ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA KRISAN POTONG DI KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA KRISAN POTONG DI KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA KRISAN POTONG DI KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI RR. MIRANTI CANDRANINGTYAS H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 RINGKASAN RR. MIRANTI CANDRANINGTYAS. Analisis Kelayakan Usaha Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARMINI). Nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional terus mengalami peningkatan dari Tahun 2007 hingga Tahun Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik di masa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Komoditas hortikultura yang mengalami peningkatan cukup tajam adalah komoditas tanaman hias atau florikultura. Laju pertumbungan share subsektor tanaman hias pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura bernilai positif yang berarti terjadi peningkatan pada komoditi tersebut sebesar 0,87 persen per tahun. Diantara jenis komoditas tanaman hias, bunga potong memiliki peluang yang cukup besar, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Salah satunya adalah krisan, krisan potong mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Dari proyeksi ekspor krisan pada Tahun 2007 diperkirakan mencapai US $ (BPS, 2005). Meski demikian, hingga saat ini pasokan krisan belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, sebagai salah satu sentra produksi krisan potong di Jawa Barat memiliki potensi lahan dan agroklimat yang mendukung sebagai daerah pengembangan komoditas pertanian tersebut. Namun jumlah permintaan akan krisan potong yang semakin meningkat belum sepenuhnya terpenuhi oleh produksi di Kecamatan Sukaresmi. Oleh karena itu muncul keinginan petani untuk meningkatkan skala usaha. Selain itu masyarakat sekitar pun tertarik untuk ikut mengusahakan krisan potong mengingat masih terbukanya peluang pasar komoditas khas Kecamatan Sukaresmi itu. Namun keinginan petani dan masyarakat terbentur adanya kendala modal sehingga diperlukan analisis kelayakan usaha yang dilakukan melalui aspek non finansial dan aspek finansial. Ketidakpastian akan dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang mampu mempengaruhi kelayakan terutama dari aspek finansial. Perubahanperubahan yang mungkin terjadi antara lain penurunan harga jual krisan potong dan peningkatan harga input variabel. Untuk melihat kondisi kelayakan usaha dengan adanya perubahan tersebut maka perlu dilakukan analisis sensitivitas pada usaha komoditas pertanian ini. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, serta aspek lingkungan, (2) menganalisis kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi pada aspek finansial, (3) menganalisis sensitivitas kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi bila terjadi perubahan harga jual krisan potong dan harga beli bibit dengan menggunakan analisis switching value. Penelitian dilakukan di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Februari Data primer diperoleh melalui metode wawancara langsung dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Analisis

3 dilakukan secara kualitatif pada aspek-aspek non finansial dan secara kuantitatif pada aspek finansial dengan program komputer Microsoft excel Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek pasar, usaha krisan potong di wilayah ini masih memiliki peluang pasar. Pada bauran pemasaran tidak terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya proses pemasaran. Pada aspek teknis, pemilihan lokasi hingga teknik budidaya tidak menemui kendala yang berarti. Pada aspek manajemen, meskipun manajemen usaha masih sederhana namun telah terdapat pembagian tugas yang jelas dan usaha ini pun terdafatar dalam keanggotaan gapoktan setempat. Pada aspek sosial dan lingkungan, usaha ini memberikan dampak positif yang cukup banyak bagi masyarakat sekitar. Secara aspek non finansial, usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi layak untuk dilaksanakan. Analisis aspek finansial dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan usaha dengan modal mandiri (skenario I) dan pelaksanaan usaha dengan modal pinjaman (skenario II). Pada skenario I diperoleh nilai NPV sebesar Rp ,70, sedangkan pada skenario II diperoleh nilai NPV sebesar Rp ,70. IRR masing-masing skenario adalah 103 persen untuk skenario I dan 207,65 persen untuk skenario II. Net B/C dari skenario I sebesar 3,43 sementara untuk skenario II sebesar 8,04. Lama Payback Period dari kedua skenario adalah kurang dari dua tahun. Dapat disimpulkan bahwa usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi lebih layak untuk dilaksanakan jika dibiayai oleh modal pinjaman. Karena meskipun nilai NPV dari skenario I lebih besar, namun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Sebaliknya Nilai IRR dan Net B/C dari skenario II jauh lebih besar dibandingkan skenario I. Hasil analisis switching value pada skenario I memperlihatkan bahwa jika harga jual krisan potong menurun lebih dari 51,67 persen atau harga bibit meningkat lebih dari 651,46 persen, maka usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis switching value pada skenario II memperlihatkan bahwa jika harga harga jual krisan potong menurun lebih dari 51,15 persen atau harga bibit meningkat lebih dari 633,39 persen maka usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Hasil ini memperlihatkan bahwa usaha dengan modal pinjaman lebih sensitif terhadap penurunan harga jual krisan potong dan peningkatan harga bibit dibandingkan dengan pembiayaan dari modal sendiri.

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA KRISAN POTONG DI KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR RR. MIRANTI CANDRANINGTYAS H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur : Rr. Miranti Candraningtyas : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Harmini, MSi NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2013 Rr. Miranti Candraningtyas H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Nganjuk pada tanggal 7 April Penulis merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak R. Harnyoto dan Ibu Nurtiani Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Yayasan Wanita Kereta Api (YWKA) Kertosono yang diselesaikan pada tahun 1994, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SDN BANARAN I KERTOSONO yang diselesaikan pada tahun Sekolah menengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri I Kertosono pada tahun 2003 sedangkan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri I Kertosono pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun Selama masa perkuliahan, penulis juga tercatat sebagai anggota Departemen Sosial Lingkungan dan Pengabdian Masyarakat, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada periode kepengurusan Tahun

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridha-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Krisan potong merupakan salah satu jenis komoditas bunga potong yang memiliki peluang pasar yang cerah. Sebagai salah satu sentra budidaya krisan potong di Indonesia, Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur masih mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar yang ada. Dengan luasnya lahan potensial yang tersedia untuk mengusahakan budidaya krisan potong, maka tersedia peluang bagi petani atau pengusaha untuk membuka usaha krisan potong baru di wilayah ini. Oleh karena itu sebelum menjalankan usaha diperlukan analisis untuk mengetahui kelayakan usaha baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Februari 2013 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1. Ir. Harmini, MSi sebagai pembimbing skripsi atas bimbingannya, kesabaran, waktu, pikiran, perhatian, arahan dan nasihat yang diberikan. 2. Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP. M.Agribis selaku penguji Utama pada ujian sidang yang telah memberikan masukan dan arahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini menjadi lebih baik. 3. Dra. Yusalina, MS selaku penguji Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis pada ujian sidang yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang bermanfaat bagi perbaikan skripsi ini. 4. Bapak H. Dadang selaku petani responden krisan potong di Kecamatan Sukaresmi yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. 5. Kedua orang tua tercinta Bapak R. Harnyoto dan Ibu Nurtiani atas doa, kasih sayang, kepercayaan, sarana dan prasarana yang telah diberikan. 6. Kakak-kakak Bayu Yudianto, Endro Lukito, Teguh Widodo, Retno Yustriningtyas, Anugrah Hendratno, Dyah Nani Retnaningtyas, Hanis Mohammad Candra, atas kasih sayang, doa serta dukungan berupa moral maupun materil. 7. Rekan satu perjuangan: Lina, Fatimah Khairunnisa, Agista Rosiana, Emijar, dan Uni yang memberikan bantuan, semangat serta doa. 8. Sahabat-sahabat tercinta: Ichfani Listyawati, Achmad Fadillah, Devi Mustikawati, Gangga Nanda Adi Surya dan Faisal Nafis atas bantuan, inspirasi, kebersamaan, keceriaan yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini. 9. Pihak-pihak lain yang ikut membantu namun tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis, baik yang ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Ruang Lingkup II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Umum Krisan Potong Sistem Agribisnis Krisan Potong Subsistem Pengadaan Input dan Penyaluran Sarana Produksi Subsistem Usahatani (Budidaya) Subsistem Pemasaran Subsistem Pendukung Hasil Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Aspek Kelayakan Bisnis Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek Finansial Analisis Sensitivitas Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Sampel Metode Analisis Data Metode Analisis Kelayakan Usaha Krisan Potong Metode Analisis Sensitivitas Asumsi Dasar V GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKARESMI Kondisi Wilayah Kecamatan Sukaresmi Gapoktan Seruni Citra Resmi Kegiatan Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi xiii xv xvi

11 5.4 Pemasaran Produk Kegiatatan Manajerial VI ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Analisis Peluang Pasar Bauran Pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Hasil Analisis Pasar Aspek Teknis Lokasi Usaha Skala Usaha Proses Budidaya Krisan Potong ) Persiapan Lahan ) Penanaman Bibit ) Penyulaman ) Pemeliharaan ) Pengelolaan Panen dan Pascapanen Hasil Analisis Aspek Teknis Aspek Manajemen Struktur Organisasi Deskripsi Pekerjaan Hasil Analisis Aspek Manajemen Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan VII ASPEK FINANSIAL Analisis Biaya Manfaat Analisis Biaya Biaya Investasi Biaya Operasional ) Biaya Operasional Tetap ) Biaya Operasional Variabel Pembayaran Pinjaman Analisis Manfaat Analisis Laba Rugi Analisis Kelayakan Investasi Skenario Usaha I (Modal Mandiri) Skenario Usaha II (Modal Pinjaman) Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Kedua Skenario Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Krisan Potong Peningkatan Harga Beli Bibit Krisan xi

12 VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Volume dan Nilai Ekspor Bunga Potong Indonesia Tahun Volume Penjualan Tanaman Hias di Indonesia Tahun Produksi Bunga Krisan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun Rincian Penelitian Terdahulu Luas Lahan Desa-Desa di Kecamatan Sukaresmi Pola Pertanaman Lahan Sawah Kecamatan Sukaresmi Selama Satu Tahun Data Kelompok Tani Anggota Gapoktan Seruni Citra Resmi Nama Varietas Bunga Krisan Potong Produksi Kecamatan Sukaresmi Rata-Rata Harga Jual Bunga Krisan Potong per Ikat Kecamatan Sukaresmi pada Tahun Proyeksi Penjualan Kelompok Tani Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi Tahun Deskripsi Pekerjaan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi Biaya Investasi Usaha Krisan Potong Kecamatan Sukaresmi Reinvestasi Tahun Ke Tiga Biaya Operasional Tetap per Tahun Skenario I Kebutuhan Pupuk dan Pestisida per Tahun Penggunaan Tenaga Kerja Per Tahun Biaya Pasca Panen Selama Setahun Produksi dan Penerimaan Krisan Potong Selama Tahun Pertama Produksi dan Penerimaan Krisan Potong Selama Tahun Ke Dua dan Seterusnya Nilai Sisa Aset Usaha... 76

14 22. Kelayakan Vinansial Skenario I (Modal Pribadi) Kelayakan Finansial Skenario II (Permodalan Pinjaman) Perbandingan Analisis Kelayakan Finansial Kedua Skenario Hasil Perhitungan Interpolasi pada Variabel Harga Krisan Potong Hasil Perhitungan Interpolasi pada Variabel Harga Bibit xiv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tahapan Pascapanen Krisan Potong Bagan Alur Kerangka Operasional Greenhouse Tipe Sere Kemasan Krisan Potong Tipe Standar Saluran Pemasaran Krisan Potong Kecamatan Sukaresmi Struktur Organisasi Pengusahaan Krisan Potong di Kecamatan Seruni Citra Resmi... 55

16 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Produksi Bunga Krisan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun Siklus usaha Budidaya Krisan Potong Seluas m2 Selama Setahun Biaya Investasi Usaha Krisan Potong Luas m Perhitungan Biaya PBB Perhitungan Pembayaran Angsuran pada Tahun Ke Dua dan Seterusnya Biaya Pembuatan Satu Unit Greenhouse dengan Luas 200 m Perhitungan Biaya Penyusutan dan Nilai Sisa Aset Usaha Rincian Kebutuhan Pupuk dan Pestisida dalam Setahun Proyeksi Laba Rugi Usaha Krisan Potong denga Luasan 1000 m 2 (Skenario I) Proyeksi Laba Rugi Usaha Krisan Potong dengan Luasan 1000 m 2 (Skenario II) Cashflow Usaha Krisan Potong dengan Luasan 1000 m 2 (Skenario I) Cashflow Usaha Krisan Potong dengan Luasan 1000 m 2 (Skenario II) Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value Skenario I dengan Perubahan Harga Jual Krisan Potong Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value Skenario II dengan Perubahan Harga Jual Krisan Potong Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value Skenario I dengan Perubahan Harga Bibit Krisan Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil Switching Value Skenario II dengan Perubahan Harga Bibit Krisan

17 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komponen PDB nasional yang memberikan kontribusi terhadap penerimaan devisa negara. Tahun 2008, subsektor hortikultura memberikan kontribusi sebesar 19 persen dalam PDB pertanian 1. Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Produksi dan luas panen komoditas hortikultura di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun PDB 2007 PDB 2007 PDB 2007 Laju Pertumbuhan Komoditas Nilai Nilai Nilai % % % Share (Milyar Rp) (Milyar Rp) (Milyar Rp) (%/tahun) Sayuran , , ,53 1,82 Buahbuahan , , ,84-0,28 Tanaman , , ,22 0,87 hias Biofarmaka , , ,41-9,12 Total ,71 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) (diolah) Nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional terus mengalami peningkatan dari Tahun 2007 hingga Tahun Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik di masa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Komoditas hortikultura yang mengalami peningkatan cukup tajam adalah komoditas tanaman hias atau florikultura. Jika dilihat dari laju pertumbungan share pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura, subsektor tanaman hias bernilai positif yang berarti terjadi peningkatan pada komoditi tersebut sebesar 0,87 persen per tahun. Selain itu florikultura di Indonesia menjadi salah satu industri yang sedang dikembangkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan 1 Evaluasi Kinerja Mentan [8 Maret 2010]

18 petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata serta menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman (Zebua, 2011). Diantara jenis komoditas tanaman hias, bunga potong memiliki peluang besar baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Data Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2009 (Tabel 2) memberikan informasi mengenai perkembangan volume ekspor bunga potong Indonesia dari Tahun 2003 hingga 2007yang cenderung meningkat. Sedangkan prospek pasar domestik bunga potong dapat dilihat dari volume penjualan tanaman hias di Indonesia Tahun 2006 hingga Tahun 2007 pada Tabel 3. Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Bunga Potong Indonesia Tahun Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Harga Rata-Rata (US $/Kg) No , , , , , * ,76 Keterangan : * bukan merupakan Angka Tetap (ATAP) Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2009) Tabel 2 menunjukkan volume dan nilai ekspor bunga potong dari Tahun 2003 hingga 2008 memiliki kecenderungan meningkat. Menurut data Badan Pusat Statistik Tahun 2004, sebagian besar bunga potong Indonesia diekspor diantaranya ke Jepang, Korea Selatan, Singapura, Australia dan Amerika Serikat. Volume penjualan bunga potong di Indonesia pada Tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 3. Setelah mencapai 94,38 persen dari total penjualan tanaman hias, penjualan bunga potong Indonesia turun menjadi 87,94 persen pada Tahun Hal ini disebabkan pada Tahun 2007 tren daun potong seperti Anthurium sedang meningkat sehingga konsumen bunga potong sedikit beralih ke produk daun potong. 2

19 Tabel 3. Volume Penjualan Tanaman Hias di Indonesia Tahun No. Jenis komoditas Volume penjualan Rp % Rp % 1 Bunga potong ,00 94, ,00 87,94 2 Bunga potong ,00 2, ,00 7,29 Filler 3 Daun Potong ,00 0, ,00 1,06 4 Ranting ,00 0, ,00 0,10 5 Tanaman Hias ,00 0, ,00 0,12 Daun Pot 6 Tanaman Taman ,00 2, ,00 3,49 Total ,00 100, ,00 100,00 Sumber: Asosiasi Bunga Indonesia (2008) Meskipun mengalami penurunan, komoditas bunga potong masih memiliki volume penjualan terbesar, sehingga agribisnis bunga potong masih memiliki peluang bisnis yang baik diantara komoditas tanaman hias yang lain. Salah satu jenis bunga potong yang memiliki pasar prospektif adalah krisan. Hal ini dikarenakan krisan memiliki variasi warna dan bentuk yang cerah dan menarik, memiliki daya tahan kesegaran (vase life) yang cukup lama, mudah dirangkai, serta ekonomis. Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong penting di dunia. Pada era perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak diminati oleh beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapura dan Hongkong, serta Eropa seperti Jerman, Perancis dan Inggris (Permana, 2005).Krisan menempati urutan kedua setelah bunga mawar di pasar tanaman hias dunia. Krisan potong mempunyai peluang pasar yang sangat luas, baik domestik maupun ekspor. Pasar domestik yang potensial adalah pasar-pasar yang ada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Malang dan Denpasar, mengingat perilaku masyarakat di kota besar yang memanfaatkan krisan potong untuk menyambut hari-hari besar, upacara keagamaan, pesta, dekorasi hotel, rumah makan, dan lain-lain. Sebagai gambaran, proyeksi kebutuhan bunga potong di Pasar Rawabelong Jakarta pada Tahun 2007 mencapai tangkai, 26 3

20 persen diantaranya adalah krisan (Nurmalinda dan A.Yani, 2009). Selain itu dijelaskan lebih lanjut bahwa Departemen Pertanian meramalkan permintaan domestik untuk bunga potong meningkat persen per tahun. Selain dalam negeri, pasar luar negeri mempunyai potensi yang besar. Pada Tahun 2003, perdagangan krisan di Indonesia mengalami surplus sekitar US $ Ekspor komoditas ini ke negara-negera tujuan seperti Hongkong, Jepang, Singapore dan Malaysia pun mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun,. Dari proyeksi ekspor krisan pada Tahun 2007 diperkirakan mencapai US $ (BPS, 2005). Meski demikian, hingga saat ini pasokan krisan belum mencukupi kebutuhan dunia. Negara-negara penghasil utama krisan seperti Jepang dan Belanda hanya mampu memasok kurang dari 60 persen dan kontribusi negara-negara penghasil krisan di Asia Tenggara seperti Indonesia hanya sekitar sepuluh persen dari total permintaan dunia. Dengan demikian, peluang bisnis bunga krisan masih sangat besar. Peningkatan ekspor bunga krisan dengan mutu yang memadai ke pasar internasional masih sangat terbuka. Permintaan bunga krisan di pasar dapat pula diukur dengan menggunakan pendekatan penawaran (supply). Penawaran terhadap krisan potong dapat ditunjukkan dari volume produksi. Pada Tabel 4 dapat dilihat perkembangan produksi bunga krisan di Indonesia dan perbandingannya dengan jenis tanaman hias lainnya. Berdasarkan data perkembangan produksi tanaman hias Indonesia Tahun 1997 hingga 2008 dari Badan Pusat Statistik, krisan merupakan tanaman hias dengan rata-rata volume tertinggi ke dua di Indonesia setelah mawar. Perkembangan produksi krisan dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan meningkat. Sebaliknya, mawar mengalami penurunan volume produksi sejak Tahun Hal tersebut mengindikasikan bahwa krisan menjadi pesaing utama bagi mawar. Merujuk pada data-data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa usaha pengembangan krisan potong memiliki prospek yang cerah. Menurut Widya Sari (2008), peningkatan produksi krisan di Indonesia ini disebabkan kondisi iklim Indonesia yang cocok dengan syarat tumbuh dan budidaya krisan, selain itu juga sistem pembungaan dan panen krisan dapat diatur 4

21 menurut kebutuhan pasar. Dalam Tabel 5 dapat dilihat perbandingan produksi krisan diantara provinsi-provinsi di Indonesia pada tahun Tabel 4. Produksi Bunga Krisan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2008 Produksi Proporsi Provinsi (Tangkai) (%) Sumatera Utara ,77 Jawa Barat ,00 Jawa Tengah ,41 Jawa Timur ,70 Sulawesi Utara ,12 Total Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Diolah) Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2008, provinsi di Indonesia dengan produksi bunga krisan tertinggi adalah Jawa Barat, yaitu sebesar 50,55 persen.hal ini disebabkan iklim sebagian besar wilayah di Jawa Barat yang sesuai dengan syarat tumbuh dari bunga yang kerap dikonsumsi dalam jumlah besar oleh hotel, perkantoran serta instansi pemerintah ini. Di Provinsi Jawa Barat banyak tersebar sentra-sentra produksi krisan,diantaranya adalah Cisarua Kabupaten Bogor, Lembang Kabupaten Bandung, Sukabumi dan Cipanas Kabupaten Cianjur. Kecamatan Sukaresmi-Cipanas, Kabupaten Cianjur memiliki potensi lahan dan agroklimat yang mendukung sebagai daerah pengembangan tanaman hias. khususnya krisan potong. Sektor pertanian di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur memberikan sumbangan sebesar 42,93 persen terhadap PDRB. Disamping itu, terdapat 63,52 persen tenaga kerja di sektor pertanian 2. Demikian pula untuk komoditas krisan potong. Di wilayah ini terdapat banyak pelaku usaha yang berfokus pada budidaya krisan potong, mulai dari petani kecil hingga perusahaan komersial yang telah mencapai pasar ekspor. Petani-petani yang membudidayakan krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini tergabung dalam sebuah gabungan 2 Sekilas Cianjur[13 Maret 2010] 5

22 kelompok tani (gapoktan), yaitu Gapoktan Seruni Citra Resmi dengan 11 kelompok tani sebagai anggotanya 3. Kondisi alam yang mendukung dan jarak yang relatif dekat dengan pasar serta banyaknya petani krisan di wilayah ini, sejak beberapa dekade yang lalu Sukaresmi telah memasok sebagian besar pasar krisan potong di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bali dan Medan. Meskipun demikian, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.permintaan akan krisan potong semakin meningkat dan belum sepenuhnya terpenuhi oleh produksi dalam negeri, khususnya di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur ini. Untuk dapat memenuhi permintaan tersebut perlu adanya peningkatan jumlah produksi di Kecamatan Sukaresmi. Para petani krisan di wilayah tersebut ingin meningkatkan skala usaha mereka. Tidak hanya petani yang telah memulai usaha, masyarakat sekitar pun tertarik untuk ikut mengusahakan krisan potong mengingat masih terbukanya peluang pasar komoditas khas kecamatan Sukaresmi itu, namun keinginan petani dan masyarakat terbentur adanya kendala modal. Usaha krisan potong memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi, mengingat usaha ini memerlukan lahan yang luas serta biaya pembuatan green house produksi yang tinggi. Tidak hanya itu, pembangunan usaha krisan potong juga memiliki risiko layaknya komoditas pertanian lainnya, yaitu memerlukan tempat yang besar, cepat rusak, dan rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Risiko fisik tersebut dapat menurunkan nilai jual bunga krisan yang berujung pada kerugian. Oleh karena itu, guna mendukung usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini perlu dilakukan suatu analisis yang meninjau kelayakan usaha budidaya krisan potong, baik dari aspek finansial maupun non finansial Perumusan Masalah Produk florikultura khususnya krisan potong dimanfaatkan untuk bahan rangkaian bunga atau dekorasi dalam berbagai keperluan baik acara adat maupun keagamaan, atau dimanfaatkan untuk sekedar sebagai penghias meja, hadiah untuk orang-orang terdekat, atau kegunaan lainnya. Seiring meningkatnya pendapatan masyarakat. proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi 3 Profil Gapoktan Seruni Citra Resmi,

23 kebutuhan sekunder semakin tinggi (Malian dan Masdjidin. 2000). Demikian pula yang terjadi pada krisan potong, Permintaan krisan potong sebagai kebutuhan sekunder semakin meningkat. Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur sebagai sentra produksi krisan potong pun sering kali mengalami kelebihan permintaan. Hampir seluruh lahan usaha tani di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur ini berada di ketinggian meter di atas permukaan laut dengan kondisi yang sesuai untuk berbagai jenis tanaman, termasuk bunga krisan. Lahan potensial yang masih ada di wilayah ini yaitu seluas 611,09 Ha yang tersebar di 11 desa 4. Saat ini Kecamatan Sukaresmi, sebagai salah satu sentra budidaya krisan potong menghadapi permintaan rata-rata ikat per minggu atau sebesar ikat per tahun. Sedangkan jumlah krisan potong yang dapat dijual oleh petani-petani di kecamatan ini hanya mencapai ikat per tahun atau ikat per minggu. Ini berarti Kecamatan Sukaresmi masih memiliki peluang pasar sebesar ikat per minggu. Selain itu data volume dan nilai ekspor krisan potong Indonesia yang memiliki tren meningkat semakin menguatkan bahwa Kecamatan Sukaresmimemiliki peluang pasar yang cukup besar baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Petani-petani bunga di Kecamatan Sukaresmi tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Seruni Citra Resmi. Gapoktan yang beranggotakan 193 petani ini telah memiliki pasar di berbagai kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bali dan Medan 5. Masing-masing petani memiliki skala produksi yang bervariasi. Mulai dari dua hingga 20 green house produksi. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani krisan di Kecamatan Sukaresmi adalah m 2. Petani-petani anggota memasarkan hasil kebunnya kepada gapoktan, kemudian gapoktan akan menjual kembali produk bunga petani kepada para dekorator atau konsumen besar lainnya yang memanfaatkan bunga potong untuk keperluan acara adat maupun agama 6. Setiap tahun permintaan yang datang dari para dekorator semakin meningkat, sehingga sering kali terjadi excess demand pada gapoktan. Untuk menutupi kurangnya pasokan dari petani, gapoktan kerap membeli produk perusahaan BPBTP Sukaresmi, 2010 Profil Gapoktan, 2009 Hasil wawancara di lapang,

24 bunga potong komersial di wilayah tersebut. Namun permintaan belum seluruhnya terpenuhi. Untuk dapat memenuhi permintaan tersebut perlu adanya peningkatan jumlah produksi di Kecamatan Sukaresmi. Para petani krisan di wilayah tersebut ingin meningkatkan skala usaha mereka. Tidak hanya petani yang telah memulai usaha, masyarakat sekitar pun tertarik untuk ikut mengusahakan krisan potong mengingat masih terbukanya peluang pasar komoditas pertanian tersebut, namun keinginan petani dan masyarakat tersebut terkendala kebutuhan modal yang besar, mengingat pengusahaan krisan potong di daerah tropis seperti Indonesia khususnya Kabupaten Cianjur yang rentan terpaan air hujan dan angin ini membutuhkan fasilitas green house sebagai naungan. Pembuatan green house produksi ini memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi. Sebagaimana permintaan bunga potong di Indonesia, krisan potong di Kecamatan Sukaresmi juga mengalami fluktuasi permintaan. Permintaan akan krisan potong berubah-ubah berdarkan kalender Islam. Dalam satu tahun biasanya terjadi tiga kali penurunan jumlah permintaan. Penurunan tersebut berlangsung selama Bulan Muharram, Safar dan Ramadhan. Penurunan ini disebabkan jarang diadakannya resepsi atau acara ritual lainnya. Selain penurunan jumlah permintaan yang menyebabkan penurunan pendapatan, ada pula waktu tertentu dimana pendapatan petani meningkat. Keadaan tersebut biasanya terjadi pada Bulan Syawal dan Dzulhijjah pada perhitungan kalender Islam, serta ketika menjelang Natal dan Tahun Baru. Usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi sangat potensial untuk dijalankan mengingat masih besarnya permintaan yang belum terpenuhi di wilayah ini, yakni sebesar ikat per tahun. Namun dalam pelaksanaanya ada beberapa kendala antara lain biaya investasi yang cukup tinggi serta risiko kerugian yang dapat terjadi kapan saja pada usaha budidaya krisan potong ini. Peluang pasar yang tinggi serta biaya investasi dan risiko kerugian yang besar menjadi pertimbangan untuk melakukan analisis kelayakan usaha sebelum menjalankan usaha ini, baik dari aspek finansial maupun non finansial. Berdasarkan uraian diatas. maka perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 8

25 1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dari aspek pasar, teknis, manajemen, sosial, ekonomi dan lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur? 3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur jika terjadi penurunan harga jual krisan potong dan peningkatan harga beli bibit dengan menggunakan metode switching value? 1.3. Tujuan Berdasarkan permasalahan yang ada. maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, sosial, ekonomi dan lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. 3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur jika terjadi penurunan harga jual krisan potong dan peningkatan harga beli bibit dengan menggunakan metode switching value Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan : 1. Bagi petani dan masyarakat sekitar, sebagai pedoman untuk melakukan pengusahaan krisan potong. 2. Bagi investor sebagai bahan acuan mengenai prospek usaha krisan potong. 3. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan pengembangan potensi agribisnis Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. 4. Bagi penulis, memberi kesempatan belajar dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penerapan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah. 9

26 5. Bagi pembaca, sebagai informasi dan bahan kajian bagi kalangan akademisi yang tertarik pada pengusahaan krisan potong Ruang Lingkup Di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terdapat banyak pelaku usaha budidaya krisan potong. mulai dari petani kecil hingga perusahaan komersial yang telah mencapai pasar ekspor. Petani-petani yang membudidayakan krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini tergabung dalam sebuah gabungan kelompok tani (gapoktan), yaitu Gapoktan Seruni Citra Resmi. Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh petani-petani anggota gapoktan tersebutlah yang akan digunakan sebagai pendekatan analisis kelayakan usaha krisan potong pada penelitian ini dengan melihat aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan lingkungan, serta aspek finansial. 10

27 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Krisan Potong Menurut Widyawan dan Prahastuti (1994), krisan merupakan tanaman hias bunga potong perdu yang berasal dari daratan Cina yang karena keelokan bentuk dan warnanya, bunga potong ini menyebar ke negara lain seperti Eropa. Di Eropa krisan mulai dikembangkan menjadi berbagai macam varietas. Berdasarkan Rukmana dan Mulyana (1997), krisan masuk ke Indonesia tahun 1800 dan sejak tahun 1940 mulai dikembangkan secara komersil di Indonesia. Tanaman dengan nama latin Chrysanthenum,sp ini menurut Kofranek (1992) dibudidayakan dengan tiga tipe, yaitu : 1) Tipe Standard : pembudidayaan dengan membuang seluruh bunga lateral agar hanya terdapat satu bunga utama dengan ukuran besar dalam satu tangkai. 2) Tipe Disbuds : memberikan perlakuan pinching pada bunga dengan maksud dapat memperbanyak cabang. Kemudian tunas lateral pada setiap cabang dibuang agar dapat memunculkan satu bunga utama berukuran besar. 3) Tipe Spray : pembudidayaan dengan membuang bunga utama pada setiap cabang sehingga bunga lateral tumbuh pada setiap cabang. Pada tipe ini terdapat beberapa bunga berukuran kecil dalam satu tangkai. Namun sebagai bunga potong, krisan hanya dibudidayakan dalam tipe Standard dan tipe Spray sesuai permintaan pasar. Dalam Rukmana dan Mulyana (1997), krisan tipe standar diantaranya terdiri dari varietas White Fiji, Yellow Fiji, Holday, Alouis, Astro, Snowdon White, Cassandra dan pingpong. Sedangkan varietas krisan spray antara lain adalah Puma, Yellow Puma, White regent, Town talk, Heidi, Zroland, Pompon, Soraya, Wendi, Caymono dan Casablanca. Menurut Kofranek (1992), berdasarkan bentuk dan susunan bunganya krisan siklasifikasikan menjadi: 1) Tipe Single (Aster), yaitu krisan dengan satu atau dua baris susunan bunga pita, serta memiliki satu bunga cakram di tengahnya.

28 2) Tipe Anemone, mirip dengan tipe single namun bunga cakramnya membentuk bantalan. 3) Tipe Pompon, yaitu krisan dengan susunan rangkaian bunga pita yang pendek dengan bunga cakram yang tidak nampak. 4) Tipe Decorative, yaitu krisan dengan susunan bunga pita dan bunga cakram yang bertumpukan dengan bentuk bundar. Bunga pita terluar biasanya lebih panjang. 5) Tipe Large Flower, yaitu bunga berdiameter lebih dari 10 cm dengan bunga cakram yang tidak terlihat jelas. Kriteria krisan potong yang diterima konsumen akhir adalah bunga dengan tingkat kemekaran sempurna, berpenampilan sehat dan segar, serta memiliki tangkai yang tegar dan kekar agar bunga menjadi tahan lama. Sehingga produsen (petani) harus memperhitungkan jarak dan waktu pengiriman serta risiko kerusakan bunga dalam proses pengiriman agar bunga dapat tetap memenuhi kriteria setelah sampai di tangan konsumen akhir. Krisan potong memiliki penampilan yang menarik dan memiliki nilai jual yang tinggi. Daerah sentra produksi krisan antara lain adalah Cipanas (Cianjur), Cisarua (Bogor), Sukabumi, Lembang (Bandung), Bandungan, Malang, dan Brastagi Sistem Agribisnis Krisan Potong Sistem agribisnis bunga potong terdiri dari subsistem yang saling terkait, saling tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain (Bunasor, 1999). Subsistem tersebut diantaranya: Subsistem Pengadaan Input dan Penyaluran Sarana Produksi Input dan sarana produksi budidaya krisan potong meliputi green house, bibit, pupuk, obat-obatan, alat-alat pertanian, dan lain-lain. Bibit yang digunakan adalah anakan dari induk tanaman krisan yang dapat dipanen maksimal enam kali. Lima kali panen diantaranya untuk produksi dan satu kali panen untuk indukan baru, yaitu dengan cara stek. Pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP, KCl, ZA dan KNO3. Sedangkan obat-obatan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan yaitu fungisida dan insektisida. 12

29 Subsistem Usahatani (Budidaya) 1) Pembibitan Pada umumnya krisan potong diperbanyak dengan metode stek pucuk. Penyetekan merupakan proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman, dan dapat berkembang menjadi satu tanaman lengkap apabila ditempatkan pada kondisi optimum (Kofranek, 1992). Pembibitan dimulai dengan memilih induk yang telah berumur minimal satu tahun, sehat, berkualitas prima, memiliki daya tumbuh tinggi, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar. Kemudian tunas air yang muncul dari tanaman induk diambil sepanjang 2-8 cm. Lalu daun bagian atas dipotong, diambil pucuknya. Setelah itu ditanam pada bak berisi pasir atau sekam bakar yang diberi alas agar air tetap tersedia. Temperature dijaga sekitar 17 C. jarak tanam rapat dan dijauhkan dari penyinaran langsung dengan cara menutup bak tanam dengan kain blancu (Sari, 2008). Berdasarkan Rukmana dan Mulyana (1997) pemeliharaan untuk bibit (stek pucuk) dilakukan dengan penyiraman menggunakan sprayer dua hingga tiga kali sehari, diberikan penyinaran dengan lampu untuk pertumbuhan vegetatif, serta penyemprotan pestisida apabila tanaman diserang hama atau penyakit. Selain itu pada sore hari dan malam hari, khususnya pada beberapa hari sebelum bibit dipindahkan ke lapangan sungkup pesemaian dibuka. Sedangkan pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptic. Bibit diadaptasikan besar secara bertahap ke lapangan terbuka setelah berukuran cukup besar. Setelah bibit stek pucuk berumur hari, bibit siap dipindahtanamkan ke kebun. Sedangkan bibit dari kultur jaringan siap dipindahtanamkan jika telah memiliki daun berjumlahlima hingga tujuh helai dan setinggi 7,5-10 cm (Rukmana dan Mulyana, 1997). 2) Pengolahan Media Tanam, Penanaman, dan Pemeliharaan Sebelum menanam bibit krisan, perlu dibuat bedengan sebagai media tanam dengan lebar cm, tinggi cm, panjang disesuaikan dengan lahan, dan jarak antara bedengan cm. Setelah itu dilakukan pengapuran untuk tanah yang mempunyai ph kurang dari 5,5. Pengapuran dilakukan dengan menyebar kapur pertanian, seperti perlu dolomit, kalsit atauzeagrosecara merata 13

30 pada permukaan bedengan (Rukmana dan Mulyana, 1997). Kemudian dianjutkan dengan pembuatan lubang tanam. Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm dan 20 cm x 20 cm. Pelubangan dilakukan dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang ideal adalah pagi atau sore hari. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), tanah perlu dipupuk dengan ZA, TSP dan KCl secara merata sebelum ditanami bibit. Campuran ketiga pupuk tersebut disebut pupuk dasar, dimaksudkan untuk mengembalikan nutrisi tanah yang hilang karena proses pembudidayaan sebelumnya. Selain diberi pupuk, tanah juga perlu ditaburi furadan pada tiap lubang tanam, yaitu 6-10 butir per lubang. Furadan 3G merupakan fungisida yang dapat mencegah tumbuhnya gulma pada media tanam. Penanaman dilakukan dengan mengurug akar bibit dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Kemudian bibit krisan satu per satu ditanam pada lubang yang telah disiapkan sedalam satu hingga dua sentimeter. Kemudian disiram dengan air dan dipasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan (Rukmana dan Mulyana. 1997). Setelah penanaman perlu dilakukan penyulaman, penyiangan, pengairan dan pemupukan. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), penyulaman perlu dilakukan seawal mungkin yaitu hari setelah tanam. Untuk menghindari serangan gulma dilakukan penyiangan. Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan rumput-rumput liar menggunakan cangkul atau kored dengan hatihati.sedangkan pengairan dilakukan pada pagi atau sore hari secara kontinu satu hingga dua kali sehari, tergantung pada cuaca atau media tanam. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah. Menurut Soekartawi (1996), pemupukan dalam budidaya krisan merupakan hal yang cukup penting karena krisan merupakan tanaman yang rakus akan nutrisi, terutama N dan K pada masa vegetatifnya. Konsentrasi pupuk krisan yang sering digunakan adalah ppm (mg per liter). Setelah tanaman mulai berbunga, konsentrasi pupuk dapat dikurangi menjadi ppm N. 14

31 3) Hama dan Penyakit Terdapat beberapa hama dan penyakit yang sering ditemui pada krisan potong. Adapun jenis-jenis hama yang sering meyerang tanaman ini menurut Rukamana dan Mulyana (1997) diantaranya adalah ulat tanah, Thrips, tungau merah, penggerek daun. Pengendalian hama tersebut dapat dilakukan dengan perlakuan fisik menggunakan cara-cara tradisional, seperti memotong atau merompes bagian tanaman yang terserang maupun secara kimiawi menggunakan pestisida. Begitu pula dengan penyakit yang sering ditemui pada krisan potong dapat ditanggulangi dengan cara yang sama. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), jenis-jenis penyakit yang sering menyerang tanaman ini antara lain adalah karat/rust, Tepung Oidium, virus kerdil dan Mozaik. 3) Panen Krisan potong yang siap panen adalah yang berumur tiga hingga empat bulan setelah tanam. Kriteria krisan potong yang telah siap panen adalah bunga yang telah setengah mekar atau tiga hingga empat hari sebelum mekar penuh. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat krisan potong berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dipotong tangkainya atau dicabut seluruh tanaman. Pemotongan tangkai bunga dilakukan sepanjang sentimeter dengan menyisakan tunggul batang setinggi sentimeterdari permukaan tanah dengan menggunakan gunting steril. Untuk lahan produksi seluas satu hektar dengan jarak tanam 10 sentimeter x 10 sentimeterdapat menghasilkan sekitar tanaman Subsistem Pemasaran Menurut Soekartawi (1996), kegiatan yang perlu dilaukan setelah pemanenan krisan potong adalah sebagai berikut: 1) Pengangkutan Aktivitas pengangkutan adalah aktivitas membawa bunga dari kebun ke tempat penampungan. Aktivitas ini memerlukan kehati-hatian agar bunga tidak rusak, karena mahkota bunga mudah rusak dan mudah terluka bila terkena 15

32 gesekan atau goncangan yang keras. Bila tidak hati-hati dalam tahapan ini, persentase kerusakan bunga dapat meningkat. Sehingga diperlukan tenaga kerja yang terampil pada lini pekerjaan ini. 2) Pengumpulan Bunga yang telah dipotong perlu diupayakan agar daya tahannya tetap tinggi. Oleh karena itu saat pengumpulan bunga perlu hati-hati terutama pada saat meletakkan dan saat menumpuknya. Krisan potong tergolong bunga kuat yang relatif memiliki daya tahan yang tinggi setelah dipotong. 3) Pemilihan kualitas (grading) Pada tahap ini bunga dikelompokkan pada kualitas tertentu. Setelah bunga terkumpul, dilakukan pembersihan serta penyortiran (grading). Pembersihan dilakukan pada bagian tangkai, daun dan bunga yang sekiranya perlu dibuang. Aktivitas penyortiran adalah memilah-milah bunga berdasarkan kelas dan ukurannya. Kumpulan bunga yangsama ukuran dan kualitasnya diikat dengan karet gelang atau tali sebanyak sepuluh tangkai perikat. Sebaiknya grading disesuaikan dengan perubahan keinginan konsumen. 4) Pengemasan dan penyimpanan Tahapan pengemasan dan penyimpanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari variabel pembentukan harga. Pada umumnya kelemahan pelaku usaha bunga terletak pada tingkatan ini. Hal ini disebabkan pengemasan dan penyimpanan bukan saja memelukan waktu dan tenaga kerja yang relatif16 banyak, tetapi juga memerlukan keahlian khusus. Para pengemas harus sudah memperkirakan bunga tersebut akan dibawa kemana, diangkut menggunakan apa, memerlukan waktu berapa hari, apakah bunga dapat bertahan selama pengiriman tersebut dan bagaimana pula teknik pengemasan yang diperlukan pada masingmasing kondisi. Bunga yang telah diikat berdasarkan kelas dan ukuran tertentu perlu dibungkus dengan kertas atau plastik untuk melindungi mahkotanya. Selanjutnya tangkai bunga direndam dalam larutan pengawet tertentu. Untuk bunga yang akan dipasarkan ke luarnegeri perlu dimasukkan ke dalam container dan dalam cold storage. 16

33 Penyimpanan dimaksudkan agar penyediaan bunga dapat memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Dengan penyimpanan bunga kesegaran diharapkan lebih lama, dan dapat didistribusikan jauh dari tempat asalnya. Adapun metode penyimpanan dapat dilakukan pada suhu rendah. Secara komersial metode ini telah banyak dilakukan. Dengan menggunakan suhu redah proses fisiologis dalam jaringan bunga serta proses evaporasi dapat dihambat. Adapun tahapan pasca panen krisan potong dapat dilihat pada Gambar 1. Pemetikan Pengangkutan Pengumpulan Pembersihan Penyortiran Pengikatan Pembungkusan Pengemasan Pengiriman Pasar Dalam Pasar Ekspor Gambar 1. Tahapan Pascapanen Krisan potong Sumber: Soekartawi (1996) 17

34 Subsistem pendukung Subsistem agribisnis ini merupakan lembaga-lembaga yang mendukung dalam sistem agribisnis. Lembaga-lembaga yang mendukung agribisnis krisan potong diantaranya adalah pemerintah ( Direktorat Jenderal Hortikultura dan Tanaman Hias, Dinas Pertanian Daerah), peneliti (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanman Hias), Asosiasi Bunga Indonesia, Yayasan Bunga Nusantara, Perbankan dan Koperasi Hasil Penelitian Terdahulu Pada hasil penelitian terdahulu peneliti mengambil tinjauan beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian. Karena penelitian ini menggunakan krisan potong sebagai objek dan analisis kelayakan sebagai topiknya, maka penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan komoditas krisan potong serta analisis kelayakan usaha pertanian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan beberapa kajian yang dapat digunakan untuk melengkapi penelitian ini dan untuk membandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini, sehingga dapat menunjukkan adanya persamaan, keunggulan, maupun kelemahan pada penelitian. Salah satu penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pertanian adalah penelitian yang dilakukan oleh Sahruddin pada Tahun Penelitian tersebut berjudul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Kasus Perusahaan X di Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Bogor, Jawa Barat). Tujuan penelitian tersebut adalah mengkaji kelayakan aspek non finansial usaha budidaya jamur tiram putih (aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek teknis), menganalisis pengaruh peningkatan produksi jika modal berasal dari pinjaman, dan menganalisis pengaruh peningkatan harga input dan penurunan harga output terhadap kelayakan usaha secara finansial. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa aspek pasar jamur tiram putih di Perusahaan X layak untuk dilaksanakan, karena produk yang ditawarkan sesuai dengan permintaan pasar, harga yang ditawarkan dapat terjangkau oleh konsumen, kontinuitas produk dapat dijaga, saluran tataniaga yang tidak terlalu panjang, dan farmer s share yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa aspek teknis dan aspek manajemen 18

35 yang dilakukan perusahaan layak dilaksanakan, karena memiliki sistem pengaturan dan manajemen yang baik dan sesuai. Aspek finansial pada penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif, yang menerapkan beberapa skenario. Skenario I dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar dalam proses sterilisasi, skenario II dengan menggunakan gas alam sebagai bahan bakar dalam proses sterilisasi, dan skenario III dengan peningkatan produksi 50 persen dimana modal berasal dari pinjaman dengan suku bunga 15 persen. Berdasarkan analisis kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Ratio, dan Payback Periode, diperoleh bahwa ketiga skenario yang digunakan layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan produksi 50 persen dimana modal berasal dari pinjaman dengan suku bunga 15 persen lebih peka terhadap peningkatan harga input dan penurunan harga output. Perusahaan X lebih baik menggunakan gas alam sebagai bahan bakar untuk proses sterilisasi dan meningkatkan produksinya sebesar 50 persen karena biaya lebih efisien dan dapat meningkatkan keuntungan. Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Tiara pada Tahun Penelitian tersebut berjudul Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kelayakan non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi serta lingkungan), menganalisis kelayakan finansial, dan menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan 19

36 yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial, ekonomi serta lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat memberikan kontribusi kepada negara berupa pajak, mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha dan ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar usaha. Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan payback period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukan bahwa NPV>0 yaitu sebesar Rp ,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 9 persen. Serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan jumlah produksi pengusahaan srikaya organik adalah hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha dibandingkan dengan penurunan biaya operasional. Ada pula penelitian lain mengenai analisis kelayakan usaha dengan komoditas yang sama dengan kajian peneliti, yaitu krisan potong. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Afnita Widya Sari pada Tahun Penelitian tersebut berjudul Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan Loka Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian tersebut adalah mengidentifikasi kelayakan usaha krisan potong Loka Farm dari aspek non finansial (pasar, sosial, manajemen, dan teknis), menganalisis kelayakan finansial usaha bunga potong krisan Loka Farm, dan menganalisis sensitivitas usaha krisan potong apabila terjadi penurunan harga jual dan peningkatan biaya variabel. Dari analisis aspek pasar, sosial, manajemen dan teknis, disimpulkan bahwa usaha krisan potong Loka Farm layak untuk dijalankan. Hasil analisis aspek pasar menunjukkan potensi pasar masih terbuka lebar. Dari segi bauran pemasaran, harga yang disepakati menguntungkan perusahaan 20

37 dan kualitas produk sesuai dengan permintaan konsumen. Berdasarkan aspek teknis, lokasi kebun dan kondisi geografis telah memenuhi syarat tumbung krisan potong. Teknik budidaya sederhana yang selama ini dijalankan oleh perusahan dengan bantuan green house sere dapat menghasilkan krisan potong berkualitas baik. Selain itu input pun mudah diakses. Berdasarkan aspek manajemen, struktur organisasi yang sederhana memudahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap pekerja di Loka Farm. Pekerja dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Berdasarkan aspek sosial, usaha krisan potong Loka Farm dapat memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitar. Untuk analisis finansial, Sari menggunakan dua skenario berdasarkan sumber modal. Skenario I adalah Loka Farm mendapatkan modal dari PUSKOP, sedangkan pada skenario II sumber modal diperoleh dari pinjaman Bank Jabar Syariah dengan umur bisnis empat tahun sesuai dengan umur teknis green house berbentuk sere sebagai aset terbesar dalam usaha ini. Nilai discount ratey ang digunakan pada penelitian ini untuk skenario I adalah sebesar bunga pinjaman dari PUSKOP yaitu 18%, sedangkan untuk skenario II digunakan suku bunga pinjaman Bank Jabar Syariah tahun 2008 sebesar 24%. Untuk analisis finansial dengan kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), dan Pay Back Period (PBP), untuk kedua skenario layak untuk diusahakan, namun skenario I lebih layak karena memiliki nilai NPV dan Net B/C yang lebih besar. Sedangkan hasil analisis sensitivitas yang menggunakan switching value menyebutkan bahwa skenario II lebih sensitif terhadap kedua parameter, yaitu penurunan harga jual dan peningkatan biaya variabel. Disamping itu dapat dilihat bahwa parameter penurunan harga jual lebih sensitif dibandingkan parameter lain karena memiliki persentase lebih kecil. Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha krisan potong juga dilakukan oleh Butaflika pada Tahun Penelitian tersebut berjudul Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di Kabupaten Lampung Barat. Tujuan penelitian tersebut adalah mengkaji kelayakan aspek non finansial perencanaan program pengusahaan krisan (pasar, sosial, manajemen, dan teknis), 21

38 menganalisis kelayakan finansial, dan menganalisis pengaruh penurunan penjualan dan penurunan volume produksi terhadap kelayakan usaha secara finansial. Dari analisis aspek pasar, sosial, manajemen dan teknis, disimpulkan bahwa perencanaan program pengusahaan krisan di Kabupaten Lampung Barat layak untuk dijalankan. Hasil analisis aspek pasar menunjukkan masih terbukanya peluang pasar bagi krisan potong hasil budidaya Kabupaten Lampung Barat. Berdasarkan aspek teknis, lokasi usaha relatif memenuhi syarat pertumbuhan dan perkembangan krisan potong. Berdasarkan aspek sosial, program tersebut dapat memberikan manfaat bagi kelompok wanita tani pelaksana. Sementara dari aspek manajemen, pengelolaan usaha krisan potong yang akan dilaksanakan oleh kelompok tani akan didampingi oleh penyuluh. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah skenario I yaitu penanaman tanpa pembibitan dan skenario II penanaman dengan pembibitan. Discount rate yang digunakan adalah sebesar 8% didasarkan pada bunga deposito per April Umur bisnis ini ditetapkan 5 tahun berdasarkan umur ekonomis green house sebagai aset penting dan terbesar dalam usaha ini. Adapun kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), dan Pay Back Period (PBP). Hasil analisis finansial Butaflika menunjukkan bahwa usaha krisan di Kabupaten Lampung Barat layak diusahakan baik untuk skenario I maupun II., Namun skenario II merupakan skenario paling menguntungkan karena dari seluruh kriteria menunjukkan nilai yang paling baik. Sedangkan skenario yang paling sensitif terhadap penurunan penjualan dan penurunan volume produksi adalah skenario I. Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi peneliti, terutama dalam pemetaan permasalahan yang menjadi latar belakang permasalahan dalam topik penelitian studi kelayakan bisnis usaha krisan potong ini. Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu juga menjadi bahan acuan untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahruddin (2009) dan Tiara (2009) terletak pada topik penelitian yakni analisis kelayakan 22

39 usaha komoditas pertanian dan alat analisis yang digunakan terutama pada analisis aspek finansial. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis berupa kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Untuk analisis aspek non finansial, beberapa penelitian terdahulu menggunakan penggolongan aspek yang berbeda dengan yang digunakan pada penelitian ini. Sedangkan perbedaan terletak pada jenis komoditas yang dikaji. Sementara itu penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini mengkaji tentang kelayakan usaha komoditas krisan potong, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008) dan Butaflika (2008). Itu artinya terdapat cukup banyak persamaan antara penelitian yang dilaksanakan dengan penelitian tersebut. Persamaan tersebut diantanya terletak pada aspek yang dikaji yakni aspek finansial dan aspek non dinansial, alat analisis yang digunakan yakni kriteria kelayakan investasi, dan objek penelitian atau komoditas yang dikaji. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian sehingga hasil yang diperoleh tentu berbeda. Secara lengkap, rincian masing-masing penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 5. 23

40 Tabel 5. Rincian Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Topik Penelitian Lokasi dan Tahun Penelitian 1. Sahruddin Analisis Kelayakan Usaha 2. Tiara Analisis Kelayakan Usaha 3. Sari Analisis Kelayakan Usaha 4. Butaflika Analisis Kelayakan Usaha Desa Cibitung, Kecamatan Pamijahan, Bogor, 2009 Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, 2009 Loka Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, 2008 Kabupaten Lampung Barat, 2008 Alat Analisis Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP) Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP) Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP) Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP) Aspek Non Finansial yang Dikaji Aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek teknis Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi serta lingkungan Aspek pasar, aspek sosial, aspek manajemen, dan aspek teknis Aspek pasar, aspek sosial, aspek manajemen, dan aspek teknis Komoditas Jamur Tiram Putih Srikaya Organk Krisan Potong Krisan Potong 24

41 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas. Penelitian ini menganalisis kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Usaha budidaya krisan potong memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi serta memiliki risiko yang dapat menurunkan nilai jual bunga krisan tersebut yang berujung pada kerugian. Untuk itu pembukaan usaha budidaya krisan potong membutuhkan analisis kelayakan baik dari aspek finansial maupun non finansial Studi Kelayakan Bisnis Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil ke depannya. Kegiatan ini terdiri dari perencanaan, pembiayaan dan pelakasanaan dalam satu unit. Siklus bisnis terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dana analisis, serta pelakasanaan dan evaluasi. Penelitian ini membahas kelayakan bisnis pertanian, yaitu usaha krisan potong. Gittinger (1986) mendefinisikan bisnis pertanian sebagai suatu kegiatan investasi di bidang pertanian untuk mengubah sumber-sumber keuangan menjadi output-output kapital yang dapat memberikan manfaat (benefit) pada masa yang akan datang. Investasi merupakan suatu kesatuan bentuk kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan mempergunakan sumber-sumber keuangan untuk memperoleh manfaat (benefit). Manfaat dapat berupa tingkat konsumsi yang lebih besar, kesempatan kerja lebih luas, atau perbaikan sistem (Gray dalam Nurmalina, 2009). Investasi di bidang pertanian hortikultura memiliki risiko dan ketidakpastian yang cukup besar, mengingat karakteristik komoditi dan teknologi yang digunakan berbeda dengan komoditi/ produk lain. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan untuk investasi ini.

42 Nurmalina (2009) menggambarkan studi kelayakan bisnis sebagai dasar untuk menilai kelayakan suatu bisnis atau investasi untuk dijalankan. Adapun tujuan studi kelayakan bisnis ini antara lain: a. menghindari risiko kerugian b. memudahkan perencanaan c. memudahkan pekerjaan/pelaksanaan d. memudahkan pengawasan e. memudahkan pengendalian Gittinger (1986) menyebutkan bahwa dalam menganalisis kelayakan proyek/usaha harus dilihat dari aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersamasama pada setiap tahap perencanaan usaha dan siklus pelaksanaannya. Aspekaspek tersebut antara lain aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek manajemen, aspek finansial dan aspek ekonomi. Pertimbangan aspek-aspek tersebut sangat penting untuk menghindari kesalahan menanamkan modal pada bisnis yang tidak menguntungkan. Jika kesalahan itu terjadi tidak hanya akan merugikan para stakeholder yang terlibat langsung dalam usaha tersebut, namun juga akan merugikan masyarakat luas Aspek Kelayakan Bisnis Dalam menganalisis kelayakan usaha pertanian terdapat enam aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek finansial, dan aspek ekonomi (Gittinger, 1986). Dalam penelitian ini akan dibahas lima aspek pertama untuk kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi Aspek Pasar Aspek pasar menyangkut pasar input dan pasar output. Bagaimana penawaran input produksi saat membangun usaha dan pada saat usaha telah beroperasi. Aspek pasar juga menganalisis bagaimana kondisi pemasaran output yang akan diproduksi dalam usaha tersebut (Kadariah et al, 1999). Menurut Nurmalina (2009), suatu usaha (proyek) dapat beroperasi dengan baik apabila output yang dihasilkan dapat memperoleh tempat di pasar serta dapat menghasilkan keuntungan dengan hasil penjualan yang cukup. 26

43 Dalam menganalisis aspek pasar perlu juga diketahui berbagai kebijakan pemasaran atau yang sering disebut sebagai bauran pemasaran. Menurut Umar (2005), bauran pemasaran terdiri dari (1) Produk (Product), dalam memasarkan produk, perusahaan sebaiknya menetapkan manfaat-manfaat yang diberikan oleh produk yang telah diproduksi oleh perusahaan tersebut, (2) Harga (Price), harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli, (3) Distribusi (Place), saluran distribusi adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan produk tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen. (4) Promosi (Promotion), promosi dilakukan untuk mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya dibeli Aspek Teknis Husnan dan Muhammad (2000) mendefinisikan aspek teknis sebagai aspek yang berkaitan dengan teknis pembangunan bisnis serta pengoperasian usaha setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Analisis secara teknis berhubungan dengan persediaan input (bahan baku) serta output yang dihasilkan berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap jalannya usaha terutama proses produksi. Meskipun demikian, aspek lainnya tetap merupakan aspek penting, karena semua aspek saling berhubungan. Menurut Nurmalina (2009) yang perlu dikaji dalam aspek teknis antara lain: 1) Lokasi Bisnis Variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis ini terdiri atas variabel utama dan variabel bukan utama yang dimungkinkan untuk berubah. Variabel utama antara lain ketersedian bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja yang sangat mempengaruhi biaya produksi, fasilitas transportasi. Sedangkan variabel bukan utama antara lain hukum dan peraturan di Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, sikap dari masyarakat setempat yang mendukung atau tidak pada 27

44 pendirian suatu bisnis, dan rencana masa depan perusahaan dalan kaitannya dengan perluasan bisnis. 2) Luas Produksi Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelolaan proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, dan kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. Pada produk baru, kapasitas produksi biasanya masih belum optimal, namun sebaiknya kapasitas produksi ini masih berada di tingkat titik impas. 3) Proses Produksi Proses produksi terdiri atas 3 jenis yaitu proses produksi yang terputus-putus, proses produksi yang kontinu, dan proses produksi kombinasi. 4) Layout Layout ini mencakup layout site, layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitanya. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan yakni konsistensi dengan teknologi produksi, arus produk dalam proses produksi yang lancar dari satu proses ke proses lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan melakukan ekspansi, meminimisasi biaya produksi, dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja. 5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment Pada dasarnya pemilihan teknologi ini berpatokan pada seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Saat ini digunakan pula teknologi tepat yang dalam hal ini dapat digunakan kriteria tentang penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali karena pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah ditetapkan walaupun juga mempertimbangkan faktor non teknologi lainnya seperti keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin, keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan 28

45 peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis, kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan tersebut Aspek Manajemen Menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek manajemen mencakup cara pengelolaan bisnis saat usaha tersebut beroperasi. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam aspek ini antara lain bentuk badan usaha, jenis pekerjaan yang dibutuhkan, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, serta penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, namun tetap harus diperhatikan dalam analisis kelayakan usaha agar proses pengambilan keputusan dalam perusahaan menjadi realistis (Kadariah, 1999) Aspek Sosial dan Lingkungan Dalam Gittinger (1986) disebutkan bahwa aspek sosial dan lingkungan penting dianalisis karena suatu bisnis harus memperhatikan pola-pola dan kebiasaan sosial dari konsumen. Selain itu suatu bisnis tidak dapat bertahan lama tanpa dukungan dari lingkungan. Oleh sebab itu analisis aspek ini sangat penting untuk keberlangsungan suatu bisnis Aspek Finansial Aspek finansial merupakan proyeksi anggaran dan pengeluaran (bruto) pada masa yang akan datang pada setiap tahunnya (Gittinger, 1986). Dalam analisis aspek finansial proyek dibahas mengenai analisis biaya manfaat proyek, analisis laba rugi serta kriteria kelayakan investasi. Analisis Biaya Manfaat Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaranpengeluaran dengan return usaha, apakah suatu bisnis terjamin atas dana-dana yang diperlukan, apakah bisnis tersebut akan mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakah bisnis tersebut akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah, 2001). Analisis biaya manfaat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya bisnis. 29

46 Biaya merupakan pengeluaran yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima bisnis. Sedangkan manfaat adalah hasil yang diharapkan dari suatu investasi. Biaya yang diperlukan untuk suatu bisnis antara lain: 1. Biaya modal, yaitu dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, green house, kandang, dan lain-lain 2. Biaya operasional, yaitu dana yang dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan yang diperlukan pada saat bisnis mulai dilaksanakan. Biaya ini didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi. Contoh biaya ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya perlengkapan. 3. Biaya lain-lain, seperti pajak, bunga pinjaman dan asuransi. Kadariah (2001) membagi manfaat menjadi tiga macam, yaitu tangible/ direct benefit, secondary/ indirect benefit, dan intangible benefit. Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur dan disebabkan oleh peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, pengurangan biaya transportasi, serta penurunan atau menghindari kerugian. Secondary benefit adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri. Sedangkan intangible benefit adalah manfaat yang riil ada namun sulit diukur (Kadariah, 2001). Analisis Laba rugi Gittinger (1986) mendefinisikan laporan laba rugi sebagai laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahan selama periode akun yang menunjukkan hasil operasional perusahaan selama periode tersebut. Laba adalah selisih antara penerimaan dengan penjualan. Penerimaan yang dimaksud adalah penerimaan dari penjualan produk, dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Sedangkan pengeluaran yang dimaksud antara lain adalah pengeluaran tunai, biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Kriteria kelayakan investasi Menurut Gittinger (1986), tingkat keuntungan perusahaan yang dapat menarik investor adalah tingkat keuntungan yang dilihat dari aliran kas. Maka 30

47 dalam analisis kelayakan suatu bisnis digunakan analisis laba rugi. Disamping itu dalam penentuan kelayakan suatu usaha pertanian tersebut diperlukan kriteria kelayakan investasi. Menurut Kadariah (1999), kriteria yang biasa digunakan dalam analisis sebuah usaha antara lain adalah: 1. Net Present Value (NPV) NPV merupakan suatu ukuran yang menggambarkan kemampuan suatu bisnis yang nilainya diperoleh dari selisih antara nilai kini (present value) arus manfaat dengan nilai kini (present value) arus biaya. Suatu bisnis dikatakan layak dilaksanakan jika usaha tersebut memiliki nilai NPV lebih besar dari nol. Sebaiknya bila NPV usaha tersebut kurang dari nol, hasil usaha tersebut tidak dapat menutupi biaya yang telah dikeluarkan, sehingga usaha tersebut tidak layak dilaksanakan. Bila nilai NPV suatu usaha tepat sama dengan nol, artinya usaha tersebut mengembalikan tepat sebesar biaya investasi (Gray, 1992). Soekartawi (1986), menyebutkan bahwa cara perhitungan NPV merupakan cara yang praktis untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Meskipun demikian cara ini memiliki kekurangan, yaitu dibutuhkannya penentuan suku bunga yang tepat dan benar sebelum menghitung nilai NPV. 2. Internal Rate Return (IRR) Kadariah (1999) mendefinisikan IRR sebagai tingkat pengembalian atas investasi besih yang ditanamkan pada usaha. Selain itu IRR juga didefinisikaan sebagai nilai discount rate yang menjadikan nilai NPV suatu usaha sama dengan nol. Menurut Soekartawi (1986), suatu usaha dikatakan layak untuk dilaksanakan apabila memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang digunakan. Sama halnya dengan NPV, IRR pun memiliki kelemahan. IRR lebih sulit diaplikasikan dari pada NPV, selain itu dalam situasi tertentu akan muncul lebih dari satu IRR. 31

48 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Menurut Nurmalina (2009), Net B/C adalah nilai NPV usaha yang bernilai positif dibandingkan dengan nilai NPV yang bernilai negatif. Dengan kata lain, Net B/C merupakan manfaat bersih yang mampu dihasilkan dari setiap satu satuan kerugian usaha. Suatu usaha dikatakan layak untuk dilaksanakan apabila memiliki nilai net B/C lebih besar dari satu, yang artinya usaha tersebut mampu menghasilkan keuntungan. 4. Pay Back Period (PBP) Pay back period digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi dapat kembali dengan adanya keuntungan yang dihasilkan oleh usaha dengan satuan waktu. Kelemahan metode ini adalah sulitnya menentukan periode pengembalian maksimum sebagai angka pembanding. Selain itu dalam metode ini nilai waktu uang dan aliran kas setelah periode pengembalian diabaikan Analisis Switching Value Dalam analisis kelayakan finansial usaha, nilai pada masa yang akan datang diproyeksikan pada nilai kini. Hal tersebut menimbulkan ketidaktepatan hasil proyeksi karena adanya kemungkinan perubahan-perubahan yang kerap terjadi di masa yang akan datang. Untuk mengatasinya, diperlukan suatu analisis nilai pengganti (switching value analysis). Menurut Gittinger (1986), analisis nilai pengganti mencoba melihat perubahan-perubahan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan pada biaya dan manfaat yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi. Kriteria minimum kelayakan investasi tersebut adalah apabila nilai NPV sama dengan nol, net B/C sama dengan satu dan nilai IRR sama dengan nilai discount rate yang digunakan Kerangka Pemikiran Operasional Seiring meningkatnya kesejahteraan, masyarakat cenderung mengalihkan pengeluarannya untuk berbagai kebutuhan sekunder (Malian dan Masdjidin, 2000). Salah satu kebutuhan sekunder yang pemanfaatannya semakin meningkat adalah krisan potong. Kenaikan permintaan ini juga dihadapi oleh petani-petani 32

49 bunga di salah satu sentra produksi krisan potong, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Gapoktan Seruni Citra Resmi merupakan gabungan dari 11 kelompok tani budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi. Total 193 petani anggota gapoktan ini memasarkan hasil produksinya ke delapan kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bali dan Medan. Masing-masing petani memiliki skala produksi yang bervariasi, mulai dari dua hingga 20 green house produksi. Dengan rata-rata skala produksi m 2 yang diusahakan, produksi kebun para petani anggota masih berada di bawah permintaan pasar yang semakin tahun semakin meningkat jumlahnya. Saat ini Kecamatan Sukaresmi, sebagai salah satu sentra budidaya krisan potong menghadapi permintaan rata-rata ikat per minggu atau sebesar ikat per tahun. Sedangkan jumlah krisan potong yang dapat dijual oleh petani-petani di kecamatan ini hanya mencapai ikat per tahun atau ikat per minggu. Ini berarti Kecamatan Sukaresmi masih memiliki peluang pasar sebesar ikat per minggu. Selain itu data volume dan nilai ekspor krisan potong Indonesia yang memiliki tren meningkat semakin menguatkan bahwa Kecamatan Sukaresmimemiliki peluang pasar yang cukup besar baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Untuk dapat memenuhi permintaan tersebut muncul keinginan dari petani krisan di wilayah tersebut untuk meningkatkan skala usaha mereka. Tidak hanya petani yang telah memulai usaha, masyarakat sekitar pun tertarik untuk ikut mengusahakan krisan potong. Selain karena peluang pasar yang masih terbuka, Kecamatan Sukaresmi memiliki keunggulan dalam agroklimat yang sesuai dengan syarat tumbuh krisan potong, lokasi produksi yang memudahkan dalam mengakses pasar input maupun output, dan juga masih tersedianya cukup lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya krisan potong yakni seluas 611,09 Ha. Namun keinginan petani dan masyarakat tersebut terkendala kebutuhan modal yang besar, mengingat pengusahaan krisan potong membutuhkan lahan yang luas. Selain itu di daerah tropis seperti Indonesia khususnya Kabupaten Cianjur yang rentan terpaan air hujan dan angin ini dibutuhkan fasilitas green house untuk 33

50 aktivitas budidaya krisan potong. Pembuatan green house produksi ini memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi. Sebagaimana permintaan bunga potong di Indonesia, krisan potong di Kecamatan Sukaresmi juga mengalami fluktuasi permintaan. Permintaan akan krisan potong berubah-ubah berdasarkan kalender Islam. Dalam satu tahun biasanya terjadi tiga kali penurunan jumlah permintaan. Penurunan tersebut berlangsung selama Bulan Muharram, Safar dan Ramadhan. Penurunan ini disebabkan jarang diadakannya resepsi atau acara ritual lainnya. Selain penurunan jumlah permintaan yang menyebabkan penurunan pendapatan, ada pula waktu tertentu dimana pendapatan petani meningkat. Keadaan tersebut biasanya terjadi pada Bulan Syawal dan Dzulhijjah pada perhitungan kalender Islam, serta ketika menjelang Natal dan Tahun Baru. Peluang pasar yang tinggi, potensi wilayah, serta biaya investasi dan risiko kerugian yang besar menjadi pertimbangan untuk melakukan analisis kelayakan usaha sebelum menjalankan usaha ini, baik dari aspek finansial maupun non finansial. Petani anggota Gapoktan seruni Citra Resmimenjalankan usahanya dengan sumber modal usaha yang berbeda-beda. Sebagian petani memperoleh sumber modal dari pinjaman bank dan ada pula yang menggunakan modal pribadi. Oleh karena itu analisis kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini dilakukan dalam dua skenario, yaitu: 1) Skenario I: usaha dengan modal pinjaman dari Bank 2) Skenario II: usahadengan modal pribadi Untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi maka perlu dilakukan berbagai analisis. Pada aspek pasar perlu diketahui jumlah permintaan krisan potong dari konsumen, jumlah krisan potong yang mampu diproduksi oleh petani setempat, harga jual krisan potong, dan pemasaran krisan potong. Pada aspek teknis perlu dikaji lokasi usaha krisan potong, luas produksi yang akan dijalankan, dan proses budidaya krisan potong yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Sukaresmi. Pada aspek manajemen harus diketahui dengan jelas mengenai legalitas usaha dan struktur organisasi usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi. Pada aspek sosial, perlu dianalisis mengenai dampak keberadaan usaha budidaya krisan potong di 34

51 Kecamatan Sukaresmi yang dilihat dari sisi sosial. Pada aspek lingkungan perlu diketahui apakah usaha budidaya krisan potong tersebut memberikan dampak yang merugikan bagi lingkungan atau tidak. Kelayakan usaha yang dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan ini dianalisis secara kualitatif. Analisis kelayakan finansial usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi dilakukan dengan dua skenario usaha yang telah disebutkan diatas. Analisis finansial yang digunakan adalah analisis biaya manfaat, analisis laba rugi, dan analisis kelayakan finansial. Kelayakan finansial usaha tersebut dianalisis berdasarkan empat kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Pay Back Period (PBP). Setelah menganalisis kelayakan usaha krisan potong tersebut secara finansial dengan empat kriteria investasi, kemudian dilakukan analisis nilai pengganti (switching value analysis) untuk melihat besarnya perubahan maksimal dari komponen biaya dan manfaat yang dapat membuat usaha tidak layak diusahakan atau mencapai batas minimim kriteria investasi. Komponen biaya dan manfaat yang digunakan dalam analisis nilai pengganti (switching value analysis) ini adalah biaya variabel dan harga jual krisan potong. Sejauh mana peningkatan biaya variabel dan penurunan harga jual krisan potong dapat menyebabkan usaha krisan potong Kecamatan Sukaresmi ini menjadi tidak layak dapat dilihat dari hasil analisis ini. Hasil analisis kelayakan ini diharapkan dapat membantu investor untuk menjalankan usaha budidaya krisan potong. Bila dari hasil analisis kelayakan tersebut layak, maka pengusahaaan krisan potong di Kecamatan Sukaresmi tesebut layak diusahakan. Namun bila hasil analisis kelayakan menunjukkan tidak layak, maka menjadi bahan evaluasi bagi petani dalam mengusahakan krisan potong tersebut. Adapun alur kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi dapat dilihat pada Gambar 2. 35

52 Petani krisan potong di Kecamatan Sukaresmi menghadapi kelebihan permintaan Adanya upaya penambahan jumlah produksi/ green house namun terkendala biaya investasi yang tinggi dan jumlah permintaan yang fluktuatif Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan Analisis kelayakan usaha dilihat dari aspek finansial Kriteria kelayakan investasi NPV IRR Net B/C Pay Back Period Analisis switching value Tidak layak Layak Evaluasi Usaha krisan potong dapat dijalankan Keterangan: = dalam lingkup penelitian = di luar lingkup penelitian Gambar 2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional 36

53 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai kelayakan usaha krisan potong ini dilakukan pada usaha krisan potong milik petani anggota Gabungan Kelompok Tani Seruni Citra Resmi yang berlokasi di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan wilayah ini merupakan salah satu sentra produksi bunga potong di Jawa Barat. Selain itu pemilihan lokasi juga didasarkan atas pertimbangan hasil produksi krisan potong di wilayah ini yang masih berada di bawah permintaan pasar. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember 2010 hingga Bulan Februari Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh meliputi : 1) Data keuangan yang mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional, biaya investasi yang telah dikeluarkan sampai dengan biaya investasi yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha. 2) Aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Pengumpulan data ini dilakukan melalui metode wawancara langsung, dan observasi lapang. Sumber data primer terdiri dari beberapa responden yang relevan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Responden yang diwawancarai antara lain salah satu petani anggota Gapoktan Seruni Citra Resmi, karyawan kebun (dua orang), petugas penyuluh pertanian, Ketua Gapoktan Seruni Citra Resmi, Kepala Badan Penyuluh Pertanian, masyarakat sekitar kebun seperti ketua RT 02/ RW 04 Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Direktorat Hortikultura, buku-buku, serta informasi-informasi dari internet yang sesuai dengan kajian penelitian.

54 4.3. Metode Penentuan Sampel Metode yang digunakan dalam penentuan sampel dari penelitian ini adalah purposive sample. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak seorang petani anggota Gapoktan Seruni Citra Resmi, yang dipilih dengan pertimbangan luasan produksi, pengalaman, keahlian serta pengetahuan responden mengenai budidaya krisan potong. Pertimbangan-pertimbangan tersebut secara langsung diberikan oleh peneliti pada responden. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan dua orang pengurus Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukaresmi (ketua dan penyuluh) serta beberapa masyarakat sekitar guna memperdalam dan memperkuat informasi mengenai berbagai aspek non finansial usaha budidaya krisan potong yang bersifat kualitatif Metode Analisis Data Sumber data dari salah satu petani anggota Gapoktan Seruni Citra Resmi digunakan untuk menyusun komponen analisis kelayakan usaha krisan potong di Kecamatan Sukaresmi dalam dua skenario yang diterapkan dalam penelitian ini. Adapun skenario tersebut antara lain adalah: 1) Skenario I: usaha dengan modal pinjaman Bank 2) Skenario II: usaha dengan modal pribadi dari petani Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Oleh sebab itu analisis yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Aspek yang dibahas secara kualitatif adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek sosial dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial dibahas secara kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam uraian deskriptif, tabel, bagan atau gambar dengan tujuan mempermudah pemahaman. Sedangkan data kuantitatif diolah menggunakan software Microsoft Excel Metode Analisis Kelayakan Usaha Krisan Potong Metode yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha krisan potong Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur ini adalah analisis kualitatif dan 38

55 kuantitatif. Analisis dilakukan terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek finansial. 1) Analisis aspek pasar Yang perlu diperhatikan dalam analisis ini antara lain adalah : a) permintaan: total permintaan dan rinciannya, karakteristik konsumen, serta proyeksi permintaan. b) penawaran: pemenuhan produksi terhadap permintaan yang ada serta penawaran dari perusahaan pesaing, baik dalam negeri maupun impor. c) harga: apakah harga yangditawarkan bersaing dengan produk perusahaan lain atau tidak, serta apakah harga sesuai dengan mutu produk atau tidak. d) pemasaran: strategi pemasaran Aspek pasar pada usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi dapat dikatakan layak layak bila tidak terdapat masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya usaha budidaya krisan potong ini, masih terbukanya peluang pasar krisan potong sehingga seluruh hasil produksi dapat diterima oleh pasar. 2) Analisis aspek teknis Analisis ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kelancaran jalannya usaha, terutama kelancaran proses produksi. Yang perlu dianalisis terhadap aspek teknis antara lain adalah: a) penyediaan input b) produksi (budidaya), termasuk teknologi c) tenaga kerja d) sarana dan prasarana e) mutu krisan potong yang dihasilkan. Aspek teknis pada usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi dapat dikatakan layak bila lokasi usaha mampu menunjang berjalannya usaha tersebut, luas produksi sudah optimal, layout kebun sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sudah tepat, kondisi green 39

56 house, pengairan, penanganan hama dan penyakit, pemanenan serta penanganan pasca panen telah tepat sehingga tidak menghambat jalannya usaha. 3) Analisis aspek manajemen Aspek manajemen pada usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi dapat dikatakan layak bila manajemen sumberdaya manusia yang terdapat pada usaha tersebut telah dikelola dengan baik, pemberian gaji telah sesuai, memiliki laporan keuangan, telah memiliki izin persetujuan dari lingkungan seperti pihak Kecamatan. 4) Analisis aspek sosial dan lingkungan Yang perlu diperhatikan dalam analisis ini antara lain adalah : a) kemampuan usaha dalam menciptakan kesempatan kerja b) kualitas hidup masyarakat c) kontribusi usaha (proyek) d) dampak lingkungan yang merugikan Aspek sosial dan lingkungan pada usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi dapat dikatakan layak bila mampu meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, serta tidak bertentangan dengan budaya masyarakat. Selain itu usaha tidak memberikan dampak yang merugikan misalnya menimbulkan limbah yang kurang baik sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar. 5) Analisis aspek finansial Analisis aspek finansial dimulai dengan mengidentifikasi dan menghitung besarnya biaya-biaya dan manfaat-manfaat dari proyek tersebut. Adapaun biaya yang diperlukan oleh suatu proyek antara lain biaya modal, biaya operasional, dan biaya lain-lain. Sedangkan jenis-jenis manfaat (benefit) yang dapat dihasilkan oleh suatu proyek antara lain adalah tangible benefit, indirect/secondary benefit dan intangible benefit. Setelah identifikasi biaya dan manfaat, dilanjutkan dengan analisis laba rugi dengan mengurangkan penerimaan dengan pengeluaran yang telah dilakukan 40

57 oleh proyek. Analisis ini dilakukan guna menentukan tingkat kerugian atau keuntungan proyek. Selain analisis biaya manfaat dan analisis laba rugi, dilakukan pula analisis kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Adapun kriteria tersebut antar lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Pay Back Period (PBP). a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah selisih antara nilai total present value manfaat dengan total present value biaya, atau bisa dikatakan sebagai jumlah present value manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Dalam analisis kelayakan ini skenario I digunakan discount rate sebesar rata rata bunga pinjaman BNITahun 2010 dan bunga deposito BNI Tahun 2010, karena dalam skenario I menggunakan modal pinjaman dari BNI dan modal pinjaman petani yang dibayar secara bagi hasil. Sedangkan untuk skenario II digunakan discount rate sebesar bunga deposito karena modal yang digunakan adalah modal pribadi. Adapun satuan dari NPV ini adalah satuan mata uang, seperti rupiah (Rp). Pehitungan NPV dinyatakan dengan rumus: NPV = n Bt n Ct Bt Ct t t t t 0 /1( 1 i) t 0 /1(1 i) t 0 /1(1 i) n Dimana : NPV = nilai bersih kini (Rp) B t = manfaat pada tahun ke-t (Rp) C t = biaya pada tahun ke-t (Rp) t = tahun kegiatan bisnis i = discount Rate (%) n = umur proyek (tahun) Penilaian kelayakan finansial NPV terbagi tiga, yaitu: i. NPV > 0, secara finansial proyek layak untuk dijalankan karena menghasilkan keuntungan. ii. NPV = 0, secara finansial proyek sulit dijalankan karena tidak mendatangkan manfaat tambahan ataupun kerugian. iii. NPV < 0, secara finansial proyek tidak layak untuk dijalankan karena menimbulkan kerugian. 41

58 b. Internal Rate Return (IRR) IRR merupakan tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR dinyatakan dalam satuan persen (%), Perhitungan IRR dilakukan dengan metode interpolasi antara discount rate yang menghasilkan NPV positif dengan discount rate yang menghasilkan NPV negatif. Secara matematis perhitungan IRR adalah sebagai berikut: NPV NPV NPV 1 IRR = i t + i i Dimana : IRR = internal rate return i 1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negatif Proyek layak dijalankan apabila memiliki nilai IRR lebih besar dari pada discount rate yang digunakan dalam analisis kelayakan ini. Sebaliknya bila IRR kurang dari discount rate,maka proyek tidak layak untuk diteruskan. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Ukuran ini tidak memiliki satuan. Proyek layak dijalankan apabila memiliki nilai Net B/C lebih besar dari pada. Sebaliknya bila Net B/C kurang dari satu,maka proyek tidak layak untuk diteruskan. Secara matematis Net B/C dinyatakan dalam: Net B/C = n t 0 /1 n t 0 /1 Bt Ct t (1 i) Ct Bt t (1 i) Dimana : Net B/C= Rasio biaya manfaat B t = manfaat pada tahun ke-t (Rp) C t = biaya pada tahun ke-t (Rp) t = tahun kegiatan bisnis i = discount Rate (%) n = umur proyek (tahun) 42

59 d. Pay Back Period (PBP) Pay back period merupakan ukuran untuk menghitung seberapa cepat investasi dapat kembali dengan adanya keutungan proyek. Proyek yang layak dijalankan adalah proyek yang memiliki pay back period kurang dari umur bisnis. Ukuran ini memiliki satuan waktu. Secara matematis pay back period dinyatakan dalam: I PBP = Ab Dimana : PBP = pay back period (tahun, bulan,dll) I = biaya investasi yang diperlukan (Rp) Ab = manfaat bersih yang diperoleh setiap periodenya (Rp) Metode Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat dampak yang terjadi akibat adanya keadaan yang berubah-ubah. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan metode switching value (nilai pengganti) bila terjadi kenaikan biaya variabel dan penurunan harga jual. Metode ini digunakan untuk mengetahui perubahan keadaan (kenaikan biaya variabel dan penurunan harga jual) yang membuat proyek tidak layak diusahakan dengan melakukan perubahan pada variable biaya variabel dan jumlah produksi dengan menggunakan asumsi ceteris paribus Asumsi Dasar Adapun asumsi yang digunakan dala penelitian kelayakan usaha budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi ini antara lain: 1) Lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri seluas m 2. 2) Dilakukan dua skenario dalam penelitian ini, skenario I yakni modal yang digunakan dalam usaha ini seluruhnya merupakan modal sendiri dan skenario II pengusahaan usaha ini seluruhnya dilaksanakan dengan modal pinjaman dari Bank BNI. 3) Umur bisnis empat tahun berdasarkan umur ekonomis green house. Hal ini dengan pertimbangan bahwa green house merupakan aset penting dalam budidaya krisan. 43

60 4) Harga yang digunakan adalah harga input dan harga output yang berlaku pada Tahun ) Penyusutan investasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai sisa ditetapkan untuk aset-aset yang masih memiliki umur ekonomis ketika umur bisnis telah berakhir. 6) Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan pada skenario I adalah tingkat suku bunga deposito Bank BNI periode Februari 2011 yaitu sebesar 6,25 persen, sedangkan yang digunakan pada skenario II adalah tingkat suku bunga kredit Bank BNI periode Februari 2011 yaitu sebesar 11 persen. 7) Pada skenario II modal pinjaman yang diberikan oleh Bank BNI adalah sebesar Rp ,00. Jumlah modal pinjaman ini berdasarkan pinjaman maksimal yang ditawarkan oleh Bank BNI kepada petani. 8) Musim tanam sama di setiap tahunnya, yaitu tiga kalai musim tanam dalam setahun 9) Bibit yang digunaan dalam pengusahaan krisan potong adalah bibit siap tanam yang dibeli dari Gapoktan Seruni Citra Resmi. 10) Daya tumbuh bibit krisan pada areal penanaman adalah sebesar 80 persen. 11) Hasil produksi krisan potong yang layak dijual pada Tahun pertama adalah 75 persen. Sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya produk yang layak dijual adalah 90 persen. 12) Dari seluruh hasil produksi 90 persen diantaranya adalah krisan potong dengan kualitas grade A, dan 10 persen diantaranya adalah krisan potong dengan kualitas grade B. 13) Proporsi krisan potong yang diproduksi disesuaikan dengan permintaan pasar, yakni 60 persen tipe standar dan 40 persen tipe spray 14) Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : 44

61 Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak

62 V GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKARESMI 5.1. Kondisi Wilayah Kecamatan Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi terletak di wilayah bagian utara Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Wilayah ini terdiri dari 11 desa dan 60 dusun dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Jonggol Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Cikalong Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Mande Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pacet. Kecamatan ini memiliki luas lahan pertanian mencapai Ha yang diklasifikasikan menjadi lahan sawah dan lahan darat. Luas lahan sawah di wilayah ini mencapai Ha yang terdiri dari lahan sawah teknis, sawah pedesaan dan sawah tadah hujan. Sedangkan lahan darat terbagi menjadi pekarangan, kolam, ladang, hutan raya dan perkebunan. Secara topografi, lahan pertanian di Kecamatan Sukaresmi berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut dengan kemiringan persen. Jenis tanah di wilayah ini merupakan tanah liat berpasir, ph tanah pada lahan sawah antara 5,5 hingga 6,5 dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Sedangkan ph tanah untuk lahan darat antara 4,5-5,5. Hal tersebut disebabkan penerapan pupuk organik yang tepat dan sesuai rekomendasi anjuran dalam konservasi lahan oleh para petani sayuran dan bunga di wilayah ini. Pada ph tanah antara 5,5 hingga 6,5 tanaman hortikultura, khususnya krisan potong dapat tumbuh dengan baik (Rukmana dan Mulyana, 1997). Rata-rata curah hujan di Kecamatan Sukaresmi 227 milimeter per bulan dengan tipe iklim B1, yaitu memiliki tujuh bulan basah dan lima bulan kering. Kelembaban nisbi wilayah ini antara persen. Pada musim hujan, rata-rata suhu udara di Kecamatan Sukaresmi berada pada kisaran derajat celsius, kelembaban nisbi persen, serta radiasi sinar matahari persen. Sedangkan pada musim kemarau suhu udara berkisar antar derajat celcius dengan radiasi sinar matahari persen. Secara topografi lahan dan agroklimat wilayah Kecamatan Sukaresmi sesuai untuk lokasi pembudidayaan krisan potong.

63 Tabel 6. Luas Lahan Desa-Desa di Kecamatan Sukaresmi (Ha) No. Desa Luas Lahan Sawah Teknis Pedesaan Tadah hujan 1 Cibadak Ciwalen 62, Kawungluwuk Pakuwon Cikanyere Sukaresmi Cikancana Sukamahi Kubang Cibanteng Rawabelut Total 264,14 2, Sumber: Profil Gapoktan Seruni Citra Resmi (2009) Lahan sawah di Kecamatan Sukaresmi dimanfaatkan untuk budidaya padi, palawija, sayuran dan bunga potong. Sedangkan lahan darat dimanfaatkan sebagai pekarangan, kolam, ladang, hutan raya, perkebunan dan lain-lain. Adapun tingkat penerapan pola pertanaman lahan sawah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pola Pertanaman Lahan Sawah Kecamatan Sukaresmi Selama Satu Tahun (Ha) Pola Luas No. 1. Padi-Padi-Padi 1.334,25 2. Padi-Padi-Palawija 265,25 3. Padi-Padi-Sayuran Padi-Palawija/Sayuran-Bera 238,55 5. Bunga Potong-Bunga Potong 42,50 6. Sayuran-Sayuran 76,16 Jumlah 2.283,06 Sumber: Profil BPBTPH Sukaresmi, 2012 Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa luasan lahan sawah yang telah dimanfaatkan adalah 2.283,06 Ha. Ini berarti dari 2542 Ha lahan sawah di Sukaresmi, masih terdapat lahan potensial seluas 258,94 Ha yang dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Salah satu komoditas yang sesuai untuk 47

64 dibudidayakan di lahan sawah dengan karakteristik khusus yang telah dijelaskan sebelumnya adalah komoditas krisan potong. Kecamatan Sukaresmi memiliki jarak yang tidak terlalu jauh dengan ibukota Kabupaten Cianjur, yaitu 25 kilometer sehingga pembelian input-input petanian dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu Kecamatan Sukaresmi juga dekat Kota Jakarta, sehingga pemasaran produk serta pembelian input-input tertentu yang tidak terdapat di Kabupaten Cianjur dapat berjalan cukup mudah karena akses yang tersedia cukup mendukung berjalannya usaha ini, seperti alat transportasi yang memadai dan jalan aspal yang cukup baik. Jumlah penduduk di Kecamatan Sukaresmi pada Tahun 2009 tercatat sebanyak jiwa dengan Kepala Keluarga (KK). Dari jumlah tersebut sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani yakni sebanyak KK, selebihnya bermata pencaharian sebagai pengrajin 926 KK, pedagang KK, tukang dan jasa 985 KK, PNS 266 KK, serta TNI dan Polri 68 KK. 7 Dari informasi ini dapat diketahui bahwa masih terdapat KK yang tercatat belum memiliki mata pencaharian tetap Gapoktan Seruni Citra Resmi Budidaya krisan telah banyak dikembangkan di Kecamatan Sukaresmi hampir selama lima puluh tahun terakhir. Hal ini menyebabkan banyaknya tenaga terampil yang mengetahui dan berpengalaman terhadap pembudidayaan krisan potong yang biasanya diperoleh secara turun temurun. Seiring banyaknya tenaga kerja yang terampil dan semakin banyaknya penduduk yang mengusahakan krisan potong menjadikan Kecamatan Sukaresmi sebagai salah satu sentra produksi krisan potong. Untuk menjaga kualitas produk, kestabilan pasar bagi petani serta pemenuhan kebutuhan sarana produksi, para petani membentuk kelompokkelompok tani berdasarkan desa lokasi kebun mereka. Seiring berjalannya waktu, kelompok tani yang terbentuk mencapai 11 kelompok. Hal ini mendorong para petani untuk membentuk gabungan kelompok tani dengan tujuan agar petani mudah memperoleh bantuan modal, mendapatkan bimbingan teknis budidaya yang lebih baik, serta mudah memperoleh informasi pasar. 7 Profil BPBTPH Sukaresmi,

65 Akhirnya Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Seruni Citra Resmi didirikan pada tanggal 15 Maret 2009 melalui musyawarah pengurus kelompok tani krisan potong di Kecamatan Sukaresmi. Pada tanggal 15 Juni 2009 Gapoktan seruni Citra Resmi dikukuhkan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur dengan Nomor Registrasi: /1456.4/PP. Sejak itulah Gapoktan seruni Citra Resmi terus melakukan pembinaan dan bimbingan kepada para anggota terutama dalam budidaya maupun perbenihan krisan. Berkat bimbingan dari penyuluh pertanian dan adanya semangat dari anggota gapoktan untuk lebih meningkatkan penerapan teknologi pada budidaya krisan potong dengan baik dan benar, maka mulai tanggal 13 Agustus 2009 Gapoktan seruni Citra Resmi bersama anggota melaksanakan Sekolah Lapang (SL) perbenihan krisan dengan menerapkan Standar Operasional Prosedur yang dilakukan setiap Hari Senin selama delapan kali pertemuan dengan waktu empat jam setiap pertemuan. Sekolah Lapang ini dipandu oleh Ketua Badan Penyuluh Pertanian Kabupaten Cianjur dengan dibantu oleh Petugas/ Penyuluh Pertanian Kecamatan Sukaresmi serta petugas dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur. Selain mengadakan pembinaan, Gapoktan Seruni Citra Resmi juga berperan dalam membantu permodalan petani krisan potong melalui dana pinjaman yang bergulir yakni Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM), membantu pemasaran petani anggota dengan menjadi pengumpul apabila pesanan dari konsumen menurun atau petani belum memiliki konsumen tetap, dan yang terakhir adalah membantu penyediaan sarana produksi krisan potong bagi petani anggota. Gapoktan Seruni Citra Resmi diketuai oleh M. Damin dengan dibantu oleh beberapa pengurus, yaitu sekretaris, bendahara, Divisi Perbenihan, Divisi Produksi, Divisi LKMA, Divisi Koperasi, Input dan Alsin, serta Divisi Pengolahan dan Pemasaran. Petani anggota Gapoktan Seruni Citra Resmi saat ini tlah mencapai 193 petani yang berasal dari 11 kelompok tani krisan di Kecamatan Sukaresmi. Rincian data keanggotaan Gapoktan Seruni Citra Resmi dapat dilihat pada Tabel 8. 49

66 Tabel 8. Data Kelompok Tani Anggota Gapoktan Seruni Citra Resmi No. 1 Nama Kelompok Tani Glory Farm (Ds. Pakuon) 2 Makmur (Ds. Cikanyere) 3 Wargi Sauyunan (Ds. Cikanyere) 4 Puspita Sari (Ds. Pakuon) 5 Seruni Mawar (Ds. Pakuon) 6 Maju Sejahtera (Ds.Kawungluwuk) 7 Seroja (Ds. Cibadak) 8 Mekar Tani (Ds. Pakuon) Nama Ketua Neneng Soptiah Jumlah Anggota (orang) Luas Lahan Usaha (m 2 ) Rata-Rata Luas Lahan ,00 H. Abdullah ,50 M.A. Bacharudin S. Asep Sulaeman , ,33 M. Hamdan S ,09 Topik ,15 H. Muhidin ,00 H. Encep Kusmayadi ,08 9 MBA Farm (Ds. Pacet) Ir. Sarkad ,33 10 Senen Farm (Ds. Cugenang) Nyanyang ,00 11 Rosalina (Ds. Cugenang) Aji Saepul ,33 Jumlah ,15 Sumber: Profil Gapoktan, 2009 (Diolah) Tabel 8 menunjukkan bahwa luas lahan petani krisan di Kecamatan Sukaresmi sangat bervariasi. Namun sesuai pengamatan langsung di lapang dan juga hasil perhitungan pada tabel dapat diketahui bahwa rata-rata luas lahan budidaya krisan potong petani anggota Gapoktan Seruni Citra Resmi adalah antara m Kegiatan Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi Jenis krisan potong yang diusahakan oleh petani bunga di Kecamatan Sukaresmi ini terbagi dalam dua tipe, yaitu tipe standar dan tipe spray. Dua tipe krisan potong tersebut memiliki varietas, bentuk dan warna yang beragam. Persentase krisan potong tipe standar yang diproduksi lebih besar dibanding persentase tipe spray, yakni tipe satandar sebesar 60 persen dan tipe spray sebesar 40 persen. Perbedaan persentase produksi tersebut ditetapkan berdasarkan 50

67 permintaan konsumen. Varietas krisan potong tipe standar dan tipe spray yang dihasilkan oleh petani di Kecamatan Sukaresmi dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Nama Varietas Bunga Krisan Potong Produksi Kecamatan Sukaresmi Varietas Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi Tipe Standar Tipe Spray White Fiji Yellow Fiji Puma Sonya Snowdon Yellow Pink Fiji Regent Rhino Shamrock Jaguar Fiji Town talk Wendi Pingpong White Holiday Heidi Yellow Tiger Pingpong Yellow Alouis Heidi White Casablanca Snowdon White Pompon Rata-rata luas lahan budidaya petani krisan potong di Kecamatan Sukaresmi yaitu m 2 dari total lahan krisan potong seluas 39,18 hektar. Dengan luas lahan biasanya dibangun lima unit green house dengan luas masing-masing 200 m 2. Green house yang digunakan adalah green house tipe sere, yaitu green house yang terbuat dari bambu dengan beratapkan plastik UV. Green house tipe ini biasanya memiliki umur ekonomis yang lebih pendek dibandingkan green house yang terbuat dari besi. Green house tipe sere hanya mampu bertahan hingga empat tahun. Gambar 3. Green house tipe sere Pola pertanaman bunga potong krisan di Kecamatan Sukaresmi dapat dilakukan sepanjang tahun, yaitu tiga kali panen dalam satu tahun dengan masingmasing umur panen tiga bulan. Hal tersebut dikarenakan kondisi lahan dan iklim Kecamatan Sukaresmi yang sesuai dengan syarat tumbuh, sehingga penanaman 51

68 bunga potong krisan di kecamatan ini pada umumnya tidak tergantung pada musim. Proses produksi secara keseluruhan dilaksanakan dalam green house yang telah diinstalasi listrik dan diberikan fasilitas pengairan. Dalam budidaya krisan potong, peranan utama green house adalah sebagai penahan arus hujan dan angin secara langsung. Dalam teknis budidaya, para pekerja lebih banyak menggunakan pengalaman sebagai acuan untuk mengatasi hama dan penyakit tanaman. Dengan luas lahan m 2 petani melaksanakan kegiatan budidaya krisan potong tanpa pembibitan. Bibit siap tanam diperoleh dari pembelian melalui Gapoktan seruni Citra Resmi. Hal ini dimaksudkan agar siklus bisnis dapat berjalan cepat, mengingat luas lahan yang dimiliki terbatas. Proses penanaman dimulai dengan persiapan lahan, penanaman bibit, dan pemeliharaan. Dalam pemeliharaannya krisan potong memerlukan penyiraman selama 2 hari sekali berturut-turut hingga 10 hari pertama, setelah itu penyiraman dilakukan hanya seminggu sekali. Selain itu dalam pemeliharaan juga dilakukan penyinaran menggunakan lampu, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemberantasan gulma dan pemotongan daun. Terhitung 12 minggu setelah tanam atau setelah bunga setengah mekar penuh, bunga siap dipanen dan dilanjutkan dengan kegiatan pascapanen. Kegiatan pasca panen dilakukan di luar kebun, seperti gudang, teras, atau saung. Sebelum dikemas, bunga yang telah dipanen dikelompokkan berdasarkan grade, tipe dan warna, serta tujuan distribusi kemudian dilakukan pengukuran. Pengukuran dimaksudkan agar ukuran bunga seragam dan sesuai dengan permintaan konsumen. Setelah itu bunga dikemas menggunakan kertas berdasarkan tipe dan warnanya. Ada perbedaan cara pengemasan antara krisan potong tipe standar dan tipe spray. Pengemasan krisan potong tipe spray dilakukan dengan menyatukan 10 tangkai kedalam balutan kertas menjadi satu ikat. Kemudian ikatan tersebut disatukan kembali dengan ikatan bunga yang lain dalam tipe, grade dan warna yang sama menjadi satu ikatan yang lebih besar terdiri dari 10 ikat bunga. Berbeda dengan krisan potong tipe spray, krisan tipe standar memerlukan perlakuan yang lebih khusus. Yaitu setiap mahkota bunga dikemas dengan 52

69 menggunakan kertas putih membentuk corong, kemudian setelah terkumpul 10 tangkai disatukan menjadi satu ikat. Selanjutnya digabungkan dengan sembilan ikatan yang lain membentuk ikatan yang lebih besar. Cara ini dimaksudkan agar mahkota bunga tidak mudah rusak ketika diangkut. Gambar 4. Kemasan Krisan Potong Tipe Standar Teknik budidaya yang dilakukan oleh petani krisan potong di Kecamatan Sukaresmi masih sederhana. Para petani belum munggunakan alat-alat pertanian modern untuk mempermudah proses produksi. Hal ini disebabkan meskipun teknologi yang digunakan masih sederhana, namun produk yang dihasilkan memiliki kualitas sesuai keinginan pasar. Siklus kegiatan budidaya krisan potong di Kecamatan Sukaresmi selama setahun dengan luasan m 2 dapat dilihat pada Lampiran Pemasaran Produk Setelah dikemas menggunakan kertas bunga siap dikirim untuk dipasarkan. Sebagian besar petani krisan potong di Kecamatan Sukaresmi memiliki pelanggan tetap diantaranya dekorator dan florist yang tersebar di daerah Jakarta, Bogor, Jogjakarta, Solo, dan Semarang. Untuk pendistribusian bunga ke Jawa Barat dan Jakarta dilakukan menggunakan mobil bak terbuka dengan menumpuk bunga yang telah dikemas secara bersilangan, sedangkan untuk pendistribusian ke luar Jawa Barat, para petani atau perwakilan dari kelompok tani cukup mengantarkannya ke terminal bus kemudian menggunakan jasa transportasi bus untuk dikirim ke daerah konsumen. Apabila jumlah permintaan tinggi, hasil panen petani krisan dapat terserap seluruhnya oleh pelanggan tetap yakni dekorator dan florist bahkan ada pula konsumen yang membeli langsung kepada petani secara eceran. Namun ketika 53

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan C.1. AGRIBISNIS BUNGA KRISAN I. LATAR BELAKANG Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S.

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S. PERBANDINGAN KEUNTUNGAN KRISAN POTONG DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TUNAS DAN SISTEM TANAM AWAL DI P4S ASTUTI LESTARI PARONGPONG BANDUNG BARAT Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman hias mempunyai peran sangat penting dalam perdagangan komoditas pertanian dan akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Sari (2008), komoditas agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia melalui penyediaan pangan, bahan baku produksi, perolehan devisa negara dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk ke dalam jenis hortikultura sayuran yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor hortikultura Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Disamping peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunga Potong Bunga potong adalah sebutan untuk tanaman hias yang ditanam untuk diambil bunga besarta tangkainya. Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan untuk bahan rangkaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bunga krisan dengan nama latin Chrysanthemum sp berasal dari dataran Cina. Bunga potong ini cukup populer dan menduduki

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI 01-4478-1988 No Jenis Uji Satuan Kelas Mutu AA A B C 1 Panjang tangkai cm minimum Tipe standar 76 70 61 Asalan Tipe spray - Aster 76 70 61 Asalan -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

TRANSFORMASI KOMODITAS USAHATANI DARI SAYURAN KE BUNGA MAWAR POTONG

TRANSFORMASI KOMODITAS USAHATANI DARI SAYURAN KE BUNGA MAWAR POTONG TRANSFORMASI KOMODITAS USAHATANI DARI SAYURAN KE BUNGA MAWAR POTONG (Studi Kasus di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu) KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN No. 011, Juli 2016 (Tanggal diunggah 20 Juli 2016) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar PENINGKATAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI

PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI PENGEMBANGAN TEKNIK PENGEMASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUNGA POTONG KRISAN WHITE FIJI TIPE STANDAR SELAMA TRANSPORTASI Oleh : FUAD ARIESTYADI F14103063 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Sondi Raya Chrysanth Farm merupakan usaha kecil perseorangan yang dimiliki oleh Ibu Hj. Rosmala Saragih. Usaha ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN

KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN Oleh : Sri Lestari Utami, Pejabat Fungsional Pengawas Benih Tanaman Madya Abdul Mutholib A. selaku Petani

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci