KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA"

Transkripsi

1 KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA (The Study on Water Distribution in Inceptisol Soil Planted with Soybean at Different Amount of Given Water) Juni Artina Alberta 1,2), Sumono 1), Adian Rindang 1) 1) Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan ) juniartinaalberta25@gmail.com Diterima 03 September 2015/Disetujui 09 September 2015 ABSTRACT Knowing water distribution in soil is important as one of the reason for irrigation. This research was purposed to study water distribution in Inceptisol soil planted with soybean at 100%, 80%, 60% field capacity and its effect on soybean plant s production. The parameters observed were the characteristic of the soil physics, field capacity, evapotranspiration, water distribution, dry weight of soybean plant and pods weight.the results showed that Inceptisol soil had sandy clay loam texture. The highest porosity was found at 6-10 cm depth i.e. 63,06%. The lowest porosity was found at 0-5cm depth i.e. 54,23%. Water field capacity was 47,7%(dry basis). Soybean plant evapotranspiration at middle growth phase was 1,97 mm/day and the last growth phase was 1,58 mm/day. The highest water level was found at 6-10 cm depth i.e. 20,58-32,49% (dry basis). The lowest water level was found at 0-5 cm depth i.e. 20,34-26,63% (dry basis). The dry weight of soybean plant at the middle growth phase at 100% field capacity was 16,51 g, at the last growth phase was 14,89 g and pods weight was 13,20 g. The dry weight of soybean plant at the middle growth phase at 80% field capacity was 14,23 g, at the last growth phase was 11,77g and pods weight was 10,78 g. The dry weight of soybean plant at the middle growth phase at 60% field capacity was 13,12 g, at the last growth phase was 10,97 g and pods weight was 8,76g. Keywords: Evapotranspiration, Field Capacity, Inceptisol Soil, Soybean Plant, Water Distribution PENDAHULUAN Tanah dapat dipandang sebagai campuran antara partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran dan komposisi. Partikel-partikel tersebut menempati kurang lebih 50 % volume, sedangkan sisanya, yang berupa pori-pori, diisi oleh air dan udara. Salah satu fungsi tanah yang terpenting adalah tempat tumbuhnya tanaman. Akar tanaman didalam tanah menyerap kebutuhan utama tumbuhan, yaitu air nutrisi dan oksigen(suripin, 2004). Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi oleh air. Dalam keadaan ini jumlah air yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena adanya berbagai gaya yang bekerja pada air tersebut (Islami dan Utomo, 1995). Kapasitas lapangan (field capacity) adalah kapasitas menahan air yang maksimum dimana banyaknya dinyatakan dalam persen (%), karena keadaan ini sama dengan keadaaan kondisi menahan air dari tanah yang kering dengan permukaan air tanah yang rendah sesudah mendapat curah hujan yang cukup selama 1 sampai 2 hari(sosrodarsono dan Takeda, 2003). Kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,4 juta ton tiap tahunnya, sementara kebutuhan bahan baku tempe dan tahu tersebut baru terpenuhi dari hasil produksi petani sekitar 850 ribu ton, atau sekitar 35%. Indonesia masih mengimpor 1,55 juta ton dari Amerika.Angka Ramalan II (ARAM II) produksi kedelai pada tahun 2014 sebesar ton, naik sebesar ton dibanding produksi ATAP tahun Kenaikan produksi disebabkan oleh kenaikan hasil per hektar sebesar 0,40 kw/ha atau 3,87 persen dan luas panen naik sebesar hektar atau 39,57 persen dibanding tahun 2013 (BPS, 2013). Tanaman kedelai memerlukan tanah yang memiliki kadar air optimal. Pada kadar air 70-80% kapasitas lapang efisiensi serapan unsur fosfor optimal pada tanaman kedelai. Di samping itu kondisi kekeringan sampai dengan kadar air 50% kapasital lapang masih bisa di toleransi oleh tanaman kedelai. Sementara bila kadar air kurang dari 50%, kedelai akan terhambat sehingga produktivitasnya menurun sampai 20-30%. 264

2 Kandungan air yang optimal akan mempermudah penyerapan hara dari dalam tanah. Tanaman kedelai akan sangat keritis apabila kondisi kekurangan air terjadi pada masa pembentukan polong(adisarwanto, 2005). Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada suhu C, dan suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengurangi munculnya bunga dan terbentuknya polong.tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan tekstur lempung berpasir atau liat berpasir. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah inceptisol dengan kandungan bahan organik yang cukup tinggi (Maesen dan somaatmadja 1993). Bahan organik di tanah mineral berkisar 0,5% - 5%. Fungsifisik bahan organik dan fisiko kimia akan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aerasi, dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Bahan organik juga mampu menyimpan air dengan baik (Mukhlis,dkk2011). Tanah memiliki kemampuan menyerap air dan mengikat air yang berbeda dan tanaman kedelai dapat tumbuh dalam kondisi kadar air tanah 50% kapasitas lapang maka perlu dilakukan pengkajian distribusi air pada tanah inceptisoldengan pemberian jumlah air yang berbeda, serta pengaruhnya terhadap produksi tanaman kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji distribusi air pada tanah inceptisol bertanaman kedelai dengan jumlah yang berbeda dan pengaruhnya terhadap produksi tanaman kedelai. BAHAN DAN METODE Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman kedelai, air, tanah, dan polybag. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah ayakan 10 mesh, ring sample, oven, timbangan digital, erlenmeyer, gelas ukur, evapopan, kalkulator dan stopwatch. Penelitian ini menggunakan metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan yaitu K1= 100% kapasitas lapang, K2= 80% kapasitas lapang, K3= 60% kapasitas lapang. Percobaan dengan 5 kali ulangan.analisis variansi (ANOVA) dilakukan untuk menguji berat kering tanaman dan berat polong antar kedelai.juga dilakukan analisis data untuk mengetahui distribusi air pada tanah inceptisol bertanaman kedelai dengan jumlah yang berbeda pada fase tengah dan fase akhir kedelai. Prosedur Penelitian 1. Persiapan perlakuan tanah Di lakukan dengan mengering anginkan tanah inceptisol dan kemudian diayak dengan ayakan 10 mesh. 2. Persiapan bibit tanaman kacang kedelai Disiapkan bibit tanaman kedelai dengan varietas anjasmoro 3. Pemberian air tanaman Dilakukan harian dengan pemberian 100% KL, 80% KL DAN 60% KL. 4. Analisis sifat fisik tanah B = M p... (1) V t Pd=... (2) n= 1 x 100%... (3) dimana : B = kerapatan massa (bulk density) (g/cm 3 ) Mp = Massa padatan tanah (g) Vt = Volume total tanah (cm 3 ) Pd=Kerapatan partikel (particle density)(g/cm 3 ) Mp = Massa tanah (g) Vp = Volume tanah kering (cm 3 ) N= Porositas (%) Nilai kadar air kapasitas lapang diukur dengan menjenuhkan sampel terlebih dahulu kemudian dikeringudarakan selama 2 hari dan diukur kadar airnya dengan rumus : W = x 100%... (4) dimana : BTA = Berat Tanah Awal (g) BTKO=Berat Tanah Kering Oven (g) Sedangkan tekstur tanah di analisis di laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Kadar air volumetrik dihitung dengan rumus sebagai berikut. = ( )W... (5) Dimana : = Kadar air volumetrik (%) Bd = kerapatan massa tanah (g/cm 3 ) ρw = kerapatan massa air (g/cm 3 ) 5. Kehilangan air dengan menghitung nilai evapotranspirasi Evapotraspirasi dihitung dengan menggunakan persamaan: ET = kc x Et0... (6) Dimana: ET = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari) Et0 = Evaporasi tetapan (mm/hari) kc = Koefisien tanaman 265

3 6. Mengamati distribusi air tanah (Fase tengah dan akhir) Mengambil sampel tanah pada kedalaman 5,10,15, dan 20 cm kemudian dihitung dengan Persamaan 4 dan mengamati penyebaran akar tanaman kedelai 7. Berat kering tanaman Dengan menimbang seluruh bagian tanaman yaitu akar batang dan daun yang kemudian dikeringkan dengan mengovenkan tanaman selama 48 jan dengan suhu 70 0 C dan dilakukan analisis data. 8. Berat polong Dengan menimbang berat polong yang dihasilkan dan mengovenkan polong selama 48 jan dengan suhu 70 0 C dan dilakukan analisis data. Parameter penelitian ini adalah: 1. Tekstur Tanah 2. Bahan organik 3. Kerapatan massa tanah (bulk density) 4. Kerapatan partikel tanah (particle density) 5. Porositas 6. Distribusi air tanah 7. Kadar air kapasitas lapang 8. Evapotranspirasi 9. Berat Kering Tanaman 10. Berat Polong Perbedaan berat polong dan berat kering dari ketiga perlakuan diuji dengan ANOVA dengan uji F pada tingkat sifnifikasi 5% dan 1 % dengan hipotesis: 1. Ho = diduga tidak ada perbedaan berat kering H1 = diduga ada perbedaan berat kering 2. Ho = diduga tidak ada perbedaan berat polong H1 = diduga ada perbedaan berat polong HASIL DAN PEMBAHASAN Tekstur Tanah Hasil analisis tekstur tanah dan bahan organik tanah Inceptisol dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan perbandingan kandungan pasir, debu, dan liat tanah pada Tabel 1 maka tanah Inceptisol di kategorikan bertekstur lempung liat berpasir yang dapat ditentukan dengan segitiga USDA (United State Department of Agiculture). Tabel 1. Hasil analisa tekstur tanah Fraksi Persentase (%) Pasir Debu Liat C-organik Tekstur Lempung Liat Berpasir Kerapatan Massa, Kerapatan Partikel Dan Porositas Hasil analisis kerapatan massa (bulk density), kerapatan partikel (particle density), serta porositas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kerapatan Massa, Kerapatan Partikel, dan Porositas Tanah Inceptisol Kerapatan Kerapatan Kedalamam Porositas Massa Partikel (cm) (%) (g/cm 3 ) (g/cm 3 ) 0-5 1,08 2,36 54, ,06 2,87 63, ,07 1,10 2,57 2,44 58,36 54,91 Rata-rata 1,08 2,56 57,64 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat nilai porositas tanah tergolong tinggi, karena berdasarkan literatur Islami dan Utomo (1995) dikatakan bahwa nilai porositas pada tanah pertanian bervariasi dari 40 sampai 60%. Porositas dipengaruhi oleh ukuran partikel dan struktur tanah.tanah berpasir mempunyai porositas rendah (40%) dan tanah lempung mempunyai porositas lebih tinggi. Kadar Air Kapasitas Lapang Nilai kadar air kapasitas lapang basis kering dan volumetrik pada tanah Inceptisol dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar air kapasitas lapang basis kering dan volumetrik Ulangan Kadar Air Kapasitas Lapang (%) Basis kering Volumetrik 1 46,5 50,2 2 51,2 54,2 3 4 Rata rata: 50,4 42,8 47,7 53,9 47,1 51,3 Berdasarkan Tabel 3.dapat dilihat kadar air kapasitas lapang tanah Inceptisol pada basis kering sebesar 47,7%,dan kadar air volumetrik tanah Inceptisol sebesar 51,3%. Hillel (1971) menyatakan bahwa kadar air tanah menunjukkan jumlah air yang 266

4 terkandung di dalam tanah yang biasanya dinyatakan sebagai perbandingan massa air terhadap massa tanah kering atau perbandingan volume air terhadap volume tanah total. Kadar air kapasitas lapang ini sebagai acuan dalam untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Evapotranspirasi Nilai evapotranspirasi digunakan untuk menentukan jumlah harian pada tanaman kedelai. Nilai rata-rata evapotranspirasi kedelai pada fase tengah dan akhir dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Evapotranspirasi tanaman kedelai Umur Tanaman Evaporasi (Ep) (mm/hari) Koefisien Panci Evapopan (k) Evaporasi Potensial (Et0) (mm/hari) Koefisien Tanaman (kc)* Evapotranspi -rasi (ET) (mm/hari) Fase tengah 2,45 0,70 1,72 1,15 1,97 Fase akhir 2,83 0,70 1,98 0,80 1,58 Sumber: Islami dan Utomo (1995) Tabel 5.Pemberian air harian tanaman kedelai. Umur tanaman Evapotranspirasi (ET) (mm/hari) Luas polibag (cm 2 ) Volume air ET Volume 100% ET Volume 80% ET Volume 60% ET Fase tengah 1,97 452,16 89,19 89,19 71,35 56,70 Fase akhir 1,58 452,16 71,63 71,63 57,50 43,38 Dari Tabel 5.dapat dilihat bahwa tanaman kedelai mebutuhkan air paling banyak pada fase tengah tanaman dan lebih sedikit pada fase akhir. Hal ini sesuai dengan literatur Islami dan Utomo (1995) yang menyatakan bahwa vegetatif tanaman maksimal terjadi pada periode tengah sehingga membutuhkan air lebih banyak. Selain itu luas permukaan tanaman pada periode ini sudah mencapai puncak sehingga penguapan yang terjadi lebih besar. Distribusi air tanah Penyebaran air di dalam tanah juga mempengaruhi jumlah air yang tersedia bagi tanaman.penyebaran air dan akar tanaman pada tanah dengan kedalaman 0-5 cm, 6-10 cm, cm, dan cm, dengan perlakuan 100% kapasitas lapang pada fase tengah dan fase akhir dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.Sedangkan penyebaran air dan akar tanaman pada tanah dengan kedalaman pengamatan dengan perlakuan 80% kapasitas lapang pada fase tengah dan fase akhir dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Kemudian untuk perlakuan 60% kapasitas lapang pada fase tengah dan fase akhir dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 Gambar 1. Kadar air tanah dan penyebaran akar kedelai dengan perlakuan 100% kapasitas lapangpada fase akhir Gambar 2. Kadar air tanah dan penyebaran akar kedelai dengan perlakuan 100% kapasitas lapang pada fase tengah 267

5 Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa kadar air terendah terdapat pada lapisan 0-5 cm hal ini terjadi karena perakaran paling banyak pada lapisan 0-5 cm dan langsung terpapar oleh sinar matahari sehingga banyak air yang menguap melalui permukaan tanah dan melalui transpirasi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Israelsen dan Hansen (1962) bahwa pada kondisi tanah yang basah, perakaran tanaman lebih banyak dekat permukaan tanah dan akan lebih banyak menyerap air. Kadar air tertinggi terdapat pada lapisan 6-10 cm, hal ini terjadi karena porositas tanah Inceptisol tertinggi terdapat pada lapisan 6-10 cm yaitu 63,06%. Gambar 5.Kadar air tanah dan penyebaran akar kedelai dengan perlakuan 60% kapasitas lapang pada fase tengah. Gambar 3. Kadar air tanah dan penyebaran akar kedelai dengan perlakuan 80% kapasitas lapang pada fase tengah Gambar 4. Kadar air tanah dan penyebaran akar kedelai dengan perlakuan 80% kapasitas lapang pada fase akhir Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa kadar air terendah terdapat pada lapisan 0-5 cm hal ini terjadi karena perakaran paling banyak pada lapisan 0-5 cm dan langsung terpapar oleh sinar matahari sehingga banyak air yang menguap melalui permukaan tanah dan melalui transpirasi tanaman. Kadar air tertinggi terdapat pada lapisan 6-10 cm hal ini terjadi karena porositas tanah Inceptisol tertinggi terdapat pada lapisan 6-10 cm yaitu 63,06%.(Tabel 2). Gambar 6. Kadar air tanah dan penyebaran akar kedelai dengan perlakuan 60% kapasitas lapang pada fase akhir Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa kadar air terendah terdapat pada lapisan 0-5 cm kadar air rendah dikarenakan perakaran kedelai banyak pada lapisan tersebut dan terpapar langsung sinar matahari sehingga banyak kehilangan air melalui permukaan tanah karena langsung terpapar oleh sinar matahari sehingga banyak air yang menguap melalui permukaan tanah dan melalui transpirasi tanaman. Kadar air tertinggi terdapat pada lapisan 6-10 cm hal ini terjadi karena porositas tanah Inceptisol tertinggi terdapat pada lapisan 6-10 cm yaitu 63,06% (Tabel 2). Fase akhir tanaman dari ketiga perlakuan menunjukkan kadar air yang lebih tinggi dari pada kadar air pada fase tengah. Hal ini terjadi karena harian berdasarkan evapotranspirasi tanaman dilakukan sampai akhir masa pematangan biji (panen) dengan nilai kc 0,8 Sedangkan dalam Islami dan Utomo (1995) dikatakan bahwa nilai kc tanaman kedelai pada saat panen ialah 0,5, sehingga air yang diberikan melebihi kebutuhan air tanaman (Etc) pada saat pematangan biji. Berat kering tanaman kedelai Hasil analisis sidik ragam berat kering tanaman kedelaipada fase tengah dapat dilihat pada Tabel 6 dan secara grafik dapat dilihat pada Gambar

6 Tabel 6. Uji DMRT berat kering tanaman pada fase tengah Perlakuan DMRT Rataan Notasi 0,05 0,01 (gram) 0,05 0,01 100% KL 16,51 a A 80% KL 2,045 3,098 14,23 b B 60% KL 2,119 3,214 13,12 b B Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%. berat kering tanaman (gram) % KL 80% KL 60% KL berat kering tanaman (gram) % KL 80% KL 60% KL. Gambar 7. Grafik berat kering tanaman fase tengah Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 7 dapat dilihat bahwa berat kering tanaman kedelai pada taraf uji 0,05 dan 0,01 menunjukkan pengaruh yang signifikan, dimana pemberian pada 100% kapasitas lapang menghasilkan berat kering yang paling tinggi, karena kadar air pada 100% kapasitas lapang adalah yang optimal. Dalam Adisarwanto (2005) dikatakan bahwa kandungan air yang optimal akan mempermudah penyerapan hara dari dalam tanah. Berat kering tanaman pada fase akhir tanaman dan setelah di uji DMRT dapat dilihat pada Tabel 7 dan secara grafik dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Grafik berat kering tanaman kedelai fase akhir Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 8 dapat dilihat bahwa berat kering tanaman kedelai pada fase akhir dengan taraf uji 0,05 dan 0,01 menunjukkan pengaruh yang signifikan dimana pemberian pada 100% kapasitas lapang menghasilkan berat kering yang paling tinggi, karena kadar air pada 100% kapasitas lapang adalah yang optimal Berat polong tanaman kedelai Berat kering polong dan setelah di uji DMRT dapat dilihat pada Tabel 8 dan secara grafik dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 8. Uji DMRT berat kering polong Perlakuan DMRT Rataan Notasi 0,05 0,01 (gram) 0,05 0,01 100% KL 13,20 a A 80% KL 1,879 2,639 10,78 b B 60% KL 1,967 2,748 8,76 c B Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%. Tabel 7. Uji DMRT berat kering tanaman pada fase akhir Perlakuan DMRT Rataan Notasi 0,05 0,01 (gram) 0,05 0,01 100% KL 14,89 a A 80% KL 2,014 3,052 11,77 b B 60% KL 2,087 3,166 10,97 b B Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%. berat kering plong(gram) % KL 80% KL 60% KL pemberian Air Gambar 9. Grafik berat kering polong kedelai 269

7 Berdasarkan Tabel 8 dan Gambar 9 dapat dilihat bahwa berat kering polong dengan taraf uji 0,05 dan 0,01 menunjukkan pengaruh yang signifikan dimana pemberian pada 100% kapasitas lapang menghasilkan berat kering polong yang paling tinggi. Hal ini dapat terjadi karena menurut Adisarwanto (2005) tanaman kedelai akan sangat keritis apabila kondisi kekurangan air terjadi pada masa pembentukan polong. Secara umum perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat kering tanaman dan berat polong tanaman kedelai.hasil tertinggi dicapai dengan perlakuan 100% kapasitas lapang dan yang terendah dengan perlakuan 60% kapasitas lapang. Walaupun Adisarwanto (2005) menyatakan bahwa pada kondisi kekeringan dengan kadar air 50% kapasitas lapang masih dapat ditoleransi oleh tanaman kedelai, namun dari hasil penelitian ini hasil yang diproduksi tidak seperti dengan kadar air 100% kapasitas lapang. Hal ini dapat disebabkan karena faktor kondisi tanah dan kondisi lingkungan pada penelitian ini tidak sama dengan kemungkinan penelitian Adisarwanto (2005). Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Jenis tanah yang digunakan ialah Inceptisol bertekstur lempung liat berpasir, dengan persen fase pasir 53,84%, debu 14,56%, dan liat 31,60%. Serta memiliki kandungan c-organik 1,28%. 2. Kadar air kapasitas lapang basis kering tanah inceptisol ialah sebesar 47,72%, porositas 57,64%, kerapatan massa 1,08 g/cm 3 dan kerapatan partikel2,56 g/cm Pada perlakuan 100% kapasitas lapang kadar air terendah terdapat pada kedalaman 0-5 cm dan kadar air tertinggi pada kedalaman 6-10 cm. Pada perlakuan 80% kapasitas lapang kadar air terendah terdapat pada kedalaman 0-5 cm dan kadar air tertinggi pada kedalaman 6-10 cm. Pada perlakuan 60% kapasitas lapang kadar air terendah terdapat pada kedalaman 0-5 cm dan kadar air tertinggi pada kedalaman 6-10 cm. 4. Pada perlakuan 100% kapasitas lapang di peroleh berat kering tanaman pada fase tengah 16,51 g dan pada fase akhir 14,89 g. Sedangkan pada 80% kapasitas lapang di peroleh berat kering tanaman pada fase tengah 14,23 g dan pada fase akhir 11,77 g. Serta pada 60% kapasitas lapang di peroleh berat kering tanaman pada fase tengah 13,12 g dan pada fase akhir 10,97 g. 5. Pada perlakuan 100% kapasitas lapang di peroleh berat kering polong sebesar 13,20 g. Pada 80% kapasitas lapang di peroleh berat kering polong sebesar 10,78 g. Pada 60% kapasitas lapang di peroleh berat kering polong sebesar 8,76 g Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menghentikan pada masa pematangan biji tanaman kedelai. 2. Mengukur kerapatan massa, kerapatan partikel dan porositas tanah pada setiap perlakuan percobaan DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T., 2005.Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta. BPS Produksi Padi Jagung dan Kedelai Angka Ramalan Satu Tahun BPS Sumut. Medan. Hillel D., Soil And Water Physical Principles And Processes.Academic Pres. New York Islami, T. dan W. H. Utomo, 1995.Hubungan Tanah Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Malang. Israelsen, D. W. dan V. E. Hansen Irrigation Principles and Practices. McGraw- Hill Book Company, New York. Maesen., V.D. dan S. Somaatmadja, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Mukhlis, Analisis Tanah Tanaman. USU Press, Medan. Sosrodarsono, S. dan Takeda, Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta. Suripin, Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit ANDI, Yogyakarta 270

KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA SKRIPSI

KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA SKRIPSI KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA SKRIPSI OLEH : JUNI ARTINA ALBERTA PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Pemilihan Tanah dan Tanaman

Mulai. Studi Literatur. Pemilihan Tanah dan Tanaman Lampiran 1. Flowchart Penelitian Mulai Studi Literatur Pemilihan Tanah dan Tanaman Persiapan Benih Tanaman Persiapan Tanah : - Pengayakan tanah - pemasukan tanah dalam polibag - pemantapan tanah Penanaman

Lebih terperinci

KAJIAN PENYEBARAN AIR DI DAERAH PERAKARAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH DAN TANAMAN DALAM SKALA LABORATORIUM

KAJIAN PENYEBARAN AIR DI DAERAH PERAKARAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH DAN TANAMAN DALAM SKALA LABORATORIUM KAJIAN PENYEBARAN AIR DI DAERAH PERAKARAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH DAN TANAMAN DALAM SKALA LABORATORIUM (The Study of Water Distribution in Root Area for Several Types of Soil and Plant at Laboratory

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris S.) PADA TANAH ULTISOL

ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris S.) PADA TANAH ULTISOL ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SEMANGKA (Citrullus vulgaris S.) PADA TANAH ULTISOL (Efficiency Analysis of Drip Irrigation and Crop Water Requirement of Watermelon (Citrullus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Fisik Tanah dan Air. Menurut Israelsen dan Hansen (1962), pengetahuan hubungan fisik tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Fisik Tanah dan Air. Menurut Israelsen dan Hansen (1962), pengetahuan hubungan fisik tanah TINJAUAN PUSTAKA Hubungan Fisik Tanah dan Air Menurut Israelsen dan Hansen (1962), pengetahuan hubungan fisik tanah dan air bermanfaat untuk meningkatkan praktek irigasi termasuk keinginan mendapatkan

Lebih terperinci

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT (Study of soil infiltration rate in some land uses at Desa Tanjung Putus Kecamatan

Lebih terperinci

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015 Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015 PENENTUAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI DAN KOEFISIEN TANAMAN PADI VARIETAS IR64 (Oryza sativa L.) DI RUMAH KACA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN PADA KEBUN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN RAMBUTAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III

ANALISIS HUJAN PADA KEBUN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN RAMBUTAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III ANALISIS HUJAN PADA KEBUN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN RAMBUTAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Rainfall Analysis in Kebun Rambutan oil palm plantation PT Perkebunan

Lebih terperinci

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PADA TANAH ANDEPTS DALAM SKALA LABORATORIUM

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PADA TANAH ANDEPTS DALAM SKALA LABORATORIUM KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PADA TANAH ANDEPTS DALAM SKALA LABORATORIUM (Review of Seepage Coefficient of Irrigation Channel on Andepts Soil at Laboratory Scale) Siti Aisyah Ritonga 1*, Sumono

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN

KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN (Permeability Study of Several Soil Types in Kwala Bekala Field Trials USU Through Laboratory

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan April 2017 di Rumah Kaca dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian. Alat

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA IRIGASI TETES PADA TANAH LATOSOL DENGAN BUDIDAYA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea L.)

KAJIAN KINERJA IRIGASI TETES PADA TANAH LATOSOL DENGAN BUDIDAYA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea L.) KAJIAN KINERJA IRIGASI TETES PADA TANAH LATOSOL DENGAN BUDIDAYA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea L.) (Drip Irrigation Performance Assessment In Latosol Soil Caisim (Brassica juncea L.) Cultivation) Hotlin

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI DAN KOEFISIEN TANAMAN BIBIT KELAPA SAWIT VARIETAS TENERA (Elaeis guinensis Jack.)

PENENTUAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI DAN KOEFISIEN TANAMAN BIBIT KELAPA SAWIT VARIETAS TENERA (Elaeis guinensis Jack.) PENENTUAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI DAN KOEFISIEN TANAMAN BIBIT KELAPA SAWIT VARIETAS TENERA (Elaeis guinensis Jack.) (Determination the Value Evapotranspiration and crop coefficient of oil palm tenera Variety

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL

EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL Ilmu dan Teknologi Pangan EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL (The Efficiency

Lebih terperinci

EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL

EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL (The Efficiency of Drip Irrigation and Crop Water Requirement of Cauliflower on Andosol Land) Irvan Immanuel Silalahi 1, Sumono

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Pengambilan sampel tanah Entisol di lapangan

Pengambilan sampel tanah Entisol di lapangan Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Pengambilan sampel tanah Entisol di lapangan Pelaksanaan penelitian di rumah kaca Pengujian sampel di laboratorium Dianalisis data yang diperoleh - Tekstur tanah

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI DAN KOEFISIEN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWIT VARIETAS TENERA (Elaeis guinensis Jack.)

PENENTUAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI DAN KOEFISIEN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWIT VARIETAS TENERA (Elaeis guinensis Jack.) PENENTUAN NILAI EVAPOTRANSPIRASI DAN KOEFISIEN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWIT VARIETAS TENERA (Elaeis guinensis Jack.) SKRIPSI OLEH : ADE RAHMI ALHAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL

EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL SKRIPSI Oleh : IRVAN IMMANUEL SILALAHI 080308054 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L. P R O S I D I N G 24 PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.) Mokhtar Effendi Program Magister Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 3 Th. 2014

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 3 Th. 2014 KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI SEI KRIO KECAMATAN SUNGGAL DAN DI PTPN II KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN (Permeability study of Several

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Semua tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Air

TINJAUAN PUSTAKA. Semua tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Air TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Air di Daerah Perakaran Semua tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Air terkandung 80% atau lebih dari bagian tanaman. Air mengalirkan bahan-bahan mentah dan menyelesaikan

Lebih terperinci

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO (Study of Soil Infiltration Rate in Some Type of Lands at Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 8. KTK (me/100 g) 30,40 Tinggi - 9. C-organik (%) 12,42 Sangat Tinggi - 10. N-Total (%) 0,95 Sangat Tinggi - 11. P-tersedia (ppm) 34,14 Tinggi - 12. C/N 13,07 Sedang - * Dianalisis di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SAWI (Brassica juncea) PADA TANAH INCEPTISOL

ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SAWI (Brassica juncea) PADA TANAH INCEPTISOL ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SAWI (Brassica juncea) PADA TANAH INCEPTISOL (Drip Irrigation Efficiency Analysis and Crop Water Requirements of Mustard (Brassica juncea) in

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai bobot isi antara 1, sampai 1,3 gr/cm 3, sedangkan yang bertekstur

TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai bobot isi antara 1, sampai 1,3 gr/cm 3, sedangkan yang bertekstur TINJAUAN PUSTAKA Teksur Tanah Tekstur tanah ialah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi seperti pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian,

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA METODE PEMBERIAN AIR PADI SAWAH (oriza sativa L) VARIETAS CIHERANG di RUMAH KACA

KAJIAN BEBERAPA METODE PEMBERIAN AIR PADI SAWAH (oriza sativa L) VARIETAS CIHERANG di RUMAH KACA KAJIAN BEBERAPA METODE PEMBERIAN AIR PADI SAWAH (oriza sativa L) VARIETAS CIHERANG di RUMAH KACA DRAFT OLEH : RIZA REVITA PINEM PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER (Test of Different Mesh Size on the Quality of Coffee Bean In Multifucer Grinder) Johanes Panggabean 1, Ainun Rohanah 1, Adian Rindang

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN 9 II. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2015 sampai bulan Desember 2015 yang bertempat di di Pusat Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering

Lebih terperinci

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah 1314151022 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Dokuchnev

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

PEMBUATAN HIDROTON BERBAGAI UKURAN SEBAGAI MEDIA TANAM HIDROPONIK DARI CAMPURAN BAHAN BAKU TANAH LIAT DAN DIGESTATE

PEMBUATAN HIDROTON BERBAGAI UKURAN SEBAGAI MEDIA TANAM HIDROPONIK DARI CAMPURAN BAHAN BAKU TANAH LIAT DAN DIGESTATE Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 4, No. 4:267-274 PEMBUATAN HIDROTON BERBAGAI UKURAN SEBAGAI MEDIA TANAM HIDROPONIK DARI CAMPURAN BAHAN BAKU TANAH LIAT DAN DIGESTATE THE MAKING OF HYDROTON WITH DIFFERENT

Lebih terperinci

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA KUALA SIMEME KECAMATAN NAMORAMBE KABUPATEN DELI SERDANG

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA KUALA SIMEME KECAMATAN NAMORAMBE KABUPATEN DELI SERDANG KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA KUALA SIMEME KECAMATAN NAMORAMBE KABUPATEN DELI SERDANG (Study of Coefficient of Seepage Irrigation in Tertiary Canals at Village of Kuala

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana Marza Ayu Dea Ranti Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2012,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2012, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011- Maret 2012, bertempat di Green house Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH BIOETANOL JAGUNG

PENGARUH LIMBAH BIOETANOL JAGUNG Sidang Tugas Akhir PENGARUH LIMBAH BIOETANOL JAGUNG ( Zea mays L.) TERHADAP MEDIA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA VARIETAS WALET DAN VIMA 1 Oleh : LIDYA MERCIANI 1508 100 058

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) No. 78/11/33, Th. IX, 2 NOVEMBER 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 diperkirakan sebesar

Lebih terperinci

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA SEI BERAS SEKATA DAERAH IRIGASI MEDAN KRIO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA SEI BERAS SEKATA DAERAH IRIGASI MEDAN KRIO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA SEI BERAS SEKATA DAERAH IRIGASI MEDAN KRIO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG (The Study of Seepage Coefficient on Tertiary Irrigation

Lebih terperinci

STUDI POLA PEMBERIAN AIR BERDASARKAN EFISIENSI PEMAKAIAN AIR PADA TANAMAN KEDELAI EDAMAME (VEGETABLE SOYBEAN) DENGAN METODE IRIGASI TETES JURNAL

STUDI POLA PEMBERIAN AIR BERDASARKAN EFISIENSI PEMAKAIAN AIR PADA TANAMAN KEDELAI EDAMAME (VEGETABLE SOYBEAN) DENGAN METODE IRIGASI TETES JURNAL STUDI POLA PEMBERIAN AIR BERDASARKAN EFISIENSI PEMAKAIAN AIR PADA TANAMAN KEDELAI EDAMAME (VEGETABLE SOYBEAN) DENGAN METODE IRIGASI TETES JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN Sumarni T., S. Fajriani, dan O. W. Effendi Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaJalan Veteran Malang Email: sifa_03@yahoo.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1)

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013) NO. 66/11/33 TH. VII, 1 NOVEMBER 2013 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, pada tahun 2013 produksi padi Provinsi Jawa Tengah diperkirakan sebesar

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN PADA LAHAN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN PTP. NUSANTARA II TANJUNG GARBUS SKRIPSI

ANALISIS HUJAN PADA LAHAN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN PTP. NUSANTARA II TANJUNG GARBUS SKRIPSI ANALISIS HUJAN PADA LAHAN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN PTP. NUSANTARA II TANJUNG GARBUS SKRIPSI OLEH : CANDRA KIRANA 090308063 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH : RIKA ISNAINI PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK Growth and yield of shallot on Different Soil Tillage and Giving NPK fertilizer Romayarni Saragih 1*,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES PADA BERBAGAI TEKSTUR TANAH UNTUK TANAMAN SAWI (Brassica juncea)

ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES PADA BERBAGAI TEKSTUR TANAH UNTUK TANAMAN SAWI (Brassica juncea) ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES PADA BERBAGAI TEKSTUR TANAH UNTUK TANAMAN SAWI (Brassica juncea) Efficiency Analysis of Drips Irrigation on Various Land Texture for Green Mustard (Brassica juncea) Muhammad

Lebih terperinci

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015 Pengaruh ph Terhadap Pembentukan Bintil Akar, Serapan Hara N, Pdan Produksi Tanaman pada Beberapa Varietas Kedelai pada Tanah Inseptisol Di Rumah Kasa The Effect of ph on Root Nodules Formation, Nitrogen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH vi ABSTRAK viii ABSTRACT. ix RINGKASAN..

Lebih terperinci

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH PRAKTIKUM IV PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB Oleh Kelompok 4 Anarita Diana 1147060007 Asep Yusuf Faturohman 1147060009 Elfa Muhammad 1147060024 Gustaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di areal pertanaman nanas (Ananas comosus) PT. GGP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di areal pertanaman nanas (Ananas comosus) PT. GGP III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal pertanaman nanas (Ananas comosus) PT. GGP Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah yang terindikasi terserang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedelai 1. Botani Kedelai Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani kdelai

Lebih terperinci

Lampiran 4. Perhitungan nilai kerapatan massa, kerapatan partikel dan porositas tanah. BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering)

Lampiran 4. Perhitungan nilai kerapatan massa, kerapatan partikel dan porositas tanah. BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering) 41 Lampiran 4. Perhitungan nilai kerapatan massa, kerapatan partikel dan porositas tanah Volume Volume Bulk Particle Bagian BTKO Porositas Total Partikel Density Density saluran (gr) (cm 3 ) (cm 3 ) (gr/cm

Lebih terperinci

15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM

15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM Penetapan Retensi Air Tanah di Laboratorium 167 15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM Sudirman, S. Sutono, dan Ishak Juarsah 1. PENDAHULUAN Penilaian kondisi fisik tanah di lapangan sebaiknya

Lebih terperinci

KAJIAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOPEAT) SEBAGAI MEDIA TANAM (STUDY OF COCOPEAT AS PLANTING MEDIA)

KAJIAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOPEAT) SEBAGAI MEDIA TANAM (STUDY OF COCOPEAT AS PLANTING MEDIA) KAJIAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOPEAT) SEBAGAI MEDIA TANAM (STUDY OF COCOPEAT AS PLANTING MEDIA) Hasriani 1, Dedi Kusnadi Kalsim, Andi Sukendro 1 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fak.Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di 19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di Laboratorium Bioproses dan Pasca Panen dan Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari The Effect of Peanut (Arachis hypogaea L.) and Corn (Zea mays

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar dan tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 4 Th. 2015

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 4 Th. 2015 KAJIAN LAJU INFILTRASI PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI KEBUN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU DESA DURIN TONGGAL KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG (Study of Soil Infiltration in Various Fields in

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil) EFFECT OF PLANTING MEDIA ON RED JABON (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) Yusran Ilyas ¹, J. A.

Lebih terperinci

KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA NAMU UKUR UTARA DAERAH IRIGASI NAMU SIRA-SIRA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT

KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA NAMU UKUR UTARA DAERAH IRIGASI NAMU SIRA-SIRA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA NAMU UKUR UTARA DAERAH IRIGASI NAMU SIRA-SIRA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT (Review of Tertiary Irrigation Canals in the Namu Ukur Utara Village Namu Sira-sira

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK Farida Aryani dan Sri Rustianti Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin,

Lebih terperinci

Jurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (35-44) E-ISSN

Jurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (35-44) E-ISSN Jurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (35-44) E-ISSN 2614-3453 http://belantara.unram.ac.id Jurnal Belantara [JBL] Vol 1, No 1, Maret P-ISSN 2018 (35-44) 2614-7238 Analisis Pertumbuhan Tanaman

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan penelitian terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

UJI ALAT PENGEPRES MINYAK (OIL PRESS) PADA BEBERAPA KOMODITI

UJI ALAT PENGEPRES MINYAK (OIL PRESS) PADA BEBERAPA KOMODITI UJI ALAT PENGEPRES MINYAK (OIL PRESS) PADA BEBERAPA KOMODITI (Test of oil press on some commodities) Iin Sawitri 1*), Ainun Rohanah 1), Sulastri Panggabean 1) 1) Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PENAMPANG TRAPESIUM PADA TANAH LATOSOL DALAM SKALA LABORATORIUM

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PENAMPANG TRAPESIUM PADA TANAH LATOSOL DALAM SKALA LABORATORIUM KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PENAMPANG TRAPESIUM PADA TANAH LATOSOL DALAM SKALA LABORATORIUM (Study of Seepage Coefficient of Trapezoidal Cross-Section Irrigation Channel on Latosol Soil at

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c. ) KEDELAI (Glycine max (L) Merril ) VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER

PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c. ) KEDELAI (Glycine max (L) Merril ) VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 3: 233-238 PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c KEDELAI (Glycine max (L Merril VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER ESTIMATION

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI. PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI. Oleh: Meizal Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK Universitas Islam Sumatera Utara ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PENAMPANG TRAPESIUM PADA TANAH LATOSOL DALAM SKALA LABORATORIUM

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PENAMPANG TRAPESIUM PADA TANAH LATOSOL DALAM SKALA LABORATORIUM KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PENAMPANG TRAPESIUM PADA TANAH LATOSOL DALAM SKALA LABORATORIUM SKRIPSI OLEH : AYU WULANDARI 110308057 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan tanah untuk penelitian berupa tanah podsolik yang diambil dari Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan bahan tanah podsolik dilakukan pada minggu ke-3 bulan

Lebih terperinci

KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA DURIAN LINGGA DAERAH IRIGASI NAMU SIRA SIRA KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT

KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA DURIAN LINGGA DAERAH IRIGASI NAMU SIRA SIRA KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA DURIAN LINGGA DAERAH IRIGASI NAMU SIRA SIRA KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT (Review of Tertiary Irrigation Canals in the Durian Lingga Village in the Irrigation

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015) No. 47/07/33/Th.X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015) Angka Tetap (ATAP) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 sebesar 11,30 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Angka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) No.03 /11/3321/Th.I,2 November 2015 Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Kabupaten Demak pada

Lebih terperinci

The Application of Drip Irrigation Technique and Artificial Planting Media in

The Application of Drip Irrigation Technique and Artificial Planting Media in Pemilihan Komposisi Media Tanam dan Interval Pemberian Air (Siti Mechram) APLIKASI TEKNIK IRIGASI TETES DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA SELADA (Lactuca sativa) The Application of Drip Irrigation Technique

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci