BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE"

Transkripsi

1 BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE Pada bab ini dibahas potensi dan permasalahan obyek wisata Ceking Terrace, yang nantinya akan berpengaruh terhadap penataan dan pengembangan yang dilakukan. 2.1 Tinjauan Umum Obyek Wisata Ceking Terrace Berdasarkan peraturan daerah nomor 16 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar kawasan obyek wisata Ceking Terrace masuk ke dalam kawasan wisata alam dalam lingkup kawasan pariwisata Ubud. Sesuai dengan RTRW Kabupaten Gianyar kawasan pariwisata Ubud seluas (tujuh ribu tujuh ratus dua belas) hektar terdiri dari wilayah administrasi desa/ kelurahan: a. Ubud, Kedewatan, Peliatan, Mas, Petulu, Lodtunduh, Sayan, Singakerta di kecamatan Ubud; Seminar Tugas Akhir 6

2 b. Melinggah, Melinggah Kelod, Puhu, Kelusa, sebagian Buahan dan sebagian Buahan Kaja di Kecamatan Payangan; dan c. Keliki, Kenderan, dan Tegallalang di Kecamatan Tegallalang. Obyek wisata Ceking Terrace sendiri merupakan obyek wisata alam yang menyuguhkan keindahan pemandangan alam persawahan dengan bentuk yang berundak-undak/terasering. Kondisi sekarang dari kawasan obyek wisata ini sudah terbangun dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Obyek wisata ini sendiri dikelola oleh Desa Pekraman Tegallalang, dengan pengelolaan dan pengembangan yang tepat, kawasan ini sangat potensial berkembang menjadi kawasan pariwisata besar seperti kawasan pariwisata Monkey Forest Ubud. 2.2 Lokasi Lokasi dari obyek wisata Ceking Terrace tepatnya berada di Desa Tegallalang, Gianyar. Obyek wisata ini berbatasan langsung dengan Desa Pekraman Kedisan dan sebagian area persawahan Ceking Terrace merupakan wilayah Desa Pekraman Kedisan. Lokasi dari obyek wisata Ceking Terrace dapat dilihat pada gambar 2.1, sampai gambar 2.4. Gambar 2.1 Peta Pulau Bali Sumber : om/2013/03/10/administrasikabupaten-gianyar/ Gambar 2.2 Peta Kabupaten Gianyar Sumber : Desa Pekraman Tegallalang Gambar 2.3 Peta Kecamatan Tegallalang Sumber : BAPEDA Kab. Gianyar tahun 2015 Seminar Tugas Akhir 7

3 Kawasan Obyek Wisata Ceking Terrace 2.3 Potensi Dalam sebuah kawasan pariwisata suatu daya tarik wisata/dtw merupakan potensi utama yang menjadikan kawasan tersebut berkembang menjadi destinasi pariwisata. Hubungan Gambar antar 2.4 potensi Peta Desa pariwisata, Pekraman Tegallalang kunjungan Sumber : BAPEDA Kab. Gianyar tahun 2015 wisatawan, dan kebutuhan fasilitas dapat dilihat pada gambar 2.5. Potensi Kunjungan Wisatawan Permasalahan Gambar 2.5 hubungan antar potensi, kunjungan pariwisata dan fasilitas pariwisata yang dibutuhkan View Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Daya tarik utama wisatawan berkunjung ke obyek wisata Ceking Terrace adalah potensi view yang dimiliki, potensi tersebut berupa persawahan terasering dengan latar pepohonan rindang dan aktifitas para petani di persawahan. View persawahan ini terbentang sepanjang 1,2 km yang Seminar Tugas Akhir 8

4 (gambar 2.6). tebentang di sepanjang jalan raya raya Ceking, dan desa Pakuduwi Gambar 2.6 View dan persawahan yang menjadi daya tarik obyek wisata Ceking Terrace Sumber : BAPEDA Kab. Gianyar tahun 2015, dan observasi 4 Oktober Lingkungan sekitar Potensi dari lingkungan di sekitar kawasan obyek wisata Ceking Terrace bisa dilihat pada masih tersedianya lahan kosong untuk membangun berbagai fasilitas pariwisata yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan. Pada bagian barat site tersedia lahan kosong yang cukup luas (gambar 2.7), namun tidak secara keseluruhan lahan tersebut kosong, terdapat beberapa rumah warga di antara lahan kosong tersebut. Seminar Tugas Akhir 9

5 Gambar 2.7 Lahan kosong yang bisa dikembangkan menjadi fasilitas akomodasi pariwisata Potensi pengembangan salah satunya bisa dilakukan adalah pengembangan fasilitas parkir, pengembangan fasilitas parkir sangat memungkinkan karena lingkungan sekitar parkir masih berupa tanah kosong yang berfungsi sebagai ladang dan tegalan. Fasilitas parkir yang sudah ada di kawasan ini bisa dilihat pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Kondisi dari fasilitas parkir, dan lingkungannya yang masih berupa tanah kosong Regulasi / Kebijakan Berdasarkan peraturan daerah nomor 16 tahun 12 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar kawasan obyek wisata Ceking Terrace masuk ke dalam kawasan wisata alam, dan dalam RTRW tersebut obyek wisata Ceking masuk dalam kawasan hijau. Sehingga kawasan yang berada di bagian timur jalan secara keseluruhan harus bebas dari bangunan, sedangkan melihat kondisi yang sekarang dimana banyak Seminar Tugas Akhir 10

6 bangunan-bangunan semi permanen yang sudah di bangun di kawasan tersebut secara peraturan bangunan tersebut harus dibongkar (gambar 2.9) Kawasan yang masuk jalur hijau, seharusnya titak boleh dibangun dan bisa difungsikan sebagai ruang terbuka Gambar 2.9 Bangunan yang ada di sepanjang jalan obyek wisata Ceking Terrace 2.4 Permasalahan Bangunan dan Lingkungan Kawasan hijau yang harusnya steril dari bangunan, disamping dibangun bangunan semi permanen, juga terlihat bangunan bangunan permanen yang sudah berdiri dan bahkan ada bangunan berlantai 2 yang sudah dibangun di kawasan ini. Disamping itu juga kurangnya penataan bangunan di sepanjang barat jalan sehingga menimbulka view yang kurang menarik. Kondisi bangunan di sepanjang jalan kawasan dapt dilihat pada gambar Gambar 2.10 Bangunan yang ada di sepanjang jalan obyek wisata Ceking Terrace Seminar Tugas Akhir 11

7 2.4.2 Sirkulasi dan Parkir Walaupun sudah terdapat fasilitas parkir, sistem pengelolan obyek wisata ini sendiri memanfaatkan sebagian bahu jalan untuk parkir kendaraan (gambar 2.11), dan baru menggunakan fasilitas parkir yang ada setelah parkir dibahu jalan terisi penuh. Hal tersebut disebapkan karena jarak antar parkir terlalu jauh, dan fasilitas pedestrian yang belum mendukung. Sirkulasi kendaraan di jalan utam kawasan sangat padat dan merupakan akses utama dari dan menuju Kintamani, Jadi perlu dilakukan pengaturan sirkulasi kendaraan yang memasuki kawasan. Gambar 2.11 Pemanfaatan sebagian bahu jalan untuk fasilitas parkir sehingga mengganangu sirkulasi kendaraan View Persawahan yang Terhalang View yang terbentang sepanjang 1,2 kilometer di sebelah timur kawasan, hanya bisa dinikmati pada beberapa titik tertentu, padahal bila tidak dihalangi oleh toko-toko souvenir area untuk melihat view bisa dinikmati lebih luas dan semua view persawahan bisa dinikmati dari area jalan. ( gambar 2.12) Bangunanbangunan toko souvenir yang menghalangi view persawahan Gambar 2.12 Bangunan-bangunan toko souvenir yang menghalangi view persawahan Seminar Tugas Akhir 12

8 2.4.4 Topografi dan Kondisi Jalan Kondisi jalan dengan lebar 8 meter dan berbatasan langsung dengan tebing setinggi 6 meter, serta ditambah dengan adanya bangunan-bangunan berlantai 3, menjadikan area di lingkungan jalan terlihat sempit dan kurang adanya ruang gerak yang bebas untuk wisatawan dalam menikmati view. Tebing setinggi 6 meter yang langsung berbatasan dengan jalan utama kawasan Gambar 2.13 Kondisi jalan yang berbatasan dengan tebing terjal setinggi 6 meter Penunjang Pariwisata Fasilitas penunjang pariwisata yang ada di obyek wisata ini salah satunya adalah fasilitas trecking menyusuri persawahan. Fasilitas ini adalah sarana pariwisata yang memberikan wisatawan berjalan-jalan menyusuri persawahan dengan melewati terasering persawahan, sungai dan lingkungan di sekitarnya. Yang menjadi permasalahan dari fasilitas ini adalah : Lahan persawahan yang menjadi gersang dan menciptakan view yang kurang menarik dilihat dari kejauhan, fasilitas ini juga menciptakan suasana yang kurang menarik di lingkungan persawahan (gambar 2.14 dan gambar 2.15). Seminar Tugas Akhir 13

9 Gambar 2.14 Jalan dari fasilitas trecking menimbulkan view yang kurang menarik Gambar 2.15 Akses jalan yang buruk dan banyak sampah di area jalan fasilitas trecking 2.5 Karakteristik Lingkungan Karakteristik lingkungan akan membahas tentang bagaiman kondisi lingkungan sekitar dari obyek wisata Ceking Terrace yang dilihat dari beberapa aspek diantaranya: Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan dari kawasan sangat padat dan banyak terdapat toko-toko souvenir yang berjejer di sepanjang jalan utama, pada bagian timur jalan tempat melihat view ke ke arah sawah juga banyak berdiri toko-toko souvenir dan beberapa restoran yang kurang tertata dengan baik (gambar 2.16 dan gambar 2,17) Toko souvenir Restaurant Gambar 2.16 Toko souvenir dan restauran yang terlihat kurang tertata Seminar Tugas Akhir 14

10 Gambar 2.17 Toko souvenir yang berada di sepanjang jalan utama kawasan Pada bagian barat jalan terdapat lahan kosong yang cukup luas yang posisinya lebih tinggi 7 meter dari jalan, lahan ini merupakan lahan milik masyarakat dan terdapat beberapa pemukiman(gambar 2.18 dan gambar 2.19). Kondisi dari lahan kosong ini merupakan tegalan yang banyak ditanam pohon kelapa, pisang, durian, dan pohon-pohon lainnya. Gambar 2.18 Lahan kosong yang terdapat di bagian barat jalan utama kawasan Gambar 2.19 Rumah penduduk yang terdapat di bagian barat jalan utama kawasan Seminar Tugas Akhir 15

11 2.5.2 Letak Geografi Obyek Wisata Ceking Terrace berjarak 5 km dari pusat pariwisata Ubud dan bisa ditempuh dalam waktu 20 menit, sedangkan dari denpasar berjarak kurang lebih 30 km. Letak dari obyek wisata ini berada di dua Desa Pekraman, yaitu Desa Pekraman Tegallang dan Desa Pekraman Kedisan. Sebagian dari sawah merupakan wilyah Desa Kedisan, sedangakan untuk sebagian sawah dan berbagai fasilitas penunjang yang sudah ada terletak di Desa Tegallalang. Kondisi eksisting dari kawasan ini bisa di lihat pada gambar 2.20 Gambar 2.20 Eksisting kawasan obyek wisata Ceking Rice Terrace Sumber : BAPEDA Kab. Gianyar tahun 2015 Seminar Tugas Akhir 16

12 2.5.3 Topografi Kondisi topografi memiliki kemiringan yang tinggi dengan kondisi lingkungan yang bertransis, dari posisi jalan utama ke arah timur menuju kawasan persawahan memiliki transis yang terjal. Sedangkan bagian barat site yang berupa lahan kosong dan rumah warga posisinya berada 6 meter dari jalan, untuk lahan kosong kondisinya relatif datar. Topografi di kawasan ini bisa dilihat pada gambar 2.21, dan gambar Gambar 2.21 Kondisi topografi di bagian timur jalan utama Gambar 2.22 Lahan kosong yang terdapat pada bagian barat jalan Geologi Kawasan obyek wisata Ceking Terrace merupakan area persawahan dan di lingkungan sekitarnya terdapat tegalan milik penduduk, karakteristik dari tanah di lingkungan ini sangat subur dan termasuk tanah yang lunak. Seminar Tugas Akhir 17

13 Keadaaan geologi di kawasan obyek wisata Ceking Terrace dapat dilihat pada gambar Gambar 2.23 Kondisi geologi dari tanah kosong di bagian barat jalan utama Aksebilitas Posisi dari obyek wisata ini tepatnya berada tidak jauh dari pusat Desa Tegallalang, dan berada kurang lebih 7 km dari pusat pariwisata Ubud. Sedang dari Kota Gianyar berjarak kurang lebih 15 km. Jalan utama kawasan merupakan akses utama dari dan menuju Kintamani. Peta jarak dari Gianyar dan Ubud menuju obyek wisata Ceking Terrace dapat dilihat pada gambar Lokasi obyek wista Ceking Terrace Gambar 2.24 aksebelitas menuju obyek wisata Ceking Terrace Sumber : aya+ceking,+tegallalang,+kab.+gianyar, +Bali (diakses 5 Oktober 2015) Seminar Tugas Akhir 18

14 2.6 Tinjauan Fisik dan Fasilitas Tinjauan fisik pada obyek wisata Ceking Terrace berupa berbagai fasilitas pendukung berupa sarana dan prasarana yang sudah tersedia di kawasan ini. Tinjauan fisik di kawasan obyek wisata Ceking Terrace dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: Penggunaan Lahan Kondisi lahan di kawasan ini kondisinya sudah 60% terbagun penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk fasilias komersil, seperti art shop, restaurant, dan warung. Di lingkungan ini juga terdapat rumah-rumah warga yang letaknya di bagian barat kawasan. penggunaan lahan kawasan dapat dilihat pada gamabr Art shop dan restauran DTW Ceking Rice Terrace Lahan kosong Restaurant Rumah penduduk Art shop dan restoran dilihat dari area persawahan Fasilitas parkir mobil Gambar 2.25 Tata guna lahan di kawasan Ceking Terrace Sumber : BAPEDA Kab. Gianyar tahun 2015, dan observasi 4 Oktober 2015 Seminar Tugas Akhir 19

15 2.6.2 Bangunan Bangunan di kawasan ini beberapa masuk dalam katagori semi permanen, bangunan dengan fungsi art shop dan toko-toko souvenir terlihat kurang tertata dengan wujud fisik yang masih sederhana penggunaan batako yang belom di plester untuk dinding dan penggunaan atap asbes. Sedangkan untuk bangunan fungsi restorant bangunan sudah lebih terlihat tertata dengan struktur yang kokoh dan finishing lengkap. Kondisi fisik dari bangunan di kawasan ini bisa dilihat pada gambar 2.26 dan gambar Gambar 2.26 bangunan semi permanen dengan fungsi toko souvenir Gambar 2.27 bangunan restaurant dengan atap alang-alang dan struktur kayu Ruang Terbuka Ruang terbua sendiri di kawasan obyek wisata ini sangat sedikit dan bahkan hampir tidak ada ruang publik yang luas untuk wisatawan yang Seminar Tugas Akhir 20

16 berkunjung, ruang terbuka hanya ditemukan di antar toko souvenir dengan kondisi yang sempit dan kurang tertata (gambar 2.28). Gambar 2.28 Ruang terbuka untuk melihat view ke arah sawah Sirkulasi dan Parkir Untuk area parkir kawasan obyek wisata Ceking Terrace memiliki area parkir khusus mobil yang jaraknya kurang lebih 150 meter dari DTW Ceking Terrace (gambar 2.29), area parkir ini dibuat dengan kapasitas 60 mobil. Sedangkan untuk sirkulasi kendaraan, jalan utama kawasana merupakan akses jalan dua arah. Namun dilihat secara pengelolaan sebagian bahu jalan masih dimanfaatkan sebagai sebagai parkir dan fasilitas parkir yang ada baru dimanfaatkan setelah parkir sebagian bahu jalan sudah penuh, sehingga mengganggu sirkulasi kendaraan di jalan (gambar 2.30). Gambar 2.29 Fasilitas parkir di obyek wisata Ceking Rice Terrace Seminar Tugas Akhir 21

17 Gambar 2.30 Pemanfaatan sebagian bahu jalan untuk kebutuhan parkir Pedestrian Sepanjang jalan utam obyek wisata Ceking Terrace sudah terdapat akses pejalan kaki, walaupun kondisinya sudah diperbaiki namun lebar dari akses pedestrian masih sempit dan lebarnya kurang luas untuk akses pedestrian yang terdapat di kawasan pariwisata. Material yang dipergunakan untuk trotoar adalah paving, untuk bagian pedestrian yang terdapat di bagian timur jalan dibuat dengan sistem kantilever dan di bawahnya terdapat alairan sungai. Kondisi dari pedestrian dapat dilihat pada gamabar Gambar 2.31 Akses pejalan kaki di sekitar obyek wisata Penunjang Pariwisata Kawasan obyek wisata Ceking Terrace memiliki berbagai fasilitas yang penunjang kegiatan yang sudah dikembangkan, salah satu fasilitas penunjng Seminar Tugas Akhir 22

18 kegiatan yang mendukung pariwisata di kawasan ini adalah fasilitas trecking menyusuri persawahan. Sepanjang fasilitas tracking terdapat berbagai fasilitasfasilitas komersial yang menjual minuman-minuman segar dan souvenir yang dibangun sendiri oleh masyarakat setempat (gambar 2.32). Gambar 2.32 Fasilitas tracking menyusuri persawahan Utilitas Sistem utilitas di kawasan ini sudah tersedia fasilitas umum seperti listrik dari PLN dan air bersih dari PDAM. namun yang terlihat kurang dari kesediaan utilitas di kawasan ini adalah fasilitas tempat sampah dan sistem pengolahan sampahnya. Aliran listrik dari PLN dapat dilihat pada gambar Gambar 2.33 Fasilitas listrik PLN yang tersedia di obyek Ceking Terrace 2.7 Fasilitas yang Dikembangkan Seminar Tugas Akhir 23

19 2.7.1 Pengembangan Fasilitas Parkir, Akses Dan Pedestrian Pengembangan fasilitas parkir sangat diperlukan dalam kawasan ini mengingat masih adanya pemanfaatan sebagian bahu jalan untuk fungsi parkir. Sirkulasi kendaraan yang memasuki dan keluar kawasan juga perlu dikelola agar menciptakan sirkulasi yang lancar di dalam kawasan. Perbaikan sirkulasi kendaraan di dalam kawasan dapat dilakukan dengan pemenfaatan jalan yang ada di bagian barat kawasan. serta pemanfaatan lahan kosong yang tersedia untuk menciptakan akses baru masuk dan keluar fasilitas parkir. Area kosong yang akan dikembangkan fasilitas parkir dapat dilihat pada gambar Lahan kosong yang tersedia di bagian selatan parkir, sehingga memungkinkan adanya pengembangan fasilitas parkir Gambar 2.34 Area kosong yang akan dikembangkan fasilitas parkir Pengembangan untuk akses pejalan kaki sangat diperlukan mengingat akses yang cukup jauh antar parkir menuju DTW Ceking Terrace, akases pejalan kaki dibuat lebih lebar dengan pohon-pohon peneduh dan penggunan material bahan yang tepat (gambar 2.35) Gambar 2.35 Sistem struktur kantilever pada pedestrian Sistem struktur dari pedestrian menggunakan kantilever karaena berada di atas sungai, pelebaran pedestrian bisa dilakukan dengan sistem yang sama Seminar Tugas Akhir 24

20 2.7.2 Pengembangan Ruang Terbuka dan Fasilitas Publik Ruang terbuka sangat cocok dikembangkan pada area bagian timur, mengingat secara peraturan kawasan di bagian timur jalan merupakan kawasan hijau dan harus terbebas dari bangunan. ruang terbuka dibuat agar wisatawan lebih nyaman dan leluasa menikmati panorama keindahan DTW Ceking. Pengembangan ruang terbuka dan fasilitas publik adan direncanakan di area timur jalan, seperti pada gambar Kawasan yang masuk jalur hijau, seharusnya tidak boleh dibangun dan bisa difungsikan sebagai ruang terbuka Gambar 2.36 Bangunan yang ada di sepanjang jalan obyek wisata Ceking Terrace Pengembangan fasilitas fasilitas umum seperti publik toilet, ATM center, informasi, dan fasilitas umum lainnya sangant diperlukan untuk kenyamanan dan kemudahan wisatawan untuk menikmati dan mengakses semua fasilitas yang ada dalam satu kawasan Pengembangan Fasilitas Restoran, Yoga, Oudbound dan Lainnya Fasilitas akomodasi pariwisata lainnya dapat dikembangkan di area tanah kosong yang terdapat pada bagian barat site, rencana pengembangan fasilitas yang akan dilakukan adalah dengan pembuatan fasilitas seperti ruang penerimaan/lobby, restaurant, cofe shop, fasilitas olhraga,fasilitas bermain, dan perbaikan fasilitas tracking menyusuri persawahan. Seminar Tugas Akhir 25

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancanagan. Latar belakang merupakan dasar pemikiran awal yang diambilnya judul Penataan Kawasan Obyek Wisata

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN DAYA TARIK WISATA CEKING TEGALLALANG, GIANYAR

PENATAAN KAWASAN DAYA TARIK WISATA CEKING TEGALLALANG, GIANYAR LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2016 PENATAAN KAWASAN DAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Ida Bagus Surya Mahayana.NIM.1417151017. Perencanaan Jalur Sepeda Sebagai Tujuan Wisata Desa di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Pembimbing I: Ir. Ida Ayu Mayun, M.P. Pembimbing II: Ir. Anak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemilik kewenangan terhadap lahan kawasan Situ Bagendit di bawah pengelolaan Dinas PSDA cukup kesulitan menjalankan fungsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL TEMA LATAR BELAKANG Bali tidak memiliki hasil tambang, lahan pertanian yang terbatas, namun pulau Bali memiliki keindahan alam dan budaya yang sangat mempesona Untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Bali

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-45 Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer dan Desa Puger Kulon, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijabarkan mengenai latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, serta metode penelitian yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

ARI WISONO X

ARI WISONO X FASILITAS WISATA AIRMATA AIR INGAS COKRO TULUNG DI KLATEN TATA RUANG LUAR, TATA MASSA DAN PENAMPILAN BANGUNAN YANG MFRESPON POTFNSI ALAM BAB I A. LATAR BELAKANG 1. Umum Indonesia memiliki potensi alam

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi andalan dan prioritas pengembangan bagi beberapa Negara, terlebih lagi bagi Negara berkembang seperti

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR REDESAIN PASAR TAMPAKSIRING

KATA PENGANTAR REDESAIN PASAR TAMPAKSIRING KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Seminar Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

WISATA ALAM PERSAWAHAN DI UBUD

WISATA ALAM PERSAWAHAN DI UBUD LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2016 WISATA ALAM PERSAWAHAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut diperoleh dari alternatif-alternatif terbaik yang sudah sesuai dengan objek

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut diperoleh dari alternatif-alternatif terbaik yang sudah sesuai dengan objek BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan desain dalam Perancangan Kembali Kawasan Wisata Pantai Watu Ulo di Kabupaten Jember Jawa Timur berdasarkan analisis perancangan.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang

Lebih terperinci

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK, POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA DI DESA PANGSAN

BAB II KARAKTERISTIK, POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA DI DESA PANGSAN BAB II KARAKTERISTIK, POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA DI DESA PANGSAN Pada bab ini akan memaparkan mengenai keadaan eksisting Desa Pangsan, serta permasalahan - permasalahan yang terjadi pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM 3.1. DATA WILAYAH KABUPATEN BANTUL 1 3.1.1. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bantul Kecamatan Sewon termasuk Hierarki III merupakan sub pusat pengembangan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan Konsep desain kawasan menggunakan konsep combined methapor ikan koi, yaitu konsep perancangan bentukan bangunan yang mengambil bentukan maupun sifat dari ikan koi.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) yang berada di jalan Saxsophon, Tunggulwulung, Malang memiliki konsep dasar dari beberapa penjabaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.LATAR BELAKANG 1.1 Kelayakan Proyek Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat menjanjikan bagi perkembangan daerah-daerah di Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. PERANCANGAN ORIENTASI BANGUNAN BERDASARKAN ANALISIS SITE Orientasi bangunan menyesuaikan dengan kondisi-kondisi yang terdapat pada site, seperti pengaturan arah bukaan & ketinggian

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ± LEMBAR PENGESAHAN ±± LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR MOTTO ABSTRAKSI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ± LEMBAR PENGESAHAN ±± LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR MOTTO ABSTRAKSI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Ha laman LEMBAR JUDUL ± LEMBAR PENGESAHAN ±± LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR MOTTO iii iv KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR vi vii x xi BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya mengalami perkembangan yang positif. Keselarasan antara

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya mengalami perkembangan yang positif. Keselarasan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lombok merupakan salah satu pulau di Indonesia yang menjadi destinasi wisata. Daya tarik wisata yang dimiliki merupakan daya tarik wisata alam dan budaya. Kondisi daya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang sejalan dengan modernisasi yang tidak pernah terhenti terjadi di bumi. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia semakin kompleks

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Sibangkaja merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Sibangkaja merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Profile Agrowisata Sutera Sari Segara Desa Sibangkaja merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Abiansemal di Kabupaten Badung dengan luas wilayah geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara dengan kekayaaan alam yang sangat melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. 1.1 Latar belakang Pariwisata di Bali, khususnya Kabupaten Badung sudah sangat berkembang.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi salah satu sektor pembangunan yang terus digalakkan dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Di Indonesia sektor pariwisata telah menjadi komoditas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN (LP3A)

UNIVERSITAS DIPONEGORO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN (LP3A) UNIVERSITAS DIPONEGORO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN (LP3A) Desa Wisata di Kawasan Klenting Kuning dengan Penekanan Desain Arsitektur Ekologis TUGAS AKHIR PERIODE 131/53 APRIL-SEPTEMBER

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR DIAGRAM... vii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Restoran aneka bali boga di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Restoran aneka bali boga di Denpasar BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Restoran merupakan sebuah tempat yang didirikan dengan tujuan komersial yang melayani pelanggan serta menyajikan makanan atau minuman yang baik untuk dikonsumsi. Makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan kota Medan sebagai kota Metropolitan, dimana pembangunan telah berlangsung sedemikian pesatnya. Hal ini perlu diimbangi dengan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan mengenai alasan yang melatarbelakangi pengambilan judul serta dilengkapi dengan fakta fakta pendukung. Pada bab in ijuga menjelaskan mengenai tujuan dan metoda penelitian.

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu kecamatan yang ada di sidoarjo yang berbatasan langsung dengan laut utara yaitu kecamatan Jabon. Kecamatan Jabon sendiri memiliki potensi alam yang bisa

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB III TINJAUAN TEMA BAB III TINJAUAN TEMA III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Pembangunan mall khususnya di JABODETABEK saat ini sangat pesat dan jarak antrar mall yang satu dengan mall yang lain begitu dekat. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci