BAB I PENDAHULUAN. memiliki pemahamannya masing-masing terhadap kata ini. Bahkan ada beberapa ahli tidak
|
|
- Dewi Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Terdapat berbagai macam defenisi terhadap kata rekonsiliasi. Para ahli biasanya memiliki pemahamannya masing-masing terhadap kata ini. Bahkan ada beberapa ahli tidak mendefinisikan kata ini, agar makna kata rekonsiliasi tidak tereduksi. 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rekonsiliasi didefenisikan sebagai perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula atau perbuatan menyelesaikan perbedaan. 2 Melihat defenisi tersebut, penulis mencoba membatasi kata rekonsiliasi sebagai usaha mengatasi perbedaan, dengan memperhatikan unsur meminta maaf dan mengampuni. Batin yang terluka akibat pelanggaran orang lain, membutuhkan permintaan maaf dan penyesalan dari orang tersebut agar proses penyembuhannya dapat berlangsung. 3 Memaafkan memang bukan persoalan mudah, namun menutup kemungkinan untuk melakukannya hanya akan memperpanjang beban-beban psikologis serta menghilangkan setiap kemungkinan perbaikan hubungan. Sebelum permintaan maaf disampaikan oleh pelanggar, korban dapat dilihat sebagai pihak yang paling membutuhkan jaminan keadilan, 1 Roberth J. Screiter, Rekonsiliasi Membangun Tatanan Masyarakat Baru (Ende: Nusa Indah, 2000); Lyle E. Schaller, Community Organization: Conflict and Reconciliation (New York: Abingdon Press, 1966); Walter Wink, Damai adalah Satu-satunya Jalan : Kumpulan Tulisan Tentang Nir-Kekerasan dari Fellowship of Reconciliation (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) Afthonul Afif, Pemaafan, Rekonsiliasi dan Restorative Justice : Diskursus Perihal Pelanggaran di Masa Lalu dan Upaya-upaya Melampauinya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 5. 1
2 namun setelah hal itu disampaikan, maka kedua pihak sama-sama membutuhkannya. Kebencian dan dendam yang tersimpan terlalu lama akan menjadi benih bagi pelanggaran atau kejahatan baru. Pihak yang sebelumnya menjadi korban sewaktu-waktu dapat berubah menjadi seorang pelanggar. Sebaliknya, pelanggar yang menjadi sasaran dari tindak pembalasan itu, selanjutnya akan menjadi seorang korban. 4 Rekonsiliasi perlu dilakukan jika potensi konflik terdalam yang akan dialami oleh suatu komunitas adalah rapuhnya kohesi sosial masyarakat karena beragam kekerasan struktural yang terjadi dalam dinamika sejarah komunitas tersebut. 5 Rekonsiliasi dibutuhkan untuk mengatasi berbagai konflik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Konflik pada hakekatnya adalah suatu pertarungan menang atau kalah antar kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya dalam organisasi. Masing-masing pihak membela nilai-nilai yang mereka anggap benar dan memaksa lawan mereka untuk mengakui nilai-nilai tersebut. Setiap orang memiliki potensi untuk terlibat konflik kapan saja dan di mana saja. Hal ini disebabkan keberagaman yang ada dalam setiap kelompok masyarakat yang sangat mudah bergesekan satu sama lain serta dapat menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Konflik terjadi karena berbagai alasan. Misalnya, ada konflik yang disebabkan oleh perbedaan nilai, konflik yang berbasis pada kepentingan dan konflik yang disebabkan oleh kurangnya sumber daya alam. 6 Dengan demikian, konflik juga mencakup sistem sosial di mana manusia berinteraksi seperti 4 Ibid, Akhmad Jenggis, 10 Isu Global di Dunia Islam : Palestina, Globalisasi, Konflik dan Perdamaian, Pangan, Terorisma, Kemiskinan, Energi, Demokrasi, Lingkungan Hidup, dan HAM (Yogyakarta: 2012), 95 6 Theofransus Litaay, Mengelola Konflik dalam Konteks Human Security dan Pengetahuan Lokal, dalam Buku Bacaan Pendidikan Perdamaian, Editor: Theofransus Litaay, Evalien Suryati, David Samiyono, Christina Maya Indah (Salatiga: Satya Wacana Peace Centre-SWCU. 2011),
3 keluarga, persahabatan, negara, bangsa, organisasi dan perusahaan. 7 Hal yang digambarkan di atas, sama dengan realitas dua negeri (desa): Porto dan Haria di Provinsi Maluku. Porto dan Haria merupakan nama dari dua negeri yang berada di Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. Kedua negeri ini saling berdekatan dan tidak memiliki batas wilayah. Negeri Porto sendiri memiliki luas wilayah 30 km 2. Penduduk Negeri Porto menganut agama Kristen, dengan presentase 97 % (Jumlah Kepala Keluarga: 547 dan jumlah jiwa: 2292) merupakan anggota dari Gereja Protestan Maluku (GPM) dan 3%-nya (69 jiwa) 8 merupakan anggota dari Gereja Karismatik. Haria memiliki luas wilayah 10 km 2 dengan jumlah penduduk 1218 jiwa. Penduduk Haria 100% merupakan anggota GPM, dengan perincian jumlah Kepala Keluarga (KK): 1343 dan jumlah jiwa Kedua negeri ini seringkali mengalami konflik yang menyebabkan jatuhnya banyak korban harta benda dan korban jiwa. Banyaknya upaya yang telah dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan konflik ini, belum juga dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Konflik sosial ini bermula pada awal tahun 1924, akibat beberapa pemuda berkelahi karena dipengaruhi oleh minuman keras. Konflik ini berskala kecil dan tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Konflik kedua terjadi tepatnya di Hari Minggu pagi tahun Permasalahan ini terjadi kembali akibat dipengaruhi oleh minuman keras dan mengakibatkan terbakarnya delapan rumah masing-masing desa dan juga konflik ini menggunakan senjata tajam sehingga menimbulkan korban luka. Tetapi konflik berhasil 7 Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi dan Penelitian (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), Hasil wawancara dengan Pendeta Bapak Samuel Tahalele, Ketua Majelis Jemaat Negeri Porto pada tanggal 20 April Hasil wawancara dengan Pendeta Bapak Jefry Salato Leatemia, Ketua Majelis Jemaat Negeri Haria pada tanggal 18 Agustua
4 ditangani dengan cepat. Konflik ketiga terjadi di tahun 1977 yang juga disebabkan oleh kenakalan remaja dan mengakibatkan korban jiwa yaitu 2 orang meninggal. Konflik ini menggunakan senjata rakitan dan juga senjata api. Konflik keempat berskala besar terjadi di tahun Konflik ini mengakibatkan 50 rumah terbakar, 1 rumah adat terbakar dan 3 orang meninggal. Hal ini dipicu oleh kejadian saat perlombaan perahu antar negeri di Pulau Saparua. Perahu dari warga Negeri Porto menabrak Perahu dari warga Negeri Haria. Konflik yang berikut juga akibat sengketa mata air yang disebut Air Raja. 10 Masing-masing desa memiliki kepentingan dari sumber mata air tersebut sehingga kedua pihak menyatakannya sebagai milik masing-masing. 11 Konflik yang berlarut-larut dapat menimbulkan kerugian terhadap pihak yang berkonflik. Bisa dikatakan bahwa konflik ibarat pisau bermata dua. Kondisi konflik pada kedua negeri ini mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, rusaknya rumah warga,rumah ibadah serta retaknya hubungan sosial masyarakat Porto dan Haria yang memiliki hubungan keluarga. Konflik tersebut menimbulkan kepahitan dan sangat berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat kedua negeri. Hal ini membutuhkan upaya-upaya perdamaian yang harus dilakukan dari semua pihak: pemerintah daerah, gereja maupun keseluruhan masyarakat. Rekonsiliasi berarti mengampuni bukan melupakan. Dalam situasi-situasi tertentu dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan proses rekonsiliasi. Rekonsiliasi tidak dapat dipaksakan- rekonsiliasi harus terjadi dengan sukarela dan semua pihak yang terlibat dalam konflik perlu mengambil keputusan untuk ambil bagian dalam proses 10 Wawancara via telepon dengan Bpk. Nus Tamaela, pada tanggal 2 April Wawancara via telepon dengan Grace Manuhutu, pada tanggal 2 April
5 tersebut. Rekonsiliasi dan pengampunan sangat berkaitan atau merupakan konsep yang saling bertumpang-tindih. 12 Setiap proses rekonsiliasi mempunyai jalannya sendiri dan harus dibina oleh orang-orang yang bertanggung jawab penuh atas tindakan-tindakan mereka. 13 Selama ini yang sering diberitakan oleh media lokal maupun nasional adalah upaya perdamaian yang selalu dilakukan oleh unsur pemerintah daerah melalui seminar-seminar perdamaian Porto-Haria, pembentukan tim perdamaian Porto dan Haria (Tim 10) untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Dalam tulisan ini, penulis akan melihat peran gereja dalam upaya perdamaian Porto dan Haria yang sudah berlangsung puluhan tahun berdasarkan langkah-langkah rekonsiliasi. Mengutip pemikiran John Titaley dalam buku Religiositas di Alinea Tiga, gereja merupakan organisasi keagamaan universal yang bermakna dalam konteks sosial tertentu. Dalam hal ini gereja bukan sebagai tubuh Kristus yang menyebabkan gereja tidak menyadari kedudukannya sebagai bagian dari suatu kehidupan tertentu dengan kebudayaan tertentu juga. 14 Berdasarkan hal itu maka Gereja Protestan Maluku (GPM) Jemaat Porto dan Haria merupakan organisasi yang mampu memberikan solusi demi perdamaian kedua negeri tersebut, sebab tugas gereja bukan hanya sebagai pemberita firman melalui mimbar-mimbar gereja semata tetapi juga sebagai sarana perdamaian umat manusia merupakan bagian dari tugas dan panggilan gereja yang sebenarnya. 12 E. Worthington, Handbook of Forgiveness. (New York: Brunner-Routledge, 2005), Hagen Berndt, Agama yang Bertindak (Yogyakarta: Kanisius, 2006), John A. Titaley, Religiositas di Alinea Tiga (Salatiga: Satya Wacana Universitty Press, 2013), 98. 5
6 Demi kepentingan gereja dalam upaya penyelesaian konflik Porto dan Haria, gereja tampil dalam memainkan peran seperti ini demi terwujudnya perdamaian abadi antara Negeri Porto dan Haria. Jika gereja tidak serius dalam upaya pengendalian konflik dengan baik, maka konflik dapat meledak sewaktu-waktu dan merupakan tindakan kekerasan yang akan kembali menelan korban jiwa dan harta benda serta merusak hubungan sosial masyarakat kedua negeri tersebut. Dalam upaya menanggulangi konflik, GPM memberikan bimbingan khusus yang berhubungan dengan konflik komunal, melatih majelis dan semua simpul pelayan (organisasi perempuan, laki-laki dan lain-lain). GPM juga membangun jaringan dengan pemerintah karena konflik tidak dapat ditangani sendiri, mengadakan acara makan patita 15, mengadakan Natal se-klasis Lease di Porto-Haria dan pergumulan setiap tanggal 27 untuk memperingati komitmen yang diikuti oleh pemerintah negeri, petugas keamanan, guru, dan majelis. 16 Meskipun GPM berupaya untuk menyelesaikan konflik, konflik antara kedua negeri ini terus berlanjut. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, dengan melihat peran gereja untuk menciptakan perdamaian berdasarkan teori rekonsiliasi di Porto-Haria, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menulis hal ini lebih lanjut dengan kajian yang lebih ilmiah yakni Tesis dengan judul: Gereja dan Rekonsiliasi Memahami Peran Sosiologis GPM dalam Proses Rekonsiliasi Konflik di Negeri Porto-Haria, Saparua - Maluku 15 Tradisi makan patita merupakan salah satu identitas budaya Maluku yang sangat kental dengan kehidupan masyarakat setempat yakni sebuah acara makan bersama. Bagi masyarakat Maluku, Makan Patita menjadi sebuah alat untuk mempererat tali persaudaraan. 16 Hasil wawancara dengan Samuel Tahalele, Pendeta Jemaat GPM Porto pada tanggal 20 April
7 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan dalam studi ini, dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana peran gereja dalam upaya mewujudkan suatu perdamaian di Porto-Haria? 2. Alasan apa saja yang menyebabkan belum terciptanya perdamaian antara Porto dan Haria? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan peran gereja dalam upaya rekonsiliasi Porto-Haria. 2. Mendeskripsikan alasan-alasan yang menyebabkan belum terciptanya rekonsiliasi antara Porto-Haria Signifikansi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka penulis menganggap bahwa hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis: Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi studi Sosiologi Agama, khususnya menyangkut peran gereja dalam menyelesaikan konflik, khususnya konflik antarjemaat. 7
8 2. Manfaat Empiris/ Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis terutama dapat menjadi bahan masukan bagi BPH Sinode GPM agar dapat mewujudkan suatu rekonsiliasi konflik di Porto-Haria Metode Penelitian a) Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. 17 Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 18 Setelah data diperoleh, kemudian data-data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif-analitis yaitu suatu metode untuk mengumpulkan data dan menyusun data, kemudian diusahakan adanya analisis dan interpretasi atau penafsiran data-data tersebut. 19 Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi yaitu gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai 17 H. Hadari Nanawi, H. M. Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), Winarno Surakhmad, Pengantar Penulisan Ilmiah : Dasar Metode dan Teknik (Bandung: Tarsito, 1985),
9 fenomena yang diselidiki. Metode ini dapat menggambarkan dengan jelas dan menganalisa apa yang dilihat atau didengar tentang sesuatu dengan jelas dan terperinci dari hasil penelitian. 20 b) Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Negeri Porto dan Negeri Haria, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. c) Teknik Pengambilan Data Dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, sebagai berikut: Wawancara Teknik wawancara ini bertujuan untuk mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari para respondent, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. Wawancara ini pun bermaksud mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka. 21 Penulis dalam hal ini melakukan wawancara kepada Ketua Majelis Jemaat kedua negeri yang diyakini sebagai informan kunci 22 dari penelitian yang penulis lakukan dan beberapa tokoh masyarakat. Jumlah orang yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah 5 orang. 20 Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta : Rajawali Press, 1990), Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1981), Yang dimaksud dengan informan kunci dalam tulisan ini adalah orang yang mempunyai keahlian dan pengetahuan luas mengenai realita konflik serta sikap dan peran gereja yang merupakan masalah yang ingin penulis teliti. 9
10 Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Jenis observasi yang dipakai yaitu observasi partisipasi yaitu pihak yang melaksanakan observasi terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti Susunan Pembahasan Penulisan tesis ini terdiri dari 5 bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan, menguraikan tentang; I) Latar Belakang; II) Rumusan Masalah; III) Tujuan Penelitian; IV) Signifikansi Penulisan; V) Metodologi Penelitian; VI) Lokasi Penelitian; VII) Informan Kunci; VII) Sistematika Penelitian. Bab II. Teori Rekonsiliasi. Bab III. Merupakan bab yang berisi tentang ulasan data atas dasar penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bab IV. Merupakan analisa penulis terhadap hasil penelitian dengan mengacu kepada teori yang dibahas dalam Bab II. Bab V. Merupakan penutup yang terdiri dari; A) Kesimpulan; dan B) Saran. 10
BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,
BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta
Lebih terperinciGEREJA DAN REKONSILIASI: Porto-Haria, Saparua-Maluku TESIS
GEREJA DAN REKONSILIASI: Memahami Peran Sosiologis GPM dalam Proses Rekonsiliasi Konflik di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku TESIS Disusun oleh : Hedy M. Tamaela 75 2014 011 Universitas Kristen Satya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB III UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. korban jiwa dan materi yang cukup banyak dari masyarakat Porto-Haria.
BAB III UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Konflik Porto-Haria yang mewujud dalam aksi kekerasan kolektif telah menelan korban jiwa dan materi yang cukup banyak dari masyarakat Porto-Haria.
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang yang menulis dan meneliti tentang sumber daya manusia. Cardoso (2003) mengatakan salah satu sumber daya yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan
Lebih terperinciBullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon
Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu sama lain. Adanya hubungan timbal balik itu, sering menimbulkan fenomena sosial berupa konflik
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota masyarakatnya ke dalam kelas sosialnya masingmasing (stratifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa
Lebih terperinciBAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu
BAB I A. Latar Belakang Masalah Sejarah mencatat bahwa Gereja hadir karena Tuhan Yesus memanggil umat manusia unuk menjadi pengiring-nya (murid). Mereka dipanggil dalam sebuah persekutuan dengan Dia dan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.
BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan
Lebih terperinci1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,
Lebih terperinciStudi Hubungan Pemikiran Teologis Paulus dan Markus tentang Penebusan Dosa TESIS
Studi Hubungan Pemikiran Teologis Paulus dan Markus tentang Penebusan Dosa TESIS Diajukan kepada Program Studi Magister Sosiologi Agama untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh: Glenmideys Huwae NIM:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan
86 BAB IV PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon, maka berikut ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Khotbah mempunyai tempat yang penting bagi jemaat. Hal ini sempat penyusun amati, yaitu bagaimana jemaat menunjukkan keseriusan mereka ketika khotbah akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ketika seseorang akan melakukan sesuatu hal, pasti orang tersebut memiliki hal-hal tertentu yang mempengaruhi dalam dirinya untuk bertindak. Sesuatu yang mempengaruhi
Lebih terperinciREKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA
REKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : 34 40 DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rote adalah sebuah pulau yang dahulu dikenal dengan sebutan Lolo Neo Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau Lino Do Nes yang berarti pulau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan
Lebih terperinci1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus
BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe dan Sifat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, data
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1990: 131) bahwa: Metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Berbicara mengenai gereja tentu saja ada berbagai permasalahan yang terdapat dalam setiap jemaat-jemaat, bukan hanya soal perkembangan jumlah anggota jemaat,
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kasus hamil sebelum menikah saat ini bukan lagi menjadi hal yang aneh dan tabu dalam masyarakat. Dalam pemikiran banyak orang hasil akhirnya yang sangat menentukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan penelitian dalam mengungkapkan data dan mencari kebenaran masalah yang diteliti, yang menjadi persoalan metode apakah yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meminjam (berhutang) kepada bank atau perusahaan lain. akan dapat menganggu tatanan kehidupan ekonomi yang dudah ada.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha tentu tidak selalu dalam keadaan baik, adakalanya usaha dari suatu perusahaan itu tidak dapat lagi memenuhi fungsinya sebagai suatu perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
56 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Adapun pengertian dari metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban, dengan kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E
Pelaksanaan peradilan tindak pidana penyalahgunaan senjata api yang dilakukan oleh anggota TNI ( studi kasus di pengadilan militer II 11 Yogyakarta ) Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E.0004107 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhuk sosial. Berkaitan dengan itu, manusia tidak akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhuk sosial. Berkaitan dengan itu, manusia tidak akan bisa hidup tanpa berhubungan dengan sesamanya. Ketika berhubungan dengan orang lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan apa saja yang ada di lokasi penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu peneliti dalam hal ini berusaha untuk menggambarkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi
Lebih terperinciUKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan
BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan
Lebih terperinciBAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN
BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan
Lebih terperinciBab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah
Bab Empat Penutup 1. Kesimpulan Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah peraturan/tata gereja definitif yang berisi uraian teologis-eklesiologis tentang identitas GTM secara menyeluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan UKDW. Tobelo ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Halmahera Utara. 4
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Halmahera Utara adalah pulau terbesar yang terdapat di Maluku Utara. Penduduk Halmahera Utara terdiri dari beberapa suku: suku Kao, suku Pagu, suku Modole, Boeng, Towiloko,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dalam memperoleh data dengan suatu pendekatan dan jenis dalam penelitian tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 1 Rancangan penelitian adalah cara peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Keberadaan para penyandang cacat sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat. Mereka dapat dijumpai di pinggir jalan, panti-panti yang menampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 1, mendapat pengaruh yang cukup besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 1, mendapat pengaruh yang cukup besar dari kebudayaan yang dimiliki oleh warga jemaatnya. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (field reseach), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni (2005 : 58) metode adalah cara yang ditempuh peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,
1 BAB 1 Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km dengan lokasi pusat gempa terletak di dekat pantai pada koordinat
Lebih terperinciLITURGI GEREJA KRISTEN JAWA: Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ
LITURGI GEREJA KRISTEN JAWA: Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ TESIS Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama untuk memperoleh gelar Magister
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Dalam perspektif sosiologis dapat dikatakan bahwa, gereja sebagai suatu institusi sosial,
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Politik adalah sebuah bidang kehidupan di mana gereja dapat memperjuangkan terwujudnya tanda-tanda kerajaan Allah dalam Yesus Kristus: keadilan, kebenaran, HAM dan damai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri
BAB I PENDAHULUAN Di Ambon salah satu bentuk kekerabatan bisa dilihat dalam tradisi Pela Gandong. Tradisi Pela Gandong merupakan budaya orang Ambon yang menggambarkan suatu hubungan kekerabatan atau persaudaraan
Lebih terperinciTESIS. Diajukan Kepada Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW untuk Memperoleh Gelar Magister Sains. Nirmala Ch. W. Sinaga
MAMBERE NAMALUM UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA SEBAGAI PENDAMPINGAN DAN KONSELING PASTORAL BERBASIS BUDAYA TESIS Diajukan Kepada Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW untuk Memperoleh Gelar
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL
BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL Berdasarkan hasil penelitian yang tertuang dalam bab III, peneliti ingin memberi paparan analisis terhadap perubahan minat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ekstrakurikuler PAI di sekolah ini cukup tinggi dan beragam.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Jenis Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP 17 1 Pagelaran Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa tingkat intensitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peribadatan dalam gereja serta perayaan sakramen-sakramen adalah jembatan bagi warga jemaat untuk mengalami persekutuan dengan Tuhan dan seluruh warga jemaat. Sehingga
Lebih terperinciFakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga
PENGARUH JENDER DALAM LINGKUP PELAYANAN MAJELIS JEMAAT (Studi Kasus Terhadap Kesenjangan Jender dalam Struktur Kepemimpinan Majelis Jemaat GPM Pulau Saparua) Oleh, Michael Willy Patawala 712008039 TUGAS
Lebih terperinci