LAPORAN STUDI EHRA. Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI (PPSP) (E (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN STUDI EHRA. Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI (PPSP) (E (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK"

Transkripsi

1 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI (PPSP) TAHUN 2014 EHRA LAPORAN STUDI (E (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara `DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-nya yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan serta limpahan-nya sehinggatim Studi EHRA (Studi Environmental Health Risk Assessment) dapat selesai menyusunan Laporan Studi EHRA Kabupaten Dairi sehingga tergambarkan kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan. Studi EHRA ini dapat dijadikan sebagai Informasi dasar dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan dan memberikan advokasi ke pada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi serta menumbuhkan kesepahaman dan kesamaan persepsi akan pentingnya pelaksanaan studi EHRA bagi seluruh anggota pokja dan tim studi EHRA yang kemudian akan dijadikan sebagai data primer dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Dairi. Secara substansi, hasil Studi EHRA ini dapat memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten/kota sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang telah diarahkan sesuai dengan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keberhasilan penyusunan Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) tidak terlepas dari dukungan semua pihak terkait dalam proses penyusunan maupun dalam pelaksanaan Studi. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Dairi menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat dan pihak -pihak terkait atas peran aktifnya dalam melaksanakan Studi EHRA. Dalam penyusunan ini kami meyakini adanya kelemahan dalam metode maupun penyajian. Maka dari itu kami harapkan masuk an dan saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruksi dalam rangka penyempurnaan Studi EHRA ini. Semoga hasil studi EHRA ini dapat dijadikan salah satu dasar perencanaan pembangunan Sanitasi di Kabupaten Dairi ke depan. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penyelesaian laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Dairi ini kami ucapkan terima kasih. Semoga segala upaya kita bersama dalam membangun Kabupaten Dairi senantiasa mendapatkan Petunjuk serta Ridho dari Tuhan Yang Maha Esa. Ketua Pokja Sanitasi Kabupaten Dairi/ Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi JULIUS GURNING, S.Sos, M.Si PEMBINA UTAMA MUDA NIP

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Studi EHRA (Enviromental Health Risk Assassment) ini dilakukan terhadap responden yang tersebar pada 63 Desa di 15 Kecamatan di Kabupaten Dairi dengan tujuan untuk melakukan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan sehingga didapat gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap Kesehatan lingkungan, dapat dijadikan sebagai Informasi dasar dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan dan memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi serta menumbuhkan kesepahaman dan kesamaan persepsi akan pentingnya pelaksanaan studi EHRA bagi seluruh anggota pokja dan tim studi EHRA. Dalam studi EHRA ini, Pokja AMPL Kabupaten Dairi menetapkan seluruh kecamatan sebagai area studi sehingga dapat memberikan gambaran secara keseluruhan di Kabupaten Dairi. Unit sampling utama (Primary Sampling) pada Studi EHRA adalah RT (Rukun Tetangga) dan dipilih secara random berdasarkan total RT di semua Dusun/ Lingkungan. Dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah dipilih menjadi Target Area Studi sementara jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan minimal 40 responden. Pemilihan desa yang menjadi area studi EHRA di Kabupaten Dairi dilakukan dengan cara stratifikasi desa dan random sampling. Pertama tama yang dilakukan adalah stratifikasi 169 Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Dairi dikategorikan berdasarkan 4 kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan, daerah/wilayah yang dialiri sungai/drainse/saluran irigasi dan daerah yang terkena banjir. Dari hasil stratifikasi tesebut didapatkan hasil strata 0 s.d strata 3 pada 169 desa/kelurahan. Kemudian menentukan jumlah desa yang akan diambil sebagai area studi dengan cara membagi jumlah responden yang sudah ditetapkan yaitu sebesar Responden di bagi jumlah sampel per desa/kelurahan yaitu 40 responden, sehingga didapatkan hasil pembagian tersebut adalah 63 Desa. Adapun Responden dalam studi EHRA adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Berdasarkan Hasil kajian Studi EHRA yang telah di lakukan maka tergambarkan kondisi risiko sanitasi yang ada di Kabupaten Dairi sebagai berikut : Indeks Resiko Sanitasi untuk sumber air di Kabupaten Dairi pada 15 kecamatan area studi EHRA Tahun 2014 menunjukkan pada strata 0 = 43, strata 1 = 49, strata 2 =49, strata 3 = 53. Berdasarkan studi EHRA bahwa area risiko sumber air terlihat bahwa untuk semua kelurahan/desa menggunakan sumber air yang terlindungi dengan persentase tidak tercemar 78,7 % (berupa sumber air dari PDAM air ledeng, kran umum, hidran umum, sumur bor pompa tangan, sumur gali terlindungi, air hujan serta air isi ulang) dan beresiko tercemar 21.3%. Sedangkan yang menggunakan sumber air tidak terlindung yang tidak aman 53,5 %, yang aman 46,5%. Pada semua kelurahan/desa, sebesar 56,4 % dari total responden tidak pernah mengalami kelangkaan air dan hanya 43,6 % yang pernah mengalami kelangkaan air. Indeks Resiko Sanitasi untuk persampahan di Kabupaten Dairi pada 15 kecamatan Area Studi EHRA Tahun 2014, menunjukkan bahwa angka yang cukup tinggi yaitu Strata 0 = 92, Strata 1 = 87, Strata 2 = 96 dan Strata 3 = 45. Hal ini dapat terlihat juga pada hasil studi EHRA, pada tabel area berisiko persampahan 95,4 % pengelolaan sampah di Kabupaten Dairi tidak memadai, frekuensi pengangkutan sampah juga tidak memadai sebesar 83,3 %, waktu pengangkutan sampah tidak tepat waktu sebanyak 100 % dan pengolahan sampah setempat tidak diolah sebesar 81,1 %. Untuk itu perlu perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam hal sektor Persampahan mengingat cakupan Pengelolaan persampahan masih sangat kurang. Hal tersebut akan dapat berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan sekitarnya, seperti : Bau, Pemandangan Tidak Sedap, Tempat Perindukan Vektor Penyakit, Rawan Banjir dan Sumber Pencemaran pada Sumber Air Bersih. Indeks Resiko Sanitasi untuk air limbah domestik di Kabupaten pada 15 Kecamatan area studi EHRA Tahun 2014 menunjukkan angka sebesar 59 untuk strata 0, strata 1 = 64, strata 2 = 60 dan strata 3 = 55. Berdasarkan hasil studi EHRA bahwa untuk air limbah domestik sebanyak 33 4 % tangki septik tidak aman dan tangki septik yang aman sebesar 67 %. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik tidak aman sebesar 98,7 % dan 1,3 % yang aman. Pencemaran karena SPAL yang tidak aman sebesar 60,4 % sedangkan yang aman sebesar 39,6 %. Indeks Resiko Sanitasi untuk banjir/genangan pada 15 kecamatan area studi EHRA Tahun 2014 menunjukkan pada strata 0 = 14, strata 1 = 15, strata 2 = 16, strata 3 = 44, dan diketahui 15,7 % menyatakan adanya genangan air (banjir) sedangkan 84,3 % menyatakan tidak ada genangan air. Indeks Resiko Sanitasi untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada 15 kecamatan area studi EHRA tahun 2014 menunjukkan pada strata 0 = 46, strata 1 = 57, strata 2 = 58 dan strata 3 = 44. Bahwa sebagian besar responden sebanyak 91,6 % tidak melakukan CTPS di 5 (lima) waktu penting, baru sebanyak 8,4 % yang melakukannya. Untuk lantai dan dinding jamban bebas dari tinja baru sebanyak 52,1 % sedang 47,9 % lantai dan dinding jamban bebas dari tinja. Jamban bebas dari kecoa dan lalat baru sebanyak sebanyak 50,1 % sedang 49,9 % tidak bebas dari kecoa dan lalat. Untuk Perilaku BABS sebanyak 54 % yang menyatakan tidak BABS sedang 46 % menyatakan masih

4 BAS. Dari hasil pengamatan ada sabun di dekat jamban baru 28,5 % sedang 71,5 % tidak ada sabun di dekat jamban. Berdasarkan gambaran diatas maka tergambarkan kondisi risiko sanitasi yang ada di Kabupaten Dairi. Penyebab rawan sanitasi untuk desa/kelurahan pada strata 0 adalah persampahan (92 %), air limbah domestik (59%), PHBS (46%), Sumber air (43 %) dan Genangan air (14%). Penyebab rawan sanitasi strata 1 adalah persampahan (87%), air limbah domestik (64%), PHBS (57%), sumber air (49%), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (57%) dan genangan air (15%). Penyebab rawan sanitasi strata 2 adalah persampahan (96%), air limbah domestik (60 %), air limbah domestik (60 %), PHBS (58%) dan genangan air (15%). Penyebab rawan sanitasi 3 adalah air limbah domestik (55%), sumber air (53%.) persampahan (45%), PHBS (44%) dan genangan air (26%). Hal ini dapat diihat pada tabel 3.8. dan gambar Berdasarkan sektornya tergambarkan bahwa risiko sanitasi di Kabupaten Dairi yang tertinggi adalah di Persampahan, kemudian Air Limbah Domestik, Sumber Air, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Genangan air. Masyarakat Kabupaten Dairi masih banyak yang membuang sampah tanpa diolah dan bahkan di bakar dan dibuang ke Sungai dan Danau. Penduduk Kabupaten Dairi yang hampir 54 % memiliki Jamban Pribadi namun masih juga yang melakukan BABS juga tidak dilengkapi dengan SPAL sehingga Limbah Tinja langsung dibuang ke Sungai,Parit, Laut atau Drainase, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam PHBS, masyarakat masih ada yang BABS dan banyak yang tidak melakukan CTPS di lima waktu penting. Hal ini akan menjadi pusat perhatian bagi pemerintah dan pemerhati sanitasi dalam menangani Risiko Sanitasi yang terjadi di Kabupaten Dairi. Tidak terlepas dari itu peningkatan perubahan prilaku masyarakat terkait sanitasi yang jauh lebih baik dari saat ini juga perlu dilaksanakan dan berbagai pembangunan yang harus mengarah untuk pembangunan sanitasi sehingga akan mengurangi Indeks Risiko Sanitasi yang terjadi di Kabupaten Dairi.

5 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... Ringkasan Eksekutif... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iv v vi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Manfaat Waktu Pelaksanaan Studi EHRA... 2 BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2.1. Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Dairi Penentuan Strata Desa/Kelurahan Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi Penentuan RT dan Responden di Lokasi di Area Studi Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya Analisis Data BAB III HASIL STUDI EHRA 3.1. Informasi Responden Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pembuangan air kotor/llimbah tinja manusia dan lumpur tinja Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir Pengerlolaan air minum rumah tangga Perilaku Hygiene dan Sanitasi Kejaidan Penyakit Diare Indeks Resiko Sanitasi BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Hambatan/Kendala Saran LAMPIRAN

6 DAFTAR TABEL No. Tabel Keterangan Halaman Tabel 2.1. Kategori Strata Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko Tabel 2.2 Stratifikasi desa di Kabupaten Dairi Tabel 2.3. Hasil Strata Desa di Kabupaten Dairi Tabel 2.4. Penentuan Jumlah Desa Target Area Studi Berdasarkan Jumlah Responden 18 Yang diambil sebagai sampel... Tabel 2.5 Kecamatan dan Desa Terpilih untuk Study EHRA di Kabupaten Dairi Tabel 3.1 Informasi Responden Tabel 3.2 Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA Tabel 3.3 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Tabel 3.4 Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Tabel 3.5 Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Tabel 3.6 Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA Tabel 3.7 Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA Tabel 3.8 Indeks Resiko Sanitasii di Kabupaten Dairi Tabel 3.9 Kategori Daerah Berisiko Sanitasi Tabel 3.10 Nilai Indeks Resiko Sanitasi pada setiap Kecamatan dan Desa... 50

7 DAFTAR GAMBAR No. Gambar Keterangan Halaman Gambar 2.1 Distribusi Strata Desa/Kelurahan untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA Gambar 3.1 Grafik Pengelolaan Sampah Gambar 3.2 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga Gambar 3.3 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar Gambar 3.4 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Gambar 3.5 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik Gambar 3.6 Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik Gambar 3.7 Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Gambar 3.8 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir Gambar 3.9 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin Gambar 3.10 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir Gambar 3.11 Grafik Lokasi Genangan di Sekitar Rumah Gambar 3.12 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL Gambar 3.13 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Gambar 3.14 Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi Gambar 3.15 Grafik Pencemaran SPAL Gambar 3.16 Grafik Akses Terhadap Air Bersih Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak Gambar 3.18 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting... 43

8 Gambar 3.19 Grafik Waktu Melakukan CTPS...44 Gambar 3.20 Grafik BABS...45 Gambar 3.21 Grafik Indeks Resiko Sanitasi...49 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 SK Tim Studi EHRA Tabel Hasil Studi EHRA Dokumentasi

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Studi EHRA) adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SKK) Dairi. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena : 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat; 2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai kelurahan/desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda; 3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang; 4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan; 5. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa; 6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa; Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti: A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: 1. Sumber air minum, 2. Layanan pembuangan sampah, 3. Jamban, 4. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga. B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM: 1. Buang air besar 2. Cuci tangan pakai sabun, 3. Pengelolaan air minum rumah tangga, 4. Pengelolaan sampah dengan 3R 5. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)

10 1.2. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA di Kabupaten Dairi adalah: 1. Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Informasi dasar yang valid dalam penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan 3. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 4. Mendapatkan data primer sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Dairi Waktu Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan Studi EHRA di Kabupaten Dairi dimulai pertengahan bulan Mei dan selesai pada akhir bulan September tahun Pelaksanaan Studi EHRA dimulai dari sosialisasi kepada Petugas Petugas Kesehatan di Kabupaten Dairi, rapat rapat persiapan pelatihan dan pelaksanaan Studi EHRA, pelaksanaan pelatihan Koordinator Kecamatan dan Supervisor yang dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 24 Juni Tahun 2014 dan Pelatihan Enumerator dan Entry Data yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 27 Juni Tahun Pelaksanaan Studi EHRA oleh Enumerator di lapangan di mulai dari tanggal 1 Juli s.d 30 bulan Juli Entry Data mulai di mulai dari 1 Agustus sampai 30 Agustus Analisis data Studi EHRA sampai pembuatan laporan studi EHRA dikerjakan bulan September 2014.

11 BAB 2 METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih oleh Dinas Kesehatan dibantu dari Kepala Puskesmas. Enumerator yang dipilih adalah orang yang berasal dari Kecamatan tersebut dan merupakan kader. Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor dan Kepala Puskesmas menjadi Koordinator Kecamatan selama pelaksanaan survey. Sebelum pelaksanaan Studi EHRA, Koordinator Kecamatan, Supervisor dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 3 (tiga) hari. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi dengan arahan dan bimbingan dari Pokja Sanitasi Kabupaten. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Dairi dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. Adapun metodologi dalam pelaksanaan Studi EHRA sebagai berikut : 1. Persiapan studi EHRA, langkah-langkah dalam pelaksanaan : - Kesepahaman tentang studi EHRA; Dinas Kesehatan mengadakan pertemuan yang melibatkan seluruh petugas Kesehatan yang ada di Kabupaten Dairi yang membahas mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat studi EHRA - Melakukan pembentukan tim studi EHRA mencakup; penanggungjawab studi, koordinator studi, anggota tim pelaksana studi EHRA, koordinator kecamatan, supervisor, tim entri data, tim analisis data dan enumerator yang akan ditugaskan untuk pengumpulan data - Metode pelaksanaan studi EHRA; menyepakati metode yang cocok untuk digunakan dalam pelaksanaan studi EHRA di Kabupaten. 2. Penentuan area studi EHRA, yang bertujuan untuk : - Menetapkan desa/kelurahan lokasi area studi - Menetapkan jumlah dan nama desa/kelurahan terpilih sebagai target area studi - Menetapkan Dusun dan jumlah responden untuk tiap desa/kelurahan target area studi 3. Pelatihan koordinator kecamatan, supervisor, enumerator dan petugas entri data, tujuannya ; - Teridentifikasinya koordinator kecamatan, supervisor, enumerator dan petugas entri data - Terlaksananya pelatihan untuk koordinator kecamatan, supervisor, enumerator dan petugas entri data - Tersusunnya rencana studi EHRA 4. Pelaksanaan studi EHRA, output ; - Penyiapan Logistik dan Kelengkapan Studi Kuesioner dipersiapkan sejumlah 110 % x total jumlah responden dan lembar spot check sejumlah 5 % x total jumlah responden

12 - Terisinya Kuesioner dengan lengkap oleh enumerator yang kemudian di cek oleh Supervisor dan Koordinator Kecamatan - Terisinya lembar spotcheck oleh supervisor Supervisor melakukan spot check di lapangan secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benarbenar terjadi dengan standar yang ditentukan. Spot check dilakukan sebanyak 5 % dari jumlah responden yang di data di satu lokasi, pengambilan responden tersebut dilakukan secara acak. Terisinya laporan harian dan rekap harian oleh supervisor 5. Pengolahan dan analisa studi EHRA, tujuannya ; - Tersedia kuesioneryang siap untuk dientri dengan menggunakan software Epi Data versi Dihasilkannya data hasil entri yang siap untuk dianalisis engan menggunakan software SPSS - Dihasilkannya tabel hasil analisis studi EHRA sampai penentuan Indeks Resiko Sanitasi (IRS) dan skor studi EHRA untuk setiap strata wilayah studi EHRA Indeks Resiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagia terjadinya penurunan kualitas hidup, keehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sekotr sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi. Indeks Resiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan, resiko sanitasi dalam hal ini adalah hasil dari analisis Studi EHRA. 2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Sampel adalah bagian dari populasi, dimana anggota sampel adalah anggota yang dipilih dari populasi. Oleh karena itu pengambilan sampel di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area studi. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Dalam hal ini RT di Kabupaten Dairi adalah Dusun dan Rumah Responden dipilih dengan menggunakan cara aka yang bertujuan agar seluruh Dusun memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai Dusun Area Studi dan rumah di Dusun Area Studi memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel. Artinya, penentuan Dusun dan Rumah Tangga Responden bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri. Jumlah sampel Dusun per Desa/Kelurahan minimal 8 Dusun dan jumlah sampel per Dusun sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak perempuan yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Pokja Sanitasi Kabupaten Dairi dalam menentukan kebijakan sampelnya berpengaruh langsung pada penentuan jumlah desa area studi yang mana kebijakan sampel studi EHRA di Kabupaten Dairi adalah Jumlah Responden tertentu. Sampel dalam Studi EHRA di Kabupaten Dairi adalah sebanyak responden. Untuk penentuan jumlah desa, Studi EHRA mengikuti panduan pelaksanaan studi EHRA dengan memakai rumus sebagai berikut : X Ndk =

13 X : Jumlah Responden yang diambil dalam Skala Kabupaten 40 : Maksimal jumlah responden dalam satu desa target area studi Ndk : Jumlah Desa Target Area Studi Berarti Jumlah Desa di Kabupaten Dairi yang menjadi Desa Target Area Studi adalah : X Ndk = = = 62,5 63 Desa Desa Target Area Studi di Kabupaten Dairi dalam pelaksanaan Studi EHRA adalah 63 Desa Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut (Lampiran 1) : 1. Penanggung jawab : Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi 2. Koordinator Studi Ketua : Kepala Dinas Kesehatan Kab. Dairi Wakil Ketua : Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi 3. Anggota : a. Kabid Prasarana dan Tata Ruang Bappeda Kabupaten Dairi b. Kabid Pembinaan Kehidupan Masyarakat Bapemmas PD Kabupaten Dairi c. Kabid Kebersihan dan Perumahan Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Dairi d. Kasi PenyehatanLingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi e. Kasi Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Dairi f. Ruben Bonangmanalu (Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi) g. Lehon M. Sinaga (staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi) h. Anita Pasaribu (Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi) i. Sasmita Manik (Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi) 4. Koordinator kecamatan : a. Kepala Puskesmas Batang Beruh b. Kepala Puskesmas Huta Rakyat c. Kepala Puskesmas Sitinjo d. Kepala Puskesmas Sumbul e. Kepala Puskesmas Pegagan Julu II f. Kepala Puskesmas Silalahi g. Kepala Puskesmas Sopobutar h. Kepala Puskesmas Bakal Gajah i. Kepala Puskesmas Parongil j. Kepala Puskesmas Kentara k. Kepala Puskesmas Berampu

14 l. Kepala Puskesmas Bunturaja m. Kepala Puskesmas KM 11 n. Kepala Puskesmas Tigalingga o. Kepala Puskesmas Gunung Sitember p. Kepala Puskesmas Kutabuluh q. Kepala Puskesmas Tigabaru r. Kepala Puskesmas Sigalingging 5. Supervisor : a. Sanitarian Batang Beruh b. Sanitarian Puskesmas Huta Rakyat c. Sanitarian Puskesmas Sitinjo d. Sanitarian Puskesmas Sumbul e. Sanitarian Puskesmas Pegagan Julu II f. Sanitarian Puskesmas Silalahi g. Sanitarian Puskesmas Sopobutar h. Sanitarian Puskesmas Bakal Gajah i. Sanitarian Puskesmas Parongil j. Sanitarian Puskesmas Kentara k. Sanitarian Puskesmas Berampu l. Sanitarian Puskesmas Bunturaja m. Sanitarian Puskesmas KM 11 n. Sanitarian Puskesmas Tigalingga o. Sanitarian Puskesmas Gunung Sitember p. Sanitarian Puskesmas Kutabuluh q. Sanitarian Puskesmas Tigabaru r. Sanitarian Puskesmas Sigalingging 6. Tim Entry data : a. Josua Johan Pandapaotan Sipayung, SST : Staf Badan Pusat Statistik b. Jaksen Ferry Judo Lingga, S.Si ; Staf Badan Pusat Statistik c. Johannes Situmorang : Staf Bappeda d. Riani Habean : Staf Dinas Kesehatan e. Junipar Silalahi : Staf Dinas Kesehatan f. Veni T Sigalingging : Staf Dinas Kesehatan g. Susi Kartika Ayu : Staf Dinas Kesehatan h. Dulimar Sihombing : Staf Dinas Kesehatan i. Herni Rosni Dora : Staf Dinas Kesehatan j. Elfrida Naibaho : Staf Dinas Kesehatan 7. Tim Analisis data : Pokja Kabupaten Dairi 8. Enumerator : 1) Rahmayanti Chaniago (Desa/Kel : Kota Sidikalang) 2) Herlina Siburian (Desa/Kel : Huta Gambir dan Huta Rakyat) 3) Odorlina W Tamba (Desa/Kel : Kalang Simbara) 4) Adi Candra Banurea (Desa/Kel : Karing) 5) Ita Sigalingging (Desa/Kel : Lae Hole I dan Parbuluan)

15 6) Hombarlan Simbolon (Desa/Kel : Parbuluan II dan III) 7) Rita Helena Lumban Tobing (Desa/Kel : Tanjung Beringin I dan Dolok Tolong) 8) Romauli Sihaloho (Dsa/Kel : Pegagan Julu I dan V) 9) Sondang Sitanggang (Desa/Kel : Pegagan Julu VII dan X) 10) Ridawati Simarmata (Desa/Kel : Barisan Nauli dan Perjuangan) 11) Dumei Silva Sitorus (Desa/Kel : Urek Mbelin dan Bakal Gajah) 12) Natanael Napitupulu (Desa/Kel : Bongkaras dan Polling Anak Anak) 13) Polsen Sinaga (Desa/Kel; Lae Rambong) 14) Eva Pandiangan (Desa/Kel : Sirata) 15) Juni Sinurat (Desa/Kel : Sumbul Tengah) 16) Johammad Sinaga (desa/kel : Bertungan Julu dan Lau Pak Pak) 17) Perukuren Tarigan (Desa/Kel : Ujung Teran) 18) Sehken Sembiring (Desa/Kel : Lau Sireme dan Lau Bagot) 19) Devi Yusnani (Desa/Kel : Mbinanga) 20) Rafles Sinambela (Desa/Kel : Linggaraja, Bandar Huta Usang dan Linggaraja II) 21) Wanner Manik (Desa/Kel : Kuta Usang) 22) Meidi Sitanggang (Desa/Kel : Sitinjo Induk) 23) Rollin Saragaih (Desa/Kel : Kentara dan Sumbul) 24) Pangaloan Lumbangaol (Desa/Kel : Lumban Toruan dan Sempung Polling) 25) Riannes Nahampun (Desa/Kel : Sinampang, Buntu Raja dan Sihorbo) 26) Wendi Sianturi (Desa/Kel : Huta Imbaru) 27) Jon Hendra Lumbangaol (Desa/Kel : Juma Siulok) 28) Nursaini Tinendung (Desa/Kel : Tambahan, Lae Nuaha, Sigambir gambir) 29) Samaini Nadeak (Desa/Kel : Gunung Meriah) 30) Lindauli Munte (Desa/Kel : Tualang) 31) America Gultom (Desa/Kel : Jambur Indonesia) 32) Olivia Sembiring (Desa/Kel : Lae Luhung) 33) Sertina Simbolon (Desa/Kel : Gundaling) 34) Lelly Ginting (Desa/Kel : Tuppak raja, Bukit dan Lau Kersik) 35) Korinta Sembiring (Desa/Kel : Kuta Buluh dan Balandua) 36) Yossi Sembiring (Desa/Kel : Kuta Gamber) 37) Lindawati Sirait (Desa/Kel : Lau Tawar dan Lau Meciho) 38) Idawati Ginting (Desa/Kel : Gunung Tua) 39) Sarmaulina Sitanggang (Desa/Kel : Silalahi II) 40) Rusia Rumasingap (Desa/Kel : Paropo dan Paropo I) 2.2 Penentuan Strata Desa/Kelurahan dalam Studi EHRA Desa Area Studi dalam populasi mempunyai karakteristik geografi dan demografi yang sangat variatif (heterogen) agar keanekaragaman karakteristik tersebut bermakna bagi analisa studinya dan agar tidak terambil hanya dari kelompok tertentu saja maka desa area studi dilakukan stratifikasi terlebih dahulu sebelum diambil sampelnya secara random (Stratified Random Sampling). Stratifikasi Desa dimaksudkan untuk mengklasifikan desa sesuai dengan strata/tingkatan resiko kesehatan lingkungan dari faktor geografi dan demografi.

16 Penetapan Strata dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: ( Pra-KS + KS-1) Angka kemiskinan = X 100% 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, strata wilayah Kabupaten Dairi imenghasilkan katagori strata sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada strata tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area studi pada suatu strata akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area studi pada strata yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Dairi. Tabel 2.1. Kategori Strata Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko Katagori Strata Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Strata 4 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko Penentuan Strata dilakukan oleh Tim Studi EHRA bersama sama dengan Kepala Puskesmas dan Sanitarian Puskesmas berdasarkan data data yang diberikan oleh Kecamatan. Strata wilayah di Kabupaten Dairi menghasilkan katagori strata sebagaimana dipelihatkan pada tabel 2.2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada strata tertentu dianggap memiliki karakteristik yang

17 identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area studi pada suatu strata akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area studi pada strata yang sama. berdasarkan empat kriteria diatas dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2. Stratifikasi Desa di Kabupaten Dairi Adapun hasil stratifikasi desa di Kabupaten Dairi Kecamatan No Desa Kriteria Stratifikasi Padat Miskin DAS Banjir Strata Sidikalang 1 Sidiangkat Batang Beruh Bintang Hulu Kalang Simbara Bintang Kalang Kota Sidikalang Belang Malum Kuta Gambir Huta Rakyat Bintang Mersada Berampu 12 Berampu Karing Banjar Toba Pasi Sambaliang Sitinjo 17 Sitinjo Panji Dabutar Sitinjo I Sitinjo II Parbuluan 21 Parbuluan II Parbuluan I Parbuluan V Parbuluan III Parbuluan IV Parbuluan VI Lae Hole Bangun Lae Hole I Lae Hole II Bangun I Sumbul 32 Pegagan Julu V Pegagan Julu IV Pegagan Julu II Pegagan Julu I Pegagan Julu III Pegagan Julu VI Pegagan Julu VII Pegagan Julu VIII Pegagan Julu IX Pegagan Julu X

18 42 Tanjung Beringin Dolok Tolong Kuta Gugung Pargambiran Perjuangan Sileuh leuh Parsaoran Pangguruan Tanjung Beringin I Barisan Nauli Silahisabungan 51 Silalahi I Silalahi II Paropo Silalahi III Paropo I Silima Punga - Punga 56 Lae Rambong Lae Ambat Lae Panginuman Sumbari Bakal Gajah Uruk Belin Siboras Bonian Bongkaras Tungtung Batu Longkotan Parongil Siratah Polling Anak Anak Palipi Lae Pangaroan Lae Parira 72 Sumbul

19 73 Kentara Lae Parira Bulu Duri Sempung Polling Pandiangan Lumban Toruan Lumban Sihite Kaban Julu Siempat Nempu 81 Sinampang Sihorbo Soban Adiannangka Bunturaja Gomit Jumantuang Jumasiulok Jumategu Sosor Lontung Huta Imbaru Maju Adian Gupa Siempat Nempu Hulu 94 Tambahan Kuta Tengah Lae Nuaha Sungai Raya Gunung Meriah Sigambir gambir Silumboyah Pangaribuan Tualang Bakal Julu Sipoltong Pandan

20 Siempat Nempu Hilir 106 Lae Itam Pardomuan Jambur Indonesia Simungun Janji Lae Markelang Lae Luhung Sopo Butar Lae Sering Lae Haporas Tiga Lingga 116 Sumbul Tengah Ujung Teran Jumagerat Sarintonu Palding Bertungen Julu Sukandebi Lau Molgap Lau Pakpak Lau Mil Lau Bagot Tigalingga Lau Sireme Palding Jaya Sumbul Gunung Sitember 130 Bukit Lau Kersik Gunung Sitember Batu Gungun Gundaling Rante Besi Kendit Liang Lau Rebah Tupak Raja

21 Pegagan Hilir 138 Tanjung Saluksuk Simanduma Bandar Huta Usang Lingga Raja I Onan Lama Bukit Tinggi Laksa Simartugan Mbinanga Kuta Usang Lingga Raja II Perik Mbue Bukit Baru Tanah Pinem 151 Renun Pasir Tengah Pamah Kuta Buluh Tanah Pinem Kempawa Kuta Gamber Lau Perimbon Harapan Gunung Tua Suka Dame Lau Tawar Mangan Molih Lau Njuhar Liang Jering Alur Subur Balandua Pasir Mbelang Sinar Pagi

22 Adapun hasil Stratatifikasi Desa Di Kabupaten Dairi sebagai berikut : Tabel 2.3 Hasil Strata Desa Di Kabupaten Dairi. Strata Kecamatan Jumlah Desa Desa Strata 0 Sidikalang 5 Desa Batang Beruh Bintang Hulu Kalang Simbara Bintang Bintang Mersada Berampu 3 Desa Karing Pasi Sambalang Parbuluan 3 Desa Lae Hole I Lae Hole II Bangun I Sumbul 1 Desa Tanjung Bangung 1 Silima Punga Punga Lae Panginuman 8 Desa Simbari Uruk Berlian Siboras Bonian Bongkaras Siratan Palipi Tiga Lingga 8 Desa Sumbul Tengah Sarintonu Pakling Bertungen Julu Sukandebi Lau Molgap Lau Pak - pak Pakling Jaya Sumbul Gunung Sitember 1 Desa Rante Besi

23 Pegagan Hilir 1 Desa Mbinanga Strata 1 Sidikalang 2 Desa Sidiangkat Kota SIdikalang Berampu 2 Desa Berampu Banjar Toba Sitinjo 3 Desa Sitinjo Panji Dabutar Sitinjo II Parbuluan 5 Desa Parbuluan I Parbuluan II Parbuluan III Parbuluan V Bangun Sumbul 1 Desa Pengambiran Silima Punga Punga 5 Desa Bakal Gajah Tungtung Batu Parongil Poling Anak Anak Lae Pangaroan Lae Parira 7 Desa Sumbul Kentara Lae Parira Bulu Duri Lumban Toruan Lumban Sihite Kaban Julu Siempat Nempu 9 Desa Sinampang Sihorbo Sorban Bunturaja Gomit Jumantuang

24 Huta Imbaru Maju Adian Gupa Siempat Nempu Hulu 7 Desa Tambahan Kuta Tengah Sungai Raya Gunung Meriah Situmboyah Pangaribuan Tualang Siempat Nempu Hilir 2 Desa Lae Markelang Lae Haporas Tiga Lingga 4 Desa Ujung Teran Jumagerat Lau Mil Lau Sireme Gunung SItember 6 Desa Bukit Lau Kersik Batu Gungun Gundaling Kendit Liang Lau Rebah Tupak Raja Pegagan Hilir 7 Desa Tanjung Saluksuk Simanduma Lingga Raja I Bukit Tinggi Laksa Kuta Usang Bukit Baru Tanah Pinem 12 Desa Pasar Tengah Kuta Buluh Tanah Pinem Kempawa

25 Kuta Gamber Lau Perimbon Suka Dame Lau Tawar Mangan Molih Liang Jering Balan Dua Pasar Mbelang Strata 2 Sidikalang 4 Desa Kalang Belang Maum Kuta Gambir Huta Rakyat Sitinjo 1 Desa Sitonjo 1 Parbuluan 3 Desa Parbuluan IV Parbuluan VI Lae Hole Sumbul 15 Desa Pegagan Julu I Pegagan Julu II Pegagan Julu III Pegagan Julu IV Pegagan Julu V Pegagan Julu VI Pegagan Julu VII Pegagan Julu VIII Pegagan Julu IX Pegagan Julu X Tanjung Beringin Kuta Gugung Perjuangan Pangguruan Barisan Nauli Silima Punga Punga 3 Desa Lae Rambong

26 Lae Ambat Longkotan Lae Parira 2 Desa Sempu Polling Pandiangan Siempat Nempu 4 Desa Adiannangka Juma Siuluh Jumategu Sosor Lontung Siempat Nempu Hulu 4 Desa Lae Nuaha Sigambir gambir Bakal Julu Pandan Siempat Nempu Hilir 8 Desa Lae Itam Pardomuan Jambur Indonesia Simungun Janji Lae Luhung Sopo Butar Lae Sering Tiga Lingga 2 Desa Lau Bagot Tiga Lingga Gunung Sitember 1 Desa Gunung Sitember Pegagan Hilir 5 Desa Bandar Huta Usang Onan Lama Simartungan Lingga Raja II Perik Mbue Tanah Pinem 5 Desa Renun Harapan Sinar Pagi Alur Subur Gunung Tua

27 Strata 3 Sumbul 2 Desa Dolok Tolong Sileuh Parsaoran Silahi Sabungan 5 Desa Silalahi I Silalahi II Paropo Silalahi III Paropo I Siempat Nempu Hulu 1 Desa Sipoltong Tanah Pinem 2 Desa Pamah Lau Njuhar 2.3 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi Proses pemilihan desa sebagai target area studi, pada dasarnya dilakukan dengan teknik random atau acak dimana semua desa/kelurahan mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan desa target area studi EHRA. Setelah mendapatkan jumlah desa target area studi dengan memakai rumus diatas sebanyak 63 desa maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA secara random. Perhitungan jumlah desa target area studi tiap strata sesuai proporsi desa/kelurahan dengan komposisi strata desa/kelurahan hasil stratifikasi diatas sebagai berikut : Tabel 2.4 Penentuan Jumlah Desa Target Area Studi Berdasar Jumlah Responden yang Diambil Sebagai Sampel Strata Jumlah & Persentase Desa Tiap Strata Jumlah Desa yang diambil sebagai Desa Target Area Studi Jumlah % Jumlah % Strata Strata Strata Strata Strata Jumlah Hasil Strata desa/kelurahan di Kabupaten Dairi yang terdiri atas 63 desa/ kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut: 1) Strata 0 sebanyak 11 desa (18 %) 2) Strata 1 sebanyak 27 desa (42 %) 3) Strata 2 sebanyak 21 desa (34 %)

28 4) Strata 3 sebanyak 4 desa (6 %) 5) Strata 4 sebanyak 0 desa (0%). Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam strata tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Distribusi Strata Untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA di Kabupaten Dairi Tahun % 34% 6% 18% Strata 0 Strata 1 Strata 2 42% Strata 3 Strata 4 Gambar 2.1. Distribusi Strata desa/kelurahan untuk penetapan lokasi studi EHRA Setelah dihitung jumlah desa target area studi setiap strata maka dilanjutkan dengan pemilihan desa target area studi secara random per strata sampai tercapai jumlah desa target area. sesuai perhitungan jumlah desa target area studi di setiap stratanya. Adapun Interval strata untuk penentuan desa yaitu interval Strata 0 = 3, Interval Strata 1 = 3,Interval Strata 2 = 3, Interval Strata 3 = 2 dan Internval Strata 4 = 0. Hasil pemilihan ke- 63 desa/ kelurahan disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut : Tabel 2.5 Kecamatan dan Desa Terpilih Untuk Study EHRA Kabupaten Dairi Tahun 2014 Strata Kecamatan No Desa Jumlah Responden Strata 0 Sidikalang 1 Kalang Simbara 40 Berampu 2 Karing 40 Parbuluan 3 Lae Hole I 40 Sumbul 4 Tanjung Beringin I 40 Silima Punga Punga 5 Uruk Belin 40 6 Bongkaras 40 7 Siratah 40 Tiga Lingga 8 Sumbul Tengah 40 9 Bertungen Julu 40

29 10 Lau Pakpak 40 Pegagan Hilir 11 Mbinanga 40 Strata 1 Sidikalang 1 Kota Sidikalang 40 Sitinjo 2 Sitinjo Induk 40 Parbuluan 3 Parbuluan II 40 4 Parbuluan III 40 Silima Punga Punga 5 Bakal Gajah 40 6 Poling Anak - Anak 40 Lae Parira 7 Kentara 40 8 Sumbul 40 9 Lumban Toruan 40 Siempat Nempu 10 Sinampang Buntu raja Huta Imbaru Siharbo 40 Siempat Nempu Hulu 14 Tambahan Gunung Meriah Tualang 40 Tiga Lingga 17 Ujung Teran Lau Sireme 40 Gunung Sitember 19 Tupak Raja Gundaling Bukit Lau Kersik Pegagan Hilir 22 Lingga Raja I Kuta Usang 40 Tanah Pinem 24 Kuta Buluh Kuta Gamber Lau Tawar Balan Dua 40 Strata 2 Sidikalang 1 Huta Gambir 40 2 Huta Rakyat 40 Parbuluan 3 Parbuluan IV 40 Sumbul 4 Pegagan Julu V 20 5 Pegagan Julu VII 40 6 Pegagan Julu X 40

30 7 Pegagan Julu I 40 8 Perjuangan 40 9 Barisan Nauli 40 Silima Punga Punga 10 Lae Rembong 40 La Parira 11 Sempung Poling 40 Siempat Nempu 12 Juma Siulok 40 Siempat Nempu Hulu 13 Lae Nuaha Sigambir Gambir 40 Siempat Nempu Hilir 15 Jambur Indonesia Lae Luhung 40 Tiga Lingga 17 Lau Bagot 40 Pegagan Hilir 18 Bandar Huta Usang Lingga Raja II 40 Tanah Pinem 20 Harapan Gunung Tua 40 Strata 3 Sumbul 1 Dolok Tolong 40 Silaahi Sabungan 2 Silalahi I 40 3 Paropo 40 4 Paropo Penentuan RT dan Responden di Area Studi Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan harus dikumpulkan sebelum memilih RT. Adapun tahapan penentuan RT terpilih, sebagai berikut. Mengurutkan RT per Dusun/Lingkungan per kelurahan/desa Menentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z Untuk menentukan RT pertama, maka dilakukan secara kocokan atau mengambil secara acak angka antara 1 Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3. Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z=... dst.

31 Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri Karakteristik Enumertor dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya Secara penuh pengumpulan data pada studi EHRA dilakukan oleh Enumerator yang bertanggungjawab untuk tiap desa/kelurahan area studi. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi yang hasilnya ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: pewawancara/enumerator, responden, materi pertanyaan (kuesioner/daftar pertanyaan) dan situasi pada saat wawancara. Agar hasil wawancara mempunyai mutu yang baik, pewawancara harus menyampaikan pertanyaan kepada responden dengan baik dan jelas. Kalau perlu pewawancara harus menggali lebih lanjut jawaban responden yang belum jelas (probing) sehingga responden mau menjawab dengan jujur. Pewawancara hanya boleh secara berulang-ulang membacakan pertanyaan yang persis sama dan tidak boleh sedikitpun diubah oleh pewawancara. Perbedaan karakteristik pewawancara dengan responden sering juga sangat mempengaruhi hasil wawancara. Seorang pewawancara dari tingkat sosial tinggi harus dapat menyesuaikan diri dengan responden yang mempunyai tingkat sosial rendah, sehingga kecanggungan dalam pelaksanaan wawancara akan mengakibatkan responden enggan memberikan informasi/fakta yang sebenarnya Materi pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara dapat juga mempengaruhi hasil wawancara. Pertanyaan yang peka/sensitif sering menyebabkan responden merasa enggan untuk menjawab, sehingga kemungkinan jawaban bukan fakta yang sebenarnya. Oleh karena itu sebaiknya pertanyaan yang peka/sensitif dihindari atau bila tetap ada, maka dapat ditanyakan pada akhir wawancara. Situasi atau lingkungan wawancara seperti waktu, tempat, keberadaan orang ketiga dan sikap masyarakat setempat terhadap pelaksanaan studi dapat juga mempengaruhi hasil wawancara. Dengan demikian keterampilan dan kemampuan pewawancara untuk beradaptasi dengan responden dan lingkungan menjadi kunci dalam keberhasilan wawancara dan validitas data. Pemilihan supervisor dan enumerator untuk pelaksanaan Studi EHRA sepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA Enumerator Enumerator yang melakukan wawancara dan observasi di 63 desa studi EHRA Kabupaten Dairi berjumlah 40 orang, dimana mereka adalah kader - kader aktif di masing-masing Desa/Kelurahan (Kader PKK, Posyandu dan Kader Desa Siaga) yang menjadi lokasi survey dengan latar belakang pendidikan minimal setingkat SLTP. Pemilihan kader yang disesuaikan dengan lokasi area survey diharapkan enumerator bisa lebih paham mengenai karakteristik target survey. Adapun nama-nama enumerator tersebut ada di Lampiran SK Tim Studi EHRA Kabupaten Dairi Tahun Supervisor Supervisor wilayah di 63 desa studi EHRA berjumlah 18 orang mewakili dari 18 puskesmas yang membawahi 63 desa studi EHRA tersebut. Semua supervisor adalah sanitarian atau pengelola program kesehatan lingkungan di puskesmas. Tugas utama Supervisor Studi EHRA selama pelaksanaan studi adalah:

32 a. Menjamin proses pelaksanaan studi sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan b. Menjalankan arahan dari koordinator kecamatan dan Pokja Kabupaten/Kota c. Mengkoordinasikan pekerjaan enumerator d. Memonitor pelaksanaan studi EHRA di lapangan e. Melakukan pengecekan/ pemeriksaan hasil pengisian kuesioner oleh Enumerator f. Melakukan spot check sejumlah 5% dari total responden g. Membuat laporan harian dan rekap harian untuk disampaikan kepada Koordinator kecamatan 2.6. Analisis Data Kuesioner yang sudah diisi sebanyak dari hasil wawancara enumerator terhadap responden di entri datanya menggunakan software EHRA kemudian di gabung data seluruh responden dengan cara merubah bentuk data dari epiinfo ke bentuk SPSS (menggunakan software Statransfer.7) untuk analisis data dengan ekstensi*sav). Kemudian dilakukan analisis data dengan software SPSS (syntax) melalui proses cleaning data, proses analisis dan penghitungan Indeks Risiko Sanitasi (IRS) yang keluarannya dalam bentuk tabel dan grafik, dengan maksud agar data EHRA dapat digunakan sebagai informasi yang dapat dimanfaatkan dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Kabupaten Dairi. BAB 3 HASIL STUDI EHRA 3.1. Informasi Responden Pelaksanaan Studi EHRA di Kabupaten Dairi Tahun 2014 dilaksanakan pada 63 Desa dari 169 Desa yang ada di 15 Kecamatan. Responden pada Studi EHRA ini adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 Tahun. Adapun jumlah responden yang dijadikan sebagai sampel dalam pelaksanaan studi EHRA berjumlah sebanyak responden, yang terdapat dalam 15 (lima belas) kecamatan se Kabupaten Dairi. Untuk mengetahui informasi terhadap seluruh reponden yang dilakukan pada pelaksanaan studi dibagi dalam beberapa kriteria, seperti kelompok umur, status rumah yang ditempati, pendidikan terakhir responden, layanan kesehatan yang dimiliki serta apakah responden mempunayi anak. Berdasarkan hasil

33 studi EHRA yang telah dilakukan, diperoleh hasil informasi Responden dengan variabel variabel sebagai berikut : Kelompok Umur Responden terbanyak pada kisaran umur antara > 45 tahun sebesar 936 responden (37.5%) dan sebesar orang (44,5 %) berada pada kisaran umur tahun. Status dari Rumah yang ditempati Responden terbanyak adalah milik sendiri sebanyak responden (66,5%) dan milik orang tua sebanyak 466 orang (18,6%). Untuk pendidikan terakhir responden sebagai berikut pendidikan SD sebanyak 772 responden (30,9), SMP sebanyak 671 orang (26,8 %), SMA sebanyak 713 orang (28,5 %). Untuk kepemilikan surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari kelurahan hanya 35,2 % atau sebanyak 881 responden. Responden yang memiliki jaminan terhadap pelayanan kesehatan sangat sedikit hanya berkisar 23, 2 % atau 581 responden dari responden. Rata rata responden pada studi EHRA mempunyai anak. Informasi lebih detail tentang responden yang dipilih secara acak atau random sampling pada tingkatan unit terkecil (Rukun Tetangga) disetiap Kelurahan/desa pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Dairi dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

34 34 Tabel 3.1. Informasi Responden Studi EHRA di Kabupaten Dairi Tahun 2014

35 3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Tujuan dari pengelolaan sampah rumah tangga menurut UU No. 18 Tahun 2008 adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah rumah tangga. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya Studi EHRA mempelajari sejumlah aspek terkait dengan masalah penanganan sampah, yakni : 1) Kondisi sampah disekitar lingkungan rumah tangga, 2) Cara pembuangan sampah yang utama, 3) Praktik pemilahan/pemisahan sampah, dan 4) Pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah. Dari sisi layanan pengangkutan, EHRA melihat aspek frekuensi atau kekerapan ketepatan waktu dalam pengangkutan. Meskipun sebuah rumah tangga menerima pelayanan, resiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lama dari satu minggu sekali. Sementara, ketepatan pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan/kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku. Di banyak kota di lndonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat kota, banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Untuk pengelolaan sampah berdasarkan hasil survey EHRA pada skala kabupaten, dapat dilihat pada tabel 3.2 dan Gambar 3.1.

36 Tabel 3.2. Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA Berdasarkan tabel 3.2 dibawah, diketahui 95,4 % pengelolaan sampah di Kabupaten Dairi tidak memadai, frekuensi pengangkutan sampah juga tidak memadai sebesar 83,3 %, waktu pengangkutan sampah tidak tepat waktu sebanyak 100 % dan pengolahan sampah setempat tidak diolah sebesar 81,1 %. Pada gambar 3.1 dibawah, pengelolaan sampah di Kabupaten Dairi yang paling banyak adalah dibakar sebesar 71,6%, 16,8 % dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan, dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 4,2 %, dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 3,9 %, dibiarkan saja sampai membusuk 1,4 % dan lain lain 0,6 %. Dari hasil Survey di atas sangat jelas bahwa pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kabupaten Dairi yang paling tinggi persentasenya adalah dengan cara di bakar sehingga ini yang harus menjadi perhatian pemerintah Daerah untuk meningkatkan cakupan layanan sampah. 36

37 Pengelolaan Sampah Berdasarkan Strata Di Kabupaten Dairi Tahun 2014 Tidak tahu 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0,3-0,4 0,1 0,7 0,1-0,4 0,1 9,7 10,6 20,6 3,4 0,7 0,5 16,8 25,3 2,4 0,6 3,1 0,6 1,3 0,8 0,3 1,4 3,1 0,8 1,2 1,5 1,2 1,9 4,1 0,5 71,9 76,0 0,3 4,1 6,6 0,4 0,1 2,2 1,9 4,4-0, Strata 63,9 81,9 71,6 Total Lain-lain Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibakar Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Gambar 3.1. Grafik Pengelolaan Sampah Pratik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga Di Kabupaten Dairi Tahun % 50% 0% 61,1 66,7 76,5 66,7 69,3 38,9 33,3 23,5 33,3 30, Strata Dipilah/Dipisahkan Total Tidak Dipilah/Dipisahkan Gambar 3.2. Grafik Perilaku Praktik Pemilihan Sampah oleh Rumah Tangga Berdasarkan hasil survey EHRA Persentase praktek pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kabupaten Dairi sebanyak 69,3 % masyarakat tidak memilah sampahnya, sementara hanya 30,7 % 37

38 Masyarakat yang memilah sampah. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran dan minat Masyarakat dalam memilah sampah Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) dapat menjadi salah satu faktor resiko tercemarnya lingkungan termasuk sumber air, khususnya bila praktik BAB itu dilakukan di tempat yang tidak memadai. Tempat yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka saja seperti di sungai pantai/laut/kebun/pekarangan/selokan/parit/got, tetapi termasuk sarana jamban yang mungkin dianggap nyaman di rumah namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Berikut grafik persentase keluarga yang memiliki jamban. Tabel 3.3. Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Berdasarkan tabel 3.3 diatas, diketahui area berisiko air limbah domestik berdasarkan hasil studi EHRA bahwa 33 4 % tangki septik tidak aman dan tangki septik yang aman sebesar 67 %. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik tidak aman sebesar 98,7 % dan 1,3 % yang aman. Pencemaran karena SPAL yang tidak aman sebesar 60,4 % sedangkan yang aman sebesar 39,6 %. 38

39 Persentase Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Dairi Tahun % 5% 18% 6% 8% 7% 1% 0% 53% Jamban Pribadi MCK/WC Umum WC Helikopter Sungai/Pantai/laut Kebun/Pekarangan Selokan/Parit/Got Lubang Galian Lainnya Gambar 3.3. Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar Berdasarkan hasil studi EHRA, masyarakat di Kabupaten Dairi yang memiliki jamban pribadi, yaitu sebanyak 53%. Tetapi masih terdapat masyarakat yang buang air besar ke kebun/pekarangan yaitu sebanyak 18%, 5 % ada yang BAB di Selokan/Parit/Goot, ada juga yang BAB dii sungai/pantai/laut sebesar 6 % dan sebanyak 7% masyarakat membuang air besar ke lubang galian. Angka ini menunjukkan masih tingginya angka/jumlah masyarakat yang buang air besar sembarangan. Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kabupaten Dairi Tahun % Tangki septik Pipa sewer 35% Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase 0% 7% 55% Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Kebun/tanah lapang 1% 0% 1% 1% Tidak tahu Gambar 3.4. Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Tempat penyaluran akhir tinja sebagian besar masyarakat Kabupaten Dairi sebanyak 55% menggunakan tanki septik, sebanyak 35% responden mengatakan tidak tahu,7% menggunakan penyaluran akhir tinjanya langsung ke cubluk/lubang tanah. Selain daripada itu ada yang menggunakan pipa sewer, langsung ke drainase, ke kebun/tanahlapang, kolam/sawah dan sungai,/danau/pantai. Penjelasan mengenai tempat penyaluran akhir tinja di Kabupaten Dairi dapat dilihat pada gambar 3.4 diatas. 39

40 Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik di Kabupaten Dairi Tahun % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 3,0 3,1 5,4-3,6 95,2 95,5 91,1 100,0 94,2 0,4 0,9-0,9 0,2 1,2 0,8 0,6-0,5 0,7 0, Tidak tahu Tidak pernah Lebih dari 10 tahun Lebih dari 5-10 tahun yang lalu 1-5 tahun yang lalu 0-12 bulan yang lalu Strata Total Gambar 3.5. Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik Dari gambar 3.5 diatas, menunjukkan grafik waktu terakhir pengurasan tanki septik di Kabupaten Dairi. Secara keseluruhan, masing-masing strata desa/kelurahan rata-rata masyarakatnya tidak pernah melakukan penyedotan tinja. Dengan jumlah total dari keseluruhan masyarakat yang tidak pernah melakukan penyedotan tinja sebanyak 94,2%. Sisanya 2,2 % mengatakan tidak pernah, lebih dari 10 tahun. Pada strata 3, 100 % responden mengatakan tidak pernah melakukan penyedotan tinja, sementara pada strata 0 s.d strata 2 hampir rata 95 % mengatakan tidak pernah melakukannya. 40

41 Pratek Pengurasan Tanki Septik Berdasarkan Strata di Kabupaten Dairi Tahun % 80% 60% 40% 20% 0% 72,7 67,4 80,0 72,2 16,3 18,2 15,2 12,0 14,0 9,1 8,0 11, ,3-1, Tidak tahu Dikosongkan sendiri Membayar tukang Layanan sedot tinja Strata Total Gambar 3.6. Grafik Pratik Pengurasan Tanki Septik Dilihat dari masing-masing strata desa/kelurahan yang melakukan praktik pengurasan tanki septik, untuk strata 3 jumlah masyarakat yang melakukan pengurasan tanki septik 100 % mengatakan tidak tahu, pada strata 0 72,7 % mengatakan tidak tahu, strata 1 yang mengatakan tidak tahu sebanyak 80 %, strata 2 sebanyak 67,4%. Responden yang memanfaatkan layanan sedot tinja sebanyak 2,3 %, pada strata 2, pada strata 0 dan 1 responden tidak ada yang melakukan praktik sedot tinja dengan memanfaatkan layanan sedot tinja. Pratik pegurasan tanki septik yang dilakukan sendiri pada strata 0 sebesar 18,2 %, strata 1 sebesar 12,0 %, strata 3 16,3 % dengan rata rata total sebesar 15,2 %. Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman di Kabupaten Dairi Tahun % 80% 60% 40% 20% 0% 61,1 71,3 65,5 59,4 67,0 38,9 28,7 34,5 40,6 33, Strata Total Tidak aman Suspek aman 41 Gambar 3.7. Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman

42 Secara keseluruhan, lebih dari separoh masyarakat yang mempunyai tanki septik suspek aman seperti yang di tunjukkan pada gambar 3.7 diatas yaitu sebanyak 67,0% sedangkan tanki septik yang tidak aman hanya sebanyak 33 %. Masing-masing strata juga menunjukkan persentase tanki septik dengan suspek aman jumlahnya lebih banyak dari tanki septik suspek tidak aman. Dapat dilihat, pada strata 0 tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 61,1%, pada strata 1 tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 71,3%, pada strata 2 tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 65,15 dan pada strata 3 jumlah tangki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 59,4% Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir Bagian ini menyajikan drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir. Dua hal yang diukur mencakup yaitu saluran pembuangan air limbah dan genangan air di dekat rumah. Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan saluran drainase antara lain : 1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. 2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. 3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. 4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir. Bagian ini menyediakan informasi mengenai kondisi saluran air rumah tangga di Kabupaten Dairi. Saluran air merupakan salah satu objek yang diperhatikan EHRA karena saluran yang tidak memadai beresiko memunculkan berbagai penyakit dan resiko genangan/banjir. Sebagian besar di Kabupaten Dairi resiko genangan/banjir sangat kecil. Berdasarkan data studi EHRA terkait genangan air disajikan dalam tabel 3.4, gambar 3.8, gambar 3.9, dan gambar

43 Genangan Air Tabel 3.4. Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Berdasarkan tabel 3.4 diatas, diketahui 15,7 % menyatakan adanya genangan air (banjir) sedangkan 84,3 % menyatakan tidak ada genangan air. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir di Kabupaten Dairi Tahun % 99% 98% 97% 96% 95% 94% 93% 92% 0,3-0,5 0,6-0,7 0,5 0,3-1,5 0,6 1,2 1,8 1,8 1,5 0,5 2,0 0,8 0,9 99,4 96,6 96,9 96,4 95, Total Tidak tahu Sekali atau beberapa dalam sebulan Beberapa kali dalam setahun Sekali dalam setahun Tidak pernah Strata Gambar 3.8. Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir Berdasarkan Survey EHRA di Kabupaten Dairi, persentase rumah tangga yang pernah mengalami Banjir, sebanyak 96,4 % masyarakat tidak pernah mengalami Banjir, sekitar 1,8% masyarakat yang beberapa kali dalam setahun mengalami banjir dan 0,8% masyarakat yang mengalami Banjir sekali dalam setahun. 43

44 Kesimpulannya berdasarkan Survey EHRA bahwa persentase rumah tangga di Kabupaten Dairi yang mengalami banjir sangat kecil. Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin di Kabupaten Dairi Tahun % 80% 60% 40% 20% 0% 76,9 73,5 78,0 23,1 26,5 22,0 100,0-76,4 23,6 Tidak Ya Strata Total Gambar 3.9. Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin Pada gambar 3.9 diatas menunjukkan bahwa 100 % rumah tangga responden strata 3 tidak mengalami banjir, pada strata 2 (78%), strata 1 (73.5%) dan strata 0 (76.9%), Secara keseluruhan pada tingkat Kabupaten Dairi bahwa sebanyak 76,4% rumah tangga tidak mengalami banjir secara rutin setiap tahunnya dan hanya 23,6% rumah tangga yang mengalami banjir rutin. Lama Air Mengenang Jika Terjadi Banjir di Kabupaten Dairi Tahun % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% - 10,0 6,3 3,7-6,3 7,4-3,7-3,7 5,6 3,7 7,4 40,0 29,6 50,0 37,0 100,0 30,0 55,6 37,5 42,6 20, Tidak tahu Lebih dari 1 hari Satu hari Setengah hari Antara 1-3 jam Kurang dari 1 jam Strata Total Gambar Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir Pada tingkat Kabupaten Dairi, lama air menggenang jika terjadi banjir di rumah tangga dengan waktu kurang dari 1 jam (42,6%), antara 1 3 jam (37%), setengah hari (7,4 %), satu hari (3,7%), lebih dari 1 hari 44

45 (5,6%) dan tidak tahun (3,7 %). Untuk strata 3, 100 % responden mengataakn lama air mengenang jika terjadi banjir antara 1 3 jam. Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah Lainnya 10% Di dekat bak penampungan 30% Di dekat kamar mandi Di dekat dapur 37% 37% Series1 Dihalaman rumah 68% 0% 20% 40% 60% 80% Gambar Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah Berdasarkan hasil survey EHRA, lokasi genangan di sekitar rumah yang terjadi di Kabupaten Dairi yang paling tinggi persentasenya sekitar 68% adalah di halaman rumah, selanjutnya di dekat kamar mandi dan di dekat dapur masing masing sebesar 37 %, sedang di dekat bak penampungan sebesar 30 % dan 10 % mengatakan di tempat lainnya Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) Berhubungan dengan permasalahan banjir, ada satu hal yang paling mendasar dan sangat vital dan yang dapat mempengaruhi tingkat pencemaran lingkungan yang terjadi pada skala rumah tangga. SPAL adalah bangunan yang digunakan untuk mengumpulkan air buangan dari kamar mandi. tempat cuci, dapur dari lain-lain (bukan dari peturasan/jamban), sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap ke dalam tanah dan tidak menjadi penyebab penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan permukiman. SPAL ada yang berbentuk tipe sumuran (umumnya digunakan untuk muka air tanah tinggi) dan tipe parit (umumnya digunakan untuk muka air tanah rendah). SPAL yang sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1996) : Tidak mencemari sumber air bersih Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk Tidak menimbulkan bau Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan 45

46 Kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) di rumah tangga pada tingkat Kabupaten dapat digambarkan pada gambar 3.12 berikut ini : Persentase Kepemilikan SPAL di Kabupaten Dairi tahun % 62% Ya Tidak ada Gambar Grafik Persentase Kepemilikan SPAL Berdasarkan hasil study EHRA yang telah dilakukan pada masyarakat Kabupaten Dairi bahwa responden sekitar 62 % tidak mempunyai saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan hanya sekitar 38% rumah tangga yang mempunyai saluran pembuangan air limbah (SPAL) walaupun sifatnya sederhana dan belum tertata dengan baik seperti got atau saluran terbuka, galian tanah tetapi rata-rata saluran pembuangan akhir di buang ke sungai atau rawa-rawa, dan itupun tidak terawat dengan baik dari tumpukan sampah dan sendimentasi pasir dan tanah yang terbawa arus air. Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Berdasarkan Strata 100% 50% 0% 85,8 85,2 84,3 74,4 84,3 14,2 14,8 15,7 25,6 15, Total Tidak ada genangan air Ada genangan air (banjir) Strata Gambar Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Berdasarkan hasil studi EHRA dan dapat dilihat pada gambar 3.13 maka didapat 15,7 % responden mengatakan bahwa akibat tidak adanya SPAL yang terbangun telah mengakibatkan terjadinya/adanya genangan air di lingkungan rumah mereka. Sekitar 84,3 % responden mengatakan bahwa dengan adanya SPAL maka tidak akan adanya genangan air yang terjadi di lingkungan rumah mereka. 46

47 Persentase SPAL yang Berfungsi Berdasarkan Strata Di Kabupaten Dairi Tahun % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 41,8 31,4 36,7 45,6 35,7 3,3 2,2 4,9 4,0 3,2 3,4 8,0 4,6 1,9 2,5 31,5 21,2 27,6 27,6 35,0 31,6 34,1 18,0 15,0 29, Total Strata Tidak ada saluran Tidak bersih dari sampah, tapi saluran kering Tidak bersih dari sampah, saluran tersumbat Tidak bersih dari sampah, tapi masih dapat mengalir Ya, bersih atau hampir selalu bersih Gambar Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi Berdasarkan Gambar 3.14, dapat terlihat bahwa SPAL di Kabupaten Dairi yang berfungsi sebanyak 29,3 % bersih atau hampir selalu bersih,,27,6% tidak bersih dari sampah tapi masih dapat mengalir, 3,4 % tidak bersih dari sampah dan saluran tersumbat, 4 % tidak bersih dari sampah tapi saluran kering dan 35,7 % mengatakan tidak ada saluran. Pencemaran SPAL Berdasarkan Strata di Kabupaten Dairi Tahun % 50% 0% 44,3 36,2 41,6 40,0 39,6 55,7 63,8 58,4 60,0 60, Total Ya, aman Tidak aman Strata Gambar Grafik Pencemaran SPAL Gambar 3.15 tersebut diatas menjelaskan bahwa pada strata 0 mempunyai pencemaran oleh SPAL sebanyak 55,7%, dan sebanyak 44,3% tidak terjadi pencemaran oleh SPAL. Pada strata 1, terdapat sebanyak 63,8 % terjadi pencemaran karena SPAL dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 36,2%. Pada strata 2, terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 58,4% dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 41,6%. Sedangkan pada strata 3, yang terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 60,4% dan tidak terjadi 47

48 pencemaran oleh SPAL sebanyak 39,6%. Secara keseluruhan nilai persentase rata-rata dari masing-masing strata terdapat 60,4% terjadi pencemaran oleh SPAL dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 39,6% Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga Sub-bab ini menyajikan informasi mengenai pengelolaan air bagi rumah tangga di Kabupaten Dairi. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni 1) Sumber Air dan 2) Pengolahan, penyimpanan dan penanganan air yang baik dan aman. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat resiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri, Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air botol kemasan, air ledeng/pdam, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiiiki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, waduk ataupun danau. Tabel 3.15 dan gambar 3.16 menunjukkan akses terhadap sumber air di Kabupaten Dairi dan gambar 3.17 menunjukkan sumber air minum dan masak dari sumber air yang relatif aman. Tabel 3.5 Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Berdasarkan tabel 3.5 mengenai area risiko sumber air, terlihat bahwa untuk semua kelurahan/desa menggunakan sumber air yang terlindungi dengan persentase tidak tercemar 78,7 % (berupa sumber air dari PDAM air ledeng, kran umum, hidran umum, sumur bor pompa tangan, sumur gali terlindungi, air hujan serta air isi ulang) dan beresiko tercemar 21.3%. Sedangkan yang menggunakan sumber air tidak terlindung yang tidak aman 53,5 %, yang aman 46,5%. Pada semua kelurahan/desa, sebesar 56,4 % dari total responden tidak pernah mengalami kelangkaan air dan hanya 43,6 % yang pernah mengalami kelangkaan air. 48

49 AIR BOTOL KEMASAN AIR ISI ULANG AIR LEDENG DARI PDAM AIR HIDRAN UMUM-PDAM AIR KRAN UMUM-PDAM/PROYEK AIR SUMUR POMPA TANGAN AIR SUMUR GALI TERLINDUNGI AIR SUMUR GALI TIDAK TERLINDUNGI MATA AIR TERLINDUNGI MATA AIR TIDAK TERLINDUNGI AIR HUJAN AIR DARI SUNGAI AIR DARI WADUK/DANAU LAINNYA GRAFIK PENGGUNAAN SUMBER AIR DI KABUPATEN DAIRI TAHUN ,0% 160,0% 140,0% 40,2% 120,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0%,0% 1,1%,2% 14,6% 6,8% 16,4% 5,2% 3,4%2,0% 21,4%22,5% 21,4%,3% 5,8% GOSOK GIGI CUCI PAKAIAN CUCI PIRING DAN GELAS MASAK MINUM Gambar Grafik Akses Terhadap Air Bersih 49

50 LAINNYA 5,8% 5,8% AIR DARI WADUK/DANAU,2% AIR DARI SUNGAI 21,6% 21,8% AIR HUJAN 36,2% MATA AIR TIDAK TERLINDUNGI 22,3% 22,4% MATA AIR TERLINDUNGI 21,6% 21,8% AIR SUMUR GALI TIDAK 1,8% AIR SUMUR GALI TERLINDUNGI 3,4% AIR SUMUR POMPA TANGAN 5,0% 5,2% AIR KRAN UMUM-PDAM/PROYEK 17,2% 17,2% AIR HIDRAN UMUM-PDAM 7,0% 6,9% AIR LEDENG DARI PDAM 12,5% 14,2% AIR ISI ULANG 7,2% 2,6% AIR BOTOL KEMASAN1,3%,2% 36,9% MINUM MASAK,0%10,0%20,0%30,0%40,0%50,0%60,0%70,0%80,0% Gambar Grafik Sumber Air Minum dan Masak Dari gambar 3.17 grafik sumber air minum dan masak diatas maka diketahui bahwa air yang dipergunakan untuk masak dan minum sebanyak 36,9 % adalah menggunakan air hujan, 22,4 % menggunakan mata air tidak terlindungi, 21,8 % menggunakan mata air terlindungi dan 17,2 % menggunakaan air kran umum-pdam proyek dan 14,2 % dari air ledeng dari PAM Perilaku Hygiene dan Sanitasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Telah ditetapkan 10 (sepuluh) indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah mempraktekkan PHBS. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian dari semua perilaku yang harus dipraktekkan di rumah tangga dan dipilih karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku. Dalam studi EHRA di Kabupaten ini ini dibatasi hanya perilaku hygiene dan sanitasi yang mencakup perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) di 5 (lima) waktu penting dan buang air besar (BAB). Berdasarkan hasil studi EHRA, di dapatkan hasil sebagai berikut : untuk CTPS di lima waktu penting hanya 8,4 % yang melakukanya, untuk lantai dan dinding jamban bebas dari tinja 52,1 %, jamban bebas dari kecoa dan lalat 50,1 %, keberfungsian penggelontor 58 %, ada sabun di dalam atau di dekat jamban 28,5 %, pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air sebesar 29,1% dan Perilaku BABS sebesar 54 %. 50

51 Tabel 3.6. Area Risiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA Di Kabupaten Dairi Berdasarkan tabel 3.6 mengenai area risiko PHBS, terlihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 91,6 % tidak melakukan CTPS di 5 (lima) waktu penting, baru sebanyak 8,4 % yang melakukannya. Untuk lantai dan dinding jamban bebas dari tinja baru sebanyak 52,1 % sedang 47,9 % lantai dan dinding jamban bebas dari tinja. Jamban bebas dari kecoa dan lalat baru sebanyak sebanyak 50,1 % sedang 49,9 % tidak bebas dari kecoa dan lalat. Untuk Perilaku BABS sebanyak 54 % yang menyatakan tidak BABS sedang 46 % menyatakan masih BAS. Dari hasil pengamatan ada sabun di dekat jamban baru 28,5 % sedang 71,5 % tidak ada sabun di dekat jamban Cuci Tangan Pakai Sabun CTPS merupakan perilaku sehat yang terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, ISPA, flu burung serta penyakit kulit lainnya. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kedua tangan kita adalah salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Sebab, tangan adalah anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan mulut dan hidung. Penyakit-penyakit yang umumnya timbul karena tangan yang berkuman, antara lain: diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, dan Hepatitis A. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa penyebab terbesar meninggalnya balita dan anak-anak Indonesia adalah penyakit diare dan ISPA. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/ pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni, 51

52 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Kelima waktu penting tersebut adalah sebelum makan, sesudah buang air besar (BAB), sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan. Tujuan dilakukannya CTPS di 5 (lima) waktu penting adalah untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus dan bakteri. Dan dari hasil uji ilmiah, cuci tangan pakai sabun sangat tepat dan efektif untuk mencegah penularan penyakit. Sepuluh jenis penyakit yang dapat dicegah dengan CTPS adalah diare, penyakit saluran pernapasan, disentri, iritasi kulit, biang keringat, radang tenggorokan, mata merah, jerawat, bau badan dan typus. CTPS di Lima Waktu Penting 8% Tidak Ya 92% Gambar Grafik CTPS di Lima Waktu Penting Berdasarkan hasil wawancara dalam Studi EHRA didapatkan hasil bahwa perilaku responden dalam pelaksanaan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) di lima 5 waktu penting baru 8 % yang melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat di kabupaten Dairi yang belum sepenuhnya menyadari akan pentingnya melakukan CTPS di lima 5 waktu penting sebagai salah satu bentuk praktek higene. Untuk itu perlu dilaksanakan program pemicuan kepada masyarakat untuk peningkatan melakukan CTPS dalam kehidupan sehari hari. 52

53 Waktu Melakukan CTPS di Kabupaten Dairi Tahun 2014 Lainnya Sebelum sholat Setelah memegang hewan Sebelum menyiapkan masakan Sebelum memberi menyuapi Setelah makan 9% 9% 25% 14% 17% Sebelum makan Setelah dari buang air besar Setelah menceboki bayi/anak 25% Sebelum ke toilet2% 41% 42% 49% Series1 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% Gambar Grafik Waktu Melakukan CTPS Berdasarkan gambar 3.19, tentang waktu melakukan CTPS di Kabupaten Dairi yang paling tinggi persentasenya yaitu pada sebelum makan (49 %), setelah memegang hewan (41 %) dan setelah buang air besar (42 %) Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Perilaku Buang Air Besar yang tidak sehat ini misalnya buang air besar di sungai, buang air besar di pekarangan atau tanah terbuka, di parit, buang air besar di saluran irigasi sawah dan buang air besar besar di pantai atau laut yang menjadi sarana penyularan penyakit yang membahayakan kesehatan manusia. Persentase Pratik BABS di Kabupaten Dairi Tahun % 80% 60% 61,6 48,5 54,7 68,8 54,0 40% 20% 0% 51,5 38,4 45,3 46,0 31, Total Tidak BABS Ya, BABS Strata Gambar Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS 53

54 Untuk praktik buang air besar sembarangan (BABs) di Kabupaten Dairi masih cukup tinggi, terlihat yang digambarkan dalam grafik persentase praktik BABs (gambar 3.20). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa masih ada anggota keluarga yang masih melakukan praktek BABs sebesar 46 %. Strata 1 memiliki angka BABs paling tinggi sebesar 51,5%, strata 2 sebesar 45,3 % yang masih BABS, sedangkan pada strata 1 dan strata 2 berkisar pada 38,4 % dan 31,3 % Kejadian Penyakit Diare Penyakit berbasis lingkungan merupakan masalah yang belum teratasi dengan baik di Indonoesia, salah satunya adalah penyakit diare yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku hidup tidak sehat di masyarakat. Dampak negatif dari keberadaan penyakit tersebut di masyarakat jika tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan kerugian yang tak terhitung nilainya baik secara materi maupun hilangnya nyawa jika penderita tidak mendapat pertolongan dengan baik. World Bank s Water and Sanitation Program For East Asia and Pacific ( (WSP EAP) tahun 2008 mengungkapkan bahwa kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk di Indonesia diperhitungkan mencapai 56 triliun per tahun. Kerugian ekonomi ini ditimbulkan antara lain oleh 90 juta/tahun kasus diare dan kematian/tahun akibat diare (ITB, 2008). Menurut World Health Organization (WHO), diarea adalah buang air besar (BAB) 3 kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Berdasarkan penelitian Wohangara (2012) dan Hardi (2012) ada hubungan yang signifikan kebiasaan mencuci tangan, tersedianya sarana air bersih dan kepemilikan jamban yang sehat dengan kejadian diare. 54

55 Tabel 3.7 Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA Di Kabupaten Dairi Tabel 3.7 diatas menjelaskan bahwa berdasarkan kajian yang dilakukan di 63 desa di Kabupaten Daire dengan total responden sebesar responden, maka terlihat kejadian Diare yang terjadi di Kabupaten Dairi. Di Kabupaten Dairi, waktu yang paling dekat masing-masing anggota keluarga yang terkena diare 9,1% banyak terjadi di lebih dari 6 bulan yang lalu, 6,6 % terjadi pada 3 bulan, 6,1 % terjadi pada 1 bulan terakhir sedangkan 5,4 % terjadi pada 1 minggu terakhir pada saat waktu kajian studi EHRA dilaksanakan. Anggota keluarga yang mengalami kejadian Diare ini paling banyak di derita oleh anak balita 37,8%, anak anak non balita sebanyak 26,6%, orang dewasa perempuan 26,3 %, orang dewasa laki laki 12,9%, anak remaja perempuan 11,3%, dan anak remaja laki laki 7,7% 3.8. Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Resiko Sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi. Indeks Resiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan resiko sanitasi, dalam hal ini adalah hasil dari analisis 55

56 Studi EHRA. Manfaat penghitungan Indeks Resiko Sanitasi (IRS) adalah sebagai salah satu komponen dalam menentukan area beresiko sanitasi. Adapun Komponen Indeks Resiko Sanitasi, yaitu: 1. Sumber Air 2. Air Limbah Domestik 3. Persampahan 4. Genangan Air 5. Perilaku Higiene dan Sanitasi Tabel 3.8 Indeks Risiko Sanitasi Di Kabupaten Dairi 56 VARIABEL 1.1 Sumber air terlindungi 1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. KATEGORI Strata Desa/Kelurahan % % % % Tidak, sumber air berisiko tercemar 15,2 13,2 28,1 55,6 Ya, sumber air terlindungi 84,8 86,8 71,9 44,4 Ya 1.3 Kelangkaan air Ya 2.1 Tangki septik suspek aman 2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik 2.3 Pencemaran karena SPAL 3.1 Pengelolaan sampah 3.2 Frekuensi pengangkutan sampah 3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah 3.4 Pengolahan sampah setempat 4.1 Adanya genangan air Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak memadai memadai Tidak tepat waktu Tidak diolah diolah Ya Tidak 5.1 CTPS di lima Tidak 63,9 52,0 52,5 44,4 36,1 48,0 47,5 55,6 38,7 42,8 45,0 53,8 61,3 57,2 55,0 46,3 38,9 28,7 34,5 40,6 61,1 71,3 65,5 59,4 100,0 100,0 97, ,3-55,7 63,8 58,4 60,0 44,3 36,2 41,6 40,0 95,6 93,1 97,7 98,1 4,4 6,9 2,3 1,9 100,0 75,0 100, , ,0 100,0 100,0-72,2 80,1 86,4 81,3 27,8 19,9 13,6 18,8 14,2 14,8 15,7 25,6 85,8 85,2 84,3 74,4

57 waktu penting 91,8 91,0 92,6 90,6 5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja? 5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? 5.2.c. Keberfungsian penggelontor. 5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya 5.3 Pencemaran Ya,Tercemar pada wadah penyimpanan dan Tidak tercemar penanganan air 5.4 Perilaku BABS Ya, BABS Tidak 8,2 9,0 7,4 9,4 30,4 52,1 53,2 33,8 69,6 47,9 46,8 66,3 38,7 58,0 45,6 44,4 61,3 42,0 54,4 55,6 35,6 47,5 40,2 30,0 64,4 52,5 59,8 70,0 65,7 73,1 78,1 39,4 34,3 26,9 21,9 60,6 13,1 31,0 37,1 12,5 86,9 69,0 62,9 87,5 38,4 51,5 45,3 31,3 61,6 48,5 54,7 68,8 Tabel 3.9 Katagori Daerah Berisiko Sanitasi Batas Nilai Risiko Keterangan Total Indeks Risiko Max 273 Total Indeks Risiko Min 200 Interval 18 Katagori Area Berisiko Batas Bawah Batas Atas Kurang Berisiko Berisiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi

58 Grafik Indeks Resiko Sanitasi Kabupaten Dairi Tahun % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT. 4. GENANGAN AIR. 3. PERSAMPAHAN. 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 1. SUMBER AIR Gambar Grafik Indeks Resiko Sanitasi (IRS) Berdasarkan kajian yang di lakukan di 63 Desa/Kelurahan di Kabupaten Dairi dengan total responden yaitu responden, maka tergambarkan kondisi risiko sanitasi yang ada di Kabupaten Dairi. Penyebab rawan sanitasi untuk desa/kelurahan pada strata 0 adalah persampahan (92 %), air limbah domestik (59%), PHBS (46%), Sumber air (43 %) dan Genangan air (14%). Penyebab rawan sanitasi strata 1 adalah persampahan (87%), air limbah domestik (64%), PHBS (57%), sumber air (49%), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (57%) dan genangan air (15%). Penyebab rawan sanitasi strata 2 adalah persampahan (96%), air limbah domestik (60 %), air limbah domestik (60 %), PHBS (58%) dan genangan air (15%). Penyebab rawan sanitasi 3 adalah air limbah domestik (55%), sumber air (53%.) persampahan (45%), PHBS (44%) dan genangan air (26%). Hal ini dapat diihat pada tabel 3.8. dan gambar Berdasarkan sektornya tergambarkan bahwa risiko sanitasi di Kabupaten Dairi yang tertinggi adalah di Persampahan, kemudian Air Limbah Domestik, Sumber Air, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Genangan air. 58

59 59

60 Dari tabel di atas tampak bahwa ada 4 Desa yang kurang berisiko 11 Desa berisiko Tinggi dan ada 48 Desa yang berisiko sangat tinggi.hal ini akan menjadi pusat perhatian bagi pemerintah dan pemerhati sanitasi dalam menangani risiko-risiko sanitasi yang terjadi di kabupaten Dairi.Tidak terlepas dari itu peningkatan perubahan prilaku masyarakat terkait sanitasi yang jauh lebih baik dari saat ini juga perlu dilaksanakan dan berbagai pembangunan yang harus mengarah untuk pembangunan sanitasi sehingga akan mengurangi indeks risiko buruk yang terjadi di Kabupaten Dairi. 60

61 BAB 4 PENUTUP 4.1. Kesimpulan Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat Kabupaten. Adapun nanfaat Studi EHRA dari aspek promosi dengan keterlibatan kader/petugas kesehatan adalah : 1) Kader memiliki akses yang leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh RT/ RW dan warga penghuni rumah 2) Kader umumnya memahami wilayah desa sehingga mempermudah mencari rumah yang dipilih secara acak (random). 3) Sebagai pembelajaran bagaimana mengumpulan data dari rumah ke rumah serta mengetahui bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga, jamban keluarga, sumber sumber air serta pilihan sarana CPTS. Studi EHRA ideal dilaksanakan secara berkala minimal 3 (tiga) tahun dan studi pertama ini merupakan pengalaman atau pembelajaran untuk studi EHRA selanjutnya. Pengulangan studi EHRA beberapa tahun kemudian dapat merupakan bagian dari kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) kegiatan EHRA yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Rencana pemanfaatan hasil Studi EHRA di Kabupaten adalah sebagai berikut : 1) Sebagai bahan advokasi pembangunan sanitasi di Kabupaten Dairi serta pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai dengan tingkat desa/kelurahan 2) Untuk memahami kondisi sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. 3) Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK ) Kabupaten Dairi 61

62 4.2. Kendala Dalam pelaksanaan kajian EHRA (Environmental Health Risk Assessment) kendala dan hambatan yang terjadi hanya saja terjadi pada pemahaman masyarakat terhadap pertanyaan yang kurang paham sehingga enumerator harus menjelaskan secara detail dan menggali lebih mendalam untuk mendapatkan pertanyaan yang sesuai dengan lembar pertanyaan dan akses rumah responden yang cukup jauh Saran Agar pelaksanaan studi EHRA lebih optimal, maka disarankan untuk melakukan beberapa hal, antara lain : 1. Untuk pemilihan jawaban Ya dan Tidak pada Kuesioner sebaiknya konsisten karena pada pertanyaan pertanyaan, karena ada yang Nilai 1 = Ya, Nilai 2 = Tidak, sedangkan pada pertanyaan lainnya ada yang Nilai 1 = Tidak, Nilai 2 = Ya. 2. Dalam pemilihan supervisor dan enemurator untuk melaksanakan Studi EHRA haruslah sesuai dengan kriteria dengan latar belakang pendidikan sebaiknya minimal SLTA dan memiliki pengetahuan tentang sanitasi agar lebih memudahkan pemahaman tentang Studi EHRA dan memahami area study dan isi kuesioner EHRA. 3. Supervisor serta Enemurator harus memahami tata cara pelaksanaan survey, pemahaman kuesioner, teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar, agar pengisian tidak terdapat kesalahan. 4. Koordinator dan supervisor menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan dan melakukan pengawasan terhadap kinerja enumerator di lapangan. 5. Koordinator dan Supervisor lapangan harus teliti memeriksa kuesioner dari enumerator sebelum diserahkan kepada tim entry data 62

63 Tabel 1 Identitas Wilayah VARIABEL Kode Kecamatan Kode Kelurahan/Desa Strata Desa/Kelurahan Total KATEGORI n % n % n % n % n % Sidikalang 30 7,7 40 3,6 80 9, ,0 Sitinjo , ,6 Berampu 40 10, ,6 Parbuluan 40 10,3 81 7,4 39 4, ,4 Sumbul 41 10, , , ,0 Silalahi Sabungan , ,8 Silima Pungga ,6 40 3, , ,6 Lae Parira , ,4 Siempat Nempu ,6 50 5, ,4 Siempat Nempu Hulu ,7 82 9,6 1 0, ,0 Siempat Nempu Hilir , ,2 Tiga Lingga ,2 83 7,6 40 4, ,6 Gunung Sitember , ,8 Pegagan Hilir 40 10,3 80 7,3 80 9, ,0 Tanah Pinem ,1 63 7, ,6 Huta Rakyat , ,6 Kuta Gambir , ,6 Kota Sidikalang , ,6 Kalang Simbara 30 7, ,2 Sitinjo Induk , ,6 Karing 40 10, ,6 Lae Hole I 40 10, ,6 Parbuluan II , ,6 Parbuluan III , ,6 Parbuluan IV 0-1 0,1 39 4, ,6 Barisan Nauli , ,6 Pegagan Julu , ,6 Perjuangan , ,6 Tanjung Beringin , ,6 Dolok Tolong 1 0, ,4 40 1,6 Pegagan Julu V , ,8 Pegagan Julu VII , ,6 Pegagan Julu X , ,6 Paropo ,0 40 1,6 Paropo ,0 40 1,6 Silalahi ,0 40 1,6 Bakal Gajah , ,6 Polling Anak - Anak , ,6 Siratah 40 10, ,6 Bongkaras , ,6 Urukmblin 40 10, ,6 Lae Rambong , ,6 Lumban Toruan , ,6 Sempung Polling , ,6 Kentara , ,6 sumbul , ,6 Sinampang , ,6 Buntu Raja , ,6 Sihorbo , ,6 Jumasiulok , ,0 Hutaimbaru , ,6 Sigambir gambir , ,6 Gunung Meriah ,5 2 0, ,6 Lae Nuaha ,6 1 0,6 40 1,6 63

64 VARIABEL Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga KATEGORI n % n % n % n % Tualang ,6 1 0, ,6 Tambahan , ,6 Lae Luhung , ,6 Jambur Indonesi , ,6 Bertungen Julu 40 10, ,6 Lau Sireme , ,6 Lau Bagot , ,6 Lau Pak Pak 37 9,5 3 0, ,6 Ujung Teran , ,6 Sumbul Tengah 40 10, ,6 Tupak Raja , ,6 Gundaling , ,6 Bukit Lau Kersik , ,6 Kuta Usang , ,6 Mbinanga 40 10, ,6 Lingga Raja I , ,6 Lingga Raja II , ,6 Bandar Huta Usa , ,6 Lau Tawar , ,6 Kuta Buluh , ,6 Kuta Gamber , ,6 Harapan ,5 23 2, ,6 Balan Dua , ,6 Gunung Tua , ,6 Istri , , , , ,4 Anak perempuan yg sudah menikah Strata Desa/Kelurahan Total n % 20 5,2 44 4,0 19 2,2 7 4,4 90 3,6 64

65 VARIABEL Kelompok Umur Responden Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini? Apa pendidikan terakhir anda? Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? Apakah ibu mempunyai anak? KATEGORI Tabel 2 Informasi Responden Strata Desa/Kelurahan n % n % n % n % <= 20 tahun 1 0,3 3 0,3 4 0, , tahun 13 3,4 46 4,2 45 5,3 3 1, , tahun 44 11, , , , , tahun 63 16, , , , , tahun 62 16, , ,8 12 7, , tahun 39 10, , , , ,2 > 45 tahun , , , , ,5 Milik sendiri , , , , ,5 Rumah dinas 4 1,0 21 1,9 6 0, ,2 Berbagi dengan 7 1,8 11 1,0 5 0, ,9 keluarga Sewa lain 19 4,9 48 4,4 39 4, , ,4 Kontrak 12 3,1 89 8,1 73 8,5 2 1, ,0 Milik orang tua 58 14, , , , ,6 Lainnya 1 0, ,4 3 1,9 7 0,3 Tidak tahu 1 0, ,0 Tidak sekolah formal 12 3,1 36 3,3 55 6, , ,8 SD , , , , ,9 SMP 86 22, , , , ,8 SMA , , , , ,5 SMK 23 5,9 60 5,5 46 5,4 3 1, ,3 Universitas/Akademi 12 3,1 51 4,6 25 2,9 5 3,1 93 3,7 Ya , , , , ,2 Tidak , , , , ,8 Ya 96 24, , , , ,2 Tidak , , , , ,8 Ya , , , , ,6 Tidak 8 2,1 63 5,7 52 6,1 11 6, ,4 Total n % 65

66 Tabel 3 Berapa jumlah anak laki-laki yang tinggal di rumah ini VARIABEL Kurang dari 2 tahun 2-5 tahun 6-12 tahun Lebih dari 12 tahun Jumlah anak lakilaki Strata Desa/Kelurahan Total KATEGORI n % n % n % n % n % , , , , , , , ,9 9 5, , ,3 17 1,5 1 0,1 1 0,6 20 0, ,1 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,5 36 3,3 24 2,8 3 1,9 69 2, ,3 2 0,2 5 0, , ,1 2 0, , , , , , , , , , , , , , ,2 90 8,2 55 6,4 10 6, , ,8 9 0,8 7 0,8 2 1,3 25 1, ,3 1 0, ,6 3 0, , , , , , , , , , , , , , , , ,6 46 4,2 52 6,1 14 8, , ,6 8 0,7 13 1,5 2 1,3 33 1, ,8 2 0,2 4 0,5 1 0,6 10 0, ,3 1 0, , , ,0, , , , , ,3 1, , , , , ,0 2, , , , , ,7 3, , , , , ,2 4, ,9 56 5,1 40 4,7 10 6, ,2 5,00 6 1,5 15 1,4 16 1,9 5 3,1 42 1,7 6,00 3 0,8 7 0,6 4 0,5 4 2,5 18 0,7 7, , ,1 8,00 2 0,5 2 0, ,2 13, , ,0 66

67 VARIABEL Kurang dari 2 tahun 2-5 tahun 6-12 tahun Lebih dari 12 tahun Jumlah anak perempuan Jumlah anak laki-laki dan perempuan yang ada dalam rumah Tabel 4 Berapa jumlah anak perempuan yang tinggal di rumah ini Strata Desa/Kelurahan Total KATEGORI n % n % n % n % n % , , , , , ,1 97 8, ,0 5 3, , ,3 11 1,0 8 0, , ,5 3 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,4 27 2,5 16 1,9 6 3,8 62 2, , , , , , , , , , , , , ,2 55 5,0 53 6,2 6 3, , ,8 7 0,6 9 1,1 2 1,3 25 1, ,3 1 0, , , , , , , , , , , , , ,5 84 9, , , ,6 26 2,4 29 3,4 6 3,8 75 3, ,3 2 0,2 9 1,1 2 1,3 14 0, , , , ,2 2 0, ,2, , , , , ,5 1, , , , , ,2 2, , , , , ,1 3, ,9 88 8, , , ,0 4, ,1 29 2,6 32 3,7 2 1,3 79 3,2 5,00 7 1,8 9 0,8 15 1,8 1 0,6 32 1,3 6,00 1 0,3 6 0,5 2 0,2 2 1,3 11 0,4 7, ,3 1 0, ,2 8, , ,0 12, , ,0 14, , ,0, ,8 80 7,3 50 5,9 10 6, ,1 1, , , , , ,0 2, , , , , ,8 3, , , , , ,5 4, , , , , ,1 5, ,0 92 8,4 82 9,6 14 8, ,9 6, ,7 47 4,3 49 5,7 7 4, ,2 7, ,6 20 1,8 26 3,0 7 4,4 63 2,5 8,00 8 2,1 11 1,0 11 1,3 2 1,3 32 1,3 9,00 1 0, ,1 2 1,3 4 0,2 10, ,2 2 0, ,2 11,00 1 0,3 2 0,2 1 0, ,2 12, , ,6 2 0,1 14, , ,0 25, , ,0 67

68 Tabel 5 Bagaimana kondisi sampah di lingkungan RT/RW rumah ibu VARIABEL Banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan Banyak lalat di sekitar tumpukan sampah Banyak tikus berkeliaran Banyak nyamuk Banyak kucing dan anjingmendatangi tumpukan sampah Bau busuk yang menggangu Menyumbat saluran drainase Ada anak-anak yang bermain di sekitarnya Lainnya Strata Desa/Kelurahan Total KATEGORI n % n % n % n % n % Tidak , , , , ,4 Ya , , , , ,6 Tidak , , , , ,8 Ya 95 24, , , , ,2 Tidak , , , , ,1 Ya 53 13, , , , ,9 Tidak , , , , ,0 Ya , , , , ,0 Tidak , , , , ,5 Ya 30 7, , , , ,5 Tidak , , , , ,7 Ya 29 7, ,2 68 8, , ,3 Tidak , , , , ,2 Ya 62 16, ,5 54 6, , ,8 Tidak , , , , ,3 Ya 86 22, , , , ,7 Tidak , , , , ,3 Ya 13 3,4 7,6 47 5,5 1,6 68 2,7 68

69 VARIABEL Bagaimana sampah rumah tangga dikelola? KATEGORI Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Tabel 6 PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA. Strata Desa/Kelurahan n % n % n % n % 1 0,3 4 0,4 1 0, ,2 16 4,1 72 6,6 19 2,2 3 1, ,4 Dibakar , , , , ,6 Total n % Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 3 0,8 26 2,4 4 0,5 1 0,6 34 1,4 Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 1 0,3 37 3,4 35 4,1 5 3,1 78 3,1 Dibuang ke sungai/kali/laut/danau 1 0,3 8 0,7 10 1,2 1 0,6 20 0,8 Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 6 1,5 5 0,5 16 1,9 2 1,3 29 1, , , , , ,8 Lain-lain 0-4 0,4 6 0, ,4 Tidak tahu 1 0,3 1 0,1 1 0, ,1 VARIABEL Apakah ibu melakukan pemilahan sampah di rumah sebelum dibuang? KATEGORI Tidak Dipilah/dipisahkan Tabel 7 Pemilahan Sampah Rumah Tangga Strata Desa/Kelurahan n % n % n % n % n % 7 38, , ,5 1 33, ,7 Dipilah/Dipisahkan 11 61, , ,5 2 66, ,3 Total Tabel 8 Bagaimana sampah rumah tangga dikelol VARIABEL Sampah organik/sampah basah Strata Desa/Kelurahan Total KATEGORI n % n % n % n % Tidak 1 100,0 2 50, ,0 4 66,7 Ya , ,3 Plastik Tidak , ,0 3 50,0 Ya 1 100,0 2 50, ,0 Gelas/kaca Tidak , ,0 2 33,3 Ya 1 100,0 3 75, ,7 Kertas Tidak 1 100, , , ,0 Besi/logam Tidak , ,0 2 33,3 Ya 1 100,0 3 75, ,7 Lainnya, Tidak 1 100, , , ,0 Tidak tahu Tidak 1 100, , , ,0 69

70 VARIABEL Seberapa sering petugas mengangkut sampah dari rumah? Dari pengalaman, dalam sebulan terakhir ini, apakah sampah selalu diangkut tepat waktu? Apakah layanan pengangkutan sampah oleh petugas sampah dibayar? Tabel 9 PENLAYANAN SAMPAH RUMAH TANGGA. Strata Desa/Kelurahan Total KATEGORI n % n % n % n % Beberapa kali dalam , ,7 seminggu Tidak pernah 1 100,0 2 50, ,0 4 66,7 Tidak tahu , ,7 Sering terlambat 0,0 1 25,0 0,0 1 16,7 Tidak tahu 1 100,0 3 75, ,0 5 83,3 Ya 0,0 1 25,0 0,0 1 16,7 Tidak 1 100,0 3 75, ,0 5 83,3 Kepada siapa ibu membayarnya? Berapa biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk membayar layanan sampah? Pemungut uang samapah dari Perusahaan 0, ,0 0, , ,0 3 8,3 1 6,3 5 8, , , , ,3 2 0,0 1 2,8 0,0 1 1,8 ke lubang galian Lainnya, VARIABEL jamban pribadi MCK/WC Umum Ke WC helikopter Ke sungai/pantai/laut Ke kebun/pekarangan Ke selokan/parit/got Tidak tahu Tabel 10 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar Strata Desa/Kelurahan KATEGORI n % n % n % n % n % Tidak , , , , ,9 Ya , , , , ,1 Tidak , , , , ,7 Ya 14 3, ,3 70 8,2 5 3, ,3 Tidak , , , , ,4 Ya 7 1,8 17 1,5 13 1,5 3 1,9 40 1,6 Tidak , , , , ,0 Ya 42 10,8 74 6,7 31 3, , ,0 Tidak , , , , ,0 Ya 91 23, , , , ,0 Tidak , , , , ,3 Ya 9 2,3 96 8,7 21 2, , ,7 Tidak , , , , ,5 Ya 24 6, ,1 52 6,1 14 8, ,5 Tidak , , , , ,9 Ya 4 1,0 4 0,4 18 2,1 2 1,3 28 1,1 Tidak , , , , ,6 Ya 0-8 0,7 3 0, ,4 Total 70

71 VARIABEL Anak laki-laki umur 5-12 tahun Anak perempuan umur 5-12 tahun Remaja laki-laki Remaja Perempuan Laki-laki dewasa Perempuan dewasa Laki-laki tua Perempuan tua Masih ada tapi tidak jelas siapa Lainnya, Tidak ada Tabel 11 Apakah masih ada orang di luar anggoata keluarga yang sering BAB di tempat terbuka Strata Desa/Kelurahan KATEGORI n % n % n % n % n % Tidak , , , , ,6 Ya 98 25, , , , ,4 Tidak , , , , ,3 Ya 92 23, , , , ,7 Tidak , , , , ,4 Ya 55 14, , , , ,6 Tidak , , , , ,4 Ya 53 13, ,7 46 5, , ,6 Tidak , , , , ,6 Ya 67 17, , , , ,4 Tidak , , , , ,3 Ya 73 18, ,8 73 8, , ,7 Tidak , , , , ,8 Ya 46 11,9 93 8,5 48 5, , ,2 Tidak , , , , ,2 Ya 46 11,9 98 8,9 51 6, , ,8 Tidak , , , , ,0 Ya 89 22, , , , ,0 Tidak , , , , ,4 Ya 8 2,1 10,9 18 2,1 4 2,5 40 1,6 Tidak , , , , ,7 Ya , , , , ,3 Total VARIABEL Apakah di rumah Ibu mempunyai jamban pribadi? KATEGORI Kloset jongkok leher angsa Kloset duduk siram leher angsa Tabel 12 KEPEMILIKAN JAMBAN PRIBADI. Strata Desa/Kelurahan Total n % n % n % n % n % , , , , , , , , , ,9 71

72 VARIABEL KATEGORI n % n % n % n % n % Jenis kloset apa yang Klosset Jongkok , , , , ,0 anda pakai di rumah Leher Angsa Kemana tempat penyaluran buangan akhir tinja? Sudah berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun? Kapan tangki septik terakhir dikosongkan Kloset Duduk 4 1,0 9,8 6,7 2 1,3 21,8 Leher Angsa Plengsengan 2,5 3,3 22 2,6 0,0 27 1,1 Cemplung 7 1,8 62 5,6 35 4,1 0, ,2 Tidak Punya , , , , ,9 Kloset Tangki septik , , , , ,9 Pipa sewer 3,8 5,5 10 1,2 0,0 18,7 Cubluk/lobang 14 3,6 92 8,4 64 7,5 6 3, ,0 tanah Langsung ke 2,5 8,7 10 1,2 0,0 20,8 drainase Sungai/danau/pan 8 2,1 2,2 6,7 0,0 16,6 tai Kolam/sawah 2,5 0,0 0,0 0,0 2,1 Kebun/tanah 3,8 14 1,3 5,6 1,6 23,9 lapang Tidak tahu , , , , , bulan yang 20 8,7 39 7,1 43 8,9 4 3, ,7 lalu 1-5 tahun yang 58 25, , , , ,6 lalu Lebih dari , , , , ,3 tahun yang lalu Lebih dari , , , , ,5 tahun Tidak tahu 12 5,2 47 8, ,5 2 1, , bulan yang 0,0 1,2 6 1,2 0,0 7,5 lalu 1-5 tahun yang 1,4 5,9 4,8 0,0 10,7 lalu Lebih dari ,4 1,2 4,8 0,0 6,4 tahun yang lalu Lebih dari 10 2,9 1,2 3,6 0,0 6,4 tahun Tidak pernah , , , , ,2 Tidak tahu 7 3,0 17 3,1 26 5,4 0,0 50 3,6 Siapa yang Layanan sedot 0,0 0,0 1 2,3 0,0 1 1,3 mengosongkan tangki tinja septik Ibu Membayar tukang 1 9,1 2 8,0 6 14,0 0,0 9 11,4 Apakah ibu tahu, kemana lumpur tinja dibuang pada saat tangki septik dikosongkan? Apakah anak balita di rumah ibu masih terbiasa buang air besar di lantai, di kebun, Tabel 13 PEMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH TINJA MANUSIA, DAN LUMPUR TINJA. Strata Desa/Kelurahan Dikosongkan 2 18,2 3 12,0 7 16,3 0, ,2 sendiri Tidak tahu 8 72, , ,4 0, ,2 Dikubur di 1 9,1 0,0 2 4,7 0,0 3 3,8 halaman Lainnya 1 9,1 2 8,0 1 2,3 0,0 4 5,1 Tidak tahu 9 81, , ,0 0, ,1 Ya, sangat sering 30 7, , ,2 6 3, ,6 Ya, kadangkadang 86 22, , , , ,2 Tidak biasa , , , , ,2 Tidak tahu , , , , ,9 Ibu biasanya Ke WC/Jamban , , , , ,7 membuang tinja anak Ke tempat kemana? sampah 11 2,8 56 5, ,5 13 8, ,1 Ke 64 16, , , , ,6 kebun/pekaranga n/jalan Ke 12 3,1 75 6,8 55 6,4 1, ,7 sungai/selokan/go t Lainnya 9 2,3 15 1,4 44 5,2 2 1,3 70 2,8 Tidak tahu , , , , ,1 Total 72

73 73

74 74

75 75

76 76

77 77

78 78

79 79

80 80

81 81

82 82

83 83

84 84

85 85

86 86

87 87

88 88

89 89

90 Tabel Area Berisiko 90

91 91

92 92

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN - 2014 D I S U S U N Kelompok Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014 i KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya Buku Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment

Lebih terperinci

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN LAPORAN STUDI EHRA LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) ( ENVIRONMENTAL HEALTH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN LINGKUNGAN (POKJA AMPL) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) Kota Bontang

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang Kabupaten Sampang 2013 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 POKJA SANITASI KABUPATEN TANAH DATAR 2015 Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko 1.1 Struktur Organisasi Daerah dan

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan) Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan) Januari 2014 1 P a g e 2 P a g e DAFTAR ISI Kata Pengantar BAB 1. BAB 2. Pendahuluan Studi

Lebih terperinci

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas

Lebih terperinci

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato. BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah KATA PENGANTAR Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan) Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan) 1 P a g e KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014 KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenan-nya maka penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Bontang ini dapat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang Kota Sabang November 2012 KATA PENGANTAR Bismillahiraahmanirrahim Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana 5.1. Area Berisiko Sanitasi Pemetaan Kelurahan dan Desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi kelurahan, berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl. Teuku Umar No. 12 Ngawi Kode Pos 63211 Telp. (0351) 746709 Fax (0351) 745956 Email:Bappeda@ngawikab.go.id LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2012 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KOTA SALATIGA PROPINSI JAWA TENGAH 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON I. PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas Kabupaten Kapuas Tahun 2014 1 KATA PENGANTAR Peningkatan kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Tapin Kabupaten/ Kota Tapin Bulan Mei 2012 LAPORAN STUDI EHRA TAPIN 2012 LENGKAP 0 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si KATA PENGANTAR Study Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja

Lebih terperinci

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA 1.1 Latar Belakang Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment / EHRA) adalah sebuah studi partisipatif di Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi sanitasi dan higinitas

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten 2011 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Kota Palangka Raya PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria Sifat Tanah S. Rendah

Lampiran 1. Kriteria Sifat Tanah S. Rendah Lampiran 1. Kriteria Sifat Tanah Sifat Tanah Satuan S. Rendah Rendah Sedang Tinggi S. Tinggi C (Karbon) % 5. N (Nitrogen) % .75 C/N ---

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN Kelompok Kerja Sanitasi Kota Banjarmasin Kota Banjarmasin Bulan Nopember 2012 LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012 13 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

5.1. Area Beresiko Sanitasi

5.1. Area Beresiko Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup

Lebih terperinci

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO Dalam bab ini akan dirinci data terkait kondisi sanitasi saat ini yang dapat menggambarkan kondisi dan jumlah infrastruktur sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Program Percepatan Pembangungan Sanitasi Permukiman merupakan sebuah upaya pemerintah dalam mendukung upaya perbaikan sanitasi dasar permukiman bagi masyarakat. Dalam rangkaian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tarempa, September 2016 Ketua Pokja Studi EHRA Kabupaten Kepulauan Anambas SAHTIAR, SH, MM NIP

KATA PENGANTAR. Tarempa, September 2016 Ketua Pokja Studi EHRA Kabupaten Kepulauan Anambas SAHTIAR, SH, MM NIP i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan hidayah-nya yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan serta limpahan-nya sehingga Tim Studi EHRA (Studi Environmental Health Risk Assessment

Lebih terperinci

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Envirotment Health Risk Assessment) KABUPATENBENER MERIAH PROVINSI ACEH DISIAPKAN OLEH POKJA SANITASI KABUPATEN BENER MERIAH

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 DISIAPKAN OLEH: POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 KataPengantar Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA BANDA ACEHTAHUN 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah sebuah survei partisipatif

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DAIRI D I N A S P E R T A N I A N JL. PAHLAWAN NO. 96 TELP./FAX (0627) SIDIKALANG

PEMERINTAH KABUPATEN DAIRI D I N A S P E R T A N I A N JL. PAHLAWAN NO. 96 TELP./FAX (0627) SIDIKALANG PEMERINTAH KABUPATEN DAIRI D I N A S P E R T A N I A N JL. PAHLAWAN NO. 96 TELP./FAX (0627) 21340 SIDIKALANG - 22212 PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ JASA TAHUN ANGGARAN 2011 Nomor : 520 / 1047/2011

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten / kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...)

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho NYA laporan penilaian risiko kesehatan lingkungan (Environmental Health Risk Assesment/EHRA) telah selesai disusun.

Lebih terperinci

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2016 LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN ROTE NDAO PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP.

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP. BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. besar terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang terletak antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Kabupaten Dairi mempunyai luas 191.625 hektar yaitu sekitar 2,68% dari luas propinsi Sumatera Utara (7.160.000 H). Dimana Kabupaten Dairi terletak disebelah barat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO I. PENDAHULUAN... 7 II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2014... 8 2.1.

Lebih terperinci

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau DISIAPKAN OLEH: POKJA SANITASI KOTA

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten : Bengkayang Provinsi : Kalimantan Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang terus mengalami perubahanperubahan yang menuju pada perkembangan baik fisik maupun sosialnya. Aspek fisik seperti letak yang

Lebih terperinci

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) LAPORAN STUDY EHRA DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN ACEH BESAR PROVINSI ACEH TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB V Area Beresiko Sanitasi BAB V Area Beresiko Sanitasi 6 BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT Menindaklanjuti Hasil Rapat POKJA Sanitasi

RISALAH RAPAT Menindaklanjuti Hasil Rapat POKJA Sanitasi RISALAH RAPAT Menindaklanjuti Hasil Rapat POKJA Sanitasi Aula Lt. 3 BAPPEDA Kota Depok, Pimpinan Rapat : Ketua Panitia Rapat Tanggal : 4 Juli 2 Agenda : - Pembentukan Tim EHRA - Rencana Pelaksanaan Studi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Balangan Kabupaten Balangan Bulan Agustus 2013 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...0 KATA PENGANTAR...2

Lebih terperinci

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1 LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT)

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT) KOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN TIM STUDI EHRA KOTA PARIAMAN Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243 LAPORAN AKHIR (Bagian 1) STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA), KOTA SURABAYA TAHUN 2015 Dengan mengucapkan Puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2014 LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA DISIAPKAN OLEH : KELOMPOK KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Bab - 5 Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu Kabupaten yang peduli

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN MINAHASA SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN 1 KATA

Lebih terperinci

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Environmental Health Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Untuk mendapatkan target area survey EHRA, digunakan metode Klustering. Dimana penetapan kluster dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan,

Lebih terperinci

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta

Lebih terperinci

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2016 LAPORAN STUDI EHRA. Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2016 LAPORAN STUDI EHRA. Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2016 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi DISIAPKAN OLEH: POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko Lampiran 1.1: Struktur Organisasi Daerah dan Keuangan Daerah Berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan masih tingginya angka

Lebih terperinci

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP Kelompok Kerja Sanitasi KabupatenSumenep Kabupaten Sumenep 2013 4. LAPORAN STUDI EHRA KAB. SUMENEP TAHUN 2013 fik2 0 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN 213 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS PROPINSI KALIMANTAN BARAT DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI

Lebih terperinci

BAB 5. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2014

BAB 5. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2014 BAB 5 Area Berisiko Sanitasi Bab ini menyajikan hasil kegiatan penetapan area berisiko sanitasi dan hasil analisis posisi pengelolaan sanitasi saat ini dan penyebab risiko utama di masing-masing area berisiko.

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi 2013

Buku Putih Sanitasi 2013 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Pengelolaan sanitasi meliputi antara lain pengelolaan air bersih, sampah, limbah dan drainase lingkungan yang berkaitan langsung dengan kualitas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan faktor kunci dalam rangka mewujudkan masyarakat dan bangsa yang sejahtera. Berkaitan dengan hal tersebut, aspek kesehatan memegang salah

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN PAMEKASAN BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN PAMEKASAN 5.1. AREA BERESIKO SANITASI Pemetaan Desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi Desa, berdasarkan resiko sanitasi.

Lebih terperinci

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 HALAMAN PENGESAHAN... II PERNYATAAN... III ABSTRACT... IV INTISARI... V KATA PENGANTAR... VI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 HALAMAN PENGESAHAN... II PERNYATAAN... III ABSTRACT... IV INTISARI... V KATA PENGANTAR... VI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 HALAMAN PENGESAHAN... II PERNYATAAN... III ABSTRACT... IV INTISARI... V KATA PENGANTAR... VI DAFTAR ISI... IX DAFTAR TABEL... XI DAFTAR GAMBAR... XII DAFTAR LAMPIRAN... XV

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU 2012 0 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 RINGKASAN EKSEKUTIF... 4 DAFTAR TABEL... 6 DAFTAR DIAGRAM... 7 I. PENDAHULUAN... 8 II. METODOLOGI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dalam

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Bab ini merupakan milistone keempat penyusunan Buku Putih Sanitasi yang sangat penting bagi Kabupaten karena akan menetapkan prioritas wilayah

Lebih terperinci