BAB II GAMBARAN UMUM WISATA SALIB KASIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM WISATA SALIB KASIH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM WISATA SALIB KASIH 2.1. Letak dan Kondisi Geografis Desa Simorangkir Julu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Siatasbarita sendiri merupakan pemekaran dari Kecamatan Tarutung yang merupakan ibu kota kabupaten. Jarak dari Kota Tarutung ke Kecamatan Siatasbarita ± 6 Km. Kecamatan Siatasbarita memiliki luas daerah sekitar 92,92. Secara astronomis Kecamatan Sitatasbarita terletak di 01 54' Lintang Utara s/d 02 07' Lintang Utara dan 98 52' Bujur Timur s/d 99 04'2 Bujur Timur. Jumlah desa yang dimiliki Sitasabarita sebanyak 12 desa, salah satunya desa Simorangkir Julu. Desa Simorangkir Julu memiliki luas 919 hektar, meliputi daerah pemukiman penduduk, wilayah pertanian, perkebunan, pegunungan maupun hutan. Desa Simorangkir Julu terletak di kaki pegunungan Siatasbarita. Desa Simorangkir Julu mempunyai batas-batas sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Simorangkir Habinsaran - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pea Tolong - Sebelah Timur berbatsan dengan Desa lobu Hole - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hutagalung 31

2 GAMBAR 1 Peta lokasi Simorangkir Julu Adapun sarana perhubungan ke desa Simorangkir Julu cukup lancar karena desa ini dilintasi oleh sebuah jalan raya yang merupakan jalan provinsi yang menghubungkan antara kota Tarutung dengan kota Sipirok. Selain jalan provinsi tersebut, di desa Simorangkir Julu juga terdapat jalan-jalan kecil yang lebarnya 2 3 meter. Kondisi jalan yang memadai tersebut sangat menunjang perekonomian masyarakat. Jalan tersebut digunakan oleh masyarakat Simorangkir Julu untuk mengangkut hasil pertanian ke pusat kabupaten, Tarutung dan sebaliknya membawa pulang barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari ke desa. Dengan demikian sarana jalan tersebut sangat besar manfaatnya bagi masyarakat. Desa Simorangkir Julu memiliki tanah yang subur. Penduduk setempat memanfaatkannya sebagai sumber penghasilan atau penyedia lapangan pekerjaan dengan mengolah lahan yang tersedia sebagai lahan pertanian dengan menanam tananamn bahan makanan mencakup tanaman padi, palawija dan holtikultura. Desa Simorangkir Julu berada diketinggian 500 M di atas permukaan laut. Iklim 32

3 di Desa Simorangkir Julu yaitu iklim tropis, dengan suhu rata-ratanya berkisar 21 o C 33 o C, curah hujan berkisar antara mm mm per tahun dan ratarata lama hari hujan 209 hari per tahun Sejarah Awal Desa Desa Simorangkir Julu merupakan salah satu desa yang sudah cukup lama terbentuk di daerah Silindung. Terbentuknya Desa Simorangkir Julu dimulai dari lahirnya anak dari Guru Mangaloksa beliau merupakan nenek moyang Siopat pisoran ( Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan). Setelah keempat anaknya ini besar maka Guru mangaloksa membagi wilayah tempat tinggal bagi keempat anaknya. Dari keempat anaknya ini lahirlah beberapa marga-marga, salah satunya Simorangkir. Marga-marga Simorangkir ini akhirnya mendiami kaki bukit Siatasbarita. Lama-kelamaan wilayah ini akhirnya dinamai desa Simorangkir. Desa Simorangkir ini juga terbagi menjadi beberapa bagian yakni Simorangkir Julu, Simorangkir Habinjaran, dan Enda portibi. Diberi nama Simorangkir Julu, karena dalam bahasa Batak Toba, Julu itu berarti awal atau permulaan. Oleh sebab itulah Desa Simorangkir Julu diberi nama tersebut karena desa ini merupakan lokasi pertama yang dijumpai ketika seseorang datang dari arah kota Tarutung menuju daerah Simorangkir. 33

4 2.3. Sejarah Berdirinya Salib Kasih Sejarah Ringkas Pdt. Dr. IL. Nommensen di Dolok Siatasbarita Dr. Ingwer Ludwig nommensen, lahir di Nordsrtand Jerman pada tanggal 06 Februari IL Nommensen ditahbiskan menjadi pendeta pada tanggal 13 Oktober Nommensen berangkat ke Indonesia pada tahun 1861 taepatnya pada tanggal 24 Desember, pada masa itu Indonesia masih disebut sebagai Hindia Belanda. Pada tanggal 16 Mei 1862 nommensen tiba di Padang, setelah beberapa bulan di Padang, Nommensen berangkat ke Sibolga. Padda tanggal 30 Desember 1862 Nommensen bertemu dengan Pdt. Klammer bersama Pdt. Betz di Sipirok, mereka tinggal di sebuah perkampungan yang bernama Bunga Bondar selama kurang lebih 1 tahun. Tanggal 07 November 1863, Nommensen berangkat dari Bunga Bondar menuju Silindung dan diantar Pdt. Betz sampai ke simangambat. Ketika mendekati Pangaribuan, Nommensen terpaksa menginap di sebuah liang 6. Yang ada dekat Pangaribuan, karena ketika itu masih terjadi perang antara raja-raja. Pada tanggal 09 November 1863, Nommensen tiba di Banjarnahor dan menginap di rumah Op. Gumarang. Setelah beberapa hari menginap di rumah Op. Gumarang, Nommensen berangkat ke Sigotom. Disitu Nommensen tidak diterima karena dia datang dari wilayah musuh, sehinnga dengan cepat Nommensen meninggalkan tempat itu. 6 Liang merupakan sebuah gua atau lubang yang biasanya ada di dinding tebing 34

5 Pada tanggal 11 November 1863, Nommensen meneruskan perjalanan melaklui bukit Sitarindak ke arah Silindung dan Pansurnapitu, dan tiba di Dolok Siatasbarita desa Simorangkir yang berada dipertengahan antara Lumban Baringin dan Pansurnapitu. Diatas bukit Siatasbarita Nommensen duduk di atas batu besar, sambil beristirahat menatap ke Rura Silindung yang amat indah panoramanya. Pada saat itu, Nommensen membayangkan melihat menara gedung gedung gereja berdiri megah di Rura Silindung dan seakan mendengar lonceng gereja yang bertalu-talu membangunkan masyarakt sekitarnya untuk beribadah kepada Tuhan. Kemudian Nommensen lalu berdoa dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Dalam doanya Nommensen mengatakan; ya Tuhan, hidup atau mati, biarlah aku berada ditengah-tengah bangsa ini untuk menyebarkan firman dan kerajaanmu. Dari Siatasbarita, Nommensen turun ke Hutagalung dengan perantaraan Op. Tarida. Nommensen diantar untuk menjumpai Raja Pontas Lumbantobing. Atas dukungan Raja Pontas Lumbantobing, Nommensen mulai menaburkan injil di Silindung, walaupun menghadapi banyak tantangan dan bahaya. Tetapi pada tahun 1864 berdirilah jemaat pertama kali di Huta Dame Saitnihuta. Pada tanggal 23 september 1864, di Onan Sitahuru, Nommensen sempat diikat pada satu pohon dan Nommensen direncanakan akan disembelih untuk dijadikan korban persembahan kepada sombaon 7 di Siatasbarita. Tetapi karena kuasa Tuhan, terjadilah hujan lebat di daerah itu sehingga membubarkan 7 Sombaon adalah roh alam yahng tinggi martabatnya dalam kepercayaan batak kuno, roh ini sangat ditakuti karena dipercayai dapat menentukan nasib baik maupun buruk bagi orang-orang yang bermukim di sekitarnya. 35

6 massa yang mau membunuh Nommensen, dan Nommensen pun selamat dari bahaya. Berkat persahabatannya dengan Raja Pontas Lumbantobing, Nommensen membangun gerja di Pearaja yang sekarang menjadi lokasi kantor pusat HKBP (Huria Kristen Batak Protetan), persis menghadap dolok Siatasbarita. Kemudian dari Pearaja Nommensen menjalankan misi pekabaran injil ke seluruh desa yang ada di Silindung, Humbang, Toba, Samosir dan bahkan ke Simalungun. Pada tanggal 23 Mei 1918, Nommensen meninggal dunia dan dimakamkan di Sigumpar bersama istri dan putrinya. Atas jasa-jasanya tersebut, Nommensen diberi gelar Apostel ni halak Batak sekaligus menjadi apostel pertama orang batak Berdirinya Salib Kasih Latar belakang dan sejarah berdirinya Salib Kasih dimulai pada tahun HKBP (Huria Kristen Batak protestan) bekerjasama dengan gereja Nordstand Jerman, telah mendirikan sebuah salib diatas bukit Siatasbarita, tepatnya di atas sebuah batu tempat Nommensen berdoa. Salib ini berukuran. Salib kecil ini kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Salib besar yang sekarang disebut dengan Salib Kasih. Pembangunan Salib Kasih ini ditujukan untuk mengenang misi Nommensen di tanah batak. 36

7 Pada bulan Oktober 1993, pemerintah daerah Kabupaten Tapanulil Utara yang pada waktu itu dipimpin oleh Bupati Lundu Panjaitan SH.MA. memprakarsai pembangunan monumuen Salib Kasih setinggi 31 meter di puncak Dolok Siatasbarita. Setelah masa kerja bupaati Lundu selesai pembangunan kemudian dikembangkan oleh Bupati Drs. TMH. Sinaga. Pada masa kepemimipinan TMH. Sinaga Salib Kasih mulai berbenah ditandai dengan mulai dibangunnya tempat beribadah bagi para pengunjung Salib Kasih pada tahun GAMBAR 2 Salib Kasih setinggi 31 meter di puncak Siatasbarita 37

8 Pada tahun 2000 oleh Bupati Drs. R.E Nainggolan MM, Salib Kasih mulai dipromosikan sebagai andalan kunjungan wisata rohani Kabupaten Tapanuli Utara dengan konsep Tarutung Sebagai Kota Wisata Rohani. Dalam mewujudkan Tarutung Sebagai Kota Wisata Rohani, pemerintah kabupaten Tapanuli Utara dengan giat-giatnya membangun beberapa fasilitas pendukung untuk meningkatkan pelayanan bagi para pengunjung Fasilitas Sebagai objek wisata yang memiliki luas ±10 hektar, objek wisata Salib Kasih memiliki beragam fasilitas, baik itu fasilitas pendukung wisata maupun sebagai objek utama wisata Salib Kasih. Objek Wisata Salib Kasih memiliki fasilitas-fasiltas berupa bangunan-bangunan yang mendukung dalam perkembangan Salib Kasih. Berikut beberapa fasilitas serta bangunan yang ada di Salib Kasih: Tugu salib kecil berukuran 1 meter yang merupakan awal mula berdirinya salib kasih, dibagun pada tahun 1985 Tugu Salib Kasih setinggi 31 meter, didirikan pada tahun (delapan belas) unit ruang doa, termasuk salah satu ruang doa yang ada tepat di bawah kaki Salib Kasih. Ruang doa ini dibangun oleh para donator sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap salib Kasih. Relief perjalanan Nommensen di Tanah Batak, relief ini dibangun pada tahun

9 Tempat ibadah berkapasitas ±600 orang 2 (dua) unit gedung tempat para pegawai maupun para petugas kebaktian. 1 (satu) unit auditorium berkapasitas ±300 orang, dibangun pada tahun 2012 Tugu patung Nommensen GAMBAR 3. Auditorium Salib Kasih. salah satu fasilitas yang ada di Salib Kasih Gapura/ pintu masuk menuju Salib Kasih sekaligus tempat pembelian tiket masuk 8 (delapan) unit shelter, 5 diantaranya dibangun pada tahun 2004, sedangkan sisanya dibangun pada tahun (satu) unit PUJASERA dibangun pada tahun 2013 Taman bermain seluas ±1 hektare Toko-toko souvenir 39

10 Lapangan parkir seluas ±1 hektare Secara terperinci fasilitas yang terdapat pada Salib Kasih dapat dilihat dalam tabel di halaman berikut ini: TABEL 1 FASILITAS SALIB KASIH NO FASILITAS FUNGSI TAHUN PEMBAN- GUNAN 1 Tugu salib kecil berukuran 1 meter 2 Tugu Salib Kasih berukuran 31 meter 3 Ruang doa Tempat para pengunjung memanjatkan doa 4 Relief erjalanan Nommensen 5 Tempat ibadah Megadakan ibadah tiap minggunya Jlh. UNIT Gedung pegawai 4 7 Auditorium Tempat pertemuan /retreat Tugu patung Nommensen 9 Gapura Tempat penjualan tiket Shelter Tempat berteduh bagi para 2004 & 8 pengunjung Pujasera Tempat penjual makanan Taman bermain Rekreasi Toko-toko souvenir Lapangan parker Struktur Organisasi 40

11 Objek wisata Salib Kasih Tarutung sudah memiliki pegawai tetap sebanyak 7 (tujuh) orang, selain pegawai tetap ada juga pegawai tidak tetap sebanyak 2 (dua) orang. Untuk mempermudah dan juga mempercepat suatu pekerjaan yang ada di salib Kasih, pihak pengelola juga biasanya mempekerjakan beberapa orang pekerja harian. Pekerjaan pegawai di Salib Kasih masih pekerjaan yang dilakukan bersama, belum ada pembagian tugas antar pegawai, semua pegawai diberi tanggung jawab dalam menangani kebutuhan yang ada di Salib Kasih, baik itu kebutuhan dibidang gedung, pertamanan dan pengembangan lahan, terkecuali dibidang kantor, biasanya yang bertanggung jawab dalam urusan kantor yakni kepala UPT dan juga Kasubbag tata usaha. BAGAN 1 STRUKTUR ORGANISASI SALIB KASIH TARUTUNG Dinas Pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara Kepala UPT Salib Kasih (Managam R. Panggabean, SP) Kasubbag Tata Uaha (Jefry AM. Lubis, SE) Staff Staff Staff Staff Staff Limrot Situmeang Nimrot Sibagariang Jelas Manalu staf Freddy Sipahutar Polraden Nababan 41

12 2.6. Dukungan Aksesibilitas serta Sarana Prasarana Ketersediaan Aksesibilitas Dalam pengembangan pariwisata, pengelola senantiasa akan memperhatikan sarana pendukung dalam meningkatkan kualitas objek pariwisata. Tidak hanya sarana, akses menuju daerah wisata tersebut juga diperhatikan pengelola demi kemajuan suatu objek wisata, karena akses berperan penting dalam perkembangan suatu objek wisata. Aksesibilitas merupakan infrastruktur dalam menuju sebuah destinasi, misalnya jalan raya, ketersedian sarana transportasi, dan rambu-rambu penunjuk jalan. Aksesibilitas menuju objek wisata Salib Kasih telah memadai. Hal ini dapat dilihat dari akses jalan raya menuju Salib Kasih. Jalan yang ada memiliki lebar ± 5 meter, kondisi jalan juga telah diaspal. Lokasi Salib Kasih yang terletak di atas pegunungan menjadikan kondisi jalan menuju lokasi memiliki kemiringan 20-30º. Walaupun demikian akses menuju Salib Kasih masih bisa dilalui kendaraan mini bus maupun bus besar. Ketersediaan transportasi khususnya transportasi umum baik berupa angkutan kota maupun ojek telah tersedia. Hal ini didukung oleh kondisi jalan yang baik dan lebar sehingga para wisatawan tidak lagi kesulitan dalam mengunjungi objek wisata Salib Kasih. Aksesibilitas yang memadai tentunya telah mendukung pengembangan Salib Kasih. Karena semakin baik aksesibilitas, maka jumlah kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, akan meningkat. Demikian juga dengan akses dari tempat parkir menuju objek utama 42

13 berupa Salib Kasih setingi 31 meter di puncak bukit. Jalan menuju salib tersebut merupakan jalan setapak berukuran ± 2 meter dimana jalur menuju salib berbeda dengan ketika pengunjung pulang menuju tempat parkir. GAMBAR 4. Akses menuju tugu Salib Kasih setinggi 31 meter, yang berupa jalan setapak Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung Ketersediaan sarana dalam pengembangan suatu objek wisata sangatlah penting. Karena semakin banyaknya sarana penndukung maka kualitas objek wisata tentunya akan semakin baik. Dalam pengembanagan objek wisata Salib Kasih sarana pendukung juga sangat berpengaruh. Berikut beberapa sarana pendukung dalam pengembangan Salib Kasih. a. Home Stay 43

14 Homestay merupakan salah satu jenis sarana akomodasi pariwasata yang cukup penting selain hotel. Home stay sendiri dikelola oleh perseorang dengan menggunakan rumah pribadi untuk menampung wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di objek wisata Salib Kasih, ada beberapa warga sekitar yang memanfaatkan rumah mereka sebagai tempat persinggahan bagi wisatawan. Walaupun wisatawan memang jarang yang memanfaatkan sarana ini, seperti yang diungkapkan oleh kepala desa di Simorangkir Julu: jabu ni masyarakat di son memang adong do na gabe tempat penginaan, ale akka wisatawan i jarang do mamake. Alana halaki (wisatawan) biasana langsung mulak do sadari i. (rumah masyarakat yang dijadikan tempat penginapan memang ada, tapi para wisatawan jarang menggunakannya. Karena kebanyakan para wisatawan yang mengunjungi Salib Kasih langsung pulang pada hari itu juga). b. Penginapan Terkait ketersediaan sarana bagi wisatawan, penginapan yang tersedia di objek wisata Salib Kasih terletak di sebalah barat dan hanya terdiri dari dua buah bangunan dan memiliki 9 (Sembilan) kamar. Penginapan ini lumayan sering digunakan sebagai tempat persinggahan bagi wisatan karena lokasinya dekat dengan Salib Kasih dan memiliki pemandangan yang bagus. Hal ini dibenarkan oleh salah satu penjaga penginapan: para wisatawan bisa dikatakan lumayan seringlah menginap disini, apalagi jika ada perayaan di Salib Kasih, kamar-kamar disini bisa penuh. Selain dekat dengan Salib Kasih, pemandangan disini juga bagus dan jauh dari kebisingan. c. Restaurant 44

15 Untuk memberikan pelayanan jasa berupa penyediaan makanan dan minuman kepada wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Salib Kasih, teradapat berbagai jenis rumah makan, maupun warung-warung dengan harga yang berbeda antara wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Selain itu juga tersedia beberapa cafe dengan suasana rileks dan menyediakan berbagai sarana hiburan. Jumlah rumah makan maupun warung-warung yang terdapat di sekitar Salib Kasih berjumlah 6 unit warung makan dan 2 unit cafe. Dimana semua warung maupu cafe telah ditata rapi di sepanjang jalan menuju Salib Kasih sehingga tidak menggangu kegiatan wisatawan. d. Toilet Sebagai salah satu sarana yang dibutuhkan setiap masyarakat, toilet umum juga telah tersedia. Ketersediaan toilet yang ada sudah sangat baik dan memadai. Selain toilet yang telah disediakan oleh pihak pengelola di lokasi Objek wisata Salib Kasih, toilet yang ada sudah tersedia di setiap cafe maupun warung-warung makan disekitar Salib Kasih. e. Tempat Parkir Di areal objek wisata Salib Kasih sudah terdapat tempat parkir seluas ± 1 hektare yang terdapat di dua titik yaitu arah selatan dan arah barat. Areal parkir yang ada dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tapanuli Utara. Biaya atau tarif parkir bagi kendaraan roda dua adalah Rp sedangkan untuk roda empat adalah Rp Namun untuk pengunjung yang datang secara rombongan dan 45

16 menggunakan bus biasanya petugas akan meminta tarif parkir sebesar Rp Seperti yang diungkapkan oleh salah satu tukang parkir di Salib Kasih: Molo arga ni parkir dison Rp tu kereta, molo mobil Rp ale asing do tu rombongan, molo rombongan biasana ta jalo ma Rpp sada mobil. Parkir dison dang pola dihitung perjam, sadia leleng pe halaki dison, tong do na sai arga na. (Biaya parkir disini sebesar Rp untuk kereta, sedangkan untuk mobil sebesar Rp Tapi untuk bus yang datang secara rombongan biasanya kita meminta tarif sebesar Rp per mobil. Biaya parkir disini juga tidak dihitung perjam, seberapa lama pun parkir disini, biayanya tetap sama). f. Ketersediaan Air Bersih Kebutuhan akan air bersih yang ada di Salib Kasih sudah terpenuhi, dimana air yang ada, berasal dari PDAM maupun sumur-sumur di sekitar lokasi. Air yang ada di peruntukkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang mengunjungi Salib Kasih. g. Ketersediaan Listrik Sama halnya dengan air, listrik juga merupakan prasarana yang penting dalam kegiaatan pariwisata. Ketersediaan listrik yang berada di Salib Kasih bersumber dari PLN. Dengan ketersediaan listrik yang telah memadai mampu memberikaan kenyamanan bagi para wissatawan yang berkunjung. Ketersediaan sarana dan prasarana tentunya akan menambah daya tarik wisatawan dalam mengunjungi objek wisata salib Kasih. Semakin bertambahnya jumlah pengunjung berdampak juga nantinya bagi perkembangan objek wisata salib Kasih. 46

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata di Indonesia mendapat perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata di Indonesia mendapat perhatian cukup besar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pariwisata di Indonesia mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah Republik Indonesia karena sektor ini merupakan penghasil devisa bagi negara. Walaupun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bebas memeluk Agama dan Kepercayaannya masing-masing. Dimana salah satu agama tersebut adalah Agama Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Tarutung merupakan salah satu kota wisata rohani bagi pemeluk agama Kristen. Daerah yang dulunya dikenal dengan nama Silindung ini merupakan sebuah lembah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di tanah batak (Sumatera

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Ada empat hal penulis simpulkan sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan agama Kristen Protestan setelah Injil masuk ke daerah Tarutung sangat cepat, tepat dan bermanfaat. Proses pertumbuhan agama ini sudah berlangsung lebih dari seratus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

WISATA SALIB KASIH. (Studi Etnografi mengenai Wisata Religi di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara) Skripsi. Oleh: IMANDA HUTAPEA

WISATA SALIB KASIH. (Studi Etnografi mengenai Wisata Religi di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara) Skripsi. Oleh: IMANDA HUTAPEA WISATA SALIB KASIH (Studi Etnografi mengenai Wisata Religi di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara) Skripsi Oleh: IMANDA HUTAPEA 090905015 DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan beragam suku dengan adat dan istiadat yang berbeda, serta memiliki banyak sumber daya alam yang berupa pemandangan

Lebih terperinci

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang.

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tarutung adalah sebutan untuk buah durian yang dalam bahasa Batak disebut tarutung. Jadi nama Kota Tarutung sebagai sebutan untuk nama Ibukota Kabupaten Tapanuli

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN 2.1. Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE Pada bab ini dibahas potensi dan permasalahan obyek wisata Ceking Terrace, yang nantinya akan berpengaruh terhadap penataan dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi seluruh negeri. Tetapi satu hal yang tidak boleh di lupakan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi seluruh negeri. Tetapi satu hal yang tidak boleh di lupakan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara republik Indonesia telah banyak terjadi peristiwa sejarah yang mempengaruhi seluruh negeri. Tetapi satu hal yang tidak boleh di lupakan adalah Negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN 5.1 Analisis Sektor Kawasan 5.1.1 Analisis Sarana dan Prasarana 1. Analisis jaringan jalan Sarana transportasi merupakan sarana umum yang sangat penting untuk masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi

BAB II. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi BAB II Gambaran Umum Daerah Penelitian Gambaran Wilayah Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi Desa,yaitu Aornakan I, Aornakan

Lebih terperinci

THE HISTORICAL OF SALIB KASIH DEVELOPMENT MONUMENT SALIB KASIH AS A RELIGION TOURISM OBJECT IN NORTH TAPANULI REGENCY

THE HISTORICAL OF SALIB KASIH DEVELOPMENT MONUMENT SALIB KASIH AS A RELIGION TOURISM OBJECT IN NORTH TAPANULI REGENCY 1 THE HISTORICAL OF SALIB KASIH DEVELOPMENT MONUMENT SALIB KASIH AS A RELIGION TOURISM OBJECT IN NORTH TAPANULI REGENCY Donal Manalu*, Drs. Ridwan Melay, M.Hum**, Drs. Tugiman, M.S*** Email: donalmanalu94@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keresidenan Tapanuli adalah wilayah administrasi Hindia Belanda yang berdiri pada tahun 1834. Keresidenan Tapanuli dipimpin oleh seorang Residen yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan menggambarkan keindahan alam yang beragam serta unik. Kondisi yang demikian mampu menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga terjadilah persaingan antar produsen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 19 TAHUN 1997 TENTANG TEMPAT-TEMPAT REKREASI PULAU GILI KETAPANG

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tarutung adalah sebutan untuk buah durian yang dalam bahasa Batak disebut tarutung. Oleh karena itu, nama kota Tarutung sebagai sebutan untuk nama ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SALIB KASIH SEBAGAI OBJEK WISATA ROHANI DI KOTA TARUTUNG KERTAS KARYA OLEH JOHANES BROTHERS SITUMEANG NIM. 082204092

PENGEMBANGAN SALIB KASIH SEBAGAI OBJEK WISATA ROHANI DI KOTA TARUTUNG KERTAS KARYA OLEH JOHANES BROTHERS SITUMEANG NIM. 082204092 PENGEMBANGAN SALIB KASIH SEBAGAI OBJEK WISATA ROHANI DI KOTA TARUTUNG KERTAS KARYA OLEH JOHANES BROTHERS SITUMEANG NIM. 082204092 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM PENDIDIKAN NON

Lebih terperinci

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama

Lebih terperinci

KIAT HEMAT REKREASI RAMAI-RAMAI

KIAT HEMAT REKREASI RAMAI-RAMAI KIAT HEMAT REKREASI RAMAI-RAMAI Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 771/XV Tahun ini, pemerintah kita menetapkan libur Hari Raya yang lumayan panjang. Kalau biasanya libur resmi lebaran hanya

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau Secara garis besar, konsep wisata di Kecamatan Badau yaitu gabungan antara wisata alam dan wisata budaya. Wisata ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dan bersifat multidimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kabupaten Cianjur memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang Batak adalah salah satu suku dari bangsa Indonesia yang tinggal pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah kalimantan dan terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB 1 SKOUW WUTUNG. A. Sejarah

BAB 1 SKOUW WUTUNG. A. Sejarah BAB 1 SKOUW WUTUNG Peta Pulau Papua A. Sejarah Provinsi Papua dulunya mencakup seluruh Pulau Papua bagian barat. Pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Dasar Surat Ketua Pengurus KORPRI kecamatan Majenang nomor : 22/PUK-MAG/IX/2014 Tanggal 8 September 2014 Perihal Lomba Penulisan Artikel di Media Elektronik dan Online. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam objek wisata, seperti pulau-pulau dengan pemandangan pantai yang indah, pegunungan, dan keindahan baharinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Spasial sebagai keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak dan posisinya. Lokasi yang dimaksud adalah lokasi absolut atau sudah pasti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah Batak (Sumatera Utara).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman 46 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kabupaten Sleman Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sleman Kota Sleman terletak antara 110 33 00 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah bangsa yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Bandung merupakan ibukota provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia. Berdasarkan letak geografisnya, Kota Bandung berada pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak dan kondisi Geografis a. Batas Administrasi Daerah Secara geografis Kabupaten Magetan terletak pada 7 o 38` 30 LS dan 111

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Perkembangan kepariwisataan Indonesia terus meningkat dan merupakan

Lebih terperinci

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB VI INFRASTRUKTUR BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 53 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 1. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Visi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesiapan sangat penting dalam memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan, apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar dan hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang sangat besar, dimana terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Gambaran Umum Kelurahan Tuktuk Siadong

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Gambaran Umum Kelurahan Tuktuk Siadong BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Kelurahan Tuktuk Siadong Secara Administratif Kelurahan Tuktuk Siadong termasuk ke dalam Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 KESIMPULAN Sentra Batik Tulis Giriloyo, Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan dan Kulit Manding merupakan beberapa kawasan industri kreatif yang berpotensi dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok. BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Kabupaten Lombok Timur a. Luas Wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu Daerah Tingkat II di ProvinsiNusa Tenggara

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci