Ahmad Agus Susanto dan Ridwan Zahdi Sjaaf. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ahmad Agus Susanto dan Ridwan Zahdi Sjaaf. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia"

Transkripsi

1 Identifikasi dan Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) Di Rumah Sakit Jantung Binawaluya Tahun 2014 Ahmad Agus Susanto dan Ridwan Zahdi Sjaaf Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini membahas tentang analisis risiko pada proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di Rumah Sakit Jantung Binawaluya Tahun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko dan tingkat risiko pada proses kegiatan tersebut. Metode identifikasi risiko menggunakan Task Risk Assesment, sedangkan untuk analisis risiko dilakukan dengan menggunakan metode analisis risiko semikuantitatif dengan kriteria penilaian risiko (consequence, likelihood, dan exposure). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode semi kuantitatif AS/NZS 4360:2004. Hasil analisis tingkat risiko yang didapatkan, yaitu risiko dengan tingkat risiko very high sebanyak 37, substantial sebanyak 2, priority 3 sebanyak 6. Saran yang dapat diberikan yaitu diperlukannya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit Jantung Binawaluya khususnya ruang Cathlab untuk membuat program keselamatan dan kesehatan kerja. Identification and analysis of Occupational safety and Health Risks In the process of Percutaneous Coronary Intervention (PCI) in Rumah Sakit Jantung Binawaluya 2014 Abstract This study discusses about risk analysis in Percutaneous Coronary Intervention (PCI) Process at Rumah Sakit Jantung Binawaluya in The purpose of this study was to determine the risk and level of risk in the PCI process. Risk identification method using the Task Risk Assesment, while for risk analysis is undertaken by semi-quantitative method that uses risk assessment criteria (consequence, likelihood, exposure). This study was a descriptive analytical study using semi-quantitative method AS/NZS 4360:2004. The results of the analysis of the obtained level of risk, is 37 risks to very high risk levels, 2 substantially risks, and 6 risks priority 3. Recommendation above this studi is to build safety and health management in Rumah Sakit Jantung Binawaluya, especially at Cathlab, by creating health and safety program. Key word: AS/NZS 4360:2004; Percutaneous Coronary Intervention (PCI); semi-quantitative risk analysis, Pendahuluan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. Kesehatan kerja (Occupational Health) merupakan bagian dari keselamatan dan kesehatan kerja (occupational safety and health) yang bertujuan agar pekerja selamat, sehat, produktif, sejahtera, dan berdaya saing kuat, dengan demikian produksi dapat

2 berjalan dan berkembang lancar berkesinambungan (suistanable development) tidak terganggu oleh kejadian kecelakaan maupun pekerja yang sakit atau tidak sehat yang menjadikannya tidak produktif. (Kurniawidjaja, 2010) Inti dari upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah manajemen risiko. Manajemen risiko diaplikasikan untuk mengidentifikasi hazard, menilai risiko dan memilih kebijakan yang tepat untuk mengendalikannya. Mengelola risiko dengan segala upaya baik bersifat teknik maupun administratif, agar risiko menjadi hilang atau minimal sampai ke tingkat yang dapat diabaikan karena tidak lagi membahayakan merupakan konsep dari manajemen risiko. (Kurniawidjaja, 2010) Proses pelaksanaan PCI dilakukan melalui akses perkutan dengan menggunakan suatu alat yang disebut jarum pembuka. Arteri yang telah terbuka dipasang sheath introducer untuk mempertahankan arteri tetap terbuka dan mengontrol perdarahan. Penyumbatan yang ada dalam pembuluh darah arteri koroner ditembus dengan menggunakan kawat tipis yang fleksibel yang disebut guiding wire. Proses ini dilakukan dengan posisi berdiri selama pelaksanaannya dan pada kasus-kasus yang sulit petugas membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menyelesaikannya. Selama proses tersebut petugas menggunakan x-ray untuk visualisasi langsung pembuluh darah koroner. (Elsasser, 2005) Berbagai macam potensi bahaya yang dapat menimbulkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang mungkin terjadi karena melibatkan berbagai macam alat-alat medis, dan banyaknya interaksi antara pekerja dengan peralatan pada proses pelaksanaanya. Namun, pada proses PCI ini belum ada kegiatan penilaian risiko. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penilaian risiko pada proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) guna mengetahui gambaran tingkat risiko pada kegiatan tersebut. Tinjauan Teoritis Bahaya Menurut OHSAS 18001, bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Bahaya juga merupakan sifat yang melekat yang menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Oleh sebab itu, diperlukan tindakan pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.

3 Risiko Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko juga selalu dihubungkan dengan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dan bersifat merugikan. Risiko diukur berdasarkan nilai likelihood dan consequences. Manajemen Risiko Menurut AS/NZS 4360:2004, manajemen risiko adalah Manajemen risiko merupakan bagian integral dari praktek manajemen yang baik dan merupakan elemen yang penting dalam tata kelola perusahaan yang baik. Ini merupakan suatu proses berulang yang bertahap. Ketika dilakukan secara berurutan, memungkinkan adanya peningkatan yang berkelanjutan dalam pengambilan keputusan dan memfasilitasi perbaikan yang berkelanjutan dalam kinerja. Gambar 1. Proses Manajemen Risiko AS/NZS 4360, 2004 Sumber: AS/NZS 4360, 2004 Percutaneous Coronary Intervention (PCI) Menurut Yahya (2010), Percutaneous Coronary Intervention (PCI) adalah suatu tindakan intervensi non bedah yang bertujuan melebarkan atau membuka sumbatan di arteri koroner dengan balon dan kebanyakan disertai pemasangan stent (disebut juga cincin ). Penyempitan penyumbatan tersebut terjadi karena plak atheroskelosis. PCI pada umumnya dikenal sebagai angioplasty koroner atau lebih sederhana disebut sebagai angioplasti.

4 Akses dimulai dari arteri femoralis pada kaki (atau yang lebih jarang menggunakan arteri radialis atau arteri brachialis pada lengan) dengan menggunakan suatu alat yang disebut jarum pembuka. Prosedur ini dinamakan akses perkutan. Sekali jarum sudah masuk, "sheath introducer" diletakkan pada jalan pembuka untuk mempertahankan arteri tetap terbuka dan mengontrol perdarahan. Melalui sheath introducer ini, "guiding catheter" dimasukkan. Ujung guiding catheter ditempatkan pada ujung arteri koroner. Dengan "guiding catheter", penanda radiopak diinjeksikan ke arteri koroner, hingga kondisi dan lokasi kelainan dapat diketahui. Selama visualisasi X ray, ahli jantung memperkirakan ukuran arteri koroner dan memilih ukuran balon kateter serta guide wire koroner yang sesuai. Guiding wire koroner adalah sebuah selang yang sangat tipis dengan ujung radio opak yang fleksibel yang kemudian dimasukkan melalui guiding cathether mencapai arteri koroner. Dengan visualisasi langsung, ahli jantung memandu kabel mencapai tempat terjadinya blokade. Ujung kabel kemudian dilewatkan menembus blokade. Setelah kabel berhasil melewati penyempitan, balon kateter dilekatkan di belakang kabel. Angioplasti kateter kemudian didorong ke depan sampai balon berada di dalam blokade. Kemudian baru balon dikembangkan dan akan mengkompresi atheromatous plak dan menekan arteri sehingga mengembang. Jika stent ada pada balon, maka stent diimplantkan (ditinggalkan pada tubuh) untuk mendukung arteri dari dalam agar tetap mengembang. (Elsasser, 2005) Metode Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan menggunakan metode semi kuantitatif berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004 yang diawali dengan proses identifasi bahaya dan risiko menggunakan metode Task Risk Assesment, kemudian melakukan analisis risiko dengan menentukan nilai consequence/konsekuensi, exposure/paparan dan probability/kemungkinan dari setiap risiko, nilai tersebut kemudian dihitung dan dibandingkan dengan standar level risiko untuk mendapatkan tingkatan risiko yang ada pada setiap proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di Rumah Sakit Jantung Binawaluya. Hasil Penelitian Proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap awal, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

5 PCI (Percutaneous Coronary Intervention) Tahap Awal 1. Memindahkan pasien 2. Pengukuran tanda-tanda vital 3. Menyiapkan peralatan Tahap Akhir 1. Melepaskan sheath 2. Fiskasi luka puncture 3. Merapikan peralatan 1. Desinfeksi radialis/femoralis 2. Anastesi radialis/femoralis 3. Puncture arteri radialis/femoralis 4. Masukkan sheath 5. Masukkan angiografi kateter 6. Kanulasi arteri koroner 7. Expose arteri koroner Tahap Pelaksanaan 8. Keluarkan angio kateter 9. Masukkan guide wire 10. Masukkan predilatasi balloon 11. Kembangkan balloon 12. Masukkan stent 13. Kembangkan stent 14. Keluarkan angio kateter Gambar 3. Bagan proses PCI Hasil identifikasi dan penilaian risiko pada proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) diantaranya terdapat : 1. Tingkat risiko Very High sebanyak 37, yang berasal dari risiko terpajan radiasi sinar x, terkena darah pasien, tertusuk, tergores dan trauma benda tajam. 2. Tingkat risiko Substansial sebanyak 2, yang berasal dari risiko muskuloskeletal disorder (MSDs) 3. Tingkat risiko priority 3 sebanyak 6, yang berasal dari risiko terjepi, trauma benda tajam, terkena dan terhirup alkohol/ betadine, terlindas roda dan kelelahan otot 2 6 Tingkat Risiko PCI 37 Very High Substantial Priority 3 Gambar 4. Tingkat risiko PCI

6 Pembahasan Berikut ini merupakan analisis dan pembahasan mengenai nilai consequence, exposure, dan likelihood pada setiap jenis risiko pada proses PCI serta rekomendasi pengendalian risiko yang penulis sarankan berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004, yaitu mengurangi kemungkinan terjadi (reduce likelihood), mengurangi konsekuensi kejadian (reduce consequences), dan pengalihan risiko kepada pihak lain (risk transfer). 1. Risiko muskuloskeletal disorder (MSDs) Risiko muskuloskeletal disorder (MSDs) memiliki tingkat risiko 150 dengan keterangan substansial dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan important (5) karena jika terjadi dapat mengakibatkan efek yang serius yaitu low back pain atau HNP yang memerlukan perawatan. Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena pekerjaan tersebut bisa dilakukan lebih dari sekali dalam sehari. Faktor likelihood dikategorikan likely (3), karena kejadian muskuloskeletal disorder (MSDs) tidak biasa terjadi, tetapi mungkin terjadi jika dilakukan berulang. Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan adjustable brankar dan kursi roda, namun saat observasi beberapa petugas membungkuk saat membuka pijakan kursi roda dan mengatur ketinggian brankar saat memindahkan pasien. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 5, exposure 10, likelihood 1, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 33,3% dengan nilai 50 (priority 3). 2. Risiko terlindas roda Risiko terlindas roda memiliki tingkat risiko 60 dengan keterangan Priority 3 dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan noticeable (1) karena jika terjadi dapat mengakibatkan luka-luka dan sakit ringan. Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena kegiatan memindahkan pasien dilakukan lebih dari satu kali dalam satu hari. Faktor likelihood dikategorikan unusual but possible (6) karena risiko terlindas roda dapat terjadi sebesar 50% jika petugas tidak mengunci kursi roda/ brankar atau kunci tidak berfungsi.

7 Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan sepatu, namun saat observasi terdapat beberapa kursi roda dengan pengunci roda yang tidak berfungsi sehingga memungkinkan risiko dapat terjadi. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 1, exposure 10, likelihood 3, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 50% dengan nilai 30 (priority 3). 3. Risiko kontak dengan cairan tubuh Risiko kontak dengan cairan tubuh pasien memiliki tingkat risiko 1500 dengan keterangan very high dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan noticeable (25) karena jika terjadi dapat mengakibatkan tertular penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena pengukuran TTV bisa lebih dari sekali dalam sehari. Faktor likelihood dikategorikan likely (6) risiko terkena cairan tubuh pasien terjadi sebesar 50%, karena dapat terjadi jika petugas tidak hati-hati saat melakukan pengukuran TTV atau tidak menggunakan APD. Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan karet, pemeriksaan HBsAg pada pasien sebelum PCI, pemeriksaan HBsAg dan vaksinasi hepatitis B pada petugas. namun saat observasi kadang-kadang petugas tidak menggunakan sarung tangan, pemeriksaan darah pada pasien tidak meliputi pemeriksaan HIV dan hepatitis C sehingga memungkinkan risiko dapat terjadi. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 25, exposure 10, likelihood 3, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 50% dengan nilai 750 (very high). 4. Risiko trauma benda tajam Risiko trauma benda tajam memiliki tingkat risiko 60 dengan keterangan priority 3 dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan noticeable (1) karena jika terjadi dapat mengakibatkan luka tusuk atau luka gores ringan Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena menyiapkan peralatan PCI terjadi lebih dari sekali dalam sehari. Faktor likelihood dikategorikan likely (6) risiko trauma benda tajam terjadi sebesar 50%, karena dapat terjadi jika petugas tidak hati-hati saat menyiapkan peralatan dan tidak menggunakan APD

8 Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan karet dan petugas yang sudah terlatih. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 1, exposure 10, likelihood 3, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 50% dengan nilai 30 (priority 3). 5. Risiko terkena dan terhirup alkohol/betadine Risiko terkena dan terhirup alkohol/betadine memiliki tingkat risiko 60 dengan keterangan priority 3 dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan noticeable (1) karena jika terjadi dapat mengakibatkan iritasi kulit, gangguan pernapasan dan alergi Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena menyiapkan peralatan PCI terjadi lebih dari sekali dalam sehari. Faktor likelihood dikategorikan likely (6) risiko terkena dan terhirup alkohol/betadine terjadi sebesar 50%, karena dapat terjadi jika petugas tidak hati-hati saat menyiapkan alkohol/betadine dan tidak menggunakan APD Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan karet dan masker, namun saat observasi kadangkadang petugas tidak menggunakannya, sehingga memungkinkan risiko dapat terjadi. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 1, exposure 10, likelihood 3, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 50% dengan nilai 30 (priority 3). 6. Risiko terjepit Risiko terjepit memiliki tingkat risiko 60 dengan keterangan priority 3, dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan noticeable (1) karena jika terjadi dapat mengakibatkan luka ringan Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena mendesinfeksi terjadi lebih dari sekali dalam sehari. Faktor likelihood dikategorikan likely (6) risiko terjepit terjadi sebesar 50%, karena dapat terjadi jika petugas tidak hati-hati saat melakukan desinfeksi dan tidak menggunakan APD Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan alat pelindung diri berupa surgical gloves, dan petugas yang terlatih. Berdasarkan hal

9 tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 1, exposure 10, likelihood 1, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 83,3% dengan nilai 10 (acceptable). 7. Risiko tertusuk Risiko tertusuk memiliki tingkat risiko 1500 dengan keterangan very high dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan very serious (25) karena jika terjadi dapat mengakibatkan luka ringan dan tertular penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C. Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena melakukan anastesi lebih dari sekali dalam sehari. Faktor likelihood dikategorikan likely (6) risiko tertusuk terjadi sebesar 50%, karena dapat terjadi jika petugas tidak hati-hati saat melakukan anastesi atau tidak menggunakan APD. Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan surgical gloves, petugas yang terlatih, pemeriksaan HBsAg pada pasien sebelum PCI, pemeriksaan HBsAg dan vaksinasi hepatitis B pada petugas. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 25, exposure 10, likelihood 3, sehingga hanya dapat menurunkan risiko sebesar 50% dengan nilai 750 (very high) karena belum adanya pemeriksaan HIV dan hepatitis C pada pasien sebelum tindakan sehingga konsenkuensi dari risiko tersebut belum bisa dikurangi. 8. Risiko terkena darah Risiko terkena darah memiliki tingkat risiko 1500 dengan keterangan very high dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan very serious (25) karena jika terjadi dapat mengakibatkan tertular penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C. Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena tindakan PCI bisa lebih dari sekali dalam sehari. Faktor likelihood dikategorikan likely (6) risiko terkena darah terjadi sebesar 50%, karena dapat terjadi jika petugas tidak hati-hati saat melakukan anastesi atau tidak menggunakan APD. Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan alat pelindung diri berupa surgical gloves, masker, baju operasi, sepatu, pemeriksaan HBsAg pada pasien sebelum PCI, pemeriksaan HBsAg dan vaksinasi hepatitis B pada petugas. Pada saat observasi PCI, kadang-kadang petugas hanya menggunakan

10 sandal saat bekerja, pemeriksaan darah pada pasien tidak meliputi pemeriksaan HIV dan hepatitis C sehingga memungkinkan risiko dapat terjadi. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 25, exposure 10, likelihood 3, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 50% dengan nilai 750 (very high). 9. Risiko terpajan radiasi sinar x Risiko terpajan radiasi sinar x memilki tingkat risiko 2500 dengan keterangan very high dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan very serious (25) karena jika terjadi dapat mengakibatkan efek deterministik dan efek stokastik. Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena kegiatan tersebut bisa dikerjakan lebih dari sekali dalam sehari. Faktor likelihood dikategorikan likely (6) risiko terpajan radiasi sinar x terjadi sebesar 50%, karena dapat jika petugas bekerja tidak sesuai SOP dan tidak menggunakan APD saat bekerja. Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan membuat ruang cathlab ke 2 yang memakai x-ray dosis rendah, apron, goggle, pelindung tiroid, barier, TLD, dosimeter, namun saat observasi kadang-kadang petugas tidak menggunakan goggle dan dosimeter. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 1, exposure 10, likelihood 10, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 96% dengan nilai 100 (substansial). 10. Risiko kelelahan otot Risiko kelelahan otot memiliki tingkat risiko 60 dengan keterangan priority 3 dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan noticeable (1) karena jika terjadi dapat mengakibatkan efek yaitu nyeri otot kaki, punggung dan leher. Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena pekerjaan tersebut bisa dilakukan lebih dari sekali dalam sehari Faktor likelihood dikategorikan likely (6), karena risiko kelelahan otot dapat terjadi sebesar 50% karena dilakukan berulang dan berdiri dalam waktu yang lama. Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan membatasi waktu tindakan. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 1, exposure 10, likelihood 3, sehingga dapat menurunkan risiko sebesar 50% dengan nilai 30 (priority 3).

11 11. Risiko trauma benda tajam Risiko trauma benda tajam memiliki tingkat risiko 1500 dengan keterangan very high dengan alasan penilaian sebagai berikut: Faktor consequence dikategorikan very serious (25)karena jika terjadi dapat mengakibatkan luka ringan dan tertular penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C. Faktor exposure dikategorikan continuosly (10) karena merapikan peralatan PCI dapat dilakukan lebih dari sekali dalam sehari. Faktor likelihood dikategorikan likely (6) risiko trauma benda tajam terjadi sebesar 50%, karena dapat terjadi jika petugas tidak hati-hati saat merapikan peralatan dan tidak menggunakan APD. Pengendalian bahaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan karet dan petugas yang sudah terlatih, pemeriksaan HBsAg pada pasien sebelum PCI, pemeriksaan HBsAg dan vaksinasi hepatitis B pada petugas. Berdasarkan hal tersebut pada existing level diperoleh nilai consequence 25, exposure 10, likelihood 3, sehingga hanya dapat menurunkan risiko sebesar 50% dengan nilai 750 (very high) karena belum adanya pemeriksaan HIV dan Hepatitis C pada pasien sebelum tindakan sehingga konsenkuensi dari risiko tersebut belum bisa dikurangi. Kesimpulan Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis risiko pada proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) di Rumah Sakit Jantung Binawaluya dapat disimpulkan bahwa secara umum dari seluruh kegiatan, risiko yang paling tinggi berasal dari bahaya fisik, yaitu risiko terpajan radiasi sinar x, risiko yang berasal dari bahaya biologi, yaitu terkena darah atau cairan tubuh pasien dan risiko yang berasal dari bahaya mekanik, yaitu tertusuk atau tergores. Potensi bahaya dan risiko lainnya yang terdapat pada proses PCI adalah bahaya ergonomi dengan risiko muskuloskeletal disorder, bahaya mekanik dengan risiko terjepit dan bahaya kimia dengan risiko terkena atau terhirup alkohol/betadine. Pengendalian yang sudah ada berupa upaya untuk mengurangi mengurangi kemungkinan terjadi (reduce likelihood) dengan melakukan engineering control, yaitu menggunakan x-ray radiasi rendah, memasang barrier atau tabir timbal (pb) penghalang radiasi sinar x dan pengggunan brankar adjustable.

12 Pengendalian risiko dengan pendekatan administratif yang telah dilakukan, yaitu SOP (Standard Operating Procedure), menyediakan Termoluminiscene Dosimeter (TLD) Badge, dosimeter, petugas terlatih, Saran Pengendalian utama yang sudah dilakukan untuk mengurangi risiko tinggi pada proses PCI salah satunya adalah dengan menyediakan dan menggunakan alat pelindung diri. Namun akan lebih baik jika beberapa pengendalian lain dapat diterapkan pada proses tersebut. Oleh karena itu, saran yang penulis berikan untuk dapat mengelola risiko yang ada pada proses Percutaneous Coronary Intervention (PCI) adalah sebagai berikut: 1. Perlu dibuat manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit Jantung Binawaluya sesuai ketentuan KEPMENKES RI No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010 mengenai Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, agar lebih normatif, serta dapat dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan. 2. Melakukan assessmen pemahaman pegawai mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Peningkatan pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja melalui pemberian materi terkait K3 di Rumah Sakit guna meningkatkan pemahaman para pekerja mengenai pentingnya pelaksanaan K3. 4. Melakukan analisis risiko pekerjaan oleh beberapa orang atau tim sehingga hasil analisis yang didapatkan tepat dan efektif dalam pengendaliannya. 5. Melakukan pelatihan-pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja terkait proses PCI. 6. Melengkapi setiap bahan kimia yang ada di ruang cathlab dengan MSDS (Material Safety Data Sheets). 7. Menambahkan pemeriksaan laboratorium Hepatitis B dan HIV pada pasien sebelum tindakan PCI. 8. Melakukan studi mendalam dan assessmen postur dalam bekerja sehingga risiko ergonomi dapat dihindari. 9. Pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung diri pada petugas yang terlibat dalam proses PCI.

13 Daftar Referensi Australian/New Zealand Standard.(2004). OHS Risk Management Handbook. Australia: Standards Australia International Ltd. Elsasser A., Hnum C.W.(2005). Percutaneous coronary intervention guidelines new aspects for the the interventional treatment of acute coronary syndrome. European Heart Journal Supplements (2005) 7 (Supplement K), K5 K9 Kurniawidjaja, L. Meily.(2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Ramli, Soehatman. (2009). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS Jakarta: PT Dian Rakyat. Yahya, A. Fauzi.(2010).Menaklukkan Pembunuh No. 1 dan Mengatasi Penyakit JantungKoroner Secara Tepat dan Cepat.Bandung : Qanita

ANALISIS RISIKO PADA PENGOPERASIAN FORKLIFT DI PT XYZ TAHUN 2014

ANALISIS RISIKO PADA PENGOPERASIAN FORKLIFT DI PT XYZ TAHUN 2014 ANALISIS RISIKO PADA PENGOPERASIAN FORKLIFT DI PT XYZ TAHUN 2014 Defri Kurniadi, Ridwan Zahdi Sjaaf Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat,, Depok, Indonesia E-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI SPIN PACK DI PT BAF TAHUN 2013

ANALISIS PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI SPIN PACK DI PT BAF TAHUN 2013 ANALISIS PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI SPIN PACK DI PT BAF TAHUN 2013 Ahmad Syakir Azhikri R.* L.Meily Kurniawidjaja** Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Materi Sebelum UTS Overview konsep hazard, risk dan control

Lebih terperinci

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI TEMPAT PENCUCIAN MOBIL INDO STEAM HYDRAULIC BEKASI TAHUN Feri Saputra dan Zulkifli Djunaidi

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI TEMPAT PENCUCIAN MOBIL INDO STEAM HYDRAULIC BEKASI TAHUN Feri Saputra dan Zulkifli Djunaidi PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI TEMPAT PENCUCIAN MOBIL INDO STEAM HYDRAULIC BEKASI TAHUN 2014 Feri Saputra dan Zulkifli Djunaidi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

Ratri Widiyastuti, Chandra Satrya

Ratri Widiyastuti, Chandra Satrya Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proses Pekerjaan Angkat Angkut Material/ Bahan Menggunakan Tower Crane di Proyek Pembangunan Apartement XY Oleh PT. X Ratri Widiyastuti, Chandra Satrya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin kompleks membawa banyak perubahan di berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa ini, bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

Kajian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Puskesmas Mekarmukti Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Tahun 2014

Kajian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Puskesmas Mekarmukti Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Tahun 2014 Kajian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Puskesmas Mekarmukti Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Tahun 2014 Gustanti Listyani, Zulkifli Djunaidi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Lebih terperinci

Penyumbatan Pembuluh Darah

Penyumbatan Pembuluh Darah Penyumbatan Pembuluh Darah Penyumbatan pada syaraf otak dikarenakan adanya plak pada pembuluh darah. Plak pada pembuluh darah diakibatkan oleh: 1. Kadar kolesterol total dan LDL tinggi. Selain asupan makanan,

Lebih terperinci

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

ISNANIAR BP PEMBIMBING I: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan tersebut haruslah memenuhi

Lebih terperinci

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN PADA PEKERJAAN BLANK MATERIAL PADA PROSES PEMBUATAN BRACKET 54P DI PT SAKURA JAVA INDONESIA TAHUN 2013

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN PADA PEKERJAAN BLANK MATERIAL PADA PROSES PEMBUATAN BRACKET 54P DI PT SAKURA JAVA INDONESIA TAHUN 2013 PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN PADA PEKERJAAN BLANK MATERIAL PADA PROSES PEMBUATAN BRACKET 54P DI PT SAKURA JAVA INDONESIA TAHUN 2013 Oktavianti*, Chandra Satrya** Abstrak PT Sakura Java Indonesia (SJI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja merupakan suatu tempat yang dapat menciptakan interaksi antara manusia dengan alat-alat, mesin dan bahan dengan objek pekerjaan yang bertujuan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah sebuah industri jasa yang mempunyai beragam masalah ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja di rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Menurut American

Lebih terperinci

Nelvi Arvina dan Zulkifli Djunaidi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Nelvi Arvina dan Zulkifli Djunaidi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Proses Kerja di Bagian Trimming Chassis Final F-Series, PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), Assembling Plant Pondok Ungu (APPU) Tahun 2012 Nelvi

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah asset yang sangat berharga dimana harus terus dijaga dan diperdayakan. Pemberdayaan dan perhatian terhadap sumber daya manusia yang tinggi

Lebih terperinci

EVALUASI PENGENDALIAN RISIKO PT. LEMBAH KARET BERDASARKAN RISK REDUCTION

EVALUASI PENGENDALIAN RISIKO PT. LEMBAH KARET BERDASARKAN RISK REDUCTION EVALUASI PENGENDALIAN RISIKO PT. LEMBAH KARET BERDASARKAN RISK REDUCTION Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas Email: esmiralda@ft.unand.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control

Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control (Studi Kasus : Pada Perusahaan Distributor Minuman) Alverda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DENGAN METODE JSA (JOB SAFETY ANALYSIS)

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DENGAN METODE JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DENGAN METODE JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) PT. KHARISMA JAYA GEMILANG Hana Daryaningrum Program Studi Teknik

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH TAHUN ANGGARAN 2015 TIM K3 RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Lebih terperinci

DAN PENGENDALIAN RISIKO PADA SEKTOR PERTANIAN (STUDI KASUS DI PERTANIAN BAWANG MERAH DESA KENDALREJO, KECAMATAN BAGOR, KABUPATEN NGANJUK)

DAN PENGENDALIAN RISIKO PADA SEKTOR PERTANIAN (STUDI KASUS DI PERTANIAN BAWANG MERAH DESA KENDALREJO, KECAMATAN BAGOR, KABUPATEN NGANJUK) RISK ASSESSMENT DAN PENGENDALIAN RISIKO PADA SEKTOR PERTANIAN (STUDI KASUS DI PERTANIAN BAWANG MERAH DESA KENDALREJO, KECAMATAN BAGOR, KABUPATEN NGANJUK) Desrina Ernawati, Abdul Rohim Tualeka Departemen

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad 18 di tingkat Internasional, program K3 sudah sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3 di rumah

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh)

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) 1) Miftahul Barokah Farid, 2) Nur Rahman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) issue penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit,

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proses Pembuatan Tahu Di Pabrik Tahu X Tahun 2012

Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proses Pembuatan Tahu Di Pabrik Tahu X Tahun 2012 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proses Pembuatan Tahu Di Pabrik Tahu X Tahun 2012 Endra muhamad fadillah, Meily Kurniawidjaja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Abstrack: Penelitian

Lebih terperinci

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi, atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lainnya termasuk

Lebih terperinci

KAJIAN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA MILL BOILER DI PABRIK GULA PAKIS BARU PATI

KAJIAN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA MILL BOILER DI PABRIK GULA PAKIS BARU PATI KAJIAN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA MILL BOILER DI PABRIK GULA PAKIS BARU PATI Haryo Santoso, Rani Rumita, Hutami Nuke Ardani, Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy di Industri Kapal Andri Kurniawan 1, Mardi Santoso 2, Mey Rohma Dhani 1 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: AS/NZS 4360:2004, penilaian risiko, kemungkinan, pemajanan, konsekuensi, level risiko. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci: AS/NZS 4360:2004, penilaian risiko, kemungkinan, pemajanan, konsekuensi, level risiko. ABSTRACT Penilaian Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses Instalasi Listrik Di Proyek Pembangunan Apartement Park View Condominium Depok Town Square Oleh PT. X Tahun 2012 Altri Reza, Ridwan Zahdi Sjaaf Sarjana Keselamatan

Lebih terperinci

Penilaian Risiko Keselamatan Kerja pada Kegiatan Servis Berkala Sepeda Motor di PT. Setia Utama Motor Tahun 2012

Penilaian Risiko Keselamatan Kerja pada Kegiatan Servis Berkala Sepeda Motor di PT. Setia Utama Motor Tahun 2012 Penilaian Risiko Keselamatan Kerja pada Kegiatan Servis Berkala Sepeda Motor di PT. Setia Utama Motor Tahun 2012 Arison Nadapdap, Hendra. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri pada era globalisasi saat ini terlihat semakin pesat, beberapa perusahaan dan institusi berupaya untuk meningkatkan kinerja maupun produktivitasnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negera berkembang.penyakit Jantung

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent ) LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent ) Kepada Yth. Responden di Tempat Dengan Hormat, Saya mahasisiwi S1 sarjana ekstensi FKM Universitas Esa Unggul Nama : Rismayani Nim :

Lebih terperinci

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan berisiko tinggi terinfeksi penyakit yang dapat mengancam keselamatannya saat bekerja. Menurut catatan World Health Organization (WHO) tahun 2004 didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sebagai fasilitator dan pengatur undang undang saat ini memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan kesejahteraan pekerja termasuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pecegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

Lebih terperinci

Analisis Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Produksi Betaine di PT. Evonik Sumi Asih Tahun 2014

Analisis Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Produksi Betaine di PT. Evonik Sumi Asih Tahun 2014 Analisis Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Produksi Betaine di PT. Evonik Sumi Asih Tahun 2014 Vanda Betania, Chandra Satrya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Aktivitas Produksi di PT Harita Panca Utama Project Site Sekayan, Kalimantan Utara Tahun 2014

Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Aktivitas Produksi di PT Harita Panca Utama Project Site Sekayan, Kalimantan Utara Tahun 2014 Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Aktivitas Produksi di PT Harita Panca Utama Project Site Sekayan, Kalimantan Utara Tahun 2014 Eko Yudhi Prasetya, Syahrul Meizar Nasri Keselamatan

Lebih terperinci

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V PRAHASTA ADIGUNA Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal,

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP APD

PERSEPSI TERHADAP APD A. Data Responden 1. Umur :... tahun 2. Pendidikan : D1 D3 S1 3. Lama Bekerja : < 1 thn 1 5 thn > 5 thn 4. Status Kerja : Karyawan Tetap Karyawan Kontrak B. Pernyataan Untuk Aspek pengetahuan Petunjuk

Lebih terperinci

KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KARET DI BARANANGSIANG, BOGOR TAHUN 2012

KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KARET DI BARANANGSIANG, BOGOR TAHUN 2012 1 KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KARET DI BARANANGSIANG, BOGOR TAHUN 2012 Yiyin mariska Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16424

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen risiko Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untukmencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,terencana dan terstruktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Menular 64,49% 60,48% 50,72% 48,46% 44,57% Tidak Menular 25,41% 33,83% 43,60% 45,42% 48,53%

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Menular 64,49% 60,48% 50,72% 48,46% 44,57% Tidak Menular 25,41% 33,83% 43,60% 45,42% 48,53% BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pola penyebab kematian di Indonesia menunjukkan peningkatan proporsi kematian yang disebabkan penyakit tidak menular. Hasil dari Profil Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR Reza Anggara Putra 1), Minto Basuki 2) 1,2 Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya Jl.

Lebih terperinci

Analisis Identifikasi Bahaya Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol, Dengan Metode HIRARC dan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (BCA)

Analisis Identifikasi Bahaya Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol, Dengan Metode HIRARC dan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (BCA) Analisis Identifikasi Bahaya Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol, Dengan Metode HIRARC dan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (BCA) Vandy Setia Prabowo 1, Rina Sandora 2, Haidar Natsir A.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Selviani R

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Selviani R IMPLEMENTASI HAZARD IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND DETERMINING CONTROL PADA UNIT PACKER TUBAN IV DI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO)Tbk. PABRIK TUBAN JAWA TIMUR LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit tidak menular yang paling mematikan. Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP RESIKO KECELAKAAN KERJA DAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PURI MANDIRI KEDOYA 2013 Petunjuk Pengisian:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA A. LATAR BELAKANG Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam aktivitas, termasuk bekerja. Pada saat manusia bekerja dituntut untuk dapat mengerjakan pekrjaannya secara

Lebih terperinci

Table of Contents

Table of Contents Table of Contents No. Title Page 1 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INDIVIDU DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN STRES KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. X SURABAYA 2 ANALISIS HUMAN RELIABILITY PADA OPERATOR BAGIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penilaian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor risiko ergonomi yang mempengaruhi besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya Andreas Arif Gunawan GO 1, Liem Yenny Bendatu 2 Abstract: PT Sumber Rubberindo Jaya is a company that produces

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : HAZOP, perangkingan, risk assessment

Abstrak. Kata kunci : HAZOP, perangkingan, risk assessment ANALISIS POTENSI BAHAYA SERTA REKOMENDASI PERBAIKAN DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP) MELALUI PERANGKINGAN OHS RISK ASSESSMENT AND CONTROL (Studi Kasus: Area PM-1 PT. Ekamas Fortuna) HAZARD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Kebutuhan dan Syarat APD Dari hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan penulis di Instalasi Laundry Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tekstil merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam pertumbuhan perekonomian Nasional. Garmen merupakan bagian yang memberikan sumbangan

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Divisi Main Power Station PT Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta Tahun 2013

Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Divisi Main Power Station PT Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta Tahun 2013 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Divisi Main Power Station PT Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta Tahun 2013 Lutfah Humairo *, Fatma Lestari** Abstrak Skripsi ini membahas manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang tidak produktif yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan adalah kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan seseorang atau

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian secara global. Data World Health Organization (WHO) (2015), menunjukkan bahwa pada tahun 2012, dari 56

Lebih terperinci

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara KECELAKAAN TAMBANG Oleh : Rochsyid Anggara 1. Penjelasan Umum Kecelakaan (Accident) adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak dikendalikan dan tidak diinginkan yang mengakibatkan cideranya seseorang,

Lebih terperinci

Analisis Budaya Kerja UKM Industri Bambu di Cebongan Sleman Yogyakarta

Analisis Budaya Kerja UKM Industri Bambu di Cebongan Sleman Yogyakarta Petunjuk Sitasi: Astuti, M., & Nurdin, R. (2017). Analisis Budaya Kerja UKM Industri Bambu di Cebongan Sleman Yogyakarta. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F91-97). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RISIKO BAHAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA BAGIAN PRODUKSI LINEN DI CV.PRIMATEX LESTARI SEMARANG

IDENTIFIKASI RISIKO BAHAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA BAGIAN PRODUKSI LINEN DI CV.PRIMATEX LESTARI SEMARANG IDENTIFIKASI RISIKO BAHAYA KESEAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA BAGIAN PRODUKSI INEN DI V.PRIMATEX ESTARI SEMARANG Sadida Nesia Maulidy *) Eko Hartini **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerapan peraturan yang tepat dalam suatu organisasi dapat menentukan keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen. Pemerintah, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan

Lebih terperinci

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA KEGIATAN SERVIS BERKALA MOBIL DI PT GENTA SURYA MOBILINDO TAHUN Supriyanto*, Dadan Erwandi**

PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA KEGIATAN SERVIS BERKALA MOBIL DI PT GENTA SURYA MOBILINDO TAHUN Supriyanto*, Dadan Erwandi** PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA KEGIATAN SERVIS BERKALA MOBIL DI PT GENTA SURYA MOBILINDO TAHUN 2013 Supriyanto*, Dadan Erwandi** Abstrak : Penelitian ini membahas tentang nilai risiko yang didapat

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Saya Mahasiswi: Nama : Kristina Magdaria NIM : 201131072 Fakultas : Kesehatan Masyarakat (Universitas Esa Unggul) Jurusan : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Jenjang : S1 Bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit (RS) merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak

Lebih terperinci

Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis

Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control dan Pemilihan Solusi Alternatif Menggunakan Benefit Cost Analysis (Studi Kasus: PT. Pelindo Marine Service) Ragil Aji Samudra 1*, Mey Rohma dhani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri sekarang semakin pesat yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang mendukung penggunaan peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian

Lebih terperinci

Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7

Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7 Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7 PEKERJA KELUARGA KOMUNITAS/ WILAYAH Penyebab Kematian yang berhubungan dengan pekerjaan (ILO 1999) Kanker 34% 5% 15% Kecelakaan 25% 34% Peny. Sal. Pernafasan Khronis 21%

Lebih terperinci