ANALISIS GENDER DALAM PENGELOLAAN AGROFORESTRI (Studi Kasus di Kawasan PLN Pangalengan Bandung) SANTI DWI RATNAPURI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS GENDER DALAM PENGELOLAAN AGROFORESTRI (Studi Kasus di Kawasan PLN Pangalengan Bandung) SANTI DWI RATNAPURI"

Transkripsi

1 ANALISIS GENDER DALAM PENGELOLAAN AGROFORESTRI (Studi Kasus di Kawasan PLN Pangalengan Bandung) SANTI DWI RATNAPURI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ANALISIS GENDER DALAM PENGELOLAAN AGROFORESTRI (Studi Kasus di Kawasan PLN Pangalengan Bandung) SANTI DWI RATNAPURI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 ABSTRAK SANTI DWI RATNAPURI. Analisis Gender dalam Pengelolaan Agroforestri (Studi Kasus di Kawasan PLN Pangalengan Bandung). Dibimbing oleh DIDIK SUHARJITO. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan pembagian peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan pengelolaan agroforestri, dan menjelaskan faktor sosial ekonomi. Penelitian dilakukan di kawasan PLN Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat pada bulan Maret 2011, dengan responden sebanyak 30 rumah tangga. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran perempuan dalam pengelolaan agroforestri lebih rendah daripada peran laki-laki. Ditujukan dengan rendahnya curahan waktu perempuan pada kegiatan produktif yang hanya sebesar 41,9%, sedangkan laki-laki mencapai 80%. Namun berbanding terbalik pada hasil penelitian di curahan waktu kegiatan reproduktif. Perempuan lebih mendominasi laki-laki. Pengambilan keputusan di bidang pengelolaan Agroforestri lebih didominasi oleh suami. Sedangkan masalah keuangan dan masalah yang menyangkut kepentingan bersama diambil secara bersama-sama antara suami dan istri. Pada kegiatan reproduktif seperti penentuan menu makanan para istri lebih dipercaya untuk mengambil keputusan. Dengan adanya peran dan pembagian kerja antara suami istri yang baik maka terlihat bahwa pada petani agroforestri di lahan PLN kecamatan Pangalengan kesetaraan gender terjalin dengan baik. Kata Kunci: Gender, Agroforestri

4 ABSTRACT SANTI DWI RATNAPURI. Gender Analysis in Agroforestry Management (Case Study of PLN Pangalengan Area, Bandung). Supervised by DIDIK SUHARJITO. The objectives of this research were to describe and explain the role division of women and men in agroforestry management activities, and to explain the effect of socio-economic factors. This research was carried out agroforestri project area managed by PLN in Pangalengan Sub-district, Bandung District, West Java Province during in March The respondent amounted 30 households. Research result show that women has lower role than men in agroforestry management. It was proved by the lower of time spent by women in productive activities, which amounted 41.9%, while men, achieve 80%. But then it was inversely with research result on time spent in reproductive activity, where women was more dominate than men. Decision making in agroforestry management activities were dominated by men, while financial and common interest sector was decided together by husband and wife. In reproductive sector, such as food menu determination, the decision was most relied to women. By the good cooperation and role division between husband and wife, it was proved that gender equality in PLN area of Pangalengan Sub-district has been well interlaced. Keywords: Gender, Agoforestry

5 i PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Gender dalam Pengelolaan Agroforestri (Studi Kasus di Kawasan PLN Pangalengan Bandung) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2011 Santi Dwi Ratnapuri NRP E

6 ii LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Gender dalam Pengelolaan Agroforestri (Studi Kasus di Kawasan PLN Pangalengan Bandung) : Santi Dwi Ratnapuri : E Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan IPB Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP Tanggal Lulus:

7 i KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia mulia sepanjang zaman, Nabi Muhammad SAW. Berbagai bantuan dan dukungan telah penulis dapatkan dari berbagai pihak selama proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Ayah, Ibu, dan Kakak tercinta, serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan motivasi, doa, dukungan materil, dan kasih sayang, sehingga penulis dapat meyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan, saran, kritik, dan arahan yang telah diberikan. 3. Dra. Sri Rahaju, M.Si., atas segala bantuannya berupa sarana dan prasarana serta perhatiannya yang telah diberikan kepada penulis. 4. Dr. Ir. Burhanudin Masyud, MS selaku Dosen Penguji dari Departemen Konsevasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 5. Dr. Ir. Bahruni, MS selaku ketua sidang. 6. Bapak Heri, dan mbak Beti, untuk segala bantuan teknis di lapangan. 7. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan data dan informasi dengan ikhlas dan sukarela. 8. Iqbal Fadlilah untuk setiap dukungan, motivasi, bantuan, doa, serta kasih sayang yang diberikan dalam penyelesaian setiap prosesnya. 9. Sahabat tersayang Safarinda Nur Dianawati atas doa dan dukungannya. 10. Kak Maria Ulfa MNH 43 atas saran dan doanya. 11. Teman Seperjuangan Ika N, Ika O, Novia, Ema,Imel, Yanti, Nenden, Qiqi, untuk dukungan dan semangat yang diberikan. 12. Sahabat di Pondok Annisa, Fela, Icha, Ardita, Nisa, Desi yang senantiasa memberikan perhatian dan semangat serta telah menjadi tempat untuk berbagi suka maupun duka.

8 ii 13. Keluarga Besar Fahutan IPB khusunya Manajemen Hutan 44 atas segala dukungannya dan untuk kenangan indah selama masa perkuliahan. 14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Desember 2011 Penulis

9 iii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 15 Juni 1989 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Ate Sumaryo dan Sri Aminah S,Pd. Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Cibeunying I tahun , SMP Negeri 14 Bandung tahun dan SMA Persatuan Guru Islam Indonesia (PGII) 1 Bandung tahun Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai Mahasiswa Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melelui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di dalam Paguyuban Mahasiswa Bandung (PAMAUNG). Pada tahun 2009, mengikuti Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Papandayan- Sancang. Tahun 2010 megikuti Praktek Pengolahan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), dan Praktek Kerja Lapang di PT. Finnantara Intiga Sanggau Kalimantan Barat. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Gender Dalam Pengelolaan Agroforestri (Studi Kasus di Kawasan PLN Pangalengan Bandung) di bawah Bimbingan Dr. Ir. Didik Suhardjito, MS.

10 iv DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Agroforestri Pengertian Gender Gender dalam Pengelolaan Sumberdaya hutan Gender dan Pembagian Tugas Gender dalam Pengambilan Keputusan BAB III METODE PENELITIAN KerangkaPemikiran Lokasi dan Waktu Alat dan sasaran penelitian Jenis Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengambilan Contoh Responden Definisi Operasional Metode Pengolahan dan Analisis Data BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Wilayah... 19

11 v 4.2. Kondisi Umum Desa Desa Margamekar Desa Warnasari Desa Margaluyu Desa Sukaluyu Desa Pulosari BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Hubungan antara Jenis Kegiatan dan Curahan Waktu laki-laki dan perempuan Analisis hubungan antara Luas Lahan dan Curahan waktu kerja Menurut Jenis Kegiatan Peran Perempuan dan Laki-laki dalam kegiatan Produktif Curahan Waktu Kerja dalam Pengelolaan Agroforestri Curahan Waktu Kerja Di Luar Pengelolaan Agroforestri Peran Perempuan dan laki-laki Dalam Kegiatan Reproduktif Hubungan Antara Fakror Sosial Ekonomi Responden dan Curahan Waktu Kerja Hubungan antara Umur dan Curahan Waktu Kerja Hubungan anatara Pendidikan dan Curahan Waktu Kerja Pengambilan Keputusan Pengambilan Keputusan dalam Pengelolaan Agroforestri Pengambilan Keputusan dalam Masalah Keuangan Pengambilan Keputusan dalam Masalah Domestik BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 59

12 vi No. DAFTAR TABEL Halaman 1. Strata Pengelolaan lahan Agroforestri milik PLN Distribusi responden berdasarkan Luas Pengelolaan Lahan Distribusi Berdasarkan Mata Pencaharian Rata-rata curahan waktu kerja responden Laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam pengelolaan agroforestri Rata-rata curahan waktu kerja responden Laki-laki (L) dan perempuan (P) di luar pengelolaan agroforestri Rata-rata curahan waktu kerja responden Laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam kegiatan reproduktif Rata-rata curahan waktu kerja total laki-laki dan perempuan Distribusi berdasarkan kelas umur dan penguasaan lahan Curahan waktu kerja pengelolaan agroforestri berdasarkan umur dan penguasaan lahan Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri berdasarkan umur dan penguasaan lahan Curahan waktu kerja pada kegiatan reproduktif berdasarkan umur dan penguasaan lahan Rata-rata curahan waktu kerja total berdasarkan kelas umur laki-laki dan perempuan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Curahan waktu kerja pengelolaan agroforestri berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Curahan waktu kerja terhadap kegiatanreproduktif berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Rata-rata curahan waktu kerja total berdasarkan tingkat pendidikan laki-laki dan perempuan Pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan agroforestri Pengambilan keputusan dalam masalah keuangan Pengambilan keputusan dalam masalah domestik... 54

13 vii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Karekteristik responden Curahan waktu kerja dalam pengelolaan agroforestri Curahan waktu kerja diluar pengelolaan agroforestri Curahan waktu pada kegiatan reproduktif Pengambilan keputusan Dokumentasi Penelitian... 69

14 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sumberdaya hutan di Indonesia termasuk kedalam kondisi yang rusak. Kerusakan yang terjadi ini dapat disebabkan oleh banyak hal, beberapa diantara penyebabnya adalah pengalihan lahan hutan kedalam lahan pertanian dan perkebunan, selain itu pula disebabkan oleh banyaknya kebakaran hutan dan juga illegal logging. Oleh karena itu diperlukannya antisipasi dan strategi dalam mensiasati hal tersebut. Selain penghijauan kembali lahan hutan, perlu dilakukan juga pengelolaan hutan secara lestari yang memberikan manfaat untuk semua pihak yang terlibat di dalam pembangunan hutan. Kebijakan kehutanan di Indonesia saat ini adalah meningkatkan upaya pengelolaan terpadu, pelestarian hutan dan pembangunan hutan tanaman penghasil kayu, program-program pelestarian hutan, dan diversifikasi pola kehutanan untuk pengelolaan ekosistem hutan yang berkesinambungan. Seiring dengan perkembangan kemampuan masyarakat dalam pembangunan, campur tangan pemerintah baik di pusat maupun daerah diharapkan seminimal mungkin dan diupayakan untuk menumbuhkan peran serta masyarakat seluas mungkin. Dalam mewujudkan kebijakan tersebut maka dilakukan reboisasi dan rehabilitasi hutan di lokasi bekas tebangan maupun kawasan tidak produktif. Pelaksanaan reboisasi melibatkan partisipasi aktif masyarakat baik dengan tanam tumpangsari, penetapan pola tanam, optimalisasi ruang, maupun pengembangan usaha produktif. Reboisasi hutan dengan sistem tumpangsari memberikan kontribusi besar dalam produksi pangan dan dalam jangka pendek memberikan hasil, serta mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat signifikan. Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan hutan tepat guna, yang sesuai dengan kebutuhan petani masyarakat setempat lainnya. Agroforestri telah dipraktekkan dan sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat pedesaan Indonesia sejak lama.

15 2 Agroforestri merupakan sistem dan teknologi pemanfaatan lahan yang memadukan pengusahaan pepohonan berumur panjang dengan palawija atau tanaman pertanian, dan dapat juga dengan pakan ternak berumur pendek pada sebuah lahan yang sama dalam pengaturan ruang dan waktu. Pada sistem agroforestri terjadi interaksi antara komponen ekologi dengan komponen ekonomi. Masyarakat dapat terlibat langsung dalam pengelolaan agroforestri sebagai bentuk partisipasi mereka, masyarakat juga dapat mengambil keputusan dalam pengelolaan agroforestri. Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan agroforestri bukan hanya kaum laki-laki tetapi kaum perempuan juga ikut terlibat didalamnya demi tercapainya kesetaraan gender dalam pengelolaan agroforestri. Kesetaraan gender merupakan salah satu tujuan pembangunan millenium. Tujuan pembangunan millenium itu sendiri adalah upaya untuk memenuhi hakhak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara dengan PBB. Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia memiliki dan ikut melaksanakan komitmen tersebut untuk menunjang dan mempercepat tercapainya kualitas hidup, serta mitra kesejajaran laki-laki dan perempuan. Apabila kesetaraan gender dalam pengelolaan agroforestri ini tercapai maka membantu mewujudkan tujuan pembangunan millenium. Gender biasanya dihubungkan dengan perbedaan peran dalam kegiatan sehari-hari seperti yang disebutkan oleh Simatauw et al. (2001), antara laki-laki dan perempuan umumnya pembedaan peran dibagi sebagai: kegiatan produktif, kegiatan reproduktif, kegiatan merawat masyarakat dan kegiatan politik masyarakat. Gender dapat menjadi masalah apabila terjadi ketidakadilan gender, beberapa masalah diantaranya adalah salah satu jenis kelamin dirugikan, salah satu jenis kelamin dibedakan derajatnya, salah satu jenis kelamin dianggap tidak mampu, salah satu jenis kelamin diperlakukan lebih rendah, dan salah satu jenis kelamin mengalami ketidakadilan gender (Puspitawati 2009). Sudah sejak lama perempuan di Indonesia memiliki peran ganda, terutama pada mereka yang berasal dari keadaan ekonomi yang rendah, sehingga memaksa perempuan juga berperan untuk menopang beban rumah tangga. Beban yang mereka tanggung sangat besar, akan tetapi pencitraan perempuan masih sangat

16 3 negatif seperti perempuan masih dianggap kaum yang lemah dan tidak bisa melakukan pekerjaan berat. Pencitraan seperti ini yang menyebabkan ketidakadilan gender. Pembedaan-pembedaan gender terjadi dan berubah karena berbagai macam faktor, diantaranya pendidikan dan sistem pengetahuan, agama, kepercayaan, sistem dan lembaga politik, serta keluarga. Berbagai macam perubahan dalam kelima faktor ini menghasilkan pembedaan-pembedaan gender yang seringkali menghasilkan ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan. Ketidakadilan gender sering terjadi dalam pengelolaan sumberdaya hutan, biasanya terjadi dalam hal pembagian kerja yang tidak berimbang. Ketidakadilan gender itu dapat terbagi menjadi banyak bentuknya, yaitu: peminggiran ekonomi, penomorduaan, beban kerja berlebih, stereotype, kekerasan. Biasanya dampak dari ketidakadilan gender sangat dirasakan oleh para kaum perempuan, karena kaum perempuan masih dianggap sebagai kaum yang lemah dan masih bergantung pada laki-laki. Selama ini sudah banyak gerakan-gerakan untuk mengangkat status perempuan dengan cara menghapus diskriminasi terhadap kaum perempuan baik dalam masyarakat maupun keluarga yang bertujuan untuk memberikan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Berbagai studi kasus tentang pengelolaan sumberdaya hutan dan tentang agroforestri sudah banyak dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Harris (2007) tentang analisis pemasaran produk hasil agroforestri, Nurhayati (2007) yang meneliti tentang kinerja agroforestri, Ditya (2010) tentang kelayakan usaha agroforestri, dan Bintang (2008) yang meneliti tentang peluang pengembangan agroforestri. Penelitian mengenai gender dalam pengelolaan agroforestri masih menjadi permasalahan yang belum banyak dibahas. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang membahas dan dapat memberikan solusi dalam permasalahan gender. Meskipun sudah ada beberapa penelitian yang membahas tentang gender dalam pengelolaan agroforestri namun masih dianggap kurang memberikan gambaran tentang peran gender di lapangan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan maka penelitian ini mencoba menggali informasi mengenai karakteristik masyarakat, dan setiap

17 4 kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik perempuan maupun laki-laki dalam pengelolaan sistem agroforestri. 1.2 Perumusan Masalah Laki-laki dan perempuan memiliki peran masing-masing dalam segala kehidupan, baik kegiatan produktif maupun non produktif dalam membangun sistem agroforestri. Pembagian peran antara perempuan dan laki-laki merupakan wujud dari peran gender. Secara umum ada kerja sama yang erat antara pembagian peran tersebut untuk pengambilan keputusan. Pengelolaan agroforestri sangat mempengaruhi dalam penciptaan lowongan kerja bagi masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari di kehidupan masyarakat. Selain itu juga dapat mempengaruhi pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki dalam sebuah keluarga. Pembagian peran antara perempuan dan laki-laki merupakan wujud dari peran gender. Pembagian peran tersebut dilihat dari pengambilan keputusan dan curahan waktu kerja. Pembagian peran di dalam pengelolaan agroforestri tergantung pada faktor sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah adalah tingkat pendidikan, usia, dan luas lahan garapan. Kegiatan masyarakat yang dipelajari pada penelitian ini adalah mengenai pembagian peran dalam rumah tangga di dalam kehidupan masyarakat dalam pengelolaan agroforestri, meliputi sejauh mana partisipasi anggota rumah tangga laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan dan juga dalam kegiatan agroforestri, serta bagaimana pembagian dan curahan waktu kerja anggota rumah tangga laki-laki dan perempuan dalam kegiatan produktif dan reproduktif. 1.3 Tujuan 1 Mendeskripsikan pembagian peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan pengelolaan agroforestri, yaitu dalam pengambilan keputusan dan curahan waktu kerja. 2 Menjelaskan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap pembagian peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan pengelolaan agroforestri.

18 5 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran peranan anggota rumah tangga petani baik laki-laki dan perempuan, serta pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan agroforestri.

19 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama, dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang berperan serta. Agroforestri juga merupakan sistem pengelolaan hutan dengan menerapkan pola budidaya tanaman hutan dengan tanaman pertanian, peternakan, dan perikanan baik pada saat yang sama maupun yang berurutan dengan tujuan peningkatan produktivitas dan kelestarian hutan (Perum Perhutani 1990). Menurut Michon et al. (2000), agroforestri lebih tepat diartikan sebagai tema penghimpun, yang dibahas dari berbagai segi sesuai dengan minat masingmasing ilmu. Agroforestri adalah nama bagi sistem-sistem dan teknologi penggunaan lahan dimana pepohonan berumur panjang (termasuk semak, palem, bambu, kayu, dll) dan tanaman pangan atau pakan ternak berumur pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang dan waktu. Dalam sistem agroforestri terjadi interaksi ekologi dan ekonomi antar unsurunsurnya. Ternyata bermacam-macam pola agroforestri yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh kepulauan Indonesia, dapat dikelompokan menjadi dua kategori utama, yaitu: 1. Sistem agroforestri sederhana, yaitu perpaduan-perpaduan konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur, menggambarkan apa yang kini dikenal sebagai skema agroforestri, biasanya perhatian terhadap perpaduan tanaman itu menyempit menjadi satu unsur pohon yang memiliki peran ekonomi penting atau yang memiliki peran ekologi dan sebuah unsur tanaman musiman, atau jenis tanaman lain. Sistem agroforestri sederhana menjadi salah satu ciri umum pada pertanian komersil. 2. Sistem agroforestri kompleks atau agroforest, adalah sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan

20 7 ekosistem hutan alam primer maupun sekunder. Pada sistem agroforestri kompleks, pepohonannya dimiliki petani dan pada tahap dewasa petani tetap memadukan bermacam-macam tanaman lain yang bermanfaat. Pemaduan terus berlangsung pada keseluruhan masa keberadaan agroforest. 2.2 Pengertian Gender Gender adalah pembedaan peran, status, pembagian kerja yang dibuat oleh sebuah masyarakat berdasarkan jenis kelamin. Gender berbeda dengan jenis kelamin (sex). Gender adalah bentukan manusia bukan kodrat, yang artinya dapat berubah setiap saat (Simatauw et al 2001). Sedangkan gender menurut Inpres No.9 tahun 2000 dalam Kelompok Kerja Convention Watch adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Pengarusutamaan Gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Analisa Gender adalah proses yang dibangun secara sistematik untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses dan kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang di dalam pelaksanaannya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa Dalam semua strata, terindikasi bahwa peran dan status wanita dalam mengurus keberlangsungan rumah tangga lebih tinggi dibanding pria (kepala keluarga). Dominasi peran dan status tersebut menunjukkan tingginya potensi wanita untuk mengendalikan dan mengarahkan rumah tangganya, ke arah lebih baik atau menjadi semakin buruk. Hal tersebut diperkuat bahwa pada

21 8 kenyataannya lebih 50 persen dari total penduduk Indonesia adalah wanita (BPS ) Kesetaraan dan keadilan gender (KKG) adalah suatu kondisi yang setara dan seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/ kesempatan, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan pendidikan untuk mewujudkan secara penuh hak-hak hambatan-hambatan berperan baik bagi perempuan maupun laki-laki (Puspitawati 2007). 2.3 Gender dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Sumberdaya alam adalah sumber kehidupan, tanpa itu manusia tidak dapat hidup. Karena itu pula sumberdaya alam hampir selalu menjadi pusat perebutan kepentingan antar manusia. Gender sangat berhubungan dengan penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam, karena didalamnya terkait persoalan hubungan kuasa dan peran antara laki-laki dan perempuan dalam menjadikan alam sebagai sumber kehidupan. Terdapat beberapa dilema yang harus dihadapi dalam upaya menangani persoalan perempuan dan sumberdaya alam, yaitu persoalan sumber daya alam selama ini di pandang hanya persoalan laki-laki. Penguatan rakyat ditumpukan pada kepemimpinan lokal yang ada dan umumnya juga berada pada laki-laki. Keluarga atau rumah tangga merupakan satuan masyarakat terkecil dimana segala macam hubungan antara laki-laki dan perempuan dapat tercermin. Mulai dari pembedaan peran, pembagian kerja, penguasaan dan akses atas sumbersumber baik fisik, maupun ideologis, hak dan posisi (Simatauw et al 2001). Salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menjaga kelestarian hutan yang dilakukan oleh perhutani adalah program perhutanan sosial yang merupakan program pembangunan hutan dengan mengikutsertakan masyarakat sekitar. Program ini ditujukan bagi masyarakat secara keseluruhan baik laki-laki maupun wanita (Hatmayanti 1990). Hutauruk (1990) mengatakan bahwa data mikro menunjukan partisipasi wanita dalam program perhutanan sosial oleh Perum Perhutani, melalui keluarga dan rumah tangga serta masyarakat luas cukup nyata.

22 9 Perempuan selalu dikaitkan dengan alam maka pembahasnya lingkungan menjadi penting, peran perempuan telah dirasakan dalam proses peningkatan produktivitas lahan, pemungutan hasil hutan non kayu, industri hasil hutan, penanaman, pembibitan, dan lain-lain. Peran gender pula yang mengakibatkan perempuan memiliki tugas seharihari yang sangat erat terkait dengan kelestarian lingkungan sebagai sumber pemenuhan kehidupan keluarga. Perempuan yang hidup di pedesaan menanam tanaman obat, sayuran, tanaman keras yang komersil untuk keperluan keluarganya, disamping untuk memenuhi kebutuhan keluarga kegiatan penanaman juga dapat melestarikan dan mendukung usaha konservasi sumberdaya hutan. Perempuan mendapatkan kebutuhan hidup dari hutan, memiliki pengetahuan mendalam serta sistematis mengenai proses-proses alam serta yakin bahwa mereka harus pula memulihkan kekayaan alamnya (Rosalinda 2009). Menurut Simatauw et al (2001) kaitan perempuan dengan pembangunan kehutanan khususnya dalam upaya konservasi sumberdaya hutan, jika ditinjau lebih jauh ternyata memiliki sifat sebagai pemelihara kelestarian yang cocok dengan sifat lingkungan itu sendiri. 2.4 Gender dan Pembagian Tugas Dalam hal kegiatan rumah tangga, diketahui bahwa curahan kerja wanita pada stratum jauh lebih besar dibandingkan dengan pria. Curahan kerja wanita tertinggi pada kegiatan memasak. Terdapat kecenderungan bahwa wanita memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pekerjaan rumah tangga yang ditunjukan dengan jam kerja yang relatif besar. Namun demikian tampaknya sudah ada perubahan norma masyarakat, dimana pria juga terlibat dalam pekerjaan rumah tangga (Hutauruk 1990). Posisi perempuan dalam pembagian kerja juga lemah. Perempuan cenderung menerima dan berkompromi dengan suami dan keluarga besar untuk diberikan posisi dalam aspek domestik sesuai dengan anjuran budaya (Puspitawati 2009).

23 10 Saat ini perempuan bukan hanya sebagai pekerja domestik atau pekerja rumah tangga yang dikategorikan sebagai pekerja bukan produktif, sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi negara, padahal perempuan yang berasal dari keluarga miskin juga berperan produktif dalam menyumbang ekonomi keluarga yaitu dengan melakukan pekerjaan yang mendapatkan upah, perempuan juga berperan mempunyai peran yang berkaitan dengan pengelolaan komunitas (community managing work). Dalam hubungannya dengan gender masyarakat komunal biasanya membagi peran antara laki-laki dan perempuan lebih adil. Perempuan dan laki-laki tidak terlalu memiliki masalah dalam urusan beban kerja. Hanya saja yang mesti dilihat apakah dalam pembedaan peran tersebut perempuan memiliki kesempatan untuk bertindak lain dibandingkan laki-laki (Rosalinda 2009). Menurut Supriyantini (2002) dalam Mardiana (2010) membedakan pandangan peran gender melalui dua bagian yaaitu peran gender tradisional dan peran gender modern. a. Peran gender tradisional Pandangan ini membagi tugas secara tegas berdasarkan jenis kelamin. Lakilaki yang mempunyai pandangan peran gender yang tradisonal, tidak ingin perempuan menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan keluarga secara keseluruhan. b. Peran gender modern Dalam peran gender modern, tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin secara kaku, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar atau sederajat. Laki-laki mengakui minat dan kepentingan perempuan sama pentingnya dengan minat laki-laki, menghargai kepentingan pasangannya dalam setiap masalah rumahtangga dan memutuskan masalah yang dihadapi secara bersama-sama. Perempuan yang berpandangan modern berusaha memusatkan perhatiannya untuk mencapai minatnya sendiri yang tidak lebih rendah dari minat suami. 2.5 Gender dalam Pengambilan Keputusan Menurut Roosganda (2007), selama ini peran perempuan dalam sektor pertanian di pedesaan sangat tinggi namun seringkali tidak dilibatkan dalam

24 11 proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan sektor pertanian, karena wanita yang turut bekerja di usahatani, tidak dianggap berprofesi sebagai petani, tetapi hanya sebagai isteri (anggota keluarga) petani, yang wajib membantu segala pekerjaan suami (petani). Menurut Simatauw et al 2001, mengatakan bahwa perempuan memiliki banyak sekali beban pekerjaan yang dilimpahkan kepada mereka, namun dalam beberapa kasus yang terjadi di Indonesia perempuan tetap tidak memiliki peluang dalam pengambilan keputusan. Perempuan amat jarang atau bisa dikatakan tidak pernah dilibatkan dalam perundingan-perundingan di tingkat masyarakat maupun dengan pemerintah atau perusahaan. Padahal dilihat dari cara mengelola sumberdaya alam, seperti bercocok tanam misalnya, perempuan mengeluarkan waktu dan tenaga lebih banyak dibandingkan laki-laki. Di dalam rumah tangga setiap hal yang menyangkut kepentingan keluarga atau bahkan pribadi-pribadi anggota memiliki cara tertentu untuk mengambil keputusan. Ada keluarga yang pengambilan keputusan tertinggi adalah ayah, ada yang bersama-sama (ayah dan ibu), ada pula yang ibu saja. Kadangkala pengambilan keputusan memiliki jenjang berdasar umur dan jenis kelamin. Posisi perempuan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepemilikan asset, penentuan pendidikan anak, peminjaman kredit dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan suami adalah lemah. Posisi perempuan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaannya sendiri juga lemah (Puspitawati 2007). Penempatan kaum perempuan dalam posisi yang seolah-olah tidak penting dalam aktivitas pengelolaan sumber daya alam ini disebabkan adanya mitos negatif yang masih berkembang, antara lain: perempuan adalah istri dirumah, hasil hutan adalah domain laki-laki, laki-laki adalah kepala rumah tangga, perempuan adalah anggota masyarakat yang pasif, perempuan kurang produktif dibanding laki-laki (Suharjito et al.2003). Berdasarkan hasil penelitian Kaban (2005) di Kabupaten Karo, menyebutkan bahwa, kesetaraan perempuan dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga pada masyarakat Karo tidak bersifat statis melainkan dinamis sesuai dengan salah satu sifat hukum adat. Perubahan itu selalu dipengaruhi oleh

25 12 pengetahuan, pengalaman, lingkungan, kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Sesuai dengan pola hubungan masing-masing pelaku dalam rumah tangga dan dalam masyarakat yang lebih luas, wanita dan pria dapat mempunyai posisi dan peranan yang berbeda dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan di bidang produksi misalnya tidak selalu mutlak dilakukan oleh pria saja atau wanita saja. Orang akan mengira bahwa segala sesuatu hanya diputuskan oleh pria, padahal sebenarnya dalam hal ini wanitapun mempunyai peranan yang setara. Dalam bidang konsumsi, sebagai pelaku yang menentukan segala sesuatunya wanita berada pada posisi yang kuat, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pria tidak turut menentukan, ternyata priapun turut terlibat dalam kegiatan konsumsi (Sajogyo et al. 1980).

26 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pengelolaan agroforestri dapat melibatkan perempuan dan juga laki-laki dalam setiap kegiatannya. Sampai saat ini masih terdapat kecenderungan bahwa dalam pengelolaan agroforestri, laki-laki lebih mendominasi dalam setiap pekerjaan pengelolaan agroforestri di kawasan PLN Pangalengan. Biasanya tenaga kerja perempuan lebih banyak digunakan pada kegiatan akhir yaitu saat musim panen tiba. Hal ini dapat menjadi tolak ukur di dalam mengetahui peranan gender dalam kegiatan rumah tangga maupun kegiatan produktif. Menurut Suharjito et al. (2003) dalam aktivitas agroforestri peran gender dipengaruhi oleh pandangan masyarakat sekitar. Di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu perempuan diberi peran penting dalam aktivitas dan akses pada sumber daya agroforestri, sedangkan dalam masyarakat lainnya peran perempuan dipinggirkan atau dimarginalkan. Pemahaman terhadap aspek gender ini sangat penting dalam upaya pengembangan agroforestri untuk mencapai keberhasilan fisik agroforestri maupun sosial ekonomi pengelola agroforestri Berdasarkan hal ini peneliti ingin melihat peranan gender dalam pengelolaan agroforestri. Menurut Sajogyo (1985), diferensiasi peranan dapat dianalisis dengan mengukur pola curahan tenaga para pelakunya dalam rumahtangga. Selain itu alokasi kekuasaan antara suami dan istri dalam keluarga yang menunjukan pada peranan wanita pada berbagai status sebagai pengambil keputusan dibedakan ke dalam 5 (lima) macam pola pengambilan keputusan yang bervariasi yaitu : (a) pengambilan keputusan oleh suami sendiri, ( b) pengambilan keputusan oleh isteri sendiri, (c) pengambilan keputusan bersama, dimana pengaruh isteri lebih besar, (d) pengambilan keputusan bersama, dimana pengaruh suami lebih besar, dan (e) pengambilan keputusan bersama tetapi setara (saling melengkapi) (Sajogyo 1981).

27 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kawasan PLN sekitar danau Cipanunjang dan danau Cileunca, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret Alat dan Sasaran penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kuisioner (lampiran 1), alat tulis, software Minitab 14. dan kamera. Sasaran penelitiannya adalah rumah tangga petani agroforestri di kawasan PLN Pangalengan Bandung Jawa Barat. 3.4 Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis data, yaitu data sekunder dan data primer yang terdiri dari: Data Primer: a. Data identitas responden, yaitu: nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan. b. Informasi sosial ekonomi meliputi: luas kepemilikan lahan, kepemilikan ternak. c. Data tentang pengambilan keputusan dalam kegiatan agroforestri. d. Data tentang peran dan aktivitas kerja yang meliputi: pembagian kerja dan keikutsertaan laki-laki dan perempuan Data Sekunder: a. Data yang meliputi tentang kondisi umum tentang tempat penelitian (letak, luas, topografi dan iklim) b. Data sosial ekonomi masyarakat yang meliputi: jumlah penduduk, pendidikan, mata pencaharian, serta potensi lokasi penelitian. 3.5 Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu: Studi literatur Studi literatur untuk menambah kelengkapan data yang diperoleh. Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan penelitian ini.

28 Wawancara Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung dengan responden dan pihak-pihak yang terkait (petani, aparat desa, dan pegawai yang ikut serta dalam program agroforestri di dalam kawasan PLN Pangalengan). 3.6 Metode Pengambilan Contoh Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh adalah metode Stratified random sampling (acak terstratifikasi). Menurut Singarimbun dan Effendi (1987) Metode stratified random sampling merupakan suatu proses pengambilan contoh dimana populasi dibagi kedalam lapisan dan setiap lapisan diambil contoh secara acak. Populasi rumah tangga distratifikasi berdasarkan luas pengelolaan lahan agroforestri (Tabel 1). Jumlah responden yang diambil 30 rumah tangga yang berasal dari populasi rumah tangga peserta agroforestri. Jumlah responden yang diamati dari tiap strata ditentukan dengan alokasi berimbang berdasarkan persamaan: Dimana, ni = Responden terpilih strata-i Ni = Populasi strata-i N = Populasi seluruh strata n = Jumlah responden total Tabel. 1 Strata pengelolaan lahan agroforestri milik PLN Strata Pengelolaan Lahan Luas (Ha) Populasi Strata Jumlah responden I < II III > Jumlah

29 Definisi Operasional Analisis gender dalam pengelolaan agroforestri adalah analisis sosial di sekitar lahan agroforestri yang melihat perbedaan perempuan dan laki-laki dari segi kondisi (situasi) dan kedudukan (posisi) di dalam keluarga dan atau masyarakat. Fokus utama analisis gender adalah pembagian kerja atau peran dan partisipasi dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga Lahan agroforestri adalah suatu daerah atau tempat yang digunakan untuk kegiatan pengelolaan tepat guna di bidang kehutanan yang memadukan tanaman yang berjangka panjang dengan tanaman yang berjangka pendek dan atau dengan hewan ternak. Lahan agroforestri yang digunakan penggarap di kawasan PLN Pangalengan. Luas lahan agroforestri dikelompokkan menurut luasnya, sebagai berikut: Strata I Strata II Strata III : lahan yang digarap hektar : lahan yang digarap hektar : lahan yang digarap >0.25 hektar Peranan perempuan dan laki-laki Peranan perempuan dan laki-laki dapat diukur dari curahan waktu kerja. Terdapat dua jenis kegiatan untuk menentukan curahan waktu kerja, yaitu: 1. Kegiatan produktif, terdiri dari kegiatan agroforestri diantaranya : penyiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengangkutan. Sedangkan kegiatan diluar agroforestri adalah beternak, berdagang, berkebun, pegawai dan jasa. 2. Kegiatan reproduktif, kegiatan yang dilakukannya adalah memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengasuh anak, dan berbelanja. Curahan waktu kerja untuk satu hari kerja dihitung berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK), dimana 1 HOK adalah 8 jam/hari. Curahan kerja seseorang dalam perharinya dapat diperoleh dengan cara membagi

30 17 banyaknya waktu kerja yang dihabiskan untuk melakukan suatu kegiatan tertentu dalam 1 hari (jam kerja) dengan 1 HOK (8 jam/hari) Pengambilan Keputusan: proses untuk memilih cara atau tindakan dari berbagai pilihan agar mencapai suatu tujuan. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga memiliki lima macam pola, yaitu: i. Pengambilan keputusan hanya oleh istri saja: proses mengambil tindakan yang diambil berdasarkan pemikiran oleh seorang istri sendiri. ii. Pengambilan keputusan hanya oleh suami saja: proses mengambil tindakan yang diambil berdasarkan pemikiran oleh seorang suami sendiri. iii. Pengambilan keputusan oleh suami dan isteri bersama dengan didominasi oleh istri: proses mengambil tindakan yang diambil secara bersamaan namun tindakan yang diambil lebih berdasarkan pemikiran pada istri. iv. Pengambilan keputusan oleh suami dan isteri bersama dengan didominasi oleh suami: proses mengambil tindakan yang diambil secara bersamaan namun tindakan yang diambil lebih berdasarkan pemikiran pada suami. v. Pengambilan keputusan secara bersama dan setara: proses mengambil tindakan yang diambil secara bersamaan dengan pemikiran yang saling melengkapi tanpa da yang lebih dominan. Proses pengambilan keputusan dibagi dilakukan pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Pengambilan keputusan keluarga dalam kegiatan produksi pengelolaan agroforestry: a. Penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok b. Investasi peralatan untuk bertani c. Kegiatan pemeliharaan tanaman d. Kegiatan pemupukan tanaman

31 18 2. Pengambilan keputusan dalam kegiatan pasca produksi pengelolaan agroforestry: a. Kegiatan penentuan pemanfaatan hasil panen b. Penentuan pelaku kegiatan penjualan hasil panen 3. Pengambilan keputusan dalam keuangan pengelolaan agroforestry: a. Merencanakan biaya usaha dalam pengelolaan agroforestry b. Mengelola uang untuk usaha agroforestry 4. Pengambilan keputusan dalam keuangan keluarga: a. Merencanakan uang keluarga b. Mengelola uang keluarga c. Memutuskan untuk membelanjakan uang keluarga d. Meminjam uang untuk keperluan keluarga e. Mencari jalan pemecahan masalah keuangan 5. Pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial: a. Penentuan jumlah anak b. Penentuan pendidikan anak dalam keluarga c. Penentuan dan pembelian makanan d. Pembelian alat-alat rumah tangga e. Pemeliharaan kesehatan. 3.8 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah didapatkan dari lapangan disajikan dalam bentuk tabel dan analisis secara deskriptif. Serta uji korelasi Pearson dengan menggunakan software Minitab 14. untuk melihat hubungan antara jenis Kegiatan dan curahan waktu kerja, juga hubungan anatara luas lahan dan curahan waktu kerja menurut jenis kegiatan.

32 19 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Keadaan Wilayah Penelitian Analisis Gender dalam Pengelolaan Agroforestri dilaksanakan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Pangalengan terletak di sebelah selatan Kota Bandung, dan terkenal akan beberapa objek wisata, seperti Situ Cileunca, perkebunan teh dan Kolam pemandian air panas Cibolang. Pangalengan juga dikenal sebagai daerah pertanian, peternakan dan perkebunan. Terdapat beberapa perkebunan teh dan kina yang dikelola oleh PTPN. Pangalengan juga merupakan daerah penghasil susu sapi. Pengolahan susu di daerah Pangalengan dan daerah Bandung Selatan lainnya dikelola oleh KPBS (Koperasi Peternak Bandung Selatan). Kecamatan Pangalengan terdiri dari 13 desa yaitu: Desa Banjarsari, Lamjang, Margaluyu, Margamekar, Margamukti, Margamulya, Pangalengan, Pulosari, Sukaluyu, Sukamanah, Tribaktimulya, Wanasuka, dan Warnasari. Batas wilayah Kecamatan Pangalengan sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Cimaung Sebelah Selatan : Kabupaten Garut Sebelah Timur : Kecamatan Kertasari Sebelah Barat : Kecamatan Pasirjambu Penelitian dilakukan pada lahan milik PLN di sekitar Danau Cileunca dan Danau Cipanunjang yang meliputi 5 (lima) desa, yaitu Desa Pulosari, Desa Warnasari, Desa Margamekar, Desa Margaluyu, dan Desa Sukaluyu. Peta lokasi penelitian (Kecamatan Pangalengan) dapat dilihat pada Gambar 1. Lahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu lahan yang dimiliki oleh PLN dan dikelola oleh LPMM IPB untuk ditanami oleh para petani sekitar. Sehingga status kepemilikan lahan adalah lahan garap. Luas total agroforestri dengan lahan milik PLN di daerah tangkapan air saguling kecamatan pangalengan, kabupaten Bandung yaitu 70 ha. Paling banyak responden dengan

33 20 luas lahan yang berkisar antara < 0,10 ha, dengan jumlah responden 30 kepala rumah tangga. Distribusi responden berdasarkan luas pengelolaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

34 21 Tabel 2 Distibusi responden berdasarkan luas pengelolaan lahan Kelas Luas Lahan Agroforestri Responden N % < , ,6 > ,7 Total Mayoritas pekerjaan utama responden adalah sebagai petani, responden laki-laki sebesar 90 %, dan perempuan sebesar 40%. Pekerjaan utama kedua terbesar adalah beternak baik pada responden laki-laki maupun perempuan dengan nilai masing-masing 6,7% dan 23,3%. Selain pekerjaan utama umumnya para responden memiliki pekerjaan sampingan. Umumnya pekerjaan sampingan pada kaum laki-laki adalah beternak sebanyak 50%. Walaupun banyak responden yang menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama mereka, akan tetapi tak jarang menjadikan pekerjaan sebagi petani adalah pekerjaan sampingan. Seperti pada responden laki-laki terdapat 20% pekerjaan sampingannya sebagai petani. Sedangkan pada wanita bertani adalah pekerjaan sampingan terbanyak sebesar 80.00% dari responden perempuan yang mempunyai pekerjaan sampingan. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi berdasarkan mata pencaharian Responden Mata pencaharian Suami Istri Utama Sampingan Utama Sampingan N % N % N % N % Bertani 27,0 90,0 4,0 19,1 12,0 40,0 4,0 80,0 Ibu Rumah Tangga 0,0 0,0 0,0 0,0 5,0 16,7 0,0 0,0 Berdagang 1,0 3,3 1,0 4,8 4,0 13,3 1,0 20,0 Beternak 2,0 6,7 10,0 52,4 7,0 23,3 0,0 0,0 Buruh 0,0 0,0 4,0 19,1 1,0 3,3 0,0 0,0 Jasa transportasi 0,0 0,0 1,0 4,8 0,0 0,0 0,0 0,0

35 22 Tabel 3 (lanjutan) Responden Mata pencaharian Suami Istri Utama Sampingan Utama Sampingan N % N % N % N % Guru 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 3,2 0,0 0,0 Total 30,0 100,0 20,0 100,0 31,0 100,0 5,0 100, Kondisi Umum Desa Desa Margamekar Desa Margamekar adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa Margamekar terdiri dari dua dusun, 13 RW dan 50 RT. Batas Desa Margamekar sebelah utara berbatasan dengan Desa Pangalengan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Warnasari, sebelah barat berbatasan dengan Desa Pulosari dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukamanah. Jarak Desa Margamekar dari ibukota propinsi adalah 35 km. Luas Desa Margamekar secara keseluruhan adalah 8.179,930 Ha. Ketinggian tempat Desa Margamekar adalah m dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2200 mm/tahun. Jumlah penduduk Desa Margamekar secara keseluruhan adalah jiwa terdiri atas 2120 KK, dengan kepadatan penduduk adalah 92 jiwa/km 2 dan jumlah usia produktif sebanyak 1316 jiwa. Keseluruhan penduduk Margamekar memeluk agama Islam (100%). Mata pencaharian penduduk Desa Margamekar sebagian besar berasal dari sektor pertanian, terdiri atas peladang sebanyak 414 orang (5,49%), pesanggem atau penggarap sebanyak 107 orang (1,42%) dan buruh tani sebanyak 1193 orang (15,81%) dari total penduduk. Persentase pemilik lahan di Desa Margamekar sekitar 20% dengan rata-rata jumlah kepemilikan lahan sebesar 0,1 hektar per petani. Mata pencaharian lain penduduk Desa Margamekar selain sebagai petani adalah sebagai peternak sebanyak 304 orang (4,03%), pedagang sebanyak 187 orang (2,48%), Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 27 orang (0,36%) dan sektor jasa transportasi sebanyak 303 orang (4,01%).

36 23 Sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa Margamekar berupa jalan, sekolah, masjid dan sarana umum lainnya. Jalan yang terdapat di Desa Margamekar dibagi menjadi dua yaitu, jalan aspal sepanjang 7 km dan jalan berbatu sepanjang 3 km. Sekolah yang tersedia berupa sekolah dasar (SD) sebanyak lima buah dan sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak satu buah. Masjid yang ada berjumlah 15 buah dan sarana umum lainnya seperti tempat pertemuan sebanyak satu buah, lapangan olahraga sebanyak satu buah dan gedung olahraga (GOR) sebanyak satu buah. Kelembagaan yang terdapat pada Desa Margamekar sangat banyak yaitu, pemerintah desa, dusun, RT, RW, LKMD, LMD, PKK, Posyandu, Karang Taruna, Lembaga Gotong Royong, BPD, kelompok keagamaan dan kelompok kesenian. Lembaga ekonomi yang ada berupa koperasi sebanyak satu unit dan usaha bersama sebanyak satu unit. Pada Desa Margamekar terdapat industri rumah tangga sebanyak 45 buah. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk Desa Margamekar relatif rendah yaitu hanya 451 jiwa (5,97%) yang menempuh pendidikan hingga tingkat SMA dari total penduduk Desa Margamekar sebanyak jiwa. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan sarana pendidikan lanjutan (SMA) yang kurang memadai. Hal lain yang menjadi alasan rendahnya tingkat pendidikan di Desa Margamekar adalah keadaan ekonomi masyarakat yang berada dalam golongan masyarakat miskin (kurang mampu) di tengah mahalnya biaya pendidikan, sehingga masyarakat lebih berkonsentrasi untuk bekerja dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi sebagian besar masyarakat berpendidikan rendah, maka secara umum tidak mudah untuk menerima pengetahuan baru serta khususnya dalam teknologi usahatani. (Desa Margamekar 2008) Desa Warnasari Desa Warnasari merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa Warnasari terdiri dari dua dusun, 16 RW dan 57 RT. Batas Desa Warnasari sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukaluyu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pulosari, sebelah barat berbatasan dengan PERHUTANI dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Pulosari. Jarak Desa Warnasari dari ibukota propinsi adalah 40 km, dan jarak

37 24 Desa Warnasari dari ibukota kecamatan adalah 4 km sedangkan jarak ke ibukota kabupaten adalah 31 km. Luas Desa Warnasari secara keseluruhan adalah 2.354,119 Ha. Ketinggian tempat Desa Warnasari adalah m dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata mm/tahun dan suhu rata-rata harian o C. Jumlah penduduk Desa Warnasari secara keseluruhan adalah jiwa terdiri atas 2281 KK, dengan kepadatan penduduk adalah 322 jiwa/km 2. Sebagian besar penduduk Desa Warnasari memeluk agama Islam sekitar 99 %. Mata pencaharian penduduk Desa Warnasari sebagian besar berasal dari sektor pertanian (80%), terdiri atas peladang sebanyak 643 orang (8,48%), pesanggem atau penggarap sebanyak 632 orang (8,45%) dan buruh tani sebanyak 1022 orang (13,47%) dari total penduduk. Pemilik lahan di Desa Warnasari berjumlah 147 orang dengan rata-rata jumlah kepemilikan lahan sebesar 0,1 hingga 0,2 hektar. Mata pencaharian lain penduduk Desa Warnasari selain sebagai petani adalah sebagai peternak sebanyak 397 orang (5,23%), pedagang sebanyak 154 orang (2,03%), Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 0,1% dan sektor jasa transportasi sebanyak 328 orang (4,32%), dan montir 15 orang (0,2%). Sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa Warnasari berupa jalan, sekolah, masjid dan sarana umum lainnya. Jalan yang terdapat di Desa Warnasari dibagi menjadi dua yaitu, jalan aspal sepanjang 45 km tetapi sepanjang 7180 m kondisi jalan dalam keadaan rusak dan jalan berbatu sepanjang 3 km. Sekolah yang tersedia berupa sekolah dasar (SD) sebanyak tiga buah dan sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak satu buah. Masjid yang ada berjumlah 24 buah dan sarana umum lainnya seperti bendungan air sebanyak satu buah, kaptering air sebanyak lima buah, tempat pertemuan sebanyak satu buah, serta lapangan olahraga sebanyak satu buah. Kelembagaan yang terdapat pada Desa Warnasari sangat banyak yaitu, pemerintah desa, dusun, RT, RW, LKMD, LMD, PKK, Posyandu, Karang Taruna, Lembaga Gotong Royong, BPD, kelompok keagamaan dan kelompok kesenian. Lembaga ekonomi yang ada berupa koperasi sebanyak satu unit dan usaha bersama sebanyak satu unit. Pada Desa Warnasari tidak terdapat industri kecil atau industri rumah tangga.

38 25 Rata-rata tingkat pendidikan penduduk Desa Warnasari relatif rendah yaitu hanya 679 jiwa (8,96%) yang menempuh pendidikan hingga tingkat SMA dari total penduduk Desa Warnasari sebanyak jiwa. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan sarana pendidikan lanjutan (SMP/SMA) yang kurang memadai. Hal lain yang menjadi alasan rendahnya tingkat pendidikan di Desa Warnasari adalah keadaan ekonomi masyarakat yang berada dalam golongan ekonomi kebawah di tengah mahalnya biaya pendidikan, sehingga masyarakat lebih berkonsentrasi untuk bekerja dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Desa Warnasari 2008) Desa Margaluyu Desa Margaluyu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa Margaluyu terdiri dari dua dusun, 14 RW dan 64 RT. Batas Desa Margaluyu sebelah utara berbatasan dengan Desa Pulosari, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sukaluyu dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Banjarsari. Jarak Desa Margaluyu dari ibukota propinsi adalah 50 km, dan jarak Desa Margaluyu dari ibukota kecamatan adalah 13 km sedangkan jarak ke ibukota kabupaten adalah 30 km. Luas Desa Margaluyu secara keseluruhan adalah 860,2 Ha. Ketinggian tempat Desa Margaluyu adalah m dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata mm/tahun. Jumlah penduduk Desa Margaluyu secara keseluruhan adalah jiwa terdiri atas KK, dengan kepadatan penduduk adalah 683,25 jiwa/km 2 dan jumlah penduduk usia produktif sebanyak 4568 jiwa. Sebagian besar penduduk Desa Margaluyu memeluk agama Islam sekitar 99,92 % setara dengan 7933 jiwa. Mata pencaharian penduduk Desa Margaluyu sebagian besar berasal dari sektor pertanian, terdiri atas petani sebanyak 441 orang (5,55%), buruh tani sebanyak orang (24,33%) dari total penduduk. Pemilik lahan di Desa Margaluyu berjumlah 1281 orang dengan rata-rata jumlah kepemilikan lahan sebesar 0,1 hingga 1 hektar. Selain sebagai petani mata pencaharian lain penduduk Desa Margaluyu adalah sebagai peternak sebanyak 442 orang (5,46%), pedagang sebanyak 315 orang (3,97%), Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 14 orang

39 26 (0,18%) dan sektor jasa transportasi sebanyak 187 orang (2,35%), dan karyawan swasta sebanyak 922 orang (11,61%). Sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa Margaluyu berupa jalan, sekolah, masjid dan sarana umum lainnya. Jalan yang terdapat di Desa Margaluyu dibagi menjadi dua yaitu, jalan aspal sepanjang 6,1 km dan jalan berbatu sepanjang 1 km. Sekolah yang tersedia berupa sekolah dasar (SD) sebanyak lima buah dan sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak satu buah. Masjid yang ada berjumlah 29 buah dan sarana umum lainnya seperti kaptering air sebanyak 12 buah, tempat pertemuan sebanyak satu buah, serta lapangan olahraga sebanyak satu buah. Kelembagaan yang terdapat pada Desa Margaluyu sangat banyak yaitu, pemerintah desa, dusun, RT, RW, LKMD, LMD, PKK, Posyandu, Karang Taruna, Lembaga Gotong Royong, BPD, kelompok keagamaan dan kelompok kesenian. Keberadaan berbagai macam kelembagaan sosial, maka memudahkan untuk bekerjasama antar warga. Lembaga ekonomi yang ada berupa koperasi sebanyak satu unit dan usaha bersama sebanyak satu unit. Pada Desa Margaluyu tidak terdapat industri kecil atau industri rumah tangga. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk Desa Margaluyu relatif rendah. Hal tersebut tergambar dari sedikitnya penduduk yang mempunyai pendidikan SMP ke atas, yaitu hanya 38 jiwa (0,48%) dari total penduduk sebanyak jiwa. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan keadaan masyarakat yang berada dalam golongan ekonomi kebawah di tengah mahalnya biaya pendidikan, sehingga masyarakat lebih berkonsentrasi untuk bekerja dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Desa Margaluyu 2008) Desa Sukaluyu Desa Sukaluyu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa Sukaluyu terdiri dari tiga dusun, 13 RW dan 63 RT. Batas Desa Sukaluyu sebelah utara berbatasan dengan Desa Warnasari, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pasirjambu dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Margaluyu. Jarak Desa Sukaluyu dari ibukota propinsi adalah 50 km, dan jarak Desa Sukaluyu dari ibukota kecamatan adalah 10 km sedangkan jarak ke ibukota kabupaten adalah 40 km. Luas Desa Sukaluyu secara keseluruhan

40 27 adalah 1.748,200 Ha. Ketinggian tempat Desa Sukaluyu adalah m dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata mm/tahun. Jumlah penduduk Desa Sukaluyu secara keseluruhan adalah jiwa terdiri atas KK, dengan kepadatan penduduk adalah 450 jiwa/km 2 dan jumlah penduduk usia produktif sebanyak 783 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Sukaluyu memeluk agama Islam (99,03%). Mata pencaharian penduduk Desa Sukaluyu sebagian besar adalah petani (80%) yang terdiri atas, peladang sebanyak 987 orang (12,53%), pesanggem atau penggarap sebanyak 566 orang (7,19%) dan buruh tani orang (23,11%) dari total penduduk. Pemilik lahan di Desa Sukaluyu berjumlah 704 orang dengan rata-rata jumlah kepemilikan lahan sebesar 0,31 hingga 0,4 hektar. Selain sebagai petani mata pencaharian lain penduduk Desa Sukaluyu adalah sebagai peternak sebanyak 473 orang (6,01%), pedagang sebanyak 367 orang (4,66%), Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 128 orang (1,63%) dan sektor jasa transportasi sebanyak 192 orang (2,44%). Sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa Sukaluyu berupa jalan, sekolah, masjid dan sarana umum lainnya. Jalan yang terdapat di Desa Sukaluyu dibagi menjadi dua yaitu, jalan aspal sepanjang 55 km dan jalan berbatu sepanjang 10 km. Sekolah yang tersedia berupa sekolah dasar (SD) sebanyak lima buah dan sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak satu buah. Masjid yang ada berjumlah 26 buah dan sarana umum lainnya seperti bendungan sebanyak dua buah, kaptering air sebanyak empat buah, tempat pertemuan sebanyak satu buah, serta lapangan olahraga sebanyak satu buah, dan lembaga keagamaan sebanyak tiga buah. Kelembagaan yang terdapat pada Desa Sukaluyu sangat banyak yaitu, pemerintah desa, dusun, RT, RW, LKMD, LMD, PKK, Posyandu, Karang Taruna, Lembaga Gotong Royong, BPD, kelompok keagamaan dan kelompok kesenian. Lembaga ekonomi yang ada berupa koperasi sebanyak enam unit dan bank atau simpan pinjam sebanyak satu unit. Pada Desa Sukaluyu tidak terdapat industri kecil atau industri rumah tangga. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk Desa Sukaluyu relatif rendah, hanya 453 jiwa (5,8%) yang mengenyam pendidikan hingga tingkat SMA dari jumlah penduduk sebanyak jiwa. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan sarana pendidikan lanjutan (SMP/SMA) yang kurang memadai. Hal lain yang menjadi

41 28 alasan rendahnya tingkat pendidikan di Desa Sukaluyu adalah keadaan ekonomi masyarakat yang berada dalam golongan ekonomi kebawah di tengah mahalnya biaya pendidikan, sehingga masyarakat lebih berkonsentrasi untuk bekerja dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Desa Sukaluyu 2008) Desa Pulosari Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa Pulosari terdiri dari tiga dusun, 16 RW dan 72 RT. Batas Desa Pulosari sebelah utara berbatasan dengan Desa Lamajang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Margaluyu atau Margamekar, sebelah barat berbatasan dengan Desa Warnasari dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Pangalengan. Jarak Desa Pulosari dari ibukota propinsi adalah 45 km, dan jarak Desa Pulosari dari ibukota kecamatan adalah 2,5 km sedangkan jarak ke ibukota kabupaten adalah 2,5 km. Luas Desa Pulosari secara keseluruhan adalah 5.118,147 Ha. Ketinggian tempat Desa Sukaluyu adalah m dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata mm/tahun. Jumlah penduduk Desa Pulosari secara keseluruhan adalah jiwa terdiri atas KK, dengan kepadatan penduduk adalah 180 jiwa/km 2 dan jumlah penduduk usia produktif sebanyak 5846 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Pulosari memeluk agama Islam (99,93%). Mata pencaharian penduduk Desa Pulosari sebagian besar berasal dari sektor pertanian (80%) yang terdiri atas, peladang sebanyak 623 orang (6,76%), pesanggem atau penggarap sebanyak 426 orang (4,62%) dan buruh tani orang (32,24%) dari total penduduk. Pemilik lahan di Desa Sukaluyu berjumlah 426 orang dengan rata-rata jumlah kepemilikan lahan sebesar 0,5 hingga 0,1 hektar. Selain sebagai petani mata pencaharian lain penduduk Desa Pulosari adalah sebagai peternak sebanyak 417 orang (4,52%), pedagang sebanyak 284 orang (3,08%), Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 0,1% dan sektor jasa transportasi sebanyak 185 orang (1%). Sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa Pulosari berupa jalan, sekolah, masjid dan sarana umum lainnya. Jalan yang terdapat di Desa Pulosari dibagi menjadi dua yaitu, jalan aspal sepanjang 3 km dan jalan berbatu sepanjang

42 29 3 km. Sekolah yang tersedia berupa sekolah dasar (SD) sebanyak lima buah. Masjid yang ada berjumlah 17 buah dan sarana umum lainnya seperti kaptering air sebanyak lima buah, tempat pertemuan sebanyak satu buah, serta lapangan olahraga sebanyak satu buah, dan gedung olahraga (GOR) sebanyak satu buah. Kelembagaan yang terdapat pada Desa Pulosari sangat banyak yaitu, pemerintah desa, dusun, RT, RW, LKMD, LMD, PKK, Posyandu, Karang Taruna, Lembaga Gotong Royong, BPD, kelompok keagamaan dan kelompok kesenian. Lembaga ekonomi yang ada berupa koperasi sebanyak satu unit dan usaha bersama sebanyak satu unit. Pada Desa Pulosari tidak terdapat industri kecil atau industri rumah tangga. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk Desa Pulosari relatif rendah, hanya 573 jiwa (6,21%) yang menempuh pendidikan hingga tingkat SMA dari total jumlah penduduk sebanyak jiwa. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan tidak ada sarana pendidikan lanjutan (SMP/SMA) yang memadai. Hal lain yang menjadi alasan rendahnya tingkat pendidikan di Desa Pulosari adalah keadaan ekonomi masyarakat yang berada dalam golongan ekonomi kebawah di tengah mahalnya biaya pendidikan, sehingga masyarakat lebih berkonsentrasi untuk bekerja dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Desa Pulosari 2008).

43 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Hubungan antara Jenis Kegiatan dan Curahan Waktu Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson terhadap hubungan antara jenis kegiatan produktif dengan kegiatan reproduktif pada curahan waktu laki-laki diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,117 yang berarti mempunyai hubungan sangat rendah dan berbanding terbalik dimana semakin besar curahan waktu kerja pada kegiatan produktif maka semakin kecil waktu yang digunakan pada kegiatan reproduktif. Pada hubungan kegiatan produktif dengan kegiatan reproduktif pada curahan waktu perempuan diperoleh koefesien korelasi sebesar 0,0456 yang berarti bahwa hubungan antara jenis kegiatan dengan curahan waktu kerja perempuan bernilai positif atau berbanding lurus namun sangat lemah sekali atau dapat dikatakan tanpa korelasi. 5.2.Analisis Hubungan antara Luas Lahan dan Curahan Waktu Kerja Menurut Jenis Kegiatan Berdasarkan hasil analisis korelasi terhadap hubungan antara jenis kegiatan produktif dalam kegiatan agroforestri dengan luas lahan pada laki-laki dan perempuan memperoleh nilai 0,442 dan 0,191. Yang dapat diartikan bahwa semakin luas lahan maka semakin besar pula curahan waktu kerja. Pernyataan tersebut senada dengan analisis hubungan kegiatan produktif diluar agrroforestri dimana laki-laki memperoleh nilai koefesien -0,123 dan perempuan -0,185, hal ini berarti bahwa semakin luas lahan agroforestri maka kegiatan di luar agroforestri semakin kecil, karena waktu mereka banyak digunakan untuk pengelolaan agroforestri. Besar luas lahan garapan tidak mempengaruhi pada jenis kegiatan reproduksi karena nilai korelasi yang diperoleh sangat kecil hanya sebesar -0,032 dan -0,045 pada laki-laki dan perempuan.

44 Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kegiatan Produktif Curahan Waktu Kerja dalam Pengelolaan Agroforestri Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan agroforestri dapat dilihat dari dua kegiatan, yaitu kegiatan produktif dan reproduktif. Pada kegiatan produktif terbagi menjadi dua kegiatan lagi, yaitu kegiatan dalam pengelolaan agroforestri dan kegiatan yang dilakukan diluar pengelolaan agroforestri. Tanaman kehutanan yang ditanam adalah surian (Toona sureni), cebreng (Gliricidia sepium), kopi (Coffea arabica), dan terong kori (Salanun kabiu). Selama tanaman kopi belum panen, petani pengelola lahan PLN diperbolehkan menanam tanaman hortikultura (selama tiga tahun) diantara tanaman kehutanan tersebut. Tanaman surian ditanam dengan jarak tanam 15 meter x 6 meter, tanaman cebreng dan terong kori ditanam dengan jarak 15 meter x 2 meter dan tanaman kopi ditanam dengan jarak tanam 2,5 meter x 2 meter. Secara umum dalam pengelolaan agroforestri di Kecamatan Pangalengan melibatkan peran perempuan dan laki-laki, yang masing-masing mempunyai peran yang berbeda dan kapasitas waktu kerja yang berbeda pula. Untuk melihat perbedaan peran tersebut dapat dilihat dari curahan waktu kerja. Curahan waktu kerja adalah lamanya waktu yang dihabiskan dari dimulainya suatu pekerjaan hingga selesai pekerjaan tersebut, yang dinyatakan dalam satuan waktu tertentu. Pada pengelolaan agroforestri di Kecamatan Pangalengan curahan waktu kerja responden di hitung dalam satuan HOK/bulan. Rata-rata curahan waktu kerja responden dapat dilihat di Tabel 4. Tabel 4 Rata-rata curahan waktu kerja responden laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam pengelolaan agroforestri Kegiatan Pengelolaan Agroforestri Pemeliharaan tanaman Kopi Tanaman Pangan Curahan waktu kerja (HOK/bulan) Strata I Strata II Strata III Rata-rata L P L P L P L P 12,9 8,5 6,4 5,4 3,8 3,8 7,7 5,9 18,9 11,5 20,9 11,5 5,6 5,6 15,1 9,5 Jumlah 31,8 20,0 27,3 16,9 9,4 9,4 22,8 15,4

45 32 Pembagian kerja pada pengelolaan agroforestri mempengaruhi besarnya curahan waktu pada kegiatan tersebut. Pada tabel 5 menunjukan bahwa rata-rata curahan waktu laki-laki memiliki nilai 22,8 HOK/bulan yang berarti lebih besar dibandingkan curahan waktu perempuan dengan nilai 15,5 HOK/bulan. Hal ini dikarenakan laki-laki mempunyai tanggung jawab dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Selain itu masyarakat masih menganggap pekerjaan yang berat (mengeluarkan banyak tenaga) merupakan pekerjaan lakilaki. Perempuan hanya dilibatkan dalam kegiatan yang ringan saja seperti saat pemanenan sayuran dan kopi. Sebagian kecil lainnya ikut membantu dalam kegiatan penanaman seperti memasang ajir dan menanam. Berdasarkan curahan waktu kerja rata-rata di kegiatan pemeliharaan kopi lebih kecil dibandingkan tanaman pangan, dimana untuk pengelolaan tanaman kopi 7,7 HOK/bulan untuk laki-laki, dan pada perempuan 5,9 HOK/bulan. Sedangkan pada pemeliharaan tanaman pangan rata-rata HOK untuk kaum lelaki 15,1 HOK/bulan, pada perempuan 9,5 HOK/bulan. Sehingga terdapat selisih curahan waktu dalam pemeliharaan tanaman kopi dan tanaman pangan 7,4 HOK/bulan dan 3,6 HOK/bulan pada laki-laki dan perempuan berturut-turut. Hal ini dikarenakan bududaya kopi tidak memerlukan pemeliharaan intensif. Hampir setiap hari responden melakukan kegiatan berkebun. Pekerjaan yang dilakukan dimulai dari persiapan lahan hingga waktu panen. Kegiatan persiapan lahan umumnya dilakukan oleh kaum lelaki, walau ada beberapa lahan yang dikerjakan oleh perempuan. Pada umumnya penanaman sayuran dilakukan oleh kaum perempuan, karena perempuan lebih teliti. Sedangkan kegiatan seperti pemupukan dan penyiangan dilakukan bersama-sama. Curahan waktu kerja yang paling banyak terdapat pada penguasaan lahan strata I yaitu laki-laki 31,8 HOK/bulan dan perempuan 20 HOK/bulan. Dan yang terkecil terdapat pada strata III yaitu 9,4 HOK/bulan baik pada laki-laki dan perempuan. Menurut hasil penelitian Bahriyah (2006) menunjukan bahwa semakin luas pemilikan lahan oleh suatu rumah tangga maka cenderung makin rendah tingkat pencurahan waktu kerja laki-laki dan perempuan. Golongan rumah tangga yang menguasai tanah luas, lebih banyak bekerja sebagai manager daripada bekerja secara langsung pada pekerjaannya, sehingga tenaga kerja yang

46 33 dicurahkan menjadi lebih rendah. Sedangkan pada golongan yang penguasaan lahannya sempit terpaksa harus bekerja lebih banyak supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil yang sama pun ditunjukan pada petani agroforestri dilahan PLN. Dimana semakin luas lahan yang digarap, maka semakin sedikit curahan waktu yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa petani pad strata III memperkerjakan buruh tani sebanyak 6-7 orang setiap harinya, sehingga petani hanya membutuhkan waktu sebentar untuk melakukan pekerjaannya, biasanya responden meghabiskan waktu rata-rata maksimal hanya 1 jam saja perharinya. Sedangkan responden pada strata I dan II umunnya menghabiskan waktu 5-7 jam setiap harinya Curahan Waktu Kerja di Luar Pengelolaan Agroforestri Selain sebagai petani agroforestri, responden mempunyai kegiatan di luar pengelolaan agroforestri. Hal ini dilakukan untuk menambah penghasilan rumah tangga. Kegiatan yang dilakukan di luar pengelolaan agroforestri adalah berdagang, berternak, buruh, jasa transportasi, dan guru. Sama seperti halnya pada kegiatan pengelolaan agroforestri, curahan waktu kerja laki-laki dan perempuan berbeda. Rata-rata curahan waktu kerja responden di luar pengelolaan agroforestri dapat di lihat pada Tabel 5. Tabel 5 Rata-rata curahan waktu kerja responden laki-laki (L) dan perempuan (P) di luar pengelolaan agroforestri Kegiatan Pengelolaan Agroforestri Curahan waktu kerja (HOK/bulan) Strata I Strata II Strata III Rata-rata L P L P L P L P Berternak 11,3 5,7 20,9 4,3 5,6 0,0 12,6 3,3 Berdagang 1,3 4,6 0,0 0,5 11,3 5,6 4,2 3,6 Buruh 5,4 4,5 5,9 5,4 0,0 0,0 3,8 3,3 Jasa Transportasi 2,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,7 0,0 Guru 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 9,4 0,0 3,1 Jumlah 20,0 14,8 26,8 10,2 16,9 15,0 21,2 13,3 Rata-rata curahan waktu kerja kegiatan di luar pengelolaan agroforestri lebih kecil bila dibandingkan dengan kegiatan yang terdapat dalam pengelolaan

47 34 agroforestri. Curahan waktu kerja yang kecil disebabkan tidak semua responden berperan dalam pekerjaan di luar pengelolaan agroforestri. Bila melihat rata-rata curahan waktu kerja pada tabel 6, kegiatan di luar pengelolaan agroforestri yang paling banyak dilakukan oleh petani adalah berternak. Rata-rata curahan waktu berternak 12,6 HOK/bulan pada laki-laki, pada perempuan sebesar 3,3 HOK/bulan. Kegiatan berternak yang dilakukan oleh responden adalah mencari pakan ternak, memberi makan, serta membersihkan kandang. Rata-rata para petani mencurahkan waktu mereka untuk mengurus hewan ternaknya selama 2 sampai dengan 6 jam. Hewan ternak yang dimiliki para petani rata-rata adalah sapi perah, domba, kelinci, serta ayam. Kegiatan berternak sangatlah penting bagi petani, karena dari hasil berternak mereka dapat menambah pendapatan mereka setiap bulannya. Kegiatan berternak dilakukan oleh petani umumnya setelah para petani pulang dari kebun. Alasan itulah yang menjadikan berternak lebih banyak dilakukan para lelaki, karena kaum perempuan setelah pulang dari kebun harus melakukan kegiatan reproduktif. Kecilnya rata-rata curahan waktu kegiatan berdagang, buruh, guru dan menyediakan jasa transportasi, karena waktu mereka yang banyak digunakan untuk bertani, atau tidak memiliki modal untuk melakukan pekerjaan lain. Pada umumnya kegiatan berdagang yang dilakukan oleh para petani dengan cara membuka warung depan rumah mereka, atau menyewa tempat. Berdagang umumnya dilakukan oleh kaum perempuan, karena dapat dilakukan dirumah sehingga dalam satu waktu dapat melakukan kegiatan reproduktif. Namun tak sedikit juga laki-laki yang melakukan kegiatan berdagang, umumnya kaum lelaki melakukan jual beli hasil panen. Pada semua strata terdapat responden yang berprofesi sebagai pedagang. Curahan rata-rata waktu kerja berdagang pada laki-laki dan perempuan masingmasing 4,2 HOK/bulan dan 3,6 HOK/bulan. Rata-rata curahan waktu kerja buruh yaitu laki-laki 3,8 HOK/bulan dan perempuan 3,3 HOK/bulan. Sedangkan responden yang berprofesi sebagai penyedia jasa transportasi hanya terdapat pada strata I saja dan tidak ada responden perempuan yang bekerja sebagai penyedia jasa transportasi. Curahan waktu rata-ratanya adalah 0,7 HOK/bulan. Sama halnya seperti profesi yang menyediakan jasa transportasi, petani yang berprofesi sebagai

48 35 guru hanya terdapat satu orang hanya saja profesi guru ini dilakoni seorang perempuan sehingga rata-rata curahan waktu kerjanya hanya 3,1 HOK/bulan Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kegiatan Reproduktif Umumnya kegiatan reproduktif dilakukan oleh perempuan. Karena kegiatan reproduktif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para ibu rumah tangga. Kegiatan reproduktif yang lazim dilakukan adalah memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak, dan mencuci pakaian. Walaupun pekerjaan reproduktif sangat melekat pada pencitraan dan suatu kewajiban seorang perempuan atau istri, namun kaum lelakipun saat ini sudah ada yang mau melakukan kegiatan reproduktif. Walaupun tidak banyak peran laki-laki didalamnya. Satuan curahan waktu kerja pada kegiatan reproduktif adalah jam/hari. Rata-rata curahan waktu kerja dalam kegiatan produktif dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel 6 Rata-rata curahan waktu kerja laki-laki (L) dan perermpuan (P) dalam kegiatan reproduktif (jam/hari) Curahan waktu kerja (HOK/bulan) Rata-rata Kegiatan Reproduktif Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P Memasak 2,1 7,1 1,3 5,9 1,9 6,6 1,8 6,5 Mencuci pakaian 2,0 5,8 0,0 4,8 0,0 3,8 0,7 4,8 Mengasuh anak 5,2 15,9 5,9 23,0 7,5 33,8 6,2 24,2 Membersihkan rumah 2,3 5,5 1,4 5,4 0,9 6,1 1,5 5,7 Jumlah 11,5 34,4 8,6 39,1 10,3 50,2 10,1 41,2 Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa pada semua kegiatan peranan perempuan dominan, hal ini ditunjukan dengan curahan waktu perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Rata-rata curahan waktu kerja yang dimiliki oleh perempuan pada kegiatan mengasuh anak lebih besar dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Curahan waktu rata-rata kegiatan mengasuh anak pada perempuan adalah 24,2 HOK/bulan. Sehingga dapat disimpulkan para perempuan

49 36 atau istri meluangkan waktu yang lebih untuk mengasuh anak. Walaupun tugas mengasuh anak lebih dibebankan kepada seorang istri, namun kaum lelakipun turut membantu istri mereka dalam mengasuh dan mendidik anak. Hal ini tergambar dari rata-rata curahan waktu kerja laki-laki pada kegiatan mengasuh anak lebih tinggi dibandingkan kegiatan reproduktif yang lainnya. Curahan waktu kerja laki-laki dalam mengasuh anak adalah 6,2 HOK/bulan. Walau tak meluangkan waktu banyak, akan tetapi dapat terlihat bahwa kaum lelaki membantu istri mereka dalam pekerjaan rumah tangga. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Roslinda (2009), kegiatan reproduktif seperti memasak, mencuci pakaian, mengasuh anak, dan membersihkan rumah dominan dilakukan oleh perempuan, karena perempuan memiliki posisi ganda dalam keluarga selain perempuan aktif dalam kegiatan produktif juga katif dalam kegiatan reproduktif. Berdasarkan Tabel 7 yang menggambarkan tentang total curahan waktu kerja laki-laki maupun perempuan dipengeloaan agroforestri baik produktif dan reproduktif. Curahan waktu perempuan lebih besar daripada curahan waktu lakilaki, dengan nilai 70,6 HOK/bulan dan 54,2 HOK/bulan, setara dengan 15,5 jam/hari bagi laki-laki dan 18,5 jam/hari untuk perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan mempunyai peran ganda dalam keluarga, yaitu selain berperan di dalam kegiatan produktif perempuan juga berperan dalam kegiatan reproduktif. Seperti yang diungkapkan oleh Simantauw et al (2001), perempuan menanggung dua jenis pekerjaan yang berat, reproduktif, dan produktif, sementara laki-laki hanya produktif dan sedikit reproduktif. Jam tidur perempuan lebih pendek dibandingkan laki-laki, waktu istirahat hampir tidak ada.

50 37 Tabel 7. Rata-rata curahan waktu kerja total laki-laki dan perempuan Curahan Waktu Kerja Pengelolaan Agroforestri Strata Kepemilikan Lahan Produktif Total Reproduktif Agroforestri Non Agroforestri L P L P L P L P HOK/b ulan % HOK/b ulan % HOK/b ulan % HOK/b ulan % HOK/ bulan % HOK/ bulan % HOK/b ulan % HOK/b ulan % Strata I 31,8 50,3 20,0 28,9 20,0 31,6 14,8 21,4 11,5 18,1 34,4 49,7 63, ,2 100 Strata II 27,3 43,6 16,9 25,5 26,8 42,7 10,2 15,4 8,6 13,7 39,1 59,1 62, ,2 100 Strata III 9,4 25,6 9,4 14,7 16,9 48,7 15,0 19,6 10,3 29,7 50,2 65,6 36, ,4 100 Rata-rata 22,8 39,8 16,1 23,1 21,2 41,0 13,3 18,8 10,1 20,5 41,2 58,1 54, ,

51 Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi Responden dan Curahan Waktu Kerja Hubungan Antara Umur dan Curahan Waktu Kerja Responden memiliki rentang umur yang berbeda, sehingga perlu dibagi berdasarkan kelas umur pada masing-masing strata penguasaan lahan. Tabel 8 menggambarkan distribusi berdasarkan kelas umur dan penguasaan lahan. Tabel 8 Distribusi berdasarkan kelas umur dan penguasaan lahan Kelas Umur (tahun) Responden Total Strata I Strata II Strata III L P L P L P L P > Jumlah Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa usia responden menyebar ke dalam beberapa kelompok umur. Rata-rata responden laki-laki terbanyak antara selang umur begitupun dengan responden perempuan pada rentang umur sebanyak. Jumlah umur produktif pada laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan perempuan dimana, laki-laki hanya 58,1%, perempuan mencapai 87,1%. Pada rentang umur 65 tahun lebih rata-rata responden laki-laki maupun perempuan sangat sedikit hal ini dikarenakan pada umur 65 tahun keatas bukan lagi usia produktif. Seperti yang dikatakan Papalia dan Olda (1966), diacu dalam Idolasari (2011), bahwa usia produktif bekerja yaitu tahun. Pada Tabel 9 curahan waktu kerja laki-laki paling banyak mengeluarkan waktu pada kisaran umur tahun sebesar 47,8 HOK/bulan. Berdasarkan pengamatan dilapangan pada rentang umur tahun petani memiliki anak yang memerlukan banyak pengeluaran untuk biaya sekolah, sehingga memaksa petani untuk bekerja lebih banyak, untuk menghasilkan hasil panen yang lebih maksimal. Pada perempuan yang paling besar terdapat pada kelas umur 20-31

52 39 tahun sebesar 28,1 HOK/bulan. Pada curahan waktu perempuan di kisaran umur tahun memiliki nilai paling kecil, hal ini senada dengan yang dituliskan Soetrisno (1997) yang menyebutkan bahwa Di desa Pandes, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, pada pagi hari sulit bagi kita untuk menemukan perempuan yang berada di rumah, kecuali mereka yang berusia tua atau istri dari pegawai negeri Tabel 9 Curahan waktu kerja pengelolaan agroforestri berdasarkan umur dan penguasaan lahan Kelas Umur (tahun) Curahan waktu kerja dalam pengelolaan agroforestri (HOK/bulan) Strata I Strata II Strata III Total L P L P L P L P ,4 14,1 15,9 8,4 5,6 5,6 40,9 28, ,8 12,2 30,0 11,3 0,0 0,0 47,8 23, ,4 10,2 11,3 5,6 0,0 3,8 28,7 19, ,1 6,3 7,5 3,8 3,8 0,0 23,3 10, ,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15,0 0,0 >76 15,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15,0 0,0 Jumlah 96,7 42,7 64,7 29,1 9,4 9,4 170,7 81,1 Selain memiliki curahan waktu dalam pengelolaan agroforestri, para petanipun mempunyai curahan waktu di luar pengelolaan agroforestri. Seperti yang terlihat di dalam tabel 10 curahan waktu kerja dalam kegiatan di luar pengelolaan agroforestri paling besar untuk laki-laki terdapat di kelas umur tahun, sebesar 13,5 HOK/bulan. Sedangkan untuk perempuan berkisar di umur tahun sebesar 11,5 HOK/bulan. Hal ini dapat terjadi karena pada kisaran umur yang sudah tidak produktif petani tidak mempunyai tenaga yang cukup banyak untuk mengeluarkan tenaga yang banyak untuk mengolah lahan agroforestri sehingga untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari mencari pekerjaan sampingan.

53 40 Tabel 10 Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri berdasarkan umur dan penguasaan lahan Kelas Umur (tahun) Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri (HOK/bulan) Strata I Strata II Strata III Total L P L P L P L P ,0 2,3 4,5 0,5 2,3 0,0 12,8 2, ,3 2,9 4,1 0,8 0,0 0,0 12,4 3, ,7 3,3 7,5 2,3 0,0 6,0 10,2 11, ,2 3,4 5,8 3,8 4,5 0,0 13,5 7, ,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 >76 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah 20,2 11,8 21,9 7,3 6,8 6,0 48,8 25,1 Berdasarkan Tabel 9 dan Tabel 10, responden lebih fokus terhadap pekerjaannya dalam pengelolaan hutan. Hal ini ditunjukan dengan curahan waktu kerja non agroforestri lebih kecil dibandingkan dengan di dalam agroforestri, pada setiap kelas umur. Tabel 11 Curahan waktu kerja pada kegiatan reproduktif berdasarkan umur dan penguasaan lahan Kelas Umur (tahun) Curahan waktu pada kegiatan reproduktif (HOK/bulan) Strata I Strata II Strata III Total L P L P L P L P ,4 8,7 6,6 14,3 5,2 20,9 15,1 43, ,2 14 1,4 4,7 0,0 0 2,6 18, ,9 7,2 0 11,7 0 4,2 2,9 23, ,4 6,6 1,9 6,6 0,0 0 5,3 13, , ,0 0 0,5 0,0 >76 2, ,8 0,0 Jumlah 14,2 36,0 9,9 37,3 5,2 25,1 29,2 98,3 Dalam kegiatan reproduktif, perempuan memegang banyak peranannya. Curahan waktu terbesar pada perempuan adalah 43,8 HOK/bulan dan curahan waktu kedua terbesar adalah 23,1 HOK/bulan. Nilai HOK tersebut dimiliki pada

54 41 kelas umur tahun dan tahun. Karena pada kisaran umur tahun mereka lebih banyak meluangkan waktunya pada bermain, mendidik serta mengasuh anak mereka. Pada rentang umur tahun umumnya kaum perempuan lebih banyak meluangkan waktu dalam mengasuh cucu-cucu mereka, dalam mengisi waktunya. Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa semakin tua dari umur petani maka semakin sedikit juga waktu yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan. Bila berdasarkan pengamatan dilapangan, petani yang sudah berumur sudah jarang melakukan kegiatan produktif, karena biasanya lahan yang dimiliki akan diberikan kepada anak mereka. Sehingga waktu mereka lebih banyak untuk bersantai.

55 42 Tabel 12 Rata-rata curahan waktu kerja total berdasarkan kelas umur laki-laki dan perempuan Curahan Waktu Kerja Pengelolaan Agroforestri Kelas umur (tahun) Produktif Total Reproduktif Agroforestri Non Agroforestri L P L P L P L P HOK/b ulan % HOK/b ulan % HOK/b ulan % HOK/b ulan % HOK/ bulan % HOK/ bulan % HOK/b ulan % HOK/b ulan % ,9 59,5 28,1 37,6 12,8 18,5 2,8 3,7 15,1 22,0 43,8 58,7 68, , ,8 76,1 23,4 51,8 12,4 19,7 3,6 8,0 2,6 4,2 18,2 40,2 62, , ,7 68,6 19,6 36,1 10,2 24,5 11,5 21,3 2,9 6,9 23,1 42,6 41, , ,3 55,4 10,0 32,9 13,5 32,0 7,2 23,7 5,3 12,6 13,2 43,4 42, , ,0 97,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,5 3,0 0,0 0,0 15, ,0 100 >76 15,0 84,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,8 15,8 0,0 0,0 17, ,0 100 Rata-rata 28,5 73,5 13,5 26,4 8,1 15,8 4,2 9,4 4,9 10,7 16,4 30,8 41, ,

56 Hubungan Antara Pendidikan dan Curahan Waktu Kerja Pendidikan adalah jenjang tertinggi sekolah terakhir yang ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan merupakan salah satu yang menentukan tinggi rendahnya status seseorang di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dalam suatu masyarakat maka status sosialnya akan semakin tingggi. Tingkat pendidikan juga berkolerasi dengan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang pengetahuan dan wawasannya semakin luas, yang berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya dalam masyarakat. Mereka yang pendidikannya lebih tinggi cenderung lebih terbuka dalam menerima inovasi dan masukan dari pihak luar. Jenjang pendidikan responden dapat dilihat di dalam Tabel 13. Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Pendidkan Responden (N) Strata I Strata II Strata III Total L P L P L P L P Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Jumlah Pada umumnya masyarakat pedesaan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini juga dapat dilihat pada tingkat pendidikan di lima Desa yang dijadikan tempat penelitian. Seluruh responden sudah memiliki kemampuan baca tulis, namun tidak ada responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan pada responden perempuan lebih rendah daripada tingkat pendidikan laki-laki dengan jumlah 19 orang laki-laki hanya menamatkan sekolahnya sampai SD sedangkan pada perempuan mencapai 20 orang. Responden yang menamatkan sekolah sampai jenjang SMP hanya ada 4

57 44 orang baik pada responden laki-laki maupun perempuan. Hanya 1 responden perempuan yang menamatkan sekolahnya ke jenjang SMA. Data tersebut berbanding lurus dengan yang diungkapkan oleh Simatauw et al. (2001). Tekanan akibat ekonomi berdampak pada pendidikan anak perempuan. Pilihan untuk melanjutkan pendidikan biasanya dijatuhkan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan bahwa perempuan akan menikah dan ikut dengan suami, tidak akan memberikan sumbangan apaun pada keluarga. Sehingga pilihan untuk pendidikan lebih pada pilihan gender daripada kemampuan. Tabel 14 Curahan waktu kerja pengelolaan agroforestri berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Pendidkan Curahan waktu kerja dalam pengelolaan agroforestri (HOK/bulan) Strata I Strata II Strata III Total L P L P L P L P Tidak tamat SD 15,0 9,4 20,6 3,8 0,0 0,0 35,6 13,1 Tamat SD 15,5 9,5 12,8 9,2 0,0 0,0 28,3 18,7 Tamat SMP 16,9 13,1 11,3 0,0 0,0 5,6 28,1 18,8 Tamat SMA 20,6 0,0 0,0 0,0 4,7 3,8 25,3 3,8 Tamat Perguruan Tinggi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah 68,0 32,0 44,6 13,0 4,7 9,4 117,4 54,3 Dari Tabel 14, terlihat bahwa responden laki-laki yang tidak tamat SD memiliki curahan waktu tertinggi yaitu sebesar 35,6 HOK/bulan. Sedangkan pada wanita curahan waktu terbanyak berada pada pendidikan SMP sebesar 18,8 HOK/bulan. Pada kegiatan di luar pengelolaan agroforestri, curahan waktu kerja laki-laki terbanyak ada pada tingkat pendidikan SD, sedangkan perempuan terbanyak pada tingkat pendidikan tamat SMA dengan nilai berturut-turut 10,2 HOK/bulan dan 6 HOK/bulan. Curahan waktu kerja diluar pengelolaan agroforestri dapat dilihat pada Tabel 15.

58 45 Tabel 15 Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Pendidkan Curahan waktu kerja di luar pengelolaan agroforestri (HOK/bulan) Strata I Strata II Strata III Total L P L P L P L P Tidak tamat SD 1,5 1,3 2,5 3,8 0,0 0,0 4,0 5,1 Tamat SD 4,8 3,8 5,4 1,8 0,0 0,0 10,2 5,5 Tamat SMP 2,0 5,1 0,0 0,0 0,0 0,0 2,0 5,1 Tamat SMA 0,0 0,0 0,0 0,0 1,3 6,0 1,3 6,0 Tamat Perguruan Tinggi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah 8,3 10,2 7,9 5,5 1,3 6,0 17,4 21,7 Berdasarkan Tabel 16, curahan waktu kerja perempuan dalam pekerjaan bersifat reproduktif paling banyak dicurahkan pada tingkat pendidikan SD, sebesar 26,3 HOK/bulan. Hal ini dikarenakan rata-rata tingkat pendidikan petani perempuan di lahan PLN Kecamatan Pangalengan adalah Sekolah Dasar (SD). Selisih curahan waktu kerja kegiatan reproduktif antara laki-laki dan perempuan dari masing-masing nilai terbanyak, sebesar 51,7 HOK/bulan, ini menunjukan bahwa kaum lelaki tidak banyak berperan dalam kegiatan reproduktif. Tabel 16 Curahan waktu kerja terhadap kegiatan reproduktif berdasarkan tingkat pendidikan dan penguasaan lahan Pendidkan Curahan waktu kerja dalam kegiatan reproduktif (HOK/bulan) Strata I Strata II Strata III Total L P L P L P L P Tidak tamat SD 4,5 7,4 0,1 6,6 0,0 0,0 4,6 14,0 Tamat SD 3,0 9,6 3,0 10,3 0,0 0,0 6,0 19,9 Tamat SMP 1,7 5,5 1,4 0,0 0,0 20,9 3,1 26,3 Tamat SMA 0,0 3,3 0,0 0,0 2,0 4,2 2,3 7,5 Tamat Perguruan Tinggi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah 9,2 25,7 4,5 16,9 2,3 25,1 16,0 67,7

59 46 Berdasarkan Tabel 17 yang menunjukan total curahan waktu berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa jumlah curahan waktu terendah ada pada tingkat pendidikan Tamat SMA, dengan nilai HOK 37,6 dan 17,3 perbulannya. Sedangkan pada curahan waktu terbesar pada petani laki-laki adalah tingkat Tamat SD sebesar 72,9 HOK/bulan, dan 50,2 HOK/bulan untuk tamat SMP pada perempuan. Berdasarkan hasil penelitian Eliana dan Ratina (2007), bahwa pendidikan tidak mempengaruhi curahan waktu tenaga kerja dalam bekerja, karena pada umumnya pendidikan formal tidak berdampak pada peluang kerja pada pekerjaan lapangan. Waktu yang dicurahkan wanita dalam pekerjaan lapangan hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan dalam bekerja. Hal yang senadapun dinyatakan pada oleh Purwaningsih dan Murtiningsih (2006), pendidikan tidak berpengaruh terhadap jam kerja, artinya semakin tinggi pendidikan pekerja, maka mereka bekerja dengan jam kerja yang sama dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah.

60 47 Tabel 17 Rata-rata curahan waktu kerja total berdasarkan tingkat pendidikan laki-laki dan perempuan Curahan Waktu Kerja Pengelolaan Agroforestri Tingkat Pendidikan Produktif Total Reproduktif Agroforestri Non Agroforestri L P L P L P L P HOK/b ulan % HOK/b ulan % HOK/b ulan % HOK/b ulan % HOK/ bulan % HOK/ bulan % HOK/b ulan % HOK/b ulan % Tidak tamat SD 35,6 57,6 13,1 40,9 4,0 6,5 5,1 15,8 22,2 35,9 14,0 43,4 61, ,1 100 Tamat SD 28,3 38,8 18,7 42,4 10,2 14,0 5,5 12,5 34,4 47,2 19,9 45,1 72, ,2 100 Tamat SMP 28,1 50,3 18,8 37,4 2,0 3,6 5,1 10,1 25,8 46,2 26,3 52,5 56, ,2 100 Tamat SMA 25,3 67,4 3,8 21,7 1,3 3,3 6,0 34,8 11,0 29,3 7,5 43,5 37, ,3 100 Tamat Perguruan tinggi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0, ,0 100 Rata-rata 23,5 42,8 10,9 28,5 3,5 5,5 4,3 14,6 18,7 31,7 13,5 36,9 45, ,

61 Pengambilan Keputusan Pengambilan Keputusan dalam Pengelolaan Agroforestri Pengambilan Keputusan dalam rumah tangga terdiri dari keputusan pada kegiatan produktif dan tidak produktif. Keputusan pada kegiatan produktif terdiri dari keputusan pada pengelolaan agroforestri, mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen. Dan juga pada kegiatan di luar pengelolaan agroforestri. Jenis kegiatan produktif dalam pengelolaan agroforestri antara lain: jenis tanaman yang dibudidayakan, jenis ternak yang dipelihara, keputusan untuk memanfaatkan hasil pertanian. Menurut hasil survey lapangan sebagian besar responden memutuskan untuk menanami kebun dengan sayuran, memelihara sapi perah sebagai ternak, hasil panen dari peternakan dan pertanian dijual. Pada Tabel 18 terlihat bahwa jarang sekali istri diberikan kepercayaan seorang diri atau mendominasi pekerjaan produktif. Hal ini dikarenakan masyarakat kecamatan Pangalengan masih beranggapan bahwa suami lebih mengetahui tentang pengelolaan agroforestri. Seperti yang diungkapkan oleh Simatauw et al (2001), perempuan memiliki banyak sekali beban pekerjaan yang dilimpahkan kepada mereka, namun dalam beberapa kasus yang terjadi di Indonesia perempuan tetap tidak memiliki peluang dalam pengambilan keputusan. Perempuan amat jarang atau bisa dikatakan tidak pernah dilibatkan dalam perundingan-perundingan di tingkat masyarakat maupun dengan pemerintah atau perusahaan. Padahal dilihat dari cara mengelola sumberdaya alam, seperti bercocok tanam misalnya, perempuan mengeluarkan waktu dan tenaga lebih banyak dibandingkan laki-laki. Peran suami tanpa melibatkan istri sangat jelas terlihat pada kegiatan produktif investasi peralatan untuk bertani persentase yang di dapat yaitu 50 %. Pada banyak kegiatan seperti penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok, pemeliharaan tanaman, pemupukan tanaman, dan pemanfaatan hasil panen suami istri cenderung saling bekerjasama. Hal tersebut dibuktikan dengan persentase yaitu masing-masing 40,0 %, 36,7%, 33,3%, 36,7%, 33,3%. Hal ini menunjukan bahwa kesetaraan gender dalam kegiatan produktif sudah mulai timbul, walaupun masih saja peran perempuan tidak sebanding dengan peran laki-laki. Seperti yang ditunjukan oleh Tabel 18, bahwa peran istri tanpa suami dan dominan istri persentasinya sangat kecil sekali.

62 49 Suami merupakan kepala rumah tangga dan tulang punggung keluarga. Alasan tersebutlah yang mendasari suami sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan agroforestri. Sehingga, semua tanggung jawab tentang pengelolaan agroforestri baik pada kegiatan produktif maupun kegiatan pasca produksi lebih banyak diserahkan kepada suami, istri tidak dapat mendahului suami dalam pengambilan keputusan. Walaupun istri ikut berperan dalam pengambilan keputusan namun tetap bersama suami.

63 50 Tabel 18 Pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan agroforestri Pernyataan Pengambilan Keputusan IST SDI SUA SDIS SDII Total Kegiatan produktif pengelolaan agroforestri 1. Penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok 2. Investasi peralatan untuk bertani 3. Kegiatan pemeliharaan tanaman N % N % N % N % N % N % 1 3, ,0 7 23,3 1 3, ,3 8 26, ,0 5 16,7 1 3, , ,8 6 20, ,3 1 3, Kegiatan pemupukan tanaman 2 6, ,3 7 23, ,3 1 3, Rata-rata (%) 5,0 34,2 30,8 26,7 3,3 100 Kegiatan pasca produksi pengelolaan agroforestri 1. Penentuan pemanfaatan hasil panen 2. Penentuan pelaku penjualan hasil panen 2 6, ,7 7 23, , , , ,3 5 16,7 1 3, Rata-rata (%) 5,0 35,0 33,3 23,3 3,3 100 Keterangan :IST=Istri seorang diri, SDI= Suami dan Istri, SUA=Suami seorang diri, SDIS=Suami dan Istri Dominan Suami, SDII= Suami dan Istri Dominan Istri. 50

64 Pengambilan Keputusan dalam Masalah Keuangan Tabel 19 Pengambilan keputusan dalam masalah keuangan Pengambilan Keputusan Total Pernyataan IST SDI SUA SDIS SDII N % N % N % N % N % N % Keuangan pengelolaan agroforestri 1. Merencanakan biaya usaha pengelolaan agroforestri 2. Mengelola uang dalam usaha agroforestri 1 3, , ,3 5 16,7 1 3,3 30, , , Rata-rata (%) 15,0 36,7 31,7 13,3 3,3 100 Keuangan keluarga 1. Merencanakan uang dalam rumah tangga 2. Mengelola uang dalam rumah tangga 3. Memutuskan untuk membelanjakan uang keluarga 6 20, , ,3 2 6, , ,3 2 6,7 2 6,7 2 6, , , ,0 2 6,

65 52 Tabel 19 (lanjutan) Pengambilan Keputusan Total Pernyataan IST SDI SUA SDIS SDII N % N % N % N % N % N % 4. Meminjam uang untuk keperluan keluarga 5. Mencari jalan pemecahan masalah keuangan 5 16, ,3 7 23, , , ,3 9 30,0 4 13,3 0 0, Rata-rata (%) 24,0 44,0 16,0 11,3 4,7 100 Keterangan :IST=Istri seorang diri, SDI= Suami dan Istri, SUA=Suami seorang diri, SDIS=Suami dan Istri Dominan Suami, SDII= Suami dan Istri Dominan Istri. 52

66 53 Pengambilan keputusan dalam rumah tangga petani bukan dalam bidang pengelolaan agrofrorestri saja. Masalah keuanganpun merupakan hal yang harus diperhatikan. Pengambilan keputusan dalam masalah keuangan petani terbagi menjadi dua, yaitu masalah keuangan dalam hal pengelolaan agroforestri, seperti mengelola uang untuk usaha dan merencanakan biaya usaha. Selain itu masalah uang dalam keluarga yaitu, merencanakan dan mengelola uang keluarga, memutuskan untuk membelanjakan uang dalam rumah tangga, serta meminjam dan mencari pemecahan dalam masalah keluarga. Baik dalam pengambilan keputusan masalah keuangan pengelolaan agroforestri maupun keuangan dalam rumah tangga, sebagian besar petani di lahan PLN Kecamatan Pangalengan selalu berdiskusi dalam rumah tangga. Sehingga peran suami dan istri sama besarnya. Menurut rata-rata yang diperoleh persentase pengambilan keputusan masalah keuangan dalam bidang pengelolaan agroforestri, yang diambil berdasarkan hasil keputusan suami istri dengan tidak ada yang mendominasi adalah 36.7 %. Sedangkan dalam bidang keuangan keluarga mencapai 44,0%. Seperti yang tergambar pada Tabel 19, pengambilan keputusan kedua terbesar dalam masalah keuangan pengelolaan agroforestri diputuskan hanya dengan suami saja tanpa melibatkan istri dengan memperoleh persentase 31,7%. Berbeda halnya pada masalah keuangan keluarga istri lah yang berperan tanpa melibatkan suami dengan besar presentase 24,0%. Dari persentase tersebut terlihat bahwa istri lebih dipercaya dalam hal rumah tangga dibandingkan masalah pengelolaan agroforestri Pengambilan Keputusan dalam Masalah Domestik Dalam setiap rumah tangga pasti akan mengalami banyak permasalahan domestik seperti, menentukan jumlah keturunan, pendidikan anak, dan penentuan menu makanan sehari-hari, serta kesehatan keluarga dan kegiatan sosial di lingkungan. Karena itu peran gender sangat diperlukan dan penting dalam rumah tangga, sehingga setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama. Berdasarkan pengamatan dilapangan partisipasi perempuan pada kegiatan sosial seperti menghadiri suatu pertemuan di desa sangat kurang. Hal tersebut

67 54 terlihat dari seringnya diadakan rapat desa atau kumpul sesama petani agroforestri di lahan PLN kecamatan Pangalengan, jarang sekali terlihat perempuan yang hadir. Hal ini mungkin disebabkan hampir keseluruhan rapat ditujukan kepada kepala keluarga, dan masyarakat masih beranggapan bahwa kepala keluarga adalah laki-laki. Sehingga apabila suami sedang berhalangan hadir, biasanya digantikan oleh anak laki-laki dewasa. Seperti yang ditujukan pada Tabel 20, pengambilan keputusan dalam masalah domestik diputuskan secara bersama-sama dalam setiap hal. Hanya saja untuk penentuan menu makanan sehari-hari, istri lebih banyak diberi tanggung jawab, sehingga persentasi yang didapatkan lebih besar dari pada yang lain sebesar 46,7 %. Tabel 20 Pengambilan keputusan dalam masalah domestik Pernyataan Pengambilan Keputusan IST SDI SUA SDIS SDII Total N % N % N % N % N % N % Penentuan jumlah keturunan Penentuan pendidikan anak Pemeliharaan kesehatan Penentuan menu makanan ,0 1 3,3 4 13,3 1 3, , ,3 2 6,7 5 16,7 1 3, , ,0 3 10,0 4 13,3 4 13, , ,7 0 0,00 0 0, , Rata-rata (%) 15,0 60,0 5,0 10,8 9,2 100 Keterangan :IST=Istri seorang diri, SDI= Suami dan Istri, SUA=Suami seorang diri, SDIS=Suami dan Istri Dominan Suami, SDII= Suami dan Istri Dominan Istri.

68 55 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan peran dalam kegiatan produktif maupun reproduktif. Kegiatan produktif terbagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan dalam pengelolaan agroforestri dan kegiatan diluar pengelolaan agroforestri. Kegiatan reproduktif diantaranya adalah memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, dan mengasuh anak. Peran perempuan di dalam pengelolaan agroforestri di lahan agroforestri di Kecamatan Pangalengan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Bila di lihat secara keseluruhan curahan waktu petani laki-laki dalam pengelolaan agroforestri dalam kegiatan produktif sebesar 80%, sedangkan pada perempuan hanya 41,9%. Waktu yang digunakan oleh kaum perempuan lebih banyak pada kegiatan domestik, sedangkan kaum lelaki hanya meluangkan waktunya sedikit saja untuk kegiatan domestik. Faktor sosial pada penelitian ini yaitu umur mempunyai persamaan terbalik. Dimana semakin berumur maka semakin kecil curahan waktu yang diberikan. Akan tetapi pada pendidikan, tidak berpengaruh terhadap curahan waktu bekerja. Pengambilan keputusan dalam pengelolaan agroforestri dominan dilakukan oleh kaum lelaki atau suami. Pada pengambilan keputusan masalah keuangan dan masalah yang menyangkut kepentingan bersama dilakukan secara bersama-sama antara suami dan istri. Sedangkan pada kegiatan reproduktif seperti penentuan menu makanan para istri atau perempuan lebih dipercaya untuk mengambil keputusan. Dengan adanya peran dan pembagian kerja antara suami istri yang baik maka terlihat bahwa pada petani agroforestri di lahan PLN kecamatan Pangalengan kesetaraan gender terjalin dengan baik.

69 Saran 1. Perlu ditingkatkan partisipasi perempuan dalam kegiatan kelembagaan (pertemuan). Sehingga perempuanpun dapat menambah wawasan yang baru tentang agroforestri. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang konstribusi laki-laki dan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga petani agroforestri di lahan PLN Kecamatan Pangalengan.

70 57 DAFTAR PUSTAKA Bahriyah LZ.2006 Analisis Gender dalam Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) (Kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten). [skripsi] Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. ( ). Data Kependudukan. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Margaluyu Pemerintah Kabupaten Bandung. Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Margamekar Pemerintah Kabupaten Bandung. Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Pulosari Pemerintah Kabupaten Bandung. Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Sukaluyu Pemerintah Kabupaten Bandung. Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Warnasari Pemerintah Kabupaten Bandung. Eliana N dan Rita R Faktor-Faktor Yangng Mempengaruhi Curahan waktu Kerja Wanita Pada PT. Agricinal Kelurahan Bentuas Kecamatan Palaran Kota Samarainda. EEP 4 (2):8-14. Hatmayanti F C Analisis Tentang Peranan Wanita Dalam Pelaksanaan Perhutanan Sosial di RPH Jati Genuk, BKPH Sudo, KPH Mantingan. Di dalam: Prosiding Penelitian Perhutanan Sosial di Jawa dan Luar Jawa.Jakarta, Juni Bogor: Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Hlm Hutauruk J M Peranan Wanita Dalam Perhutanan Sosial dan Konstribusinya dalam Ekonomi Rumah Tangga di KPH Getas BKPH Monggot dan RPH Senggot, BKPH Jambu KPH Gundih. Di dalam: Prosiding Penelitian Perhutanan Sosial di Jawa dan Luar Jawa. Jakarta, Juni Bogor: Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Hlm Idolasari R Persepsi Petani Hutan Terhadap Kredibilitas Penyuluh Kehutanan (Kasus : Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat). [skripsi] Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Kaban M Kesetaraan Perempuan Dalam Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga Pada Masyarakat Hukum Adat Karo [Tesis]. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara. Kelompok Kerja Convention Watch. Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia Hak azasi Perempuan

71 58 Instrumen Hukum Untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Jakarta: Buku Obor. Mardiana R Pengaruh Relasi Gender dan Tingkat Stress Istri Terhadap Kualitas Perkawinan Pada Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (PKH).[Skripsi] Bogor: Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Michon G. Foresta H.de Ketika Kebun Berupa Hutan Agroforest Khas Indonesia Sebuah Sumbangan Masyarakat. Foresta H.de. Kusworo A. Michon G. Djatmiko W.A. editor. Bogor:ICRAF. [Perum Perhutani] Perusahaan Umum Perusahaan Hutan Indonesia Pedoman Agroforestry Dalam Program Perhutanan Sosial. Jakarta: Perum Perhutani. Purwaningsih Y dan Murtiningsih Determinan Jam Kerja Para Pekerja Di Propinsi Jawa Tengah. Empirik 1 (19). Puspitawati H Pengarustamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan dalam Menyongsong Era Globalisasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Bahan Ajar Gender dan Keluarga 4: Konsep dan Teori Gender. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Roosganda E Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming Dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian Di Pedesaan. Roslinda E Peranan Perempuan Dalam Usaha Konservasi Hutan Pada Sistem Wanatani Berbasis Karet. Prosiding Penelitian-Penelitian Agroforestri di Indonesia tahun ISBN Bandar Lampung. Indonesia. Sajogyo P et al Keadaan Ekonomi Rumah Tangga dan Peranan Wanita si Desa Jawa barat. Di dalam Laporan Akhir Proyek Penelitian Aksi Perihal Partisipasi Dalam Pembangunan Pedesaan. Bogor: Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan IPB Peranan Wanita Pedesaan Dalam Pembangunan Suatu Penelaah Sosial Ekonomi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Peranan Wanita Pedesaan Dalam Proses Pembangunan di Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Simatauw M, L Simanjuntak dan PT Kuswardono Gender dan Pengelolaan Sumber daya Alam: Sebuah Panduan Analisis. Kupang: Yayasan Penguatan Institusi dan Kapasitas lokal (PIKUL). Singarimbun M dan Effendi S Metode Penelitian Survai. Yogyakarta: LP3ES. Soetrisno L Kemiskinan Perempuan dan Pembangunan. Yogyakarta: Kanisius. Suharjito D, L Sundawati, Suyanto, SR Utami Bahan Ajar Agroforestri 5: Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestri. Bogor: ICRAF.

72 LAMPIRAN 59

73 60 Lampiran 1 Karakteristik responden No Umur Responden (thn) Pendidikan Pekerjaan Suami Istri Suami Istri Suami Istri Luas Garapan Lahan PLN Pokok Sampingan Pokok Sampingan (ha) SMP SD Petani - Petani - 0, SD - Petani Beternak Buruh - 0, SD SD Petani , SD SD Petani Beternak Beternak Petani 0, SD SD Petani Buruh Berdagang Petani 0, SD SD Petani Ojeg Beternak - 0, Petani Beternak - - 0, SD SD Beternak Petani Beternak - 0, SD SD Petani Beternak Petani - 0, SD SD Beternak Petani Beternak - 0, SD SD Petani Beternak Beternak Petani 0, SD SD Petani Beternak - - 0, SD SD Petani - Petani - 0, Petani - Petani - 0, SD Petani Buruh Petani - 0, SD SD Petani Buruh Petani Berdagang 0, SMP SMP Petani Petani Petani - 0, SD SD Petani Beternak - - 0,142 60

74 61 Lampiran 1 (Lanjutan) No Umur Responden (thn) Pendidikan Pekerjaan Suami Istri Suami Istri Suami Istri Luas Garapan Lahan PLN Pokok Sampingan Pokok Sampingan (ha) SD SD Petani Beternak Beternak - 0, SMP SMP Petani Berdagang Berdagang - 0, SD SD Petani Buruh Petani - 0, SMP SD Petani Beternak Berdagang - 0, SD SD Petani - Beternak - 0, Petani - Petani - 0, SMA SMP Petani - Petani - 0, SD SD Petani Berternak Berdagang Petani 0, SMA SMP Petani , SD - Petani - Petani - 0, SD SD Petani - Petani - 0, SMA SMA Berdagang Petani Guru - 0,

75 62 Lampiran 2 Curahan waktu kerja laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan agroforestri Curahan Waktu Kerja (HOK /bulan) No Pemeliharaan tanaman kopi Tanaman pangan laki-laki perempuan laki-laki perempuan 1 22,5 22,5 37,5 18,75 2 3,75 3,75 7,5 3,75 3 7,5 0 22, ,5 7, , , , ,5 8 22, ,75 3,75 7,5 7,5 10 7,5 0 7, ,5 3, , ,5 22,5 11, ,25 22, ,75 3,75 22,5 18, , ,75 24, ,25 18,75 11, ,5 20,625 26,25 20, ,75 0 7, , , , ,5 22,5 26,25 18, ,75 3,75 18,75 18, ,75 3, , , ,5 0 18,75 7, ,25 7,5 11,25 11, ,75 3,75 7,5 7,5 28 3, , , , ,75 3,75 3,75 3,75

76 63 Lampiran 3 Curahan waktu kerja laki-laki dan perempuan diluar pengelolaan agroforestri Curahan Waktu Kerja (HOK/Bulan) No Berdagang Berternak Buruh Ojeg Guru laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan , ,5 22, , , ,5 22, ,5 7, ,75 18, , , , ,5 0 7, , ,75 18, ,25 18, ,

77 64 Lampiran 3 (lanjutan) Curahan Waktu Kerja (HOK/Bulan) No Berdagang Berternak Buruh Ojeg Guru laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan ,5 7, ,5 45 7,5 7, , ,5 18, ,75 37, ,75 3,75 26, ,5 11, , , ,25 18, ,5 11, ,75 64

78 65 Lampiran 4 Curahan waktu kerja laki-laki dan perempuan pada kegiatan reproduktif Curahan Waktu Kerja (HOK/Bulan) No Memasak Mencuci pakaian Mengasuh anak Membersihkan rumah laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan ,25 3,75 7,5 0 67,5 1,875 1, ,75 0 3,75 7, ,75 3 7,5 11,25 1,875 1, ,875 3, ,75 0 3,75 7,5 45 1,875 3, , , , ,75 0 3,75 7,5 45 1,875 3, , ,75 0 7,5 1,875 7,5 8 3,75 7,5 0 11,25 11,25 18,75 0 3,75 9 1,875 7,5 3,75 7,5 0 26,25 1,875 7,5 10 1,875 7,5 5,625 1,875 3,75 18,75 0,6 1, ,5 7,5 5,625 7, ,875 7, ,5 0 7, , , , ,25 1,875 7,5 14 3,75 11,25 7,5 11,25 22,5 22,5 7,5 11, ,5 0 3, ,5 0,3 3, ,875 5,625 3,75 3,75 3,75 7,5 3,75 5, ,75 3, ,25 11, , ,875 3,75 0 7,5 0 22,5 3,75 3, ,75 9, ,5 18,75 26,25 3,75 7,5 65

79 66 Lampiran 4 (lanjutan) Curahan Waktu Kerja (HOK/Bulan) No Memasak Mencuci pakaian Mengasuh anak Membersihkan rumah laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan ,5 0 3, ,5 7,5 21 3,75 7,5 3,75 5,625 11,25 18,75 1,875 11, ,5 0 3, , , ,75 3,75 22,5 1,875 3, ,75 7,5 3,75 3,75 0 3,75 3,75 7, ,5 0 3, , , ,5 3,75 3,75 3,75 3, ,75 7,5 0 3, ,5 1,875 4, ,75 7,5 1,875 3, ,75 3, ,75 5, ,75 7, , , , ,5 66

80 67 Lampiran 5 Keterlibatan suami istri dalam pengambilan keputusan No No kegiatan Responden b c b b c c c b b b a b b b b b 2 b b a a b c b a a a a e b b c b 3 b b b b a b b a a a a b b b b b 4 c b d b b b b c d b a a b b b b 5 d c d d c d c c b b b d d b b e 6 c b b b b b b b c b b a b b b b 7 b c b b b c b c b a a a c b b a 8 c c d c b b b b b b b b b b b b 9 b b b b b b b a b b b b b b b b 10 c c d c c b b b b b b b b b b b 11 c c b b d c b a c a e b b b b e 12 d d c d d c d b b b a a a b d d 13 d c d d d c c b b a a a c b b e 14 b b b c b b b a a b b b c b b b 15 b d d b d d d b b e b b b e e e 16 b d b d b b c b b b a c b b b b 17 b c b b b c c c b c c c b c b c 18 d c c d d c c c c c c d c b b a 19 d b c d d c c c b b b d b b b b 20 b b b c d d d d d d e d d d d d 21 c d b d b b b a a b a b b b b b 22 e e e e e e e e e b b d d d d d 23 b c c c c c b b b a a c c b b c 67

81 68 Lampiran 5 (lanjutan) No No kegiatan Responden c c d d d c c a a a a c c d d d 25 d c d d d d b d d d b c b b b b 26 d c c d c d d c b a b c c b c a 27 c c d c c c c c e a c d c b b b 28 c c c c c c c c a a a c c d d c 29 b d d B b b d d d e b d d b b b 30 a a a A a a a a b a a b b b b e Keterangan No Kegiatan 1 Pemilihan Jenis Tanaman, selain tanaman pokok 15 Menentukan Pendidikan Anak 2 Pemilihan dan Pembelian Alat untuk Bertani 16 Bertanggung Jawab dalam Pemeliharaan 3 Pemeliharaan Tanaman Agroforestri Kesehatan 4 Pemupukan Tanaman Agroforestri 5 Pemanfaatan Hasil Panen Keterlibatan 6 Menjual Hasil Panen a. Istri seorang diri 7 Merencanakan biaya usaha dalam pengelolaan agroforestri b. Istri dan Suami Setara 8 Mengelola Uang dalam usaha Agroforestri c. Suami Seorang diri 9 Merencanakan uang dalam Rumah tangga d. Suami & istri, dgn pngarh suami > 10 Mengelola Uang dalam Rumah tangga e. Suami & istri, dgn pngarh istri > 11 Memutuskan untuk Berbelanja dalam Rumah tangga 12 Meminjam Uang untuk keperluan Rumah tangga 13 Memecahkan masalah Keuangan dalam Keluarga 14 Menentukan Jumlah Keturunan 68

82 69 Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian Kegiatan: Pertemuan seluruh perwakilan blok petani Kegiatan: Wawancara salah satu rumah tangga petani

83 70 Lampiran 6 (lanjutan) Kegiatan: Penggarapan lahan oleh perempuan Kegiatan: Hewan ternak salah satu rumah tangga petani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 ANALISIS GENDER PENYADAP PINUS DI DUSUN SIDOMULYO, DESA JAMBEWANGI, RPH GUNUNGSARI, BKPH GLENMORE, KPH BANYUWANGI BARAT, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh : Pratiwi 101201065 Manajemen Hutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik (Departeman Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Hutan memiliki kedekatan hubungan dengan masyarakat disekitarnya terkait dengan faktor ekonomi, budaya dan lingkungan. Hutan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat bermanfaat bagi manusia. Hutan merupakan ekosistem yang menjadi penyangga kehidupan manusia yang harus dilindungi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Desa Cikalong merupakan salah satu dari 13 desa di dalam wilayah Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat yang terletak di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah PENDAHULUAN Latar Belakang Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sistem pemanfaatan lahan yang optimal dalam menghasilkan produk dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. Agroforestri menurut

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan bahwa dalam kerangka pencapaian pembangunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan teori-teori yang mendukung rencana penulisan yang terkait.

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 2019, pada RPJMNtahap-3

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon (Suharjito, 2000). Menurut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimum 0,25 ha. Hutan rakyat ini merupakan suatu pengembangan pengelolaan hutan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E14101043 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN LUKMANUL HAKIM.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci