PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN CHITOSAN SEBAGAI ANTITRANSPIRAN DALAM MENINGKATKAN VASE LIFE MAWAR POTONG (Rosa hybrida var Grand Gala )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN CHITOSAN SEBAGAI ANTITRANSPIRAN DALAM MENINGKATKAN VASE LIFE MAWAR POTONG (Rosa hybrida var Grand Gala )"

Transkripsi

1 i PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN CHITOSAN SEBAGAI ANTITRANSPIRAN DALAM MENINGKATKAN VASE LIFE MAWAR POTONG (Rosa hybrida var Grand Gala ) NIDA HANIFAH INDRIANI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 ii RINGKASAN NIDA HANIFAH INDRIANI. Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Chitosan sebagai Antitranspiran dalam Meningkatkan Vase life Mawar Potong (Rosa hybrida var Grand Gala ). (dibimbing oleh Dewi Sukma). Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi larutan pulsing dan chitosan sebagai antitranspiran terhadap vase life mawar potong. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Percobaan 1 dilaksanakan pada bulan November 2011, percobaan 2 pada bulan Februari 2012, dan percobaan 3 pada bulan Maret Penelitian ini terdiri dari tiga rangkaian percobaan yaitu percobaan 1 untuk menguji pengaruh konsentrasi penyemprotan chitosan di penyimpanan suhu ruang (25 o C), percobaan 2 untuk melihat pengaruh komposisi larutan pulsing di cold storage (10 15 o C), dan percobaan 3 untuk melihat pengaruh dari penggunaan larutan pulsing dan aplikasi penyemprotan chitosan dengan penyimpanan di cold storage (15 25 o C). Ketiga percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Percobaan 1 menggunakan satu faktor perlakuan yaitu konsentrasi chitosan 0 ppm, 0.1 ppm, 0.5 ppm, dan 1 ppm. Setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan dengan satu tangkai bunga potong per ulangan. Percobaan 2 menggunakan satu faktor yaitu komposisi larutan pulsing yang terdiri atas aquades, aquades + sukrosa 3%, aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm, aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm, dan aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm. Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan dengan satu tangkai bunga potong per ulangan. Percobaan 3 menggunakan dua faktor dengan lima ulangan per kombinasi perlakuan. Faktor pertama adalah komposisi larutan pulsing yang terdiri atas aquades, aquades + sukrosa 3%, aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm, aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm, dan aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm. Faktor kedua adalah konsentrasi chitosan sebagai antitranspiran yang terdiri dari 0 ppm, 0.1 ppm, 0.5 ppm, dan 1 ppm. Bunga potong yang digunakan adalah mawar varietas Grand Gala warna merah yang dipanen ketika dua mahkota bunga terluar telah membuka. Setiap

3 iii botol terdiri dari satu tangkai bunga mawar. Larutan pulsing per botol sebanyak 300 ml dan tangkai bunga direndam dalam larutan pulsing selama 1 x 24 jam. Setelah perendaman dengan larutan pulsing, kemudian bunga direndam dalam larutan holding berupa aquades sebanyak 300 ml per botol. Setiap bunga dilakukan penyemprotan dengan larutan chitosan sebagai antitranspiran dengan dosis 15 ml/tangkai sesuai dengan perlakuannya. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa penyemprotan chitosan tidak memberikan pengaruh terhadap volume larutan holding terserap dan tingkat kesegaran bunga. Penyemprotan dengan chitosan 1 ppm memberikan vase life terlama yaitu 7.6 hari. Penyemprotan dengan chitosan 0.5 ppm memberikan vase life tersingkat yaitu 5.2 hari. Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa pemberian larutan pulsing mampu meningkatkan vase life mawar potong. Larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa + BAP 5 ppm memberikan vase life terlama yaitu 18 hari. Larutan pulsing dengan komposisi aquades memberikan vase life tersingkat yaitu hari. Hasil percobaan 3 menunjukkan bahwa larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm mampu diserap lebih banyak oleh bunga yaitu 11 ml. Komposisi larutan pulsing dan penyemprotan chitosan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume larutan holding terserap, diameter bunga, dan jumlah petal bunga. Bunga mawar potong yang direndam dalam larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm mampu menyerap larutan holding (aquades) lebih banyak dibandingkan perlakuan lain yaitu ml. Pada percobaan 3 pemberian larutan pulsing dan interaksi kedua faktor memberikan pengaruh yang nyata terhadap vase life mawar potong. Larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3 % + asam salsilat 100 menunjukkan vase life mawar potong selama hari. Pemberian larutan pulsing belum mampu meningkatkan vase life pada mawar potong namun, larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3 % + asam salsilat 100 dan aquades + sukrosa + BAP 5 ppm mampu mempertahankan kualitas bunga selama masa penyimpanan berdasarkan tingkat kemekaran bunga, tingkat kesegaran, dan warna bunga. Larutan pulsing aquades dengan chitosan 0 ppm memberikan vase life

4 iv bunga selama 9.8 hari dan pada chitosan 1 ppm memberikan vase life selama 10 hari. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan pulsing dengan aquades saja sudah cukup untuk mempertahankan vase life bunga selama penyimpanan pada suhu o C dengan kelembaban udara 74 90%. Penyemprotan chitosan tidak memberikan pengaruh terhadap vase life bunga selama masa peyimpanan.

5 v PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN CHITOSAN SEBAGAI ANTITRANSPIRAN DALAM MENINGKATKAN VASE LIFE MAWAR POTONG (Rosa hybrida var Grand Gala ) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor NIDA HANIFAH INDRIANI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

6 vi Judul : PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN CHITOSAN SEBAGAI ANTITRANSPIRAN DALAM MENINGKATKAN VASE LIFE MAWAR POTONG (Rosa hybrida var Grand Gala ) Nama : NIDA HANIFAH INDRIANI NIM : A Menyetujui, Pembimbing Dr. Dewi Sukma, SP, MSi. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP Tanggal lulus :

7 vii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 18 Agustus Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Angwar dan Ibu Nurlaela. Tahun 2002 penulis lulus dari SDN Bojong Rawa Lumbu X, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMPN 2 Bekasi. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 12 Bekasi pada tahun Tahun 2008 penulis diterima di IPB melalui SNMPTN. Selanjutnya tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi diantaranya Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) Fakultas Pertanian sebagai anggota divisi Kewirausahaan tahun 2009/2010 dan Koperasi Agrohotplate 2009/2010 dan 2010/2011. Penulis juga sempat menjadi panitia Festival Tanaman (FESTA) dan Agrosportsment yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) ke-xxx (2009), FESTA ke-xxxi (2010), FESTA ke-xxxii (2011), Agrosportsment 1, dan Agrosportsment 2. Penulis juga sempat mengikuti kegiatan 3 rd International Agriculture Students Symposioum di UPM, Malaysia.

8 8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian pemberian larutan pulsing dan chitosan sebagai antitranspiran pada mawar potong dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui cara penanganan pascapanen dalam meningkatkan vase life mawar potong. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Darmaga, Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Dewi Sukma, SP, MSi. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. Kepada Dr. Yudiwanti W.E Kusumo, MS. selaku dosen pembimbing akademik. Kepada Dr. Ir. Syarifah Iis A., MSc.Agr dan Juang Gema Kartika, SP, MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan koreksi dan saran. Kepada Bapak Desrial dan Rose Farm yang telah membantu dalam penyediaan mawar potong. Kepada keluarga tersayang mama, papa, teh Wulan, Heny, dan mas Puguh yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teknisi laboratorium Bapak Agus dan Ibu Juju yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada teman-teman Elin, Erick, Dito, Icha, Ika, Tama, Fardil, Arga, Andri, Ican, Roby, Dira, Nanda, Ray, Aline, Desti, Iia, Nono, Tata, Rini dan teman-teman Indigenous Agh 45 yang telah memberikan dukungan, doa, dan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Semoga penelitian ini berguna bagi yang memerlukan. Bogor, Juli 2012 Penulis

9 ix DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR.... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang Tujuan. 2 Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA.. 4 Botani Mawar Syarat Tumbuh Mawar Potong.. 4 Perbanyakan Tanaman... 5 Pemupukan Kriteria Mawar Potong Pemanenan Mawar Potong. 7 Penanganan Pascapanen. 7 Asam Salisilat Sitokinin Chitosan BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Pengolahan Data Prosedur Pelaksanaan 17 Parameter Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan Percobaan Percobaan Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 x DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Indeks kemekaran bunga mawar potong Volume larutan holding terserap pada mawar potong pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 o C).. 3. Rata-rata diameter mawar potong pada mawar potong pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 o C).. 4. Tingkat kesegaran bunga potong mawar grand gala pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 o C) Rata-rata vase life mawar potong grand gala pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 o C) Volume larutan pulsing dan larutan holding terserap pada mawar potong grand gala pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Rata-rata diameter mawar potong grand gala pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Tingkat kesegaran bunga potong mawar grand gala pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Rata-rata vase life mawar potong grand gala pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Rata-rata volume pulsing terserap pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam 11. Rata-rata volume larutan holding terserap setelah perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage. 12. Rata-rata diameter pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Rata-rata jumlah petal membuka pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam

11 xi dan penyemprotan chitosan di cold storage 14. Rata-rata tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Rata-rata vase life bunga pada perendaman tangkai mawar potong grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Warna petal bunga pada perendaman tangkai mawar potong grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Warna petal bunga mawar grand gala pada penyemprotan chitosan di cold storage

12 12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Indeks kemekaran bunga, indeks 1 bunga masih kuncup (a) indeks 2 bunga mulai mekar (b), indeks 3 bunga setengah mekar (c), indeks 4 bunga mekar (d), dan indeks 5 bunga mekar sempurna (e) Kondisi bunga potong saat 8 HSP. penyemprotan p0 chitosan 0 ppm (a), p1 chitosan 0.1 ppm (b), chitosan 0.5 ppm (c), dan chitosan 1 ppm (d).. 3. Kondisi bunga potong saat 17 HSP. komposisi aquades (a), komposisi aquades + sukrosa 3 % (b), komposisi aquades + sukrosa 3 % + asam salisilat 100 ppm (c), komposisi aquades + sukrosa 3 % + BAP 5 ppm(d), dan komposisi aquades + sukrosa 3 % + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm (e) Bunga potong sebelum perlakuan direndam dalam air hangat (a), bunga setelah perlakuan pulsing (b), keragaan bunga saat 10 HSP (c), dan termometer pencatat suhu cold storage (d).. 5. Kerusakan petal bunga pada 0 HSP (a), kerusakan petal bunga pada 6 HSP (b), petal bunga berwarna merah normal (c) dan petal bunga berwarna merah keunguan (d) Colour chart royal horticulture society (a), indikator warna : red (b), purple (c), dark purple red (d), dan dark purple brown (e)

13 13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh penyemprotan chitosan pada bunga potong mawar grand gala pada percobaan 1.. Halaman Rekapitulasi sidik ragam pengaruh konsentrasi larutan pulsing vase life bunga potong mawar grand gala pada uji pendahuluan Rekapitulasi sidik ragam pengaruh konsentrasi larutan pulsing dan konsentrasi chitosan terhadap vase life bunga potong mawar rosa hybrida Suhu dan kelembaban udara selama penyimpanan mawar potong grand gala di cold storage Warna bunga pada perendaman tangkai mawar potong grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Persiapan bunga potong Keragaan mawar potong grand gala pada 0 HSP pada percobaan 3 8. Keragaan mawar potong grand gala pada 5 HSP pada percobaan Keragaan mawar potong grand gala pada 10 HSP pada percobaan

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Florikultura merupakan sektor bisnis yang menjanjikan, salah satunya agribisnis bunga potong. Bisnis bunga potong berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan bunga potong sebagai hiasan atau dekorasi. Bunga mawar (Rosa hybrida L.) merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat. Mawar merupakan tanaman hias herba dari famili Rosaceae dan genus Rosa. Permintaan mawar potong cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Dalam kegiatan perdagangan bunga potong, ternyata mawar memberikan peringkat pertama yang terjual setiap hari. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia (2011) produksi mawar di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sebanyak 39,131,603 tangkai, pada tahun 2009 sebanyak 60,191,362 tangkai, dan pada tahun 2010 produksi meningkat menjadi 82,643,413 tangkai. Agribisnis bunga potong mencakup kegiatan produksi, pascapanen, dan pemasaran. Penanganan pascapanen masih menjadi kendala dalam agribisnis bunga potong. Kendala yang dialami saat pascapanen adalah proses kemunduran yang disebabkan proses transpirasi dan respirasi sehingga bunga menjadi layu. Bunga potong sangat peka terhadap kerusakan fisik maupun kimia, dan infeksi patogen serta serangan hama selama dan setelah panen. Pemberian pengganti air dan nutrisi dari luar digunakan untuk tambahan sumber energi bagi kelangsungan hidup bunga setelah pemanenan (Santoso, 2003). Menurut Battacharjee dan De (2005) vase life mawar Grand Gala termasuk singkat yaitu 6-9 hari. Reid (2004) melaporkan bahwa rendahnya penyerapan air oleh tangkai bunga pada mawar potong menyebabkan bunga mudah layu dan dasar bunga menekuk (bent neck). Gejala ini disebabkan tersumbatnya pembuluh vaskular sehingga suplai air ke bunga terhambat. Zamani et al. (2011) mengemukakan bahwa pada beberapa kultivar komersial, mawar potong juga sangat sensitif terhadap etilen. Penanganan pascapanen penting untuk meningkatkan vase life dan mempertahankan kesegaran mawar potong.

15 2 Menurut Halevy dan Mayak (1981) pulsing adalah penyegar yang berisi nutrisi dan antimikroba pada takaran yang lebih tinggi dan berguna sebagai sumber makanan dan menghilangkan cemaran mikroba. Halevy dan Mayak (1981) juga menyatakan bahwa kesegaran bunga potong setiap jenis tanaman memerlukan komposisi larutan perendam yang berbeda. Kazemi et al. (2011) mengemukakan bahwa penggunaan larutan pulsing merupakan salah satu usaha untuk memperpanjang masa kesegaran bunga potong. Asam salisilat dan sukrosa terbukti efektif dalam menunda senesens pada petal dan layunya bunga pada carnation sehingga mampu meningkatkan vase life bunga. Selain menggunakan larutan perendam, penanganan pascapanen pada bunga potong yaitu dengan menggunakan antitranspiran. Antitranspiran adalah senyawa yang diaplikasikan pada tanaman untuk mengurangi transpirasi. Antitranspiran digunakan dengan menyemprotkan larutan antitranspiran pada bunga. Iriti et.al (2009) melaporkan bahwa chitosan sebagai bahan alami yang mampu mengaktifkan pertahanan tanaman untuk melawan serangan patogen dan mengurangi transpirasi serta pembukaan stomata ketika diaplikasikan dengan disemprotkan pada daun. Azian (2006) melaporkan bahwa larutan perendam yang mengandung chitosan 25 ppm dan 50 ppm dapat meningkatkan vase life bunga krisan potong menjadi 13 dan 15 hari. Berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya, diharapkan perlakuan komposisi larutan pulsing dan antitranspiran dengan chitosan pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan vase life mawar potong. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh komposisi larutan pulsing terhadap kesegaran dan vase life mawar potong. 2. Mengetahui pengaruh chitosan sebagai larutan antitranspiran terhadap kesegaran dan vase life mawar potong. 3. Mendapatkan komposisi larutan pulsing dan konsentrasi chitosan terbaik dalam meningkatkan vase life mawar potong.

16 3 Hipotesis 1. Perlakuan komposisi larutan pulsing berpengaruh dalam mempertahankan kesegaran dan vase life mawar potong. 2. Perlakuan chitosan sebagai antitranspiran berpengaruh dalam mempertahankan kesegaran dan vase life mawar potong. 3. Terdapat komposisi larutan pulsing dan konsentrasi chitosan terbaik yang mampu meningkatkan vase life pada mawar potong.

17 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Mawar Mawar (Rosa hybrida) yang dijuluki ratu dari segala bunga dikenal karena keindahan, keanggunan, dan aromanya. Mawar merupakan tanaman tahunan yang termasuk tanaman dikotil, famili Rosaceae, ordo Rosales termasuk tanaman dengan genus Rosa. Mawar merupakan tanaman semak berkayu dengan duri pada batang. Daun mawar adalah daun majemuk yang terdiri dari 3, 5, 7 helai daun. Tulang daun meyirip dengan tepi daun bergerigi. Kelopak bunga mawar terdiri dari lima helai atau kelipatannya. Dalam satu tangkai bunga potong akan tumbuh 1 6 kuncup bunga, tetapi tidak semuanya dibiarkan tumbuh. Hal ini agar bunga yang diperoleh berukuran besar dan mempunyai kelas ukuran yang baik. Tangkai bunga mawar potong biasanya akan dipotong sekitar 75 cm mendekati dasar tangkai agar dapat memenuhi kriteria pasar (Mattjik, 2010). Ditinjau dari kegunaannya mawar dapat digunakan sebagai bunga potong, mawar taman, mawar tabur, dan bahan kosmetik. Permintaan mawar potong meningkat pada hari-hari besar, seperti tahun baru, Idul Fitri, dan hari peringatan kemerdekaan. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang popular dan sudah sejak lama dibudidayakan serta diusahakan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bunga mawar sebagai bunga potong umumnya ditanam di dataran tinggi. Syarat Tumbuh Mawar Potong Tanaman mawar merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya matahari penuh, intensitas cahaya sampai 3000 fc, dengan lama penyinaran 12 jam untuk daerah tropis (Matjjik, 2010). Di daerah cukup sinar matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang kokoh. Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim subtropis maupun di daerah tropis. Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif berbunga di dataran tinggi

18 5 (pegunungan) rata-rata 1500 m dpl. Suhu siang yang dikehendaki o C dan suhu malamnya adalah o C (Mattjik, 2010). Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah mm/tahun (Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000). Penanaman dapat dilakukan secara langsung pada tanah secara permanen di kebun atau di dalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat 20-30%), subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik. Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan tanah yang cukup baik dengan ph tanah (Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000). Perbanyakan Tanaman Mawar dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan secara generatif ditujukan untuk pemuliaan tanamman, sedangkan perbanyakan vegetatif ditujukan untuk produksi (Mattjik, 2010). Perbanyakan generatif dengan menggunakan benih yang berasal dari buah. Biji mawar disemai di media persemaian dan akan berkecambah pada umur empat minggu setelah semai. Setelah berumur 22 bulan, bibit mawar dipindahkan ke kebun tempat penanaman permanen (Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000). Perbanyakan secara vegetatif menggunakan stek, okulasi, cangkok, dan kultur jaringan. Okulasi merupakan cara perbanyakan tanaman mawar yang umum digunakan oleh petani. Pemupukan Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2000) mengemukakan bahwa jenis dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanaman mawar adalah pupuk NPK ( ) sebanyak 5 gram/tanaman. Bila pertumbuhan tunas lambat dipupuk NPK pada perbandingan 10:10:5, bila tangkainya lemah perbandingan pupuk NPK 5:15:5. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Hortikultura (Balitro), tanaman mawar perlu dipupuk pupuk NPK 5 gram/pohon pada saat tanam atau 7 15 hari

19 6 setelah tanam. Pemberian pupuk sebaiknya pada saat sebelum berbunga, sedang berbunga, dan setelah kuntum bunga layu. Kriteria Mawar Potong Menurut Badan Standardisasi Nasional (1998) kualitas bunga mawar potong dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu AA, A, B dan C. Kriteria kelas AA yaitu sempurna, bunga dipanen pada stadia menguncup, berwarna, ditandai dua mahkota terbuka, ukuran seragam, bebas hama dan penyakit, tidak terjadi kerusakan mekanis, tidak mengandung residu serta kotoran, dan duri sudah dibersihkan. Kriteria kelas A yaitu sama dengan AA dengan toleransi deviasi 5 %. Kriteria kelas B yaitu sama dengan AA dan toleransi deviasi 10 %. Kriteria kelas C yaitu kriteria selain kelas AA, A, dan B. Standar kualitas bunga mawar ditentukan berdasarkan panjang dan kokohnya tangkai bunga, ukuran dan bentuk kuntum bunga, warna bunga, bebas hama dan penyakit, serta kesegaran bunga yang cukup lama (Cheriton, 1995 dalam Darliah et al., 2004). Berdasarkan panjang tangkai bunga terdapat lima kategori atau kelas kualitas bunga mawar potong menurut Herlina et al. (2004) dalam Handayati et al. (2004) yaitu ekstra super (panjang tangkai > 65 cm), super (panjang tangkai cm), panjang (panjang tangkai cm), medium (panjang tangkai cm), dan pendek (panjang tangkai cm) Diameter kuncup bunga merupakan salah satu standar kualitas bunga potong. Bunga dengan diameter kuncup besar lebih disukai oleh konsumen (Effendi 1994 dalam Darliah et al., 2004). Menurut Darliah et al.(2004) berdasarkan diameter bunga mekar terdapat tiga kategori atau kualitas mawar potong yaitu besar (diameter bunga 9.5 cm), medium (diameter bunga cm), dan kecil ( 8.5 cm). Bunga mawar yang memiliki petal 20 helai termasuk tipe yang berbunga ganda. Bunga mawar yang berpetal bunga banyak dan kompak serta tersusun rapat akan menampilkan bunga yang menarik (Darliah et al., 1999 dalam Purbiati et al., 2004). Kesegaran bunga dipengaruhi secara genetik dan fenotip dari karakter jumlah petal bunga, serta tidak dipengaruhi oleh jumlah daun, panjang daun dan jumlah buku. Semakin banyak jumlah petal maka kesegarannya

20 7 akan semakin lama. Kesegaran bunga juga dipengaruhi oleh ketebalan petalnya (Kurniasih, 1998 dalam Darliah et al., 2004). Pemanenan Mawar Potong Pemanenan bunga mawar dengan kultivar berwarna merah muda dan merah dilakukan jika calyx sudah terbuka sekitar satu atau dua petalnya terbuka. Kultivar berwarna putih dipanen lebih lambat dan kultivar warna kuning dipanen lebih cepat dibandingkan kultivar berwarna merah muda dan merah (Mattjik, 2010). Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Panen tidak dianjurkan saat bunga dalam keadaan basah karena bunga yang basah mudah terserang jamur (Nowak and Rudnicki,1990). Bunga harus dipanen dengan metode yang benar, tergantung pada kategori panjang tangkai. Pemotongan tangkai bunga sebaiknya menggunakan alat yang tajam (Bhattacharjee dan De, 2005). Cara panen bunga mawar adalah dengan memotong tangkai bunga pada bagian dasar (pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai daun. Penanganan Pascapanen Mawar Bunga yang sudah dipisahkan dari induknya membutuhkan penanganan yang baik karena bunga mawar mudah sekali menjadi layu (Matjjik, 2010). Kehilangan hasil yang disebabkan oleh kerusakan yang sering timbul setelah panen pada tanaman hias seperti layu, patahnya batang dan daun, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus pada penanganan pascapanennya agar produk mempunyai fase hidup atau daya simpan yang lama (Ramadiana, 2008). Penanganan pascapanen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan perlakuan - perlakuan terhadap bunga, setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Teknik - teknik penanganan pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil pada komoditi tanaman hias ini meliputi: a) seleksi kultivar, b) perlakuan fisik seperti pemotongan tangkai bunga, c) perlakuan kimia seperti pulsing, holding, impregnation, bud opening dll, d) teknik - teknik pengepakan, dan e)

21 8 pengaturan lingkungan simpan yang meliputi pengaturan suhu dan komposisi atmosfer penyimpanan (Bhattacharjee dan De, 2005). Peranan larutan penyegar pada bunga potong adalah untuk memberikan pengganti nutrisi setelah bunga dipotong dari induk tanaman sehingga kesegarannya dapat dipertahankan (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007). Melihat fungsinya, penyegar bunga dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, pulsing yaitu penyegar umumnya berisi nutrisi dan antimikroba pada takaran yang lebih tinggi dan berguna untuk memberi nutrisi bagi bunga potong dan menghilangkan cemaran mikroba dari kebun. Kedua, penyegar yang diberikan kepada bunga secara terus menerus dalam waktu yang lama, misalnya selama pemajangan, yang disebut holding, biasanya berisi nutrisi dan antimikroba pada takaran rendah (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007). Pada mawar potong Idole penggunanan larutan penyegar (sukrosa 5 g + AgNO 3 20 ppm + asam sitrat 320 ppm) mampu mempertahankan vase life selama 14 hari, sedangkan tanpa larutan penyegar mawar potong hanya bertahan selama 6 hari dengan penyimpanan suhu ruang (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007). Komponen utama yang harus ada dalam larutan pengawet adalah gula sebagai sumber energi untuk berlangsungnya proses metabolisme (Halevy dan Mayak, 1981). Zat pengasam seperti asam sitrat digunakan untuk menurunkan ph larutan menjadi 3-4,5 sehingga dapat meningkatkan penyerapan larutan oleh tangkai bunga potong (Wiraatmaja et.al., 2007). Etilen merupakan senyawa yang pada suhu ruang berbentuk gas. Bunga mawar potong sensitif terhadap etilen. Etilen merupakan hormon yang selain berfungsi sebagai pematang (ripening hormone), juga sebagai hormon pembungaan (flowering hormone) (O Connor-Shaw et al. 1994). Penanganan pascapanen mawar potong dengan menggunakan sukrosa dan silver thiosulfat (STS) dapat meningkatkan vase life mawar hingga 10 hari (Liao et al. 2000). Tangkai bunga yang dipotong langsung dimasukkan kedalam air bersih. Penyerapan air yang dilakukan bunga potong berhubungan dengan proses metabolisme yaitu transpirasi dan respirasi. Dalam mempertahankan kesegaran

22 9 bunga, jumlah air yang dibutuhkan minimal setara dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk proses metabolisme. Penurunan mutu bunga selama masa penyimpanan dan peragaan dapat disebabkan oleh suhu tinggi dan infeksi mikroorganisme terutama bakteri dan jamur. Lama kesegaran berkorelasi positif dengan jumlah dan ketebalan petal. Dalam mempertahankan kualitas dan kesegaran bunga, mawar potong perlu mendapatkan penanganan pascapanen yang tepat yaitu menggunakan larutan pengawet untuk menjaga kesegaran bunga. Asam Salisilat Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang banyak digunakan sebagai intermediet dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik serta pembuatan bahan baku untuk keperluan farmasi. Asam salisilat yang ada di pasaran saat ini dihasilkan dengan menggunakan bahan baku sodium phenate (Kristian dan Amitra, 2007). Asam salisilat memiliki rumus molekul C 6 H 4 COOHOH berbentuk kristal berwarna merah muda terang hingga kecoklatan, sebagai antiseptik, asam salisilat tidak dapat diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel dermis (Kristian dan Amitra, 2007). Asam salisilat berfungsi untuk menghambat biosintesis etilen dan menunda senesens (Ozeker, 2005). Asam salisilat menghambat perubahan ACC menjadi etilen dengan menekan aktivitas ACC oksidase. Asam salisilat juga sebagai pertahanan lokal dan sistemik terhadap patogen. Zainuri et al. (2001) melaporkan bahwa asam salisilat dapat menunda pemasakan apel, persimmon, dan pisang. Asam salisilat dan turunannya mampu menghambat produksi etilen pada kultur jaringan buah pear dan kultur suspensi pada wortel. Asam salisilat juga sebagai penghambat pemasakan kulit buah pada mangga. Pada anggrek vanda dengan larutan perendam yang diberi sukrosa atau campuran sukrosa dengan perak nitrat atau asam salisilat dapat memperpanjang masa kesegaran bunga rata-rata hingga 6 hari (Ramadiana, 2008). Asam salisilat dan sukrosa mampu meningkatkan stabilitas membran dengan menurunkan malondialdehid, aktivitas ACC oksidase, dan penurunan populasi bakteri pada larutan perendam pada carnation. Asam salisilat dan sukrosa terbukti efektif

23 10 dalam menunda senesens pada petal dan layunya bunga pada carnation sehingga mampu meningkatkan vase life bunga (Kazemi et al., 2011) Gerailoo and Ghasemnezad (2011) mengemukakan bahwa pada mawar Yellow Island yang diberi larutan pulsing berupa asam salisilat (0, 50, 100, 150, dan 200 mg 1-1) selama 18 jam menunjukkan bahwa penundaan senenens terbaik pada perlakuan 150 mg 1-1 asam salisilat. Penggunaan asam salisilat membuat bunga tahan lama dua kali lipat dibanding tanpa penggunaan asam salisilat. Degradasi protein dan akumulasi lipid peroxidase selama masa penyimpanan dapat ditekan dengan penggunaan asam salisilat 150 mg 1-1. Aktivitas lipoxigenase dan peroksidase meningkat sejalan dengan senenesens bunga, tetapi aktivitas superoksida dismutase menurun. Bunga mawar yang diberi larutan asam salisilat menunjukkan aktivitas lipoxigenase dan peroksidase yang menurun dan meningkatkan aktivitas superoksida dismutase. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan asam salisilat dalam larutan perendam mampu meningkatkan sistem antioksidan dan mengurangi kerusakan akibat stress oksidatif selama senesens. Larutan perendam yang terdiri dari asam salisilat 1.5 mm dan glutamine 3 mm secara signifikan mampu untuk meningkatkan vase life mawar potong. Akumulasi malondialdehid dan aktivitas ACC oksidase berkurang karena stabilitas membran meningkat. Asam salisilat dan glutamine meningkatkan vase life dengan mempengaruhi waktu senesens petal pada mawar (Zamani et al., 2011). Sitokinin Etilen merupakan senyawa yang pada suhu ruang berbentuk gas, yang berfungsi merangsang pemasakan buah, pembukaan bunga dan absisi (pengguguran) daun dan bunga. Beberapa bunga seperti carnation dan mawar sangat sensitif terhadap etilen, selain itu pada anggrek etilen juga menyebabkan diskolorasi (Mayers et al., 1997). Pada bunga potong etilen diproduksi secara autokatalitik selama proses senesens, sehingga memperpendek vase life pada bunga. Pada biosintesis etilen, ACC (1-aminocyclo 1-propane carboxylic) dikonversi menjadi etilen dengan katalisator ACC oksidase. Penggunaan larutan

24 11 pulsing akan menekan biosintesis dan kerja etilen sehingga dapat meningkatkan vase life bunga potong (Wawrzynczak and Goszczynska, 2003). Wawrzynczak and Goszczynska (2003) melaporkan bahwa sitokinin diketahui sebagai salah satu hormon yang dapat mengurangi proses senesens. Penuaan pada bunga potong dapat dihambat dengan aplikasi eksternal dengan menggunakan sitokinin pada bunga carnation, mawar, tulip, antuhurium, heliconia, iris, dan gerbera. Aplikasi sitokinin dapat mengurangi kerusakan akibat stress air, mampu meningkatkan penyerapan air, mengurangi laju respirasi, menghambat produksi etilen dan mengurangi sensitivitas terhadap etilen. Pada perlakuan dengan larutan pulsing selama 24 jam dengan sitokinin eksogenous seperti BA dan kinetin pada konsentrasi 0.05 dan 0.1 mm mampu meningkatkan vase life pada carnation potong varietas Dolce Vita, Impala, Domingo, dan Tanga. Perlakuan sitokinin eksogenous seperti 6-benzylaminopurine (BA), dapat menunda senesens pada beberapa jaringan tanaman. Grevillea 'Sylvia' mempunyai vase life yang singkat, namun perendaman dengan 6-6-benzylaminopurine (BA) sampai 10 mm mampu meningkatkan vase life (Setyadjit et al., 2004). Kualitas bunga mawar potong akan berkurang setelah 3-4 hari setelah panen. Ansari dan Zangeneh (2008) melaporkan pada larutan pulsing yang berisi BA dan silverthiosulfate (STS) dilaporkan mampu meningkatkan vase life, diameter bunga, pembukaan tunas, serta mampu mengurangi terkulainya bunga (bent neck). Penggunaan larutan pulsing dengan sukrosa dan konsentrasi BA rendah (25-50 mg/l) mampu meningkatkan vase life, penyerapan air, dan mengurangi transpirasi pada bunga sedap malam (Hutchinson, et al., 2003). Selain itu aplikasi sitokinin pada larutan holding juga dapat menunda senesens 34-56% dan memperpanjang vase life bunga mawar potong (Lukaszeswka et al., 1994). Chitosan Chitosan (2-amino-2-deoksi- D-glukopiranosa) adalah senyawa turunan dari chitin (N-asetil-2-amino- 2-deoksi-D-glukopiranosa) yang terdeasetilasi pada gugus nitrogennya, chitin dan chitosan merupakan polimer linier (Kusumawati, 2009). Komponen utamanya terdiri dari glukosamin dan N-asetilglukosamin. Struktur dan komposisinya sama dengan selulosa dan kitin (Freepons 1991;

25 12 Hadwiger and McBride 2006). Chitosan juga ditemukan pada kutikula serangga seperti dinding sel fungi dan alga (Sanford and Hutchings 1987; Sandford 1989; EPA 1995). Deasetilasi yang terjadi pada chitin hampir tidak pernah selesai sehingga dalam chitosan masih ada gugus asetil yang terikat pada beberapa gugus N. Seperti selulosa dan chitin, chitosan merupakan polimer alamiah yang sangat melimpah keberadaannya di alam, namun hal tersebut menunjukkan keterbatasannya dalam hal reaktivitas. Chitosan sebagai polimer alami mempunyai karakteristik yang baik, seperti dapat terbiodegradasi, tidak beracun, dapat mengadsorpsi, berat molekul tinggi, dan tidak larut pada ph 6.5 (Kusumawati, 2009). Manfaat chitosan antara lain adalah dalam bidang pertanian, chitosan menawarkan alternatif alami dalam penggunaan bahan kimia yang terkadang berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Chitosan membuat mekanisme pertahanan pada tumbuhan (seperti vaksin bagi manusia), menstimulasi pertumbuhan dan merangsang enzim tertentu (sintesa fitoaleksin, chitinase, pectinnase, glucanase, dan lignin). Pengontrol organik baru ini menawarkan pendekatan sebagai alat biokontrol (Kusumawati, 2009). Selain itu, chitosan juga digunakan sebagai coating untuk buah, benih, dan sayuran, dan juga mengontrol agrochemical yang dihasilkan pupuk, menstimulasi sistem imun tanaman, pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman serta proteksi tanaman terhadap mikroorganisme (El Ghaouth 1994; Hadwiger et al dalam Lay Nge et al. 2006). Penggunaan chitosan sebagai pelindung dikembangkan antara lain sebagai pelapis semipermeabel terhadap perubahan fisik dan kimia pada sayuran dan buah selama penyimpanan. Chitosan sebagai pelapis efektif menghurangi kerusakan buah strawberry yang disimpan pada suhu 13 0 C selama 20 hari (El Ghouth et al., 1991). Salah satu pengaplikasian chitosan sebagai antifungi untuk melawan Botrytis cinerea dan Rhizopus sp yang menyebabkan pembusukan pada strawberry dan raspberry. Sebagai pelapis pada buah dan sayuran, chitosan juga mampu mengurangi kehilanganan akibat transpirasi dan menunda pemasakan pada buah dan sayuran (Zhao, 2005).

26 13 Chitosan merupakan bahan ramah lingkungan untuk digunakan di bidang pertanian karena chitosan mudah terdegradasi dan tidak membahayakan manusia (Uthairatanakij et al., 2007). Chitosan adalah antimikroba yang melawan target organisme dengan selang yang lebar. Aktivitas chitosan tergantung tipe chitosan, target organisme, dan lingkungan saat pengaplikasian. Perlakuan benih kacang dengan chitosan yang telah diekstrasi dengan 0.5% HCl dan captan efektif untuk mengeliminasi fungi (Burrows et al., 2007). Perlakuan sebelum dan setelah panen dengan chitosan pada anggur, strawberry, dan sweet cherry mampu mengurangi pembusukannya di lahan maupun saat penyimpanan, dengan konsentrasi terbaik 1%. Chitosan memiliki efektivitas untuk melarutkan biopolimer dalam larutan asam. Menurut Romanazzi (2009) chitosan mempunyai dua mekanisme kerja yaitu mengurangi pembusukan akibat fungi dan menginduksi pertahanan jaringan pada buahnya. Dengan keefektifan ganda ini, chitosan dapat dijadikan sebagai bahan untuk memproteksi produk hasil pertanian. Azian (2006) juga melaporkan bahwa larutan perendam yang mengandung chitosan 25 mg/l dan 50 mg/l dapat meningkatkan vase life pada bunga krisan potong menjadi 13 dan 15 hari.

27 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan 1 dilaksanakan pada bulan November 2011, percobaan 2 dilaksanakan pada bulan Februari 2012, dan percobaan 3 dilaksanakan pada bulan Maret Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bunga mawar potong Grand Gala, gula pasir, asam salisilat, BAP, asam asetat, chitosan, dan aquades. Alat yang digunakan antara lain gunting stek, botol, corong, sprayer semi-otomatis, gelas piala 1000 ml, gelas ukur 100 ml, ph indikator, jangka sorong, cold storage, colour chart Royal Horticulture Society, termometer bola basah dan bola kering, dan timbangan. Metode Percobaan 1 Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini tediri dari satu faktor yaitu chitosan sebagai antitranspiran sebanyak empat taraf. Setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan dan setiap ulangan berisi satu tangkai mawar potong, sehingga percobaan ini terdiri dari 20 satuan percobaan. Konsentrasi chitosan yang digunakan sebagai larutan antitranspiran yaitu sebagai berikut: P0 = Chitosan 0 ppm P1 = Chitosan 0.1 ppm P2 = Chitosan 0.5 ppm P3 = Chitosan 1.0 ppm Model rancangan yang digunakan yaitu: Y ij = µ + α i + ε ij

28 15 Keterangan : Y ij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = nilai tengah populasi α i = pengaruh perlakuan bunga dengan atau tanpa chitosan taraf ke-i = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j ε ij Metode Percobaan 2 Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini tediri dari satu faktor yaitu yaitu komposisi larutan pulsing sebanyak lima taraf. Percobaan ini terdiri dari tiga ulangan dan setiap ulangan berisi satu tangkai mawar potong, sehingga percobaan ini terdiri dari 15 satuan percobaan. H1 = aquades H2 = aquades + sukrosa 3% H3 = aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm H4 = aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm H5 = aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm Model rancangan yang digunakan yaitu: Y ij = µ + α i + ε ij Keterangan : Y ij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = nilai tengah populasi α i = pengaruh perlakuan bunga dengan larutan pulsing pada taraf ke-i = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j ε ij Metode Percobaan 3 Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri dari dua faktor yaitu komposisi larutan pulsing sebanyak lima taraf dan chitosan sebagai antitranspiran sebanyak empat taraf. Percobaan ini terdiri dari lima ulangan dan setiap ulangan berisi satu tangkai mawar potong. Percobaan 3 terdiri dari 100 satuan percobaan. Komposisi larutan pulsing yaitu sebagai berikut H1 = aquades H2 = aquades + sukrosa 3%

29 16 H3 = aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm H4 = aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm H5 = aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm Berikut adalah konsentrasi chitosan yang digunakan sebagai larutan antitranspiran yaitu sebagai berikut: P0 = Chitosan 0 ppm P1 = Chitosan 0.1 ppm P2 = Chitosan 0.5 ppm P3 = Chitosan 1.0 ppm Larutan antitranspiran yang digunakan pada perlakuan P0, P1, P2, dan P3 adalah chitosan yang sudah dilarutkan dengan asam asetat sehingga konsentrasinya menjadi 0.1 ppm, 0.5 ppm, dan 1 ppm. Mawar potong yang digunakan sebanyak 100 tangkai. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari lima ulangan dan setiap ulangannya terdiri dari satu tangkai mawar per botol. Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + ε ij Keterangan : Y ij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j µ = Nilai tengah populasi α i β j (αβ) ij ε ijk = Pengaruh komposisi larutan pulsing = Pengaruh konsentrasi chitosan sebagai antitranspiran = Pengaruh interaksi antara larutan pulsing dan larutan antitranspiran = Galat umum Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System). Setelah uji F kemudian dilakukan uji lanjut bagi perlakuan yang berpengaruh nyata dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%. Pengolahan data non-parametrik yaitu tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga dilakukan dengan Uji Kruskal Wallis. H= 3 1

30 17 Keterangan: H = nilai uji Kruskal Wallis dan hasil perhitungan R i = jumlah ranking dari perlakuan ke-i K = banyaknya perlakuan (i=1,2,..k) N = jumlah seluruh data (N= n1+n2+...+nk). Prosedur Pelaksanaan Percobaan 1 Bunga mawar potong yang digunakan adalah varietas Grand Gala yang berwarna merah. Bunga diperoleh dari Florist El Dadi, Ciawi. Chitosan diambil sebanyak 1 g dan dilarutkan dalam asam asetat 10 ml dan aquades untuk dijadikan larutan stok 1000 kali konsentrasi perlakuan 1 ppm sebanyak 1 liter. Larutan stok diambil 0.1 ml, 0.5 ml, dan 1 ml dengan mikropipet kemudian diencerkan dengan penambahan aquades sampai 1 L. Setelah itu semua larutan dimasukan ke dalam sprayer. Chitosan diberikan dengan cara disemprotkan ke permukaan bunga potong sebanyak 5 kali semprot per mawar potong. Bunga disimpan di suhu ruang. Pengamatan dilakukan sampai 50% bunga layu. Pengamatan dilakukan setiap dua hari sekali. Prosedur Pelaksanaan Percobaan 2 Bunga mawar potong yang digunakan adalah varietas Grand Gala yang dipanen ketika dua mahkota bunga terluar telah membuka. Bunga diperoleh dari Rose Farm yang berada di Cisarua, Bogor. Larutan pulsing terdiri dari aquades, sukrosa 3%, asam salisilat 100 ppm, dan BAP 5 ppm. Bunga mawar potong kemudian dimasukkan ke dalam botol berisi larutan pulsing 300 ml dan direndam selama 1 x 24 jam. Setelah itu bunga direndam dengan aquades. Selama masa penyimpanan tangkai bunga direndam dalam larutan holding berupa aquades sebanyak 300 ml per botol. Bunga disimpan di dalam cold storage (10 15 o C). Pengamatan dilakukan sampai 50% bunga layu dengan indeks kesegaran 2. Pengamatan dilakukan setiap hari.

31 18 Prosedur Pelaksanaan Percobaan 3 Persiapan Bahan Tanaman Mawar potong Grand Gala : Sehat, segar, dan seragam Transportasi dari Rose Farm ke Laboratorium Perendaman dalam air hangat 40 0 C dan pemotongan tangkai bunga Persiapan Larutan Pulsing Aquades Gula Pasir Asam Salisilat BAP Perlakuan larutan pulsing H1 = aquades H2 = aquades + sukrosa 3 % H3 = aquades + sukrosa 3 % + asam salisilat 100 ppm H4 = aquades + sukrosa 3 % + BAP 5 ppm H5= aquades + sukrosa 3 % + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm Pembuatan larutan chitosan P0 = 0 ppm, P1 = 0.1 ppm, P2 = 0.5 ppm, dan P3= 1 ppm Setiap dua hari sekali tangkai bunga dipotong Pengamatan dilakukan sampai 50% bunga layu. Perendaman dalam Larutan Pulsing 1 x 24 Jam (300 ml/botol) Bunga dipindahkan ke larutan holding (aquades 300 ml) Bunga disemprot chitosan Penyimpanan di cold storage dan pengamatan

32 19 Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap kondisi bunga dan kondisi larutan pengawet. Pengamatan dilakukan setiap hari. Peubah yang diamati antara lain adalah: 1. Total larutan pulsing terserap (ml) Volume larutan terserap diukur pada awal dan akhir pengamatan. Dihitung dari selisih volume larutan awal dan akhir pengamatan setelah 1 x 24 jam. 2. Total larutan holding terserap (ml) Volume larutan terserap diukur pada awal dan akhir pengamatan. Dihitung dari selisih volume larutan awal dan akhir pengamatan. 3. ph awal larutan pulsing Diukur dengan menggunakan kertas indikator ph untuk mengukur ph larutan pulsing pada saat pembuatan larutan. 4. Suhu dan Kelembaban Udara Suhu dan kelembaban udara diukur dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering yang diletakkan di dalam cold storage. 5. Diameter bunga Diameter bunga diukur dengan menggunakan jangka sorong digital pada bagian petal yang terlebar 6. Jumlah Mahkota bunga Jumlah mahkota bunga dihitung pada mahkota bunga yang telah membuka. 7. Kesegaran bunga Dihitung dengan menggunakan skoring untuk melihat kesegaran bunga selama masa pajangan. Skornya yaitu: 1= bunga segar 0 25 % 2= bunga segar % 3= bunga segar % 4= bunga segar % 8. Lamanya kesegaran bunga / vase life (hari)

33 20 Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah hari dari saat bunga setengah mekar sampai bunga menjadi layu. Pengamatan dihentikan pada saat minimal 50% bunga menjadi layu dari keseluruhan kuntum bunga. 9. Warna Bunga Warna bunga dilihat dengan menggunakan colour chart Royal Horticulture Society. 10. Tingkat Kemekaran Bunga Tingkat kemekaran bunga dinilai berdasarkan keadaan fisik bunga mawar. Keadaan fisik ditentukan oleh indeks kemekaran bunga seperti dalam Tabel 1. Bunga pada indeks dinyatakan mekar bila telah mencapai indeks 4. Tabel 1. Indeks kemekaran bunga mawar potong Indeks Keterangan 1 Pembukaan petal < 10 %, ujung petal terluar mulai membuka 2 Pembukaan petal 10-25%, beberapa helai petal telah membuka. 3 Pembukaan petal 25 50%, sebagian besar petal telah membuka. Kemekaran bunga membentuk sudut 90 o 4 Seluruh petal sudah membuka tetapi masih membentuk sudut dengan bidang datar 5 Pembukaan petal %, semua petal telah membuka dengan posisi mendatar (Sabari et al., 1997 dalam Triyanto, 2000) (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 1. Indeks kemekaran bunga, indeks 1 bunga masih kuncup (a), indeks 2 bunga mulai mekar (b), indeks 3 bunga setengah mekar (c), indeks 4 bunga mekar (d), dan indeks 5 bunga mekar sempurna (e) 11. Gejala Visual Keragaan bunga dilihat secara visual dengan melihat gejala yang timbul selama bunga dalam masa penyimpanan.

34 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 Rata-rata volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga disajikan pada Tabel 2. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa konsentrasi aplikasi chitosan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga. Tabel 2. Volume larutan holding terserap pada mawar potong grand gala pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 o C) Perlakuan Volume terserap (ml) Chitosan 0 ppm 40.0 Chitosan 0.1 ppm 36.4 Chitosan 0.5 ppm 34.8 Chitosan 1 ppm 37.2 Uji F tn Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn) tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5% Berdasarkan hasil rata-rata volume larutan terserap, perlakuan chitosan 0 ppm menunjukkan volume penyerapan larutan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain yaitu 40 ml. Perlakuan chitosan 0.5 ppm hanya mampu meyerap air sebanyak 34.8 ml. Hal ini menunjukkan bahwa chitosan menekan kehilangan air dari permukaan tanaman. Tabel 3. Rata-rata diameter mawar potong pada mawar potong grand gala pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 o C) Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP) cm Chitosan 0 ppm ab Chitosan 0.1 ppm ab Chitosan 0.5 ppm b Chitosan 1 ppm a Uji F tn tn tn tn * Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn): tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%

35 22 Berdasarkan hasil analisis statistika pada Tabel 3, konsentrasi aplikasi chitosan memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga pada 8 HSP, namun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga pada 0 HSP sampai 6 HSP. Perlakuan chitosan 1 ppm memberikan diameter bunga tertinggi pada 8 HSP, sedangkan pada chitosan 0.5 ppm memberikan diameter terendah. Penurunan diameter bunga disebabkan oleh bunga yang sudah layu dan petal bunga yang rontok. Tabel 4. Tingkat kesegaran bunga potong mawar grand gala pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 o C) Hari Setelah Panen (HSP) Perlakuan S R S R S R S R S R Chitosan 0 ppm Chitosan 0.1 ppm Chitosan 0.5 ppm Chitosan 1 ppm H Uji F tn tn tn tn tn Ket.: H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, dan R = Rank Tabel 4 menunjukkan penyemprotan chitosan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kesegaran bunga dari 0 HSP sampai 8 HSP, meskipun demikian pada 8 HSP konsentrasi chitosan yang memberikan tingkat kesegaran terbaik yaitu penyemprotan chitosan 1 ppm dengan peringkat 15.8 dan skor 4. Pada perlakuan ini bunga dalam keadaan segar dengan tingkat kesegaran %. Penyemprotan chitosan 0.1 ppm memberikan tingkat kesegaran terendah dengan peringkat 7.6 dan skor 2. Pada perlakuan ini bunga dalam kondisi layu dengan tingkat kesegaran %. Tabel 5. Rata-rata vase life mawar potong grand gala pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 o C) Perlakuan Vase life (hari) Chitosan 0 ppm 6.0b Chitosan 0.1 ppm 5.6b Chitosan 0.5 ppm 5.2b Chitosan 1 ppm 7.6a Uji F * Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

36 23 Berdasarkan hasil analisis statistika pada Tabel 5, konsentrasi aplikasi chitosan memberikan pengaruh yang nyata terhadap vase life mawar potong selama masa penyimpanan. Penyemprotan chitosan 1 ppm memberikan vase life terlama yaitu 7.6 hari. Penyemprotan chitosan 0.5 ppm memberikan vase life tersingkat yaitu 5.2 hari. Kondisi keragaan bunga pada hari terakhir dapat terlihat pada Gambar 2. a. Chitosan 0 ppm b. Chitosan 0.1 ppm c. Chitosan 0.5 ppm d. Chitosan 1 ppm Gambar 2. Kondisi bunga potong saat 8 HSP. penyemprotan chitosan 0 ppm (a), chitosan 0.1 ppm (b), chitosan 0.5 ppm (c), dan chitosan 1 ppm (d). Percobaan 2 Rata-rata volume larutan pulsing dan larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga disajikan pada Tabel 6. Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa komposisi larutan pulsing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume larutan pulsing dan volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga. Berdasarkan Tabel 6, larutan pulsing aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm menunjukkan volume penyerapan larutan pulsing yang lebih banyak yaitu 8.33 ml. Pada larutan pulsing aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm ini penyerapan larutan holding sebanyak ml. Hal ini dikarenakan ph larutan tersebut bersifat asam sehingga mudah diserap oleh tangkai bunga.

37 24 Tabel 6. Volume larutan pulsing dan larutan holding terserap pada mawar potong grand gala pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Volume Larutan Terserap (ml) Perlakuan Larutan Pulsing Larutan Holding Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm Uji F tn tn Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn): tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5% Tabel 7. Rata-rata diameter mawar potong grand gala pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP) cm Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm BAP 5 ppm Uji F tn tn tn tn * tn Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn) : tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5% Berdasarkan hasil analisis statistika pada Tabel 7, komposisi larutan pulsing memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga pada 16 HSP. Perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm memberikan diameter bunga tertinggi pada 16 HSP, sedangkan pada perlakuan larutan pulsing aquades) memberikan diameter terendah. Diameter bunga akan mengalami peningkatan setiap harinya sampai mekar sempurna kemudian diameter bunga kembali

38 25 menurun. Penurunan diameter bunga disebabkan oleh bunga yang sudah layu dan petal bunga yang rontok. Tabel 8. Tingkat kesegaran bunga potong mawar grand gala pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Hari Setelah Panen (HSP) Larutan Pulsing S R S R S R S R S R S R Aquades Aquades + Sukrosa % Aquades + Sukrosa % + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm H Uji F 1 tn 1 tn 1 tn 1 tn 0.3 tn 0.09 tn Ket.: H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank Hasil uji Kruskal Wallis pada Tabel 8 menunjukkan komposisi larutan pulsing tidak memberikan pengaruh yang nyata pada 0 HSP sampai 17 HSP terhadap tingkat kesegaran bunga. Pada 0 HSP sampai 8 HSP bunga memiliki tingkat kesegaran 4 (kesegaran bunga %). Pada 12 HSP bunga memiliki tingkat kesegaran 3 atau agak segar dengan tingkat kesegaran 50 75%. Pada 16 HSP dan 17 HSP menunjukkan bahwa larutan pulsing aquades + sukrosa + BAP 5 ppm mampu memberikan tingkat kesegaran bunga yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini dilihat dari peringkat perlakuan tersebut, pada 16 HSP peringkatnya yaitu 12 dan pada 17 HSP peringkatnya 13. Pada perlakuan ini bunga dalam keadaan agak segar dengan tingkat kesegaran 50 75%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan ini mampu mempertahankan kesegaran bunga sampai 17 HSP. Kondisi keragaan mawar potong pada akhir masa penyimpanan dapat terlihat pada Gambar 3.

39 26 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 3. Kondisi bunga potong saat 17 HSP. komposisi aquades (a), komposisi aquades + sukrosa 3 % (b), komposisi aquades + sukrosa 3 % + asam salisilat 100 ppm (c), komposisi aquades + sukrosa 3 % + BAP 5 ppm (d), dan komposisi aquades + sukrosa 3 % + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm (e). Tabel 9. Rata-rata vase life mawar potong grand gala pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Larutan Pulsing Vase life (hari) Aquades 15.33c Aquades + Sukrosa 3% 15.67c Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm 16.00bc Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm 18.00a Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 17.33ab Uji F * Ket.: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Berdasarkan hasil analisis statistika pada Tabel 9, larutan pulsing memberikan pengaruh yang nyata terhadap vase life mawar potong selama masa penyimpanan. Perlakuan aquades + sukrosa + BAP 5 ppm memberikan vase life terlama yaitu 18 hari. Larutan pulsing dengan komposisi aquades hanya memberikan vase life selama hari. Meningkatnya vase life pada perlakuan aquades + sukrosa + BAP 5 ppm diduga disebabkan oleh sitokinin dalam larutan pulsing. Sitokinin dapat mengurangi kerusakan akibat stress air, mampu meningkatkan penyerapan air, mengurangi laju respirasi, menghambat produksi etilen, dan mengurangi sensitivitas terhadap etilen (Wawrzynczak and Goszczynska, 2003). Perlakuan BAP 5 ppm mampu meningkatkan vase life,

40 27 diameter bunga, dan penyerapan air pada mawar potong Eiffel Tower (Bhattacharjee dan De, 2005). Percobaan 3 Kondisi Umum Dalam percobaan ini dihadapi kendala dalam kestabilan suhu cold storage mencapai suhu o C dan kelembaban udara 74 90%, meskipun cold storage sudah diatur pada suhu o C. Suhu cold storage setiap hari selalu berubah bahkan mengalami peningkatan suhu hingga 25 o C. Peningkatan suhu cold storage dikarenakan freonnya telah habis sehingga suhu cold storage tidak dingin. Tahapan dan kondisi bunga potong dalam cold storage seperti terlihat pada Gambar 4. (a) (b) (c) (d) Gambar 4. Bunga potong sebelum perlakuan direndam dalam air hangat (a), bunga setelah perlakuan pulsing (b), keragaan bunga saat 10 HSP (c), dan termometer pencatat suhu cold storage (d). Kondisi bunga pada saat awal perlakuan dalam kondisi segar, tetapi ada beberapa bunga yang memiliki bercak putih dan dan bagian yang menguning seperti terbakar pada petal bunga. Semakin lama kerusakan pada petal yang berwarna kuning terbakar semakin meluas dan akhirnya petal gugur. Bunga juga mengalami perubahan warna. Pada 6 HSP terdapat tiga bunga yang mulai berubah warna menjadi agak keunguan pada sebagian petal bunga. Semakin lama bunga akan mengalami perubahan warna dari merah menjadi keunguan kemudian menghitam dan layu. Pada 7 HSP terdapat manggis di cold storage. Penyimpanan bunga sebaiknya terpisah dengan buah karena etilen pada buah akan

41 28 menyebabkan bunga mengalami senesens yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan etilen bersifat autokatalitik. Pada akhir masa penyimpanan juga ditemukan kutu pada petal bunga yang terbawa dari lahan. Gejala kerusakan yang terjadi pada bunga dapat dilihat pada Gambar 5. (a) (b) (c) (d) Gambar 5. Kerusakan petal bunga pada 0 HSP (a), kerusakan petal bunga pada 6 HSP (b), petal bunga berwarna merah normal (c), dan petal bunga berwarna merah keunguan (d). Volume Larutan Terserap Percobaan ini terdiri dari dua perlakuan yaitu komposisi larutan pulsing dan penyemprotan chitosan sebagai antitranspiran. Penggunaan larutan pulsing merupakan salah satu usaha untuk memperpanjang masa kesegaran bunga potong. Setiap larutan pulsing diukur ph nya dengan menggunakan kertas indikator ph. Tabel 10. Rata-rata volume pulsing terserap (ml) pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam Larutan Pulsing ph Rataan (ml) Aquades c Aquades + Sukrosa 3% c Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm a Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm b Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm c Uji F * Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Volume larutan pulsing terserap diukur setelah perendaman selama 24 jam. Volume awal untuk semua perlakuan yaitu 300 ml. Volume larutan terserap

42 29 ini berdasarkan selisih antara volume awal dan volume akhir larutan pulsing. Pergerakan air pada tangkai bunga potong sangat tergantung pada komposisi larutan. Larutan dengan ph 3-4 dapat meningkatkan penyerapan air dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Nowak dan Rudnicki, 1990). Berdasarkan Tabel 10, larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm mampu diserap lebih banyak oleh bunga yaitu 11 ml. Komposisi larutan ini mempunyai ph terendah yaitu 3. Penyerapan terendah yaitu larutan dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm sebanyak 5.5 ml. Komposisi larutan ini mempunyai ph tertinggi yaitu 10. Pergerakan air pada tangkai bunga potong sangat tergantung pada komposisi larutan. Larutan yang bersifat asam bergerak lebih cepat dibandingkan larutan yang bersifat netral atau basa. Tabel 11. Rata-rata volume larutan holding terserap setelah perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Chitosan (ppm) Rataan Larutan Pulsing Volume Larutan Holding ml Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm Rataan Uji F Larutan Pulsing tn Uji F Chitosan tn Interaksi tn Keterangan: Nilai pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn) : tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5% Setelah perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam, selanjutnya tangkai bunga direndam dalam larutan holding berupa aquades selama masa penyimpanan. Pada Tabel 11 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap larutan holding terserap, namun perlakuan larutan pulsing dengan

43 30 penambahan sukrosa, asam salisilat, BAP, dan kombinasi ketiganya mampu diserap lebih banyak dibandingkan dengan larutan pulsing yang aquades. Larutan holding pada perlakuan chitosan 0 ppm, 0.1 ppm, dan 1 ppm juga lebih banyak diserap dibandingkan dengan chitosan 0.5 ppm. Penyerapan larutan holding terbanyak terdapat pada perlakuan aquades + sukrosa + BAP 5 ppm dengan chitosan 0.1 ppm sebanyak 37 ml. Sitokinin dapat meningkatkan penyerapan air oleh tangkai bunga dengan mempertahankan turgiditas selnya (Bhattacharjee dan De, 2005). Diameter Bunga Diameter bunga menentukan perilaku konsumen dan dari hasil penelitian yang telah ada ternyata konsumen lebih menyukai ukuran bunga yang lebih besar dari pada yang kecil (Effendi, 1994). Selain diameter bunga yang cukup, bunga yang memiliki bentuk kompak merupakan ciri dari mawar yang berpotensi sebagai bunga potong (Darliah et al., 1999). Pengamatan terhadap diameter bunga bertujuan untuk melihat pertambahan diameter bunga selama masa penyimpanan. Perubahan diameter bunga dapat dilihat dari perubahan membukanya petal bunga. Besarnya perubahan diameter ini berkaitan dengan masa penyimpanan bunga. Perubahan diameter bunga yang kecil diharapkan agar bunga mempunyai masa penyimpanan yang lebih lama. Berdasarkan Tabel 12, komposisi larutan pulsing, penyemprotan dengan chitosan sebagai antitranspiran, dan interaksi kedua faktor tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga. Pertambahan diameter bunga yang cukup besar terjadi dari hari ke- 0 sampai hari ke-2 dengan pertambahan diameter sekitar 3 4 cm. Dari hari ke-2 sampai hari ke-8 pertambahan bunga 1 cm, kemudian menurun pada hari ke-10 dengan penurunan diameter sekitar 1 2 cm. Dari hasil rata-rata diameter bunga menunjukkan bahwa bunga mawar Grand Gala yang diuji mempunyai bunga yang berukuran medium yaitu diameter bunga cm.

44 31 Tabel 12. Rata-rata diameter pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP) cm Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm Uji F tn tn tn tn tn tn Chitosan cm ppm ppm ppm ppm Uji F tn tn tn tn tn tn Interaksi tn tn tn tn tn tn Keterangan: Nilai pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn) : tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5% Diameter bunga pada semua perlakuan akan mengalami pertambahan dari hari ke hari. Diameter bunga akan terus meningkat hingga mencapai kemekaran sempurna kemudian akan kembali menurun pada akhir penyimpanan. Pertambahan diameter ini dikarenakan proses respirasi yang dilakukan bunga selama masa penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan bunga masih aktif dalam melakukan proses metabolisme. Aktivitas ini juga akan menurun setelah bunga mencapai kemekaran sempurna. Pada percobaan ini bunga potong mawar mencapai kemekaran sempurna pada 8 HSP. Penurunan diameter petal bunga dikarenakan petal bunga mengalami kelayuan sehingga bunga akan terkulai, petal bunga mengkerut, dan petal bunga yang rontok. Diameter bunga saat awal penyimpanan akan mempengaruhi vase life bunga. Pertambahan diameter bunga yang besar akan cenderung membuat bunga menjadi cepat layu. Semakin lebarnya petal membuka akan menyebabkan proses

45 32 penguapan semakin besar. Hal ini akan menyebabkan bunga menjadi cepat layu dan memiliki masa penyimpanan yang singkat. Jumlah Petal Bunga Membuka Menurut Crockett (1974), bunga mawar yang memiliki petal lebih besar dan sama dengan 20 helai termasuk tipe yang berbunga ganda. Bunga mawar yang berpetal bunga banyak dan kompak serta tersusun rapat akan menampilkan bunga yang menarik (Darliah et al., 1999). Tabel 13. Rata-rata jumlah petal membuka pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP) Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm BAP 5 ppm Uji F tn tn tn tn tn tn Chitosan 0 ppm ppm ppm ppm Uji F tn tn tn tn tn tn Interaksi tn tn tn tn tn tn Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn):tidak berbeda nyata *) : berbeda nyata pada taraf 5%, Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa komposisi larutan pulsing, penyemprotan dengan chitosan, dan interaksi kedua faktor tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah petal bunga membuka. Dari hasil rata-

46 33 rata jumlah petal bunga mawar Grand Gala termasuk bunga dengan petal ganda dengan jumlah petal 20 helai. Jumlah petal bunga membuka meningkat sampai mekar sempurna kemudian mengalami penurunan. Penurunan jumlah petal bunga membuka dikarenakan petal bunga mengalami kelayuan sehingga bunga akan terkulai, petal bunga mengkerut, dan petal bunga yang rontok. Petal bunga yang lebih banyak akan membuat bunga menjadi lebih indah, semakin kompak, dan petal saling menutupi. Hal ini akan membuat penguapan yang terjadi tidak begitu besar jika dibandingkan dari bunga dengan petal yang tidak saling menutupi karena petalnya sedikit. Tingkat Kemekaran dan Kesegaran Bunga Mutu bunga potong mawar, selain ditentukan dari panjang tangkai dan diameter bunga (Sutater dan Darliah, 1994), juga oleh daya tahan kesegaran dan kemekaran bunga selama penyimpanan. Tampilan bunga yang bagus dengan daya tahan kesegaran yang panjang sangat diharapkan oleh konsumen. Kesegaran bunga potong mawar sendiri hanya bertahan 2-4 hari pada peragaan di suhu ruang (Amiarsi, 2009). Kemekaran dan kesegaran bunga dapat dijadikan indikator bahwa jaringan tanaman masih melakukan aktivitas metabolism dan aktivitas itu berangsung-angsur menurun akibat terbatasnya suplai air dan cadangan makanan dalam jaringan tanaman. Terhambatnya penyerapan larutan menyebabkan bunga menjadi cepat layu karena kekurangan air (Durkini, 1979 dalam Suciati, 2002). Bunga mawar termasuk sangat cepat dalam proses pemekarannya. Bunga yang terlalu cepat mekar akan menyebabkan masa penyimpanan bunga menjadi singkat. Pada 2 HSP sebagian besar bunga telah berada pada stadia mekar. Tingkat kemekaran bunga potong yang tinggi disebabkan tersedianya cadangan karbohidrat yang dibutuhkan cukup untuk proses respirasi. Energi hasil respirasi akan digunakan untuk proses kemekaran bunga. Tingkat kemekaran bunga dilihat dari perubahan membukanya petal bunga. Tingkat kesegaran bunga dilihat dari ketegaran petal bunga selama masa penyimpanan. Tingkat kesegaran tertinggi bernilai 4 dengan kesegaran %, sedangkan bunga dengan kesegaran terendah bernilai 1 dengan kesegaran 0

47 34 25 % untuk masing - masing bunga. Tingkat kesegaran 4 menunjukkan bunga dalam keadaan sangat segar dengan kondisi petal bunga yang tegar dan warna bunga merah. Pada tingkat kesegaran 1 bunga dalam keadaan yang sangat layu, petal menghitam, dan bunga terkulai. Hasil uji Kruskal Wallis pada Tabel 14 menunjukkan semua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kemekaran dan kesegaran bunga pada 0 HSP sampai 9 HSP. Pada 10 HSP pemberian larutan pulsing dan penyemprotan chitosan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kemekaran bunga. Berdasarkan Tabel 15 dapat terlihat bahwa perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm dengan penyemprotan chitosan 0.1 ppm mampu memberikan tingkat kemekaran bunga yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain dengan tingkat kemekaran 3 dan peringkat tertinggi 79. Perlakuan aquades + sukrosa + asam salisilat 100 ppm dengan penyemprotan chitosan 1 ppm mampu memberikan tingkat kemekaran dan kesegaran yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain. Pada perlakuan ini menunjukkan tingkat kemekaran 3 dan tingkat kesegaran 3. Perlakuan aquades + sukrosa dengan chitosan 0.1 ppm menunjukkan tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran terendah dibandingkan perlakuan lain. Bunga yang terlalu cepat mekar akan menyebabkan masa penyimpanan bunga menjadi singkat. Pada masa awal penyimpanan bunga potong diharapkan mempunyai tingkat kemekaran yang rendah dan tingkat kesegaran yang tinggi agar vase life bunga lebih lama. Pada saat akhir masa penyimpanan diharapkan tingkat kemekaran yang tinggi dengan tingkat kesegaran yang tinggi juga.

48 35 Tabel 14. Rata-rata tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R Aquades Aquades + sukrosa Aquades + sukrosa+ asam salisilat 100 ppm 0 ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm Keterangan.: HSP= Hari Setelah Panen, H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank 35

49 36 Tabel 14. (Lanjutan) Rata-rata tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R Aquades + sukrosa+ BAP 5 ppm Aquades + sukrosa+ asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 0 ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm H P value tn 1 tn 0.27 tn 1 tn tn 1 tn Keterangan.: HSP= Hari Setelah Panen, H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank 36

50 37 Tabel 14. (Lanjutan) Rata-rata tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Perlakuan 6 HSP 8 HSP 10 HSP Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R Aquades Aquades + sukrosa Aquades + sukrosa+ asam salisilat 100 ppm 0 ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm Keterangan.: H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank 37

51 38 Tabel 14. (Lanjutan) Rata-rata tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Perlakuan 6 HSP 8 HSP 10 HSP Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R Aquades + sukrosa+ BAP 5 ppm Aquades + sukrosa+ asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 0 ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm H P value 0.96 tn 1 tn tn tn 0.027* tn Keterangan.: HSP= Hari Setelah Panen, H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank 38

52 39 Vase Life Vase life merupakan parameter utama penentuan komponen terbaik untuk bunga potong. Faktor penting dari penggunaan larutan pulsing adalah untuk memberikan masa kesegaran yang lebih lama. Vase life dihitung sejak bunga dipanen hingga menjadi layu. Kelayuan adalah terkulainya atau mengkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis karena menurunnya tegangan turgor. Tabel 15. Rata-rata vase life bunga pada perendaman tangkai mawar potong grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Chitosan (ppm) Larutan Pulsing Rataan hari Aquades 9.8Aa 8.6Bb 10.0Aa 10.0Aa 9.65b Aquades + Sukrosa 3% 9.6Aa 9.6Aa 9.2Ab 9.4Aa 9.45b Aquades + Sukrosa 3% Aa 10.0Aa 10.2Aa 10.4Aa 10.25a Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 9.8Aa 10.0Aa 9.6Aab 9.0Aa 9.60b 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + 9.4Ba 9.6ABa 10.2Aa 9.8ABa 9.75b Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm Rataan 9.80a 9.56a 9.88a 9.72a Keterangan : Nilai pada baris dan kolom interaksi yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Berdasarkan Tabel 15, pemberiaan chitosan tidak memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan komposisi larutan pulsing dan interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap terhadap vase life mawar potong. Larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm mampu memberikan vase life terlama yaitu hari. Pada penyemprotan chitosan 0 dan 1 ppm, larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa + asam salisilat 100 ppm memberikan vase life bunga terlama yaitu 10.4 hari, namun komposisi larutan pulsing ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lain. Larutan pulsing dengan komposisi aquades pada penyemprotan chitosan 0 ppm memberikan vase life bunga selama 9.8 hari dan pada penyemprotan chitosan 1 ppm selama 10 hari. Hal ini

53 40 menunjukkan bahwa perlakuan dengan aquades juga sudah cukup untuk mempertahankan vase life bunga selama penyimpanan. Menurut Battacharjee dan De (2005) vase life mawar Grand Gala yaitu 6-9 hari. Pada percobaan ini vase life yang singkat pada bunga mawar dikarenakan suhu cold storage yang selalu meningkat setiap hari dan etilen yang dihasilkan dari bunga yang telah layu dan mengalami kerusakan pada jaringannya. Warna Bunga Warna merupakan salah satu daya tarik yang terdapat pada bunga mawar sehingga perubahan warna merah menjadi kehitaman pada bunga dapat dijadikan sebagai kriteria dalam penyimpanan bunga. Parameter warna bunga diukur dengan menggunakan colour chart Royal Horticulture Society. Menurut pengukuran warna bunga, mawar varietas Grand Gala berwana merah dengan kode warna RHS 45 A. Bunga mawar semakin lama akan mengalami perubahan warna. Warna bunga dalam kondisi segar berwarna merah. Ketika bunga mulai layu beberapa bunga menunjukkan perubahan warna menjadi keunguan dan lama kelamaan bunga akan menjadi merah tua kemudian bunga akan menghitam dan layu. Proses hilangnya warna merupakan gejala umum kebanyakan senesens beberapa bunga potong. (a) (b) (c)

54 41 (d) (e) Gambar 6. Colour chart Royal Horticulture Society (a), Indikator Warna : Red (b), Purple (c), Dark Purple Red (d), dan Dark Purple Brown (e) Berdasarkan Tabel 16, pada 0 HSP sampai 6 HSP warna bunga berwarna merah RHS 45 A. Perubahan warna mulai terjadi pada 7 HSP, pada perlakuan aquades dan aquades + sukrosa 3% pada perlakuan ini bunga berubah warna menjadi ungu. Pada 9 HSP, perubahan warna petal bunga terdiri dari empat warna yaitu merah RHS 45A, dark purple brown 59A, dark purple red 53B, dan ungu 58A. Perlakuan aquades memberikan perubahan warna yang paling banyak dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan aquades tidak mampu menghambat proses perubahan warna yang terjadi pada bunga. Perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm mampu mempertahankan warna merah dengan persentase tertinggi yaitu sebesar 80 %. Pada 10 HSP, perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm merupakan perlakuan terbaik dalam menghambat proses perubahan warna. Pada perlakuan ini, warna merah berubah menjadi dark purple red sebesar 65%. Warna ini lebih mendekati warna merah daripada dark purple brown yang cenderung berwarna lebih gelap. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan ini mampu menghambat proses perubahan warna bunga dibandingkan perlakuan yang lain.

55 42 Tabel 16. Warna petal bunga pada perendaman tangkai mawar potong grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Perlakuan Warna Petal Bunga (%) R DPB DPR P YB Mati HSP Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm HSP Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm HSP Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm HSP Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan, R= Red, DPB= Dark Purple Brown, DPR= Dark Purple Red, YB= Yellow Brown, Mati= tidak ada petal bunga

56 43 Tabel 16. (Lanjutan) Warna petal bunga pada perendaman tangkai mawar potong grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Perlakuan Warna Petal Bunga (%) R DPB DPR P YB Mati HSP Aquades Aquades + Sukrosa 3% Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan, R= Red, DPB= Dark Purple Brown, DPR= Dark Purple Red, YB= Yellow Brown, Mati= tidak ada petal bunga Tabel. 17. Warna petal bunga mawar grand gala pada penyemprotan chitosan di cold storage Perlakuan Warna Petal Bunga (%) R DPB DPR P YB Mati Chitosan HSP ppm ppm ppm ppm HSP ppm ppm ppm ppm HSP ppm ppm ppm ppm HSP ppm ppm ppm ppm Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan, R= Red, DPB= Dark Purple Brown, DPR= Dark Purple Red, YB= Yellow Brown, Mati= tidak ada petal bunga

57 44 Tabel. 17. (Lanjutan) Warna petal bunga mawar grand gala pada penyemprotan chitosan di cold storage Perlakuan Warna Petal Bunga (%) R DPB DPR P YB Mati Chitosan HSP ppm ppm ppm ppm Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan, R= Red, DPB= Dark Purple Brown, DPR= Dark Purple Red, YB= Yellow Brown, Mati= tidak ada petal bunga Berdasarkan Tabel 17, pada 0 HSP sampai 6 HSP warna bunga berwarna merah RHS 45 A. Perubahan warna mulai terjadi pada 7 HSP, pada perlakuan chitosan 0 ppm dan 0.1 ppm pada perlakuan ini bunga berubah warna menjadi ungu. Pada 9 HSP, perlakuan chitosan 0 ppm memberikan perubahan warna yang paling banyak dibandingkan perlakuan yang lain. Perlakuan chitosan 1 ppm mampu mempertahankan warna merah dengan persentase tertinggi yaitu sebesar 68 %. Pada 10 HSP, perlakuan chitosan 0.1 ppm dan 1 ppm memberikan persentase warna dark purple red yang tertinggi yaitu 52 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan ini mampu menghambat proses perubahan warna bunga dibandingkan perlakuan yang lain Pembahasan Kualitas bunga potong bergantung pada penampilan dan daya tahan kesegaran. Bunga potong akan tetap mengalami proses metabolisme. Proses metabolisme ini akan menyebabkan beberapa perubahan pada kondisi bunga tersebut. Perubahan yang dialami bunga potong antara lain perubahan struktur, perubahan komposisi biokimia, perubahan metabolisme, dan perubahan pigmen. Pemberian larutan penyegar (pulsing dan holding) dimaksudkan untuk memenuhi energi bunga selama penyimpanan dan penggunaan chitosan untuk mengurangi transpirasi yang terjadi pada bunga selama penyimpanan. Pada percobaan 1, penyemprotan chitosan 0 ppm menunjukkan volume penyerapan larutan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain yaitu 40 ml. Hal ini menunjukkan bahwa air terus diserap oleh tangkai bunga, namun cepat

58 45 hilang dikarenakan transpirasi. Pada percobaan 2, larutan pulsing aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm menunjukkan volume penyerapan larutan pulsing dan larutan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain yaitu sebanyak 8.33 ml dan ml. Pada percobaan 3 larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm mampu diserap lebih banyak oleh tangkai bunga dibandingkan perlakuan yang lain yaitu 11 ml. Hal ini dikarenakan ph larutan pulsing yang bersifat asam sehingga mudah diserap oleh tangkai bunga. Pada percobaan 3, larutan holding yang banyak diserap oleh tangkai bunga terdapat pada perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm yaitu ml. Penyerapan air berhubungan dengan proses metabolisme yang terjadi pada bunga potong yaitu proses transpirasi dan respirasi. Bunga potong memerlukan banyak air untuk mempertahankan kesegarannya. Hal ini dikarenakan air akan hilang akibat proses metabolisme. Air berperan dalam menjaga tekanan turgor pada sel jaringan. Semakin tinggi tingkat penyerapan air, maka kesegaran bunga akan semakin lama. Tingginya penyerapan air juga dapat disebabkan oleh penggunaan suhu ruang selama penyimpanan. Suhu yang tinggi menyebabkan tingkat transpirasi dan metabolisme bunga potong menjadi tinggi pula. Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang berbeda. Stadia pertama adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga sampai stadia mekar penuh. Stadia kedua adalah kematangan, senesens, dan kemudian kelayuan (Nowak dan Rudnicki, 1990). Selama masa penyimpanan diameter bunga, jumlah petal membuka, dan kemekaran bunga akan meningkat setiap hari nya sampai mekar sempurna kemudian akan menurun pada akhir masa penyimpanan. Penurunan diameter bunga dan jumlah petal bunga dikarenakan bunga mengalami kelayuan sehingga bunga akan terkulai, bunga mengkerut, dan petal bunga yang rontok. Penurunan tingkat kesegaran selama penyimpanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti suhu ruang yang relatif tinggi dan tingkat penyerapan air yang mulai berkurang. Pada percobaan 3 suhu cold storage sejak awal penyimpanan berkisar antara o C.

59 46 Dari percobaan 1, 2, dan 3 terlihat bahwa cold storage mampu meningkatkan vase life bunga mawar. Pada penyimpanan di suhu ruang hanya mampu mempertahankan kesegaran bunga selama 7 hari, pada penyimpanan di cold storage (13-15 o C) mampu mempertahankan kesegaran bunga selama 17 hari, dan pada penyimpanan di suhu o C hanya mampu mempertahankan kesegaran bunga selama 10 hari. Pada percobaan 3, vase life bunga termasuk singkat karena cold storage mengalami peningkatan suhu setiap harinya. Penyimpanan di dalam cool storage dapat menghambat proses respirasi dan transpirasi, sehingga daya tahan kesegaran bunga dapat lebih lama. Amiarsi dan Tejasawarna (2011) mengemukakan bahwa penyimpanan mawar pergiwati di suhu 5 10 o C dengan komposisi sukrosa 2.5% + asam benzoat 100 ppm mempunyai vase life selama 28 hari. Suhu lingkungan berhubungan langsung dengan laju respirasi bunga potong. Suhu rendah dapat menekan laju respirasi, sehingga kerusakan bunga dapat ditunda. Suhu tinggi membuat laju respirasi meningkat, sehingga kandungan karbohidrat pada tangkai dan daun cepat berkurang. Pada percobaan 3 saat awal suhu cold storage sebesar 15 o C, saat 8 HSP suhu di cold storage 21 o C, dan pada 10 HSP suhunya 25 o C. Peningkatan suhu ini dikarenakan freon cold storage yang mulai habis, cold storage diatur pada suhu o C. Hal ini menyebabkan laju respirasi meningkat, sehingga kandungan karbohidrat pada tangkai dan daun cepat berkurang dan menyebabkan bunga menjadi layu. Ichimura (1999) dalam Bhattacharjee dan De (2005) mengemukakan bahwa suhu tinggi (25 0 C) mempercepat pembukaan mahkota bunga dan mempersingkat vase life pada mawar Sonia. Intensitas transpirasi juga dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, dan pergerakan air. Suhu yang tinggi akan menyebabkan tranpirasi yang tinggi. Kelembaban udara yang optimal untuk bunga potong yaitu 90 95%, kelembaban udara yang rendah (70 80%) akan menyebabkan kehilangan air dan kelayuan pada bunga (Bhattarchajee dan De, 2005). Aplikasi penyemprotan chitosan pada penelitian ini bertujuan untuk mengurangi tranpirasi yang terjadi selama penyimpanan pada mawar potong.

60 47 Chitosan termasuk salah satu jenis polisakarida yang dapat bersifat sebagai pengahalang (barrier) yang baik karena pelapis polisakarida dapat membentuk matrik yang kuat dan kompak (Grenner dan Fennema dalam Holipah, Wijayanti, dan Saputra, 2010). Secara umum, pelapis yang tersusun dari polisakarida dan turunannya hanya sedikit menahan penguapan air tetapi efektif untuk mengontrol difusi dari berbagai gas, seperti CO 2 dan O 2 (Nisperoscarriendo dalam Holipah, Wijayanti, dan Saputra, 2010). Pada percobaan 1, konsentrasi aplikasi chitosan memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga dan vase life mawar potong selama masa penyimpanan. Penyemprotan chitosan 1 ppm mampu memberikan vase life bunga selama 7.6 hari. Hal ini menunjukkan bahwa chitosan mampu menekan kehilangan air pada permukaan tanaman. Pada percobaan 3, aplikasi chitosan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga, jumlah petal membuka, dan vase life mawar potong pada percobaan 3. Penyemprotan chitosan 0 ppm yang tidak berbeda nyata terhadap pemberian chitosan dengan konsentrasi chitosan 0.1 ppm, 0.5 ppm, dan 1 ppm menunjukkan bahwa chitosan tidak memberikan pengaruh dalam mengurangi proses transpirasi yang terjadi pada bunga potong selama penyimpanan. Etilen yang dihasilkan dari bunga yang telah layu akan mempercepat proses senesens pada bunga. Pada mawar potong, produksi etilen rendah saat fase bunga kuncup, kemudian meningkat saat petal membuka dan mekar maksimum sebelum bunga mengalami penurunan (Woodson et.al, 1985 dalam Bhattacharjee dan De (2005). Penyimpanan bunga pada lingkungan yang kaya akan etilen akan meningkatkan produksi etilen secara autokatalitik. Hal ini terkait dengan permeabilitas tonoplas (membran yang memisahkan vakuola dari sitoplasma). Peningkatan permeabilitas tonoplas akan memicu translokasi prekursor etilen dari vakuola ke sitoplasma. Autokatalitik akan meningkat sejalan dengan senesens pada jaringan. Substrat untuk memproduksi etilen pada jaringan tanaman adalah S-adenosyl-methionin (SAM). SAM kemudian diubah secara enzimatis menjadi 1- aminocyclopropane-1-carboxylic acid (ACC), kemudian etilen dilepas oleh ethylene-forming enzyme (EFE) (Nowak dan Rudnicki, 1990).

61 48 Halevy & Mayak (1981) mengemukakan bahwa kesegaran bunga potong setiap jenis tanaman memerlukan komposisi larutan perendam yang berbeda. Pada percobaan 2, larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa + BAP 5 ppm mampu memberikan vase life bunga terlama yaitu 18 hari. Pada percobaan 3, komposisi larutan pulsing memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume larutan pulsing terserap dan vase life mawar potong, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga dan jumlah petal membuka. Menurut Bhattacharjee dan De (2005) vase life mawar Grand Gala yaitu 6-9 hari. Vase life yang singkat pada bunga mawar disebabkan oleh stress air dan kehilangan gula selama vase life nya. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2007) tanpa pemberian larutan penyegar mawar potong hanya bertahan selama 6 hari pada penyimpanan suhu ruang. Pada percobaan 3 pemberian larutan pulsing belum mampu untuk meningkatkan vase life pada mawar potong. Pemberian larutan pulsing dengan aquades memberikan vase life yang hampir sama dengan perlakuan pulsing lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa larutan pulsing dengan komposisi aquades sudah cukup untuk mempertahankan kesegaran bunga selama 10 hari. Dilihat dari tingkat kemekaran,tingkat kesegaran, dan warna bunga perlakuan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm dan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm mampu mempertahankan kualitas yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Pemberian karbohidrat melalui larutan perendam merupakan hal yang penting dalam penyimpanan bunga potong. Sumber karbohidrat yang biasa digunakan adalah sukrosa. Sukrosa yang diberikan akan diangkut melalui xylem yang terdapat pada batang tanaman. Kemudian dari xylem diteruskan dengan gaya potensial menuju ruang antarsel melalui dinding sel tangkai bunga (Salisbury, 1995 dalam Ramadiana, 2008) Asam salisilat dan sukrosa mampu meningkatkan stabilitas membran dengan menurunkan malondialdehid, aktivitas ACC oksidase dan penurunan populasi bakteri pada larutan perendam pada carnation. Asam salisilat dan sukrosa terbukti efektif dalam menunda senesens pada petal dan layunya bunga pada carnation sehingga mampu meningkatkan vase life bunga (Kazemi et al., 2011).

62 49 Aplikasi dengan menggunakan sitokinin (BAP) dapat mengurangi kerusakan akibat stress air, mampu meningkatkan penyerapan air, mengurangi laju respirasi, menghambat produksi etilen dan mengurangi sensitivitas terhadap etilen (Wawrzynczak and Goszczynska, 2003). Penurunan masa kesegaran bunga juga dapat disebabkan oleh penyumbatan pembuluh pada batang. Penyumbatan ini dapat berakibat bunga menjadi cepat layu. Kerusakan pada pembuluh batang dapat disebabkan oleh metabolisme mikroba dan efek dari produksi etilen pada bagian batang yang terluka (Zagory dan Reid, 1986). Hal ini dapat dilihat pada larutan holding yang berubah warna menjadi agak kekuningan dan terdapat lendir pada tangkai bunga. Bunga mawar mempunyai tiga pigmen utama yaitu antosianidin, peonin, dan pelargonidin. Sianidin terdapat pada bunga yang berwarna merah (De Vries et al, dalam Darliah et al., 2004). Proses respirasi ini akan menyebabkan pigmen - pigmen pada bunga mengalami perombakan. Peningkatan laju respirasi menyebabkan kandungan karbohidrat pada tangkai dan daun cepat berkurang. Kehilangan kandungan gula akan diikuti pengurangan kandungan lemak dan protein pada jaringan. Pemecahan protein akan menimbulkan amonia yang menyebabkan bluing pada petal mawar merah (Bhattacharjee dan De, 2005). Petal bunga yang menghitam dikarenakan oksidasi flavonoid, leucoantosianin, senyawa fenol lainnya, dan akumulasi tannin. Blackening pada mawar Baccara berkaitan dengan peningkatan antosianin pada suhu rendah dan akumulasi produk oksidasi poliphenol (Bhattacharjee dan De, 2005). Hal ini yang menyebkan perubahan warna bunga dari merah menjadi ungu kemudian menghitam selama masa penyimpanan.

63 50 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa penyemprotan chitosan 1 ppm dengan penyimpanan di suhu ruang memberikan vase life terlama yaitu 7.6 hari. Penyemprotan dengan chitosan 0.5 ppm memberikan vase life tersingkat yaitu 5.2 hari. Hasil percobaan 2 dengan penyimpanan di cold storage (10-15 o C) menunjukkan bahwa pemberian larutan pulsing mampu meningkatkan vase life mawar potong. Larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa + BAP 5 ppm memberikan vase life terlama yaitu 18 hari. Larutan pulsing dengan komposisi aquades memberikan vase life tersingkat yaitu hari. Hasil percobaan 3 dengan penyimpanan di cold storage (15-25 o C) menunjukkan bahwa pemberian larutan pulsing yang dikombinasikan dengan antitranspiran chitosan belum mampu meningkatkan vase life pada mawar potong, namun larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salsilat 100 ppm dan aquades + sukrosa + BAP 5 ppm mampu mempertahankan kualitas bunga selama masa penyimpanan berdasarkan tingkat kemekaran bunga, tingkat kesegaran, dan warna bunga. Penyemprotan chitosan tidak memberikan pengaruh terhadap vase life bunga selama masa peyimpanan. Saran Penyimpanan bunga di suhu rendah yang terkontrol dan stabil. Sebaiknya pengukuran parameter larutan terserap dilakukan setiap hari agar mudah untuk menentukan waktu penyerapan optimum bagi bunga potong. Konsentrasi chitosan perlu ditingkatkan untuk mengetahui konsentrasi terbaiknya. Pengaplikasian chitosan dengan metode celup selama waktu tertentu perlu diuji.

64 51 DAFTAR PUSTAKA Amiarsi, D Teknik pengemasan bunga potong mawar. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Hal Amiarsi, D. dan R. Tejasawarna Pengawet untuk menjaga kualitas bunga potong mawar selama penyimpanan. J. Hort. 21(3): Ansari, N.A. and M. Zangeneh Effect of cultivar, harvesting date, and chemical treatments on the quality and solubele carbohydrate contents in rose (Rosa hybrida). Floriculture and Ornamental Biotechnology 2(1): 1-4. Azian, E The Use Of Chitosan on Vase Life of Cut Chrysanthemum (Dendranthema morifolium Ramat). Thesis. Faculty of Science. Universiti Putra Malaysia. Malaysia. 98p. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Produksi Tanaman Hias menurut Provinsi (Tangkai). Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Produksi Tanaman Hias menurut Provinsi (Tangkai). Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Produksi Tanaman Hias menurut Provinsi (Tangkai). Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Menjaga bunga potong agar tetap segar. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29(6): Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bunga Mawar. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. Bhattacharjee, S.K and L.C De Post-Harvest Technology of Flowers and Ornamental Plants. Pointer Publisher. Jaipur. 440p. Burrows, F., C. Louime., M. Abazinge., and O. Onokpise Extraction and evaluation of chitosan from crab exoskeleton as a seed fungicide and plant growth enhancer. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci. 2(2): Darliah, W., Handayati, A.B.N Maryam., dan D. Kurniasih Keragaan hasil dan kualitas bunga klon-klon mawar potong. J. Hort. 14 (Edisi Khusus): El Ghouth, A., J. Arul, R. Ponnampalan, and M. Bollet Chitosan coating effect and storability and quality of strawberries. J. Food sci. 56:

65 52 Gerailoo S., and M. Ghasemnezad Effect of salicylic acid on antioxidant enzyme activity and petal senescence in yellow island cut rose flowers. Journal of Fruit and Ornamental Plant Research 19(1): Halevy, A.H dan S. Mayak Senescence and postharvest physiology of cut flower. Part 2 Hort. Rev 3: Holipah, Wijayanti, dan Saputra Aplikasi Chitosan sebagai Pengawet Alami dalam Meningkatkan Mutu Simpan Produk Pasca Panen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hutchinson, M.J., D.K Chebet, and V.E Emongor Effet of accel, sucrose, and silver thiosulphate on the water relation and post harvest physiology of cut tuberose flowers. African Crop Science Journal 11(4): Iriti, M., M. Rossoni, S. Gomarasca, N. Ludwig, M. Gargano, and F. Faoro Chitosan anti transpirant activity is due to abscisic acid-dependent stomata closure. Environmental and Experimental Botany 66(3): Kazemi, M., E. Hadavi, and J. Hekmati. Role of salicylic acid in decrease of membrane senescence in cut carnation flower. American Journal of Plant Physiology 6(2): Kristian, R., dan P.S. Amitra Asam salisilat dari phenol. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Agung Tirtayasa. Banten. 39 hal. Kusumawati, N Pemanfaatan limbah kulit udang sebagai bahan baku pembuatan membran ultrafiltrasi. Inotek 13 (2). Liao, L.J., Y.H Lin, K.L.Huang, W.S Chen, and Y.M Cheng Postharvest life of cut rose flowers as affected by silver thiosulfate and sucrose. Bot. Bull. Acad. Sin. 41: Lukaszewska, A.J., J. Bianco, P. Barthe, M.T. Le Page-Degivry Endogenous cytokinins in rose petals and the effect of exogenously applied cytokinins on flower senescens. Plant growth regulation 14: Mattjik, N.A Mawar, hal Dalam A. Purwito (Ed.). Budidaya Bunga Potong dan Tanaman Hias. IPB press. Bogor. Mayak, S. and A.H Halevy Cytokinin activity in rose petals and its relation to senescense. Plant Physio. 46: Nowak, J. and R.M Rudnicki Postharvest Handling and Storage of Cut Flowers, Florist Greens, and Potted Plant. Timber Press, Inc. Portland. 210p.

66 53 O Connor-Shaw, R.E. Robert, A.L. Ford, and S.M. Nottingham Shelf-life of minimally processed honeydew, kiwi fruits, papaya, pineapple and cantaloupe. J. Food Sci. 59(6): Ozeker, E., Salicylic acid and its effects on plants. E.U. Faculty of Agriculture J. 42 (1): Purbiati, T., A. Suryadi, E. Retnaningtyas dan Sarwono Keragaan varietas - varietas bunga mawar potong (Rosa spp.) pada lahan kering ekoregion dataran tinggi dan medium. Agrosains 6(1): Ramadiana, S Komposisi larutan perendam untuk menjaga vase life bunga anggrek vanda (Vanda teres) dalam vas. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Lampung. hal Reid, M.S Cut Flower and Green. Departemen of Environmental Horticulture. University of California. California. Romanazzi, G Chitosan treatment for the control of postharvest decay of table grapes, strawberies, and sweet cherries. Fresh Produce 4: Santoso, B.B Bioteknologi dalam pascapanen produk hortikultura. Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. 13 hal. Setyadjit, D.C Joyce, D.E Irving, and D.H Simons Effects of 6- benzylaminopurine treatments on the longevity of harvested Grevillea sylvia inflorescences. Triyanto, C.I Pengaruh Penggunaan Germisida Perak Nitrat dan Tetrasiklin, dan Lama Perendaman Larutan Pulsing Terhadap Mutu Bunga Mawar Potong (Rosa hybrida). Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. 52 hal. Uthairatanakij, A., J.A.T Da Silva, and K. Obsuwan Chitosan for improving orchid production and quality. Orchid Science and Biotechnology 1(1): 1-5. Wawrzynczak, A. and D.M Goszczynska Effect of pulse treatment with exogenous cytokinis on longevity and ethylen production in cut carnation. Journal of Fruit and Ornamental Plant Research. 11: Wiraatmaja, I.W., I.N.Y Astawa, dan N.N Devianitri Memperpanjang kesegaran bunga potong krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev.) dengan larutan perendam sukrosa dan asam sitrat. Agritrop. 26(3) : Zainuri, D. C., A. H. Wearing, L. Coates and L. Terry, Effects of phosphonate and salicylic acid treatments on anthracnose disease

67 54 development and ripening of Kensington Pride mango fruit. Aust. J Exp. Agric. 41: Zagory, D. dan Reid, M.S Role of vase solution microorganism in the life of cut flowers. J. Amer.Soc.Hort Sci. 111: Zamani, S., M. Kazemi and M. Aran Postharvest life of cut rose flowers as affected by salicylic acid and glutamin. World Applied Sciences Journal 12(9): Zhao, Y Chitosan coating and its applications in fruits and vegetables. Dept. of Food Science & Technology. Oregon State University.

68 LAMPIRAN 55

69 56 Lampiran 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh chitosan pada bunga potong mawar potong pada uji pendahuluan 1 Parameter Hari Chitosan KK 0 tn tn Diameter 4 tn tn * tn ** Jumlah Petal Membuka 4 ** ** tn tn 3.02 (1) 2 tn 4.29 (1) Kesegaran* 4 tn (1) 6 * (1) 8 * (1) Larutan Terserap tn (1) Vase Life * Keterangan: (*) berpengaruh signifikan, (**)berpengaruh sangat signifikan, tn tidak berpengaruh signifikan pada taraf 5 %, (1) Hasil transformasi, Lampiran 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh konsentrasi larutan pulsing vase life bunga potong mawar grand gala pada percobaan 2 Parameter Hari-ke Pulsing (H) KK 0 tn tn Diameter 8 tn tn * tn tn (1) 4 tn (1) Jumlah Petal Membuka 8 tn (1) 12 tn (1) 16 tn (1) 17 tn (1)

70 57 Lampiran 2. (Lanjutan) Rekapitulasi sidik ragam pengaruh konsentrasi larutan pulsing vase life bunga potong mawar grand gala pada percobaan 2 Parameter Hari-ke Pulsing (H) KK 0 tn tn Tingkat Kemekaran 8 tn tn tn tn tn 0 4 tn 0 Kesegaran Bunga 8 tn 0 12 tn 0 16 tn ** Vase life * 5.43 Larutan Pulsing Terserap tn Larutan Holding Terserap tn Keterangan : (*) berpengaruh signifikan, (**)berpengaruh sangat signifikan, tn tidak berpengaruh signifikan pada taraf 5 %, (1) Hasil transformasi 1, Lampiran 3. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh konsentrasi larutan pulsing dan konsentrasi chitosan terhadap vase life bunga potong mawar grand gala Parameter Diameter Bunga Jumlah Mahkota Membuka Harike (H) (P) H*P Pulsing Chitosan Interaksi KK 0 tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn (2) 2 tn tn tn (2) 4 tn tn tn (2) 6 tn tn tn (2) 8 tn tn tn (2) 10 tn tn tn (2)

71 58 Lampiran 3. (Lanjutan) Rekapitulasi sidik ragam pengaruh konsentrasi larutan pulsing dan konsentrasi chitosan terhadap vase life bunga potong mawar grand gala Parameter Harike (H) (P) H*P Pulsing Chitosan Interaksi KK 0 tn tn tn tn * tn Tingkat Kemekaran 4 tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn * tn tn tn 0 2 tn tn tn 0 Kesegaran Bunga 4 tn tn tn tn tn tn tn * ** tn ** * Vase life * tn * 7.29 Larutan Pulsing Terserap ** (1) Larutan Holding Terserap tn tn tn (3) Keterangan: (*) berpengaruh signifikan, (**)berpengaruh sangat signifikan, tn tidak berpengaruh signifikan pada taraf 5 %. b (1) Hasil transformasi, (1) Hasil transformasi 1, dan (3) Hasil transformasi 2 Lampiran 4. Suhu dan kelembaban udara selama penyimpanan mawar potong grand gala di cold storage Tanggal HSP Suhu Bola Kering Suhu Bola Basah RH ( o C) ( o C) (%) 15 Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Maret Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan

72 59 Lampiran 5. Warna bunga pada perendaman tangkai mawar potong grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage Perlakuan H1P0 H1P1 H1P2 H1P3 H2P0 H2P1 H2P2 H2P3 H3P0 H3P Maret 0 6 HSP Red 100% Red 100% Red 100% Red 100% Red 100% Red 100% Red 100% Red 100% Red 100% Red 100% 22 Maret 23 Maret 24 Maret 25 Maret Red 100% 7 HSP 8 HSP 9 HSP 10 HSP Red 80%, Purple 20 % Red 60%, Purple40 % Red 80%, Purple 20 % Red 20%, DPB 20%, DPR 20%,Purple 40% 80 % DPB. 20% DPR 80% DPB, 20% Purple 80 % DPB, 20 % yellow brown 100% 100% 60% Red, 40 % DPB 60 % DPB, 40 % DPR 100% 100% 60% Red, 40 % DPB 40 % DPB, 40 % DPR, 20% purple Red 80%, Purple 20 % Red 80%, Purple 20 % 60% Red, 40 % DPB 60 % DPB, 40 % DPR Red 100% Red 100% 40 % Red, 40% DPB, 20% Purple Red 100% Red 100% 100% DPB 100% DPB 40 % DPB, 40 % DPR, 20% yellow brown Red 100% Red 100% 60% Red, 40 % DPB 60 % DPB, 20 % DPR, 20% purple Red 100% Red 100% 80% Red, 20% DPB 20% DPB, 80 % DPR Red 100% Red 100% 80% Red, 20% DPB 20% DPB, 80 % DPR 59

73 60 Perlakuan Maret 22 Maret 23 Maret 24 Maret 25 Maret 0 6 HSP 7 HSP 8 HSP 9 HSP 10 HSP H3P2 Red 100% Red 100% Red 100% 60% Red, 20% DPB, 20% Purple 80 % DPB. 20% DPR H3P3 Red 100% Red 100% Red 100% 80% Red, 20% DPB 40% DPB, 60 % DPR H4P0 Red 100% Red 100% Red 100% 60% Red, 20% DPB, 20% DPR 40% DPB, 60 % DPR H4P1 Red 100% Red 100% Red 100% 100% Red 20% DPB, 80 % DPR H4P2 Red 100% Red 100% Red 100% 60% Red, 20% DPB, 20% DPR 80 % DPB. 20% DPR H4P3 Red 100% Red 100% Red 100% 100% 100% DPR H5P0 Red 20% Red, 20% DPB, 40% DPR, 20% Red 100% Red 100% 40 % DPB, 40 % DPR, 20% purple 100% Purple H5P1 Red 100% Red 100% Red 100% 80% Red, 20% DPB 40% DPB, 60 % DPR H5P2 Red 100% Red 100% Red 100% 40% Red, 60% DPR 40% DPB, 60 % DPR H5P3 Red 100% Red 100% Red 100% Red 40%, DPB 40%, 20% DPR 40 % DPB, 40 % DPR, 20% mati Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan, R= Red, DPB= Dark Purple Brown, DPR= Dark Purple Red, YB= Yellow Brown, Mati= tidak ada petal bunga 60

74 61 Lampiran 6. Persiapan Bunga Potong a. Bunga direndam di air hangat dan dibuang daun bagian bawah b. Penyimpanan bunga di dalam cold storage c. Bunga yang telah disemprot chitosan

75 62 Lampiran 7. Kondisi Bunga saat 0 HSP pada Percobaan 3

76 63 Lampiran 8. Kondisi Bunga saat 5 HSP pada Percobaan 3

77 64 Lampiran 9. Keragaan Bunga 10 HSP pada Percobaan 3

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Mawar

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Mawar 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Mawar Mawar (Rosa hybrida) yang dijuluki ratu dari segala bunga dikenal karena keindahan, keanggunan, dan aromanya. Mawar merupakan tanaman tahunan yang termasuk tanaman dikotil,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena

I. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Florikultura merupakan sektor bisnis yang menjanjikan, salah satunya agribisnis bunga potong. Bisnis bunga potong berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 Rata-rata volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga disajikan pada Tabel 2. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa konsentrasi aplikasi chitosan tidak memberikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Mawar Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Plantae

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia Oleh Nurcahyawati A34304043 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga potong mawar (Rosa hybrida L.) merupakan salah satu kelompok tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan warna yang menarik,

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN ANTI- TRANSPIRAN CHITOSAN TERHADAP VASELIFE BUNGA POTONG ANYELIR

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN ANTI- TRANSPIRAN CHITOSAN TERHADAP VASELIFE BUNGA POTONG ANYELIR i PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN ANTI- TRANSPIRAN CHITOSAN TERHADAP VASELIFE BUNGA POTONG ANYELIR JUANITA ELINA A24080148 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anyelir

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anyelir 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Anyelir Anyelir (Dianthus caryophyllus L.) yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai carnation merupakan tanaman hias pekarangan dan bunga potong. Tanaman ini termasuk ke dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan iradiasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga potong dapat diartikan sebagai bunga yang dipotong dari tanamannya dengan tujuan sebagai penghias ruangan atau karangan bunga. Menurut Widyawan dan Prahastuti

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunga potong adalah bunga yang kini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan rangkaian bunga salah satunya adalah Bunga Krisan. Hasil observasi di Pasar

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga mawar sangat pantas menyandang julukan si Ratu Bunga karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga yang cantik menawan dengan aneka ragam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A34403065 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM Donald Sihombing, Wahyu Handayati dan R.D. Indriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu penyimpanan. Perubahan sifat fisik buah jambu biji meliputi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jalan H.R.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour Oleh : Ita Lestari A34301058 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CaCl 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA. Asti Adha Perdani

PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CaCl 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA. Asti Adha Perdani PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CaCl 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA Asti Adha Perdani DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet 18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet Kampung Muteran, Pudak Payung, Banyumanik, Semarang dan Laboratorium Fisiologi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi Stroberi merupakan tanaman herba tahunan. Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun stroberi merupakan daun majemuk beranak daun tiga (trifoliate) dengan tepi daunnya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mawar Menurut Tjitrosoepomo (1996), Morfologi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub- Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermathopyta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. ph larutan Derajat keasaman (ph) merupakan tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 sampai dengan 14. Tinggi rendahnya ph air sangat dipengaruhi oleh kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci