PENGARUH PEMBERIAN LAPISAN LEMPUNG TERHADAP PENINGKATAN LENGAS TANAH PADA LAHAN MARGINAL BERPASIR
|
|
- Yanti Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 J.Tek.Ling Vol. 7 No. 2 Hal Jakarta, Mei 26 ISSN X PENGARUH PEMBERIAN LAPISAN LEMPUNG TERHADAP PENINGKATAN LENGAS TANAH PADA LAHAN MARGINAL BERPASIR Sudaryono Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract Various methods for water or soil humidity conservation include the use of chemicals (synthetic matter) and plastic or asphalt layer at certain depth under soil profile to hold irrigation or rain water entering into the soil to prevent rapid disappearance from root zone. The present study observed the role of fine texture soil (clay fraction) in increasing water capacity, and releasing power of water for the need of plantation in marginal soil with sand easily pressed structure, and sensitive to water and wind erosion. The study was carried out in Glagah Coast, Kulon Progo, Yogyakarta. The results conclude that the addition of cm of clay layer at the depth of 2- cm may optimally increase the humidity of sandy soil. Key words: Clay fraction, water capacity, marginal soil 1. PENDAHULUAN Pertambahan jumlah penduduk telah berdampak terhadap kebutuhan sumber daya lahan, sementara sumberdaya lahan sangat terbatas, sedang kerusakan lahan terus mengalami peningkatan, hal tersebut harus mendapatkan perhatian secara serius oleh para pakar pertanian untuk dapat mencari jalan keluarnya. Berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan harus didukung semua pihak, karena kegiatan tersebut mempunyai arti sangat strategis daripada mencetak lahan baru, karena membuka hutan bukan berarti tanpa resiko, apalagi di pulau Jawa, luas hutan yang tersisa kurang dari dari seluruh luas daratan. Upaya meningkatkan produksi lahan (terutama lahan bermasalah, seperti lahan gambut, kritis, dan marginal lainnya) memiliki beberapa keterbatasan yang harus dapat ditiadakan, antara lain adalah : cekaman air (water stress), kemasaman tanah, keterbatasan hara tanaman, pemampatan tanah, rendahnya kandungan bahan organik, draenage jelek, kemunduran mutu tanah akibat erosi, abrasi, pengikisan tanah, dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan daya menyimpan air, tanah pasiran mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif rendah karena permukaan kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori mikro (1,2). Oleh karena itu air yang jatuh ke tanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air kapiler akan 198 Sudaryono, 26
2 mudah lepas karena evaporasi. Laju evaporasi ini sangat penting dalam kaitannya dengan penghematan lengas tanah, sehingga penekanan laju evaporasi pada tanah pasiran akan bisa menghemat lengas yang disimpannya, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Beberapa cara untuk mengurangi kecepatan perkolasi pada tanah pasiran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu bahan sebagai penghambat telah banyak diteliti dengan menggunakan sejenis bahan kimia berupa bahan sintetis yang berfungsi menaikkan daya penyimpanan air pada tanah pasiran. Kemudian dengan memberi tambahan bahan pengkondisi tanah berupa pupuk kompos atau pupuk organik lainnya akan dapat memperbaiki sifat fisik tanah pasiran 3). Akan tetapi pada umumnya bahan kimia sintetis tersebut terlalu mahal dan sulit diperoleh, terutama di negaranegara berkembang seperti di Indonesia. Oleh karena itu perlu dicari alternatif dengan mencari bahan lain yang murah, mudah didapat dan tidak mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk mengatasi besarnya kehilangan air karena perkolasi ditempuh cara dengan melakukan rekayasa terhadap ekosistem tanah pasiran dengan mencampur atau memberi lapisan lempung pada tanah pasiran yang dapat berfungsi sebagai penghambat laju aliran air ke bawah. Tanah-tanah bertektur lempung mempunyai luas permukaan yang besar, sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara semakin tinggi 4). Jumlah kadar lempung pada suatu tanah akan dapat menentukan kapasitas memegang air. Tanah yang mengandung kadar lempung tinggi akan sulit meloloskan air, baik melalui proses penguapan maupun hilangnya air masuk ke lapisan tanah di bawahnya ). 2. MEODOLOGI PENELITIAN Lapisan tanah lempung yang diletakkan di dalam tanah pasiran akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam meloloskan air. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan/ penempatan lapisan tanah lempung setebal cm dengan 4 (empat) perlakuan dan 3 (tiga) ulangan untuk setiap perlakuan Rancangan Percobaan Petak-petak penelitian dengan ukuran tiap petak 3 x 6 m, dengan tiga ulangan untuk tiap-tiap perlakuan. Kedalaman pemberian lapisan lempung adalah sebagai berikut: Perlak I (Bo) : Kontrol (tanpa lapisan lempung) + 2 ton kompos erlak II (B1) : Lapisan lempung setebal cm pada kedalaman -2 cm + 2 ton kompos/ha Perlak III (B2) : Lapisan lempung setebal cm pada kedalaman 2- cm + 2 ton kompos/ha Perlak IV (B3) : Lapisan lempung setebal cm pada kedalaman -4 cm + 2 ton kompos/ha 2.2. Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan adalah tanah lempung (grumusol). Pelaratan laboratorium untuk analisis sample tanah dan alat untuk pengambilan data di lapangan, terdiri dari : tempat sample tanah (kantong plastik), alat oven, soil sampler, ring infiltrometer, stop watch, cangkul, ember, gayung, penggaris, rol meter, dan timbangan analisis. Tanah lempung yang akan digunakan sebagai lapisan dihancurkan (ditumbuk) sehingga tidak bongkah- Pengaruh Pemberian..... J.Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2):
3 bongkah, kemudian dimasukkan kedalam tanah setebal cm ke setiap petak lahan pasiran dengan kedalaman sesuai perlakuan. Selanjutnya tanah pasiran galian ditempatkan kembali diatas lapisan lempung, dan diratakan tanpa dilakukan pemadatan Cara Pengamatan a) Pengamatan fisik melalui pengamatan terhadap perubahan kenampakan lahan pasiran selama penelitian berlangsung. b) Pengamatan infiltrasi, diamati dengan cara : - Menyiapkan dua tabung infiltrometer dengan diameter yang berbeda - Kedua tabung infiltrometer dimasukkan vertikal ke dalam tanah, tabung berdiameter besar sedalam 4 cm dan tabung berdiameter kecil sedalam 1 cm. Dengan diameter kecil terletak di bagian dalam tabung besar. - Air dimasukkan diantara dua tabung infiltrometer dan tinggi muka air dijaga tetap - Tabung infiltrometer kecil diisi air dan dicatat tinggi muka air setelah waktu menunjukkan detik, 6 detik, 2 menit, 3 menit, 4 menit, menit, menit, 1 menit dan seterusnya setiap 1 menit, sampai penurunan tinggi muka air tetap. c) Pengambilan sample tanah untuk pengukuran kadar lengas tanah dan berat volume tanah. Sampel tanah diambil sesuai dengan kedalaman nya ( cm, 2 cm, cm dan 4 cm) 3. ANALISIS HASIL 3.1. Keadaan Tanah Sebelum Percobaan Hasil analisis contoh tanah pasiran sebelum ditambah bahan pengkondisi dan biomikro dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Dari Tabel 1 tersebut di atas menunjukkan bahwa kondisi fisik tanah percobaan termasuk bertekstur tanah pasiran (berdasarkan klasifikasi segitiga USDA) dan struktur tanahnya granuler, porositas tanahnya sampai kedalaman 4 cm adalah 43,92. Porositas tanah yang besar ini karena penyusunan tekstur tanahnya didominasi oleh fraksi pasir (94,3) dibandingkan dengan penyusunan yang lain yaitu lempung dan debu. Berat volume tanah pada kedalaman cm adalah 1,46 gr/cm 3, pada kedalaman 2 cm sebesar 1, gr/cm 3 dan kedalaman 2- cm 1,61 gr/cm 3. Tabel 1 : Hasil Analisis Laboratorium pada Tanah Tempat Penelitian No Parameter Satuan Tekstur tanah - Pasir - Debu - Lempung Kelas Tekstur Berat volume Berat jenis Porositas Permeabilitas Klas Bhn. organik N-Total P tersedia K tersedia ph gr/cm 3 gr/cm 3 cm/jam - ppm me/g Kedalaman Tanah (cm) , 3,2 sandy 1,46 2,6 44,91 34,64 sngt cpt 1,37, ,66 6,49,8 sandy 1, 2,68 44,3,12 sngt cpt 1,34,7 42,6,19 6,13 86,7 7,48,9 sandy 1,61 2,69 44, 29,46 sngt cpt 1,34,8 46,4,21 6,16 8,17 8,78 6, sandy 1,69 2,69 43,92 29,243 sngt cpt 1,,7 43,76,19 6,1 Sedang pada posisi kedalaman -4 cm berat volumenya adalah 1,69 gr/cm 3. Penentuan berat volume tanah sebelum diolah dapat digunakan sebagai indikasi lapisan padat, semakin padat 2 Sudaryono, 26
4 lapisan tanah maka berat volumenya semakin besar. Berat volume tanah cenderung naik jika semakin dalam karena kandungan bahan organik yang semakin rendah, kurangnya agregrasi dan terjadinya pemadatan. Berat jenis tanah sebesar 2,6 gr/cm 3 (pada kedalaman - cm), 2,68 gr/cm 3 (-2 cm), 2,69 gr/cm 3 (2- cm), dan 2,69 gr/cm 3 (-4 cm). Berat jenis tanah mempunyai arti penting karena bersama dengan berat volume dan porositas digunakan untuk me-ngetahui kemampuan tanah menyerap dan menyimpan air, dinamika air di dalam dan ketersediaan air dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman. Permeabilitas tanahnya termasuk kelas sangat cepat yaitu 34,6 cm/jam kedalaman ( - cm),,12 cm/jam pada kedalaman (-2 cm), 29,46 cm/jam (2- cm) dan 29,243 cm/jam pada kedalaman (-4 cm). Perbedaan permeabilitas ini tidak terlepas dari adannya berat volume yang berbeda yaitu semakin dalam maka berat volumenya semakin besar dan berarti semakin padat, itulah sebabnya pada kedalaman -4cm permeabilitas tanah lebih rendah, terlalu banyak meloloskan air, mempunyai daya simpan air kecil. Sedangkan pada sifat kimia tanah pasiran menunjukkan bahwa tanah pasiran yang digunakan untuk percobaan adalah miskin bahan organik 1,-1,37, demikian pula unsur hara lainnya. ( N total:,7,11; K tersedia :,19-,23 ml/ gr, kecuali kandungan phospor tersedia relatif tinggi yakni 42,6,32 ppm. Menurut klasifikasi Kohnke 6), dapat digolongkan ke dalam tanah yang mengandung unsur hara rendah, meskipun semua unsure utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tersedia semua. Tipe tanah seperti ini kurang baik untuk usaha pertanian karena terlalu banyak meloloskan air, mempunyai daya simpan kecil, evaporasi besar, maka perlu sekali diadakan usaha perbaikan kesuburan fisik dan kimia agar tanah lebih meningkat kondisi fisiknya 3) Pengaruh Lapisan Lempung Tanah lempung yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari daerah Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta dan merupakan tanah Grumusol. Adapun hasil analisis fraksifraksinya sebagai berikut : fraksi pasir sebesar (24,74), fraksi debu (22,76) dan fraksi lempung (2,). Sedang berat volumenya 1,13 gram/cm 3. a. Berat volume tanah Berat volume tanah berhubungan erat dengan jumlah total ruang pori, semakin besar jumlah total ruang pori akan semakin kecil berat volumenya. Hasil pengukuran berat volume seperti di Tabel 2. Dari Tabel 2 tersebut di atas menunjukkan bahwa pada awal percobaan (tanah pasir) berat volumenya tinggi, tetapi kemudian setelah ada pemberian pupuk kompos, lapisan lempung dan penyiraman yaitu 21 hari setelah tanam, berat volumenya mengalami penurunan, tanah lebih bergumpal. Tanah yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan volume (kerapatan massa) rendah dan kerapatan massa yang terjadi ditentukan oleh banyaknya pori maupun butir-butir tanah padat. Besar kecilnya berat volume tanah sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh : i) tekstur tanah, ii) kandungan bahan organik tanah, iii) struktur tanah atau lebih khusus bagian rongga pori tanah 3). Pengaruh Pemberian..... J.Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2):
5 Tabel 2 : Hasil Pengukuran Berat per satuan Volume Tanah Pasiran di Pantai Glagah, Kulon Progo No. Pr Kdlm Berat volume (gram/cm 3 ) (cm) Awal *) 21 HST 4 HST 9 HST 1. I - 1,46 1,1 1,16 1,2-2 1, 1,31 1,29 1,33 2-1,84 1,4 1,33 1, - 4 1,32 1,6 1,42 1,4 2. II - 1,46 1,17 1,26 1,26-2 1, 1,29 1,29 1,32 2-1,8 1,34 1,28 1,33-4 1,67 1,38 1,4 1,41 3. III - 1,46 1,9 1,14 1,18-2 1, 1,28 1,2 1,32 2-1,2 1,26 1,29 1,39-4 1,3 1,38 1,34 1,37 4. IV - 1,46 1,8 1,1 1,18-2 1, 1, 1,29 1,31 2-1,78 1, 1,31 1,33-4 1,26 1,3 1,39 1,39 Keterangan : *) : sebelum diberi perlakuan HST : hari setelah tanam Pr : Perlakuan Kdlm : Kedalaman Pada pengamatan yang ke tiga (4 HST) dan ke empat (9 HST) menunjukkan adanya perubahan berat volume (BV) baik pada kedalaman cm, 2 cm, 2 cm, maupun pada kedalaman 4 cm. Pada semua perlakuan mengalami kenaikan berat volume atau tanah menjadi semakin padat. Peningkatan BV tersebut dimungkinkan karena akibat pemberian air yang berakibat butir-butir tanah halus tersiram turun masuk ke dalam ronggarongga antar butiran sehingga tanah mengalami kepadatan. b. Kadar Lengas Tanah Pada Gambar 1, terlihat jelas bahwa perlakuan I (kontrol) kadar lengasnya paling rendah dan pada perlakuan yang lain kadar lengasnya lebih besar. Pengamatan kadar lengas pada kedalaman - cm, perlakuan II kadar lengasnya paling tinggi dan berturut-turut diikuti perlakuan III dan IV. Kadar lengas perlakuan II mencapai lebih dari 17, sementara perlakuan I kadar lengasnya kurang dari 9. Ini berarti bahwa dengan adanya perlakuan pemberian lapisan lempung akan dapat meningkatkan kadar lengas sampai 2 kali lipat Gambar 1 Grafik hubungan kadar lengas dengan waktu Kadar Lengas Tanah () Grafik Lengas Tanah ( - 2 cm) Jumlah Hari Kontrol Lempung - 2cm Lempung 2 - cm Lempung - 4 cm Grafik Lengas Tanah (2- cm) 2 4 Jumlah Hari Kontrol Lempung 2 - cm Lempung - 2cm Lempung - 4 cm Gambar 2:Grafik hubungan kadar lengas dengan waktu Pada Gambar 2, pengamatan kadar lengas pada kedalaman -2 cm, terlihat jelas adanya perbedaan. Grafik perlakuan II (lapisan lempung sedalam -2 cm) terlihat jauh lebih, karena pada grafik ini kadar lengas tanah yang 22 Sudaryono, 26
6 terukur adalah kadar lengas tanah lempung. Pada pengamatan ini, ternyata perlakuan kontrol (tanpa lapisan lempung) relatif lebih rendah dibanding dengan lapisan lempung. Perlakuan III dan IV relatif lebih tinggi grafiknya dan kadar lengasnya bisa mencapai hampir 2 (perlakuan III). Kadar Lengas Tanah () Grafik Lengas Tanah (-4 cm) 2 4 Jumlah hari Kontrol Lempung 2 - cm Lempung - 2cm Lempung - 4 cm Gambar 3: Grafik hubungan kadar lengas dengan waktu Pada Gambar 3, terlihat jelas perbedaan grafik III (penempatan lapisan lempung sedalam 2- cm). Hal ini karena pengamatan kadar lengasnya dilakukan pada kedalaman 2- cm yang berarti pada perlakuan III kadar lengas yang terukur adalah kadar lengas lapisan lempung. Sebagaimana Gambar 1 dan 2, ternyata perlakuan I (tanpa lapisan lempung) grafiknya paling rendah dan perlakuan II dan IV relatif lebih tinggi. Pada grafik perlakuan IV, kadar lengasnya bisa mencapai hampir 2, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan I yang kadar lengasnya kurang dari. Selanjutnya pada Gambar 4, juga terlihat jelas bahwa grafik perlakuan IV paling tinggi dan nyata benar perbedaan nya dengan grafik yang lainnya, karena pada grafik ini yang terukur adalah kadar lengas tanah lempung (pengamatan pada kedalaman -4 cm). Laju Infiltrasi (mm/menit) Grafik Laju Infiltrasi Bulan Januari Waktu (t) dalam Menit laju B laju B1 laju B2 laju B3 Gambar 4 :Grafik laju infiltrasi pada periode waktu 21 HST Berbeda dengan grafik sebelumnya (pengamatan pada kedalaman - cm, -2 cm dan 2- cm), pada Gambar 4 ini (pengamatan pada kedalaman -4 cm) tidak begitu terlihat adanya perbedaan pada perlakuan I, II dan III, kadar lengasnya rata-rata kurang dari. Ini terjadi karena pada perlakuan I, II dan III, pada kedalaman -4 cm atau dibawahnya sudah tidak ada lapisan penahan aliran dari atas, sehingga air terus turun kebawah dan menyebabkan kadar lengas di bagian atas jadi kecil. Dari hasil analisis/pengamatan dapat diketahui, semakin bertambah waktunya ternyata nilai kadar lengas tanah yang diberi lapisan lempung tetap lebih tinggi dibanding yang tanpa lapisan lempung. Hal ini jelas terlihat pada Gambar 1, 2, dan 3. Sedang pada perlakuan penempatan lempung pada kedalaman - 2 cm, kadar lengasnya tertinggi, kadar lengas relative lebih rendah pada kedalaman 2- cm dan -4 cm.pada penempatan lapisan lempung sedalam 2- cm, kadar lengasnya relatif lebih tinggi pada kedalaman -2 cm dan 2- cm, sedang pada kedalaman lain tidak begitu tinggi. Pada penempatan lapisan lempung sedalam -4 cm, semua hasil pengukuran kadar lengas relatif lebih rendah, kecuali pada kedalaman -4 cm. Pengaruh Pemberian..... J.Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2):
7 Tabel 3: Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi Waktu Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III Perlakuan IV 21 HST 16,29T -,189 17,333T -, ,46T -,248 27,398T -,214 4 HST 1,46T -,148 18,837T -,27 16,387T -,279 19,796T -,286 HST 24,11T -, ,78T -,3314,832T -,317 3,643T -,322 c. Infiltrasi Dari data infiltrasi (Tabel-1), selanjutnya dibuat grafik hubungan laju infiltrasi terhadap waktu. Pada Gambar terlihat bahwa pada awal infiltrasi, laju terendah adalah pada perlakuan penempatan lapisan lempung sedalam 2- cm (perlakuan III). Sedangkan pada akhir infiltrasi, laju terendah terjadi pada perlakuan penempatan lapisan lempung sedalam -2 cm (perlakuan II) diikuti kemudian oleh perlakuan penempatan lapisan lempung sedalam 2- cm (Perlakuan III), dan laju tertinggi terjadi pada Perlakuan IV (penempatan lapisan lempung sedalam -4 cm). (94,3) dibandingkan dengan penyusunan yang lain yaitu lempung dan debu. Pada Gambar 6, pada awal infiltrasi laju terendah adalah pada Perlakuan I (tanpa lapisan lempung) dan Perlakuan IV (penempatan lapisan lempung sedalam -4 cm), sedangkan laju tertinggi pada Perlakuan II (penempatan lapisan lempung sedalam -2 cm. Pada akhir infiltrasi, laju terendah adalah pada Perlakuan II (penempatan lapisan lempung sedalam -2 cm) diikuti perlakuan III (penempatan lapisan lempung sedalam 2- cm), dan laju tertinggi pada perlakuan kontrol (tanpa lapisan lempung). 4 Grafik Laju Infiltrasi Bulan Maret Laju Infiltrasi (mm/menit) Tabel Laju Infiltrasi Bulan Februari Waktu (t) dalam Menit laju B laju B1 laju B2 laju B3 Laju Infiltrasi (mm/menit) Waktu (t) dalam Menit laju B laju B1 laju B2 laju B3 Gambar : Grafik laju infiltrasi pada periode waktu 4 HST Dari Tabel 1 tersebut di atas menunjukkan bahwa kondisi fisik tanah percobaan termasuk bertekstur tanah pasiran (berdasarkan klasifikasi segitiga USDA) dan struktur tanahnya granuler, porositas tanahnya sampai kedalaman 4 cm adalah 43,92. Porositas tanah yang besar ini karena penyusunan tekstur tanahnya didominasi oleh fraksi pasir Gambar 6. Grafik laju infiltrasi pada periode waktu 21 HST Pada Gambar 7, di awal infiltrasi ternyata perlakuan II lajunya terendah, sedangkan laju tertinggi pada perlakuan IV. Begitu pula di akhir infiltrasi, ternyata laju terendah adalah pada perlakuan II dan diikuti perlakuan III, sedangkan laju tertinggi pada perlakuan I, diikuti perlakuan IV. 24 Sudaryono, 26
8 Gambar-7:Grafik laju infiltrasi pada periode waktu 21 HST Dari Gambar, 6, dan Gambar 7 (menunjukkan berturut-turut laju infiltrasi periode waktu 21 HST, 4 HST dan 9 HST) dan dari Tabel 2 diatas, pada perlakuan yang sama ternyata gradiennya (konstanta b) hampir sama. Ini berarti bahwa laju infiltrasi untuk berbagai fase pertumbuhan hampir sama, dan bisa dikatakan bahwa laju infiltrasinya tetap untuk masing-masing perlakuan. Untuk perlakuan pemberian lapisan lempung sedalam -2 cm yang mempunyai laju infiltrasi terendah, laju infiltrasi rata-ratanya sebesar 3,6 mm/menit, sedangkan perlakuan kontrol laju infiltrasi rataratanya sebesar 8,31 mm/menit. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Grafik Laju Infiltrasi Bulan Maret Waktu (t) dalam Menit laju B laju B1 laju B2 laju B3 a. Pemberian lapisan lempung pada kedalaman perakaran tanaman (sedalam 2- cm) di dalam tanah pasiran ternyata dapat menaikkan kadar lengas tanah dan menurunkan laju infiltrasi. Kenaikan kadar lengas tanah ini disebabkan karena proses grafitasi dan perkolasi dihambat oleh lapisan lempung tersebut. b. Adanya lapisan lempung di dalam tanah pasiran menurunkan laju infiltrasi, sedang rata-rata infiltrasinya adalah 8,31 mm/menit (tanpa lapisan lempung) menjadi 4,7 mm/menit. c. Berdasarkan uraian diatas, penempatan lempung sedalam 2- cm lebih tepat diterapkan di lapangan, dengan pertimbangan kedalaman tersebut adalah merupakan zone perakaran tanaman Saran a. Masih diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat/mengetahui banyak nya pemberian tanah lempung yang optimal sehingga kondisi tanah pasiran benar-benar cocok untuk pertumbuhan tanaman. b. Meningkatnya kadar lengas tanah perlu diteliti lebih lanjut hubungan nya dengan penyediaan air bagi tanaman. c. Tanah lempung bisa disarankan untuk digunakan sebagai lapisan penahan air pada kedalaman perakaran tanaman dalam jumlah dan penempatan yang optimal. d. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut, guna melihat pengaruh pemberian lapisan lempung yang dikombinasikan dengan sistem irigasi sprinkler atau sistem irigasi tetes (drip irrigation) DAFTAR PUSTAKA 1. Buckman H.D. and Brady, The Nature and Properties of Soil. Mc. Millan Company, New York. 2. Darmawidjaja Isa, 198. Klasifikasi Tanah. Balai Penelitian Teh dan Kina, Gambung. 3. Hardjowigeno, S., Ilmu Tanah, Edisi 1, Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta. 4. Hillel, Fundamental of Soil Physics. Academic Press, New York.. Islami T. dan Utomo, 199. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. 6. Kohnke H Soil Physic. Mc. Graw-Hill Book Company, New York. Pengaruh Pemberian..... J.Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2):
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN PENGKONDISI TANAH TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA LAHAN MARGINAL BERPASIR
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN PENGKONDISI TANAH TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA LAHAN MARGINAL BERPASIR Oleh : Sudaryono *) Abstrak Di Indonesia, tanah-tanah marginal dengan kandungan pasir tinggi
Lebih terperinciBKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi
% liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari
Lebih terperinciKAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT
KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT (Study of soil infiltration rate in some land uses at Desa Tanjung Putus Kecamatan
Lebih terperinciGambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^
m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian
Lebih terperinciPENGARUH OLAH TANAH TERHADAP SIFAT FISIKA TANAH PADA LAHAN KERING BERPASIR
PENGARUH OLAH TANAH TERHADAP SIFAT FISIKA TANAH PADA LAHAN KERING BERPASIR Zahrul Fuady dan Mustaqim Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Penelitian ini telah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan
Lebih terperinciPENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK DAN TINGKAT KELENGASAN TANAH TERHADAP SERAPAN FOSFOR OLEH KACANG TUNGGAK DI TANAH PASIR PANTAI
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006) p: 52-58 PENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK DAN TINGKAT KELENGASAN TANAH TERHADAP SERAPAN FOSFOR OLEH KACANG TUNGGAK DI TANAH PASIR PANTAI ES. Wigati 1, Abdul
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor
II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,
Lebih terperinciKAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO
KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO (Study of Soil Infiltration Rate in Some Type of Lands at Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi
Lebih terperinciDISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN
DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN Zurhalena dan Yulfita Farni 1 ABSTRACT Type of plant impact on soil pore distribution and permeability variously. The objectives
Lebih terperinciHUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN
MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi
12 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) merupakan bagian yang paling luas dari total keseluruhan lahan kering di Indonesia. Penyebaranya
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN PENGKONDISI TANAH TERHADAP IKLIM MIKRO PADA LAHAN BERPASIR
PENGARUH BAHAN PENGKONDISI TANAH TERHADAP IKLIM MIKRO PADA LAHAN BERPASIR (Studi Kasus Pantai Glagah, Kabupaten Kulon Progo, DI. Yogyakarta) Oleh : Sudaryono *) Abstrak Usahatani pada lahan berpasir akan
Lebih terperinciKeteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 3 Th. 2014
KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI SEI KRIO KECAMATAN SUNGGAL DAN DI PTPN II KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN (Permeability study of Several
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi
TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.
TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes merupakan metode
Lebih terperinciKAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN
KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN (Permeability Study of Several Soil Types in Kwala Bekala Field Trials USU Through Laboratory
Lebih terperinciWarna Tekstur Tanah Struktur Tanah Konsistensi Pori
SOIL PHYSIC Reading Material Brady. The Elements of Nature and Properties of Soil Rattan & Shukla. 2004. Principles of Soil Physic Foto: Dwi Priyo Ariyanto Main Material Time SOIL Climate Topography Organism
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik
26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris S.) PADA TANAH ULTISOL
ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris S.) PADA TANAH ULTISOL (Efficiency Analysis of Drip Irrigation and Crop Water Requirement of Watermelon (Citrullus
Lebih terperinciIV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap
Lebih terperinciDasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah
Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah Tektur Tanah = %pasir, debu & liat dalam tanah Tektur tanah adalah sifat fisika tanah yang sangat penting
Lebih terperinciPENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK
PENENTUAN BULK DENSITY Fauziah Mas ud Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Bulk density merupakan berat suatu massa tanah per satuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar dan tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah
TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergerakan air di dalam tanah merupakan salah satu aspek penting yang diperhitungkan dalam pengelolaan lahan diantaranya pada bidang pertanian, konstruksi bangunan
Lebih terperinciPANDUAN PRAKTIKUM INFILTRASI. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP
PANDUAN PRAKTIKUM INFILTRASI Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2017 PRAKATA Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,
Lebih terperinciBAB II TI JAUA PUSTAKA
BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tanah itu merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir menempati 50% volume tanah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume tanah ini termasuk butiran padat dan pori-pori tanah diantara partikel tanah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari pandangan, sentuhan dan perhatian kita. Kita melihatnya, menginjaknya, menggunakannya dan memperhatikannya. Kita
Lebih terperinciGambar 1. Lahan pertanian intensif
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi
Lebih terperinci17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.
MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan April 2017 di Rumah Kaca dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian. Alat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Eksperimen yang dilakukan adalah pengukuran laju infiltrasi secara langsung di
Lebih terperinciKAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA
KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA (The Study on Water Distribution in Inceptisol Soil Planted with Soybean at Different Amount of Given
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi
2 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke
Lebih terperinci2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentimun adalah salah satu jenis sayuran yang digemari masyarakat. Salah satu jenis mentimun yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dicari ialah mentimun Jepang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Parameter Infiltrasi Metode Horton Tabel hasil pengukuran laju infiltrasi double ring infiltrometer pada masingmasing lokasi dapat dilihat pada Lampiran A. Grafik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok dibudidayakan didaerah tropis. Tanaman ini berasal dari amerika selatan ( Brazilia). Tanaman
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT FISIK TANAH 2
SIFAT-SIFAT FISIK TANAH 2 KONSISTENSI TANAH Ketahanan tanah terhadap pengaruh luar yang akan merubah keadaannya. Gaya : 1. kohesi 2. adhesi Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Umum
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Umum Pada bab ini akan diuraikan hasil perhitungan kapasitas infiltrasi dari tiga lokasi pengujian lapangan yang telah ditentukan berdasarkan wilayah kawasan rawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat, dalam berbagai bentuk dan ukuran. Bahan padat terdiri atas bahan organic pada berbagai tingkat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam
6 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam tanah.infiltrasi (vertikal) ke dalam tanah yang pada mulanya tidak jenuh, terjadi di bawah pengaruh hisapan matriks
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 1 (2016), Hal ISSN :
PRISM FISIK, Vol. IV, No. (26), Hal. 28-35 ISSN : 2337-824 Pengaruh Sifat Fisik Tanah Terhadap Konduktivitas Hidrolik Jenuh pada ahan Pertanian Produktif di Desa rang imbung Kalimantan Barat Tri Handayani,
Lebih terperinciSOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011
SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 Tanah = Pedosfer Merupakan hasil perpaduan antara: 1. lithosfer 2. biosfer 3. hidrosfer 4. atmosfer Perpaduan/hubungan tsb digambarkan oleh Patrick, F. (1974) Komponen
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,
TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pabrik Kelapa Sawit Dalam proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (MSM) dihasilkan sisa produksi berupa limbah. Limbah padat dengan bahan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRACT... xv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... i HALAMAN PENGESAHAN...... ii PERNYATAAN...... iii KATA PENGANTAR...... iv DAFTAR ISI...... vi DAFTAR TABEL...... viii DAFTAR GAMBAR...... x DAFTAR RUMUS PERSAMAAN......
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan
Lebih terperinciKAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA SKRIPSI
KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA SKRIPSI OLEH : JUNI ARTINA ALBERTA PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH Semester : Genap 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Bagus Satrio Pinandito NIM : A1C011072 Rombongan : 12 Asisten : KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di lahan kering terbuka timur Greenhouse C Fakultas Pertanian UNS dengan ketinggian 95 meter dpl, pada koordinat 7º 33
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau
Lebih terperinciBERAT JENIS DAN BERAT VOLUME
BERAT JENIS DAN BERAT VOLUME Oleh: Widya Adriani 1), Engga Dara Prawistira 2), Kristian Ardi Ramadan 3) 201510200311024 1), 201510200311016 2), 201510200311008 3) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Lebih terperinciLampiran 1. Flow chart penelitian
47 Lampiran 1. Flow chart penelitian Mulai Penentuan titik Pengamatan dilapangan Sampel tanah yang diambil memiliki penutup tanah berupa : - Kacang-kacangan (Mucuna Bracteata) - Paku harupat (Nephrolepis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan penting yang ditanam untuk bahan baku utama gula. Hingga saat ini, gula merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi INTISARI... xiii ABSTRACT...
Lebih terperinciKUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA
KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA Usaha pelestarian dan pembudidayaan Kultivan (ikan,udang,rajungan) dapat dilakukan untuk meningkatkan kelulushidupan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.
III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti
Lebih terperinciKADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah
KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah 1314151022 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Dokuchnev
Lebih terperinciIRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012
Nama : Yudhistira Wharta Wahyudi NIM : 105040204111013 Kelas : J, Jumat 09:15 Dosen : Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1)
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR
TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR Oleh : Sunarto Gunadi *) Abstrak Lahan pesisir sesuai dengan ciri-cirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapat dikategorikan tanah regosal seperti
Lebih terperinciLaporan. Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Tekstur. Cynthia Diesta Firly Hari Selasa, WIB Assisten : Himawan
Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah Tekstur Cynthia Diesta Firly 105040201111051 Hari Selasa,11.00 12.40 WIB Assisten : Himawan UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI 2010
Lebih terperinciPENGARUH NAUNGAN DAN PEMBERIAN MULSA TERHADAP PRODUKSI BUAH MELON (Cucumis melo L.) (Studi Kasus di Pantai Bugel, Kabupaten Kulon Progo)
PENGARUH NAUNGAN DAN PEMBERIAN MULSA TERHADAP PRODUKSI BUAH MELON (Cucumis melo L.) (Studi Kasus di Pantai Bugel, Kabupaten Kulon Progo) Sudaryono Peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1)
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KOMPOS PADA BUDIDAYA TANAMAN KACANG TUNGGAK TERHADAP ERODIBILITAS TANAH
PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS PADA BUDIDAYA TANAMAN KACANG TUNGGAK TERHADAP ERODIBILITAS TANAH Ronni Agriva Sembiring 1, Yohanes Setiyo 2, dan Sumiyati 2 e-mail : ronni.agriva@yahoo.co.id 1. Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan
Lebih terperinciSTUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA BEBERAPA UMUR PERSAWAHAN DI KECAMATAN PEMAYUNG
Volume 12, Nomor 2, Hal. 13-18 ISSN 0852-8349 Juli Desember 2010 STUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA BEBERAPA UMUR PERSAWAHAN DI KECAMATAN PEMAYUNG Yulfita Farni, Heri Junedi, dan Marwoto Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciTabel 7. Laju infiltrasi akhir pada beberapa penelitian
Tabel 7. Laju infiltrasi akhir pada beberapa penelitian Lahan Laju Infiltrasi (mm/jam) Referensi Pertanian 6-3 Agnihorti and Yadav (1995) Pertanian 57-10 Navar and Synnot (000) Sawah 0,0-0,15 Liu (001)
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas
Lebih terperinciPENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH PRAKTIKUM IV PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB Oleh Kelompok 4 Anarita Diana 1147060007 Asep Yusuf Faturohman 1147060009 Elfa Muhammad 1147060024 Gustaman
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik
II. TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Hantaran Hidrolik Hantaran hidrolik adalah salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan dan pengelolaan tanah. Hantaran hidrolik berperan penting
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Pengolahannya di PT GMP Untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh kandungan hara yang cukup dan seimbang, serta memerlukan lingkungan fisik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal penggunaan dan pengelolaan suatu lahan, maka hal pokok yang perlu diperhatikan adalah tersedianya informasi faktor
Lebih terperinciPENGARUH IRIGASI DAN NAUNGAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN CABE (Capsicum annum) PADA LAHAN BERPASIR DI PANTAI GLAGAH, YOGYAKARTA
J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.1 Hal. 41-49 Jakarta, April 2008 ISSN 1907-1043 PENGARUH IRIGASI DAN NAUNGAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN CABE (Capsicum annum) PADA LAHAN BERPASIR DI PANTAI GLAGAH, YOGYAKARTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian
Lebih terperinciMulai. Studi Literatur. Pemilihan Tanah dan Tanaman
Lampiran 1. Flowchart Penelitian Mulai Studi Literatur Pemilihan Tanah dan Tanaman Persiapan Benih Tanaman Persiapan Tanah : - Pengayakan tanah - pemasukan tanah dalam polibag - pemantapan tanah Penanaman
Lebih terperinciPEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena
Volume 15, Nomor 1, Hal. 47-52 Januari Juni 2013 ISSN:0852-8349 PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena Fakultas Pertanian
Lebih terperinciMorfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan
Lebih terperinciJurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (35-44) E-ISSN
Jurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (35-44) E-ISSN 2614-3453 http://belantara.unram.ac.id Jurnal Belantara [JBL] Vol 1, No 1, Maret P-ISSN 2018 (35-44) 2614-7238 Analisis Pertumbuhan Tanaman
Lebih terperinciPemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa
Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi
Lebih terperinciStudi Campuran Tanah dan Kompos sebagai Media Resapan pada Daerah Genangan
1 Studi Campuran Tanah dan Kompos sebagai Media Resapan pada Daerah Genangan Sulistiya Nengse, Didik Bambang Supriyadi, dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan di lahan pasir pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY
Lebih terperinciRd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat
EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 ISSN 1978-8096 STUDI TINGKAT BAHAYA EROSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR (TSS DAN TDS) DAS SEJORONG, KECAMATAN SEKONGKANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA
Lebih terperinciKAJIAN LAJU INFILTRASI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERGERAKAN BAHAN LIAT PENYUSUN TUBUH TANAH BERBAHAN INDUK BATU LIAT DAN PASIR
J. Solum Vol.2 No.2, Juli 2005: 7480 ISSN: 18297994 KAJIAN LAJU INFILTRASI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERGERAKAN BAHAN LIAT PENYUSUN TUBUH TANAH BERBAHAN INDUK BATU LIAT DAN PASIR Ajidirman PS.Ilmu Tanah
Lebih terperinci