PEMODELAN RESPON FISIOLOGIS SAPI PERAH FH DARA BERDASARKAN PERUBAHAN SUHU UDARA DAN KELEMBABAN RELATIF MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN RESPON FISIOLOGIS SAPI PERAH FH DARA BERDASARKAN PERUBAHAN SUHU UDARA DAN KELEMBABAN RELATIF MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK"

Transkripsi

1 PEMODELAN RESPON FISIOLOGIS SAPI PERAH FH DARA BERDASARKAN PERUBAHAN SUHU UDARA DAN KELEMBABAN RELATIF MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI SURAJUDIN DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 RINGKASAN Surajudin. D Pemodelan Respon Fisiologis Sapi Perah FH Dara Berdasarkan Perubahan Suhu Udara dan Kelembaban Relatif Menggunakan Artificial Neural Network. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr. Pembimbing Anggota : Ahmad Yani, STP., M.Si. Sapi perah FH mempunyai sifat peka terhadap perubahan iklim mikro yang dapat mempengaruhi produksi dan pelepasan panas pada tubuh sapi. Unsur iklim mikro itu antara lain suhu dan kelembaban udara, radiasi matahari dan kecepatan angin. Sifat peka tersebut dapat di ukur dari respon fisiologis sapi antara lain frekuensi denyut jantung (Hr), frekuensi pernafasan (Rr), Suhu rektal (Tr), Suhu kulit (Ts) dan suhu tubuh (Tb). Pemecahan masalah hubungan antara unsur iklim mikro dengan respon fisiologis pada sapi perah telah banyak dilakukan dengan pendekatan regresi sederhana. Sejalan dengan perkembangan di bidang pemodelan, maka perlu dikaji pemanfaatannya dalam bidang fisiologi peternakan. Salah satu model yang cocok untuk pemodelan fisiologi yaitu Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural network). Penelitian ini bertujuan untuk mencoba pemodelan dan simulasi hubungan antara perubahan suhu udara dan kelembaban relatif terhadap respon fisiologis sapi perah yaitu menggunakan metode Artificial Neural Network (ANN). Pelaksanaan penelitian pada Bulan Nopember sampai Desember 2011 di Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah Departemen IPTP, Fakultas Peternakan, Institut pertanian Bogor. Sapi perah FH dara dipelihara dalam kandang ikat dengan perlakuan pakan normal yaitu pemberian hijauan sebanyak 20 kg/ekor/hari dan konsentrat 2 kg/ekor/hari. Pemberian pakan dilakukan pada pukul dan pukul WIB. Parameter iklim mikro yang diukur yaitu suhu udara (Ta) dan kelembaban udara (Rh), dengan respon fisiologis yang diukur yaitu suhu rektal (Tr) dan suhu kulit (Ts). Data dianalisis menggunakan jaringan syaraf tiruan/artificial neural network dengan metode algoritma propagasi balik/back propagation. Pemodelan dimulai dengan membangun model jaringan syaraf tiruan (JST), membentuk arsitektur jaringan (menentukan input layer, hidden layer, dan output layer) serta aktivasi jaringan dengan cara inisialisasi data, training data (perambatan maju dan perambatan mundur) hingga ke penentuan nilai error terendah. Hasil pengamatan selama penelitian yang berlangsung mulai pukul sampai pukul WIB menunjukkan bahwa suhu udara berkisar antara 23,7 33,7 o C, kelembaban udara (Rh) 55% 96%, THI antara 73,18 83,86. Suhu udara meningkat pada siang hari dan mencapai puncaknya, kemudian turun lagi pada sore hari. Kelembaban udara menunjukkan hal yang sebaliknya. Suhu rektal berkisar antara 38,13 39,7 o C, melebihi nilai rataan suhu rektal normal yaitu 38,2 39,1 o C, dengan suhu kulit yang berkisar antara 31,97 36,55 o C, yang masih dalam kisaran normal yaitu 33,5 37,1 o C. Penerapan jaringan syaraf tiruan/ artificial neural network dilakukan dengan training data melalaui proses iterasi sebanyak /25 ( kali), untuk mendapatkan nilai error terendah pada y p1 (suhu rektal) sebesar 0, dan y p2 (suhu kulit) sebesar 0, Hasil validasi perhitungan ANN

3 didapatkan persentase nilai error hasil prediksi dengan hasil pengukuran di lapang pada suhu rektal dan suhu kulit berturut-turut 0,5% dan 1,12%. Simulasi pendugaan suhu rektal dan suhu kulit melalui suhu dan kelembaban udara didapatkan bahwa sapi perah akan mengalami cekaman panas apabila suhu udara yang meningkat dengan kelembaban udara yang meningkat pula. Indikator cekaman panas lebih sensitif terjadi pada suhu rektal daripada suhu kulit. Kata kunci : Termoregulasi, artificial neural network, back propagation. iii

4 ABSTRACT Modeling The Effect of Air Temperature and relative humidity on Termoregulatory Responses of Dairy Heifers Friesian Holstein with Artificial Neural Network Surajudin, B.P. Purwanto and A. Yani An experiment was conducted to create a model of air temperature and relative humidity effect on termoregulatory responses of FH dairy heifers. Four dairy heifers were kept with normal feeding in dairy barn, Faculty of Animal Science, Bogor Agriculture University. Observed variables were environment factors (air temperature, relative humidity and temperature humidity index/thi) and the termoregulatory responses (rectal temperature and skin temperature). Data were analized by artificial neural network (ANN) with back propagation methods. Data procesing used 2 variables data input layer, 6 variables hidden layer and 2 variables data output layer. The results showed that with iterations, the error percentage predicted rectal and skin temperatures were 0,5 % and 1,1 % respectively. The ANN simulated showed clearly there was an effect of the air temperature and relative humidity on the termoregulatory responses (rectal temperature and skin temperature). Therefore, the model can be use to predict termoregulatory responses using measurements of air temperature and relative humidity. The rectal temperature was more sensitive to heat stress than that of skin temperature due to changes in air temperature and relative humidity. Keyword : Termoregulatory, artificial neural network, back propagation

5 PEMODELAN RESPON FISIOLOGIS SAPI PERAH FH DARA BERDASARKAN PERUBAHAN SUHU UDARA DAN KELEMBABAN RELATIF MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SURAJUDIN D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

6 Judul Nama NIM : Pemodelan Respon Fisiologis Sapi Perah FH Dara Berdasarkan Perubahan Suhu Udara Dan Kelembaban Relatif Menggunakan Artificial Neural Network : Surajudin : D Menyetujui, Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Dr.Ir.Bagus P.Purwanto, M.Agr. Ahmad Yani, STP.,MSi NIP NIP Mengetahui : Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP Tanggal Ujian : 3 April 2012 Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 25 April 1970 di Magelang Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Muhadi Anwar dan Ibu Sumidah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1983 di Sekolah Dasar Negeri 2 Blongkeng Kec. Ngluwar Kab. Magelang. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 1986, di SMP Negeri Gulon Kec. Salam Kab. Magelang dan pendidikan tingkat atas pada SMT Pertanian Negeri Salam Magelang diselesaikan pada tahun Penulis pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, Program D III Fakultas Politeknik Pertanian, dan lulus pada tahun Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Alih Jenis S1 Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Penulis bekerja sebagai Tenaga Laboratorium di Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB sejak tahun 1994.

8 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, Sang Pencipta Alam Semesta dan Pemilik Ilmu Pengetahuan, yang memberikan banyak rahmat bagi makhluk-nya. Syukur Penulis panjatkan atas segala nikmat dan karunia-nya yang telah diberikan sehingga Penulis memperoleh kemudahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi yang berjudul Pemodelan Respon Fisiologis Sapi Perah FH Dara Berdasarkan Perubahan Suhu Udara Dan Kelembaban Relatif Menggunakan Artificial Neural Network. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Artificial Neural Network atau jaringan syaraf tiruan adalah program komputasi yang dapat digunakan untuk pemodelan data statistik non-linier untuk memodelkan hubungan yang kompleks antara input dan output untuk menemukan pola-pola pada data. Dalam bidang manajemen lingkungan peternakan dapat digunakan untuk memodelkan hubungan antara faktor-faktor iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) terhadap respon fisiologis ternak (suhu rektal dan suhu kulit). Pemodelan ini dapat mengetahui tingkat stress sapi pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah, tanpa harus mengukur langsung respon fisiologisnya, tetapi cukup melihat tingkat perubahan pada lingkungan mikro klimatnya. Pemodelan ANN dapat melakukan pendugaan respon fisiologis ternak dengan hanya melihat data mikro klimatnya. Pemodelan ANN dapat memberikan masukan untuk melakukan perbaikan manajemen berdasarkan tingkat stress ternak karena faktor mikro klimat. Kesempurnaan hakiki hanya milik Sang Pencipta, sehingga Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk stakeholders peternakan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bogor, April 2012 Penulis

9 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGATAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... Lingkungan Hidup Sapi FH... 3 Termoregulasi... 4 Suhu Rektal... 5 Pengaruh Lingkungan Mikro terhadap Ternak Perah... 5 Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network)... 7 Propagasi Balik (Back propagation)... 8 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Alat Ukur Prosedur Pemeliharaan Ternak Parameter yang Diukur Cara Pengambilan Data Metode Pengukuran Rancangan dan Analisis Data Pemodelan Artificial Neural Network (ANN) Aktivasi Jaringan Artificial Neural Network (ANN) HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Pengaruh Suhu Dan Kelembaban Udara terhadap Suhu Rektal (Tr) ii iv v vi vii viii ix xi xii xiii 3

10 Pengaruh Suhu Dan Kelembaban Udara terhadap Suhu Kulit (Ts) Penerapan Artificial Neural Network (ANN) Validasi Hasil Artificial Neural Network (ANN) Simulasi Pendugaan Suhu Rektal (Tr) dan Suhu Kulit (Ts) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Struktur ANN Metode Propagasi Balik (Back propagation) yang idigunakan dalam Penelitian Penuruan Nilai Error Berdasarkan Tahapan Iterasi untuk Suhu Rektal dan Suhu Kulit i i Hasil Normalisasi Data dari Proses Iterasi: Data Input, Data iioutput dan Persentase Error antara Target dan Prediksi Data iioutput Contoh Hasil Simulasi ANN Perkiraan Suhu Rektal (Tr) dan Suhu Kulit (Ts) ipada Suhu dan Kelembaban Udara yang Berbeda-beda i Suhu dan Kelembaban Udara pada Saat Sapi Perah Mulai Mengalami Cekaman Panas dengan Indikator Suhu Rektal dan Suhu Kulit... 24

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tiruan Neuron dalam Struktur JST Sebagai Elemen Pemroses Skema Arsitektur ANN Metode Propagasi Balik (backpropagation) Pemodelan Respon Fisiologis Suhu Rektal (Tr) dan Suhu Kulit (Ts) Sapi Perah FH pada Suhu dan Kelembaban Udara Berbeda Rataan Pola Perubahan Suhu Lingkungan pada Lokasi Penelitian Rataan Pola Perubahan Lingkungan Mikro: (a) Kelembaban Udara dan (b) THI (Temperature Humidity Index) Proses Iterasi yang Menghasilkan Error Terendah untuk Suhu Rektal dan Suhu Kulit... 20

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Hasil Pengukuran di Lapang Inisial Data Input, Output Target dan Output Prediksi Hasil Iterasi Hasil Normalisasi Data dari Proses Iterasi: Data Input, Data Output dan Persentase Error antara Target dan Prediksi Data Output Hasil Simulasi ANN Perkiraan Suhu Rektal (Tr) dan Suhu Kulit (Ts) pada Suhu dan Kelembaban Udara Berbeda... 35

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi perah merupakan ternak penghasil susu utama di Indonesia terutama sapi perah Fries Holland (FH). Sapi perah yang berasal dari Belanda ini mempunyai sifat yang peka terhadap kondisi lingkungan terutama terhadap perubahan iklim mikro yang terjadi di sekitar kandang. Unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produksi panas dan pelepasan panas pada sapi FH adalah suhu, kelembaban, radiasi matahari dan kecepatan angin. Daya tahan ternak terhadap panas merupakan salah satu faktor yang sangat penting agar dapat berproduksi optimal sesuai kemampuan genetiknya. Lingkungan mempunyai proporsi yang lebih besar daripada pengaruh genetik ternak, sehingga manajemen lingkungan yang baik harus dapat diterapkan untuk menghasilkan produktivitas sesuai yang diharapkan. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam peningkatan produktivitas ternak ialah dengan melakukan manajemen pengendalian lingkungan iklim mikro ternak. Manajemen pengendalian lingkungan iklim mikro yang baik, dibutuhkan data lingkungan mikroklimat dan respon fisiologis sapi perah tersebut. Data lingkungan mikroklimat antara lain: suhu, kelembaban relatif, kecepatan angin dan radiasi matahari pada sekitar ternak yang dapat mempengaruhi respon fisiologis pada ternak. Adapun data respon fisiologis ternak antara lain : frekuensi denyut jantung (Hr), frekuensi pernafasan (Rr), suhu rektal (Tr), suhu permukaan kulit (Ts) dan suhu tubuh (Tb). Untuk memperoleh hubungan antara suhu udaradan kelembaban relatif terhadap respon fisiologis ternak, diperlukan analisis sifat dan pola hubungan antara kondisi lingkungan terhadap respon fisiologis ternak. Pemecahan analisis dan pola hubungan tersebut dapat dilakukan dengan analisis metode regresi sederhana. Metode regresi sederhana mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya umpan balik. Untuk mengatasi masalah analisis tersebut dilakukan analisis menggunakan Artificial Neural Network (ANN) atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) yang dapat memberikan umpan balik. Jaringan syaraf tiruan adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. JST merupakan sistem adaptif yang dapat mengubah strukturnya untuk memecah masalah berdasarkan informasi eksternal maupun internal yang

15 mengalir melalui jaringan tersebut. Salah satu cabang dari Artificial Intelligence (AI) adalah Artificial Neural Network (ANN). Jaringan syaraf tiruan merupakan salah satu sistem pemrosesan informasi yang didesain dengan menirukan cara kerja otak manusia dalam menyelesaikan suatu masalah dengan melakukan proses belajar melalui perubahan bobot sinapsisnya. Jaringan syaraf tiruan mampu melakukan pengenalan kegiatan berbasis data masa lalu. Data masa lalu akan dipelajari oleh jaringan syaraf tiruan sehingga mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan terhadap data yang belum pernah dipelajari. Dalam analisis ini dicoba untuk dipelajari dan dicoba penerapannya di bidang fisiologi lingkungan ternak yaitu mendeteksi respon fisiologis sapi perah terhadap perubahan suhu udaradan kelembaban udaranya. JST yang berupa susunan sel-sel syaraf tiruan (neuron) dibangun berdasarkan prinsip-prinsip organisasi otak manusia. Usaha manusia dalam mengembangkan suatu sistem yang meniru kemampuan dan perilaku makhluk hidup telah berlangsung selama beberapa dekade belakangan ini. Jaringan syaraf tiruan (JST) merupakan hasil perkembangan ilmu dan teknologi yang kini sedang berkembang pesat. JST yang berupa susunan sel-sel syaraf tiruan (neuron) dibangun berdasarkan prinsipprinsip organisasi otak manusia. Perhatian yang besar pada JST disebabkan adanya keunggulan yang dimilikinya seperti kemampuan untuk belajar, komputasi paralel, kemampuan untuk memodelkan fungsi nonlinier dan sifat fault tolerance. Secara sederhana, JST adalah sebuah alat pemodelan data statistik tidak-linier. JST dapat digunakan untuk memodelkan hubungan yang kompleks antara input dan output untuk menemukan pola-pola pada data. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara perubahan suhu udara dan kelembaban relatif terhadap respon fisiologis sapi perah, aplikasi pemodelan dan simulasi artificial neural network dalam menganalisis pola hubungan antara perubahan suhu udara dan kelembaban relatif terhadap respon fisiologis sapi perah, sehingga dapat memberikan masukan untuk perbaikan manajemen lingkungan ternak dalam pemeliharaan sapi perah. 2

16 TINJAUAN PUSTAKA Lingkungan Hidup Sapi FH Lingkungan merupakan keseluruhan faktor eksternal tidak-genetik yang mempengaruhi pertumbuhan ternak. Lingkungan ternak dapat dibagi menjadi lingkungan fisik, sosial dan termal. Faktor fisik diantaranya ruang, cahaya, suara, tekanan dan peralatan. Faktor sosial meliputi jumlah ternak dalam satu kandang dan tingkah laku ternak. Faktor termal meliputi temperatur udara, kelembaban relatif, pergerakan udara dan radiasi (Esmay, 1978). Keadaan lingkungan yang selamanya dapat memberikan kenyamanan pada ternak untuk berproduksi secara optimal, sehingga perlu pengendalian lingkungan ternak. Kondisi panas di atas normal mempengaruhi temperatur, kelembaban relatif, radiasi matahari, yang dapat mempengaruhi beban penerimaan panas yang mempengaruhi performa, pengurangan tingkat kenyamanan ternak dan dapat menyebabkan kematian (Mader et al, 2006). Wilayah yang sesuai untuk pengembangan sapi perah adalah daerah yang mempunyai suhu lingkungan antara 0-20 o C. Jika suhu lingkungan turun hingga kurang dari 0 o C, produksi akan berkurang. Suhu kritis di daerah subtropis yang menyebabkan penurunan produksi susu pada sapi Holstein dan Jersey adalah o C, Brown Swiss adalah o C dan Brahman adalah 38 o C (Sainsbury dan Sainsbury, 1982). Sapi FH akan berproduksi tinggi jika ditempatkan pada suhu lingkungan 18,3 o C dengan kelembaban 55%. Jika melebihi suhu tersebut ternak akan melakukan penyesuaian secara fisiologis dan tingkah laku. Secara fisiologis ternak akan mengalami cekaman panas dan akan berakibat pada: 1) penurunan nafsu makan; 2) peningkatan konsumsi minum; 3) penurunan metabolisme dan peningkatan katabolisme; 4) peningkatan pelepasan panas melalui penguapan; 5) penurunan konsentrasi hormon dalam darah; 6) peningkatan suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung (Mc. Dowell, 1972); dan 7) meningkatnya intensitas berteduh sapi (Ingram dan Dauncey, 1985). Menurut Yani (2007), suhu udara dalam kandang berasal dari suhu udara lingkungan yang naik pada pagi sampai siang hari dan menurun kembali pada sore hari. Di daerah Darmaga Bogor pada pukul WIB suhu udara dalam kandang

17 memiliki kecenderungan meningkat dari posisi dekat lantai menuju posisi dekat atap karena panas matahari yang diterima atap dihantarkan ke dalam kandang sehingga semakin dekat dengan atap suhu udara semakin tinggi. Termoregulasi Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh yang tergantung kepada produksi panas melalui metabolisme dan pelepasan panas tersebut ke lingkungan atau suatu proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya supaya konstan, paling tidak suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan terlalu besar (Isnaeni, 2006). Energi dibutuhkan untuk mendukung fungsi normal tubuh ternak seperti respirasi, pencernaan dan metabolisme untuk pertumbuhan dan produksi susu. Pada hewan yang lebih aktif, lebih banyak energi yang dikeluarkan untuk mendukung aktivitasnya dan faktor ekstrinsik yang paling besar mempengaruhi metabolisme adalah temperatur (Ensminger dan Tyler, 2006). Menurut Amir (2010) peningkatan kandungan energi ransum sapi perah dara PFH menyebabkan peningkatan respon termoregulasinya. Menurut Brown-Brandl et al. (2006), adanya kontinuitas produksi panas oleh tubuh, maka keseimbangan hanya mungkin jika ada kontinuitas aliran panas pada perbedaan temperatur antara tubuh dan lingkungan. Menurut Isnaeni (2006), kesulitan dalam pelepasan panas secara sensible, menyebabkan ternak melepaskan panas secara insensible (evaporasi). Schutz et al. (2008) menyatakan evaporasi pada dasarnya dikontrol oleh ternak dan stres panas yang secara tiba-tiba dapat segera menyebabkan proses fisiologis pada sapi, dan pada saat istirahat hewan lebih toleran pada suhu tinggi. Panas yang dibentuk di dalam tubuh diperoleh dari panas hasil kegiatan metabolisme di dalam tubuh dan panas dari luar tubuh. Produksi panas di dalam tubuh antara lain berasal dari metabolisme basal, panas hasil kegiatan pencernaan, kerja pada otot dan metabolisme proses-proses produksi. Panas yang diperoleh dari luar tubuh berupa penyerapan panas dari radiasi matahari di sekitar ternak (baik langsung maupun pantulannya), melalui konduksi dengan benda yang lebih panas dan melalui konveksi oleh aliran udara panas di sekitarnya (Rahardja, 2007). 4

18 Suhu Rektal Suhu tubuh menunjukkan kemampuan tubuh untuk melepas dan menerima panas. Pengukuran suhu tubuh pada dasarnya sulit dilakukan, karena pengukuran suhu tubuh merupakan resultan dari berbagai pengukuran di berbagai tempat (Schmidt-Nielsen, 1997). Pada sapi perah, suhu tubuh (suhu rektal) normal berada pada kisaran 37,8 39,2 o C dengan rataan suhu rektal sebesar 38,5 o C (Kelly, 1984). Sedangkan menurut Ensminger dan Tyler (2006), suhu normal rektal sapi perah berkisar antara 38,0 39,3 o C dengan rataan sebesar 38,4 o C. Namun pada kondisi tertentu suhu rektal dapat bervariasi, diantaranya pada saat estrus atau birahi, pergantian musim dan pergantian waktu antara pagi hari dengan sore hari (Curtis, 1983). Selain itu menurut Purwanto et al. (1991), suhu rektal sapi perah meningkat pada suhu lingkungan 30 o C dibandingkan dengan suhu 10 atau 20 o C. Suhu lingkungan yang panas akan menurunkan pelepasan panas tubuh melalui jalur sensible (tidak evaporatife). Sebaliknya pelepasan panas tubuh melalui jalur evaporasi akan meningkat sehingga mengakibatkan produksi panas metabolis akan berubah mengikuti respon termoregulasi. Pengaruh Lingkungan Mikro terhadap Ternak Perah Fries Holland Ternak merupakan hewan homeoterm yaitu hewan yang selalu berusaha untuk mempertahankan suhu tubuhnya tetap seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Suhu tubuh ternak selalu diupayakan untuk tetap konstan melalui mekanisme umpan balik negatif pada hipotalamus. Suhu yang konstan sangat dibutuhkan oleh ternak karena beberapa alasan. Perubahan suhu lingkungan dapat mempengaruhi konformasi protein dan aktifitas enzim yang dapat menyebabkan reaksi di dalam sel terganggu. Perubahan suhu berpengaruh terhadap energi kinetik yang dimiliki setiap molekul sehingga dapat meningkatkan laju reaksi di dalam sel (Isnaeni, 2006). Kenaikan suhu udara mengakibatkan peningkatan frekuensi denyut jantung dan pernafasannya setiap menitnya. Peningkatan produksi panas selalu diikuti dengan peningkatan suhu rektal, frekuensi pernafasan dan denyut jantung (Purwanto et al., 1991). Peningkatan frekuensi pernafasan diharapkan dapat membantu hewan 5 7

19 meningkatkan pelepasan panas melalui pernafasan. Peningkatan denyut jantung dapat membantu transportasi oksigen dan zat makanan ke seluruh tubuh, selain itu peningkatan denyut jantung juga membantu transportasi panas metabolisme ke seluruh tubuh yang dapat meningkatkan suhu permukaan tubuh (Gatenby dan Martawidjaya, 1986). Fluktuasi perubahan suhu dapat mengakibatkan stres pada ternak. Stres secara fisiologis dicirikan dengan peningkatan aktivitas kelenjar Pituitari-adrenal dan usaha pengembalian respon homeostasis. Variasi lingkungan memberikan efek yang luas terhadap respon fisiologis yang berhubungan dengan aktivasi sistem syaraf simpati dan medula adrenal (Dantzer dan Movemede, 1987). Menurut Sugeng (1998), suhu udara yang tinggi sangat kurang menguntungkan terhadap kehidupan ternak sapi. Pengaruh yang kurang menguntungkan ini dalam hal konsumsi pakan, air minum dan tingkah laku. Ternak sapi yang tertimpa suhu tinggi akan mengalami stres berat dan gagal dalam mengatur panas tubuh. Akibatnya ternak yang bersangkutan akan banyak minum tetapi nafsu makan berkurang dan makanan yang dikonsumsi rendah. Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan. Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Rh). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Yani dan Purwanto, 2006). Kelembaban nisbi mempengaruhi pada pernafasan dan peluh hewan. Udara yang sangat kering menyebabkan ketidaknyamanan pada hewan. Kelembaban nisbi rendah, angin dan suhu tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan air untuk hewan (Tjasyono, 2004). Kelembaban tinggi dapat berakibat langsung terhadap penurunan jumlah panas yang hilang akibat penguapan. Pada kelembaban tinggi, penguapan tertahan yang berarti akan meningkatkan panas pada sapi (Sugeng, 1998). Menurut Yani dan Purwanto (2006) kecepatan angin meningkat seiring dengan meningkatnya suhu udara dan radiasi matahari. Sementara disisi lain tubuh sapi FH memerlukan kecepatan angin yang lebih untuk mereduksi cekaman panasnya, sehingga pengaruh kecepatan angin pada siang hari pada kondisi udara 6

20 cerah tidak banyak berpengaruh terhadap penurunan cekaman panas tubuh sapi FH. Selanjutnya Lee dan Keala (2005) menyatakan bahwa penambahan kecepatan angin akan membantu sapi FH menurunkan cekaman panas pada saat malam hari karena pada malam hari metabolisme sapi FH lebih diarahkan untuk mempertahankan suhu tubuh. Penambahan kecepatan angin (1,125 m/det) dapat mengoptimalkan kerja metabolisme sapi FH sehingga ternak tersebut merasa nyaman. Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Jaringan Syaraf Tiruan (JST) atau Artificial Neural Network adalah suatu metode komputasi yang meniru sistem jaringan syaraf biologis. Metode ini menggunakan elemen perhitungan tidak linier dasar yang disebut neuron yang diorganisasikan sebagai jaringan yang saling berhubungan sehingga mirip dengan jaringan syaraf manusia. Jaringan syaraf tiruan dibentuk untuk memecahkan suatu masalah tertentu seperti pengenalan pola atau klasifikasi karena proses pembelajaran (Eliyani, 2005). Sejak ditemukan pertama kali oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1948, JST telah berkembang pesat dan telah digunakan pada banyak aplikasi. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) telah dikembangkan sejak tahun Belum ada definisi yang baku mengenai JST ini. Teori yang menginspirasi lahirnya sistem jaringan syaraf muncul dari bermacam disiplin ilmu: terutama dari neuro science, teknik, dan ilmu komputer, juga dari psikologi, matematika, fisika, dan ilmu bahasa. Ilmu-ilmu ini bekerja bersama untuk satu tujuan yaitu pengembangan sistem kecerdasan (Kusumadewi, 2003). Menurut Puspatiningrum (2006), hal yang ingin dicapai dengan melatih JST adalah untuk mencapai keseimbangan antara kemampuan memorisasi dan generalisasi. Kemampuan memorisasi adalah kemampuan JST untuk mengambil kembali secara sempurna sebuah pola yang telah dipelajari, sedangkan kemampuan generalisasi adalah kemampuan JST untuk menghasilkan respon yang bisa diterima terhadap pola-pola input yang serupa (namun tidak identik) dengan pola-pola yang sebelumnya telah dipelajari. Hal ini sangat bermanfaat bila pada suatu saat ke dalam JST diinputkan informasi baru yang belum pernah dipelajari, maka JST itu masih akan tetap dapat memberikan tanggapan yang baik, memberikan keluaran yang paling mendekati. 7

21 Prinsip kerja dari JST itu mengadopsi prinsip kerja penyaluran informasi sistem jaringan syaraf pada manusia. Namun, keterbatasan yang dimiliki oleh JST merupakan sebagian kecil dari kemampuan sistem syaraf pada manusia. Setiap polapola informasi input dan output yang diberikan ke dalam JST diproses dalam neuron. Neuron-neuron tersebut terkumpul di dalam lapisan-lapisan yang disebut Neuron layer yang terdiri dari lapisan input, lapisan tersembunyi dan lapisan output (Kusumadewi, 2003). Selanjutnya Kusumadewi (2003), mengatakan bahwa arsitektur jaringan dalam aplikasinya antara lain: 1). Jaringan layar tunggal (single layer network) contohnya adaline, hopfield, dan perceptron. 2). Jaringan layar jamak (multi layer network) contohnya madaline, backpropagation dan neocognitron. 3). Jaringan dengan lapisan kompetitif (Competitif layer network) contohnya LVQ. Konsep kerja bagaimana informasi tersalurkan dalam JST dimulai dari nodenode input. Misalkan ada sinyal yang masuk ke node input. Node-node input ini memiliki fungsi untuk menerima sinyal informasi dari luar dan meneruskannya ke node-node pada lapisan tersembunyi. Tidak semua sinyal yang dikirimkan akan disampaikan ke node-node tersembunyi. Besarnya sinyal yang disampaikan akan tergantung dari tingkat kekuatan hubungan antara tiap-tiap node input dengan masing-masing node tersembunyi. Seperti manusia, ketika kita belajar belum tentu apa yang kita pelajari dapat kita pahami, maka untuk menganalogikan tingkat kekuatan hubungan ini, digunakanlah faktor pembobot (weight). Sehingga, sinyal yang diterima oleh node-node di lapisan tersembunyi merupakan sinyal terbobot atau weigthed signal. Propagasi Balik (Back propagation) Metode propagasi balik perambatan galat mundur (back propagation) adalah sebuah metode sistematik untuk pelatihan multilayer jaringan syaraf tiruan. Metode ini memiliki dasar matematis yang kuat, obyektif dan algoritma ini mendapatkan bentuk persamaan dan nilai koefisien dalam formula dengan meminimalkan jumlah kuadrat galat error melalui model yang dikembangkan (training set) (Brace, 1997). a. Pada lapisan masukan, dihitung keluaran dari setiap elemen pemroses melalui lapisan luar. 8

22 b. Dihitung kesalahan pada lapisan luar yang merupakan selisih antara data aktual dan target. c. Kesalahan tersebut ditransformasikan pada kesalahan yang sesuai di sisi masukan elemen pemroses. d. Propagasi balik di lakukan terhadap kesalahan-kesalahan ini pada keluaran setiap elemen pemroses ke kesalahan yang terdapat pada masukan. proses ini diulangi sampai masukan tercapai. e. Seluruh bobot diubah dengan menggunakan kesalahan pada sisi masukan elemen dan luaran elemen pemroses yang terhubung. Tiruan neuron dalam struktur JST sebagai elemen pemroses dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Tiruan Neuron dalam struktur JST sebagai elemen pemroses Keterangan : aj : Nilai aktivasi dari unit j. wj,i : Bobot dari unit j ke unit i ini: Penjumlahan bobot dan masukan ke unit i g : Fungsi aktivasi ai : Nilai aktivasi dari unit i Sumber : Eliyani (2005) 9

23 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Nopember sampai Desember Materi Penelitian ini menggunakan sapi perah dara Fries Holland sebanyak empat ekor dengan kisaran bobot badan 180 kg sampai 220 kg. Kemudian ternak tersebut diberi pakan berupa hijauan segar (rumput gajah dan rumput lapang) secara normal sebanyak 20 kg/ekor/hari dan konsentrat sebanyak 2 kg per ekor per hari. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pukul dan sore pukul WIB, sedangkan air minum ad libitum. Alat Ukur Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer bola basah (wet bulb temperature) dan temperatur bola kering (dry bulb temperature), termometer rektal (Safety, Japan), infra red temperature (digital surface temperature) (Anritsu HI-2000, Tokyo). Prosedur Pemeliharaan Ternak Sapi perah dara sebanyak empat ekor dipelihara di dalam kandang ikat bersama ternak yang lain dengan perlakuan normal, waktu dan jumlah pemberian pakan tidak dibedakan. Parameter yang Diukur Pengukuran lingkungan iklim mikro dalam kandang meliputi suhu lingkungan (Ta), kelembaban udara (Rh). Pengukuran respon fisiologis antara lain terhadap suhu permukaan kulit (Ts) dan suhu rektal (Tr). Cara Pengambilan Data Pengukuran dilakukan mulai pagi hari pukul WIB. Pengukuran pertama ke pengukuran berikutnya dilakukan paling cepat setelah 1 jam, dengan

24 mengacu pada perbedaan suhu udara. Apabila suhu udara belum berubah dari pengukuran sebelumnya maka pengukuran suhu udara dan kelembaban relatif serta respon fisiologis ditunda sampai terjadi perubahan suhu udaranya. Metode Pengukuran 1. Pengukuran suhu dan kelembaban udara menggunakan termometer bola basah dan bola kering. 2. Indeks suhu kelembaban (THI) dihitung menggunakan rumus Hahn (1985) yaitu: THI = DBT + 0,36 WBT + 41,2; DBT= suhu bola kering ( o C) dan WBT = suhu bola basah ( o C). 3. Suhu permukaan kulit (Ts), diukur di empat titik tubuh sapi yaitu punggung (A), dada (B), tungkai atas (C), tungkai bawah (D). Rataan suhu permukaan kulit dihitung berdasarkan rumus Mc Lean et al. (1983); Ts = 0,25 (A+B) + 0,32 C + ) 0,18 D. 4. Suhu rektal diukur menggunakan termometer klinis yang dimasukkkan ke dalam rektal selama 3 5 menit. Rancangan dan Analisis Data Data yang diperoleh dimasukkan dalam program Microsoft Excel kemudian diolah menggunakan analisis Jaringan Syaraf Tiruan, sehingga dapat diketahui pola hubungan antara perubahan suhu udara dan kelembaban relatif terhadap respon fisiologis pada sapi perah FH. Jaringan Syaraf Tiruan yang digunakan adalah metode algoritma propagasi balik. Algoritma pelatihan propagasi balik banyak dipakai pada aplikasi pengaturan karena proses pelatihannya didasarkan pada hubungan yang sederhana, yaitu: jika keluaran memberikan hasil yang salah, maka penimbang (weight) dikoreksi supaya galatnya dapat diperkecil dan respon jaringan selanjutnya diharapkan akan lebih mendekati nilai yang benar. Back propagation juga berkemampuan untuk memperbaiki penimbang pada lapisan tersembunyi (hidden layer). Algoritma propagasi balik, dapat dideskripsikan sebagai berikut: ketika jaringan diberikan pola masukan sebagai pola pelatihan maka pola tersebut menuju ke unit-unit pada lapisan tersembunyi untuk diteruskan ke unit-unit lapisan keluaran. Kemudian unit-unit lapisan keluaran memberikan tanggapan yang disebut sebagai 11

25 keluaran jaringan. Saat keluaran jaringan tidak sama dengan keluaran yang diharapkan maka keluaran akan menyebar mundur (backward) pada lapisan tersembunyi diteruskan ke unit pada lapisan masukan. Oleh karenanya maka mekanisme pelatihan tersebut dinamakan back propagation atau propagasi balik. Tahap pelatihan ini merupakan langkah bagaimana suatu jaringan syaraf itu berlatih, yaitu dengan cara melakukan perubahan penimbang (sambungan antar lapisan yang membentuk jaringan melalui masing-masing unitnya). Sedangkan pemecahan masalah baru akan dilakukan jika proses pelatihan tersebut selesai, fase tersebut adalah fase mapping atau proses pengujian atau testing. Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Pemodelan dimulai dengan membangun model Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk dapat memperoleh nilai respon fisiologis pada ternak berdasarkan kondisi iklim mikronya, menggunakan metode propagasi balik. Arsitektur jaringan syaraf terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan masukan (input layer) terdiri atas variabel masukan tiga unit sel syaraf, lapisan tersembunyi (hidden layer) terdiri atas enam unit sel syaraf, dan lapisan keluaran (output layer) terdiri atas dua sel syaraf. Struktur ANN metode propagasi balik yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Struktur ANN (Artficial Neuron Network) Metode Propagasi Balik (Back ipropagation) yang Digunakan dalam Penelitian Lapisan masukan (input layer) (3 unit) x 0 : bias x 1 : suhu udara (Ta) x 2 : kelembaban udara (Rh) Lapisan tersembunyi (Hidden layer) (6 neuron) h 0 : bias h 1, h 2,h 3,h 4,h 5 Lapisan keluaran (output layer) (2 unit) y 1 :suhu rektal (Tr) y 2 : suhu kulit (Ts) Penghubung antar lapisan digunakan pembobot. Bobot sebagai jembatan yang menghubungkan input layer ke setiap neuron pada hidden layer adalah w ij (w ij : bobot yang menghubungkan unit input layer ke-i ke neuron ke-j pada hidden layer), sedangkan penghubung setiap neuron pada hidden layer ke output layer adalah v jk (v jk : bobot yang menghubungkan neuron ke-j pada hidden layer menuju ke-k pada output layer). 12

26 Skema arsitektur ANN untuk respon fisiologis suhu rektal (Tr) dan Suhu permukaan kulit (Ts) sapi perah FH pada suhu dan kelembaban udara yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 2. y 1 y 2 Gambar 2. Skema Arsitektur ANN Metode Propagasi Balik (Back Propagation) Pemodelan Respon Fisiologis Suhu Rektal (Tr) Dan Suhu Kulit (Ts) Sapi Perah FH pada Suhu dan Kelembaban Udara Berbeda Keterangan: x: masukan / input (x 1 dan x 2 ), x 0: bias pada masukan / input, W ij : Bobot pada lapisan tersembunyi, V jk : Bobot pada lapisan keluaran, h: jumlah unit pengolah pada lapisan tersembunyi (h 1...h 5 ), h 0 : bias pada lapisan tersembunyi, y: keluaran hasil. Aktivasi Jaringan ANN Algoritma back propagation membagi proses belajar ANN menjadi empat tahapan utama yang dilakukan secara iterative sehingga jaringan menghasilkan perilaku yang diinginkan. Tahapan-tahapan aktivasi jaringan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Inisialisasi yaitu dilakukan pengkodean data input (x i ) dan target t k menjadi nilai dengan kisaran [0..1], kemudian memberikan nilai pada w ij dan v jk secara random dengan kisaran (-1 sampai 1). 2. Perambatan maju (feed forwards step) yaitu melakukan training pada x i dan t k kemudian menghitung besarnya hj dan y p 1 hj = wij xi 1 + e 1 y p = vjk hj 1 +e 13

27 Selama perambatan maju, tiap unit masukan (x i ) menerima sebuah masukan sinyal ini ke tiap-tiap lapisan tersembunyi h 1,..,h j. Tiap unit tersembunyi ini kemudian menghitung aktivasinya dan mengirimkan sinyalnya (h j ) ke tiap unit keluaran. Tiap unit keluaran (y k ) menghitung aktivasinya untuk membentuk respon pada jaringan untuk memberikan pola masukan. 3. Perambatan mundur (backward step) : Menentukan nilai wij dan vjk, menghitung error pada output layer, menentukan p, v jk, j dan w ij k = y p (1-yt)(y t -y k ) v jk = v jk + k. h j j = h j (1-h j ) k k. v jk w ij = w ij + j. x i dimana adalah constant of learning rate (misal =0.5) Selama pelatihan, tiap unit keluaran membandingkan perhitungan aktivasinya y p dengan nilai targetnya y t untuk menentukan kesalahan pola tersebut dengan unit itu. Berdasarkan kesalahan ini, faktor δ k (p=p 1 dan p 2 ) dihitung δ k digunakan untuk menyebarkan kesalahan pada unit keluaran y p kembali ke semua unit pada lapisan sebelumnya (unit-unit tersembunyi yang dihubungkan ke y p ). Dengan cara yang sama, faktor (h = 1,2,5) dihitung untuk tiap unit tersembunyi h j. Nilai δ k digunakan untuk mengupdate bobot-bobot antara lapisan tersembunyi dan lapisan masukan. Setelah seluruh faktor δ ditentukan, bobot untuk semua lapisan diatur secara serentak. Pengaturan bobot v jk (dari unit tersembunyi h j ke unit keluaran y p ) didasarkan pada faktor δ k dan aktivasi h j dari unit tersembunyi h j, didasarkan pada faktor δ j dan aktivasi x i unit masukan, karena perubahan bobot ini akan terjadi secara terus menerus selama proses iterasi. 4. Menentukan error atau galat acuan dengan cara jumlah kuadrat dari selisih output yang diharapkan dengan output aktual dengan rumus sebagai berikut: 14

28 Keterangan : Y t = vektor nilai output yang diharapkan Y p = vektor nilai output aktual N = jumlah data dalam training = besar galat yang diinginkan Perhitungan kesalahan merupakan pengukuran bagaimana jaringan dapat belajar dengan baik. Kesalahan pada keluaran dari jaringan merupakan selisih antara keluaran prediksi (current output) dan keluaran target (desired output). Menghitung nilai SSE (Sum Square Error)yang merupakan hasil penjumlahan nilai kuadrat errorneuron ke-1 dan neuronke-2 pada lapisan output tiap data, dimana hasil penjumlahan keseluruhan nilai SSE akan digunakan untuk menghitung nilai RMSE (Root Mean Square Error)tiap iterasi (Kusumadewi, 2003). 15

29 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengambilan data selama penelitian yang berlangsung mulai pukul sampai pukul WIB, data yang diperoleh menunjukkan bahwa suhu lingkungan berkisar antara 23,7 33,7 o C, kelembaban udara antara 55 96%, THI (Temperature Humidity Index) antara 73,18 83,86. Nilai pengukuran yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan rataan nilai optimum untuk kenyamanan sapi perah. Menurut West (2003), ternak sapi perah membutuhkan temperatur nyaman o C atau THI (Temperature Humidity Index) < 72, THI > 72 sapi mengalami stres dan THI > 84 memungkinkan kematian pada sapi perah. Sementara McNeilly (2001) menyatakan bahwa zona termoneutral (ZTN) berada pada suhu lingkungan o C dan kelembaban relatif (Rh) 50 60%. Gambar 3 dan 4 menunjukan pola perubahan kondisi iklim mikro yang berfluktuasi pada lokasi penelitian. Pada gambar tersebut, suhu lingkungan (Ta) dan THI mengilustrasikan pola perubahan yang baku yaitu pola parabolik. Berdasarkan nilai THI yang didapat yaitu berkisar antara THI 72-84, menunjukkan bahwa sapi mengalami cekaman panas, hal ini seperti yang telah di laporkan oleh (Amir, 2010 dan Yani, 2007) Waktu Pengamatan (WIB) Gambar 3. Rataan Pola Perubahan Suhu Lingkungan pada Lokasi Penelitian

30 Waktu Pengamatan (WIB) (a) Kelembaban udara (Rh) Waktu Pengamatan (WIB) (b)temperature Humidity Index (THI) Gambar 4. Rataan Pola Perubahan Lingkungan Mikro: (a) Kelembaban Udara dan (b) Temperature Humidity Index (THI) Menurut Yani (2007), suhu udara dalam kandang berasal dari suhu udara lingkungan yang naik pada pagi sampai siang hari dan menurun kembali pada sore hari. Pada pukul WIB, suhu udara dalam kandang memiliki kecenderungan meningkat dari posisi dekat lantai menuju posisi dekat atap karena panas matahari 17

31 yang diterima atap dihantarkan ke dalam kandang sehingga semakin dekat dengan atap suhu udara semakin tinggi. Suhu udara dan kelembaban menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah laku ternak. Iklim mikro disuatu tempat yang tidak mendukung bagi kehidupan ternak membuat potensi genetik seekor ternak tidak dapat ditampilkan secara maksimal (McNeilly, 2001). Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara terhadap Suhu Rektal (Tr) Suhu rektal merupakan salah satu parameter dari pengaturan suhu tubuh yang lazim digunakan karena kisaran suhunya relatif lebih konstan dan lebih mudah dilakukan pengukurannya daripada parameter suhu tubuh lainnya. Dari hasil pengukuran di lapang, suhu rektal berkisar antara 38,13 39,7 o C. Rataan suhu rektal ini masih tergolong pada suhu normal bagi sapi perah, seperti yang dinyatakan Schutz et al. (2009) sebesar 38,2 39,1 o C, tetapi ternyata telah telah terjadi cekaman panas pada saat suhu rektal melebihi suhu 39,2 o C. Hasil penelitian Purwanto et al. (1993) serta Kendall et al. (2006) melaporkan bahwa pada suhu lingkungan 30 o C serta 32,2 o C, suhu rektal dapat mencapai lebih dari 39,8 o C serta 40 o C. Kondisi suhu rektal yang tinggi tersebut, mengindikasikan fungsi tubuh bekerja secara ekstra untuk mencapai keseimbangan panas yang baik dengan pelepasan panas. Untuk mengetahui suhu rektal sapi perah dapat digunakan hasil simulasi ANN berdasarkan suhu dan kelembaban udara di sekitar kandang sapi perah tersebut. Pengaruh Suhu Dan Kelembaban Udara terhadap Suhu Kulit (Ts) Rataan suhu permukaan kulit sapi perah selama pengamatan bervariasi antara 31,97 36,55 o C. Rataan suhu rektal ini masih tergolong pada suhu normal sapi perah yang dipelihara dalam lingkungan mikro yang nyaman yaitu berkisar antara 33,5 37,1 o C (Tucker et al., 2008). Disamping itu sapi perah yang diamati adalah sapi perah yang sudah lama beradaptasi terhadap lingkungan panas dan dipelihara selalu dikandangkan sehingga tidak terkena langsung radiasi panas matahari. 18

32 Menurut Martini (2006), bahwa kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara yaitu pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, suhu tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh. Suhu tubuh merupakan perwujudan suhu organ-organ di dalam tubuh serta organ-organ di luar tubuh. Suhu tubuh diwakili oleh suhu rektal dan suhu diluar tubuh diwakili oleh suhu permukaan kulit. Pola perubahan suhu tubuh sesuai dengan pola perubahan suhu rektal, karena suhu rektal mempunyai pengaruh sebesar 86% terhadap suhu tubuh, sedangkan suhu kulit pengaruhnya sebesar 14% (McLean et al., 1983). Besarnya cekaman panas yang dicerminkan oleh nilai suhu tubuh sebagian besar dipengaruhi oleh besarnya nilai suhu rektal dan sebagian lagi sisanya oleh suhu kulit. Namun demikian, kulit berperan penting dalam menerima rangsangan panas atau dingin untuk dihantarkan ke susunan syaraf pusat dan diteruskan ke hipotalamus. Rangsangan suhu tersebut diteruskan ke pusat pengatur panas yang juga di hipotalamus untuk melakukan usaha-usaha penurunan produksi atau pengeluaran panas (Isnaeni, 2006). Penerapan Artificial Neural Network (ANN) Penerapan Artificial Neural Network metode pelatihan propagasi balik dilakukan terhadap data-data pelatihan dengan harapan kesalahan (error) terkecil sekitar Setelah dilakukan iterasi berulang-ulang dihasilkan nilai kesalahan (error) yang semakin menurun dari setiap iterasi. Nilai kesalahan (error) yang terkecil pada output prediksi terhadap output target, paday p1 (suhu rektal) dan Y p2 (suhu kulit) yaitu setelah dilakukan iterasi sebanyak /25 ( kali), diperoleh nilai error pada suhu rektal sebesar 0, dan pada suhu kulit sebesar 0, Penurunan nilai error pada suhu rektal dan suhu kulit selama proses iterasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 5. 19

33 Tabel 2. Penurunan Nilai Error Berdasarkan Tahapan Iterasi untuk Suhu Rektal (Y p1 ) dan Suhu Kulit (Y p2 ) No Tahap Iterasi ke Error Y p1 Error Y p , , , , , , , , , , , , , , , , Gambar 5. Proses Iterasi yang Menghasilkan Nilai Error Terendah untuk suhu rektal (y p1 ) dan suhu kulit (y p2 ) Validasi Hasil Artificial Neural Network (ANN) Validasi hasil ANN pada suhu rektal (Tr) dan suhu kulit (Ts) berdasarkan suhu dan kelembaban udara, dengan cara membandingkan data suhu rektal dan suhu kulit hasil perhitungan ANN dibandingkan dengan hasil pengukuran di lapang. 20

34 Validasi dilakukan pada kondisi suhu dan kelembaban udara yang sama antara data hasil penghitungan ANN dan data hasil pengukuran di lapang. Validasi dimulai setelah didapatkan nilai error terendah, kemudian dilakukan proses normalisasi kembali, yaitu normalisasi data input (x 1, x 2 ), data target (y t1, y t2 ) dan hasil prediksi perhitungan ANN (y p1, y p2 ). Proses dan hasil normalisasi data dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil validasi menunjukkan kecenderungan hasil penghitungan ANN mendekati hasil pengukuran lapang dengan nilai rataan persentase error yang rendah.yaitu y p1 = 0,50 % dan y p2 = 1,12 %. Pada beberapa titik validasi terjadi perbedaan persentase error yang cukup besar, tetapi masih dalam batasan yang rendah (% error < 5 %). Hal tersebut dapat diartikan bahwa nilai prediksi sudah mendekati nilai aktualnya. Nilai persentase error yang rendah ini menunjukkan bahwa hasil penghitungan ANN memiliki akurasi yang tinggi sehingga dapat dijadikan acuan untuk pendugaan suhu rektal (Tr) dan suhu kulit (Ts) berdasarkan suhu dan kelembaban udara. 21

35 Tabel 3. Hasil Normalisasi Data dari Proses Iterasi: Data Input, Data Output dan ipersentase Error antara Target dan Prediksi Data Output Input Suhu Rektal (Tr) SuhuKulit (Ts) Ta Rh Target Prediksi Error Target Prediksi Error ( 0 C) (%) ( 0 C) ( 0 C) (%) ( 0 C) ( 0 C) (%) 23,70 96,00 38,25 38,43 0,48 32,01 32,08 0,22 24,00 96,00 38,40 38,50 0,27 31,97 32,36 1,20 24,35 94,00 38,56 38,47 0,22 32,21 32,45 0,74 25,00 88,00 38,15 38,31 0,42 33,59 32,44 3,42 25,45 90,00 38,27 38,56 0,75 32,93 33,14 0,63 25,80 82,67 38,13 38,17 0,09 32,82 32,72 0,31 26,17 80,33 38,33 38,13 0,52 32,62 32,84 0,67 26,67 82,67 38,27 38,46 0,50 33,35 33,51 0,47 27,20 84,00 38,65 38,68 0,07 34,95 34,08 2,48 27,60 77,67 38,43 38,41 0,05 33,67 33,90 0,68 28,10 74,00 38,54 38,34 0,52 33,98 33,98 0,01 28,67 72,33 38,83 38,44 1,01 34,60 34,31 0,85 29,00 71,00 38,85 38,50 0,89 33,86 34,48 1,82 29,30 73,67 39,23 38,79 1,11 35,29 34,89 1,14 29,60 76,00 39,70 39,06 1,62 35,16 35,30 0,40 30,03 67,00 38,61 38,72 0,28 35,04 34,92 0,36 30,87 61,00 38,64 38,60 0,12 34,49 35,07 1,68 31,15 60,00 38,44 38,63 0,48 35,13 35,16 0,08 31,60 59,00 38,78 38,68 0,26 36,06 35,39 1,85 31,80 60,33 38,59 38,83 0,62 35,01 35,64 1,79 32,10 57,00 38,74 38,69 0,13 36,49 35,57 2,52 32,50 58,33 38,82 38,89 0,19 36,35 35,93 1,16 32,80 55,00 38,90 38,78 0,31 35,61 35,91 0,85 33,20 55,00 38,63 38,91 0,72 36,55 36,12 1,16 33,30 55,00 38,60 38,90 0,78 35,70 36,19 1,38 Rataan Error 0,50 1,11 Keterangan : Target (Hasil pengukuran di lapang) Prediksi (Hasil perhitungan ANN) 22

36 Simulasi Pendugaan Suhu Rektal (Tr) dan Suhu Kulit (Ts) Simulasi adalah teknik penyusunan dari kondisi yang nyata dan kemudian melakukan percobaan pada model yang dibuat dari sistem. Simulasi dilakukan dengan memperhatikan parameter suhu dan kelembaban udara pada setiap kondisi mulai dari nilai minimum sampai nilai maksimum yang terukur di lapang. Simulasi dengan mengkombinasikan nilai input suhu dan kelembaban udara, sehingga didapatkan variasi nilai output suhu rektal dan suhu kulit. Contoh hasil simulasi menggunakan ANN dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil simulasi suhu dan kelembaban udara, apabila ingin mengetahui berapa respon fisiologis sapi perah pada suhu rektal (Tr) dan suhu kulit (Ts) sapi perah tersebut, tidak perlu mengukur langsung kepada ternaknya, tetapi cukup melihat suhu dan kelembaban udara yang terukur saat itu, kemudian disimulasikan dengan ANN. Hasil simulasi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat respon fisiologis sapi perah (suhu rektal dan suhu kulit) terhadap perubahan suhu dan kelembaban udara yang berbeda-beda. Tabel 4. Contoh Hasil Simulasi ANN Perkiraan Suhu Rektal (Tr) dan Suhu Kulit (Ts) pada Suhu dan Kelembaban Udara yang Berbeda-beda Suhu udara Kelembaban udara Suhu Rektal Suhu Kulit ( o C) (%) ( o C) ( o C) ,11 35, ,86 35, ,68 35, ,11 35, ,86 35, ,68 35, ,60 36, ,28 36, ,05 36, ,99 37, ,63 37, ,35 36, ,30 38, ,91 37, ,59 37, ,54 38, ,13 38, ,80 37,82 23

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama dua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengambilan data selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 06.00 sampai pukul 16.00 WIB, data yang diperoleh menunjukkan

Lebih terperinci

3 PENENTUAN SUHU KRITIS BERDASARKAN RESPON FISIOLOGIS SAPI DARA PERANAKAN FRIES HOLLAND MELALUI SIMULASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA BERBEDA DAERAH

3 PENENTUAN SUHU KRITIS BERDASARKAN RESPON FISIOLOGIS SAPI DARA PERANAKAN FRIES HOLLAND MELALUI SIMULASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA BERBEDA DAERAH 24 Keterangan : aj : nilai aktivasi dari unit j. Wj,i : bobot dari unit j ke unit i Ini : penjumlahan bobot dan masukan ke unit i g : fungsi aktivasi ai : nilai aktivasi dari unit 3 PENENTUAN SUHU KRITIS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1. 21 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai Januari 2010. Pemeliharaan ternak di Laboratorium Lapang, kandang blok B sapi perah bagian IPT Perah Departemen

Lebih terperinci

Analisis Jaringan Saraf Tiruan dengan Metode Backpropagation Untuk Mendeteksi Gangguan Psikologi

Analisis Jaringan Saraf Tiruan dengan Metode Backpropagation Untuk Mendeteksi Gangguan Psikologi Analisis Jaringan Saraf Tiruan dengan Metode Backpropagation Untuk Mendeteksi Gangguan Psikologi Kiki, Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi & Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian 17 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada 11 Maret hingga 5 Juni 011. Waktu penelitan dibagi menjadi enam periode, setiap periode perlakuan dilaksanakan selama 14 hari. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Termoregulasi Sapi Perah Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh yang bergantung kepada produksi panas melalui metabolisme dan pelepasan panas tersebut ke lingkungan,

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI GANGGUAN PSIKOLOGI

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI GANGGUAN PSIKOLOGI Media Informatika, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 1-11 ISSN: 0854-4743 JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI GANGGUAN PSIKOLOGI Kiki, Sri Kusumadewi Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

produktivitas. Strategi mengurangi cekaman panas telah dilakukan dengan perbaikan pakan, perbaikan konstruksi kandang, pemberian naungan pohon dan

produktivitas. Strategi mengurangi cekaman panas telah dilakukan dengan perbaikan pakan, perbaikan konstruksi kandang, pemberian naungan pohon dan 44 4 PENENTUAN SUHU KRITIS BERDASARKAN RESPON FISIOLOGIS DENGAN MANAJEMEN WAKTU PEMBERIAN DAN KONSENTRAT DENGAN KANDUNGAN TDN BERBEDA MELALUI SIMULASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PENDAHULUAN Pada dasarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2010 mencapai 237,64 juta jiwa atau naik dibanding jumlah penduduk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengamatan selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 09.00 pagi sampai pukul 15.00 sore WIB, data yang diperoleh menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembenihan Ikan Pemeliharaan larva atau benih merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 39 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember tahun 2010 di rumah tanaman (greenhouse) Balai Penelitian Agroklimatologi dan Hidrologi (Balitklimat),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik

Lebih terperinci

konsentrat dengan kandungan TDN berbeda. Enam ekor sapi dara FH digunakan pada penelitian ini. Sebanyak enam perlakukan yang digunakan merupakan

konsentrat dengan kandungan TDN berbeda. Enam ekor sapi dara FH digunakan pada penelitian ini. Sebanyak enam perlakukan yang digunakan merupakan RINGKASAN DADANG SUHERMAN. Penentuan Suhu Kritis Atas pada Sapi Perah Dara Berdasarkan Respon Fisiologis dengan Manajemen Pakan melalui Simulasi Artificial Neural Network. Dibimbing oleh BAGUS P PURWANTO,

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya (ULASAN)

Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya (ULASAN) Media Peternakan, April 2006, hlm. 35-46 ISSN 0126-0472 Terakreditasi SK Dikti No:56/DIKTI/Kep/2005 Vol. 29 No. 1 Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA Arif Qisthon dan Sri Suharyati Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Andi Ihwan 1), Yudha Arman 1) dan Iis Solehati 1) 1) Prodi Fisika FMIPA UNTAN Abstrak Fluktuasi suhu udara berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

DADANG SUHERMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DADANG SUHERMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENENTUAN SUHU KRITIS ATAS PADA SAPI PERAH DARA FRIES HOLLAND BERDASARKAN RESPON FISIOLOGIS DENGAN MANAJEMEN PAKAN MELALUI SIMULASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DADANG SUHERMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIRAMAN DAN PENGANGINAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI DAN TINGKAT KONSUMSI PAKAN SAPI FRIES HOLLAND DARA SKRIPSI

PENGARUH PENYIRAMAN DAN PENGANGINAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI DAN TINGKAT KONSUMSI PAKAN SAPI FRIES HOLLAND DARA SKRIPSI PENGARUH PENYIRAMAN DAN PENGANGINAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI DAN TINGKAT KONSUMSI PAKAN SAPI FRIES HOLLAND DARA SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Bagus P. Purwanto, M.Agr. Pembimbing Anggota : L-. Aiidi Murfi, MSi.

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Bagus P. Purwanto, M.Agr. Pembimbing Anggota : L-. Aiidi Murfi, MSi. RINGKASAN Edi Suwito. 2000. Hubungan antara Lingkungan Mikro dengan Lama Bernaung dalam Kandang pada Sapi Dara Peranakan Fries Holland. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Temak. Jurusan Ilmu Produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Boerawa Kambing Boerawa merupakan jenis kambing persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing merupakan hewan yang

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi pengembangan usaha peternakan kambing masih terbuka lebar karena populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai 1.012.705 ekor. Menurut data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Muh. Ishak Jumarang 1), Lyra Andromeda 2) dan Bintoro Siswo Nugroho 3) 1,3) Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN PRINSIP PINDAH PANAS DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh : MURNIWATY F 14103131

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Gauss Untuk dapat melakukan pengolahan data menggunakan ANN, maka terlebih dahulu harus diketahui nilai set data input-output yang akan digunakan. Set data inputnya yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT SKRIPSI ADI RAKHMAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Pengaruh langsung yang dapat diketahui yaitu potensi sumber daya air. Besar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging

1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA

JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA doi: https://doi.org/10.5281/zenodo.1207339 JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA Siti Aisyah (1), Abdi Dharma (2), Mardi Turnip (3) Sistem Informasi Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengklasifikasian merupakan salah satu metode statistika untuk mengelompok atau menglasifikasi suatu data yang disusun secara sistematis. Masalah klasifikasi sering

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot

Lebih terperinci

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.18, No.4, Oktober 2015, hal 151-156 PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Zaenal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 8.1 Komponen Jaringan Syaraf JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 10 11 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Abstrak Vinsensius Rinda Resi - NIM : A11.2009.04645 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA Anggi Purnama Undergraduate Program, Computer Science, 2007 Gunadarma Universiy http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak 22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Bangsa Sapi Potong Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus), dan sapi Eropa (Bos taurus). Bangsa-bangsa

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Ahyuna 1), Komang Aryasa 2) 1), 2) Jurusan Teknik Informatika, STMIK Dipanegara Makassar 3) Jl. Perintis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban dan Prakiraan Beban Listrik Di dalam sebuah sistem kelistrikan terdapat 2 sisi yang sangat berbeda, yaitu sisi beban dan sisi pembangkitan. Pada sisi beban atau beban

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 hingga Agustus 2011 yang berlokasi di kolam petani Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 3 JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 0 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi yang masuk. Tiap sel syaraf dihubungkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Hijauan dan Konsentrat

TINJAUAN PUSTAKA Hijauan dan Konsentrat 3 TINJAUAN PUSTAKA Hijauan dan Konsentrat Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan produktivitas dan keuntungan sapi perah. Menurut Tyler dan Enseminger (2006) pakan merupakan kontributor

Lebih terperinci

Simulasi Artificial Neural Network untuk Menentukan Suhu Kritis pada Sapi Fries Holland Berdasarkan Respon Fisiologis

Simulasi Artificial Neural Network untuk Menentukan Suhu Kritis pada Sapi Fries Holland Berdasarkan Respon Fisiologis Simulasi Artificial Neural Network untuk Menentukan Suhu Kritis pada Sapi Fries Holland Berdasarkan Respon Fisiologis Suherman D 1, Purwanto BP 2, Manalu W 3, dan Permana IG 4 1 Jurusan Peternakan Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dwi Marisa Midyanti Sistem Komputer Universitas Tanjungpura Pontianak Jl Prof.Dr.Hadari Nawawi, Pontianak

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Bambang Yuwono 1), Heru Cahya Rustamaji 2), Usamah Dani 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci