Bab I. Pendahuluan. mungkin setiap individu dapat terlibat dalam setiap tahap proses politik. 1 Pemilihan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I. Pendahuluan. mungkin setiap individu dapat terlibat dalam setiap tahap proses politik. 1 Pemilihan"

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemilu lahir dari dua arus pemikiran yang bertentangan dalam demokrasi, yaitu adanya pengakuan atas hak individu untuk terlibat dalam proses politik, dan tidak mungkin setiap individu dapat terlibat dalam setiap tahap proses politik. 1 Pemilihan dan parlemen adalah perangkat representasi. Partai adalah sarana mobilisasi, sebagai suatu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, dan memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing. Serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara absah dan damai. 2 Reformasi pada Tahun 1998 yang meruntuhkan rezim represif orde baru menimbulkan perubahan yang sangat berarti bagi Indonesia. Di awal reformasi tepatnya pada tahun 1999, Indonesia mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu) yang di cap lebih demokratis karena diikuti oleh oleh 48 partai politik. Memang, partai politik telah menjadi mediator paling penting antara Negara dan masyarakat sipil. 3 Joseph Schumpeter mengatakan bahwa prosedur utama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat yang mereka pimpin. 4 1 Riswandha Imawan Membedah Politik Orde Baru Catatan Dari Kaki Merapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2 Ichlasul Amal Teori-teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Hlm, 1 3 Keith Faulks Political Sociology: A Critical Introduction. Edinburg Universiti Press. Ditertemahkan Helmi Mahadi dan Shoifullah. Bandung: Nusamedia. Hlm, Schumpeter dalam Samuel P Huntington Gelombang Demokratisasi Ketiga. Jakarta; PT Pustaka Utama Grafiti. Hlm, 4.

2 Setelah keran demokrasi dibuka, Golkar, PDI dan PPP mendapatkan pesaing yang sangat banyak pada Pemilu. Pada saat itu, elit dan masyarakat yang memang merasa terkekang kebebasan politiknya di zaman Orde Baru ikut merayakan kebebasan itu dengan membentuk parpol dan mengikuti Pemilu. Ini adalah bentuk luapan emosi mereka. Partai politik bagi mereka adalah saluran politik yang penting. Sejak era reformasi, Indonesia telah menggelar Pesta Demokrasi tersebut sebanyak 4 kali yakni tahun 1999, 2004, 2009 dan Pemilu 2004 merupakan Pemilu yang spesial karena pada saat itulah masyarakat Indonesia merasakan memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Hampir setengah abad lamanya masyarakat hanya dapat melihat wakil-wakil mereka yang duduk di MPR yang memilih Presiden lewat mekanisme Sidang Paripurna MPR. Namun, Seiring berjalannya waktu, jumlah partai politik yang mengikuti Pemilu pun mengalami dinamika. Pada tahun 1999 jumlah mencapai 48 parpol yang kemudian turun hanya menjadi 24 parpol peserta Pemilu Kemudian di Pemilu 2009 mengalami kenaikan jumlah menjadi 38 parpol ditambah 6 Parpol Lokal di Aceh 5. Selanjutnya pada Pemilu tahun 2014 mengalami penurunan drastis menjadi hanya 12 Parpol ditambah 3 parpol Lokal di Aceh. 6 Pada Pemilu 2009, terjadi kejutan dalam jagat perpolitikan Indonesia. Dua parpol pendatang baru yakni Gerindra dan Hanura menembus 10 besar Perolehan Suara Nasional yakni masing-masing diposisi 8 dan 9. Perolehan suara Gerindra sebesar 4,46 persen dengan 26 kursi di DPR dan Hanura sebesar 3,77 persen dengan 15 kursi di 5 Untuk lebih lengkapnya, data dapat diakses di 6 ibid

3 DPR. 7 Kedua partai tersebut di inisiasi oleh dua mantan kader Golkar yang juga pensiunan Jenderal yakni Prabowo Subianto (Gerindra) dan Wiranto (Hanura). Politik memang sangat dinamis dan sulit untuk di tebak. Dalam kontestasi yang sengit, setiap partai dan calon anggota legislatif berusaha memaksimalkan perolehan suara untuk dapat memenangkan kontestasi. 8 Partai Gerindra yang masih dapat dikatakan sebagai partai yang masih seumur jagung, mengalami perolehan suara yang bisa dibilang mengejutkan pada Pemilu Gerindra mendapat partai urutan ketiga dengan perolehan suara terbanyak yakni sebesar 11,81 persen dengan 73 kursi di DPR. Gerindra masih mengungguli partai Pemerintah pemenang Pemilu 2009 yakni Demokrat yang pada saat itu terperosok di peringkat 4 dengan perolehan suara sebesar 10,19 persen. 9 Gerindra pun dengan Koalisi Merah Putihnya pun sepakat mengusung duet Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sebagai Capres dan Cawapres. Mereka berusaha melawan kubu PDIP dan Koalisi Indonesia Hebatnya yang mengusung Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Pada level Provinsi, Gerindra mendapat persebaran suara yang cukup merata. Salah satu Provinsi dimana Gerindra mendapatkan kenaikan suara signifikan dari Pemilu sebelumnya yakni di Provinsi Riau. Pada Pemilu 2009, Gerindra hanya mendapat suara sebesar 3,65 persen di DPRD Provinsi Riau. Namun pada Pemilu 2014 melesat menjadi sebesar 8,82 persen. 10 Pelonjakan suara sebesar 2,5 kali lipat. Ini 7 ibid 8 Sigit Pamungkas Pemilu dan Perilaku Memilih dan Kepartaian, Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism. Hlm KPU, Op Cit. 10 Persentase diolah dari data KPU. Untuk lebih jelasnya lihat

4 merupakan kesuksesan luar biasa bagi Gerindra. Gerindra pun finish di urutan kelima di Provinsi Riau dibawah Partai Golkar, PDIP, Demokrat dan PAN. 11 Berikut merupakan data perbandingan jumlah kursi di DPRD Kab/kota, Provinsi dan DPR-RI. 12 Tabel 1.1. Perbandingan jumlah kursi yang diperoleh partai Gerindra pada Pemilu 2009 dan Pileg 2009 Pileg 2014 DPRD Pekanbaru 1 4 DPRD Kampar 2 5 D,PRD Kuansing 0 3 DPRD Siak 2 6 DPRD Rohul 1 5 DPRD Rohil 2 5 DPRD Inhu 1 4 DPRD Inhil 1 3 DPRD Bengkalis 0 4 DPRD Dumai 1 4 DPRD Pelalawan 0 4 DPRD Kep. Meranti 3 4 DPRD Prov. Riau 1 7 DPR RI 0 2 Dapat dilihat dari tabel perbandingan jumlah kursi Gerindra diatas, pelonjakan suara terjadi di semua daerah dan tingkatan pemilihan. Ini membuktikan bahwa Gerindra mampu menjadi partai papan atas di Bumi Lancang Kuning. Gerindra dapat memanfaatkan momentum Pemilu 2014 sebagai momentum kebangkitan partai. Momentum yang tepat dan langkah yang tepat membuat Gerindra berhasil meraih suara di Provinsi Riau pada tahun ibid 12 Data diolah dari buku KPU Pelaksanaan Pemilu Legislatif, Presiden dan Wakil Presiden di Provinsi Riau Tahun 2009.Pekanbaru: Sekretariat KPU Riau dan KPU Hasil Pemilu dan Profil Anggota DPRD Provinsi Riau Tahun 2014.Pekanbaru:Sekretariat KPU Riau.

5 Pada pemilu yang menganut sistem proporsional terbuka seperti sekarang, partai tidak menjadi terlalu penting dalam proses pencoblosan pemilu. sistem proporsional terbuka mengisyaratkan pemilih untuk langsung memilih para caleg yang bertarung. Ini tentu berbeda dengan zaman orde baru yang ketika pemilu, masyarakat hanya memilih partai. Dengan sistem proporsional terbuka ini, maka tidak jarang kekuatan individu caleg menjadi penentu. Popularitas pribadi dan kekuatan ekonomi caleg tersebut menjadi turut penting dalam proses pemilu. Dalam situasi ini tidak jarang bahwa suara yang diperoleh oleh para caleg yang ada dapat melebihi suara partai itu sendiri (yang mencoblos gambar partai). Namun anggapan ini tidak sepenuhnya terjadi pada Gerindra. Di Riau, suara yang memilih gambar partai lebih besar daripada suara para caleg yang bertarung, cukup seimbang dengan suara yang memilih salah satu caleg Gerindra yang bertarung. Ini mengindikasikan bahwa magnet sebuah partai bernama Gerindra masih terlihat menarik suara-suara masyarakat luas. Masyarakat yang hanya suka dengan Gerindra tanpa peduli siapapun calegnya maka akan mencoblos Gambar Gerindra. Tabel 1.2. Perbandingan Perolehan Suara Dari Pemilih yang Mencoblos Gambar Partai Geindra Dengan yang Mencoblos Caleg yang Meraih Suara Terbanyak pada DPR RI dan DPRD Prov. Riau Perbandingan Perolehan Suara Dari Pemilih yang Mencoblos Gambar Partai Geindra Dengan yang Mencoblos Caleg yang Meraih Suara Terbanyak Tingkatan Pemilihan Mencoblos Gerindra Mencoblos Caleg Peraih Suara Terbanyak DPR RI Dapil Rita Zahara: DPR RI Dapil Nurzahedy: DPRD Riau Dapil Taufik Arrahman: DPRD Riau Dapil Adriyan: 3.309

6 DPRD Riau Dapil Lampita P: DPRD Riau Dapil Siswaja Muliadi: DPRD Riau Dapil Hardianto: DPRD Riau Dapil Husni Thamin: DPRD Riau Dapil Joko. S: DPRD Riau Dapil Marwan Y: Dapat dilihat dari tabel 1.2 bahwa perbandingan suara yang mencoblos dengan suara caleg peraih suara terbanyak hampir seimbang. Perbandingan ini hanya berusaha menunjukkan bahwa ternyata di Riau, Gerindra sebagai partai juga banyak dipilih oleh masyarakat. Ini menjadi sangat menarik di zaman yang tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik turun, namun Gerindra dapat eksis dan menunjukkan kekuatannya sebagai partai baru yang dapat menjadi pilihan masyarakat. Banyak faktor yang menyebabkan Partai Gerindra mampu melesat menjadi partai papan atas baik di level nasional maupun di tingkat lokal. Faktor figur Prabowo Subianto sebagai aktor yang dianggap kharismatik dan berwibawa membuat nama Partai Gerindra terangkat kepermukaan. Sudah lazim di Indonesia ini partai dapat tetap eksis dikarenakan faktor figur/ketokohan seseorang dalam sebuah partai. 13 Selain itu kampanye masif yang dilakukan di media cetak dan elektronik juga merupakan faktor suara partai bisa mengalami pelonjakan. Partai Gerindra memanfaatkan media-media itu dengan cukup baik untuk mensosialisasikan program-program kerakyatan yang 13 Tokoh masih merupakan faktor utama alasan masyarakat memilih sebuah partai. Perhatikan fenomena SBY dan Demokrat, Megawati dan PDIP, Surya Paloh dan Nasdem, Wiranto dan hanura. Partai-partai ini masih mengandalkan kharismatik dan pengaruh tokoh sentral yang dimilikinya untuk meraup suara rakyat.

7 diusungnya. Total dana kampanye Partai Gerindra pada Pemilu 2014 mencapai Rp. 435 miliar dan merupakan dana kampanye terbesar dibandingkan dengan partai-partai lainnya. 14 Sebagian besar biaya kampanye itu dihabiskan untuk iklan-iklan di media elektronik dan cetak. Menurut Marwan Yohanis (Ketua DPD Gerindra Riau), Pelonjakan suara Partai Gerindra selain dikarenakan faktor ketokohan Prabowo Subianto dan faktor kampanye masif di berbagai media cetak dan elektronik, juga dikarenakan faktor strategi pemenangan yang dilakukan oleh pengurus dan segenap tim sukses pemenangan Partai Gerindra di level provinsi maupun kab/kota. Ini juga merupakan faktor utama yang membuat masyarakat di level grassroot memilih Partai Gerindra sebagai pilihan di Pemilu. 15 Poin strategi pemenangan Partai Gerindra inilah yang menurut peneliti sangat menarik di eksplorasi dalam penelitian ini. Mengelola strategi pemenangan tentunya bukan merupakan sesuatu yang mudah. Mengelola strategi pemenangan agar dapat mencapai target dibutuhkan rencana yang matang dan komprehensif. Selain rencana politik yang matang, dibutuhkan juga orang-orang yang berkompeten dan memahami seluk-beluk pemilihan umum dengan baik. Itu merupakan modal awal yang sangat penting dalam mengelola strategi pemenangan partai politik dalam pemilihan umum. Fokus yang diteliti pada penelitian ini adalah mengenai strategi Gerindra di Provinsi Riau yang dihimpun dari DPD Gerindra Provinsi Riau dalam memenangkan Pemilihan Umum Legislatif Admin Gerindra Habiskan RP. 434 miliar Dana Kampanye. diakses tanggal 6 Juli Wawancara dengan H. Marwan Yohanis, S.Sos Ketua DPD Gerindra Riau

8 Menarik sekali jika kita dapat menggali hal-hal apa saja yang bekaitan dengan perolehan suara yang cukup fantastis Partai Gerindra di Provinsi Riau. Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap dapat memberikan pengetahuan dalahm hal strategi pemenangan partai politik yang lebih mendalam kepada pembaca. Kemudian juga, diharapkan penelitian ini tentunya akan dapat menambah khazanah pengetahuan mengenai ilmu politik dan menjadi sumber referensi baru yang akan memperkaya karya penelitian sosial khususnya di bidang politik. B. Rumusan Masalah. Dengan latar belakang diatas, pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini adalah: Bagaimana Strategi Pemenangan Partai Gerindra di Riau pada Pemilu Legislatif 2014? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini tentunya bertujuan untuk mengetahui strategi pemenangan Gerindra Riau yang dihimpun dari DPD Gerindra Provinsi Riau pada Pemilihan Legislatif Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui secara teoritis dan praksis strategi pemenangan partai poltik dalam hal ini khususnya Partai Gerindra 2. Mengetahui siapa-siapa saja aktor yang berperan dalam Pemenangan Partai Gerindra

9 3. Menambah khasanah kajian poltik dari sudut partai politik dan Pemilihan Umum. D. Review Literatur Dalam sebuah penelitian, review literatur penting dilakukan untuk menunjukkan bahwa ada beberapa penelitian yang mirip, serupa maupun pararel yang pernah dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Rev iew literatur memuat teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian. Dalam penelitian kali ini, ditemukan beberapa sumber pustaka berupa skripsi dan thesis yang membahas tema yang pararel seputar strategi pemenangan pada pemilihan umum. Berikut beberapa penelitian berupa skripsi dan thesis yang peneliti temukan. 1. Penelitian berupa thesis yang dilakukan oleh Husen Mukandar (S2 PLOD JPP UGM) pada tahun 2006 yang berjudul Persaingan Partai Politik lama dan Partai Politik Baru dalam Pemilu: Studi Terhadap Strategi PPP dan PKS dalam Pemenangan Pemilu Legislatif Tahun 2004 di Kota Banda Aceh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif yang masuk dalam rumpun penelitian kualitatif. Penelitian ini pada dasarnya mengeksplorasi mengenai strategi pemenangan yang dilakukan oleh partai politik. Namun pada penelitian ini, ada hal yang di tonjolkan untuk diteliti yakni adanya partai politik lama yang diwakili oleh PPP dan partai politik baru yang diwakili oleh PKS. Kedua partai yang sama-sama bercorak Isla mi inilah yang diperbandingkan

10 strategi pemenangannya pada Pemilu 2004 di Kota Banda Aceh. Cukup banyak teori yang digunakan sebagai kerangka teori pada penelitian ini. Teori Partai Politik, Rasionalisasi Politik, Tipologi Partai, Basis Sosial, Klasifikasi Partai Politik, Teori Persaingan Partai, Strategi Politik dan Strategi Partai Politik. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa PPP cenderung lebih bersifat mempertahankan suara yang dimiliki dengan kampanye-kampanye program Islami dan lebih menyasar kepada kalangan masyarakat muslim tradisional sebagai target utama. Berbeda dengan PPP, PKS lebih memakai pendekatan dakwah-dakwah Islam oleh kader-kadernya untuk menyasar kelompokkelompok pengajian yang cukup banyak jumlahnya. PKS juga menyasar para pemilih permula yang belum berideologi sehingga PKS dapat meraup suara dengan cukup mudah pada golongan muda. 2. Penelitian berupa thesis yang dilakukan oleh M. Sarmin S.A (S2 PLOD JPP UGM) pada tahun 2006 yang berjudul Strategi Pemenangan Partai Politik: Studi Pada DPW PKS Prov. Maluku Utara di Pileg Penelitian ini di latarbelakangi oleh kemampuan PKS yang merupakan partai yang tergolong baru untuk mendapatkan suara yang cukup banyak di Provinsi Maluku Utara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini memakai beberapa teori sebagai kerangka teori yakni teori Strategi Politik, Tipologi Partai Politik, Basis Sosial Partai dan Teori Persaingan Partai. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa PKS menggunakan strategi-strategi yang komprehensif di lapangan. Kekuatan dan militansi kader juga menjadi faktor kunci mengapa PKS

11 mendapatkan suara yang cukup banyak pada Pemilu 2004 di Provinsi Maluku Utara. 3. Penelitian berupa thesis yang dilakukan oleh Samad Umarama (S2 Politik Pemerintahan dalam Islam UIN Sunan Kalijaga) pada tahun 2009 yang berjudul Strategi Pemenangan PKS: Studi di Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hadirnya partai bercorak Islam yakni PKS yang mendapatkan posisi yang cukup bagus pada perolehan suara Pemilu 2004 di Kabupaten Kepulauan Sula. Penelitian ini menggunakan beberapa teori sebagai kerangka teori yakni teori Strategi Politik, Tipologi Partai Politik, Basis Sosial Partai dan Teori Persaingan Antar Partai. Temuan dari penelitian ini bahwa strategi yang digunakan PKS merupakan perpaduan antara konsep manajemen pemasaran dengan konsep politik yang disesuaikan dengan karakteristik situasi dan kondisi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sula. Kemampuan PKS menangguk suara juga dikarenakan faktor tokoh-tokoh masyarakat seperti ustadz-ustadz yang merupakan kader PKS di masyarakat dapat mempengaruhi masyarakat. 4. Penelitian berupa thesis (S2 PLOD JPP UGM) yang dilakukan oleh Mahdani Muchtar pada tahun 2011 yang berjudul Strategi Pemenangan Calon Anggota Legislatif Partai Golkar dalam Pemilu: Studi Tentang Strategi Pemenangan Aziz Mahulette Calon Anggota Legislatif dari Partai Golkar di Dapil 3 Kabupaten Maluku Tengah pada Pemilu Metode yang dipakai pada penelitian ini adala metode Studi Kasus. Penelitian ini membahas mengenai strategi pemenangan yang dilakukan oleh pe rseorangan yakni seorang caleg dari dapil 3

12 Kabupaten Maluku Tengah yang berasal dari Partai Golkar. Aziz Mahulette merupakan satu-satunya caleg yang berhasil melebihi BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) di Kabupaten Maluku Tengah. Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian ini sehingga untuk mengetahui strategi pemenangan yang dilakukan oleh Aziz Mahulette menjadi menarik dan menjadi tanda tanya. Kerangka teori pada Penelitan ini memakai teori Modalitas yang terbagi menjadi Modalitas Sosial, Modalitas Politik dan Modalitas Ekonomi. Modalitas itu merupakan faktor utama mengapa Aziz Mahulette mendapat kemenangan fantastis dalam Pemilu Modalitas Sosial, Politik dan Ekonomi yang sudah terakumulasi dalam waktu lama sebelum pemilihan pada akhirnya terkonversi menjadi suara dalam Pemilu. Itulah temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini. 5. Penelitian berupa skripsi (S1 JPP FISIPOL UGM) yang dilakukan oleh Budi Raharjo pada tahun 2015 yang berjudul Strategi Pemenangan Partai Nasdem pada Pemilu 2014 di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif. Penelitian ini membahas mengenai strategi pemenangan partai Nasdem. Sebuah partai yang masih tergolong baru yang berhasil meraih perolehan suara diatas ambang batas (Parliamentary Treeshold) pada Pemilu Partai besutan Surya Paloh ini mendapatkan suara sebesar 6,72% ( ) bahkan melebihi Partai Hanura yang tergolong partai yang terlebih dahulu mengikuti Pemilu. Teori yang digunakan sebagai kerangka teori adalah teori Strategi Pemenangan Partai Politik yang meliputi Strategi Pencitraan Media, Strategi Pengembangan Infrastruktur Partai dan Strategi Pendanaan. Temuan penelitian ini adalah partai Nasdem mampu membentuk citra bagus di

13 media. Partai Nasdem mencitrakan dirinya sebagai partai yang mengusung Restorasi Indonesia. Pada proses pengembangan infrastruktur partai, partai Nasdem mampu membentuk infrastruktur partai hingga 100% hingga ketingkat kecamatan dalam waktu 4 bulan. Ini cukup fantastis namun menunjukkan keseriusan Nasdem untuk ikut dalam kancah perpolitikan nasional. Pada proses pendanaan, partai Nasdem mampu memberikan bantuan dana yang cukup besar kepada para kader yang berkompetisi pada Pemilu. itu merupakan kontrol Partai Nasdem agar kadernya tidak melakukan politik uang. Inilah strategi yang membuat Partai Nasdem memperoleh suara diatas ambang batas pada Pemilu Beberapa penelitian tersebut merupakan penelitian yang mempunyai tema yang hampir sama yakni perihal strategi pemenangan pada Pemilu. Dalam penelitian yang peneliti lakukan kali ini memuat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Pertama dari segi fokus kajian yang diteliti. Peneliti menjadikan Partai Gerindra sebagai partai yang diteliti strategi pemenangannya namun membatasi pada level DPD Gerindra Provinsi Riau. Selanjutnya dari segi teori yang digunakan, peneliti menggunakan strategi politik dengan pendekatan Political Marketing. Konteks periode waktu penelitian juga berbeda karena dalam penelitian ini peneliti mengambil Pemilu 2014 mengingat itu merupakan Pemilu yang terakhir kali dilaksanakan sebelum penelitian ini dimulai. Pemilu 2014 yang memang belum lama usai juga membuat penelitian ini dapat up to date dengan realita politik yang ada sekarang ini.

14 E. Kerangka Teori Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep strategi politik dengan menggunakan pendekatan political marketing sebagai teori utama yang mengkerangkai penelitian ini. Political marketing diharapkan dapat membantu peneliti untuk mengeksplorasi strategi pemenangan yang dilakukan oleh Partai Gerindra pada Pemilu 2014 di Provinsi Riau. E.1. Makna Strategi Politik Strategi adalah hal yang paling penting ketika individu maupun kelompok ingin bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi merupakan hal mutlak yang harus dirancang matang-matang. Strategi sangat bermanfaat dalam berbagai perihal. Dalam dunia politik jelas, strategi mutlak dibutuhkan. Strategi politik pun menjadi hal yang penting apalagi ketika berhadapan dengan Pemilu. Strategi politik akan sangat berguna terutama pada saat Pemilu. Semua pelaku politik mulai dari partai politik, individu yang berpartisipasi dalam politik hingga terkadang birokrat pun akan merancang berbagai strategi politik yang akan dilancarkan demi menggapai kepentingan. Gatot Widyanto dalam Doddy Rudianto menyatakan bahwa asal mula strategi berasal dari lingkungan militer. Sekitar 500 tahun SM, Jenderal Sun Tzu mengartikan strategi sebagai salah satu cara untuk dengan mudah menaklukkan lawan. Bahkan bisa dengan tanpa pertempuran. Strategi diperlukan ketika ada

15 lawan. 16 Faudy Tjiptono menyebutkan istilah strategi berasal dari bahasa latin Yunani yakni Strategia yang berarti seni atau ilmu untuk menjadi seorang Jenderal. Pengertian ini jelas merujuk pada zaman dahulu yang memang sangat sering terjadi perang. Jenderal sangat dibutuhkan untuk memimpin dan memenangkan pertempuran. Namun seiring dengan perkembangan zaman, makna strategi pun perlahan-lahan berubah. Ketika melihat sejarah, kata strategi merupakan kata yang muncul setelah adanya dunia industrialisasi. Pada saat itu muncul strategi perusahaan yang diperlukan dalam kepemimpinan terencana atas orang-orang dalam satu perusahaan. 17 Ketika masuk dalam dunia politik pun tentunya strategi menjadi strategi politik. Dalam hal ini, pelaku poltik menggunakan strategi politik untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Dapat dikatakan secara ringkas bahwa strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk mewujudkan cita-cita politik. 18 Menurut Peter Schroder strategi itu sendiri selalu memiliki tujuan yakni kemenangan. Kemenangan akan tetap menjadi fokus baik yang tercermin dalam mandatnya, dalam perolehan suara, dalam sebuah kemenangan pemilu bagi kandidatnya atau dalam mayoritas bagi suatu peraturan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Prihatmoko mendefinisikan bahwa pada konteks pemilu, strategi adalah 16 Doddy Rudianto dan Budi Sudjiono Manajemen Pemasaran Partai Politik. Jakarta:Citra Mandala Pratama. Hal ibid 18 Peter Schoder Strategi Politik. Jakarta: Nomos baden-baden. Hlm. 8

16 segala rencana dan tindakan yang dlakukan untuk memperoleh kemenangan dan meraih dukungan pemilih dalam pemilu. 19 Terkait strategi partai politik, Firmanzah menjelaskan bahwa strategi partai politik dapat dibedakan dalam beberapa hal. Pertama, strategi yang terkait dengan penggalangan dan mobilisasi massa dalam pembentukan opini publik ataupun selama periode pemilihan umum. Strategi ini penting dilakukan untuk memenangkan perolehan suara yang mengandung kemenangan suatu partai politik ataupun kandidat yang diusungnya. Melalui pemenangan suara, suatu partai politik ataupun kandidatnya akan dapat mengarahkan kebijakan politik di Negara yang bersangkutan agar sesuai dengan tujuan dan cita-citanya, sehingga bentuk dan struktur masyarakat ideal yang diinginkan akan dapat diwujudkan. Kedua, strategi partai politik untuk berkoalisi dengan partai lain. Cara ini dimungkinkan sejauh partai yang diajak berkoalisi itu konsisten dengan ideologi partai politik yang mengajak berkoalisi dan tidak hanya mengejar tujuan praktis, yaitu memenangkan pemilu. Pemilihan partai yang akan diajak berkoalisi perlu mempertimbangkan image yang akan ditangkap oleh masyarakat luas. Ketiga, strategi partai politik dalam mengembangkan dan memberdayakan organisasi partai politik secara keseluruhan. Mulai dari strategi penggalangan dana, pemberdayaan anggota dan kaderisasi,penyempurnaan mekanisme pemilihan anggota serta pemimpin partai. Keempat, partai politik membutuhkan startegi umum untuk bisa terus menerus menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, 19 Joko Prihatmoko Menang Pemilu di Tengah Badai Oligarki Partai. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Hlm, 160

17 seperti peraturan pemerintah, lawan politik, masyarakat, LSM, pers dan media serta kecenderungan kecenderungan dilevel global. 20 E.2. Strategi Politik dengan Pendekatan Political Marketing Strategi politik adalah faktor kunci agar para pelaku politik dapat mencapai kemenangan politik. Berbagai pelaku politik harus dapat merancang hingga mengaplikasikan strategi politik dengan tepat dan terukur. Ketika melihat dalam konteks manajemen, stategi dikenal dengan istilah management-strategic. Seringkali, konsep-konsep manajemen pemasaran diaplikasikan oleh para partai politik terutama mengenai perihal strategi pemasaran. Ketika masuk dalam dunia politik maka dikenal istilah political marketing. Dalam percaturan politik dewasa ini parpol mulai menggunakan pendekatan marketing sebagai model untuk menggaet dukungan pemilih. di Indonesia, penerapan konsep pemasaran dalam politik dimulai dari tahun 1998 semenjak keran demokrasi dibuka. Dengan jumlah partai yang banyak, iklim kebebasan untuk mengekspresikan dan mempraktekkan berbagai disiplin dan profesi mendorong munculnya berbagai langkah terobosan dalam dunia politik. 21 Political Marketing selain sebagai sebuah metode, ia pun adalah sebagai pendekatan baru dalam ilmu politik itu sendiri Firmanzah Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm, Adman Nursal Political Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm, 5 22 Newman dan Seth dalam Agustino Leo Mengungkap Politik Kartel: Studi tentang sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi. Jakarta: Gramedia. Hlm, 212

18 Dalam pendekatan Political Marketing, para pemilih dalam suatu pemilu tidak sama dengan para konsumen yang membutuhkan produk bisnis. Popkin mengutarakan bahwa para pemilih bukanlah konsumen. Pemilih adalah investor, dan pilihan adalah investasi yang ditanamkan untuk produk-produk milik publik. Investasi tersebut dibayar mahal dengan informasi yang tidak sepurna dalam kondisi ketidakpastian. Bagaimana hasil investasinya sangat bergantung pada pilihan investasi yang dilakukan orang lain. Bisa saja investasinya tidak akan berguna jika orang lain tidak membuat pilihan investasi yang sama. Mengacu pada Popkin, setidaknya ada empat hal yang membedakan pilihan politik dengan pilihan terhadap produk-produk konsumtif. Pertama, memilih partai atau kandidat tidak sama dengan membeli sebuah pesawat televisi. Para pemilih adalah investor publik, bukan para konsumen pribadi. Para pemilih tidak segera mendapatkan manfaat nyata untuk diri sendiri atas pilihan yang dijatuhkan sbagaimana manfaat pesawat televisi yang bisa segera dirasakan, tapi berharap mendapatkan manfaat masa depan. Kedua, pilihan publik juga berbeda dengan pilihan pribadi karena insentif untuk mencari informasi tidaklah sama. Pencarian informasi untuk pembelian barang-barang kebutuhan pribadi segera terasa manfaatnya sedangkan pilihan politik tidak seperti itu. Ketiga, pilihan politik merupakan tindakan kolektif dimana kemenangan ditentukan oleh keberhasilan memperoleh sejumlah tertentu suara. Jadi untuk menjatuhkan pilihan dan memperkirakan manfaat pilihan, seseorang pemilih juga akan mempertimbangkan pilihan orang lain. Keempat, para pemilih akan menduga

19 kemampuan partai atau kandidat pilihannya memenuhi janji. Kemampuan ini juga terkait dengan orang-orang lain yang akan dilibatkan dalam pemenuhan janji itu. 23 Ada beberapa pendekatan yang menggunakan kerangka berfikir political marketing yang juga telah dipakai dalam strategi politik. Antara lain: 24 a. Segmentasi Segmentasi adalah kelompok orang yang dengan suatu cara yang sama memberikan tanggapan terhadap seperangkat rangsangan pemasaran tertentu. Jelasnya, segmen adalah suatu kelompok yang mempunyai tanggapan yang sama. Partai politik pun sudah banyak yang tidak lagi menganut pemasaran secara massal, tetapi menggunakan segmentasi pasar agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Segmentasi sendiri dapat dibagi kedalam empat kategori, yaitu: 1) Segmentasi Geografik, yaitu pembagian pasar menjadi unit-unit geografis seperti suku, ras, provinsi, kabupaten, kelurahan, desa dan dusun. 2) Segmentasi Demografik, yaitu pemilahan pasar menjadi kelompokkelompok berdasarkan variabel demografi misalnuya seperti jenis kelamin, umur, agama, profesi, pendidikan dsb. 3) Segmentasi Psikografis, yaitu konstituen dibagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, sifat atau kepribadian 23 Nursal. Op Cit. Hlm, Badjuri Widagdo. (2004). Manajemen Pemasaran Partai Politik Menangkan Pemilu. Jakarta: PT. Gunung Agung. hlm. 66

20 4) Segmentasi Perilaku, yaitu konstituen dibagi menjadi kelompokkelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, tanggapan, manfaat, status, kesetiaan, kesiapan, perhatian terhadap kemanusiawian dsb. Segmentasi pada dasarnya berguna untuk mengenal lebih jauh kelompok-kelompok pemilih yang berguna untuk mencari peluang, menggerogoti segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani dengan baik, mendesain produk, dsb. 25 Untuk menetapkan segmen-segmen menjadi sasaran, terdapat tiga pilihan strategi yang sering digunakan untuk menggarap segmen-segmen pasar yang telah dilakukan. Ketiga strategi itu adalah: 26 1) Strategi pemasaran serba sama (Undifferentiated-marketing). Yaitu strategi yang diterapkan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan setiap segmen. Strategi ini bertujuan untuk meraih pemilih sebanyak mungkin dengan merancang sutau program pemasaran guna membidik sebagian besar pemilih. 2) Strategi pemasaran serba aneka (a differentiated marketing strategic). Yaitu merancang beberapa program pemasaran untuk segmen-segmen yang berbeda. Dengan cara ini diharapkan suatu partai peserta Pemilu memiliki posisi yang kuat disetiap segemen. Strategi ini efektif jika programprogram itu diikat suatu benang merah yang membentuk persepsi bahwa 25 Nursal. Op Cit. Hlm Kotler dan Amstrong dalam Adman Nursal. Ibid., hlm. 159.

21 secara umum partai menawarkan program besar yang sama dan konsisten pada setiap segmen meskipun dengan penyeusaian-penyesuaian tertentu. 3) Strategi pemasaran terpusat (consentrated marketing strategic). Yaitu strategi yang digunakan untuk membidik satu atau beberapa segmen pasar. Prinsipnya, lebih baik merangkul bagian pasar yang luas dari satu atau sejumlah segmen daripada memperoleh pasar yang sedikit dari segmen yang luas. b. Targeting Targeting adalah pemilihan fokus pada suatu segmen tertentu yang ingin dicapai atau dijadikan sebagai basis utama pendukung partai. Dengan kata lain, targeting adalah keputusan untuk membidik suatu kelompok pemilih tertentu yang diperkirakan mudah diraih. 27 Sebelum menentukan target, hal yang penting diketahui adalah dengan memahami terlebih dahulu wilayah pemilihan. Perlu juga dianalis sebaran pemilih secara geografis dan bagaimana cara mendekati pemilih secara efektif dan efisien. c. Positioning (Penentuan Posisi) Dalam ilmu politik, positioning adalah usaha pesan politik atau menjejalkan sesuatu mengenai sebuah partai politik ke dalam konstituen dan atau calon konsumen. Positioning juga berarti strategi komunikasi untuk menanamkan citra tertentu kepada satu atau beberapa kelompok pemilih. Penentuan posisi ini dimaksudkan untuk menempatkan sebuah partai politik atau dengan kata lain 27 Rudiyanto. Op cit., Hlm. 21

22 bagaimana memosisikan kedudukan partai politik agar dapat diterima. Itu harus diungkapkan dalam pernyataan yang mudah diingat dan dapat dipercaya dalam komunitas masyarakat. Penggunaan simbol-simbol atau jargon politik dapat dugunakan untuk mencari simpati masyarakat. Ini akan mempuat sebuah partai politik ter branding dengan baik ditengah masyarakat. Adapun jenis-jenis posisi partai politik antara lain: 28 1). Posisi partai berdasarkan kategori partai tersebut. Misalnya, sebuah partai memosisikan dirinya sebagai partai Nasionalis-Relgius. Akan tetapi posisi ini terlalu umum sehingga tidak akan muncul perbedaan bagi pemilih jika dibandingkan dengan partai Nasionalis-Religius lainnya. 2). Posisi partai bedasarkan atribut tertentu. Misalnya sebuah partai menyatakan dirinya sebagai partai besar yang memiliki sumber daya yang besar yang bisa dikerahkan untuk mewujudkan janji-janji politiknya kepada masyarakat. 3). Posisi partai berdasarkan benefit, dimana partai akan memberikan citra tertentu yang akan memberikan pendidikan gratis, atau partai yang memperjuangkan nasib kaum-kaum tertentu. 4). Posisi partai berdasarkan kategori pemilih. Misalnya, partai memosisikan dirinya sebagai wong cilik atau partai-partai kelompok sosial tertentu. 28 Adman Nursal. Op cit., Hlm. 155

23 Dari posisi yang sudah diambil oleh masing-masing partai politik, ada beberapa kombinasi strategi yang bisa di aplikasian untuk meraih simpati masyarakat luas. Strategi posisi itu antara lain: 29 1). Strategi penguatan (reinforcement strategy), yaitu strategi yang digunakan oleh sebuah partai politik/kontestan yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan melalui kinerja politik selama mengemban jabatan politik tertentu 2). Strategi rasionalisasi (rationalization theory), yaitu strategi yang dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah memilih partai politik tertentu karena sebelumnya telah berhasil mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih, akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. 3). Strategi bujukan (inducement strategy), yaitu strategi yang digunakan oleh partai politik yang mempersepsikan dirinya memiliki citra tertentu dan memiliki kinerja atau atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya. 4). Strategi konfrontasi (confrontation strategy), yaitu strategi yang diterapkan kepada para pemilih yang telah memiliki partai politik dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian partai tersebut tidak mengahasilkan kinerja yang memuaskan pemilih. 29 ibid

24 F. Defenisi Konseptual Defenisi Konseptual adalah batasan-batasan yang diterapkan bagi konsep penelitian. Tujuan nya adalah untuk menghindari ambiguitas pemaknaan variabelvariabel dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa defenisi konseptual yang perlu dipahami dalam penelitian ini: 1. Partai Politik. Partai Politik merupakan kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik. 2. Pemilihan Umum Legislatif Pemilihan Umum Legislatif merupakan pemilihan umum yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali yang bertujuan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Dalam penelitian ini hanya mencakup pada DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota 3. Calon Anggota Legislatif. Calon anggota legislatif adalah orang yang mencalonkan diri dalam Pemilu untuk menduduki jabatan anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. 4. Strategi Politik Strategi Politik merupakan strategi yang digunakan oleh para pelaku politik untuk mencapai kemenangan politik.

25 5. Strategi Pemenangan Partai Politik Strategi Pemenangan Partai Politik adalah upaya yang dilakukan oleh partai politik untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam pemilihan umum. G. Defenisi Operasional Defenisi Operasional merupakan defenisi yang menunjukkan indikatorindikator sesuatu gejala sehingga memudahkan pengukurannya. Defenisi operasional pada penelitian ini fokus pada political marketing yang kemudian terjabarkan dalam beberapa poin di bawah ini: 1. Segmentasi: Pada poin segmentasi, yang dilihat adalah bagaimana cara Gerindra memilah kategori kelompok pemilih dan alasan dilakukannya pemilahan berdasarkan cara tersebut. 2. Targeting: Pada poin targeting, yang dilihat adalah kelompok pemilih apa saja yang ditargetkan Gerindra sebagai basis suara yang akan digarap pada Pemilu 2014 di Riau. Selanjutnya adalah alasan mengapa kelompok itu dijadikan target utama. 3. Positioning: Pada poin positioning, yang dilihat adalah posisi Partai Gerindra/pencitraan yang ditonjolkan dan ditanamkan kebenak masyarakat luas. Selanjutnya juga dilihat bagaimana alasan dan cara penanaman citra tersebut.

26 H. Metode Penelitian H.1. Jenis Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus yang masuk dalam rumpun penelitian kualitatif. Robert K. Yin berpendapat bahwa studi kasus adala sebuah cerita yang unik, spesial atau menarik. Cerita kasus ini dapat berfokus pada suatu individu, organisasi, proses, lingkungan sekitar, institusi atau kejadian sekitar. Hal yang dikaji melalui desain studi kasus ini yaitu penjelasan mengapa sesuatu yang menarik itu bisa terjadi, bagaimana implementasinya dan apa yang dihasilkan dari sesuatu yang menarik itu. 30 Menurut Bogdan dan Bikien studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting. 31 Mengetahui strategi pemenangan yang dilakukan Partai Gerindra di Provinsi Riau dalam Pemilihan Legislatif 2014 tentunya sangat cocok apabila menggunakan metode studi kasus. Peneliti beranggapan kehadiran Gerindra 30 Robert K. Yin Case Study Research (Design and Methodes, 3rd ed). London: Sage Publication. Hlm Sotirius Sarantakos Social Research. Australia: Machmillan Education Australia PTY LTD. Hlm. 263.

27 sebagai partai baru dan mampu menyaingi kekuatan partai lama di Bumi Lancing Kuning merupakan suatu yang unik dan khas. Ditambah lagi, partai besutan Prabowo Subianto ini perolehan suaranya hampir merata di semua daerah. Dimensi strategi pemenangan merupakan fokus pada penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat mengeksplorasi secara mendalam dan menyeluruh untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. H.2. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua jenis data, yakni: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang dihimpun langsung dari sumber data. Data ini biasanya digali dengan wawancara maupun observasi mendalam kepada narasumber-narasumber yang terkait dengan judul penelitian ini. Data primer biasanya juga bersifat subyektif dikarenakan berasal dari sudut pandang narasumber. Data primer akan digali melalui wawancara dengan pengurus DPD Partai Gerindra Provinsi Riau beserta para calon anggota legislatif/anggota legislatif Partai Gerindra yang duduk di parlemen. 2. Data Sekunder. Data sekunder merupakan data yang berasal dari berbagai dokumen maupun literatur yang dianggap terkait dengan judul penelitian. Data sekunder cenderung lebih obyektif. Dokumen maupun literatur dapat berupa video, majalah maupun buku-buku yang berkaitan dengan Gerindra. Mengenai sumber data, maka data dalam penelitian ini diambil dari: 1. Orang (person)

28 Sumber data langsung diperoleh melalui orang-orang yang terkait dengan penelitian ini. Orang-orang tersebut dapat bersal dari kalangan pimpinan Partai Gerindra DPD Provinsi Riau, Anggota Partai Gerindra Provinsi Riau, Anggota DPRD Provinsi, Caleg-Caleg Gerindra yang ikut berkompetisi dalam Pemilihan Legislatif, Tim Sukses Gerindra, KPU Provinsi Riau dan lain sebagainya yang dianggap penting untuk dimintai data yang terkait dengan penelitian ini. 2. Tempat (place). Tempat penelitian diperolehnya data adalah Kantor DPD Gerindra Provinsi Riau dan Kantor KPU Provinsi Riau serta tempat-tempat lainnya yang berkenaan dengan sumber data dalam penelitian ini. 3. Paper/Dokumen Studi kepustakaan yaitu dengan menggali literatur-literatur yang ada. Literatur tersebut dapat berupa buku, makalah dan hal-hal lain yang bersifat cetak. Literatur dapat berupa AD/ART Gerindra, buku-buku maupun majalah yang membahas Partai Gerindra, maupun buku-buku lain yang membahas mengenai dunia partai dan strategi politik.

29 H.3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, ada dua teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan guna menghimpun data. Teknik pengumpulan data tersebut adalah: 1. Wawancara mendalam Wawancara mendalam merupakan teknik utama dalam mengumpulkan data. Peneliti berusaha melakukan wawancara mendalam dengan orang-orang yang dianggap penting untuk dimintai keterangan. Yang dilakukan pertama sekali adalah melakukan pemetaan mengenai siapa saja orang akan dijadikan narasumber. Hal ini sangat penting karena narasumber haruslah orang yang tepat untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian agar penelitian dapat akurat dan efisien. Dalam wawancara mendalam, peneliti juga berusaha membangun kepercayaan (trust) dengan narasumber sehingga data pun di dapat dengan jelas dan lengkap. Kepercayaan juga merupakan faktor kunci dalam menggali data kepada narasumber. Wawancara mendalam dengan pengurus DPD Gerindra Riau dan calon anggota legislatif/anggota legislatif di DPR-RI, DPRD Provinsi maupun Kab/Kota merupakan sumber data utama dalam penelitian ini. 2. Studi Kepustakaan Peneliti mencari berbagai literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini. Peneliti akan mencari buku-buku yang terkait dengan penelitian ini sehingga data menjadi lebih lengkap. Data seperti AD/ART Partai dan hal lain yang berkenaan dengan Gerindra terutama terkait strategi pemenangan Gerindra di Provinsi Riau akan menjadi data yang sangat penting.

30 H.4. Teknik Analisa Data Data-data yang sudah terkumpul terlebih dahulu di kelompokkan berdasarkan sumber data yakni mana yang berasal dari wawancara dan studi literatur. Data yang berasal dari studi literatur dapat menjadi data pelengkap (pelengkap data wawancara). Data wawancara merupakan data primer yang kemudian akan dirangkai dan dianalisis. Selanjutnya, data-data yang ada mulai dirangkai atau dihubungkan antara satu bagian dengan bagian yang lain sehingga terjadi keteraturan antar data yang satu dengan yang lain. Setelah di rangkai dengan sempurna, tentunya dapat ditarik kesimpulan dari data-data yang sudah terangkai. Dengan itu maka penelitian ini menjadi penelitian yang baik dan mudah dicerna pembaca. I. Sistematika Penulisan 1. Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan, review literatur, kerangka teori, defenisi konseptual, defenisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. 2. Bab II : Perjalanan Gerindra Memenangkan Pemilu Bab ini membahas mengenai perjalanan Gerindra dalam memenangkan Pemilu Bab ini menceritakan tentang peran DPD Gerindra Riau pada Pemilu 2014, pengalaman Gerindra di Pemilu 2009, Perihal Bappilu, Persiapan Gerindra menghadapi Pemilu 2014 dan pembekalan caleg.

31 3. Bab III : Hasil yang Diperoleh Gerindra Pada Pemilu 2014 di Riau Bab ini mengeksplorasi mengenai hasil yang diperoleh Gerindra pada Pemilu 2014 di Riau. Bab ini berisikan perolehan kursi dan suara secara lengkap dari level DPRD Kab/Kota, DPRD Provinsi dan DPR RI. selanjutnya dijelaskan juga mengenai persaingan partai, konflik internal dan rintangan yang dihadapi Gerindra pada Pemilu Bab IV : Strategi Pemenangan Partai Gerindra Bab ini membahas perihal strategi politik yang dilakukan oleh Gerindra. Bab ini mengacu pada political marketing yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini 5. Bab V : Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dan implikasi teori dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya.

Bab V. Penutup. masyarakat sebanyak-banyaknya. Partai berbondong-bondong menjual diri untuk. suara. Sebuah proses yang tentunya sangat melelahkan.

Bab V. Penutup. masyarakat sebanyak-banyaknya. Partai berbondong-bondong menjual diri untuk. suara. Sebuah proses yang tentunya sangat melelahkan. Bab V Penutup A. Kesimpulan Dalam menghadapi Pemilu, tentu dibutuhkan Strategi Pemenangan. Partai Politik sebagai kontestan utama mempersiapkan segalanya agar dapat meraih suara masyarakat sebanyak-banyaknya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi tentang marketing politik merupakan suatu kajian yang menarik untuk dibahas dalam era demokrasi yang dianut Indonesia saat ini. Dimana dalam sebuah negara demokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing

Lebih terperinci

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental (Adinda Tenriangke Muchtar, Arfianto Purbolaksono The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research) http://www.shnews.co/detile-28182-gelombang-efek-jokowi.html

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena partai politik merupakan prasyarat utama di dalam sebuah Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karena partai politik merupakan prasyarat utama di dalam sebuah Negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik adalah suatu keniscayaan dalam sebuah Negara demokrasi. Karena partai politik merupakan prasyarat utama di dalam sebuah Negara yang mengaku menggunakan

Lebih terperinci

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014 BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014 1 Rebutan dukungan di 5 Kantong Suara Terbesar (NU, Muhammadiyah, Petani, Buruh, dan Ibu Rumah Tangga) Empat puluh hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi Komunikasi Politik adalah perencanaan komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh dengan sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan Daerah dan Ormas Partai Desak Munas Minggu, 24 Agustus 2014 JAKARTA, KOMPAS Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2004-2009 Jusuf Kalla mengatakan, tradisi Partai Golkar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum presiden 2014 semakin ketat dan sangat bersaing tidak hanya dibutuhkan kemampuan dari kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016 PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016 Paska Munaslub : Golkar Perlu Branding Baru? Paska Munaslub dengan terpilihnya Setya Novanto (Ketum) dan Aburizal

Lebih terperinci

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan di Indonesia, untuk yang kedua kalinya menjadi peserta di Pemilu 2014. Sebagai partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan media massa, baik elektronik maupun cetak mengalami pertumbuhan luar biasa. Indikasinya, bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah media massa yang terus mengalami

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. Design-Layout

TIM PENYUSUN. Pengarah. Design-Layout 1 Photo Book KPU_dummy.indd 1 21/12/2015 3:44:26 PM TIM PENYUSUN Pengarah Husni Kamil Manik Ida Budhiati, SH., MH Sigit Pamungkas, S.IP., MA Arief Budiman, S.S., S.IP., MBA Dr. Ferry Kurnia Rizkiyansyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

Kebangkitan Seminggu Terakhir. Head to Head Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta

Kebangkitan Seminggu Terakhir. Head to Head Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta Kebangkitan Seminggu Terakhir Head to Head Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta Survei Juli 2014 Kebangkitan Seminggu Terakhir Head to Head Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta Menjelang finish pertarungan Pilpres 2014, tren

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keinginan dan tuntutan adanya pemilihan langsung sebenarnya diilhami praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek politik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi BAB IV PENUTUP 4.1.Kesimpulan Menjadi pemain baru dalam pemilu di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Semua hal mulai dari syarat untuk menjadi partai, syarat lolos verifikasi untuk menjadi peserta pemilu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan pesta, yang di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2014. Pemilu

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia politik adalah suatu pasar, dalam pasar itu terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan. Dan seperti halnya pertukaran dalam dunia bisnis yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek politik di Indonesia telah berkembang sedemikian pesat dengan memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal ini didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di pemerintahan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014 Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri LSI DENNY JA November 2014 Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segera Bubarkan Diri Mayoritas publik. sebesar 61. 20 %, ingin DPR tandingan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di masa yang akan datang, sebab kebijakan di masa depan akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. negara di masa yang akan datang, sebab kebijakan di masa depan akan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan peristiwa politik yang sangat erat kaitannya dengan sistem demokrasi yang diterapkan suatu negara. Hasil dari pemilu ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan

Lebih terperinci

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu 2009 merupakan pemilu ketiga yang dilaksanakan selama Era Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat Nasional,

Lebih terperinci

2014 : PEMERINTAHAN GOLKAR ATAU PEMERINTAHAN PDIP? Lingkaran Survei Indonesia Februari 2014

2014 : PEMERINTAHAN GOLKAR ATAU PEMERINTAHAN PDIP? Lingkaran Survei Indonesia Februari 2014 2014 : PEMERINTAHAN GOLKAR ATAU PEMERINTAHAN PDIP? Lingkaran Survei Indonesia Februari 2014 1 Kata Pengantar 2014: Pemerintahan Golkar atau Pemerintahan PDIP? Pemilu 2014 nantinya ditandai oleh satu monumen

Lebih terperinci

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014 13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014 1 13 Hari Yang Menentukan Tiga belas hari menjelang pemilu presiden 9 Juli 2014, total pemilih yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK Agustus 2014 Harapan & Ancaman Jokowi - JK Pemerintahan Jokowi JK secara resmi akan dilantik pada Oktober mendatang. Harapan publik pada pemerintahan ini berada di posisi

Lebih terperinci

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014 PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014 Kata Pengantar PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Pemilu Legislatif 2014 telah selesai

Lebih terperinci

Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok'

Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok' Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok' TEMPO.CO 15 Oktober 2012 Lihat Foto TEMPO.CO, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia memprediksi nasib partai Islam pada Pemilu 2014 bakal melemah.»partai dan tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah atau seringkali

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah atau seringkali I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum kepala daerah wakil kepala daerah atau seringkali disebut pilkada atau pemilukada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah wakil kepala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1998, Indonesia mengawali Era Reformasi. Sejak itu telah

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1998, Indonesia mengawali Era Reformasi. Sejak itu telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1998, Indonesia mengawali Era Reformasi. Sejak itu telah terjadi perubahan sistem politik di Indonesia secara radikal. Sistem politik pada Era Orde Baru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. PEMBAHASAN Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses Pencalonan Non Partai Pemilihan Kepala Daerah (Tanggapan Partai Politik Khusus DIY) dapat dijabarkan

Lebih terperinci

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI Agustus 2014 1 Pilkada oleh DPRD Dinilai Publik Sebagai Penghianatan Partai Mayoritas publik menolak hak politiknya untuk memilih secara langsung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara langsung dapat berlangsung tertib dan lancar. Animo masyarakat yang besar atas pesta demokrasi

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019 Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 Pokok Bahasan 1. Keterpilihan Perempuan di Legislatif Hasil Pemilu 2014 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keadaan ekonomi di suatu negara dipengaruhi oleh benyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan ekonomi disuatu negara adalah faktor politik. Fenomena politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut

Lebih terperinci

MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014)

MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014) RILIS HASIL MEDIA MONITORING MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014) www.theindonesianinstitute.com LATAR BELAKANG Di masa kampanye terbuka, media massa menjadi

Lebih terperinci

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas (accountability) merupakan salah satu prinsip atau asas dari paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 merupakan pengalaman pertama bagi partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. Ketentuan peralihan

Lebih terperinci

Publik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah

Publik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah Publik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah LSI DENNY JA Oktober 2014 Mayoritas Publik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah Kalah lagi dalam pemilihan pimpinan MPR, Koalisi Jokowi-JK (Koalisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian akan berkecimpung dalam dunia politik. 2 Peranan figur

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian akan berkecimpung dalam dunia politik. 2 Peranan figur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia politik tanah air kerap kali diidentikkan dengan politik ketokohan, dimana pemimpin atau calon wakil rakyat menjadi sorotan tersendiri dalam menarik apresiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada politisi dibandingkan dengan masa Orde Baru. Politisi unjuk gigi dengan kedudukan,

Lebih terperinci

STRATEGI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009

STRATEGI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 25 STRATEGI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 Afidatul Fitriyah dan M. Y. Tiyas Tinov FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract:

Lebih terperinci

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga 1. Latar Belakang Dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat di iringi dengan semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1 PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan pada babbab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam pemenangan pemilu kepala

Lebih terperinci

Pembaruan Parpol Lewat UU

Pembaruan Parpol Lewat UU Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci