BAB III METODE PEMBANGUNAN SOCIAL NETWORK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PEMBANGUNAN SOCIAL NETWORK"

Transkripsi

1 BAB III METODE PEMBANGUNAN SOCIAL NETWORK Pada bab tiga ini dibahas mengenai pembangunan social network dari dokumen web. Pembahasan meliputi analisis teknik SNE, algoritma lintasan terpendek, dan contoh perhitungan SNA. Analisis teknik SNE berisi pembahasan mengenai berbagai teknik yang digunakan untuk menentukan keterhubungan antara sepasang individu dan berbagai teknik text classification yang digunakan untuk menentukan jenis relasi yang terjadi antara sepasang individu tersebut. Algoritma lintasan terpendek berisi pembahasan mengenai algoritma untuk menentukan lintasan terpendek antara seorang individu ke semua individu yang lain dalam social network. Algoritma lintasan terpendek ini nantinya akan digunakan untuk melakukan SNA. Yang terakhir, contoh perhitungan SNA berisi pembahasan mengenai penggunaan rumus dan algoritma lintasan terpendek untuk melakukan perhitungan-perhitungan yang terdapat pada SNA. Pembahasan pada bab tiga dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat pada bagian Rumusan Masalah. 3.1 Analisis Teknik SNE Pembahasan teknik SNE akan mengikuti langkah-langkah teknik SNE yang dijelaskan pada bagian Langkah pertama, yaitu penentuan nama individu, tidak dibahas secara detail karena sesuai dengan bagian 1.4 nomor 4, nama-nama individu pada Tugas Akhir ini didapatkan secara manual dari sociogram pada Gambar II-4. Sociogram tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh [MIK04]. Jumlah nama individu yang akan diekstrak social network-nya adalah 93. Daftar nama individu tersebut dapat dilihat pada Lampiran A. Pada langkah kedua, yaitu penentuan keterhubungan antar individu, digunakan search engine Google. Kemudian dilakukan eksperimen terhadap parameter Google yang akan digunakan untuk penentuan keterhubungan antar individu. Koefisien co-occurrence yang digunakan adalah overlap coefficient. Pada langkah ketiga, yaitu penentuan jenis relasi sosial, diselesaikan dengan menerapkan pendekatan text classification. Pemilihan atribut klasifikasi dilakukan dengan pendekatan III-1

2 III- Mutual Information yang dipadukan dengan pendekatan subjektif, seperti pada Polyphonet. Kemudian dilakukan eksperimen untuk menentukan algoritma klasifikasi yang memberikan akurasi maksimal Penentuan Keterhubungan antar Individu Pemilihan Parameter Google Analisis terhadap parameter Google dilakukan dengan membandingkan cara kerja algoritma SNE dari kedua parameter tersebut. Perbandingan dilakukan dari segi banyaknya akses ke Google dan pemrosesan lanjut terhadap dokumen-dokumen hasil pencarian. Gambar III-1dan Gambar III- menunjukkan contoh query dan hasil pencarian yang ditampilkan oleh Google. Dari segi banyaknya akses ke Google, teknik SNE yang menggunakan parameter Google hit memerlukan jumlah akses yang sangat banyak seiring dengan meningkatnya jumlah individu. Jika jumlah individu adalah n, maka berdasarkan Algoritma II-, jumlah akses ke Google yang diperlukan adalah n + C (n,). Di sisi lain, teknik SNE yang menggunakan parameter Google top hanya memerlukan jumlah akses ke Google sebanyak n. Namun, berdasarkan Algoritma II-3, teknik ini memerlukan akses terhadap dokumen-dokumen hasil query sebanyak k untuk setiap nama individu. Hal ini berarti teknik SNE dengan parameter Google top juga memerlukan akses ke World Wide Web (WWW) yang cukup banyak. Secara keseluruhan, teknik ini memerlukan akses ke WWW sebanyak n + nk kali. Semakin besar nilai k, semakin tinggi akurasi social network yang didapatkan. Percobaan yang dilakukan oleh [MAT06] menggunakan nilai k = 0, dan didapatkan akurasi 90%. Sebagai contoh perbandingan, untuk jumlah nama individu sebesar 93, maka jumlah akses ke Google yang diperlukan untuk teknik SNE dengan parameter Google hit adalah 93+C (93,) = Sedangkan teknik SNE dengan menggunakan parameter Google top hanya memerlukan 93 akses ke Google dan 93k akses ke WWW. Jika digunakan nilai k sebesar 0, maka secara keseluruhan dibutuhkan 93+ (93*0) = 1953 akses ke WWW untuk teknik SNE dengan parameter Google top. Hal ini menunjukkan bahwa teknik SNE yang menggunakan parameter Google hit memerlukan jumlah akses yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan teknik SNE yang menggunakan parameter Google top.

3 III-3 Gambar III-1 Contoh Query untuk Satu Buah Nama Gambar III- Contoh Query untuk Dua Buah Nama

4 III-4 Dari segi pemrosesan terhadap dokumen-dokumen hasil pencarian, teknik SNE yang menggunakan parameter Google hit tidak memerlukan pemrosesan terhadap dokumendokumen tersebut. Teknik SNE yang menggunakan parameter Google hit hanya memerlukan proses pengambilan nilai Google hit, seperti yang ditunjukkan pada Gambar III-1 dan Gambar III-. Di sisi lain, teknik SNE yang menggunakan parameter Google top mutlak memerlukan proses ekstraksi nama-nama individu yang terdapat pada setiap dokumen hasil pencarian. Hal ini ditunjukkan pada Algoritma II-3. Proses ekstraksi tersebut bertujuan untuk mendapatkan jumlah kemunculan nama individu tertentu dalam koleksi dokumen hasil pencarian. Hal ini berarti teknik SNE yang menggunakan parameter Google hit memerlukan proses komputasi yang relatif lebih sedikit daripada teknik SNE yang menggunakan parameter Google top. Selanjutnya, khusus untuk teknik SNE yang menggunakan parameter Google top, sulit untuk menentukan parameter k secara global untuk individu yang namanya banyak muncul di WWW dan individu yang namanya jarang muncul di WWW. Sebagai contoh, query Tom Mitchell menghasilkan dokumen, sedangkan query Agus Salim Ridwan menghasilkan 196 dokumen. Perbedaan yang relatif jauh terhadap banyaknya dokumen yang dihasilkan oleh kedua query tersebut mengakibatkan sulitnya menentukan nilai parameter k yang dapat mencakup semua dokumen. Selain itu, berdasarkan Algoritma II-3, dilakukan pencarian nama pasangan individu yang muncul secara bersama-sama pada koleksi dokumen. Hal ini akan menimbulkan masalah jika nama pasangan individu ternyata muncul bersama-sama pada dokumen ke-k+i dimana i 1. Jika kondisi ini terjadi, maka akan didapatkan hasil deteksi bahwa tidak ada relasi antara pasangan individu tersebut walaupun jika dilakukan query yang memuat nama pasangan individu tersebut akan dihasilkan jumlah dokumen yang cukup banyak. Berdasarkan perbandingan di atas, maka dikembangkan kombinasi antara teknik SNE dengan menggunakan parameter Google hit dan teknik SNE dengan menggunakan parameter Google top. Kombinasi tersebut dinyatakan pada Algoritma III-1. GetNames (D,L) pada Algoritma III-1 merupakan fungsi yang bertugas mencari nama-nama individu pada L yang terdapat di D. Dengan menggunakan teknik kombinasi ini, maka banyaknya akses ke Google dapat diminimalkan. Selain itu, co-occurrence antara sepasang individu tidak lagi bergantung pada sejumlah k dokumen, tetapi secara global dengan menggunakan algoritma GoogleCoocHit. Penentuan nilai k yang tepat tetap menjadi

5 III-5 masalah utama pada teknik kombinasi Google top dan Google hit. Namun, penentuan nilai k yang tepat dapat dicapai dengan melakukan eksperimen dengan berbagai nilai k hingga didapatkan akurasi yang memuaskan. GoogleTopHit(L,k) /*masukan berupa daftar nama individu L, mengembalikan cooccurrence pasangan nama individu */ Array result = new Array() i=0 for each X Є L D GoogleTop( X,k) E GetNames(D,L) for each Y Є E do r x,y GoogleCoocHit(X,Y) result[i] r x,y i++ return result Algoritma III-1 Algoritma Kombinasi Google Top dan Google Hit Pemilihan Koefisien Co-occurrence Berdasarkan bagian..4, terdapat enam buah koefisien co-occurrence. Pemilihan koefisien co-occurrence dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan koefisien cooccurrence tersebut untuk diterapkan pada berbagai kondisi. Kondisi yang dimaksud adalah kondisi di mana terdapat variasi jenis individu yang akan diekstrak social networknya. Terdapat individu yang namanya banyak muncul di WWW dan individu yang namanya jarang muncul di WWW. Hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah dokumen yang dihasilkan oleh search engine. Untuk mempermudah, maka pembahasan selanjutnya menggunakan nilai Google hit sebagai masukan bagi rumusan koefisien co-occurrrence. Berdasarkan rumusan Matching Coefficient pada persamaan II.8, maka koefisien ini akan menghasilkan nilai yang sangat bervariasi untuk pasangan individu yang sering muncul di WWW dan pasangan individu yang jarang muncul di WWW. Hal ini akan mengakibatkan kesulitan dalam menentukan threshold. Sebagai contoh, query Tom Mitchell Kamal Nigam menghasilkan dokumen sedangkan query Dwi Hendratmo Widyantoro Inggriani Liem hanya menghasilkan tujuh dokumen. Jika dikenakan threshold yang terlalu tinggi, terdapat kemungkinan pasangan Dwi Hendratmo Widyantoro dan Inggriani Liem dideteksi tidak memiliki relasi sosial. Hal

6 III-6 ini bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Sebaliknya, jika nilai threshold diatur terlalu rendah, maka terdapat kemungkinan adanya pasangan individu yang dideteksi memiliki relasi sosial namun pada kenyataannya pasangan tersebut tidak memiliki relasi sosial. Rumusan Mutual Information, Dice Coefficient, Overlap Coefficient, Jaccard Coefficient, dan Cosine Coefficient berturut-turut pada persamaan II.9, II.10, II.11, II.1, dan II.13 merupakan koefisien yang telah dinormalisasi sehingga tidak menghasilkan nilai yang bervariasi untuk pasangan individu yang sering muncul di WWW dan pasangan individu yang jarang muncul di WWW. Akan tetapi, Mutual Information, Dice Coefficient, Jaccard Coefficient, dan Cosine Coefficient melibatkan kalkulasi nilai Google hit untuk kedua individu pada penyebutnya. Akibatnya, semakin sering suatu individu muncul di WWW, semakin besar nilai penyebutnya. Hal ini berakibat pada semakin kecilnya nilai yang dihasilkan oleh koefisien-koefisien tersebut. Dengan demikian, individu yang sering muncul di WWW akan memiliki jumlah relasi sosial yang lebih sedikit daripada individu yang jarang muncul di WWW [MAT06]. Masalah ini kemudian diatasi oleh Overlap Coefficient yang meminimalkan nilai penyebut dengan mengambil nilai Google hit terkecil dari kedua individu yang terlibat. Dengan demikian individu yang sering muncul di WWW akan memiliki jumlah relasi sosial yang banyak. Sebagai contoh, query Tom Mitchell menghasilkan hit, query Tom Mitchell Kamal Nigam menghasilkan hit, dan query Kamal Nigam menghasilkan hit. Dengan mensubstitusikan data tersebut ke dalam persamaan II.10, didapatkan nilai Overlap Coefficient untuk Tom Mitchell dan Kamal Nigam sebanyak Berdasarkan analisis di atas, maka pada Tugas Akhir ini, digunakan Overlap Coefficient untuk menentukan co-occurence antara sepasang individu. Koefisien ini juga digunakan pada Polyphonet [MAT06] Penentuan Threshold Berdasarkan [MAT06], threshold ditentukan melalui eksperimen-eksperimen hingga dicapai performansi yang memuaskan. Dari hasil eksperimen yang dilakukan pada Polyphonet, didapatkan nilai threshold untuk Overlap Coefficient sebesar 0.4 [MAT06]. [MIK05] menentukan nilai threshold berdasarkan standar deviasi dari nilai yang dihasilkan oleh koefisien co-occurrence. Sepasang individu dideteksi memiliki hubungan

7 III-7 jika nilai koefisien co-occurrence-nya minimal satu standar deviasi lebih tinggi daripada rata-rata seluruh nilai koefisien co-occurrence. Pendekatan ini merupakan rule-of-thumb pada SNE [MIK05]. Tugas Akhir ini memadukan rule of thumb tersebut dengan eksperimen-eksperimen. Karena itu, terdapat dua macam threshold, yaitu threshold awal dan threshold setelah disesuaikan. Threshold awal merupakan standar deviasi dari Overlap Coefficient. Threshold ini kemudian akan disesuaikan jika social network yang dihasilkan belum memenuhi tingkat akurasi yang memuaskan Teknik Text Classification untuk Penentuan Jenis Relasi Sosial Pada Tugas Akhir ini, jenis relasi antar individu telah ditentukan sebelumnya berdasarkan domain komunitas yang digunakan. Hal ini telah dinyatakan pada bagian 1.4 nomor tiga. Karena domain yang digunakan adalah domain akademis, maka jenis relasi sosial yang mungkin adalah relasi course, project, dan co-author. Relasi course merupakan relasi terjadi antara sepasang individu yang mengajar mata kuliah yang sama. Relasi project merupakan relasi yang terjadi antara sepasang individu yang terlibat dalam suatu proyek yang sama. Sedangkan relasi co-author merupakan relasi yang terjadi antara sepasang individu yang menulis suatu makalah ilmiah bersama-sama Feature Selection untuk Representasi Dokumen Web Pada Tugas Akhir ini, pemilihan atribut klasifikasi dilakukan dengan memadukan pendekatan bags-of-words dan pendekatan subjektif seperti pada Polyphonet. Pendekatan subjektif pada Polyphonet digunakan karena pendekatan tersebut memberikan hasil akurasi yang tinggi dan tujuan klasifikasinya sama dengan tujuan klasifikasi pada Tugas Akhir ini, yaitu untuk menentukan jenis relasi antar individu. Penggunaan pendekatan bags-of-words dimaksudkan untuk menyempurnakan pendekatan subjektif sehingga diharapkan akan dicapai tingkat akurasi klasifikasi yang lebih tinggi. Karena itu, akan dibahas analisis terhadap kedua pendekatan tersebut. Pembahasan didahului dengan analisis terhadap atribut klasifikasi pada Tabel II-4. a. NumCo NumCo tidak signifikan sebagai pengklasifikasi karena hanya muncul sebagai kombinasi atribut-atribut klasifikasi pada aturan klasifikasi bagi kelas target Lab.

8 III-8 Hal ini dapat dilihat pada Tabel II-5. Selain itu, nilainya akan selalu one atau more_than_one untuk setiap dokumen web karena dokumen tersebut merupakan hasil query pasangan nama individu. b. SameLine SameLine merupakan satu-satunya atribut yang menentukan aturan klasifikasi untuk kelas target co-author sehingga SameLine merupakan pengklasifikasi yang signifikan. Hal ini sesuai dengan kenyataannya, yaitu kebanyakan nama penulis pada makalah ilmiah dinyatakan dalam satu baris yang sama. c. FreqX FreqX tidak signifikan sebagai pengklasifikasi karena hanya muncul sebagai kombinasi atribut-atribut klasifikasi pada aturan klasifikasi bagi kelas target Lab. Hal ini dapat dilihat pada Tabel II-5. Selain itu, nilainya akan selalu one atau more_than_two untuk setiap dokumen web karena dokumen tersebut merupakan hasil query pasangan nama individu yang sudah tentu mengandung salah satu nama individu. d. FreqY Analisis terhadap atribut klasifikasi FreqY sama dengan analisis terhadap atribut FreqY. e. GroTitle GroTitle cukup signifikan sebagai pengklasifikasi karena muncul sebagai kombinasi atribut-atribut klasifikasi pada aturan klasifikasi bagi kelas target Lab, Proj, dan Conf. Namun, atribut ini tidak dapat diterapkan pada dokumen web yang tidak memiliki judul. f. GroFFive GroFFive cukup signifikan sebagai pengklasifikasi karena muncul sebagai kombinasi atribut-atribut klasifikasi pada aturan klasifikasi bagi kelas target Lab, Proj, dan Conf. Atribut ini juga dapat dikenakan pada seluruh dokumen web. Penentuan kata-kata untuk kelompok kata seperti yang terdapat pada Tabel II-3 juga berpengaruh terhadap akurasi klasifikasi. Jika dikaitkan dengan aturan klasifikasi untuk setiap kelas target pada Tabel II-4, maka pengelompokkan kata-kata tersebut kurang tepat karena suatu kelompok kata untuk suatu kelas target dapat muncul pada aturan klasifikasi untuk kelas target yang lain. Selain itu, terdapat juga kasus di mana kelompok kata tersebut justru tidak muncul pada aturan klasifikasi untuk menentukan kelas target yang

9 III-9 diwakilinya. Hal ini dapat dilihat pada aturan klasifikasi untuk menentukan kelas target Lab dan Proj. Dengan demikian, pemilihan kata-kata pada setiap kelompok atau kelas target dengan pendekatan TF-IDF kurang tepat untuk mendeskripsikan kelas target yang bersangkutan. Untuk mengatasi masalah pemilihan kelompok kata tersebut, maka digunakan pendekatan bags-of-words pada bagian.3.. Pendekatan yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah Mutual Information karena pendekatan tersebut paling tepat untuk menentukan kata-kata yang mendeskripsikan suatu kelas target tertentu. Pendekatan Mutual Information ini juga merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan dalam penelitian-penelitian mengenai text classification, misalnya pada [JOA96] dan [GUY03]. Jumlah kata yang diambil untuk setiap kelas target adalah sepuluh buah kata yang memiliki nilai Mutual Information tertinggi. Dari hasil analisis terhadap atribut klasifikasi pada Polyphonet, maka Tugas Akhir ini mengadopsi atribut klasifikasi SameLine. Atribut klasifikasi GroFFive juga digunakan, namun akan dimodifikasi menjadi GroupFirstTen. Kemudian, untuk memperluas coverage, ditambahkan atribut klasifikasi GroupAll. Nilai atribut GroupFirstTen dan GroupAll merupakan TF yang telah dinormalisasi. Nilai TF yang telah dinormalisasi untuk kata w dalam dokumen d dinyatakan sebagai TXC (w,d) pada persamaan II.0. Pada persamaan tersebut, TF (w j,d) merupakan TF untuk semua kata pada dokumen d. Secara ringkas, atribut klasifikasi yang digunakan pada Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Tabel III-1. (II.0) Penentuan Algoritma Klasifikasi Algoritma klasifikasi yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah Naive Bayes dan SVM. Dari kedua algoritma tersebut, akan dilakukan ekperimen untuk menentukan algoritma yang memberikan performansi maksimum untuk masalah text classification. Hal ini sesuai dengan tujuan Tugas Akhir nomor dua pada bagian 1.3.

10 III-10 Naive Bayes digunakan karena komputasinya sederhana dan memberikan akurasi yang memuaskan [MIT97], [THO96]. Sedangkan SVM dipilih karena merupakan metode pembelajaran baru yang memiliki performansi memuaskan untuk masalah text classification [JOA98]. SVM mampu memproses data yang sangat banyak dalam waktu relatif singkat. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan [JOA98], SVM memiliki nilai precision dan recall rata-rata melebihi Naive Bayes, k-nearest Neighbour, C4.5 dan metode Rocchio. Tabel III-1 Atribut Klasifikasi pada Tugas Akhir Atribut Klasifikasi Keterangan Nilai SameLine GroupFirstTenCourse GroupFirstTenProject GroupFirstTenCoAuthor GroupAllCourse GroupAllProject GroupAllCoAuthor Apakah nama individu X dan Y muncul pada baris yang sama pada dokumen TXC kata-kata pada sepuluh baris pertama dokumen dimana kata-kata tersebut terdapat pada kelompok kata Course TXC kata-kata pada sepuluh baris pertama dokumen dimana kata-kata tersebut terdapat pada kelompok kata Project TXC kata-kata pada sepuluh baris pertama dokumen dimana kata-kata tersebut terdapat pada kelompok kata Co- Author TXC kata-kata pada keseluruhan dokumen dimana katakata tersebut terdapat pada kelompok kata Course TXC kata-kata pada keseluruhan dokumen dimana katakata tersebut terdapat pada kelompok kata Project TXC kata-kata pada keseluruhan dokumen dimana katakata tersebut terdapat pada kelompok kata Co-Author yes, no 0-? 0-? 0-? 0-? 0-? 0-?

11 III Algoritma Lintasan Terpendek shortestpath(input m:matriks) (Mencari semua lintasan terpendek dari setiap pasangan simpul pada matriks m (nxn). Masukan: sociomatrix, Keluaran: lintasan terpendek semua pasangan simpul) Deklarasi p : hashtable[1..max] of <String,integer> /*max=kombinasi (n,) */ result : hashtable[1..n-1] of <integer,array> listpath : array[1..n-1] of String i,j,k : integer temp, direct : array of String Algoritma {langkah 0: mendaftarkan semua pasangan simpul ke p dan nilai hash-nya diberi angka 0) initcouple(p) {langkah 1: mendaftarkan semua pasangan simpul yang memiliki lintasan langsung} i 0 k 1; for each (pasangan simpul atau key di p) do if (m[x][y]==1) then /*x dan y adalah pasangan simpul */ p(( x,y )= 0) p(( x,y )=1) listpath[i] x,y i++ addresult(k,listpath) direct listpath {langkah 3: mencari semua lintasan terpendek untuk semua pasangan simpul} while(isexist(p(( x,y )=0)) do listpath null i 0 j 0 for each p(( x,y )=0) do j++ temp result(k) /*temp berisi solusi terakhir*/ for each temp do for each direct do if (concat(temp,direct)== x,y )) then listpath[i] concat(temp,direct) i++ p(( x,y )=0) p(( x,y )=1) if (j == max) then if (listpath.length > 0) then k++; addresult(k,listpath) else clear(p) return result Algoritma III- Algoritma Lintasan Terpendek

12 III-1 Pada SNA, permasalahan lintasan terpendek digunakan untuk menyelesaikan perhitungan betweenness dan closeness. Permasalahan lintasan terpendek pada konteks SNA didefinisikan sebagai jumlah minimum sisi yang dilalui oleh semua pasangan simpul pada sociogram. Definisi tersebut mengakibatkan terdapatnya lebih dari satu jalur geodesic yang unik karena ukuran geodesic distance-nya adalah jumlah sisi yang dilalui bukan bobot sisi. Sebagai contoh, dapat dilihat pada Tabel III-4 nomor 4. Algoritma untuk mencari lintasan terpendek yang sering digunakan adalah algoritma Dijkstra [MUN03]. Namun algoritma Dijkstra ditujukan pada graf yang berbobot sehingga hanya menghasilkan satu solusi jalur geodesic untuk sepasang simpul. Karena itu, algoritma Dijkstra tidak dapat diterapkan pada konteks SNA. Untuk menyelesaikan permasalahan lintasan terpendek tersebut, maka digunakan Algoritma III-. Algoritma III- membentuk semua pasangan simpul yang mungkin terlebih dahulu, lalu mencari lintasan terpendek untuk setiap pasangan simpul tersebut. Proses pencarian dimulai dengan membentuk lintasan terpendek untuk semua pasangan simpul yang memiliki lintasan langsung. Kemudian, lintasan terpendek untuk pasangan simpul yang lain dibentuk dengan cara menelusuri dan memadukan solusi-solusi lintasan terpendek yang dihasilkan dari iterasi terakhir dengan lintasan langsung hingga ditemukan lintasan terpendek untuk pasangan simpul yang bersangkutan. Jika solusi yang telah ada belum menghasilkan lintasan terpendek, maka pencarian akan dilanjutkan untuk pasangan simpul selanjutnya. Pencarian akan berhenti jika semua pasangan simpul telah memiliki lintasan terpendek. Berikut akan dijelaskan properti-properti pada Algoritma III-. Matriks m merupakan sociomatrix berukuran n x n dimana n adalah jumlah individu atau simpul. Hashtable p digunakan untuk menyimpan pasangan simpul dan penanda telah ditemukan (1) atau belum ditemukan (0) lintasan terpendek antara kedua simpul tersebut. Pasangan simpul merupakan kunci (key) dan penanda merupakan nilai (value) pada hashtable. Hashtable result digunakan untuk menyimpan jarak lintasan terpendek dan daftar lintasan terpendek untuk jarak yang bersangkutan. Jarak lintasan terpendek merupakan kunci dan daftar lintasan terpendeknya merupakan nilai pada hashtable. Array listpath digunakan untuk menyimpan semua solusi lintasan terpendek untuk jarak lintasan terpendek tertentu. Array temp merupakan array yang menyimpan solusi lintasan terpendek yang dihasilkan dari iterasi terakhir. Array direct merupakan array yang menyimpan semua lintasan

13 III-13 langsung dari sociomatrix m. initcouple(p) merupakan prosedur untuk mendaftarkan semua pasangan simpul yang mungkin dan disimpan pada hashtable p. Semua nilai pada hashtable tersebut diinisialisasi dengan angka 0. isexist(p((x,y),0) merupakan fungsi yang mengembalikan true jika masih terdapat pasangan individu yang belum memilliki lintasan terpendek. concat(temp,direct) merupakan fungsi yang mengembalikan lintasan yang terbentuk dari elemen array temp dan elemen array direct. Sebagai contoh, jika elemen array temp = a,b,c dan elemen array direct = c,d, maka concat(temp,direct) = a,b,c,d. addresult(k,listpath) merupakan prosedur untuk menambahkan solusi lintasan terpendek pada listpath ke dalam hashtable result. clear(p) merupakan prosedur untuk mengubah semua nilai hash 0 pada p menjadi 1. Prosedur clear (p) bertujuan untuk menghentikan proses iterasi karena lintasan terpendek dari pasangan simpul yang bersangkutan tidak ditemukan. Hal ini mungkin terjadi sebagai akibat adanya simpul terpencil. 3.3 Contoh Perhitungan SNA Pada bagian ini akan dibahas cara untuk menghitung centrality, betweennes, closeness, dan density. Sebagai contoh kasus, terdapat sociogram pada Gambar III-3 yang diambil dari situs Untuk melakukan SNA terhadap sociogram tersebut, maka akan dihitung nilai centrality, betweenness, closeness, dan density. Guna mempermudah perhitungan, maka sociogram pada Gambar III-3 diubah menjadi sociomatrix pada Tabel III-. Karena relasi sosial pada sociogram tersebut merupakan relasi tak-berbobot, maka isi sel pada sociomatrix bernilai 0 dan Centrality Berdasarkan persamaan II.1 dan persamaan II., maka absolute centrality dan relative centrality untuk setiap individu pada Tabel III- dapat dilihat pada Tabel III-3. Dari hasil perhitungan pada Tabel III-3, diketahui bahwa Diane merupakan pusat dari social network. Contoh perhitungan akan dijelaskan untuk aktor Andre. Nilai absolute centrality sebesar 4 didapatkan dengan menjumlahkan isi sel sociomatrix secara mendatar untuk baris dengan label Andre. Nilai absolute centrality juga bisa didapatkan dengan menjumlahkan seluruh isi sel sociomatrix secara menurun untuk kolom dengan label Andre. Selanjutnya, relative centrality ( Andre ) sebesar 0.44 didapat dengan

14 III-14 perhitungan sebagai berikut. Relative centrality ( Andre ) = 4/(10-1). Pembilang 4 merupakan absolute centrality ( Andre ) sedangkan 10 merupakan jumlah individu pada sociomatrix. Hal ini sesuai dengan persamaan II.. Gambar III-3 Contoh Sociogram Tabel III- Sociomatrix untuk Sociogram Gambar III-3 Andre Beverly Carol Diane Ed Fernando Garth Heather Ike Jane Andre Beverly Carol Diane Ed Fernando Garth Heather Ike Jane

15 III-15 Tabel III-3 Centrality untuk Sociogram pada Gambar III-3 Individu (i) Andre Beverly Carol Diane Ed Fernando Garth Heather Ike Jane Absolute Centrality (i) Relative Centrality (i) ,44 0,44 0,33 0,67 0,33 0,56 0,56 0,33 0, 0,11 Tabel III-4 Geodesic Setiap Pasangan Individu untuk Sociogram pada Gambar III-3 No. Pasangan Individu Geodesic Geodesic Distance 1 A-B A-B 1 A-C A-C 1 3 A-D A-D 1 4 A-E A-D-E A-B-E 5 A-F A-F 1 6 A-G A-D-G A-B-G A-F-G 7 A-H A-F-H 8 A-I A-F-H-I 3 9 A-J A-F-H-I-J 4 10 B-C B-D-C B-A-C 11 B-D B-D 1 1 B-E B-E 1 13 B-F B-D-F B-A-F B-G-F 14 B-G B-G 1 15 B-H B-G-H 16 B-I B-G-H-I 3 17 B-J B-G-H-I-J 4 18 C-D C-D 1 19 C-E C-D-E 0 C-F C-F 1 1 C-G C-F-G C-D-G C-H C-F-H 3 C-I C-F-H-I 3 4 C-J C-F-H-I-J 4 5 D-E D-E 1 6 D-F D-F 1 7 D-G D-G 1 8 D-H D-F-H D-G-H 9 D-I D-F-H-I D-G-H-I 30 D-J D-F-H-I-J D-G-H-I-J

16 III-16 No. Pasangan Individu Geodesic Geodesic Distance 31 E-F E-D-F E-G-F 3 E-G E-G 1 33 E-H E-G-H 34 E-I E-G-H-I 3 35 E-J E-G-H-I-J 4 36 F-G F-G 1 37 F-H F-H 1 38 F-I F-H-I 39 F-J F-H-I-J 3 40 G-H G-H 1 41 G-I G-H-I 4 G-J G-H-I-J 3 43 H-I H-I 1 44 H-J H-I-J 45 I-J I-J Betweenness Untuk mengukur betweenness, maka terlebih dahulu harus didapatkan geodesic dari setiap pasangan individu. Dengan menerapkan Algoritma III-, maka didapatkan geodesic setiap pasang individu pada Tabel III-4. Pada Tabel III-4 tersebut, nama setiap individu direpresentasikan dengan huruf awalnya. Berdasarkan persamaan II.3 dan persamaan II.4, didapatkan nilai absolute betweenness dan relative betweenness untuk setiap individu pada Tabel III-6. Dari hasil perhitungan pada Tabel III-6, diketahui bahwa Heather merupakan individu yang berperan sebagai penghubung pada social network. Contoh perhitungan akan dijelaskan untuk aktor Andre. Berdasarkan Tabel III-4, diketahui geodesic yang mengandung Andre sebagai perantara adalah geodesic dari pasangan simpul BC dan BF. Perbandingan geodesic yang mengandung Andre dengan total geodesic untuk pasangan BC adalah 0,5. Sedangkan Perbandingan geodesic yang mengandung Andre dengan total geodesic untuk pasangan BF adalah 0,33. Dengan menerapkan persamaan II.3, didapatkan absolute betweenness ( Andre ) sebesar 0,5+0,33 = 0,83. Secara lebih rinci, proses perhitungan absolute betweenness ( Andre ) dapat dilihat pada Tabel III-5. Selanjutnya, berdasarkan persamaan II.4 akan dihitung relative betweenness ( Andre ) sebagai berikut. Relative betweenness ( Andre ) = 0,83/((10-1)(10-)/). Maka, relative betweenness ( Andre ) = 0,0. Pembilang sebesar 0,83 merupakan absolute betweenness ( Andre ) sedangkan 10 merupakan jumlah individu pada sociomatrix.

17 III-17 Tabel III-5 Perhitungan Absolute Betweenness ( Andre ) Pasangan Simpul B-C Geodesic B-D-C B-A-C Total Geodesic Mengandung Andre #Geodesic Mengandung Andre # Total Geodesic #fdfdfdfdfd 1 0,5 B-D B-D B-E B-E B-F B-D-F B-A-F B-G-F B-G B-G B-H B-G-H B-I B-G-H-I B-J B-G-H-I-J C-D C-D C-E C-D-E C-F C-F C-G C-F-G C-D-G 0 0 C-H C-F-H C-I C-F-H-I C-J C-F-H-I-J D-E D-E D-F D-F D-G D-G D-H D-I D-J E-F D-F-H D-G-H D-F-H-I D-G-H-I D-F-H-I-J D-G-H-I-J E-D-F E-G-F E-G E-G E-H E-G-H E-I E-G-H-I E-J E-G-H-I-J F-G F-G F-H F-H F-I F-H-I F-J F-H-I-J G-H G-H G-I G-H-I G-J G-H-I-J H-I H-I H-J H-I-J I-J I-J Jumlah total = Absolute betweenness (Andre) 0,83

18 III-18 Tabel III-6 Betweenness untuk Sociogram pada Gambar III-3 Individu (i) Andre Beverly Carol Diane Ed Fernando Garth Heather Ike Jane Absolute Betweenness 0,83 0,83 0 3,67 0 8,33 8, (i) Relative Betweenness (i) 0,0 0,0 0 0,10 0 0,3 0,3 0,39 0, Closeness Untuk mengukur closeness, maka terlebih dahulu harus didapatkan geodesic distance dari setiap pasangan individu. Geodesic distance tersebut dapat dilihat pada Tabel III-4. Berdasarkan persamaan II.5 dan persamaan II.6, maka absolute closeness dan relative closeness untuk setiap individu pada Tabel III- dapat dilihat pada Tabel III-8. Dari hasil perhitungan pada Tabel III-8, diketahui bahwa Fernando dan Garth merupakan individu yang paling dekat dengan semua individu lain dalam social nework. Tabel III-7 Perhitungan Absolute Closeness ("Andre") Pasangan Simpul dari Andre ke semua simpul Geodesic Distance A-B 1 A-C 1 A-D 1 A-E A-F 1 A-G A-H A-I 3 A-J 4 Total Geodesic Distance dari Andre ke semua simpul 17 Contoh perhitungan akan dijelaskan untuk aktor Andre. Berdasarkan Tabel III-4 nomor 1-9, didapatkan total geodesic distance dari pasangan simpul Andre ke semua pasangan simpul lainnya adalah 17. Hal ini dapat dilihat secara lebih detail pada Tabel III-7. Berdasarkan persamaan II.5, maka absolute closeness ( Andre ) = Jadi, absolute closeness ( Andre ) = 0,059. Selanjutnya, berdasarkan persamaan II.6 akan dihitung relative closeness ( Andre ) sebagai berikut. Relative closeness ( Andre ) = (10-1) *

19 III-19 0,059. Maka, relative closeness ( Andre ) = 0,531. Angka 10 merupakan jumlah individu pada sociomatrix sedangkan angka 0,059 merupakan absolute closeness ( Andre ). Tabel III-8 Closeness untuk Sociogram pada Gambar III-3 Individu (i) Andre Beverly Carol Diane Ed Fernando Garth Heather Ike Jane Absolute Closeness (i) 0,059 0,059 0,056 0,067 0,056 0,071 0,071 0,067 0,048 0,034 Relative Closeness (i) 0,531 0,531 0,504 0,603 0,504 0,639 0,639 0,603 0,43 0, Density Berdasarkan persamaan II.7, density sociogram pada Gambar III-3= 36/(10*(10-1)). Maka, density = 0,4. Pembilang merupakan jumlah seluruh isi sel sociomatrix, yaitu 36. Sedangkan angka 10 pada penyebut merupakan jumlah seluruh individu pada sociomatrix. Dengan nilai density sebesar 0.4, dapat disimpulkan bahwa social network tersebut kurang rapat. Hal ini disebabkan jumlah relasi sosial yang terjalin pada social network tersebut sangatlah minim (yaitu sebanyak 36) jika dibandingkan dengan jumlah maksimal relasi sosial yang dimungkinkan terjadi (yaitu sebanyak 90).

BAB V EKSPERIMEN TEXT CLASSIFICATION

BAB V EKSPERIMEN TEXT CLASSIFICATION BAB V EKSPERIMEN TEXT CLASSIFICATION Pada bab ini akan dibahas eksperimen untuk membandingkan akurasi hasil text classification dengan menggunakan algoritma Naïve Bayes dan SVM dengan berbagai pendekatan

Lebih terperinci

Social Network Extraction dan Social Network Analysis dari Web

Social Network Extraction dan Social Network Analysis dari Web Social Network Extraction dan Social Network Analysis dari Web LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana oleh : Maria Helena Iwo / 13503088 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR Secara garis besar, bab dua berisi berbagai studi literatur mengenai teori graf, social network dan text classification. Pembahasan mengenai teori graf mencakup definisi graf, jenis-jenis

Lebih terperinci

METODE ANALISIS JEJARING SOSIAL

METODE ANALISIS JEJARING SOSIAL Text dan Web Mining - Budi Susanto 1 METODE ANALISIS JEJARING SOSIAL Budi Susanto Text dan Web Mining - Budi Susanto 2 Tujuan memahami metode centrality pada suatu graf untuk menemukan node yang paling

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi sekarang ini hadir begitu banyak social networking website yang menyediakan layanan dalam pembangunan jaringan sosial atau relasi

Lebih terperinci

Analisis Pengimplementasian Algoritma Greedy untuk Memilih Rute Angkutan Umum

Analisis Pengimplementasian Algoritma Greedy untuk Memilih Rute Angkutan Umum Analisis Pengimplementasian Algoritma Greedy untuk Memilih Rute Angkutan Umum Arieza Nadya -- 13512017 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS JEJARING

PENGANTAR ANALISIS JEJARING Text dan Web Mining - Budi Susanto 1 PENGANTAR ANALISIS JEJARING Budi Susanto (v.1.1) Text dan Web Mining - Budi Susanto 2 Tujuan memahami metode centrality pada suatu graf untuk menemukan node yang paling

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN 3.1 GAMBARAN UMUM PROSES SEGMENTASI DOKUMEN

BAB 3 PERANCANGAN 3.1 GAMBARAN UMUM PROSES SEGMENTASI DOKUMEN 28 BAB 3 PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rancangan percobaan pada penelitian segmentasi dokumen ini. Pembahasan akan dimulai dengan penjelasan mengenai gambaran umum proses segmentasi

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Brute Force dan Backtracking dalam Permainan Word Search Puzzle

Perbandingan Algoritma Brute Force dan Backtracking dalam Permainan Word Search Puzzle Perbandingan Algoritma Brute Force dan Backtracking dalam Permainan Word Search Puzzle Veren Iliana Kurniadi 13515078 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Semakin canggihnya teknologi di bidang komputasi dan telekomunikasi pada masa kini, membuat informasi dapat dengan mudah didapatkan oleh banyak orang. Kemudahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang DAFTAR TABEL Tabel 3-1 Dokumen Term 1... 17 Tabel 3-2 Representasi... 18 Tabel 3-3 Centroid pada pengulangan ke-0... 19 Tabel 3-4 Hasil Perhitungan Jarak... 19 Tabel 3-5 Hasil Perhitungan Jarak dan Pengelompokkan

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Greedy pada Optimasi Pelaksanaan Misi dalam Permainan Assassins Creed : Revelations

Aplikasi Algoritma Greedy pada Optimasi Pelaksanaan Misi dalam Permainan Assassins Creed : Revelations Aplikasi Algoritma Greedy pada Optimasi Pelaksanaan Misi dalam Permainan Assassins Creed : Revelations Miftahul Mahfuzh 13513017 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

EVALUASI EFEKTIFITAS METODE MACHINE-LEARNING PADA SEARCH-ENGINE

EVALUASI EFEKTIFITAS METODE MACHINE-LEARNING PADA SEARCH-ENGINE EVALUASI EFEKTIFITAS METODE MACHINE-LEARNING PADA SEARCH-ENGINE Rila Mandala Kelompok Keahlian Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung,

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force

Algoritma Brute Force Algoritma Brute Force Deskripsi Materi ini membahas tentang algoritma brute force dengan berbagai studi kasus Definisi Brute Force Straighforward (lempeng) Sederhana dan jelas Lebih mempertimbangkan solusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin canggihnya teknologi di bidang komputasi dan telekomunikasi pada masa kini, membuat informasi dapat dengan mudah didapatkan oleh banyak orang. Kemudahan ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar belakang Latar belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang memiliki kekayaan tumbuhan obat. Indonesia memiliki lebih dari 38.000 spesies tanaman (Bappenas 2003). Sampai tahun 2001 Laboratorium

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Runut Balik dalam Pengenalan Citra Wajah pada Basis Data

Implementasi Algoritma Runut Balik dalam Pengenalan Citra Wajah pada Basis Data Implementasi Algoritma Runut Balik dalam Pengenalan Citra Wajah pada Basis Data Restu Arif Priyono / 13509020 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

Komponen Terhubung dan Jalur Terpendek Algoritma Graf Paralel

Komponen Terhubung dan Jalur Terpendek Algoritma Graf Paralel Komponen Terhubung dan Jalur Terpendek Algoritma Graf Paralel Yosef Sukianto Nim 13506035 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS Yudis Anggara Putra Chastine Fatichah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Backtracking pada Pewarnaan Graf

Penerapan Algoritma Backtracking pada Pewarnaan Graf Penerapan Algoritma Backtracking pada Pewarnaan Graf Deasy Ramadiyan Sari 1, Wulan Widyasari 2, Eunice Sherta Ria 3 Laboratorium Ilmu Rekayasa dan Komputasi Departemen Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADA TEXT MINING

KLASIFIKASI PADA TEXT MINING Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 KLASIFIKASI PADA TEXT MINING Budi Susanto Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 2 Tujuan Memahami konsep dasar sistem klasifikasi Memahami beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur, sistem informasi produksi yang efektif merupakan suatu keharusan dan tidak lepas dari persoalan persediaan

Lebih terperinci

UKDW. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer yang pesat pada masa kini menjadi perhatian utama bagi manusia. Kemajuan teknologi komputer yang pesat ini menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADA TEXT MINING

KLASIFIKASI PADA TEXT MINING Budi Susanto KLASIFIKASI PADA TEXT MINING Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 Tujuan Memahami konsep dasar sistem klasifikasi Memahami beberapa algoritma klasifikasi: KNN Naïve Bayes Decision

Lebih terperinci

CCH1A4 / Dasar Algoritma & Pemrogramanan

CCH1A4 / Dasar Algoritma & Pemrogramanan CCH1A4 / Dasar Algoritma & Pemrogramanan Yuliant Sibaroni M.T, Abdurahman Baizal M.Kom KK Modeling and Computational Experiment Tabel Pendahuluan Deklarasi Tabel Pengaksesan Tabel Program dengan Tabel

Lebih terperinci

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf

Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf Algoritma Brute-Force dan Greedy dalam Pemrosesan Graf Marvin Jerremy Budiman / 13515076 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Support Vector Machines (SVM) Setelah melalui proses training dan testing dengan metode Support Vector Machines (SVM), diperoleh hasil yang tertera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terkait 2.1.1. Implementasi Opinion Mining Pernah dilakukan penelitian tentang opinion mining membahas tentang ekstraksi data opini publik pada perguruan tinggi.

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force (lanjutan)

Algoritma Brute Force (lanjutan) Algoritma Brute Force (lanjutan) Contoh lain Mencari Pasangan Titik yang Jaraknya Terdekat Persoalan: Diberikan n buah titik (2-D atau 3- D), tentukan dua buah titik yang terdekat satu sama lain. y p 5

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Greedy dalam Optimasi Keuntungan Perusahaan Pengiriman Barang

Penerapan Algoritma Greedy dalam Optimasi Keuntungan Perusahaan Pengiriman Barang Penerapan Algoritma Greedy dalam Optimasi Keuntungan Perusahaan Pengiriman Barang Windy Amelia - 13512091 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Budi Susanto ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 Tujuan Memahami konsep analisis clustering Memahami tipe-tipe data dalam clustering Memahami beberapa algoritma

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.1 Evaluasi Usulan untuk Perancangan Iteratif

BAB IV PERANCANGAN. IV.1 Evaluasi Usulan untuk Perancangan Iteratif Prosedure PrefixSpan(input: a: l: integer, S: Sequence database) { Mencari Sequential Pattern pada sequence database S } Deklarasi D : Temporary Sequence Database Lst : List of Sequential Pattern Sq :

Lebih terperinci

Implementasi Pencocokan String Tidak Eksak dengan Algoritma Program Dinamis

Implementasi Pencocokan String Tidak Eksak dengan Algoritma Program Dinamis Implementasi Pencocokan String Tidak Eksak dengan Algoritma Program Dinamis Samudra Harapan Bekti 13508075 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Recommendation System

Recommendation System May 28, 2014 Introduction Recommenders vs Search Engines Kategori recommendation system Input recommendation system Collaborative Filtering Content-based Evaluasi recommendation system Masalah dalam recommendation

Lebih terperinci

PERBANDINGAN APLIKASI ALGORITMA BRUTE-FORCE DAN KOMBINASI ALGORITMA BREADTH FIRST SEARCH DAN GREEDY DALAM PENCARIAN SOLUSI PERMAINAN TREASURE HUNT

PERBANDINGAN APLIKASI ALGORITMA BRUTE-FORCE DAN KOMBINASI ALGORITMA BREADTH FIRST SEARCH DAN GREEDY DALAM PENCARIAN SOLUSI PERMAINAN TREASURE HUNT PERBANDINGAN APLIKASI ALGORITMA BRUTE-FORCE DAN KOMBINASI ALGORITMA BREADTH FIRST SEARCH DAN GREEDY DALAM PENCARIAN SOLUSI PERMAINAN TREASURE HUNT Adi Purwanto Sujarwadi (13506010) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force (lanjutan)

Algoritma Brute Force (lanjutan) Algoritma Brute Force (lanjutan) Contoh-contoh lain 1. Pencocokan String (String Matching) Persoalan: Diberikan a. teks (text), yaitu (long) string yang panjangnya n karakter b. pattern, yaitu string dengan

Lebih terperinci

Strategi Algoritma Penyelesaian Puzzle Hanjie

Strategi Algoritma Penyelesaian Puzzle Hanjie Strategi Algoritma Penyelesaian Puzzle Hanjie Whilda Chaq 13511601 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek Finsa Ferdifiansyah NIM 0710630014 Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Rekayasa Komputer Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Backtrack dan Aturan Warnsdorff Untuk Menyelesaikan Knight s Tour Problem

Penggunaan Algoritma Backtrack dan Aturan Warnsdorff Untuk Menyelesaikan Knight s Tour Problem Penggunaan Algoritma Backtrack dan Aturan Warnsdorff Untuk Menyelesaikan Knight s Tour Problem Ali Akbar - 13514080 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

APLIKASI GRAF DALAM BISNIS TRAVEL BANDUNG-BOGOR

APLIKASI GRAF DALAM BISNIS TRAVEL BANDUNG-BOGOR APLIKASI GRAF DALAM BISNIS TRAVEL BANDUNG-BOGOR Achmad Giovani NIM : 13508073 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganeca 10 Bandung e-mail:

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Greedy untuk menyelesaikan Permainan Othello

Penggunaan Algoritma Greedy untuk menyelesaikan Permainan Othello Penggunaan Algoritma Greedy untuk menyelesaikan Permainan Othello Annisa Muzdalifa - 13515090 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Array (Tabel) bagian 2

Array (Tabel) bagian 2 Array (Tabel) bagian 2 Tim Pengajar KU71 Sem. 1 2009-20 2009/11/17 TW/KU71 1 Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menggunakan notasi pendefinisian dan pengacuan array dengan benar Mahasiswa memahami proses

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Branch and Bound untuk Penentuan Jalur Wisata

Penerapan Algoritma Branch and Bound untuk Penentuan Jalur Wisata Penerapan Algoritma Branch and Bound untuk Penentuan Jalur Wisata Janice Laksana / 350035 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Twitter API Twitter API terdiri dari dua komponen yang berbeda, REST dan SEARCH API. REST API memungkinkan pengembang/developer Twitter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis sentimen merupakan proses dalam mengolah, memahami, dan mengekstrak data dalam bentuk teks terhadap suatu topik, kejadian ataupun individu untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MASALAH

BAB III PEMODELAN MASALAH BAB III PEMODELAN MASALAH Masalah penjadwalan kereta api jalur tunggal dapat dimodelkan sebagai sebuah kasus khusus dari masalah penjadwalan Job-Shop. Hal ini dilakukan dengan menganggap perjalanan sebuah

Lebih terperinci

Pengenalan Algoritma & Struktur Data. Pertemuan ke-1

Pengenalan Algoritma & Struktur Data. Pertemuan ke-1 Pengenalan Algoritma & Struktur Data Pertemuan ke-1 Apa itu Struktur Data? PROGRAM ALGO RITMA STRUKTUR DATA Algoritma.. deskripsi langkah-langkah penyelesaian masalah yang tersusun secara logis 1. Ditulis

Lebih terperinci

Aplikasi Graf pada Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Dijkstra

Aplikasi Graf pada Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Dijkstra Aplikasi Graf pada Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Dijkstra Adriansyah Ekaputra 13503021 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung Abstraksi Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang Al-Quran untuk memudahkan untuk mempelajarinya, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. penunjang Al-Quran untuk memudahkan untuk mempelajarinya, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini sudah banyak aplikasi penunjang Al-Quran untuk memudahkan untuk mempelajarinya, yang bisa disebut atau di artikan

Lebih terperinci

BAB IV EKSPERIMEN. 4.1 Tujuan

BAB IV EKSPERIMEN. 4.1 Tujuan BAB IV EKSPERIMEN Pada bab ini dibahas mengenai eksperimen penggunaan SVM dalam pendeteksian intrusi pada jaringan. Pembahasan ini meliputi tujuan yang ingin dicapai melalui eksperimen ini, parameter evaluasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang xi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini membuat perubahan perilaku dalam pencarian informasi yang berdampak bagi lembagalembaga yang bergerak

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force pada Fluid Particle Engine

Algoritma Brute Force pada Fluid Particle Engine Algoritma Brute Force pada Fluid Particle Engine Alfian Ramadhan 13509078 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Greedy Dalam Perancangan Papan Teka Teki Silang

Penggunaan Algoritma Greedy Dalam Perancangan Papan Teka Teki Silang Penggunaan Algoritma Greedy Dalam Perancangan Papan Teka Teki Silang Stefanus Thobi Sinaga / 13510029 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem ini hanya menggunakan beberapa perangkat keras yang umum digunakan, seperti mikrofon, speaker (alat pengeras suara), dan seperangkat komputer

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar sejak dia dilahirkan, baik diajarkan maupun belajar sendiri, hal ini dikarenakan manusia mempunyai jaringan saraf.

Lebih terperinci

ALGORITMA PENCARIAN SIMPUL SOLUSI DALAM GRAF

ALGORITMA PENCARIAN SIMPUL SOLUSI DALAM GRAF ALGORITMA PENCARIAN SIMPUL SOLUSI DALAM GRAF Anthony Rahmat Sunaryo NIM: 3506009 Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung email : if6009@students.if.itb.ac.id Abstract -- Makalah ini membahas tentang analsis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar belakang Latar belakang PEDAHULUA Kata kunci atau yang biasa disebut dengan query pada pencarian informasi dari sebuah search engine digunakan sebagai kriteria pencarian yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu dan Teknologi (IPTEK) di berbagai bidang terasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu dan Teknologi (IPTEK) di berbagai bidang terasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan Ilmu dan Teknologi (IPTEK) di berbagai bidang terasa sangat pesat belakangan ini. Kemajuan tersebut haruslah diimbangi oleh peningkatan kualitas Sumber Daya

Lebih terperinci

Algoritma Greedy (lanjutan)

Algoritma Greedy (lanjutan) Algoritma Greedy (lanjutan) 5. Penjadwalan Job dengan Tenggang Waktu (Job Schedulling with Deadlines) Persoalan: - Ada n buah job yang akan dikerjakan oleh sebuah mesin; - tiap job diproses oleh mesin

Lebih terperinci

Design and Analysis Algorithm

Design and Analysis Algorithm Design and Analysis Algorithm Pertemuan 06 Drs. Achmad Ridok M.Kom Imam Cholissodin, S.Si., M.Kom M. Ali Fauzi S.Kom., M.Kom Ratih Kartika Dewi, ST, M.Kom Contents 31 Greedy Algorithm 2 Pendahuluan Algoritma

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Brute Force dalam mencari Faktor Prima pada suatu Bilangan

Penerapan Algoritma Brute Force dalam mencari Faktor Prima pada suatu Bilangan Penerapan Algoritma Brute Force dalam mencari Faktor Prima pada suatu Bilangan Widhaprasa Ekamatra Waliprana - 13508080 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN OTHELLO

IMPLEMENTASI ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN OTHELLO IMPLEMENTASI ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN OTHELLO Nur Fajriah Rachmah NIM 13506091 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

PENCARIAN SOLUSI TTS ANGKA DENGAN ALGORITMA RUNUT BALIK BESERTA PENGEMBANGANNYA

PENCARIAN SOLUSI TTS ANGKA DENGAN ALGORITMA RUNUT BALIK BESERTA PENGEMBANGANNYA PENCARIAN SOLUSI TTS ANGKA DENGAN ALGORITMA RUNUT BALIK BESERTA PENGEMBANGANNYA Wahyu Fahmy Wisudawan Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, NIM: 506 Jl. Dago Asri 4 No. 4, Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian awal dalam bidang automatic text summarization dimulai dengan pembuatan metode term frequency oleh Luhn pada tahun 1958. Metode ini berasumsi bahwa frekuensi kata di

Lebih terperinci

Penerapan Teori Graf Pada Algoritma Routing

Penerapan Teori Graf Pada Algoritma Routing Penerapan Teori Graf Pada Algoritma Routing Indra Siregar 13508605 Program Studi Teknik Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DOKUMEN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIG (DOCUMENT INDEX GRAPH)

PENGELOMPOKAN DOKUMEN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIG (DOCUMENT INDEX GRAPH) PENGELOMPOKAN DOKUMEN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIG (DOCUMENT INDEX GRAPH) Shofi Nur Fathiya (13508084) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Pertumbuhan Panjang Jalan dan Jumlah Kendaraan

Tabel 1.1 Pertumbuhan Panjang Jalan dan Jumlah Kendaraan BAB I PENDAHULUAN Sebagai negara berkembang, perekonomian Indonesia didorong untuk tumbuh dengan pesat. Salah satu indikator pertumbuhan perekonomian yang baik adalah tingginya daya beli masyarakat. Tingginya

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf Nur Fajriah Rachmah - 0609 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA RUNUT-BALIK DALAM PENCARIAN SOLUSI TEKA-TEKI BATTLESHIP

PENERAPAN ALGORITMA RUNUT-BALIK DALAM PENCARIAN SOLUSI TEKA-TEKI BATTLESHIP PENERAPAN ALGORITMA RUNUT-BALIK DALAM PENCARIAN SOLUSI TEKA-TEKI BATTLESHIP Abraham Ranardo Sumarsono Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Teori Graf Teori graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun memiliki banyak terapan sampai saat ini. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan

Lebih terperinci

INDEXING AND RETRIEVAL ENGINE UNTUK DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN INVERTED INDEX

INDEXING AND RETRIEVAL ENGINE UNTUK DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN INVERTED INDEX INDEXING AND RETRIEVAL ENGINE UNTUK DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN INVERTED INDEX Wahyu Hidayat 1 1 Departemen Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Terapan, Telkom University 1 wahyuhidayat@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

Elvira Firdausi Nuzula, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang

Elvira Firdausi Nuzula, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang PENERAPAN ALGORITMA AUCTION UNTUK MENGATASI MASALAH LINTASAN TERPENDEK (SHORTEST PATH) Elvira Firdausi Nuzula, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang E-mail : elvira_firdausi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

OPERASI PERNYATAAN KONDISI

OPERASI PERNYATAAN KONDISI OPERASI PERNYATAAN KONDISI A. Pernyataan IF pernyataan if mempunyai pengertian, jika kondisi bernilai benar, maka perintah dikerjakan dan jiak tidak memenuhi syarat maka diabaikan. Dapat dilihat dari diagram

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Teknik Struktur Data dan Data Mining merupakan salah satu ilmu komputer yang penting dan menarik perhatian teori informatika. Saat ini teknik ini sudah

Lebih terperinci

PERTEMUAN 8 MATRIX. Introduction Definition How is matrix stored in memory Declaration Processing

PERTEMUAN 8 MATRIX. Introduction Definition How is matrix stored in memory Declaration Processing PERTEMUAN 8 MATRIX Introduction Definition How is matrix stored in memory Declaration Processing INTRODUCTION Sebuah larik yang setiap elemennya adalah larik lagi disebut matriks Contoh matriks identitas:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Definisi Graf Secara matematis, graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) ditulis dengan notasi G = (V, E), yang dalam hal ini: V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Permasalahan Secara Umum Poligon bukanlah suatu bentuk yang spesifik seperti segitiga sama kaki, persegi, belah ketupat, ataupun jajargenjang, melainkan suatu

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY UNTUK PENCARIAN DATA MENGGUNAKAN PENGURAIAN KALIMAT DAN ALGORITME LEVENSHTEIN DISTANCE

OPTIMASI QUERY UNTUK PENCARIAN DATA MENGGUNAKAN PENGURAIAN KALIMAT DAN ALGORITME LEVENSHTEIN DISTANCE OPTIMASI QUERY UNTUK PENCARIAN DATA MENGGUNAKAN PENGURAIAN KALIMAT DAN ALGORITME LEVENSHTEIN DISTANCE M. El Bahar Conoras 1, Aprian Dwi Kurnawan 2 1,2 Magister Teknik Informatika, UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force(lanjutan) Lecture 6 CS3024

Algoritma Brute Force(lanjutan) Lecture 6 CS3024 Algoritma Brute Force(lanjutan) Lecture 6 CS3024 String Matching Persoalan: Diberikan a. teks (text), yaitu (long) stringyang panjangnya n karakter b. pattern, yaitu string dengan panjang m karakter (m

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Text Mining Text Mining merupakan penerapan konsep dan teknik data mining untuk mencari pola dalam teks, proses penganalisaan teks guna menemukan informasi yang bermanfaat untuk

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

Algoritma Brute Force (Bagian 2) Oleh: Rinaldi Munir Bahan Kuliah IF2251 Strategi Algoritmik

Algoritma Brute Force (Bagian 2) Oleh: Rinaldi Munir Bahan Kuliah IF2251 Strategi Algoritmik Algoritma Brute Force (Bagian 2) Oleh: Rinaldi Munir Bahan Kuliah IF2251 Strategi Algoritmik 1 Contoh-contoh lain 1. Pencocokan String (String Matching) Persoalan: Diberikan a. teks (text), yaitu (long)

Lebih terperinci

Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction

Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction Integrasi Peringkas Dokumen Otomatis Dengan Penggabungan Metode Fitur dan Metode Latent Semantic Analysis (LSA) Sebagai Feature Reduction Junta Zeniarja 1, Abu Salam 2, Ardytha Luthfiarta 3, L Budi Handoko

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISA AN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Pada masa sekarang ini, proses pencarian dokumen dalam web seperti Google, Yahoo, dan sebagainya dilakukan dengan menginput query yang diinginkan pada kotak

Lebih terperinci

Soal hari Jumat (16/10) Latihan 10 MS

Soal hari Jumat (16/10) Latihan 10 MS hari Jumat (16/10) Latihan 10 MS count, sum, i adalah variabel tunggal bertipe data integer i 1 count 0 sum 0 while (i < 30) do sum sum + i count count + 1 i i + i 1. Berapakah final state variabel sum?

Lebih terperinci

Matematika dan Statistika

Matematika dan Statistika ISSN 1411-6669 MAJALAH ILMIAH Matematika dan Statistika DITERBITKAN OLEH: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS JEMBER Majalah Ilmiah Matematika dan Statistika APLIKASI ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA CHEAPEST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situs belanja online sering disebut juga dengan situs e-commerce yaitu suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan

Lebih terperinci

STACK (Tumpukan) Tumpukan Koin. Tumpukan Kotak

STACK (Tumpukan) Tumpukan Koin. Tumpukan Kotak STACK (Tumpukan) Tumpukan Koin Tumpukan Kotak Defenisi : Secara sederhana, tumpukan bisa diartikan sebagai suatu kumpulan data yang seolah-olah ada data yang diletakan diatas data yang lain. Satu hal yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Fitur. Reduksi & Pengelompokan. Gambar 3.1. Alur Pengelompokan Dokumen

BAB III PERANCANGAN. Fitur. Reduksi & Pengelompokan. Gambar 3.1. Alur Pengelompokan Dokumen BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan delaskan tahapan yang dilalui dalam melakukan perancangan penelitian yang akan dilakukan dalam tugas akhir ini. Tahapan tersebut meliputi perancangan implementasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LONGEST PATH ALGORITHM (LPA) DALAM RANGKA PENCARIAN LINTASAN TERPANJANG PADA GRAF BERSAMBUNG BERARAH BERUNTAI

PENGEMBANGAN LONGEST PATH ALGORITHM (LPA) DALAM RANGKA PENCARIAN LINTASAN TERPANJANG PADA GRAF BERSAMBUNG BERARAH BERUNTAI PENGEMBANGAN LONGEST PATH ALGORITHM (LPA) DALAM RANGKA PENCARIAN LINTASAN TERPANJANG PADA GRAF BERSAMBUNG BERARAH BERUNTAI Oliver Samuel Simanjuntak Prodi Teknik Informatika UPN eteran Yogyakarta Jl. Babarsari

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012/2013. Graf Berarah

SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012/2013. Graf Berarah SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012/2013 Graf Berarah Graf Berarah Suatu graf berarah (Direct Graf/Digraf) D terdiri atas 2 himpunan : 1. Himpunan V, anggotanya disebut Simpul. 2. Himpunan A, merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sentimen dari pengguna aplikasi android yang memberikan komentarnya pada fasilitas user review

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path)

Perbandingan Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path) Perbandingan Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path) Raden Aprian Diaz Novandi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro

Lebih terperinci

PHP (HYPERTEXT PREPROCESSOR)

PHP (HYPERTEXT PREPROCESSOR) LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 4 PEMROGRAMAN WEB PHP (HYPERTEXT PREPROCESSOR) Disusun Oleh: Deny Kurniawan Novianto (130533608222) PTI OFF B UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan dan cepat. Tuntutan dari gerakan anti global warming juga

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan dan cepat. Tuntutan dari gerakan anti global warming juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era teknologi informasi seperti saat ini, informasi berupa teks sudah tidak lagi selalu tersimpan dalam media cetak seperti kertas. Orang sudah mulai cenderung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Defenisi Graf Graf G didefenisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), ditulis dengan notasi G = (V,E), yang dalam hal ini V adalah himpunan tidak kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

Menentukan Susunan Terbaik Tim Proyek dengan Algoritma Branch and Bound

Menentukan Susunan Terbaik Tim Proyek dengan Algoritma Branch and Bound Menentukan Susunan Terbaik Tim Proyek dengan Algoritma Branch and Bound Arief Pradana / 13511062 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. DASAR TEORI. Contoh lainnya: Solusi: 0= V,1= I,2= O,3= R, 4= N,5= L,7= A,8= F,9= E.

I. PENDAHULUAN II. DASAR TEORI. Contoh lainnya: Solusi: 0= V,1= I,2= O,3= R, 4= N,5= L,7= A,8= F,9= E. Penyelesaian Verbal Arithmetic dengan Algoritma Brute Force Luthfi Chandra Fibrian - 13510047 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci