II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Usaha Kecil dan Menengah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Usaha Kecil dan Menengah"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Usaha Kecil dan Menengah Karakteristik usaha kecil bila dilihat dari sistem manajemennya, pada umumnya dikelola oleh pemiliknya langsung sehingga lebih fleksibel mengembangkan ide produk. Dari berbagai literatur pembedaan berbagai kategori usaha didasarkan pada aset, jumlah pekerja, dan omset. Masing-masing lembaga membuat kriteria berbeda disesuaikan dengan kepentingan mereka. Paling tidak ada 5 sumber yang dapat dipakai sebagai acuan, yaitu: UU. No 9095 Tentang Usaha Kecil, BPS, Menteri Negara Koperasi dan UKM, Pelayanan Indonesia, dan Pelayanan Dunia. UU No. 9/1995 hanya memberi definisi untuk usaha kecil saja dan mengabaikan usaha mikro dan usaha menengah. Barangkali yang merancang undang-undang pada waktu itu membuat klasifikasi sederhana saja dengan mengelompokkan dua macam dunia usaha, yaitu usaha kecil dan usaha besar. Pelayanan Indonesia membuat definisi yang lebih kualitatif untuk usaha mikro. Kriteria Pelayanan Dunia lebih cocok dipakai di Amerika daripada di Indonesia. Hingga sekarang belum ada kategori baru yang dibuat, oleh karena itu kategori yang ada masih berlaku. Ada beberapa hal yang merupakan ciri UKM dan usaha mikro. Menurut Husen (2005), bahwa sektor usaha UKM sebagai organisasi ekonomi/ bisnis mempunyai beberapa karakter seperti: 1. Struktur organisasi yang sangat sederhana; 2. Mempunyai keikhlasan; 3. Tidak mempunyai staf yang berlebihan; 4. Pembagian kerja yang lentur; 5. Memiliki hierarki manajemen yang sederhana; 6. Tidak terlalu formal; 7. Proses perencanaan sederhana; 8. Jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan; 9. Jumlah karyawannya sedikit; 10. Tidak ada pembedaan aset pribadi dan aset perusahaan; 11. sistem akuntansi kurang baik (bahkan biasanya tidak punya). 5

2 6 Tabel 2. Penjabaran kategori usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah Lembaga Usaha Miko Usaha Kecil Usaha Menengah UU. NO. 9/95 *Aset = IDR 200 juta diluar tanah dan bangunan *Omzet = IDR 1 milyar per tahun BPS Pekerja < 5 orang Pekerja 5 9 orang Pekerja orang Menteri Negara Koperasi dan UKM Pelayanan Indonesia Pelayanan Dunia Sumber : Husen (2005) Dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri *Pekerja <10 orang *Aset< USD *Omset< USD 100 ribu per tahun *Aset < IDR 200 juta diluar tanah dan banguan. *Omzet < IDR 1 milyar per tahun *independen *Aset< IDR 200 juta *Omset< IDR 1 Milyar *Pekerja <50 orang *Aset< USD 3 juta *Omset< USD 3 juta per tahun *Aset > IDR 200 juta *Omzet antara IDR 1 milyar hingga IDR 10 milyar per tahun *Untuk kegiatan industri, aset < IDR 5 milyar, untuk lainnya (termasuk jasa) aset < IDR 600 juta di luar tanah dan bangunan *Omset < IDR 3 milyar per tahun *Pekerja <300 orang *Aset< USD 15 juta *Omset< USD 15 juta per tahun Dari penjabaran di atas UKM merupakan suatu unit organisasi yang sederhana. Oleh karena lingkup usahanya terbatas maka UKM tidak menggunakan tenaga kerja secara berlebihan. Tenaga yang ada sering

3 7 dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini bisa dilihat bahwa tenaga di UKM dapat mengerjakan beberapa jenis pekerjaan yang berlainan. Dengan demikian mereka dapat menekan biaya tenaga kerja. Biasanya tenaga kerja yang terlibat di UKM bisa bertahan lama karena hubungan yang dikembangkan di sana adalah pola kekeluargaan. Ini menjadi karakteristik UKM dimana hubungan antara pengusaha dan pekerja bersifat tidak formal 2.2. Pengertian dan Prosedur Usaha Laundri a. Pengertian Laundri Tekstil atau kain biasanya digunakan untuk banyak hal di bidang komersil, industri, rumah sakit dan organisasi kelembagaan lainnya. Proses pencucian untuk menghilangkan berbagai jenis kotoran dan noda serta proses sanitasi di tekstil disebut dengan jasa laundri. Tidak hanya itu, laundri juga termasuk proses perbaikan dan pemeliharaan terhadap warna dan corak tekstil agar keawetan bisa dicapai secara maksimal. Cakupan operasional laundri di industri dan komersil cukup luas, jasa ini bisa dinikmati oleh pengguna secara langsung dari berbagai instansi seperti pabrik-pabrik, katering, kalangan entertainment, rumah sakit, pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Industri laundri dapat dibagi menjadi beberapa segmen utama, yakni di antaranya untuk: komersial, industri, rumah sakit, kelembagaan dan on-premises. 1. Laundi komersial Laundri komersial beroperasi di sektor swasta dengan menangani cucian seperti: hotel/motel, rumah makan, pengiriman dan pengangkutan domestik atau umum, panti jompo/rumah sakit. Produk yang dilayani meliputi: sprei dan sarung bantal, alas kasur (bed pad), handuk, selimut, rolling towel (handuk untuk lap), taplak meja dan napkin serta pakaian pribadi. Laundri komersial juga biasanya melayani dry cleaning. Dry cleaning adalah proses mencuci dengan menggunakan solven, bukan air. 2. Laundi industri Laundri industri beroperasi di sektor swasta dan tekstil yang menangani cucian seperti: pabrik-pabrik, kantor, supermarket, toko eceran, dan pusat

4 8 pelayanan. Produk yang dilayani meliputi: pakaian pelindung, baju kerja, celemek, seragam, sarung tangan, barang keselamatan yang mencakup sarung tangan, helm, keset, kain pel, kain tetesan pelukis, lapisan tempat duduk kereta/mobil. 3. Laundri rumah sakit Laundri untuk rumah sakit melayani cucian yang meliputi: hospitals-private, rumah sakit umum, klinik, jasa perawatan mengenai gigi, jasa perawatan anak, panti jompo, institusi kesehatan mental, dan pusat pelayanan kesehatan umum. Produk yang diproses biasanya meliputi berbagai bahan yang mencakup: linen (kain yang biasa digunakan untuk serpei, serbet, tirai), seragam operasi, kebutuhan rumah sakit yang khusus, dan pakaian pasien. 4. Laundri untuk kelembagaan Laundri untuk kelembagaan melayani seperti pada tahanan rumah dan institusi kesehatan mental. Produk yang dilayani meliputi yang terdapat pada rumah sakit. 5. On-premises (instansi pribadi) On-Premises adalah laundri yang biasanya beroperasi untuk hotel/motel tersendiri, industri, rumah merawat/menyusu, dan rumah sakit pribadi dan industri pabrik. Laundri ini menyediakan suatu layanan untuk penggunaan internal mereka sendiri. 6. Laundri koin Laundri yang diaktifkan dengan koin berbeda dengan segmen di atas, kategori ini biasanya dijalankan oleh perseorangan atau instansi kecil seperti apartemen, rumah susun, dan mall-mall. 7. Laundri kiloan Laundri kiloan adalah laundri yang jasa pencuciannya dihitung melalui timbangan, biasanya laundri jenis ini melayani jasa pencucian untuk keperluan pakaian rumah tangga.

5 9 b. Prosedur laundri Ada delapan langkah standar pengerjaan laundri yang biasa dilakukan. Misalnya tahap pengambilan bahan yang akan dicuci, pemisahan, tahap pencucian, tahap pengeringan, dan tahap pelipatan. Adapun delapan tahapan laundri adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan/penerimaan cucian kotor Pengambilan/penerimaan cucian kotor yang baik akan bermanfaat bagi keseluruhan operasional laundri. Prosedur pengambilan sangat beragam, tergantung dari kondisi masing-masing jenis cucian itu sendiri. 2. Pengiriman cucian kotor Metoda mengangkut cucian kotor akan tergantung pada ukuran dan jenisnya. Kepedulian sangat diutamakan untuk menghindari penambahan kotoran pada cucian, misalnya: (1) membawa dengan tangan (tanpa troli), jangan sampai berlebihan karena bisa berakibat jatuh dan keinjak, (2) menggunakan troli adalah sangat umum digunakan untuk membawa cucian kotor maupun kering. Jika menggunakan alat ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: jangan sampai berlebihan sehingga potensi jatuh ke lantai dan terlindas roda troli, roda troli harus tetap terjaga kondisinya, (3) dengan kendaraan, ini biasanya digunakan ke usaha laundri komersial. Hal yang penting dengan menggunakan kendaraan adalah kebersihan, (4) menggunakan cerobong cucian (chutes) digunakan baik oleh usaha hotel maupun rumah sakit. 3. Penyortiran / pemisahan cucian kotor Cucian disortir dengan tiga kategori umum: a. Tingkat Kotoran Cucian dengan tingkat kotoran yang tinggi harus dipisahkan karena memerlukan proses khusus yang panjang agar mendapatkan hasil yang optimal. Cucian dengan kotoran ringan dan sedang hanya diproses dengan formula singkat tanpa penyortiran yang baik (berdasarkan kotoran) persiapan formula pencucian akan tidak beraturan, dengan kata lain cucian dengan tingkat kotoran ringan atau sedang akan tercuci memakai formula

6 10 cucian kotoran berat. Hal ini akan sangat merugikan biaya laundri secara keseluruhan dan cepat merusak kain. b. Jenis kain ( serat dan warna) Penyortiran berdasarkan jenis kain penting karena ada beberapa jenis kain yang sensitif, umumnya wool dan silk. Pencucian dengan detergen rendah dan suhu rendah akan membantu jenis kain ini awet. Tingkat penggunaan air yang tinggi selama pencucian juga mampu menghindarkan kerusakan kain jenis ini. Sementara kain dengan variasi warna harus dicuci dengan detergen dan suhu rendah. c. Jenis proses (sesuai alat yang digunakan) Untuk efisiensi penyortiran berdasarkan pengeringan perlu dilakukan, seperti contoh umumnya handuk dikeringkan dengan drying tumbler sedangkan bed sheet dan pillow cases serta kain meja (napkin & tabel cloth) dikeringkan dengan pressing / flatwork ironer. Berdasarkan itu semua pengelompokan harus dilakukan sehingga mendapatkan hasil yang optimal dengan tingkat efisien yang tinggi. 4. Pencucian Laundri komersil umumnya memiliki mesin berkapasitas besar dengan beragam jenis program, tetapi pada dasarnya cara kerja mesin sama yang mengacu pada tahapan proses pencucian. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: a. Flush (pembasahan) Pembasahan diperlukan untuk menghilangkan kotoran yang larut pada air dan membantu penyerapan kimia secara cepat ke serat benang pada saat proses penyabunan berlangsung. Pembasahan umumnya memakai level air tinggi dengan kisaran waktu 2-3 menit. Fungsi lain dari pembasahan adalah mendapatkan kenaikkan suhu sebelum proses penyabunan yang umumnya memakai suhu tinggi. b. Washing (penyabunan) Tahap ini adalah tahap pencucian yang sebenarnya, tahap ini umumnya ada bahan kimia dengan suhu tinggi dan berkisar 8 15 menit.

7 11 c. Carryover Suds atau bisa disebut juga sebagai pembilasan awal Tahap ini biasanya digunakan untuk menurunkan suhu dan kadar detergen (alkali) sebelum memasuki proses bleaching (penghilangan noda). Umumnya menggunakan level air tinggi dengan waktu 2-5 menit. d. Bleaching Proses ini untuk menghilangkan noda, umumnya menggunakan chemical bersifat chlorine dengan suhu antara C dengan waktu 8 10 menit. e. Rinse (pembilasan) Tahapan ini untuk mengurangi kadar chemical dan menurunkan suhu dengan waktu 2-3 menit dengan level air yang tinggi. f. Sour/soft (final rinse) Langkah ini adalah untuk perawatan cucian dengan cara mendapatkan kadar ph yang sesuai dengan kulit manusia dan ditambahkan pelembut untuk penampilan dan rasa nyaman terhadap cucian. Umumnya memakai air hangat atau dingin dengan level air menengah dengan waktu 3-5 menit. g. Extract (pemerasan) Tahap ini untuk mengurangi kadar air di cucian sebelum ke proses pengeringan. Umumnya membutuhkan waktu antara 2 12 menit tergantung jenis dan ketebalan kain. 5. Drying (pengeringan) Setelah kain dicuci lalu tahap berikutnya adalah pengeringan. Semua kain yang keluar dari proses pencucian harus dikeringkan sesuai dengan jenis pengeringan, yakni; tumbling, ironing dan pressing. Tumbling: diperuntukkan untuk mengeringkan handuk. Alat ini beragam jenis dan kapasitasnya. Sumber pemanasnya pun beragam dari uap panas (steam), gas (api), atau listik heater. Bagian terpenting adalah filternya harus terjaga dari kotoran lint atau debu agar proses pemanasannya tetap optimal. Tumbling yang menggunakan sumber panas dari api (LPG) harus lebih waspada karena risiko lebih besar, jika api tidak terjaga bahkan membuat cucian menjadi berwarna abu-abu.

8 12 6. Folding (pelipatan cucian bersih) Setelah proses pengeringan maka dilanjut proses pelipatan, umumnya laundri kecil dilakukan secara manual. Mesin pelipat otomatis juga tersedia untuk sprei dan handuk baik sekala kecil sampai besar. Keuntungannya adalah mampu mengurangi tenaga kerja sehingga menekan biaya operasional. Sementara pelipatan secara manual biasanya mendapatkan kualitas lipatan lebih baik dan mampu menyeleksi hasil cucian yang lebih baik karena secara detail noda yang masih tertinggal bisa segera dipisahkan. 7. Storing (penyimpanan) Setelah cucian semua terlipat, sebagian disimpan di gudang dan sebagian dipakai langsung. Gudang penyimpanan tidak boleh tercampur dengan cucian kotor karena bisa saling terkontaminasi, dengan membersihkan secara rutin gudang penyimpanan dan memperhatikan sirkulasi udara sangatlah membantu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 8. Penggunaan cucian bersih Penggunaan cucian bersih sebaiknya terhindar dari penyalagunaan. Bed sheet untuk di tempat tidur, handuk juga ditempatkan dengan benar, cucian kain meja juga digunakan di restoran dll. Penyalagunaan cucian hanya akan menimbulkan berkurangnya stok sehingga biaya akan bertambah banyak Konsep Jasa Dipandang dari konsep usaha, laundri adalah bagian dari kegiatan usaha untuk menggerakkan produk jasa. Kotler (1995), menyebutkan bahwa jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan kepemilikan apapun terhadap jasanya. Pada bagian lain kotler membagi jasa dalam beberapa dimensi yaitu : intangible (tidak dapat disentuh atau diraba, hanya dapat dirasakan), perishable (sekali digunakan), immediate (tidak dapat disimpan), konsumen involvement (konsumen terlibat dalam pelaksanaannya) dan inseparable (umumnya tempat dan waktu jasa di produksi dan di konsumsi bersamaan).

9 13 Pada usaha laundri, obyek primernya adalah pelayanan cuci dan setrika, pakaian konsumen, pewangi pakaian, sedangkan obyek sekundernya adalah pengiriman pakaian ke konsumen. Pemakai jasa atau konsumen laundri adalah orang yang peka terhadap hasil cucian dan waktu pengerjaan cucian tersebut. Apabila seseorang memberikan pakaiannya untuk dicuci maka dia sebenarnya telah memutuskan untuk membeli tenaga dan waktu untuk hasil yang optimal. Makin banyak tenaga dan waktu yang dihemat dengan hasil yang diharapkan maka minat untuk memberikan cucian pakaiannya akan semakin besar. Di samping itu mereka akan semakin menghargai waktu dan hasil yang diberikan sehingga akan memilih tempat cucian yang dapat memberikan hasil yang optimal dengan waktu yang lebih cepat Konsep Kualitas Pelayanan Parasuraman et al. (1995), menyatakan bahwa kualitas yang diterima oleh kostumer dalam pelayanan adalah suatu fungsi yang berpengaruh terhadap perbedaan antara pelayanan yang diharapkan dan pelayanan yang diterima. Pernyataan ini menuntut penyedia jasa untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen. Parasuraman et al. (1995), membagi kualitas pelayanan dalam lima dimensi yaitu Tangible, Reliable, Responssiveness, Assurannce dan Empathi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing dimensi. 1. Tangible adalah tampilan yang merupakan penampakan fasilitas fisik dari fasilitas peralatan dan personil. 2. Reliable adalah kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan handal dan akurat. 3. responssiveness adalah berhasrat membantu pelanggan dan menyediakan pelayanan yang cepat dan tepat. 4. Assurance adalah pelayanan yang meyakinkan berupa penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan yang terkait dengan bidangnya serta ramah. 5. Emphaty yang berarti peduli, mampu mendengarkan dan berkomunikasi dengan baik, serta memahami kondisi pengguna jasa.

10 14 Berkaitan dengan kualitas, Kotler (1995), mengatakan bahwa kualitas adalah hal yang paling diharapkan dari suatu produk atau jasa. Dari beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan berpusat kepada pelanggan yang mempunyai kebutuhan dan harapan tertentu atas kualitas pelayanan yang diberikan Konsep Kepuasan Kepuasan merupakan sebuah fungsi persepsi terhadap suatu produk atau jasa dan pengharapannya terhadap penampilan produk atau jasa tersebut. Kotler (1995), menyebutkan bahwa kepuasan adalah suatu perasaan dari rasa senang atau atas hasil penampilan dari suatu produk yang didapat dan sesuai dengan harapannya dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Sebuah perusahaan komputer menggunakan istilah konsumenize atau memperlanggankan yang maksudnya adalah perusahaan lebih mampu menyampaikan bukan sekedar informasi ke sasaran dengan sistem informasi yang ada, namun ditunjang dengan kemampuan karyawan dalam memberikan informasi yang lebih baik kepada pelanggan, sehingga pelanggan dapat membentuk harapannya melalui pengalaman terdahulu atau informasi dari pihak lain (Kotler, 1995). Lebih jauh Assael (1994), menyebutkan bahwa customer yang puas adalah penjual yang terbaik, kepuasan sangat mempengaruhi teman atau kolega untuk berkeinginan membeli produk atau jasa tersebut, ketidakpuasan pelanggan akan mengurangi penjualan. Kotler (1995), menyebutkan bahwa apabila pelayanan berada di bawah standar, maka pelanggan akan kehilangan kepuasannya, sebaliknya kepuasan akan mencapai titik optimalnya apabila apa yang didapatkannya sebanding atau lebih besar dari harapannya. Kotler (1995), menyebutkan bahwa perusahaan yang ingin unggul dalam pasar harus mengamati harapan pelanggannya, kinerja perusahaan serta kepuasan pelanggan. Kepuasan merupakan sebuah fungsi persepsi terhadap suatu produk atau jasa dan pengharapannya terhadap performance produk atau jasa tersebut.

11 15 Perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal terutama dengan berkembangnya teknologi transportasi telah melahirkan paradigma baru dalam jasa transportasi. Persaingan telah memotivasi manajemen untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan mengacu pada reorientasi manajemen. Daniels dan Radebough (2001), menyebutkan bahwa tiap perusahaan seharusnya mempertimbangkan cara yang berbeda untuk menghasilkan produk atau jasa yang sama. Secara operasional kepuasan pelanggan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Kualitas Pelayanan Ukuran layanan yang dilihat berdasarkan penilaian pelanggan terhadap pelayanan yang berkaitan dengan kemampu-ujian, kemampu-nyataan, kecepatan-tanggapan, jaminan dan kepedulian. 2. Kemampuan uji (Tangible) Salah satu konsep dalam kualitas pelayanan yang dicerminkan dari keterampilan dan kemampuan pegawai dalam menjalankan tugas serta ketersediaan peralatan. 3. Reabilitas (Reliability) Salah satu konsep dalam kualitas pelayanan yang dicerminkan dari tampilan fasilitas fisik baik personil maupun peralatan. 4. Kecepat tanggapan (Responsiveness) Salah satu konsep dalam kualitas pelayanan yang dicerminkan dari informasi yang jelas, kecepat tanggapan dalam menyelesaikan masalah pelanggan serta menyediakan pelayanan yang cepat dan tepat. 5. Jaminan (Assurance) Salah satu konsep dalam kualitas pelayanan yang dicerminkan dari keamanan yang terjaga, karyawan yang jujur dan informasi yang bermutu bagi konsumen. 6. Kepedulian (Empathy) Salah satu konsep dalam kualitas pelayanan yang dicerminkan dari perhatian, kepedulian, dan penampilan yang baik dari petugas jaga, kenyamanan ruangan dan tersedianya tanda-tanda / petunjuk yang memudahkan pelanggan.

12 16 7. Kepuasan pelanggan Tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan antara kinerja karyawan dengan harapannya. Kepuasan pelanggan ini diukur dari perbandingan kinerja kemampu-ujian, kemampu-nyataan, kecepat-tanggapan, jaminan dan kepedulian dengan harapan pelanggan Perilaku Konsumen Ahli ekonomi klasik Adam Smith mendasarkan teorinya pada asumsi bahwa orang itu adalah ekonomis, rasional dan pada setiap saat bertindak karena ia tertarik pada sesuatu. Konsep tersebut menganut teori kepuasan marjinal yang menyatakan bahwa konsumen akan meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk atau jasa untuk waktu yang lama, karena telah mendapatkan kepuasan dari produk yang sama yang telah dikonsumsinya (Arsyad, 1999). Kotler (1995), menyebutkan sebagai The mental pruchasing process atau suatu proses pembelian yang menyebutkan bahwa konsumen akan puas apabila harapan dan kenyataannya sama atau dilebihkan. Perceive Quality Customer Value Customer Satisfaction Customer Loyalti Perceive Quality / Perceive Risk Cust Experience = Customer Cust Experience > Customer Expectation Gambar 1. The mental purchasing process (Kotler, 1995) Assael (1994), menyebutkan bahwa konsumen belajar dari pengalaman dan keinginan tergantung dari kondisi pembelajaran dan pembelajaran bisa tergantung dari hal yang dialami dari hasil pengalaman sebelumnya. Dari beberapa teori tersebut menggambarkan bahwa pengalaman masa lalu dan

13 17 informasi yang didengar dari orang lain dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian atau penggunaan jasa.

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN LAUNDRI XYZ BOGOR BERLIYANTO BUDHI CAHYONO

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN LAUNDRI XYZ BOGOR BERLIYANTO BUDHI CAHYONO PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN LAUNDRI XYZ BOGOR BERLIYANTO BUDHI CAHYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem merupakan kumpulan elemen elemen yang saling terkait dan bekerja

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem merupakan kumpulan elemen elemen yang saling terkait dan bekerja 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Sistem merupakan kumpulan elemen elemen yang saling terkait dan bekerja sama untuk memproses masukan (input) yang ditujukan kepada sistem tersebut dan mengolah

Lebih terperinci

PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service

PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service Kepuasan para tamu akan hasil pencucian anda adalah sangat tergantung kepada diri anda, yakinkan proses pencucian yang anda lakukan sudah baik dan benar guna menciptakan

Lebih terperinci

SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN. No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Direktur Utama RS Trimitra STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR. Dr.

SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN. No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Direktur Utama RS Trimitra STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR. Dr. SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Tanggal Terbit : Perencanaan linen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari pengumpulan linen kotor dari masing-masing ruangan, pengangkutan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Intensitas persaingan yang semakin meningkat menuntut suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Intensitas persaingan yang semakin meningkat menuntut suatu perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Intensitas persaingan yang semakin meningkat menuntut suatu perusahaan untuk merancang strategi bersaing dalam dunia bisnis. Tujuan dasar suatu bisnis tidak

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEROITIS. dekorasi dengan tujuan agar hotel tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan

BAB II URAIAN TEROITIS. dekorasi dengan tujuan agar hotel tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan BAB II URAIAN TEROITIS 2.1 Pengertian Dan Ruang Lingkup 2.1.1 Pengertian Housekeeping Housekeeping atau tata graha adalah bagian dari departemen yang mengatur atau menata peralatan, menjaga kebersihan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN LINEN RUMAH SAKIT

PERENCANAAN KEBUTUHAN LINEN RUMAH SAKIT PERENCANAAN KEBUTUHAN LINEN RUMAH SAKIT 549/SPO/RSI-SA/I/214 1 Januari 214 Prosedur Adalah Standar baku untuk merencanakan kebutuhan linen di RSI Sultan Agung agar kebutuhan linen tercukupi 1. Sebagai

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laundry & Colours Laundry maka beberapa informasi yang dapat disampaikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laundry & Colours Laundry maka beberapa informasi yang dapat disampaikan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil olahan data penulis melalui wawancara dengan pemilik QQ Laundry & Colours Laundry maka beberapa informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Jasa (Pelayanan) Menurut Kotler (2008) Jasa atau pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang word of mouth

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang word of mouth BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam era pasar bebas saat ini, persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan agar dapat lebih melakukan inovasi dalam melakukan usahanya. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang dilakukan di Indonesia pada saat ini semakin meningkat, disertai dengan pesatnya tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal tersebut

Lebih terperinci

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan Pekalongan PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman STANDAR Adalah proses penanganan linen yang telah dipergunakan oleh pasien, yang tidak terkontaminasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak criteria dan sangat tergantung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak criteria dan sangat tergantung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kualitas Membicarakan tentang pengertian atau definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak criteria dan sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN. nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maraknya persaingan bisnis baik di pasar domestik maupun di pasar nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat sekarang sudah berbeda dengan kehidupan masyarakat yang dulu. Seperti mencuci pakaian, dulu bagi beberapa orang mencuci pakaian adalah hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis toko ritel,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis toko ritel, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan yang cukup pesat. Sektor ritel dan pusat perbelanjaan menunjukkan perkembangan yang signifikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015 PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA Jl. Soekarno-Hatta, Banda Raya, Banda Aceh (23238) Telp./Faks. (0651) 43097/ 43095 Email: rsum@bandaacehkota.go.id Website: http://rsum.bandaacehkota.go.id

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS USAHA LAUNDRY ON KILO. Oleh: NAMA : ACHMAD BUKHORI KELAS : S1 SI 2C NIM :

PELUANG BISNIS USAHA LAUNDRY ON KILO. Oleh: NAMA : ACHMAD BUKHORI KELAS : S1 SI 2C NIM : PELUANG BISNIS USAHA LAUNDRY ON KILO Oleh: NAMA : ACHMAD BUKHORI KELAS : S1 SI 2C NIM : 10.12.4515 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis jasa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis jasa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis jasa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, berkembang dengan pesat dalam dunia modern saat ini. Perkembangan sektor bisnis bidang jasa dapat

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar. Soal binatu kelas XI kelompok 1

Pilihlah jawaban yang paling benar. Soal binatu kelas XI kelompok 1 PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN DAN OLAHRAGA SMK NEGERI 1 TAMPAKSIRING Alamat : Jl. Dr. Ir. Soekarno di Sanding (0361) 981681 Pilihlah jawaban yang paling benar. Soal binatu kelas XI kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelanggan Pelanggan adalah orang yang menjadi pembeli produk yang telah dibuat dan dipasarkan oleh sebuah perusahaan, dimana orang ini bukan hanya sekali membeli produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor- faktor yang dianggap penting oleh konsumen dalam laundry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan dunia bisnis menjadi semakin ketat karena persaingan bisnis sekarang ini bersifat mendunia sehingga hal tersebut mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Pada dasarnya pemasaran merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian yang bukan semata-mata kegiatan untuk menjual barang atau jasa saja, akan tetapi lebih mengarah

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan semakin ketat diantara perusahaan. Hal ini menyebabkan kalangan bisnis maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan selalu dituntut bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang sangat didambakan setiap orang. Setiap orang mempunyai hak kemana dan dimana mendapatkan pelayanan kesehatan terhadap dirinya.

Lebih terperinci

MENGELOLA PEKERJAAN PEMELIHARAAN PAKAIAN DAN LENAN RUMAH TANGGA Oleh : As-as Setiawati

MENGELOLA PEKERJAAN PEMELIHARAAN PAKAIAN DAN LENAN RUMAH TANGGA Oleh : As-as Setiawati MENGELOLA PEKERJAAN PEMELIHARAAN PAKAIAN DAN LENAN RUMAH TANGGA Oleh : As-as Setiawati Pakaian atau istilah lain busana merupakan kebutuhan pokok manusia setelah makanan. Kebutuhan pakaian tidak serumit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan kondisi mobil. Service Clinic Car merupakan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan kondisi mobil. Service Clinic Car merupakan perusahaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Service Clinic Car sebagai tempat merawat bagi mobil terkadang tidak hanya untuk tempat perawatan mobil tapi juga untuk tempat konsultasi atau pemeriksaan

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : DIDIK SANTOSO K 100 050 243 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi mendorong masyarakat umtuk memperhatikan derajat kesehatan demi menaikkan kualitas hidupnya melalui lembaga penyedia layanan kesehatan. Salah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Di Indonesia perkembangan usaha sektor jasa berlangsung cukup pesat, meskipun keadaan perekonomian di Indonesia sedang mengalami masa yang cukup sulit pada saat sekarang

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS LOUNDRY KILOAN ABSTRAK

PELUANG BISNIS LOUNDRY KILOAN ABSTRAK NAMA : ASAHI MISNA NIM : 10.11.4308 KELAS : S1 TEKNIK INFORMATIKA 2J PELUANG BISNIS LOUNDRY KILOAN ABSTRAK Bisnis laundry kiloan diyakini pertama kali muncul berasal dari kota Yogyakarta. Diawali dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah masalah dalam bidang ekonomi, karena hal ini menyangkut kehidupan manusia baik secara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepraktisan sudah menjadi tuntutan utama masyarakat perkotaan saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kepraktisan sudah menjadi tuntutan utama masyarakat perkotaan saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepraktisan sudah menjadi tuntutan utama masyarakat perkotaan saat ini. Kota Bandung yang masyarakatnya memiliki mobilitas tinggi membutuhkan kepraktisan ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini semakin ketat, sehingga menuntut manajemen perusahaan untuk lebih cermat

Lebih terperinci

Perawatan Pakaian yang Tepat sebagai Suatu Cara Alternatif dalam Penghematan 1

Perawatan Pakaian yang Tepat sebagai Suatu Cara Alternatif dalam Penghematan 1 Perawatan Pakaian yang Tepat sebagai Suatu Cara Alternatif dalam Penghematan 1 Mohammad Adam Jerusalem, S.T., S.H. Staf Pengajar Program Studi Teknik Busana- Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana-Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat yang bersamaan. Tidak seperti produk manufaktur dimana hasil

BAB I PENDAHULUAN. pada saat yang bersamaan. Tidak seperti produk manufaktur dimana hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sifat dari jasa atau pelayanan adalah diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Tidak seperti produk manufaktur dimana hasil produksi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau jasa yang sebenarnya. Suatu perusahaan dapat mengambil langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. atau jasa yang sebenarnya. Suatu perusahaan dapat mengambil langkah-langkah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era perdagangan bebas ini, setiap perusahaan menghadapi persaingan yang ketat. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut perusahaan untuk selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang mutlak diperlukan di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang mutlak diperlukan di 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang mutlak diperlukan di masyarakat dan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, yang mengakibatkan semakin meningkat

Lebih terperinci

MANAJEMEN DISTRIBUSI DAN PELAYANAN MAKANAN

MANAJEMEN DISTRIBUSI DAN PELAYANAN MAKANAN MODUL VII MANAJEMEN DISTRIBUSI DAN PELAYANAN MAKANAN Oleh: Ir. SUYATNO, MKes Bagian Gizi FKM-UNDIP Semarang Cara Distribusi Makanan Berdasarkan penerapan prosedur distribusi, yg menekankan pada alat pendistribusian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan kesehatan. Sebagai suatu industri jasa maka rumah sakit tentunya juga harus menjalankan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan perubahan life style dalam kehidupan menjadi sesuatu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan perubahan life style dalam kehidupan menjadi sesuatu hal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecenderungan perubahan life style dalam kehidupan menjadi sesuatu hal yang tidak bisa diprediksi (unpredictable). Life style yang semakin berubah pesat tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Maslow(2007: 445) mengatakan kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Maslow(2007: 445) mengatakan kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia hidup tidak dapat melepaskan diri dari pemenuhan akan kebutuhan hidup. Maslow(2007: 445) mengatakan kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan memasarkan produk suatu kelompok atau individu untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memperoleh keuntungan. Maka pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sarana angkutan antar wilayah, kini tuntutan tersebut telah lebih berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pada sarana angkutan antar wilayah, kini tuntutan tersebut telah lebih berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan konsumen terhadap pembelian suatu barang atau jasa semakin bertambah. Khususnya pada jasa transportasi, kenyamanan, keamanan, pelayanan yang prima, harga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bahan bakar, hemat lahan, rendah polusi, regulated traffic, relatif aman/

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bahan bakar, hemat lahan, rendah polusi, regulated traffic, relatif aman/ 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada sektor jasa saat ini semakin meningkat. Perkembangan ini dapat diamati pada aktivitas sehari-hari, di mana sebagian besar aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa atau pelayanan yang mereka jual. Dahulu kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. jasa atau pelayanan yang mereka jual. Dahulu kualitas pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi global membawa dampak persaingan pada industri jasa, sehingga mau tidak mau perusahaan jasa harus memperhatikan kualitas jasa atau pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada sektor jasa semakin meningkat. Perkembangan ini dapat diamati pada aktivitas sehari-hari, dimana sebagian besar aktivitas tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kotller (2003;20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kotller (2003;20) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maraknya persaingan bisnis baik di pasar domestik maupun di pasar nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidakhanya sekedar layak secara wajar, tetapi menuntut segala sesuatu lebih dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidakhanya sekedar layak secara wajar, tetapi menuntut segala sesuatu lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjadinya kemajuan di berbagai bidang menyebabkan timbulnya tuntutan tidakhanya sekedar layak secara wajar, tetapi menuntut segala sesuatu lebih dari cukup.perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai kualitas pelayanan Jasa administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sleman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Brand image Konsumen merupakan pusat perhatian dalam dunia pemasaran. Maka dari itu perlu dipelajari apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen pada saat ini. Dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap perusahaan saling berpacu untuk memperluas pasar. Harapan dari adanya perluasan pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan harapan pelanggan (Kotler, 2000). Sedangkan kepuasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan harapan pelanggan (Kotler, 2000). Sedangkan kepuasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pelanggan A.1 Definisi Kepuasan Pelanggan kepuasan secara umum dapat didefinisikan sebagai perasaan seseorang mengenai kesenangan atau kepuasan atau hasil yang mengecewakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi apapun baik dalam kondisi normal maupun kritis, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi apapun baik dalam kondisi normal maupun kritis, kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam situasi apapun baik dalam kondisi normal maupun kritis, kebutuhan dan keinginan masyarakat pada umumnya relative sangat bervariasi tidak terkecuali kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Otonomi Daerah dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Otonomi Daerah dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada Era Otonomi Daerah dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia maka rumah sakit harus dapat mandiri agar tetap eksis keberadaannya dengan senantiasa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Persaingan bisnis di Indonesia memacu para pelaku bisnis untuk mempertahankan

ABSTRAK. Persaingan bisnis di Indonesia memacu para pelaku bisnis untuk mempertahankan ABSTRAK Persaingan bisnis di Indonesia memacu para pelaku bisnis untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dibidang apapun juga yang mereka jalani. Dalam hal ini penulis memfokuskan diri pada bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan pasien merupakan fungsi dari penilaian pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien menerima pelayanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk terus mengoptimalkan kegiatan usahanya sebagai upaya memenangkan

I. PENDAHULUAN. untuk terus mengoptimalkan kegiatan usahanya sebagai upaya memenangkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat mengharuskan perusahaanperusahaan, baik itu yang bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa untuk terus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Menurut Goetsh dan Davis (dalam Tjiptono, 2002:51) Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut para pelaku bisnis untuk UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut para pelaku bisnis untuk UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era bisnis saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin bertambah ketat. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut para pelaku bisnis untuk mampu memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasien Pengertian Pasien Pasien merupakan pelanggan layanan kesehatan, tetapi pasien dalam hal ini hanya merupakan salah satu jenis pelanggan. Pelanggan layanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN MUTU (KEPUASAN PELANGGAN)_AEP NURUL HIDAYAH_(RKM )_REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN_POLITEKNIK TEDC BANDUNG

MANAJEMEN MUTU (KEPUASAN PELANGGAN)_AEP NURUL HIDAYAH_(RKM )_REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN_POLITEKNIK TEDC BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya jumlah rumah sakit menjadikan masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menentukan rumah sakit mana yang akan mereka pilih. Masyarakat akan memilih rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan, pesatnya teknologi

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK ABSTRAK Jimmy Email: jimmymannuel@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Service

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen Menurut Dewi (2013:1), konsumen adalah seseorang yang menggunakan produk dan atau jasa yang dipasarkan. Sedangkan kepuasan konsumen adalah sejauh mana harapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian rumah sakit Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya kualitas yang tinggi diharapkan akan mendapat tingkat kepuasan pelanggan. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang berasal dari perbandingan antara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang ketat. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut perusahaan untuk selalu

Lebih terperinci

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bagi para pelaku bisnis konveksi, mungkin kain perca hanya dianggap sebagai bagian dari limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi. Namun, lain halnya bagi para pelaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membawa dampak yang besar bagi perkembangan dunia bisnis. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya persaingan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus diprioritaskan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus diprioritaskan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus diprioritaskan oleh perusahaan adalah kepuasan konsumen agar dapat bertahan, bersaing dan menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi tersebut bisa membantu setiap aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi tersebut bisa membantu setiap aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Layanan sarana transportasi bagi masyarakat telah menjadi suatu kebutuhan yang utama. Kebutuhan yang dimaksud adalah bagaimana sebuah alat transportasi tersebut bisa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Tanggapan terhadap kualitas pelayanan KA Parahyangan dapat disimpulkan cukup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran 2.1.1 Definisi Manajemen Pemasaran Menurut Daryanto (2011:1), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan 15 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa terhadap Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan oleh Elmasnun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka. yang diberikan bagian Klinik Anak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka. yang diberikan bagian Klinik Anak. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka didapatkan kesimpulan bahwa: 1. Dari hasil kepuasan secara keseluruhan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Menurut Kotler yang dikutip oleh Kurniasari (2013:17) Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari usaha usaha manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari usaha usaha manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi merupakan suatu sarana yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berguna untuk memperlancar dan mempermudah aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Layanan Kesehatan 1. Pengertian Kualitas Layanan Kesehatan Kualitas layanan adalah cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN LINEN KOTOR DI UNIT LAUNDRY RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2016

ANALISIS PENGELOLAAN LINEN KOTOR DI UNIT LAUNDRY RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2016 ANALISIS PENGELOLAAN LINEN KOTOR DI UNIT LAUNDRY RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2016 Yana Nova Endiyono *) dr.zaenal Sugiyanto, M.Kes **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN JASA LAUNDRY PLACE LAUNDRA PUTRI SEKAR GERDANIA

PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN JASA LAUNDRY PLACE LAUNDRA PUTRI SEKAR GERDANIA PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN JASA LAUNDRY PLACE LAUNDRA PUTRI SEKAR GERDANIA 13210978 PENDAHULUAN Melihat situasi sekarang ini banyak sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor jasa dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Sektor jasa dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor jasa dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dinamika yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan berbagai industri jasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT TIKI JNE Komp. Ruko

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT TIKI JNE Komp. Ruko BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT TIKI JNE Komp. Ruko Setrasari Mall Blok C 1 # 49 Bandung dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK KEJURUAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK KEJURUAN DOKUMEN NEGARA P 1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian : Akomodasi

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA GUEST LAUNDRY PICK-UP / VALET Nomor IK-HK Disetujui : Revisi 01 Tanggal 01 Juni 2008

INSTRUKSI KERJA GUEST LAUNDRY PICK-UP / VALET Nomor IK-HK Disetujui : Revisi 01 Tanggal 01 Juni 2008 GUEST LAUNDRY PICK-UP / VALET Nomor IK-HK.05.001 Disetujui : 1 Siapkan data : - In house guest list, - Alat tulis, - Laundry list - dan laundry bag trolley. 2 Antara jam 08.00 s/d 10.00 petugas laundry

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan). BAB II LANDASAN TEORI A. Jasa Jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pemasaran Pengertian pemasaran secara konseptual kerap mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Berikut disajikan definisi pemasaran awal versi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemajuan perekonomian mempengaruhi kehidupan masyarakat. Peningkatan status sosial dan ekonomi masyarakat berakibat pada perubahan perilaku dan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Jasa Keunggulan suatu jasa akan sangat ditentukan oleh kualitas, keunikan dan manfaat yang diberikan oleh jasa tersebut, apakah sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gaya hidup masyarakat Indonesia di Era modern ini mengalami peningkatan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gaya hidup masyarakat Indonesia di Era modern ini mengalami peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia di Era modern ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal-hal yang menjadi indikator peningkatan tersebut dapat kita amati melalui

Lebih terperinci