BAB I. Pendahuluan UKDW. Tobelo ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Halmahera Utara. 4

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. Pendahuluan UKDW. Tobelo ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Halmahera Utara. 4"

Transkripsi

1 BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Halmahera Utara adalah pulau terbesar yang terdapat di Maluku Utara. Penduduk Halmahera Utara terdiri dari beberapa suku: suku Kao, suku Pagu, suku Modole, Boeng, Towiloko, Tobelo, Galela dan Loloda. Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari sembilan kecamatan, yakni: kecamatan Loloda Utara, kecamatan Morotai Utara, kecamatan Morotai Selatan, kecamatan Morotai Barat, kecamatan Galela, kecamatan Kao dan kecamatan Malifut. 1 Masyarakat yang tinggal di Halmahera Utara dapat dikatakan memiliki hubungan kekeluargaan satu dengan yang lainnya. Walaupun berasal dari suku dan agama yang berbeda-beda, tetapi masyarakat Halmahera Utara khususnya di Tobelo dapat mempertahankan kerukunan di antara masyarakat dalam hidup bersosialisasi. 2 Tobelo adalah salah satu wilayah kecamatan yang terletak di Kawasan Utara sebelah timur pulau Halmahera. Dalam konteks provinsi Maluku Utara, wilayah kecamatan Tobelo merupakan kota kedua terbesar setelah kota Ternate. Sedangkan dalam konteks Halmahera Utara, wilayah kecamatan Tobelo merupakan pusat ekonomi dan perdagangan bagi kecamatan-kecamatan di Halmahera Utara dan sekitarnya. 3 Ketika pemekaran kabupaten dalam kawasan Provinsi Maluku Utara, wilayah kecamatan Tobelo ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Halmahera Utara. 4 Sejak abad XII orang Tobelo telah mengenal sistem kekerabatan, melalui pembangunan o halu, yaitu rumah adat. Pada masa itu masyarakat Tobelo menempati o halu bersama. Apabila dalam perkembangannya, terdapat pertambahan anggota dalam keluarga (menikah atau ada keluarga jauh datang berkunjung) maka bentuk rumah pun ada berubah menjadi lebih besar, yaitu di bagian samping rumah dibangun bangun kecil untuk ditempati anggota baru, jika pertambahan anggota terus terjadi 1 Ruddy Tindage, Damai yang Sejati :(Rekonsiliasi Di Tobelo, Kajian Teologi dan Komunikasi), ( Jakarta : YAKOMA-PGI, 2006). Hal 6. 2 Ebin Eyzer Danius, Hubungan Kristen Islam pasca konflik di Halmahera dan implikasinya bagi upaya pembangunan jemaat, (Tobelo: Tesis Universitas Halmahera, 2008). Hal.1 3 Ruddy Tindage, Damai yang Sejati. Hal 19 4 Dalam tulisan ini, saya akan lebih memfokuskan pada kota Tobelo. Alasannya, wilayah Tobelo merupakan daerah yang mengalami konflik antar Islam dan Kristen. Dan di daerah ini pula berlangsung proses rekonsiliasi sesudah konflik tersebut. 1

2 maka bentuk rumah tersebut akan semakin besar. Pada bagian tengah rumah dijadikan tempat musyawarah. Selain sebagai tempat musyawarah, juga sering digunakan sebagai tempat pemujaan kepada kaum leluhur. Dengan semakin bertambahnya jumlah anggota dan juga kegiatan yang dilaksanakan, maka bangunan tersebut tidak memungkinkan lagi dijadikan tempat musyawarah. Kemudian didirikanlah tempat yang ukurannya lebih besar dari bangunan O Halu, yaitu Hibualamo. Secara etimologi, kata Hibualamo berasal dari dua kata bahasa Tobelo, yaitu Hibua yang artinya rumah, dan Lamo yang artinya besar. Jadi Hibualamo berarti Rumah Besar. Kontruksi Hibualamo berbentuk segi delapan, tanpa dinding. Untuk atapnya digunakan daun woka (palem hutan). 5 Sebagai rumah besar yang dapat menampung banyak orang, Hibualamo tidak hanya berfungsi sebagai tempat musyawarah atau pemujaan kepada kaum leluhur tetapi kini digunakan juga sebagai tempat pertemuan, makan dan minum bersama baik untuk acara adat, kegiatan sosial maupun agama. Dalam perkembangannya, Hibualamo kini menjadi falsafah hidup masyarakat adat Tobelo. Rumah Adat ini menjadi pemersatu keperbedaan suku dan agama yang ada di Tobelo. Konflik tahun telah memberikan kenangan tersendiri bagi masyarakat Tobelo. Rekonsiliasi telah dilakukan, namun konflik-konflik kecil masih sering terjadi di kalangan masyarakat antar agama. Konflik yang sering terjadi di Maluku Utara dan sekitarnya telah mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat, khususnya dalam hal emosi dan tanggapan akan adanya konflik-konflik yang akan terjadi, walaupun telah dilaksanakan rekonsiliasi yang bertempat dilapangan Hibualamo, pada tanggal 19 April 2001, prosesi dan acara yang dilakukan menggunakan adat Hibualamo. Pola hidup Hibualamo telah membudaya dan mewarnai kehidupan masyarakat Tobelo hingga saat ini. 6 Konflik antar agama Islam dan Kristen yang terjadi di Halmahera Utara diawali dengan tersiar kabar bahwa telah terjadi penyerangan di kota Ambon dan akan berlanjut ke kota Tobelo. Untuk menangkal isu yang beredar, beberapa kelompok elit, di antaranya tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda baik yang berada di Tobelo maupun di Galela, membentuk kelompok dengan tujuan untuk semakin mempererat solidaritas hubungan antar umat beragama. Kelompok yang berada di Tobelo dibentuk dengan 5 Ruddy Tindage, Damai yang Sejati. Hal Ruddy Tindage, Damai yang Sejati. Hal 24 2

3 nama Generasi Muda Hibualamo (GEMAHILO) dan forum solidaritas masyarakat Halmahera Utara (FSMHU), dan kelompok yang di bentuk di Galela adalah ikatan kerukunan keluarga masyarakat Galela (IKKMG) dengan nama dalam bahasa Galela sariloha yang artinya persekutuan yang indah. 7 Selain para tokoh masyarakat, pihak gereja (GMIH) pun mengeluarkan himbauan kepada seluruh warga GMIH agar waspada terhadap isu-isu yang beredar pada saat itu, agar warga tidak dengan cepat terpengaruh. Selain itu GMIH juga menghimbau kepada gereja-gereja setempat untuk lebih lagi menjalin hubungan yang erat dengan agama lain, hal demikian pun dilakukan oleh pihak Islam. Pada pertengahan tahun 1999 konflik terjadi antar warga masyarakat di Halmahera Utara. Konflik awalnya terjadi di Kecamatan Malifut, penyebabnya karena dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 1999 tentang pembentukan dan penataan kembali wilayah Kecamatan di Kabupaten Maluku Utara, sebagian masyarakat tidak menerima dengan batas wilayah yang diberlakukan. Kondisi ini terus dipicu oleh konflik antara masyarakat Kao, serta konflik di Tidore, Ternate, Halmahera Selatan dan Halmahera Tengah. Ketidakpuasaan masyarakat tersebut terus berkembang dan menjadi konflik nuansa keagamaan, keadaan semakin diperburuk dengan beredarnya sebuah surat palsu yang seolah-olah dikirim dari sinode GPM 8 (Gereja Protestan di Maluku) sebagai peta penyerangan dari warga Kristen. 9 Pada tanggal 26 Desember 1999, terjadi ledakan sebuah bom di sekitar lapangan Karianga di Dusun Gosoma, peristiwa ini menjadi pemicu terjadinya konflik di kota Tobelo. 10 Sejak itu konflik meluas dalam kota, kemudian menjalar ke desa-desa, terutama yang berpenduduk Islam dan Kristen. 11 Hal tersebut membuat suasana aman yang dulunya terjalin kini berubah, yang ada hanyalah saling membenci. Slogan ngone oria dodoto yang berarti kita semua bersaudara, seperti sudah terlupakan. Kekeluargaan yang terjalin selama ini pun terputus dan yang terjadi hanyalah membunuh atau dibunuh. Alasan mereka membunuh orang yang mereka kenal adalah 7 Ruddy Tindage, Damai yang Sejati. Hal Isi surat adalah laporan penempatan seorang vikaris yang dilengkapi dengan lampiran peta yang ditugaskan ke GPM Ternate. Namun kemudian lampiran peta itu diubah judulnya menjadi peta penyerangan. 9 Ebin Eyzer Danius, Hubungan Kristen Islam. Hal Waktu peristiwa ini terjadi penulis pun berada di kota Tobelo dan ikut merasakan ketegangan yang ada pada waktu itu. 11 Julianus Mojau, Pedoman Liturgi Gereja Masehi Injili di Halmahera. (Halmahera: Yayasan Percis, 2010) Hal.15. 3

4 dia bukan saudara saya, karena dia berbeda agama dengan saya. Itulah pemahaman masyarakat Tobelo selama konflik berlangsung tahun Konflik yang terjadi di kota Tobelo tidak terlepas dari adanya pengaruh agama. Perbedaan yang dahulu menjadi kesatuan yang indah dan saling melengkapi, kini berubah menjadi alasan bagi masyarakat setempat menjalankan misi mereka untuk membunuh dan dibunuh. Masing-masing orang menyebut nama Tuhan mereka sebelum membunuh orang lain, dan tidak lagi melihat apakah dia orang yang saya kenal, apakah dia saudara saya, apakah dia tetangga saya. Yang ada dalam pikiran mereka adalah saya harus membunuh orang-orang yang berbeda agama dengan saya, karena mereka berbahaya bagi agama saya. Selain karena alasan berbeda keyakinan, keterlibatan politik pun menjadi faktor terjadinya perpecahan. Pada tahun 2000 pasca konflik, orang enggan untuk membicarakan rekonsiliasi, karena diancam oleh masyarakat setempat. Bagi masyarakat belum saatnya rekonsiliasi dibicarakan dengan kondisi yang masih penuh dengan kebencian dan dendam. Kondisi demikian tidak hanya terjadi di kalangan Kristen, di kalangan Islam pun demikian hal ini disampaikan oleh Djalaludin Hamdja. Namun usaha mempertemukan pihak Islam dan Kristen setelah konflik tetap dilaksanakan, masih dalam keadaan yang tertutup, beberapa bentuk pertemuan yang dilakukan melalui lokakarya atau yang disebut resolusi konflik, bertempat di kota Manado pada tanggal 1-3 April Pada hari berikutnya juga, yakni tanggal 4-5 April 2000 dilaksanakan pertemuan bersama dengan Ikatan Keluarga Halmahera Utara (IKAHALUT) yang bertempat di kota Manado. Pertemuan IKAHALUT dihadiri oleh para tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, mahasiswa dan tokoh pemuda. Dalam pertemuan kali ini telah dibuat kesepakatan untuk upaya rekonsiliasi, dan saat itu juga membicarakan bahwa akan dilaksanakannya pemekaran kabupaten Halmahera Utara. 12 Upaya rekonsiliasi juga dilakukan oleh pihak aparat setempat, yakni dengan dilaksanakan acara silahturahmi pada tanggal 9 dan 10 Agustus 2000 dari pihak aparat TNI kesatuan 401 Banteng Raiders yang bertugas di Tobelo saat itu untuk menjaga keamanaan, dengan dihadiri oleh para kaum elit, yakni para tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat Ruddy Tindage, Damai yang Sejati. Hal Ruddy Tindage, Damai yang Sejati. Hal 64. 4

5 Masih ada juga kegiatan lainnya dalam menunjang agar terlaksananya sebuah rekonsiliasi, antara lain pertemuan dan dialog Islam dan Kristen yang dilaksanakan di desa Mamuya, 14 yang dibagi dalam tiga sesi, yaitu perjumpaan Mamuya-1, berlangsung hari Rabu, 11 Oktober 2000, Perjumpaan Mamuya-2, pertemuan ini merupakan lanjutan dari perjumpaan pertama, berlangsung hari Sabtu, 18 November 2000, dan perjumpaan Mamuya-3, pada tanggal 24 Desember 2000, berlangsung ditempat yang sama dengan pertemuan kedua. 15 Perjumpaan tersebut kemudian diikuti dengan serangkain perjumpaan dan dialog antara pihak Islam dan Kristen bertempat di Tobelo, Galela dan Morotai untuk melaksanakan rekonsiliasi. Akhir tahun 2000 masih tetap dilaksanakan pertemuanpertemuan antar agama sampai memasuki tahun 2001 proses rekonsiliasi dilakukan. Tanggal 19 April 2001, rekonsiliasi berhasil dilaksanakan di tempat terbuka, yakni di lapangan Hibualamo Tobelo. Salah satu faktor pendukung rekonsiliasi ini berhasil, yakni karena dilaksanakan dilokasi terbuka, maka upacara deklarasi tersebut disaksikan langsung oleh warga masyarakat Tobelo. 16 Tujuan dilaksankannya rekonsiliasi di lapangan Hibualamo, tidak terlepas dari falsafah masyarakat Tobelo dan juga pola hidup masyarakat setempat yang masih sangat dipengaruhi oleh adat. Fungsi Hibualamo itu sendiri adalah tempat orang-orang berkumpul, untuk merayakan pesta adat dan musyawarah untuk lebih mempersatukan suku Tobelo, pemahaman bagi masyarakat Tobelo, ketika melaksanakan pertemuan dan apapun hasil keputusan yang telah disepakati dalam pertemuan adat itu, maka sudah menjadi kewajiban semua warga Tobelo untuk mematuhi kesepakatan tersebut. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa rekonsiliasi dapat berhasil, karena rekonsiliasi dilaksanakan di lapangan Hibualamo dan dikatakan berhasil. Jika diamati ternyata rekonsiliasi ini telah memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Tobelo yang berkonflik. Masyarakat Kristen dan Islam mengatakan ingin berdamai dan tidak akan lagi melakukan tindakan-tindakan anarkis. Rekonsiliasi yang dilaksanakan pada tanggal 19April 2001 telah benar-benar terjadi dan dirasakan oleh masyarakat Tobelo. Walaupun dalam kenyataannya konflik-konflik kecil masih sering 14 Desa Mamuya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Galela, letaknya di bagian Selatan dan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Tobelo. 15 Ruddy Tindage, Damai yang Sejati. Hal Ruddy Tindage, Damai yang Sejati. Hal 87 5

6 terjadi, misalnya seperti pertikaian kaum pemuda antar kedua agama ketika dalam kondisi mabuk alkohol dan masalah sesama anak muda yang sering kali hanya ingin menunjukan kekuatan dari masing-masing kelompok. Kasus lainnya, penembakan, perampokan dan pembunuhan. Namun dari konflik seperti ini tidak memicu warga Tobelo untuk melakukan penyerangan tetapi memilih untuk menenangkan para pemuda yang bertikai. Harus dapat dipahami bahwa sebuah tindakan rekonsiliasi membutuhkan waktu, oleh karena itu harus dapat dipahami apabila sampai saat ini masih ada beberapa orang yang mungkin masih menyimpan kemarahan dan kebencian dalam hati mereka. Penulis berangkat dari apa yang dikatakan oleh Schreiter bahwa yang terpenting dalam sebuah rekonsiliasi adalah siapa yang perlu dilibatkan, apa yang perlu dilibatkan, apa yang perlu diatasi atau dihapuskan, apa yang akan dianggap sebagai kebenaran dan keadilan dalam situasi baru, dan apa yang dipandang sebagai akhir dari proses ini inilah yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah rekonsiliasi. 17 Jika pada tahun 1999 Halmahera Utara diperhadapkan dengan konflik esternal, maka tepatnya pada tahun 2013 Halmahera Utara khususnya masyarakat GMIH harus kembali merasakan konflik. Jika merunut dari awal konflik yang terjadi, dan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka akan terlihat bawa konflik sudah dimulai ketika dilangsungkan pemilihan Badan Pekerja Harian Sinode GMIH (BPHS) dalam sidang sinode Dorume, terjadi penggelembungan suara 18. Berawal dari konflik inilah, kini terus berkembang dan menjadi semakin kompleks ketika kelompok Pembaharuan mengeluarkan 28 poin yang diajukan ke BPHS sinode GMIH (selanjutnya akan penulis bahas dalam bab 2). Konflik internal yang terjadi mengakibatkan hubungan antar jemaat tidak lagi terjalin dengan baik, jika ada jemaat yang telah beralih ke sinode Pembaharuan maka ada kemungkinan untuk mempersalahkan sinode GMIH, atau juga sebaliknya. Konflik tersebut telah merugikan jemaat, karena pada akhirnya mereka harus memilih salah satu sinode dan itu telah menciptakan hubungan yang kurang baik. Dari konflik yang terjadi, tim sedang mengupayakan rekonsiliasi, namun harapan akan terciptanya perdamaian belum berhasil sampai saat ini. Permasalahan semakin rumit, ketika sinode GMIH melaksanakan sidang sinode istimewa (SSI) dan memecat para pendeta yang telah bergabung dalam sinode Pembaharuan. 17 Robert J. Schreiter, C.PP.S. Rekonsiliasi Membangun Tatanan Masyarakat Baru. (Ende: Nusa Indah, 2001). Hal Lampiran III, Hal. 7 6

7 Konflik yang terjadi dalam tubuh GMIH saat ini membutuhkan sebuah upaya rekonsiliasi yang lebih menyentuh setiap pribadi yang terlibat dalam permasalahan ini sehingga ada keterbukaan dari masing-masing pihak. Sekarang usaha yang telah dilakukan untuk rekonsiliasi adalah lewat pertemuan formal seperti lokakarya, rapat terbuka dan sejenisnya. Rekonsiliasi yang dilakukan seperti itu hanya akan dihadiri oleh oknum-oknum tertentu atau kaum elit, (pemimpin gereja atau orang penting dalam sinode) dan jarang untuk melibatkan jemaat langsung. Pertemuan yang dilaksanakan di kota Manado merupakan salah satu upaya rekonsiliasi. Peserta yang hadir dalam pertemuan itu adalah enam orang perwakilan dari sinode GMIH, enam orang perwakilan dari sinode Pembaharuan dan perwakilan dari PGI yang bertugas sebagai mediator. Namun setelah pertemuan di Manado dan para peserta kembali di kota Tobelo tidak lagi didampingi oleh tim PGI sebagai perantara. Maka keputusan yang telah disepakati di Manado tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan. Pertemuan seperti itu juga hanya dihadiri oleh para petinggi gereja, bagaimana dengan jemaat yang juga mengalami konflik tersebut? Oleh karena itu, perlu untuk dipikirkan rekonsiliasi seperti apa yang penting dilakukan kepada masyarakat yang juga mengalami secara lebih mendalam luka batin dampak konflik yang terjadi, dalam hal ini kehilangan anggota keluarga, kehilangan harta benda, kehilangan pekerjaan, dan rasa trauma serta kebencian yang masih dialami masyarakat. Tindakan-tindakan anarkis telah terjadi selama konflik GMIH berlangsung. Sehingga sangat perlu untuk menyadari tindakan rekonsiliasi yang memadai. Pemahaman mereka tentang kita semua bersaudara sudah mulai terkikis dengan konflik-konflik yang terjadi di Halmahera Utara terkhususnya di kota Tobelo. Selain alasan ini, kecurigaan yang ada juga disebabkan oleh penyelesaian konflik yang pernah dilakukan belum benar-benar berjalan dengan baik, sehingga untuk menciptakan hubungan baik antar kedua sinode yang berkonflik ini masih sering mengalami kesulitan, Konflik yang telah terjadi, meninggalkan rasa ketakutan tersendiri dan biasanya orang akan melakukan segala cara untuk mempertahankan dirinya agar berada di posisi aman. Peristiwa ini yang juga tercipta dalam umat Kristen di kota Tobelo, yakni bagaimana mereka terus membela kelompoknya sendiri. 7

8 I.2 Rumusan Masalah melihat kondisi seperti ini apa yang dilakukan gereja? apakah masih belum menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam mendampingi jemaat untuk bisa mengubah cara pandang jemaat sehingga mau menghormati keberbedaan yang ada. Dalam hal liturgi yang dilakukan setiap hari Minggunya, dapat dikatakan belum menjangkau keberadaan jemaat (liturgi tidak kontekstual) tidak mencoba untuk memberikan gambaran pada jemaat agar mau untuk berdamai dengan lebih sungguh-sungguh. Dari pemaparan latar belakang yang telah disampaikan, maka timbul beberapa pertanyaan : 1. Sejauh konflik ini terjadi apakah telah dilakukan upaya untuk rekonsiliasi dengan sungguh-sungguh? 2. Apakah ada keterbukaan dalam upaya rekonsiliasi, sehingga bisa untuk diteliti dan melihat alasan rekonsiliasi masih sulit untuk dilaksanakan? 3. Apakah mungkin jemaat GMIH untuk dapat kembali bersatu setelah dilaksanakannya rekonsiliasi, dan apakah liturgi bisa menjadi sumbangan dalam proses rekonsiliasi? I.3 Batasan Masalah Penulis mencoba untuk membatasi masalah, dengan lebih memfokuskan pada persoalan yang sedang terjadi dalam tubuh GMIH dan proses rekonsiliasi seperti apa yang dilakukan. Meneliti kembali konflik yang terjadi, berangkat dari pemahaman sinode GMIH dan sinode Pembaharuan yang pada saat ini sedang berkonflik, dengan wawancara kepada kedua jemaat, yakni jemaat Imanuel Mamuya dan jemaat Alfa Omega sebagai perwakilan dari kedua sinode. Alasan penulis memilih kedua jemaat ini sebagai perwakilan, karena yang pertama gedung gereja dari jemaat Alfa Omega memiliki jarak yang sangat dekat dengan kantor sekretariat sinode Pembaharuan, dan dari hasil pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa setiap informasi lisan ataupun tulisan yang dikeluarkan dari sinode Pembaharuan akan dengan cepat sampai ke jemaat Alfa Omega. Selain itu dengan adanya konflik yang terjadi jemaat Alfa Omega tetap memfokuskan diri kepada kehidupan pelayanan tanpa harus terpengaruh oleh konflik yang terjadi. Selanjutnya alasan penulisa memilih jemaat Imanuel Mamuya ialah karena penulis melihat bahwa dampak dari konflik yang sedang terjadi di GMIH saat ini dirasakan oleh jemaat Imanuel. Tidak hanya terjadi perpecahan dalam jemaat itu sendiri, tetapi lebih kepada kekerasan fisik ataupun non-fisik yang sudah di alami 8

9 jemaat. Dari alasan inilah yang membuat penulis memilih kedua jemaat ini sebagai perwakilan dari kedua sinode. Di awal, penulis telah memberikan gambaran singkat kehidupan masyarakat Tobelo dan konflik yang pernah terjadi. Judul skripsi : Berikanlah Damai-Mu Untuk Melepaskan Kebencian Yang Kami Genggam Sub judul : Tinjauan Teologis Terhadap Proses Rekonsiliasi dalam Konflik di GMIH I.4 Alasan Pemilihan Judul Berangkat dari konflik yang terjadi di Tobelo, timbul pertanyaan dan kemudian penulis rumuskan menjadi satu judul, yaitu Berikanlah damai-mu untuk melepaskan kebencian yang kami genggam. Kata pertama dalam judul skripsi ini adalah berikanlah karena penulis merasa bahwa siapa pun menginginkan untuk bisa hidup damai, aman dan hidup saling berdampingan. Penulis melihat bahwa pada dasarnya sebuah keadaan damai telah diberikan oleh Tuhan, tapi manusia yang selalu merasa tidak cukup dengan apa yang telah diberikan, membuat mereka terus berpikir agar Tuhan mau memberikan damainya kepada manusia. Dengan adanya konflik interen yang terjadi semuanya telah mengubah kehidupan kekeluargaan yang ada. Biarlah dengan tulisan ini akan sedikit mengubah pemahaman warga GMIH bahwa yang dapat menyelesaikan konflik ini adalah mereka sendiri, mungkin dengan cara bersedia untuk mengakui kesalahan dan mau untuk kembali berdamai. I.5 Tujuan dan Alasan Penulisan Saat ini, masyarakat Tobelo khususnya umat Kristiani mendambakan keadaan damai, namun dalam kenyataannya konflik masih sering terjadi, semenjak konflik antar agama tahun , sekarang berlanjut dengan konflik yang terjadi dalam tubuh GMIH sendiri. Tulisan ini akan mencoba untuk meninjau kembali proses rekonsiliasi yang dilakukan dari pihak GMIH ataupun Tim PGI, dan bagaimana rekonsiliasi tersebut bisa terjadi dalam kehidupan orang-orang Tobelo. Berangkat dari falsafah masyarakat Tobelo tentang kebersamaan dalam persekutuan. Slogan kita semua bersaudara sudah mulai terlupakan ketika berkonflik. 9

10 I.6 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan ialah deskriptif-analitis, dengan mengumpulkan data dilakukan metode kualitatif yaitu dengan wawancara, dan kemudian akan dianalisis untuk bisa menunjang apa yang telah penulis paparkan dalam bab sebelumnya. Penulis juga akan melakukan penelitian lapangan (observasi-partisipatif). Dengan turun langsung ke kota Tobelo dan melalui wawancara dengan masyarakat setempat. Wawancara ditujukan kepada beberapa pendeta dan jemaat yang bisa mewakili kedua sinode. Penelitian ini akan difokuskan kepada jemaat Imanuel desa Mamuya dan jemaat Alfa Omega yang berada di kota Tobelo, karena bagi penulis kedua jemaat ini sudah cukup mewakili kedua sinode yang sedang berkonflik, yang dimana mereka merasakan langsung dampak dari konflik tersebut. Selanjutnya penulis akan mencoba untuk menganalisa sebab akibat dari konflik yang terjadi di GMIH, dan merefleksikan menggunakan literatur-literatur yang berbicara tentang rekonsiliasi I.7 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi pemaparan dan pembahasan mengenai hal-hal yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan dan alasan penulisan, metode penelitian, serta Sistematika penyusunan. Bab II : Deskripsi Keadaan di Tobelo Bab ini berisi informasi sejarah GMIH dan konflik antar agama maupun konflik interen yang dialami oleh sinode GMIH, dalam bab ini juga akan dipaparkan sejarah terbentuknya sinode Pembaharuan, dan melihat dampak dari konflik yang terjadi. Bab III : Istilah Rekonsiliasi dalam Literatur dan Meninjau dari Teks Alkitab Kemudian Direfleksikannya Bab ini berisi pemaparan dan pembahasan mengenai makna dari rekonsiliasi dan pemaparan ini diawali dengan apa yang dikatakan para tokoh tentang rekonsiliasi Bab IV : Langkah-langkah Rekonsiliasi yang Telah Dilakukan Bab ini berisikan interpretasi teologis dan refleksi teologis menyangkut konflik yang sedang berlangsung dan menganalisa proses rekonsiliasi yang telah dilakukan baik 10

11 ketika konflik antar agama tahun , maupun konflik interen GMIH. Penulis akan meninjau ulang proses rekonsiliasi yang telah dilakukan apakah benar-benar telah dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dalam langkah menuju rekonsiliasi yang sesungguhnya, maka penulis akan memberikan sumbangan konkrit, ialah liturgi bagi jemaat yang mengalami konflik dan mengharapkan sebuah rekonsiliasi. Bab V : Kesimpulan 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi etnis, bangsa yang kaya dengan keanekaragaman suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian BAB V PENUTUP Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian khusus dari semua aspek yang ada, baik itu masyarakat maupun pemerintahan, walaupun pada saat ini telah tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN DATA. 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara

BAB V PENYAJIAN DATA. 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara BAB V PENYAJIAN DATA 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara Responden Persuasif Edukatif Adat Responden 1 1. Sesudah 1. PEMDA (Bupati Halut) Konflik,Hein

Lebih terperinci

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran BAB V Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran I. Refleksi Kehadiran saksi Yehova di tengah masyarakat Kelurahan Kawua yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKST, pada akhirnya telah melahirkan tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keanekaragaman suku, budaya dan agama sehingga disebut sebagai negara majemuk. Salah satu daerah yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak lepas dari Konflik yang terjadi di Maluku Utara. Konflik Maluku utara telah mengakibatkan perpecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di sebabkan karena pelecehan seksual dimana adanya fitnah kepada warga masyarakat suku Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gereja Kristen Protestan Indonesia atau yang sering disingkat dengan nama GKPI adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di dunia ini. Sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangatlah beragam dan multikultural baik dalam hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya keanekaragaman

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

DEKLARASI DAMAI MASYARAKAT ADAT TOBELO PADA HARI KAMIS. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan didorongkan oleh keinginan tulus dari

DEKLARASI DAMAI MASYARAKAT ADAT TOBELO PADA HARI KAMIS. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan didorongkan oleh keinginan tulus dari LAMPIRAN I LAMPIRAN II : DEKLARASI DAMAI MASYARAKAT ADAT TOBELO PADA HARI KAMIS TANGGAL 19 APRIL 2001 DI LAPANGAN HIBUALAMO NASKAH DEKLARASI DAMAI Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan didorongkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri BAB I PENDAHULUAN Di Ambon salah satu bentuk kekerabatan bisa dilihat dalam tradisi Pela Gandong. Tradisi Pela Gandong merupakan budaya orang Ambon yang menggambarkan suatu hubungan kekerabatan atau persaudaraan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI KABUPATEN HALMAHERA UTARA PASCA KONFLIK. Halmahera merupakan pulau terbesar di Kepulauan Maluku. Pulau Halmahera terletak

BAB IV DESKRIPSI KABUPATEN HALMAHERA UTARA PASCA KONFLIK. Halmahera merupakan pulau terbesar di Kepulauan Maluku. Pulau Halmahera terletak BAB IV DESKRIPSI KABUPATEN HALMAHERA UTARA PASCA KONFLIK 4.1 Sekilas tentang Halmahera Utara Halmahera merupakan pulau terbesar di Kepulauan Maluku. Pulau Halmahera terletak di propinsi Maluku Utara, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Agama Kristen merupakan salah satu agama yang berkembang di Indonesia. Perkembangan agama Kristen dapat kita lihat dari pertumbuhan gereja-gereja yang semakin banyak

Lebih terperinci

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali BAB V Kesimpulan Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali Gereja Protestan berdiri di Ambon pada abad ke-17 hingga lahirnya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA 4.1. Pengantar Masyarakat Yalahatan secara administratif merupakan masyarakat dusun di bawah pemerintahan Negeri Tamilouw

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang bersama-sama menjalin hubungan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multikultural yang betul-betul berpijak pada konsep yang kuat dan tidak mudah terombangambing

BAB I PENDAHULUAN. multikultural yang betul-betul berpijak pada konsep yang kuat dan tidak mudah terombangambing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menciptakan tatanan masyarakat Indonesia yang multikultural tentu tidak mudah. Paling tidak dibutuhkan beberapa konsep yang mendukung demi terwujudnya tatanan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan 86 BAB IV PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon, maka berikut ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah

BAB II KAJIAN TEORI. keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah 1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN Pengantar Bab ini lebih banyak menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan penjelasan tentang proses penelitian yang telah dilakukan. Lokasi Penelitian Kabupaten Halmahera

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti 231 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA PENDAHULUAN Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa setiap orang baik laki-laki dan perempuan dipanggil untuk bergabung dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 1/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN DI PROVINSI MALUKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan ini, manusia tercipta sebagai laki-laki dan perempuan. Mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Seorang laki-laki membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA a. Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Banyutowo Indonesia adalah negara multi etnis, multi kultur dan multi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perusakan lingkungan hidup di planet bumi yang paling nyata adalah pengeksploitasian sumber daya alam berupa pembabatan hutan, baik untuk tujuan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB I. A. Latar belakang permasalahan BAB I A. Latar belakang permasalahan Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia mendambakan dirinya selalu sehat agar bisa melakukan segala aktivitasnya tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang mengimani Kristus dan berada dalam komunitas yang saling membangun dalam iman. Gereja memiliki struktur organisatoris yang tertata

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 PERMASALAHAN 1. 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di Indonesia, pada umumnya konteks yang sekarang ini sedang dihadapi adalah konteks kemiskinan yang parah dan keberagaman agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) lahir pada tanggal 30 Mei 1959 di Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan

Lebih terperinci

TIDAK ADA BAB 5 BAB I. Pendahuluan. I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan

TIDAK ADA BAB 5 BAB I. Pendahuluan. I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I Pendahuluan I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan Gereja Kristen Sumba (selanjutnya disingkat GKS) Waikabubak adalah sebuah gereja yang berada di pusat kota kabupaten Sumba Barat,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN

Lebih terperinci

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 Satu jemaat diorganisasi oleh seorang pendeta yang diurapi atas rekomendasi komite eksekutif konferens.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian BAB III Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB 1. Sejarah Singkat GPIB GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Greja Kristen Jawi Wetan (baca: Grejo 1, selanjutnya disebut dengan GKJW). GKJW merupakan salah satu gereja yang peduli dengan pendidikan bagi anak bangsa.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci