BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari senyawa krom nitrat (Cr(NO 3 ) 3. 9H 2 O) yang dilarutkan dalam aquades. Pada proses pengontakan konsentrasi logam kromium yang digunakan adalah 297,5 mg/l, dengan volume 25 ml, ph 5 dan waktu kontak 30 menit. 1. Tahap Pra-penelitian Pada tahap pra-penelitian ini diperoleh beberapa hasil, diantaranya: a. Pembuatan Serbuk Biomassa S. platensis Mikroalga yang digunakan untuk biomassa kering ini menggunakan jenis Spirulina platensis yang diperoleh dari Laboratorium Pakan BBPBAP Jepara. Dari 600 ml S. platensis diperoleh sekitar 50 gram biomassa kering. Namun yang digunakan untuk uji sebanyak 14,4 gram. b. Pembuatan larutan Krom nitrat (Cr (NO 3 ) 3. 9H 2 O) Larutan kromium yang digunakan berasal dari senyawa krom nitrat (Cr (NO 3 ) 3. 9H 2 O). Senyawa kromium jenis ini banyak digunakan pada industriindustri. Larutan ini dibuat dengan mencampurkan sebanyak 2,2895 g krom nitrat (Cr (NO 3 ) 3. 9H 2 O) dengan aquades sampai dengan tanda batas yang tertera pada labu ukur 1 liter, kemudian dihomogenkan. Sehingga diperoleh konsentrasi krom nitrat sebesar 297,5 mg/l. 34

2 35 2. Penelitian Inti Larutan kromium yang telah diketahui konsentrasinya sebanyak 25 ml dikontakkan dengan enam variasi sampel biomassa kering S. Platensis masingmasing sebanyak 0,1 g, 0,3 g, 0,5 g, 0,7 g, 0,9 g dan 1,1 g, yang kemudian diatur ph-nya hingga mencapai 5 dan diagitasi selama 30 menit pada kecepatan 200 rpm. Terdapat empat kali pengulangan untuk setiap sampel. Setelah pengontakkan mikroalga tersebut kemudian didestruksi untuk mendapatkan filtrat yang selanjutnya diuji dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometry (AAS) pada panjang gelombang 357,9 nm yang dipakai sesuai dengan logam yang diukur (Cr) dan pembakar yang digunakan yaitu asetilen-udara. Hal ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Lingkungan Jurusan Kimia FMIPA UNPAD. Hasil dari AAS ini digunakan untuk menghitung jumlah logam kromium akhir/yang terserap, persentase penyerapan dan kapasitas biosorpsi. a. Hasil Analisis Kromium yang Terserap oleh S. platensis Hasil analisis kromium yang terserap ini diperoleh dari pengontakkan antara sampel biomassa kering S. Platensis dengan larutan kromium. Hasil dari pengukuran logam kromium yang terserap oleh biomassa spirulina dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

3 36 Tabel 4.1 Rata-rata kromium yang terserap dan kromium akhir setelah proses pengontakan (ph 5, waktu kontak 30 menit) pada sampel biomassa S. platensis yang berbeda-beda. No Sampel (g) 1 J1 0,1 2 J2 0,1 3 J3 0,1 4 J4 0,1 5 J1 0,3 6 J2 0,3 7 J3 0,3 8 J4 0,3 9 J1 0,5 10 J2 0,5 11 J3 0,5 12 J4 0,5 13 J1 0,7 14 J2 0,7 15 J3 0,7 16 J4 0,7 17 J1 0,9 18 J2 0,9 19 J3 0,9 20 J4 0,9 21 J1 1,1 22 J2 1,1 23 J3 1,1 24 J4 1,1 Rata-rata kromium terserap (mg/l) Rata-rata kromium akhir (mg/l) ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada biomassa 0,1 g S. platensis, rata-rata jumlah logam kromium yang terserap adalah ± mg/l dan rata-rata logam kromium akhir yang terdapat dalam larutan sebesar ± mg/l. Untuk jumlah biomassa 0,3 g, rata-rata jumlah logam kromium yang terserap adalah ± mg/l dan rata-rata logam kromium akhir yang terdapat dalam larutan sebesar ± mg/l. Untuk biomassa 0,5 g, rata-

4 37 rata jumlah logam kromium yang terserap adalah ± mg/l dan ratarata logam kromium akhir yang terdapat dalam larutan sebesar ± mg/l. Untuk biomassa 0,7 g, rata-rata jumlah logam kromium yang terserap adalah ± mg/l dan rata-rata logam kromium akhir yang terdapat dalam larutan sebesar ± mg/l. Untuk biomassa 0,9 g, rata-rata jumlah logam kromium yang terserap adalah ± mg/l dan rata-rata logam kromium akhir yang terdapat dalam larutan sebesar ± mg/l. Sedangkan untuk biomassa 1,1 g, rata-rata jumlah logam kromium yang terserap adalah ± mg/l dan rata-rata logam kromium akhir yang terdapat dalam larutan sebesar ± mg/l. Untuk keseluruhan data diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah logam kromium yang terserap paling besar terdapat pada biomassa 1,1 g, yaitu sebesar ± mg/l dan yang paling kecil pada biomassa 0,1 g yaitu ± mg/l. Sedangkan untuk rata-rata kromium akhir yang paling besar terdapat pada biomassa 0,1 g sebesar ± mg/l dan yang paling kecil terdapat pada biomassa 1,1 g sebesar ± mg/l. b. Persentase Penyerapan Kromium oleh S. platensis Persentase penyerapan kromium oleh biomassa diperoleh dengan cara membagi kromium terserap dengan kromium awal dikali 100%. Hasil rata-rata persentase penyerapan kromium oleh mikroalga dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

5 38 Tabel 4.2 Rata-rata persentase penyerapan kromium setelah proses pengontakan (ph 5, waktu kontak 30 menit) biomassa S. platensis yang berbedabeda. No Sampel (g) Cr awal (mg/l) Persentase penyerapan (%) 1 J1 0, J2 0, J3 0, J4 0, J1 0, J2 0, J3 0, J4 0, J1 0, J2 0, J3 0, J4 0, J1 0, J2 0, J3 0, J4 0, J1 0, J2 0, J3 0, J4 0, J1 1, J2 1, J3 1, J4 1, Rata-rata persentase penyerapan (%) 0.341± ± ± ± ± ± Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui persentase penyerapan setelah pengontakkan selama 30 menit dengan ph 5 dan pada jumlah biomassa yang berbeda. Dalam hal ini terjadi kecenderungan peningkatan persentase penyerapan kromium biomassa S. platensis 0,1 g hingga 1,1 g. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada jumlah biomassa 0,1 g rata-rata persentase penyerapannya sebesar ± %. Untuk jumlah biomassa 0,3 g, rata-rata persentase penyerapannya sebesar

6 ± %. Pada biomassa 0,5 g rata-rata persentase penyerapannya sebesar ± %. Untuk biomassa 0,7 g rata-rata persentase penyerapannya sebesar ± %. Untuk biomassa 0,9 g rata-rata persentase penyerapannya sebesar ± % dan untuk biomassa 1,1 g rata-rata persentase penyerapannya sebesar ± %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rata-rata persentase penyerapan tertinggi terdapat pada jumlah biomassa 1,1 g yaitu ± % dan untuk rata-rata persentase terkecil terdapat pada jumlah biomassa 0,1 g yaitu sebesar 0.341± %. Gambar 4.1 Grafik hubungan jumlah biomassa terhadap persentase penyerapan logam kromium. Persentase Penyerapan (%) Persentase Penyerapan Berat Biomassa S. platensis (g) Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin besar jumlah biomassa mikroalganya, maka semakin besar pula persentase penyerapan logam kromiumnya. Dari jumlah biomassa 0,7 g ke 0,9 g terdapat peningkatan yang cukup tinggi, yaitu dari % ke %. Sehingga secara keseluruhan bila dilihat dari grafik tersebut persentase penyerapan tertinggi terdapat pada biomassa

7 40 1,1 g sebesar % dan persentase penyerapan terendah pada jumlah biomassa 0,1 g yaitu sebesar %. c. Kapasitas Biosorpsi pada Biosorben Untuk memperoleh kapasitas biosorpsi ini dihitung dengan menggunakan persamaan Langmuir, yaitu konsentrasi terserap dikali dengan volume larutan dibagi dengan berat dari biomassa tersebut. Hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat rata-rata kapasitas biosorpsinya pada Tabel 4.3 dibawah ini. Tabel 4.3 Rata-rata kapasitas biosorpsi setelah proses pengontakkan (ph 5, waktu pengontakkan 30 menit) pada jumlah biomassa yang berbeda-beda. No Sampel (g) 1 J1 0,1 2 J2 0,1 3 J3 0,1 4 J4 0,1 5 J1 0,3 6 J2 0,3 7 J3 0,3 8 J4 0,3 9 J1 0,5 10 J2 0,5 11 J3 0,5 12 J4 0,5 13 J1 0,7 14 J2 0,7 15 J3 0,7 16 J4 0,7 17 J1 0,9 18 J2 0,9 19 J3 0,9 20 J4 0,9 21 J1 1,1 22 J2 1,1 23 J3 1,1 24 J4 1,1 Rata-rata kromium terserap (mg/l) Rata-rata kapasitas biosorpsi (mg/g) ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 0.012

8 41 Dari hasil pengontakkan pada ph 5 dengan waktu kontak 30 menit, diperoleh nilai rata-rata kapasitas biosorpsi yang cenderung semakin besar seiring dengan bertambahnya biomassa kering S. platensis. Dari Tabel 4.3 diketahui untuk jumlah biomassa 0,1 g nilai kapasitas biosorpsinya ± mg/g. Untuk biomassa 0.3 g nilai rata-rata kapasitas biosorpsi yang diperoleh adalah ± mg/g. Untuk biomassa 0.5 g nilai rata-rata kapasitas biosorpsi yang diperoleh adalah ± mg/g. Pada jumlah biomassa 0.7 g nilai rata-rata kapasitas biosorpsi yang diperoleh adalah ± mg/g. Kemudian pada biomassa 0.9 g nilai rata-rata kapasitas biosorpsi yang diperoleh adalah ± mg/g. Sedangkan pada jumlah biomassa 1.1 g nilai rata-rata kapasitas biosorpsi yang diperoleh adalah ± mg/g. Bila dilihat secara keseluruhan, maka nilai rata-rata kapasitas biosorpsi yang paling tinggi terdapat pada biomassa dengan berat 0.9 g yaitu sebesar ± mg/g, sedangkan untuk nilai rata-rata kapasitas biosorpsi yang paling rendah terdapat pada jumlah biomassa 0.1 g, yaitu sebesar ± mg/g. Gambar 4.2 Grafik hubungan jumlah biomassa S. platensis terhadap kapasitas biosorpsi logam kromium Kapasitas biosorpsi (mg/g) Kapasitas Biosorpsi Berat biomassa S. platensis (g)

9 42 Berdasarkan grafik pada Gambar 4.2 menunjukkan hubungan antara variasi jumlah biomassa spirulina terhadap kapasitas biosorpsi. Dari grafik tersebut dapat dilihat adanya penurunan kapasitas biosorpsi dari biomassa 0.1 g ke 0.3 g, yaitu dari ± mg/g menjadi ± mg/g. Namun setelah itu terjadi peningkatan kembali nilai kapasitas biosorpsi hingga pada jumlah biomassa 0.9 g, dan pada jumlah biomassa 0.9 g ini memiliki kapasitas biosorpsi yang paling besar yaitu ± mg/g, karena setelah itu nilai dari kapasitas biosorpsinya menurun menjadi ± mg/g yang dimiliki oleh biomassa 1.1 g. Berdasarkan hasil uji statistika terhadap kapasitas biosorpsi menunjukkan bahwa data yang didapatkan tidak homogen karena angka signifikansi lebih kecil dari 0.05, yaitu Sedangkan hasil uji normalitas terjadi penerimaan Ho karena angka signifikansi lebih besar dari 0.05 yaitu 0.414, sehingga dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Merujuk dari hasil pengujian sebelumnya maka selanjutnya data diuji lagi menggunakan uji Kruskal-Wallis yaitu uji non parametrik sederhana untuk membandingkan median dari tiga atau lebih sampel. Dari hasil perhitungan diperoleh K hitung > K tabel pada taraf keparcayaan = 0.05 sehingga Ho DITOLAK yang artinya terdapat perbedaan median yang signifikan dari besarnya kapasitas biosorpsi logam kromium dari berbagai konsentrasi biomassa kering spirulina. Hal ini berarti secara statistik dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan dari berbagai konsentrasi biomassa kering S. platensis terhadap kapasitas biosorpsi logam kromium.

10 43 B. PEMBAHASAN a. Tahap Persiapan Pada saat preparasi sampel S. platensis dipisahkan dari mediumnya dengan cara disaring menggunakan kain nylon, hal ini didukung oleh pernyataan Bachtiar (2007: 10) bahwa pemanenan alga Spirulina platensis dapat dilakukan dengan cara menyaring alga tersebut dengan menggunakan saringan kain nylon yang berukuran mesh. Karena selain tidak merusak sel, air yang keluar juga semakin banyak bila dibandingkan dengan di sentrifugasi dan disaring menggunakan kertas saring (Jourdan, 2001: 7). Untuk memperoleh biomassa kering, proses pengeringan S. platensis dikeringkan menggunakan kipas angin selama 48 jam. Hal ini bertujuan agar protein dari S. platensis tidak terdenaturasi. Karena protein bila terlalu lama dipanaskan akan terdenaturasi (Winarno, 1997: 67). Adapun untuk skala industri, pengeringan spirulina ini menggunakan freeze dryng, karena merupakan cara yang terbaik untuk mengeringkan, namun cara ini terlalu mahal dan rumit. Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari paling umum digunakan oleh sebagian produsen, namun memerlukan sedikit kehati-hatian. Pengeringan dengan matahari secara langsung harus dilakukan secara cepat, karena dapat merusak klorofil dan S. platensis yang kering akan terlihat kebiruan (Jourdan, 2001: 12). Metode analisis dengan Atomic Absorption Spectrometry (AAS) digunakan untuk menentukan konsentrasi logam berat kromium yang terserap oleh S. platensis. Prinsip kerja dari AAS ini pada dasarnya adalah suatu proses pengatoman dari tingkat dasar ke tingkat tinggi, dalam proses pengatoman ini setiap logam berat memiliki penyinaran dengan panjang gelombang yang spesifik

11 44 (Basset et al, 1989: 779). Menurut Hendayana (1994: 8) kerja dari AAS ini mirip dengan metode fotometri nyala tetapi sumber energinya berupa lampu katode burlubang (hollow cathode lamp), sedang nyala pembakar berguna untuk mengaktifkan atom-atom logam sebelum menyerap energi. Karena itu, dengan metode ini hampir semua atom logam yang terdaftar dalam sistem periodik dapat ditentukan konsentrasinya. b. Hasil Analisis Kromium yang Terserap oleh S. platensis Dari hasil penelitian pada Tabel 4.1, menunjukkan bahwa biomassa kering Spirulina platensis yang berasal dari Laboratorium Pakan BBPBAP Jepara diduga memiliki kemampuan untuk menyerap logam berat kromium. Hal ini didukung oleh penjelasan Kratochvil et al (2000: 2) bahwa mikroalga dikatakan berpotensi sebagai biosorben ketika terjadi peningkatan penyerapan logam kromium untuk jumlah biomassa yang semakin besar. Menurut Suhendrayatna (2001: 5), Chojnacka, (2007: 218), Putra (2003: 2), Vijayaraghavan et al (2008: 272) dan Zhou et al., (1998: 67) juga dikatakan bahwa mikroalga memiliki potensi dalam mengabsorpsi logam berat. Proses absorpsi yang terjadi melibatkan permukaan sel dari mikroalga tersebut, karena terjadi formasi kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksikarboksi yang berada pada dinding sel. Proses biosorpsi ini bersifat bolak balik dan cepat. Proses bolak balik ikatan ion logam berat di permukaan sel ini dapat terjadi pada sel mati dan sel hidup dari suatu biomassa (Suhendrayatna, 2001: 5) karena pada dinding mikroalga juga terdapat polisakarida, lipid dan protein yang

12 45 ikut berperan dalam pertukaran kation dan anion logam (Donmez et al., 1999: 888). Menurut Darmono (1995: 84) hampir semua ion logam selalu berinteraksi dengan kompleks protein secara cepat. Karena ion tersebut seimbang dengan cepat, sehingga perlakuan termodinamik cukup peka. Bentuk ikatan kompleks antara ion logam seperti Cu(II) dan asam amino merupakan contoh sederhana dari interaksi ion logam dengan protein. Kemampuan molekul protein yang mempunyai banyak rantai ikatan asam amino, gugus karboksilat adalah gugus yang penting dalam mengikat ion logam. Atom N merupakan tempat utama dalam ikatan tersebut. Struktur kompleks dan adanya tempat ikatan dalam protein, menyebabkan naiknya kemampuan mengontrol pelekatan ion logam dan mengontrol fungsi dan reaksi dari logam tertentu. Protein dapat mengontrol tempat dan jumlah ikatan ion, kemampuan oksidasi ion, laju oksidasi dan reduksi ion logam dalam suatu lingkungan protein. c. Persentase Penyerapan Kromium oleh S. platensis Dari persentase penyerapan juga terjadi peningkatan sesuai dengan meningkatnya jumlah biomassa dari S. platensis. Hal ini dapat dikatakan bahwa S. platensis memiliki potensi sebagai biosorben logam berat, begitu juga menurut Chojnacka (2007: 219) yang menyebutkan bahwa mikroalga efektif dalam mengikat ion logam dari larutan. Untuk mikroalga hijau-biru Spirulina sp merupakan biosorben yang sangat baik untuk mengikat ion logam Cr(III), Cd(II) dan Cu(II) dari larutan (Chojnacka (2007: 219)). Menurut Vannela et al (2006: 1290) kecepatan biosorpsi logam oleh S. platensis mengindikasikan bahwa

13 46 mikroalga ini bisa digunakan sebagai biosorben yang efisien untuk menyerap logam berat. Kehadiran jumlah biomassa yang tinggi menyebabkan proses pengikatan ke dalam sel sangat cepat dan menghasilkan konsentrasi dalam larutan menjadi rendah dibandingkan ketika jumlah biomassa rendah. Karena semakin besar jumlah biosorben, maka semakin tinggi sisi aktif dari selnya (Donmez et al., 1998: 888). Dari variasi jumlah biomassa yang digunakan diduga berpengaruh besar terhadap penyerapan logam kromium dalam larutan. Hal ini terjadi dikarenakan biomassa membentuk ikatan kation logam berat melalui proses pertukaran ion baik secara lemah maupun kuat terhadap gugus fungsi asam dalam biomassa yang mengikat kation logam berat dari larutan dalam pertukaran untuk proton dan/atau kation pada logam ringan seperti Na, Mg dan Ca (Kratochvil et al., 2003: 2). Sebagai dinding sel yang bermuatan negatif, terdapat banyak gugus aktif karboksil yang berperan dalam pengikatan kation logam. Beberapa molekul ion yang berperan sebagai kation dalam larutan, juga berikatan dengan karboksil dan gugus muatan negatif yang terdapat pada dinding sel. Vijayaraghavan et al (2008: 272) juga menyatakan bahwa gugus karboksil pada dinding sel yang mengandung peptidoglikan dari Streptomyces pilosus bereaksi mengikat tembaga. Juga gugus amin yang sangat efektif dalam mengikat ion logam, tidak hanya kation kelat ion logam, tetapi juga menyerap jenis logam anionik melalui interaksi elektrostatik atau ikatan hidrogen.

14 47 Kang et al (2007: 57) meneliti bahwa gugus amin terprotonasi pada ph 3 dan mengikat ion kromium yang bermuatan negatif melalui interaksi elektrostatik. Vijayaraghavan et al (2008: 272) menegaskan bahwa gugus amin dari C. glutamicum mampu untuk mengikat anion secara reaktif melalui pengikatan elektrostatik. Secara umum, peningkatan ph dapat meningkatkan seluruh muatan negatif pada permukaan sel sampai gugus fungsi yang terdeprotonasi stabil. Anion akan berinteraksi lebih kuat dengan sel dengan meningkatnya konsentrasi muatan positif, sehingga protonasi dari gugus fungsi terjadi pada ph yang lebih rendah. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan ph 5 yang diperkirakan merupakan kondisi optimum. d. Kapasitas Biosorpsi pada Biosorben Bila dilihat dari Gambar 4.2 kapasitas biosorpsi dari S. platensis mengalami peningkatan sesuai dengan meningkatnya jumlah biosorbennya. Namun terjadi penurunan pada berat biomassa 0.3 g dan 1.1 g. Hal ini bisa saja terjadi karena pada saat proses destruksi ada sebagian dari S. platensis yang tidak terdestruksi, sehingga logam kromium yang terikat tidak seluruhnya terikat oleh larutan pendestruksi yaitu asam nitrat. Untuk larutan pendestruksi digunakan asam nitrat, karena hampir semua logam akan larut dalam asam, terutama asam nitrat. Asam nitrat ini akan mengikat kembali logam kromium yang sebelumnya terikat oleh biosorben sehingga akan kembali menjadi senyawa krom nitrat (Cr(NO 3 ) 3.9H 2 O). Rivai (2000) dalam Surtikanti (2007: 41) mengemukakan bahwa jenis pelarut yang digunakan dalam analisis logam dapat mempengaruhi hasil analisis tersebut, ekstraksi sampel dengan menggunakan pelarut HNO 3 menghasilkan konsentrasi

15 48 logam berat hampir 10 kali lebih tinggi daripada pelarut HCl. Sehingga pada saat dilakukan pengukuran menggunakan Atomic Absorption Spectrometry (AAS) logam yang terikat akan terukur. Menurut hasil yang ada, S. platensis memiliki kemampuan untuk menyerap logam berat kromium. Hal ini dikarenakan pada dinding selnya terdapat gugus hidroksil, karbonil, karboksil, sulfidril, thioeter, sulfonat, amin, imin, amida, amidazole, fosfonat, dan fosfodiester (Regine et al, 2000: 19). Namun menurut Vijayaraghavan et al (2008: 272), larutan kimia tidak hanya berpengaruh pada gugus kimia dari permukaan sel, tetapi spesifikasi logam juga berpengaruh. Lebih lanjut didiskusikan hasil dari penelitian menyatakan bahwa 1). Cr (III) terserap kedalam mikroalga dengan mekanisme pertukaran ion, 2). Hal tersebut sangat sulit untuk ditentukan stoikiometri pada saat pertukaran dari perubahan ph yang terjadi dalam sistem sejak adanya proton dalam beberapa reaksi pada waktu yang sama (Kratochvil et al, 2000: 3). Menurut Naja et al (2004: 2) prisip kerja biosorben mikroalga mirip dengan resin penukar ion, yaitu dapat disiapkan dalam bentuk ion yang berbeda, seperti bentuk Ca. Biosorpsi ion logam oleh Ca yang dimiliki biomassa mikroalga dapat dilihat sebagai penukar ion yang sederhana. Lebih lanjut dikemukakan oleh Solisio et al (2005: 1757) bahwa penguraian gugus fungsi yang terdapat pada permukaan sel dapat berpengaruh terhadap disperse sel, sehingga mencegah terjadinya aglomerasi. Bila dilihat dari hasil perhitungan secara statistik dengan menggunakan Kruskal-Wallis, bahwa Ho ditolak karena K hitung (22.4) > K tabel (11.07) pada

16 49 derajat kepercayaan = 0.05 yang artinya secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan dari berbagai variasi berat biomassa kering S. platensis terhadap kapasitas biosorpsi. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa S. platensis yang digunakan sebagai sumber protein bagi manusia ternyata walaupun rendah tetapi memiliki potensi sebagai biosorben untuk logam berat khususnya kromium. Sehingga apabila akan digunakan sebagai biosorben pada pengolahan air limbah pabrik harus melalui berbagai pengujian lagi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dilakukan manipulasi terhadap variabel dan adanya kontrol (Nazir, 1983: 284). B. Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Dengan semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar maupun kecil (skala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

2016 BIOSORPSI LOGAM KROMIUM HEKSAVALEN

2016 BIOSORPSI LOGAM KROMIUM HEKSAVALEN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kromium (Cr) merupakan salah satu kontaminan yang sering ditemukan dalam limbah industri (He dan Paul, 2014). Kromium banyak digunakan pada industri penyamakan kulit,

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan serapan pada berbagai panjang gelombang tertera pada Gambar 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan serapan pada berbagai panjang gelombang tertera pada Gambar 2. Penentuan Konsentrasi Kromium Heksavalen Larutan Limbah Tekstil Dengan Metode Penambahan Standar Larutan standar Cr 6+ sebanyak 12,5 ml dengan variasi konsentrasi Cr 6+ 0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies 4. PEMBAHASAN Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah buah jeruk keprok Malang yang masih mentah. Hal ini disebabkan karena pada buah yang belum matang lamella belum mengalami perubahan struktur

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Perolehan Organicremoval Hasil pembuatan organicremoval dari kulit singkong dan kulit kacang tanah dari 100 gram kulit mentah diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Pengambilan

Lebih terperinci

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi beberapa tahun terakhir ini menyebabkan peningkatan jumlah limbah, baik itu limbah padat, cair maupun gas. Salah satunya adalah pencemaran

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM LAMPIRAN 56 57 LAMPIRAN Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) 1. Preparasi Adsorben Raw Sludge Powder (RSP) Mempersiapkan lumpur PDAM Membilas lumpur menggunakan air bersih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

Warna Bau ph Kuning bening Merah kecoklatan Coklat kehitaman Coklat bening

Warna Bau ph Kuning bening Merah kecoklatan Coklat kehitaman Coklat bening BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Penelitian ini mengambil enam sampel limbah batik. Untuk mempermudah penyebutan sampel, sampel diberi kode berdasarkan tempat pengambilan sampel. Keterangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. Keberadaan logam- logam ini sangat berbahaya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Berbagai kegiatan manusia seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskritif yaitu metode yang menjelaskan atau menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta di lapangan dan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen karena telah dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian dan terdapat kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari

Lebih terperinci

DARI LARUTAN LOGAM SINTETIS DAN AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA CHLORELLA VULGARIS

DARI LARUTAN LOGAM SINTETIS DAN AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA CHLORELLA VULGARIS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 PEMISAHAN LOGAM BERAT Cu DAN Cd DARI LARUTAN LOGAM SINTETIS DAN AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA CHLORELLA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri banyak memberikan dampak terhadap kehidupan manusia, di satu sisi dapat meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu dengan meningkatnya pendapatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Tempat : Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Putri Cempo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Waktu : Januari s.d Juni 013. B. Jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Penentuan Kadar Glukosa Darah Oleh : Kelompok 4 - Offering C Desy Ratna Sugiarti (130331614749) Rita Nurdiana (130331614740)* Sikya Hiswara (130331614743) Yuslim Nasru S. (130331614748)

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk pada saat ini, mengakibatkan segala macam bentuk kebutuhan manusia semakin bertambah. Bertambahnya kebutuhan hidup manusia mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil bagian dalam menyebabkan pencemaran lingkungan (Giyatami, dkk. 2008). Pencemaran lingkungan oleh logam berat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L-1.1 DATA HASIL PERSIAPAN ADSORBEN Berikut merupakan hasil aktivasi adsorben batang jagung yaitu pengeringan batang jagung pada suhu tetap 55 C. L-1.1.1 Data pengeringan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2010 sampai Maret 2011 di Laboratorium Bagian Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB dan di Laboratory of Applied

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PENGGUNAAN EM4 DAN BIO HS SEBAGAI PENYERAP ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PENGGUNAAN EM4 DAN BIO HS SEBAGAI PENYERAP ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan kecenderungan yang mengarah pada green science, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan yang membantu pelestarian

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang memunculkan berbagai macam industri tidak dapat dipisahkan dari pertimbangan lingkungan hidup, maka diperlukan suatu keseimbangan dimana pengembangan

Lebih terperinci

Penurunan Kadar Tembaga Dalam Larutan Dengan Menggunakan Biomassa Bulu Ayam*

Penurunan Kadar Tembaga Dalam Larutan Dengan Menggunakan Biomassa Bulu Ayam* Akta Kimindo Vol. 2 No. 1 Oktober 2007: 57 66 AKTA KIMIA INDONESIA Penurunan Kadar Tembaga Dalam Larutan Dengan Menggunakan Biomassa Bulu Ayam* Yatim Lailun Ni mah** dan Ita Ulfin Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH KELOMPOK 8 1. NI WAYAN NIA ARISKA PURWANTI (P07134013010) 2. NI KADEK DWI ANJANI (P07134013021) 3. NI NYOMAN SRI KASIHANI (P07134013031) 4. GUSTYARI JADURANI GIRI (P07134013039)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahanperubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia, termasuk di Yogyakarta, selain membawa dampak positif juga menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya peningkatan jumlah limbah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 April 3 Mei 2013, dimana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 April 3 Mei 2013, dimana BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 April 3 Mei 2013, dimana diawali dengan pengambilan Fly Ash di PT. PG Tolangohula

Lebih terperinci

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kultivasi Spirulina fusiformis Pertumbuhan Spirulina fusiformis berlangsung selama 86 hari. Proses pertumbuhan diketahui dengan mengukur nilai kerapatan optik (Optical Density).

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya

Lebih terperinci

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens Mardiyono 1, Ratno Agung Samsumaharto 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi 2 Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi fikosianin dari spirulina yang digunakan sebagai pewarna alami pada minuman. Fikosianin ini memberikan warna biru alami, sehingga tidak memberikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2013 bertempat di Laboratorium Biomassa Terpadu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan perubahan warna email gigi pada sampel yang diberi bahan pemutih gigi yaitu hidrogen peroksida

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang industri saat ini cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan manusia seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif karena tidak dilakukan perlakuan terhadap objek yang diuji (Nazir,

Lebih terperinci