MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kasus hamil sebelum menikah saat ini bukan lagi menjadi hal yang aneh dan tabu dalam masyarakat. Dalam pemikiran banyak orang hasil akhirnya yang sangat menentukan yaitu ketika sang bayi lahir itu adalah hasil dari sebuah pernikahan. Seakan semuanya menjadi selesai dengan sebuah pernikahan. Padahal meresmikan hubungan dengan pernikahan tidak begitu saja dapat menyelesaikan masalah. 1 Mungkin kelihatannya selesai tetapi di balik itu semua ada banyak hal yang harus dihadapi. Mulai dari masalah yang ada dalam diri setiap pasangan baik yang dihamili maupun yang menghamili sampai pada keterkaitannya kepada keluarga, masyarakat, adat, agama dll. Kebanyakan kasus hamil sebelum menikah ini disebabkan oleh sebuah kecelakaan 2 artinya memang keadaan itu tidak seharusnya terjadi. Kecelakaan yang dimaksud di sini adalah kecelakaan yang tidak terkait dengan tindakan kriminal seperti pemerkosaan. Sedikitnya ada tiga macam kecelakaan yang disebutkan oleh Alan Ros 3 yaitu: Pertama, kecelakaan impulsif. Ini terjadi karena ketidakmampuan untuk mengendalikan diri atas daya tarik seks walau mereka mengetahui hal tersebut tidak benar. Kedua, kecelakaan karena kurangnya sosialisasi. Ini terjadi karena mereka belum mengembangkan pengendalian batin untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak direstui oleh masyarakat. Yang terakhir adalah kecelakaan sosial. Kecelakaan ini terjadi karena mengikuti norma dan standar teman sebaya atau anggota kelompok. Ada akibat psikologis dari hamil sebelum menikah pada orang-orang yang bersangkutan baik itu mereka sebagai pasangan ataupun keluarga. 4 Bagi mereka yang hamil sebelum menikah tentu akan memiliki pergumulan yang lebih berat dari wanita yang hamil dengan keadaan biasanya. Hamil yang tanpa kasus saja sudah mengakibatkan banyak perubahan seperti perasaan tidak pasti, cemas, tercekam dll, sebagai reaksi emosional. Apalagi dengan keadaan yang belum menikah. Bagi mereka yang menghamili juga 1 Andreas B. Subagyo, Tampil Laksana Kencana, Yayasan Kalam Kudus, Bandung: 2003, hal Ibid, hal Ibid, hal Ibid, hal 179 1

2 akan dikejar oleh perasaan yang menuntut mereka harus mempertanggungjawabkan kehamilan, siap ataupun tidak siap mereka dituntut untuk menentukan suatu sikap dengan segera. Begitu juga dengan keluarga, dengan seketika harus menyiapkan banyak ritual di tengah luka karena dianggap tidak mampu mendidik anak-anak mereka dengan baik. Belum lagi jika diperhadapkan bahwa hamil sebelum menikah adalah hal yang tidak baik menurut agama. Sebagai orang yang beragama keadaan ini akan sangat menambah luka keluarga karena bukan saja merasa bertanggung jawab kepada masyarakat tetapi juga pada Tuhan. Di sisi lain pernikahan yang merupakan bagian dari kehidupan sudah dapat mendatangkan krisis. Apalagi bagi mereka yang belum siap, ditambah dengan krisis darurat yang dialami sesudah kejadian. Jika lingkungan mengetahui maka dapat saja mereka dikucilkan, atau mendapat sikap yang tidak seperti biasanya. Ini membuktikan bahwa sebenarnya kasus hamil sebelum menikah ini bukanlah hal yang gampang diselesaikan hanya melalui pernikahan. Tetapi lebih kepada bagaimana pemulihan setiap orang yang terkait di dalamnya. Sebagai negara yang terdiri dari keberagaman baik itu adat, nilai budaya, bahasa, agama, kebiasaan hidup, memungkinkan kita untuk menjalin hubungan dengan yang lain dalam sebuah perbedaan. Seperti halnya di Bali yang memiliki adat dan kebudayaan yang tidak bisa lepas dan sangat terkait dengan keberadaan agama Hindu sebagai agama mayoritas juga tidak bisa lepas dari hubungan dengan yang lainnya sebagai minoritas. Dengan adanya pertemuan budaya serta agama inilah maka pernikahan beda agama sangat mungkin terjadi khusunya dengan konteks Bali. Jika dilihat dalam konteks Bali, mungkin hal ini terkait dengan pandangan orang Bali bahwa perkawinan dianggap memiliki tujuan mempersatukan unsur keperempuanan dan laki-laki secara lahir dan batin dengan tujuan mendapatkan anak, terutama anak lakilaki. 5 Hal ini juga yang mungkin menyebabkan semakin lumrahnya kasus hamil sebelum menikah. Kehamilan sebelum menikah adalah salah satu cara untuk mengurangi resiko tidak mendapatkan keturunan. Di sisi lain hal yang semakin melumrahkan dalam masyarakat Bali adalah kehamilan yang terjadi sebelum menikah, 5 Jiwa Atmaja, Bias Gender: Perkawinan Terlarang Pada Masyarakat Bali, Udayana University Pers, Denpasar, 2008, hal 16 2

3 ini belum disebut dengan lokika sanggraha 6 karena pihak laki-laki sudah mau bertanggung jawab dengan melaksanakan perkawinan. Intinya adalah pada kesediaan laki-laki mau menikahinya atau tidak. 7 Gereja seringkali dipandang sebagai orang yang diutus ke dunia untuk bersaksi dan melayani. 8 Tugasnya untuk bersaksi dan melayani tidak bisa jauh dari keaadan yang bersinggungan dengan agama lain khususnya Hindu sebagai agama mayoritas yang sangat erat kaitannya dengan adat dan budaya Bali. Tidak dapat dipungkiri bahwa kasus-kasus seperti ini dapat terjadi di dalam gereja dan tidak bisa lepas dari pergumulan gereja saat ini. 2. Rumusan Masalah Dapat dilihat dari data perkawinan yang terjadi di GKPB Pniel Blimbingsari 3 tahun ke belakang sebagai berikut 9 : 1 Tahun Perkawinan Jumlah Perkawinan yang Terjadi Perkawinan Tanpa Kasus Perkawinan dengan Kasus Hamil Sebelum Menikah Beda Agama 5 Perkawinan dengan Kasus Hamil Sebelum Menikah Seagama GKPB Pniel Blimbingsari juga adalah gereja yang berada di tengah-tengah masyarakat Bali, hidup dan berkembang bersama-sama dan memiliki andil serta tanggung jawab moral untuk membentuk manusia yang utuh dan lebih baik. Gereja tidak bisa tidak 6 Lokika Sanggraha berkaitan dengan adat dengan nuansa agama Hindu, hubungan seks hanya boleh dilakukan dalam suatu perkawinan yang dikenal dengan istilah manusa yadnya yakni pawiwahan, suatu perkawinan yang dilaksanakan dengan upacara agama dan dipersaksikan baik kepada Tuhan maupun kepada masyarakat bahwa kedua orang tersebut telah mengikat diri sebagai suami istri. 7 Jiwa Atmaja, Bias Gender: perkawinan terlarang Pada Masyarakat Bali, Udayana University Pers, Denpasar, 2008, hal John Stott, Isu-Isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta,1994, hal21 9 Data diperoleh dari, Laporan Pelaksana Program Tahunan dan Program Pelayanan Tahunan GKPB Pniel Blimbingsari 3

4 dihadapkan pada realitas yang seperti ini juga. Belum lagi desa Blimbingsari tempat GKPB Pniel ini berada, memiliki warga yang keseluruhannya beragama Kristen sehingga bisa dikatakan bahwa hampir seluruh warga desa merupakan warga jemaat. Mereka semua hidup dalam hubungan yang dekat dan berhimpitan dengan desa-desa lain yang mayoritas beragama Hindu. Kehidupan sehari-hari mereka pun sudah dihayati dengan kebudayaan Bali. Perbedaanya hanya saja pada penghayatan akan agama. Dalam budaya Bali ada 3 unsur yang mempengaruhi keharmonisan yaitu unsur Parhayangan, pawongan, palemahan, 10 bedanya hanya terdapat pada unsur parahyangan yang sudah dihidupi dengan nilai-nilai Kristiani. Selain itu banyak dari anak-anak mereka yang bersekolah dan bekerja di luar Blimbingsari sehingga kemungkinan untuk bersinggungan dengan mereka yang beragama lain semakin banyak. Menanggapi kasus hamil sebelum menikah beda agama yang terjadi selama ini kecenderungan yang terjadi adalah gereja hanya bersembunyi di balik aturan dan tata gereja tanpa mau berjuang lebih giat. Pernikahan antara mereka yang memiliki kasus hamil sebelum menikah dengan beda agama seringkali hanya merupakan sebuah penyelesaian masalah. Artinya agar kedua pasangan bisa segera dapat hidup dalam sebuah hubungan yang sah serta anak yang dikandung memiliki identitas yang jelas. Gereja dapat memberkati perkawinan 11 yang salah seorang diantaranya tidak beragama Kristen atas permintaan yang tertulis dari yang bersangkutan. 12 Pasangan yang bukan Kristen diharuskan untuk menulis sebuah perjanjian/pernyataan: bahwa yang bersangkutan meminta untuk dinikahkan secara Kristiani 13 sesuai ketentuan GKPB tanpa paksaan dari siapapun. 14 Tetapi Gereja sendiri kurang mengusahakan persiapan yang lebih mendalam untuk pasangan yang terlibat dalam kasus ini. Tentu saja keadaan ini tidak sama dengan persiapan Pra-pernikahan untuk kondisi yang biasa. Artinya dalam kondisi tanpa kasus dan satu agama. Keduanya berasal dari latar 10 Parhyangan (hubungan dengan Tuhan), Pawongan ( hubungan dengan sesama), Palemahan (hubungan dengan Alam) 11 Menurut penjelasan Tata Gereja GKPB, istilah perkawinan dipakai untuk mengacu pada UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan den peraturan pelaksanaanya No.9 Tahun Sinode GKPB, Tata gereja GKPB, Denpasar, 2006 Bab VIII, pasal 41 ayat 1 13 Dinikahkan secara Kristiani tidak selalu berarti pasangan setelah pernikahan akan memeluka agama Kristen 14 Hasil wawancara dengan ketua sinode GKPB, Bpk Bishop I Wayan Sudira Husada, 28 september

5 belakang pemahaman yang beda dan pemahaman tersebut bukanlah pemahaman yang biasa tetapi lebih kepada sebuah prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Pentingnya sebuah pendampingan pra-pernikahan semakin disadari oleh banyak pihak. Hal ini karena tidak mudahnya untuk membangun sebuah keluarga baru. Itulah sebabnya pendampingan pastoral pra-pernikahan mulai dilaksanakan jauh hari sebelumnya yaitu 6 (enam) bulan sebelum dan selama 6 (enam) bulan setelah pernikahan 15 masih disebut sebagai Pra-pernikahan. Waktu 6 (enam) bulan sebelum dilaksanakan pernikahan terkadang belum cukup membekali pasangan untuk dapat membangun pernikahan sehingga dapat dilanjutkan setelah pernikahan. Karena sebuah kelanjutan maka 6 (enam) bulan setelah pernikahan masih disebut dengan prapernikahan. Ini juga dapat merupakan evaluasi dari apa yang telah dipahami pada sebelum pernikahan dengan realita apa yang terjadi setelah menikah. Pernikahan karena hamil sebelum menikah yang dianggap jalan terbaik tidak dapat membebaskan pasangan dari masalah. Ada beragam masalah yang bertumpuk jadi satu yang menyebabkan krisis. Mulai dari masalah dalam diri masing-masing pasangan hingga keterkaitannya terhadap keluarga keduanya begitu juga persiapan untuk kehidupan mereka sebagai sebuah keluarga baru. Untuk itulah keadaan ini membutuhkan pendampingan sehingga dapat membantu menguraikan masalah yang ada untuk bertumbuh bersama. Keadaan mereka yang tengah hamil sebelum menikah tentu saja memberikan beban baru. Suatu peristiwa yang terjadi terlalu cepat dapat membatasi diri untuk mengadakan persiapan yang memadai. 16 Ditambah lagi kehamilan tersebut bersama orang yang di luar kepercayaan menambah banyak krisis yang terjadi dalam diri mereka yang hendak menikah. Demikian juga pada kedua keluarga pasangan. Kondisi seperti ini tentu saja akan banyak mempengaruhi keluarga kedua pasangan. Hal ini terkait dengan keberadaan keluarga sebagai sebuah sistem sosial. 17 Sebagai sebuah sistem, keberadaan setiap anggota sangat mempengaruhi yang lainnya. Apapun yang mempengaruhi salah satu 15 Margaret Zipse, Cultivating Wholeness: A Guide to Care and Counseling in Faith Communities, Continum, New York, hal H. norman Wright, Konseling Krisis: Membantu Orang dalam Krisis dan Stres, Gandum Mas, Malang, 2006, hal Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar pendampingan dan Konseling Pastoral, Kanisius, Yogyakarta, 2002, hal 372 5

6 bagian anggota keluarga, secara otomatis akan mempengaruhi semua bagian yang lainnya. Permasalahan yang timbul sekarang adalah ketika kasus hamil sebelum menikah ini terjadi, GKPB Pniel saat ini diperhadapkan pada tugas dan panggilannya untuk melayani pada sebuah kasus yang membutuhkan lebih banyak lagi tenaga dan pikiran untuk dapat menolong. Di sini peran pendeta menjadi sangat penting karena salah satu tujuan gereja adalah memampukan orang untuk menanggapi krisis-krisis mereka sebagai kesempatan untuk bertumbuh. 18 Ketika diperhadapkan pada kasus hamil sebelum menikah, belum lagi keperbedaan dalam agama menyebabkan pendampingan pastoral pra-pernikahan ini tidak dapat berjalan secara ideal. Gereja dituntut untuk melakukan banyak penyesuaian dan strategi untuk dapat membantu mempersiapkan mereka dalam kurun waktu yang singkat. Gereja seringkali kebingungan ketika mendapat kasus seperti ini. Sibuk dengan kebingungannya, gereja malah tidak peka dalam menyingkapi kapan seharusnya pendampingan ini dimulai dan dari mana memulainya. Oleh sebab itu beberapa poin permasalahan yang akan penulis angkat adalah: 1. Bagaimana gereja selama ini melakukan pendampingan pastoral prapernikahan terhadap pasangan dengan kasus hamil sebelum menikah beda agama? 2. Siapa saja yang berperan dalam pendampingan dan siapa saja yang didampingi? 3. Sejauh mana peran gereja dalam proses penjalinan hubungan antara orang tua ke dua pasangan dari sebelum peminangan hingga sebelum pernikahan? 4. Unsur-unsur apa saja yang menjadi pertimbangan dalam rangka pendampingan pastoral pra-pernikahan dengan kasus hamil sebelum menikah beda agama? 18 Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, Kanisius, Yogyakarta, 2002, hal 44 6

7 3. Batasan Masalah Bertolak dari apa yang telah penulis paparkan sebelumnya, maka penulis akan membatasi masalah yang akan diangkat ini sebagai berikut: 1. Kasus hamil sebelum menikah beda agama yang terjadi di GKPB Pniel Blimbingsari dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun ke belakang. Ini dimaksudkan untuk mengetahui pola-pola pendampingan yang dilakukan oleh pendeta setempat. Pemilihan ini didasarkan pada peraturan sinode GKPB yang melakukan mutasi setiap empat tahun sekali sehingga penulis berniat untuk melihat dinamika pendampingan dari pergantian pendeta jemaat tersebut. 2. Subyeknya terbatas pada laki-laki Kristen yang menghamili perempuan Hindu. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat Bali yang masih menekankan sistem Patriakal. Pada umumnya yang terjadi di Bali adalah perempuan Hindu yang telah dihamili oleh laki-laki Kristen pada akhirnya mengikuti agama sang suami dalam kasus ini, mengikuti agama Kristen. 3. Fokusnya hanya pada bagaimana pendampingan pastoral untuk kasus ini pada tahap pra-pernikahan. Artinya lebih kepada pendampingan pastoral seperti apa yang dapat diberikan untuk mempersiapkan pasangan dan orang tua pasangan dalam memasuki pernikahan. 4. Tujuan Penulisan Mempersiapkan diri untuk memasuki sebuah pernikahan bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan suatu kesadaran dan persiapan yang matang agar pernikahan bukan menjadi hal yang malah mendatangkan masalah baru dalam kehidupan rumah tangga. Oleh sebab itulah mereka yang akan menikah perlu dibantu untuk mematangkan niatnya itu. Ini seringkali merupakan tahap dalam perjalanan hidup yang berpotensi krisis. Dari uraian ini maka tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1. Menggali pendampingan pastoral pra-pernikahan yang dilakukan oleh gereja terhadap pasangan dengan kasus hamil sebelum menikah beda agama. 2. Menggali siapa saja yang berperan dalam pendampingan dan siapa saja yang didampingi. 7

8 3. Menggali peran gereja dalam proses penjalinan hubungan antara keluarga ke dua pasangan dari sebelum peminangan hingga sebelum pernikahan. 4. Memberi usulan unsur-unsur apa saja yang menjadi pertimbangan dalam rangka pendampingan pastoral pra pernikahan dengan kasus hamil sebelum menikah beda agama. 5. Judul Pendampingan Pastoral Pra-Pernikahan Kasus Hamil Sebelum Menikah Beda Agama di GKPB Pniel Blimbingsari Keterangan Judul : Di bawah judul ini, penulis pada akhirnya ingin agar bisa memetakan permasalahan pendampingan pastoral pra pernikahan untuk kasus hamil sebelum menikah. Tentunya hal ini juga berdasarkan pada pengalaman atau contoh kasus nyata yang telah terjadi di GKPB khususnya di jemaat Pniel Blimbingsari. Selain itu, bukan hanya pada kasus hamil sebelum menikah saja akan tetapi terdapat juga kasus beda agama yakni antara calon pasangan perempuan dan laki-laki. Penulis mengangkat tema perbedaan agama dalam skripsi ini karena penulis sendiri mempertimbangkan konteks jemaat Pniel Blimbingsari sebagai bagian dari desa adat Kristen yang memiliki aturan dan juga sangta terkait denngan budaya Bali yang tetap dipelihara. 6. Metodologi Metode Penulisan Adapun metode yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis deskriptif yakni suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun status peristiwa pada masa sekarang Deskriptif Pada bagian ini penulis memaparkan dan menjelaskan secara menyeluruh datadata yang diperoleh, baik melalui studi literatur ataupun penelitian di lapangan. 19 Moh. Nazir, Ph.D, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal 63 8

9 2. Analisis Pada bagian ini, penulis membuat analisa dari data yang telah dideskripsikan di atas sehingga didapatkan pengetahuan dan pemahaman berdasarkan data. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. 20 Untuk itu, penulis melakukan dua cara penelitian yang meliputi : 1 Penelitian Literatur Untuk menyusun tulisan ini, penulis melakukan studi literatur melalui sumbersumber seperti tulisan-tulisan, baik buku, jurnal, majalah ataupun diktat-diktat yang dapat dijadikan referensi pendukung 2 Penelitian Lapangan Penulis mengumpulkan data-data di lapangan dengan cara melakukan wawancara informal terhadap Pendeta, beberapa pasangan beda agama dan orang tua dari pasangan tersebut. Penelitian lapangan ini penulis tempuh selama 3 minggu yakni sejak tanggal 16 Februari sampai 9 Maret Dalam penelitian ini, melibatkan sebanyak 18 orang dengan komposisi sebagai berikut : pendeta (2 orang), pasangan dengan kasus tersebut (8 orang) serta orang tua dari pasanga masing-masing (8 orang). 7. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini, penulis memaparkan, Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penulisan, Judul, Metodologi penulisan serta Sistimatika penulisan. 20 Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991, hal 3 9

10 BAB II KONSEP DAN TATA CARA PERKAWINAN Bab ini berisi bagaimana pemahaman akan perkawinan dalam Adat dan budaya Bali (Hindu), terkait dengan pengertian, jenis-jenis perkawinan, tata cara perkawinan dan upacara perkawinan. Selain daripada itu, penulis juga akan memaparkan bagaimana kasus hamil sebelum menikah menurut agama Hindu di Bali beserta dengan tinjauan Tata gereja GKPB terkait dengan perkawinan (Presbiterial Sinodal) dan pasal-pasal yang mempengaruhinya. BAB III DESKRIPSI DAN ANALISIS PENDAMPINGAN PASTORAL YANG SELAMA INI DILAKUKAN DI GKPB PNIEL BLIMBINGSARI Dalam bagian ini, penulis memaparkan deskripsi dan analisis berkenaan dengan bagaimana pendampingan pastoral pra-pernikahan kasus hamil sebelum menikah beda agama terhadap pasangan dan orang tua kedua pasangan dilakukan di GKPB Pniel Blimbingsari. BAB IV STRATEGI PENDAMPINGAN PASTORAL Bagian ini berisi bagaimana teori pendampingan pastoral terkait dengan kasus hamil sebelum menikah beda agama, dan strategi pendampingan pastoral yang dapat diusahakan untuk mempersiapkan pernikahan dan memasuki kehidupan berumah tangga. Siapa saja yang hendaknya terlibat, sejak kapan pendampingan untuk kasus seperti ini dimulai, dasar-dasar pemahaman seperti apa yang tepat diberikan sehingga mereka dapat melaksanakan pernikahan dengan sebuah kesadaran dan membantu mereka dapat mengambil keputusan yang tidak menimbulkan rasa tertekan. BAB V KESIMPULAN Kesimpulan MILIK UKDW 10

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan manusia tidak pernah statis, ia senantiasa berada dalam sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Dari pembuahan hingga berakhir dengan kematian,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang merencanakan untuk berkeluarga biasanya telah memiliki impian-impian akan gambaran masa depan perkawinannya kelak bersama pasangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005. Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani kehidupan di dunia ini manusia seringkali harus berhadapan dengan berbagai macam permasalahan. Permasalahan yang ada bisa menjadi beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang bersama-sama menjalin hubungan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran :

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran : BAB V PENUTUP Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran : 5.1 Kesimpulan Pernikahan yang harmonis, bahagia, dan terjadi sekali untuk selamanya merupakan idaman setiap orang yang menikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Kata gender berasal dari kata

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Desa pakraman, yang lebih sering dikenal dengan sebutan desa adat di Bali lahir dari tuntutan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak mampu hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani proses kehidupan, peristiwa kematian tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Namun, peristiwa kematian sering menjadi tragedi bagi orang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan sebagai berikut : 1. Pemahaman jemaat baik itu orang tua maupun

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Gereja memiliki tugas untuk memelihara kehidupan warga jemaatnya secara utuh melalui berbagai kegiatan yang meliputi dimensi fisik, sosial, psikologis dan spiritual.

Lebih terperinci

UKDW. Bab I. Pendahuluan

UKDW. Bab I. Pendahuluan Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Tak dapat dipungkiri bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, maka dari itu kehidupan seorang manusia yang dimulai dari kelahiran dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal 1 Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Kesetaraan laki-laki dan perempuan sudah seringkali dibicarakan dan diperjuangkan. Meski demikian, tetap saja kita tidak bisa mengabaikan kodrat seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kehilangan seorang anggota keluarga yang dicintai karena dipisahkan oleh kematian merupakan salah satu pergumulan hidup yang berat, apalagi jika yang meninggal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan berkembangnya jaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Maka kehidupan manusia juga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Buku ensiklopedia suku bangsa, yang oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Peran pendeta secara umum dapat dilihat dalam fungsi konseling pastoral, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan mengasuh. Dari hasil penelitian,

Lebih terperinci

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan ialah ikatan lahir batin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota metropolitan seperti Surabaya dengan segala rutinitasnya, mulai dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian menghimpit dan membuat perubahan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat, seperti perubahan pola pikir, perubahan gaya hidup, perubahan sosial, perubahan teknologi, dan sebagainya, memiliki

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil, yang terdiri dari seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, sebagai rahmat untuk semesta alam. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk menikmati kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Dilihat dari sudut pandang psikologi, pernikahan adalah ikatan resmi antara perempuan dan lakilaki sebagai pasangan suami-isteri, yang mempersatukan kedua

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan 86 BAB IV PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon, maka berikut ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang di dunia lahir dan tumbuh dalam keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga asuh. Peran keluarga memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun dalam kenyataan kehidupan ini, manusia tidak bisa terhindar dari pergumulan hidup. Manusia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah pengkhianatan terhadap komitmen yang telah diikrarkan dan berdampak serius terhadap individu dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Seksualitas merupakan pemberian dari Allah. Artinya bahwa Allah yang membuat manusia bersifat seksual. Masing-masing pribadi merupakan makhluk seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

Qawwãm Volume 9 Nomor 2, 2015

Qawwãm Volume 9 Nomor 2, 2015 Qawwãm Volume 9 Nomor 2, 2015 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MENIKAH DINIDI DUSUN SONO DESA KALIKUNING, KECAMATAN TULAKAN, KABUPATEN PACITAN Siti Hajaroh 1 Abstrak: Menikah merupakan sebuah keputusan besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) merupakan organisasi agama (Religious Organization) yang resmi terbentuk dengan badan hukum 214 LN. No 8 Tgl 11 Agustus 1949

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan dalam pelaksanaannya diatur dengan PP No. 9 Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II Pasal 2 ayat (1) PP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Gereja Bali atau singkatannya GKPB, adalah salah satu dari sedikit gerejagereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Didalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering diperhadapkan dengan pilihan-pilihan yang membuat kita bingung karena kita kita harus memilih salah satu dari pilihan-pilihan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kategorial bisa digolongkan berbagai macam, misalnya kategorial usia (anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia),

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kategorial bisa digolongkan berbagai macam, misalnya kategorial usia (anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia), BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam rangka pembinaan kategorial 1, gereja senantiasa memberikan program-program pembinaan. Begitu juga dengan kategorial status pernikahan, yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. menolak permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke Pengandilan Agama pada

BAB VI PENUTUP. menolak permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke Pengandilan Agama pada BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Di Indonesia masalah pernikahan di bawah umur merupakan isu kependudukan yang sepatutnya menjadi perhatian pemerintah. Terutama dikarenakan pernikahan dibawah umur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang hidup dalam dunia pada umumnya menginginkan suatu hubungan yang didasari rasa saling mencintai sebelum memasuki sebuah perkawinan dan membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. penulis akan menjelaskan atau memberikan beberapa kesimpulan dan saran.

BAB IV PENUTUP. penulis akan menjelaskan atau memberikan beberapa kesimpulan dan saran. BAB IV PENUTUP Setelah penulis memaparkan hasil penelitian yang dilakukan, dalam bab ini penulis akan menjelaskan atau memberikan beberapa kesimpulan dan saran. 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian kami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada hakikatnya, tidak semua orang memilih untuk menikah di usia dini, banyak

BAB V PENUTUP. Pada hakikatnya, tidak semua orang memilih untuk menikah di usia dini, banyak BAB V PENUTUP Pada hakikatnya, tidak semua orang memilih untuk menikah di usia dini, banyak faktor yang menyebabkan orang memilih untuk menikah pada usia dini dan membentuk keluarga muda. Namun juga tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon.

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. BAB 4 PENUTUP Pada bab ini akan di tulis kesimpulan dan saran untuk Gereja, para Medis, pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. 4.1 KESIMPULAN 1. Sterilisasi dipilih oleh kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN 63 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN A. Analisis Tentang Latarbelakang Tradisi Melarang Istri Menjual Mahar Di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Selain membutuhkan orang lain manusia juga membutuhkan pendamping hidup.

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH A.1. Latar belakang masalah Gereja merupakan sebuah kehidupan bersama yang di dalamnya terdiri dari orang-orang percaya yang tumbuh dan berkembang dari konteks yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu perjanjian untuk mengikatkan seorang pria dan wanita menjadi ikatan suami istri yang sah (Saimi, 2017:68). Dalam melaksanakan pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci