan telah meningkatkan isu kerusakan lingkungan dan konsekuensi serius terhadap lingkungan lokal maupun global. Dampak penambangan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

PROSIDING. SEMINAR HASIL-HASIL PENELITIAN REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG: ASPEK KEBIJAKAN, KONSERVASI DAN TEKNOLOGI" Balikpapan, 27 November 2013

PROSIDING. SEMINAR HASIL-HASIL PENELITIAN REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG: ASPEK KEBIJAKAN, KONSERVASI DAN TEKNOLOGI Balikpapan, 27 November 2013 PROSIDING SEMINAR HASIL-HASIL PENELITIAN REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG: ASPEK KEBIJAKAN, KONSERVASI DAN TEKNOLOGI" Balikpapan, 27 November 2013 Terbit Tahun 2015 Penanggungjawab : Ahmad Gadang Pamungkas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor pada bidang ekonomi dan telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian nasional. Berdirinya

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG ASEUPAN

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG ASEUPAN BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG ASEUPAN A. Struktur dan Komposisi Jenis Kategori Pohon (DBH 10 cm) Untuk memberikan gambaran ekologi dan penutupan kawasan hutan alam di kawasan Gunung Aseupan, maka pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat sebesar 11,78 persen menyumbang terhadap Pendapatan Domestik Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat sebesar 11,78 persen menyumbang terhadap Pendapatan Domestik Bruto BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam mineral dan bahan tambang yang berperan cukup penting dalam menyumbang penerimaan negara. Tercatat sebesar 11,78 persen

Lebih terperinci

PENELITIAN EKOLOGI JENIS DURIAN (Durio spp.) DI DESA INTUH LINGAU, KALIMANTAN TIMUR

PENELITIAN EKOLOGI JENIS DURIAN (Durio spp.) DI DESA INTUH LINGAU, KALIMANTAN TIMUR J. Tek. Ling. Vol. 8 No. 3 Hal. 211-216 Jakarta, September 2007 ISSN 1441-318X PENELITIAN EKOLOGI JENIS DURIAN (Durio spp.) DI DESA INTUH LINGAU, KALIMANTAN TIMUR Muhammad Mansur Peneliti di Bidang Botani,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Perubahan bentang alam sebagai dampak pertambangan

Perubahan bentang alam sebagai dampak pertambangan Tropenbos International Indonesia Programme TBI INDONESIA Perubahan bentang alam sebagai dampak pertambangan Reklamasi dengan pendekatan bentang alam Petrus Gunarso, PhD Bukit Bangkirai, Samboja 4 Desember

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm. 14-19 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba Roxb Miq) PADA MEDIA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan progresif yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan progresif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan progresif yang berkelanjutan (sustained progressive change) untuk mempertahankan kepentingan individu atau komunitas melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Luas dan Letak PT Berau Coal merupakan perusahaan tambang batubara yang secara administratif wilayah kerjanya terletak di Kecamatan Gunung Tabur dan Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak

I. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan adalah bagian dari kegiatan pembangunan ekonomi yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat menjamin kehidupan di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produksi tanaman sangat mungkin dilakukan mengingat luasnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produksi tanaman sangat mungkin dilakukan mengingat luasnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan produksi dan produktivitas dalam bidang pertanian dapat dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Ekstensifikasi tidak selalu melakukan pembukaan

Lebih terperinci

Association of Akar Kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) with Potential To Drugs at Samboja, East Kalimantan

Association of Akar Kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) with Potential To Drugs at Samboja, East Kalimantan Association of Akar Kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) with Potential To Drugs at Samboja, East Kalimantan Noorcahyati, dkk.: Asosiasi Akar Kuning (Fibraurea Tinctoria Lour.)...(4): 232-239 Salah satu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG Muhammad Syukur Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : msyukur1973@yahoo.co.id ABSTRAKS:

Lebih terperinci

ASOSIASI AKAR KUNING (Fibraurea tinctoria Lour.) DENGAN TUMBUHAN BERPOTENSI OBAT DI SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR

ASOSIASI AKAR KUNING (Fibraurea tinctoria Lour.) DENGAN TUMBUHAN BERPOTENSI OBAT DI SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 3 November 2016 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992 ASOSIASI AKAR KUNING (Fibraurea tinctoria Lour.) DENGAN TUMBUHAN BERPOTENSI OBAT DI SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena adanya beberapa faktor pembatas seperti topografi yang miring, dominasi bahan induk, kandungan unsur

Lebih terperinci

Pertumbuhan Laban (Vitex pinnata) dengan Perlakuan Asam Humat dan Kompos di Lahan Pascatambang Batubara, PT Singlurus Pratama, Kalimantan Timur

Pertumbuhan Laban (Vitex pinnata) dengan Perlakuan Asam Humat dan Kompos di Lahan Pascatambang Batubara, PT Singlurus Pratama, Kalimantan Timur Pertumbuhan Laban (Vitex pinnata) dengan Perlakuan Asam Humat dan Kompos di Lahan Pascatambang Batubara, PT Singlurus Pratama, Kalimantan Timur Oleh: Septina Asih Widuri dan Ishak Yassir Balai Penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna (Syarifuddin, 2011). Menurut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Bangka yang memiliki luas daratan 1160000 ha (PPTA 1996), sebagian besar terdiri atas dataran rendah dengan beberapa bukit dengan perbedaan iklim yang relatif kecil (Faber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah, kesatuan ruang dengan semua benda, daya, mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah, kesatuan ruang dengan semua benda, daya, mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup adalah, kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

Lebih terperinci

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi Oleh Bastoni dan Tim Peneliti Balai Litbang LHK Palembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi aktif yang terdapat di Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG 1-8 REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG Agusni Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Almuslim Email: aisyahraja2017@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Wahyu Catur Adinugroho Ismed Syahbani Mardi T.Rengku Zainal Arifin Mukhaidil

Wahyu Catur Adinugroho Ismed Syahbani Mardi T.Rengku Zainal Arifin Mukhaidil Wahyu Catur Adinugroho Ismed Syahbani Mardi T.Rengku Zainal Arifin Mukhaidil KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu global yang paling banyak dibicarakan saat ini adalah penurunan kualitas lingkungan dan perubahan iklim yang salah satu penyebabnya oleh deforestasi dan degradasi

Lebih terperinci

PERSAMAAN ALOMETRIK BIOMASSA DAN FAKTOR EXPANSI BIOMASSA VEGETASI HUTAN SEKUNDER BEKAS KEBAKARAN DI PT. INHUTANI I BATU AMPAR, KALIMANTAN TIMUR

PERSAMAAN ALOMETRIK BIOMASSA DAN FAKTOR EXPANSI BIOMASSA VEGETASI HUTAN SEKUNDER BEKAS KEBAKARAN DI PT. INHUTANI I BATU AMPAR, KALIMANTAN TIMUR PERSAMAAN ALOMETRIK BIOMASSA DAN FAKTOR EXPANSI BIOMASSA VEGETASI HUTAN SEKUNDER BEKAS KEBAKARAN DI PT. INHUTANI I BATU AMPAR, KALIMANTAN TIMUR [Biomass Allometric Equation and Biomass Expansion Factor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa negara. Deposit batubara

Lebih terperinci

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono ABSTRAK Erupsi Gunung Merapi telah menghasilkan sekitar

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI (Shorea spp.) PADA AREAL PMUMHM DI IUPHHK PT. ITCI Kartika Utama KALIMANTAN TIMUR YULI AKHIARNI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebaran luas lahan gambut di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 20,6 juta hektar, yang berarti sekitar 50% luas gambut tropika atau sekitar 10,8% dari luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan dengan manusia di muka bumi. Hutan menjadi pemenuhan kebutuhan manusia dan memiliki fungsi sebagai penyangga

Lebih terperinci

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 6, Nomor 1, Januari 2014 Hal. 26-37 Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TAHURA Bukit Soeharto merupakan salah satu kawasan konservasi yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara dengan luasan 61.850 ha. Undang-Undang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Bangka merupakan penghasil utama timah di Indonesia. Kegiatan pertambangan timah selain memberikan keuntungan juga dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem alam berupa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III LAMPIRAN Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel Kontrol 0-20 0.12 0.25 0.94 20-40 0.34 0.41 0.57 40-60 0.39 0.45 0.50 60-80 0.28 0.39 0.57 80-100 0.23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG

TEKNOLOGI BUDIDAYA LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG 110 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 TEKNOLOGI BUDIDAYA LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG Yulius Ferry dan Kurnia Dewi Sasmita Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri ABSTRAK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI 9/1/1 PEMULIHAN ALAMI HUTAN GAMBUT PASKA KEBAKARAN: OPTIMISME DALAM KONSERVASI CADANGAN KARBON PENDAHULUAN EKOSISTEM HUTAN GAMBUT OLEH: I WAYAN SUSI DHARMAWAN Disampaikan pada acara Diskusi Ilmiah lingkup

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia. Luas kawasan hutan di Indonesia saat ini mencapai 120,35 juta ha. Tujuh belas persen

Lebih terperinci

TEKNIK KEBERHASILAN REKLAMASI DAN PENUTUPAN TAMBANG: Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang untuk Tujuan Revegetasi 1.

TEKNIK KEBERHASILAN REKLAMASI DAN PENUTUPAN TAMBANG: Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang untuk Tujuan Revegetasi 1. TEKNIK KEBERHASILAN REKLAMASI DAN PENUTUPAN TAMBANG: Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang untuk Tujuan Revegetasi 1 Iskandar Staf pengajar Dept. Ilmu Tanah & Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI Rima Purnamayani, Jon Hendri, Hendri Purnama, Busyra, Nur Imdah, Salam Lubis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi www.jambi.litbang.pertanian.go.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem tambang terbuka (open pit mining) dengan teknik back filling. Sistem ini merupakan metode konvensional

Lebih terperinci

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk 122 VI. PEMBAHASAN UMUM Perluasan TNGH (40.000 ha) menjadi TNGHS (113.357 ha) terjadi atas dasar perkembangan kondisi kawasan disekitar TNGH, terutama kawasan hutan lindung Gunung Salak dan Gunung Endut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambangan batubara menjadi salah satu gangguan antropogenik terhadap ekosistem hutan tropis yang dapat berakibat terhadap degradasi dan kerusakan lahan secara drastis.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Deforestasi atau kerusakan hutan di Indonesia saat ini sudah sangat memprihatinkan, Menurut Badan Planologi Kehutanan (2005), selama lima tahun terakhir laju kemsakan hutan tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMBENAH TANAH TERHADAP POPULASI BAKTERI PADA LAHAN SAWAH BEKAS TAMBANG TIMAH YANG DITANAMI PADI

PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMBENAH TANAH TERHADAP POPULASI BAKTERI PADA LAHAN SAWAH BEKAS TAMBANG TIMAH YANG DITANAMI PADI PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMBENAH TANAH TERHADAP POPULASI BAKTERI PADA LAHAN SAWAH BEKAS TAMBANG TIMAH YANG DITANAMI PADI Jati Purwani, Deddy Erfandi dan Ishak Juarsah Balai Penelitian Tanah Jalan Tentara

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 8. KTK (me/100 g) 30,40 Tinggi - 9. C-organik (%) 12,42 Sangat Tinggi - 10. N-Total (%) 0,95 Sangat Tinggi - 11. P-tersedia (ppm) 34,14 Tinggi - 12. C/N 13,07 Sedang - * Dianalisis di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini PENDAHULUAN Latar Belakang Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini terkait dengan aspek ketahanan pangan dan kualitas lingkungan. Degradasi tanah menyebabkan penurunan LQ (land quality

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahan kritis merupakan lahan yang kemampuan tanahnya telah mengalami atau dalam proses kerusakan yang telah atau akan membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra

UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra Latar Belakang Lava G.Batur batuan vulkanis beku dan pasir kesuburan rendah (kritis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI. Tujuan

PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI. Tujuan PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI Oleh : Heru Dwi Riyanto dan Gunardjo Tjakrawarsa Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, P. falciparum, maupun P. malariae. Hampir

PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, P. falciparum, maupun P. malariae. Hampir 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang mengancam hampir di 100 negara yang ada di dunia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, P. falciparum, maupun P. malariae. Hampir setiap

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PT KALTIM PRIMA COAL

IV. KONDISI UMUM PT KALTIM PRIMA COAL IV. KONDISI UMUM PT KALTIM PRIMA COAL 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di areal reklamasi PT Kaltim Prima Coal (PT. KPC). PT Kaltim Prima Coal beroperasi dalam wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal LAMPIRAN 45 46 Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal No Sifat Kimia Tanah Nilai Keterangan 1 ph (H 2 O) 4,59 Masam 2 Bahan Organik C-Organik (%) 1,22 Rendah

Lebih terperinci

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU Ni Wayan Suryawardhani a, Atiek Iriany b, Aniek Iriany c, Agus Dwi Sulistyono d a. Department of Statistics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Brawijaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ekosistem mangrove di dunia saat ini diperkirakan tersisa 17 juta ha. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al, 1998), yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik sumberdaya alam yang dapat diperbaharui maupun sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpulkan bisa berupa data primer maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial ekonomi (Munandar, 1995). Lahan kritis dapat menyebabkan d atangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial ekonomi (Munandar, 1995). Lahan kritis dapat menyebabkan d atangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan Kritis adalah lahan yang mengalamai proses kerusakan fisik, kimia, atau biologi yang akhirnya dapat membahayakan fungsi hidrologi serta kehidupan sosial ekonomi

Lebih terperinci

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri. Restorasi Organik Lahan Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri Ex-Tambang Restorasi Perubahan fungsi lahan pada suatu daerah untuk pertambangan,

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 48 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA UNTUK KEGIATAN PENANAMAN MASSAL DALAM RANGKA PROGRAM GREEN SCHOOL

Lebih terperinci

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA Antung Deddy Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

PERAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA KUALITAS PENGELOLAAN LAHAN

PERAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA KUALITAS PENGELOLAAN LAHAN PERAN BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA KUALITAS PENGELOLAAN LAHAN Rudi Hilmanto Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jln. Soemantri Brojonegoro No. Bandar Lampung 545 e-mail:

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci