UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum) SEBAGAI ESTROGENIK PADA TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum) SEBAGAI ESTROGENIK PADA TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) ABSTRAK"

Transkripsi

1 UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum) SEBAGAI ESTROGENIK PADA TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) Niken Claudya E. 1, E. Mulyati Effendi 2, Bina Lohita Sari 3 1,3) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor 2) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK Fase menopause terjadi akibat penurunan jumlah hormon estrogen yang dapat mengakibatkan osteoporosis, penyakit jantung dan bahkan resiko kanker. Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat estrogenik diantaranya adalah rumput kebar (Biophytum petersianum). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas estrogenik dan mengetahui dosis yang paling efektif dari ekstrak etanol 70% rumput kebar pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina. Sejumlah 25 ekor tikus putih betina dengan metode whitten effect yang dibagi dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus, dengan kelompok perlakuan sebagai kontrol negatif (P1), etinil estradiol mg/200g sebagai kontrol positif (P2), ekstrak etanol 70% rumput kebar (P3), ekstrak etanol 70% rumput kebar (P4) dan ekstrak etanol 70% rumput kebar (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar (P5) merupakan dosis paling efektif dan memberikan pengaruh yang nyata dalam memperpendek siklus estrus, memperpanjang fase estrus, meningkatkan vaskularisasi dan bobot ovarium serta uterus yang sebanding dengan kontrol positif (P2). Kata Kunci: kebar,, estrogen, tikus putih betina. ABSTRACT Menopause phase occurs as a result of a decrease in the amount of estrogenic hormone which can lead to osteoporosis, heart disease and even cancer risk. One of the plant that have estrogenic properties is kebar grass (Biophytum petersianum). The purpose of this study was to test the effectiveness of estrogenic and determine the most effective dose of 70% ethanol extract of kebar grass in rats (Rattus norvegicus) females. Amount of 25 white mice females with methods whitten effects are divided into 5 groups. Each group consist of 5 mice, the treated group as negative controls (P1), ethinyl estradiol mg/200g as a positive control (P2), 70% ethanol extract of kebar grass (P3), 70% ethanol extract of kebar grass (P4) and 70% ethanol extract of kebar grass (P5). Result showed that 70% ethanol extract of kebar grass with (P5) dose is the most effective dose and giving a significant influence in estrus cycles shorten, lengthen fas estrus,

2 increase vascularity and ovarian and uterine weights were comparable to the positive control (P2). Keywords: grass, Ethanol Extract 70%, estrogen, female white rats. PENDAHULUAN Perubahan fungsi tubuh manusia biasanya terjadi pada proses menua, karena pada proses ini banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologi. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase menopause (Proverawati, 2010). Menopause dapat diartikan berhentinya haid. Ini menandai berakhirnya kemampuan wanita untuk berproduksi. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejalanya pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun (Nugroho dan Scorviani, 2010). Pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormon estrogen yang sangat penting untuk mempertahankan faal tubuh. Produksi estrogen yang terhenti akan dapat mengakibatkan osteoporosis, penyakit jantung dan bahkan resiko kanker (Proverawati, 2010). Estrogen merupakan hormon yang terpenting dalam regimen pengobatan pengganti hormon, dimana penggunaan estrogen sintesis seperti ethinyl estradiol secara berlebihan dan terus-menerus akan menimbulkan efek samping yang membahayakan bagi tubuh yaitu dapat menyebabkan dinding rahim (endometrium) tumbuh dan mungkin menjadi kanker. Diyakini bahwa estrogen alami lebih aman karena membawa resiko lebih kecil terjadinya banyak pendarahan dan mempunyai efek samping lebih sedikit (Llewellyn dan Jones, 2009). Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat estrogenik diantaranya adalah rumput kebar (Biophytum petersianum). kebar merupakan salah satu tumbuhan obat yang terdapat di Indonesia khususnya di Papua Barat yang telah dipakai secara turun-temurun oleh penduduk setempat sebagai obat tradisional dalam memperbaiki kinerja reproduksi (Unitly dan Inara, 2011). Senyawa aktif yang berperan sebagai obat maupun penyubur termasuk golongan steroid, saponin dan flavonoid. kebar mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid dan glikosida (Sembiring dan Darwati, 2014). Air rebusan simplisia rumput kebar dapat menormalkan siklus haid dari 14 hari menjadi hari. Pemberian ekstrak air rumput kebar dapat meningkatkan perkembangan folikel karena mengandung saponin yang merupakan bahan dasar untuk sintesis hormon steroid yang dapat memperbaiki kinerja sistem reproduksi (Wajo, 2005). Menurut Sadsoeitoeboen (2005) pemberian ekstrak air rumput kebar sebesar 0,135 mg/g bobot badan kepada mencit putih betina, dapat memperpendek siklus estrus, memperpanjang lama estrus, meningkatkan jumlah embrio, menambah bobot badan induk, jumlah anak dan bobot lahir anak, namun masih perlu diteliti lebih lanjut menggunakan ekstrak dengan pelarut etanol 70%. 2

3 etanol 70% dapat mengidentifikasi senyawa metabolit lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak air, hal ini dikarenakan ekstrak etanol 70% mempunyai kesamaan tingkat kepolaran dengan senyawa yang didapatkan (Santana, et al., 2009). Pemilihan pelarut etanol 70% ini ditujukan agar lebih banyak senyawa yang berkhasiat estrogenik yang dapat tertarik, sehingga penggunaan ekstrak rumput kebar dalam dosis yang lebih kecil, diharapkan mampu memberikan efek estrogenik sebanding dengan penggunaan estrogen sintetis ethinyl estradiol sebagai kontrol positif. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan kurang lebih selama 2 bulan yaitu mulai dari bulan Agustus sampai bulan September 2016 di Laboratorium Farmasi dan Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor. Bahan kebar (Biophytum petersianum). Tikus putih (Rattus norvegicus) betina pre-menopause yang berumur 8-9 bulan dengan bobot badan sekitar g sebanyak 25 ekor, NaCl fisiologis, etanol 70%, methanol 10%, pewarna giemsa, aquadest, etinil estradiol, (Carboxy Methyl Cellulose), eter, sekam dan pakan ternak. Alat Oven, grinder, ayakan mesh 40, vaccum rotary evaporator, corong, cawan krus, tanur, moisture balance, pipet tetes, sonde, kaca arloji, beaker glass, tabung reaksi, gelas ukur, stopwatch, pengaduk gelas, spatula, mortir, stamper, tabung maserasi, kain batis, timbangan analitik, kandang tikus, bak plastik, tempat makan dan minum tikus, spuit 3cc, cotton bud, gelas objek, dan mikroskop. Cara Kerja Penelitian terbagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pra-penelitian dan tahap penelitian. 1. si Sebanyak 350 gram simplisia rumput kebar yang sudah dihaluskan, dimaserasi dengan pelarut etanol 70% (perbandingan 1:10) dalam tabung selama 3x24 jam, kemudian disaring dan ampasnya dimaserasi kembali sebanyak 2 kali dengan perlakuan yang sama. Maserat yang terkumpul dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada suhu C hingga terbentuk ekstrak kental. kental ini dimasukkan ke dalam botol berwarna cokelat kemudian disimpan di dalam lemari pendingin (Harborne, 1987). 2. Penapisan Fitokimia Serbuk simplisia dan kental di uji terhadap alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan steroid (Harborne, 1987). 3. Tahap Pra-Penelitian a. Adaptasi dilakukan pada 25 ekor tikus putih betina selama 1 minggu dengan berat badan sekitar g. b. Setelah 1 minggu, tikus-tikus percobaan tersebut dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdapat 5 ekor tikus yaitu (P1) kontrol negative diberi per oral, (P2) kontrol positif diberi per oral etinil estradiol 9x10-3 mg/200g, (P3) dosis 1 diberi per oral ekstrak etanol 70% rumput kebar, (P4) dosis 2 diberi per oral ekstrak etanol 3

4 70% rumput kebar dan (P5) dosis 3 diberi per oral ekstrak etanol 70% rumput kebar untuk dilakukan Whitten Effect. Metode ini dilakukan dengan cara kandang tikus jantan diletakkan di atas kandang tikus betina. Perlakuan dilakukan satu kali sehari setiap hari selama 7 hari pada saat tikus mengalami estrus. 4. Tahap Penelitian Parameter yang diamati terdiri dari lama siklus estrus, lama fase estrus, vaskularisasi dan bobot ovarium serta bobot uterus a. Pengukuran Lama Siklus Estrus Pengukuran lama siklus estrus dilakukan secara mikroskopis dengan metode preparat ulas vagina (Vaginal Smear) dan tanda-tanda estrus secara makroskopis, ditandai dengan adanya sel epitel yang kornifikasi. Pembuatan preparat ulas vagina dilakukan setiap hari, dua kali sehari pagi dan malam hari selama pemberian perlakuan dan setelah pemberian perlakuan masingmasing selama 7 hari, sekaligus melihat tanda-tanda estrus meliputi keadaan vulva dan vagina (Hafez dan Jainudeen, 2000). Lama siklus estrus (proestrus, estrus, metestrus dan diestrus) dapat diteliti dengan cara menghitung waktu (dalam jam) siklus estrus tikus dari fase estrus awal hingga tikus mengalami fase estrus kembali, yaitu dimulai dari akhir fase estrus (adanya sel-sel kornifikasi serta adanya leukosit) sampai dengan tandatanda awal fase estrus (ditandai dengan adanya sel-sel epitel yang kornifikasi). b. Pengukuran Lama Fase Estrus Pengukuran lama fase estrus dilakukan secara mikroskopis dengan metode preparat ulas vagina (Vaginal Smear) dan tanda-tanda estrus secara makroskopis, meliputi keadaan vulva dan vagina (Hafez dan Jainudeen, 2000). Pembuatan preparat ulas vagina dilakukan setiap hari, dua kali sehari pagi dan malam hari selama pemberian perlakuan dan setelah pemberian perlakuan masing-masing selama 7 hari, yaitu dengan cara melihat tanda-tanda lama fase estrus dalam 1 siklus estrus, yang dimulai dari awal estrus (adanya sel-sel epitel yang kornifikasi) sampai dengan tanda-tanda akhir estrus (ditandai dengan adanya sel-sel kornifikasi serta adanya leukosit). c. Vaskularisasi Ovarium dan Uterus Tikus Pengamatan vaskularisasi ovarium dan uterus pada tikus betina dilakukan dengan cara mematikan tikus dengan eter pada tikus yang mengalami masa estrus selama pemberian perlakuan dan setelah pemberian perlakuan, kemudian dibedah untuk dikeluarkan ovarium dan uterusnya, setelah itu dilihat warna mukosa pada ovarium dan uterus tikus. Penilaian dan pengamatan vaskularisasi dinyatakan dengan skoring, sesuai dengan modifikasi metode Rugh, (1968). d. Penimbangan Bobot Ovarium dan Uterus Tikus Setelah dilakukan penelitian aktivitas vaskularisasi kemudian dilakukan penimbangan bobot ovarium kiri, ovarium kanan dan uterus secara terpisah dengan menggunakan timbangan analitik (Nodine and Siegler, 1961). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. si dan Penapisan Fitokimia 4

5 kental yang diperoleh sebanyak 69,38 g, maka rendemen ekstrak etanol 70% adalah 19,82%. Berdasarkan hasil uji fitokimia yang dilakukan, rumput kebar mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Senyawa aktif yang berperan sebagai obat maupun penyubur termasuk golongan steroid, saponin dan flavonoid. Steroid dalam tumbuhan dikenal dengan nama fitosterol yaitu sitosterol (kolesterol asal tanaman) dan stigmasterol. Kandungan rumput kebar golongan steroid (sitosterol) dapat berubah menjadi estrogen melalui proses aromatisasi sehingga dapat meningkatkan dan memperpanjang waktu estrus (Wicaksono, 2013). 2. Pengaruh Estrogenik (Biophytum petersianum) Terhadap Lama Siklus Estrus a. Lama Siklus Estrus Selama Pemberian Perlakuan (P 2 ) mg/200g Lama Siklus Estrus (Jam) (P 3 ) (P 4 ) Total Rata-rata 52,8 c 0 a 24 bc 9,6 ab 0 a Keterangan: - Angka 0 menunjukkan tidak terjadinya siklus estrus (hanya mengalami fase estrus). - Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan. Berdasarkan hasil penentuan aktivitas estrogenik, pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh sangat berbeda nyata dalam memperpendek waktu siklus estrus dengan (P < 0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan diperoleh hasil, bahwa (P2), (P4) dan (P5) menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata dengan kontrol negatif (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif mg/200g (P2) dalam memperpendek siklus estrus. Selama pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar (Biophytum petersianum) mampu memperpendek siklus estrus sehingga akan mempercepat terjadinya fase estrus kembali, bahkan tidak terjadi siklus estrus selama 7 hari. 5

6 b. Lama Siklus Estrus Setelah Selesai Pemberian Perlakuan (P 2 ) mg/200g Lama Siklus Estrus (Jam) (P 3 ) (P 4 ) Total Rata-rata 104 b 12 a 44 ab 24 a 16 a Keterangan: - Angka 0 menunjukkan tidak terjadinya siklus estrus (hanya mengalami fase estrus). - Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan SPSS 17, didapatkan hasil bahwa pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh berbeda nyata dalam memperpendek waktu siklus estrus dengan (P < 0,05). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan diperoleh hasil, bahwa (P2), (P4) dan (P5) menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan kontrol negatif (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif mg/200g (P2) dalam memperpendek siklus estrus. Hasil pada pengujian ini membuktikan bahwa setelah 7 hari pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar masih terjadi peningkatan hormon estrogen pada fase estrus, sehingga tetap memperpendek atau mempercepat siklus estrus yang normalnya membutuhkan waktu 103 jam untuk mencapai fase estrus ke fase estrus selanjutnya, setelah dilakukan pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar hanya terjadi 16 jam (kurang dari 1 hari) untuk terjadi fase estrus ke fase estrus berikutnya. Dalam selang waktu siklus estrus akan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan dan pematangan folikel serta menghasilkan sejumlah estradiol dari ovarium yang distimulasi oleh FSH. Folikel yang telah matang akan distimulasi oleh LH dan akan terjadi ovulasi.. Hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan sitologi vagina dengan melihat perubahan sel epitel vagina pada setiap perubahan tahapan siklus estrus pada tikus betina. 3. Pengaruh Estrogenik (Biophytum petersianum) Terhadap Lama Fase Estrus a. Lama Fase Estrus Selama Pemberian Perlakuan 6

7 (P1) (P2) mg/200g Lama Siklus Estrus (Jam) (P3) (P4) (P5) Total Rata-rata 115,2 a 168 b 144 b 158,4 b 168 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan. Hasil analisis data statistik menggunakan SPSS 17 memberikan pengaruh pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar sangat berbeda nyata terhadap peningkatan (lebih lamanya) waktu estrus dengan (P<0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan diperoleh hasil, bahwa semua perlakuan menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata dengan kontrol negatif (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif mg/200g (P2) dalam memperpanjang fase estrus. Peningkatan estrogen ini mampu meningkatkan perkembangan folikel sehingga folikel yang matang di ovarium semakin banyak, dengan demikian hormon estrogen yang disekresikan juga akan semakin banyak sehingga cenderung akan memperpanjang fase estrus. b. Lama Fase Estrus Setelah Selesai Pemberian Perlakuan (P1) (P2) mg/200g Lama Siklus Estrus (Jam) (P3) (P4) (P5) Total Rata-rata 64 a 156 b 124 b 144 b 152 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan. 7

8 Hasil analisis data statistik menggunakan SPSS 17 memberikan pengaruh perlakuan sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar berbeda nyata terhadap peningkatan (lebih lamanya) waktu estrus (P < 0,05). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan diperoleh hasil, bahwa semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan kontrol negatif (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif mg/200g (P2) dalam memperpanjang fase estrus. Pada kontrol positif mg/200g (P2) mempunyai waktu estrus paling lama karena merupakan steroid sintetik paling poten yang dapat memacu pertumbuhan endometrium dan penebalan stratifikasi serta kornifikasi vagina (Muttaqin, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% rumput kebar bersifat estrogenik sehingga dengan adanya asupan estrogen yang berasal dari ekstrak etanol 70% rumput kebar pada saat estrus, maka akan mempengaruhi waktu estrus menjadi lebih lama. 4. Pengaruh Estrogenik Pemberian (Biophytum petersianum) Terhadap Vaskularisasi Ovarium dan Uterus a. Vaskularisasi Ovarium dan Uterus Selama Pemberian Perlakuan Skor Vaskularisasi Ovarium dan Uterus (P 2 ) (P 3 ) (P 4 ) mg/200g Total Rata-rata 1,5 3 2,5 3 3 Keterangan : Skor 1 (Sedikit merah), Skor 2 (Merah) dan Skor 3 (Sangat Merah) Hasil pengujian menunjukkan bahwa selama pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar selama 7 hari, dosis (P5) mampu meningkatkan vaskularisasi mukosa ovarium dan uterus tikus sebanding dengan kontrol positif mg/200g (P2) yaitu memiliki nilai rata-rata skoring 3, dimana dapat menghasilkan warna yang sangat merah pada mukosa ovarium dan uterus tikus, sedangkan kontrol negatif (P1) memberikan skoring vaskularisasi mukosa ovarium dan uterus yang paling rendah. b. Vaskularisasi Ovarium dan Uterus Setelah Pemberian Perlakuan 8

9 Skor Vaskularisasi Ovarium dan Uterus (P 2 ) (P 3 ) (P 4 ) mg/200g Total Rata-rata 1,3 a 3 b 2 ab 2,6 b 3 b Keterangan: - Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan. - Skor 1 (Sedikit merah), Skor 2 (Merah) dan Skor 3 (Sangat Merah) Hasil analisis dan statistik menggunakan SPSS 17 setelah pemberian perlakuan sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat vaskularisasi ovarium dan uterus (P<0,05). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan diperoleh hasil, semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol negatif (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif mg/200g (P2). (P 2 ) mg/200g Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium akan menstimulasi pembentukan lapisan endometrium dinding uterus yang kemudian meningkatkan aktivitas pembuluh darah dan membentuk sel-sel penghasil mukus, sehingga uterus cenderung menebal dan berwarna merah. 5. Pengaruh Estrogenik Pemberian (Biophytum petersianum) Terhadap Bobot Ovarium dan Uterus a. Bobot Ovarium Kiri Selama Pemberian Perlakuan Bobot Ovarium Kiri (gram) (P 3 ) (P 4 ) 1 0,0614 0,1098 0,0920 0,0527 0, ,0493 0,1170 0,0654 0,1518 0,1012 Total 0,1107 0,2268 0,1574 0,2045 0,2589 Rata-rata 0,0553 0,1134 0,0787 0,1022 0,1294 9

10 Hasil yang diperoleh selama 7 hari pemberian perlakuan terlihat bahwa ekstrak etanol 70% rumput kebar dosis (P5) mampu meningkatkan bobot ovarium kiri dan sudah memberikan pengaruh yang lebih baik dari kontrol positif mg/200g (P2), sedangkan kontrol negatif (P1) memberikan bobot ovarium kiri paling rendah. Setelah Pemberian Perlakuan (P1) (P2) mg/200g Bobot Ovarium Kiri (gram) (P3) (P4) (P5) 1 0,0231 0,0889 0,0851 0,0770 0, ,0170 0,0945 0,0484 0,0908 0, ,0200 0,0721 0,0719 0,0716 0,0610 Total 0,0601 0,2555 0,2054 0,2394 0,2304 Rata-rata 0,0200 a 0,0851 b 0,0684 b 0,0798 b 0,0768 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data statistik yang diperoleh menggunakan SPSS 17, menunjukkan bahwa setelah pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar (Biophytum petersianum) selama 7 hari memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap bobot ovarium kiri (P<0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan bobot ovarium kiri pada Lampiran 14 semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan kontrol negatif (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif mg/200g (P2). b. Bobot Ovarium Kanan Selama Pemberian Perlakuan (P1) (P2) mg/200g Bobot Ovarium Kanan (gram) (P3) (P4) (P5) 1 0,0618 0,1171 0,0879 0,1155 0, ,0461 0,1019 0,0971 0,0996 0,1632 Total 0,1079 0,2190 0,1850 0,2151 0,2735 Rata-rata 0,0539 0,1095 0,0925 0,1075 0,

11 Hasil yang diperoleh terlihat bahwa selama pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar dosis (P5) mampu meningkatkan bobot ovarium kanan dan sudah memberikan pengaruh yang lebih baik dari kontrol positif (P 2 ) mg/200g mg/200g (P2), sedangkan kontrol negatif (P1) memberikan bobot ovarium kanan paling rendah Setelah Pemberian Perlakuan Bobot Ovarium Kanan (gram) (P 3 ) (P 4 ) 1 0,0141 0,0966 0,0552 0,0684 0, ,0375 0,0897 0,0882 0,0551 0, ,0185 0,0933 0,0704 0,1055 0,0773 Total 0,0701 0,2796 0,2138 0,2290 0,2467 Rata-rata 0,0233 a 0,0932 b 0,0712 b 0,0763 b 0,0822 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data statistik yang diperoleh menggunakan SPSS 17, menunjukkan bahwa pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar (Biophytum petersianum) memberikan pengaruh sangat berbeda nyata terhadap bobot ovarium kanan (P < 0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan bobot ovarium kanan, semua perlakuan menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata terhadap kontrol negatif (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif mg/200g (P2). c. Bobot Uterus Selama Pemberian Perlakuan (P 2 ) mg/200g Bobot Uterus (gram) (P 3 ) (P 4 ) 1 0,4130 1,5177 1,3690 1,3815 1, ,5295 1,3784 1,0460 1,2423 1,7210 Total 0,9425 2,8961 2,4150 2,6238 3,3276 Rata-rata 0,4712 1,4480 1,2075 1,3119 1,

12 Hasil yang diperoleh terlihat bahwa selama 7 hari pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar dosis (P5) mampu meningkatkan bobot uterus dan sudah memberikan pengaruh yang lebih baik dari kontrol positif (P 2 ) mg/200g mg/200g (P2), sedangkan kontrol negatif (P1) memberikan bobot uterus paling rendah Setelah Pemberian Perlakuan Bobot Uterus (gram) (P 3 ) (P 4 ) 1 0,4087 1,1197 0,8383 0,9032 0, ,3078 1,1708 0,6554 0,6179 0, ,3215 0,7674 0,7795 0,7005 0,9541 Total 1,0380 3,0579 2,2732 2,2216 2,7125 Rata-rata 0,3460 a 1,0193 c 0,7577 b 0,7405 b 0,9041 bc Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data statistik yang diperoleh menggunakan SPSS 17, pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh sangat berbeda nyata terhadap bobot uterus (P < 0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan bobot uterus, semua perlakuan menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata dengan kontrol negatif (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif mg/200g (P2). Pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar (Biophytum petersianum) dapat meningkatkan bobot ovarium dan uterus yang disebabkan oleh sifat estrogen yang mampu menimbulkan proliferasi dan pertumbuhan sel jaringan organ seksual pada sistem reproduksi yang secara tidak langsung berpengaruh pada peningkatan bobot jaringan tersebut. Pada permukaan ovarium terlihat permukaan yang kasar dan dipenuhi benjolan-benjolan sebagai penanda adanya perkembangan folikel pada ovarium. Hal ini menguatkan dugaan bahwa pada fase estrus telah terjadi perkembangan folikel secara maksimal yang siap diovulasikan (Dellmann, 1992). Bobot ovarium tinggi diduga senyawa estrogenik ekstrak etanol 70% rumput kebar dapat berikatan dengan reseptor estrogen pada ovarium. Ikatan estrogenik dengan reseptor estrogen akan mengaktivasi sel dan menginduksi produksi dan proliferasi se-sel ovarium sehingga menyebabkan penambahan jumlah sel dalam ovarium yang akan meningkatkan masa ovarium. Penambahan bobot ovarium 12

13 diperkirakan berasal dari penambahan sel-sel mesenkim dan sel-sel folikular ovarium disertai dengan peningkatan kadar cairan dalam ovarium. Cairan ini berupa transudat dari serum dan mukopolisakarida yang disekresikan oleh sel-sel granulosa (Dellmann, 1992). Terjadinya penebalan uterus telah membuktikan bahwa sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memiliki potensi estrogenik dan dapat meningkatkan estrogen dalam darah. Efek estrogenik ekstrak etanol 70% rumput kebar terhadap jaringan epitel vagina dapat dilihat pada aktivitas mitogenik sel-sel epitel uterus dan vagina. Aktivitas mitogenik tersebut berupa proliferasi maupun diferensiasi sel-sel epitel. Aktivitas mitogenik sel epitel dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Estrogen dapat berikatan langsung dengan REα epitel ataupun secara tidak langsung dengan REα stroma. Proliferasi yang terjadi pada sel-sel epitel endometrium uterus dan epitel vagina terjadi secara tidak langsung yang dibantu oleh faktor parakrin yang dihasilkan sel stroma akibat induksi estrogen (Buchanan, et al., 1998). KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh yang nyata terhadap efektivitas estrogenik pada tikus putih betina. 2. etanol 70% rumput kebar dosis 0,378g/200g dapat memperpanjang siklus estrus, memperpendek fase estrus, meningkatkan vaskularisasi dan bobot ovarium serta uterus pada tikus putih betina yang sebanding dengan kontrol positif mg/200g. SARAN 1. Perlu dilakukan pemeriksaan serum darah tikus dengan metode bioassay guna mengetahui kadar estrogen dalam darah. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas folikel melalui pembuatan preparat histologi ovarium. DAFTAR PUSTAKA Buchanan, D.L., Kurita, T., Taylor, J.A., Lubahn, D.B., Cunha, G.R., and Cooke, P.S Role of Stromal and Epithelial Esrogen Receptors in Vaginal Epithelial Proliferation, Stratification and Cornification. Kansas. Journal of Endocrinology Dellmann, H.D Buku Teks Histologi Veteriner. Terjemahan: R. Hartono. Edisi ke-3. UI Press. Jakarta. Hlm Hafez, E.S.E., dan Jainudeen, M.R Hormones, Growth Factors and Reproduction. Di dalam: Reproduction in farm animals. Ed-3. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. Hlm Harborne Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung. Llewellyn, D., dan Jones Setiap Wanita. PT. Delapratasa Publishing. Hlm 420; 421. Muttaqin, I Potensi Estrogenik Herba Kemangi (Ocimum 13

14 americanum L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Betina. Skripsi. Program Studi Farmasi. Universitas Pakuan. Bogor. Nodine, J.H. and Siegler, P.E Pharmacologic Techniques in Drug Evaluation. Year Book Medical Publisher. Chicago. Hlm Nugroho, T., dan Scorviani, V Kamus Pintar Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Hlm Proverawati, A Menopause dan Sindrome Premenopause. Yogyakarta: Nuha Medika. Hlm Rugh, R The Mouse Reproduction and Development. Burgess Publishing Company. Menneapolis. USA. Sadsoeitoeboen P.D Manfaat (Biophytum petersianum Klotzsch) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina. Tesis. Fakultas Kedokteran Hewan, Institute Pertanian Bogor. Santana, C.M., Ferrera, Z.S., Padron, M.E.T., and Rodriquez, J.J.S Methodologies for The Extraction of Phenolic Compounds from Enviromental samples: New Approaches. Molecules. Vol. 14. Hlm Sembiring, B., dan Darwati, I Identifikasi Komponen Kimia Aksesi (Biophytum petersianum) Asal Papua dan Jawa. Bul. Littro, Mei; 25 (1): Smith, J.B., dan Mangkoewidjojo Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis (Alih Bahasa Mangkoewidjojo). Penerbit UI. Jakarta. Hlm Unitly, A.J.A., dan Inara C Potensi rumput kebar (Biopythum petersianum K.) dalam meningkatkan kinerja reproduksi. Prosiding Seminar Nasional. Pengembangan Pulau-pulau Kecil. Hlm Wajo M.J Pengaruh Pemberian (Biophytum petersianum) melalui Air Minum terhadap Fertilitas Ayam Buras. Skripsi. Fakultas peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan. Papua: Universitas Negeri Papua. Wicaksono, A.W Pemberian Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Terhadap Lama Siklus Estrus Pada Mencit. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus. 2 (4)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng terhadap tikus putih betina pada usia kebuntingan 1-13 hari terhadap rata-rata bobot ovarium dan bobot uterus tikus putih dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai megabiodiversity country, yaitu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30.000 tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II VAGINAL SMEAR Oleh : Nama : Nur Amalah NIM : B1J011135 Rombongan : IV Kelompok : 2 Asisten : Andri Prajaka Santo LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley Yesi Restina 1, E. Mulyati Effendi 2 dan Ike Yulia W. 3 1,2&3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan di era modern ini semakin beragam bahan yang digunakan, tidak terkecuali bahan yang digunakan adalah biji-bijian. Salah satu jenis biji yang sering digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan desain posttest only control group design. perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan desain posttest only control group design. perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok. 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental pada hewan uji dengan desain posttest only control group design. B. Subyek Penelitian Subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Determinasi Bahan Deteminasi dilakukan untuk memastikan kebenaran dari bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.). Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Kedua faktor yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai pengruh pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih diambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen satu faktor dengan pola acak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen satu faktor dengan pola acak BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen satu faktor dengan pola acak lengkap. Dosis uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan dosis uji sesungguhnya. Dosis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 34 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Desember 2007. Penelitian ini dilakukan pada beberapa tempat yaitu : pembuatan tepung kedelai dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

Pemberian Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Terhadap Lama Siklus Estrus Pada Mencit

Pemberian Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Terhadap Lama Siklus Estrus Pada Mencit Pemberian Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Terhadap Lama Siklus Estrus Pada Mencit AJI WAHYU WICAKSONO 1, I GUSTI NGURAH BAGUS TRILAKSANA 2, DESAK NYOMAN DEWI INDIRA LAKSMI 3 1 Mahasiswa FKH Unud,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus) UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus) Ayu Indah Cahyani*, Mukti Priastomo, Adam M. Ramadhan Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak rimpang teki dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI PENEMUAN Hasil Pengamatan Makroskopis Daun Saga (Abrus precatorius L.)

BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI PENEMUAN Hasil Pengamatan Makroskopis Daun Saga (Abrus precatorius L.) BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI PENEMUAN 4.. Analisis Data 4... Hasil Pengamatan Makroskopis Daun Saga (Abrus precatorius L.) Gambar 4.. Makroskopis daun saga (Abrus precatorius L.) Tabel 4.. Hasil

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan 19 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010 di Kandang Unit Hewan Laboratorium, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar landep (Barleria prionitis) yang berasal dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang. Penelitian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 (lima) kelompok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Senyawa Isoflavon Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Hasil analisis tepung kedelai dan tepung tempe menunjukkan 3 macam senyawa isoflavon utama seperti yang tertera pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak 20 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober 2009. Pembuatan ekstrak rimpang rumput teki dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jintan hitam (Nigella sativa) yang berasal dari Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Siklus Estrus Induk Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada Masa Post Partum

Siklus Estrus Induk Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada Masa Post Partum Induk Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada Masa Post Partum Muhammad Rizar Z. 1), Agung Pramana W.M. 1), Gatot Ciptadi 3) 1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) , Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 34-38 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 34 Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.)

Lebih terperinci

POTENSI RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum Klotzsch) DALAM MENINGKATKAN KINERJA REPRODUKSI. Adrien Jems Akiles Unitly 1,2*, Cerria Inara 3

POTENSI RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum Klotzsch) DALAM MENINGKATKAN KINERJA REPRODUKSI. Adrien Jems Akiles Unitly 1,2*, Cerria Inara 3 POTENSI RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum Klotzsch) DALAM MENINGKATKAN KINERJA REPRODUKSI Adrien Jems Akiles Unitly 1,2*, Cerria Inara 3 1 Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan posttest only control group design B. Subjek Penelitian Hewan uji yang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah 19 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan prepost test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah hewan coba

Lebih terperinci

Efek estrogenik dari ekstrak etanol daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) pada tikus

Efek estrogenik dari ekstrak etanol daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) pada tikus Majalah Ika Puspita Farmasi Sari Indonesia, 15(4), 158 162, 2004 Efek estrogenik dari ekstrak etanol daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) pada tikus Estrogenic effect of ethanolic extract

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium Zoologi dan Kimia Dasar FMIPA Universitas Lampung. Untuk pembuatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Estrus 4.1.1 Tingkah Laku Estrus Ternak yang mengalami fase estrus akan menunjukkan perilaku menerima pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. Menopause yang dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, sering menjadi ketakutan

Lebih terperinci

SKRINING FITOKIMIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIKLUS ESTRUS TIKUS PUTIH

SKRINING FITOKIMIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIKLUS ESTRUS TIKUS PUTIH PENELUSURAN POTENSI ANTIFERTILITAS BUAH TAKOKAK (Solanum torvum Swartz) MELALUI SKRINING FITOKIMIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIKLUS ESTRUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Nur Laili Dwi Hidayati, Tita Nofianti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat dari alam yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen murni (True Experimental). Penelitian eksperimen murni bertujuan untuk

Lebih terperinci

Nofri P. Kurama, Widdhi Bodhi, Weny Wiyono Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado ABSTRACT

Nofri P. Kurama, Widdhi Bodhi, Weny Wiyono Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado ABSTRACT Uji Efek Antidepresan Ekstrak Metanol Jamur Tlethong (Psilocybe cubensis) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus): ditinjau dari Immobility Time Dengan Metode Forced Swim Test Nofri P. Kurama, Widdhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. partum perlu diperhatikan. Peranakan Etawah (PE) mempunyai lama involusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. partum perlu diperhatikan. Peranakan Etawah (PE) mempunyai lama involusi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Estrus Post Partum Estrus atau berahi pada ternak betina setelah melahirkan atau estrus post partum perlu diperhatikan. Peranakan Etawah (PE) mempunyai lama involusi uterus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM 1 GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM Takdir Saili 1*, Fatmawati 1, Achmad Selamet Aku 1 1

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik Bobot Badan Tikus Ekstrak rumput kebar yang diberikan pada tikus dapat meningkatkan bobot badan. Pertambahan bobot badan tikus normal yang diberi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental (experimental research) yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Lapisan Granulosa Folikel Primer Pengaruh pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap ketebalan lapisan granulosa pada

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa Boerl.) TERHADAP EDEMA KAKI TIKUS PUTIH JANTAN

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa Boerl.) TERHADAP EDEMA KAKI TIKUS PUTIH JANTAN UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa Boerl.) TERHADAP EDEMA KAKI TIKUS PUTIH JANTAN Firman Dawud 1), Widdhi Bodhi 1), Widya Astuty Lolo 1) 1) Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan meliputi pemeliharaan hewan coba di

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan meliputi pemeliharaan hewan coba di BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan meliputi pemeliharaan hewan coba di Laboratorium MIPA UNNES dan dilakukan pemberian warfarin LD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan hewan coba, sebagai bagian dari penelitian eksperimental lain yang lebih besar. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental laboratorik dengan rancangan penelitian pre test & post test control group design

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA) mammae mencit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 10 tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

The Effect of Ethanol Leaves Extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) toward the Sedative Effect on BALB/C Mice

The Effect of Ethanol Leaves Extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) toward the Sedative Effect on BALB/C Mice 28 The Effect of Ethanol Leaves Extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) toward the Sedative Effect on BALB/C Mice Richa Yuswantina, Agitya Resti Erwiyani, Parida Risanti agityaresti@yahoo.com

Lebih terperinci

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) ABSTRAK Syilfia Hasti, Elka Yuslinda, Nofri Hendri Sandi, Wan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN Kadek Reanita Avilia, 2014 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTARISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMP

Lebih terperinci

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas,

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Populasi penduduk semakin meningkat sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Badan Pusat Statistik, bahwa kenaikan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 2000

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Tumbuhan pepaya jantan a. Tumbuhan pepaya jantan b. Bunga pepaya jantan c. Simplisia bunga pepaya jantan Lampiran 3. Perhitungan hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN Tia Afelita 1, Indah Permata Sari 1, Rizki Chairani Zulkarnain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (tua) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif maupun endokrinologik dari

BAB 1 PENDAHULUAN. (tua) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif maupun endokrinologik dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita yang berumur 40 tahun akan mengalami penurunan fungsi ovarium. Keadaan ini dinamakan fase premenopause. Fase premenopause merupakan awal dari periode peralihan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance Lampiran 1. Surat Ethical Clearance 117 Lampiran 2. Surat Identifikasi Tumbuhan 118 Lampiran 3. Karakteristik Tumbuhan Temu Mangga Gambar : Tumbuhan Temu Mangga Gambar : Rimpang Temu Mangga 119 Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci