BAB I PENDAHULUAN. Tercatat sebesar 11,78 persen menyumbang terhadap Pendapatan Domestik Bruto
|
|
- Fanny Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam mineral dan bahan tambang yang berperan cukup penting dalam menyumbang penerimaan negara. Tercatat sebesar 11,78 persen menyumbang terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) melalui sektor pertambangan (Anonim, 2013). Salah satu bahan tambang yang sekarang berada pada posisi strategis adalah batubara dengan total cadangan sebesar 21,131 miliar ton dari total sumberdaya sebesar 105,187 miliar ton (Badan Geologi KESDM, 2011 dalam Anonim, 2012). Penggunaan batubara di Indonesia meningkat secara signifikan dari 13,2 juta ton pada tahun 1997 menjadi 45,3 juta ton tahun 2007 untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya sebagai sumber energi bagi PLTU, industri dan rumah tangga. Oleh karenanya kapasitas produksi batubara melalui pertambangan ditingkatkan dari 77 juta ton pada tahun 2000 menjadi 466,307 juta ton pada tahun 2012 (Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, 2011 dalam Anonim, 2012; Iswanto, 2013). Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 mencatat adanya pertumbuhan yang cukup signifikan dari produksi batubara Indonesia selama periode tahun yaitu sebesar 14,45 persen per tahun (Iswanto, 2013). Penambangan telah menjadi kontributor terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia selama lebih dari 30 tahun (Manaf, 2009 dalam Agus et al., 2014). Terdapat 833 kegiatan penambangan di Indonesia, dengan total luasan 36 juta ha, termasuk kegiatan penambangan secara 1
2 terbuka, sehingga hal ini berkintribusi terhadap degradasi hutan dan lahan di Indonesia. Eksploitasi batubara dapat dilakukan melalui tambang permukaan dan tambang bawah tanah, tergantung dengan letak geologi deposit batubara yang ada (Ussiri et al, 2014). Di Indonesia, letak geologi deposit batubara pada umumnya berada di dekat permukaan tanah oleh karenanya eksploitasinya menggunakan cara penambangan permukaan. Ekploitasi batubara permukaan menggunakan teknik penambangan terbuka (open pit minning) dan penimbunan kembali (back filling), dan penimbunan kembali (back filling), dan ini dianggap sebagai suatu cara yang aman dan ekonomis (Widyati, 2009). Teknik penambangan terbuka adalah suatu upaya penambangan yang dilakukan dengan cara membuka areal bervegetasi, mengupas lapisan tanah penutup serta membongkar dan memindahkan material tanah sehingga deposit bahan tambang dapat dieksploitasi. Sistem ini merupakan metode konvensional kombinasi dari penggunaan excavator shovel dan truk. Teknik penimbunan kembali adalah suatu upaya penutupan pasca lubang tambang yang telah selesai dieksploitasi dengan cara menimbun kembali menggunakan material tanah. PT. Berau Coal di Kalimantan Timur adalah salah satu perusahaan tambang batubara yang menggunakan sistem tambang terbuka. Dalam proses penambangan tentu saja menimbulkan kerusakan pada area penambangan maupun pada lingkungan di sekitarnya. Teknik penambangan terbuka menyebabkan banyak pembukaan lahan bervegetasi (deforestasi) seiring dengan peningkatan produksi tambang batubara (Widyati, 2009). Deforestasi tersebut selanjutnya akan 2
3 berakibat terjadinya banyak lahan-lahan terdegradasi (degraded land) yang derelict yaitu lahan dengan kondisi landform tidak stabil, tingkat erosi dan sedimentasi yang tinggi, sangat terbatasnya kandungan air dan unsur hara, serta tidak ada lagi atau sedikit sekali top soil dan sub soil (Puspaningsih et al, 2010). Tercatat sebesar 1,3 juta ha lahan telah terdegradasi akibat penambangan batubara secara terbuka (Widyati, 2008) yang tersebar di berbagai titik penghasil batubara di beberapa pulau di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Degradasi lahan merupakan sebuah proses yang diakibatkan oleh ulah manusia atau alam yang berdampak negatif terhadap kapasitas lahan untuk dapat berfungsi secara efektif di dalam suatu ekosistem (Nawir, 2008). Masalah pertumbuhan tanaman dalam upaya rehabilitasi biasanya terjadi di lahan yang rusak atau marginal. Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki kualitas rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu. Idonesia merupakan bagian dari ekosistem tropika basah yang tergolong sangat rentan terhadap degradasi jika pengelolaannya tidak tepat. Kegiatan pertambangan batubara merupakan suatu kegiatan yang potensial di Indoneisa dan tidak dapat dipisahkan dari sistem ekonomi nasional. Kegiatan ini mempunyai dua sisi yang berbeda, yaitu sumber ekonomi atau sebagai sumber penyebab rusaknya lingkungan. Tanah pasca tambang batubara menjadi tidak dapat ditanami dan dapat menimbulkan resiko bencana alam serta bentuk degradasi lingkungan lainnya (Siregar, 2009). Agar perekonomian dan lingkungan tetap dapat berjalan secara seimbang pemanfaatan batubara harus diimbangi dengan rehabilitasi secara optimal dan 3
4 lestari, oleh karena itu degradasi lahan harus diminimalkan. Hal ini dapat dimulai dengan perbaikan sifat kimia, fisik dan biologi tanah sebagai media pertumbuhan. Untuk menunjang keberhasilan rehabilitasi pemberian bahan organik dalam bentuk pot dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, di antaranya yaitu meningkatkan aktivitas mikroba (Andriani, 2009). Selain itu pemanfaatan mikroorganisme seperti ektomikoriza yang bersimbiosis mutualisme dengan tanaman kehutanan juga dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Kemampuan mikroorganisme dalam mendekomposisi polutan telah banyak dicoba secara luas baik berupa bakteri dan jamur. Imanudin (2010) menyatakan bahwa logam berat banyak terdapat di lahan pasca tambang dan berbahaya bagi manusia karena mencemari lingkungan, sehingga dengan memanfaatkan mikroorganisme yang mampu mengurainya upaya pencegahan degradasi lahan atau pencemaran lingkungan dapat dilakukan. Reklamasi merupakan satu kegiatan untuk mempersiapkan lahan pasca tambang atau lahan terbuka untuk dapat digunakan kembali setelah kegiatan penambangan. Reklamasi harus sudah diperhitungkan pada lahan terdegradasi seperti dalam kegiatan pasca tambang, sehingga areal pasca penambangan tidak ditinggalkan begitu saja dalam keadaan rusak (Ernawati, 2008). Tujuan akhir rencana reklamasi adalah untuk menyakinkan bahwa lahan pasca tambang dikembalikan pada penggunaan yang produktif (Kartosudjono, 1994). Salah satu tujuan utama reklamasi adalah pemulihan lahan yang terganggu karena berbagai aktivitas pertambangan. Perencanaan reklamasi perlu dikaitkan dengan rencana tata guna lahan. Bentuk reklamasi salah satunya dengan revegetasi yang memiliki 4
5 tujuan untuk menciptakan penutupan lahan oleh vegetasi yang mapan (established). Pemilihan jenis tanaman sebelum dilakukan revegetasi juga akan menentukan keberhasilan reklamasi. Fungsi kegiatan revegetasi adalah mempercepat proses suksesi dengan cara menanam jenis tanaman tertentu secara berurutan seperti halnya yang terjadi pada suksesi alami (Rahmawaty, 2002). Salah satu upaya untuk mengembalikan lahan yang terdegradasi adalah dengan memodifikasi lahan sebagai tempat tumbuh tanaman. Upaya perbaikan lahan pasca tambang batubara mungkin telah banyak dilakukan masyarakat dan pemerintah, seperti penanaman sejumlah pohon akasia, meranti, jabon, sengon dan jenis tanaman lainya, namun upaya tersebut sebaiknya ditambahkan dengan alternatif lain. Beberapa strategi altenatif yang efektif dan ramah lingkungan yang dapat mendukung usaha modifikasi lahan diperlukan yaitu dengan aplikasi teknologi pot organik dan mikroba tanah dengan memanfaatkan ektomikoriza. Perbaikan tapak dapat dilakukan dengan penambahan amelioran seperti bahan organik dan jamur ektomikoriza. Salah satu metode untuk mengembalikan kondisi lingkungan dengan mengeliminasi kontaminan yaitu pemanfaatan mikroorganisme seperti fungi atau jamur yang ramah lingkungan (Widyati, 2007). Selain itu bahan organik dengan hasil akhir dekomposisi berupa humus dapat meningkatkan kesuburan fisik dan kimia tanah. Humus mempunyai sifat dapat meningkatkan kemampuan mengikat air dan meningkatkan granulasi (pembutiran) agregat sehingga agregat tanah lebih mantap. Agregasi tanah yang baik akan menjamin tata udara dan air yang baik pula sehingga aktivitas organisme dapat berlangsung dengan baik dan meningkatkan ketersediaan unsur hara. Selain itu, 5
6 kemampuan tanah untuk menahan air yang relatif lama akan memengaruhi suhu dan kelembaban di sekitar daerah perakaran sehingga bagian akar terutama ujung akar dan bulu akar akan mampu berkembang dengan baik dan berfungsi optimal. Penambahan amelioran (bahan organik) dibuat dalam suatu media cetak (pot organik) dan digunakan sebagai media tanam. Media cetak dapat menyediakan tapak awal yang mendukung perkembangan perakaran tanaman dengan cepat (Sumardi, 2008). Pemilihan jenis tanaman merupakan tahap yang penting dalam kegiatan revegetasi lahan pasca tambang batubara karena bertujuan untuk memilih jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan yang akan direvegetasi. Beberapa jenis eksotik atau non lokal seperti akasia, dan sengon dipilih karena sifat pertumbuhannya yang unggul pada lahan kritis dan telah dipergunakan secara luas untuk revegetasi lahan pascatambang batubara. Revegetasi di PT. Berau Coal diawali dengan penebaran benih tanaman penutup tanah (LCC=Legume Cover Crop), untuk melindungi tanah dari bahaya erosi dan suplai bahan organik. Selanjutnya dilakukan penanaman tanaman pionir/ tanaman keras khususnya jenis yang cepat tumbuh seperti sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W.Grimes), akasia (Acacia mangium Willd.) dan Johar (Cassia siamea Lamk.). Setelah tegakan tanaman pionir berumur di atas 5 tahun, pada lahan tersebut kemudian ditanami pengayaan tanaman komersial sesuai dengan tanaman pada rona awal misalnya meranti. Lahan pasca tambang perlu segera direklamasi dan direvegetasi untuk mengembalikan ekosistem dan iklim mikro, kesuburan tanah serta fungsi 6
7 penyimpan air. Karakteristik lahan reklamasi adalah tempatnya terbuka, intensitas sinar tinggi, temperatur tinggi dan berfluktuasi ekstrem, ph rendah dan degradasi jumlah spesies baik flora, fauna maupun mikroorganisme tanah (Rahmawaty, 2002; Mursyidin, 2009). Karakteristik umum yang paling menonjol pada lahan pasca tambang batubara adalah lahan rusak berat yang mengakibatkan terjadinya erosi, lapisan tanah yang atas (top soil) tipis atau bahkan hilang, tanahnya padat dan sukar diolah, mempunyai struktur, tekstur, porositas dan bulk density yang tidak mendukung serta mempengaruhi perkembangan perakaran dan menganggu pertumbuhan tanaman. Karakteristik yang demikian menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat hidup pada lahan tersebut. Revegetasi diharapkan secepat mungkin keberhasilanya dapat tercapai, di antaranya yaitu dengan jenis tanaman yang memiliki nilai komersial yang tinggi, akan tetapi tetap mengikuti proses suksesi. Jenis dengan komersial tinggi yang sesuai di PT. Berau Coal dan sering digunakan adalah tanaman meranti, tetapi karena jenis meranti termasuk jenis suksesi akhir, maka pertumbuhanya perlu didukung oleh media tanam yang baik seperti penggunaan pot organik dan aplikasi jamur ektomikoriza. Penambahan amelioran dalam media cetak pot organik mampu memacu pembentukan sistem perakaran tanaman terutama selama periode awal penanaman karena akar dapat memanfaatkan air dan unsur hara yang ada dalam media. Setelah perakaran terbentuk dan berfungsi optimal maka tanaman mampu tumbuh dan berkembang dengan baik pada periode berikutnya. Pot organik dapat berfungsi sebagai media tumbuh yang baik, mampu menyimpan air, meredam panas, mengurangi evaporasi, menyediakan usur hara melalui dekomposisi pot 7
8 organik secara perlahan sesuai kebutuhan tanaman sehingga lengas (kelembaban), suhu, dan unsur hara bisa dipenuhi sebagai syarat kebutuhan hidup tanaman (Agus, 2012). Ditambahkan oleh Nugroho dan Sumardi (2010) bahwa bahan organik dalam bentuk pot organik bertujuan untuk mengatasi rendahnya lengas tanah dan rendahnya unsur hara. Teknologi pot organik yang dikombinasikan dengan inokulasi ektomikoriza diharapkan dapat membantu menyediakan unsurunsur hara yang dibutuhkan tanaman pada tapak pasca tambang batubara Rumusan Masalah Reklamasi lahan pasca tambang batubara tidak mudah untuk untuk dilakukan, karena rusaknya sifat-sifat tanah sebagai media tumbuh tanaman, baik secara fisik, kimia dan biologi akibat dari aktifitas pertambangan. Kondisi tanah pasca tambang batubara memiliki ph rendah, tingkat kelembaban rendah, penguapan air tinggi, dan kandungan bahan organik yang rendah, kapasitas tukar kation (KTK) rendah menjadi masalah dalam upaya rehabilitasi. Masalah yang berhubungan dengan sifat kimia tanah yang timbul adalah terangkatnya mineral tertentu seperti pirit (FeS 2 ) akibat aktivitas penambangan yang dapat mengakibatkan kemasaman tanah tinggi (Caruccio et al, 1981 dalam Qomariah, 2003). Kondisi tanah yang masam dapat menyebabkan beberapa unsur logam terlarut menjadi tercuci ke areal tambang sehingga mencemari perairan dan lahan di sekitar (Greene, 1988 ; Anonim, 1995 ; Anonim, 1999 dalam Qomariah, 2003). Rusaknya sifat-sifat tanah secara fisik, kimia dan biologi pada tanah pasca tambang batubara akan berdampak terhadap keberhasilan pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dengan perlakuan yang 8
9 dapat meningkatkan tapak sebagai media tumbuh tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Selain itu aplikasi lain untuk memperbaiki lahan pasca tambang batubara perlu dilakukan, misalnya dengan penambahan amelioran (bahan organik) dalam suatu media cetak yang dapat digunakan sebagai media tanam, sehingga menyediakan kondisi tapak awal yang mendukung perkembangan perakaran tanaman dengan cepat (Sumardi, 2008) dan pemanfaatan mikroorganisme yang bersimbiosis mutualisme seperti ektomikoriza (Mursyidin, 2009). Menurut Pfleger et al (1986) tumbuhan pada suksesi awal di lahan pasca tambang seringkali ditemukan tidak bermikoriza, oleh karenanya upaya revegetasi pada pola suksesi tersebut kurang berhasil karena masih rendahnya tingkat inokulum jamur mikoriza, sehingga untuk mencapai suksesi sekunder pada tanah pasca tambang batubara membutuhkan waktu yang cukup lama (Janos, 1992). Tanaman dapat hidup dan tumbuh dengan baik karena aplikasi pot organik sebagai sumber unsur hara dan penahan air serta aplikasi mikoriza untuk membantu penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah terutama unsur hara P, selain itu tanaman bermikoriza akan lebih resisten dari serangan penyakit. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah pemilihan jenis tanaman seperti meranti yang diketahui bersimbiosis dengan ektomikoriza dan dapat digunakan dalam rehabilitasi tanah pasca tambang batubara. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran jamur ektomikoriza dan pot organik dalam memperbaiki sifat-sifat tanah pasca tambang batubara dan meningkatkan pertumbuhan semai meranti pada tanah pasca tambang batubara. 9
10 I.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh tanah pasca tambang batubara terhadap pertumbuhan semai meranti umur 7 bulan. 2. Untuk mengetahui pengaruh aplikasi pot organik terhadap sifat tanah pasca tambang batubara (ph, C-Organik, N-Total, kapasitas tukar kation) dan pertumbuhan semai meranti umur 7 bulan. 3. Untuk mengetahui pengaruh ektomikoriza terhadap sifat tanah pasca tambang batubara (ph, C-Organik, N-Total, kapasitas tukar kation) dan pertumbuhan semai meranti umur 7 bulan. I.4. Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan informasi dan melengkapi data tentang pengaruh tanah pasca tambang batubara terhadap pertumbuhan semai meranti, khususnya dalam proses rehabilitasi. 2. Dapat memberikan informasi tentang pengaruh aplikasi pot organik terhadap sifat tanah pasca tambang batubara dan perannya dalam meningkatkan pertumbuhan semai meranti. 3. Dapat memberikan informasi dan melengkapi data tentang pengaruh ektomikoriza terhadap sifat tanah pasca tambang batubara dan pertumbuhan semai meranti. 10
11 1.5. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Tanah pasca tambang batubara berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai meranti. 2. Aplikasi pot organik berpengaruh nyata terhadap sifat tanah pasca tambang batubara (ph, C-Organik, N-Total, kapasitas tukar kation) dan pertumbuhan semai meranti. 3. Inokulasi ektomikoriza berpengaruh nyata terhadap sifat tanah pasca tambang batubara (ph, C-Organik, N-Total, kapasitas tukar kation) dan pertumbuhan semai meranti. 11
12 Peningkatan Pertumbuhan 1.6. Kerangka Pemikiran Kerangka penelitian yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada (Gambar 1). Tapak pasca tambang : ph rendah, KTK rendah, BOT rendah, toksisisitas logam berat (Pirit) Kendala Rehabilitasi Manipulasi Lingkungan Pertumbuhan Kegiatan Persemaian Output di Lapangan Pemilihan Jenis Tanaman Ameliorasi Tanah Mikrobia Mutualisme Meranti (S. selanica) Pot Organik Ektomikoriza Semai Adaptif di Lapangan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian. 12
BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat potensial. Penambangan telah menjadi kontributor terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia selama lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambangan batubara menjadi salah satu gangguan antropogenik terhadap ekosistem hutan tropis yang dapat berakibat terhadap degradasi dan kerusakan lahan secara drastis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di daerah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahan kritis merupakan lahan yang kemampuan tanahnya telah mengalami atau dalam proses kerusakan yang telah atau akan membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi
Lebih terperinciRestorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.
Restorasi Organik Lahan Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri Ex-Tambang Restorasi Perubahan fungsi lahan pada suatu daerah untuk pertambangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem tambang terbuka (open pit mining) dengan teknik back filling. Sistem ini merupakan metode konvensional
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa negara. Deposit batubara
Lebih terperinciREKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN
REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan adalah bagian dari kegiatan pembangunan ekonomi yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat menjamin kehidupan di masa yang akan datang.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan berbagai macam deposit mineral tambang yang melimpah, seperti batubara, nikel, emas, bauksit, besi, dan sebagainya. Kegiatan penambangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal
Lebih terperincidisinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor pada bidang ekonomi dan telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian nasional. Berdirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena adanya beberapa faktor pembatas seperti topografi yang miring, dominasi bahan induk, kandungan unsur
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Bangka yang memiliki luas daratan 1160000 ha (PPTA 1996), sebagian besar terdiri atas dataran rendah dengan beberapa bukit dengan perbedaan iklim yang relatif kecil (Faber
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )
PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH Oleh: Arif Nugroho (10712004) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi
Lebih terperinciA.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT
PENILAIAN TINGKAT KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PIT 2 PT. PIPIT MUTIARA JAYA DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA A.A Inung Arie Adnyano STTNAS Yogyakarta arie_adnyano@yahoo.com, ABSTRACT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor
II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya, manusia tidak dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia selalu mempengaruhi alam dalam pemanfaatan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam
Lebih terperinciMODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA
PKMM-1-6-2 MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA Rahmat Hidayat, M Indriastuti, F Syafrina, SD Arismawati, Babo Sembodo Jurusan Pengelolaan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas
Lebih terperinciBAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG
BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG A. Kondisi Lahan Bekas Tambang Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Batu
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan suatu ekosistem hutan yang sangat ideal dengan keanekaragaman hayatinya yang tinggi, mempunyai siklus hara yang tertutup, stratifikasi tajuk
Lebih terperinciINDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA
INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA Antung Deddy Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciL PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o;
L PEI\{DAITULUAIT 1.1 Latar Belakang Bahan tambang merupakan salah satu sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (amanat
Lebih terperinciII. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH
5 II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 2.1. Karakteristik tanah tropika basah Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas di kawasan tropika basah, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kegiatan penambangan telah meningkatkan isu kerusakan lingkungan dan konsekuensi serius terhadap lingkungan lokal maupun global. Dampak penambangan yang paling
Lebih terperinciDampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora
AMDAL (AGR77) Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Hidroorologis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).
TINJAUAN PUSTAKA Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman (Brundrett, 1991). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adalah sumber kehidupan karena hutan bukan hanya penopang kehidupan manusia namun juga hewan dan bahkan tumbuhan itu sendiri. Kelangsungan hutan terancam oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumberdaya alam tambang di kawasan hutan telah lama dilakukan dan kegiatan pertambangan dan energi merupakan sektor pembangunan penting bagi Indonesia.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun
Lebih terperinciKAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI Rima Purnamayani, Jon Hendri, Hendri Purnama, Busyra, Nur Imdah, Salam Lubis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi www.jambi.litbang.pertanian.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia yang terletak km di utara kota Yogyakarta. Gunungapi Merapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan salah satu gunung teraktif dan berbahaya di dunia yang terletak 25-30 km di utara kota Yogyakarta. Gunungapi Merapi umumnya memiliki periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah sumber daya mineralnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing
Lebih terperinciPENDAHULUAN. (Nicotiana tabacum L) merupakan tembakau yang terbaik di dunia dalam hal kualitas
PENDAHULUAN Latar Belakang Suatu kenyataan sejak dua abad yang lalu sampai saat ini, tembakau deli (Nicotiana tabacum L) merupakan tembakau yang terbaik di dunia dalam hal kualitas untuk bahan wrapper
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tragedi lumpur Lapindo Brantas terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar Desa Renokenongo (Wikipedia,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Kerusakan Lahan akibat Kegiatan Pertambangan Batubara. Sistem penambangan batubara di Indonesia umumnya dilaksanakan
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerusakan Lahan akibat Kegiatan Pertambangan Batubara Sistem penambangan batubara di Indonesia umumnya dilaksanakan dengan cara-cara tambang terbuka (open pit mining) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman pangan. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk menciptakan lingkungan yang baik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik sumberdaya alam yang dapat diperbaharui maupun sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu komoditas ekspor dari sektor perkebunan hortikutura. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai
Lebih terperinciMutiara Dewi P. Pertemuan 4
Mutiara Dewi P. Pertemuan 4 Ketika kita melakukan budidaya tanaman, faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tanaman? Genetika tan. Lingkungan: Air Udara Tanah : Sifat Fisik Kimia Bahan Mineral Bahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Usaha ekstensifikasi dilakukan dengan cara pembukaan lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan produksi tanaman sangat mungkin dilakukan mengingat luasnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan produksi dan produktivitas dalam bidang pertanian dapat dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Ekstensifikasi tidak selalu melakukan pembukaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah umumya tersusun oleh senyawa anorganik, senyawa organik, udara, air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing ekosistem mempunyai
Lebih terperinciSoal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)
Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanah disebut padat apabila porositas totalnya, terutama porositas yang terisi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemadatan tanah merupakan salah satu bentuk dari degradasi sifat fisik tanah. Tanah disebut padat apabila porositas totalnya, terutama porositas yang terisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinciIV. ORGANISME TANAH UNTUK PENGENDALIAN BAHAN ORGANIK TANAH
20 IV. ORGANISME TANAH UNTUK PENGENDALIAN BAHAN ORGANIK TANAH Bahan organik mempunyai peranan penting sebagai bahan pemicu kesuburan tanah, baik secara langsung sebagai pemasok hara bagi organisme autotrof
Lebih terperinciTEKNIK KEBERHASILAN REKLAMASI DAN PENUTUPAN TAMBANG: Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang untuk Tujuan Revegetasi 1.
TEKNIK KEBERHASILAN REKLAMASI DAN PENUTUPAN TAMBANG: Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang untuk Tujuan Revegetasi 1 Iskandar Staf pengajar Dept. Ilmu Tanah & Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Di Indonesia tanah jenis Ultisol cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan
Lebih terperinciPada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Pada awalnya, kedelai
Lebih terperinciREHABILITASI KERUSAKAN LAHAN AKIBAT KEGIATAN PERTAMBANGAN 1. Iskandar
REHABILITASI KERUSAKAN LAHAN AKIBAT KEGIATAN PERTAMBANGAN 1 Iskandar Staf pengajar Dept. Ilmu Tanah & Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, dan Peneliti pada Pusat Studi Reklamasi Tambang, LPPM IPB
Lebih terperinciPERAN KUALITAS LAHAN DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS DAN DAYA SAING PRODUK HORTIKULTURA
PERAN KUALITAS LAHAN DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS DAN DAYA SAING PRODUK HORTIKULTURA Prof. Benny Joy Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Pertanian Hortikultura Hortikultura merupakan komoditas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan sektor pertanian melalui peningkatan kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu upaya untuk memperkuat perekonomian
Lebih terperinci1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering
Lebih terperinciSTUDI TEKNIS REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG PT BERAU COAL, BERAU, KALIMANTAN TIMUR PROPOSAL KERJA PRAKTEK
STUDI TEKNIS REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG PT BERAU COAL, BERAU, KALIMANTAN TIMUR PROPOSAL KERJA PRAKTEK OLEH M. GHIBRAN ALIEF AKBAR D621 13 019 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras, sebagai bahan makanan ternak dan bahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Batu merupakan sentra penghasil apel di Indonesia. Lahan apel di Kota Batu seluas 2.993,89 Ha terpusat di Kecamatan Bumiaji yang tersebar di desa Tulungrejo, Sumbergondo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan pengembangan energi alternatif bioetanol sebagai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan tanaman sumber bahan pangan, kandungan karbohidrat pada umbi tanaman ini tinggi. Selain itu, ubikayu juga berpotensi sebagai bahan baku
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR
TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR Oleh : Sunarto Gunadi *) Abstrak Lahan pesisir sesuai dengan ciri-cirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapat dikategorikan tanah regosal seperti
Lebih terperinciDAMPAK KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TERHADAP KERUSAKAN TANAH 1) (Impact of forest and land fire on soil degradation) ABSTRACT PENDAHULUAN
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. IX No. 2 : 79-86 (2003) Artikel (Article) DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TERHADAP KERUSAKAN TANAH 1) (Impact of forest and land fire on soil degradation) BASUKI WASIS
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Manajemen Produksi Tanaman
5 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Produksi Tanaman Kajian penting dalam ilmu agronomi untuk meningkatkan produksi tanaman melalui beberapa strategi, yaitu perbaikan kualitas benih, rekayasa genetika, aplikasi
Lebih terperinciRencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ika Tri Novianti Siregar, Riko Suryanata, Indri Febriyanti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus
Lebih terperinci